36545202 materi dasar wira

116
MATERI DASAR PMR WIRA BAB 1 KEPALANG MERAHAN A. PALANG MERAH INTERNASIONAL Latar belakang Berdirinya Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sebagai lembaga kemanusiaan dilatarbelakangi oleh sentuhan batin terhadap penderitaan yang dialami prajurit di medan pertempuran. Penderitaan prajurit- prajurit yang luka karena tidak adanya perawatan, kurangnya logistik dan kejamnya perang itu sendirilah yang menyebabkan tergugahnya nurani orang-orang yang memiliki rasa kemanusiaan. Dua medan pertempuran yang amat terkenal pada abad ke-19 ialah perang KRIM dan perang SOLFERINO dan tercatat sebagai perang yang sangat menyeramkan. Perang inilah yang telah melahirkan inspirasi terbentuknya lembaga kemanusiaan yang sekarang dikenal dengan nama Palang Merah atau Bulan Sabit Merah. Perang KRIM “KRIM” adalah nama semenanjung di laut Hitam termasuk wilayah Rusia. Dinamakan PERANG KRIM karena di semenanjung inilah terjadi perang dahsyat antara Rusia melawan Turki yang dibantu oleh Inggris dan Perancis yang terjadi selama 2 tahun mulai bulan Maret 1854 s/d 30 Maret 1856. { menceritakan sejarah petualangan Florence Nightingale } Perang SOLFERINO Solferino adalah nama dari suatu kota kecil yang terletak di daerah daratan rendah Propinsi Lambordi, paling utara Italia. Di daerah ini terjadi pertempuran dahsyat antara tentara Austria melawan Prancis yang membantu Sardinia. { menceritakan sejarah petualangan Jeant Henry Dunant } Sejarah Sejarah lahirnya Palang Merah tak dapat dilepaskan dari kondisi medan perang. Berawal dengan pecahnya perang antara pasukan Perancis dan Italia melawan Austria pada tahun 1859 di Solferino Italia Utara korban sekitar 40.000 orang serdadu terlantar, teluka parah dan sekarat, maka tercetuslah gagasan Jean Henry Dunant untuk memberikan pertolongan bagi para korban perang. Ide/gagasan yang tergambar dari pengalamannya selama beberapa hari bergelut di medan perang ketika menolong para korban, dituangkan dalam sebuah buku yang ditulisnya pada tahun 1862 yang berjudul “Kenangan Solferino”. Buku tersebut berkisah tentang kondisi yang ditimbulkan akibat perang dan mencetuskan dua gagasan ; 1. Membentuk organisasi sukarela untuk menolong prajurit yang terluka di medan perang. 2. Perlunya perjanjian Internasional untuk perlindungan korban perang. Komponen Gerakan o KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH o FEDERASI INTERNASIONAL PERHIMPUNAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH o PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH *KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH PMR WIRA SMK KOPERASI PONTIANAK Hal 1 dari 116 Halaman

Upload: mardita-pidika-scout

Post on 26-Nov-2015

123 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Materi Dasar Wira

TRANSCRIPT

BAB 1

MATERI DASAR PMR WIRA

BAB 1

KEPALANG MERAHANA. PALANG MERAH INTERNASIONAL

Latar belakang

Berdirinya Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sebagai lembaga kemanusiaan dilatarbelakangi oleh sentuhan batin terhadap penderitaan yang dialami prajurit di medan pertempuran. Penderitaan prajurit-prajurit yang luka karena tidak adanya perawatan, kurangnya logistik dan kejamnya perang itu sendirilah yang menyebabkan tergugahnya nurani orang-orang yang memiliki rasa kemanusiaan. Dua medan pertempuran yang amat terkenal pada abad ke-19 ialah perang KRIM dan perang SOLFERINO dan tercatat sebagai perang yang sangat menyeramkan. Perang inilah yang telah melahirkan inspirasi terbentuknya lembaga kemanusiaan yang sekarang dikenal dengan nama Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.

Perang KRIM

KRIM adalah nama semenanjung di laut Hitam termasuk wilayah Rusia. Dinamakan PERANG KRIM karena di semenanjung inilah terjadi perang dahsyat antara Rusia melawan Turki yang dibantu oleh Inggris dan Perancis yang terjadi selama 2 tahun mulai bulan Maret 1854 s/d 30 Maret 1856. { menceritakan sejarah petualangan Florence Nightingale }

Perang SOLFERINO

Solferino adalah nama dari suatu kota kecil yang terletak di daerah daratan rendah Propinsi Lambordi, paling utara Italia. Di daerah ini terjadi pertempuran dahsyat antara tentara Austria melawan Prancis yang membantu Sardinia. { menceritakan sejarah petualangan Jeant Henry Dunant }

Sejarah

Sejarah lahirnya Palang Merah tak dapat dilepaskan dari kondisi medan perang. Berawal dengan pecahnya perang antara pasukan Perancis dan Italia melawan Austria pada tahun 1859 di Solferino Italia Utara korban sekitar 40.000 orang serdadu terlantar, teluka parah dan sekarat, maka tercetuslah gagasan Jean Henry Dunant untuk memberikan pertolongan bagi para korban perang. Ide/gagasan yang tergambar dari pengalamannya selama beberapa hari bergelut di medan perang ketika menolong para korban, dituangkan dalam sebuah buku yang ditulisnya pada tahun 1862 yang berjudul Kenangan Solferino. Buku tersebut berkisah tentang kondisi yang ditimbulkan akibat perang dan mencetuskan dua gagasan ;

1. Membentuk organisasi sukarela untuk menolong prajurit yang terluka di medan perang.

2. Perlunya perjanjian Internasional untuk perlindungan korban perang.

Komponen Gerakan

KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH

FEDERASI INTERNASIONAL PERHIMPUNAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH

PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH

*KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH

Buku kenangan Solferino tersebut sangat menarik perhatian masyarakat diantaranya 4 orang penduduk Jenewa. Mereka Adalah ;

Gustave Moynier

dr. Louis Appia

dr. Theodore Maunoir

Jenderal Guillame-Hendri Dufour

berlima dengan Jean Henry Dunant mereka membentuk suatu Komite Lima pada tahun 1863. Mereka merintis terbentuknya Komite Internasional Palang Merah atau dikenal dengan nama International Committee of the Red Cross ( ICRC ) pada tahun itu juga.

Pada tanggal 22 Agustus 1864 atas prakarsa ICRC diselenggarakanlah suatu Kenferensi yang diikuti oleh 12 Kepala Negara yang menandatangani Konvensi Jenewa I yang membahas perbaikan nasib tentara yang terluka di medan perang. Pada kesempatan itu diresmikan lambang Palang berwarna merah diatas dasar putih, sebagai lambang pelindung bagi para petugas penolong di medan perang.

Sementara dengan berkembangnya organisasi swasta yang independen dan tak berpolitik itu telah memiliki anggota sukarelawan yang siap membantu korban yang terluka tanpa diskriminasi.

Kepengurusan

Sejak pembentukan Komite Lima (1863) dan perkembangan selanjutnya, anggota Pengurus Komite Internasional Palang Merah ( ICRC ) selalu terdiri dari warga Swiss. Pada mulanya hal demikian itu hanya didasarkan pada praktisnya saja atau dapat dikatakan kebetulan saja. Namun setelah beberapa tahun kemudian hal demikian barulah menjadi suatu ketentuan. Bahkan di dalam Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga ICRC telah digariskan bahwa anggota ICRC hanya terdiri dari warga negara Swiss dengan jumlahnya antara 15 hingga 25 orang. Hal ini ditegaskan pula pada Anggaran Rumah Tangga Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional bulan Oktober 1986 di Jenewa bahwa keanggotaannya hanya terdiri dari warga negara Swiss.

Status

ICRC merupakan Komponen dari Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional berstatus Badan Hukum.

Struktur Organisasi

i. Komite

ii. Dewan Pimpinan

iii. Direktorat, terdapat 3 direktorat yaitu ;

1. Direktorat Jenderal.

2. Direktorat Operasi

3. Direktorat Prinsip dan Hukum

iv. Delegasi dan Delegasi Regional

Tugas dan Peran ICRC

Memelihara dan menyebarluaskan Prinsip Dasar.

Memberikan pengakuan terhadap setiap Perhimpunan Nasional.

Melaksanakan tugas yang dibebankan oleh Konvensi-konvensi Jenewa.

Setiap saat berupaya sebagai suatu lembaga netral yang melaksanakan kegiatan kemanusiaan.

Menjamin bekerjanya Kantor Pusat Pelacakan (The Central Tracing Agency) yang diitetapkan dalam Konvensi Jenewa.

Membantu melatih petugas kesehatan dan menyediakan alat-alat kesehatan.

Menyebarluaskan pengertian dan diseminasi HPI yang berlaku pada saat terjadi konflik bersenjata.

Menjalankan mandat yang dipercayakan oleh Konperensi Internasional.

Slogan

ICRC mempunyai slogan yaitu ;

Inter Arma Caritas

(latin)= Bantuan diantara pertikaianAmid Conflict, Charity

(inggris)

*FEDERASI INTERNASIONAL PERHIMPUNAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH

Sejarah

Pada mulanya pemikiran untuk membentuk Liga Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah muncul setelah berakhirnya Perang Dunia I, pada bulan April 1919 diselenggarakan Konperensi Kesehatan Internasional yang diikuti oleh berbagai negara. Pada konperensi itu, Ketua Komite Bantuan untuk korban perang (War Council) Palang Merah Amerika, P. Henry Davidson mengajukan prosposal tentang pembentukan Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang didukung oleh perwakilan dari Palang Merah Prancis, Inggris, Italia, dan Jepang. Konferensi yang dipimpin oleh Profesor Emile Roux, ternyata menyetujui dan mendukung ide tersebut. Tanpa mengalami banyak kesulitan, pada tanggal 5 Mei 1919 terbentuklah LIGA PERHIMPUNAN PALANG MERAH. Pada tahun 1991 nama LIGA PERHIMPUNAN PALANG MERAH disempurnakan menjadi FEDERASI INTERNASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH ( IFRC). Hingga pertengahan tahun 1997 sebanyak 171 perhimpunan nasional telah menjadi anggota Federasi setelah terlebih dulu mendapat pengakuan dari ICRC.

Struktur Organisasi FederasiFederasi terdiri dari 2 (dua) badan utama yaitu

1. DEWAN PIMPINAN terdiri dari seorang ketua (Presiden), 8 orang wakil ketua, sekretaris jenderal, bendahara, dan 16 anggota (perhimpunan). Dipilih 4 tahun sekali, maksimal menjabat 2 periode.

2. SIDANG UMUM diselenggarakan sedikitnya 2 (dua) tahun sekali dan dipimpin oleh Ketua Federasi.

Fungsi dan Tugas Federasi

1. Sebagai badan penghubung, koordinator, dan pendidik diantara perhimpunan-perhimpunan nasional dan memberikan bantuan yang mungkin dibutuhkan mereka.

