konsep obat esensial
DESCRIPTION
Makalah Konsep Obat EsensialTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan
salah satu hak asasi manusia. Obat esensial adalah obat terpilih yang paling
dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan mencakup upaya diagnosis, profilaksis,
terapi dan rehabilitatif yang diupayakan tersedia di unit pelayanan kesehatan
sesuai dengan fungsi dan tingkatannya.
Kebijakan Obat Nasional (2006) mengamanatkan bahwa upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, jaminan ketersediaan obat esensial yang
aman,bermanfaat serta bermutu dalam jumlah dan jenis yang cukup serta akses
obat bagi seluruh masyararakat merupakan tanggungjawab pemerintah. Dengan
demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan
institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta.
Obat berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya, karena selain
merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Kebijakan
Depkes terhadap peningkatan akses obat diselenggarakan melalui beberapa strata
kebijakan yaitu Peraturan Pemerintah, Kepmenkes No.
791/MENKES/SK/VIII/2008 tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2008,
Indonesia Sehat 2010, Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Kebijakan Obat
Nasional (KONAS), SKN 2004. KepMenKes No 004/2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Desentralisasi Bidang kesehatan dan KepMenKes No 1457/2003
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan petunjuk pelaksanaan
program kesehatan yang telah diserahkan kepada pemerintah daerah. Indikator
yang menyangkut obat antara lain, 100% pengadaan obat esensial dan obat
generik serta 90% penulisan obat generik di pelayanan kesehatan dasar.
1
Dengan diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU 32/2004
tentang Pemerintah Daerah, beberapa peran pemerintah pusat dialihkan kepada
pemerintah daerah sebagai kewenangan wajib dan tugas pembantuan. Penyediaan
dan atau pengelolaan anggaran untuk pengadaan obat esensial yang diperlukan
masyarakat di sektor publik menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Namun
pemerintah pusat masih mempunyai kewajiban untuk penyediaan obat program
kesehatan dan buffer stok. Sedangkan jaminan keamanan, khasiat dan mutu obat
yang beredar masih tetap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian obat esensial ?
2. Apakah manfaat penggunaan DOEN ?
3. Apakah hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan DOEN ?
4. Bagaimana penerapan obat esensial ?
5. Apakah kriteria obat esensial ?
6. Bagaimana pengelolaan dan penggunaan obat ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian obat esensial
2. Untuk mengetahui manfaat penggunaan DOEN
3. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan DOEN
4. Untuk mengetahui penerapan obat esensial
5. Untuk mengetahui kriteria obat esensial
6. Untuk mengetahui pengelolaan dan penggunaan obat esensial
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Obat Esensial
Obat esensial adalah obat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat terbanyak. Kebijakan obat esensial merupakan penerapan konsep
pemeliharaan obat. Walaupun banyak obat yang beredar, tetapi tidak semua
memenuhi kriteria sebagai obat esensial atau masuk dalam DOEN.
Dari sisi medis, obat esensial dapat dikaitkan dengan obat pilihan utama
(drug of choice) untuk wilayah atau tempat pelayanan kesehatan tertentu. Dalam
hal ini, hanya obat yang terbukti memberikan manfaat klinik yang paling besar,
paling aman, paling ekonomis, dan paling sesuai dengan sistem pelayanan
kesehatan yang dimasukkan dalam DOEN. Tujuan kebijakan obat esensial adalah
untuk meningkatkan ketepatan, keamanan, kerasionalan penggunaan, dan
pengelolaan obat yang sekaligus meningkatkan daya guna biaya yang tersedia.
