cv citra wira karya

36
Vol. 6 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2356 - 3028 Jurnal Kesehatan P - ISSN 2356 - 3028 E-ISSN : 2656-3495 Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dalam Perawatan Diri Pasien Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Sri Sakinah, Astayudi Amran Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang Rheumatoid Arthritis Yang Menjalani Perawatan Di Ppslu Mappakasunggu Kota Parepare Henrick Sampeangin, Dindha Pramesty Gambaran Tingkat Nyeri Pada Ibu Dalam Persalinan Kala I Pembukaan 5-10 Cm Di Ruang Kamar Bersalin Rumah Sakit Fatima Parepare Agustina, Devi Purnamasari Filosofi Penyakit Berbasis Kesehatan Lingkungan Martinus Jimung Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan Di Ruangan Bkia Rumah Sakit Fatima Parepare Yenny Djeny Randa, Sri Angriyani

Upload: muh.baskar

Post on 14-May-2020

31 views

Category:

Documents


0 download

Tags:

TRANSCRIPT

Page 1: CV CITRA WIRA KARYA

Vol. 6 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2356 - 3028 Jurnal Kesehatan

P - ISSN 2356 - 3028E-ISSN : 2656-3495

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dalam Perawatan Diri Pasien Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Sri Sakinah, Astayudi Amran

Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang Rheumatoid Arthritis Yang Menjalani Perawatan Di Ppslu Mappakasunggu Kota Parepare Henrick Sampeangin, Dindha Pramesty

Gambaran Tingkat Nyeri Pada Ibu Dalam Persalinan Kala I Pembukaan 5-10 Cm Di Ruang Kamar Bersalin Rumah Sakit Fatima Parepare Agustina, Devi Purnamasari

Filosofi Penyakit Berbasis Kesehatan Lingkungan Martinus Jimung

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan Di Ruangan Bkia Rumah Sakit Fatima Parepare Yenny Djeny Randa, Sri Angriyani

Page 2: CV CITRA WIRA KARYA

Pelindung/PenasehatYayasan Sentosa Ibu

Pemimpin RedaksiNs. Yunita Palinggi, S.Kep., M.Kep

Redaktur PelaksanaAntonius Primus, SS

Sekretaris RedaksiBahriah, S.Kep

KeuanganBety

Dewan RedaksiNs. Yenny Djeny Randa, S.Kep.,M.KesNs. Agustina, S.Kep.,M.KesMartinus Jimung, S.Fil.,M.Si.,M.Kes

ReviewerProf. Dr. Ir. Muhibuddin, MScProf. Dr. H. Muh. Siri Dangnga, MsDr. Antonius Sudirman, S.H.,M.HumDr. dr. Burhanudin Bahar, MScDr. dr. Lucywidasari, M.SiDr. Ns. Henrick Sampeangin, S.Kep., M.Kes

SirkulasiNovi Machlin Lentho, S.ESimon Rantepadang, S.Pust

Alamat Redaksi/PenerbitLPPM AKPER Fatima ParepareJl. Ganggawa, No. 22 Kota Parepare - Sulawesi SelatanTlp. 0421 - 22167; Fax. 0421 - 21615E-mail: [email protected]: fatimaparepare.wix.com//parepare

Page 3: CV CITRA WIRA KARYA

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol.6 No. 1 Juni 2019 iii

Lentera ACITYAJURNAL KESEHATAN

ISSN 2356-3028; E-ISSN 2656-3495Volume 6 No. 1 Juni 2019

DAFTAR ISI

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dalam Perawatan Diri Pasien Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Sri Sakinah, Astayudi Amran .......................................................................... 1-8

Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang Rheumatoid Arthritis Yang Menjalani Perawatan Di Ppslu Mappakasunggu Kota Parepare Henrick Sampeangin, Dindha Pramesty ........................................................... 9-13

Gambaran Tingkat Nyeri Pada Ibu Dalam Persalinan Kala I Pembukaan 5-10 Cm Di Ruang Kamar Bersalin Rumah Sakit Fatima Parepare Agustina, Devi Purnamasari .......................................................................... 14-19

Filosofi Penyakit Berbasis Kesehatan Lingkungan Martinus Jimung .......................................................................................... 20-26

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan Di Ruangan Bkia Rumah Sakit Fatima Parepare Yenny Djeny Randa, Sri Angriyani ................................................................ 27-30

Page 4: CV CITRA WIRA KARYA

iv Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

EDITORIALISSN 2356-3028; E-ISSN 2656-3495

Volume 6 No. 1 Juni 2019

Pembaca budiman, Jurnal Kesehatan Lentera Acitya kali ini hadir dengan topik baru yang selalu update, menya-jikan pembahasan aneka persoalan kesehatan, hasil kajian dan penelitian ilmiah. Beberapa persoalan yang diangkat di edisi ini antara lain: “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dalam Perawatan Diri Pasien Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka” oleh Sri Sakinah, Astayudi Amran; “Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang Rheumatoid Arthritis Yang Menjalani Perawatan Di PPSLU Mappaka-sunggu Kota Parepare” Henrick Sampeangin, Dindha Pramesty; “Gambaran Tingkat Nyeri Pada Ibu Dalam Persalinan Kala I Pembukaan 5-10 Cm Di Ruang Kamar Bersalin Rumah Sakit Fatima Parepare” Agustina, Devi Purnamasari; “Filosofi Penyakit Berbasis Kesehatan Lingkungan” Martinus Jimung; “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan Di Ruan-gan BKIA Rumah Sakit Fatima Parepare” Yenny Djeny Randa, Sri Angriyani. Redaksi Jurnal Kesehatan Lentera Acitya mengucapkan terima kasih kepada para kontributor yang telah menyumbangkan hasil kajian dan penelitian ilmiah dalam mendukung perkembangan Jurnal Kesehatan Lentera Acitya. Akhirnya, Redaksi mengucapkan selamat menikmati bacaan ilmiah ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi para peneliti untuk mengembangkan hasil kajian dan penelitian yang telah dilakukan oleh para kontributor demi pengembangan ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Parepare, Juni 2019

Redaksi

Page 5: CV CITRA WIRA KARYA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DALAM PERAWATAN DIRI PASIEN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BILOKKA

Sri Sakinah1, Astayudi Amran2

1-2STIKES Muhammadiyah Sidrap(Korespondensi: [email protected]/0811422108)

ABSTRAKGangguan jiwa merupakan gangguan yang dapat mengakibatkan kematian dan ketidakmampuan individu untuk ber-prilaki produktif. Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2018 di wilayah kerja Puskesmas Bilokka. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dalam perawatan diri pasien jiwa di wilayah kerja puskemas Bilokka . Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan dekskriptif analitik dengan menggunakan metode Cross Sectional Study. Jumlah sampel sebanyak 45 responden. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dengan program komputer SPSS16. Hasil uji statistic untuk pengetahuan dalam perawatan diri diperoleh nilai p=0,021 < α=0,05, uji statistik sikap dalam perawatan diri diperoleh nilao p=0,017 < α=0,05. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap keluarga dalam perawatan diri pasien jiwa di wilayah kerja puskesmas Bilokka.

Kata Kunci : Pengetahuan keluarga, sikap keluarga, perawatan diri, pasien jiwa

ABSTRACTMental disorders are disorders that can result in death and the inability of individuals to have productive manners. Men-tal health is a condition where someone who is free from mental disorders, and has a positive attitude to describe the maturity and personality. This research was conducted from June to July 2018 in the working area of the Bilokka Health Center. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and family attitudes in self-care of mental patients in the working area of the Bilokka Public Health Center. The type of research used is quantitative research with analytic descriptive approach using the Cross Sectional Study method. The number of samples is 45 re-spondents. Data analysis used Chi-Square test with SPSS16 computer program. Statistical test results for knowledge in self-care obtained p value = 0.021 <α = 0.05, statistical test for attitude in self-care obtained value p = 0.017 <α = 0.05. The conclusion from this study that there is a significant relationship between knowledge and family attitudes in self-care of mental patients in the working area of the Bilokka health center.

Keywords: Family knowledge, family attitudes, self care, mental patients

PENDAHULUAN Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Gangguan jiwa tidak hanya dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian kematian secara langsung, namun juga menimbulkan ketidakmampuan individu untuk berperilaku yang tidak produktif (Saragih, dkk, 2013). Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman

penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi prevalensi gangguan jiwa berat, jumlah kunjungan gangguan jiwa pada tahun 2011 yang mencapai 198.387 orang, 2012 mencapai 224.617 orang, pada tahun 2013 mengalami peningkatan mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian medical record Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sul – sel. Pada tahun 2013, jumlah penderita

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 1

Page 6: CV CITRA WIRA KARYA

gangguan jiwa berjumlah 2712, dengan rincian sebagai berikut : 2010 sebanyak 785 orang, 2011 sebanyak 882 orang dan 2012 sebanyak 1045. Data tersebut di atas menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun(Alias, dkk, 2013). Berdasarkan data dari Puskesmas Bilokka melalui wawancara dengan petugas jiwa di ruangan poli mengatakan bahwa pada tahun 2015 terdapat 40 pendrita gangguan jiwa sedangkan pada tahun 2016 terdapat 43 penderita gangguan jiwa kemudian pada tahun 2017 terdapat 45 penderita gangguan jiwa dan januari samapi april 2018 terdapat peningkatan yaitu 47 penderita gangguan jiwa yang berada di Puskesmas Bilokka. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak penderita yang mengalami gangguan jiwa , bahkan mungkin hal ini akan terus bertambah setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rismawan (2013). Tentang ”Gambaran pengetahuan dan sikap keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa dengan masalah keperawatan isolasi sosial di rsud kota Tasikmalaya”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga selama ini kurang pada anggota keluarganya yang sedang sakit diakibatkan keluarganya terlalusibuk dengan urusanya masing-masing, acuh tak acuh karena tidak mengerti penyakit yang diderita klien. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 37% pasien Rumah Sakit Jiwa Cimahi sembuh total dan 77% pasien kambuhan dengan salah satu faktornya adalah kurangnya perhatian keluarga terhadap perawatan pasien di rumah. Diantara penderita penyakit jiwa tersebut diantaranya ada yang mengalami masalah keperawatan isolasi sosial. Oleh sebab itu, keluarga sangat berperan dalam pemulihan dan penyembuhan klien, apabila dukungan keluarga kurang maka pemulihan dan penyembuhan akan berjalan lambat. Kesembuhan pasien tergantung kepada perhatian keluarga secara serius dalam membantu penyembuhan klien. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Alias, Hartati & Indirawaty (2013) tentang “hubungan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pasien Perilaku kekerasan di unit rawat inap rumah sakit Khusus daerah provinsi sulawesi selatan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan memahami, dengan data kurang terdapat sebanyak 9 orang (47,36%) dengan pasien perilaku kekerasan

agresif dan 2 orang (14,4%) dengan pasien perilaku kekerasan tidak agresif. Sedangkan tingkat pengetahuan keluarga dengan kategori cukup sebanyak 3 orang (15,79%) dengan pasien perilaku kekerasan tidak agresif sebanyak 2 orang (14,4%) Hal ini ditunjukan melalui hasil uji statistik chi square bahwa terdapat hubungan antara tingkat pemahaman keluarga dengan pasien perilaku kekerasan. Sedangkan sikap keluarga menunjukan bahwa sebagian besar keluarga yang memiliki sikap menerima dengan kategori positif terdapat sebanyak 14 orang (66.67%) dengan pasien perilaku kekerasan agresif dan 8 orang (66,66%)dengan pasien perilaku kekerasan tidak agresif. Sedangkan sebagian kecil keluarga yang memiliki sikap menerima dengan kategori negatif terdapat sebanyak 7 orang (33,33%) dengan pasien perilaku kekerasan tidak agresif sebanyak 4 orang (33,33%) Hal ini di tunjukan melalui hasil uji statistik chi square bahwa terdapat tidak ada hubungan antara sikap menerima keluargadengan pasien perilaku kekerasan. Pengetahuan keluarga mengenai kesehatan mental merupakan awal usaha dalam memberikan rasa kenyamanan bagi anggota keluarganya. Keluarga yang minim pengetahuan menangani pasien jiwa banyak memperlakukan psien dengan kasar. Fenomena-fenomena ini tidak jarang kita jumpai dimasyarakat yang juga menganggap seorang penderita gangguan jiwa sangat berbahaya untuk didekati dan pasien tidak dapat sembuh kembali seperti normal (Yulishati, dkk, 2014). Meskipun pasien gangguan jiwa belum bisa disembuhkan 100%, tetapi para penderita gangguan jiwa memiliki hak untuk sembuh dan diperlakukan secara manusiawi. UU RI No. 18 Tahun 2014 Bab I Pasal 3 Tentang Kesehatan Jiwa telah dijelaskan bahwa upayakesehatan jiwa bertujuan menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dariketakutan, tekanan dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa (Kemenkes, 2014). Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengtasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Penderita gangguan jiwa dalam masa rehabilitasi yang dirawat

2 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 7: CV CITRA WIRA KARYA

oleh keluarga sendiri di rumah atau rawat jalan memerlukan dukungan keluarga untuk mematuhi program pengobatan (Karmila, dkk, 2016).Perawatan diri merupakan perubahan tingkah laku secara lambat dan terus menerus didukung atas pengalaman sosial sebagai hubungan interpersonal, self care akan meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi dalam perubahan konsep diri (Wahyu, 2013 ). Perubahan konsep diriadalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan devisit perawatan diri akan mempengaruhi kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam merawat diri (Arif, 2008). Berdasarkan data dari WHO, Riskesdas dan Provinsi menunjukkan bahwa gangguan jiwa terus meningkat tiap tahunnya dan begitupun di Puskesmas Bilokka yang semakin meningkat, menurut petugas Puskesmas mengatakan bahwa tingkat pengetahuan keluarga yang mengalami gangguan jiwa kurang dalam perawatan diri pasien jiwa dan sikap keluarga yang kurang baik terhadap keluarganya. Sehingga penulis tertarik melakukan penelitian tentang “hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dalam perawatan diri pada pasien jiwa di wilayah kerja Puskesmas Bilokka.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka dari bulan Juni sampai Juli tahun 2018, menggunakan metode deskriptik analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pengukuran/observasi variabel independen (pengetahuan dan sikap keluarga) maupun variabel dependen (perawatan diri) dilakukan dalam jangka waktu bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah 47 orang yang mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Total sampling adalah sampel yang diambil secara keseluruhan dari penderita gangguan jiwa yaitu 47 sampel di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka. Pengolahan data dilakukan melalui tahap sebagai berikut: a. Editing: b. Koding: c. Tabulas. Analisis Data dilakukan dengan Analisa Univariat dan Analisa Bivariat.

