topik 1 pigmented lesion
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang penyakit-penyakit yang memiliki
karakteristik berupa lesi yang terpigmentasi. Dimulai dari lesi yang berwarna ungu /
biru hingga diskolorisasi yang terjadi pada gigi. Kesemuanya memiliki etiologi dan
manifestasi oral yang khas masing-masing. Jenis penyakit lebih sering ditemukan
pada pasien dengan penyakit immunosuppresi daripada yang normal.
Jenis kelainan yang memiliki ciri lesi berwarna ungu yang akan dibahas
terdiri dari Hemangioma, Varix, Angiosarcoma, Kaposi’s Sarcoma, dan
Telangiectasia. Kesetiapnya memiliki ciri khas, seperti Telangiectasia yang
merupakan penyakit herediter, yang agak berbeda dengan yang lain. Berbeda
dengan penyakit-penyakit di atas , Amalgam Tatto, Hairy Tongue, dan Grahite Tatto
merupakan jenis penyakit yang memiliki ciri khas adanya pigmentasi berwarna abu-
abu / hitam, atau diskolorisasi pada gigi yang memiliki ciri berupa pewarnaan pada
gigi.
Tentunya , ciri khas tersebut perlu diketahui secara detail agar dapat
dilakukan diagnosis yang tepat , tidak hanya melalui visualisasi, tapi juga dengan
miskroskopis yang digunakan untuk pertimbangan pengobatan secepatnya.
1
BAB II
Lesi Pigmentasi pada Mukosa Oral
1. Lesi Vaskular Biru / Ungu
1.1. Hemangioma
Lesi vaskular yang timbul karena adanya proliferasi melalui saluran
vaskular yaitu hamartomas yang menyerupai tumor dan timbul pada masa
kanak-kanak; dewasa (terutama orang tua), proliferasi yang tidak
berkembang dengan cepat pada umumnya disebut varicositis. Hemangioma
yang terjadi pada masa kanak-kanak ditemukan pada kulit, pada telapak
tangan, dan jarikan ikat pada membran mukosa. Kira-kira 85% onset
hemangioma pada masa kanak-kanak akan membaik setelah pubertas dan
hal itu terjadi secara spontan.
Pembuluh epitelium yang terkena lesi akan tersumbat dan tampak
berwarna biru kemerahan atau jika tidak terlalu dalam jaringan ikatnya maka
akan berwarna biru tua, tergantung pada kedalaman proliferasi vaskular
dalam submukosa mulut. Lesi angiomatosa yang terjadi dalam otot
(biasanya disebut intramuskular hemangioma) agak sulit untuk menu jukkan
permukaan yang mengalami diskolorisasi. Kebanyakan hemangioma
berbentuk nodular dan meninggi, beberapa mungkin datar, makular, difus,
terutama pada kulit wajah yang ditunjukkan dengan sisi yang berwarna
merah tua. Hemangioma yang berwarna merah tua di kulit wajah, biasanya
mukosa mulut, dimana angioma akan berkembang terus ke dalam bentuk
makular atau menjadi tumefaktif. Jadi bentuk secara klinis dari hamartoma
vaskular yang tidak berbahaya dapat sangat bervariasi, meningkat dari
macula yang tanpak datar biru kemerahan hingga nodular tumefaktif
berwarna biru.
Kebanyakan kemangioma oral berlokasi di lidah, dimana hemangioma
membentuk multinodular dan berwarna merah kebiruan. Angioma pada lidah
2
sebaguan besar meluas dengan kedalamannya antara otot intrinsik dari
lidah. Mukosa bibir merupakan sisi yang biasanya terkena hemangioma pada
anak-anak; tumornya biasanya terlokalisasi, berwarna biru dan meninggi
atau menonjol. Sisi yang berwarna merah tua tersebut ada pada kulit wajah
dan terlihat datar dan berwarna magenta. Ketika hal itu kembali menyerang,
maka kondisi akan muncul kembali encephalotrigeminal angiomatosis
(Sturge-Weber syndrom). Lesi vaskular yang terjadi pada otak, jika dilihat
dengan radiografi akan nampak dinding pembuluh yang berkalsifikasi dan
terlihat radioopak “tram line”.
Hemodinamik dalam angioma tidak jelas dan stasis karena dijumpai
adanya trombosis. Trombi pada angioma akan berkalsifikasi dan lesi akan
terasa keras jika dipalpasi. Nodul yang terkalsifikasi, atau phleboliths,
mungkin dengan radiografi akan terlihat jelas.
Secara mikroskopik, hemangioma terdiri dari sejumlah besar dilatasi
saluran vaskular oleh sel endotelial dengan selaput otot; lesi meliputi
cavernous hemangioma. Cavernous hemangioma ditunjukkan pada media
muscular. Jenis seluler tau kapiler hemangioma menunjukkan adanya
proliferasi endotelial yang signifikan, dan vaskular lumina sangat kecil.
