juklap_penanganan tp pertambangan

26
Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 1 BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI DIREKTORAT TINDAK PIDANA TERTENTU PETUNJUK LAPANGAN (JUKLAP) PENANGANAN TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN (ILLEGAL MINING) I. MAKSUD DAN TUJUAN A. Maksud Juklap ini dikandung maksud untuk memberikan pedoman bagi Penyidik Polri tentang prosedur dan tata cara dalam penanganan tindak pidana di bidang Pertambangan (Illegal mining). B. Tujuan Untuk menyamakan persepsi bagi penyidik Polri guna menjamin keseragaman penanganan tindak pidana di bidang Pertambangan (Illegal mining) dalam rangka memberikan kepastian hukum. II. DASAR PENYIDIKAN KEJAHATAN ILLEGAL MINING A. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP; B. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; C. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; D. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; E. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; F. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara; G. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batubara; H. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.43/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan; I. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara; J. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.382/Menhut-II/2004 tentang Izin Pemanfaatan Kayu (IPK); K. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;

Upload: niken-astiningrum-triasbudi

Post on 27-Dec-2015

897 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Police instruction in overcoming illegal mining.

TRANSCRIPT

Page 1: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 1

BADAN RESERSE KRIMINAL POLRIDIREKTORAT TINDAK PIDANA TERTENTU

PETUNJUK LAPANGAN (JUKLAP)PENANGANAN

TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN (ILLEGAL MINING)

I. MAKSUD DAN TUJUAN

A. Maksud

Juklap ini dikandung maksud untuk memberikan pedoman bagi PenyidikPolri tentang prosedur dan tata cara dalam penanganan tindak pidana di bidangPertambangan (Illegal mining).

B. Tujuan

Untuk menyamakan persepsi bagi penyidik Polri guna menjaminkeseragaman penanganan tindak pidana di bidang Pertambangan (Illegal mining)dalam rangka memberikan kepastian hukum.

II. DASAR PENYIDIKAN KEJAHATAN ILLEGAL MINING

A. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;B. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan

Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Energi dan Sumber DayaMineral;

C. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral danBatubara;

D. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;E. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;F. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha

pertambangan mineral dan batubara;G. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang pembinaan dan pengawasan

penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batubara;H. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.43/Menhut-II/2008 tentang Pedoman

Pinjam Pakai Kawasan Hutan;I. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.55/Menhut-II/2006 tentang

Penatausahaan Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara;J. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.382/Menhut-II/2004 tentang Izin

Pemanfaatan Kayu (IPK);K. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;

Page 2: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 2

L. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyakdan Gas Bumi;

M. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi;N. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;O. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;P. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;Q. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;R. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

III. JENIS-JENIS TINDAK PIDANA DI BIDANG PERTAMBANGAN (ILLEGAL MINING)

A. Penambangan Tanpa Ijin (PETI);

1. Melakukan kegiatan pertambangan tanpa memiliki ijin sama sekalisebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009tentang pertambangan mineral dan batu bara istilah tersebutdiperbaharui/diganti dengan (IUP, IPR, IUPK);

2. Melakukan kegiatan pertambangan dengan ijin yang sudah mati atauberakhir, baik berakhir karena dikembalikan, dibatalkan, maupun habiswaktunya;

3. Melakukan kegiatan pertambangan diluar areal atau diluar titik koordinatyang sudah ditentukan dalam ijin yang diberikan;

4. Melakukan kegiatan pertambangan dengan menggunakan ijin yang tidaksesuai dengan peruntukannya;

5. Pemegang IUP Eksplorasi tetapi melakukan kegiatan operasi produksi(kontruksi, eksploitasi, pengolahan & pemurnian, pengangkutan danpenjualan).

B. Pemegang IUP, IPR, IUPK yang dengan sengaja menyampaikan laporan palsuberkaitan dengan usaha pertambangan, misalnya PT. X pemegang IUP OperasiProduksi Eksploitasi telah melakukan kegiatan penambangan batubara denganhasil produksi rata-rata 40.000 MT setiap bulannya namun yang dilaporkan kepadaPemerintah hasil produksi hanya rata-rata 30.000 MT setiap bulannya;

C. Pemegang IUP atau IUPK Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan,melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral danbatubara yang bukan dari pemegang IUP/IUPK;

D. Merintangi atau menganggu kegiatan usaha pertambangan dari pemegang IUPatau IUPK;

E. Usaha pertambangan yang sudah memiliki ijin, tetapi melakukan pelanggaranperUndang-Undangan lainnya, seperti :

Page 3: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 3

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup, apabila dalam menjalankan usaha pertambangannya mengakibatkankerusakan lingkungan hidup dan ekosistemnya;

2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, apabila dalammenjalankan usaha pertambangannya berada dalam kawasan hutan, akantetapi belum memiliki ijin pinjam pakai kawasan hutan dari MenteriKehutanan;

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, apabila dalammenjalankan usaha pertambangannya mengakibatkan kerusakan kebunatau menggunakan lahan perkebunan tanpa ijin dari pemilik HGUperkebunan;

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, apabiladalam menjalankan usaha pertambangannya menggunakan air tanah tanpaijin atau mengakibatkan kerusakan sumber air;

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,apabila alat-alat berat yang digunakan dalam menjalankan usahapertambangannya memakai bahan bakar yang disubsidi oleh pemerintah;

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, apabiladalam melakukan kegiatan eksploitasi (penambangan) tidak menaatirencana tata ruang yang telah ditetapkan dan/atau atas kegiatan tersebutmengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang.

F. Ketentuan Pidana

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral danBatubara

a. Pasal 158

Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPRatau IUPK sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, pasal 40 ayat (3),pasal 48, pasal 67 ayat (1), pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidanadengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dendapaling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

b. Pasal 159

Pemegang IUP, IPR, atau IUPK yang dengan sengaja menyampaikanlaporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (1), pasal 70huruf e, pasal 81 ayat (1), pasal 105 ayat (4), pasal 110, atau pasal111 ayat (1) dengan tidak benar atau menyampaikan keteranganpalsu dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluhmiliar rupiah).

