resume wira

59
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH SAKIT DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KOTA MAKASSAR Wiraswaty Kusumah Ratu 1 , Johannes Patanduk 2 , dan Achmad Zubair 2 1 Mahasiswa, Jurusan Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA, 2 Dosen, Jurusan Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA Abstrak Studi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit dan Prospek Pengembangannya di Kota Makassar. Rumah sakit merupakan salah satu penyelenggara kegiatan publik. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan rumah sakit berpotensi untuk menghasilkan sampah. Sampah rumah sakit tersebut dapat berupa limbah bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya dan jumlahnya dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan, sehingga diperlukan adanya pengelolaan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari cara pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji . Metode yang digunakan adalah metode pendekatan cross sectional dengan analisis bersifat deskriptif observasional. Hasil penelitian RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo memperoleh skor sebesar 80% sedangkan RSUD. Labuang Baji memperoleh skor hanya sebesar 20%. Secara keseluruhan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo telah memenuhi skor minimum 80% untuk pengelolaan limbah padat rumah sakit, sementara RSUD. Labuang Baji masih jauh dari skor minimum. Penilaian proses pengelolaan limbah dilakukan berdasarkan Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah Sakit dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004. Kata kunci: Sampah Padat, Sistem Pengelolaan Sampah, Rumah Sakit. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik merupakan kegiatan pemenuhan dasar sesuai hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Rumah sakit merupakan salah satu penyelenggara kegiatan publik. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan rumah sakit berpotensi untuk menghasilkan sampah. Sampah rumah sakit tersebut dapat berupa limbah bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya dan jumlahnya dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan. Sampah wajib dikelola 1

Upload: putri-balkhis

Post on 19-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hasil resume

TRANSCRIPT

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH SAKIT DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KOTA MAKASSAR

Wiraswaty Kusumah Ratu1, Johannes Patanduk2, dan Achmad Zubair2

1 Mahasiswa, Jurusan Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA, 2 Dosen, Jurusan Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA

AbstrakStudi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit dan Prospek Pengembangannya di Kota Makassar.

Rumah sakit merupakan salah satu penyelenggara kegiatan publik. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan rumah sakit berpotensi untuk menghasilkan sampah. Sampah rumah sakit tersebut dapat berupa limbah bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya dan jumlahnya dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan, sehingga diperlukan adanya pengelolaan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari cara pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji. Metode yang digunakan adalah metode pendekatan cross sectional dengan analisis bersifat deskriptif observasional.

Hasil penelitian RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo memperoleh skor sebesar 80% sedangkan RSUD. Labuang Baji memperoleh skor hanya sebesar 20%. Secara keseluruhan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo telah memenuhi skor minimum 80% untuk pengelolaan limbah padat rumah sakit, sementara RSUD. Labuang Baji masih jauh dari skor minimum. Penilaian proses pengelolaan limbah dilakukan berdasarkan Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah Sakit dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004.Kata kunci: Sampah Padat, Sistem Pengelolaan Sampah, Rumah Sakit.

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan kegiatan pemenuhan dasar sesuai hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Rumah sakit merupakan salah satu penyelenggara kegiatan publik. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan rumah sakit berpotensi untuk menghasilkan sampah. Sampah rumah sakit tersebut dapat berupa limbah bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya dan jumlahnya dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan. Sampah wajib dikelola karena setiap orang berhak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan (Undang-Undang No. 25 Tahun 2009, Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, Undang-Undnag No. 18 Tahun 2008, Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009).

Sampah rumah sakit mulai disadari sebagai bahan buangan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan lingkungan karena bahan yang terkandung didalamnya dapat menimbulkan dampak kesehatan dan menimbulkan cidera. Hal yang dapat dihindari dari terjadinya pencemaran lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit adalah dengan melakukan pengelolaan sampah rumah sakit. Pengelolaan sampah rumah sakit disesuaikan dengan kondisi sampah dan kemampuan rumah sakit. Kegiatan pengelolaan biasanya

1

meliputi penampungan sampah, pengangkutan, dan pembuangan akhir. Masih terdapat masalah dalam pengelolaan sampah rumah sakit. Walaupun sudah dilakukan pengelolaan sampah rumah sakit, tetapi masih dapat menjadi masalah di beberapa rumah sakit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

Mekanisme pengelolaan sampah rumah sakit, khususnya pengelolaan sampah, dapat dilaksanakan berdasarkan pada pendekatan system, yaitu konsep pemasukan (input), proses (process) dan keluaran (output). Masukan berupa peraturan kebijakan mengenai sanitasi rumah sakit, karakteristik sampah yang dihasilkan kegiatan di rumah sakit (jenis, sumber, volume), serta segala sumber daya yang digunakan dalam pengelolaan sampah rumah sakit (tenaga, biaya, fasilitas). Proses adalah bagaimana pengelolaan sampah tersebut dijalankan, mulai dari proses penampungan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampai pembuangan akhir. Keluaran adalah hasil proses pengelolaan sampah yang dilaksanakan rumah sakit.

Berdasarkan hasil kajian dari WHO yang dilakukan terhadap 100 buah rumah sakit di Jawa dan Bali pada tahun 2002 menunjukkkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari. Produksi sampah berupa limbah domestik sebesar 76,8% dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2%. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat rumah sakit) sebesar 376,089 ton/hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari lingkungan. Selain itu akibat kegiatan rumah sakit dapat mengganggu masyarakat disekitarnya, serta pekerja lainnya di luar rumah sakit seperti para petugas kebersihan (dinas kebersihan dan pemulung) sehingga perlu dilakukan pengelolaan terhadap sampah rumah sakit. (Jusuf, 2002).

Pada penelitian kali ini, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji menjadi pilihan peneliti sebagai tempat penelitian. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit tipe A dan tipe B dengan lingkup tugas dan fungsi pelayanan yang luas dan penting maka upaya pengelolaan sampah padat rumah sakit merupakan salah satu upaya untuk menciptakan lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman serta higienis. Pada kegiatan layanan maka Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji berkewajiban menyediakan sarana sanitasi yang memenuhi syarat. Berangkat dari gambaran tersebut, maka penulis ingin lebih lanjut mengetahui tentang sistem pengelolaan sampah padat dikedua rumah sakit tersebut dengan judul skripsi “Studi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit dan Prospek Pengembangannya di Kota Makassar” untuk mengetahui lebih jauh bagaimana sistem pengelolaan sampah rumah sakit di kota makassar. B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang bagaimana sistem pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji yang dijalankan pada rumah sakit tersebut, maka pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan adalah:

2

a. Bagaimana analisis mengenai input dalam pengelolaan sampah dikedua rumah sakit tersebut.

b. Bagaimana analisis mengenai proses dalam pengelolaan sampah dikedua rumah sakit tersebut.

c. Bagaimana analisis mengenai output dalam pengelolaan sampah dikedua rumah sakit tersebut.

C. Maksud dan Tujuan1. Maksud penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari jenis sampah dan cara pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.

2. Tujuan penelitianAdapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis aspek input (karakteristik sampah) dalam pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.

b. Untuk menganalisis aspek proses dalam pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.

c. Untuk menganalisis aspek output dalam pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.

D. Ruang Lingkup Penelitiana. Karakteristik sampah meliputi sumber, jenis dan jumlah sampah, serta

sumber daya pengelolaan sampah meliputi tenaga, sarana dan prasarana, biaya pengelolaan sampah.

b. Penampungan, pengangkutan, dan pembuangan akhir sampah.c. Jumlah sampah yang terkelola.

E. Manfaat1. Institusi

Manfaat penelitian bagi institusi rumah sakit yaitu diharapkan agar dapat memberikan masukan bagi pihak institusi tentang sistem pengelolaan sampah padat di rumah sakit yang telah ditetapkan.

2. AkademisManfaat penelitian bagi akademis yaitu agar dapat menerapkan dan

mengaplikasikan teori yang didapatkan selama studi di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Prodi Teknik Lingkungan dengan keadaan dilapangan, serta menambah wawasan ilmu lingkungan bagi penulis.

3. PenulisManfaat penelitian bagi penulis yaitu agar dapat menambah studi

kepustakaan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam penelitian ini lebih lanjut dan dapat memperluas wawasan berfikir sebagai usaha penggalian ilmu pengetahuan.

3

TINJAUAN PUSTAKAA. Sistem Manajemen Pengelolaan Sampah Rumah Sakit

Pengelolaan sampah rumah sakit harus dilakukan dengan benar dan efektif dan memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai sesuatu yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi, dan yang harus dibuang maka sampah tentu harus dikelola dengan baik. Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis) tidak menimbulkan kebakaran, dan sebagainya.

Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit didalam pelaksanaan pengelolaan sampah setiap rumah sakit harus melakukan reduksi sampah dimulai dari sumber, harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun, harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan sampah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

Menurut Candra, 2007 Pengelolaan sampah rumah sakit sangat diperlukan adanya suatu kebijakan dari manajemen dan prosedur-prosedur tertentu yang berhubungan dengan segala aspek dalam pengelolaan sampah rumah sakit.

Pengelolaan sampah layanan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hygiene rumah sakit dan pengendalian infeksi. Sampah layanan kesehatan sebagai reservoir mikroorganisme patogen, yang dapat menyebabkan kontaminasi dan infeksi. Jika sampah tidak dikelola dengan tepat, mikroorganisme dapat berpinadah melalui kontak langsung, diudara atau melalaui vector (lalat, tikus dan lain-lain).

