tugas kelompok final jamal

97
REVIEW BUKU MENCEGAH KORUPSI APBD MELALUI PENGUATAN KONTROL KOMUNITAS (Penulis Dr.Ir. Jamal Bake,M.Si) 1

Upload: wawan-bradeswara

Post on 29-Dec-2014

54 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Administrasi

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kelompok Final Jamal

REVIEW BUKU

MENCEGAH KORUPSI APBDMELALUI

PENGUATAN KONTROL KOMUNITAS

(Penulis Dr.Ir. Jamal Bake,M.Si)

1

Page 2: Tugas Kelompok Final Jamal

BAGIAN I

MEMAHAMI APBD

A. KONSEP APBD

Pengertian Umum

Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 33 tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dijelaskan bahwa Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) didefenisikan sebagai rencana

keuangan tahunan pmerintah yang diajukan oleh presiden dan disetujui dan

ditetapkan dalam bentuk Undang-Undang tentang APBN oleh Dewan

Perwakilan Rakyat DPR RI.

Perkataan keuangan Negara lebih sering digunakan dalam tataran

konsep sementara istilah anggaran Negara lebih relevan digunakan dalam

tataran praktis dan seringkali dimaknai sebagai bagian dari unsur keuangan

Negara. Eckstein, (1981: 5-6) menyebut keuangan Negara disebut sebagai

ilmu yang dapat diuraikannya sebagai berikut. Pertama, keuangan Negara

adalah bidang yang mempelajari akibat-akibat dari anggaran belanja Negara

atas ekonomi, khususnya akibat dari dicapainya tujuan-tujuan ekonomi yang

utama, pertumbuhan, kemantapan, keadilan dan efisiensi. Juga mempelajari

tentang “bagaiman seharusnya”: andaikata kita ingin mencapai tujuan-tujuan

tertentu seperti misalnya pertumbuhan yang cepat, distribusi pendapatan yang

lebih adil, kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bagaimana akan dapat

mengarah ke tujuan-tujuan itu. Kedua, keuangan Negara juga membahas

tentang kegiatan-kegiatan penerimaan dan pengeluaran pemerintah, termasuk

penerimaan pajak, dan utang piutang pemerintah.

Keuangan Negara juga mempunyai makna semua hak dan kewajiban

yamg dapat dinilai dengan uang atau segala sesuatu, baik uang maupun

2

Page 3: Tugas Kelompok Final Jamal

barang yang dapat dijadikan milik Negara, berhubung dengan pelaksanaan

hak dan kewajiban (Hadi, 1973: 2). Oleh Subagio, (1988: 11), merilis bahwa

keuangan Negara terdiri atas hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai

dengan uang atau segala sesuatu baik berupa uang maupun barnag yang dapat

dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.

Makna Filosofis APBD

Jika hakikat pengelolaan anggaran Negara atau anggaran daerah

melalui APBD adalah sama dengan pengelolaan uang rakyat oleh aparat

pemerintah daerah atau aparat yang dipercaya untuk mengelolanya, maka

tidak ada alasan untuk membiarkan aparat pemerintah daerah merencanakan,

menetapkan, melaksanakan, melaporkan dan mempertanggungjawabkan

anggaran yang dikelola melalui APBD itu tanpa memberikan informasi

kepada rakyat. Pemberian informasi mengenai kebijakan dan proses-proses

pengelolaan anggaran kepada khlayak merupakan tuntutan demokrasi,

sekaligus sebagai salah satu wujud dari sebuah proses yang transparan dan

akuntabel dalam pengelolaan anggaran di daerah. Tidak ada alasan sedikitpun

untuk mengabaikan atau tidak melibatkan rakyat dalam proses-proses

pengelolaan anggaran Negara di daerah terutama dalam pengelolaan APBD.

Meskipun dalam banyak diskusi seringkali ditemukan argumentasi pembenar

para aparat pemerintah dan DPRD, bahwa rakyat tidak perlu dilibatkan dalam

proses-proses pengambilan kebijakan khususnya dalam pengelolaan APBD

karena mereka sudah diwakili oleh DPR atau DPRD.

Istilah pertanggungjawaban melalui penyampaian laporan pengelolaan

keuangan Negara memiliki makna berbeda dengan pertanggungjawaban

publik kepada rakyat. Pertanggungjawaban terkait dengan kewenangan yang

dimiliki oleh mereka yang berada dalam struktur pemerintahan, yang diberi

tugas mengelola keuangan Negara berdasarkan aturan perundang-undangan

yang berlaku. Sedangkan pertanggunggugatan publik kepada rakyat

(accountability) terkait dengan mandat atau kepercayaan yang diberikan oleh

3

Page 4: Tugas Kelompok Final Jamal

rakyat kepada aparat pemerintah yang dipilih untuk menduduki jabatan yang

bertugas sebagai pengelola keuangan Negara atau anggaran.

Pertanggungjawaban (responsibility) serta pertanggunggugatan

(accountability) saja belum cukup, tanpa disertai dengan adanya pelibatan

atau partisipasi rakyat dalam proses-proses pengelolaan anggaran Negara.

Selama ini, upaya melibatkan rakyat dikontrofersikan dengan melibatkan

wakil rakyat. Padahal itu belum cukup, ketika para wakil rakyat tidak mampu

membawakan aspirasi rakyat. Dalam kondisi seperti itu, keterlibatan rakyat

secara langsung adalah suatu keniscayaan.

Prinsip Pengelolaan APBD

Pengelolaan anggaran daerah yang baik adalah menganut paradigma

yang selaras dengan tujuan desentralisasi dan otonomi daerah yang

mendorong tercapainya percepatan pembangunan daerah, memaksimalkan

penyelenggaraan layanan publik guna mewujudkan kesejahteraan serta

kemandirian rakyat dan daerah. Pengelolaan anggaran daerah secara

substansif harus memperkuat dan mampu mewujudkan terselenggaranya

kewenagan pemerintah daerah dalam hal mengatur, mengurus dan

menyelenggarakan pemerintahan daerahnya yang ototnom. Dalam kaitan itu,

menurut Mardiasmo (2002: 106) pengelolaan anggaran daerah yang di

Indonesia dilakukan melalaui APBD harus dikembangkan sesuai paradigm

sebagai berikut :

1. Anggaran harus bertumpu pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan

publik/masyarakat luas.

2. Anggaran daerah harus dikelola dengan hati-hati untuk memberikan hasil

yang lebih baik dengan biaya yang serendah mungkin (work better and

cost less).

3. Pengelolaan anggaran daerah harus mampu mencerminkan adanya proses

yang transparan dan akuntabel dan dilakukan secara rasional dalam

keseluruhan siklus anggaran.

4

Page 5: Tugas Kelompok Final Jamal

4. Anggaran daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja (performance

oriented) untuk seluruh jenis pengeluaran maupun pendapatan.apan

system

5. Anggaran daerah harus mampu menumnuhkan profesionslisme kerja di

setiap organisasi terkait.

6. Penerapan sistem anggaran berbasis kinerja harus dapat memberikan

keleluasaan bagi para pelaksananya untuk memaksimalkan pengelolaan

dana yang ada dengan memperhatikan prinsip nilai kemanfaatan atas

pengeluaran yang dilakukan (value of money).

Prinsip pokok pengelolaan keuangan daerah menurut World Bank,

(1998) dan Madiasmo (2002: 106-107 adalah :

1. Komprehensif dan disiplin.

2. Fleksibilitas

3. Terprediksi

4. Kejujuran

5. Informatif

6. Transparan dan akuntabilitas

Proses Siklus APBD

Pertama, fungsi legislasi yakni sebagai lembaga yang memiliki

kewenangan dalam menetapkan Peraturan Daerah (Perda) terkait dengan

penyelenggaraan pemerintah di daerah. Kedua, fungsi budgeting yakni memiliki

kewenangan dalam memutuskan anggaran dan belanja daerah (APBD). Ketiga,

fungsi pengawasan (controlling) yakni mengawasi jalannya penyelenggaraan

pemerintah daerah. Dalam kaitan dengan ketiga fungsinya itulah aka DPRD ikut

membahas dan membuat ketetapan mengenai APBD yang dibuat dalam bentuk

Peraturan Daerah (Perda) setiap tahun, menentukan kebijakan anggaran, serta

mengawasi pengelolaan anggaran yang dilakukan oleh eksekutif atau pemerintah

daerah.

5

Page 6: Tugas Kelompok Final Jamal

Secara skematis, prosedur umum penyusunan kebijakan APBD tingkat

provinsi, kabupaten/kota yang dipraktekan di Indonesia saat ini, digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 1. Mekanisme Penyusunan dan Penetapan APBD

Struktur APBD

Penerimaan dan pendapatan daerah. Penerimaan daerah adalah setiap

uang yang masuk ke dalam kas daerah. Dalam pelaksanaan desentralisasi

keuangan di Indonesia, menurut UU 33/2004, tentang perimbangan keuangan

pusat dan daerah, penerimaan daerah terdiri atas pendapatan daerah dan

pembiayaan.

6

GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA

Menyusun RAPBD/Nota Keuangan Daerah

RAPBD dibahas dan disidangkan PPRD

Gubernur/Bupati/Walikota menggunakan APBN tahun lalu

DPRD

APBD ditetapkan dengan/Perda

Diajukan

DitolakDiterima

Page 7: Tugas Kelompok Final Jamal

Struktur keuangan pemerintahan daerah di Indonesia menurut UU

33/2004 digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2: Struktur Keuangan Daerah sesuai UU 33/2004 tentang Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah.

7

Keuangan Daerah

Pendapatan daerah : PAD (Pajak,

Retribusi, Lain-Lain PAD), Laba

BUMD dan lain-lain

Pendapatan yang sah

Dana perimbangan: Dana Alokasi

Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana

Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil dari

SDA

Page 8: Tugas Kelompok Final Jamal

BAGIAN II

KORUPSI DAN CARA KERJA PARA KORUPTOR

A. APA ITU KORUPSI?

Korupsi memiliki pengertian yang jamak, tergantung pada cara dan

tujuan memaknainya. Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption atau

corruptus. Corruptio berasal dari kata corrumpere, yakni dalam bahasa Latin

yang lebih tua.

Korupsi adalah pemakaian dana pemerintah untuk tujuan pribadi.

Defenisi ini tidak hanya menyangkut korupsi uang, atau mengambil uang dari

kas Negara secara langsung, tetapi juga menyangkut korupsi dalam politik

dan korupsi dalam proses administrasi.

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi, diantaranya:

1) memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan); 2) penggelapan

dalam jabatan; 3) pemerasan dengan menggunakan jabatan; 4) ikut serta

dalam mengadakan barang dan jasa bagi pegawai negeri/penyelenggara

Negara; 5) menerima gratifikasi bagi pegawai negeri atau penyelenggara

Negara.

B. KORUPSI DI MATA PUBLIK

Korupsi menurut pandangan masyarakat adalah penyelewengan

yang dilakukan oleh oknum aparat akibat dari pemerintah yang otoriter dan

diktator.

Menurut Alatas, tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi

adalah penyuapan, pemerasan, dan nepotisme (Triandayani, dkk 2002: 2).

Korupsi adalah perbuatan menyalahi hukum, yang berdampak pada

peningkatan kemiskinan dan kemelaratan rakyat yang tidak mampu. Dalam

kondisi masyarakat yang miskin, proses-proses eksploitasi mudah dilakukan.

8

Page 9: Tugas Kelompok Final Jamal

Contoh kasus usaha penambangan emas illegal di Kalimantan,

mereka mengambil tenaga kerja transmigran dari Jawa dan Madura. Mereka

adalah orang miskin dan memerlukan sumber pendapatan tetap. Para pekerja

itu dimodali oleh para cukong lokal, dan mereka membayar modal pinjaman

dengan emas yang diperolehnya, dimana harga jual (nilai) emas ditentukan

oleh pemilik modal. Dalam sistem seperti itu, pemilik modal paling untung.

Mereka tinggal goyang-goyang kaki, tidak menanggung resiko apapun,

mereka memperoleh keuntungan besar. Sebaliknya para pekerja yang

menanggung resiko bias terkubur pada saat menambang emas, hanya

memperoleh sebagian kecil dari jerih payah yang mereka lakukan.

C. MODUS OPERANDI

Berbagai modus korupsi pengelolaan anggaran pembangunan

dalam pengelolaan APBD sebagaimana terjadi selama ini, masih terus

dipraktikkan. Berbagai modus korupsi dalam pengelolaan anggaran dan juga

pengelolaan APBD di pemerintahan antara lain diuraikan sebagai berikut :

Mark up perencanaan anggaran. Praktek mark up akan

menaikan harga dan biaya, prosesnya dilakukan dengan menetapkan anggaran

melampaui kebutuhan yang sebenarnya.

Pengurangan volume pekerjaan/kegiatan. Praktek ini biasanya

dilakukan pada proyek-proyek atau pekerjaan fisik seperti ketebalan aspal

atau beton dalam pembangunan jalan, dari 5:1 menjadi 8 : 1 dalam

pembangunan gedung atau jalan.

