tp farkit 2

Upload: abdurraafi-maududi-dermawan

Post on 30-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS PENDAHULUAN

Nama: Abdurraafi MDNIM: I21110005

3.b. Bagaimana keterkaitan antara penetapan waktu pengambilan cuplikan darah tikus?Penetapan waktu cuplikan (sampling time) erat sekali kaitannya dengan perkiraan model farmakokinetik atau yang lebih dikenal dengan model kompartemen. Model Farmakokinetik merupakan suatu hubungan matematik yang menggambarkan perubahan konsentrasi terhadap waktu dalam sistem yang diperiksa (Mutschler, 1991). Metode analisis kompartemental digunakan untuk memperkirakan dan menentukan secara kuantitatif apa yang terjadi terhadap obat sebagai fungsi waktu dari saat diberikan sampai waktu dimana obat tersebut sudah tidak ada lagi di dalam tubuh. Waktu pengambilan obat dalam media cairan hayati (waktu sampling) dan perkiraan model kompartemen memiliki hubungan keterkaitan. Keterkaitan kedua faktor ini sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kesalahan waktu pengambilan cuplikan, maka dapat menyebabkan kesalahan pula pada penentuan model kompartemen. Untuk menghindari kesalahan dalam penetapan model farmakokinetik, terutama untuk obat yang diberikan secara intravena, waktu sampling hendaknya dilakukan sedini mungkin sesudah pemberian obat. Untuk percobaan pendahuluan lama pengambilan cuplikan perlu diperhatikan. Jika cuplikan darah yang dipergunakan, pengambilan cuplikan dianjurkan berlangsung selama 3 - 5 kali harga waktu paruh eliminasi (tlh) obat yang diuji. Dan 7 - 10 kali th obat. Jika cuplikan urin yang dipergunakan, yakni praktis 99,2 - 99,9% obat telah diekskresikan (Ritschel, 1980). Frekuensi atau banyaknya pengambilan cuplikan, erat kaitannya dengan asumsi model kompartemen badan. Jika kinetika obat mengikuti model dua kompartemen terbuka, dianjurkan banyak pengambilan cuplikannya paling tidak 3 kali pada tahap absorpsi, 3 kali pada sekitar puncak, 3 kali pada tahap distribusi, dan 3 kali pada tahap eliminasi. Keadaan ini diperlukan untuk mendapatkan data kadar obat dalam darah lawan waktu yang cukup untuk evaluasi parameter farmakokinetika obat. Pengambilan cuplikan pada tahap distribusi tidak diperlukan, jika kinetika obat mengikuti model satu kompartemen terbuka16. Waktu pengambilan cuplikan yang optimal ini perlu diperhatikan, karena akan menentukan kesahihan penetapan asumsi model kompartemennya. Hal ini dapat dikerjakan dengan penelitian pendahuluan atau orientasi (Argenio, 1981).

4. Bagaimana menetukan proses absorpsi distribusi dan elimimasi dari cuplikan drh tikus?Penetuan proses absorpsi, distribusi maupun eleminasi dapat dilakukanData uji coba yang pertama kali perlu dianalisis adalah sederetan kadar obat tak berubah atau metabolitnya di dalam darah atau urin, pada sederetan waktu tertentu. Sebelum data tersebut dipergunakan untuk menghitung parameter farmakokinetika, langkah pertama yang dikerjakan adalah menetapkan model kompartemen badan yang diikutinya. Langkah ini penting, karena akan menentukan penerapan rumus matematik yang akan dipergunakan untuk menghitung parameter farmakokinetika. Analisis kompartemen ini dapat dikerjakan dengan memplotkan data kadar obat tak berubah dalam darah lawanwaktu pada kertas grafik semilogaritmik, atau plot log kecepatan ekskresi (dAe/dt) lawan waktu pada kertas grafik numerik. Jika data urin yang dipergunakan. Dengan melihat adanya fase distribusi (yakni grafik bifasik untuk pemberian intravena dan grafik trifasik untuk pemberian oral), kinetika obat dapat dikatakan mengikuti model dua kompartemen terbuka. Jika fase distribusi ini tidak terlihat pada grafik, maka kinetika obat pada umumnya dikatakan mengikuti model satukompartemen terbuka. Namun, perlu dicatat bahwa keadaan ini hanya berlaku jika tetapan kecepatan distribusi (alfa) diasumsikan harganya lebih besar dari pada tetapan kecepatan absorpsinya (ka), pi ada pemberian obat secara oral. Notari (1980) menyatakan, kinetika obat akan mengikuti model satu kompartemen terbuka, jika harga tetapan kecepatan distribusi antar kompartemen (k12 + k21 ) sama atau lebih besar dari pada 20 kali harga tetapan kecepatan eliminasinya (Kel). Dengan perkataan lain, kinetika obat mengikuti model dua kompartemen terbuka, jika harga tetapan kecepatan distribusi antar kompartemen yang diperoleh itu lebih kecil daripada 20 kali harga tetapan kecepatan eliminasinya (k 12 + k21 =