konsep obat esensial

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitatif yang diupayakan tersedia di unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya. Kebijakan Obat Nasional (2006) mengamanatkan bahwa upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, jaminan ketersediaan obat esensial yang aman,bermanfaat serta bermutu dalam jumlah dan jenis yang cukup serta akses obat bagi seluruh masyararakat merupakan tanggungjawab pemerintah. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya, karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. 1

Upload: icha-daichi-fuwa

Post on 29-Dec-2015

616 views

Category:

Documents


59 download

DESCRIPTION

Makalah Konsep Obat Esensial

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Obat Esensial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam

pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan

salah satu hak asasi manusia. Obat esensial adalah obat terpilih yang paling

dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan mencakup upaya diagnosis, profilaksis,

terapi dan rehabilitatif yang diupayakan tersedia di unit pelayanan kesehatan

sesuai dengan fungsi dan tingkatannya.

Kebijakan Obat Nasional (2006) mengamanatkan bahwa upaya

peningkatan mutu pelayanan kesehatan, jaminan ketersediaan obat esensial yang

aman,bermanfaat serta bermutu dalam jumlah dan jenis yang cukup serta akses

obat bagi seluruh masyararakat merupakan tanggungjawab pemerintah. Dengan

demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan

institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta.

Obat berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya, karena selain

merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Kebijakan

Depkes terhadap peningkatan akses obat diselenggarakan melalui beberapa strata

kebijakan yaitu Peraturan Pemerintah, Kepmenkes No.

791/MENKES/SK/VIII/2008 tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2008,

Indonesia Sehat 2010, Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Kebijakan Obat

Nasional (KONAS), SKN 2004. KepMenKes No 004/2003 tentang Kebijakan

dan Strategi Desentralisasi Bidang kesehatan dan KepMenKes No 1457/2003

tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan petunjuk pelaksanaan

program kesehatan yang telah diserahkan kepada pemerintah daerah. Indikator

yang menyangkut obat antara lain, 100% pengadaan obat esensial dan obat

generik serta 90% penulisan obat generik di pelayanan kesehatan dasar.

1

Page 2: Konsep Obat Esensial

Dengan diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU 32/2004

tentang Pemerintah Daerah, beberapa peran pemerintah pusat dialihkan kepada

pemerintah daerah sebagai kewenangan wajib dan tugas pembantuan. Penyediaan

dan atau pengelolaan anggaran untuk pengadaan obat esensial yang diperlukan

masyarakat di sektor publik menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Namun

pemerintah pusat masih mempunyai kewajiban untuk penyediaan obat program

kesehatan dan buffer stok. Sedangkan jaminan keamanan, khasiat dan mutu obat

yang beredar masih tetap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan makalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian obat esensial ?

2. Apakah manfaat penggunaan DOEN ?

3. Apakah hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan DOEN ?

4. Bagaimana penerapan obat esensial ?

5. Apakah kriteria obat esensial ?

6. Bagaimana pengelolaan dan penggunaan obat ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian obat esensial

2. Untuk mengetahui manfaat penggunaan DOEN

3. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan DOEN

4. Untuk mengetahui penerapan obat esensial

5. Untuk mengetahui kriteria obat esensial

6. Untuk mengetahui pengelolaan dan penggunaan obat esensial

2

Page 3: Konsep Obat Esensial

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obat Esensial

Obat esensial adalah obat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat terbanyak. Kebijakan obat esensial merupakan penerapan konsep

pemeliharaan obat. Walaupun banyak obat yang beredar, tetapi tidak semua

memenuhi kriteria sebagai obat esensial atau masuk dalam DOEN.

Dari sisi medis, obat esensial dapat dikaitkan dengan obat pilihan utama

(drug of choice) untuk wilayah atau tempat pelayanan kesehatan tertentu. Dalam

hal ini, hanya obat yang terbukti memberikan manfaat klinik yang paling besar,

paling aman, paling ekonomis, dan paling sesuai dengan sistem pelayanan

kesehatan yang dimasukkan dalam DOEN. Tujuan kebijakan obat esensial adalah

untuk meningkatkan ketepatan, keamanan, kerasionalan penggunaan, dan

pengelolaan obat yang sekaligus meningkatkan daya guna biaya yang tersedia.