Pada proses pengelolaan sampah diperlukan juga perangkat penunjang merupakan sarana dan prasarana yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Perangkat tersebut harus mempertimbangkan aspek ketersediaan anggaran, jumlah kunjungan dan lama rawat inap pasien, serta berbagai pertimbangan teknis yang lain. Perangkat penunjang yang digunakan, antara lain:

1. Wadah penampungan 2. Sarana pengangkutan 3. Sarana pembuangan dan pemusnahan

Menurut Wakner, 2007 secara umum fasilitas pelayanan kesehatan pada tingkat kabupaten kebawah harusnya terhindar dari pengolahan sampah oleh mereka sendiri tapi sampah harus diserahkan untuk diolah ke institusi khusus. Dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dari solusi pengolahan yang berbeda. Kesehatan masyarakat dan resiko kesehatan kerja dalam menggunakan sistem pengelolaan limbah layanan kesehatan sebagai berikut:

1. Pembakaran atau pengolahan menggunakan steam/uap (autoclave)

4

2. Suhu tinggi, incinerator bahan bakar minyak skala menengah3. Suhu tinggi incinerator bio-mass sekala kecil4. Pengontrolan sanitasi lokasi penimbunan tanpa pengolahan tapi paling

sedikit sehari-hari sampah tertanggulagi.Pengelolaan sampah merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup

penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan sampah termasuk penimbunan hasil pengolahan terakhir (BAPEDAL,1997).

Menurut Depkes RI (1997), bahwa pengelolaan sampah rumah sakit terdiri dari pemilahan, penampungan, pengangkutan dan pembuangan akhir.

B. Peraturan dan Perundangan Sampah Rumah SakitUpaya pengelolaan sampah rumah sakit salah satunya dapat dilaksanakan

dengan menyiapkan peraturan, pedoman, dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit (Adisasmito, 2007).

Peraturan dari Pemerintah dan kebijakan dari rumah sakit dapat meminimalkan resiko gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan. Rumah sakit di Indonesia dapat menerapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia atau dapat disesuaikan dengan kebijakan yang dibuat oleh pimpinan rumah sakit.

C. Sampah Rumah Sakit1. Defenisi Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia serta tidak terjadi dengan sendirinya (Mubarak, 2004). Jadi, sampah adalah sisa kegiatan manusia yang sudah tidak diinginkan dan dibuang yang berbentuk padat.

Sampah ialah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat (Soemirat, 2002). Menurut defenisi (WHO) yang dikutip oleh Chandra mengemukakan pengertian sampah adalah segala sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Badan lingkungan hidup menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Sedangkan menurut Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) sampah diartikan sebagai sesuatu bahan padat yang terjadi karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi

5

dan dibuang secara saniter, kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia. (Kusnoputranto, 1986).

Berdasarkan pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah adalah suatu benda berbentuk padat yang berhubungan dengan aktifitas atau kegiatan manusia, yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi dan dibuang secara saniter yaitu dengan cara-cara yang diterima umum sehingga perlu pengelolaan yang baik.

D. Pengelolaan Sampah Rumah SakitPengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat

dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya (Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Bab 2 Pasal 4). Pengelolaan sampah rumah sakit disesuaikan dengan kondisi sampah dan kemampuan rumah sakit untuk mengelolanya. Kegiatan pengelolaan biasanya meliputi penampungan sampah, pengangkutan, dan pembuangan akhir (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

1. PenampunganTahapan pengumpulan termasuk pengemasan dan pelabelan. Di rumah

sakit limbah infeksius kantong merah diletakkan di tempat perawatan menghasilkan limbah menular. Kantong hitam diletakkan di ruang perawatan pasien, kantor, kamar mandi, dan ruang tunggu. Kantong dikumpulkan setelah terisi 2/3 dari bagian kantong agar menghindari tumpahan (Tsakona et al, 2007).

Pengelolaan sampah non medis dipisahkan dari sampah medis. Sampah non medis ditampung menggunakan kantong plastik berwarna hitam dengan ukuran 60 cm x 100 cm dan ukuran 50 cm x 75 cm yang disediakan di dalam penampungan berupa tempat sampah yang terbuat dari fiber yang diletakkan di tiap-tiap unit. Sampah medis ditampung menggunakan kantong plastik berwarna kuning ukuran 50 cm x 75 cm diletakkan dalam bak sampah. Penyebaran tempat sampah medis dapat ditemui di ruang perawatan, ruang bedah, ruang poliklinik, ruang kebidanan, dan laboratorium (Paramita, 2007).

Setelah diangkut, sampah medis dikumpulkan dalam ruang khusus sampah medis, harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan pada musim kemarau paling lama 24 jam. Kemudian dibakar di incinerator (Paramita, 2007; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah terlebih dahulu ditampung di ruang penghasil sampah dengan jangka waktu tertentu. Penampungan sampah dilapisi dengan kantong plastik sesuai dengan persyaratan tertentu. Kantong plastik digunakan untuk memudahkan pengosongan dan pengangkutan dari wadah atau bak penampungan sampah. Standarisasi warna kantong plastik diperlukan untuk mengurangi kesalahan dalam membuang dan memisahkan sampah.

6

2. PengangkutanUntuk mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) biasanya

menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang tidak digunakan untuk tujuan yang lain dan harus memenuhi persyaratan sebagi berikut (WHO, 2005):a.      mudah dimuat dan dibongkar muatb.      tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer sampah

selama permuatan ataupun pembongkaran muatc.      mudah dibersihkand.     bahan-bahan yang berbahaya tidak mencemari jalan yang ditempuh

kepembuangan.Pengangkutan sampah dimulai dengan pengosongan bak sampah di setiap

unit dan diangkut ke pengumpulan lokal atau ke tempat pemusnahan. Pengangkutan biasanya dengan kereta, sedang untuk bangunan bertingkat dapat dibantu dengan menyediakan cerobong sampah atau lift pada tiap sudut bangunan.

Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus. Kantong sampah sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup. Kantong sampah juga harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.(Depkes. RI, 2004).

3. Pemusnahan dan Pembuangan akhirKegiatan pembuangan akhir merupakan tahap akhir yang penting didalam

proses pengolahan sampah medis. Namun dalam kenyataannya kurang diperhatikan oleh pihak Rumah Sakit. Pada proses pembuangan sampah Rumah Sakit dapat melalui dua alternatif yaitu:1. Pembuangan/pemusnahan sampah medis dilakukan terpisah dengan sampah

non medis. Pemisahan dimungkinkan bila Dinas Kesehatan dapat diandalkan sehingga beban Rumah Sakit tinggal memusnahkan sampah medis tersebut.

2. Pembuangan/pemusnahan sampah medis dan non medis disatukan, dengan demikin Rumah Sakit menyediakan sarana yang memadai untuk melakukan pengelolaan sampah karena semua sampah atau bahan bangunan yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit itu sendiri.

3. Setiap Rumah Sakit sebaiknya memiliki unit pemusnahan sampah tersendiri, khususnya sampah medis dengan kapasitas minimalnya dapat menampung sejumlah sampah medis yang dihasilkan Rumah Sakit dalam waktu tertentu.

4. Pembuangan dan pemusnahan sampah Rumah Sakit dapat dilakukan dengan memanfaatkan proses autoclaving, incinerator ataupun dengan sanitary landfill (Candra, 2007).

5. Sebagian besar sampah klinis dan yang sejenis itu dibuang dengan insinerator atau landfill. Metode yang digunakan tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi, peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat.

7

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi PenelitianMetodologi penelitian yang dilakukan dapat digambarkan pada Gambar 3.1

berikut:

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian

B. Gambaran Umum Rumah Sakit

Mulai

Studi Pendahuluan

Studi Pustaka Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup

Pengumpulan Data:

Data PrimerPengumpulan data melalui wawancara dan pengamatan langsung.

Data SekunderData yang diperoleh dari pihak rumah sakit.

Pengolahan Data dan Hasil

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

8

1. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan rumah sakit tipe A yang terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan KM 11 Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Luas lahan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah 315.000 m2, dan luas bangunan 52.427 m2. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 741 tempat tidur dan tenaga kerja dengan jumlah 1.307 orang yang terdiri dari dokter, bidan, perawat, staf operasional dan karyawan pendukung. Jumlah kunjungan pasien rawat jalan 542 orang/hari dan pasien rawat inap 414 orang/hari.

Gambar 3.2 Denah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki 20 jenis pelayanan kesehatan yaitu klinik karyawan, klinik bedah syaraf, klinik laktasi, klinik senam hamil, klinik psikiatri, klinik paru-paru, klinik bedah, klinik gigi dan mulut, klinik kulit kelamin, klinik orthopedi, klinik syaraf, klinik rehab medik,

9

klinik urologi, klinik gizi, klinik jantung, klinik penyakit dalam, klinik mata, klinik kebidanan, klinik THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan).

Organisasi pengelola sampah rumah sakit yaitu Instalasi Sanitasi dan Kebersihan. Instalasi ini merupakan bagian dari bidang pelayanan penunjang yang berada dibawah tanggung jawab dari direktur medic dan keperawatan. Dalam pengelolaan sampah rumah sakit, instalasi sanitasi dan kebersihan dibantu oleh petugas kebersihan.

Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah rumah sakit, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo mengacu pada aspek perundang-undangan yang telah dibuat oleh pemerintah. Peraturan yang digunakan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu:

a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.b. UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.c. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.d. Peraturan Pemerintah N0. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun.e. Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995 Tentang Simbol dan Label

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 432 Tentang SMK3 Rumah Sakit.g. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2007

Tentang Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.h. Keputusan Menteri Kesehatan NO. 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.i. Surat Edaran Direksi tanggal 20 September 2007 Perihal Pemisahan

Sampah Medis/Infeksius.RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki prosedur tersendiri dalam

pengelolaan sampah rumah sakit. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo membuat kebijakan berupa SOP (Standart Operational Procedure). Terdapat berbagai jenis SOP pengelolaan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu SOP pemisahan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah, SOP pembakaran/pemusnahan sampah medis, SOP perawatan insenerator, SOP penyimpanan sementara sampah, SOP penyimpanan sementara Limbah B3, SOP pengendalian sampah, SOP pengoperasian insenerator serta SOP pengoperasian autoclave.

2. Rumah Sakit Umum Daerah Labuang BajiRumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji merupakan rumah sakit

tipe B yang terletak di jalan Dr. Ratulangi No. 81 Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Luas lahan RSUD Labuang Baji adalah 14.404 m2, dan luas bangunan 22.738 m2. RSUD Labuang Baji mempunyai tempat tidur sebanyak 340 tempat tidur dan tenaga kerja dengan jumlah 634 orang yang terdiri dari dokter, bidan,

10

perawat, staf operasional dan karyawan pendukung. Jumlah kunjungan pasien rawat jalan sebanyak 81 orang/hari dan pasien rawat inap 35 orang/hari.

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji memiliki 18 jenis pelayanan kesehatan yaitu klinik mata, klinik bedah, klinik bedah orthopedi, klinik paru dan TB, klinik kebidanan dan kandungan, klinik laktasi, klinik penyakit dalam, klinik saraf, klinik kardiologi, klinik gigi dan mulut, klinik fisioterapi, klinik endoktrin, klinik kulit dan kelamin, klinik THT, klinik jiwa, dan klinik anak.

Gambar 3.3 Denah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang BajiDalam pelaksanaan pengelolaan sampah rumah sakit, RSUD. Labuang Baji

juga mengacu pada aspek perundang-undangan yang telah dibuat oleh pemerintah. Peraturan yang digunakan RSUD. Labuang Baji sesuai dengan:

a. Buku acuan Nasional pelayanan keluarga Nasional, POGI bekerjasama dengan yayasan bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, Jakarta 1996.

b. Makalah pengelolaan pasien AIDS.c. Makalah pengendalian infeksi desekemial.d. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Indonesia, Depkes, Jakarta, 1995.Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji memiliki prosedur tersendiri

dalam pengelolaan sampah rumah sakit. Namun SOP yang dimiliki oleh RSUD. Labuang Baji hanya SOP Pembuangan Sampah Unit Keperawatan.

C. Rancangan Penelitian

11

Rancangan Penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan cross sectional dengan analisis bersifat deskriptif observasional, dimana penulis mengadakan wawancara dan observasi lapangan untuk mempelajari kegiatan pelaksanaan pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji. Sedangkan waktu penelitian untuk pengumpulan data berupa wawancara dan pengamatan langsung yang berkaitan dengan penelitian mulai dari 7 Oktober 2013 – 7 November 2013.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah para pengambil kebijakan dan petugas pengelola sampah di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD Labuang Baji. Karena akan melakukan penelitian mengenai pengelolaan sampah rumah sakit, maka sampel yang dipilih adalah orang yang mempunyai peran dalam pengelolaan sampah di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD Labuang Baji, seperti:

1. Para pengambil kebijakan rumah sakit, yaitu: Kepala Instalasi Sanitasi dan Kebersihan.

2. Para petugas pengelola sampah rumah sakit, yaitu: petugas dari Instalasi Sanitasi dan Kebersihan, perawat, serta petugas kebersihan.

F. Jenis Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berdasarkan diperolehnya sumber data:

1. Data PrimerDikumpulkan melalui pengamatan langsung dan wawancara. Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian, meliputi:a. Proses pelaksanaan pengelolaan sampah mulai dari pemilahan,

pengumpulan, pemindahan., pengangkutan, dan pembuangan akhir.b. Jumlah sarana pengelolaan sampahc. Ukuran sarana pengelolaan sampah d. Jumlah sampah yang dihasilkan dan sampah yang terkelola.

2. Data SekunderData sekunder merupakan data yang diperoleh dari Satuan Pelaksana Diklat (Pendidikan dan Pelatihan), dan instalasi sanitasi dan kebersihan, meliputi:a. Data struktur organisasi rumah sakitb. Data unit-unit pelayanan yang ada di rumah sakit

12

c. Data struktur organisasi instalasi sanitasi dan kebersihan.d. Data sumber manusia pengelola sampahe. Data job description pengelola sampah f. Data Standard Operational Procedure (SOP) pengelolaan sampah

Selain itu wawancara dilakukan dengan pihak rumah sakit khususnya kepala instalasi sanitasi dan kebersihan, petugas insenerator, petugas autoclave, dan petugas kebersihan untuk mengetahui pengelolaan sampah yang ada di rumah sakit dan informasi lain yang menunjang pengelolaan sampah.

G. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyediakan formulir kuesioner untuk wawancara. Formulir ini berupa daftar pertanyaan yaitu dengan cara melakukan wawancara langsung kepada petugas dan staf pengelolaan sampah dengan berpedoman pada formulir kuesioner yang sudah ditetapkan.

H. Pengolahan Data

Data hasil wawancara dengan pengelola sampah di rumah sakit kemudian dibandingkan dengan standar pengelolaan sampah rumah sakit yang telah ditetapkan sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya masalah dalam sistem pengelolaan sampah di rumah sakit tersebut. Selanjutnya alasan mengapa terjadi masalah tersebut juga dapat diketahui dari hasil pemantauan pengelolaan sampah di rumah sakit dan dapat menentukan rekomendasi solusi untuk mengatasinya.

Data yang diolah adalah data yang terkumpul baik berupa laporan, wawancara, maupun observasi lapangan. Data tersebut adalah jumlah timbulan sampah, jumlah dan jenis tempat sampah, jumlah petugas pengelola sampah, fasilitas yang disediakan, dan lain-lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sumber dan Komposisi Sampah Padat (Medis dan Non Medis)

Ruangan yang menghasilkan sampah padat medis dan non medis sekaligus adalah ruang Bedah Sentral, Rontgent, Rehabilitasi Medik, Unit Gawat Darurat (UGD), Unit Perawatan Intensif atau Intensive Care Unit (ICU), Patologi, Ruang Jenazah, Laboratorium, Rawat Inap, Pavilyun, Poliklinik dan Instalasi Farmasi. Sedangkan sumber sampah non medis saja adalah Ruang Tunggu, Instalasi Dapur/Gizi, Kantin, Kantor Administrasi, dan halaman Rumah Sakit. Komposisi sampah dari ruangan tersebut dapat dilihat pada Tabel. 4.1

Tabel 4.1 Komposisi Sampah Padat Medis dan Non-Medis yang Dihasilkan Berbagai Ruangan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

13

Sudirohusodo dan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.

No Ruangan Komposisi

1 Bedah Sentral Kapas, verband, kassa, potongan tubuh, jarum suntik, ampul, spuit, kateter, infuse set, sarung tangan, masker, baju operasi.

2 Rontgent Kertas, film, baju, sarung tangan, spuit, tissue

3 Rehabilitasi Medik Kapas, kertas, sarung tangan, masker

4 Unit Gawat Darurat (UGD)

Kapas, kain, baju pasien, seprei, verband, jarum suntik, ampul, kassa, spuit, kateter, infuse set, sarung tangan, masker.

5 Intensive Care Unit (ICU)

Botol infuse, kapas, verband, kassa, jaringan tubuh, jarum suntik, ampul, kassa, spuit, kateter, infuse set, sarung tangan, pipet

6 Patologi Jaringan tubuh, botol, kapas, verband, kassa, ptongan tubuh, jarum suntik, ampul, kassa, spuit, kateter, infuse set, sarung tangan, pipet

7 Ruang Jenazah Kapas, kain, sarung tangan, masker

8 Laboratorium Botol, jarum, pipet, gelas obyek, kertas, tissue, kapas

9 Rawat Inap Botol urine, pembalut, botol infuse, sisa makanan, infuse set, kateter, plastik pembungkus

10 Pavilyun Botol infuse, jarum suntik, plastik pembungkus, verband, kapas, kassa

11 Poliklinik Kertas, botol plastik, jarum suntik, kapas, potongan jaringan tubuh

12 Instalasi Farmasi Kertas dan kardus, plastik pembungkus, obat

13 Ruang Tunggu Sisa makanan, plastik pembungkus, kertas, botol plastic

14

14 Instalasi Dapur/Gizi Sisa makanan dan bahan makanan, plastik, kertas

15 Kantin Plastik pembungkus, botol bekas minuman, sisa makanan dan bahan makanan

16 Kantor Administrasi Sisa makanan, plastik pembungkus, kertas, alat tulis kantor, kardus

17 Halaman Daun, kertas, plastik

Sumber: Hasil wawancara

Secara umum, jenis sampah medis yang paling banyak ditemukan adalah jarum suntik, kateter, kapas, dan selang infus. Sedangkan sampah non medis yang paling banyak ditemukan adalah makanan sisa (nasi), potongan sayur, dan plastik pembungkus.

B. Jumlah Sampah

1. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo

Berat dan volume rata-rata per hari sampah medis dan non medis dari berbagai ruangan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan hasil pengukuran.