Page 4: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 4

c. Pasal 160

1) Ayat (1) setiap orang yang melakukan eksplorasi tanpamemiliki IUP atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam pasal37 atau pasal 74 ayat (1) dipidana dengan pidana kurunganpaling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

2) Ayat (2) Setiap orang yang mempunyai IUP Eksplorasi tetapimelakukan kegiatan operasi produksi dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) Tahun dan denda paling banyakRp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

d. Pasal 161

Setiap orang atau pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK OperasiProduksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahandan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubarayang bukan dari pemegang IUP, IUPK, atau izin sebagaimanadimaksud dalam pasal 37, pasal 40 ayat (3), pasal 43 ayat (2), pasal48, pasal 67 ayat (1), pasal 74 ayat (1), pasal 81 ayat (2), pasal 103ayat (2), pasal 104 ayat (3), atau pasal 105 ayat (1) dipidana denganpidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda palingbanyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

e. Pasal 162

Setiap orang yang merintangi atau mengganggu kegiatan usahapertambangan dari pemegang IUP atau IUPK yang telah memenuhisyarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 136 ayat (2)dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun ataudenda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

f. Pasal 163

Ayat (1) dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam babini dilakukan oleh suatu badan hukum, selain pidana penjara dandenda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkanterhadap badan hukum tersebut berupa pidana denda denganpemberatan ditambah 1/3 (satu pertiga) kali dari ketentuanmaksimum pidana denda yang dijatuhkan.

Ayat (2) selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),badan hukum dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:

1) pencabutan izin usaha; dan/atau

2) pencabutan status badan hukum.

Page 5: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 5

g. Pasal 164

Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 158,pasal 159,pasal 160, pasal 161, dan pasal 162 kepada pelaku tindak pidanadapat dikenai pidana tambahan berupa:

1) perampasan barang;2) perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;3) kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana.

h. Pasal 165

Setiap orang yang mengeluarkan IUP, IPR, atau IUPK yangbertentangan dengan Undang-Undang ini dan menyalahgunakankewenangannya diberi sanksi pidana paling lama 2 (dua) tahunpenjara dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah).

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup

a. Pasal 109

Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpamemiliki izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat(1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahundan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan paling banyak Rp.3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah).

b. Pasal 110

Setiap orang yang menyusun amdal tanpa memiliki sertifikatkompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69ayat (1) huruf 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)dan denda paling banyak Rp. 3.000.000.000 (tiga milyar rupiah).

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

a. Pasal 501) Ayat (3) huruf a : setiap orang dilarang mengerjakan dan atau

menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secaratidak sah.

2) Ayat (3) huruf e : setiap orang dilarang menebang pohon ataumemanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpamemiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang.

3) Ayat (3) huruf g : setiap orang dilarang melakukan kegiatanpenyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahantambang di dalam kawasan hutan yang diambil atau dipungutsecara tidak sah.

Page 6: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 6

b. Pasal 78

1) Ayat (2) : barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (3) huruf a, hurufb, atau huruf c, diancam dengan pidana penjara paling lama10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2) Ayat (5) : barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (3) huruf e, atauhuruf f, diancam dengan pidana penjara paling lama 10(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

3) Ayat (6) : barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (4) atau pasal 50ayat (3) huruf g, diancam dengan pidana penjara paling lama10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

a. Pasal 51

Ayat (1) : setiap orang yang melakukan survei umum sebagaimanadimaksud dalam pasal 19 ayat (1) tanpa hak dipidana dengan pidanakurungan paling lama 1 (satu) tahun.

b. Pasal 52

Setiap orang yang melakukan eksplorasi dan/atau eksploitasi tanpamempunyai kontrak kerjasama, sebagaimana dimaksud dalam pasal11 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)Tahun.

c. Pasal 55

Setiap orang yang menyalahgunakan pengangkutan dan/atau niagabahan bakar minyak yang disubsidi pemerintah dipidana denganpidana penjara paling lama 6 (enam) Tahun.

5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi

a. Pasal 11

Ayat (3) : pengusahaan sumberdaya panas bumi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan usaha, setelah

Page 7: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 7

mendapat IUP dari Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuaidengan kewenangan masing-masing.

b. Pasal 35

Setiap orang yang melakukan kegiatan Usaha Pertambangan PanasBumi tanpa IUP sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (3)dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan danpaling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp.2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) dan paling banyak50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

c. Pasal 36

Pemegang IUP yang dengan sengaja meninggalkan wilayah kerjanyatanpa menyelesaikan kewajibannya, sebagaimana dimaksud dalampasal 29 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atauhuruf g dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)bulan.

d. Pasal 37

Setiap orang yang mengganggu atau merintangi kegiatan usahapertambangan panas bumi dari pemegang IUP sehingga pemegangIUP terhambat dalam melaksanakan kegiatan usaha pertambanganpanas bumi, sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 dipidana denganpidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda palingbanyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

6. Undang-Undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

a. Pasal 94

1) Ayat (1) : Dipidana dengan pidana penjara paling lama 9(sembilan) tahun dan denda paling banyakRp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah) :

a) Huruf a : setiap orang yang dengan sengaja melakukankegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber airdan prasarananya, mengganggu upaya pengawetanair, dan/atau mengakibatkan pencemaran air,sebagaimana dimaksud dalam pasal 24.

b) Huruf b : setiap orang yang dengan sengajamelakukan kegiatan yang dapat mengakibatkanterjadinya daya rusak air, sebagaimana dimaksuddalam pasal 52.

Page 8: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 8

2) Ayat (2) : dipidana dengan pidana penjara paling lama 6(enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00(satu milyar rupiah) :

a) Huruf a : setiap orang yang dengan sengaja melakukankegiatan penggunaan air yang mengakibatkankerugian terhadap orang atau pihak lain dankerusakan fungsi sumber air, sebagaimana dimaksuddalam pasal 32 ayat (3).

b) Huruf b : setiap orang yang dengan sengajamelakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknyaprasarana sumber daya air, sebagaimana dimaksuddalam pasal 64 ayat (7).

3) Ayat (3) : dipidana dengan pidana penjara paling lama 3(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00(lima ratus juta rupiah) :

a) Huruf a : setiap orang yang dengan sengajamenyewakan atau memindah tangankan sebagianatau seluruhnya hak guna air, sebagaimana dimaksuddalam pasal 7 ayat (2).

b) Huruf b : setiap orang yang dengan sengajamelakukan pengusahaan sumber daya air tanpa izindari pihak yang berwenang, sebagaimana dimaksuddalam pasal 45 ayat (3).

c) Huruf c : setiap orang yang dengan sengaja melakukankegiatan pelaksanaan konstruksi prasarana sumberdaya air yang tidak didasarkan pada norma, standar,pedoman, dan manual, sebagaimana dimaksud dalampasal 63 ayat (2).

d) Huruf d : setiap orang yang dengan sengajamelakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi padasumber air tanpa memperoleh izin dari pemerintahatau pemerintah daerah, sebagaimana dimaksuddalam pasal 63 ayat (3).

b. Pasal 95

1) Ayat (1) : Dipidana dengan pidana penjara paling lama 18(delapan belas) bulan dan denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) :

Page 9: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 9

a) Huruf a : setiap orang yang karena kelalaiannyamengakibatkan kerusakan sumber daya air danprasarananya, mengganggu upaya pengawetan air,dan/atau mengakibatkan pencemaran air,sebagaimana dimaksud dalam pasal 24.

b) Huruf b : setiap orang yang karena kelalaiannyamelakukan kegiatan yang dapat mengakibatkanterjadinya daya rusak air, sebagaimana dimaksuddalam pasal 52.