2.2 Manfaat penggunaan DOEN

Adapun manfaat penggunaan DOEN adalah :

1. Memberi keleluasaan bagi dokter untuk memilih obat yang tepat bagi pasien

2. Rasionalisasi dalam persepan

3. Menjamin ketersediaan obat bagi masyarakat

4. Memudahkan dokter memilih obat

5. Menyediakan obat dengan harga yang ekonomis dan terjangkau oleh setiap

lapisan masyarakat

6. Menghindari tindakan pemberian obat paten tertentu secara terus menerus

kepada pasien

7. Memberikan gambaran anggaran pengeluaran obat bagi instansi-instansi

seperti RS, Puskesmas, dll

2.3 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan DOEN

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam DOEN adalah:

3

Page 4: Konsep Obat Esensial

1. Keuangan dan anggaran RS

2. Penyediaan obat

3. Jaminan kualitas

4. Penyimpanan pada unit unit pelayanan kesehatan

5. Seleksi

6. Peresapan

7. Penyaluran

8. Penggunaan oleh pasien

2.4 Penerapan Obat Esensial

Obat esensial adalah obat paling mendasar yang dibutuhkan oleh

pelayanan kesehatan. Jika dalam pelayanan kesehatan diperlukan obat di luar

DOEN, dapat disusun dalam Formularium (RS) atau Daftar obat terbatas lain

(Daftar Obat PKD, DPHO Askes). Penerapan Konsep Obat Esensial dilakukan

melalui Daftar Obat Esensial Nasional, Pedoman Pengobatan, Formularium

Rumah Sakit, Daftar obat terbatas lain dan Informatorium Obat Nasional

Indonesia yang merupakan komponen saling terkait untuk mencapai peningkatan

ketersediaan dan suplai obat serta kerasionalan penggunaan obat.

2.5 Kriteria Obat Esensial

Adapun kriteria obat esensial menurut WHO dan telah diadopsi oleh

Indonesia adalah :

1. Memeliki rasio manfaat resiko (Benefit-risk rasio) paling menguntungkan

2. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan ketersediaan hayati (Bio avalibilitas)

3. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan

4. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan

5. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan pasien

6. Memiliki ratio manfaat-resiko (Benefit-cost ratio) yang tertinggi biaya

langsung atau tidak langsung

4

Page 5: Konsep Obat Esensial

Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang pertama keluar pada tahun

1980, dan dengan terbitnya kebijakan obat nasional pada tahun 1983. DOEN

direvisi secara berkala setiap 3-4 tahun. Konsep obat esensial di Indonesia mulai

diperkenalkan dengan dikeluarkannya daftar obat esensial merupakan revisi pada

tahun 2008. Komitmen pemerintah melakukan revisi berkala merupakan prestasi

tersendiri pada tahun 2007. Organisasi kesehatan dunia atau WHO telah

melaksanakan program Good Governance on Medicine (CGM) tahpa pertama di

Indonesia dengan melakukan survey tentang proses transparansi 5 (lima) fungsi

kefarmasian. Salah satunya adalah proses seleksi DOEN. Berikut adalah

beberapa daftar obat esensial yang ada di Indonesia, yaitu:

1. Analgesic

Merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok obat penahan rasa

sakit. Obat analgesic termasuk obat antiradang non-steroid (NSAID) seperti

salsilat, obat nartkotika seperti morfin, dan obat sisntesis bersifat narkotik

seperti tramadol.

NSAID aspirin, naproksen, dan ibuprofen, bukan saja meredakan rasa

sakit tetapi obat ini juga dapat meredakan demam. Analagesik yang bersifat

narkotik seperti opioid dan opidium bisa menekan system saraf utama dan

merubah persepsi terhadap kesakitan (noesipsi). Obat jenis ini lebih bisa

mengurangi rasa sakit bila dibandingkan dengan NSAID.

Analgesic sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Analgesic opioid/analgesic narkotika merupakan kelompok obat yang

memiliki sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama

digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetapi,

analgesic opioid dapat menimbulkan adiksi atau ketergantungan, maka

usaha untuk mendapat sesuatu analgesic masih tetap diteruskan dengan

tujuan mendapatkan analgesic yang sama kuat dengan morfin tanpa

bahaya adiksi.

5

Page 6: Konsep Obat Esensial

Ada tiga golongan obat ini yaitu:

1) Obat yang berasal dari opium-morfin

2) Senyawa semisintetik morfin, dan

3) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin

b. Analgesic lainnya, seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan

para amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti

ibuprofen, asam mefanamat, naproksen dan masih banyak lagi.

