translet asma

Upload: husni-minanda-fikri

Post on 01-Mar-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Translet Asma

    1/11

    Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pasien

    Ke Unit Gawat Darurat Untuk Pengobatan Asma

    Abstrak

    Latar belakang:

    Serangan asma akut sering menjadi penyebab pasien datang ke unit gawat darurat (ED)

    dan dirawat di rumah sakit. Banyak faktor yang mendorong pasien untuk menari pengobatan

    asma di unit gawat darurat. !aktor"faktor ini mungkin berhubungan dengan pasien sendiri atau

    sistem kesehatan yang menghambat terkontrolnya asma. #ujuan dari penelitian ini adalah untukmengidentifikasi faktor"faktor yang menyebabkan pasien sering datang ke unit gawat darurat

    untuk mengobati asmanya.

    $etode:

    Sebuah sur%ei ross"setional dari semua pasien yang mengunjungi ruang gawat darurat

    dengan diagnosis asma bronkial dalam waktu & bulan yang dilakukan di dua rumah sakit

    akademik ternama. Data yang dikumpulkan adalah: data demografi' kontrol asma pada bulan

    sebelumnya' di mana dan oleh siapa pasien dirawat' apakah pasien menerima penjelasan tentang

    asma atau obat asma dan alasan pasien mengunjungi unit gawat darurat.

    asil:

    Empat ratus lima puluh ( * +,- ) pasien telah diteliti ' &'/ 0 di antaranya adalah laki"

    laki dengan usia rata"rata +1' 2/3.4 . 5ata"rata menderita asma adalah /,,'&- 2 /14'/

    minggu. Sekitar setengah dari pasien tidak menerima penjelasan tentang penyakit asma bronkial'

    dan +-'4 0 tidak menerima penjelasan tentang bagaimana menggunakan obat asma . 6sma tidakterkontrol atau asma terkontrol sedang merupakan sebagian besar pasien yang datang ke unit

    gawat darurat ( &4'4) . Sebagian besar pasien mengunjungi unit gawat darurat untuk menerima

    bronkodilator dengan nebuliser( 73'4 0 ) dan untuk mendapatkan oksigen ( 4,'/ 0 ) . Selain itu'

    1-'& 0 dari pasien peraya bahwa pengobatan di unit gawat darurat berhasil mengatasi asmanya

  • 7/26/2019 Translet Asma

    2/11

    lebih epat daripada pengobatan di klinik ' dan 1/'/ 0 menyatakan bahwa gejala mereka ukup

    parah sehingga mereka tidak bisa mendapat pengobatan dari klinik saja. #idak adanya

    penjelasan tentang asma dan asma yang tidak terkontrol merupakan faktor utama yang sering

    menyebabkan kunjungan pasien ke unit gawat darurat ( tiga atau lebih banyak kunjungan 8

    tahun)' masing"masing dengan p " %alue * -'-/+, dan p " %alue * -'---. #erkontrolnya sma

    juga menunjukan hubungan yang signifikan dengan inhalasi kortikosteroid ( p " %alue * -'-+-/ )

    dan penjelasan tentang asma ( p " %alue * -'-//4 ) .

    kesimpulan:

    9enelitian ini menunjukkan bahwa banyak faktor yang berhubungan dengan

    terkontrolnya asma dan seringnya kunjungan pasien asma ke unit gawat darurat.

    Latar belakang

    6sma adalah suatu kondisi umum yang diderita oleh ,"/- 0 penduduk. nsiden dan

    pre%alensi asma telah meningkat selama 1- tahun terakhir. 9re%alensi asma bronkial pada pasien"

    pasien di Saudi adalah sekitar 1-"1, 0. ;urangnya pengontrolan terhadap asma sering menjadi

    penyebab pasien datang ke unit gawat darurat bahkan sampai dirawat.