Pemotongan langsung sector objek. Biasanya dilakukan oleh

pemimpin proyek pada saat proses tender pelaksanaan suatu pekerjaan.

Pertanggungjawaban fiktif. Pelaporan atau pertanggungjawaban

fiktif atas pelaksanaan suatu proyek.

Pengalihan pos anggaran. Pengalihan pos anggaran dari suatu

proyek ke proyek lain, dengan berbagai argumentasi.

9

Page 10: Tugas Kelompok Final Jamal

Pertanggungjawaban ganda (duplikasi proyek). Biasanya

dilakukan pada pekerjaan yang sama, objek sama tetapi dilakukan oleh

lembaga atau instansi yang lain.

Penggelapan penerimaan. Penggelapan penerimaan dilakukan

oleh aparat atau mereka yang bertugas pada lembaga atau instansi yang

mengelola penerimaan Negara.

Pengalihan dana. Pengalihan dana secara diam-diam dari kas

Negara atau bank negara/Daerah ke kas pribadi (pencurian).

Pungutan liar. Menarik pungutan yang tidak resmi atau pungutan

liar atau sogok menyogok.

Politik uang. Permainan politik uang biasanya terjadi dalam proses

pemilihan kepala searah yang diperankan oleh DPRD bersama calon kepala

daerah, atau penetapan kebijakan tertentu di daerah langsung, politik uang

mulai berubah pola.

D. CARA KERJA PARA KORUPTOR

Korupsi direncanakan dengan matang mulai tahap proses

penyusunan program maupun dalam penetapan anggaran. Banyak contoh

kasus yang dapat ditunjukkan untuk dapat menjelaskan seperti apa cara-cara

koruptor dalam menguras uang Negara secara terencana. Misalnya, korupsi

yang terungkap di lingkungan KPU Pusat 2004 lalu, merupakan bagian dari

korupsi yang direncanakan. Para anggota KPU menyusun anggaran untuk

asuransi sebesar Rp. 15 milyar. Ternyata seluruh dana itu tidak digunakan

sepenuhnya untuk membayar premi asuransi. Premi asuransi yang dibayarkan

kepada perusahaan asuransi hanya kurang lebih Rp. 5 milyar, sedangkan

sisanya jatuh ke tangan oknum anggota KPU sebesar Rp. 5 milyar yang Rp. 5

milyar lagi jatuh ke tangan perantara.

Tingkat korupsi yang tinggi dalam pengelolaan anggaran terus

terjadi secara berkesinambungan tanpa dapat dicegah oleh para pengendali

dan pengawas keuangan Negara. Hal ini disebabkan oleh antara lain :

10

Page 11: Tugas Kelompok Final Jamal

Pertama, korupsi telah dirancang sedemikian rupa mulai dari

proses perencanaan program dan penetapan anggaran di masing-masing unit

kerja yang dilakukan oleh pengelola kegiatan.

Kedua, untuk melancarkan korupsi yang telah direncanakan di

lingkungan instansi itu, sering dilakukan secara bersama-sama melalui

kerjasama yang rapi.

Ketiga, untuk sisi pendapatan, teknik perencanaan korupsi adalah

melalui cara meminimalkan target dibandingkan dengan potensi yang ada.

Keempat, untuk memperlancar perencanaan yang dikemukakan

pada bagian pertama, kedua, dan ketiga,dilakukan perekrutan pejabat atau

personil-personil yang memegang unit kerja dalam pelaksanaan korupsi.

Kelima, untuk lancarnya pelaksanaan korupsi lintas instansi, trend

yang berkembang akhir-akhir ini dailakukan dengan merekrut oknum-oknum

dari Departemen Keuangan untuk dipromosikan ke instansi perencana

korupsi, dan di tempatkan pada posisi/jabatan kepala bagian keuangan atau

kepala biro keuangan atau sekretaris jenderal.

E. STRATEGI KORUPTOR

Surachmin (2005) menceritakan pengalamannya secara lugas

mengenai berbagai praktik korupsi di Indonesia. Setelah bekerja kurang lebih

dua puluh tahun di bidang pemeriksa, analisa, evaluasi hasil pemeriksaan,

hasil investigasi, penyelidikan dan penyidikan kasus-kasus korupsi, serta

pengalamannya sebagai auditor dan pengajar hukum keuangan Negara dan

tindak pidana korupsi, ia menguraikan berbagai contoh praktik korupsi di

Indonesia seperti digambarkan berikut ini.

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Dalam proses pengadaan barang dan jasa. Plelangan pengadaan

barang dan jasa dilakukan secara proforma atau formalitas dengan maksud

melakukan pengaturan bersama untuk mengatur atau memark-up harga

11

Page 12: Tugas Kelompok Final Jamal

penawaran. Secara administrasi, pelelangan barang dan jasa dilakukan secara

“arisan” dan tidak menunjukkan adanya suatu persaingan yang sehat antara

kompetensi di antara para peserta tender.

Mengarahkan Rekanan

Panitia pengadaan dan/atau pengguna barang dan jasa berusaha

mengarahkan rekanan peserta lelang tertentu untuk menjadi pemenang lelang.

Modus Operandi: (1) Panitia pengadaan mengubah sistem dan tatacara

evaluasi penawaran serta persyaratan administrasi dan teknis, sehingga tidak

sesuai dengan sistem dan tatacara yang telah ditetapkan dalam dokumen

pengadaan.

Penetapan HPS Tinggi

Penetapan Harga Patokan Setempat (HPS) sengaja dihitung dan

ditetapkan setinggi mungkin atau dilakukan mark-up, dan tidak disusun

berdasarkan survey yang benar atau tidak menyusun rencana anggaran sesuai

dengan harga pasar setempat.

Pemalsuan Jaminan

Pada beberapa kontrak pekerjaan pengadaan barang dan jasa sering

ditemukan adanya pemalsuan jaminan lelang, pelaksanaan maupun jaminan

pemeliharaan.

Pengalihan atau Pencaloan

Dalam proses pencaloan, seluruh pekerjaan utama diserahkan oleh

rekanan pemenang lelang kepada pihak ketiga atau sub kontraktor. Modus

operandinya, penyedia barang atau jasa hanya berfungsi sebagai “makelar” atau

penghubung karena tidak mempunyai kemampuan atau keahlian, peralatan,

pengalaman dan sumber daya lainnya di bidang pengadaan barang atau jasa

tersebut.

12

Page 13: Tugas Kelompok Final Jamal

Pekerjaan Tumpang Tindih

Terjadinya tumpang tindih atau overlapping dalam proses pelaksanaan

pekerjaan pengadaan barang/jasa bisa terjadi karena direkayasa atau kelalaian,

yang biasanya berlanjut dengan kegiatan fiktif atau semi fiktif.

Kegiatan Mendahului Tender

Pelaksanaan pekerjaan mendahului tender terjadi karena adanya ikatan

perjanjian dengan rekanan dalam proses pengadaan barang atau jasa pemerintah,

meskipun belum ada otorisasi atau belum tersedia anggaran atau tidak tersedia

cukup anggaran, pekerjaan dilakukan tanpa ikatan perjanjian atau kontrak.

Menghindari Denda

Proses penghindaran denda dilakukan melalui cara diluar proses yang

wajar dalam mekanisme proses pelaksanaan pekerjaan.

Pekerjaan Tidak Sesuai Ketentuan

Pengadaan barang/jasa yang kualitas dan kuantitas barang/jasa yang

diadakan tidak sesuai dengan yang perjanjian.

Pengadaan Tidak Perlu

Pengadaan barang atau jasa tidak perlu dilakukan oleh para pengelola

anggaran atau pengguna anggaran hanya sekedar mencari keuntungan. Hasil

pengadaan barang/jasa tidak dimanfaatkan atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan, sehingga menimbulkan pemborosan/kerugian Negara.

Lelang Formalitas

Berdasarkan hasil pengalaman melakukan pemeriksaan penelitian atas

dokumen lelang/tender dapat diketahui adanya tender formalitas yang merugikan

keuangan Negara.

13

Page 14: Tugas Kelompok Final Jamal

Pengadaan Melalui Calo

Proses pengadaan dengan dengan menggunakan calo. Dari hasil

pemeriksaan diketahui bahwa PT X hanya bertindak sebagai perantara dalam

pengadaan barang atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan bukti pengiriman barang

yang diterima di lokasi yang ditetapkan, ternyata pabrikan selain sebagai pengirim

juga diketahui dari barang yang dukirim oleh pabrikan yang sekaligus

melaksanakan pemasangan dan perakitan barang yang dikiri tersebut.

Mark Up Berjamaah

Owner’s Estimate (OE) selanjutnya ditulis (OE) atau harga

perhitungan Sendiri (HPS), dibuat oleh panitia lelang dan disahkan oleh pimpinan

proyek (Pimpro) atau Kepala Satuan Kerja dan diketahui oleh atasan Pimpro/

Kepala Satuan Kerja OE atau HPS merupakan acuan bagi panitia lelang dalam

melakukan evaluasi penawaran harga pengadaan barang dan jasa.

Pengadaan Fiktif Total

Dalam pengadaan barang/jasa pelelangan atau penunjukkan langsung

dilakukan secara formal dan diikuti dengan pembuatan surat perjanjian serta

dokumen pembayaran dimuat secara lengkap dan tersimpan dengan baik.

Pengadaan Semi Fiktif

Dalam pekerjaan semi fiktif, modus operandinya sama dengan pekerjaan

yang dilaksanakan secara fiktif. Seluruh kegiatan seolah-olah dilakukan dan

dikung dengan dokumen secara lengkap dan menyatakan pekerjaan telah

dikerjakan 100% (seratus persen), untuk mengungkap ketidakbenarannya harus

dilakukan pemeriksaan atau menanyakan ke pengguna (user) atau pengaduan dari

user mengenai ketidaklengkapan mengenai volume atau kekurangan dalam

mencapai hasil kerja yang dicapai.

14

Page 15: Tugas Kelompok Final Jamal

Pengadaan Tidak efektif

Pengadaan barang atau jasa tidak efektif secara normal terjadi

dikarenakan kurangnya koordinasi antara instansi pengadaan dengan instansi atau

unit kerja pengguna.

Menurunkan Kualitas

Teknik korupsi dengan menurunkan kualitas dilakukan dengan cara

menurunkan mutu atau nilai pekerjaan dengan menurunkan kwalitas barang,

kwalitas pekerjaan dan kwalitas proses.

15

Page 16: Tugas Kelompok Final Jamal

BAGIAN III

FAKTOR PENYEBAB, CONTOH KASUS DAN DAMPAK KORUPSI

A. MENGAPA TERJADI KORUPSI?

Secara spesifik, beberapa kondisi yang mendukung mendukung

munculnya kasus-kasus korupsi yang terus berlanjut antara lain: 1)

Konsentrasi kekuasaan dari para pengambil keputusan di pemerintahan sulit

dikontrol dan tidak adanya kewajiban untuk bertanggungjawab langsung

kepada rakyat yang memilihnya; 2) Kurang transparasi di dalam pengambilan

keputusan di pemerintahan; 3) Kampanye-kampanye politik yang mahal,

dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik yang normal,

membuat para penguasa manghalalkan segala cara untuk mengembalikan

modal atau utang yang dikeluarkan pada saat berkampanye dalam proses

pemilihan kepala daerah (kasus Indonesia saat ini); perencanaan proyek di

pemerintahan terutama di daerah yang menggunakan anggaran Negara dalam

jumlah besar dan sulit dikendalikan karena kewenangan luas ada di tangan

para penguasa terutama para kepala daerah yang bebas menggunakan

kewenangannya; 5) Adanya konspirasi kekuasaan yang tertutup rapi, dan

kebanyakan orang mementingkan diri sendiri atau jaringan pertemanan; 6)

Lemahnya sistem hukum dan penegakkan hukum yang ada selalu

menyimpang, meringankan koruptor; 7) Kurangnya profesionalisme aparat

baik para pelaksana dalam birokrasi maupun aparat penegak hukum; 8)

Kurangnya kebebasan dan keleluasaan per; 9)Kondisi masyarakat yang

tertutup dan paternalistic; 10) Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil

dibandingkan dengan kebutuhannya; 11) Kondisi rakyat yang tidak tertarik

pada isu-isu di pemerintahan; 12) Lemahnya kontrol atau pengawasan

masyarakat.

16

Page 17: Tugas Kelompok Final Jamal

Menurut Kartono, perilakuk koruptif merupakan perilaku individu

yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeruk keuntungan

pribadi dan merugikan kepentingan umum.

Dalam berbagai referensi, seperti dikemukakan oleh antara lain

Hamzah (1994), World Bank (1999), Lopa (2002) dan Kligaar (2003),

mengidentifikasikan berbagai faktor penyebab korupsi di Indonesia. Beberapa

faktor itu diantaranya diskresi pejabat publik yang terlalu besar, rendahnya

akuntabilitas publik, lemahnya kepemimpinan, gaji pegawai negeri di bawah

kebutuhan hidup, kemiskinan, moralitas rendah, disiplin rendah, perilaku

konsumtif, pengawasan dalam organisasi kurang, atasan memberi contoh

yang menyimpang, kesempatan melakukan korupsi tersedia, pengawasan

ekstern lemah, lembaga legislatif tidak berperan sesuai fungsinya, budaya

memberi upeti, budaya permisif, kebiasaan masyarakat tidak mau tahu,

keserakahan penguasa, lemahnya pebegakkan hukum, probalitas untuk

ditangkap dan dihukum dengan berat masih rendah.

