tpm
DESCRIPTION
jj,hTRANSCRIPT
![Page 1: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/1.jpg)
Latar Belakang
Era globalisasi saat ini berdampak terhadap sistem perdagangan bebas (free trade) dan
lebih terbuka antara negara satu dengan negara lainnya. Sistem perdagangan bebas
memungkinkan produk yang dihasilkan oleh industri agar produknya dapat bersaing di pasar
dalam negeri maupun pasar internasional. Disisi lain, persaingan antar negara yang semakin
ketat diikuti oleh persaingan antar industri dalam menghasilkan produk yang bermutu. Krisis
global seperti saat ini, pengembangan agroindustri yang masih mempunyai peluang dan
potensi adalah industri yang memanfaatkan bahan baku utama produk hasil pertanian dalam
negeri, mengandung komponen bahan impor sekecil mungkin, dan produk yang
dihasilkannya mempunyai mutu yang mampu bersaing di pasar dalam negeri maupun ekspor.
Menurut Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, mutu pangan adalah
nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gisi (gizi) dan standar
perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman. Berdasarkan pengertian
tersebut, mutu pangan tidak hanya mengenai kandungan gisi, tetapi mencakup keamanan
pangan dan kesesuaian dengan standar perdagangan yang berlaku.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Keamanan pangan dikaitkan dengan adanya bahaya asal pangan (food-borne hazard)
saat dikonsumsi oleh konsumen. Mengingat bahaya keamanan pangan dapat terjadi pada
setiap tahapan rantai pangan, maka pengendalian yang cukup di seluruh rantai pangan
menjadi sangat penting. Dengan demikian keamanan pangan dijamin melalui berbagai upaya
yang terpadu oleh seluruh pihak dalam rantai pangan. Organisasi dalam rantai pangan mulai
dari produsen pakan, produsen primer sampai dengan pengolah pangan, operator transportasi
dan penyimpanan, subkontraktor hingga outlet pengecer dan jasa boga (bersama-sama
dengan organisasi yang terkait seperti produsen peralatan, bahan pengemas, bahan
pembersih, bahan tambahan pangan dan ingredien).
Penyedia jasa dibidang rantai pangan juga termasuk di dalamnya. Standar ini
menetapkan persyaratan sistem manajemen keamanan pangan yang mengkombinasikan
unsur-unsur kunci umum berikut untuk memastikan keamanan pangan sepanjang rantai
pangan, hingga konsumsi akhir:
a. Komunikasi inter
![Page 2: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/2.jpg)
b. Manajemen sistem
c. Program persyaratan dasar (PPD)
d. Prinsip HACCP
Komunikasi di seluruh rantai pangan sangat penting untuk memastikan bahwa
semua bahaya keamanan pangan yang relevan diidentifikasi dan dikendalikan secara
cukup pada setiap tahapan rantai pangan. Hal ini menyiratkan perlunya komunikasi antar
organisasi hulu dan hilir yang ada dalam rantai pangan. Komunikasi dengan pelanggan
dan pemasok mengenai bahaya tertentu dan tindakan pengendaliannya akan membantu
menjelaskan persyaratan pelanggan dan pemasok (contohnya yang berhubungan dengan
kelayakan dan kebutuhan akan persyaratan serta dampaknya pada produk akhir).
Pemahaman akan peran dan posisi organisasi dalam rantai pangan sangat penting untuk
memastikan komunikasi interaktif yang efektif di sepanjang rantai pangan dalam rangka
penyediaan produk pangan yang aman kepada konsumen akhir. Contoh saluran
komunikasi antara pihak yang berkepentingan dalam rantai pangan.
Sistem keamanan pangan yang paling efektif ditetapkan, dioperasikan dan
dimutakhirkan dalam kerangka sistem manajemen yang terstruktur dan dipadukan ke
dalam keseluruhan kegiatan manajemen organisasi yang ada. Hal Ini memberikan manfaat
maksimum bagi organisasi dan pihak-pihak terkait. Standar ini telah diselaraskan dengan
SNI ISO 9001 untuk meningkatkan kesesuaian di antara kedua standar tersebut. Acuan
silang antara standar ini dengan SNI ISO 9001 disajikan dalam Lampiran A.
Standar ini dapat diterapkan secara independen terhadap standar sistem manajemen
lainnya. Implementasinya dapat diselaraskan atau diintegrasikan dengan persyaratan
sistem manajemen yang ada, disamping itu organisasi dapat memanfaatkan sistem
manajemen yang ada untuk menetapkan sistem manajemen keamanan pangan yang sesuai
dengan persyaratan standar ini.
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan persyaratan sistem manajemen keamanan pangan dimana suatu
organisasi di dalam rantai pangan perlu menunjukkan kemampuannya untuk
mengendalikan bahaya keamanan pangan dalam rangka memastikan makanan yang
dihasilkannya aman pada saat dikonsumsi manusia. Standar ini dapat digunakan oleh
semua organisasi dalam rantai pangan, tanpa memperhatikan ukuran, yang ingin
menerapkan sistem yang secara konsisten menghasilkan produk yang aman.
Pemenuhan persyaratan standar ini dapat menggunakan sumberdaya internal dan/atau
![Page 3: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/3.jpg)
eksternal.Standar ini menetapkan persyaratan yang memungkinkan suatu organisasi
untuk :
a) merencanakan, menerapkan, menjalankan, memelihara dan memutakhirkan sistem
manajemen keamanan pangan yang bertujuan untuk menyediakan produk pangan yang
aman bagi pelanggan sesuai dengan penggunaan yang dimaksudkan,
b) menunjukkan kesesuaian dengan persyaratan perundang-undangan keamanan pangan
yang berlaku,
c) mengevaluasi dan mengases persyaratan pelanggan dan memperagakan kesesuaian
dengan persyaratan pelanggan yang telah disepakati berkaitan dengan keamanan
pangan, untuk meningkatkan kepuasan pelanggan,
d) mengkomunikasikan secara efektif isu keamanan pangan kepada pemasok,
pelanggan dan pihak lain yang terkait dalam rantai pangan,
e) memastikan bahwa organisasi sesuai dengan kebijakan keamanan pangan yang
ditetapkannya,
f) menunjukkan kesesuaian kepada pihak terkait yang relevan, dan
g) mendapatkan sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan dari organisasi
eksternal, atau untuk melakukan swa-asesmen atau pernyataan diri sesuai standar ini.