Tabel 4.2 Berat dan Volume Rata-Rata Per Hari Sampah Padat Medis dan Non Medis di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo.

No Ruangan

Sampah Medis Sampah Non Medis

Berat Volume Berat Volume

Kg/hari m3/hari Kg/hari m3/hari

1 PCC 57,2 0,87 264,65 1,59

2 IRD 45,88 0,85 62,2 0,71

3 Instalasi Gizi - - 125,4 0,89

4 ICU 30,78 0,44 64,08 0,74

5 PICU 14,04 0,22 51,72 0,44

15

6 NICU 11,67 0,17 60,95 0,49

7 Paviliun Palem 21,1 0,32 122,7 1,28

8 Lontara I 14,9 0,27 91,4 0,99

9 Lontara II 30,6 0,45 66,68 0,62

10 Lontara III 41,2 0,61 72,98 0,81

11 Lontara IV 13,5 0,25 73,3 0,84

12 Paviliun Pinang 6,24 0,15 73,85 0,87

13 Pakis 1,38 0,06 21,2 0,22

14 Infection Centre 24,33 0,41 41,27 0,42

15 Kamtib - - 8,32 0,16

16 Cardiac Centre 4,9 0,09 11,72 0,23

17 Rawat Jalan / Poliklinik 8,44 0,16 43,3 0,46

18 Instalasi Farmasi 2,25 0,07 31,3 0,32

19 Radiologi 3,57 0,11 44,94 0,45

20 Kantin - - 47,97 0,52

21 Paviliun Sawit 1,68 0,06 15,08 0,23

 22 OK Sentral / Bedah Sentral 24,75 0,43 4,68 0,11

23 Halaman - - 24,02 0,24

24 Kantor - - 11,1 0,19

Jumlah Total Sampah Padat 358,41 6,05 1434,81 13,82

Sumber : Hasil Pengukuran LangsungProduksi sampah padat dari RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo rata-rata per

hari untuk sampah medis mencapai 358,41 Kg (6,05 M3), untuk sampah padat non medis mencapai 1434,81 Kg (13,82 M3). Sumber penghasil sampah medis terbanyak adalah Instalasi Rawat Darurat (IRD) yaitu sebesar 45,88 Kg (0,85M3). Sedangkan penghasil sampah non medis terbanyak adalah Paviliun Pinang yaitu sebesar 73,85 Kg (0,87 M3).

16

30%

70%

Persentase Jumlah Sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo

MEDIS NON MEDIS

Gambar 4.1 Diagram Persentase Jumlah Sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo

2. Rumah Sakit Umum Daerah Labuang BajiBerat dan volume rata-rata per hari sampah medis dan non medis yang

dihasilkan RSUD. Labuang Baji dapat dilihat pada table 4.3

Tabel 4.3 Berat dan Volume Rata-Rata Per Hari Sampah Medis dan Sampah Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.

No Ruangan

Sampah Medis Sampah Non Medis

Berat Volume Berat Volume

kg/hari M3/hari kg/hari M3/hari

1 Baji Kamase 1 8,81 0,14 24,91 0,27

2 Baji Kamase 2 9,32 0,15 22,1 0,24

3 Baji Pamai 1 8,83 0,15 18,17 0,19

4 Baji Pamai 2 7,74 0,12 18,78 0,2

5 Baji Dakka 1 5,27 0,09 26,19 0,28

6 Baji Dakka 2 4,64 0,08 22,36 0,23

7 Baji Ada' 1 4,48 0,09 22,96 0,24

17

8 Baji Ada' 2 4,84 0,08 23,29 0,25

9 Baji Areng 4,14 0,07 15,37 0,18

10 Baji Ati 3,84 0,06 27,19 0,29

11 Mamminasata Baji 10,07 0,16 25,97 0,28

12 Baji Gau' 9,2 0,15 24,34 0,26

13 Unit Gawat Darurat (UGD) 18,57 0,32 42,21 0,43

14 Instalasi Gizi - - 81,2 0,86

15 Instalasi Farmasi - - 42,93 0,45

16 Poliklinik 2,6 0,04 51,48 0,55

17 Unit Perawatan Intensif (ICU) 6,42 0,1 22,68 0,25

18 Kantor - - 5,27 0,07

19 Halaman - - 10,66 0,13

20 Kantin - - 32,32 0,29

21 Rehabilitasi Medik 1,69 0,02 3,76 0,03

22 Patologi 2,59 0,04 3,59 0,03

JUMLAH 113,05 1,86 567,73 6,00

Sumber: Hasil Pengukuran Langsung

Produksi sampah padat dari RSUD. Labuang Baji per hari untuk sampah medis mencapai 113,05 Kg (1,86 M3), untuk sampah padat non medis mencapai 567,73 Kg (6,00 M3). Sumber penghasil sampah medis terbanyak adalah Unit Gawat Darurat (UGD) yaitu sebesar 18,57 Kg (0,32 M3). Sedangkan penghasil sampah non medis terbanyak adalah Instalasi Gizi yaitu sebesar 81,2 Kg (0,86M3).

18

24%

76%

Persentase Jumlah Sampah RSUD. Labuang Baji

MEDIS NON MEDIS

Gambar 4.2 Persentase Jumlah Sampah RSUD. Labuang Baji

C. Sumber Daya Pengelolaan Sampah Padat 1. Tenaga Pengelola

a. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin SudirohusodoPengelolaan sampat padat di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo ditangani

oleh petugas kebersihan yang berada dibawah tanggung jawab Instalasi Sanitasi dan Kebersihan. Petugas kebersihan bertangggung jawab untuk kebersihan dalam dan luar ruangan.

Tabel 4.4 Jumlah Tenaga Pengelola Sampah Pada RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Nama Jumlah (orang)Kepala Instalasi Sanitasi dan Kebersihan

1

Supervisor 10Staff 5Petugas Incinerator 3Petugas Autoclave 1Petugas Kebersihan 153

Sumber: Data Instalasi Sanitasi KebersihanTenaga yang bertugas dalam pengelolaan sampah di RSUP. Dr. Wahidin

Sudirohusodo berjumlah 174 orang yang terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Instalasi Sanitasi dan Kebersihan, 10 (sepuluh) orang supervisor, 5 (lima) orang staff, 3 (tiga) orang petugas incinerator, 1 (satu) orang petugas autoclave, dan 153 petugas kebersihan.

19

Pelaksanaan pengelolaan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo ini bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT. Multazam untuk sampah limbah B3 dan PT. Riztechindo untuk penyediaan petugas kebersihannya. Pembagian jadwal dalam melaksanakan pengelolaan sampah terbagi menjadi 3 shift. Shift satu dimulai dari pukul 06.00 WITA sampai 14.00 WITA, shift dua dimulai dari pukul 13.00 WITA sampai 21.00 WITA, shift tiga dimulai dari pukul 21.00 sampai 07.00 WITA.

Pemisahan sampah medis dan non medis dilakukan oleh tenaga perawat, proses pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan, dan pengawas pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh Instalasi Sanitasi dan Kebersihan. Tugas dari petugas kebersihan adalah melakukan operasional kegiatan yang berhubungan dengan kebersihan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, antara lain pekerjaan harian seperti membersihkan lantai (menyapu dan mengepel) serta pengumpulan dan pengangkutan sampah. Instalasi Sanitasi dan Kebersihan sebagai pemantau bertugas untuk evaluasi dan pengawasan kebersihan seluruh ruangan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan memonitor pengoperasian incinerator dan autoclave.b. Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Pengelolaan sampat padat di RSUD. Labuang Baji ditangani oleh petugas kebersihan yang berada dibawah tanggung jawab Instalasi Sanitasi. Petugas kebersihan bertangggung jawab untuk kebersihan dalam dan luar ruangan. Jumlah tenaga pengelola dapat dilihat pada tabel 4.5Tabel 4.5 Jumlah Tenaga Pengelola Sampah pada RSUD. Labuang Baji

Nama Jumlah (Orang)Kepala Instalasi Sanitasi 1Staff (Supervisor) 5Tenaga Kebersihan 31Sumber: Data Intalasi Sanitasi Kebersihan

Tenaga yang bertugas dalam pengelolaan sampah di RSUD. Labuang Baji berjumlah 37 orang yang terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Instalasi Sanitasi, 5 (lima) orang staff yang juga berfungsi sebagai supervisor, dan 31 orang tenaga kebersihan.

Penanganan limbah medis (benda tajam) bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu PT. Multazam. Pembagian jadwal dalam melaksanakan pengelolaan sampah terbagi menjadi 2 shift. Shift satu dimulai dari pukul 06.00 WITA sampai 16.00 WITA, shift dua dimulai dari pukul 16.00 WITA sampai 06.00 WITA,

Pemisahan sampah medis dan non medis dilakukan oleh tenaga perawat, proses pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan, dan pengawas pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh Instalasi Sanitasi. Tugas dari petugas kebersihan adalah melakukan operasional kegiatan yang berhubungan dengan kebersihan RSUD. Labuang Baji, antara lain pekerjaan harian seperti membersihkan lantai (menyapu dan mengepel) serta pengumpulan dan

20

pengangkutan sampah. Instalasi Sanitasi sebagai pemantau bertugas untuk evaluasi dan pengawasan kebersihan seluruh ruangan RSUD. Labuang Baji.

