trombositosis esensial - repository.usu.ac.id

20
1 TROMBOSITOSIS ESENSIAL Savita Handayani Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU / RSUP.H.Adam Malik Medan PENDAHULUAN Trombositosis primer / esensial (ET) sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan hematologi pada penderita yang asimtomatis. Trombositosis esensial pertama kali dilaporkan oleh di Guglielmo pada tahun 1920 dan Epstein dan Goedel pada tahun 1934. Pada saat itu, trombositosis esensial merupakan bagian dari penyakit mieloproliferatif yang lain (Polisitemia vera,Lekemi mielositik kronik,Mielofibrosis dengan mieloid metaplasia). (1,2) Pada tahun1960,trombositosis esensial ditentukan sebagai suatu penyakit mieloproliferatif yang berbeda. Trombositosis esensial adalah suatu kelainan klonal sel induk hematopoietik multipotensial, termasuk kelainan mieloproliferatif dengan ekspresi fenotipe predominan pada jalur megakariosit dan trombosit. (1,3) . Gangguan ini bersifat permanen dan umumnya peningkatan jumlah trombosit secara perlahan-lahan. Penanda molekuler spesific belum ada, diagnosis ditegakkan pertama kali dengan mengeluarkan penyebab-penyebab trombositosis reaktif dan membedakannya dengan gangguan myeloproleperatif lain. (3) EPIDEMIOLOGI Trombositosis esensial diperkirakan terdapat pada 30 orang dari 100.000 populasi, dengan rata-rata usia 65 70 tahun, tetapi penyakit ini bisa terjadi pada semua umur, dan perbandingan antara perempuan dan pria adalah 2 : 1. (4) PATOFISIOLOGI Trombopoetin merupakan hormon kunci dalam pengaturan diferensiasi dan proliferasi megakariosit.Trombopoietin mempengaruhi pertumbuhan megakariosit mulai dari sel induk sampai produksi trombosit. Walaupun demikian beberapa sitokin-sitokin lain (interleukin 1,

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

1

TROMBOSITOSIS ESENSIAL

Savita Handayani

Divisi Hematologi Onkologi Medik

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU / RSUP.H.Adam Malik Medan

PENDAHULUAN

Trombositosis primer / esensial (ET) sering ditemukan secara tidak sengaja pada

pemeriksaan hematologi pada penderita yang asimtomatis. Trombositosis esensial pertama

kali dilaporkan oleh di Guglielmo pada tahun 1920 dan Epstein dan Goedel pada tahun 1934.

Pada saat itu, trombositosis esensial merupakan bagian dari penyakit mieloproliferatif yang

lain (Polisitemia vera,Lekemi mielositik kronik,Mielofibrosis dengan mieloid metaplasia).(1,2)

Pada tahun1960,trombositosis esensial ditentukan sebagai suatu penyakit mieloproliferatif

yang berbeda. Trombositosis esensial adalah suatu kelainan klonal sel induk hematopoietik

multipotensial, termasuk kelainan mieloproliferatif dengan ekspresi fenotipe predominan

pada jalur megakariosit dan trombosit.(1,3). Gangguan ini bersifat permanen dan umumnya

peningkatan jumlah trombosit secara perlahan-lahan. Penanda molekuler spesific belum ada,

diagnosis ditegakkan pertama kali dengan mengeluarkan penyebab-penyebab trombositosis

reaktif dan membedakannya dengan gangguan myeloproleperatif lain.(3)

EPIDEMIOLOGI

Trombositosis esensial diperkirakan terdapat pada 30 orang dari 100.000 populasi,

dengan rata-rata usia 65 – 70 tahun, tetapi penyakit ini bisa terjadi pada semua umur, dan

perbandingan antara perempuan dan pria adalah 2 : 1.(4)

PATOFISIOLOGI

Trombopoetin merupakan hormon kunci dalam pengaturan diferensiasi dan proliferasi

megakariosit.Trombopoietin mempengaruhi pertumbuhan megakariosit mulai dari sel induk

sampai produksi trombosit. Walaupun demikian beberapa sitokin-sitokin lain (interleukin 1,