Merujuk pada sejumlah referensi, hasil penelitian, pengamatan,

analisa dan evaluasi serta laporan hasil pemeriksaan, Surachmin (2005)

mengidentifikasi sejumlah penyebab terjadinya korupsi di berbagai daerah di

Indonesia seperti diutarakan berikut ini.

- Ketimpangan pendapatan

- Penghasilan rendah

- Kebutuhan mendesak

- Budaya malas dan instan

- Gaya hidup materialistic

- Gaya hidup konsumtif

- Moraltas burujk

- Disorientasi birokrasi

- Transparansi dan akuntabilitas rendah

- Dampak korupsi kurang difahami

- Penegakkan hukum lemah

- Keliru menjalankan kekuasaan

17

Page 18: Tugas Kelompok Final Jamal

B. KORUPSI DI BERBAGAI DAERAH

Melalui mass media, baik elektronik maupun cetak, setiap hari

menyajikan erita-berita tentang korupsi yang dilakukan oleh para pejabat dan

aparat pemerintah daerah yang terus berlanjut. Ratusan kepala daerah

kabupaten/kota dan puluhan gubernur tersandungk kasus korupsi. Triliunan

rupiah uang Negara di daerah telah disalahgunakan oleh penguasa lokal.

Mereka bebas dan leluasa melaksanakan berbagai kebijakan pengelolaan

anggaran, sejak wewenangnya diperluas ketika UU 22/1999 tentang otonomi

daerah diberlakukan. Mereka, yakni para penguasa di daerah seperti gubernur

beserta jajarannya, Bupati/Walikota beserta jajarannya, sangat gemar

memakan yang bukan haknya, mengambil uang Negara atau uang rakyat

untuk memperkaya diri sendiri, dengan menggunakan kesempatan yang ada

sebagai penguasa. Korupsi dilakukan mulai dari pusat kekuasaan, tingkat

Pusat sampai daerah dan terutama mereka yang bertugas mengelola APBD.

Beberapa contoh kasus dugaan korupsi kepala daerah yang dikutip

dari berbagai media cetak, elektronik, yaitu sebagai berikut:

- Korupsi Bupati Brebes

- Dugaan Korupsi Bupati Pati

- Korupsi di Rokan Hulu (Riau)

- Korupsi Bupati Jember

- Korupsi Walkikota Bekasi

- Korupsi di Kutai Kartanegara

- Kasus Korupsi Bupati Nias

- Korupsi di kota Depok

C. DAMPAK KORUPSI

Korupsi merupakan suatu fenomena sosial dan kejahatan luar biasa

(extraordinary crime), yang hingga saat ini belum dapat diberantas secara

tuntas. Korupsi masih terus tumbuh seiring dengan berkembangnya

18

Page 19: Tugas Kelompok Final Jamal

peradaban manusia. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga telah tumbuh subur

di belahan dunia lain, bahkan di Negara yang dikatakan maju sekalipun. Hasil

survey Transparansi Internasional tahun 2001 tentang persepsi rakyat

terhadap korupsi ditemukan Negara-negara dengan tingkat korupsi terendah

adalah Australia, Kanada, Denmark, Finlandia, Islandia, Luxemburg,

Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Singapura, Swedia, dan Swiss. Sementara

tiga belas Negara yang paling korup di dunia adalah Azerbaijan, Bangladesh,

Bolivia, Kamerun, Indonesia, Irak, Kenya, Nigeria, Pakistan, Rusia,

Tanzania, Uganda, dan Ukraina.

Beberapa contoh dari dampak yang ditimbulkan karena adanya

korupsi dalam pengelolaan keuangan Negara/daerah dapat dilihat dari

beberapa aspek seperti ekonomi, politik, pelayanan publik, hukum dan sosial

budaya.

Pertama, dalam aspek ekonomi korupsi dapat mengakibatkan

antara lain: 1) Bantuan pendanaan untuk petani, usaha kecil maupun koperasi

tidak akan pernah sampai ke tangan petani. Petani tidak akan mendapatkan

bantuan pupuk yang dapat meningkatkan produksinya. Akibatnya, produksi

pertanian seperti padi sawah akan terus menerus merosot, pendapatan petani

semakin berkurang dan kemiskinan akan terus menerus melilit hidup mereka.

2) Rendahnya upah buruh karena kebijakan memihak pada kapitalis atau

pemilik modal, sebab pemilik modal dapat membeli kebijakan yang

menguntungkan diri mereka; 3) korupsi terhadap subsidi petani dan usahawan

kecil mengakibatkan produk pertanian dan produk usaha kecil tidak dapat

bersaing dalam kanca persaingan pasar global; 4) Korupsi membuat utang

Negara dan beban rakyat menjadi semakin besar atau membengkak; 5)

Korupsi mengurangi minat para investor untuk menginvestasikan uangnya

atau modalnya di Indonesia.

Kedua, korupsi juga memberikan dampak besar dalam proses politik.

Korupsi dalam politik dan pemerintahan menghasilkan ketidakseimbangan dalam

pelayanan masyarakat dan alokasi anggaran yang timpang. Korupsi telah merusak

tatanan institusional organisasi dan birokrasi pemerintah, karena pengabaian

19

Page 20: Tugas Kelompok Final Jamal

prosedur, menciptakan ketidakadilan, penyimpangan sumberdaya dan finansial,

dan penghancuran tatanan dalam birokrasi. Pada saat bersamaan, korupsi

mempersulit legitimasi pemerintahan dan melemahkan nilai-nilai demokrasi

seperti hilangnya kepercayaan publik, kurangnya toleransi dan rendahnya

partisipasi masyarakat dalam proses politik dan pemerintahan.

Ketiga, korupsi yang berkepanjangan dapat berdampak pada buruknya

kualitas pelayanan kepada masyarakat (public). Perbuatan para pejabat yang tidak

bertanggungjawab dapat berakibat pada pelayanan publik yang kurang memihak

kepada masyarakat kecil. Pelayanan publik yang buruk karena antara lain: 1) Para

birokrat yang telah menerima suap tidak lagi berorientasi pula memaksimalkan

pelayanan masyarakat kecil melainkan memaksimalkan pelayanan pada mereka

yang berduit; 2) Semangat profesionalisme kerja, kejujuran, dan komitmen

menjalankan tugas akan menjadi luntur jika mereka terbiasa dengan praktek

korupsi; 3) Anggaran yang harusnya diperlukan untuk membiayai pembangunan

sarana, prasarana atau untuk membeli perlengkapan atau biaya operasional dalam

pelayanan tidak digunakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga kualitas

pelayanan publik tidak pernah baik dan akan terus menerus dibiarkan rusak.

Keempat, dalam proses hukum, korupsi mengakibatkan proses

penegakkan hukum tidak berjalan secara adil atau sesuai dengan yang semestinya.

Hukum sebagai perangkat untuk mencegah meluasnya praktek korupsi, atau

mengurangi laju pertumbuhan tindak pidana korupsi, malahan sering dijadikan

sebagai sarana untuk medapatkan uang bagi para penegak hukum. Dalam kasus

seperti itu, penegakkan hukum sulit diharapkan dapat berjalan dengan baik.

20

Page 21: Tugas Kelompok Final Jamal

BAGIAN IV

BAGAIMANA MENCEGAH KORUPSI APBD?

A. MELAKSANAKAN UU ANTI KORUPSI

Dalam UU No 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Korupsi

memberikan angin segar bagi upaya pemberantasan kejahatan korupsi yang

luar biasa di Indonesia.

Berbagai kelompok masyarakat memberikan reaksi beragam

terhadap upaya pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini. Setidaknya,

dapat diidentifikasi ada lima kategori kelompok masyarakat, yang

memberikan reaksi berbeda, sekaligus memberikan apresiasinya terhadap

upaya pemberantasan korupsi itu. Pertama, kelompok masyarakat yang

mendukung secara penuh. Memang sulit mengidentifikasi orang yang benar-

benar setuju dan mendukung penuh kebijakan pemberantasan korupsi.

Benerapa kelompok masyarakat atau aktivis yang jumlahnya masih sangat

terbatas yang ada dalam beberapa tahun terakhir, aktif dalam mendorong

pemberantasan korupsi termasuk dalam kategori ini.

Kedua, kelompok yang pura-pura mendukung. Mereka termasuk

kelompok masyarakat yang paling berbahaya dan bias menjadi komponen

pelanggen korupsi. Mereka seakan-akan ikut dalam upaya pemeberantasan

korupsi di negeri ini. Tetapi sesunggunhnya mereka hanya sebagai “bamper”

dan bahkan dapat menjadi pelindung koruptor dari jaringan orang-orang

mereka atau krooni mereka.

Ketiga, kelompok pemanfaat situasi. Kelompok ini biasanya

berasal dari kalangan praktisi atau aktivis oportunis. Mereka biasanya

mengetahui berbagai informasi tentang penyimpangan dalam pengelolaan

anggaran Negara, dan memanfaatkan situasi atau momentum pemberantasan

21

Page 22: Tugas Kelompok Final Jamal

korupsi sebagai peluang untuk mengejar keuntungan pribadi atau kelompok,

melalui cara memperjualbelikan informasi.

Keempat, kelompok yang panik dan melawan. Mereka yang panik

terhadap pemberantasan korupsi adalah para koruptor, baik yang sudah nyata-

nyata teridentifikasi kejahatannya, maupun mereka yang terbiasa melakukan

korupsi, tetapi belum teridentifikasi olehh aparat yang berwenag. Mereka

yang belum teridentifikasi kejahatan korupsinya, umumnya kalangan birokrat

dan pengelola proyek yang masih berlindung pada sistem administrasi.

B. PERAN KOMUNITAS

Mungkinkah masyarakat atau kelompok nonpemerintah atau

komunitas setempat yang berada di luar struktur Negara/pemerintahan atau

diluar kekuasaan melakukan pengawasan terhadap pengelolaan APBD di

daerah? Dalam penyelenggaraan pemerintah yang demokratis, pembangunan

dan pelayanan publik berbasis kebutuhan rakyat, peran pengawasan dan

kontrol anggaran dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk masyarakat atau

komunitas setempat. Istilah komunitas di sini adalah pemangku kepentingan

yang terkait dengan pengelolaan anggaran, Negara atau dana publik, termasuk

lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh non pemerintah, karena

lembaga itu juga mengelola dana masyarakat.

Masyarakat setempat, berhak untuk ikut mengawasi kegiatan

penggunaan anggaran pembangunan, pelayanan publik, yang berasal dari

APBN, termasuk dalam hal pengelolaan APBD secara keseluruhan. Sebagai

pemegang mandat, terutama dalam kaitannya dengan pemilihan kepala daerah

secara langsung, rakyat memiliki posisi sosial dan politik yang kuat untuk

membangun legitimasi atau mendelegitimasi kekuasaan kepala daerah.

Kepala daerah yang terbukti melakukan korupsi pada masa awal

pemerintahannya, kemungkinan besar tidak akan terpilih lagi pada periode

kedua, jika masyarakat dapat mengawasi proses pengelolaan APBD yang

22

Page 23: Tugas Kelompok Final Jamal

dilakukan kepala daerah. Dengan melakukan pengawasan, masyarakat akan

mengetahui jika terjadi penyimpangan dalam penggunaan APBD.

C. PEMBERDAYAAN “GRASSROOT”

Banyak kasus korupsi yang terjadi, baik korupsi yang ada di luar

birokrasi, menjadikan masyarakat yang anti korupsiatau lembaga-lembaga

masyarakat sipil mencari pola-pola baru yang dapat dikembangkan untuk

mencegah semakin meluasnya korupsi. Salah satu diantaranya adalah Pusat

Studi Pengembangan Kawasan (PSPK) Jakarta memperkenalkan program

pencegahan korupsi APBD berbasis masyarakat daerah, seperti yang

dilakukan di Jakarta, Kota Depok, Bekasi, Tuban, Palembang, Kendari dan

daerah lainnya.

Pelaksanaan program penguatan komunitas grass root di beberapa

jaringan kerja FITRA seperti Jakarta, Kota Depok, Bekasi, Tuban, Palembang

dan Kendari merupakan salah satu cara yang dapat dikembangkan dalam

mupaya memberikan penguatan kepada masyarakat sipil untuk mengontrol

APBD. Langkah-langkah implementasi program dapat dilakukan secara

runtun dan simetris, menurut pengalaman kelompok masyarakat di daerah.

Secara ringkas aktivis yang sering dilakukan masyarakat dalam proses

pengawasan APBD diantaranya: 1) Melakukan assessment dan deseminasi

kebijakan; 2) Analisis dan pemetaan alokasi anggaran dalam APBD; 3)

Training teknik pengawasan dan monitoring APBD; 4) Pembentukan aliansi

masyarakat lintas komunitas; 5) Analisis terhadap APBD yang rawan

dikorupsi; 6)Perumusan draft Perda Transparansi APBD; 8) Advokasi

terhadap pelaksanaan APBD; 9) Penyampaian laporan masyarakat jika

menemukan ketimpangan dalam pelaksanaan APBD, dan 10) Pemantauan

sidang kasus dugaan korupsi APBD.