2. Sarana dan Prasarana Pengelolaan

a. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo telah menyediakan peralatan dan sarana yang menunjang untuk pengelolaan sampah rumah sakit. Sarana perlengkapan untuk keselamatan petugas kebersihan yang diberikan yaitu Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker, sarung tangan, dan sepatu boot. Peralatan pengelolaan sampah sudah lengkap dan mencukupi untuk mengelola sampah. Peralatan yang tersedia dalam kondisi baik dan layak pakai.

Tabel 4.6 Daftar Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo tahun 2013.

Nama Alat JumlahInsenerator 2 unitTPS medis 1 unitTPS Non medis 1 unitSulo Medis 240 liter 24 buahSulo Non medis 240 liter 24 buahGerobak Motor Medis 1 buahGerobak Motor Non Medis -Kontainer Medis -Kontainer Non Medis 2 buahTempat sampah 10 liter 62 buahTempat sampah 20 liter 362 buahTempat sampah 36 liter 172 buahTempat Sampah 50 liter 150 buahTempat Sampah 90 liter 141 buahSapu Ijuk 70 buahAutoclave 1 unitKain pel 70 buah

Sumber : Data Instalasi Sanitasi dan Kebersihan

Spesifikasi sarana penunjang pengelolaan sampah padat dijelaskan sebagai berikut, insenerator digunakan untuk memusnahkan limbah infeksius berjumlah 2 unit, terdiri dari 1 unit insenerator lama yang menggunakan bahan bakar solar dengan suhu pembakaran mencapai 10000C, 1 unit insenerator baru (digital) yang menggunakan bahan bakar solar dengan suhu pembakaran mencapai 13000C.

21

Kedua insinerator tersebut dioperasikan setiap hari mulai dari pukul 08.00 WITA – 16.00 WITA. Insinerator dioperasikan oleh tiga orang operator incinerator, Masing-masing 1 orang/shift.

Autoclave digunakan untuk sterilisasi limbah infeksius dengan uap panas bertekanan yang menggunakan bahan bakar solar. Waktu yang digunakan untuk sekali sterilisasi kurang lebih 1 (satu) jam. Autoclave dioperasikan setiap hari mulai pukul 08.00 WITA – 16.00 WITA oleh 1 (satu) orang operator autoclave.

Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah infeksius dan limbah B3 digabung dalam satu tempat penampungan berupa ruangan tertutup berventilasi, dengan pintu yang bisa dikunci, dilengkapi dengan keterangan label “TPS Limbah B3” dan terletak di belakang rumah sakit. TPS limbah non infeksius berupa kontainer berukuran 2,5 m x 1,9 m x 1,15 m dengan kapasitas 5 m3 yang terletak disamping TPS limbah B3 dan non infeksius. Kontainer diletakkan di dalam ruang berdinding beton dengan bagian atas setengah terbuka, dengan pagar yang bisa dikunci.

b. Rumah sakit Umum Daerah Labuang Baji

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji telah menyediakan peralatan dan sarana untuk pengelolaan sampah rumah sakit. Sarana perlengkapan untuk keselamatan petugas kebersihan yang diberikan yaitu Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan, masker dan sepatu boot. Peralatan pengelolaan sampah masih harus diperhatikan dalam melakukan pengelolaan sampah, namun peralatan yang tersedia dalam kondisi baik dan layak pakai.

Tabel 4.7 Daftar Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji tahun 2013.

Nama Alat JumlahTPS Medis (benda tajam) 1 unitTPS Non Medis (kontainer) 1 unitSulo 240 liter 6 buahSarung Tangan 20 buahMasker 15 buahSepatu Boot 20 pasangTempat sampah 150 buahSapu Ijuk 20 buahKain Pel 20 buah

Sumber: Data Instalasi Sanitasi

Tempat Penampungan Sementara (TPS) untuk limbah medis yang berupa limbah benda tajam berupa ruangan tertutup berventilasi, dengan pintu yang bisa

22

dikunci, tidak ada keterangan label dan terletak di belakang rumah sakit. TPS limbah non infeksius digabung dengan limbah infeksius (medis) berupa kontainer berukuran 2,5 m x 1,9 m x 1,15 m dengan kapasitas 5 m3 yang juga terletak dibelakang rumah sakit.

Sulo yang tersedia sebanyak 6 buah, namun hanya 4 buah yang saat ini digunakan karena 2 sulo lainnya rusak. Sulo tersebut hanya untuk melakukan pengangkutan sampah dari setiap ruangan ke tempat penampungan sementara (TPS). Tidak ada pemisahan sulo dalam pengangkutan sampah medis dan non medis. Pengangkutan sampah digabungkan dalam satu sulo yang sama.

3. Biaya Pengelolaan

a. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo

Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah pada RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu Rp 503.733.150/tahun yang meliputi biaya penggunaan insinerator dan autoclave, biaya insentif petugas kebersihan, belanja sarana kebersihan, biaya pengangkutan sampah non medis, dan lain sebagainya.

b. Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah pada RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu Rp 33.141.250/tahun yang meliputi biaya retribusi pengangkutan sampah non medis, biaya insentif petugas kebersihan, belanja sarana kebersihan, dan lain sebagainya.

23

24

Pada perencanaan prosedur pelaksanaan pengelolaan sampah, sampah medis dikumpulkan dalam tempat sampah kapasitas berpenutup, terbuat dari plastik dan diberi label “Sampah Medis” serta dilapisi kantong plastik berwarna kuning dengan berbagai macam ukuran tergantung jenis tempat sampahnya, diletakkan di tempat tindakan medis. Khusus limbah benda tajam dikumpulkan dengan wadah berupa jirigen dengan volume 5 liter diletakkan ditempat tindakan medis.

Sedangkan untuk sampah non medis berasal dari sampah sisa makanan dan sampah umum. Sampah sisa makanan dan sampah umum dikumpulkan dalam wadah tertutup yang dilapisi kantong plastik sesuai dengan ukuran tempat sampah. Sampah medis dan sampah non medis diangkut menggunakan sulo untuk selanjutnya dibawa ke TPS. Sampah medis dibawa ke TPS Limbah B3 yang selanjutnya dibawa ke insinerator menggunakan gerobak motor untuk di bakar. Hasil abu insinerator di taruh di TPS Limbah B3, untuk kemudian diambil oleh PT. Multazam selaku pihak ketiga untuk Limbah B3. Sampah non medis dibawa ke TPS non medis yang selanjutnya akan diangkut oleh mobil pengangkut sampah dari PT. Riztechkindo dengan menggunakan kontainer yang telah disediakan oleh RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk dibawa ke TPA Tamangngapa. Pengangkutan sampah ke TPA ini biasanya dilakukan sebanyak 3 kali sehari.

a. Penampungan

Kegiatan penampungan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori. Hasil observasi menunjukkan kegiatan penampungan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo memperoleh skor sebesar 35%. Angka tersebut telah memenuhi persyaratan kegiatan penampungan.

Pada tahap ini, dari masing-masing sumber penghasil sampah padat RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo disediakan wadah berupa tempat sampah yang dilapisi kantong plastik yang berbeda warna sesuai dengan jenis sampah. Tempat sampah diberi keterangan untuk sampah medis dan sampah non medis.

Tabel 4.8 Warna Kantong Plastik/Wadah pada Setiap Jenis Sampah Pada RSUP. Dr. Wahidin SUdirohusodo

Jenis Sampah Warna Kantong Plastik/wadahSampah Medis KuningSampah Medis (Benda Tajam) Jirigen 5 literSampah Medis (Sitotoksik) UnguSampah Non Medis Hitam

Sumber: Hasil Pengamatan Langsung

25

Seperti pada standar yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 dan buku pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia, yaitu kantong plastik hitam untuk sampah non medis, kantong plastik kuning untuk sampah medis, sampah medis sitotoksik digunakan kantong plastik berwarna ungu, sedangkan untuk sampah medis berupa benda tajam ditampung didalam kardus karton. Namun RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo kini mengganti kardus karton dengan jirigen, karena kardus karton biasanya bocor terkena benda tajam.

b. Pengangkutan

Kegiatan pengangkutan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori. Hasil observasi menunjukkan kegiatan penampungan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo telah memenuhi persyaratan kegiatan pengangkutan dengan skor 5%.

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo melakukan pengangkutan sampah dari ruangan ke TPS (Tempat Penampungan Sementara) sebanyak 3 (tiga) kali sehari. Pengangkutan pagi hari jam 06.00 WITA, siang hari jam 13.00 WITA dan malam hari pukul 21.00 WITA hanya untuk mengangkut sampah dari ruangan perawat saja.

Untuk sampah non medis pengangkutan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dilakukan rata-rata 3 (tiga) kali sehari (tergantung banyaknya sampah). Setiap kali kontainer penuh maka akan langsung dibawa ke TPA oleh petugas pengangkut sampah.

Pengangkutan dilakukan oleh petugas kebersihan. Sampah padat yang terdapat di dalam gedung diangkut beserta kantong plastik dan sulo. Jalur yang digunakan untuk mengangkut sampah di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo sama dengan jalur umum atau jalur yang biasa digunakan oleh pasien, pengunjung, dan lain-lain. Lift yang digunakan untuk mengangkut sampah juga sama dengan lift umum. Sampah kemudian dibawa ke TPS dengan menggunakan masing-masing sulo yang telah disediakan disetiap ruangan.

Namun untuk sampah yang berasal dari gedung Private Care Center (PCC) pengangkutan sampah dilakukan dengan menggunakan gerobak motor menuju ke TPS. Saat ini gerobak motor yang digunakan hanya 1 (satu) unit. Namun pengangkutan sampah medis dan non medis tidak digabungkan. Pengangkutan sampah medis dan non medis dari PCC tidak dilakukan bersamaan.