Diantara keduanya hanya terjadi pada jaringan ikat subepitelial atau lebih
dalam lagi antara otot fiber (disebut intramuscular hemangioma).
1.2. Varix
Dilatasi patologis pada vena atau venul disebut varises atau varicosities,
dan sisi utama yang terlibat dalam jaringan mulut adalah pada lidah bagian
ventral. Varicosities menjadi progresif prominent tergantung pada umur. Jadi,
varicosities lingual timbul sebagai elevasi tortuous serpentine berwarna biru,
merah, dan ungu yang mengalir ke permukaan ventrolateral dari lidah,
dengan ekstensi anterior. Perubahan secara degenerative digambarkan pada
adventitia dari dinding vena. Keadaan ini dirasakan tidak terlalu sakit dan
tidak menunjukkan adanya rupture dan hemoragi.
3
Dilatasi fokal dari vena atau sekelompok venul disebut varix. Lesi ini juga
terjadi pada orang tua dan lokasi awal terjadinya pada bibir bagian bawah,
dan tampak pigmentasi fokal yang menonjol berwarna biru,merah, dan ungu,
dan permukaan mukosa seringkali berbentuk lobular dan nodular. Dimana
seharusnya bentuk dari lesi intravascular trombi, dapat terlihat memucat, dan
lainnya tidak.
Varix mirip dengan hemangioma secara klinis dan histology, untuk
membedakan antara keduanya yaitu dengan cara:
1. Umur penderita
2. Etiologi
Hemangioma bias any abersufat congenital dan memiliki kecenderungan
membaik secara spontan, sedangkan varix biasanya timbul pada individu
yang sudah tua, dan tidak membaik secars spontan. Varix pertumbuhan
potensialnya terbatas; segera sesudah varix terbentuk maka perluasannya
akan terjadi luar biasa. Hemangioma merupakan hamartoma vascular yang
tidak diketahui etiologinya, varix menggambarkan dilatasi vena yang
berkembang dari trauma seperti menggigit bibir atau pipi. Karena kerusakan
akibat trauma mungkin akan mengakibatkan kerusakan dan melemahnya
dinding vascular dan kerusakan akan memuncak ketika terjadi proses
dilatasi.
Secara mikroskopik, varices mirip dengan cavernous hemangioma.
Keduanya mungkin dapat digambarkan oleh saluran dilatasi yang single
dimana sel endothelial akan mengurangi sel selaput otot dan keduanya
banyak saluran tortuous. Thrombosis intraluminal dan trombi menunjukkan
secara jelas pengaturannya dan kanalisasi.
Varises pada bibir dan mukosa bagian buccal tidak dapat dilihat oleh
mata dan akan menyebabkan terganggunya proses mastikasi. Lesi ini dapat
dihilangkan dengan metode surgical, yaitu surgery menggunakan elektro dan
cryosurgery. Injeksi 1% sodium tetradecosulfat ke dalam lesi akan
mendapatka hasil yang baik, tetapi biasanya lebih sakit daripada eksisi
4
sederhana. Agen sklerosis diinjeksikan secara langsung melalui lumina
dengan tuberculin syrin (dimasukkan sebanyak 0,05-0,15 ml/cm³
1.3. Angiosarcoma
Neoplasma vascular ganas, berbeda dengan Kaposi’s sarcoma,
angiosarcoma tidak berhubungan dengan HIV dan bisa muncul dimana saja.
Walaupun jarang ditemukan di kavitas oral, namun bila ditemukan,
angiosarcoma akan muncul sebagai tumor berwarna merah, biru , atau ungu.
Angiosarcoma cepat berproliferasi dan biasanya muncul sebagai nodular
tumor.
Angiosarcoma bisa timbul dari darah atau pembuluh limfa endothelial.
Angiosarcoma memiliki prognosis buruk.
1.4. Kaposi’s Sarcoma
Kaposi sarcoma jarang ditemui dalam rongga mulut sebelum 1983.
Bentuk klasik umumnya muncul dalam dua bentuk klinis yang berbeda :
1) Laki-laki tua (di mukosa oral dan pada kulit di extrimitas bawah)
2) Anak-anak di khatulistiwa africa (dalam kelenjar getah bening)
Pada awalnya bentuk asli dari Kaposi sarcoma digambarkan oleh
Moritz Kaposi dan tumor merupakan indolen dengan perlahan-lahan
pertumbuhan progresif. Walaupun diklasifikasikan sebagai keganasan,
Kaposi sarkoma klasik tidak menunjukkan kecenderungan besar untuk
metastasis dan belum pernah menyebabkan kematian seorang pasien.