Analisa dilakukan untuk melihat hubungan dari variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan Uji Chi – square dengan tingkat tingkat kemaknaan α = 0,05 artinya jika nilai P < 0,05 maka hipotesis alternatif (Ha) diterima berarti ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dan jika nilai P > 0,05 maka hipotesis nol (Ho) tidak diterima, berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen

HASIL PENELITIAN1. Variabel Univariata. Karakteristik Responden1) Umur

Table 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Keluarga Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka tahun 2018

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden, responden yang umur 25-44 tahun sebanyak 17 orang dengan presentase (37,8%), umur 45-64 tahu sebanyak 18 orang dengan presentase (40,0%) dan umur 65-84 tahunsebanyak 10 orang dengan presentase (22,2%).

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Keluarga Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka tahun 2018

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 3

Page 8: CV CITRA WIRA KARYA

Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden dalam penelitian ini laki-laki sebanyak 12 orang dengan presentase (26,7%) dan perempuan 33 orang dengan presentase (73,3%).

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Keluarga Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka tahun 2018

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden dalam penelitian ini yang memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 29 orang dengan presentase (64,4%), SMP sebanyak 8 orang dengan presentase (13,3%), SMA sebanyak 6 orang dengan presentase (13,3%) dan S1 sebanyak 2 orang dengan presentase (4,4%).

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Keluarga Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka tahun 2018

Responden, responden yang PNS sebanyak 1 orang dengan presentase (2,2%), petani sebanyak 9 orang dengan presentase (20,0%), wiraswasta sebanyak 9 orang dengan presentase (20,0,%) dan IRT sebanyak 26 orang dengan presentase (57,8%).

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan lama

pasien sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka tahun 2018.

Berdasarkan tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden dalam penelitian ini lama pasien mengalami sakit 5 Thn-10 Thn sebanyak 15 orang dengan presentase (33,3%) dan 11 Thn - >20 Thn 30 orang dengan presentase (66,7%).

b. Variabel yang diteliti1) Pengetahuan

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Keluarga dengan Perawatan Diri Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka tahun 2018.

Berdasarkan tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden dalam penelitian ini yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 4 orang dengan presentase (8,9%) sedangkan yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 41 orang dengan presentase (91,1%).

2) Sikap Keluarga

Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Keluarga dengan Perawatan Diri Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka tahun 2018

4 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 9: CV CITRA WIRA KARYA

perawatan diri mampu sejumlah 36 orang dengan presentase (80,0%), sehingga total secara keseluruhan sejumlah 45 orang dengan presentase (100%). Ini menunjukkan bahwa yang mengalami perawatan diri yang mampu berpeluang terjadi pada responden yang memiliki pengetahuan yang baik dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang. Dari hasil uji Fishers exact test didapatkan nilai p=0,017. Oleh karena p=0,017 ˂ 0,05 (α), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap keluarga dalam perawatan diri pada pasien jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2018.

b. Hubungan sikap Keluarga dalam perawatan diri pada Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2018 Tabel 5.10 diperoleh data bahwa hasil penelitian dari 45 responden menunjukkan bahwa yang memiliki sikap keluarga yang kurang dan perawatan diri yang tidak teratur sejumlah 6 orang dengan perentase (13,3%), yang memiliki sikap keluarga yang kurang dan perawatan diri yang teratur sejumlah 8 orang dengan presentase (17,8%), sedangkan yang memiliki sikap keluarga yang baik dan perawatan diri yang kurang sejumlah 3 orang dengan presentase (6,7%), yang memiliki sikap keluarga yang baik dan perawatan diri yang mampu sejumlah 28 orang dengan presentase (68,2%). Total yang memiliki sikap keluarga yang kurang sejumlah 14 orang dengan presentase (31,1%), dan total yang memiliki sikap keluarga yang baik sejumlah 31 orang dengan presentase (68,9%), sedangkan total yang perawatan diri kurang sejumlah 9 orang dengan presentase (20,0%), dan total yang perawatan diri yang mampu sejumlah 36 orang dengan presentase (80,0%), sehingga total secara keseluruhan sejumlah 45 orang dengan presentase (100%). Ini menunjukkan bahwa yang memiliki perawatan diri berpeluang terjadi pada responden yang memiliki tingkat sikap keluarga yang baik dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap keluarga yang kurang. Dari hasil uji Fishers exact test didapatkan nilai p=0,017. Oleh karena p=0,017 ˂ 0,05 (α), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,

Berdasarkan tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden dalam penelitian ini yang memiliki sikap keluarga yang kurang sebanyak 14 orang dengan presentase (31,1%) sedangkan yang memiliki sikap keluarga yang baik sebanyak 31 orang dengan presentase (68,9%).

3) Perawatan Diri

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan diri Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka tahun 2018

a. Hubungan Pengetahuan Dalam Perawatan Diri Pada Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2018 Berdasarkan tabel 5.9 diperoleh data bahwa hasil penelitian dari 45 responden menunjukkan bahwa yang memiliki pengetahuan kurang dalam perawatan diri kurang pasien jiwa sejumlah 3 orang dengan perentase (6,7%), yang memiliki pengetahuan yang kurang dan tingkat perawatan diri yang kurang mampu sejumlah 1 orang dengan presentase (2,2%), sedangkan yang memiliki pengetahuan yang baik dan perawatan diri yang kurang sejumlah 6 orang dengan presentase (13,3%), yang memiliki pengetahuan yang baik dan perawatan diri yang mampu sejumlah 35 orang dengan presentase (77,8%). Total yang memiliki pengetahuan yang kurang sejumlah 4 orang dengan presentase (8,9%), dan total yang memiliki pengetahuan yang baik sejumlah 41 orang dengan presentase (91,1%), sedangkan total yang perawatan diri kurang sejumlah 9 orang dengan presentase (20%), dan total yang

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 5

Page 10: CV CITRA WIRA KARYA

yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap keluarga dalam perawatan diri pada pasien jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2018

PEMBAHASAN Dari hasil penelitian dari 45 responden menunjukkan bahwa yang memiliki pengetahuan kurang dalam perawatan diri kurang pasien jiwa sejumlah 3 orang dengan perentase (6,7%), yang memiliki pengetahuan yang kurang dan tingkat perawatan diri yang kurang mampu sejumlah 1 orang dengan presentase (2,2%), sedangkan yang memiliki pengetahuan yang baik dan perawatan diri yang kurang sejumlah 6 orang dengan presentase (13,3%), yang memiliki pengetahuan yang baik dan perawatan diri yang mampu sejumlah 35 orang dengan presentase (77,8%). Total yang memiliki pengetahuan yang kurang sejumlah 4 orang dengan presentase (8,9%), dan total yang memiliki pengetahuan yang baik sejumlah 41 orang dengan presentase (91,1%), sedangkan total yang perawatan diri kurang sejumlah 9 orang dengan presentase (20%), dan total yang perawatan diri mampu sejumlah 36 orang dengan presentase (80,0%), sehingga total secara keseluruhan sejumlah 45 orang dengan presentase (100%). Ini menunjukkan bahwa yang mengalami perawatan diri yang mampu berpeluang terjadi pada responden yang memiliki pengetahuan yang baik dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang. Dari hasil uji Fishers exact testdidapatkan nilai p=0,021. Oleh karena p=0,021 ˂ 0,05 (α), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perawatan diri pada pasien jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2018 . Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Hartati, dkk (2013) tentang pengetahuan keluarga terhadap pasien jiwa, yang dilakukan dari 33 orang yang dijadikan responden, Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemahaman keluarga dengan pasien perilaku kekerasan dinyatakan kurang 15 (45,45%) hal ini menunjukan bahwa sebagian besar keluarga memiliki tingkat pemahaman yang kurang.

Dari hasil uji statistik chi squrediperoleh nilai α < 0,05 dan nilai p = 0.048, ini berarti bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan keluarga dengan pasien perilaku kekerasan. dalam pengertian dari hasi uji statistik Ho ditolakdan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan pengetahuan keluarga memiliki pengaruh yang besar terhadap penyakit gangguan jiwa makin rendah pengetahuan tentang gangguan jiwa untuk individu, keluarga, dan masyarakat. makin besar pula gejala timbulnya pada pasien. Sebaliknya pengetahuan yang baik tentang gangguan jiwa akan membantu masyarakat dalam mengatasinya. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sry wulansi, dkk (2008) tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia diketahui jumlah responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan pasien yang melakukan perawatan ≥3 kali ada 4 orang (8%). Jumlah responden yang memiliki pengetahuan sedang dengan pasien yang melakukan perawatan 2 kali ada 12 orang (24%) dan yang melakukan perawatan ≥3 kali ada 18 orang (36%). Jumlah responden yang memiliki pengetahuan tinggi dengan pasien yang melakukan perawatan 2 kali ada 7 orang (14%) dan yang melakukan perawatan ≥3 kali ada 9 orang (18%). Dari hasil analisis diperoleh nilai chi square sebesar 2,727 dengan probabilitas sebesar 0,256. Hasil perbandingan antara nilai Chi Square hitung dengan Chi Square tabel pada df = 2 (5,99) menunjukkan bahwa nilai Chi Squarehitung lebih kecil dari Chi Square tabel (2,727 < 5,99) atau dilihat dari nilai probabilitas menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari level of significant 5 % (0,256 > 0,05), berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kekambuhan pasien skizofrenia. Jadi hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa “Ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan kekambuhan pada pasien Skizofrenia”. Dari hasil penelitian dari 45 responden menunjukkan bahwa yang memiliki sikap keluarga yang kurang dan perawatan diri yang tidak teratur sejumlah 6 orang dengan perentase (13,3%), yang memiliki sikap keluarga yang kurang dan perawatan

6 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 11: CV CITRA WIRA KARYA

diri yang teratur sejumlah 8 orang dengan presentase (17,8%), sedangkan yang memiliki sikap keluarga yang baik dan perawatan diri yang kurang sejumlah 3 orang dengan presentase (6,7%), yang memiliki sikap keluarga yang baik dan perawatan diri yang mampu sejumlah 28 orang dengan presentase (68,2%). Total yang memiliki sikap keluarga yang kurang sejumlah 14 orang dengan presentase (31,1%), dan total yang memiliki sikap keluarga yang baik sejumlah 31 orang dengan presentase (68,9%), sedangkan total yang perawatan diri kurang sejumlah 9 orang dengan presentase (20,0%), dan total yang perawatan diri yang mampu sejumlah 36 orang dengan presentase (80,0%), sehingga total secara keseluruhan sejumlah 45 orang dengan presentase (100%). Ini menunjukkan bahwa yang memiliki perawatan diri berpeluang terjadi pada responden yang memiliki tingkat sikap keluarga yang baik dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap keluarga yang kurang.Dari hasil uji Fishers exact test didapatkan nilai p=0,017. Oleh karena p=0,017 ˂ 0,05 (α), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap keluarga dalam perawatan diri pada pasien jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2018. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Arif widodo, dkk (2008) diketahui bahwa jumlah responden yang mempunyai sikap yang tidak baik dengan pasien yang melakukan perawatan ≥3 kali ada 6 orang (12%). Jumlah responden yang memiliki sikap baik dengan pasien yang melakukan perawatan 2 kali ada 19 orang (38%) dan yang melakukan perawatan ≥3 kali ada 25 orang (50%). Hal ini menunjukkan semakin baik sikap keluarga, akan semakin mengurangi kekambuhan pasien skizofrenia. Dari hasil analisis diperoleh nilai chi square sebesar 4,179 dengan probabilitas sebesar 0,041.Hasil perbandingan antara nilai Chi Squarehitung dengan Chi Squaretabel pada df = 1 (3,84) menunjukkan bahwa nilaiChi Squarehitung lebih besar dari Chi Square tabel (4,179 > 3,84) atau dilihat dari nilai probabilitas menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari level of significant 5 % (0,041 < 0,05), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa sikap keluarga mempunyai

hubungan yang signifikan dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia. Jadi hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa “Ada hubungan antara sikap keluarga dengan kekambuhan pada pasien Skizofrenia.”. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Alias, dkk (2013) dapat diketahui bahwa dari hasil penelitian diperoleh bahwa sikap mernerima keluarga dengan pasien perilaku kekerasan dinyatakan positif sebanyak 14 orang (66.67%) dari 33 orang yang dijadikan responden, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar keluarga memiliki sikap menerima yang positif terhadap pasien perilaku kekerasan.Dari hasil uji statistik chi squrediperoleh nilai α < 0,05 dan nilai p= 0,234, ini berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara sikap menerima keluargadengan pasien perilaku kekerasan. dalam pengertian dari hasil uji statistik Ho diterima dan Ha ditolak. Hal oni dapat disimpulkan bahwa yang salah satu penyebab terjadinya kekambuhan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasanadalah karena ketidak tahuan dan sikap tidak peduli keluarga tentang cara merawat pasien dirumah. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Perawatan Diri Pada Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2018 yang dilaksanakan mulai tanggal 04 Juni sampai dengan 04 Juli tahun 2018, maka dapat disimpulkan bahwa:1. Ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dalam perawatan diri pada Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2018, didapatkan nilai P= 0,021<0,05 (α).