2. Antipiretik

Merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh dalam

keadaan demam. Namun, tidak mempengaruhi suhu tubuh normal jika tidak

dalam keadaan demam. Antipiretik bertindak pada hipotalamus untuk

mengurangi kenaikan suhu yang diprakarsai oleh interleukin. Setelah itu, suhu

akan berfungsi apda suhu yang lebih rendah sehingga terjadi pengurangan

demam. Antipiretik yang sering digunakan adalah aspirin, asetaminofen, dan

lainnya.

3 Anestetika

Obat-obatan yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa yakni,

suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari berbagai pusat di

SSP, dimana seluruh perasaan dan keadaan ditiadakan. Jadi, anestetika

digunakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan

berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Anestesi dibedakan menjadi dua yaitu, anestesiumum dan anestesi

local. Anestesi umum adalah hilangnya rasa sakit disertai dengan hilangnya

kesadaran. Sedangkan, anestesi local adalah hilangnya rasa sakit tanpa

hilangnya kesadaran.

4 Antidotum

Merupakan obat penawar racun. Antidotum lebih difokuskan terhadap

over dosis atau dosis toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat

6

Page 7: Konsep Obat Esensial

menimbulkan keracunan bila melebihi kondisi amannya. Selain itu

metabolisme tubuh setiap orang terhadap dosis obat juga mempengaruhi.

Pada keracunan yang parah dibutuhkan antidotum yang memang

terbukti menolong terhadap efek keracunan obat tertentu, missal asam folinat

untuk keracunan metoxtrexat.

Agent Nalkoson, atropine, chelating, natrium tiosulfat, maetilen biru

merupakan antidotum spesifik yang sangat ampuh dan sering menimbulkan

reaksi pengobatan yang dramatis. Namun, sebagian terbesar kasus keracunan

harus dipuaskan dengan pengobatan gejalanya saja, dan inipun hanya untuk

menjaga fungsi vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah.

Racun akan didetoksikasi oleh hepar secara ilmiah dan racun atau

metabolitnya akan diekskresi melalui ginjal dan hati. Selama keracunan hanya

perlu dipertahankan pernapasan dan system karidiovaskular (fungsi vital).

5 Antihistamin

Antihistamin atau atagonis histamine adalah zat yang mampu

mencegah penglepasan atau kerja histamine. Istilah anti histamine dapat

digunakan untuk menjelaskan antagonis histamine yang manapun. Namun

sering kali istilah ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik

yang bekerja pada reseptor histamine H1. Antihistamin ini biasanya

digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan tanggapan

berlebihan tubuh terhadap alergen atau penyebab alergi tubuh, seperti serbuk

sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamine dalam

jumlah yang signifikan didalam tubuh. Terdapat beberapa jenis anthistamin,

yang dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor

histamine. Antigonis reseptor histamine H1 secara klinis digunakan untuk

mengobati alergi. Contoh obatnya:

a. Difenhidramina

b. Loratadina

7

Page 8: Konsep Obat Esensial

c. Desloratadina

d. Meclinzine

e. Quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat

antiseptic ini)

f. Prometazina

Antagonis reseptor histamine H2 ditemukan disel-sel parietal.

Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian

reseptor histamine H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi

sekresi asam lambung, serta dapat pula digunakan untuk menangani peptic

ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina,

famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafuitidina.

6 Antimigrain

Antimigrain adalah obat yang dimaksudkan untuk mengurangi efek

atau intensitas migraine (sakit kepala sebelah). Contohnya:

a. Triptans

b. Zolmitriptan

Obat antimigrain diklasifikasikan sebagai “NO2C” dalam system

klasifikasi kimia anatomi terapi.