Tumor Oral dan kulit dianggap berasal multifokal daripada metastasis dari
tumor primer yang jauh. Tumor oral berwarna merah, biru, ungu; tumor kulit
cenderung lokal dalam aspek dorsal kaki. Bentuk african dicirikan oleh
pembesaran kelenjar getah bening dan dapat melibatkan banyak kelompok
nodus, menjadi agresif dan potensial penyakit mematikan. Kaposi sarcoma
tidak ada pada lesi oral,
Setelah 1983, lisan Kaposi sarcoma oral menjadi lebih menonjol dan
paling umum yang berdampingan dengan proses neoplastik infeksi HIV. Lesi
5
Karposi Sarcoma seropositive HIV merupakan tanda diagnostik untuk AIDS.
Lesi cutaneous lesi mulai sebagai bercak merah dan membesar menjadi biru,
ungu, dan akhirnya cokelat.
Lesi jarang ditemukan di ekstremitas bawah, dan tetapi lesi dapat muncul
di lengan, wajah kulit kepala, atau badan. Lesi oral biasanya terdapat pada
palatum posterior, dan dimulai sebagai bercak merah rata dengan ukuran
yang tidak teratur. Meskipun Kaposi Sarcoma dapat muncul sebagai lesi
fokal, lesi oral Karposi Sarcoma khas yang multifokal. Akhirnya, lesi ini
ukurannya bertambah untuk menjadi nodular pertumbuhan, dan beberapa
akan melibatkan seluruh palatal. Gusi yang berada di daerah facial menjadi
tempat yang sering dijumpai lesi setelah bagian palatal.
Pada tahap awal, diagnosis diferensial dengan Pyogenik Granuloma.
Biasanya Kaposi Sarcoma AIDS timbul di mukosa buccal, lidah, dan bibir.
Penelitian telah membuktikan bahwa sel-sel neoplastik manusia
mengeluarkan berbagai sitokin yang menginduksi lesi Kaposi Sarcoma yang
berasal dari penerima transplantasi binatang. Jadi, dalam konteks infeksi
HIV, Kaposi Sarcoma dianggap sebagai low-grade sarcoma.
Pada mikroskopis, lesi Kaposi Sarcoma berkembang biak menunjukkan
sel-sel spindle dengan pleomorphism terkait dengan sel endotel berorientasi
tentang lumina kecil. Biasanya, pengeluaran eritrosit adalah fitur terkemuka,
dan hemosiderin butiran yang umum dijumpai. Hemosiderin yang banyak ini,
tumor browner akan muncul secara klinis. Secara keseluruhan, pola
pertumbuhan yang lebih besar lesi multinodular.
Plak awal atau tahap lesi makula adalah tidak sakit dan tidak memerlukan
pengobatan. Lesi nodular dapat mengganggu pengunyahan, dalam situasi
ini, terapi mungkin dibutuhkan. Eksisi bedah biasanya tidak sampai
pendarahan parah, tapi elektrokauter disarankan, bentuk utama pembedahan
atau sebagai tambahan bagi coagulative hemostatic konvensional eksisi.
Suntikan intralesional 1% Natrium Sulfat Tetradecyl akan mengakibatkan
nekrosis dari tumefactions. Intralesional 1% Vinblastin Sulfat juga
bermanfaat, karena bukan agen sclerosing, tidak terkait dengan sakit
6
postinjection yang signifikan. Beberapa minggu suntikan vinblastin dapat
diberikan untuk membasmi tumor.
1.5. Hereditary Hemorrhagic Telangiectasia
HHT mempunyai karakteristik berupa papula ungu berbentuk bulat / oval
dengan diameter kira-kira 0,5 cm. HHT merupakan penyakit keturunan, yang
diturunkan sebagai autosomal dominan. Lesi muncul sebagai microaneurysm
yang multiple, dan menjadi lebih parah saat menjadi venula. Lesi terlihat
sangat jelas sebagai phatognomonic. 100 lebih papula yang berwarna ungu
dapat ditemukan pada pasien HHT pada bagian permukaan mukosa merah
pada bibir , lidah, dan mukosa bukal. Kadang-kang juga terjadi pada kulit
wajah dan leher. Pemeriksaan pada mukosa nasal akan memperlihatkan lesi
yang serupa dan sering kali disertai dengan epistaxis (perdarahan hidung).
Bahkan pernah dilaporkan adanya kematian yang disebabkan oleh HHT dan
epistaxis. Lesi sering ditemukan pada bayi tapi lebih menonjol pada orang
dewasa.
