tuberculosis final kelompok 2

43
Tuberculosis Kelp 2 Sarini Pani Hasriana Fonny Dinge Asti Yunia

Upload: astirindarwati1745

Post on 24-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendahuluan

TRANSCRIPT

Tuberculosis

Kelp 2Sarini PaniHasriana

Fonny DingeAsti Yunia

Etiologi

Mycobacterium

Lebih tahan terhadap asam

Aerob

kuman batang, keadaan

“dormant” pada tubuh

hostterdiri dari

asam lemak

tahan terhadap asam

Prevalensi

• Pada tahun 2013, diperkirakan 9 juta orang di dunia terinfeksi TB dan 1,5 juta meninggal akibat TB.

• Indonesia menempati urutan kelima di dunia dalam insidensi TB, dengan jumlah insidensi sebesar 410.000– 510.000 pada tahun 2013.

Sumber : World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2013

Patogenesis

• M. tuberculosis memiliki beberapa cara untuk menginvasi atau melawan respon imun inang.

• M. tuberculosis dapat menghambat fusi dari lisosom menjadi fagosom di dalam makrofag. Kondisi ini mencegah enzim destruktif di dalam lisosom menuju basil yang terperangkap di dalam fagosom.

• Inhibisi ini memberikan waktu bagi M. tuberculosis untuk bergerak menuju sitoplasma.

Patogenesis lanjutan

• M. tuberculosis yang virulen mampu menggandakan diri dalam sitoplasma makrofag

• Akhirnya, lipoarabinomannan (LAM), struktur utama pada dinding sel mikobakteri menghambat respon imun inang

• LAM menginduksi sitokin imunosupresif sehingga memblok aktivasi makrofag

• LAM juga mengikat 02 sehingga mencegah serangan oleh anion superoksida, hidrogen peroksida, oksigen singlet dan radikal hidroksil.

Patogenesis lanjutan

• Mekanisme pertahanan ini membuat M. tuberculosis sulit dikontrol.

• Perkembangan penyakit secara klinis tergantung pada 3 hal :

a. Jumlah M. tuberculosis yang terhirupb. Virulensic. Respon imun inang

Patogenesis lanjutan

Droplet nuclei partikel 1-5 mm mengandung kuman TBC

Airbone infection

Inflamasi respiratory bronchial / alveoli

TBC

Gejala Klinis

Batuk berdahak 2-3 minggu atau lebih

Dahak bercampur darah, batuk darah

Berat badan menurun

Nyeri dada, ronkhi, sesak nafas dan

wheezing

Radiologis : lesi bercak seperti awan

BTA positif, Test

Tuberculin

• a. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.

• b. Kasus kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+) atau biakan positif

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

• Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan : - Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll). - TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis

• c. Kasus defaulted atau drop out (lalai) Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

• d. Kasus gagal Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.

• e. Kasus kronik Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

• f. Kasus Bekas TB Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung. Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.

Kategori I, ditujukan terhadap : • Kasus baru dengan dahak positif • Kasus baru dengan bentuk TB berat

Kategori II, ditujukan terhadap : • Kasus kambuh • Kasus gagal dengan dahak BTA positif

Pembagian Tuberkulosis menurut WHO didasarkan pada terapi yang terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

• Kategori III, ditujukan terhadap : • Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas • Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I

• Kategori IV, ditujukan terhadap : TB kronik

Pengobatan

First-li

ne

•First-line essential (rifampisin, isoniazid dan pirazinamid )•First-line supplementa (streptomisin dan etambutol Secon

d Line

• Etionamide, Sikloserin• Am

ikasin,kanamisin kapreomisin, klofazimin

Panduan OAT Yang Digunakan Di Indonesia

Kategori 2

:2HRZES/HRZE/5H3R3E3

Kasus kambuh,

Kasus gagal dengan dahak

BTA positif Kategori 3 2HRZ/4H3R3

BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas ,TB ekstra paru selain dari yang

disebut dalam kategori I

Kategori 1 2HRZE/4H3R3 Kasus baru dengan dahak positif, Kasus baru dengan bentuk TB berat,

Kode yang menunjukkan waktu dan frekuensi

H = IsoniazidR = RifampisinZ = PirazinamidE = EtambutolS = Streptomisin

• Angka 2 didepan seperti pada “2HRZE”, artinya digunakan selama 2 bulan, tiap 26 hari satu kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang huruf, sepertiPada “4H3R3” artinya dipakai 3 kali seminggu ( selama 4 bulan).

• Sebagai contoh, untuk TB kategori I dipakai 2HRZE/4H3R3, artinya :Tahap awal/intensif adalah 2HRZE : Lama pengobatan 2 bulan, masing masing OAT (HRZE) diberikan setiap hari.Tahap lanjutan adalah 4H3R3 : Lama pengobatan 4 bulan, masing masing OAT (HR) diberikan 3 kali seminggu

Tabel 2. Paduan OAT Kategori 1 dalam paket kombipak untuk penderita dengan beratbadan antara 33 – 50 kg

Pemberian dosis tetap

Mekanisme KerjaH = IsoniazidR = RifampisinZ = PirazinamidE = EtambutolS = Streptomisin

Rifampisin

Mekanisme kerja:

• Bersifat bakterisidal dengan cara menghambat sintesa RNA

Farmakokinetik:

• Per oral kadar puncak 2-4 jam. Metabolisme dihati dan diekskresi melalui empedu. Waktu paruh 1,5-5 jam. Didistribusi keseluruh tubuh

Efek samping obat:• Jarang menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

<4% mengalami efek toksis. Yang paling sering kulit kemerahan, demam, mual dan muntah, gangguan fungsi hati dan flu like syndrome.