    6da banyak faktor yang menyebabkan pasien datang ke unit gawat darurat . Diantaranya

    yaitu derajat keparahan asma ' kurangnya kepatuhan pasien ' penggunaan inhaler yang tidak

    tepat 'persepsi yang salah tentang asma bronhial atau tentang pengobatannya ' biaya

    pengobatan' kurangnya pengawasan terhadap asma ' penyakit penyerta ' ketergantungan pada

    bronkodilator jangka pendek ' polusi dan perubahan uaa ' tingkat pasien pendidikan dan status

    sosial ekonomi rendah.

    $engurangi kunjungan pasien ke unit gawat darurat untuk pengobatan asma akut tetap

    menjadi tujuan utama dari manajemen asma yang direkomendasikan oleh panduan asma. #idak

    jelas mengapa masih banyak pasien mengunjungi unit gawat darurat untuk mendapat

    pengobatan terhadap serangan asma mereka. al ini penting untuk memahami faktor"faktor

    terkait dengan kunjungan ke unit gawat darurat terkait asma untuk mengurangi kunjungan ke

    unit gawat darurat untuk mendapat pengobatan asma. 6da banyak faktor yang mendorong pasien

  • 7/26/2019 Translet Asma

    3/11

    untuk menari pengobatan asma ke unit gawat darurat dan faktor"faktor ini dapat berbeda dari

    satu masyarakat ke masyarakat lain. al ini sangat penting untuk mengidentifikasi karakteristik

    pasien dan kekurangan dalam sistem penyediaan layanan kesehatan kita terkait faktor kontrol

    asma yang buruk dan seringnya kunjungan ke unit gawat darurat. #ujuan penelitian ini adalah

    untuk menge%aluasi faktor"faktor penting yang terkait dengan peningkatan kunjungan ke unit

    gawat darurat di daerah kami.

    Metode

    9enelitian ini merupakan studi ross"setional yang dilakukan di 5aja 6bdula ) dan 5aja ;halid

    ?ni%ersity ospital ( ;;? ) . ;ami meneliti pasien dengan diagnosis asma yang mengunjungi

    unit gawat darurat untuk asma pengobatan antara 6gustus 1-/- dan $aret 1-//.9asien yang ikut

    serta harus memiliki dokumentasi dengan diagnose asma bronkial yang didiagnosis oleh dokter

    dan mendapat resep kortikosteroid hirup ( =S ) setidaknya tiga bulan terakhir . 9asien dengan

    diagnosis asma bronkial yang tak teratat dan tidak mendapat terapi kortikosteroid hirup tidak

    diikutsertakan pada penelitian ini. Selama kunjungan di unit gawat darurat ' asisten peneliti

    mengumpulkan informasi tentang data demografi' durasi penyakit ' obat"obatan yang digunakan

    untuk terapi asma dan apakah pasien menerima penjelasan tentang asma' dan bagaimanamenggunakan inhaler. 9ara pasien ditanya tentang kunjungan rutin ke klinik rawat jalan' dan

    berapa kali mereka mengunjungi unit gawat darurat atau dirawat di rumah sakit selama satu

    tahun terakhir . 6sisten peneliti juga mengkonfirmasi informasi yang didapat dengan meninjau

    rekam medis setiap pasien

  • 7/26/2019 Translet Asma

    4/11

    Analisis statistik

    Data yang terkumpul dianalisis menggunakan S6S@ %ersi &.1 ( S6S nstitute n ' =ary '