Assesment dan Deseminasi

23

Page 24: Tugas Kelompok Final Jamal

Kegiatan ini merupakan kegiatan awal pelaksanaan program.

Kegiatan ini bertujuan antara lain : (i) Untuk menggali dan menemukenali

berbagai persoalan masyarakat di daerah terutama yang berkaitan dengan APBD;

(ii) Untuk memperoleh informasi tentang praktik penyalahgunaan APBD baik

oleh eksekutif, legislatif maupun pihak lain yang berkepentingan dengan

anggaran; (iii) mengetahui aspek partisipasi atau tingkat keterlibatan masyarakat,

transparansi pengelolaan APBD, dan keterpihakan alokasi anggaran dalam

APBD; (iv) Mendapatkan informasi mengenai pengetahuan dan tingkat kesadaran

masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap anggaran.

Analisis dan Advokasi APBD

Pelatihan Teknik Monitoring

Pelatihan kepada masyarakat atau kepada para aktivis dilakukan setiap

saat untuk memperluas pemahaman publik tentang teknik pengawasan dan

monitoring pelaksanaan APBD. Kegiatan seperti ini bertujuan antara lain; (i)

memberikan penyadaran bagi kelompok-kelompok masyarakat tentang hak-

haknya terhadap APBD, (ii) meningkatkan sensifitas masyarakat untuk

memahami dan mengawasi anggaran dan mencegah terjadinya korupsi. (iii)

meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap dampak korupsi. Ada beberapa

kendala ketika melakukan pelatihan komunitas antara lain adalah peserta sering

kali tidak dating saat pelatihan. Tidak hadir dalam pelatihan karena beberapa

alasan antara lain mereka harus mencari penghidupan bagi keluarganya.

24

Page 25: Tugas Kelompok Final Jamal

BAGIAN V

CERITA SUKSES, PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

A. CERITA SUKSES

Pemberdayaan komunitas akar rumput (Gross roots Community)

dalam melakukan advokasi dan kontrol terhadap pengelolaan APBD di

daerah seperti ditunjukkan di kota Bekasi, Depok dan daerah-daerah lain

seperti Mataram dan Manado, sedikit banyak telah memberikan manfaat bagi

masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut. Beberapa

indikator yang menunjukkan adanya manfaat itu antara lain:

Pertama, adanya animo sejumlah LSM lokal yang terlibat dalam

pelaksanaan program pemantauan dan pengawasan terhadap pengelolaan

APBD.

Kedua, pelaksanaan training dalam program seperti ini secara

relatif telah mampu memberikan pemahaman awal kepada masyarakat

setempat tentang bagaimana menganalisis dan mengadvokasi pengelolaan

APBD serta mengawasi pelaksanaannya.

Ketiga, adanya komitmen sejumlah elemen masyarakat setempat

untuk membentuk aliansi atau jaringan dalam rangka mengembangkan

kontrol dan advokasi terhadap pengelolaan APBD di daerahnya.

Terbentuknya kelompok masyarakat seperti koalisi rakyat untuk transparasi

anggaran (Konntra) Bekasi dan Koalisi Masyarakat Depok Untuk Anti

Korupsi (Komdak) di Depok, Forum Transparansi Anggaran Lokal (Fortal) di

Lombok, Forum Transparansi Anggaran Lokal (Fatal) di Manado, digagas

dan dibentuk oleh aliansi masyarakat melalui pelaksanakan program ini.

Keempat, dengan ada pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki

dapat membangkitkan kesadaran masyarakat untuk melakukan kajian dan

25

Page 26: Tugas Kelompok Final Jamal

menganalisis R/APBD serta mengadvokasi berbagai pos anggaran yang

dinilai tidak berpihak pada masyarakat.

Kelima, dalam mendorong praktik pengelolaan APBD yang

partisipatif, transparan dan akuntabel, mereka menggagaskan dan mendorong

adanya aturan yang menjamin praktik penganggaran yang transparan,

akuntabel dan partisipatif.

B. SEJUMLAH PEMBELAJARAN

Praktik pengelolaan APBD yang masih tertutup, mengindikasikan

bahwa masih ada upaya-upaya dari pengelola APBD di daerah untuk

menyalhgunakan atau melakukan korupsi terhadap APBD.

Pelaksanaan program penguatan kelompok masyarakat atau

komunitas pemangku kepentingan (stakeholders) merupakan salah satu

alternatif dalam mendorong upaya penanggulangan korupsi atas pengelolaan

anggaran Negara di daerah (APBD). Melalui berbagai kegiatan seperti

assessment permasalahan dan kebutuhan warga, training analaisis dan

advokasi R/APBD, secara bersama-sama melalui proses pelatihan serta

pembelajaran advokasi yang diberikan kepada warga, menurut pengalaman di

beberapa daerah sedikit banyak telah memberikan wawasan kepada

masyarakat mengenai pengertian dan makna APBD bagi rakyat.

C. BEBERAPA REKOMENDASI

Beberapa rekomendasi penting yang disampaikan dalam rangka

mendorong pencegahan korupsi APBD, adalah sebagai berikut. Pertama,

kepada para lembaga Internasional sebagai donator bagi LSM lokal. Jika

benar-benar ingin mendorong perubahan dalam tata pemerintahan menuju

tatakelola pemerintahan baik, maka perlu menciptakan suatu grant designe

jangka panjang untuk pendanaan kegiatan anti korupsi secara

berkesinambungan, dibuat bersama LSM lokal, terfokus pada isu spesifik,

berkelanjutan dan pelaksanaannya sampai berhasil dalam menyelesaikan

26

Page 27: Tugas Kelompok Final Jamal

suatu isu atau persoalan. Jika itu tidak dilakukan, maka upaya yang

dilaksanakan selama ini, yang bersifat temporer, setahun atau hanya satu

program saja akan sia-sia belaka, tidak membawakan hasil konkrit dalam

mempengaruhi perilaku aparat/para birokrat yang sudah biasa dengan praktik

birokrasi yang dikelola secara KKN.

27

Page 28: Tugas Kelompok Final Jamal

REVIEW BUKU

PARTISIPASI, TRANSPARASI,

AKUNTABILITAS

ANGGARAN NEGARA

( Penulis Dr.Ir. Jamal Bake, M.Si)

REKONSTRUKSI PARADIGMA

PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA

MENUJU GOOD GOVERNANCE

28

Page 29: Tugas Kelompok Final Jamal

BAGIAN 2

PENGANGGARAN DEMOKRATIS

A. KONSEP ANGGARAN PUBLIK

1. Beberapa Pengertian

Anggaran publik memiliki pengertian yang lebih luas

dibandingkan dengan istilah anggaran Negara. Anggaran publik atau

anggaran sektor publik adalah segala jenis anggaran yang berkaitan

dengan kepentingan masyarakat umum, baik yang dikelola oleh Negara

melalui instansi atau lembaga-lembaga pemerintah, swasta dan pihak-

pihak lainnya, maupun yang dikelola masyarakat melalui organisasi non

pemerintah yang pengelolaannya didasarkan pada aturan perundang-

undangan yang ada, maupun anggaran yang dikelola masyarakat oleh

masyarakat melalui organisasi masyarakat seperti Yayasan, LSM,

komunitas paguyuban, koperasi, perkumpulan dan lain sebagainya.

Sedangkan angggaran Negara adalah segala hak dan kewajiban

pemerintah yang terkait dengan penyelenggaraan Negara, baik yang

berbentuk uang maupun barang atau bentuk lain yang dapat dinilai

dengan uang, yang penyelengaraannya ditetapkan dengan aturan

perundang-undangan. Dari pengertian itu maka anggaran Negara dapat

dibedakan dengan anggaran publik, dimana anggaran Negara merupakan

sub bagian dari anggaran publik.

Mengacu pada pengertian di atas, dapatlah diberikan pengertian

secara umum mengenai pengelolaan anggaran Negara. Pengelolaan

anggaran Negara didefenisikan sebagai suatu proses perencanaan, alokasi

sumber-sumber (resources); yang dibuat secaraterencana berkenaan

dengan berbagai program dan kegiatan yang (akan, sedang dan sudah

dilaksanakan; yang didasarkan kepada sejumlah variabel, mengaitkan

29

Page 30: Tugas Kelompok Final Jamal

antara penerimaan dan pengeluaran yang pelaksanaannya dilakukan

secara terkontrol dan diawasi oleh publik guna meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Anggaran Negara menjadi salah satu sarana bagi

rakyat untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah. Anggaran juga

menjadi alat pertanggungjawaban pemerintintah atau penyelenggara

Negara kepada rakyat (Stakeholder), atas apa yang telah dilakukannya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Due dan Baswir (2000). Mereka

mengemukakan bahwa anggaran adalah suatu perkiraan penerimaan dan

pengeluaran dalam suatu periode di masa depan. Menurut albedian dan

Samuel, anggaran Negara adalah alat untuk mencapai tujuan dalam

rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Orientasinya adalah

pencapaian kesejahteraan rakyat. Albedian mengemukakan anggaran

Negara merupakan alat dari pemerintah yang digunakan untuk

perencanaan penggunaan uang dalam rangka pelayanan program. Samuel

menyebutkan, anggaran Negara adalah kombinasi perencanaan

pengeluaran dan pajak untuk masa yang akan datang.

Secara ringakas dijabarkan dalam uraian berikut:

Pertama, anggaran keluarga adalah dana yang dimiliki secara

perorangan atau rumah tangga untuk membiayai kehidupan sehari-hari,

atau disebut sebagai anggaran belanja keluarga. Penjelasan itu juga

dikategorikan sebagai suatu anggaran karena berkaitan dengan

penerimaan dan pengeluaran.

Kedua, anggaran perusahaan atau organisasi baik organisasi bisnis

yang berorientasi profit maupun organisasi non profit seperti yayasan

atau perkumpulan-perkumpulan. Pengelolaan anggara dalam konteks ini

disesuaikan atau terkait dengan sumber-sumber, alokasi dan pemenuhan

kebutuhan perusahaan/organisasi.

Ketiga, anggaran Negara, berkaitan pengelolaan sumber-sumber

dan potensi kekayaan Negara.

2. Makna Anggaran Negara Bagi Rakyat

30

Page 31: Tugas Kelompok Final Jamal

Kebijakan penganggaran sangat terkait dengan pungutan pajak dan

retribusi yang dibebankan kepada rakyat untuk memenuhi kebutuhan

penerimaan Negara atau daerah. Hal ini berpengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan rakyat tergantung pada pola

distribusi dan alokasi anggaran yang telah dan akan ditetapkan untuk

mendanai berbagai program pembangunan. Program pembangunan dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat. Dengan kata lain ada

keterkaitan antara besarnya presentase dari total anggaran yang

ditunjukkan untuk publik dan berapa prosentase anggaran yang

ditunjukkan untuk kepentingan rakyat cecara umum. Semakin besar

anggaran yang dialokasikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

rakyat, (selama pengelolannya benar-benar sesuai dengan

peruntukannya), akan semakin besar pula dampaknya dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi rakyat. Secara langsung hal itu akan berdampak

pada peningkatan kemampuan rakyat dalam membayar pajak.

Proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelaporan serta

pertanggungjawaban anggaran Negara harus melibatkan rakyat agar

pengelolaan anggaran dilakukan secra efektif, dan efisien serta tidak bias

dalam pemenuhan kebutuhan dan permasalahan rakyat.

B. PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN

Kaitannya dengan keterlibatan rakyat, system penganggaran yang baik

tidak harus mengembangkan prinsip-prinsip berikut.

Demokratis (democratic); Prinsip demokrasi dalam penganggaran

mempunyai makna, proses-proses pengelolaan anggaran, mulali dari

perencanaan anggaran pendapatan seperti pendapatan pajak, retribusi dan

seterusnya dalam upaya mendapatkan masukan kepada kas Negara

harusdilakukan melalui cara-cara yang demokratis. Demikian pula proses

perencanaan, pengalokasian, dan pengeluaran anggaran selalu dengan

pengetahuan rakyat.

31

Page 32: Tugas Kelompok Final Jamal

Adil (equity); Konsep keadilan dalam penganggaran diarahkan kepada

penjelasan sejauhmana alokasi dan kebijakan anggaran memihak kepada

kepentingan rakyat banyak, khususnya rakyat miskin. Prinsipnya, alokasi

anggaran harus memperhatikan faktor keadilan.

Transparan (Transparancy); Proses-proses pengelolaan anggaran mulai

dari perencanaan pendapatan seperti pemungutan pajak, retribusi, royalty,

pinjaman, utang, penerimaan hibah sampai pada rencana pengalokasiannya

yang diperutukkan bagi anggaran pembangunan, atau anggaran modal yang

berorientasi publik maupun anggaran rutin atau anggaran operasional yang

berorientasi pada pemenuhan biaya penyelenggaraan Negara dan

pemerintahan harus dikelola secara transparan.