2) Ayat (2) : dipidana dengan pidana penjara paling lama 1(satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00(dua ratus juta rupiah) :

a) Huruf a : setiap orang yang karena kelalaiannyamelakukan kegiatan penggunaan air yangmengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihaklain dan kerusakan fungsi sumber air, sebagaimanadimaksud dalam pasal 32 ayat (3).

b) Huruf b : setiap orang yang karena kelalaiannyamelakukan kegiatan yang mengakibatkan kerusakanprasarana sumber daya air, sebagaimana dimaksuddalam pasal 64 ayat (7).

3) Ayat (3) : dipidana dengan pidana penjara paling lama 6(enam) bulan dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00(seratus juta rupiah) :

a) Huruf a : setiap orang yang karena kelalaiannyamelakukan pengusahaan sumber daya air tanpa izindari pihak yang berwenang, sebagaimana dimaksuddalam pasal 45 ayat (3).

b) Huruf b : setiap orang yang karena kelalaiannyamelakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi prasaranasumber daya air yang tidak didasarkan pada norma,standar, pedoman, dan manual, sebagaimanadimaksud dalam pasal 63 ayat (2).

c) Huruf c : setiap orang yang karena kelalaiannyamelakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi padasumber air tanpa izin, sebagaimana dimaksud dalampasal 63 ayat (3).

Page 10: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 10

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan

a. Pasal 21

Setiap orang dilarang melakukan tindakan yang berakibat padakerusakan kebun dan/atau aset lainnya, penggunaan tanahperkebunan tanpa izin dan/atau tindakan lainnya yangmengakibatkan terganggunya usaha perkebunan.

b. Pasal 47

1) Ayat (1) : setiap orang yang dengan sengaja melanggarlarangan melakukan tindakan yang berakibat pada kerusakankebun dan/atau aset lainnya, penggunaan lahan perkebunantanpa izin dan/atau tindakan lainnya yang mengakibatkanterganggunya usaha perkebunan, sebagaimana dimaksuddalam pasal 21, diancam dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00(lima ratus juta rupiah).

2) Ayat (2) : setiap orang yang karena kelalaiannya melakukantindakan yang berakibat pada kerusakan kebun dan/atau asetlainnya, penggunaan lahan perkebunan tanpa izin dan/atautindakan lainnya yang mengakibatkan terganggunya usahaperkebunan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, diancamdengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun 6 (enam)bulan dan denda paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (duamilyar lima ratus juta rupiah).

IV. MODUS OPERANDI

A. Melakukan kegiatan penambangan tanpa memiliki ijin dari yang berwenang;

B. Melakukan kegiatan pertambangan dengan ijin yang sudah mati atau berakhir, baikberakhir karena dikembalikan, dibatalkan, maupun habis waktunya;

C. Melakukan kegiatan pertambangan diluar areal atau diluar titik koordinat yangsudah ditentukan dalam ijin yang diberikan;

D. Melakukan kegiatan pertambangan dengan menggunakan ijin yang tidak sesuaidengan peruntukannya;

E. Pemegang IUP Eksplorasi tetapi melakukan kegiatan operasi produksi (kontruksi,eksploitasi, pengolahan & pemurnian, pengangkutan dan penjualan);

Page 11: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 11

V. PROSES PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA ILLEGAL MINING

A. Proses Penyelidikan sebagai berikut :

1. Dasar hukum

a. Pasal 4, pasal 5, pasal 9, pasal 16, pasal 37, pasal 102, pasal 103,pasal 104, pasal 105, pasal 108, pasal 111 Undang-Undang Nomor 8Tahun 1981 tentang KUHAP;

b. Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2. Pengertian dan wewenang penyelidikan

a. Dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (5) KUHAP dijelaskanbahwa penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untukmencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindakpidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikanmenurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini;

b. Pada prakteknya kegiatan penyelidikan, dilakukan untuk mencaridan mengumpulkan keterangan-keterangan dan bukti gunamenentukan apakah suatu peristiwa yang terjadi/dinformasikan,issue, dilaporkan atau diadukan, merupakan tindak pidana ataubukan, guna ditindaklanjuti penyidikan. Pada aplikasinyapenyelidikan dapat dilakukan dengan cara terbuka sepanjang hal itudapat menghasilkan keterangan-ketarangan yang diperlukan dandilakukan secara tertutup apabila keterangan yang diperlukan tidakmungkin diperoleh secara terbuka, dan hasil penyelidikandituangkan di dalam Laporan Hasil Penyelidikan yang kemudiandipelajari, dianalisis/diolah sehingga data menjadi keterangan-keterangan yang berguna untuk kepentingan penyidikan;

c. Yang berwenang melakukan penyelidikan adalah Pejabat KepolisianNegara Republik Indonesia yang diberi wewenang menurut Undang-Undang (Pasal 1 butir 4 KUHAP).

3. Sasaran Penyelidikan Orang

Yang dimaksud orang dalam illegal mining berkaitan dengan orangyang melakukan; orang yang menyuruh melakukan; orang yang turut sertamelakukan illegal mining, termasuk orang yang bisa memberikanketerangan sebagai saksi berkaitan dengan kegiatan illegal mining.Kriminalisasi orang dapat berbentuk perorangan atau badan usaha, yaitu :

Page 12: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 12

a. Penambang yang tidak memiliki ijin usaha pertambangan (KP, IUP,IUPK);

b. Penambang yang melakukan kegiatan pertambangan di luar ijin yangdimilikinya;

c. Penambang yang melakukan kegiatan pertambangan di areal yangtumpang tindih dengan KP lain atau orang yang melakukan kegiatantambang yang menyebabkan rusaknya usaha perkebunan;

d. Penambang di kawasan hutan tidak memiliki ijin pinjam pakaikawasan hutan dari Menteri Kehutanan;

e. Penambang yang tidak melakukan kegiatan reklamasi;

f. Pejabat/pegawai pemerintah (Pusat & Daerah) berkaitan dgnpengeluaran Aspek legalitas/formil yaitu KP, IUP, ijin penggunaankawasan hutan (Kadistamben Kab/Prov; Kadishut Kab/Prov;Departemen Kehutanan; Dirjen Minerbapabum);

g. Masyarakat lingkar tambang & pekerja tambang (pemilik atas haktanah, Manager Opersional/Produksi, Kepala Tehnik Tambang,Pemegang SPK, Pengawas, Cheker, Operator, Sopir dsb).