Kontra indikasi :• Riwayat hipersensitif Dosis :• Dewasa < 50 Kg 450mg• >50 Kg 600 mg sehari sekali• Anak : 10-20 mg/kg/hari

Isoniazid

Mekanisme kerja:• Bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid.

Kerja paling utama menghambat biosintesis asam mikolat.

Farmakokinetik:• Per oral kadar puncak dicapai dalam 1-2

jam. Di hepar mengalami asetilasi, terdifusi kedalam cairan dan jaringan tubuh, ekskresi melalui urin

Efek samping:• Hepatitis, periperal neuritis, neuritis optik

dan keluhan ini dapat di cegah dengan pemberian piridoksin.

Kontra indikasi:• Riwayat hipersensitif dan terjadinya

gangguan hepar serta reaksi berat lainnya.Dosis:• Dewasa : 300 mg per hari• Anak : 10 mg/kg/hari

Pirazinamid

Mekanisme Kerja:• Bersifat bakterisidal atau bakteriostatik

tergantung konsentrasi. Mekanismenya belum jelas.

Farmakokinetik:• Mudah diserap pada pemberian per oral.

Mengalami hidrolisis dan hidroksilasi menjadi asam hidropirazinoat. Ekskresi melalui filtrasi glomerolus

Efek samping :• Paling sering kelainan hati.Kontra indikasi• Riwayat hipersensitif, gangguan hepar

berat, gout aktif.Dosis:• Dewasa : <50 kg: 1.5 g per hari

50-75 kg: 2 g per hari>75 kg: 2.5 g per hari

• Anak : 15-30 mg/kg/hari

Etambutol

Mekanisme Kerja:• Bersifat bakteriostatik. Menghambat

arabinosyltransferases .Farmakokinetik:• 75-80% diserap melalui sal. Cerna, waktu

paruh 3-4 jam, terdistribusi keseluruh tubuh kecuali CSF , ekskresi melalui urin

Efek samping:

• Dosis 15 mg/kg/hari efek toksik minimal. Neuritis optika, peninggian asam urat pada 50% penderita

Kontra Indikasi

• Riwayat hipersensitif, neuritis optika.

Dosis:15-25 mg/kg/hari

Streptomisin

Mekanisme kerja:• Bersifat bakterisidal. Bekerja menghambat

sintesa protein dengan cara mengganggu fungsi ribosom

Farmakokinetik:• Per oral bioaviabilitas kurang <1%.

Absorbsi baik dan cepat secara IM. Waktu paruh 2-3 jam, ekskresi melalui urin

Efek samping:

• Ototoksik dan renal toksik

Kontra indikasi:

• Riwayat hipersensitif, gangguan ginjal

Dosis:

• Dewasa : 15 mg/kb diberikan 3-5 kali seminggu IM

• Anak : 20-30 mg/kg

Etionamid

Mekanisme kerja:

• Bersifat bakteriostatik.

Farmakokinetik:

• Kadar puncak 3 jam,kadar terapi bertahan dalam 12 jam. Diduga obat di ubah menjadi senyawa lebih aktif dalam tubuh

Efek samping:

• Gangguan gastro intestinal, reaksi neurology, hepatitis, hypothyroidism

Kontra indikasi:

• Riwayat hipersensitif, gangguan hepar.

Dosis:

• Dewasa: 250-500 mg PO dua kali sehari

• Anak : 15-20 mg/kg dua kali sehari

Asam Para Aminosalisilat (PAS)

Mekanisme kerja:

• Bersifat bakteriostatik. Bekerja dengan cara merusak sitesis folat.

Farmakokinetik:

• Cepat diabsorbsi dalam saluran cerna. Distribusi luas kecuali ke CSF. Ekskresi melalui urin

Efek samping:• Gangguan gastrointestinal, Kerusakan ginjal,

hati, kelenjar tiroid, asidosis jarang terjadiKontra indikasi:• Riwayat hipersensitifDosis:• Dewasa : 4-6 g dua kali sehari• Anak : 75 mg/kg dua kali sehari

Kanamisin

Mekanisme kerja:

• Bersifat bakterisidal dengan cara menghambat sintesis protein mikroba.

Farmakokinetik:

• Pemberian IM diserap dengan baik dan cepat. Sukar masuk ke CSF. Waktu paruh 2 jam. Ekskresi melalui ginjal

Efek samping:

• Gangguan pendengaran, nefrotoksik dan neuro toksik

Kontra Indikasi:

• Riwayat hipersensitif, dianjurkan tidak diberikan pada wanita hamil trimester pertama

Dosis:10 to 15 mg/kg 3-5 kali seminggu

Sikloserin

Mekanisme kerja:• Menghambat pertumbuhan mikroba dengan

cara menghambat sintesis dinding sel.Farmakokinetik:• Per oral diabsorpsi baik, kadar puncak 3-4

jam., dapat menembus sawar otak, ekskresi melalui urin

Efek samping:• Gangguan terhadap SSP, serangan

menyerupai epilepsyKontra indikasi:• Riwayat hipersensitf, psikosis, epilepsy,

depresi, gangguan renal, alcoholismDosis :• Dewasa : 250-500 mg dua kali sehari• Anak : 10-20 mg/kg dua kali sehari

Terima kasih