Bermoral tinggi (Probity); Menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang

dianut oleh masyarakat seperti kejujuran, tidak berfoya-foya denagan uang

Negara untuk kepentinga pribadi atau kelompok, loyal pada aturan yang

menjadi acuan dalam pengelolaan keuangan Negara.

Berhati-hati (Prudence); Pengelola harus berhati-hati dalam mengelola

uang Negara, atau mampu memperhatikan dan memprediksi berbagai resiko

dan kegagalan yang mungkin timbul atas kebijakann yang diambil.

Akuntabel (accountability); Prinsip dasar akuntabilitas pengelolaan

anggaran adalah adanya pertanggung-gugatan pemerintah kepada publik atau

langsung kepada rakyat.

C. TUJUAN DAN FUNGSI ANGGARAN NEGARA

Secara makro, anggaran Negara mempunyai tujuan baik tujuan jangka

panjang, jangka menengah maupun jangka pendek tahunan. Tujuan jangka

panjang biasanya ditargetkan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu 25

sampai 30 tahunan sesuai dengan visi dan misi penyelenggaraan pemerintah.

Fungsi anggaran menurut Mardiasmo (2002) meliputi : Pertama,

fungsi alokasi (allocation); Dalam proses penganggaran mencakup fungsi

alokasi dimana dalam proses-proses penerimaan, pengeluaran dan penetapan

32

Page 33: Tugas Kelompok Final Jamal

anggaran menggambarkan besaran-besaran alokasi perunit kegiatan,

perlembaga, dan wilayah kerja.

Kedua, fungsi distribusi (distribution), mengatur keseimbangan

pembagian sumber-sumber daya yang ada antara daerah, antara kelompok

masyarakat dan antara sektor publik dan privat.

Ketiga, fungsi stabilitas (stabilization); memanfaatkan sumber-

sumber dan finansial yang ada atau sebagian dan yang ada untuk menciptakan

tabilitas ekonomi makro.

Keempat, fungsi pertumbuhan (growth); menggunakan pengeluaran

pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan

kekayaan (wealth) bagi Negara guna mendorong terciptanya kesejahteraan

rakyat.

D. PERUNTUKAN ANGGARAN NEGARA

Menurut sektor pembangunan yang harus dibiayai, alokasi anggaran

harusnya diarahkan pada pencapaian tujuan pembangunan dalam berbagai

sektor. Pertama, pembangunan sektor ekonomi yakni mendorong

pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat,

menyediakan lapangan kerja, mendorong bergeraknya sektor riil, mengurangi

pengangguran dan mewujudkan kesejahteraan warga Negara.

Kedua, pembangunan sektor politik, hukum dan HAM. Alokasi

anggaran berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pembangunan bidang

politik, hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Ketiga, pembangunan bidang sosial dan pelayanan masyarakat seperti

sektor pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan.

Keempat, pembangunan sarana, prasarana dan infrastruktur fisik

menjadi salah satu prioritas alokasi anggaran Negara.

Kelima, pembangunan bidang pertahanan, keamanan, stabilitas,

ketentraman, integritas bangsa, hubungan luar negeri serta yag dapat

33

Page 34: Tugas Kelompok Final Jamal

menjamin keberlangsungan penyelenggaraan Negara dan pemerintahan

menjadi sasaran utama dalam alokasi anggaran Negara.

E. HAK RAKYAT DALAM ANGGARAN NEGARA

Membahas hak-hak rakyat terhadap anggaran Negara tidak dapat

dipisahkan dari hak asasi setiap warga Negara dalam negaranya masing-

masing. Hal itu sesuai dengan perjanjian Internasional mengenai hak-hak sipil

dan politik (Ingternational Covenant On Civil and Politic Rights) dan

protocol opsional (Optional Protocol) berlaku 25 Maret 1976. Dalam

perjanjian internasional mengenai hak-hak sipil dan politik disepakati tanggal

16 Desember 1966, protocol opsional juga disepakati tanggal yang sama.

Dalam The International Built Of Human Right’s dan Universal

Declaration Of Human Right’s yang diterima dan diproklamasikan oleh

Resolusi Sidang Umum 10 Desember 1948 dinyatakan secara eksplisit,

bahwa : (1) setiap orang memiliki hak atas 1 kebangsaan/kewarganegaraan

atau nationality; (2) Tidak seorang pun dapat dirampas secara serempangan

hak atas kebangsaannya dan tidak seorangpun dapat ditolak haknya untuk

mengganti kebangsaan/kewarganegaraannya (pasal 15).

Hak rakyat terhadap anggaran Negara meliputi : (1) Hak mendapatkan

informasi mengenai pengelolaan keuangan Negara/daerah; (2) Hak

berpartisipasi dalam proses-proses penganggaran; (3) Hak memperoleh

manfaat atas setiap pengeluaran uang Negara/daerah, (4) Hak

kontrol/mengawasi pengelolaan keuangan Negara.

F. KEBIJAKAN PENGANGGARAN

Secara ideal dan sederhana, apapun bentuk Negara yang dianut,

apakah system Negara republik atau Negara kerajaan, penyelenggara Negara

harus mampu membuat aturan yang menjadi pegangan bagi setiap warga

Negara dan pemerintah dalam menyelenggarakan Negara.

34

Page 35: Tugas Kelompok Final Jamal

G. NILAI DEMOKRASI PENGANGGARAN

Gerakan mengembangkan proses-proses yang partisipatif, transparan dan

akuntabel dalam pengelolaan anggaran negara kian meningkat dan dirasakan

penting oleh komunitas civil society. Hal itu dilakukan dalam rangka

mengantisipasi dan mengeliminasi penyalahgunaan anggaran yang dilakukan

oknum-oknum aparatur pemerintah yang “nakal”.

Hak-hak rakyat untuk mendapatkan informasi dan berpartisipasi

dalam penyelenggaraan Negara dirampas atau dialineasi oleh penguasa. Apa

yang sebenarnya menjadi milik rakyat tidak diberikan, dan rakyat sendiri

tidak menyadari akan hak-haknya sebagai warga Negara. Kalaupun ada

kelompok masyarakat yang menyadari akan hak-haknya untuk mengetahu

anggaran, penguasa selalu beralasan bahwa membuka anggaran Negara sama

dengan “membuka rahasia Negara” atau “rakyat dinnilai menuntut yang

bukan haknya”.

Selam kurang lebih sepuluh tahun pelaksanaan reformasi (yakni sejak

1998 hingga 2010, pengelolaan anggaran Negara Indonesia masih kurang

melibatkan rakyat, kurang transparan dan masih belum akuntabel. Kondisi

seperti itu masih mengikuti watak pemerintahan masa lalau yang otoriter-

represif. Nilai-nilai demokrasi masih sekedar wacana dan pernyataan politis.

Partisipasi dan pengawasan rakyat hanya bersifat simbolistik. Lembaga-

lembaga pengawasan seperti BPK memang diadakan, sesuai dengan

tutntunan revisi UUD1945.

H. PERAN “STAKEHOLDER”

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah atau APBN/APBD

yang dipresentasikan oleh eksekutif setiap tahun, memberikan informasi rinci

kepada DPR/DPRD dan masyarakat tentang program-program yang

35

Page 36: Tugas Kelompok Final Jamal

direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat. Upaya

mewujudkan kualitas kehidupan masyarakat dapat dicapai jika dalam proses

penetapan program-program yang terkait dengan kepentingan orang banyak

melibatkan para pemangku kepentingan atau stakeholders.

Penyusunan anggaran merupakan rangkaian dari proses pengelolaaan

anggaran. Proses penyusunan anggaran paling tidak mempunyai empat

tujuan : (1) Membantu pemerintah mencapai tujuan fiscal dan meningkatkan

koordinasi antara bagian dalam lingkungan pemerintah. (2) Membantu

menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa

melalui proses-proses yang ditetapkan berdasarkan skala prioritas. (3)

memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja. (4)

meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada

DPR/DPRD dan masyarakat luas. Proses transparansi akan lebih mudah

diwujudkan jika proses melibatkan pihak berkepentingan.

Siapa Mengelola Anggaran Negara ?

Paling tidak ada tiga kelompok (satkeholders) hyang berkepentingan

dengan anggaran Negara, dan mempunyai peran, fungsi dan kepentingan

sesuai dengan posisinya masing-masing. Ketiga komponen itu adalah

pemerintah, (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), kalangan bisnis/dunia usaha

(pengusaha besar, menengah dan kecil, kelompok asosiasi dan lain-lain), dan

kelompok society (ormas kemasyarakatan, kelompok adat, kelompok agama,

LSM, dan sebagainya).

36

Page 37: Tugas Kelompok Final Jamal

Bagaimana peran dan posisi mereka dalam proses penyelenggaraan

Negara termasuk dalam pengelolaan anggaran menuju terwujudnya good

governance.

Gambar 1. Pola hubungan tiga pilar dalam tatakelola pemerintahan yang baik good governance.

37

Pemerintah

(Government)

Masyarakat

(Civil Society)

Swasta

(Private)

Page 38: Tugas Kelompok Final Jamal

BAGIAN 3

REKONSTRUKSI PARADIGMA PENGANGGARAN

A. PENGANGGARAN SEBELUMNYA

Pada masa Orde Lama (Orla) maupun Orde Baru (Orba), dasar hukum

(yuridis) bagi penetapan RAPBN adala UUD 45 yang dijabarkan dalam UU

dan aturan-aturan pelaksanaannya. Beberapa peraturan telah diterbitkan

seperti Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Kepres), dan

Keputusan Menteri (Kepmen) maupun dalam bentuk Peraturan Daerah

(Perda) pada tingkat lokal atau daerah otonom.

B. PERUBAHAN PARADIGMA

Reformasi atau perubahan struktur, system dan tatanan kenegaraan

serta kebijakan pelaksanaan pemerintah telah merambat ke berbagai sektor,

bidang dan aspek dalam penyelenggaraan Negara, tidak terkecuali perubahan

terhadap proses-proses pengelolaan anggaran Negara. Meskipun semua itu

masih sekedar niat atau belum sepenuhnya dilaksanakan dan dibuktikan

dalam prakteknya. Karena meluasnya tuntunan akan perlunya mewujudkan

pemerintahan bersih (clean government) menuju terciptanya penyelenggaraan

kepemerintahan yang baik (good governance), maka pemerintah Indonesia,

mulai menyahutinya dengan mencoba merubah paradigma dalam

penganggaran.

Melalui Kepmendagri No 29/2002, pemerintah mulai

memperkenalkan suatu mekanisme atau pola pendekatan baru (paradigma

baru) dalam pengelolaan anggaran Negara yang disebut dengan penganggaran

berbasis kinerja. Penerapan konsep anggaran berbasis kinerja merupakan

sebuah tuntutan dalam mendorong terciptanya efektivitas, efisiensi dan

keberhasilan dalam pengelolaan anggaran Negara. Pelaksanaan konsep ini

38

Page 39: Tugas Kelompok Final Jamal

sangat tergantung pada sejauhmana instansi dan unit kerja atau Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) sebagai unit pelaksana teknis anggaran di daerah

memahami tentang substansi dan paradigma pendekatan penganggaran yang

berbasis kinerja. Sebagian kabupaten di Indonesia, (mulai tahu 2003)

memperkenalkan atau mulai menerapkan konsep penganggaran berbasis

kinerja dalam proses perencanaan, penetapan dan pelaksanaan APBD,

meskipun belum mampu diwujudkan secra baik sesuai dengan kondep

awalnya.

Penerapan konsep anggaran kinerja sebagai suatu system harus

dilakukan secara utuh dan komprehensif. Secara substansial, dalam konsep

anggaran kinerja, ditekankan bahwa setiap pengeluaran anggaran adalah

membiayai out put dan out came, bukan membiayai input. Ukuran atau

indikator keberhasilan setiap pengeluaran anggaran Negara ditentukan oleh

hasil yang dicapai, dampak yang diberikan oleh objek yang dibiayai, dan

manfaat program atau proyek bagi masyarakat. Proses pertanggungjawaban

administrasi semata seperti halnya system penganggaran tradisional yang

bersifat konfensional, yang menerapkan pola-pola pendekatan pertambahan

jumlah yang linear dalam penetapan anggaran (incremental budgeting).

39

Page 40: Tugas Kelompok Final Jamal

Perbandingan antara system penganggaran tradisional dengan system

penganggaran berbasis kinerja dipaparkan dalam matriksi berikut :

Aspek Anggaran Tradisional Anggaran Kinerja

Proses Perencanaan Top down,

sentralistik,

diperankan oleh elit

Botton up,

desentralistik,

melibatkan stakeholders

Peruntukkan anggaran Membiayai

input/berorientasi

proyek

Membiayai output

(kinerja) berorientasi

program sesuai

kebutuhan masyarakat

Penetapan besaran

anggaran

Secara incremental,

prosentase (%) dari

tahun ke tahun

Sesuai kebutuhan, skala

prioritas, target kinerja

yang hendak dicapai

menurut visi misi

pemerintah

Proses dan nilai-nilai

dikembangkan

Tertutup, akses publik

terbatas, anggaran

adalah rahasia,

efektivitas dan

efisiensi, disiplin

administrasi

Partisipasi, transparansi,

akuntabilitas,

responsive,

bertanggungjawab,

professional, disiplin,

pro rakyat, keadilan

alkoasi/distribusi dan

kepatutan, asas

manfaat.