Semua persyaratan standar ini bersifat umum dan berlaku untuk semua
organisasi di seluruh rantai pangan tanpa memperhatikan ukuran dan kompleksitas. Hal
ini mencakup organisasi yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam satu
atau lebih tahapan dalam rantai pangan. Organisasi yang terlibat secara langsung,
termasuk, tetapi tidak terbatas pada, produsen pakan, petani, pemanen, produsen
ingredien, pengolah pangan, pengecer, jasa pangan, jasa boga, organisasi penyedia jasa
pembersih dan sanitasi, jasa transportasi, jasa penyimpanan dan jasa distribusi.
Sedangkan organisasi yang terlibat secara tidak langsung, termasuk, tetapi tidak
terbatas pada, pemasok peralatan, bahan pembersih dan sanitasi, bahan pengemas, dan
bahan lain yang kontak langsung dengan pangan. Standar ini memungkinkan suatu
organisasi kecil dan/atau mikro (seperti usaha tani kecil, distributor pengemas kecil,
pengecer kecil atau outlet jasa pangan kecil), untuk mengimplementasikan kombinasi
tindakan pengendalian yang dikembangkan pihak eksternal.
![Page 4: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/4.jpg)
2. Acuan normatif
Dokumen acuan berikut mutlak diperlukan untuk penerapan dokumen ini. Untuk
acuan bertanggal, hanya edisi yang dikutip yang dipakai. Untuk acuan tak bertanggal,
digunakan dokumen edisi terakhir (termasuk amandemen). SNI 19-9000-2001, Sistem
manajemen mutu – Dasar dasar dan kosakata
3. Istilah dan definisi
Untuk maksud dokumen ini, digunakan istilah dan definisi yang diberikan dalam
SNI ISO 9000 dan definisi berikut. Untuk memudahkan pemakai standar ini, beberapa
definisi dalam SNI ISO 9000 yang dikutip dalam catatan hanya digunakan untuk
penerapan khusus
PRODUK OLAHAN PANGAN1. SUSU
Susu adalah sekresi ambing hewan yang diproduksi dengan tujuanpenyediaan makanan bagi anaknya yang baru dilahirkan. Karena berfungsisebagai makanan tunggal bagi mahluk yang baru dilahirkan dan mulai tumbuh,susu mempunyai nilai gizi yang sempurna. Dalam susu terdapat semua zat giziyang diperlukan bagi kebutuhan pertumbuhan anak. Pada umumnya yang disebutsusu adalah susu sapi, yang berasal dari jenis sapi perah FH (Friesian Holstein),yang berwarna putih totol hitam, atau hitam totol putih. Secara alami susumerupakan suatu emulsi lemak dalam air. Kadar air susu sangat tinggi yaitu ratarata87.5 %, dan di dalamnya teremulsi ber bagai zat gizi penting seperti protein,lemak, gula, vitamin dan mineral.Susu merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi, dengankadar protein dalam susu segar 3.5 %, dan mengandung lemak yang kira-kirasama banyaknya dengan protein. Karena itu, kadar lemak sering dijadikan sebagaitolok ukur mutu susu, karena secara tidak langsung menggambarkan juga kadarproteinnya. Beberapa jenis sapi perah, khususnya dari Bos Taurus misalnya Jerseydan Guernsey mampu memproduksi susu dengan kadar lemak mendekati 5 %.Gula dalam susu disebut laktosa atau gula susu, kadarnya sekitar 5 - 8 %. Laktosa memiliki daya kemanisan sangat rendah, yaitu hanya 16 % daya kemanisansukrosa. Laktosa merupakan senyawa yang banyak digunakan dalampembentukan sel otak, khusunya bagi anak-anak usia di bawah 7 tahun, agarjumlah maupun perkembangan sel otaknya berlangsung dengan normal danlancar. Mineral yang banyak terdapat dalam susu adalah kalsium dan posfor. Kedua mineral tersebut penting bagi pertumbuhan tulang.
Susu disebut sebagai sumber kalsium yang bermanfaat bagi kesehatan tulang dan gigi.
Sekarang juga telah berkembang produk susu yang spesifik diperuntukkan untuk ibu
hamil atau menyusui. Bahkan yang sedang diet supaya berat badan tidak bertambah
meski minum susu juga sudah ada varian produknya.
Ada beberapa jenis produk susu dipasaran:
![Page 5: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/5.jpg)
1. Susu segar: susu jenis ini merupakan susu yang baru saja diperah dari
peternakan. Akan lebih baik jika sebelum dikonsumsi direbus dulu hingga
mendidih.
2. Susu Pasteurisasi: paling sering kita temui karena dipasarkan dengan
becak berkeliling kampung. Susu pasteurisasi biasanya dikemas dalam cup
gelas plastik 200 ml. Ciri-ciri susu jenis ini adalah dipasarkan dalam
kondisi dingin.
Standarisasi susu adalah proses penambahan dan pencampuran susu segar
dengan bahan dasar lain untuk mendapatkan Total Padatan Awal (TS Awal) yang
susuai dengan standar pabrik sehingga diharapkan akan memperoleh kualitas
produk akhir yang diinginkan. Jika kualitas susu belum memenuhi standar
perusahaan maka dilakukan penambahan bahan-bahan pendukung pengolahan.
Bahan-bahan tersebut antara lain:
a. Susu Bubuk Skim (MSK)
Susu bubuk skim hampir selalu digunakan dalam standarisasi susu. Susu ini
memiliki padatan total berkisar 96,81%, protein 34,11%, kadar lemak 1,33%, dan kadar air
3,19%. Dengan kadar padatan total yang tinggi maka
bahan ini ditambahkan jika komoditi susu memiliki padatan total di bawah
standar yang ditetapkan pabrik. Terdapat 3 jenis susu bubuk skim yaitu:
kelompok Low Heat (LH) yang diproduksi dengan suhu 75°C selama 20
detik, Medium Heat (MH) yang diproduksi pada suhu 85 – 105 °C selama 1
– 2 menit, dan High Heat (HH) yang diproduksi pada suhu 120 – 135 °C
selama 2 – 3 menit.
b. Potasium Kaseinat
Potaium kaseinat juga sering ditambahkan dalam proses pengolahan susu
bubuk baik secara basah (wet mixing) maupun kering (dry mixing).