B. Lokasi/Tempat yaitu berkaitan dengan di lokasi atau areal kegiatanpenambangan, baik di laut maupun di darat seperti :

1. Areal pertambangan baik yang masuk kawasan hutan maupun tidak yaitu :Bukaan tambang; Stockpile; Jalan tambang; Workshop; Base camp;

2. Areal pengolahan dan pemurnian serta infrastruktur lainnya;

3. Pelabuhan khusus untuk pengangkutan hasil pertambangan;

4. Tempat penjualan, tempat penampungan hasil tambang yang dikaitkandengan hasil tambang bukan dari pemegang IUP/IUPK.

C. Sasaran Penyelidikan Benda/Barang

1. Sarana dan peralatan penambangan, yaitu : Excavator; Dozer; Grader;Loader; Dump truck;

2. Instalasi pengolahan dan pemurnian, yaitu : Washing Plant; Stone Crusher;

3. Hasil Penambangan, yaitu : batubara, nikel dsb yg ada dibukaan tambang,stockpile maupun pelabuhan.

Page 13: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 13

D. Peristiwa atau Kejadian yang dilakukan Penyelidikan

Berkaitan dengan modus operandi illegal mining dan dugaan pasal yangdipersangkakan sehingga pelaksanaan kegiatan penyelidikan diharapkan dapatmenentukan peristiwa yang dilaporkan dan/atau diketahui merupakan peristiwatindak pidana atau bukan sehingga bisa ditingkatkan dalam proses penyidikan atautidak, seperti :

1. Melakukan usaha pertambangan tanpa ijin sama sekali, masa berlaku ijinsudah habis, melakukan penambangan diluar areal ijin yang dimilikidan/atau melakukan penambangan dengan ijin yang pasal 158, 160Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.

2. Melakukan kegiatan penambangan yang mengakibatkan rusaknyaperkebunan (Vide pasal 47 ayat 1 Jo pasal 21 Undang-Undang Nomor 18Tahun 2004 tentang Perkebunan);

3. Melakukan land clearing dan penggalian tambang batubara dalam kawasanhutan tanpa memiliki ijin pinjam pakai kawasan hutan (Vide Pasal 78 ayat(6) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan).

E. Dokumen/Data yang harus diperoleh dalam Penyelidikan

1. Legalitas perijinan seperti copy IUP, IPR, IUPK;2. Peta penunjukkan kawasan hutan & perairan propinsi & Ijin pemanfaatan

hutan;3. HGU perkebunan;4. Akta perusahaan;5. Kontrak/perjanjian kerjasama atau SPK;6. Laporan produksi dan penjualan;7. laporan pembayaran royalti dan iuran lainnya;8. Titik koordinat bukaan tambang dan infra struktur beserta dokumentasinya;9. Posisi dan kondisi Tempat Kejadian Perkara (TKP);10. Kondisi masyarakat dan lingkar tambang;11. Pelaku usaha;12. Jumlah tenaga kerja atau karyawan;13. Sarana dan peralatan yang digunakan;14. Modus Operandi, Pelanggaran yang dilakukan sebagai titik awal untuk

analisis sebelum dilakukan Penindakan/Penyidikan;15. Apakah ada Peraturan (Perda) yang tidak sinkron dengan Pemerintah Pusat.

F. Tahapan Penyelidikan Tindak Pidana Illegal Mining

1. Pengumpulan dan pengkajian dokumen :

Page 14: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 14

a. Legalitas formal atau perijinan yang dimiliki oleh badan usahatersebut dalam menjalankan usaha pertambangannya, baikdokumen yang menyangkut pendirian perusahaan seperti aktaperusahaan, NPWP, TDP maupun yang berkaitan dengan usahapertambangannya IUP, IPR, IUPK;

b. Pejabat yang berwenang mengeluarkan perijinan baik berkaitan IUP,IPR, IUPK maupun berkaitan usaha pertambangan di dalam kawasanhutan.

c. Peta penunjukkan kawasan hutan yang dijadikan pedoman/digunakan;

d. Ijin Pemanfaatan Hutan berkaitan dengan izin untuk memanfaatkanhasil hutan kayu dan/atau bukan kayu dari kawasan hutan produksiyang dikonversi, dari APL atau KBNK sebagaimana yang diatur dalamKeputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 382/Menhut-II/2004.

e. HGU Perkebunan berkaitan dengan kegiatan tambang di arealperkebunan;

f. Peraturan perUndang-Undangan terkait pertambangan secara cepatdan akurat seperti Perda tentang RTRW Kabupaten/Provinsiberkaitan status atau fungsi kawasan hutan.

2. Penentuan target operasi (Badan usaha, koperasi, perorangan dan lokasipenambangan di darat atau perairan);

a. Pelaku pertambangan perorangan atau badan usaha atau koperasi.

b. lokasi mana kegiatan usaha pertambangan tersebut dijalankan,karena dengan ditentukannya lokasi kegiatan usaha pertambangan,maka akan segera dapat disimpulkan lokasinya di darat atau di laut;

c. Kalau lokasinya di darat harus ditentukan apakah berada di dalamkawasan hutan, di luar kawasan hutan, di areal perkebunan, atau diatas tanah yang sudah ada hak milik pihak lain, karena hal ini akanmenentukan aturan hukum mana yang akan diterapkan terhadappelaku baik yang berstatus sebagai badan hukum atau perseorangan,dan bagaimana dampak terhadap lingkungan sejak kegiatan usahapertambangan dijalankan di lokasi tersebut.

3. Pulbaket melalui wawancara tertutup (posisi dan kondisi TKP, kondisimasyarakat lingkar tambang, pelaku usaha, legalitas perijinan, jumlahtenaga kerja, sarana dan peralatan yang digunakan);

4. Observasi kegiatan operasional di areal penambangan (bukaan tambang,stockpile, infratsruktur, pelabuhan, base camp, work shop, sarana danperalatan);

Page 15: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 15

5. Pengambilan titik koordinat dan dokumentasi;

6. Pengecekan titik koordinat ke Kemenhut RI atau Ditjen Perkebunan;

7. Pengecekan kelengkapan dan legalitas perijinan (pinjam pakai ataupersetujuan pemilik tanah);

8. Koordinasi lisan dengan para Ahli, untuk kajian yuridis awal.

9. Kesimpulan hasil penyelidikan minimal berisi fakta-fakta telah terjadidugaan tindak pidana illegal mining yang memenuhi unsur-unsur pasaldalam Undang-Undang yang akan dipersangkakan, sehingga perluditindaklanjuti untuk proses penyidikan atau sebaliknya. Keakuratan prosespenyelidikan merupakan titik awal keberhasilan proses penyidikan, sehinggamemudahkan proses penyidikan lebih lanjut.