Kontinuitas/Berkelanjutan Terputus dari tahun ke

tahun

Berkelanjutan, sesuai

target kinerja setiap

periode (tahunan,

multiyear, lima tahun,

Jangka menengah, dan

40

Page 41: Tugas Kelompok Final Jamal

jangka panjang.

Ukuran kinerja Penyerapan anggaran/

Realisasi,

kelengkapan

administrasi, output

teknis dan laporan

pelaksanaan kegiatan.

Capaian kinerja : input,

output, proses/

Administrasi, outcame,

manfaat, keuntungan/

Dampak, alokasi

anggaran bagi

masyarakat.

C. PENGANGGARAN PARTISIPATIF

Menurut Bake dan Abas (2002), paling tidak ada tiga strategi

pendekatan yang dapat dilakukan dalam proses penganggaran yang melibatkan

rakyat. Pertama, pendekatan participatory; strateginya dapat diawali dengan

perumusan suatu formula proses-proses penganggaran strategis dimana rakyat

dapat terlibat atau melibatkan diri sehingga dapat terbangun atau tercipta suatu

system penganggaran partisipatif, transparan, dan akuntabel yang berfokus

pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan rakyat lokal sebagai langkah

awal untuk mewujudkan demokratisasi anggaran.

Kedua, pendekatan advokaktif; strateginya adalah membangun

kesadaran dan opini publik tentang perlunya keterlibatan rakyat dalam proses-

proses pengambilan kepbijakan terkait dengan penganggaran yang dilakukan

pemerintah atau pemerintah daerah.

Ketiga, pendekatan pemberdayaan (Empowering): dapat dilakukan

melalui strategi memberdayakan rakyat dengan memaksimalkan peran lembaga

Non Pemerintah (Non Government Organization), kalangan praktisi, dan

akademisi sebagai pionir dalam membangun gerakan pelibatan masyarakat

dalam proses-proses penganggaran.

41

Page 42: Tugas Kelompok Final Jamal

D. PROBLEMATIKA PENGANGGARAN

Pengertian penganggaran yang dimaksud dalam konteks ini adalah

keseluruhan proses yang terkait dengan penganggaran mulai dari perencanaan

program/kegiatan penyusunan draft anggaran (drafting), pembahasan

anggaran, penetapan anggaran, pelaksanaan anggaran, pengawasan dan

evaluasi atas pelaksanaan anggaran.

1. Penyusunan Anggaran

Dalam tahapan penyusunan anggaran, masalah-masalah yang

sering muncul antara lain sebagai berikut. Pertama, belum adanya

keterlibatan atau partisipatif masyarakat secara substansif, dalam proses-

prosesnya pun belu dilakukan secara transparan.

2. Proses Pembahasan

Masyarakat hanya terlibat pada tahap awal pembahasan anggaran.

Pada tahap-tahap akhir dimana eksekusi anggaran dilakukan, rakyat tidak

dilibatkan, bahkan mereka juga tidak boleh memantau rapat-rapat DPR

yang sifatnya intern seperti pada tingkatan panitia khusus (Pansus) dan

panitia kerja (Panja), karena prosesnya bersifat sangat tertutup.

3. Implementasi Anggaran

Pada tahapan implementasi anggaran, permasalahan yang sering

terjadi adalah ketidaksesuaian antara jumlah anggaran yang riil diterima

dengan jumlah yang digunakan untuk pelaksanaan suatu proyek. Di

samping itu, persoalan mark up, sering juga terjadi, serta

ketidakdisiplinan dalam penggunaan anggaran. Anggaran yang

seharusnya dibelanjakan untuk kegiatan A misalnya, tapi

dalam .praktiknya dibelanjakan untuk kegiatan B. masyarakat sendiri

sulit melakukan kontrol terhadap pelaksanaan anggaran karena belum

adanya akses masyarakat terhadap dokumen anggaran. Proses

pelaksanaan anggaran masih jauh dari prinsip-prinsip transparansi dan

42

Page 43: Tugas Kelompok Final Jamal

akuntabilitas terhadap dokumen anggaran. Hal seperti itu masih terjadi

hingga saat ini.

4. Pengawasan Anggaran

Jenis-jenis pengawasan dapat dibedakan menjadi antara lain : 1)

pengawasan politik yang dilakukan oleh DPR/DPRD atas

penyelenggaraan pemerintah termasuk pengelolaan anggaran; 2)

pengawasan formal dilakukan oleh badaan-badan pemeriksa keuangan

Negara dan pembangunan seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal,

Inspektorat Daerah, pengawasan oleh Polisi, Jaksa, KPK dan Kehakiman;

3) pengawasan melekat yang bersifat pembinaan manajemen dan

administrasi yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahan dalam

lingkungan organisasi; 4) pengawasan sosial yang dilakukan oleh

kelompok-kelompok masyarakat atas pelaksanaan anggaran dan

penyelenggaraan kebijakan pemerintah; 5) pengawasan diri sendiri (inner

kontrol) yakni mengontrol diri sendiri agar tidak melakukan

penyimpangan dalam pengelolaan anggaran.

Beberapa kendala yang sering menjadi penyebab tidak berjalannya

pengawasan atas pelaksanaan anggaran diantaranya sebagai berikut :

Pertama, ketidakmampuan aparatur dalam memahami item-item dan

pos-pos anggaran yang harus diawasi penggunaan dan pengelolaannya.

Kedua, penyajian dokumen anggaran yang tidak jelas mengakibatkan

mereka yang membaca dokumen anggaran dimaksud kurang memahami

materi yang terkandung di dalamnya. Ketiga, komitmen dan moralitas

aparat pengawas yang mudah tergiur dengan iming-iming materi

sehingga proses pengawasan menjadi tidak focus pada substansi, tetapi

hanya mencari-cari kesalahan pelaksana sebagai alat bargaining untuk

mendapatkan imbalan dari para pegelolas anggaran. Keempat, tidak

adanya tindak lanjut atas temuan dalam pengawasan dan pemeriksaan

yang disampaikan oleh aparat pengawas.

43

Page 44: Tugas Kelompok Final Jamal

BAGIAN 4

PENGANGGARAN MUTAKHIR

A. TRADISIONAL vs KINERJA

Penganggaran berbasis kinerja merupakan paradigma baru dalam

system penganggaran di Indonesia. Sebelumnya metode penganggaran

mengacu pada pendekatan system penganggaran tradisional dengan

pendekatan linear berdasarkan prosentase kenaikan anggaran dari tahun ke

tahun mengacu kepada target-target pembangunan yang juga ditetapkan

secara linear dari tahun ke tahun, metode ini biasa disebut dengan pendekatan

incremental budgeting.

Menurut Mardiasmo (2002), anggaran dengan pendekatan kinerja

sangat menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas

kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan

pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik, dan

mengutamakan aspek rasionalitas dalam proses pengambilan keputusan.

Keterkaitan antara pilihan strategi dalam pembangunan dan

penganggaran antara lain dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, konsep pembangunan yang mengejar ketertinggalan atau

pendekatan pertumbuhan lebih relevan dengan system penganggaran

tradisional. Pendekatan dengan menaikan anggaran secara linear (incremental

budgeti tang) dengan konsep pembangunan yang mengutamakan

pertumbuhan, karena dalam setiap tahap periode tertentu sudah digariskan

mengenai besarnya target yang harus dicapai pada tahun tertentu.

Kedua, strategi pembangunan dengan mengutamakan pemerataan

lebih relevan dengan pendekatan system penganggaran berbasis kinerja,

karena penetapan anggaran berbasis kinerja didasarkan pada kebutuhan

masyarakat dalam berbagai sektor pada periode tertentu.

44

Page 45: Tugas Kelompok Final Jamal

B. SIKLUS PENGANGGARAN

Dalam proses-proses pengelolaan anggaran paling tidak, kita

memilihnya dalam beberapa aspek kegiatan yang terpisah namun saling

terkait yakni aspek ekonomi, akuntansi, dan administrasi serta aspek

ekonomi, akuntansi, manajemen dan administrasi serta aspek politik dan

prosedural dalam kebijakan. Kecuali dalam aspek akuntansi dan

administrasi dimana masyarakat tidak harus terlibat langsung dan

mengetahui seluk beluknya, dalam aspek lain seperti ekonomi,

manajemen, politik dan prosedural kebijakan masyarakat sebagai

stakeholder harus terlibat di dalamnya.

Dari segi ekonomi, keterlibatan masyarakat adalah dalam rangka

memberikan masukan dan ikut berdiskusi dengan komponen pemerintah

berkaitan dengan penetapan indikator makro ekonomi yang terkait

langsung dengan aspek-aspek kemampuan dana dalam penganggaran baik

pada level nasional maupun regional.

Dari aspek politik, keterlibatan masyarakat merupakan suatu hak

politik warga Negara untuk terlibat dalam proses-proses penyelenggaraan

Negara sepanjang mereka mau dan mampu untuk terlibat. Penganggaran

sebagai suatu aktifitas politk dimana rakyat juga mempunyai hak untuk

terlibat, maka ketika proses pembahasan berlangsung baik pada tingkat

eksekutif yakni pembahasan rencana program, proyek dan kegiatan yang

akan dianggarkan maupun di legislative yang membahas item-item

program atau proyek yang akan diprioritaskan untuk dianggarkan hanya

melibatkan rakyat.

Seperti diketahui bahwa tahap-tahap dalam penganggaran paling

tidak meliputi 5 tahap perencanaan dan persiapan anggaran (preparation),

tahap penetapan atau ratifikasi (approval/ratification), tahap pelaksanaan

atau implementasi (implementation), tahap evaluasi dan pelaporan

(reporting and evaluation) terakhir tahap penilaian (kinerja, manfaat dan

dampak).

45

Page 46: Tugas Kelompok Final Jamal

Di Indonesia, proses perencanaan APBD sesuai dengan

Kepmendagri 29/2002 tentang penganggaran berbasis kinerja merupakan

paradigma baru dalam proses penganggaran. Pendekatan ini

menitikberatkan proses perencanaan anggaran melalui pendekatan dari

bawah (bottom-up planning) dengan melibatkan masyarakat atau unsur

non pemerintah. Pendekatan yang bottom-up ini juga harus disinkronkan

dengan visi dan misi pembangunan daerah, dan dalam proses

penetapannya juga memperhatikan pilihan-pilihan prioritas sektor yang

paling urgen yang terkait dengan masyarakat banyak sesuai dengan

scenario kebijakan penganggaran dan pembangunan yang disepakati oleh

semua pihak.

Berdasarkan RENSTRADA yang telah dibuat serta analisis fiscal

dan ekonomi daerah , menurut ketentuan PP. No. 105 Tahun 2000

pemerintah daerah bersama-sama dengan DPRD menetapkan Arah dan

Kebijakan umum APBD. Setelah itu pemerintah daerah menetapkan hal-

hal berikut :

Pertama, menetapkan strategi dan prioritas APBD REPETADA

memuat program pembangunan daerah secara menyeluruh dalam satu

tahun.

Kedua, tahap Ratifikasi Anggaran (budget retification). Tahap ini

merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit, cukup

berat dan biasanya terjadi perdebatan antara komisi anggaran legislative

dan eksekutif.

Ketiga, tahap pelaksanaan anggaran (budget implementation).

Setelah anggaran disetujui oleh legislative, tahap berikutnya adalah

pelaksanaan anggaran.

Keempat, tahap pelaporan dan evaluasi anggaran (evaluation and

reporting). Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan

evaluasi anggaran.

46

Page 47: Tugas Kelompok Final Jamal

C. PROSES PENYUSUNAN APBN/APBD

Proses penyusunan dan penetapan Anggaran pendapatan dan belanja

Negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBN/D), adalah

tahap yang paling krusial dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan. Betapa tidak, dengan APBN/D segala aktivitas

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan ditentukan. Di Indonesia,

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/D) yang

dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberikan informasi rinci

kepada DPR/DPRD dan masyarakat tentang program-program yang

direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat.

Dalam dokumen APBN/D, juga harus menjelaskan sumber-sumber

penerimaan Negara, proses pembiayaan atas program-program pembangunan

dan operasionalisasi pemerintahan.

Faktor dominan yang terdapat dalam proses penyusunan dan

pengelolaan APBN/D adalah : 1) Adanya tujuan dan target yang hendak

dicapai dan harus dirumuskan secara jelas dan terukur dalam setiap item dan

nomenklatur anggaran. Hal itu diperlukan agar indikator kinerja yang hendak

dicapai dapat terbaca dalam dokumen APBN/D; 2) Ketersediaan sumberdaya

seperti faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah.