    = ). Statistik deskriptif' seperti rata"rata 'standar de%iasi 'atau median digunakan untuk mendata

    usia dan durasi penyakit asma. 9ersentase digunakan untuk mendata jenis kelamin' penggunaankortikosteroid hirup' kontrol ke poliklinik ' tingkat pendidikan' penjelasan tentang obat'

    penjelasan tentang asma' dan alasan untuk mengunjungi unit gawat darurat. ?ji $ann " @hitney

    digunakan untuk membandingkan distribusi dari lamanya menderita asma dengan jumlah

    kunjungan ke unit gawat darurat ( A %s ) . =hi"sCuared tes digunakan untuk menguji

    hubungan antara jenis kelamin' penggunaan kortikosteroid hirup' kontrol ke poliklinik ' tingkat

    pendidikan' penjelasan tentang obat"obatan' dan penjelasan tentang asma terkait kunjungan ke

    unit gawat darurat . ?ji analisis yang sama juga digunakan untuk tes kontrol asma (6=#). 9"

    %alues kurang dari -'-, dianggap signifikan. dds ratio ( 5 ) &, 0 = menggambarkan

    kekuatan hubungan ini .

    asil

    Empat ratus lima puluh ( n * +,- ) pasien asma terdaftar dalam penelitian ini . Dari +,-

    pasien' /43 orang ( &'/ 0 ) adalah laki"laki dan 14+ ( 3-'& 0 ) adalah perempuan . ?sia pasien

    rata"rata adalah +1'2 /3'4 tahun ' dan rata"rata durasi penyakit asma adalah /,,'&- 2 /14'/

    minggu . Dua ratus tujuh puluh ( 3-'- 0 ) pasien seara teratur kontrol ke dokter ' sedangkan

    /7- ( +-'- 0 ) pasien tidak kontrol setelah mereka terdiagnosis asma .Sekitar setengah dari

    pasien tidak mendapat informasi dan pengarahan tentang asma yaitu 11 ( ,/'3 0)' sedangkan

    /7 ( +-'4 0 ) tidak menerima informasi tentang ara menggunakan obat hirup. Sekitar 1/7

    pasien menerima informasi tentang asma sebagai penyakit ' ++', 0 menerima informasi dari

    dokter ' 4'7 0 menerima informasi dari pendidik asma ' dan +'4 0 menerima informasi dari

    seorang apoteker . Seratus enam puluh lima dari +,- pasien ( 3'4 0 ) datang ke unit gawat

    darurat tiga atau lebih pertahun . ;arakteristik pasien selama satu bulan terakhir sebelum mereka

    datang ke unit gawat darurat adalah sebagai berikut : 1'+ 0 dari pasien dengan asma tidak

    terkontrol ( 6=# sore /, ) ' 4+'+ 0 dari pasien dengan asma terkontrol sebagian ( /3

    6=#skor 1 ) ' /'7 0 dari pasien dengan asma terkontrol ( 6=# skor 1+ ) ' dan -', 0 dari

  • 7/26/2019 Translet Asma

    5/11

    pasien dengan skor 6=# hilang . ;etika pasien ditanya tentang alasan untuk kunjungan ED '

    mayoritas pasien (73'4 0) mengatakan bahwa untuk mendapatkan bronkodilator dengan alat

    nebulator . #iga ratus tiga puluh delapan ( 4,'/ 0 ) pasien mengatakan untuk memperoleh

    oksigen ' sedangkan 1-'& 0 peraya bahwa di unit gawat darurat pengobatan asma mereka lebih

    epat ' dan 1/'/ 0 menyatakan bahwa asma mereka ukup parah sehingga mereka bisa untuk

    berobat ke poliklinik (tabel 1). $ayoritas pasien ' 4+'4 0 ' tidak tahu apa yang memiu

    kambuhnya asma mereka ' dan 7/'3 0 menghentikan semua terapi ketika mereka merasa lebih

    baik .