Page 2: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

2

interleukin 6, interleukin 11) juga berperan dalam proses ini, yang kemungkinan berkerja

sinergi dengan trombopoietin.,(1,5)

Trombosit matur berperan penting dalam regulasi kadar trombopoietin plasma.

trombosit mempunyai reseptor terhadap trombopoietin (c-mpl) dan memobilisasi

trombopoetin dari plasma.(1)

Pada keadaan normal, pengaturan produksi trombosit dari megakariosit disumsum

tulang melibatkan pengikatan trombopoetin bebas diplasma dengan megakariosit. Hal inilah

yang merangsang aktifnya megakariositopoetik untuk memproduksi trombosit.(5). Pada

keadaan trombositopeni, terjadi peningkatan kadar trombopoietin plasma karena

berkurangnya pengikatan trombopoietin oleh trombosit. Peningkatan kadar trombopoietin

plasma ini akan merangsang megakariopoiesis.Sebaliknya pada keadaan tombositosis, deplesi

plasma trombopoietin akan menurunkan megakariopoiesis. Mekanisme regulasi ini mengatur

produksi trombosit.

Pada ET kadar trombopoetin bisa normal atau tinggi. Peningkatan kadar trombopoetin

bisa berhubungan dengan reseptor trombopoetin (c-MPLl) abnormal pada trombosit dan

megakariosit yang abnormal , ikatan trombopoetin dan reseptor trombopoetin (c-MPL) inilah

yang merangsang pertumbuhan dan proliferasi. (6)

Terjadinya disregulasi kadar trombopoietin plasma pada ET diduga disebabkan karena :

Produksi trombopoieitin yang berlebihan dan/atau

Abnormalitas pengikatan dan pemakainan trombopoietin oleh trombosit dan megakariosit.

Hal ini dibuktikan dengan menurunnya ekspresi c-mpl pada trombosit pada penderita

trombositosis esensial .(1,7)

Mutasi somatik tunggal protein tirosin kinase JAK2 terlihat bertanggung jawab

terhadap berbagai gambaran trombositosis klonal termasuk trombositosis esensial. Data

terakhir memperlihatkan bahwa JAK2 ini berperan terhadap berkurangnya c-MPL.(7)

Mekanisme lain yang berperan dalam terjadinya trombositosis pada ET adalah(1,2) :

Peningkatan jumlah colony-forming unit megakaryocyte (CFU-MEG)

Peningkatan pertumbuhan megakariosit tanpa adanya stimulasi faktor pertumbuhan

yang diduga disebabkan adanya :

- megakariopoiesis otonom, atau

- peningkatan sensitivitas klon trombosit abnormal terhadap aktivitas megakaryocyte

colony-stimulating activity

Page 3: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

3

Penurunan efek inhibisi platelet inhibiting factor (TGF-1)

Defek microenvirontment

Beberapa patofisiologi yang terlihat pada pasien dengan trombositosis esensial :

1. Adanya perubahan endovaskular pada pasien dengan eritromialgia. Perubahan ini

meliputi pembengkakan vaskular dengan penyempitan lumenyang disebabkan

proliferasi otot polos dengan vakuolisasi, pembengkakan sitoplasma, deposisi material

interseluler dan fragmentasi lamina elastika interna.

2. Perubahan arsitektur dan fungsi trombosit yang meliputi heterogenitas ukuran,

perubahan ultrastruktur, peningkatan jumlah protein spesifik trombosit, peningkatan

tromboksan dan ekspresi epitop pada permukaan trombosit

3. Perubahan genetika berperan penting dalam regulasi ekspresi trombopoetin

4. Terdapat hubungan terbalik antara peningkatan jumlah trombosit dengan faktor von

willebrand multimers . (5)

Pada trombosis esensial , trombosis merupakan manifestasi klinis mayor. Walaupun jarang,

manifestasi hemoragis juga dapat muncul pada trombositosis esensial.

Mekanisme terjadinya trombosis dan hemoragis masih belum jelas. Trombosis diduga

disebabkan karena :

Peningkatan massa trombosit disertai hiperagregabilitas trombosit.