2. Ada hubungan yang signifikan antara sikap keluarga dalam perawatan diri pada Pasien Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bilokka Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2018, didapatkan nilai P= 0,017<0,05 (α).

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 7

Page 12: CV CITRA WIRA KARYA

B. Saran Diharapakan kepada pihak Puskesmas lebih meningkatkan upaya untuk pendampingan kepada keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa di Wilayah kerja Puskesmas Bilokka dan saran peneliti selanjutnya untuk lebih dikembangkan pada pendampingan spiritual

DAFTAR PUSTAKAArif, (2008). Asuhan Keperawatan Kien Dengan

Gangguan Persarafan. Hal: 224. EGC: Jakarta Nursalam, ( 2014 ). Manajemen keperawatan : Aplikasi

dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta :Salemba Medika

Nursalam, ( 2014 ).Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Edisi 3.Salemba Medika : Jakarta.

Riskesdas, (2013)Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat (http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html di) Diakses pada tanggal 17 mei 2018Pukul 22.24 WITA

Wahyu, S. (2012). Buku saku keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

World Health Organization. 2016. Global Report on Diabetes. France: World Health Organization. http://www.who.int/diabetes/global-report/en/. Diaskes pada tanggal 25 mei 2018. Pukul 15.45 WITA.

Yulishati, Dina A N, Mirwan.2014. Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Halusinasi Di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

8 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 13: CV CITRA WIRA KARYA

GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG RHEUMATOID ARTHRITIS YANG MENJALANI PERAWATAN

DI PPSLU MAPPAKASUNGGU KOTA PAREPARE

Henrick Sampeangin1, Dindha Pramesty2

1-2Program Studi Diploma III Keperawatan AKPER Fatima Parepare

ABSTRAKPopulasi lanjut usia meningkat secara bermakna ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup lanjut usia (lansia). Lansia merupakan kelompok yang berisiko tinggi yang mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit de-geratif seperti Rheumatoid Arthritis. Gejala Rheumatoid Arhtritis seperti nyeri, kekakuan, dan inflamasi, oleh lansia dira-sakan sebagai penyakit sederhana dan tidak menyebabkan ancaman jiwa. Jumlah penderita rheumatoid artritis didunia saat ini telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 penduduk bumi menderita penyakit rheumatoid arthritis. Di Indonesia prevalensi rheumatoid arthritis 23,3%- 31,6% dari jumlah penduduk Indonesia. Bertambahnya jumlah pender-ita Rheumatologi Arthritis di Indonesia, justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi. Keadaan inilah menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya lansia untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit Rheumatologi Arthritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengambarkan tingkat penge-tahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis. Subjek penelitian ini adalah lansia yang berusia 60-75 tahun yang ada di PPSLU Mappakasunggu Parepare. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif. Data diambil dengan cara memberikan kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis didapatkan dalam kategori tingkat pengetahuan baik dan dalam kategori sikap lansia tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis adalah 1 lansia sikap sangat baik (33 poin dihari ketiga) dan 2 lansia memiliki sikap baik (28 poin dihari ketiga).Diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan terhadap lansia untuk memenuhi kebutuhannya sehingga dapat mendukung jaminan kesejahteraan lansia.

Kata Kunci :Pengetahuan, Lansia, Rheumatoid Arthritis

ABSTRACTElderly population in Indonesia increasedsignificantly marked by increasing life expectancy elderly. The elderly is a high-risk groups who haveexperiencing various health problems particular disease degeratif such as rheumatoid Arthri-tis. Symptoms of Rheumatoid Arthritis such as pain, stiffness, and inflammation, by elderly perceived asa simple disease and does not cause mental threat. The number of people with rheumatoid arthritis in the world today has reached 355 million people, meaning that 1 in 6 of the earth’s population suffering from rheumatoid arthritis. In Indonesia the preva-lence of rheumatoid arthritis is 23,3%-31,6% of the population in Indonesia. Increasing number of patients with Arthritis Rheumatoid in Indonesia, precisely the awareness and misunderstandings of this disease remains enough. This situa-tion explained that lack of knowledge of Indonesian society, especially elderly to know more deeply about the Arthritis Rheumatoid disease. The purpose of this research is to describeknowledge level of elderly about the disease Rheumatoid Arthritis. The subject of this research is elderly 60-75 year in PPSLU Mappakasunggu Parepare city. Types of research is Descriptive. Data taken by giving questionnaire. The result of this study is the level of knowledge of the elderly about rheumatoid arthritis disease obtained in the category of good knowledge level and in the category of elderly attitude very good (33 points from third) and 2 elderly have good attitude (28 points from third. Expected to further improve services to the elderly to meet their needs so as to support the welfare of the elderly.

Keywords: Knowledge, Elderly, Rheumatoid Arthritis

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 9

Page 14: CV CITRA WIRA KARYA

PENDAHULUAN Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif dalam berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis atau kedokteran sehingga dapat meningkatkan kuali-tas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) meningkat dan bertambah cend-erung lebih cepat. Lansia bukan suatu penyakit, namun meru-pakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Penurunan ke-mampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu rabersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkungnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun. Menurut WHO, batasan manusia lanjut usia dibagi atas: usia perten-gahan (middle age) yaitu antara 45-59 tahun, manusia lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun, manusia lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Rusli, 2012). Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan manusia lanjut usia dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 dinyatakan sebagai berikut: manusia lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Berba-gai kebijakan dan program yang dijalankan pemerin-tah di antaranya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan pening-katan kesejahteraan manusia lanjut usia, yang antara lain meliputi: 1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual; 2) Pelayanan kesehatan melalui peningka-tan upaya penyembuhan (kuratif); 3) Pelayanan untuk prasarana umum; 4) Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, seperti pelayanan administrasi pemer-intah (Kartu Tanda Penduduk) seumur hidup. Indonesia termasuk salah satu negara dimana proses penuaan penduduknya terjadi paling cepat di Asia Tenggara dimana proyeksi penduduk Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005 rata-rata usia harapan hidup diatas 60 tahun meningkat menjadi 70 tahun antara tahun

2005-2010. Persentase penduduk lansia yaitu ses-eorang berumur diatas 60 tahun sekitar 9.5% pada ta-hun 2005 akan menjadi 11% atau sekitar 28 juta pada tahun 2020. Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia ter-utama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu dari golon-gan reumatik yang sering menyertai usia lanjut adalah Artritis Rheumatoid. Rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan adanya in-flamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama dari penyakit ini. Jumlah penderita rheumatoid artritis didunia saat ini telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 pen-duduk bumi menderita penyakit rheumatoid arthritis (WHO 2010). Di Indonesia prevalensi rheumatoid ar-thritis 23,3%- 31,6% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2007 lalu, jumlah pasien ini mencapai 2 juta orang, dengan perbandingan pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pria. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Pada pasien rheumatoid arthritis terjadi penurunan harapan hidup 5-10 tahun, meskipun angka kematian mungkin lebih rendah pada mereka yang merespons terhadap terapi. Di kota Parepare, data yang di dapat dari 10 lansia mengerti pengertian rheumatoid arthritis ada-lah semua atau 10 orang, etiologi rheumatoid arthritis ada 5 orang, tanda dan 6 orang, dan pengobatan ada 6 orang.a. Untuk mengetahui pengetahuan lansia tentang penyakit rheumatoid arthritis.b. Untuk mengetahui cara lansia mengatasi/pen-gobatan penyakit rheumatoid arthritis.

METODE PENELITIAN Rancanan penelitian ini adalah deskriptif. Deskriptif yaitu rancangan penelitian yang bertu-juan untuk menjelaskan atau mendskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variable-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun ka-ta-kata. Subyek adalah individu atau golongan yang menjadi sasaran penelitian. Dalam penelitian ini sub-

10 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 15: CV CITRA WIRA KARYA

yeknya adalah lansia yang menjalani perawatan di PPSLU Mappakasunggu Parepare. Jumlah sampel adalah 3 lansia. Gambaran pengetahuan lansia tentang Artritis Reumatoid. Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa atau hal sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menye-bar kuesioner padaresponden, data dikumpulkan kem-bali setelah pertanyaan dijawab oleh responden.

HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PPSLU Map-pakasunggu Kota Parepare yang terletak di jalan Jen-deral Sudirman No.10 A Kota Parepare, Sulawesi Se-latan 91121. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wisma I dan wisma II. Adapun batas-batas wisma yang ada adalah dibagian depan terdapat wisma I wisma II wisma III dan wisma IV. Dibagian tengah terdapat aula, kantor, dapur, isolasi I dan isolasi II.Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 26 Juni sampai 28 Juni 2018 dengan jumlah sampel 3 orang lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk diagram lingkaran.

2. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk menjelas-kan karakteristik variabel yang diteliti. Karakteristik yang diteliti diantaranya adalah data demografi yang terdiri dari umur, pendidikan, agama, suku.3. Gambaran Karakteristik Demografi

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada lansia dengan Arthritis Rheumatoid di PPSLU

Mappkasunggu Kota Parepare

Bila dilihat dari diagram diatas, menunjukkan bahwa umur semua responden adalah 60-74 tahun (100%).

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pen-didikan pada lansia dengan Arthritis Rheumatoid di

PPSLU Mappkasunggu Kota Parepare

Bila dilihat dari diagram diatas, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan lansia adalah SMA (67%) dan SD (33%).

Distribusi frekuensi responden berdasarkan suku pada lansia dengan Arthritis Rheumatoid di PPSLU

Mappkasunggu Kota Parepare

Bila dilihat dari diagram diatas, menunjuk-kan bahwa suku responden 1 lansia suku Jawa (33%), 1 lansia suku Toraja (33%), dan 1 lansia suku bugis (33%),

B. Pembahasan Peneliti membahas gambaran pengetahuan lansia tentang rheumatoid arthritis di PPSLU Map-pakasunggu kota Parepare pada tahun 2018 yang te-lah dian analisis secara univariat dan ditabulasi dalam bentuk diagram lingkaran. Karakteristik demografi yang diteliti antaranya adalah usia, pendidikan, dan

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 11

Page 16: CV CITRA WIRA KARYA

suku.

1. Gambaran Karakteristik DemografiKarakteristik demografi yang diteliti adalah usia, pen-didikan, dan suku. Berikut ini adalah pembahasan masing-masing karakteristik.

a. Usia Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon-den penelitian semuanya memiliki usia 60-74 tahun (100%). Umur responden I (Nenek “F”) 70 tahun, responden II (Nenek “Y”) 63 tahun dan responden II (Nenek “B”) 62 tahun. Hal ini sejalan dengan pendapat Hendra (2008) mengatakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya membaik se-rat berpengaruh pada pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur menjelang lansia kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Integelesi lanjut usia akan menurun seh-ingga menyebabkan kurangnya kemampuan dalam memahami suatu pengetahuan umum serta informasi.

b. Pendidikan Berdasarkan hasil analisis univariat dan tabu-lasi data, dapat diketahui bahwa latar belakang pen-didikan tamat SMA ada 2 responden (67 %) yaitu responden I (Nenek “F”) dan responden II (Nenek “Y”) sedangkan pendidikan tamat SD (33%) adalah responden III (Nenek “B”). Hal ini sejalan dengan pendapat Hendra (2008) mengatakan bahwa tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami suatu pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pengetahuannya dan makin mudah pula untuk menerima informasi.c. SukuHasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden penelitian semuanya memiliki suku yang berbeda-be-da. Suku Jawa ada 1 orang (33%), suku Toraja ada 1 orang (33%), dan bersuku bugis juga 1 orang (33%).2. Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang Rheu-matoid Arthritisa. Pengetahuan Hasil penelitian berdasarkan kuesioner didapatkan bahwa semua responden memiliki pengetahuan baik.