G. Proses Penyidikan Tindak Pidana Illegal Mining

1. Pengertian Penyidikan

a. Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yangdiatur dalam Undang-Undang ini untuk mencari sertamengumpulkan bukti yang dengan bukti ini membuat terang tentangtindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya (Bab IKetentuan Umum pasal 1 ayat 2 KUHAP).

b. Istilah serangkaian tindakan penyidik diartikan bahwa beberapatindakan tersebut satu sama lain adalah saling mengkait sebagaicontoh mulai dari pemanggilan, penangkapan, penahanan,penggeledahan, penyitaan, seluruhnya bermuara untuk mencari danmengumpulkan bukti sehingga penyidik diharapkan dengan segeradapat mengungkap siapa pelaku atau tersangkanya. Untukmendapatkan bukti tersebut dapat digali dari keterangan saksi,keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa (videpasal 184 KUHAP). Mengapa hal ini harus dilakukan oleh penyidik,karena pada intinya tindakan penyidikan bertujuan untukmeyakinkan hakim, sebagimana yang diatur dalam pasal 183 KUHAPbahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorangkecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sahia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benarterjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya.

2. Tahapan tindakan penanganan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

a. Persiapan yaitu mapping posisi bukaan tambang, base camp,workshop, stock pile, pelabuhan, washing plant; pengorganisasianpersonel (Tim lidik, tim pergeseran & pengamanan barang bukti, tim

Page 16: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 16

riksa, tim logistik, tim dokumentasi, tim pengambilan titik koordinat,tim mindik); tenaga ahli pengambilan titik koordinat danperalatannya; penyiapan administrasi penyidikan, logistik, dansarana transportasi;

b. Pelaksanaan awal yaitu tim lidik mendahului ke TKP utk memastikankegiatan penambangan; segera setelah ada laporan dari tim lidik,semua tim melakukan penindakan, yaitu menghentikan kegiatanoperasional penambangan; mengumpulkan dan menginventarisirpara pekerja untuk dijadikan saksi sesuai jenis pekerjaannya (sopir,operator, mekanik, pengawas, checker); Melakukan penggeledahandi kantor perusahaan dan mengamankan BB berupa dokumen sertamengamankan staf perusahaan; mengamakan BB hasil produksitambang yang sudah dikirim ke pelabuhan;

c. Menutup dan mengamankan TKP (mempertahankan status quo)dengan membuat batas/tanda garis polisi (police line) di TKP bilalokasi memungkinkan atau membuat tanda patok batas TKP yangdidasari hasil pengambilan titik-titik koordinat oleh team olah TKP(Penyidik Polri, Badan Planologi, BPN, Dinas PertambanganKabupaten/Propinsi, Dinas Kehutanan Kabupaten/Propinsi), dengandisaksikan oleh orang yang berada di TKP khususnya orang yangmelakukan kegiatan pertambangan ilegal;

d. Memerintahkan orang yang berada di TKP pada waktu terjadinyatindak pidana untuk tidak (dilarang) meninggalkan TKP danmengumpulkan di luar batas yang telah dibuat;

e. Minta bantuan masyarakat setempat antara lain (RT/RW danPamong desa) untuk menyaksikan penindakan di TKP;

f. Mengamankan dan melakukan penyitaan barang bukti alat berat(benda bergerak) serta membuat Berita Acara Penyitaan barangbukti (eksavator, dump truck, dozer, grader, loader, batubara, timah,nikel, mangan, bijih besi, bauksit, tug boat, tongkang, kapalpengangkut hasil tambang), dan jangan sekali-sekali menambah/mengurangi barang bukti yang ada di TKP;

g. Mencari, mengumpulkan dan mencatat identitas lengkap saksi-saksiyang berada di TKP untuk dimintai keterangan tentang peristiwayang terjadi dalam kegiatan pertambangan;

h. Melakukan pemotretan dengan maksud untuk mengabadikan situasiTKP termasuk keberadaan saksi-saksi, kegiatan/aktivitaspertambangan dan barang bukti yang berada di TKP dan untukmemberikan gambaran nyata tentang situasi dan kondisi TKP serta

Page 17: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 17

untuk membantu melengkapi kekurangan-kekurangan dalampengolahan TKP termasuk kekurangan-kekurangan dalampencatatan dan pembuatan sketsa. Obyek Pemotretan TKP secarakeseluruhan dan berbagai sudut, detail atau close-up terhadapsetiap obyek yang diperlukan untuk penyidikan;

i. Membuat berita acara pemotretan sebagai penjelasan hasilpemotretan, yang memuat : hari, tanggal, bulan, tahun dan jampemotretan; merk dan type kamera, lensa dan film; speed kameradan diafragma; sumber cahaya; filter yang digunakan; jarak kameraterhadap obyek (dilengkapi sketsa kasar TKP yang memuat letakkamera dan obyek yang dipotret); tinggi kamera; nama, pangkat,NRP petugas yang melakukan pemotretan;

j. Pembuatan sketsa TKP, sketsa dibuat dengan maksud untukmenggambarkan TKP seteliti mungkin dan sebagai bahan untukmenggambarkan kondisi TKP pada saat dilakukan olah TKP;

k. Untuk penyitaan TKP lokasi tambang (areal tambang) terlebih dahuluharus mengajukan surat ijin penyitaan kepada ketua PN setempat,karena berkaitan dengan areal/lokasi pertambangan bukan bendabergerak (vide pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP);

l. Setelah dilakukan pengolahan TKP, maka langkah penyidik adalahmencari bukti berupa dokumen/surat, karena persoalannyamengarah pada perijinan. Untuk mengetahui ada atau tidaknyaperijinannya seperti, IUP, IUPK, IPR. Guna memperoleh bukti berupadokumen/surat berkaitan dengan kegiatan pertambangan makapenyidik bisa melakukan pemeriksaan manager operasional yangmelakukan kegiatan pertambangan dengan status awal diperiksasebagai saksi, setelah penyidik mendapatkan dokumen, kemudianharus dikembangkan siapa yang mengeluarkan ijin tersebut, adakahkewenangan instansi yang bersangkutan mengeluarkan ijin;

m. Penyidik mencari aturan-aturan lain meskipun yang derajatnya lebihrendah namun aturan tersebut adalah merupakan produk daerahbaik yang berupa Perda atau SK Gubernur/Bupati/Walikota yangsenantiasa harus dicermati karena hal ini bisa melemahkanpembuktian karena alasan Regulasi.