2. Mendorong dan memajukan berdirinya suatu perhimpunan nasional dari setiap negara.

3. Memberikan bantuan dengan segala cara yang dapat dilakukan kepada para korban bencana.

4. Membantu perhimpunan nasional dalam kesiagaan pertolongan terhadap korban bencana alam termasuk pengaturannya.

5. Mengatur dan mengoordinasikan bantuan internasional secara langsung dan sesuai dengan ketentuan serta prinsip-prinsip internasional.

6. Mendorong dan mengkoordinasikan keikutsertaan perhimpunan nasional dalam kegiatan pemeliharaan kesehatan dan memajukan kesejahteraan sosial masyarakat dengan cara kerjasama dengan pejabat-pejabat yang berwenang setempat.

7. Mendorong dan mengkoordinasikan pertukaran gagasan di antara perhimpunan nasional untuk mendidik anak-anak dan remaja demi tercapainya cita-cita kemanusiaan dan perkembangan persahabatan di antara mereka di semua negara.

8. Membantu perhimpunan nasional dalam menanamkan prinsip-prinsip serta cita-cita dari Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

9. Memberikan pertolongan kepada para korban pertikaian bersenjata sesuai dengan persetujuan yang ditandatangani dengan Komite Internasional Palang Merah.

10. Membantu komite internasional dalam memajukan dan mengembangkan Hukum Perikemanusiaan Internasional dan bekerjasama dengannya dalam menyebarluaskan HPI dan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan pada Perhimpunan Nasional.

11. Menjadi wakil resmi dari anggota perhimpunan nasional di kawasan internasional, antara lain mengambil keputusan dan rekomendasi yang telah disetujui dalam musyawarah dan menjaga keutuhan perhimpunan nasional serta melindungi kepentingannya.

12. Menjalankan mandat yang dipercayakan padanya oleh konperensi internasional.

Slogan

Federasi mempunyai slogan yaitu ;

Per Humanitatem Ad Pacem(latin)= Perdamaian melalui kemanusiaanTrough Humanity To Peace (inggris)

*PERHIMPUNAN NASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH

Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah adalah organisasi kemanusiaan yang ada di setiap negara anggota penandatangan Konvensi Jenewa. Tidak ada negara yang dapat memiliki lebih dari satu Perhimpunan Nasional. Sebelum sebuah perhimpunan baru disetujui oleh ICRC dan menjadi anggota Federasi, beberapa syarat ketat harus dipenuhi. Menurut Statuta Gerakan, Perhimpunan Nasional yang baru didirikan, harus disetujui oleh ICRC. Untuk dapat memperoleh persetujuan dari ICRC, sebuah Perhimpunan Nasional harus memenuhi 10 syarat yaitu:1. Berdiri dalam suatu negera merdeka.

2. Satu-satunya perhimpunan PM/BSM di negaranya.

3. Diakui oleh pemerintah yang sah di negaranya.

4. Mempunyai status otonomi/ bersifat mandiri.

5. Memakai nama dan lambang PM/ BSM.

6. Terorganisasi dalam melaksanakan tugasnya dan dilaksanakan diseluruh wilayah negaranya.

7. Memperluas aktifitas/ kegiatannya di seluruh wilayah negaranya.

8. Menerima anggota tanpa membedakan latar belakang.

9. Taat pada anggaran dasar yang berlaku/ statuta gerakan.

10. Menghormati Prinsip-prinsip Gerakan dan menjalankan tugasnya sesuai dengan prinsip-prinsip HPI.

Badan badan dalam gerakan

Di dalam gerakan terdapat 2 badan yang amat penting baik dalam hubungannya dengan konperensi internasional maupun dengan pembinaan komponen-komponen gerakan yaitu STANDING COMMISSION dan COUNCIL OF DELEGATES.

Prinsip Dasar

Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional yang kita kenal sekarang yang di proklamasikan dalam Konperensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tahun 1965 di Wina, Austria yaitu ;

KEMANUSIAAN: Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan untuk memberikan pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan rasa saling pengertian, persahabatan, kerjasama, dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.

KESAMAAN:Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan, tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.

KENETRALAN:Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama, atau ideologi.

KEMANDIRIAN:Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan nasional disamping membantu pemerintahnya adalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini.

KESUKARELAAN :Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apa pun.

KESATUAN:Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayahnya.

KESEMESTAAN:Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional bersifat semesta. Setiap perhimpunan, mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

Sejarah Lambang

Tanda Palang Merah di atas dasar putih ditetapkan sebagai lambang tanda khusus bagi organisasi sukarela untuk membantu prajurit yang luka dan sakit di medan pertempuran pada Konperensi Internasional tanggal 26-29 Oktober 1863 di Jenewa. Pada Konperensi Internasional 1949 masalah lambang akhirnya diputuskan hanya 3 (tiga) macam lambang saja yang digunakan bagi perhimpunan nasional yaitu ; PALANG MERAH, BULAN SABIT MERAH, dan SINGA MATAHARI MERAH.

Pada tahun 2005 Kristal Merah diatas dasar putih juga diadopsi menjadi lambang alternative apabila di suatu negara terjadi konflik bersenjata/ perang atau bencana, maka negara yang menggunakan Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, dapat sementara menggunakannya pada saat kegiatan kepalangmerahan dilaksanakan di daerah tersebut.

Tanda Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Kristal Merah diatas dasar putih ditetapkan sebagai lambang khusus untuk perlindungan, dimana setiap negara hanya boleh menggunakan satu lambang.

Dasar Hukum

Berdasarkan Hukum Internasional masalah lambang diatur dalam :

1. Konvensi Jenewa I 1949 Pasal 38 s/d Pasal 44, Pasal 53 dan Pasal 54.

2. Konvensi Jenewa II 1949 Pasal 41 s/d Pasal 45.

3. Konvensi Jenewa IV 1949 Pasal 18 s/d Pasal 22.

4. Protokol Tambahan I 1977 Pasal 18, Pasal 85 dan Annex I Pasal 1 s/d 5.

5. Protokol Tambahan II 1977 pasal 12.

6. Ketetapan Konperensi Internasional Palang Merah XX tahun 1965.

7. Hasil kerja Dewan Delegasi Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional tahun 1991.

Fungsi Lambang

Ada 2 fungsi / macam penggunaan lambang yaitu ;

1. Sebagai tanda Perlindungan ( di waktu perang )

2. Sebagai tanda Pengenal ( diwaktu perang dan di waktu damai )

Penyalahgunaan Lambang

Setiap negara peserta Konvensi Jenewa memiliki kewajiban membuat peraturan atau undang-undang untuk mencegah dan mengurangi penyalahgunaan Lambang. Negara secara khusus harus mengesahkan suatu peraturan untuk melindungi Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Dengan demikian, pemakaian Lambang yang tidak diperbolehkan oleh Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan merupakan pelanggaran hukum. Bentuk-bentuk penyalahgunaan Lambang yaitu:

> Peniruan (Imitation):

Penggunaan tanda-tanda yang dapat disalah artikan sebagai lambang Palang Merah atau bulan sabit merah (misalnya warna dan bentuk yang mirip). Biasanya digunakan untuk tujuan komersial.

> Penggunaan yang Tidak Tepat (Usurpation):

Penggunaan lambang Palang Merah atau bulan sabit merah oleh kelompok atau perseorangan (perusahaan komersial, organisasi non-pemerintah, perseorangan, dokter swasta, apoteker dsb) atau penggunaan lambang oleh orang yang berhak namun digunakan untuk tujuan yang tidak sesuai dengan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan (misalnya seseorang yang berhak menggunakan lambang namun menggunakannya untuk dapat melewati batas negara dengan lebih mudah pada saat tidak sedang tugas).

> Penggunaan yang Melanggar Ketentuan/Pelanggaran Berat

(Perfidy/Grave misuse)

Penggunaan lambang Palang Merah atau bulan sabit merah dalam masa perang untuk melindungi kombatan bersenjata atau perlengkapan militer (misalnya ambulans atau helikopter ditandai dengan lambang untuk mengangkut kombatan yang bersenjata; tempat penimbunan amunisi dilindungi dengan bendera Palang Merah) dianggap sebagai kejahatan perang.

B. HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL

Sejarah HPI

Salah apabila kita mengatakan bahwa pendirian Palang Merah di tahun 1863 ataupun pengadopsian Konvensi Jenewa pertama tahun 1864 menandakan kelahiran hukum perikemanusiaan sebagaimana yang kita kenal saat ini. Sebagaimana tidak ada satu masyarakat yang tidak memiliki seperangkat aturan, begitu pula tidak pernah ada perang yang tidak memiliki aturan jelas maupun samar-samar yang mengatur tentang mulai dan berakhirnya suatu permusuhan, serta bagaimana perang itu dilaksanakan. HPI sudah terintis sejak dulu sebelum Gerakan berdiri. Pada awalnya ada aturan tidak tertulis berdasarkan kebiasaan yang mengatur tentang sengketa bersenjata. Kemudian perjanjian bilateral (kartel) yang kerincian aturannya berbeda-beda, lambat-laun mulai diberlakukan. Pihak-pihak yang bertikai kadangkala meratifikasinya setelah permusuhan berakhir. Ada pula peraturan yang dikeluarkan oleh negara kepada pasukannya (lihat Kode Lieber). Hukum yang saat itu ada terbatas pada waktu dan tempat, karena hanya berlaku pada satu pertempuran atau sengketa tertentu saja. Aturannya juga bervariasi, tergantung pada masa, tempat, moral dan keberadaban.

Dari sejak permulaan perang sampai pada munculnya hukum perikemanusiaan yang kontemporer, lebih dari 500 kartel, aturan bertindak (code of conduct), perjanjian dan tulisan-tulisan lain yang dirancang untuk mengatur tentang pertikaian telah dicatat. Termasuk di dalamnya Lieber Code, yang mulai berlaku pada bulan April 1863 dan memiliki nilai penting karena menandakan percobaan pertama untuk mengkodifikasi hukum dan kebiasaan perang yang ada. Namun, tidak seperti Kovensi Jenewa yang dibentuk setahun setelah itu, Lieber Code ini tidak memiliki status perjanjian sebagaimana yang dimaksudkannya karena hanya diberlakukan kepada tentara Union yang berperang pada waktu Perang Saudara di Amerika.

Ada dua pria memegang peran penting dalam pembentukan HPI selanjutnya, yaitu Henry Dunant dan Guillaume-Henri Dufour. Dunant memformulasikan gagasan tersebut dalam Kenangan dari Solferino (A Memory of Solferino), diterbitkan tahun 1862. Berdasarkan pengalamannya dalam perang, General Dufour tanpa membuang-buang waktu menyumbangkan dukungan moralnya, salah satunya dengan memimpin Konferensi Diplomatik tahun 1864.

Terhadap usulan dari kelima anggota pendiri ICRC, Pemerintah Swiss mengadakan Konferensi Diplomatik tahun 1864, yang dihadiri oleh 16 negara yang mengadopsi Konvensi Jenewa untuk perbaikan keadaan yang luka dan sakit dalam angkatan bersenjata di medan pertempuran darat.DEFINISI

Hukum Perikemanusiaan Internasional membentuk sebagian besar dari Hukum Internasional Publik dan terdiri dari peraturan yang melindungi orang yang tidak atau tidak lagi terlibat dalam persengketaan dan membatasi alat dan cara berperang di masa sengketa bersenjata.