Responden I (Nenek ”F”) mengatakan AR menyebab-kan nyeri pada sendi kaki dan terjadi juga pembeng-kakan. Responden II (Nenek ”Y”) mengatakan kedua orang tuanya dahulu juga mempunyai penyakit AR, jadi AR merupakan penyakit keturunan. Responden III (Nenek ”B”) mengatakan sejak mengalami AR membuatnya sulit melakukan aktivitas seperti mem-bersihkan rumah.Hal ini sejalan dengan pendapat Nugroho (2000), um-umnya setelah seseorang memasuki tahap lansia maka akan mengalami penurunan fungsi kognitif (proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, dan lain-lain) dan psikomotor (gerakan, tindakan, koordinasi).b. Sikap Hasil penelitian berdasarkan kuesioner didapatkan bahwa responden I (Nenek “F”) memiliki sikap san-gat baik (33 poin dihari ketiga) dan mengatakan sudah menghindari mengkonsumsi makanan yang memicu reumatik seperti kacang-kacangan. Responden II (Nenek “Y”) dan responden II (Nenek”B”) memiliki sikap baik (28 poin dihari ketiga) dan mereka men-gatakan sering mengompres kakinya yang bengkak dengan air hangat.

KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan :

1. Semua responden memiliki usia 60-74 tahun (100%).

2. Latar belakang pendidikan tamat SMA ada 2 responden (67 %) dan pendidikan tamat SD (33%) ada 1 responden.

3. Suku Jawa ada 1 orang (33%), suku Toraja ada 1 orang (33%), dan bersuku bugis juga 1 orang (33%).

4. Hasil penelitian berdasarkan kuesioner dida-patkan bahwa semua responden memiliki pengetahuan baik.

5. Hasil penelitian berdasarkan kuesioner dida-patkan bahwa responden I memiliki sikap sangat baik (33 poin dihari ketiga) sedangkan responden II dan responden II memiliki sikap baik (28 poin dihari ketiga).

12 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 17: CV CITRA WIRA KARYA

B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Instansi PPSLU Mappakasunggu Kota Parepare

Diharapkan dapat lebih meningkatkan pe-layanan terhadap lansia untuk memenuhi ke-butuhannya sehingga dapat mendukung jami-nan kesejahteraan lansia.

2. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah wawasan dan

lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan.

3. Institusi Akper Fatima Parepare Diharapkan lebih memberikan pelajaran dan

bimbingan bagi mahasiswa agar lebih men-guasai materi sehingga tugas yang dikerjakan lebih dipahami.

DAFTAR PUSTAKAAsmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.

Jakarta:EGCChristianto Nugroho.2014.Hubungan Pengetahuan

Lansia Tentang Arthritis Rheumatoid Dengan Upaya Penatalaksanaannya.http://ejournal.akper pamenang.ac.id/index.php/akp/article/view/96. Diakses padal tanggal 14 Mei 2018

Daniel Akbar Wibowo dan Dini Nurbaeti Zen.2017.Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Keluarga Tentang Perawatan Arthritis Rheu-matoid Pada Lansia di Desa Pamalayan Keca-matan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.https://ejurnal.stikes-bth.ac.id/index.php/P3M_JK-BTH/ article/view/261. Diakses pada tanggal 14 Mei 2018

Eni Kurniawati dkk.2014.Pengaruh Penyuluhan Kes-ehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Klien Gout Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Sangihe.https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view /5210. Di-akses pada tanggal 14 Mei 2018

Fajriyah Nur Afriyanti.2009.Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1

Cipayung Tahun 2009.http://www.academia.edu/download/35162065/Tin gkatPengeta-huan_Lansia_tentang_Reumatoid_Artritis.pdf. Diakses pada tanggal 14 Mei 2018

Farikh Maris Lutfi.2016.Asuhan Keperawatan Gerontik Pada PM. S Dengan Gangguan Rematik Di Unit Pelayanan Sosial Pur-bo Yuwono Brebes.http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fst ream&fid=1178&bid=1240. Diakses pada tanggal 14 Mei 2018

Febrian Andani Ramadoan.2016.Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pola Makan Terhadap Sikap Pencegahan Kekambuhan Arthritis Gout di Posyandu Lansia Bagas Waras Kartasura.http://eprints.ums.ac.id/47991/. Diakses pada tanggal 14 Mei 2018

Helmi, Zairin Noor.2012.Buku Ajar Gangguan Muskulokeletal.Jakarta:Salemba Medika

Noor, Juliansyah.2011.Metodologi Penelitian.Jakarta:Kencana

Nugroho, H.Wahjudi.2008.Keperawatan Gerontik & Geriatrik.Jakarta:EGC

Padila.2013.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:Nuha Medika

Pudjiastuti, Sri Surini., dan Budi Utomo.2003.Fisiot-erapi Pada Lansia. Jakarta:EGC

Suratun dkk.2008.Klien Gangguan Sistem Musku-lokeletal.Jakarta:EGC

Stanley, Mickey., dan Patricia Gauntlett Beare.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Jakarta:EGC

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 13

Page 18: CV CITRA WIRA KARYA

GAMBARAN TINGKAT NYERI PADA IBU DALAM PERSALINAN KALA I PEMBUKAAN 5-10 CM

DI RUANG KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT FATIMA PAREPARE

Agustina1, Devi Purnamasari2

1-2Program Studi Diploma III Keperawatan AKPER Fatima Parepare

ABSTRAKPada persalinan rasa nyeri sering kali menjadi masalah dalam hal nyeri ringan, sedang, berat, dan tidak terkontrol. Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan otot rahim). Tujuan penelitian adalah un-tuk mengetahui tingkat nyeri persalinan kala 1 pembukaan 5-10 cm dan untuk mengetahui area nyeri yang dirasakan ibu dalam persalinan kala I antara dua responden. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan metode pendekatan studi kasus. Subjek dari penelitian ini adalah 2 pasien Ibu di Kamar Bersalin. Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah lembar Kuisioner skala nyeri VAS (Visual Analog Scale) dan lembar Ob-servasi yang isinya berupa skala nyeri wajah. Hasil penelitian diperoleh bahwa ditemukan bahwa satu pasien berada di skala nyeri berat dan satu pasien berada di skala nyeri tidak terkontrol. Kesimpulan pada penelitian ini Kedua respon-den bisa melewati his dengan baik sehingga persalinan berlangsung normal. Ny.”H” lama persalinan kala I pembukaan 5-10 cm 7 jam, sedangkan Ny.”W” lama persalinan kala I pembukaan 5-10 cm 5 jam. Lama persalinan kedua responden tersebut sejalan dengan teori tahapan kala I fase aktif. Saran dari penelitian ini bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam terkait tingkat nyeri ibu dalam persalinan kala I pembukaan 5-10 cm dengan sampel/responden yang lebih banyak.

Kata Kunci: Tingkat Nyeri, Persalinan Kala I

ABSTRACTIn labor pain is often a problem in the case of mild, moderate, severe, and uncontrolled pain. Pain in labor is a manifesta-tion of contractions (shortening of the uterine muscles). The purpose of the study was to determine the level of labor at 1 to 10 cm opening and to find out the area of pain felt by the mother in the first stage of labor between the two respondents. The type of research used is descriptive with a case study approach method. The subjects of this study were 2 maternal patients in the Maternity Room. The instrument used in the data collection of this study was a questionnaire on pain scale VAS (Visual Analog Scale) and Observation sheet which contained a scale of facial pain. The results showed that it was found that one patient was on a severe pain scale and one patient was on an uncontrolled pain scale. Conclusion in this study Both respondents can pass his well so that labor is normal. Mrs. “H” the length of labor when I opened 5-10 cm 7 hours, while Mrs. “W” long labor when I opened 5-10 cm 5 hours. The duration of delivery of the two respondents is in line with the theory of the stage when the active phase. Suggestions from this study for further researchers are expected to conduct more in-depth research related to the level of maternal pain in labor at the opening of 5-10 cm with more samples / respondents.

Keywords: Pain Level, First Stage Labor

PENDAHULUAN Kehamilan adalah masa dimana seorang wan-ita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai la-

hirnya janin.Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus/persalinan yaitu kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Kuswanti 2014:34).

14 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 19: CV CITRA WIRA KARYA

Secara umum, persalinan berlangsung alami-ah tetapi tetap diperlukan pemantauan khusus karena setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda, sehingga dapat mengurangi resiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan. Selain itu, selama kehamilan ataupun persalinan dapat terjadi komp-likasi yang mungkin dapat terjadi karena kesalahan penolong dalam persalinan.(Sondakh 2013:3). Um-umnya persalinan tidak bermasalah, tetapi setiap per-salinan mempunyai resiko komplikasi.(Lailyana et al, 2014:5). Pada persalinan rasa nyeri sering kali menjadi masalah dalam hal nyeri ringan, sedang, berat dan tidak terkontrol. Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan otot rahim ). Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kear-ah paha.Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri persalinan mulai timbul pada kala I fase laten dan berlangsung sampai fase aktif. Pada primigravida kala I persalinan bisa berlangsung 20 jam, pada multigravida berlangsung 14 jam. Makin lama nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, pun-cak nyeri terjadi pada fase aktif (Potter&Perry,2005). Nyeri persalinan dapat menyebabkan timbul-nya hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen men-ingkat, kenaikan tekanan darah,dan berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini akan merangsang peningkatan katekolamin yang dapat me-nyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersiauteri. Apabila nyeri persalinan tidak di kelola dengan manajemen nyeri akan me-nyebabkan terjadinya partus lama yang menyebab-kan perdarahan pada ibu yang selanjutnya akan ber-dampak pada bayi bisa asfiksia dan terjadi kematian ibu dan bayinya. Banyak manajemen nyeri dapat me-nanggulangi nyeri yaitu mendengarkan musik, nafas dalam, dan massage punggung. Salah satu manajemen nyeri adalah nafas dalam dan tekhnik ini sangan ses-uai di tetapkan pada nyeri persalinan karena tidak me-merlukan peralatan dan tenaga. Hasil penelitian Ajartha (2007) di Indonesia, menemukan hanya 15% persalinan yang berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan, 35% persalinan disertai nyeri sedang, 30% persalinan disertai nyeri hebat dan 20% persalinan disertai nyeri yang sangat hebat. Data tersebut menunjukkan bahwa nyeri persalinan yang dirasakan ibu pada saat melahirkan sangat berat dan

menyakitkan bagi ibu. Penelitian Marpaung (2011) dengan judul Gambaran Nyeri Persalinan pada Ibu Primigravida di Klinik Bersalin Sally Medan Tahun 2011 menunjukan sebagian besar ibu primigravida mengalami nyeri be-rat, sebanyak 54% mengalami nyerisedang, dan se-banyak 46% mengalami nyeri ringan. Penelitian Munawaroh (2009) dengan judul Gambaran Nyeri Persalinan Multigravida di BPS Sal-amah Pekalongan menunjukan ibu multigravida se-bagian besar mengalami nyeri ringan sebanyak 63% sedangkan nyeri berat sebanyak 37%. Menurut data awal yang diperoleh Rumah Sakit Fatima bahwa pada tahun 2015 jumlah Ibu yang bersalin normal sebanyak 702, sedangkan jumlah ibu dengan Sectio Caesaera sebanyak 77 orang. Pada ta-hun 2016 jumlah ibu yang bersalin normal mening-kat sebanyak 706 orang, sedangkan ibu dengan Sectio Caesarea juga meningkat sebanyak 301 orang. Pada tahun 2017 jumlah ibu yang melahirkan normal menu-run menjadi 583 orang, sedangkan jumlah ibu dengan Sectio Caesarea juga menurun menjadi 242. Hal terse-but disebabkan karenalebih banyak ibu yang memilih persalinan melalui tindakan Sectio Caesarea disband-ing normal sehingga nyeri yang dirasakan berkurang.Dari data tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus mengenai Gambaran Tingkat Nyeri Pada Ibu Dalam Persalinan Kala 1 Pembukaan 5-10 Cm Di Ruang Kamar Bersalin Rumah Sakit Fa-tima Parepare

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif.Menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupa-kan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini ada-lah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Subjek dari penelitian ini adalah 2 pasien Ibu di Kamar Bersalin dengan tingkat nyeri pada proses persalinan. Penelitian ini dilaksanakandi Kamar Ber-salin Rumah Sakit Fatima Parepare

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 15

Page 20: CV CITRA WIRA KARYA

HASIL DAN PEMBAHASANA. HASIL PENELITIAN1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kamar Bersalin Rumah Sakit Fatima Parepare. Dalam penelitian ini responden bertempat tidur Bed 2 dan Bed 3.

2. Gambaran Subjek Studi Kasus Dalam penelitian ini dipilih 2 responden yang bersedia menjadi subjek penelitian, yaitu Ny. “H” dan Ny. “W” . Kedua reponden subjek tersebut telah me-menuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Tabel 2.1 Karateristik Responden

Sumber: Data Primer, 2018.

Kesimpulan: Dilihat dari karasteristik responden di atas menunjukkan bahwa tingkat usia Ny. “H” usia 23 tahun dan Ny. “W” usia 25 tahun, kedua respon-den mempunyai tingkat pendidikan terakhir SMA dan pekerjaan IRT (Ibu Rumah Tangga).