3. Penanganan Barang Bukti

a. Penyitaan barang bukti berpedoman pada pasal 38 ayat (1) dan ayat(2); pasal 39 ayat 1 KUHAP, yaitu :1) Sarana dan peralatan penambangan, yaitu : Excavator; Dozer;

Grader; Loader; Dump truck;

Page 18: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 18

2) Instalasi pengolahan dan pemurnian, yaitu : Washing plant;Stone crusher;

3) Hasil penambangan, yaitu : batubara, nikel dsb yang adadibukaan tambang, stockpile maupun pelabuhan;

4) Dokumen : akta perusahaan, NPWP, TDP, IUP, IPR, IUPK;rekapitulasi produksi dan penjualan hasil tambang, SPK,perjanjian/kontrak/kerja sama.

b. Administrasi Penyidikan yang dibuat berkaitan dengan Penyitaan :

1) Surat Perintah Penyitaan;2) Berita Acara Penyitaan;3) Surat Tanda Penerimaa Penyitaan;4) Surat laporan/permohonan guna memperoleh persetujuan

penyitaan kepada Ketua PN setempat (untuk penyitaanbenda bergerak dengan pertimbangan keadaan yangmendesak dan sangat perlu);

5) Surat permohonan izin melakukan penyitaan kepada ketuaPN setempat (untuk benda yang tidak bergerak sesuai pasal38 ayat 1 KUHAP).

6) Setelah dilakukan penyitaan barang bukti diberikan tandapolice line atau disegel.

c. Pelelangan Barang Bukti

Mendasari pasal 45 KUHAP bahwa untuk bahan galian yangdapat lekas rusak atau yang membahayakan (seperti batubara),sehingga tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan pengadilandapat dilakukan lelang dengan langkah sebagai berikut:

1) Mengajukan permohonan ijin untuk melelang barangbukti/benda sitaan kepada ketua pengadilan setempat;

2) Mengajukan harga limit lelang barang bukti batubara kepadaKadistamben dan Kadisperindag;

3) Permintaan bantuan penelitian dan pemeriksaan barangbukti kepada Kadistamben;

4) Pemberitahuan dan permintaan persetujuan lelang kepadatersangka;

5) Mengajukan surat kepada kantor lelang provinsi setempatuntuk melakukan pelelangan barang bukti dengan telahditentukan waktu dan temapt serta syarat-syaratpelaksanaan lelang;

6) Membuat pengumuman media cetak untuk koran lokal danNasional sesuai dengan jumlah barang bukti yang dilelang;

Page 19: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 19

7) Membuat surat undangan kepada Pengadilan, Kejaksaan,Kadistamben, Kadisperindag dan kuasa hukum tersangka/tersangka;

8) Pelaksanaan lelang dilaksanakan oleh panitia lelang;9) Uang hasil lelang dijadikan barang bukti untuk diajukan ke

Pengadilan;10) Membuat berita acara penyisihan barang bukti yang akan

dilelang.

4. Pemeriksaan saksi-saksi

a. Diawali dengan proses pemanggilan dengan mendasari pada pasal 7ayat (1) huruf g, pasal 11 KUHAP mengatur tentang KewenanganPenyidik/Penyidik Pembantu dalam hal pemanggilan; pasal 112 ayat(1) KUHAP mengatur tentang tata cara pemanggilan tersangka/saksidengan mempergunakan surat panggilan yang sah menyebutkanalasan secara jelas serta memperhatikan tenggang waktu yangwajar; pasal 117 ayat (1) KUHAP) mengatur saksi dalam memberikanketerangan tidak boleh diperlakukan dengan melakukan tekananatau kekerasan dalam bentuk apapun oleh siapapun.

b. Materi pemeriksaan saksi setidaknya memuat memenuhi jawabanatas pertanyaan 7 (tujuh) kah, yaitu :

1) Siapakah : “Siapakah” mengandung pengertian agar dapatmenjawab tentang orang-orang yang diperlukan denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan antara lain sebagaiberikut :

a) Siapa yang melaporkan/mengadukan tentangterjadinya dugaan illegal mining;

b) Siapa yang pertama-tama mengetahui tentangterjadinya dugaan illegal mining;

c) Siapa korban/yang dirugikan akibat dari terjadinyadugaan tindak pidana illegal mining;

d) Siapa pelakunya/tersangka yang melakukan kegiatanillegal mining;

e) Siapa saksi-saksi lain yang bisa memberikanketerangan berkaitan dengan illegal mining;

f) Siapa yang terlibat lainnya (siapa pemilik kegiatanpertambangan dan siapa yang mengurus masalahdokumen-dokumen;

g) Siapa Ahli yang bisa memberikan keterangan sesuaikeahliannya berkaitan dengan persoalan yangdihadapi Penyidik dalam pembuktian illegal mining;

Page 20: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 20

h) Siapakah yang menerima pengajuan dokumen-dokumen berkaitan dengan kegiatan pertambangan.

2) Apakah : “Apakah” mengandung pengertian agar dapatmenjawab tentang peristiwa alat, penyebab dan latarbelakangnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaanantara lain sebagai berikut :

a) Apakah yang telah terjadi (peristiwa illegal mining);b) Apakah dokumen yang dimiliki oleh manajemen untuk

melakukan kegiatan pertambangan;c) Apakah yang dilakukan tersangka dan saksi-saksi

berkaitan dengan kegiatan usaha pertambangan;d) Apa alat yang digunakan dalam kegiatan usaha

pertambangan, berkaitan dengan barang bukti di TKP;e) Apa akibat yang ditimbulkan dari kegiatan

pertambangan, berkaitan dengan terjadi perusakanatau pencemaran lingkungan dan berkaitan dengankomplin dari masyarakat sekitar TKP;

f) Apa kerugian yang dialami, berkaitan dengan illegalmining yang tidak membayar kewajiban-kewajibanhukum dalam kegiatan pertambangan (pajak, royaltidsb);

g) Apa penyebab timbulnya illegal mining, biasanyaberkaitan dengan terhambatnya birokrasi danregulasi, seperti telah mempunyai KuasaPertambangan tetapi belum memiliki ijin pinjam pakaikawasan hutan dari Menteri Kehutanan, tetapi telahmelakukan kegiatan usaha pertambangan;

h) Apa sebab tersangka melakukan kegiatan usahapertambangan menurut keterangan saksi;

i) Apakah ada oknum pemerintah atau aparat penegakhukum yang terlibat dalam kegiatan Illegal Mining;

j) Apakah saksi mengetahui bahwa kegiatanpertambangan melanggar hukum, hukum apakah yangdilanggar.