D. DASAR HUKUM PENGANGGARAN

Landasan dan aturan hukum yang dijadikan acuan dalam proses

penganggaran pemerintah sejak masa kemerdekaan sampai dengan masa

sekarang (tahun 2009), telah mengalami berbagai perubahan baik pada

tingkat nasional maupun pada tingkat daerah. Ketika masa pemerintahan

Orde Baru misalnya, dasar hukum yang menjadi acuan bagi penetapan APBN

adalah UUD 45 yang dijabarkan dalam UU dan aturan-aturan pelaksanaanya

seperti; Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Kepres) dan

47

Page 48: Tugas Kelompok Final Jamal

Keputusan Menteri (Kepmen) Maupun dalam bentuk Peraturan Daerah

(Perda) pada tingkat regional (wilayah).

Berbagai aturan Undang-Undang (UU) yang menjadi rujukan dalam

pengelolaan anggaran dalam pelaksanaan Pemerintahan Daerah dengan tahun

kesepuluh pelaksanaan reformasi di Indonesia diantaranya :

1. Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik.

2. UU No Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

3. UU No 8 Tahun 2005 Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Menjadi Undang-

Undang.

4. UU No 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional.

5. UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

6. UU No 32 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah.

7. Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

8. UU No 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Pidana Korupsi.

9. UU No 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

10. UU No 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.

48

Page 49: Tugas Kelompok Final Jamal

BAGIAN 6

PARTISIPASI DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN NEGARA

A. KONSEP DASAR PARTISIPASI

Partisipasi dalam bahasa Inggris : participation; dari Latin

participatum (ambil bagian) dan dari pars (bagian) capio (saya).

Semula partisipasi merupakan salah satu konsep dalam teori Plato

tentang ide-ide. Setiap ide supraduniawi merealisasikan secara sempurna

suatu isi esensial menurut kepenuhan kemungkinan-kemungkinannya. Karena

itu ide bersinar pada bidang duniawi sebagai ideal. Hal-hal dari dalam ide-ide

tersebut sejauh hal-hal itu hanya mampu menyatakan fraksi dari

kemungkinan-kemungkinannya. Karena itu, hanya ide-idelah yang

merupakan hal-hal yang sungguh-sungguh ada. Sementara hal-hal duniawi

yang kelihatan, yang terpenjara dalam “bukan ada” atau materi, hanya

merupakan bayangan dari dunia yang lebih tinggi. Plato telah melukiskan hal

itu dalam mitos gua yang terkenal dalam karyanya tentang Republik.

8 Citizen kontrol

7 Delegated power

6 Partnership

5 Placation

4 Consultation

3 Information

2 Therapy

1 Manipulation

Gambar 2. Skema anak tangga partisipasi (Arnstein, dan Burs, 1994, 157)

B. PARTISIPASI DAN INISIATIF WARGA

49

Degree of Citizen Power

Degree of Tokenism

Non-Participation

Page 50: Tugas Kelompok Final Jamal

Perubahan dari pemerintah menuju masyarakat madani, dari

partisipasi sosial atau proyek menuju partisipasi di pemerintahan

(governance), memberikan ruang baru dimana konsep partisipasi juga

diperluas menjadi partisipasi kewargaan.

Untuk mewujudkan angan-angan partisipasi seperti di atas menurut

Ida (2002), setidaknya terdapat dua strategi yang bias dilakukan. Pertama,

strategi pengorganisasian (Organization strategy), dimana kelompok-

kelompok yang termajinalisir oleh proses-proses pembangunan

mengorganisir diri mereka atau diorganisir untuk meningkatkan kekuatan

atau posisi tawar.

Kedua, strategi pemberdayaan (empowerment strategy), dengan

mencoba melakukan penyadaran masyarakat agar menyadari hak dan

kewajibannya, sehingga mampu melakukan kontrol terhadap sumber daya

dan kebijakan pemerintah terkait kepentingan warga.

C. PARTISIPASI VERSI PEMERINTAH

Dengan mengacu pada pengertian partisipasi yakni adanya pihak yang

berperan dan kegiatan yang dilakukan secara aktif maupun pasif sebagaimana

telah dijelaskan di atas, tampaknya konsep partisipasi dikembangkan dalam

aksi-aksi yang lebih konkrit yang mengarah pada multi tafsir atas istilah

partisipasi itu.

Meurut Ida (2000) untuk menggolkan berbagai upaya pemerintah itu,

maka setidaknya terdapat dua strategi utama partisipasi yang dikembangkan

oleh pemerintah dengan jaringan yang membuatnya terpengaruh dalam

bingkai pembangunan moderniasi. Pertama, stretegi mobilisasi (mobilization

strategy), dimana program-program atau proyek-proyek pembangunan

dirancang oleh orang-orang luar, yang biasanya terdiri dari dua ahli yang

terlibat dalam lembaga-lembaga Negara/pemerintah, sebelum mengupayakan

masyarakat untuk terlibat di dalamnya. Dalam implementasi proyek-proyek

itu, kemudian mengharapkan dan bahkan “memaksa” masyarakat untuk

50

Page 51: Tugas Kelompok Final Jamal

terlibat di dalamnya walaupun dalam derajat yang paling rendah (baca :

pasif), dengan satu penenkanan utama: tidak boleh menentang program yang

sudah dirancang oleh para ahli dari luar masyarakat itu.

Kedua, stategi pengembangan kelembagaan/masyarakat

(community/institutional development strategy). Stategi ini dimulai dengan

mencoba mencari pemahaman masyarakat terhadap masalah-masalah khusus

yang dihadapi oleh masyarakat lokal, dan berupaya manarikan jalan keluar

terhadap masalah-masalah khusus yang dihadapi ditingkat lokal itu.

D. PARTISIPASI DAN TRANSPARANSI

Istilah partisipasi dalam penyelenggaraan Negara selain terkait dengan

melibatkan atau keterlibatan rakyat dalam proses-proses politik dalam

penyelenggaraan Negara, juga memiliki makna stategis yaitu membangun

partisipasi rakyat guna menciptakan transparansi.

Menurut Ida (2002), dalam era otonomi daerah, penguatan partisipasi

masyarakat untuk mengawasi pemerintah sangat stategis karena : Pertama,

hakekat otonomi daerah adalah mendekatkan pelayanan pemerintah terhadap

masyarakat, dimana pelayanan tersebut merupakan jawaban atas aspirasi dan

kebutuhan masyarakat lokal.

Kedua, konsep otonomi daerah harus disadari sebagai perwujudan

perluasan arena demokrasi. Pada tataran ini, proses-proses pengambilan

keputusan tidak lagi berada pada tingkat elit, melainkan secara langsung

melibatkan rakyat dan atau elemen-elemen masyarakat yang ada di daerah.

E. PARTISIPASI DAN AKUNTABILITAS

Salah satu substansi dari isu dinamika politik lokal adalah melihat

pola interaksi dan wacana interaksi yang terjadi pada tingkat lokal.

Seperti dideskripsikan Minogue (1997;4) bahwa akuntabilitas

pemerintah merupakan strategi pembangunan komunikasi yang reformis

disertai dengan sejumlah prakarsa untuk memperkuat lembaga-lembaga

51

Page 52: Tugas Kelompok Final Jamal

masyarakat madani dengan tujuan untuk menjadikan pemerintah lebih

bertanggunggugat, lebih transparan serta lebih demokratis. Menurut Edralin

(1997) dan Scheiner (1999), partisipasi, legitimasi, transparansi, akuntabilitas,

kompetensi, dan kepatuhan pada hukum dan hak-hak asasi manusia

merupakan unsur kunci dalam good governance.

F. KESADARAN PARTISIPASI

Manajemen pebangunan dan istilah bias saling bertentangan satu sama

lain. Seperti sudah dijelaskan, partisipasi menekankan pada upaya

mempertahankan pada inisiatif dan kontrol masyarakat lokal. sementara

manajemen menekankan upaya mengelola sesuatu sampai mencapai tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya, di mana semuanya bias mengabaikan

aspek inisiatif dan kontrol masyarakat luas.

Dua syarat utama yang harus dilakukan pemerintah dalam kaitannya

dengan upaya penciptaan masyarakat sejahtera. Pertama, intervensi

pemerintah merupakan sesuatu yang niscaya untuk mengatasi berbagai

permasalahan sosial dan ekonomi yang ditmbulkan sebagai bias dari

kebijakan dan pengembangan partisipasi yang teracuni oleh nilai-nilai

modernisasi-kapitalisme.

Kedua, melakukan reformasi dalam pengelolaan masyarakat dengan

membangun mekanisme yang sinerjik dari ketiga elemen dalam

penyelenggaraan Negara (pemerintah, swasta dan masyarakat). Selama ini,

pmerintah hanya melibatkan unsur swasta (profit taking agencies) yang

ternyata berdampak buruk pada munculnya kesenjangan sosial ekonomi.

G. MEMBANGUN PARTISIPASI

Langkah-langkah membangun partisipasi antara lain :

Membangun anak tangga partisipasi. Anak tangga partisipasi ini

dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Dalam system perencanaan

komunitas, hamper semua anak tangga tersebut dilalui.

52

Page 53: Tugas Kelompok Final Jamal

Menjangkau dan menjemput bola. Proses partisipasi yang ikhlas,

murni dan jujur (genuine) beranggapan bahwa setiap orang atau stakeholders

mempunyain kontribusi potensial yang dapat diberikan.

Mengedepankan tiga dimensi partisipasi keluasan (outreach),

kedalaman (depth), dan kelangsungan (directness) harus diupayakan

maksimum dengan memanfaatkan teknik-teknik apa saja yang ada dalam

perbendaharaan pendekatan partisipasi selama ini yang telah dikembangkan,

dan disesuaikan dengan kondisi lokal yang ada. Kekurangan pada salah satu

dimensi sebaiknya diupayakan untuk diimbangi oleh dimensi lainnya.

Membangun legitimasi, validitas, dan legalitas. Legalitas harus

bersumber pada lejitimasi dan validitas, bukan sebaliknya. Legalitas

berhuungan dengan status hukum dan syarat-syarat kelembangan resmi yang

ada.

Memerankan aktor-aktor kompeten. Misalnya pihak atau

komponen dari perguruan tinggi sangat menentukan dalam pembangunan

validitas yang merupakan penyeimbang penting terhadap kecenderungan

populisme pada partisipasi yang hanya menekankan keluasan lejitimasi.

Membangun representasi kelompok. Ini dikaitkan dengan dimensi

ruang, structural, dan peran/fungsional.

Komunikasi publik (publik communication). Hal yang sangat

penting untuk mengurangi efek negatif dari representasi, yakni

kecenderungan terjadinyya penyarian sepihak oleh yang mewakili atas

masukan yang kaya dan luas dari komunitas yang diwakili, adalah tetap

terjalinnya komunikasi.

Aliansi Media Massa. Memerankan media massa adalah sangat vital

dalam membangun partisipasi. Media massa memiliki fungsi dan peran yang

sangat strategis dalam hal membangun jejaring stakeholders secara elegan.

Penjejangan dan pentahapan jelas serta rasional. Hal yang sangat

erat berkaitan dengan konsep representasi dan komunikasi dengan khalayak

ramai adalah pelaksanaan penjenjangan dan pentahapan yang tidak boleh

mengurangi tingkat partisipasi masyarakat.

53

Page 54: Tugas Kelompok Final Jamal

H. PARTISIPASI PENGANGGARAN

Secara kontekstual, perkembangan partisipasi warga Negara dapat

dipetakan dalam tiga orientasi pokok. Pertama, partisipasi berorienasi

ekonomi.

Kedua, partisipasi berorientasi sosial. Cirinya dapat diamati melalui

aktivitas sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela oleh para

pekerja sosial.

Ketiga, partisipasi berorientasi politik, yakni mengarah pada

keterlibatan dan penyampaian ide-ide berkaitan dengan berbagai hal seperti

penentuan pemimpin formal di tingkat lokal.

54

Page 55: Tugas Kelompok Final Jamal

BAGIAN 7

MENGAWASI ANGGARAN NEGARA

A. MENGAPA PERLU DIAWASI?

Banyak hal yang menjadi pertimbangan, mengapa para aparatur yang

dipercaya mengelola anggaran Negara/daerah perlu diawasi. Pertama, setiap

orang berwatak oportunis, para penguasa pun dalam kondisi tertentu sulit

dikontrol, apalagi jika mereka monopoli informasi, tidak transparan. Tidak

adanya transparansi seringkali merupakan awal dari adanya rencana

menyalahgunakan anggaran.

Kedua, tidak semua kebutuhan rakyat dapat diterjemahkan oleh

penguasa, sementara system perencanaan dan penetapan anggaran yang

dilaksanakan masih saja dilakukan dengan pendekatan top down.

Ketiga, setiap penyelenggaraan pemerintahan juga mempunyai

berbagai kepentingan seperti kepentingan partai politik yang mendukungnya,

kepentingan keluarga dan pribadi.

Keempat, dalam proses-proses penganggaran yang dilakukan melalui

berbagai tahapan, terdapat banyak celah yang memungkinkan bagi pengelola

menyalahgunakan anggaran Negara.

Kelima, pengalaman selama ini mengindikasikan bahwa kebanyakan

instansi pemerintah termasuk di berbagai daerah belum mampu

mengoptimalkan kinerjanya secara efektif dan berkualitas dalam pengelolaan

anggaran.