3. Pemaparan Fokus Studi Kasus Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Fatima Parepare pada tanggal 19-20 Agustus 2018 di dapatkan 2 responden dengan primipara.a. Kuisoiner menggunakan skala nyeri Visual Analog Scale (VAS) dan Observasi Tingkat nyeri menggunakan skala wajah pada Ny. “H” tanggal 19 Agustus 2018 pukul 14.00-20.00 WITA.

Tabel 3.1 Hasil Kuisioner pada Ny.”H” (23 tahun)

Sumber: Data Primer, 2018.

Kesimpulan: Pada tanggal 19 Agustus 2018 dari pu-kul 14.00-20.00 WITA, pembukaan 5-10 cm dengan skala nyeri 7-10.

Tabel 3.2 Hasil Observasi His pada Ny.”H” (23 tahun)

Kesimpulan : Pada pukul 14.00 WITA dengan pembukaan 5-6 cm skala nyeri sedang. Pada pukul 17.00 WITA dengan pembukaan 7-10 cm skala nyeri berat.

b. Kuisoiner menggunakan skala nyeri Visual Analog Scale (VAS) dan Observasi Tingkat Nyeri menggunakan skala nyeri wajah pada Ny. “W” tang-gal 20 Agustus 2018 pukul 19.30-23.30 WITA.

16 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 21: CV CITRA WIRA KARYA

Tabel 3.3 Hasil Kuisioner pada Ny.”W” (25 tahun)

Sumber : Data Primer, 2018.

Kesimpulan: Pada tanggal 20 Agustus 2018 dari pu-kul 19.30 23.30 WITA, pembukaan 5-10 cm dengan skala nyeri 8-10.

Tabel 3.4 Hasil Observasi His pada Ny.”W” (25 tahun)

Sumber: Data Primer, 2018.

Kesimpulan: Pada pukul 19.30-22.30 WITA dengan pembukaan 5-8 cm skala nyeri berat, pada pukul 23.30 WITA dengan pembukaan 9-10 cm skala nyeri tidak terkontrol.

B. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini subjek yang menjadi re-sponden adalah ibu partus primi di Kamar Bersalin Rumah Sakit Fatima Parepare. Setelah dilakukan pe-nelitian pada dua ibu sebagai responden, dapat dilihat bahwa setiap pasien mempunyai tingkat nyeri yang berbeda. Dari hasil pembandingan terhadap hasil pengi-sian kuisioner dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa satu pasien berada di skala nyeri berat dan satu pasien berada di skala nyeri tidak terkontrol. Hasil kuisioner oleh Ny. “H” menunjukkan bahwa pada pembukaan 5-6 cm berada di skala ny-eri berat dengan skala nyeri 7, pada pembukaan 7-8 cm berada di skala nyeri berat dengan skala nyeri 9, pada pembukaan 9-10 cm berada di skala nyeri tidak terkontrol dengan skala nyeri 10. Sedangkan pada ha-sil observasi menunjukkan bahwa pada pembukaan 5-6 cm dengan his datang 3x tiap 4 menit durasi 35-40 detik kuat karasteristik nyeri yang dirasakan pada area punggung bagian bawah, pinggul, pasien merin-gis, terdengar suara tangis merintih skala nyeri wa-jah 6 (nyeri sedang), pada pembukaan 7-8 cm den-gan his datang 4x tiap 3 menit durasi 40-45 detik kuat karasteritik nyeri pasien gelisah, pasien selalu miring ke kiri, tidak mampu berkomunikasi, gerakan tan-gan tidak menentu skala nyeri wajah 7 (nyeri berat), pada pembukaan 9-10 cm dengan his datang 4x tiap 2-3 menit durasi 45-50 detik kuat karasteristik nyeri pasien meringis, dahi berkerut keras, mengeluarkan sedikit suara kesakitan, pasien miring ke kiri, pasien mengedan tidak terkendali skala nyeri wajah 8 (nyeri berat). Lama persalinan kala I pembukaan 5-10 cm 7 jam sejalan dengan teori tahapan persalinan kala I fase aktif. Sementara Ny. “W” pada hasil kuisioner menunjukkan bahwa pada pembukaan 5-6 cm be-rada di skala nyeri berat dengan skala nyeri 8, pada pembukaan 7-8 cm berada di skala nyeri berat den-gan skala nyeri 9, pada pembukaan 9-10 cm berada di skala nyeri tidak terkontrol dengan skala nyeri 10. Sedangkan pada hasil observasi menunjukkan bahwa pada pembukaan 5-6 cm dengan his datang 3x tiap 3 menit durasi 45 detik karasteristik nyeri dirasakan pada area punggung bagian bawah, pinggul, pasien

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 17

Page 22: CV CITRA WIRA KARYA

gelisah, tubuh miring kiri, selalu ingin di temani oleh suami, pasien tampak susah tidur, pasien sulit un-tuk di ajak bicara skala nyeri wajah 7 (nyeri berat), pada pembukaan 7-8 cm dengan his datang 4x tiap 3 menit durasi 40 detik kuat karasteristik nyeri pasien merintih kesakitan, suami memberikan pijatan pada daerah punggung bagian bawah, akral dingin dengan skala nyeri wajah 9 (nyeri berat), pada pembukaan 9-10 cm dengan his datang 4x tiap 2-3 menit durasi 50-55 detik kuat karasteristik nyeri pasien menangis keras, berteriak-teriak, gerakan tangan dan kaki tidak menentu, pasien miring kiri, wajah tampak memerah, pasien mengedan spontan kuat dan tidak terkendali, anus mulai menonjol skala nyeri wajah 10 (nyeri tidak terkontrol). Lama persalinan kala I pembukaan 5-10 cm 5 jam sejalan dengan teori tahapan persalinan kala I fase aktif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaku-kan terhadap kedua responden bahwa Ny.”H” be-rada direntang skala nyeri berat dan Ny.”W” berada direntang skala tidak terkontrol dikarenakan ambang nyeri yang dirasakan oleh setiap orang berbeda se-hingga ambang nyeri yang dirasakan oleh Ny.”W” lebih tinggi dibandingkan dengan Ny.”H”. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Durotun Afifah, dkk tahun 2011 bahwa nyeri persalinan pada ibu primigravida sebagian besar mengalami nyeri be-rat sebanyak 10 orang (66,7%). Responden yang men-galami nyeri sedang sebanyak 4 orang (26,7%) dan nyeri sangat berat sebanyak 1 orang (6,7%). Pada ibu primigravida merasakan melahirkan merupakan nyeri yang menyiksa dan merasa panas menjalar sampai tu-lang belakang. Pada kala satu persalinan, nyeri timbul akibat pembukaan servik dan kontraksi uterus. Se-makin tinggi pembukaan ibu pada proses persalinan maka nyeri dan kontraksinya pun semakin kuat dan meningkat.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai gamba-ran tingkat nyeri persalinan pada ibu dalam persalinan kala I pembukaan 5-10 cm di Ruang Kamar Bersalin Rumah Sakit Fatima Parepare, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut.1. Dari hasil kuisoner didapatkan bahwa Ny. “H”

berada di skala nyeri berat dari pembukaan 5-8 cm dan skala nyeri tidak terkontrol berada di pembukaan 9-10 cm, begitupun dengan Ny. “W” berada di skala nyeri berat dari pembu-kaan 5-8 cm dan skala nyeri tidak terkontrol berada di pembukaan 9-10 cm. Sedangkan dari hasil observasi Ny. “H” berada di skala nyeri sedang pada pembukaan 5-6 cm, lalu pada pembukaan 7-10 cm berada di skala nyeri berat karena pasien mampu mengontrol nyeri yang dirasakan. Pada Ny. ”W” berada di skala ny-eri berat pada pembukaan 5-8 cm, pada pem-bukaan 9-10 cm berada di skala nyeri tidak terkontrol, karena pasien tidak tahan lagi dan tidak dapat mengontrol nyeri yang dirasakan-nya.

2. Karasteristik nyeri yang dirasakan kedua re-sponden hampir sama yaitu sama-sama mera-sakan nyeri pada area bawah punggung, pe-rut, dan paha. Hanya yang membedakan dari cara mereka mengontrol nyeri yang dirasakan. Lama nyeri yang dirasakan hampir sama hanya yang membedakan pada pembukaan 9-10 cm , Ny.”H” lama nyerinya 45-50 detik sedangkan pada Ny.”W” 50-55 detik.

3. Kedua responden bisa melewati his dengan baik sehingga persalinan berlangsung normal karena adanya manajemen nyeri nafas dalam. Ny.”H” lama persalinan kala I pembukaan 5-10 cm 7 jam, sedangkan Ny.”W” lama persalinan kala I pembukaan 5-10 cm 5 jam. Lama persal-inan kedua responden tersebut sejalan dengan teori tahapan kala I fase aktif.

B. Saran1. Bagi Rumah Sakit. Diharapkan untuk mengembangkan ilmu kep-

erawatan khususnya keperawatan maternitas agar dapat terus mengembangkan penelitian tentang tingkat nyeri persalinan ibu dalam per-salinan kala I pembukaan 5-10 cm.

2. Bagi Peneliti. Diharapkan dapat melakukan penelitian yang

lebih mendalam terkait tingkat nyeri ibu dalam persalinan kala I pembukaan 5-10 cm dengan sampel/responden yang lebih banyak.

18 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 23: CV CITRA WIRA KARYA

3. Bagi Pasien Pasien diharapkan dapat mengatasi dan memi-

nimalkan rasa nyeri yang dirasakan saat bersa-lin.

DAFTAR PUSTAKAFebrian Andani Ramadoan.2016.Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang Pola Makan Terhadap Sikap Pencegahan Kekambuhan Arthritis Gout di Posyandu Lansia Bagas Waras Kartasura.http://eprints.ums.ac.id/47991/. Diakses pada

tanggal 14 Mei 2018Helmi, Zairin Noor.2012.Buku Ajar Gangguan

Muskulokeletal.Jakarta:Salemba MedikaNoor, Juliansyah.2011.Metodologi Penelitian.

Jakarta:KencanaNugroho, H.Wahjudi.2008.Keperawatan Gerontik &

Geriatrik.Jakarta:EGCPadila.2013.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.

Yogyakarta:Nuha MedikaPudjiastuti, Sri Surini., dan Budi Utomo.2003.Fisiot-

erapi Pada Lansia. Jakarta:EGCSuratun dkk.2008.Klien Gangguan Sistem Musku-

lokeletal.Jakarta:EGC

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 19

Page 24: CV CITRA WIRA KARYA

PENDAHULUAN Dewasa ini, banyak permasalahan kesehatan lingkungan. Seperti masalah polusi udara, masalah pencemaran air tanah, masalah sampah, masalah saluran pembuangan air, masalah limbah industry,

masalah pemungkiman kumuh dan sebagainya. Se-mua permasalahan itu dapat membawa kematian ma-nusia dan merusak lingkungan. Permasalahan keseha-tan lingkungan ini sudah ada sejak manusia menghuni pelanet bumi ini. Kehadiran manusia selain membawa

FILOSOFI PENYAKIT BERBASIS KESEHATAN LINGKUNGAN

Martinus JimungProgram Studi D III Keperawatan AKPER Fatima Parepare

ABSTRAKFilosofi penyakit berbasis kesehatan lingkungan merupakan artikel yang mengupas tentang cara kerja atau siklus per-jalanan hidup dan perkembangbiakan penyakit berbasis kesehatan lingkungan yang suka dan senang hidup pada ling-kungan yang kurang bersih dan pada perilaku manusia yang kurang menghargai hidup sehat dan bersih. Karena Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia. World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada usia balita. Di Indonesia, Infeksi Saluran Per-napasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan Tren Masalah Kesehatan Lingkungan, Penyakit Berbasis Lingkungan dan Filosofi Penya-kit Berbasis Lingkungan yang terjadi di Indonesia. Jenis tulisan artikel ini adalah deskriptif dengan kajian kualitatif dari berbagai buku dan jurnal Kesehatan Masyarakat serta dianalisis dengan pendekatan filosofi penyakit berbasis kesehatan lingkungan.

Kata Kunci: Tren Masalah Kesehatan Lingkungan, Penyakit Berbasis Lingkungan dan Filosofi Penyakit Berbasis Kes-ehatan Lingkungan

ABSTRACTThe health based disease philosophy consists of articles that discuss the workings or life cycle and environmental health based disease breeding cycle that likes and likes to live in an unclean environment and in unhealthy humans who are healthy and clean. Because Environmental Based Disease is still a debate until now. ARI and diarrhea, which are environmental-based diseases, are among the top 10 diseases in almost all Puskesmas in Indonesia. The World Health Organization (WHO) estimates the incidence of Acute Respiratory Infection (ARI) in developing countries with underfive mortality rates above 40 per 1000 live births is 15% -20% per year at the age of children under five. In Indonesia, Acute Respiratory Infections (ARI) always determine the first sequence of causes of death in infants and toddlers. This article is intended to explain the Trends in Environmental Health Problems, Environmental-Based Diseases and the Philosophy of Environmental-Based Diseases that occur in Indonesia. The type of writing of this article is descriptive with a qualitative study of various Public Health books and journals which are analyzed by understanding the philosophy of disease based on environmental health.

