trauma abd

38
TRAUMA ABDOMEN TRAUMA ABDOMEN Agus Nurdin, S.Kp Agus Nurdin, S.Kp Prodi Keperawatan Cirebon Prodi Keperawatan Cirebon

Upload: mohammad-fandy

Post on 04-Nov-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

balut luka

TRANSCRIPT

  • TRAUMA ABDOMENAgus Nurdin, S.KpProdi Keperawatan Cirebon

  • Anatomi abdomen dalam dibagi menjadi 3

    1. Rongga peritoneum2. Rongga pelvis3. Rongga retroperitoneum

  • Trauma AbdomenMrpk salah satu penyebab ggn system pencernaan. Pd klien yg mengalami trauma abd biasanya mengalami perlukaan satu atau bbrp organ abd. Hampir dr seluruh kematian dikarenakan mengalami perlukaan. Trauma abdomen dibagi 2:1. Trauma Tumpul2. Trauma tembus

  • Trauma Tumpul : tanpa penetrassi ke dalam rongga perut, dapat disebabkan oleh ledakan, benturan atau pukulan Trauma Tembus : Dg penetrasi ke dlm rongga perut, disebabkan o/ luka tusuk atau luka tembak

    Dampak trauma abd tergantung pd; - Daerah/lokasi yg terkena- Jenis luka- Penanggulangan emergency

  • Trauma Abdomen

  • Dua hal utama yang yang merupakan kondisi yang mengancam kehidupan setelah terjadinya trauma abdomen adalah perdarahan dan perforasi yang akhirnya menjadi peritonitis

  • Tanda & gejala 1. Perdarahan Berdasarkan susunan anatomi organ abd, perdarahan biasanya mengikuti kerusakan yg terkena trauma. Biasanya organ yg terkena yaitu bagian atas hepar dan lien. Hal ini dikarenakan pembuluh darah abd mudah mengalami perlukaan (cedera), jika hepar dan lien mengalami trauma berat, maka akan timbul gejala shock dan perdarahan yg kerapkali mengakibatkan kematian segera setelah trauma.

  • 2. ShockTrauma pd abd bagian atas tertutama di regio hipogastrium dpt menyebabkan shock, apabila gejala shock tdk menghilang dlm waktu 6 jam, maka kemungkinan besar terdpt perdarahan atau peritonitis.

  • 3. PeritonitisKeadaan ini bisa terjadi pd organ-organ perut, organ berongga, seperti usus, kandung kemih dan lambung. - lambung mengalami perlukaan, maka akan timbul muntah kadang-kadang hematemesis - Usus yg terkena maka akan diikuti oleh melena dan atau diare - Vesika urinaria yg terkena maka akan terjadi hematuri yg ringan

  • PATOFISIOLOGITrauma abdomen

    Perdarahan masif 5-10 menit atau keluar

    Distensi abdomen

    Penurunan Hb, elektrolit, Ht meningkatKoagulasi meningkatMekanisme kompensasi tubuh

    Gejala syock hipovolemikBP turun, sianotik, diaporesis, pucat, nadi Cepat dan lemah, respirasi meningkat, kulit dingin dan lembab,Kesadaran menurun

  • Penilaiana. Riwayat traumab. Pemeriksaan fisikInspeksi- Pemeriksaan lokal luka tusukAuskultasi- Pemeriksaan penis, perineal & rektalPerkusi- Pemeriksaan VaginaPalpasiEvaluasi luka tembusc. Pemasangan kateterNGT untuk dekompresiKateter urethra

  • d. Pemeriksaan laboratorium darah dan urinee. Pemeriksaan Roentgen untuk trauma tumpul : servical lateral, thorax AP, dan pelvis pada penderita multi traumaPemeriksaan trauma tembus, melihat udara intra peritoneum, marker diluka masuk dan luka keluarPenggunaan kontras1. Ureterografi2. Sistografi3. IVPf. Pemeriksaan khususUSGCT.Scan

  • Data focus yg perlu dikaji ; 1. Inspeksi adanya contusio, abrasi, laserasi, penetrasi, kesimetrisan, kaji daerah anterior abd, punggung, panggul, genetalia dan rectum.Utk mengetahui kemungkinan adanya perdarahan menggunakan petunjuk; - Cullens sign yaitu perdarahan pd umbilicus bila terjadi trauma panggul -Turners sign yaitu perdarahan retroperitoneal bila terjadi perdarahan pd dinding abd

  • 2. Auskultasi Dg menggunakan alat stetoskop yaitu utk mendengarkan bising usus, bila tdk terdengar bising usus, maka hrs curiga terjadinya perdarahan dan perkembangan bakteri usus yg berlebihan 3.Perkusi Dg menggunakan jari tangan (telunjuk) atau bbrp jari, bila terdengar suara tympani yg berlebihan (Balance;s sign) maka dicurigai adanya penumpukan udara bebas yg mengindikasikan adanya luka tembus, namun bila terdengar redup diduga terjadinya akumulasi cairan atau darah pd daerah usus besar dan lambung.