    ;unjungan ke unit gawat darurat terkait asma dibagi atas dasar kunjungan tiga kali atau

    lebih. #abel menunjukkan hubungan antara kunjungan ke unit gawat darurat tiga kali atau

    lebih dengan tingkat pendidikan pasien' penjelasan tentang asma' kortikosteroid hirup' dan

    kontrol asma. $ereka yang tidak mendapat penjelasan tentang asma lebih sering datang ke unit

    gawat darurat daripada mereka yang telah mendapat penjelasan tentang asma ( +1'40 %s /',

    0 ' p " %alue * -'-/+,). 9asien dengan asma tidak terkontrol ( 6=# skor /, ) lebih sering

    datang ke unit gawat darurat dibanding dengan asma terkontrol sedang ( 6=# skor F /, ) yaitu

    ,1'+ 0 dibandingkan 1'& 0 ' p " %alue * -'--- .

    #erdapat hubungan antara keperayaan pasien untuk mendapatkan terapi oksigen di unit

    gawat darurat ( +-', 0 %s 17'1 0 ' p " %alue * -'-1-& ) dan untuk mendapatkan bronkodilator

    dengan tiga atau lebih kunjungan ke unit gawat darurat ( 3', 0 %s +' 0 ' p " %alue * -'-7/).

    ?ji $ann"@hitney menunjukkan tidak ada hubungan antara durasi penyakit dan jumlah

    kunjungan (p * -'&++). #ingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada S$6 (p " %alue *

    -'--4/ )' asma tidak terkontrol( p " %alue * -'--3 )' dan kontrol yang tidak teratur ke poliklinik

    (p " %alue * -'-17 ) sangat terkait dengan tiga atau lebih kunjungan ke unit gawat darurat (tabel

    ,).

    9ada penelitian ini ' pasien dengan pendidikan uni%ersitas dua kali lebih mungkin untukmengunjungi unit gawat darurat daripada pasien dengan pendidikan S$6 atau tidak

    berpendidikan. 9ara pasien dengan asma tidak terkontrol dua kali lebih mungkin untuk datang

    ke unit gawat darurat dibandingkan dengan pasien asma terkontrol. 9enelitian ini juga

    menunjukkan bahwa kontrol asma yang ditentukan oleh 6=# memiliki hubungan yang

    signifikan dengan menggunakan kortikosteroid hirup ( p " %alue * -'-+-/ )' penjelasan tentang

  • 7/26/2019 Translet Asma

    6/11

    asma( p " %alue * -'-//4 ) ' kunjungan ke gawat darurat untuk mendapatkan bronkodilator ( p "

    %alue * -'---/ )' dan kunjungan ke gawat darurat untuk memperoleh oksigen ( p " %alue *

    -'-1- ). Distribusi asma tidak terkontrol ber%ariasi tergantung pada penggunaan kortikosteroid

    hirup ( 14'30 tidak teratur ' sedangkan /&'+ 0 penggunaan teratur ). 9asien yang tidak mendapat

    penjelasan tentang asma lebih mungkin menderita asma tidak terkontrol daripada pasien yang

    mendapatkan informasi tentang asma ( 17'/ 0 %s /7'/ 0 ) .

    Diskusi

    $eskipun penelitian ini bukan penelitian epidemiologi ' penelitian ini adalah penelitian

    yang pertama yang meneliti faktor"faktor yang berhubungan dengan kunjungan pasien asma

    bronkial ke unit gawat darurat dan karakteristik pasien tersebut di Saudi. ;ekuatan utama

    penelitian ini terletak pada wawanara langsung dengan pasien dan konfirmasi informasi yangdiperoleh dengan meninjau rekam medis . al ini sangat penting karena kami mengamati bahwa

    banyak pasien tergantung pada unit gawat darurat untuk mengobati asma mereka . $engetahui

    faktor"faktor ini dapat membantu mengatasi beberapa kekurangan dalam sistem kesehatan.