Keywords: Trends in Environmental Health Problems, Environmental-Based Diseases and Environmental-Based Dis-ease Philosophy

20 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 25: CV CITRA WIRA KARYA

dampak positif, juga memberikan sumbangan yang negatif bagi diri sendiri dan lingkungannya. Persoalan itu muncul karena kurangnya pengetahuan manusia dan minimnya kesadaran untuk menerapkan pengeta-huan kesehatan lingkungan dalam kehidupan nyata. Selain itu, keterbatasan pengetahuan manusia da-lam menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akibatnya, kejadian kerusakan lingkun-gan dan penyakit yang berbasis lingkungan semakin menjadi luar biasa sehingga menuntut manusia untuk mengatasinya demi menjaga kelangsungan hidup ma-nusia yang berbasis kesehatan lingkungan. Artikel sederhana ini hadir sebagai sumbangan pemikiran penulis untuk mengeksplor berbagai perso-alan filosofi penyakit berbasis kesehatan lingkungan dan tawaran solusi kongkrit yang dapat dijadikan masukkan bagi berbagai pihak dalam mencari jalan keluar yang lebih bermakna dan berdayaguna demi peningkatan derajat kesehatan manusia. Oleh sebab itu, “perubahan perilaku” hidup sehat dan bersih manusia ke arah positif membawa implikasi yang tidak kecil. Kesehatan lingkungan dengan segala problematika yang terjadi selama ini ditakuti kemudian didekati dengan perubahan mental-itas manusia sebagai pelaku perusak dan pengganggu lingkungan menjadi manusia yang memiliki perilaku menghargai dan mencintai kebersihan dan kesehatan. Perubahan yang mendasar adalah ditentukannya oleh diri sendiri, baik dari sisi pengetahuan, pemahaman tentang kesehatan lingkungan, kesadaran diri dan pe-rilaku tindakan nyata manusia dalam kehidupan se-hari-hari. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Filosofi Penyakit Berbasis Kesehatan Lingkungan merupa-kan salah satu cara perubahan berpikir setiap pribadi manusia dalam mendisiplinkan diri untuk berbalik arah dari perilaku hidup yang merusak diri dan alam sekitarnya kepada perilaku hidup yang menghargai kesehatan dan kebersihan lingkungan dalam tindakan nyata. Dalam konteks yang demikian diperlukan suatu pemahaman yang komprehensif tentang Filo-sofi Penyakit Berbasis Kesehatan Lingkungan yang berkembang di masyarakat. Dalam masyarakat yang majemuk dengan tingkat pendidikan dan pemahaman kesehatan serta kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat yang berbeda-beda membutuhkan ‘perubahan cara berpikir dan bertindak’ secara kongkrit. Karena

manusia sebagai ciptaan Tuhan memiliki akal budi dan nurani bening yang dapat memisahkan yang baik dan buruk, yang mengganggu kepentingan umum dan kesehatan diri sendiri serta orang lain. Daya pikir ini-lah yang mampu meminimasir filosofi penyakit berba-sis kesehatan lingkungan yang suka hidup dan senang berkembangbiak pada lingkungan yang kurang bersih dan kesadaran perilaku manusia yang kurang meng-hargai kesehatan. Namun, perlu juga diingat bahwa daya serap dan analisa bahaya kesehatan bagi kehidupan manusia akibat filosofi penyakit berbasis kesehatan lingkungan setiap individu dan daerah berbeda-beda. Oleh sebab itu, perlu kejelian dan kecerdasan kesadaran sehat dari setiap komponen manusia untuk mencegah terpaparnya penyakit lebih penting ketimbang mengobati penyakit. Disinilah perlu komitmen kebutuhan kesadaran diri sehat dari setiap individu agar tidak mudah terulang perilaku yang kurang menghargai kesehatan dan ke-bersihan lingkungan sekitarnya. Karena itu, penulisan artikel Filosofi Penyakit Berbasis Kesehatan Lingkun-gan dirasakan sangat urgensi karena memiliki berba-gai uraian perjalanan penyakit berbasis lingkungan yang membantu kalangan akademisi dan masyarakat luas dalam membedah berbagai permasalahan keseha-tan lingkungan yang ada di sekitarnya, terutama Tren Masalah Kesehatan Lingkungan, Penyakit Berbasis Lingkungan dan Filosofi Penyakit Berbasis Kesehatan Lingkungan yang menjadi fokus kajian penulis dalam artikel ini. Sebab salah satu faktor penyumbang pe-nyakit terbesar di dunia adalah perilaku manusia yang tidak sehat dan kurang bersih.

TREN MASALAH KESEHATAN LINGKUN-GAN Saat ini, tren permasalahan kesehatan lingkun-gan sangat krusial bagi kehidupan manusia dan alam sekitarnya. Oleh karenanya, poin ini menjadi peker-jaan rumah yang mendesak bagi setiap manusia yang hukumnya wajib dijawab melalui tindakan kongkrit. Karena tren masalah kesehatan lingkungan setiap ta-hun terus meningkat. Berdasarkan data yang di keluarkan oleh WHO tahun 2017 menyatakan hampir 1 triliun dan 2,5 miliar kematian karena diare dalam 2 tahun per-tama kehidupan. Diare juga menyebabkan 70% kema-tian anak balita di dunia. Tercatat 1,8 milyar mening-gal setiap tahun karena diare, banyak yang mendapat

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 21

Page 26: CV CITRA WIRA KARYA

komplikasi seperti malnutrisi, retardasi pertumbuhan dan kelainan imun (Kemenkes, 2012). Diharapkan setiap tindakan manusia dapat menemukan faktor pe-nyebab terjadinya masalah kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sebab dengan mengetahui faktornya, kita dapat memberikan solusi yang berbasis lingkungan demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat umumnya dan manusia pada khususnya. Para ahli kesehatan masyarakat pada umumnya sepakat bahwa kualitas kesehatan lingkungan adalah salah satu dari empat faktor yang mempengaruhi kes-ehatan manusia. Menurut H.L Blum (1974) yang mer-upakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian derajat kesehatan adalah lingkungan. Memang tidak selalu lingkungan menjadi faktor penyebab, melainkan juga sebagai penunjang, media transmisi maupun memperberat penyakit yang telah ada. Berikut ini kami tunjukkan lima faktor yang menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan adalah:1. Ketersediaan dan Akses terhadap Air yang

aman Menurut Chandra (2012) Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya air di mana ketersediaan air mencapai 15.500 meter ku-bik per kapita per tahun, jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun. Namun demikian, Indonesia masih saja men-galami persoalan air bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih, sebagian besar yang memiliki akses mendapatkan air bersih dari penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur air dalam. Dari data BAPPENAS disebutkan bahwa pada tahun 2018 proporsi penduduk dengan akses air minum yang aman di perkotaan melalui program SPAM Regional dan SPAM (Sistim Penyaluran Air Minum) Perkotaan sebesar 1.550 liter/detik. Program ini diharapkan dapat berkontribusi untuk penambahan Sambungan Rumah (SR) sebesar 155.721 SR. Sedan-gkan target pembangunan SPAM tahun 2019 adalah sebesar 4.787 liter/detik, dengan potensi sambungan rumah sebesar 480.923 SR. Sumber air minum yang disebut layak meliputi air ledeng, kran umum, sumber bor/pompa, sumber terlindung, mata air terlindung dan air hujan. Dampak kesehatan dari tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi di-antaranya nampak pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan. Laporan Riskesdas tahun 2007 menye-butkan persentase rumah tangga yang kurang menda-patkan akses terhadap air bersih sesuai kriteria JMP WHO/UNICEF sebesar 42,3%. Pada tahun 2010 yang kurang mendapat akses terhadap air minum sebesar 46,3%. Pada tahun 2013, akses air minum tidak terca-pai pada 33,2% rumah tangga (Kemenkes RI, 2013b). Sedangkan Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bah-wa proporsi pemakaian air < 20 liter per orang per hari di rumah tangga (Riskesdas, 2013-2018). Hasil penelitian Azkiya (2014) menyatakan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat memili-ki resiko 1,8 kali menyebabkan diare balita. Salah satu sarana air bersih (SAB) yang memiliki pengaruh be-sar terhadap kejadian diare adalah sumber air minum. Balita yang mengkonsumsi air minum yang tidak me-menuhi syarat memiliki resiko menderita diare 2,61 kali dibandingkan dengan balita yang mengkonsumsi air minum yang memenuhi syarat.

2. Akses Sanitasi Dasar yang Layak Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tem-pat buang air besar (BAB) merupakan salah satu isu penting dalam menentukan kualitas sanitasi di Indo-nesia selain isu politik, ekonomi dan sosial. Menurut Badan Pusat Statistik Nasional menunjukkan bahwa berdasarakan daerah tempat tinggal di perkotaan proporsi penduduk yang memiliki layanan sanitasi layak berkelanjutan tahun 2015 sebesar 75,67% dan tahun 2016 sebesar 80,16%. Sedangakan perdesaan pada tahun 2015 sebesar 47,38% dan tahun 2016 sebesar 53,57%. Namun pada kenyataannya menurut kajian WHO (2015) yang dirilis dalam website UNI-CEF (2017) lebih dari 50 juta orang Indonesia belum menggunakan toilet sebagai sarana sanitasinya. Angka tersebut tercatat menempati rangking kedua tertinggi di dunia setelah India. Setidaknya 20% orang Indone-sia masih buang air besar (BAB) di tempat terbuka. Hal inilah yang kemudian menyebabkan kontami-nasi pada air minum yang membuat penyakit diare. Setidaknya 88% kematian bayi yang meninggal aki-bat diare diakibatkan oleh kondisi air dan sanitasi.

3. Penanganan Sampah Limbah Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

22 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 27: CV CITRA WIRA KARYA

(B3), Rosa Vivien Ratnawati mengatakan proyeksi volume sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga pada 2018 mencapai 66,5 juta ton per hari, yang berarti setiap orang menyumbangkan 0,7 kg sampah per hari. Sedangkan jumlah timbunan sampah kantong plastik di Indonesia per tahun diperkirakan mencapai 9,8 miliar lembar. Jumlah timbunan sampah plastik diperkirakan sebesar 14 persen dari total jum-lah timbunan harian atau 24.500 ton per hari setara 8,96 juta ton per tahun. Di samping itu, pengelolaan sampah yang belum tertata akan menimbulkan banyak gangguan, baik dari segi estetika berupa onggokan dan serakan sampah, pencemaran lingkungan udara, tanah dan air, potensi pelepasan gas metan (CH4) yang memberikan kontribusi terhadap pemanasan global, pendangka-lan sungai yang berujung pada terjadinya banjir serta gangguan kesehatan seperti diare, kolera, tifus, penya-kit kulit, kecacingan atau keracunan akibat mengkon-sumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang terce-mar zat beracun dari sampah.

4. Vektor Penyakit Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan vektor penyakit telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehing-ga kemampuan bertahan hidup mereka pun semakin tinggi. Hal ini didukung faktor lain yang membuat perkembangbiakan vektor semakin pesat, antara lain: perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan, in-dustri dan pembangunan perumahan; sistem penye-diaan air bersih dengan perpipaan yang belum men-jangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container untuk penyediaan air; sistem drainase per-mukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat; sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat, penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian vektor; pemanasan global yang meningkatkan kelembaban udara lebih dari 60% dan merupakan keadaan dan tempat hidup yang ideal un-tuk perkembangbiakan vektor penyakit.

5. Perilaku Masyarakat Perilaku hidup bersih dan sehat belum banyak diterapkan masyarakat. Hasil penelitian Intan Silviana Mustikawati pada 2017 tentang Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Studi Kualitatif pada Ibu-Ibu di Kam-pung Nelayan Muara Angke Jakarta Utara menunjuk-

kan bahwa perilaku masyarakat dalam mencuci tan-gan adalah (1) setelah buang air besar 12%, (2) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (3) sebelum makan 14%, (4) sebelum memberi makan bayi 7% dan (5) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Studi Basic Human Services (BHS) lainnya terh-adap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20 % merebus air untuk mendapat-kan air minum, namun 47,50% dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Menurut studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) ta-hun 2006 terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Gejala ini masih terjadi hingga seka-rang di kampung-kampung daerah pedalaman dan sekolah di perkotaan. Maka tidak mengherankan bila penyakit berbasis lingkungan tetap berlangsung.Hasil penelitian Martinus Jimung di SMP Frater Kota Parepare tahun 2018 menunjukkan bahwa perilaku anak SMP dalam mencuci tangan adalah (1) setelah buang air besar 12,5%, (2) setelah membersihkan jamban 7%, (3) sebelum makan malam 10%, (4) wak-tu makan siang di kantin sekolah 8% dan (5) sebelum sarapan pagi di rumah 8%. Artinya, dari berbagai hasil riset ini menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat masih belum banyak diterapkan di masyarakat.

PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN Kejadian penyakit pada dasarnya berbasis lingkungan. Munculnya gejala-gejala penyakit pada kelompok tertentu merupakan resultante hubungan antara manusia ketika bertemu atau berinteraksi den-gan komponen lingkungan yang memiliki potensi ba-haya kejadian penyakit atau munculnya sekumpulan gejala penyakit (Achmadi, 2013). Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau mor-fologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh inter-aksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Beberapa contoh penyakit berbasis lingkungan seperti: Diare, ISPA, DBD, TBC Paru, Malaria, Kolera, Cacingan dan lain-lain. Me-mang penyakit berbasis lingkungan ini masih menjadi permasalahan klasik untuk Indonesia hingga saat ini. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia. Menurut hasil survei mortalitas Subdit ISPA

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 23

Page 28: CV CITRA WIRA KARYA

pada tahu 2005 di 10 Provinsi diketahui bahwa pneu-monia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi (22,3%) dan pada balita (23,6%). Diare juga menjadi persoalan tersendiri di mana di tahun 2009 terjadi KLB diare di 38 lokasi yang tersebar pada 22 Kabupaten/Kota dan 14 Provinsi dengan angka kema-tian akibat diare (CFR) saat KLB 1,74%. Pada tahun 2007 angka kematian akibat TBC paru adalah 250 orang per hari. Prevalensi kecacingan pada anak SD di Kabupaten terpilih pada tahun 2009 sebesar 22,6%. Angka kesakitan DBD pada tahun 2009 sebesar 67/100.000 penduduk dengan angka kematian 0,9%. Kejadian chikungunya pada tahun 2009 dilaporkan sebanyak 83.533 kasus tanpa kematian. Jumlah kasus flu burung di tahun 2009 di Indonesia sejumlah 21, menurun dibanding tahun 2008 sebanyak 24 kasus na-mun angka kematiannya meningkat menjadi 90,48%.Sedangkan menurut Pedoman Arah Kebijakan Pro-gram Kesehatan Lingkungan Pada Tahun 2008 me-nyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penya-kit menular yang berbasis lingkungan yang masih menonjol seperti DBD, TB paru, malaria, diare, infeksi saluran pernafasan, HIV/AIDS, Filariasis, Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan akibat Ling-kungan Kerja yang buruk. Pada tahun 2006, sekitar 55 kasus yang terkonfirmasi dan 45 meninggal (CFR 81,8%), sedangkan tahun 2007 - 12 Februari dinya-takan 9 kasus yang terkonfirmasi dan diantaranya 6 meninggal (CFR 66,7%). Di samping itu, hasil laporan Riskesdas tahun 2007 menyebutkan persentase rumah tangga yang kurang mendapatkan akses terhadap air bersih sesuai kriteria JMP WHO/UNICEF sebesar 42,3%. Pada ta-hun 2010 yang kurang mendapat akses terhadap air minum sebesar 46,3%. Sedangkan pada tahun 2013, akses air minum tidak tercapai pada 33,2% rumah tangga (Kemenkes RI, 2013b). Berbagai masalah penyakit berbasis kesehatan lingkungan ini masih dijadikan tantangan yang perlu ditangani lebih baik oleh Pemerintah yaitu terutama dalam hal survailans, penanganan pasien/penderita, penyediaan obat, sarana dan prasarana rumah sakit.

FILOSOFI PENYAKIT BERBASIS KESEHA-TAN LINGKUNGAN Filosofi penyakit berbasis kesehatan lingkun-gan adalah cara kerja atau siklus perjalanan hidup dan perkembangbiakan penyakit berbasis kesehatan ling-

kungan yang suka dan senang hidup pada lingkungan yang kurang bersih (kotor) dan pada perilaku manusia yang kurang menghargai hidup sehat dan bersih. Berpijak pada definisi ini, maka ada dua kata kunci yang perlu dijelaskan, yaitu: ‘lingkungan yang kurang bersih dan perilaku manusia yang kurang menghargai hidup sehat dan bersih’. Yang dimaksud-kan dengan ‘lingkungan yang kurang bersih’ adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan tempat ting-gal atau pemungkiman manusia yang penuh dengan kotoran, seperti sampah berserakan, berbau, berlum-pur, saluran tersumbat, air tergenang, pengap, udara kotor, tinja yang dibuang tidak pada tempatnya dan sebagainya yang mudah menyebarkan penyakit. Se-bab salah satu filosofi penyakit berbasis kesehatan lingkungan adalah senang berkembangbiak pada ling-kungan yang kurang bersih. Sedangkan yang dimak-sudkan dengan ‘perilaku manusia yang kurang meng-hargai hidup sehat dan bersih’ adalah semua tindakan atau perbuatan manusia yang dapat terpapar penyakit seperti merokok, minuman keras, kurang beristirahat, kurang berolah raga, pola makan yang tidak teratur dan kurang bergizi serta narkoba, kurang menjaga ke-bersih diri dan lingkungannya. Argumentasi yang dibangun oleh penulis un-tuk memperkuat dan mendukung definisi serta pen-jelasan di atas adalah realitas hidup manusia di dunia menunjukkan bahwa sebagian besar manusia yang terpapar penyakit berbasis lingkungan pada umumnya disebabkan karena kondisi lingkungan yang kurang bersih dan perilaku manusia yang kurang menghargai hidup sehat dan bersih. Realitas inilah yang mendu-kung siklus perjalanan hidup berbagai penyakit ber-basis kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, upaya untuk memutus rantai siklus perjalanan hidup filosofi penyakit berbasis kesehatan lingkungan sesungguhnya dapat dilakukan, yakni: menjaga kebersihan lingkun-gan di sekitarnya dan mengubah kesadaran perilaku hidup manusia yang menghargai dan mencintai pola hidup sehat dan bersih dalam tindakan nyata.

KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan Filosofi Penyakit Berbasis Kesehatan Ling-kungan membahas tentang tren masalah kesehatan lingkungan. Juga membahas penyakit berbasis ling-kungan dan filosofi penyakit berbasis kesehatan ling-kungan. Yang tidak kalah pentingnya adalah penge-

24 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 29: CV CITRA WIRA KARYA

tahuan dan kesadaran diri manusia untuk melakukan tindakan nyata dalam menjaga serta menghargai kes-ehatan diri dan kebersihan lingkungan sekitarnya. Pembahasan Filosofi Penyakit Berbasis Kes-ehatan Lingkungan mendorong kita untuk lebih kre-atif dan inovatif melakukan promosi dan penyuluhan kepada masyarakat bahwa salah satu penyebab utama manusia menderita penyakit adalah perilaku individu yang kurang menghargai kesehatan diri dan kebersi-han lingkungan. Karena itu, uraian ini sedikit mem-berikan lampu merah kepada manusia untuk selalu berwaspada dan mawas diri dalam melindungi diri dari ganggangu penyakit yang disebabkan oleh peri-laku manusia yang kurang menghargai kesehatan dan kebersihan lingkungan.

B. Saran Di samping itu, agar setiap individu yang ingin hidup sehat harus sadar bahwa sesungguhnya penya-kit itu muncul karena ulah kita sendiri. Oleh karena itu, saran yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyakit berbasis kesehatan lingkungan, di antaranya:1. Pengakuan pada keterbatasan diri manusia

adalah penting untuk membangun kesadaran baru untuk mulai merubah diri dari perilaku hidup yang kurang menghargai kesehatan dan kebersihan kepada perilaku yang menghargai kesehatan dan kebersihan.

2. Penyehatan Sumber Air Bersih, yang dapat dilakukan melalui Surveilans kualitas air, Ins-peksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air dan Pembinaan kelompok pemakai air.

3. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban keluarga, sa-luran pembuangan air limbah dan tempat pen-gelolaan sampah, penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angku-tan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.

4. Dilakukan upaya Pembinaan Institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana Pen-didikan dan Perkantoran.

5. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan yang bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis

dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewasp-adaan dini serta penyakit bawaan makanan.

6. Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader juru pengamatan jentik, petugas sanitasi Puskes-mas, melakukan pemeriksaan terhadap tem-pat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik.

DAFTAR PUSTAKAAchmadi, U.F., 2005, Manajemen Penyakit Berbasis

Wilayah, Cetakan 1, Jakarta: Kompas Media Nusantara, p 228-248.

Azkiya Zulfa,I Made Djaja, 2014, Faktor yYang Ber-pengaruh Terhadap Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar-wangi Kota Bogor Tahun 2014, dimuat pada https://anzdoc.com/faktor-yang-berpengaruh-terhadap-kejadian-diare-pada-balita-.html , di-akses 12/11/2018.

Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Na-sional –The National Planning Agency), 2018, Laporan Pencapaian Millennium Develop-ment Goals –A report on the achievement of the Millennium Development Goals. Jakarta: Bappenas, diakses 12/11/2018.

Badan Pusat Statistik Nasional, 2017, Persentase ru-mah tangga terhadap sumber air minum layak 2017-2016 Diakses melalui https://www.bps.go.id/statictable/2009/04/06/1549/ persentase-rumah-tangga-menurut-provinsi-dan-sumber-air-minum-layak-1993-2017. html pada No-vember 2018.

Blum Hendrik L.. 1974, Planning for Health, Devel-opment and Aplication of Social Changes The-ory, New York: Human Sciences Press.

Chandra Budiman, 2012, Pengantar Kesehatan Ling-kungan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indone-sia (Riskesdas).

Dwi Ayu, Penyakit Berbasis Lingkungan, dikutip dari https://www.scribd.com/doc/142328980/ Pe-

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 25

Page 30: CV CITRA WIRA KARYA

nyakit-Berbasis-Lingkungan-Oleh-Dwi-Ayu, diakses 15/11/2018.

Intan Silviana Mustikawati, 2017, Perilaku Cuci Tan-gan Pakai Sabun Studi Kualitatif pada Ibu-Ibu di Kampung Nelayan Muara Angke Jakarta Utara; Studi Kualitatif, dimuat pada ARKES-MAS, Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017, Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul, diakses 15/11/2018.

Kemenkes RI, 2018, Hasil Utama Riskesdas 2018, Kementeri Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kemenkes RI., 2013a, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, Laporan Nasional 2013,

http://doi.org/1 Desember 2013, diakses, 12/11/2018.Kemenkes RI., 2013b, Riset Kesehatan Dasar. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Ja-karta.

Kemenkes RI., 2012, Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Jakarta: Dirjen Pen-gendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkun-gan.

Kemenkes RI, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, www.depkes.go.id/ downloads/Buleti n% 20 Diare_Final(1).pdf.2011, diakses 13/11/2018.

Martinus Jimung, 2018, “Pengaruh Guru Sebagai Role Model terhadap Motivasi Pen-erapan PHBS Siswa di SMP Frater Parepare”,

AKPER Fatima.Menteri Kesehatan RI, Surat Edaran Nomor No.132

Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, dikutip dari http://www.ampl.or.id/release_files/863Surat-Edaran-Menkes-tentang-Pelaksanaan-STBM.pdf, di-akses 12/11/2018.

Rosa Vivien Ratnawati, 2018, Sampah Rumah Tangga, dikutip dari https://www.idntimes. com/news/indonesia/indianamalia/volume-sampah-2018-diprediksi-mencapai-665-juta-ton-1, diakses 14/11/2018.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dikutip dari http://www.sanitasi.net/sanitasi-total-berbasis-masyarakat.html, diakses 14/11/2018.

Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Kemenkes RI. Pengendalian diare di Indonesia Dalam: Muliadi A, Manullang EV, Khairani, Widiantini W, Mulyanto NJ, Pe-nyunting. Situasi diare di Indonesia, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2011.h. 19-25 (Bu-letin Jendela Data dan Informasi Kesehatan; Vol 2), diakses 12/11/2018.

WHO, 2017, Underweight In Children. Diarrhoeal Disease http://www.who.int/gho/mdg/ pov-erty_ hunger/underweight_text/en/index.html, diakses pada 20/11/2018.

WHO, 2015 yang dirilis dalam website UNICEF (2017) lebih dari 50 juta orang Indonesia be-lum menggunakan toilet sebagai sarana sani-tasinya.

26 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 31: CV CITRA WIRA KARYA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENTINGNYA GIZI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN

DI RUANGAN BKIA RUMAH SAKIT FATIMA PAREPARE

Yenny Djeny Randa1, Sri Angriyani2

1-2 Program Studi Diploma III Keperawatan AKPER Fatima Parepare

ABSTRAKSeribu hari pertama kehidupan adalah priode seribu hari mulai sejak terjadinya konsepsi hingga anak berumur 2 tahun. Seribu hari terdiri dari, 270 hari sejak kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan. Priode ini disebut dengan priode emas (Golden priode) atau disebut juga sebagai waktu yang kritis, yang jika tidak di manfaatkan dengan baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen (window of oppertunity). Ibu hamil, ibu menyususi, bayi baru lahir dan anak usia dibawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok sasaran untuk meningkatkan kualitas kehidupan 1000 hari pertama manusia. Adapun tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil ten-tang gizi 1000 hari pertama kehidupan diruangan BKIA Rumah Sakit Fatima Parepare. Studi kasus dilakukan dengan desain deskriptif pada 3 orang responden. Metode pengumpulan data pada studi kasus ini dengan mengumpulkan data primer dari responden. Hasil penelitian antara lain ketiga responden berusia 24-36 tahun (100%), ketiga responden den-gan pendidikan SMA (100%) memiliki pengetahuan yang baik terhadap gizi 1000 hari pertama kehidupan.