Aktivasi hemostasis oleh lekosit polimorfonuklear. Hal ini dibuktikan dengan adanya

peningkatan elastase, mieloperoksidase , ekspresi CD11b dan LAP (leucocyte alkaline

phosphatase) antigen pada permukaan lekosit yang menyebabkan kerusakan endotel

(peningkatan trombomodulin dan faktor von Willebrand antigen) dan hiperkoagulasi

(peningkatan kompleks trombinantitrombin, fragmen protrombin 1+2, D-dimer) pada

penderita Trombositemi esensial .(3)

Perdarahan diduga disebabkan karena

1. abnormalitas fungsi trombosit.

2. Trombosis dengan infark yang mengalami ulserasi.

3. Komsumsi faktor koagulasi.

4. Peningkatan jumlah trombosit yang menyebabkan produksi prostasiklin berlebihan

(PGI2) yang akan menekan pelepasan granul trombosit dan agregasi.(5)

MANIFESTASI KLINIS

Sepertiga pasien ET mempunyai gambaran klinis yang silent. 50% pasien ET minimal

mengalami sekali episode trombosis dalam waktu 9 tahun setelah diagnosis ditegakkan. (5)

Page 4: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

4

Gambaran klinis ET terutama adalah vaskuler occlusive events dan hemorrages.

a.Manifestasi vaskuler occlusive events

Vaskular occlusive events termasuk kejadian trombosis yang utama yang melibatkan

cerebrovaskuler, koroner dan sirkulasi arteri perifer. Trombosis arteri besar merupakan

penyebab utama kematian yang berkaitan dengan penyakit ini atau bisa juga menyebabkan

gangguan neurologi berat, jantung atau arteri perifer.

Deep Vein Thrombosis (DVT) juga merupakan gambaran serius yang mengancam

jiwa karena risiko emboli paru atau berhubungan dengan hati (Budd Chiari Syndrome) atau

trombosis portal.

Vaskuler occlusive events juga dapat terjadi pada pembuluh darah kecil dimana ini

menyebabkan berbagai gejala klinis. ( orphanet). Mikrovaskuler trombus ini dapat

menyebabkan erythromelalgia, sakit kepala, paraesthesia , iskemik digital atau nekrosis.

Fenomena mikrovaskuler ini dapat terjadi pada jumlah trombosit paling rendah 400.000/µl.

(4,5,6)

Extramedullary hematopoesis dapat terjadi pada hati atau splen. Splenomegali terlihat

pada 20% - 50% pasien, walaupun pembesaran nya ringan sampai sedang dan biasanya tidak

progresif. Hepatomegali dapat dilihat pada 15% - 20% pasien, tetapi extramedular

hematopoesis pada hati tidak biasa dan kemungkinan diagnosis CMPD atau CIMF harus

dipikirkan.(6)

b.Manifestasi hemorrages

Pada pasien dengan jumlah trombosit 1.000.000 – 1.500.000/ml, risiko untuk

perdarahan meningkat. Perdarahan paling sering pada kulit dengan manifestasi memar,

hematom subkutan, ekimosis. Selain itu juga sering epistaksis ,perdarahan gusi, atau saluran

cerna , biasanya tidak berat kecuali pada pasien yang mendapatkan aspirin atau antikoagulan

lainnya. Ptekie tidak pernah terlihat.(4,6).

Keseluruhan risiko perdarahan dan trombosis pada pasien trombositosis esensial

adalah 0,33% per pasien pertahun dan 6,6% per pasien pertahun dibandingkan populasi

kontrol yaitu 0% dan 1,2%. Perdarahan pada banyak kasus biasanya karna Von Willebrand

Syndrom yang didapat dan biasanya membaik dengan penurunan trombosit (6).

Page 5: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

5

KRITERIA DIAGNOSTIK

Dalam mendiagnosis ET , trombositosis reaktif dan kelainan myeloid kronik lain

harus disingkirkan (9). Pada tahun 1986, kriteria diagnosis pertama utuk ET diusulkan oleh

kelompok studi polisitemia vera. Kriteria yang paling baru dimodifikasi oleh WHO pada

tahun 2008 dalam rangka penemuan mutasi JAK2V617.