Kandungan protein potasium kaseinat adalah 84,15%, lemak 0,63%, padatan
total 95,63%, dan kadar air 4,37%. Dengan kadar protein yang tinggi maka
potasium kaseinat ditambahkan untuk mengatur kadar protein produk akhir
yang diinginkan.
c. Butter Oil (BO)
Butter Oil (BO) ditambahkan untuk produksi susu bubuk yang mengandung
lemak tinggi. Kandungan BO adalah 100% lemak. BO ditambahkan dalam
bentuk cair bersama MSK dan potasium kaeinat.
![Page 6: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/6.jpg)
d. Vitamin premix
Vitamin premix adalah campuran berbagai vitamin (A, D, E, K, kalium
pantothenat, thiamin mononitrat, nikotinamida, piridoksin hidroklorida,
asam folat, sodium askorbat, dan biotin) dengan konsentrasi tertentu.
Penambahan vitamin dilakukan dengan menyemprotkan bubuk vitamin pada
saat susu bubuk keluar dari spray dryer.
Mineral
Mineral sering ditambahkan untuk produksi susu formula bagi balita. Proes
penambahan juga dilakukan dalam egron setelah susu keluar dari spray
drier.
f. Lesitin
Lesitin merupakan bioemulsifier ditambahkan supaya produk akhir susu
bubuk lebih mudah larut didalam air. Emulsifier diperlukan untuk
menciptakan emulsi yaitu campuran komponen polar dan non polar dalam
susu. Sumber lesitin yang paling banyak digunakan adalah lesitin dari
kedelei. Lesitin ditambahkan dalam egron yaitu setelah susu bubuk keluar
dari spray dier. Proses ini disebut lesithination.
g. Raftilosa, maltodekstrin, dan fruktooligosakarida (FOS)
Raftilosa, maltodekstrin, dan FOS adalah bahan-bahan yang ditambahkan
sebagai makanan prebiotik. Bahan-bahan tersebut ditambahkan saat proses
standarisasi.
h. Madu dan Sukrosa
Madu dan sukrosa ditambahkan untuk memberi rasa manis pada produk susu
bubuk. Biasanya digunakan pada susu formula pada balita. Penambahan
bahan-bahan ini dilakukan pada proses standarisasi.
i. Kalsium Karbonat (CaCO3)
Kalsium karbonat ditambahkan untuk memperkaya susu dengan unsur
kalsium. Belakangan ini susu dengan kalium tinggi banyak diproduksi oleh
produsen susu bubuk karena dipercaya dapat mencegah osteoporois.
Target Nutrisi Produk Akhir
Setiap pabrik pasti memiliki target kandungan nutrisi produknya. Untuk
mengaturnya dapat dilakukan dengan cara seperti contoh berikut: Suatu pabrik
![Page 7: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/7.jpg)
pengolahan susu bubuk mentargetkan produk akhir dengan kandungan protein
25,41% dan lemak 28,62%. Susu segar yang ada dalam silo sebanyak 78610 kg
dengan kadar lemak 3,75% dan, protein 2,82%, dan padatan bukan lemak (SNF)
7,88%. Dari data hasil analisis susu dapat diketahui kandungan total komponen
nutrisi susu tersebut adalah:
20
Lemak = 3,75% x 78610 = 2947,90 kg
Protein = 2,835 x 78610 = 2216,80 kg
SNF = 7,88% x 78610 = 6194,50 kg
Rangkuman
Standarisasi adalah tahapan penting untuk menentukan formulasi susu
bubuk. Hal ini selalu dilakukan agar dapat menentukan apa saja yang harus
dilakukan sebelum atau selama proses produksi susu bubuk berlangsung. Jika
komoditi susu sebagai bahan baku memiliki kekurangan nutrisi maka perlu
dilakukan penambahan nutrisi tersebut. Jika komoditi susu bubuk memiliki nutrisi
yang berlebihan maka dilakukan pengurangan nutrisi tersebut.
2. Tahu
Tahu SegarTahuDefinisi :Tahu adalah produk berupa padatan yang dibuat melalui prosespengolahan kedelai (Glycine max L.) dengan cara mengekstrak cairandan mengendapkan proteinnya dengan atau tanpa penambahan bahanlain. Tahu dapat memiliki tekstur yang beragam (seperti lembut, semikeras dan keras).Tahu Semi KeringTahu yang telah dipres selama proses pencetakan sehingga sebagianairnya telah dikeluarkan, namun tidak sepenuhnya kering (sebagaimanapada kategori 06.8.5). Tahu semi-kering umumnya memiliki kadar air62% dan memiliki tekstur yang kenyal.Karakteristik dasar:• Bau dan rasa normal;
• Kadar protein tidak kurang dari 9%.