2.2 Manfaat penggunaan DOEN
Adapun manfaat penggunaan DOEN adalah :
1. Memberi keleluasaan bagi dokter untuk memilih obat yang tepat bagi pasien
2. Rasionalisasi dalam persepan
3. Menjamin ketersediaan obat bagi masyarakat
4. Memudahkan dokter memilih obat
5. Menyediakan obat dengan harga yang ekonomis dan terjangkau oleh setiap
lapisan masyarakat
6. Menghindari tindakan pemberian obat paten tertentu secara terus menerus
kepada pasien
7. Memberikan gambaran anggaran pengeluaran obat bagi instansi-instansi
seperti RS, Puskesmas, dll
2.3 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan DOEN
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam DOEN adalah:
3
1. Keuangan dan anggaran RS
2. Penyediaan obat
3. Jaminan kualitas
4. Penyimpanan pada unit unit pelayanan kesehatan
5. Seleksi
6. Peresapan
7. Penyaluran
8. Penggunaan oleh pasien
2.4 Penerapan Obat Esensial
Obat esensial adalah obat paling mendasar yang dibutuhkan oleh
pelayanan kesehatan. Jika dalam pelayanan kesehatan diperlukan obat di luar
DOEN, dapat disusun dalam Formularium (RS) atau Daftar obat terbatas lain
(Daftar Obat PKD, DPHO Askes). Penerapan Konsep Obat Esensial dilakukan
melalui Daftar Obat Esensial Nasional, Pedoman Pengobatan, Formularium
Rumah Sakit, Daftar obat terbatas lain dan Informatorium Obat Nasional
Indonesia yang merupakan komponen saling terkait untuk mencapai peningkatan
ketersediaan dan suplai obat serta kerasionalan penggunaan obat.
2.5 Kriteria Obat Esensial
Adapun kriteria obat esensial menurut WHO dan telah diadopsi oleh
Indonesia adalah :
1. Memeliki rasio manfaat resiko (Benefit-risk rasio) paling menguntungkan
2. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan ketersediaan hayati (Bio avalibilitas)
3. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
4. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
5. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan pasien
6. Memiliki ratio manfaat-resiko (Benefit-cost ratio) yang tertinggi biaya
langsung atau tidak langsung
4
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang pertama keluar pada tahun
1980, dan dengan terbitnya kebijakan obat nasional pada tahun 1983. DOEN
direvisi secara berkala setiap 3-4 tahun. Konsep obat esensial di Indonesia mulai
diperkenalkan dengan dikeluarkannya daftar obat esensial merupakan revisi pada
tahun 2008. Komitmen pemerintah melakukan revisi berkala merupakan prestasi
tersendiri pada tahun 2007. Organisasi kesehatan dunia atau WHO telah
melaksanakan program Good Governance on Medicine (CGM) tahpa pertama di
Indonesia dengan melakukan survey tentang proses transparansi 5 (lima) fungsi
kefarmasian. Salah satunya adalah proses seleksi DOEN. Berikut adalah
beberapa daftar obat esensial yang ada di Indonesia, yaitu:
1. Analgesic
Merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok obat penahan rasa
sakit. Obat analgesic termasuk obat antiradang non-steroid (NSAID) seperti
salsilat, obat nartkotika seperti morfin, dan obat sisntesis bersifat narkotik
seperti tramadol.
NSAID aspirin, naproksen, dan ibuprofen, bukan saja meredakan rasa
sakit tetapi obat ini juga dapat meredakan demam. Analagesik yang bersifat
narkotik seperti opioid dan opidium bisa menekan system saraf utama dan
merubah persepsi terhadap kesakitan (noesipsi). Obat jenis ini lebih bisa
mengurangi rasa sakit bila dibandingkan dengan NSAID.
Analgesic sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Analgesic opioid/analgesic narkotika merupakan kelompok obat yang
memiliki sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama
digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetapi,
analgesic opioid dapat menimbulkan adiksi atau ketergantungan, maka
usaha untuk mendapat sesuatu analgesic masih tetap diteruskan dengan
tujuan mendapatkan analgesic yang sama kuat dengan morfin tanpa
bahaya adiksi.
5
Ada tiga golongan obat ini yaitu:
1) Obat yang berasal dari opium-morfin
2) Senyawa semisintetik morfin, dan
3) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin
b. Analgesic lainnya, seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan
para amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti
ibuprofen, asam mefanamat, naproksen dan masih banyak lagi.