Baru-baru ini BCSH ( The British Committe for Standart in Haematology )

mengusulkan modifikasi kriteria diagnostik, seperti yang ditunjukkan tabel berikut (9,10)

Pemeriksaan Laboratorium

Darah tepi menunjukkan jumlah trombosit yang meningkat dengan berbagai tingkat

variasi anisositosis. Marfologi trombosit bervariasi mulai dari ukuran normal , granulasi

dengan bentuk yang beragam

Pemeriksaan sumsum tulang (aspirasi dan biopsi trephine) diperlukan untuk

menegakkan ET berdasarkan kriteria WHO, namun pada pasien usia tua dengan penanda

marker klonal nya telah terdeteksi ( JAK2V617 atau MPL 5151L/K) tanpa kecurigaan MDS

atau mielofibrosis primer, pemeriksaan sumsum tulang bisa tidak dilakukan. Namun tetap

dianjurkan pemeriksaan sumsum tulang bila ditemui gambaran atipikal atau jika selama

Page 6: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

6

waktu pengobatan terjadi perubahan manajemaen pengobatan seperti perubahan terapi

sitoreduktif atau jka curiga transformasi.

Pemeriksaan sumsum tulang gambarannya normoseluler atau hiperseluler moderat,

megakariosit meningkat dan pada umumnya tunggal. Bila ditemukan dominan megakariosit

dengan ukuran besar dengan inti hyperlobated (staghorn ) yang menunjukkan peningkatan

emperilopolesis . Eritropoesis dan granulopoesis umumnya normal, cadangan besi bisa

menurun dan granulasi siderotic normal. (10)

DIAGNOSIS BANDING

Pada keadaan ditemukan peningkatan jumlah trombosit ( ≥ 450.000/mm3 ), terlebih

dahulu harus disingkirkan hal ini bukanlah disebabkan keadaan trombositosis reaktif

Dibawah ini adalah tabel etiologi trombositosis (10)

Pada trombositosis sekunder (reaktif) sering ditemukan adanya penyakit dasar dan

tidak ditemukan adanya keadaan trombosis/hemoragis serta splenomegali. Disamping itu

fungsi trombosit, gambaran darah tepi dan sumsum tulang dalam batas normal (5).

Page 7: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

7

Selanjutnya harus dibedakan antara trombositosis esensial dengan gangguan mieloproliferatif

lainnya seperti polisitemia vera, mielofibrosis primer,dan lainnya.

Page 8: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

8

PENATALAKSANAAN

Manajemen penatalaksanaan ET adalah berdasarkan pertimbangan tingkat risiko untuk

terjadinya komplikasi trombosis.

Faktor risiko trombosis adalah (8) :

Usia

Risiko trombosis

Adanya risiko kardiovaskuler (diabetes, hipertensi, merokok, hiperlipidemia)

Adanya mutasi JAK2 V617F

stratifikasi risiko tromboemboli pada pasien ET

Risiko rendah : usia < 40 tahun

Tidak ada riwayat trombosis

Risiko intermediate : usia 40-60 tahun

Tidak ada riwayat trombosis

Risiko tinggi : usia > 60 tahun

Riwayat trombosis atau hemoragis atau

Jumlah trombosit > 1.500.00/mm3.

TERAPI FARMAKOLOGI

1. Obat Antitrombosit

Sejumlah penelitian acak besar menunjukkan penurunan kejadian trombosis

pada pasien ET yang mendapat aspirin (11). Bukti baru-baru ini merekomendasikan

aspirin pada semua pasien ET kecuali yang kontraindikasi. Dosis yang dianjurkan

adalah aspirin dosis rendah, yaitu 40 – 100mg/hari(11). Mengenai antiplatelet baru

seperti clopidogrel dan plasugrel, bisa digunakan sebagai alternatif pengganti aspirin,

namun masih belum jelas (10,11)

Page 9: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

9

2.Obat Cytoreductive

a. Hydroxycarbamide (Hydroxiurea / HC)

HC adalah antimetabolit yang terutama bekerja pada sel-sel pada S. Kerjanya dengan

menghambat sintesis dengan cara menghambat aktivitas enzim ribonucleoside difosfat

reduktase , enzim ini mengurangi katalisis ribonukleotida (4,11)

HC merupakan terapi pilihan pertama pada trombositosis esensial degan risiko tinggi.