    9edoman nasional dan internasional untuk pengelolaan asma bronkial menekankan penjelasan

    asma pada pasien dan kontol seara teratur ke tenaga profesioanal (dokter). Studi ini

    menunjukkan bahwa banyak pasien yang kontrol tidak teratur dalam pengobatan asmanya dan

    banyak yang tidak menerima informasi apapun tentang asma. Sejumlah besar pasien lebih

    memilih unit gawat darurat sebagai ara mudah untuk pengobatan asma dari pada kontrol ke

    dokter di poliklinik. al ini bukan suatu yang unik dalam populasi kami ' dan banyak studi telah

    melaporkan temuan yang sama . Sebagian besar pasien kami terdiagnosis sebagai asma tidak

    terkontrol atau asma bronkial terkontrol sedang ( &4'4 0 ) sebelum kunjungan ke unit gawat

    darurat.

    asil penelitian ini meningkatkan kekhawatiran mengenai manajemen asma saat ini

    yang membutuhkan struktur pelayanan kesehatan yang lebih baik' akses klinik yang lebih mudahbagi pasien' informasi yang lebih kepada pasien' penyebaran pedoman asma dan pemantauan

    yang lebih baik. ;onselor asma hanya menyampaikan informasi /4 0 dari pasien dalam

    penelitian ini G ini terutama disebabkan kurangnya konselor asma terlatih di banyak rumah sakit

    perawatan tersier dan sera tidak langsung memberikan kontribusi dalam jumlah pasien asma

    tidak terkontrol dengan jumlah kunjungan pasien ke unit gawat darurat. 9enelitian menunjukkan

  • 7/26/2019 Translet Asma

    7/11

    bahwa memastikan pasien asma memahami obat mereka dan penggunaan yang tepat terhadap

    obat asma memberikan kontribusi signifikan terhadap kontrol asma. Selanjutnya ' anania 6 et

    al telah menunjukkan bahwa banyak tenaga medis yang bertanggung jawab untuk mengajarkan

    pasien dalam penggunaan inhaler tidak memiliki pengetahuan dasar dengan perangkat tersebut '

    jarang menerima pelatihan formal dalam penggunaan inhalasi' dan mungkin tidak akrab dengan

    obat inhalasi yang baru. ;ami peraya bahwa penelitian kami mengidentifikasi masalah

    substansial dalam sistem pelayanan kesehatan kita terutama dalam pelayanan kesehatan primer .

    6budahish et al telah menunjukkan bahwa manajemen asma dalam pelayanan kesehatan primer

    tidak memuaskan. 9enelitian ini juga mengungkapkan kesalahpahaman dalam menggunakan unit

    gawat darurat untuk mendapatkan bronkodilator nebuliser dan oksigen sebagai terapi utama

    dalam serangan asma akut. ;ami juga meneliti faktor"faktor yang mengarah pada tiga atau lebih

    kunjungan unit gawat darurat berkaitan dengan kurangnya kontrol terhadap asma. 9adapenelitian ini' pasien yang lebih berpendidikan dilaporkan memiliki tiga atau lebih kunjungan ke

    unit gawat darurat. amun ' jumlah pasien umumnya keil ( / 0 ) ' dan sebagian besar dari

    mereka menderita asma sedang sampai berat. 9enelitian ini didasarkan hanya pada dua rumah

    sakit pendidikan di wilayah tengah Saudi 6rabia dan mungkin tidak menerminkan situasi di

    tingkat nasional. amun' kami peraya bahwa penelitian ini menerminkan karakteristik umum

    saat ini. Selain itu ' situasinya mungkin lebih buruk jika dinilai di tingkat negara ' di mana

    infrastruktur untuk manajemen asma mungkin kurang terorganisir dengan baik .

    Keterbatasan

    Salah satu keterbatasan utama dari penelitian ini adalah ketidakmampuan untuk menilai

    komponen atau kualitas yang tidak sama pada program konseling asma atau informasi yang

    diterima dari para profesional kesehatan . Selain itu' kami tidak menguji faktor"faktor risiko

    seara rini untuk eksaserbasi asma ' seperti risiko lingkungan untuk di rumah atau di lingkungankerja. ;eterbatasan kedua adalah kurangnya e%aluasi ekonomi untuk kunjungan ke gawat

    darurat. ;eterbatasan lain adalah tidak membandingkan faktor risiko dari pasien rawat jalan

    poliklinik. amun' penelitian kami sebelumnya menemukan bahwa sebagian besar pasien di

    klinik rawat jalan menderita asma tidak terkontrol.