2. Antipiretik
Merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh dalam
keadaan demam. Namun, tidak mempengaruhi suhu tubuh normal jika tidak
dalam keadaan demam. Antipiretik bertindak pada hipotalamus untuk
mengurangi kenaikan suhu yang diprakarsai oleh interleukin. Setelah itu, suhu
akan berfungsi apda suhu yang lebih rendah sehingga terjadi pengurangan
demam. Antipiretik yang sering digunakan adalah aspirin, asetaminofen, dan
lainnya.
3 Anestetika
Obat-obatan yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa yakni,
suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari berbagai pusat di
SSP, dimana seluruh perasaan dan keadaan ditiadakan. Jadi, anestetika
digunakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anestesi dibedakan menjadi dua yaitu, anestesiumum dan anestesi
local. Anestesi umum adalah hilangnya rasa sakit disertai dengan hilangnya
kesadaran. Sedangkan, anestesi local adalah hilangnya rasa sakit tanpa
hilangnya kesadaran.
4 Antidotum
Merupakan obat penawar racun. Antidotum lebih difokuskan terhadap
over dosis atau dosis toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat
6
menimbulkan keracunan bila melebihi kondisi amannya. Selain itu
metabolisme tubuh setiap orang terhadap dosis obat juga mempengaruhi.
Pada keracunan yang parah dibutuhkan antidotum yang memang
terbukti menolong terhadap efek keracunan obat tertentu, missal asam folinat
untuk keracunan metoxtrexat.
Agent Nalkoson, atropine, chelating, natrium tiosulfat, maetilen biru
merupakan antidotum spesifik yang sangat ampuh dan sering menimbulkan
reaksi pengobatan yang dramatis. Namun, sebagian terbesar kasus keracunan
harus dipuaskan dengan pengobatan gejalanya saja, dan inipun hanya untuk
menjaga fungsi vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah.
Racun akan didetoksikasi oleh hepar secara ilmiah dan racun atau
metabolitnya akan diekskresi melalui ginjal dan hati. Selama keracunan hanya
perlu dipertahankan pernapasan dan system karidiovaskular (fungsi vital).
5 Antihistamin
Antihistamin atau atagonis histamine adalah zat yang mampu
mencegah penglepasan atau kerja histamine. Istilah anti histamine dapat
digunakan untuk menjelaskan antagonis histamine yang manapun. Namun
sering kali istilah ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik
yang bekerja pada reseptor histamine H1. Antihistamin ini biasanya
digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan tanggapan
berlebihan tubuh terhadap alergen atau penyebab alergi tubuh, seperti serbuk
sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamine dalam
jumlah yang signifikan didalam tubuh. Terdapat beberapa jenis anthistamin,
yang dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor
histamine. Antigonis reseptor histamine H1 secara klinis digunakan untuk
mengobati alergi. Contoh obatnya:
a. Difenhidramina
b. Loratadina
7
c. Desloratadina
d. Meclinzine
e. Quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat
antiseptic ini)
f. Prometazina
Antagonis reseptor histamine H2 ditemukan disel-sel parietal.
Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian
reseptor histamine H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi
sekresi asam lambung, serta dapat pula digunakan untuk menangani peptic
ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina,
famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafuitidina.
6 Antimigrain
Antimigrain adalah obat yang dimaksudkan untuk mengurangi efek
atau intensitas migraine (sakit kepala sebelah). Contohnya:
a. Triptans
b. Zolmitriptan
Obat antimigrain diklasifikasikan sebagai “NO2C” dalam system
klasifikasi kimia anatomi terapi.
7 Anti Inflamasi
Inflasmasi adalah respon normal terhadap cedera. Ketika terjadi
cedera, zat seperti histamine, brandikinin dan PG serta serotonin. Anti
inflamasi bekerja menghambat sintesis PG dan leokotrin. Hambatan tersebut
antara lain menyebabkan stabilisasi sel meningkat, permeabilitas membrane
menurun (mengurangi odem), dan nyeri berkurang. Berdasarkan cara kerja
diatas ada 2 jenis anti inflamasi yang digunakan dalam klinik, yaitu golongan
kortikosteroid dan nonsteroid. Dari 2 golongan anti inflamasi yang sering
digunakan adalah AINS, karena golongan steroid dalam jangka panjang dapt
menimbulkan efek samping seperti:
8
a. Irutasi lambung
b. Moon face
c. Menekan imunitas
d. Tulang keropos
8 Diuretic
Adalah obat yang dapat meningkatkan jumlah urin (duiresis) dengan
jalan menghambat reabsorbsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus
ginjal. Penggunaan diuretic terbanyak adalah untuk anti hipertensi dan gagal
jantung.