Lebih tepatnya, yang dimaksud ICRC dengan hukum perikemanusiaan yang berlaku di masa sengketa bersenjata adalah semua ketentuan yang terdiri dari perjanjian dan kebiasaan internasional yang bermaksud untuk mengatasi segala masalah kemanusiaan yang timbul pada waktu pertikaian bersenjata internasional maupun non-internasional; hukum tersebut membatasi atas dasar kemanusiaan, hak-hak dari pihak yang terlibat dalam pertikaian untuk memilih cara-cara dan alat peperangan, serta memberikan perlindungan kepada orang yang menjadi korban maupun harta benda yang terkena dampak pertikaian bersenjata.

Kombatan hanya boleh menyerang target militer, wajib menghormati non-kombatan dan objek sipil dan menghindari penggunaan kekerasan yang berlebihan. Istilah hukum perikemanusiaan internasional, hukum humaniter, hukum sengketa bersenjata dan hukum perang dapat dikatakan sama pengertiannya. Organisasi internasional, perguruan tinggi dan bahkan Negara cenderung menggunakan istilah hukum perikemanusiaan internasional (atau hukum humaniter), sedangkan istilah hukum sengketa bersenjata dan hukum perang biasa digunakan oleh angkatan bersenjata. Palang Merah Indonesia sendiri menggunakan istilah Hukum Perikemanusiaan Internasional.

HUKUM JENEWA dan HUKUM DEN HAAG

Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) dikenal juga dengan nama hukum sengketa bersenjata atau hukum perang memiliki dua cabang yang terpisah:>Hukum Jenewa, atau hukum humaniter, yaitu hukum yang dibentuk untuk melindungi personil militer yang tidak lagi terlibat dalam peperangan dan mereka yang tidak terlibat secara aktif dalam pertikaian, terutama penduduk sipil;

>Hukum Den Haag, atau hukum perang, adalah hukum yang menentukan hak dan kewajiban pihak yang bertikai dalam melaksanakan operasi militer dan membatasi cara penyerangan.

Kedua cabang HPI ini tidaklah benar-benar terpisah, karena efek beberapa aturan dalam hukum Den Haag adalah melindungi korban sengketa, sementara efek dari beberapa aturan hukum Jenewa adalah membatasi tindakan yang diambil oleh pihak yang bertikai di masa perperangan. Dengan mengadopsi Protokol Tambahan 1977 yang mengkombinasikan kedua cabang HPI, pembedaan di atas kini tinggal memiliki nilai sejarah dan pendidikan.

PRINSIP

Hukum perikemanusiaan didasarkan pada prinsip pembedaan antara kombatan dan non-kombatan serta antara objek sipil dan objek militer. Prinsip necessity atau kepentingan kemanusiaan dan militer, perlunya menjaga keseimbangan antara kepentingan kemanusiaan di satu pihak dengan kebutuhan militer dan keamanan di pihak lain. Prinsip pencegahan penderitaan yang tidak perlu (unecessary suffering), yaitu hak pihak yang bertikai untuk memilih cara dan alat untuk berperang tidaklah tak terbatas, dan para pihak tidak diperbolehkan mengakibatkan penderitaan dan kehancuran secara melampaui batas serta tidak seimbang dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu melemahkan atau menghancurkan potensi militer lawan. Prinsip proporsionalitas, mencoba untuk menjaga keseimbangan antara dua kepentingan yang berbeda, kepentingan yang berdasarkan pertimbangan atas kebutuhan militer, dan yang lainnya berdasarkan tuntutan kemanusiaan, apabila hak atau larangannya tidak mutlak.ATURAN DASAR

ICRC telah memformulasikan tujuh aturan yang mencakup inti dari hukum perikemanusian internasional. Aturan-aturan ini tidak memiliki kekuatan hukum seperti sebuah perangkat hukum internasional dan tidak dimaksudkan untuk menggantikan perjanjian-perjanjian yang berlaku.1. Orang yang tidak atau tidak dapat lagi mengambil bagian dalam pertikaian patut memperoleh penghormatan atas hidupnya, atas keutuhan harga diri dan fisiknya. Dalam setiap kondisi, mereka harus dilidungi dan diperlakukan secara manusiawi, tanpa pembedaan berdasarkan apa pun. 2. Dilarang untuk membunuh atau melukai lawan yang menyerah atau yang tidak dapat lagi ikut serta dalam pertempuran. 3. Mereka yang terluka dan yang sakit harus dikumpulkan dan dirawat oleh pihak bertikai yang menguasai mereka. Personil medis, sarana medis, transportasi medis dan peralatan medis harus dilindungi. Lambang palang merah atau bulan sabit merah di atas dasar putih adalah tanda perlindungan atas personil dan objek tersebut di atas, dan harus dihormati.4. Kombatan dan penduduk sipil yang berada di bawah penguasaan pihak lawan berhak untuk memperoleh penghormatan atas hidup, harga diri, hak pribadi, keyakinan politik, agama dan keyakinan lainnya. Mereka harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan ataupun balas dendam. Mereka berhak berkomunikasi dengan keluarganya serta berhak menerima bantuan. 5. Setiap orang berhak atas jaminan peradilan dan tak seorangpun dapat dituntut untuk bertanggungjawab atas suatu tindakan yang tidak dilakukannya. Tidak seorangpun dapat dijadikan sasaran penyiksaan fisik maupun mental atau hukuman badan yang kejam yang merendahkan martabat ataupun perlakuan lainnya. 6. Tidak satu pun pihak bertikai maupun anggota angkatan bersenjatanya mempunyai hak tak terbatas untuk memilih cara dan alat berperang. Dilarang untuk menggunakan alat dan cara berperang yang berpotensi mengakibatkan penderitaan dan kerugian yang tak perlu. 7. Pihak bertikai harus selalu membedakan antara penduduk sipil dan kombatan dalam rangka melindungi penduduk sipil dan hak milik mereka. Penduduk sipil, baik secara keseluruhan maupun perseorangan tidak boleh diserang. Penyerangan hanya boleh dilakukan semata-mata kepada objek militer.

KONVENSI JENEWA

Konvensi Jenewa 1864 meletakkan dasar-dasar bagi hukum perikemanusiaan modern. Karakter utamanya adalah: a. aturan tertulis yang memiliki jangkauan internasional untuk melindungi korban sengketa;

b. sifatnya multilateral, terbuka untuk semua negara;

c. adanya kewajiban untuk melakukan perawatan tanpa diskriminasi kepada personil militer yang terluka dan sakit;

d. penghormatan dan pemberian tanda kepada personil medis, transportasi dan perlengkapannya menggunakan sebuah lambang (palang merah di atas dasar putih).

Diawali dengan Konvensi Jenewa pertama tahun 1864, hukum perikemanusiaan modern berkembang dalam berbagai tahap, seringkali setelah sebuah kejadian di mana konvensi tersebut dibutuhkan, untuk memenuhi kebutuhan akan bantuan kemanusiaan yang terus berkembang sebagai akibat dari perkembangan dalam persenjataan serta jenis-jenis sengketa.

Perang Dunia I (1914-1918) menyaksikan penggunaan cara perang yang, (kalau tidak dapat dikatakan baru) dilakukan dalam skala yang tidak dikenal sebelumnya. Termasuk di dalamnya gas beracun, pemboman dari udara, dan penangkapan ratusan tawanan perang. Perjanjian di tahun 1925 dan 1929 merupakan tanggapan dari perkembangan ini.

Perang Dunia II (1939-1945) menyaksikan penduduk sipil dan personil militer tewas dalam jumlah yang seimbang, berbeda dengan saat Perang Dunia I, di mana perbandingannya adalah 1:10. Tahun 1949 masyarakat internasional bereaksi terhadap angka yang tragis tersebut, terlebih lagi terhadap efek buruk yang menimpa penduduk sipil, dengan merevisi Konvensi yang saat itu sedang berlaku dan mengadopsi perangkat hukum lain: Konvensi Jenewa ke-4 tentang perlindungan terhadap penduduk sipil. Belakangan di tahun 1977, Protokol Tambahan merupakan tanggapan atas efek kemanusiaan dalam perang kemerdekaan nasional, yang hanya diatur sebagian di dalam Konvensi 1949.

Keempat Konvensi Jenewa menegaskan penghormatan yang harus diberikan kepada setiap pribadi pada masa sengketa bersenjata. Keempat Konvensi tersebut adalah:I. Perbaikan keadaan yang luka dan sakit dalam angkatan bersenjata di medan pertempuran darat

II. Perbaikan keadaan anggota angkatan bersenjata di laut yang luka, sakit dan korban karam

III. Perlakuan tawanan perang IV. Perlindungan penduduk sipil di waktu perang

PROTOKOL TAMBAHAN 1977

Protokol Tambahan merupakan tanggapan atas efek kemanusiaan dalam perang kemerdekaan nasional, yang hanya diatur sebagian di dalam Konvensi 1949. Dua protokol tambahan diadopsi, yang menguatkan perlindungan terhadap korban sengketa internasional (protokol I) dan sengketa non-internasional (protokol II). Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977 terdiri hampir 600 pasal dan merupakan perangkat utama hukum perikemanusiaan internasional. Hanya sebuah negara yang dapat menjadi peserta perjanjian internasional, begitu pula untuk menjadi peserta Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahannya. Di tahun 2002 hampir semua negara di dunia 190 tepatnya menjadi peserta Konvensi Jenewa. Fakta bahwa perjanjian ini merupakan salah satu yang diterima di sejumlah besar negara membuktikan kesemestaannya. Sedangkan mengenai Protokol Tambahannya, 157 negara menjadi peserta Protokol I dan 150 peserta Protokol II.

HPI dan HAM

Hukum perikemanusiaan internasional dan hukum hak asasi manusia internasional (selanjutnya disebut hukum HAM) saling melengkapi. Keduanya bermaksud untuk melindungi individu, walaupun dilaksanakan dalam situasi dan cara yang berbeda. HPI berlaku dalam situasi sengketa bersenjata, sedangkan hukum HAM atau setidaknya sebagian daripadanya, melindungi individu di setiap saat, dalam masa perang maupun damai. Tujuan dari HPI adalah melindungi korban dengan berusaha membatasi penderitaan yang diakibatkan oleh perang, hukum HAM bertujuan untuk melindungi individu dan menjamin perkembangannya.

Kepedulian utama HPI adalah mengenai perlakuan terhadap individu yang jatuh ke tangan pihak lawan dan mengenai metode peperangan, sedangkan hukum HAM pada intinya mencegah perlakuan semena-mena dengan membatasi kekuasaan negara atas individu. Hukum HAM tidak bertujuan untuk mengatur bagaimana suatu operasi militer dilaksanakan. Untuk memastikan penghormatannya, HPI membentuk suatu mekanisme yang mengadakan sebuah bentuk pengawasan terus-menerus atas pelaksanaannya; mekanisme itu memberi penekanan pada kerjasama antara para pihak yang bersengketa dengan penengah yang netral, dengan tujuan untuk mencegah pelanggaran. Sebagai konsekwensinya, pendekatan ICRC yang perannya menjamin penghormatan terhadap HPI memberikan prioritas pada persuasi.