3. Daging dan Produk Daging, Termasuk Daging Unggasdan Daging Hewan BuruanKategori ini meliputi semua jenis produk daging, dagingunggas dan daging hewan buruan, dalam bentuk bagianbagian
![Page 8: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/8.jpg)
dan potongan atau yang dihaluskan, baik mentah(08.1) maupun olahan (08.2 dan 08.3). Daging hewanburuan adalah daging yang berasal dari hewan liardipotong dengan tata cara yang benar.08.1 Daging, Daging Unggas dan Daging Hewan Buruan MentahProduk-produk mentah pada umumnya bebas bahan tambahanpangan. Tetapi pada kondisi tertentu, bahan tambahan pangan perludipergunakan. Sebagai contohnya pewarna digunakan untukmemberi cap sertifikasi pada permukaan potongan daging mentah,dan hal ini telah dinyatakan dalam Food Category System/FCS(Sistem Kategori Pangan) dengan notasi untuk ”pemberian cap,tanda atau merk pada produk”. Selain itu, pelapisan, seperti denganglaze (lapisan tipis es) dan pelapisan dengan rempah-rempah, dapatditerapkan pada produk daging sebelum dipasarkan ke konsumen(contohnya: daging babi yang dilapis tipis es, dan ayam barbekyu).Definisi :Daging kornet mentah adalah produk yang dibuat dari potongan daging sapisegar atau beku (yang telah memenuhi persyaratan dan peraturan yangberlaku), tanpa tulang, boleh dicampur dengan daging bagian kepala danKategori Pangan 08153hati dengan atau tanpa penambahan bahan lain dan dibuat dengan prosescuring.Daging sapi kering (dried beef) adalah daging sapi yang dikuring,dikeringkan dan dapat diasap, tetapi tidak dimasak, dengan kadar airrendah (25% hingga 35%). Umumnya daging sapi dikuring dengan garam,gula, nitrat dan nitrit.Khusus untuk bahan baku kornet daging sapi.Karakteristik dasar :• Kadar protein tidak kurang dari 17%;
• Kadar lemak tidak lebih dari 12%;
4. Ikan dan Produk Perikanan Termasuk Moluska,Krustase dan Ekinodermata serta Amfibi dan ReptilProduk hasil perikanan yang meliputi aquatic vertebrates(ikan dan mamalia air seperti ikan paus), aquaticavertebrates (ubur-ubur), moluska (kerang, bekicot atausiput laut), krustase (udang, kepiting, lobster) danekinodermata (teripang).Ikan segar adalah ikan laut, ikan air tawar dan ikan air payau yang telahmengalami proses pencucian dengan atau tanpa penyiangan,pendinginan dan pengemasan serta secara fisik masih menunjukkankesegaran (warna cerah, daging elastis dan kenyal, insang dan sisik
cerah serta citarasa segar).
Stik ikan dapat disiapkandari satu spesies ikan atau campuran beberapa spesies yang memilikikarakteristik sensori yang hampir sama dan dibekukan hingga suhu pusat
mencapai -18OC atau lebih rendah.
• Kadar air tidak lebih dari 4%;• Kadar air tidak lebih dari 4%;
![Page 9: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/9.jpg)
5. Telur
Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber protein
hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan begizi tinggi. Selain itu
telur mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Dalam perkembangannya, telah
banyak dilakukan teknik pengolahan telur untuk meningkatkan daya tahan serta
kesukaan konsumen.
Telur merupakan bahan pangan yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi protein
baik pada anak-anak maupun orang dewasa dan ibu hamil
Diketahui bahwa telur merupakan bahan pangan yang sangat digemari untuk
dikonsumsi sebab rasanya nikmat dan harganya yang relatif murah. Telur sangat
mudah rusak serta masa simpan yang sangat pendek tanpa perlakuan apapun, oleh
karena itu perlu penanganan khusus dalam pengolahan telur.
Kemudian Permasalahan dalam pemasaran produk telur adalah karakteristik produk
yang merupakan bahan pangan yang mudah rusak, sehingga proses untuk mengatasi
kesalahan dalam memilih telur pun harus dipahami.
Pada dasarnya telur adalah bakal calon individu baru yang dihasilkan dari individu
betina. Bila terjadi pembuahan maka telur akan berkembang menjadi embrio dan
selanjutnya terbentuk individu baru setelah lahir atau menetas.
Dalam penegertian sehari-hari telur mempunyai dua kriteria, yaitu sebagai bahan
biologi dan sebagai bahan pangan. Sebagai bahan biologi telur merupakan sumber
nutrien komplek yang lengkap bagi pertumbuhan sel yang dibuahi. Sedangkan
sebagai bahan pangan,telur merupakan salah satu sumber protein hewani kedua yang
mudah dijangkau selain ikan.
Secara ringkas, struktur telur adalah sebagai berikut ::
1. Kerabang +10%
2. Putih Telur (Albumen) + 60%
3. Kuning Telur (Yolk) + 30%
Perbandingan kerabang, albumen, yolk :
1. pada telur ayam = 12,3% : 55,8% : 31,9%
2. Pada itik = 12% : 52,6% : 35,4%
Kerabang telur tersusun atas garam-garam anorganik terutama zat kapur dalam bentuk
CaCO3 yang menyebabkan kulit telur menjadi keras. Kerabang juga memilik pori-
pori. Di sebelah dalam kerabang terdapat albumen. Pada telur yang
![Page 10: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/10.jpg)
masih baru, bentuk albumen menyerupai bentuk oval telur bila dipecah. Albumen ini
banyak mengandung protein albumin. Diantara protein-protein tersebut adalah
ovalbumin yang berperan sebagai struktur pada produk-produk olahan yang
dipanggang / bakar, ovotransferin berperan mengikat logam penyebab kerusakan
Sifat telur
Telur, baik secara keseluruhan mauun bagian misalnya kuning telur atau putih telur
memiliki sifat sebagai berikut:
1. Kaya Nutrisi
Telur adalah paket makanan yang mengandung berguna semua nutrisi kecuali vitamin
C, tetapi mereka terutama terkenal karena kualitas tinggi dari protein yang
dikandungnya dan karena itu merupakan bagian penting dari diet seimbang. Dengan
penambahan karbohidrat saja (sepotong roti gandum) dan Vitamin C (tomat atau
segelas jus jeruk) telur bentuk makan sepenuhnya seimbang.
2. Emulsifikasi
Kuning telur mengandung agen pengemulsi, lesitin, yang bertindak sebagai
menstabilkan emulsi antara minyak dan air. Hal ini mencegah campuran minyak dan
air dari pemisahan. Lecithin menarik partikel minyak dan air dan membentuk lapisan
tipis di sekitar mereka untuk menjaga mereka dari menyebar.
3. Kemampuan Berbusa
Sebuah busa tercipta saat molekul udara dikelilingi oleh protein telur dan ditangkap.
Ketika putih telur yang dibawa, udara disertakan. Pada saat yang sama, spiral protein
memutar terbentang dan membentang menangkap dan sekitarnya udara dibusa yang
stabil.Protein telur putih elastis, memungkinkan udara ditangkap untuk memperluas
dengan panas tanpa merusak busa.
C.Sumber Telur
Telur merupakan zat gizi yang kaya akan protein dan lemak yang berasal dari hewan.
Hewan ungas adalah penghasil telur. Berikut ini adalah sumber asal telur.
1. Telur ayam kampung (buras) Berwarna putih atau putih kecoklatan. Berat antara 25-35 gram
per butir.