Penggolongan dan mekanisme kerja diuretic adalah sebagai berikut.
a. Golongan tiasid dan seperti tiasid
b. Golongan diuritik kuat (loop diuritik/high ceeling)
c. Diuritik hemat kalium
d. Menghambat anhidrase karbonik
9 Antikonvulasi
Antikonvulasi digunakan untu mencegah dan mengobati
bangkitaneppilepsi (epilepticseizure). Golongan obat ini lebih tepat untuk
gejala konvulsi penyakit lain. Bromide, obat pertama yang digunakan untuk
terapi eilepsi telah ditinggalkan karena ditemukannya berbagai anti epilepsy
baru yang lebih efektif.
10 Anti epileptika
Antiepileptika adalah obat yang dapat menanggulangi serangan
epilepsyberkat kasiat antikovulsinya, yakni meredakan konvulsi (kejang
klonus hebat). Disamping itu, kebanyakan obat juga bersedatif (meredakan).
Semua obat antikonvulsi memliki masa paruh penggunaan kronis.
11 Antineoplastik
Obat-obatan ini mencapai hasil terapeutik dengan berbagai macam
cara, memiliki lebih banyak spesifikasi obat. Manfaatnya efektif terhadapa
9
leukemia limfatik, penyakit Hiodgkins, limfosarkoma, neuroblastoma, tumor
Wilms dan kanker payudara. Obat-obatan ini mempunyai banyak reaksi
sampingan sehubungan dengan cara pemberiannya, biasakan dengan obat-
obatan yang telah digunakan. Sebagian besar diberikan pada lingkungan
rumah sakit.
12 Psikofarma
Psikofarma adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan
gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang
bersifat neuroleptika (bekerja pada system saraf).
Pengobatan pada gangguan mental besifat komprehensif, yang
meliputi:
a. Teori biologis (somatic) mencakup pemberian obat psikofarmaka,
lobektomi dan elektro confulsi therapy (ECT)
b. Psikoterapeutik
c. Terapi modalitas
13 Antiseptic
Antiseptic dan desinfektan dgunakan untuk mencegah infeksi.
Keduanya berbeda dengan antimikroba karena selain bentuk umunya larutan,
pemakaiannya selalu diaplikasikan di tempat yang kemungkinan terdapat
mikroba (kontak langsung) dan bekerja tidak selektif. Efeknya karena
menyebabkan denaturasi protein menginaktifasi enzim dan merusak
membrane sel pada konsentrasi tertentu. Efek diatas juga dapat terjadi pada
sel manusia, jadi selektifitasnya karena factor konsentrasi.
Antiseptic digunakan pada jaringan hidup, sedangkan desinfektan
untuk benda mati. Seperti digunakan pada peralatan medium, ruang operasi
untuk sterilisasi.
10
2.6 Pengelolaan dan Penggunaan Obat Esensial
Untuk meningkatkan penggunaan obat yang rasional, penggunaan obat
esensial pada unit pelayanan kesehatan selain harus disesuaikan dengan pedoman
pengobatan yang telah ditetapkan, juga sangat berkaitan dengan pengelolaan
obat. Pengelolaan obat yang efektif diperlukan untuk menjamin ketersediaan obat
dengan jenis dan jumlah yang tepat dan memenuhi standar mutu. Aspek yang
penting dalam pengelolaan obat meliputi antara lain :
1. Pembatasan jumlah dan macam obat berdasarkan Daftar Obat Esensial
menggunakan nama generik, dengan perencanaan yang tepat.