Hal ini disebabkan oleh efektifitas serta jarangnya timbul efek samping (5). Efek samping

biasanya ringan, reversibel , termasuk penekanan pada sumsum tulang, gangguan saluran

cerna ( anoreksia, mual, muntah dan diare ) dan perubahan kulit (ruam, ulserasi pada kaki,

dan alopecia) .(11)

Komplikasi biasanya jarang termasuk demam , pneumonitis , azoospermia dan

peningkatan fungsi hati akut , sementara terapi berkepanjangan dapat menyebabkan berbagai

toksisitas kulit, seperti actinic keratosis , sel skuamosa karsinoma , dan perubahan kuku ,

seperti onychodystrophy dan melanonychia . Bukti teratogenik lemah , meskipun demikian

kehamilan pada saat pengobatan harus dihindari .(11) . Efek leukaemogenesis masih belum

jelas. Dosis yang digunakan adalah 15mg/kgBB. (5)

b. Interferon Alpha (IFNα)

IFNα secara langsung menghambat trombopoetin (TPO) , yang menginduksi

pertumbuhan megakariost melalui penekanan TPO yang menginduce signal yang merangsang

SOCS . Studi baru-baru ini menunjukkan bahwa IFNα pada pasien ET menurunkan jumlah

trombosit sampai <600.000/mm3 dalam 3 bulan dengan dosis sekitar 3 juta IU/ hari. IFNα

tidak berefek teratogenik dan tidak melalui plasenta , sehingga menjadi pilihan pada pasien

ET yang berkeinginan / sedang hamil .

Efek samping yang sering terjadi adalah demam, flu like symptoms, kelelahan,

mialgia, depresi , hepatitis , dan pneumonitis . Setidaknya 20 % dari pasien tidak dapat

mentoleran efek samping yang ditimbulkan obat ini. Tidak ditemukan efek leukomogenik

pada pemberian IFNα. (5,8,12). Meskipun adanya efek samping dan harga yang mahal, IFNα

merupakan pilihan terapi terutama pada penderita ET usia muda.(5)

Page 10: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

10

c. Anagrelide

Anagrelide merupakan obat oral senyawa imidazo (2,1-b) quinazolin-2-one dengan

efek inhibisi agregasi trombosit melalui penghambatan cyclic nucleotide phosphodiesterase

dan phospholipase A2 (11). Anagrelide telah terbukti dapat dijadikan sebagai terapi alternatif

pada ET. Dosis dimulai dengan 2mg/hari (terbagi dalam 2-4 dosis) dan dapat ditingkatkan 0,5

mg/hari setiap 7 hari sampai tercapai target jumlah trombosit dengan dosis maksimal

10mg/hari. Normalisasi jumlah trombosit diperlukan untuk meminimalkan efek

trombohemoragis selama terapi (5)

Efek samping yang paling serius adalah efek kardiak , termasuk palpitasi (27 %),

takikardi atau aritmia lain (< 10 %) dan gagal jantung kongestif (2%). Efek vasodilatasi

anagrelide menimbulkan sakit kepala (> 1/3 penderita), retensi cairan dan edema (24 %),

dizziness (15 %), hipotensi postural. Efek samping yang lebih jarang adalah efek

gastrointestinal (nausea, nyeri abdomen, diare), rash. Anagrelide tidak bersifat leukomogenik

Anagrelide di lisensikan di eropa sebagai terapi lini kedua pada pasien ET risiko tinggi yang

refrakter atau intoleran dengan terapi lini pertama.

d. Busulfan

Busulfan merupakan obat alkilating , pada sejumlah kasus berhasil mengendalikan

jumlah trombosit. Manifestasi oklusi vaskuler bisa diatasinya namun gejala perdarahan tidak.