Mekanisme untuk memonitor hukum HAM sangat bevariasi. Dalam banyak kasus, lembaga yang berwenang dituntut untuk menentukan apakan sebuah negara telah menghormati hukum. Contohnya, Mahkamah HAM Eropa, setelah penyelesaian pendahuluan oleh seseorang, dapat menyatakan bahwa Konvensi HAM Eropa telah dilanggar oleh penguasa negara. Penguasa ini selanjutnya wajib untuk mengambil langkah yang perlu untuk memastikan bahwa situasi internal itu sesuai dengan persyaratan yang diminta oleh Konvensi. Mekanisme pelaksanaan HAM pada intinya bermaksud untuk meluruskan segala kerusakan yang terjadi.

C. PALANG MERAH INDONESIA

Sejarah Singkat

Upaya pendirian organisasi Palang Merah Indonesia sudah dimulai semenjak sebelum Perang Dunia ke II oleh Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan, dimana sebelumnya telah ada organisasi palang merah di Indonesia yang bernama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI) yang didirikan oleh Belanda. Tetapi upaya upaya ini masih ditentang oleh pemerintah kolonial Belanda dan Jepang.

Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, atas instruksi Presiden Soekarno maka dibentuklah badan Palang Merah Indonesia oleh Panitia 5 (lima), yaitu :

Ketua

: Dr. R. Mochtar

Penulis

: Dr. Bahder Djohan

Anggota: Dr. Djoehana

Dr. Marzuki

Dr. Sitanala

Sehingga pada tanggal 17 September 1945 tersusun Pengurus Besar PMI yang pertama yang dilantik oleh Wakil Presiden RI Moch. Hatta yang sekaligus beliau sebagai Ketuanya.

Dasar Hukum

-Keppres No. 25 Tahun 1950

Karena sejak dibentuk pada tahun 1945 hingga akhir tahun 1949 PMI ikut terjun dalam mempertahankan kemerdekaan RI sebagai alat perjuangan, yang karena tidak sempat melakukan penataan organisasi sebagaimana mestinya, pengesahan secara hukum baru dilakukan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat No. 25 Tahun 1950 yang dikeluarkan tanggal 16 Januari 1950. Yang menetapkan:

Mengesahkan Anggaran Dasar dari dan mengakui sebagai badan hukum Perhimpunan Palang Merah Indonesia, menunjuk Perhimpunan Palang Merah Indonesia sebagai satu satunya organisasi untuk menjalankan pekerjaan palang merah di Republik Indonesia Serikat menurut Conventie Geneve (1864,1906,1929,1949)

( isi lengkap Keppres dapat dilihat di lampiran AD/ART PMI )

Penegasan tersebut bukanlah sekedar untuk memberikan landasan hukum PMI sebagai organisasi sosial tetapi juga mempunyai latar belakang pertimbangan dan tujuan yang bersifat Internasional sebagai hasil dari Perundingan Meja Bundar tanggal 27 Desember 1949.

-Keppres No. 246 Tahun 1963

Pada 29 November 1963 pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 246 Tahun 1963 yang melengkapi Keppres No. 25 Tahun 1950. Melalui Keppres ini pemerintah Republik Indonesia mengesahkan :

Tugas Pokok dan Kegiatan Kegiatan Palang Merah Indonesia yang berazaskan Perikemanusiaan dan atas dasar sukarela dengan tidak membeda bedakan bangsa, golongan dan faham politik

( isi lengkap Keppres dapat dilihat di lampiran AD/ART PMI )

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah salah satu landasan hukum dari Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang mengatur asas, tujuan, struktur internal organisasi, prosedur, hubungan dan kerjasama dengan berbagai komponen organisasi.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga merupakan konstitusi organisasi di dalam menjalankan visi dan misi organisasi. Sehingga menjadi suatu kewajiban bagi segenap komponen organisasi untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sesuai dengan fungsi dan kedudukan masing masing komponen dalam organisasi.

Anggaran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Palang Merah Indonesia bersifat Nasional dan ditetapkan setiap 5 tahun sekali melalui mekanisme Musyawarah Nasional dengan memenuhi beberapa syarat, seperti yang tertera dalam AD/ART PMI.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI disahkan pertama kali oleh pemerintah dengan Keputusan Presiden RIS No. 25 Tahun 1950. Walaupun telah disahkan oleh Pemerintah, namun AD/ART dapat disempurnakan oleh Musyawarah Nasional PMI.

Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar dan merupakan penjabaran serta ketentuan lebih lanjut mengenai hal hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI mengatur hal hal sebagai berikut:

1. Nama, waktu, status dan kedudukan

2. Asas dan tujuan

3. Prinsip dasar

4. Lambang dan Lagu

5. Pelindung

6. Keanggotaan

7. Susunan Organisasi

8. Musyawarah dan Rapat

9. Kepengurusan

10. Markas

11. Upaya Kesehatan Transfusi Darah

12. Hubungan dan Kerjasama

13. Perbendaharaan

14. Pembinaan

15. Pembekuan Pengurus

16. Penghargaan

17. Perubahan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga

Sebagai lampiran juga terdapat :

1. Lambang ( gambar & penjelasan )

2. Lagu Hymne PMI dan Mars PMI (syair dan notasi nada )

3. Salinan Keppres No. 25 Tahun 1950 dan Keppres No. 246 Tahun 1963

4. Susunan Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia Masa Bakti yang berlaku

-Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1980

PP No. 18 Tahun 1980 adalah keputusan pemerintah yang memberikan tugas khusus kepada Palang Merah Indonesia untuk menyelenggarakan Upaya Kesehatan Transfusi Darah (UKTD).

Tugas ini dilaksanakan secara tersendiri, otonom dengan, bimbingan, pengawasan dan pembinaan, baik oleh jajaran Kepengurusan PMI maupun jajaran Departemen Kesehatan.

Kegiatan ini mencakup :

Pemilihan (seleksi) penyumbang darah Penyadapan darah Pengamanan darah Penyimpanan darah Penyampaian darahPengadaan darah dilakukan atas dasar sukarela tanpa maksud mencari keuntungan maupun menjadikan darah objek jual beli.

Hasil kegiatan UKTD PMI adalah darah yang sehat, aman dan tersedia tepat waktu. Disamping itu darah dapat diolah menjadi komponen komponen darah yang dapat diberikan kepada pasien dengan tepat sesuai kebutuhan.

Donor Darah Sukarela (DDS) adalah donor darah yang memberikan darahnya dengan sukarela tanpa melihat sendiri atau mengetahui kepada siapa darah itu diberikan.

Donor Darah Pengganti (DDP) adalah donor darah yang darahnya diberikan untuk menolong saudaranya atau temannya yang sakit yang memerlukan darah.

-Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 023/Birhub/1972

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 023/Birhub/1972, PMI dapat menyelenggarakan Pertolongan Pertama maupun menyelenggarakan pendidikan Pertolongan Pertama serta dapat mendirikan pos pertolongan pertama.

Peraturan ini menjadi dasar bagi Palang Merah Indonesia dalam menyebarluaskan ketrampilan Pertolongan Pertama baik bagi internal PMI maupun kepada eksternal PMI.

Sistem dan Struktur Organisasi PMI

Palang Merah Indonesia (PMI), adalah lembaga sosial kemanusiaan yang netral dan mandiri, yang didirikan dengan tujuan untuk membantu meringankan penderitaan sesama manusia akibat bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, tanpa membedakan latar belakang korban yang ditolong.

Tujuannya semata - mata hanya untuk mengurangi penderitaan sesama manusia sesuai dengan kebutuhan dan mendahulukan keadaan yang lebih parah.

Perhimpunan Nasional yang berfungsi baik mempunyai struktur, sistem dan prosedur yang memungkinkan untuk memenuhi visi dan misinya. Struktur, sistem dan prosedur Palang Merah Indonesia tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI.

Suatu perhimpunan Palang Merah Nasional, yang terikat dengan Prinsip Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, maka PMI jelas merupakan lembaga yang independen serta berstatus sebagai Organisasi Masyarakat, namun dibentuk oleh Pemerintah serta mendapat tugas dari Pemerintah.

Tugas Pemerintah yang diserahkan kepada PMI adalah sebagai berikut :

Pertama :

Tugas tugas dalam bidang kepalangmerahan yang erat hubungannya dengan Konvensi Jenewa dan ketentuan ketentuan Liga Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (saat ini dikenal dengan nama Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional), sebagai Lembaga yang menghimpun keanggotaan Perhimpunan Palang Merah Nasional.

Kedua :

Tugas khusus untuk melakukan tugas pelayanan transfusi darah, berupa pengadaan, pengolahan dan penyediaan darah yang tepat bagi masyarakat yang membutuhkan.

Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI, susunan Organisasi Palang Merah Indonesia adalah sebagai berikut :

PMI Pusat berkedudukan di Ibu Kota Negara

PMI Daerah berkedudukan di Ibu Kota Propinsi

PMI Cabang berkedudukan di Kota/ Kab.

PMI Cabang dapat membentuk PMI Ranting yang berada di tingkat kecamatan.

Visi dan Misi PMI

Untuk menjadi Perhimpunan Nasional yang berfungsi baik, Palang Merah Indonesia mempunyai visi dan misi yang dinyatakan dengan jelas, dengan kata lain, konsep yang jelas tentang apa yang ingin dilakukannya. Visi dan misi diharapkan dapat dimengerti dengan baik dan didukung secara luas oleh seluruh anggota di seluruh tingkatan. Visi dan misi harus berpedoman pada Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional serta beroperasi sesuai dengan Prinsip Dasar.

Visi PMI :

Palang Merah Indonesia (PMI) mampu dan siap menyediakan pelayanan kepalangmerahan dengan cepat dan tepat dengan berpegang teguh pada Prinsip-Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

Misi PMI :

1. Menyebarluaskan dan mendorong aplikasi secara konsisten Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

2. Melaksanakan kesiapsiagaan di dalam penanggulangan bencana dan konflik yang berbasis pada masyarakat.

2. Memberikan bantuan dalam bidang kesehatan yang berbasis masyarakat.

3. Pengelolaan transfusi darah secara profesional.

4. Berperan aktif dalam penanggulangan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA.

5. Menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan.

6. Meningkatkan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI secara berkesinambungan disertai dengan perlindungan terhadap relawan dan karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.

7. Pengembangan dan penguatan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI guna meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusia, sumber daya dan dana agar visi, misi dan program PMI dapat diwujudkan secara berkesinambungan.

GARIS-GARIS KEBIJAKAN PMI

1. Penyebarluasan Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional serta Hukum Perikemanusiaan Internasional ( HPI ).

a. Penyusunan pedoman deseminasi Gerakan PMI dan HPI dengan melaksanakan program publikasi HPI bekerjasama dengan organisasi terkait, mengembangkan program pembinaan dan pelatihan ketrampilan hidup yang berorganisasi pada jiwa kepalang merahan bagi anggota PMI.

b. Mendorong pemerintah dalam upaya ratifikasi Protokol Tambahan I dan II ( 1977 ) yaitu perlindungan relawan PMI dalam melaksanakan tugas yang menggunakan lambang Palang Merah.