26

Tidak ada petugas khusus untuk mengangkut sampah medis. Petugas kebersihan mengangkut sampah berdasarkan jadwal shift kerja. Pengangkutan yang sesuai dengan prosedur dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 06.00 WITA dan siang hari pukul 13.00 WITA sedangkan pada malam hari pukul 21.00 WITA hanya mengangkut sampah dari ruangan perawat saja.

c. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir

Proses akhir dari pengelolaan sampah yaitu pembuangan akhir. Proses ini diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori. Hasil observasi menunjukkan kegiatan penampungan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo memperoleh skor sebesar 40%. Angka tersebut telah memenuhi persyaratan kegiatan pemusnahan sampah berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004.

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki insinerator sendiri sehingga tidak memerlukan kerjasama dengan pihak ketiga. RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo telah memiliki izin pengoperasian insinerator. Insinerator digunakan untuk membakar sampah medis. Kondisi insinerator masih layak pakai. Terdapat 2 unit insinerator pada RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, terdiri dari 1 unit insenerator lama yang menggunakan bahan bakar solar dengan suhu pembakaran mencapai 10000C, 1 unit insenerator baru (digital) yang menggunakan bahan bakar solar dengan suhu pembakaran mencapai 13000C.

Selain insinerator, RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo juga memiliki 1 unit autoclave. RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo juga telah mendapatkan izin pengoperasian autoclave. Autoclave digunakan untuk sterilisasi limbah infeksius dengan uap panas bertekanan yang menggunakan bahan bakar solar. Waktu yang digunakan untuk sekali sterilisasi kurang lebih 1 (satu) jam. Autoclave dioperasikan setiap hari mulai pukul 08.00 WITA – 16.00 WITA oleh 1 (satu) orang operator autoclave.

Sementara itu, untuk pembuangan limbah domestik pihak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo tidak bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota Makassar. Limbah domestik diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangngapa dengan menggunakan mobil angkut sampah dari PT. Riztechkindo. Pengangkutan sampah limbah domestik RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dilakukan rata-rata sebanyak 3 (tiga) kali sehari, tergantung banyaknya sampah yang dihasilkan. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dikirim ke PT. Multazam.

27

2. Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

a. Penampungan

Kegiatan penampungan sampah RSUD. Labuang Baji diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori. Hasil observasi menunjukkan kegiatan penampungan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo belum memenuhi pesyaratan penampungan dengan skor 0%.

Pada tahap ini, dari masing-masing sumber penghasil sampah padat RSUD. Labuang Baji disediakan wadah berupa tempat sampah yang dilapisi kantong plastik dengan warna yang sama sesuai jenis tempat sampah. Tempat sampah diberi keterangan untuk sampah medis dan sampah non medis.

Tabel 4.9 Warna Kantong Plastik/Wadah pada Setiap Jenis Sampah Pada RSUD. Labuang Baji

Jenis Sampah Warna Kantong Plastik/wadahSampah Medis HitamSampah Medis (Benda Tajam) Jirigen 5 literSampah Medis (Sitotoksik) HitamSampah Non Medis Hitam

Sumber: Hasil Pengamatan Langsung

Menurut standar yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 dan buku pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia, yaitu kantong plastik hitam untuk sampah non medis, kantong plastik kuning untuk sampah medis, sedangkan untuk sampah medis berupa benda tajam ditampung didalam kardus karton, namun RSUD. Labuang Baji tidak membedakan warna dari kantong plastik untuk sampah medis dan sampah non medis. RSUD Labuang Baji juga mengganti kardus karton dengan jirigen, karena kardus karton biasanya bocor terkena benda tajam.

b. Pengangkutan

Kegiatan pengangkutan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori. Hasil observasi menunjukkan kegiatan penampungan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo telah memenuhi persyaratan kegiatan pengangkutan dengan skor 5%.

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji melakukan pengangkutan sampah dari ruangan ke TPS (Tempat Penampungan Sementara) sebanyak 2 (tiga) kali

28

sehari. Pengangkutan pagi hari pukul 06.00 WITA dan malam hari pukul 19.00 WITA.

Untuk sampah non medis pengangkutan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dilakukan rata-rata 3 (tiga) kali sehari (tergantung banyaknya sampah). Setiap kali kontainer penuh maka akan langsung dibawa ke TPA oleh petugas pengangkut sampah.

Pengangkutan dilakukan oleh petugas kebersihan. Sampah padat yang terdapat di dalam ruangan diangkut ke sulo. Jalur yang digunakan untuk mengangkut sampah di RSUD. Labuang Baji sama dengan jalur umum atau jalur yang biasa digunakan oleh pasien, pengunjung, dan lain-lain. Tidak ada lift khusus dalam pengangkutan sampah. Sampah dari setiap lantai gedung hanya menggunakan tangga manual. Selanjutnya sampah tersebut dibawa ke TPS yang berada dibelakang gedung rumah sakit tersebut.

Tidak ada petugas khusus untuk mengangkut sampah medis. Petugas kebersihan mengangkut sampah berdasarkan jadwal shift kerja. Pengangkutan yang sesuai dengan prosedur dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 06.00 WITA dan malam hari pukul 19.00 WITA.

c. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir

Proses akhir dari pengelolaan sampah yaitu pembuangan akhir. Proses ini diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori. Hasil observasi menunjukkan kegiatan penampungan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo memperoleh skor sebesar 15%. Angka tersebut cukup memenuhi persyaratan kegiatan pemusnahan sampah berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004.

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji tidak memiliki insinerator sendiri sehingga memerlukan kerjasama dengan pihak ketiga. Namun sampai saat ini pihak RSUD. Labuang Baji bekerja sama dengan PT. Multazam hanya untuk sampah medis yang berupa benda tajam. Sampah medis lainnya di gabung dengan sampah non medis di TPS non medis untuk diangkut ke TPA Tamangngapa. Pembuangan limbah domestik pihak RSUD. Labuang Baji bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota Makassar. Limbah domestic diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangngapa. Pengangkutan sampah limbah domestik RSUD. Labuang Baji dilakukan rata-rata sebanyak 3 (tiga) kali sehari, tergantung banyaknya sampah yang dihasilkan.

29

E. Pembahasan Hasil

1. Sampah Rumah Sakit

Sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD. Labuang Baji telah dibedakan berdasarkan unit penghasil yaitu sampah medis dan sampah non medis. Dalam buku pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia menyatakan bahwa sampah rumah sakit dapat digolongkan berdasarkan jenis unit penghasil dan untuk kegunaan desain pembuangannya. Namun secara garis besarnya dibedakan menjadi sampah medis dan sampah non medis.

2. Sumber dan Komposisi Sampah Padat

RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD. Labuang Baji telah membedakan sampahnya berdasarkan unit penghasil sampah yaitu sampah medis dan sampah non medis, dengan demikian kedua rumah sakit tersebut telah mengikuti teori yang ada. Teori tersebut menyebutkan bahwa jenis sampah rumah sakit perlu diketahui untuk pengelolaan sampah medis dan sampah non medis.

Sampah medis berasal dari pelayanan medis, perawatan, laboratorium dan atau semua benda yang sudah terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien. Sampah medis berupa selang infus, keteter urin, kantong urin, jaringan tubuh, darah, sputum, obat-obatan yang kadaluarsa, pembalut dan plastik yang telah terkontaminasi dengan agen infeksius. Sampah medis juga dibedakan atas beberapa jenis, yaitu sampah limbah B3, limbah benda tajam dan limbah sitotoksik.

Sampah non medis digolongkan rumah sakit sebagai sampah rumah tangga atau sampah yang tidak terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien seperti kertas, karton, plastik, dan lain-lain yang dihasilkan dari dapur, ruang tunggu, taman dan juga ruang perawatan. Penggolongan tersebut sama seperti penggolongan yang disebutkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002.

3. Jumlah Sampah

Jumlah sampah yang dihasilkan pada kedua rumah sakit tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jumlah tempat tidur, jumlah pegawai, jumlah kunjungan dan lama rawat inap pasien.

Tabel 4.10 Volume Sampah Pada RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD. Labuang Baji

30

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa volume sampah non medis yang dihasilkan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD. Labuang Baji lebih besar dari volume sampah medisnya.

Tabel 4.11 Jumlah Kunjungan Pada RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD. Labuang Baji per orang/hari.

Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan pada RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah kunjungan RSUD. Labuang Baji. Hal ini disebabkan karena jumlah kamar dan tempat tidur di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo lebih banyak dibanding RSUD. Labuang Baji, sehingga mampu menampung lebih banyak pasien dan membutuhkan karyawan yang lebih banyak pula.