3) Dimanakah : “Dimanakah” mengandung pengertian agardapat menjawab tempat-tempat tertentu denganpertanyaan-pertanyaan antara lain sebagai berikut :

a) Dimanakah usaha kegiatan pertambangan ituterjadi/dilakukan, berkaitan dengan TKP;

Page 21: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 21

b) Dimanakah pengurusan dokumen-dokumen berkaitandengan kegiatan pertambangan dilakukan;

c) Dimanakah pengolahan, pengangkutan dan penjualanhasil tambang dilakukan;

d) Dimanakah benda-benda/barang-barang bukti untukmelakukan kegiatan pertambangan ditemukan/disitadan dimana sebelum disita;

e) Dimanakah saksi-saksi ketika tindak pidana terjadi(kegiatan Illegal Mining terjadi/berlangsung);

f) Dimanakah tersangka berada pada waktu tindakpidana terjadi (kegiatan Illegal Mining berlangsung).

4) Dengan apakah : “Dengan Apakah” mengandung pengertianagar dapat menjawab tentang alat yang dipergunakandengan mengajukan pertanyaan, antara lain sebagai berikut :

a) Dengan dasar regulasi apakah tersangka melakukankegiatan pertambangan;

b) Dengan apakah tersangka melakukan kegiatanpertambangan;

c) Dengan apakah tersangka membawa hasil tambang;d) Dengan dasar apakah saksi mau melakukan kegiatan

pertambangan;

5) Mengapakah : “Mengapakah” mengandung pengertian agardapat menjawab latar belakang pertanyaan, antara lainsebagai berikut :

a) Mengapakah kegiatan Illegal Mining dilakukan,sedangkan kewajiban regulasi belum dilakukan;

b) Mengapa menggunakan alat-alat berat untukmengambil hasil tambang;

c) Mengapa tidak menunggu legalitas kegiatanpertambangan boleh dilakukan.

6) Bagaimanakah : Bagaimanakah” mengandung pengertianagar dapat menjawab tentang cara perbuatan itu dilakukandengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, antara lainsebagai berikut :

a) Bagaimanakah cara melakukan kegiatanpertambangan;

b) Bagaimanakah cara mendapatkan dokumen;c) Bagaimanakah cara mengangkut, menjual hasil

kegiatan pertambangan;

Page 22: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 22

d) Bagaimanakah cara tersangka mempekerjakankaryawan (saksi) untuk melakukan kegiatanpertambangan;

e) Bagaimanakah cara tersangka melakukan rekruitmenkaryawan dan memberikan gaji kepada karyawan(saksi) dalam kegiatan pertambangan;

f) Bagaimana cara tersangka mendatangkan alat-alatyang digunakan untuk kegiatan pertambanganmenurut saksi.

7) Bilamanakah (kapan) “Bilamanakah” mengandungpengertian agar dapat menjawab tentang waktu denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan, antara lain sebagaiberikut :

a) Bilamana (kapan) kegiatan pertambangan mulaidilakukan;

b) Bilamana (kapan) dokumen-dokumen berkaitandengan kegiatan pertambangan diajukan;

c) Bilamana (kapan) saksi mulai bergabung dalamkegiatan pertambangan;

d) Bilamana (kapan) saksi mengetahui bahwa kegiatanpertambangan illegal;

e) Bilamana (kapan) saksi mengenal tersangka berkaitandengan kegiatan pertambangan.

5. Pemeriksaan Ahli

Penyidikan selanjutnya adalah meminta keterangan ahli yangberkaitan/berkompeten dengan pembuktian tergantung dari fakta kasusyang dipersoalkan dan memerlukan pendapat ahli, karena dengan semakinkompleksnya kasus pertambangan, maka selalu diperlukan keterangan ahlisebagaimana diatur dalam pasal 120 ayat 1 dan 184 ayat 1 KUHAP, ahli yangdiperiksa antara lain:

a. Ahli Kehutanan : dengan fokus pemeriksaan untuk menentukanapakah kegiatan illegal mining yang dilakukan penyidikan masukkawasan hutan atau tidak, dan apakah sudah mendapatkan ijinpinjam pakai kawasan hutan dari Menteri atau belum serta apakahperbuatan illegal mining tersebut melanggar Undang-Undang Nomor41 Tahun 1999 tentang Kehutanan atau tidak, khususnya pasal 78ayat (6) Jo Pasal 50 ayat 3 huruf g Undang-Undang Nomor 41 Tahun1999;

Page 23: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 23

b. Ahli Minerba (Mineral dan Batubara) : dengan fokus pemeriksaan,untuk menentukan apakah kegiatan illegal mining yang dilakukanpenyidikan melanggar Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009;

c. Ahli Badan Planologi : dengan fokus pemeriksaan untuk menentukantitik koordinat lokasi pertambangan, apakah masuk kawasan hutanatau tidak; di luar Kuasa Pertambangan atau masuk dalam KuasaPertambangan yang dimilikinya; apakah terjadi tumpang tindih (overlapping) areal pertambangan dengan pihak lain;

d. Ahli Hukum Administrasi Negara atau Ahli Hukum Tata Negara :biasanya dilakukan pemeriksaan apabila terjadi tumpang tindihregulasi, untuk menentukan regulasi mana yang dibenarkan ataudijadikan pedoman dan apa landasan hukum yang dijadikan rujukan;

e. Ahli Otonomi Daerah atau Ahli Desentralisasi : dilakukanpemeriksaan apabila ada regulasi Pemda yang bertentangan/berbeda dengan regulasi lain, biasanya berkaitan dengan Petapenentuan areal masuk kawasan hutan atau APL (Areal PenggunaanLain);

f. Ahli Pidana : dilakukan pemeriksaan untuk memberikan pendapattentang unsur barang siapa yang harus mempertanggung jawabkanhukum atas perbuatan illegal mining dan apakah perbuatan yangdilakukannya memenuhi unsur melawan hukum sesuai pasal yangdipersangkakan oleh penyidik;

g. Ahli Lingkungan Hidup : dengan fokus pemeriksaan, apakah kegiatanpertambangan telah memiliki AMDAL atau belum (khususnyakegiatan pertambangan pengolahan dan pemurnian) dan apakahkegiatan pertambangan yang dilakukan mengakibatkan kerusakanatau pencemaran lingkungan atau tidak. Dalam konteks ini tidakharus dibuktikan bahwa kegiatan usaha pertambangan legal atauillegal, namun lebih pada fokus akibat pertambangan. Walaupunproses penyidikan diawali dari kegiatan Illegal Mining dan tidakmenutup kemungkinan usaha kegiatan pertambangannya legalnamun berakibat pada perusakan atau pencemaran lingkungan;

h. Ahli Perkebunan: dengan fokus pemeriksaan apakah kegiatantambang di areal perkebunan atau tidak, apakah kegiatan tambangdapat dikategorikan telah merusak kebun atau tidak serta siapakahyang paling berhak atas areal di lokasi tambang (TKP) dan apapertimbangan hukumnya.