Keenam, legislatif dan yudikatif sebagai lembaga yang berfungsi

untuk melakukan addvokasi dalam penyelenggaraan Negara belum bekerja

optimal dalam memainkan perannya.

B. ADVOKASI PENGANGGARAN

55

Page 56: Tugas Kelompok Final Jamal

Anggaran sebagai rencana pendapatan dan pengeluaran dalam periode

tertentu, sesungguhnya merupakan refleksi dari kebijakan pemerintah.

Melalui kebijakan anggaran pemerintah, masyarakat dapat mengetahui apa

yang menjadi perhatian utama atau pun prioritas kebijakan pemerintah.

Advokasi anggaran sendiri bertujuan untuk mengubah kebijakan-

kebijakan yang menyangkut anggaran demi terwujudnya suatu kebijakan

anggaran yang lebih baik dan rasional. Kegiatan mengadvokasi anggaran

diharapkan dapat menngantisipasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,

dan pemborosan anggaran dapat diminimalisir.

1. Strategi Melakukan Kontrol

Diperlukan langkah-langkah strategis untuk melakukan

pengawasan dan sekaligus mengintrol pelaksanaan suatu kebijakan.

Secara sistemik, proses-proses pelaksanaan kontrol dalam rangka

mengadvokasi anggaran Negara dapat dilakukan sebagai berikut. (1)

Analisis Kebijakan (Policy Analysis). (2) Advokasi (advocation). (3)

Pemberdayaan komunitas akar rumput (Grossroot Community

Empowerment).

2. FOKUS DAN LOKUS KONTROL

Secara lebih rinci, sasaran pengawasan dan kontrol publik dala

proses pengelolaan anggaran Negara meliputi hal-hal berikut. Pertama,

menyangkut konsistensi dalam perencanaan program/kegiatan, di mana

program kegiatan/proyek yang ditetapkan oleh pemerintah DPR/DPRD

bersama dengan pemerintah (Presiden, Gubernur, atau Bupati/Walikota)

harus sesuai dengan yang diusulkan oleh rakyat, dan sesuai pula dengan

program/kegiatan/proyek yang telah disosialisasikan kepada rakyat.

Kedua, berkaitan dengan pelaksanaan anggaran itu sendiri, di

mana rakayat harus secara intensif melakukan kontrol dan penawasan

terhadap : 1) sumber-sumber utama pendapatan Negara/Daerah, seperti

pajak dan retribusi, penjualan migas dan sumber-sumber lainyang

56

Page 57: Tugas Kelompok Final Jamal

dikelola pemerintah; 2) Tata cara penarikan pajak, retribusi, dan

perimbangan (pusat dan daerah), penetapan pinjaman dan pengelolaan

utang luar Negara/daerah; Tata cara pengalokasikan anggaran untuk

mendanai program/proyek/kegiatan yang telah ditetapkan termasuk

pelaksanaan program yang sedang berlangsung.

Peran stakeholders atau masyarakat luas dalam melakukan

kontrol terhadap proses pengelolaan anggaran dalam suatu siklus secara

berkesinambungan, dipaparkan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Mekanisme kontrol stakeholdersterhadap proses penganggaran

57

Proses perencanaan :Program Pembangunan, Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja Negara/Daerah

Evaluasi dan Penilaian Kinerja Anggaran : Out

come Manfaat dan dampak

Laporan dan Pertanggungjawaban out put (Teknis dan Administrasi)

Implementasi Alokasi Sektor (Belanja operasional dan modal), pelaksanaan (administrasi, proses tender, dan teknik fisik), dan pengawasan Formal (BPKP, Bawasda, Irjen, BPK)

Stakeholders

Page 58: Tugas Kelompok Final Jamal

C. LANGKAH ADVOKASI

Pertama, dalam proses perencanaan anggaran, langkah-langkahnya sebagai berikut : (1) Dapatkan dokumen draft APBD melalui pendekatan dan negosiasi kepada anggota-anggota DPR/DPRD yang menangani masalah anggaran. (2) Lakukan analisis berdasarkan porsinya antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan (anggaran operasional dan anggaran modal). Lalu kaji pengalokasian menurut peruntukannya, rasio kelayakan anggaran persektor, program dan kegiatan, keadilan distribusinya, termasuk analisis trend perkembangan alokasi anggaran dari tahun ke tahun (analisis trend atau analisis secara incremental).

Kedua, dalam pelaksanaan anggaran lakukan hal-hal berikut : (1) Dapatkan dokumen APBD, DUP, DIP (sekarang sesuai Kepmendagri 29/2002 disebut RASK atau Rancangan Anggaran satuan Kerja) dan LK Proyek melalui pendekatan informal atau formal kepada DPRD, Pemda, Bapeda, dan atau instansi terkait.

Ketiga, saat pelaporan (1) Dapatkan dokumen laporan, laporan tahunan proyek melalui Instansi/dinas terkait. (2) Lakukan analisis dan cocokan antara apa yang dilaporkan dengan rencana semula.

58

Page 59: Tugas Kelompok Final Jamal

59

Asistensi/Pendampingan Seiap tahapan

MUSREMBANGDES/KELUDKP

RAKORBANGPenjaringan aspirasi

Lobby

Lobby

PEMDA

Arah dan kebijakan Umum APBD

DPRD

Pokok-pokok pikiran DPRD

Diskusi Publik

Strategi dan Prioritas

Lobby

TIM MANGGARAN EKSEKUTIF

Forum Kota Forum Kelurahan

PANITIAAD HOC

WorkshopPenyusunan

RASKPD

Penjaringan

Analisis

Analisis

Konsultasi Publik

PENGANGGARAN LEGISLATIF

Pengajuan RAPBD

Pra RAPBD

RAPBD SKPD

LPASKPD

Rencana Program/Kegiatan

Klarifikasi dan Ratifikasi RAPBD

Perda APBD

Page 60: Tugas Kelompok Final Jamal

BAGIAN 8

MENYEBAR “VIRUS” TRANSPARANSI

DAN AKUNTABILITAS ANGGARAN

A. KONSEP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Istilah “transparansi” berasal dari bahasa Inggris dengan kata sifat

transparent, yang berarti jernih, tembus cahaya, tembus terang atau mudah

terlihat, jelas tidak meragukan. Kamus Oxford Paperback Thesaurus (1994),

mengartikan transparency (intinya) sebagai keterbukaan, kebersihan,

keterusterangan. Mirip dengan itu pula, dalam Britania World Language

Standard (1959), Transparency diartikan sebagai sesuatu seperti gambar pada

gelas yang akan terlibat ketika cahaya menyinarinya. Dalam The New

International Webster’s Dictionary and Thesaurus (2000) kecuali antara lain

diartikan sama dengan pengertian dalam Britania World di atas, juga

menekankan pada the quality of being transparent.

Berkaitan dengan pengertian di atas, setidaknya ada empat kriteria

yang mencakup dengan transparansi dalam system pengelolaan kebijakan

publik : (1) Adanya keterbukaan dalam proses-proses pengolaan kebijakan

publik; (2) Ketersediaan informasi bagi publik, bahwa sejak dari perencanaan

hingga sampai pertanggungjawaban atas program dan atau kebijakan publik;

(3) Adanya ruang publik untuk memperdebatkan proses-proses pengambilan

kebijakan dan implementasinya; dan (4) Adanya partisipasi rakyat, dalam arti

bahwa setidaknya ada elemen-elemen masyarakat yang terlibat dalam proses

kebijakan publik dan implementasinya.

60

Page 61: Tugas Kelompok Final Jamal

B. URGENSI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas dalam proses

penyelenggaraan pemerintah daerah, bukan berarti mengabaikan perean

DPRD. Partisipasi dan transparansi merupakan langkah strategis dalam

memperkuat kinerja DPRD yang selama Orba atau sampai saat ini belum

berperan secara maksimal sebagai lembaga yang seharusnya

memperjuangkan hak-hak rakyat yang diwakilinya. Menurut Kleden (2000 :

5) keberadaan DPR seperti masa Orba hanya memenuhi persyaratan secara

legal tetapi tidak mewakili legitimasi.

Di mata masyarakat, DPR/DPRD yang tidak pro rakyat, disebut tidak

mempresentasikan suara rakyat secara murni berdasarkan prinsip-prinsip

demokrasi. Peran legislatif seringkali hanyalah melegetimasi kebijakan

eksekutif tanpa memperhatikan untung ruginya bagi rakyat banyak. Mereka

seringkali menyepakati suatu kebijakan yang dirumuskan oleh eksekutif

untuk dilaksanakan pemerintah. Hal itu sering terjadi karena anggota-anggota

DPR/DPRD selain memiliki ketergantungan (dependensi) yang sangat kuat

terhadap eksekutif atau penguasa, juga karena kurangnya kapasitas dan

kemampuan dalam memahami dan menguasai masalah-masalah

penganggaran. Kondisi seperti itu mengakibatkan legislatif sulit

memperjuangkan hak-hak rakyat.

C. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM OTONOMI

DAERAH

Lahirnya berbagai aturan dan perundang-undangan sebagai rujukan

hukum dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di

daerah menjadi salah salah satu modal bagi terwujudnya tata kelola

pemerintahan yang baik di Indonesia.

Menurut Djamin (2000), ada tiga bidang atau job yang rawan

terjadinya korupsi yaitu: (1) Yang bertugas dalam pemasukan keuangan

61

Page 62: Tugas Kelompok Final Jamal

Negara (revenue earning units), (2) yang bertugas dalam pengeluaran dana

besar (the big spenders) dan (3) Yang memiliki kewenangan dalam pembuat

segala macam perizinan termasuk izin penjualan asset Negara. Ketiga bidang

ini harus dikelola secara transparan dan akuntabilitas.

D. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS MENUJU GOOD

GOVERNANCE

Transparansi merupakan salah satu prinsip good governance, selain

penegakan hukum, kesetaraan, responsivitas, wawasan ke depan,

akuntabilitas, pengawasan, efisien dan efektif serta profesionalisme.

Gerakan transparansi dan gugatan akan perlunya akuntabilitas

pemerintah di Indonesia dilakukan seiring dengan merebaknya gerakan

demokratisasi dan reformasi tahun 1998. Banyak organisasi dan aktivis LSM

yang konsen dengan pengembangan gerakan transparansi anggaran. Salah

satu LSM pionir dalam pengembangan gerakan transparansi anggaran di

Indonesia adalah FITRA, selain ICW (Indonesia Corruption Wacth) dan

lembaga non profit lainnya. Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran

(FITRA) misalnya memiliki simpul jaringan kerja di berbagai daerah dan

telah berjalan selama Sembilan tahun.

E. GERAKAN TRANSPARANSI

Kenapa masyarakat perlu dilibatkan dalam proses penganggaran, ada

dua alasan kenapa rakyat dilibatkan. Pertama, karena merupakan hak rakyat.

Kedua, karena selama ini rakyat tidak pernah dilibatkan dalam proses

penganggaran dan bahkan sengaja dipinggirkan agar daya kekuatan rakyat

dapat diperkecil.

Adanya peluang berpartisipasi, disertai dengan kegiatan pencerahan

dan penguatan kepada masyarakat sipil secara nyata melahirkan kelompok-

kelompok masyarakat kritis. Beberapa diantaranya seperti forum warga dan

jaringan NGO pada tingkat akar rumput yang selalu berusaha melibatkan diri

62

Page 63: Tugas Kelompok Final Jamal

dalam proses penyelenggaraan pemerintah lokal di berbagai daerah. Di

beberapa daerah lebih fokus melibatkan diri dalam proses-proses pengelolaan

anggaran di daerah. Mereka antara lain bergabung dalam simpul jaringan

Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (SIJAR FITRA), diprakarsai

oleh pusat Studi Pengembangan Kawasan (PSKP – Jakarta ) pada tahun 1999.

Di beberapa daerah seperti Medan, Riau, Palembang, Jakarta, Tuban, Luwu

Utara (Sulsel) dan Kendari telah berkembang sejak 9 tahun yang lalu.

1. Bagaimana Membangun Gerakan?

Pertama, melakukan sosialisasi isu dalam rangka membangun

kesadaran masyarakat dan atau seluruh stakeholder mengenai hak-hak

terhadap anggaran serta pentingnya memperhatikan dan mengontrol

pengelolaan anggaran.

Kedua, lakukan analisis potensi kemungkinan melakukan agenda

seperti kekuatan dan kelemahan serta peluang maupun tantangan dalam

mengangkat dan melakukan advokasi suatu issu atau permasalahan.

Ketiga, siapkan kader dan kuatkan melalui capacity building

melalui pelatihan-pelatihan.

2. Memperluas Jejaring Transparansi

3. Srategi Melikbatkan Rakyat

Ada tiga strategi pelibatan rakyat dalam proses penganggaran,

yakni pertama melalui advokasi hak-hak politik rakyat. Hal ini

dimaksudkan untuk mengembalikan kekuasaan politik dan kedaulatan

pada rakyat. Kedua, penguatan akses rakyat pada sumberdaya. Ketiga,

pemberdayaan melalui peningkatan kemampuan lewat pelatihan tentang

proses perencanaan dan penganggaran.

63