31

No Rumah Sakit

Jenis Sampah

Medis Non Medis

Volume (m3) %

Volume (m3) %

1 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo 6,05 30,45 13,82 69,55

2 RSUD. Labuang Baji 1,86 23,66 6,00 76,34

No Rumah Sakit

Pasien (orang/hari) Pegawai

TotalRawat Inap

Rawat Jalan

(orang)

1RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo 414 542 1.307 2.263

2 RSUD. Labuang Baji 35 81 634 750

Tabel 4.12 Jumlah Sampah Dalam Satuan Liter/Orang/Hari

No Rumah SakitJenis

Sampah

Volume Sampah

Jumlah Pengunjung Jumlah Sampah

(liter/hari)(pasien + pegawai) (liter/orang/hari)

1RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Medis 6050 2263 2,67

Non medis 13820 2263 6,1

Medis + Non medis 19870 2263 8,78

2 RSUD. Labuang Baji Medis 1860 750 2,48

Non medis 6000 750 8,00

Medis + Non medis 7860 750 10,48

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh gambaran bahwa volume produksi sampah yang dihasilkan di lingkungan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah sebesar 19,87 m3/hari atau sama dengan 19.870 liter/hari dengan komposisi volume sampah medis sebesar 6,05 m3/hari dan volume sampah non medis sebesar 13,82 m3/hari. Sedangkan volume produksi sampah yang dihasilkan di lingkungan RSUD. Labuang Baji adalah sebesar 7,86 m3/hari atau sama dengan 7860 liter/hari dengan komposisi volume sampah medis sebesar 1,86 m3/hari dan volume sampah non medis sebesar 6,0 m3/hari.

Jumlah sampah yang dihasilkan perorang/hari dapat diketahui dengan:

x=volume sampah(liter /hari)

jumlahkunjungan /hari

Maka jumlah sampah yang dihasilkan perorang/hari pada RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu 8,78 liter/orang/hari, sedangkan pada RSUD. Labuang Baji jumlah sampah yang dihasilkan yaitu sebesar 10,48 liter/orang/hari.

32

Dengan diketahuinya jumlah sampah maka akan menentukan jumlah dan volume sarana penampungan lokal yang harus disediakan, pemilihan insinerator dan kapasitasnya serta bila rumah sakit memiliki tempat pengolahan sendiri jumlah produksi dapat diproyeksikan untuk memperkirakan biaya, dan lain-lain. Penentuan jumlah sampah dapat menggunakan ukuran berat atau volume (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

4. Sumber Daya Pengelolaan Sampah Rumah Sakit

Tenaga PengelolaJumlah petugas kebersihan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu 153

orang, sedangkan jumlah petugas kebersihan pada RSUD. Labuang Baji yaitu sebanyak 38 orang. Pembagian kelompok kerja berdasarkan kelompok dan luas area sudah cukup efektif, dimana seorang petugas kebersihan mempunyai area kerja ± 250-300 m (Paramitha, 2007) sehingga jumlah petugas kebersihan rumah sakit tersebut sangat dipengaruhi oleh luas bangunan rumah sakit.

Sarana dan Prasarana PengelolaanBerdasarkan hasil pengamatan, salah satu sarana pendukung yang penting

dalam pengelolaan sampah rumah sakit yaitu tersedianya fasilitas dan peralatan untuk mengelola sampah. Dengan tersedianya berbagai peralatan untuk melakukan proses pengelolaan sampah akan menciptakan kualitas sampah yang sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo menyediakan gerobak dan sulo untuk mengangkut sampah. Menggunakan insinerator dan autoclave sebagai tahapan dari pembuangan akhir dan petugas kebersihan dilengkapi dengan APD (Alat Pelindung Diri). Tidak jauh berbeda dengan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, RSUD. Labuang Baji juga menyediakan sulo untuk mengangkut sampah, RSUD. Labuang baji juga melengkapi petugas kebersihannya dengan APD (Alat Pelindung Diri), hanya saja RSUD. Labuang Baji sampai saat ini belum memiliki insinerator untuk pemusnahan akhir sampah medisnya.

Selain peralatan yang dibutuhkan untuk mengelola sampah, perlu juga diperhatikan mengenai penggunaan APD. Petugas kebersihan pada kedua rumah sakit tersebut masih banyak yang tidak menggunakan masker penutup mulut, hidung dan sarung tangan. Petugas kebersihan hanya menggunakan sepatu boot, masalah tersebut sama dengan masalah rumah sakit pada umumnya. Hal ini dapat diatasi dengan adanya pelatihan pengelolaan sampah secara sistematis dan berkala serta pemberian Surat Peringatan bagi petugas kebersihan yang tidak menggunakan APD dengan lengkap agar diperoleh peningkatan kesadaran dan pengetahuan, sehingga diharapkan pelanggaran dalam tahapan pengelolaan sampah dapat diminimalkan serta peningkatan kedisiplinan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) bagi petugas kebersihan.

33

Biaya PengelolaanKetersediaan biaya yang mencukupi sangat menunjang pelaksanaan kegiatan

pengelolaan sampah. Volume timbulan sampah medis dan sampah non medis yang dihasilkan oleh RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo sebesar 19,87 m3/hari, biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu Rp 503.733.150/tahun.

Pada RSUD. Labuang Baji, volume sampah medis dan sampah non medis yang dihasilkan sebanyak 7,86m3/hari, biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah di RSUD. Labuang Baji yaitu sebesar Rp 33.141.250,-. Biaya ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Hal ini dapat dipengaruhi dari jumlah dan jenis sampah yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan.

5. Pengelolaan Sampah Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo telah mengikuti Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 dalam mengelola sampahnya. Lain halnya dengan RSUD. Labuang Baji, sistem pengelolaan sampahnya masih belum begitu mengikuti Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004. Pengelolaan sampah pada kedua rumah sakit tersebut meliputi penampungan, pengangkutan, dan pembuangan akhir. Pengelolaan sampah rumah sakit disesuaikan dengan kondisi sampah dan kemampuan rumah sakit untuk mengelolanya. Berdasarkan buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia bahwa kegiatan pengelolaan sampah biasanya meliputi penampungan sampah, pengangkutan, dan pembuangan akhir (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

PenampunganRumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo sudah memisahkan

sampah medis dan sampah non medis yang di tampung di tempat terpisah. Sampah medis berupa limbah benda tajam dan limbah sitotoksik pengumpulannya terpisah dengan sampah medis lainnya. Limbah benda tajam di tampung dalam jirigen dan limbah sitotoksik ditampung dalam kantong plastik berwarna ungu. Tempat sampah dalam kondisi layak pakai dengan kantong plastik warna sesuai dengan jenis sampah yang dihasilkan. Kantong sampah yang berwarna kuning digunakan untuk sampah medis dan kantong plastik yang berwarna hitam digunakan untuk sampah non medis.

Pelabelan hanya terdapat di tempat sampah saja, untuk kantong plastik tidak terdapat keterangan simbol. Agar tidak terjadi kesalah pemakaian kantong plastik

34

kuning digunakan untuk sampah non medis atau sebaliknya, diperlukan penyediaan kantong plastik yang dilengkapi dengan simbol. Hal ini berdasarkan oleh buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit.

Sampah medis dan sampah non medis sudah dipisahkan sejak dari sumber penghasil tetapi masih ada sampah non medis yang masuk ke sampah medis atau sebaliknya. Ini dikarenakan sikap acuh atau masa bodoh yang dilakukan oleh beberapa perawat atau dokter. Penempatan tempat sampah disesuaikan menurut jenis dan jumlah sampah yang dihasilkan. Sampah yang ditampung dalam tempat sampah tidak dibiarkan di tempat tersebut telalu lama, biasanya dalam satu hari langsung diangkut.

Umumnya tempat sampah disediakan satu buah untuk setiap kamar atau ruangan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Pada ruangan perawat disediakan minimal dua tempat sampah yang dilapisi kantong plastik, yaitu tempat sampah medis dan tempat sampah non medis. Pada ruangan pasien disediakan minimal satu buah bak penampungan sampah yang terbuat dari plastik. Sedangkan di taman dan lobby disediakan dua tempat sampah, organik dan anorganik yang terbuat dari fiber.

Petugas kebersihan langsung mendesinfeksi tempat sampah setiap kali setelah dikosongkan seperti yang ditetapkan di peraturan pemerintah. Tempat pembuangan dan penampungan sementara penting untuk didesinfeksi untuk menghindari terjadinya penularan penyakit melalui media sampah padat. Rumah sakit menghasilkan sampah medis dan sampah non medis yang berpotensi untuk menimbulkan resiko untuk pasien, staf rumah sakit, pengunjung dan bahkan lingkungan sekitarnya (Patil & Sekdar, 2007).

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo menyimpan sampahnya di TPS (Tempat Penampungan Sementara) yang letaknya terpisah dari gedung bangunan utama yaitu berada di dekat tempat parkir. Sampah paling lama disimpan 24 jam untuk sampah medis dan 48 jam untuk sampah non medis. Namun, selama observasi dilakukan sampah medis langsung dikelola oleh operator insinerator dan operator autoclave. Fasilitas pembersihan seperti sapu ijuk dan pel tersedia di TPS Limbah Infeksius.

Sementara pada RSUD. Labuang Baji, sampah medis dan non medis juga telah ditampung ditempat terpisah. Hanya saja, sampah medis berupa limbah benda tajam dan limbah sitotoksik masih ditampung ditempat yang sama dengan sampah medis lainnya. Tidak ada perbedaan kantong plastik untuk sampah medis dan sampah non medis, kantong plastik yang digunakan hanyalah kantong plastik hitam tanpa pelabelan. Sama halnya dengan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, pelabelan hanya terdapat pada tempat sampah saja, sehingga tidak jarang sampah medis masuk ke penampungan sampah non medis ataupun sebaliknya. Sehingga

35

diperlukan perbedaan warna dan symbol dalam penggunaan kantong plastik agar tidak terjadi kesalahpamakaian lagi selanjutnya.