Kata Kunci: Ibu Hamil, Pengetahuan, Gizi 1000 hari pertama kehidupan

ABSTRACTThe first thousand days of life are a period of a thousand days from the moment of conception to a 2 year old child. A thousand days consists of, 270 days since pregnancy and 730 days of first life since the baby is born. This period is called the golden period (Golden period) or also referred to as a critical time, which if not utilized properly will result in permanent damage (window of oppertunity). Pregnant women, breastfeeding mothers, newborns and children under the age of two years (baduta) are the target groups to improve the quality of life for the first 1000 days of humans. The purpose of this case study is to determine the level of knowledge of pregnant women about nutrition in the first 1000 days of life in the BKIA Fatima Parepare Hospital. Case studies were carried out with descriptive designs on 3 respondents. The method of collecting data in this case study is by collecting primary data from respondents. The results of the study include the three respondents aged 24-36 years (100%), the three respondents with high school education (100%) have good knowledge of nutrition in the first 1000 days of life.

Keywords: Pregnant Women, Knowledge, Nutrition, the first 1000 days of life

PENDAHULUAN gizi tidak terpenuhi dengan baik , maka akan muncul masalah-masalah gizi tersebut (Kusmiyati, 2012). Komsumsi gizi yang baik sangat berpengaruh terhadap status gizi seseoraang yang merupakan mod-al utama bagi kesehatan individu. Komsumsi gizi yang

salah atau tidak sesuai dengan aturan akan meyebab-kan masalah kesehatan. Ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok sasaran untuk meningkatkan kualitas kesehatan pada 1000 hari pertama kehidupan manusia, kelompok sasaran ini merupakan kelompok

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 27

Page 32: CV CITRA WIRA KARYA

rentang gizi. Pemenuhan kebutuhan gizi akan ber-dampak pada status kesehatan seseorang, dan status kesehatan akan berdampak pada status gizi seseorang (Hariyani, 2011: 6). Dalam penelitian ini, peneliti memilih ibu hamil sebagai sasaran penelitin. Wanita mempunyai peran penting dalam membeli dan menyiapkan maka-nan serta mendidik anggota keluarga tentang makanan sehat (Gilly, 2009: 38) selain itu peran seorang wanita yang berkaitan dengan kedudukannya dalam keluar-ga wanita berperan penting dalam memelihara ksse-hatan keluarga, menyiapkan makanan bergizi setiap hari dan bertanggung jawab terhadap sanitasi rumah tangga juga menciptakan pola hidup sehat jasmani, rohani dan sosial. terutama pada masa seribu hari pertama kehidupan . bagi wanita yang sedang hamil penting bagi mereka mengetahui tentang gizi mu-lai dari awal kehamilan sampai anak usia dua tahun agar bayi lahir sehat serta terhindar dari masalah gizi (Yani, 2009:92) Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan pada ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan monitoring tentang pentingnya gizi pada 1000 hari pertama kehidupan di Rumah Sakit Fatima Parepare.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah pene-litian dengan pendekatan deskriptif. Metode deskrip-tif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi 1000 hari pertama kehidupan di RS. Fatima Parepare. Subjek adalah individu atau golongan yang menjadi sasaran penelitian. Dalam penelitian ini sub-jeknya adalah gizi 1000 hari pertama kehidupan pada 3 ibu hamil di RS. Fatima Parepare. Penelitian dilak-sanakan di ruangan BKIA Rumah Sakit Fatima Pare-pare.

HASIL STUDI KASUS Bab ini menguraikan mengenai gambaran pengetahuan ibu hamil tentang 1000 hari pertama kehidupan pada ibu hamil dirungan BKIA Rumah Sakit Fatima Parepare yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak 27-28 Agus-tus 2018. Data yang diperoleh sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi yang telah ditetapkan sehingga,

diperoleh responden sebanyak 3 responden dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner. Berikut ini gambaran karakteristik ibu meliputi umur, pendidi-kan, Alamat, dan status pekerjaaan1. Data Umum Data umum diperoleh daari golongan data re-sponden adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Karakteristik Responden berdasarkan umur dan Alamat

Sumber Data: Data Primer

Keterangan: menunjukkan bahwa responden atas nama Ny”S” umur (36 Tahun) tinngal di Jl. Takkalao, Ny”S” (25 Tahun) Tinggal di Lumpue, dan Ny”R” (24 Tahun) Jl. Jend. Ahmad Yani.

Tabel 2 Karakteristik Responden berdasarkan pendididkan dan pekerjaan.

Sumber Data: Data Primer

Keterangan: Menunjukkan bahwa pendidikan terakhir dari ketiga responden adalah SMA dan berk-erja sebagai ibu rumah tangga kecuali Ny “R” yang bekerja sebagai karyawan.

Tabel 3 Karakteristik Nilai Responden Berdasrkan Pertanyaan Lembar Kuisioner

Sumber Data: Data Primer

28 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 33: CV CITRA WIRA KARYA

Keterangan: menunjukkan ketiga responden men-jawab pertanyaan sesuai dengan pendapat mereka masing-masing secara umum dari ketiga responden dengan tingkat pengetahuan yang baik yaitu 85, 100 dan 80.

Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang gizi

1000 hari pertama kehidupan

Sumber Data: Data Primer

Keterangan: Menunjukkan dari ketiga responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Tentang gizi 1000 hari pertama kehidupan.

PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan diruangan BKIA Rumah Sakit Fatima Parepare tanggal 27 Agustus 2018 dengan tujuan untuk mengetahui Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang gizi 1000 hari pertama kehidupan di Rumah Sakit Fatima Parepare. Jumlah Responden dalam penelitian ini adalah 3 responden ini diperoleh dengan menggunakan Lembaran Kuisioner. Berdasrkan data-data yang telah dikumpulkan, maka berikut ini akan dibahas tentang karakteristik dari re-sponden yang diteliti sesuai dengan tujuan penelitian.

1. Berbagai aspek 1000 hari pertama kehidupan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap tiga responden, pengetahuan tentang ber-bagai aspek gizi 1000 hari pertama kehidupan dari setiap responden baik, dilihat dari tabel 4.4 menun-jukkan secara umum dari ketiga responden dengan tingkat pengetahuan yang baik yaitu 85, 100, dan 80 mengenai pengetahuan tentang gizi 1000 hari pertama kehidupan. Tetapi dari pengetahuan yang baik tidak menjamin pemberian gizi terhadap bayi dibawah umur 2 tahun (baduta) terpenuhi dengan baik pula di karenakan berbagai faktor yang menjadi alasan bagi ketiga responden dalam pemenuhan gizi 1000 hari pertama kehidupan tidak terlaksana dengan baik.

2. Dampak kekurangan gizi 1000 hari pertama kehidupan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap tiga responden, pengetahuan responden ten-tang dampak kekeurangan gizi 1000 hari pertama kehidupan oleh setiap responden baik, dan semua responden mengetahui dampak dari kekurangan gizi 1000 hari pertama kehidupan, dilihat dari tabel 4.4 menunjukkan secara umum dari ketiga responden dengan tingkat pengetahuan yang baik yaitu 85, 100, dan 80 mengenai pengetahuan tentang gizi 1000 hari pertama kehidupan.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, secara deskriptif terhadap 3 responden tentang penge-tahuan gizi 1000 hari pertama kehidupan pada ibu hamil diruangan BKIA Rumah Sakit Fatima Parepare pada tanggal 27-28 Agustus 2018 maka penulis dapat menyimpulkan dari 3 responden ibu hamil yaitu Ny“S” (36 tahun), Ny“S” (25 tahun) dan Ny”R” (24 tahun). Penulis menyimpulkan bahwa dari 3 responden may-oritas memiliki tingkat pengetahuan baik dapat dilihat meskipun dari responden hanya berpendidkan SMA responden mampu dan mempunyai kemampuan untuk memahami tentang gizi 1000 hari pertama kehidupan yang disampaikan. Dapat dilihat dari tabel 4.5 Ny “S” (85), Ny”S” (100) dan Ny”R” (80).

B. Saran1. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah pengalaman dan

wadah latihan untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah dan sebagian data dasar untuk peneli-tian selanjutnya.

2. Institusi AKPER FATIMA Parepare Diharapkan lebih memberikan pelajaran dan

bimbingan bagi mahasiswa serta menye-diakan referensi yang cukup agar mahasiswa lebih menguasai materi sehingga studi kasus yang dilakukan dapat memberikan hasil yang berkualitas dan bermutu.

3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Hasil studi kasus ini dapat menambah infor-

Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019 29

Page 34: CV CITRA WIRA KARYA

masi untuk peningkatan program pemenuhan gizi 1000 hari pertama kehidupan yang dilaku-kan oleh bidan serta perawat di pusat pelayan-an kesehatan.

DAFTAR PUSTAKAAisyah, 2017, “Faktor-faktor yang Berhubungan den-

gan Pemberiaan ASI Esklusif Oleh Ibu Meny-usui yang Bekerja sebagai Tenaga Kesehatan” dalam jurnal yang dikutip dari https://media.neliti.com/media/publications/217373-faktor-faktor-yang-berhubungan -dengan-pe.pdf, di akses pada 28 Juli 2018.

Husnah, 2017, “ Nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan” dalam jurnal yang dikutip dari https://www.google.co.id/search?q=jurnal+husnah+nutrisi+1000+hari+pertama+kehidupan&oq=jurnal+husnah+nutrisi+1000+hari+pe

rtama+kehidupan&aqs=chrome..69i57.34416j0j8&sourceid=chrome&ie=UTF-8, di akses pada 28 Juli 2018.

Novia Andi Handayani Bustan, 2016, “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Primigrav-ida tentang Program 1000 Hari Pertama Ke-hidupan Bayi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar” dalam skripsi

Tatmainul Siti Qulub, 2016, “Pembentukan Kualitas Anak pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Per-spektif Hukum Islam” di akses pada 30 Juli 2018.

Wahyuni Tri, 2015, “ Mentoring Sebagai Upaya Men-ingkatkan Pengetahuan WUS tentang Gizi Seimbang 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)” dalam skripsi di akses pada 29 Juli 2018.

30 Jurnal Kesehatan Lentera Acitya Vol. 6 No. 1 Juni 2019

Page 35: CV CITRA WIRA KARYA

Kriteria Penulisan Artikeldalam Jurnal Kesehatan “Lentera Acitya”

1. Asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekadar kompilasi, bukan rangkuman pendapat/buku orang lain.

2. Belum pernah dimuat di media atau penerbitan lain termasuk Blog, dan juga tidak dikirim bersamaan ke media atau penerbitan lain.

3. Topik yang diuraikan atau dibahas adalah sesuatu yang aktual, relevan, dan menjadi perso-alan dalam masyarakat.

4. Substansi yang dibahas menyangkut bidang kajian ilmu kesehatan, karena “Lentera Acitya” adalah jurnal kesehatan.

5. Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informa-sinya, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran, maupun solusinya.

6. Uraiannya bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena.

7. Penyajian tidak berkepanjangan, dan menggunakan bahasa populer/luwes yang mudah di-tangkap oleh pembaca yang awam sekalipun. Panjang tulisan maksimal 5-10 halaman kuarto spasi 2 (double) dengan fon size/ukuran huruf 12 Times New Roman, ditulis dengan pro-gram Word. Artikel harus dilengkapi dengan abstraksi dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

8. Artikel wajib menyertakan sumber rujukan (Footnote/Running Note dan Daftar Pustaka) yang sesuai standar penulisan dalam Jurnal “Lentera Acitya”.- Contoh Penulisan Footnote: 1Slamet Ryadi, Kesehatan Lingkungan, 1982, Hal. 120.- Contoh Penulisan Daftar Pustaka: Ryadi, Slamet. 1982. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Karya Anda.- Contoh Penulisan Running Note: (Slamet Riady, 2010: 10-7) atau (Slamet Riady, 2010)

9. Menyertakan data diri/daftar riwayat hidup singkat (termasuk nomor telepon/HP), terutama latar belakang pendidikan penulis.

10. Artikel dikirim ke Alamat e-mail: [email protected] atau ke alamat Redaksi: Jl. Ganggawa No. 22, Parepare 91113, Sulawesi Selatan.

11. Artikel yang dimuat akan mendapatkan penghargaan berupa 1 eksemplar Jurnal “Lentera Acitya”; artikel yang dipublikasikan dikenai biaya publikasi sebesar Rp. 300.000 (Tiga ratus ribu rupiah); Biaya publikasi dikirim ke Nomor Rekening Akper Fatima: Bank Bukopin, Kantor Cabang Parepare, No. Rek: Bank BNI Cabang Parepare No. Rekening: 0330558888 a.n. Akademi Keperawatan Fatima Parepare. (Bukti transfer dikirim ke alamat Redaksi/E-mail Redaksi).

12. Artikel yang belum dimuat tidak dikembalikan namun akan dikonfirmasikan kepada penulis melalui e-mail/telephon.

Page 36: CV CITRA WIRA KARYA

PENERBITLPPM Akademi Keperawatan Fatima Parepare

Jl. Ganggawa, No. 22 Kota ParepareTlp. 0421 - 22167; E-mail: [email protected]

cp. 081356708769