2. Pengadaan dalam jumlah besar (bulk purchasing).
3. Pembelian yang transparan dan kompetitif.
4. Sistem audit dan pelaporan dari kinerja pengelolaan.
Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota membawa implikasi terhadap
organisasi kesehatan di propinsi, kabupaten maupun kota. Demikian pula halnya
dengan organisasi pengelolaan obat, masing-masing daerah kabupaten/kota
mempunyai struktur organisasi dan kebijakan sendiri dalam pengelolaan obat.
Dimana hal ini membuka berbagai peluang terjadi perbedaan yang sangat
mendasar di masing-masing Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pengelolaan
obat.
Siklus distribusi obat dimulai pada saat produk obat keluar dari pabrik
atau distributor, dan berakhir pada saat laporan konsumsi obat diserahkan kepada
unit pengadaan. Distribusi obat yang efektif harus memiliki desain sistem dan
manajemen yang baik dengan cara antara lain: menjaga suplai obat tetap konstan,
mempertahankan mutu obat yang baik selama proses distribusi, meminimalkan
obat yang tidak terpakai karena rusak atau kadaluarsa dengan perencanaan yang
tepat sesuai kebutuhan masing-masing daerah, memiliki catatan penyimpanan
11
yang akurat, rasionalisasi depo obat dan pemberian informasi untuk
memperkirakan kebutuhan obat.
Dengan adanya desentralisasi diharapkan kabupaten/kota maupun
provinsi dapat mencukupi kebutuhan obatnya masing-masing. Pemerintah pusat
dalam hal ini Departemen Kesehatan hanya memback-up manakala
kabupaten/kota maupun provinsi tidak dapat memenuhi kebutuhannya. DOEN
merupakan dasar untuk perencanaan dan pengadaan obat baik di daerah
(kabupaten/kota/provinsi) dan tingkat pusat.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari isi makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Obat esensial adalah obat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat terbanyak dengan manfaat klinik yang paling besar, paling aman,
paling ekonomis, dan paling sesuai dengan sistem pelayanan kesehatan.
2. Manfaat penggunaan DOEN yaitu memberi keleluasaan bagi dokter untuk
memilih obat yang tepat bagi pasien, menyediakan obat dengan harga yang
ekonomis dan terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat, menghindari
tindakan pemberian obat paten tertentu secara terus menerus kepada pasien,
dll.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan obat DOEN yaitu,
keuangan dan anggaran RS, penyediaan obat, jaminan kualitas, penyimpanan
pada unit unit pelayanan kesehatan, seleksi dll.
4. Penerapan obat esensial dilakukan melalui Daftar Obat Esensial Nasional,
Pedoman Pengobatan, Formularium Rumah Sakit, Daftar obat terbatas
lain dan Informatorium Obat Nasional Indonesia.
5. Kriteria obat esensial menurut WHO yaitu mutu terjamin, termasuk stabilitas
dan ketersediaan hayati (Bio avalibilitas), praktis dalam penyimpanan dan
pengangkutan, praktis dalam penggunaan dan penyerahan, dll yang terdirri
dari beberapa macam obat DOEN yaitu Analgesic, Antipiretik, Anestetika,
Antidotum, Antihistamin, Antimigrain, Anti Inflamasi, Diuretic,
Antikonvulasi, Anti Epileptika, Antineoplastik, Psikofarma dan Antiseptic.
6. Pengelolaan obat yang efektif diperlukan untuk menjamin ketersediaan obat
dengan jenis dan jumlah yang tepat dan memenuhi standar mutu.
13
3.2 Saran
Saran yang ingin disampaikan oleh penyusun agar para pembaca dapat
lebih memahami isi dari makalah ini dan dapat diterapkan dikehidupan sehari-
hari sebagai proses pembelajaran.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sumantri, S.Kep, 2012. Obat Esensial. (http://mantrinews.blogspot.com/2012/01/obat-esensial.html). Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 00.16 WITA
Edan Grey. 2012. Obat Esensial. (http://greycrescent.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html). Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 00.13 WITA
Noor Inna, 2011. Kebijakan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan Keamanan Obat Nasional. (http://innanoorinayati.blogspot.com/2011/11/kebijakan-daftar-obat-esensial-nasional.html). Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 00.14 WITA
15