Efek samping yang ditimbulkan adalah toksisitas pada paru ( displasia bronkopulmonalis

pulmonar fibrosis), ini biasanya pada dosis berkisar antara 500-5700mg, dengan rata-rata

dosis 3000 mg, dan onset timbulnya efek ini 8 bulan – 10 tahun setelah dosis terakhir

busulfan, dengan rata-rata onset 4 tahun setelah pengobatan. Efek ini bisa menjadi lebih

cepat menimbulkan gangguan paru atau kematian walaupun diberikan prednison 50-100mg

prednison.(11)

Berbagai dosis Busulfan dapat diberikan , misalnya 60 µg/kg BB/ hari/oral (maksimal

4 mg) terus menerus sampai jumlah trombosit berkurang < 400.000/mm3. Dosis dihentikan

sampai jumlah trombosit meningkat diatas normal, dosis yang terus menerus menimbulkan

cytopenia. Alternatifnya adalah dosis intermiten , misalnya 20-25 mg dengan interval 4-6

minggu.(11)

Page 11: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

11

e. Pipobroman

Pipobroman adalah turunan bromida piperazine , yang bertindak sebagai kompetitor

metabolisme basa pirimidin dan merupakan obat alkilating . Telah digunakan dalam

pengobatan ET selama lebih dari 30 tahun . Pada penelitian diprancis pasien yang diobati

dengan Hydroksiurea tingkat tranformasi untuk AML adalah 7,3 % ,10,7 % dan 16, 6 %

setelah 10 , 15 dan 20 tahun dan untuk pasien yang diobati dengan pipobroman tingkat

tranformasi untuk AML adalah 14,6 % , 34 % dan 49,4 % . Data ini menunjukkan bahwa

pipobroman harus digunakan dengan hati-hati .(11)

f. Fosfor radioaktif ( P32 ) .

P32 telah digunakan untuk pengobatan MPN sejak tahun 1930-an . Isotop yang

memiliki masa paruh 14,3 hari ini adalah beta emitor murni dan memiliki jangkauan

maksimum pada jaringan 8 mm . Hal ini efektif dalam mengontrol jumlah darah dengan

beberapa efek samping akut dan tidak ada komplikasi hematologis . Dosis biasanya adalah

150-300 MBq . Dosis ini dapat diulang setelah 3 bulan , ketika jumlah eritrosit atau

trombosit jumlah normal , sampai jumlah trombosit < 400.000/mm3 dan rejimen ini

digunakan lagi ketika ambang batas ini terlampaui. Bukti yang banyak menunjukkan bahwa

P32 bersifat leukomogenik, dan biasanya ini timbul pada orang tua (11)

g. Obat kemoterapi Miscellaneous

Obat alkylating CCNU ( 1 - ( 2 - chlorethyl ) - sikloheksil - nitrosourea ), MCNU (

Methyl - 6 [ 3 - ( 2 - chlorethyl ) - 3 - nitrosoureido ] -6 - deoksi - D ) glucopyranoside ),urasil

mustard , thiotepa dan kombinasi klorambusil dan carboquone ,semuanya telah terbukti

ampuh dalam mengendalikan jumlah trombosit pada sebagian kecil pasien dengan ET.

Pada umumnya, insiden tranformasi Leukimia sangat kecil pada terapi ini, namun

sekitar 31% dilaporkan carboquone pada pasien ET menimbulkan leukimia tranformasi.

Pirimetamin , inhibitor reduktase dihydrofolate , juga ditampilkan dalam satu seri

fektif dalam mengendalikan jumlah trombosit pada pasien ET.. Tak satu pun dari obat ini

pada berbagai percobaan besar dapat ,menentukan komplikasi jangka panjang.(11)

Page 12: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

12

h. JAK2 Inhibitors

Penemuan mutasi JAK2 V617F merevolusi untuk kriteria diagnosis ET dan juga

menawarkan sasaran terapi yang potensial. Sejumlah JAK2 Inhibitors sedang dalam uji

klinis . Banyak studi melibatkan pasien dengan risiko menengah dan tinggi , myelofibrosis

tapi datanya belum diterbitkan.