2. Telur ayam negeri (ras) Berwarna coklat pastel hingga coklat kemerahan. Berat antara 50-70
gram per butir.
3. Telur itik (bebek) Berwarna biru kehijauan. Berat antara 70-80 gram per butir.
4. Telur kalkun.
![Page 11: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/11.jpg)
5. Telur penyu (bukan berasal dari unggas).
6. Telur burung unta. Memang jarang ditemui namun juga dapat menjadi pengganti telur
ayam.Ukurannya besar, setara dengan sekitar 24 telur ayam biasa. Ukurannya yang jumbo
membuat telur burung unta membutuhkan waktu lebih untuk diolah. Karena ukuranya yang
besar dan cangkangnya yang kuat, telur ini sering dipakai sebagai hiasan dalam perayaan Paskah.
7. Telur angsa. Sama halnya dengan telur ayam dan telur bebek, telur angsa sering digunakan
untuk membuat kue karena proteinnya yang tinggi di dalam putih telur. Ukurannya sedikit
lebih besar dari pada telur bebek, kurang lebih 2,5 lebih besar dari pada telur
ayam ukuran standar.
8. Telur burung pegar. Baunya yang tidak amis. Ukurannya lebih kecil dari pada telur ayam
tetapi lebih besar dari pada telur puyuh. Warnanya coklat keabu-abuan. Sering diolah dengan
cara digoreng dan dikukus.
9. Telur puyuh. Telur burung puyuh berbentuk kecil dan mempunyai bintik-bintik pada
cangkangnya.Karena ukurannya yang terlalu kecil, telur puyuh mudah matang dan lebih
sering dijadikan pelengkap masakan dari pada makanan utama. Cara mengolah yang sering adalah
dengan merebus telur dan menambahkannya dalam masakan setelah kulitnya dikupas.
Beberapa diantaranya adalah mi, sup, salad, cah sayur, dan bahkan pizza.E.Standar Mutu Telur
Survei dilakukan oleh Asosiasi Konsumen Eropa (BEUC-The European Consumer
Association) tahun 2001 mengenai parameter mutu telur yang biasanya dilihat oleh
konsumen saat membeli telur. Tidak mengejutkan, hasil survei menunjukkan bahwa
bagi konsumen keamanan dan kesegaran; nilai gizi; serta sifat sensor adalah faktor
utama. Survei dilakukan terhadap 3085 konsumen di 10 negara Eropa seperti
Perancis, Jerman, Italia, UK, Spanyol, Polandia, dan Yunani. Dari survei tersebut juga
diperoleh informasi bahwa konsumen melihat kualitas sebuah telur dari kekuatan
cangkang, konsistensi albumen, dan warna kuning telur.
Menurut U.S. Egg Grading Manual, penilaian kualitas telur terbagi menjadi dua
bagian yakni, penilaian eksterior (bagian luar) dan interior (bagian dalam) telur.
Penilaian eksterior telur meliputi ukuran, bentuk, dan kebersihan cangkang sedangkan
penilaian interior telur dilihat dari kondisi kantong udara, putih (albumen) dan kuning
telur (egg yolk). Di Indonesia, kualitas telur konsumsi diatur dalam Standar Nasiional
Indonesia (SNI) 01-3926-1995 dengan parameter yang sama seperti U.S Egg Grading
Manual. Penilaian eksterior dilakukan dengan cara melihat langsung kondisi
![Page 12: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/12.jpg)
penampakan telur secara kasat mata, sedangkan penilaian interior dilakukan dengan
cara meneropong atau candling, di sortir manual satu per satu.
Penentuan mutu telur menurut U.S. Egg Grading Manual dan Standar Nasional
Indonesia
1.KualitasAA(Mutu1)
Kondisi telur bersih, halus, licin, tidak retak, dan bentuknya normal. Kedalaman
kantung udara tidak boleh lebih dari 3,2 mm (SNI : < 0,5 cm). Putih telur harus
bersih, kental dan stabil, dengan konsistensi seperti gelatin, Ketika diteropong, kuning
telur tidak bergerak-gerak, berbentuk bulat, terletak deitengah telur, kuning telur dan
bersih dari bercak darah atau noda apapun. Bayangan batas-batas kuning dan putih
telur ketika di teropong tidak terlihat jelas.
2.KualitasA(Mutu2)
Cangkang telur bersih, halus, licin, tidak retak, dan bentuknya normal. Kedalaman
rongga udara tidak boleh lebih dari 4,8 mm (SNI : 0,5-0,9 cm). Putih telur harus
bersih, dan kental. Bayangan batas-batas kuning dan putih telur ketika diteropong
mulai terlihat agak jelas. Kuning telur berbentuk bulat, posisinya di tengah, harus
bersih, dan tidak ada bercak atau noda.
3.KualitasB(Mutu3)
Cangkang bersih, tidak boleh retak, agak kasar, dan mungkin bentuknya abnormal.
Kantung udara lebih dari 1,6 mm (SNI : > 1 cm). Putih telur encer, sehingga kuning
telur bebas bergerak saat diteropong. Ada noda sedikit, tetapi tidak boleh ada benda
asing lainnya dan bagian kuning belum tercampur dengan putih. Kuning telur terlihat
gepeng (pipih) bentuknya, agak melebar, bintik atau noda darah mungkin ada, tetapi
diameternya tidak boleh lebih dari 3,2 mm.
F.Standar Mutu Hasil Olahan Telur
Standar Mutu SNI Telur
![Page 13: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/13.jpg)
Menurut Abbas (1989) menyatakan bahwa pengolahan produksi telur ditujukan untuk
mempertahankan daya simpan telur sebagai bahan pangan yang tetap berkualitas
tinggi, pengolahan telur harus dilakukan sedemikian rupa agar tidak terjadi hal-hal
yng dapat menurunkan kandungan gizi telur.
Selanjutnya Sudaryani(2003) menambahkan bahwa dari pengolahan telur diharapkan
telur tetap bernilai gizi tinggi, tidak merubah rasa,tidak berbau busuk dan warna isi
tidak pudar.