2. Pelayanan Kepalang Merahan.

a. Bantuan dan Perlindungan.

Pelatihan relawan dan penyediaan sarana bantuan penanggulangan bencana untuk daerah rawan bencana serta penyediaan dana darurat tingkat nasional, regional.

Pelaksanaan program penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat.

b. Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat.

Pelaksanaan program pelayanan sosial kesehatan masyarakat.

Bekerja sama dengan jasa Raharja dan Kepolisian untuk pertolongan korban kecelakaan.

Pelaksanaan pelayanan kepada kelompok lanjut usia dengan pendekatan perawatan keluarga oleh KSR dan PMR.

c. Usaha Kesehatan Tranfusi Darah.

Peningkatan Jumlah Donor Darah Sukarela melalui penyuluhan, penyediaan darah yang bermutu serta subsidi service cost.

Pemantapan pembinaan teknis verifikasi usaha kesehatan tranfusi darah secara berjenjang.

Peningkatan kualitas tenaga Unit Tranfusi Darah disetiap Cabang.

Secara bertahap melaksanakan akreditas Unit Tranfusi Darah Cabang.

3. Pembinaan Generasi Muda.

a. Pembinaan remaja dan mahasiswa dengan pembentukan Kelompok Palang Merah Remaja dan Unit Korps Sukarela PMI di semua jajaran serta peningkatan pembinaan dan pengembangan terpadu Palang Merah Remaja ( PMR ) dan Korps Sukarela ( KSR ).

b. Pelatihan dan pembinaan Pemuda Sebaya dalam pelayanan kepalang merahan, kesehatan dan kesejahteraan, persahabatan serta pengabdian masyarakat.

4. Konsilidasi Organisasi.

a. Pemantapan organisasi secara berjenjang melalui Musyawarah Nasional ( Pengurus Pusat ), Musyawarah Daerah ( Pengurus Daerah Propinsi ), Musyawarah Cabang ( Pengurus Cabang Kota/ Kab. ), Musyawarah Ranting ( Pengurus Kecamatan ).

b. Peningkatan pembinaan dan pengembangan relawan, Korps Sukarela ( KSR ), Palang Merah Remaja ( PMR ), Tenaga Sukarela ( TSR ) serta Donor Darah Sukarela ( DDS ).

c. Peningkatan sistem informasi kegiatan kepalang merahan melalui laporan rutin, media cetak dan elektronik.

KEGIATAN-KEGIATAN PMI

Bidang Pendidikan dan Latihan

Menyebarluaskan hasil pendidikan dan pelatihan secara berjenjang.

Inventarisasi dan pengingkatan mutu pelatih PMI.

Pembinaan generasi muda melalui kegiatan Jumpa Bakti dan Gembira ( Jumbara ) PMR dan Temu Karya KSR serta latihan bersama.

Pelatihan Pendidikan Remaja Sebaya ( PRS ) untuk membantu Remaja dalam menggulangi merebaknya korban Narkoba, HIV/AIDS

Bidang Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana.

Penyiapan Tim Satuan Tugas Penanggulangan Bencana ( SATGANA ) dimasing-masing Cabang dan Ranting.

Peningkatan kemampuan Tim SATGANA dan kelengkapan sarana dan prasarana.

Menyusun pendataan / peta daerah rawan bencana.

Menyiapkan logistik awal dengan kesiapan Posko Penanggulangan Bencana bekerjasama dengan Satlak PB.

Meningkatkan kemampuan pendataan dan layanan Tracing and Mailing Service ( TMS ).

Membentuk Tim inti/ elit SATGANA yang di beri nama TBRC ( Tim Bantuan Reaksi Cepat ).

Bidang Tranfusi Darah.

Meningkatkan pelayanan UTDC secara maksimal dengan servise cost yang rasional.

Pembinaan Donor Darah Sukarela melalui pertemuan, penyerahan piagam penghargaan.

Penyempurnaan peralatan di Unit Tranfusi Darah.

Meningkatkan mutu pelayanan melalui Uji Saring Darah.

Bidang Sarana dan Prasarana.

Secara bertahap melengkapi sarana pendukung operasional.

Perawatan / pemeliharaan sarana yang tersedia.

Inventarisasi sarana sesuai penggunaannya.

KERJASAMA INTERNASIONAL

Dalam menghadapi tantangan kemanusiaan pada dekade mendatang telah ditetapkan Srategi 2010 yaitu MEMPERBAIKI HAJAT HIDUP MASYARAKAT RENTAN DENGAN MEMOBILISASI KEKUATAN MANUSIA dengan tujuan utama :

Mencegah penderitaan dengan membantu masyarakat menyiapkan dan mencegah kondisi yang menambah berentanan.

Membantu masyarakat yang menderita karena masyarakatnya kondisi berentanan akibat bencana atau krisis.

Meredakan penderitaan dengan mengurangi kondisi rentan melalui kestabilan keamanan sisial ekonomi.

Untuk menjalin kerjasama internasional perlu mengenal lembaga kapalang merahan internasional.

ICRC ( Internasional Comite of the Red Cross ) Adalah Lembaga kemanusiaan yang bersifat mandiri, merupakan pendiri gerakan kepalangmerahan sebagai penegak yang netral berdasarkan konvensi jenewa 1949, memberi perlindungan dan bantuan kepada para korban dalam pertikaian bersenjata Internasional maupun kekacauan dalam negeri.

IFRC ( Internasional Federation of the Red Cross ) Adalah Lembaga yang memajukan dan mempromosikan perikemanusiaan Nasional dalam kegiatan kemanusiaan untuk masyarakat yang menderita.

Federasi berusaha mencegah dan meringankan penderitaan mereka dengan mengkoordinir bantuan bencana internasional dan mengupayakan dukungan pengembangan.

Sampai sekarang diseluruh dunia terdapat 176 Perhimpunan Nasional, termasuk didalamnya PMI. Kegiatan perhimpunan nasional beragam diantaranya bantuan darurat pada bencana, pelayanan kesehatan bantuan sosial, pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan serta pelayanan tranfusi darah.

LAIN-LAIN

Ketua PMI yang pertama adalah MOH. HATTA yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI dan kemudian beliau lebih dikenal dengan Bapak Palang Merah Indonesia. NAMA-NAMA TOKOH YANG PERNAH MENJADI KETUA PMI PUSAT

1. Ketua PMI ke-Satu : Drs. Moh. Hatta = Tahun 1945 Tahun 1946

2. Ketua PMI ke-Dua : Soetardjo Kartohadikoesoemo = Tahun 1946 Tahun 1948

3. Ketua PMI ke-Tiga : BPH Bintaro = Tahun 1948 Tahun 1952

4. Ketua PMI ke-Empat : Prof. Dr. Bahder Djohan = Tahun 1952 Tahun 1954

5. Ketua PMI ke-Lima : P.A.A Paku Alam VIII = Tahun 1954 Tahun 1966

6. Ketua PMI ke-Enam : Letjen Basuki Rahmat = Tahun 1966 tahun 1969

7. Ketua PMI ke-Tujuh : Prof. Dr. Satria = Tahun 1969 Tahun 1982

8. Ketua PMI ke-Delapan : dr. Soeyoso Soemidimejo = Tahun 1982 Tahun 1986

9. Ketua PMI ke-Sembilan : Dr. H. Ibnu Sutowo = Tahun 1986 Tahun 1994

10. Ketua PMI ke-Sepuluh : Hj. Siti Hardiyanti Rukmana = Tahun 1994 Tahun 1999

11. Ketua PMI ke-Sebelas : Marie Muhammad = Tahun 1999 2009 12. Ketua PMI ke-Duabelas : Yusuf Kalla = tahun 2009 2014 D. PALANG MERAH REMAJA ( WIRA )

Sejarah Singkat

PMR dibentuk oleh PMI pada Kongres PMI tanggal 25-27 Januari 1950 di Jakarta. Palang Merah Remaja dulu bernama Palang Merah Pemuda (PMP ) didirikan tanggal 1 Maret 1950 dipimpin oleh Nn. Siti Dasimah.Saat itu 15 Cabang PMI yang memiliki PMP dengan 2047 anggota. Hal itu merupakan perwujudan dari keputusan Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Terbentuknya PMR di Indonesia atau dibeberapa Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Nasional dilatar belakangi oleh Perang Dunia I ( PD I ). Pada waktu itu Austria juga mengalami peperangan, dimana Palang Merah Austria mengerahkan anak-anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Kepada mereka diberi tugas yang ringan seperti ; mengumpulkan pakaian bekas, menghimpunmajalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya. Anak-anak tersebut dihimpun dalam sebuah organisasi yang dinamakan Palang Merah Remaja. Kemudian prakarsa ini diterima Liga Perhimpunan Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah Nasional. Pada sidang pertama tahun 1919, diputuskan bahwa Gerakan Palang Merah Remaja menjadi suatu bagian dari Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Kemudian usaha itu diikuti oleh negara lain. Pada tahun 1990 dari 149 Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sebagian besar sudah memiliki PMR.

Lingkup kegiatan PMR Wira ;

Membantu meringankan pekerjaan orang tua. Menjaga kebersihan sekolah, menolong teman yang sakit atau menengok yang sakit. Mengadakan kunjungan/ anjangsana ke Panti Asuhan. Petugas P3K dan UKS. Membantu penyelenggaraan Posyandu. Anjangsana antar anggota PMR dalam dan luar negeri.Dan lain sebagainya

Struktur PMR

1. PMR Mula : SD/MI

: usia 10 12 tahun

2. PMR Madya: SMP/MTs: usia 12 15 tahun

3. PMR Wira: SMA/MA: usia 15 17 tahun

Tri Bakti PMR

a. Berbakti kepada masyarakat.

b. Mempertinggi keterampilan serta memeliharan kebersihan dan kesehatan.

c. Mempererat persahabatan Nasional dan Internasional.

Tugas dan Peran PMR Wira

Tugas

1. Belajar dan berlatih untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.

2. Menjadi suri teladan dalam kehidupan sehari-hari kepada remaja yang sebaya.

3. Memelihara kebersihan, kesehatan pribadi dan lingkungannya.

4. Ikut serta dalam kegiatan meringankan penderitaan akibat kecelakaan, musibah/ bencana.

Peran

a. Sebagai tenaga pembantu PMI dalam melaksanakan tugas kemanusiaan, seperti P3K, kejadian musibah/ bencana di bidang Dapur Umum, pengungsian, penampungan sementara dan evakuasi korban.

b. Ikut membantu pemerintah dalam rangka Pembangunan Kesehatan Masyarakat ( PKM ) seperti penimbangan balita, peningkatan gizi keluarga dan kesejahteraan masyarakat ( KM ).