7 Anti Inflamasi

Inflasmasi adalah respon normal terhadap cedera. Ketika terjadi

cedera, zat seperti histamine, brandikinin dan PG serta serotonin. Anti

inflamasi bekerja menghambat sintesis PG dan leokotrin. Hambatan tersebut

antara lain menyebabkan stabilisasi sel meningkat, permeabilitas membrane

menurun (mengurangi odem), dan nyeri berkurang. Berdasarkan cara kerja

diatas ada 2 jenis anti inflamasi yang digunakan dalam klinik, yaitu golongan

kortikosteroid dan nonsteroid. Dari 2 golongan anti inflamasi yang sering

digunakan adalah AINS, karena golongan steroid dalam jangka panjang dapt

menimbulkan efek samping seperti:

8

Page 9: Konsep Obat Esensial

a. Irutasi lambung

b. Moon face

c. Menekan imunitas

d. Tulang keropos

8 Diuretic

Adalah obat yang dapat meningkatkan jumlah urin (duiresis) dengan

jalan menghambat reabsorbsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus

ginjal. Penggunaan diuretic terbanyak adalah untuk anti hipertensi dan gagal

jantung.

Penggolongan dan mekanisme kerja diuretic adalah sebagai berikut.

a. Golongan tiasid dan seperti tiasid

b. Golongan diuritik kuat (loop diuritik/high ceeling)

c. Diuritik hemat kalium

d. Menghambat anhidrase karbonik

9 Antikonvulasi

Antikonvulasi digunakan untu mencegah dan mengobati

bangkitaneppilepsi (epilepticseizure). Golongan obat ini lebih tepat untuk

gejala konvulsi penyakit lain. Bromide, obat pertama yang digunakan untuk

terapi eilepsi telah ditinggalkan karena ditemukannya berbagai anti epilepsy

baru yang lebih efektif.

10 Anti epileptika

Antiepileptika adalah obat yang dapat menanggulangi serangan

epilepsyberkat kasiat antikovulsinya, yakni meredakan konvulsi (kejang

klonus hebat). Disamping itu, kebanyakan obat juga bersedatif (meredakan).

Semua obat antikonvulsi memliki masa paruh penggunaan kronis.

11 Antineoplastik

Obat-obatan ini mencapai hasil terapeutik dengan berbagai macam

cara, memiliki lebih banyak spesifikasi obat. Manfaatnya efektif terhadapa

9

Page 10: Konsep Obat Esensial

leukemia limfatik, penyakit Hiodgkins, limfosarkoma, neuroblastoma, tumor

Wilms dan kanker payudara. Obat-obatan ini mempunyai banyak reaksi

sampingan sehubungan dengan cara pemberiannya, biasakan dengan obat-

obatan yang telah digunakan. Sebagian besar diberikan pada lingkungan

rumah sakit.

12 Psikofarma

Psikofarma adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan

gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang

bersifat neuroleptika (bekerja pada system saraf).

Pengobatan pada gangguan mental besifat komprehensif, yang

meliputi:

a. Teori biologis (somatic) mencakup pemberian obat psikofarmaka,

lobektomi dan elektro confulsi therapy (ECT)

b. Psikoterapeutik

c. Terapi modalitas

13 Antiseptic

Antiseptic dan desinfektan dgunakan untuk mencegah infeksi.

Keduanya berbeda dengan antimikroba karena selain bentuk umunya larutan,

pemakaiannya selalu diaplikasikan di tempat yang kemungkinan terdapat

mikroba (kontak langsung) dan bekerja tidak selektif. Efeknya karena

menyebabkan denaturasi protein menginaktifasi enzim dan merusak

membrane sel pada konsentrasi tertentu. Efek diatas juga dapat terjadi pada

sel manusia, jadi selektifitasnya karena factor konsentrasi.

Antiseptic digunakan pada jaringan hidup, sedangkan desinfektan

untuk benda mati. Seperti digunakan pada peralatan medium, ruang operasi

untuk sterilisasi.

10

Page 11: Konsep Obat Esensial

2.6 Pengelolaan dan Penggunaan Obat Esensial

Untuk meningkatkan penggunaan obat yang rasional, penggunaan obat

esensial pada unit pelayanan kesehatan selain harus disesuaikan dengan pedoman

pengobatan yang telah ditetapkan, juga sangat berkaitan dengan pengelolaan

obat. Pengelolaan obat yang efektif diperlukan untuk menjamin ketersediaan obat

dengan jenis dan jumlah yang tepat dan memenuhi standar mutu. Aspek yang

penting dalam pengelolaan obat meliputi antara lain :

1. Pembatasan jumlah dan macam obat berdasarkan Daftar Obat Esensial

menggunakan nama generik, dengan perencanaan yang tepat.