Menurut Murtidjo(1990), telur asin adalah telur segar yang diolah dalam keadaan utuh
,diawetkan sekaligus diasinkan dengan menggunakan garam,dimana garam
kandungan dapat menghambat perkembangan mikrorganisme sehingga telur dapat
![Page 14: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/14.jpg)
disimpan lebih lama. Dan syarat telur yang akan diasinkan adalah telur yang masi
segara dan baru,sudah dibersihkan dari kotoran,kulit telur masih utuh tidak retak, dan
sebelum pengasinan telur harus diamplas untuk memudahkan proses pengasinan.
G.Ciri-ciri Telur yang Rusak
Bila tidak disimpan dengan benar,telur otomatisakan mudah rusak. Berikut beberapa
ciri-ciri telur yang rusak :
1. Pecahkan telur yang akan diolah, kemudian lihat bagian putih telur. Telur
layak makan memiliki warna putih, tetapi bila warnanya berubah merah jambu, telur
sudah rusak.
2. Telur bagus mengeluarkan bau yang khas sementara bau telur yang sudah rusak
cenderung tidak sedap karena sudah dipenuhi bakteri.
3. Pegang telur, lalu timbang-timbang dengan tangan. Bila terasa berat, telur
tandanya sudah rusak.
4. Letakkan telur di atas meja. Putar dengan tangan, bila telur tidak bisa berputar
sempurna, tandanya telur sudah rusak.
5. Rongga udara (pada bagian tumpul) didalam telur membesar.
6. Putih telur lebih encer.
7. Kuning telur tidak berada ditengah jika diterawang.
H.Ciri-ciri Hasil Olahan Telur yang Rusak
1. .Ciri-ciri telur asin hasil olahan yang rusak
a. Telur asin tidak stabil sifatnya, artinya tidak dapat disimpan lama mengalami
cepat kerusakan. Semakin banyak garam yang digunakan dan semakin lama waktu
pengasinan, telur akan semakin awet dan asin. Setiap orang mempunyai selera yang
berbeda mengenai rasa asin ini. Karena itu, penggunaan garam dan waktu pengasinan
sebaiknya dibatasi, sampai taraf yang enak dinikmati oleh lidah konsumen.
b. Aroma dan rasanya tidak enak. Telur asin yang tidak baik akan menimbulkan rasa
amis, pahit, bau amoniak, bau busuk, serta rasa dan bau lainnya yang tidak
diharapkan.
c. Telur asin yang tidak baik tidak mengandung minyak di bagian pinggirnya .
![Page 15: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/15.jpg)
d. Letak kuning telur tidak di tengah-tengah., kemungkinan penyebabnya adalah
telur segar yang digunakan sudah rusak atau peletakan telur dalam tempayan tidak
tepat. Sebaiknya telur diletakkan dengan bagian tumpulnya menghadap ke atas. (Prof.
DR. Ir. Made Astawan, MS. Guru Besar Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB).
2.Ciri-ciri telur yang rusak dalam pembuatan kue
a. Telur yang rusak dalam pembuatan kue/bronis,sifatnya tidak stabil artinya tidak
dapat disimpan lama mengalami cepat kerusakan.
b. Aroma dan rasanya tidak enak. Telur yang mengalami kerusakan seperti ini akan
menimbulkan rasa amis, pahit, bau busuk, dan rasa dan juga tekstur yang tidak bagus .
c. Telur yang mengalami kerusakan dalam pembuatan kue menyebabkan kue tidak
mau mengembang dengan baik seperti biasanya.
3.Ciri –ciri telur yang rusak pada pembuatan telur mata sapi
a. Telur yang rusak dalam pembuatan telur mata sapi,sifatnya tidak stabil.
b. Aroma dan rasanya tidak enak. Telur yang mengalami kerusakan seperti ini akan
menimbulkan rasa amis, pahit, bau busuk, dan rasa dan tekstur yang tidak bagus .
c. Letak kuning telur tidak di tengah-tengah., kemungkinan penyebabnya adalah telur
segar yang digunakan sudah rusak.
![Page 16: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/16.jpg)
6. KAKAO
Karakteristik Tanaman Kakao Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.Buah kakao berbentuk bulat panjang (panjang sekitar 15 – 25 cm dan lebar 7 – 10 cm) dengan kulit yang relatif tebal (10 – 15 mm). Warnanya yang hijau pada saat masih muda berganti menjadi kuning, oranye, merah atau ungu ketika masak, walaupun pada beberapa varietas warnanya tetap hijau ketika buah masak. Pulp atau daging buah menutupi 20 – 40 buah biji kakao. Pada buah yang masak, pulp memiliki konsistensi lunak dan berlendir dengan rasa yang manis dan warna putih seperti susu. Biji kakao sendiri berbentuk oval pipih. Panjang biji sekitar 2 cm dengan lebar sekitar 1 cm dan berat ± 1 gram jika dikeringkan.Biji kakao didefinisikan sebagai biji yang dihasilkan oleh tanaman kakao (Theobroma cacao Linn), yang telah difermentasi, dibersihkan dan dikeringkan. Biji kakao yang diekspor diklasifikasikan berdasarkan jenis tanaman, jenis mutu, dan ukuran berat biji. Atas dasar jenis tanaman, biji kakao dibedakan menjadi dua, yaitu jenis kakao mulia (Fine Cocoa) dan jenis kakao lindak (Bulk Cocoa). Standar mutu terbagi atas dua syarat mutu, yaitu syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh setiap partai biji kakao yang akan diekspor, dan syarat khusus merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk setiap klasifikasi jenis mutu .Karakteristik dari biji kakaoKadar airKadar air merupakan sifat phisik yang sangat penting dan sangat diperhatikan oleh pembeli. Selain sangat berpengaruh terhadap randemen hasil (yield), kadar air berpengaruh pada daya tahan biji kakao terhadap kerusakan terutama saat penggudangan dan pengangkutan. Biji kakao, yang mempunyai kadar air tinggi, sangat rentan terhadap serangan jamur dan serangga. Keduanya sangat tidak disukai oleh konsumen karena cenderung menimbulkan kerusakan cita-rasa dan aroma dasar yang tidak dapat diperbaiki pada proses berikutnya. Standar kadar air biji kakao mutu ekspor adalah 6 – 7 %. Jika lebih tinggi dari nilai tersebut, biji kakao tidak aman disimpan dalam waktu lama, sedang jika kadar air terlalu rendah biji kakao cenderung menjadi rapuh.2. Ukuran bijiSeperti halnya kadar air, ukuran biji kakao