Hak dan Kewajiban Anggota PMR

a. Hak Anggota PMR

1) Mendapatkan pembinaan dan pengembangan oleh PMI

2) Menyampaikan pendapat dalam forum/pertemuan resmi PMI

3) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMR

4) Mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA)

b. Kewajiban Anggota PMR

1. Menjalankan dan membantu menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan kegiatan PMI

2. Mematuhi AD/ART

3. Melaksanakan Tri Bhakti PMR

4. Menjaga nama baik PMI

5. Membayar uang iuran keaggotaan

Lingkup Kegiatan PMR Wira dalam Tri Bakti

Berbakti kepada masyarakat

1) Dapat menyanyikan lagu Mars PMI dan Bakti Remaja

2) Dapat membuat bagan struktur organisasi PMR

3) Tahu alamat PMI Cabang, PMI Daerah serta Markas Pusat PMI

4) Tahu susunan pengurus PMI Cabang dan PMI Daerah serta PMI Pusat

5) Tahu kegiatan dan tanda pengenal PMR

6) Tahu tempat puskesmas, rumah sakit, bidan, dan dokter dilingkungannya

7) Tahu cara menghubungi tenaga kesehatan dilingkungannya

8) Menengok teman yang sakit

9) Membantu orang tua menyelesaikan pekerjaan rumah

10) Tahu alamat rumah sendiri

11) Tahu cara menjaga kebersihan lingkungan

12) Pernah ikut gotong royong , membersihkan tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, puskesmas dan lingkungan tempat tinggalnya

13) Pernah menyumbang tenaga/materi kepada korban bencana

14) Melaksanakan kegiatan bakti masyarakat, misal sosialisasi pencegahan penyakit/bencana dilingkungan sekolah dan keluarga

15) Melaksanakan lomba lingkungan sekolah sehat

16) Melaksanakan kunjungan sosial

17) Membantu tugas-tugas UTDC dalam kegiatan sosialisasi dan motivasi donor darah siswa

18) Menjadi donor darah siswa

19) Membantu kegiatan posyandu diwilayahnya

Melaksanakan kegiatan bakti masyarakat, misal sosialisasi pencegahan penyakit/bencana dilingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat

Mempertinggi keterampilan serta memeliharan kebersihan dan kesehatan

1) Menjadi Pelatih Remaja Sebaya

2) Dapat menjaga kebersihan, kesehatan diri dan keluarga, serta kerindangan lingkungan

3) Mengenal oabt-obatan ringan dan manfaatnya

4) Dapat melakukan pertolongan pertama kepada keluarga, dan teman sebayanya

5) Dapat melakukan perawatan keluarga di rumah

6) Mengikuti kegiatan kesehatan remaja

7) Dapat melakukan kegiatan kesiapsiagaan bencana untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat

Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah

Mempererat persahabatan Nasional dan Internasional

Menjalin persahabatan dengan anggota PMR dari PMI Daerah, PM/BSM, atau organisasi remaja lain:

Saling berkunjung untuk latihan bersama

Saling berkirim surat atau album persahabatan

Berkirim hasil kerajinan daerah, informasi pariwisataBAB 2

KEPEMIMPINAN

A. DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan adalah Kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi,mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkandan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh tersebut, selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya maksud dan tujuan tertentu.

Kepemimpinan ( leadership ) merupakan inti dari management, karena kepemimpinan merupakan pengaruh utama dalam mutu organisasi.

TUGAS KEPEMIMPINAN yang berhubungan dengan kerja kelompok. Memulai, initiating ; usaha agar kelompok mulai kegiatan atau gerakan tertentu.

Mengatur, regulating ; tindakan untuk mengatur arah dan langkah kegiatan kelompok.

Memberitahu, informing ; kegiatan memberi informasi, data, fakta, pendapat kepada para anggota dan sebaliknya.

Mendukung, supporting ; usaha untuk menerima gagasan, pendapat, usul dari bawah dan menyempurnakannya dengan menambah atau menguranginya untuk digunakan dalam rangka penyelesaian tugas bersama.

Menilai, evaluating ; tindakan untuk menguji gagasan yang muncul atau cara kerja yang diambil dengan menunjukkan konsekuensi-konsekuensinya dan untung ruginya.

Menyimpulkan, summarizing ; kegiatan unutk mengumpulkan dan merumuskan gagasan, pendapat dan usul yang muncul, menyingkat lalu menyimpulkan sebagai landasan untuk pemikiran lebih lanjut.

TUGAS KEPEMIMPINAN yang berhubungan dengan kekompakan kelompok, antara lain;

1. Mendorong, encouraging ; bersikap hangat, bersahabat, menerima orang lain.

2. Mengungkapkan perasaan, expressing feeling ; tindakan menyatakan perasaan terhadap kerja dan kekompakan kelompok,seperti rasa puas, rasa senang, rasa bangga, dan ikut seperasaan dengan orang-orang yang dipimpinnya pada waktu mengalami kesulitan, kegagalan dan lain-lain.

3. Mendamaikan, harmonizing ; tindakan mempertemukan dan mendamaikan pendapat-pendapat yang berbeda dan merukunkan orang-orang yang bersitegang satu sama lain.

4. Mengalah, compromizing ; kemauan untuk mengubah dan menyesuaikan pendapat dan perasaan sendiri dengan pendapat dan perasaan orang-orang yang dipimpinnya.

5. Memperlancar, gatekeeping ; kesediaan membantu mempermudah keikutsertaan para anggota dalam kelompok, sehingga semua rela menymbangkan dan mengungkapkan gagasan-gagasannya.

6. Memasang aturan permainan, setting standart ; tindakan menyampaikan aturan dan tata tertib yang membantu kehidupan kelompok.

FUNGSI KEPEMIMPINAN

1. Pengembangan Imajinasi, memiliki suatu visi yang dapat meneropong apa yang akan terjadi dan kemampuan melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, merupakan hal-hal yang sungguh penting jika seorang pemimpin hendak membawa anggota kelompoknya ke arah yang dituju.

2. Pengembangan kepatuhan kepada pemimpin dan kepada organisasi.

3. Pemrakarsaan, penggiatan, dan selanjutnya bertanggungjawab atas kemajuan rencana bagi realisasi suatu tujuan tertentu.

4. Pelaksanaan, yaitu melaksanakan keputusan yang bijaksana dan tepat.

5. Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.

6. Penganugerahan tanda penghargaan.

KETERAMPILAN DALAM KEPEMIMPINAN

a. Keterampilan Teknis ( technical skill ) ; bahwa seseorang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam setiap jenis proses atau teknik. Misalnya akuntan, jurumesin, dll.

b. Keterampilan Insani ( human skill ) ; adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain secara efektif dan untuk membina kerjasama.

c. Keterampilan Konseptual ( conceptual skill ) ; yakni kemampuan untuk berfikir dalam istilah yang berkaitan dengan perencanaan jangka panjang.

GAYA KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF.a. EXECUTIF, gaya ini menunjukkan bahwa adanya perhatian baik kepada tugas maupun kepada hubungan kerja dalam kelompok. Pimpinan berusaha memotivasi anggota dan menetapkan standart kerja yang tinggi serta mau mengerti perbedaan individu, dan menempatkan individu sebagai manusia.

b. DEVELOPER, gaya ini memberikan perhatian yang cukup tinggi terhadap hubungan kerja dalam kelompok dan perhatian minimum terhadap tugas pekerjaan. Pimpinan yang menganut gaya ini sangat memperhatikan pengembangan individu.

c. BENEVOLENT AUTOCRAT, gaya ini memberikan perhatian yang tinggi terhadap tugas dan rendah dalam hubungan kerja. Pemimpin yang menganut gaya ini mengetahui secara tepat apa yang ia inginkan dan bagaimana memperoleh yang diinginkan tersebut tanpa menyebabkan ketidakseganan di pihak lain.

d. BIROKRAT, gaya ini memberikan perhatian yang rendah terhadap tugas maupun terhadap hubungan. Pemimpin yang menganut gaya ini menerima setiap peraturan dan berusaha memeliharanya dan melaksanakannya.

TIPE KEPEMIMPINAN ;

Otokratis ; Pada gaya kepemimpinan ini semua kebijakan ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya. Semua perintah, pemberian dan pembagian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya.

Militeristis ;Pemimpin yang bersifat militeristis ini memiliki sifat-sifat antara lain; menggerakkan bawahan dengan sitem perintah, jabatan dan pangkat memegang peranan, formalitas yang berlebih-lebihan, disiplin yang tinggi dan kaku, tidak mau dikritik, senang dengan upacara-upacara.

Paternalistis ; Pemimpin yang bersifat paternalistis memiliki sifat ; bawahan dianggap belum dewasa, melindungi bawahan dengan berlebih-lebihan, tidak diber kesempatan mengambil keputusan bagi bawahan, bersikap maha tahu, bawahan jarang diberi kesempatan berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas serta fantasi.

Kharismatis ; Tipe pemimpin kharismatis memiliki sifat ; memiliki daya tarik yang amat besar, memiliki kekuatan ghaib, profil-kesehatan-umur dan kekayaan tidak menjadi faktor penyebab berkurangnya kharisma.

Demokratis ; Segala kebijakan dan keputusan penting berasal dari dan disesuaikan dengan tuntutan situasi kelompok, dimana pemimpin bersama-sama dengan anggota kelompok ambiul bagian secara aktif didalam perumusan dan penetapan kebijkan umum, keputusan-keputusan penting dan program lembaga kerja itu.

SIFAT-SIFAT PEMIMPIN YANG BAIK.

1. Niat khitmad kepada Allah dan organisasi.

2. Adil, setia dan ikhlas berkorban dan pantang menyerah.

3. Penuh energi dan kreatif juga gemar beraktifitas.

4. Tidak emosional, simpatik dan fleksibel.

5. Cakap dan banyak akal, terampil dan terbuka.

6. Mengindahkan pendapat umum dan selalu dalam posisi menyerang.

7. Selalu siap mental untuk jatuh dan bangun kembali.

8. Bermasyarakat baik kepada anggota kelompok maupun orang lain.

9. Taqwa kepada Allah SWT.

ASAS KEPEMIMPINAN

Asas kepemimpinan berdasarkan Pancasila terdiri atas ;

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, berkeyakinan agama yang kuat dan taat menjalankan kewajiban agamanya.

2. Ing Ngarsa Sung Tulada, yaitu menjadi teladan bagi anggotanya.

3. Ing Madya Mangun Karsa , yaitu memberi motovasi, menggugah semangat anggotanya untuk maju.

4. Tut Wuri Handayani , yaitu memberi pengaruh yang baik dan mendorong anggotanya untuk maju.

5. Waspada Purba Wasesa , yaitu mengawasi dan mengoreksi anggotanya.

6. Ambeg Parama Arta , yaitu mampu memilih dengan tepat apa yang harus di prioritaskan, dikerjakan lebih dahulu.

7. Prasaja , yaitu tingkah laku dan cara hidup yang sederhana dan tidak berlebih lebihan.

8. Setya , yaitu sikap loyal kepada pemimpin, anggota dan sesama rekan.

9. Hemat , yaitu kesadaran dan kemampuan menggunakan secara tepat, tenaga, waktu, harta segala miliknya.

10. Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan sikap dan tindakannya, dan berani menerima kritik yang sehat dan membangun.

11. Pewarisan ( alih generasi ), yaitu kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tugas dan tanggung jawab serta kedudukannya kepada generasi berikutnya.

B. KEORGANISASIAN

Organisasi adalah bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama serta secara formil terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan mana terdapat seorang/ beberapa orang yang disebut atasan dan orang / kelompok orang yang disebut bawahan.