Page 24: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 24

6. Pemeriksaan Tersangka

a. Penyidikan selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan terhadaptersangka yang diawali dengan proses pemanggilan maupunpenangkapan, penentuan status tersangka didasari bahwa seseorangdiduga keras mempunyai peran sebagai tindak pidana kejahatanillegal mining yang terjadi atas dasar bukti permulaan yang cukup,perlu segera didengar keteranganya dan diperiksa. Pemeriksaanterhadap tersangka dengan didasari pada materi/fakta-fakta yangdiperoleh dari hasil penyidikan;

b. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap tersangka, dilakukananalisis oleh penyidik maupun dilakukan gelar perkara internal,untuk menentukan proses selanjutnya, apabila memenuhi unsurpidana berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa tersangka diduga kerastelah melakukan melakukan tindak pidana illegal mining denganbukti yang cukup dan adanya keadaan yang menimbulkankekhawatiran bahwa tersangka akan melarikan diri; merusak ataumeghilangkan barang bukti dan/atau akan mengulangi tindakpidana, serta alasan obyektif bahwa tindak pidana yang dilakukanadalah sebagai yang dimaksud dalam pasal 21 ayat (4) KUHAP, makapenyidik dapat melakukan penahanan, dengan prosedur penahananmendasari pada dasar hukum :1) Pasal 7 ayat (1) huruf d, pasal 11 dan pasal 20 KUHAP

mengatur tentang wewenang Penyidik/Penyidik Pembantudalam hal penahanan;

2) Pasal 24 KUHAP mengatur tentang jangka waktu penahanan.

c. Hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan tetap harus diberikan,termasuk untuk mengajukan saksi yang menguntungkan (vide pasal116 ayat 3 KUHAP).

7. Penyelesaian dan penyerahan berkas perkara

Pada tahap selanjutnya adalah penyelesaian dan penyerahan berkasperkara kepada Kejaksaan/Penuntut Umum (vide pasal 110 ayat (1) KUHAPyang merupakan kegiatan akhir dari pada proses penyidikan tindak pidanaIllegal mining, yang meliputi:

a. Pembuatan resume yaitu merupakan kegiatan penyidikan untukmenyusun fakta-fakta hasil penyidikan, analisis kasus, analisis yuridisdan kesimpulan berdasarkan hasil penyidikan tindak pidana Illegalmining;

b. Penyusunan isi berkas perkara;c. Pemberkasan isi berkas perkara;

Page 25: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 25

d. Penyerahan berkas perkara (tahap I);e. Melengkapi petunjuk kejaksaan apabila berkas perkara P-18/P-19

dan setelah dilengkapi sesuai petunjuk kejaksaan segera berkasperkara diserahkan kembali kepada Kejaksaan;

f. Penyerahan tahap II yaitu menyerahkan tanggung jawab tersangkadan barang bukti.

8. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah :

a. Pada saat proses penyidikan illegal mining tetap perlu dilakukangelar perkara, sebagai sarana pengawasan dan pengendalian prosespenyidikan, sekaligus untuk kepentingan pertanggungjawabanmanajemen, pertanggungjawaban teknis penyidikan,pertanggungjawaban yuridis, serta dapat dijadikan arena pemecahanmasalah pembuktian perkara yang sulit dan rumit;

b. Demikian juga setelah dilakukan penyidikan ternyata ada alasanhukum : tidak terdapat cukup bukti; peristiwa tersebut bukanmerupakan tindak pidana; dihentikan demi hukum karena tersangkameninggal dunia; tuntutan tindak pidana telah daluwarsa (vide pasal109 ayat (2) KUHAP), maka kasus Illegal Mining yang dilakukanpenyidikan dapat dihentikan penyidikannya (SP3);

c. Dalam praktik yang sering terjadi berkaitan dengan perijinan atauKuasa Pertambangan tersebut adalah merupakan produk PejabatTata Usaha Negara, manakala keputusan tersebut sudah dikeluarkanoleh Pejabat yang sah dan resmi ternyata bertentangan denganaturan yang berlaku, maka keputusan tersebut tetap sah jugasepanjang tidak ada pembatalan dari pejabat yang mengeluarkankeputusan tersebut atau dimintakan pembatalannya lewat gugatanke Pengadilan Tata Usaha Negara dan dalam gugatan ke PTUN adabatas waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak diketahuikeputusan tersebut oleh pihak ketiga. Artinya dalam konteks iniapabila terjadi tumpang tindih lokasi dikeluarkannya KuasaPertambangan, Penyidik jangan terburu-buru menentukan bahwapemegang kuasa pertambangan yang melakukan pertambangan dilokasi tumpang tindih dianggap tidak memiliki kuasa pertambangandan langsung dijerat dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009tentang Pertambangan Mineral dan Batubara tidak ada sanksi pidanaberkaitan dengan tumpang tindih lahan, kecuali karena adaperselisihan lahan kemudian terjadi perbuatan merintangi ataumenganggu kegiatan usaha pertambangan dari pemegang IUP atauIUPK (pasal 162 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009).

Page 26: Juklap_penanganan Tp Pertambangan

Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri 26

VI. Administrasi penyidikan

A. Administrasi Umum yang berhubungan dengan surat menyurat dilaksanakan sesuaidengan petunjuk administrasi umum yang berlaku di lingkungan Polri;

B. Administrasi Penyidikan Illegal Mining disesuaikan dengan KUHAP, Juklak danJuknis Penyidikan Tindak Pidana.

VII. Pengawasan dan Pengendalian

A. Untuk penanganan rutin penindakan terhadap tindak pidana Illegal Miningdilakukan oleh Subdit V/SDA pada Dit Tipidter Bareskrim Polri dengan dipimpinoleh Kasubdit V/SDA dibawah pengendalian dan pengawasan Direktur Tipidter;

B. Untuk penanganan insidentil (Operasi Kepolisian atau TO dari Pimpinan Polri)penindakan terhadap Illegal Mining dilakukan oleh gabungan Subdit V/SDA padaDit Tipidter Bareskrim Polri dipimpin oleh Dir Tipidter;

C. Untuk penanganan terhadap Illegal Mining yang bersifat back up kewilayahandilakukan oleh Penyidik Subdit V/SDA pada Dit Tipidter Bareskrim Polri dipimpinoleh Kasubdit V/SDA atau Pengawas Penyidik pada Direktorat Tipidter BareskrimPolri;

D. Petunjuk Lapangan (Juklap) ini, merupakan pedoman operasional yang bersifatteknis penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Illegal Mining.

VIII. PENUTUP

Demikian Petunjuk Lapangan (Juklap) ini dibuat sebagai pedoman bagi penyidikPolri dalam menangani perkara tindak pidana di bidang Sumber daya alam (Illegal Mining).

Jakarta, Januari 2011

DIREKTUR TINDAK PIDANA TERTENTU

Drs. SUHARDI ALIUS, M.H.BRIGADIR JENDERAL POLISI