Page 13: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

13

Dibawah ini adalah skema manajemen ET berdasakan kategori risiko

Beberapa pilihan terapi pada pasien ET bila refrakter atau intolerance dengan hydroxiurea

Page 14: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

14

ET pada kehamilan

ET merupakan suatu MPN yang banyak ditemukan pada wanita usia reproduktif dan

pada banyak kehamilan seperti yang disebutkan pada berbagai literatur. Studi yang terbaru

menyebutkan adanya JAK2 V617F meningkatkan risiko abortus. Strategi pengobatan ET

pada kehamilan dipengaruhi oleh status penyakit pasien dan riwayat obstetri sebelumnya.

Tabel dibawah ini menunjukkan faktor risiko komplikasi selama kehamilan (11)

Pengobatan aspirin, cytoreductive dan LMWH harus diberikan pada pasien dengan

adanya faktor-faktor diatas selama kehamilan. Pasien ET dengan risiko tinggi harus kita

berikan cytoreductive. IFNα adalah obat cytoreductive pilihan. Tidak ada laporan tentang

efek teratogenik atau efek jelek yang ditimbulkan obat ini pada pengobatan ET pada

kehamilan, namun IFNα dapat menurunkan kesuburan oleh karna itu lebih baik dicegah

pemberiannya pada wanita yang sulit hamil(11,12).

Page 15: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

15

Sedikit laporan mengenai penggunaan HU pada pasien ET dengan kehamilan, dan

pada umumnya tanpa komplikasi fetal, namun HU kontraindikasi selama masa pembuahan

dan kehamilan karna efek teratogniknya. Anagrelide juga tidak direkomendasikan pada

kehamilan karna dapat melalui sawar plasenta.

Dikatakan risiko tinggi pada pasien ET hamil adalah :

a. Riwayat tromboemboli atau perdarahan sebelumnya pada ibu.

b. Komplikasi berat pada kehamilan ( abortus ≥ 3x pada trimester satu atau ≥ 1x

pada trimester dua atau tiga, BBLR, KJDK, pre eklampsia, kelahiran prematur )

c. Peningkatan jumlah trombosit selama hamil > 1.000.000/mm3

Aspirin dosis kecil aman pada kehamilan. Semua pasien ET harus mendapatkan

aspirin dengan dosis 50-100mg/hari selama kehamilan dan 6 minggu post partum.

LMWH aman selama kehamilan. Risiko untuk terjadinya Heparin induce

trombocytopenia dan osteopenia sangat rendah dengan penggunaan LMWH. Pada pasien

dengan risiko rendah atau normal selama kehamilan LMWH diberikan 2 minggu sebelum

melahirkan setelah aspirin dihentikan, kemudian aspirin dan LMWH dilanjutkan sampai 6

minggu setelah melahirkan.

Pada pasien risiko tinggi, aspirin dan LMWH diberikan sejak awal kehamilan.

Dalteparin 5000 IU atau enoxaparin 40 mg diberikan satu kali sehari, kemudian dosis dapat

ditingkatkan per 12 jam setelah kehamilan 16-20 minggu, kemudian dosis diturunkan satu

kali sehari setelah post partum sampai 6 post partum (11,12). Cytoreduktive kita berikan pada

pasien risiko tinggi, dengan pilihan adalah IFNα dengan dosis sama seperti pada pasien ET

tidak hamil.

Pemeriksaan rutin selama kehamilan harus dilakukan. Pemeriksaan darah lengkap

dilakukan tiap 4 minggu sampai umur kehamilan 24 minggu, kemudian 2 minggu sekali

sampai melahirkan. Pemeriksaan uterine-arteri dopler scan diperiksakan pada kehamilan 12,

20, 26, 30, 34 dan 38 minggu. Bila pada minggu ke 20 dan 24 pada pemeriksaan uterin artery

dopler menunjukkan bilateral notching ini mengindikasikan adanya dysfungsi plasenta (12)

Page 16: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

16

Tindakan sectio cesaria, epidural atau spinal anastesia tidak kontraindikasi pada

pasien ET, namun aspirin harus dihentikan 2 minggu sebelum tindakan dan LMWH 12 jam

sebelum tindakan tersebut. Heparin dan Warfarin aman pada ibu menyusui, namun obat

cytoreductive masih kontraindikasi pada ibu menyusui.(11,12)

Operasi pada pasien ET

Risiko trombosis vena dan arteri pada pasien ET bisa meningkat 5 kali lipat oleh

tindakan operasi. Risiko kejadian trombosis arteri meningkat post operasi sekitar 3-8% tapi

sekitar 10,5% risiko perdarahan dapat terjadi dikarnakan kombinasi hubungan fungsi

trombosit yang abnormal, obat-obat anti platelet dan antikoagulan.