UNSUR UNSUR ORGANISASI

a. Peraturan Dasar ( PD ) dan Peraturan Rumah Tangga ( PRT )

b. Personalia organisasi.

c. Struktur Organisasi.

d. Pembagian kerja.

e. Program kerja.

f. Permusyawaratan.

MACAM MACAM ORGANISASI

Berdasarkan unsur-unsur organisasi dapat dibedakan sebagai berikut ;

1. Organisasi Pelajar/ Mahasiswa

: OSIS, PMII, HMI, dll

2. Organisasi Profesi

: IDI, ICMI, dll

3. Organisasi Minat

: Arema, Persebaya, dll

4. Organisasi Politik

: PKB, PAN, PNI, PDI-P, dll

5. Organisasi Sosial Keagamaan

: NU, Muhamadiyah dll

6. Organisasi Sosial

: LSM, Panti Asuhan dll

7. Organisasi Kemanusiaan

: PMI, ICRC dll

TANDA TANDA ORGANISASI

Suatu organisasi terwujud apabila ada sekelompok orang yang sepakat melakukan usaha bersama demi kepentingan bersama pula. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada tiga unsur penting dari suatu organisasi, yaitu ;

1. adanya sekelompok orang

2. adanya bersepakat untuk bekerjasama

3. adanya kepentingan bersama

Sekelompok orang itu terdiri dari atas individu-individu yang mempunyai tujuan sendiri, cita-cita sendiri, harapan sendiri. Kesepakatan untuk bekerja sama untuk tercapainya suatu tujuan.

Kelestarian suatu organisasi akan lebih terjamin apabila kerjasama yang terdapat didalamnya berlangsung dengan efektif dan efisien. Tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi itu hanya bisa dicapai apabila setiap orang didalam organisasi mempunyai keyakinan bahwa tujuan yang telah ditetapkan merupakan tujuan yang patut dan mungkin untuk dicapai.

PRINSIP PRINSIP ORGANISASI

Agar organisasi bisa berjalan dengan baik , maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ;

1. Tujuan yang jelas dan difahami oleh setiap anggota organisasi.

2. Adanya kesatuan arah/ komando.

3. Adanya pembagian kerja/ tugas.

4. Keseimbangan antara tugas, wewenang dan tanggung jawab.

5. Komunikasi

6. Kesinambungan ( terus menerus )

7. Koordinasi.

8. Saling asah dan asuh.

9. Pelimpahan kekuasaan.

10. Pengamatan, Pengawasan dan Pengecekan

11. Azas tahu diri (sadar akan kedudukannya dalam organisasi)

12. Kehayatan ( rasa saling memiliki yang kuat. Apabila yang satu sakit yang lain juga ikut merasakan ).

Agar organisasi itu tetap hidup maka perlu adanya DISIPLIN. Disiplin harus dijaga benar-benar. Berkaitan dengan hal itu perlu diketahui beberapa hal ;

1. Ketaatan, yaitu sikap menuruti ketentuan yang berlaku dalam organisasi.

2. Kesetiaan, yaitu ketaatan pada seseorang atau pimpinan organisasi didasarkan atas rasa percaya ataupun karena menaruh kepercayaan.

3. Keseganan, yaitu ketaatan yang didasarkan atas rasa takut terhadap wibawa seseorang.

4. Ketaatan Patriarchal, ketaatan terhadap orang yang dianggap bapak.

5. Ketaatan Yuridis, yaitu ketaatan kepada hukum yang didasarkan atas kesadaran serta pemahaman akan akibat/ sanksi terhadap negara khususnya pengadilan.

C. KOMUNIKASI

Istilah komunikasi berasal dari perkataan Communicare yang artinya memberitahukan ; menjadi miki bersama. Dalam arti bersama atau menjadi milik bersama, instilah communicare ditemukan sebagai common dalam istilah bahasa Inggris. Yang dimaksud sama disini, yaitu kesamaan makna. Jadi pada orang-orang yang terlibat komunikasi harus terdapat kesamaan makna. Dengan demikian dapat diartikan bahwa komunikasi adalah proses menyampaikan pikiran , perasaan atau kemauan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang yang bermakna sama bagi kedua belah pihak.

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF

Terdapat dua prinsip yaitu ;

1. Kepercayaan kepada komunikator.

2. Daya tarik komunikator.

Selanjutnya seorang komunikator akan sukses dalam kegiatan komunikasinya apabila ia menyesuaikan komunikasinya dengan citra atau komunikan, yaitu dengan cara memahami kepentingan ; kebutuhan, kecakapan, pengalaman, kemampuan berfikir dan sebagainya dari komunikan.

FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG KOMUNIKASI

1. FAKTOR PENGHAMBAT

Sifat egois

Emosional

Hubungan yang tidak serasi antara kedua belah pihak.

Pengalaman yang tidak baik.

Lingkungan fisik yang kurang menguntungkan.

Perbedaan status sosial

Permusuhan

Dll.

2. FAKTOR PENDUKUNG

Toleransi tinggi

Sopan dan santun dalam berucap.

Saling menghargai dan menghormati

Bahasa dengan bahasa yang baik dan mudah dimengerti.

Dll.

D. KERJASAMA

Kerjasama ( Cooperation ) adalah Hubungan antara dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama dan saling menguntungkan.

Kerjasama tidak sama dengan sama-sama kerja

PRINSIP-PRINSIP KERJASAMA

1) Adanya tujuan yang sudah ditetapkan bersama.

2) Adanya pengaturan dan pembagian tugas yang jelas.

3) Adanya koordinasi.

4) Kesediaan bekerja sambil memperhatikan dan menolong teman lainya.

5) Ada manfaat yang dirasakan semua pihak/ orang yang terlibat.

Keuntungan/ Pentingnya jika suatu program kerja/ kegiatan dilaksanakan dengan kerjasama yang baik adalah sebagai berikut ;

1) Meringankan tugas yang harus dipikul oleh masing-masing pihak/ orang.

2) Menghemat pikiran, tenaga dan dana yang selalu terbatas.

3) Memantapkan kegiatan, karena menjadi milik bersama.

4) Lebih memberi kesempatan semua pihak/ orang untuk mengembangkan kemampuannya dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KERJASAMA

*PENDUKUNG

Masing-masing pihak / orang sadar akan kekurangannya sendiri, dan mengakui kemampuan pihak/ orang lain.

Semua pihak/ orang mengerti serta memahami permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai.

Semua pihak / orang yang terlibat mampu berkomunikasi dengan baik ( adanya keterbukaan )

Adanya koordinasi yang mantap.

*PENGHAMBAT

Ada pihak/ orang yang bersikap menyerahkan pekerjaan kepada pihak/ orang lain da tidak bersedia bertanggungjawab terhadap penyelesaian kegiatan itu.

Ada pihak/ orang yang cenderung menampung semua pekerjaan, meskipun jelas ia tidak mampu mengerjakannya.

Ada pihak/ orang yang tidak bersedia memberikan sebagian dari kemampuannya untuk membantu pihak/ orang lain.

Sikap lekas puas terhadap hasil pekerjaannya sendiri, sehingga tidak memperlihatkandan tidak menaruh perhatian pada pihak/ orang lain yang masih bekerja.

Ada pihak/ orang yang menutup diri dan bersikap maha tahu.

Sebagai anggota PMR Kerjasama Tim Sangat-sangat dibutuhkan.

BRAVO PMR !

E. MOTIVASI

Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektifitas kerja.

*Menurut Morgan, Motivasi adalah Tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.

*Sedang menurut Maslow (1970 ) Motivasi adalah Tenaga pendorong dari dalam yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.

Ada 2 jenis motivasi, yaitu ;

1. Intrinsik

Adalah Motivasi yang datang dari dalam diri seseorang. Misalnya ; orang melakukan suatu kegiatan karena ingin menguasai suatu keterampilan tertentu yang dipandang akan berguna dalam pekerjaannya.

2. Ekstrinsik

Adalah Motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri seseorang. Misalnya ; orang bekerja karena ingin mendapat pujian atau ingin mendapat hadiah dari pimpinannya.

Kebutuhan Manusia yang dapat membangkitkan motivasi, ada 5 tingkatan ;

1) Kebutuhan Fisiologis ( physioligical needs ), kebutuhan makan, minuman, air da udara.

2) Kebutuhan Rasa Aman ( safety needs ), kebutuhan pakaian, tempat tinggal, perlindungan atas tindakan sewenang-wenang.

3) Kebutuhan Kasih Sayang ( belongingness and love needs ), kebutuhan disayangi, diterima dan dibutuhkan oleh orang lain.

4) Kebutuhan akan Rasa Harga Diri ( esteem needs ), hasrat untuk memperoleh kekuatan pribadi dan penghargaan atas apa-apa yang dilakukan.

5) Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ( need for actualization ), pemusik menciptakan komposisi musik atau ilmuwan menemukan suatu teori yang berguna bagi kehidupan.

F. MEMIMPIN KEGIATAN KELOMPOK

Fungsi pemimpin kelompok ;

1. Berinisiatif

a) Mengajukan tugas dan tujuan

b) Mengemukakan masalah yang timbul dalam kelompok.

c) Menyarankan cara atau ide untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah ( pemecahan masalah ).

2. Mencari Informasi

a) Meminta fakta atau keterangan benar yang ada kaitannya dengan tugas kelompok.

b) Meminta penjelasan dari pihak lain seandainya diperlukan oleh kelompok.

c) Mengajukan saran/ usul yang bersifat membangun dan positif.

3. Memberi Informasi

a) Menambah fakta

b) Menambah penjelasan yang masih diperlukan

c) Mengemukakan pendapat secara rasional.

d) Memberi contoh teladan berdasar pengalamannya sendiri.

4. Mengatur, mengarahkan

a) Menafsirkan atau mengembangkan ide yang dicetuskan.

b) Memperjelas hal-hal yang kabur.

c) Menjelaskan istilah yang digunakan.

d) Merinci masalah yang ada.

5. Menyimpulkan

a) Mengumpulkan pendapat yang saling terkait.

b) Menyimpulkan saran setelah didiskusikan oleh kelompok.

c) Mengajukan kepada kelompok konsep keputusan untuk disetujui atau ditolak.

6. Membantu, mendukung

a) Menciptakan suasana persahabatan, kesetiakawanan, saling pegertian, saling memberi dan menerima ( membentuk iklim )

b) Menghargai tiap anggota dan pendapatnya.

7. Menjaga saluran komunikasi

a) Menggalang partisipasi anggota kelompok.

b) Menyelaraskan pandangan yang berbeda dan menengahi pertikaian yang ada.

c) Mengusahakan adanya kompromi yang sehat dan positif.

G. BARIS BERBARIS

Adalah salah satu wujud latihan fisik yang diperlukan guna menanamkan disiplin, mempertebal rasa dan semangat kebangsaan, patriotisme serta rasa tanggungjawab yang tinggi melalui baris berbaris para anggota PMR memperoleh sikap lahir (ketegapan, ketangkasan, kelincahan, dan kerapian) yang diharapkan.