  • 7/26/2019 Translet Asma

    8/11

    Kesim!ulan

    9enelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor yang meningkatkan kunjungan pasien

    asma ke unit gawat darurat. !aktor utama kami yang teridentifikasi adalah kurangnya penjelasan

    tentang asma' kurangnya kepatuhan pasien untuk kontrol ke fasilitas kesehatan atau dokter'

    kesalahpahaman pasien tentang peran unit gawat darurat dalam pengobatan asma' dan

    kurangnya penggunaan steroid inhalasi. Sebagian besar faktor"faktor ini dapat diatasi dengan

    penyediaan layanan kesehatan dan perenanaan kesehatan yang lebih baik dengan restrukturisasi

    sumber daya dalam pengelolaan pasien asma.

  • 7/26/2019 Translet Asma

    9/11

    #he Cuestion (9=) of the study

    9 ( 9opulation8problem) :

    6ll the patients who %isited the emergeny room with bronhial asthma attaks o%er a &"

    month period at two major aademi hospitals.

    ( nter%ention) :o inter%ention

    = ( =ompare) :!ators ( demographi data' asthma ontrol in the preeding month' whether the patient

    reei%ed eduation about asthma or its mediations ) that lead to the freCuent admission

    of asthmati patients to the ED.

    ( utome ) :6pproHimately half of the patients did not reei%e any information about bronhial

    asthma as a disease' and +-.40 did not reei%e any eduation regarding how to use

    asthma mediation. o eduation about asthma and unontrolled asthma are the major

    fators leading to freCuent ED %isits.

    =ritial 6ppraisal E%idene Based $ediine 9rognosti 6spet

    . 6re the result of this prognosis study %alid I

    /. @as a defined' representatati%e sample of patients assembled at a ommon

    (usually early) point in the ourse of their diseaseI Jes' all of patient were representatati%e at ommon point in the ourse of

    their disease

    1. @as patient follow up suffiiently long and omplete I

  • 7/26/2019 Translet Asma

    10/11

    o' we took all the patients who %isited the emergeny room with

    bronhial asthma attaks o%er a &"month period at two major aademi

    hospitals at the time.. @ere objeti%e outome riteria applied in a blind fashion I

    o' this researh use double blind fashion+. f subgroup with defined prognoses are identified was there adjusment for

    important prognosti fatorsI o subgroup in this study

    ,. @as there %alidation in a independent group of patientI o independent group in this study

    =linial $easurement SE = =alulation9roportion :

    umber of patient * n

    9atient proportion of outome * p

    K p H (/"p)8n f p * 118 +,- * -',/* (or ,/0)

    n * +,-

    SE * K (-',/ (/" -',/) 8 +,-

    * -'---,

    * -'-,0

    &,0 = * ,/0 2 /'&3 -'-,0

    * ,/0 2 -'/0 * ,-'& 0 " ,/' / 0

    n * +,-

    p * 118+,- * -',/

    =alulation :

    SE : -'-,0

    = &,0 : ,-'&0 " ,/'/ 0

    . 6re the %alid result of prognosis study importantI/. ow likely are the outomes o%er timeI

    n * +,-p * 118+,- * -',/SE * -'-,0

    1. ow preise are the prognosis estimatesI

  • 7/26/2019 Translet Asma

    11/11

    = &,0 * ,-'&0 " ,/'/ 0

    . =an we apply the e%idene of these %alid and important prognosti aspet to our

    patientI Does patient on this study look like our patientI

    t an be

    Does e%idene will ha%e important influene linially toward our onlusion about what we should offer or tell to our patient I

    Jes