sangat menentukan randemen hasil lemak. Makin besar ukuran biji kakao, makin tinggi randemen lemak dari dalam biji. Ukuran biji kakao dinyatakan dalam jumlah biji (beans account) per 100 g contoh uji yang diambil secara acak pada kadar air 6 – 7 %. Ukuran biji rata-rata yang masuk kualitas eskpor adalah antara 1,0 – 1,2 gram atau setara dengan 85 – 100 biji per 100 g contoh uji. Ukuran biji kakao kering sangat dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman, kondisi kebun (curah hujan) selama perkembangan buah, perlakuan agronomis dan cara pengolahan Tabel 5 menunjukkan klasifikasi mutu biji kakao atas dasar ukuran biji per 100 g contoh uji.3. Kadar kulitBiji kakao terdiri atas keping biji (nib) yang dilindungi oleh kulit (shell). Kadar kulit dihitung atas dasar perbandingan berat kulit dan berat total biji kakao (kulit + keping) pada kadar air 6 – 7 %. Standar kadar kulit biji kakao yang umum adalah antara 11 – 13 %. Namun, nilai kadar kulit umumnya tergantung pada permintaan konsumen. Beberapa konsumen bersedia membeli biji
![Page 17: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/17.jpg)
kakao dengan kadar kulit di atas nilai tersebut. Mereka akan memperhitungkan koreksi harga jika kadar kulit lebih tinggi dari ketentuan karena seperti halnya ukuran biji, kadar kulit berpengaruh pada randemen hasil lemak. Biji kakao dengan kadar kulit yang tinggi cenderung lebih kuat atau tidak rapuh saat ditumpuk di dalam gudang sehingga biji tersebut dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Sebaliknya, jika kadar kulit terlalu rendah, maka penjual (eksportir) biji kakao akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan bobot Kadar kulit biji kakao dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman dan cara pengolahan (fermentasi dan pencucian). Makin singkat waktu fermentasi, kadar kulit biji kakao makin tinggi karena sebagian besar sisa lendir (pulp) masih menempel pada biji. Namun demikian, kandungan kulit biji tersebut dapat dikurangi dengan proses pencucian
Proses Pengolahan Coklat
Proses Pengolahan Coklat pada industry besar seperti silver queen dan bubuk coklat van
Houten padaumumnya mengikuti diagram alir proses seperti diatas. Proses-proses yang terlibat
meliputi: Coco Bean Cleaning, Penyangraian, alkalisasi, Penggilingan, lalu diperolehcocoa
mass yang nantinya dapat diproses lebih lanjut sebagai coklat batangan, ataupun bubuk kakao.
1. Coco Bean Cleaning / Pembersihan biji kakao
Biji kakao yang diperoleh dari hasil sortasi petani kakao dilakukan pembersihan terlebih dahulu.
Pembersihan dilakukan secara mekanis, dengan bantuan mesin-mesin yang berprinsip
pemisahan terhadap perbedaan sifat fisik (ukuran) dan sifat magnet (logam dan nonlogam)
antara biji kakao dengan kontaminan-kontaminannya. Mesin-mesin ini dapat berupa:
pengayakan bertingkat, pengisap debu (siklon), dan perangkap logam magnetis.
2. Penyangraian
Dari penyangraian ini nantinya dihasilkan aroma dan cita rasa khas coklat. Aroma dan cita rasa
ini timbul akibat:
– Reaksi Maillard yang terjadi antara senyawa amino dengan gula pereduksi
– Penguapan senyawa ester, aldehid, furan, pirazin, dan alcohol.
Penyangraian dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain: 1) Penyangraian konduksi,
2) penyangraian konveksi dan 3) penyagraian radiasi.
3. Pemecahan dan Pemisahan Kulit Biji
Pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan ukuran fisik yang relative mencolok. Dimana inti
biji bersifat elastic dengan pecahan yang mempunyai ukuran relative besar dan seragam
sedangkan kulit biji bersifat rapuh dan mempunyai ukuran yang lebih halus. Dengan perbedaan
sifat ini keduanya dapat dipisahkan dengan menggunakan system winnowing atau hembusan
kipas. Pecahan inti biji yang lebih berat akan berada dibawah sedangkan pecahan kulit yang
halus dan ringan akan terhisap ke dalam kantong penyaring udara.
4. Alkalisasi
Alkalisasi dilakukan dengan melakukan penambahan alkali seperti Natrium karbonat, Natrium
bikarbonat, dan lain-lain. Dari Alakalisasi ini, nantinya akan diperoleh efek pengolahan terhadap
![Page 18: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/18.jpg)
biji kakao yaitu terjadinya netralisasi asam pada biji sehingga pH akan naik. Selain itu, timbulnya
warna kemerah- merahan serta rasa yang lebih enak juga merupakan efek akibat alkalisasi.
5. Penggiingan
Biji-biji yang sudah bersih dari kulitnya dilewatkan kedalam mesin penggiling dimana biji tersebut
dicabik-cabik sehinDari Penggilingan ini, akan timbul efek pengolahan yaitu mencairnya lemak
sehingga dalam bentuk cair akibat panas selama proses penggilingan.
6. Cocoa Mass atau Pasta Cokelat
Cocoa Mass merupakan produk adonan cokelat yang dihasilkan setelah serangkaian proses
diatas. Cocoa Mass ini apabila di-pres akan menghasilkan Cocoa Butter (lemak kakao)
dan Cocoa cake . Cocoa cake apabila diproses lebih lanjut dapat menghasilkan bubuk
coklat.Cocoa Mass setelah dicampur susu, gula halus dan lemak coklat lalu dicetak dapat
menghasilkan coklat batangan.
Proses Pengolahan Cocoa
Mass menjadi Coklat Batangan
Selain Cocoa mass (Liquor for chocolate) terdapat beberapa komposisi lain yang perlu
ditambahkan untuk memperkaya cita rasa coklat itu sendiri. Komponen tersebut diantaranya:
Sugar, milk, Cocoa butter, dan bila perlu ditambahkan emulsifier untuk memperbaiki kualitas
emulsinya. Bahan-bahan ini dicampur dengan perbandingan tertentu, kemudian dilembutkan
dengan mesin tipe roll hingga diperoleh ukuran <20 mu. Proses pengolahan coklat batang
meliputi proses Penghalusan, Pencampuran (Mixing), Refining, Penghalusan (conching),
Tempering, Pencetakan, dan Pengemasan.