Dasar-Dasar Baris Berbaris

1. Pemimpin barisan harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

2. Tiap peserta barisan harus dapat memahami dan dapat melakukan semua ketentuan baris-berbaris dengan sebaik-baiknya.

3. Harus ada ketaatan/ kepatuhan pada peserta/ anggota barisan dalam melaksanakan tiap perintah yang diberikan oleh pimpinan barisan dengan tepat dan cepat.

4. Harus tercipta kerjasama yang baik diantara peserta/ anggota barisan.

ABA-ABA

Adalah Perintah yang diberikan oleh Pelatih/ Pimpinan barisan kepada barisan untuk dilaksanakan pada waktunya secara serentak dan berturut-turut.MACAM ABA-ABA

1. Aba-aba petunjuk, dipergunakan untuk menegaskan maksud dari aba-aba peringatan/ pelaksanaan.

2. Aba-aba peringatan, inti perintah yang cukup jelas, untuk dapat dilaksanakan tanpa ragu-ragu.

3. Aba-aba pelaksanaan, ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk/ peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut.

KEPADA PEMBINA UPACARA, HORMAT = GRAK *petunjuk,peringatan= perintahCARA MEMBERI ABA-ABA

1. Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba harus berdiri dalam sikap sempurna, dan mengahadap barisan terkecuali dalam keadaan yang tidak mengijinkan untuk melakukan itu.

2. Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba, maka dia terikat pada tempat yang telah ditentukan untuknya dan tidak menghadap barisan.

3. Pada taraf permulaan latihan aba-aba yang ditujukan kepada barisan yang sedang berjalan/ berlari, aba-aba pelaksanaannya selalu harus diberikan bertepatan dengan jatuhnya salah satu kaki yang pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan tambahan 1 langkah pada waktu berjalan/ 3 langkah pada waktu berlari. Sedang pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dapat diberikan bertepatan dengan jatuhnya kaki yang berlawanan yang pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan tambahan 2 langkah pada waktu berjalan / 4 langkah pada waktu berlari, kemudian berhenti atau dengan maju berubah bentuk dan arah daripada barisan.

4. Semua aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas dan bersemangat.

5. Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan dan pelaksanaan, pengucapannya tidak diberikan nada.

6. Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama dan terakhir. Nada pada suku kata terakhir diucapkan lebih panjang menurut besar kecilnya barisan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan dengan cara yang dihentakkan.

7. Waktu antara aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan diperpanjang sesuai dengan besar kecilnya barisan dan atau tingkatan perhatian barisan ( konentrasi perhatian). Dilarang memberi keterangan-keterangan lain di sela-sela aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan.

8. Bila Pada suatu bagian aba-aba diperlukan pembetulan, maka dikeluarkan perintah ULANGI.

GERAKAN DASAR DI TEMPAT

a. Sikap Sempurna

Badan/ tubuh berdiri tegak, kedua tumit rapat, kedua ujung kaki membentuk sudut 600, lutut lurus dan paha dirapatkan, berat badan dibagi atas dua kaki. Perut ditarik sedikit dan dada dibusungkan, pundak ditarik ke belakang sedikit dan tidak dinaikkan. Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan mengenggam ringan ( memeras santan ) dirapatkan pada paha, ibu jari menghadap kedepan. Leher lurus , dagu ditarik, mulut tertutup, gigi dirapatkan, mata memandang lurus mendatar kedepan, dan bernafar sewajarnya.

b. Istirahat

Kaki kiri dipindahkan ke samping kiri dengan jarak sepajang telapak kaki +30cm. Kedua lengan dibawa kebelakang di bawah pinggang, punggung tangan kanan diatas telapak tangan kiri tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan diantara ibu jari dan telunjuk serta kedua lengan dilemaskan badan dapat bergerak.

c. Lencang Kanan / Kiri ( hanya dalam bentuk bersaf )

d. Setengah Lencang Kanan/ Kiri

e. Lencang Depan ( hanya dalam bentuk berbanjar )

f. Berhitung

BAB 3

PERTOLONGAN PERTAMA ( PP )

DASAR PERTOLONGAN PERTAMA

Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.

Tujuan Pertolongan Pertama

1. Menyelamatkan jiwa penderita

2. Mencegah cacat

3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu

Dalam perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan menjadi bagian dari suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, yaitu sistem pelayanan kedaruratan bagi masyarakat yang membutuhkan, khususnya di bidang kesehatan.

Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu:

1. Akses dan Komunikasi

Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan, baik yang umum maupun yang khusus.

2. Pelayanan Pra Rumah Sakit

Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.

Klasifikasi Penolong:

a. Orang Awam

Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama

b. Penolong pertama

Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI

c. Tenaga Khusus/Terlatih

Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan

3. Tansportasi

Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

Dasar Hukum

Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa pasal yang berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain :

Persetujuan Pertolongan

Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama :

1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)

Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan

2. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)

Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.

Alat Perlindungan Diri

Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara lain :

a. Sarung tangan lateks

Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit.

b. Kaca mata pelindung

Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh manusia

c. Baju pelindung

Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh melalui pakaian.

d. Masker penolong

Mencegah penularan penyakit melalui udara

e. Masker Resusitasi Jantung Paru

Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas

f. Helm

Seiring risiko adanya benturan pada kepala meningkat. Helm dapat mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan.

Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama

Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan :

a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.

b. Dapat menjangkau penderita.

c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.

d. Meminta bantuan/rujukan.

e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban

f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.

g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.

h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.

i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.

Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama

Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :

a. Jujur dan bertanggungjawab.

b. Memiliki sikap profesional.

c. Kematangan emosi.

d. Kemampuan bersosialisasi.

e. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI. Secara berkesinambungan mengikuti kursus penyegaran.

f. Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik

g. Mempunyai rasa bangga.

Fungsi Alat dan Bahan Dasar

Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa peralatan dasar yang sebaiknya tersedia dan mampu digunakan oleh penolong di antaranya :

1. Alat dan bahan memeriksa korban

2. Alat dan bahan perawatan luka

3. Alat dan bahan perawatan patah tulang

4. Alat untuk memindahkan penderita

5. Alat lain yang dianggap perlu sesuai dengan kemampuan

ANATOMI

Pengertian pengertian

Anatomi (susunan Tubuh)Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh

Fisiologi (faal tubuh)

Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.

Posisi Anatomis

Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.

BIDANG ANATOMIS

Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal:

1. Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan

2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)

3. Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)

Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).

Pembagian tubuh manusia

Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi :

a. Kepala

Tengkorak, wajah, dan rahang bawah

b. Leher

c. Batang tubuh

Dada, perut, punggung, dan panggul

d. Anggota gerak atas

Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.

e. Anggota gerak bawah

Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.

Rongga dalam tubuh manusia

Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu :

a. Rongga tengkorak

Berisi otak dan bagian-bagiannya

b. Rongga tulang belakang

Berisi bumbung saraf atau spinal cord

c. Rongga dada

Berisi jantung dan paru

d. Rongga perut (abdomen)

Berisi berbagai berbagai organ pencernaan

Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:

i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)

ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)

iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)

iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).

e. Rongga panggul

Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam

Sistem dalam tubuh manusiaAgar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:

1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)

a. Menopang bagian tubuh

b. Melindungi organ tubuh

c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh

d. Memberi bentuk bangunan tubuh

2. Sistem Otot (muskularis)

Memungkinkan tubuh dapat bergerak

3. Sistem pernapasan (respirasi)

Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.

4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)

Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

5. Sistem saraf (nervus)

Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak disadari

6. Sistem pencernaan (digestif)

Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh

7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)

8. Sistem Kemih (urinarius)

9. Kulit

10. Panca Indera

11. Sistem Reproduksi

PENILAIAN

Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya.

Langkah langkah penilaian pada penderita

a. Penilaian Keadaan

b. Penilaian Dini

c. Pemeriksaan Fisik

d. Riwayat Penderita

e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut

f. Serah terima dan pelaporan

Penilaian keadaan

Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu.

Keamanan lokasi

Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan serta merta melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan seperti dibawah.

a. Bagaimana kondisi saat itu

b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi

c. Bagaimana mengatasinya

Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua ini berjalan bersamaan.

Tindakan saat tiba di lokasi

Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :

1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.

2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:

Nama Penolong

Nama Organisasi

Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang

3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.

4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.

5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.

6. Minta bantuan.

Sumber Informasi

Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari :

Kejadian itu sendiri.

Penderita (bila sadar).

Keluarga atau saksi.

Mekanisme kejadian.

Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.

Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.

Penilaian Dini

Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa korban.

Langkah-langkah penilaian dinia. Kesan umumSeiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.

Kasus Trauma Mempunyai tanda tanda yang jelas terlihat atau teraba.

Kasus Medis Tanpa tanda tanda yang terlihat atau teraba

b. Periksa Respon

Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderita

Terdapat 4 tingkat Respons penderita

A = Awas

Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.

S = Suara

Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.

N = Nyeri

Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada. T = Tidak respon

Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.

c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).

Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.

a. Pasien dengan respon

Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.b. Pasien yang tidak respon

Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas

d. Menilai pernapasan (Breathing)

Periksa ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan rasakan, nilai selama 3 5 detik.

Pernapasan yang cukup baik

i. Dada naik dan turun secara penuh

ii. Bernapas mudah dan lancar

iii. Kualitas pernapasan normal

(

4. Stadium AIDS (full blown)

Periode Jendela

HIV+

AIDS

3 6 Bulan

2 10 Tahun

1 2 Tahun

HIV Dapat Menular Melalui

1. Senggama

2. Tranfusi Darah

3. Jarum Suntik

4. Kehamilan

HIV Tidak Menular Melalui

1. Berjabat tangan dengan para penderita AIDS

2. Memberikan Pertolongan Pertama dengan prosedur yang benar.

3. Bermain bersama dengan pengidap HIV.

4. Berciuman tanpa kontak cairan mulut atau darah dari luka.

5. Tidur bersama dengan Odha ( Oranga Dengan HIV / AIDS )

6. Digigit nyamuk atau serangga.

7. Bertukar pakaian atau barang lain milih Odha

8. Berak atau kencing di WC umum.

9. Berenang bersama Odha

10. Anak yang digendong oleh Odha

11. Naik bus yang penuh sesak dengan Odha.

12. Percikan ludah, batuk atau bersin dari Odha.

13. Merawat Odha sesuai prosedur.

14. Makan dan minum bersama Odha.

Bagaimana sikap kita terhadap ODHA.

Kita harus bersikap biasa ( tanpa membedakan ) seperti sikap kita terhadap orang sehat atau penderita penyakit lain. Semua hal dapat dilaksanakan terhadap Odha, kecuali kegiatan yang menyebabkan adanya pemindahan/ kontak darah ( cairan tubuh lain ) dari Odha kepada orang lain. Sikap membedakan, apalagi memusuhi, akan membuat penderita tertekan. Akibatnya, dapat mendorong mereka menularkan penyakitnya secara tak bertanggungjawab. Sebaliknya Odha membutuhkan dukungan agar mereka memiliki kepercayaan diri dan mampu berbuat banyak bagi masyarakat.

Penggunaan prosedur Pertolongan Pertama yang aman ialah sebagai berikut;

Gunakan sarung tangan dan celemek untuk tugas perawatan.

Cucilah tangan setiap tugas.

Pakaian kotor dan berdarah harus dicuci dengan air panas.

Sikat gigi da