Target platelet pre-operatif adalah < 400.000/mm3. Obat antiplatelet dihentikan 7-10

hari sebelum tindakan dan post-operatif pemberian LMWH sebagai tromboprofilaksis sangat

direkomendasikan. (10,11)

Page 17: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

17

RESPON TERAPI

Target terapi pada pasien ET yang diobati dengan cytoreductif adalah

menghilangnya gejala dan jumlah trombosit yang normal. (11)

Dibawah ini adalah respon terapi pengobatan ET

PROGNOSIS

Penyebab utama morbiditas dan mortalita penderita ET adalah trombosis dan

perdarahan (sekitar 40% terjadi pada pasien). Pada beberapa kasus, ET mengalami

tranfoemasi menjadi penyakit myeloproliperatif lain. Penggunaan hidroksiurea, obat-obat

alkilating dan fosfor radioaktif berperan dalam konversi menjadi leukemia. Kelangsungan

hidup pasien ET tidak berbeda dengan populasi normal pada usia yang sama.

Page 18: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

18

KESIMPULAN

Trombositosis esensial merupakan kelainan mieloproliferatif yang disebabkan

kelainan klonal sel induk hematopoietik multipoten dengan ekspresi fenotipe predominan

pada jalur megakariosit dan trombosit. Dalam menegakkan diagnosis, perlu disingkirkan

adanya penyebab trombositosis lain. Pengelolaan Trombositosis esensial berdasarkan

stratifikasi risiko trombosis.. Pemberian obat-obat sitoreduksi (hidroksiurea, busulfan,

IFN , anagrelide, dll) dapat diberikan pada penderita dengan risiko tinggi.

Page 19: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Schafer AI. Thrombocytosis and Essential Thrombocythemia. In : Beutler E, Coller

BS, Lichtman MA, Kipps TJ, Seligsohn U, eds. William Hematology, 6th ed. New

York : McGraw – Hill, 2001 : 1541-1549.

2. Levine SP. Thrombocytosis. In : Lee GR, Foester J, Lukens J, Parakevas F, Greer

JP, Rodgers GM. eds.Wintrobe’s Clinical Hematology, 10th ed. Volume 2.

Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins, 1999 : 1648-1655.

3. Griesshammer M, Lengfelder E, Döhner K, et Al. Essential Thrombocythemia –

Clinical Significance, Diagnosis, and Treatment. Dtsch Arztebl 2007; 104(34–35): A

2341–6

4. Brière JB. Review : Essential thrombocythemia. Orphanet Journal of Rare Diseases

2007, 2:3(1-17)

5. Wahid I, Trombositosis Esensial dalam Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam, Edisi V,

Jilid II, Hal 1220, Interna Publishing, 2006

6. Sanchez A, Ewton A. Essential Thrombocythemia, A review of Diagnostic and

Pathologic Features. Arch Pathol Lab Med Vol 130, August 2006 : 1144 – 1149.

7. Green AR. The Pathogenesis and Management of Essential Thrombocythaemia.

Haematologica 1999 ;84: 36-39

8. Tefferi A. Prognosis and treatment of essential thrombocythemia available at

www.uptodate.com

9. Okoli S, Harrison C.Emerging treatments for essential thrombocythemia. Journal of

Blood Medicine 2011:2 151-159.

10. Beer PA, Erber WN, Campbell PJ, et AL. How I treat essential thrombocythemia.

Blood 2011:117:1472-1482

11. Harrison CN, Bareford D, Butt N, et Al. Guideline for investigation and management

of adults and children presenting with a thrombocytosis. British Journal of

Haemotology, 149,352-375.

12. Griesshammer M, Struve S, Harrison C. Essential Thrombocythemia/Polycytemia

vera and pregnancy: The need for a observational study in Europe.

Page 20: TROMBOSITOSIS ESENSIAL - repository.usu.ac.id

20