1. Penghalusan
Di tahap awal ini,dilakukan penghalusan bahan-bahan yang akan dicampur ke dalam pasta
coklat. Penghalusan ini akan memperkecil ukuran partikel bahan sehingga mudah untuk
dicampur secara merata.
![Page 19: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/19.jpg)
2. Pencampuran (Mixing)
Cocoa Mass, Gula, Lemak coklat, dan susu dicampur dengan menggunakan mixer . Kadar
penambahannya dilakukan berdasarkan jenis atau tipe coklat yang akan dihasilkan. Tentunya
semakin banyak campuran yang ditambahkan akan mempengaruhi titik leleh dari coklat itu
sendiri. Coklat yang baik (dengan sedikit penambahan campuran) memiliki titik leleh sesuai
dengan suhu mulut (+ 36-37 C). Apabila semakin banyak campuran bisa jadi titik lelehnya
meningkat.
3. Refining
Proses ini dilakukan oleh refiner yang terdiri dari beberapa roll besi yang berputar. Hasil dari
proses mixing akan dilewatkan pada alat ini sehingga diperoleh adonan yang sangat halus.
Proses Refining ini akan memperhalus tekstur dari coklat.
4. Penghalusan (conching)
Conching dilakukan pada suhu 60-70 C selama 24 – 96 jam dengan alat yang dinamakan
“kneading” . Ditahap akhir proses ini bisa ditambahkan lesitin dan vanili. Selama proses, air
dan senyawa cita rasa yang tidak diinginkan menguap; partikel coklat; gula dan susu akan
terselimuti dengan baik oleh lemak kakoao sehingga memberikan sensasi halus. Artinya, selama
proses ini akan tercipta tekstur dan aroma coklat yang menarik. Alternatif dari
proses Conching ini adalah pembuatan emulsi dengan mesin yang bekerja seperti pemecah
telur.
5. Tempering
Tempering dilakukan dengan melewatkan adonan pada proses pendinginan dan pemanasan
kembali. Pada awal tempering dilakukan pemanasan secara bertahap dari suhu 33 C menjadi
48 C selama 10 – 12 menit, kemudian didinginkan sampai 33 C, diturunkan lagi sampai 26 C dan
dipanaskan lagi sampai 33 C. Dari proses ini, diperoleh coklat yang stabil, dalam hal ini tidak
terjadinya perubahan warna, ffat bloom ataupun timbulnya semacam jamur pada coklat.
6. Pencetakan
Adonan yang keluar dari serangkaian proses diatas dituang kedalam cetakan atau dicurahkan
menggunakan proses enrobing yang kemudian didinginkan dalam sebuah pendingin
atau cooling chamber.
7. Pengemasan
Produk kemudian dikemas dan siap dipasarkan
Pengolahan Kakao menjadi Bubuk Coklat
“Cocoa mass” disebut juga adonan coklat merupakan biji coklat yang telah di sangrai lalu digiling
yang hasilnya agak berbentuk pasta. Cocoa mass hasil pengglingan kemudian dihaluskan
selama 7 jam untuk mendapatkan bubur coklat.
Selanjutnya dilakukan pengepresan. Kualitas bubuk kakao yang baik dihasilkan dengan
![Page 20: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/20.jpg)
menggunakan kempa hidrolik. Pengepresan hidrolik disainya sudah dimodernisasi dan sekarang
lebih otomati dan akurat dalam menghasilkan cake dengan kandungan lemak sesuai dengan
yang diinginkan.
Pengambilan lemak kakao dapat dilakukan secara pengepresan dengan memberikan tekanan.
Cara ini diperlukan kondisi press panas agar lemak kakao yang diperoleh maksimal. Lama waktu
pengepresan dan tekanan yang diberikan sangat berpengaruh terhadap rendemen lemak kakao.
Dari pengepresan diperoleh lemak kakao dan bungkil kakao (cocoa cake)
Setelah itu cocoa cake hasil pengempaan dihaluskan dengan alat penghalus (cocoa breaker).
Untuk memperoleh hasil ukuran fraksi yang seragam setelah penghalusan perlu dilakukan
pengayakan. Bubuk cokelat relatif sulit dihaluskan dibandingkan bubuk/tepung dari biji-bijian lain
karena adanya kandungan lemak. Lemak yang tersisa di dalam bubuk mudah meleleh akibat
panas gesekan pada saat dihaluskan sehingga menyebabkan komponen alat penghalus bekerja
tidak optimal. Pada suhu yang lebih rendah dari 34ºC, lemak menjadi tidak stabil menyebabkan
bubuk menggumpal dan membentuk bongkahan (lump). Untuk itu selama proses penghalusan
suhu operasi harus dikontrol agar diperoleh bentuk bubuk yang stabil, baik warna maupun sifat
sifatnya.
Setelah sebagian besar lemak dari kakao dipisahkan dari pasta, sisa pengepresan merupakan
dasar pembuatan bubuk kakao. Jumlah lemak yang tinggal dalam bahan bervariasi tergantung
kondisi proses pengepresan. Penggilingan press cake menghasilkan bubuk yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan kandungan lemaknya yaitu kadar lemak tinggi (>20%), sedang (10-
20%), dan rendah (<10%)
DAPUSB.Sarwono.1997.Pengawetan dan Pemanfaatan Telur .Jakarta : Tratae
Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur.Yogykarta:
Liberty
M.Suprapti Lies.2006.Pengawetan Telur.Yogyakarta : Kanisius.
Nio.F,Gou Tjoe.1979.Pengetahuan Makanan dan Barang Dapur.Bandung : Tratae
R.muchtadi Tien.2010.Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.Bandung :ALFABETA
Soerjono,soedarnih.1974..Pengetahuan Barang Makanan.Yogyakarta :Seksi
pengembengan sekolah kabin PKK.
Sudaryani, T., 2006. Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya.
![Page 21: TPM](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062320/55cf8ef9550346703b9795a8/html5/thumbnails/21.jpg)