Tempat sampah yang telah diangkut tidak langsung didesinfeksi oleh petugas kebersihan. Tempat sampah tersebut hanya dibersihkan dengan menggunakan air. Tempat penampungan sementara (TPS) untuk sampah medis dan sampah non medis digabung dalam satu kontainer yang terletak dibelakang rumah sakit, pemisahan TPS hanya terjadi pada sampah medis berupa limbah benda tajam. Seharusnya TPS sampah medis dibedakan dengan TPS non medis, agar bakteri atau kuman yang terdapat pada sampah medis tidak menjangkiti pengunjung ataupun masyarakat disekitarnya.

PengangkutanRumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSUD. Labuang

Baji telah mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan yaitu mengangkut sampah medis ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sebanyak 3 kali dalam sehari. Menurut persyaratan sampah non medis harus diangkut ke TPA lebih dari satu kali per hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Jalur yang digunakan untuk mengangkut sampah pada kedua rumah sakit tersebut sama dengan jalur umum atau jalur yang biasa digunakan oleh pasien, pengunjung, dan lain-lain. Lift yang digunakan untuk mengangkut sampah juga sama dengan lift umum. Sampah medis yang diangkut harus melalui rute khusus seperti menggunakan koridor dan lift khusus dari ruang penyimpanan sementarara ke tempat pembuangan akhir di rumah sakit (Tsakona et al, 2006). Sampah kemudian dibawa ke TPS dengan menggunakan masing-masing sulo yang telah disediakan disetiap ruangan.

Namun untuk sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yang berasal dari gedung Private Care Center (PCC) pengangkutan sampah dilakukan dengan menggunakan gerobak motor menuju ke TPS. Saat ini gerobak motor yang digunakan hanya satu unit. Namun pengangkutan sampah medis dan non medis tidak digabungkan. Pengangkutan sampah medis dan non medis dari PCC tidak dilakukan bersamaan. Sehingga diperlukan penambahan gerobak, agar gerobak sampah untuk sampah medis dan sampah non medis terpisah.

Tidak ada petugas khusus untuk mengangkut sampah medis pada kedua rumah sakit tersebut. Petugas kebersihan mengangkut sampah berdasarkan jadwal shift kerja. Namun jika ada sampah sebanyak 2/3 sampah penuh maka petugas kebersihan langsung mengangkut sampah tersebut ke TPS, sehingga tidak ada sampah yang berceceran keluar dari tempat penampungan.

36

Pemusnahan dan Pembuangan AkhirPada tahap ini, RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo membakar sampah medis

dengan menggunakan insinerator dengan suhu 10000C dan 13000C. Peraturan menyebutkan bahwa pengelolaan sampah medis dibakar setiap hari dengan suhu >10000C (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Selain menggunakan insinerator, RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo juga menggunakan autoclave untuk mensterilkan sampah medis.

Insinerator dan autoclave yang dimiliki RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo telah mendapatkan izin dari Kementrian Lingkungan Hidup seperti persyaratan pengelolaan limbah B3 yang diatur dalam PP No. 18 Tahun 1999.

Sementara itu, untuk pembuangan limbah domestik pihak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo tidak bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota Makassar. Limbah domestic diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangngapa dengan menggunakan mobil angkut sampah dari PT. Riztechkindo, namun mobil angkut sampah ini telah mendapatkan izin untuk membuang sampahnya di TPA Tamangngapa. Hal ini sama seperti peraturan yang telah ditetapkan yaitu sampah non medis dibuang ke TPA yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Sementara limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo diangkut oleh pihak ketiga yaitu PT. Multazam.

Untuk RSUD. Labuang Baji sendiri, penanganan sampah medis yang berupa limbah benda tajam bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT. Multazam, sementara untuk limbah medis lainnya masih belum terkelola dengan baik. Sampah medis tidak dibakar diinsenarator, tidak juga bekerjasama dengan pihak ketiga, sehingga sampah medis selain limbah benda tajam masih digabung dengan limbah non medis. Padahal seharusnya limbah medis dibakar di insinerator atau bekerjasama dengan pihak ketiga untuk pembakarannya. Untuk pembuangan limbah domestic dan limbah medis tadi, pihak RSUD. Labuang Baji bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota Makassar. Pengangkutan limbah tersebut dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari ke TPA Tamangngapa, Antang. Pihak RSUD. Labuang Baji juga harus membayar retribusi kepada Dinas Kebersihan Kota Makassar sebulan sekali.

6. Prospek Pengembangannya di Kota Makassar

Dari data yang telah didapat, diketahui bahwa RSUD. Labuang Baji masih memiliki banyak kesalahan dalam pengelolaan sampahnya, sedangkan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo sudah cukup baik. Sehingga, sebaiknya pihak RSUD. Labuang Baji dan rumah sakit lainnya yang belum begitu mematuhi peraturan bisa melakukan kunjungan ke RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk melihat

37

bagaimana sistem pengelolaan sampah yang baik yang kemudian pihak RSUD. Labuang Baji dan rumah sakit lainnya bisa menerapkannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dibahas sebelumnya maka dapat dirangkum kesimpulan, antara lain:

1. Karakteristik sampah yang dihasilkan oleh RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo tidak jauh berbeda dengan RSUD. Labuang Baji.

2. Proses pengelolaan sampah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo sudah cukup baik jika dibandingkan dengan RSUD. Labuang Baji, ini dikarenakan belum dibedakannya kantong plastik untuk setiap jenis sampah, pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis belum terkelola dengan baik.

3. Jumlah sampah yang terkelola pada kedua rumah sakit yaitu sebanyak jumlah sampah yang dihasilkan selama sehari. Sehingga tidak ada penumpukan sampah di TPS. Namun, pada RSUD. Labuang Baji, sampah medis selain limbah benda tajam belum terkelola dengan baik.

B. Saran

Sebagai pemecahan masalah maka saran yang diberikan, yaitu:

1. Mahasiswa a. Disarankan menyiapkan sarung tangan, masker yang tebal sebelum

melakukan penelitian.b. Disarankan untuk melakukan koordinasi terlebih dahulu kepada pihak

rumah sakit mengenai apakah alat-alat yang ada di rumah sakit tersebut bisa digunakan untuk menunjang penelitian atau tidak.

2. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodoa. Pada petugas pengelola sampah perlu peningkatan pengawasan dan

kerjasama yang baik dengan perawat dan petugas kebersihan dalam pemisahan sampah medis dan sampah non medis.

b. Mengadakan pelatihan tentang pengelolaan sampah di rumah sakit secara sistematis dan berkala, sehingga diharapkan pelanggaran dalam tahapan pengelolaan sampah dapat diminimalkan serta ada peningkatan kedisiplinan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) bagi petugas kebersihan.

c. Sarana yang perlu ditambahkan yaitu penyediaan kantong plastik yang dilengkapi dengan simbol agar tidak terjadi kesalah pemakaian kantong plastik kuning digunakan untuk sampah non medis atau sebaliknya. Menambah jumlah gerobak, agar sampah medis dan sampah non medis yang berasal dari PCC tidak menggunakan gerobak yang sama lagi.

38

3. Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Bajia. Pada petugas pengelola sampah perlu pengawasan dan kerjasama yang

baik dengan perawat dan petugas kebersihan dalam pemisahan sampah medis dan non medis.

b. Sebaiknya dilakukan perbedaan kantong plastik untuk jenis sampah medis dan non medis serta pemberian symbol pada kantong plastik seperti yang peraturan yang tercantum pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004.

c. Mengadakan pelatihan tentang pengelolaan sampah di rumah sakit secara sistematis dan berkala, sehingga diharapkan pelanggaran dalam tahapan pengelolaan sampah dapat diminimalkan serta ada peningkatan kedisiplinan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) bagi petugas kebersihan.

d. Sesegera mungkin untuk melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yang telah memiliki izin pengoperasian incinerator untuk pengelolaan sampah medis selain sampah medis berupa limbah benda tajam.

e. Disarankan agar dilakukan pembuatan ruangan untuk TPS sampah medis dan TPS sampah non medis, agar sampah medis dan non medis tidak lagi digabungkan.

f. Disarankan untuk mendesinfeksi setelah tempat sampah dikosongkan minimal 1 (satu) kali sehari.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W, 2007, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, PT. Raja Grafimdo Persada, Jakarta.

BAPEDAL, 1997, Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta.

Chandra, 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2002), Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Departemen Kesehatan RI, 2004, Permenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004, Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Dirjen PPM dan PLP, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2004, Pengeleloaan Limbah Rumah Sakit, Bakti Husada, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1997, Profil Kesehatan Indonesia, Bakti Husada, Jakarta.

39

Kusnoputranto, 1986. Pengolahan dan Penanganan Limbah Laboratorium, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (FKM-UI), Jakarta.

Nadia Paramita, (2007, Maret), Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Jurnal Presipitasi, Vol. 2 No. 1. http://digilib.its.ac.id/ITS-MASTER-3100007029311/6397

Republik Indonesia, 2008. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta. http://bit.ly/170WvPd

Soemirat, 2002, Pengelolaan Sampah Medis, Banda Aceh. http://bit.ly/13VHuuY

Tsakona, et al, 2007, Hospial Waste Management and Toxocity Evaluation: A Case Study. Journal of Waste Management.

http://www.sciencedirect.com/science?_ob=MiamiImageURL&_cid=271837&_user=4888429&_pii=S0956053X06001541&_check=y&_coverDate=2007-01-01&view=c&whcp=dGLbVlk-zSkWA&md5=f58dadf76dffe712e8d65c919baf0b51/1-s2.0-0956053X06001541-,main.pdf

Wakner, Wolf, 2007, Manajemen Kesehatn Limbah Pelayanan Kesehatan di NAD, Jakarta.

WHO, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Jakarta.

40