2. Pengadaan dalam jumlah besar (bulk purchasing).

3. Pembelian yang transparan dan kompetitif.

4. Sistem audit dan pelaporan dari kinerja pengelolaan.

Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota membawa implikasi terhadap

organisasi kesehatan di propinsi, kabupaten maupun kota. Demikian pula halnya

dengan organisasi pengelolaan obat, masing-masing daerah kabupaten/kota

mempunyai struktur organisasi dan kebijakan sendiri dalam pengelolaan obat.

Dimana hal ini membuka berbagai peluang terjadi perbedaan yang sangat

mendasar di masing-masing Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pengelolaan

obat.

Siklus distribusi obat dimulai pada saat produk obat keluar dari pabrik

atau distributor, dan berakhir pada saat laporan konsumsi obat diserahkan kepada

unit pengadaan. Distribusi obat yang efektif harus memiliki desain sistem dan

manajemen yang baik dengan cara antara lain: menjaga suplai obat tetap konstan,

mempertahankan mutu obat yang baik selama proses distribusi, meminimalkan

obat yang tidak terpakai karena rusak atau kadaluarsa dengan perencanaan yang

tepat sesuai kebutuhan masing-masing daerah, memiliki catatan penyimpanan

11

Page 12: Konsep Obat Esensial

yang akurat, rasionalisasi depo obat dan pemberian informasi untuk

memperkirakan kebutuhan obat.

Dengan adanya desentralisasi diharapkan kabupaten/kota maupun

provinsi dapat mencukupi kebutuhan obatnya masing-masing. Pemerintah pusat

dalam hal ini Departemen Kesehatan hanya memback-up manakala

kabupaten/kota maupun provinsi tidak dapat memenuhi kebutuhannya. DOEN

merupakan dasar untuk perencanaan dan pengadaan obat baik di daerah

(kabupaten/kota/provinsi) dan tingkat pusat.

12

Page 13: Konsep Obat Esensial

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari isi makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Obat esensial adalah obat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat terbanyak dengan manfaat klinik yang paling besar, paling aman,

paling ekonomis, dan paling sesuai dengan sistem pelayanan kesehatan.

2. Manfaat penggunaan DOEN yaitu memberi keleluasaan bagi dokter untuk

memilih obat yang tepat bagi pasien, menyediakan obat dengan harga yang

ekonomis dan terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat, menghindari

tindakan pemberian obat paten tertentu secara terus menerus kepada pasien,

dll.

3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan obat DOEN yaitu,

keuangan dan anggaran RS, penyediaan obat, jaminan kualitas, penyimpanan

pada unit unit pelayanan kesehatan, seleksi dll.

4. Penerapan obat esensial dilakukan melalui Daftar Obat Esensial Nasional,

Pedoman Pengobatan, Formularium Rumah Sakit, Daftar obat terbatas

lain dan Informatorium Obat Nasional Indonesia.

5. Kriteria obat esensial menurut WHO yaitu mutu terjamin, termasuk stabilitas

dan ketersediaan hayati (Bio avalibilitas), praktis dalam penyimpanan dan

pengangkutan, praktis dalam penggunaan dan penyerahan, dll yang terdirri

dari beberapa macam obat DOEN yaitu Analgesic, Antipiretik, Anestetika,

Antidotum, Antihistamin, Antimigrain, Anti Inflamasi, Diuretic,

Antikonvulasi, Anti Epileptika, Antineoplastik, Psikofarma dan Antiseptic.

6. Pengelolaan obat yang efektif diperlukan untuk menjamin ketersediaan obat

dengan jenis dan jumlah yang tepat dan memenuhi standar mutu.

13

Page 14: Konsep Obat Esensial

3.2 Saran

Saran yang ingin disampaikan oleh penyusun agar para pembaca dapat

lebih memahami isi dari makalah ini dan dapat diterapkan dikehidupan sehari-

hari sebagai proses pembelajaran.

14

Page 15: Konsep Obat Esensial

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sumantri, S.Kep, 2012. Obat Esensial. (http://mantrinews.blogspot.com/2012/01/obat-esensial.html). Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 00.16 WITA

Edan Grey. 2012. Obat Esensial. (http://greycrescent.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html). Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 00.13 WITA

Noor Inna, 2011. Kebijakan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan Keamanan Obat Nasional. (http://innanoorinayati.blogspot.com/2011/11/kebijakan-daftar-obat-esensial-nasional.html). Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 00.14 WITA

15