  • Palpasi Harus hati-hati dan lembut, karena pd daerah abd terjadi akumulasi cairan/darah/udara, shg abd akan mengalami distensi.

    Data penunjang seperti hasil pemeriksaan laboratorium, hasil radiography

  • Prinsip Penanganan TraumaPreparation/persiapanTriagePrimary survey (ABC)ResusitasiTambahan survey primer dan resusitasiSecondary Survey (head-to-toe)Continued postresuscitation monitoring and reevaluationMonitoring dan reevaluasiDefinitif care Primary dan secondary survey harus sering diulang untuk meyakinkan

  • Pengelolaan trauma tumpul dan tembus di abdomen meliputi :1. Pemulihan fungsi vital dan memaksimumkan oksigenasi dan perfusi jaringan2. Menguraikan mekanisme cedera3. Pemeriksaan fisik yang teliti diulang dengan interval waktu tertentu4. Memilih manuver diagnositk khusus seperlunya, dilakukan dengan tidak membuang waktu5. Mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi sehubungan dengan cedera vaskuler dan retroperitoneum yang tersamar6. Pengenalan dini untuk intervensi pembedahan dan laparotomi segera

  • Indikasi laparotomi1. Berdasarkan evaluasi abdomentrauma tumpul abdomen USG (+)trauma tumpul abdomen dgn hipotensi berulang post resusitasi yang adekuatperitonitishipotensi pada luka tembus abdomenperdarahan dari gaster, dubur, genitourinari akibat trauma tembusluka tembak yang melintas rongga peritoneumeviserasi (keluarnya isi usus)

  • 2. Berdasarkan pemeriksaan roentgenUdara bebas, udara retroperitoneum, atau ruptur hemidiafragma setelah trauma tumpulCT dengan kontras memperlihatkan ruptur traktus gastrointestinal, cedera kandung kemih intraperitoneal, cedera pedikel ginjal, atau cedera organ visceral yang parah setelah trauma tumpul atau tembus

  • Masalah yang biasanya ditemukan pada post laparatomi :

    Perdarahan Syok

    Intake nutrisi kurang

  • Masalah Keperawatan yang biasanya terjadi Pada Klien Post Laparatomi adalah :1.Terjadinya hipovolemik syok berhubungan dengan terjadinya perdarahan yang ditandai dengan pucat, kulit dingin, pernafasan cepat, sianosis pada bibir, gusi dan lidah, nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan darah serta urin pekat

  • Tujuan :Hipovolemik tidak terjadi yang ditandai :Klien tampak segar tidak pucat Kulit hangatPernafasan 16 25x/menitNadi 60 100x/menitTidak terjadi penurunan tekanan darahDiuresis 1cc/kgBB/menit

  • INTERVENSIObservasi tanda-tanda perdarahan

    Observasi tanda-tanda syok

    Observasi tanda-tanda vital tiap 15 menit sekali bila sudah stabil 1 jam sekali

    Hitung intake output tiap jam

  • INTERVENSISiapkan alat untuk pemasangan CVPUkur CVP tiap jamSiapkan alat untuk pemasangan arteri lineBerikan resusitasi cairan Berikan transfusi Periksa sysmex serial Kolaborasi untuk pemberian inotropik bila terjadi penurunan tekanan darah

  • 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

  • TujuanRasa nyaman nyeri teratasi atau berkurangsetelah diberikan tindakan 2 x 24 jam dengankriteria : HR 60 100 x/menit RR 16 25x/menit Klien tampak rileks, tidak meringis, tidak gelisah

  • intervensiKaji tingkat/skala nyeri klienBerikan posisi yang nyaman bagi klienObservasi tanda-tanda vital tiap jamBila klien sadar ajarkan tehnik relaksasi bila rasa nyeri muncul dengan cara menarik nafas lewat hidung dan mengeluarkannya pelan-pelan melalui mulut sambil mulut dibuka sedikit

  • INTERVENSIBila klien sadar ajarkan cara batuk efektif Pasien dianjurkan untuk mengambil nafas dalam secara perlahan, menahannya sebentar (3 detik) dan mengeluarkannya perlahan sambil perut disangga atau ditahan dengan bantal Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

  • 3. Gangguan pola pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan klien dipuasakan

  • Tujuan :

    Nutrisi terpenuhi setelah dilakukan intervensi 7 X24 jam

  • INTERVENSIPasang NGTObservasi bising ususLakukan retensi lambungBerikan gut feeding bila retensi lambung bagusKolaborasi untuk pemberian enteral feedingKolaborasi untuk pemberian TPN

  • *****************