Biarpun untuk mendiagnosis petechiae harus memakai diagnosis
diferensial, petechiae itu sendiri sudah bisa terlihat dari bentuknya yang lebih
menyerupai makula daripada papula dan warnanya yang cenderung merah
atau cokelat daripada ungu. HHT merupakan penyakit genetik dan harus
dilakukan pemeriksaan pada tiap anggota keluarga. Jika banyak terdapat
7
keraguan, pemeriksaan platelet dapat dilakukan untuk membedakannya
dengan blood dyscaria.
Secara mikroskopis, HHT memiliki ciri berupa banyaknya dilatasi saluran
vaskular dengan ekstravasi eritrosit di sekitarnya.
Tidak ada treatment untuk penyakit ini. Papula dapat dihilangkan dengan
dilakukan pembakaran dengan metode elektrocautery dengan anestesi.
2. Brown Melanotic Lesions
2.1. Ephelis dan Makula Melanotik Oral
Bintik-bintik yang biasa terdapat pada kulit,atau ephelis,muncul lebih
banyak karena sintesis pigmen melanin oleh melanosit pada stratum basal,
tanpa penambahan jumlah pada melanositnya. Pada kulit, peningkatan
melanogenesis dapat dapat dihubungkan dengan pemaparan actinic oleh
karena itu epholide dapat muncul pada batas vermilion dari bibir, dengan
bibir bagian bawah lebih sering terkena karena cenderung menerima
pemaparan sinar matahari daripada bibir atas. Lesi berupa macula dan
memiliki ukuran yang bervariasi dari diameter yang berukuran cukup kecil
sampai lebih dari 1cm. Epholides pada bibir bersifat asimptomatik terjadi
sama banyaknya pada pria maupun wanita, jarang terlihat pada anak-anak.
Ephiles intraoral berupa macula malanotic, lesi ini berbentuk oval atau
ireguler, berwarna coklat bahkan hitam,dan cenderung terjadi pada gusi,
palatum dan mukosa bukal.Saat mencapai ukuran tertentu,ephiles tidak akan
membesar lagi. Diagnosis banding termasuk nevus, early superfical
8
spreading melanoma, amalgam tattoo, focal ecchymosis.Jika lesi berpigmen
muncul setelah 2 minggu, pigmen hemosiderin bersama ecchymosis dapat
disingkirkan dan biopsy specimen harus dilakukan untuk menjamin diagnosis
definitif.
Secara mikroskopis,lapisan epitel normal dapat terlihat, dan sel basal
berisi banyak granula pigmen melanin tanpa proliferasi melanosit. Melanin
seringkali meluas ke dalam skatum spinosum yang menebal. Lesi ini
didiagnosis sebagai melanoacanthoma.
Macula melanotic oral tidak berbahaya, tidak menunjukan adanya
proliferasi melanosit, dan tidak memiliki kecenderungan untuk menjadi
melanoma. Jika lesi ini sudah dihilangkan tidak dibutuhkan tindakan bedah
lebih lanjut.
2.2. Nevocellular Nevus dan Blue Nevus
Tidak seperti ephelides dan macula melanotik yang muncul dari
peningkatan sintesis pigmen melanin,nevi muncul dari proliferasi melanosit
(benign). Terdapat 2 tipe utama berdasarkan histologinya, dan kedua tipe ini
cenderung menunjukan perbedaan secara klinis, khususnya dalam warna
dam pewarnaan. Nevocelluler nevi berasal dari melanosit stratum basale
pada awal kehidupan. Pada tahap perkembangan sel-sel nevus
mempertahankan lokasinya pada stratum basale, bertempat pada epitelial
junction,dan membran basalis, dan jaringan ikat di dasarnya. Karena
9
proliferasinya minimal, nevi ini berupa macula dan diidentifikasikan sebagai
junctional nevi. Umum nevi ini datar dan berwarna coklat dan memiliki bentuk
lingkaran atau oval. Seiring dengan waktu melanosit membentuk kelompok-
kelompok (cluster) pada epitheliomesenchymal junction dan mulai
berproliferasi ke arah bawah menuju jaringan ikat yang lebih dalam,
walaupun tidak menginvasi pembuluh darah atau limfa. Beberapa nevi
memiliki bentuk kubah (karena beberapa sel telah berakumulasi) dan
dinyatakan sebagai compound nevi. Pada akhir pubertas, melanosit
(diketahui sebagai selnevus) pada compound nevi kehilangan kontinuitasnya
terhadap permukaan epitelium dan sel menjadi terlokalisasi pada jaringan
ikat yang lebih dalam. Yang kemudian dinamakan sebagai intradermal nevi
ketika berada di kulit dan intramucosal nevi ketika berada di dalam mulut.
Pada kulit terdapat nodul cokelat yang meninggi dan memiliki rambut yang
keluar dari dalamnya. Tidak terdapat junctional nevi pada orang dewasa.
Ketika nevus menunjukkan bukti mikroskopik dari aktivitas junctional,
perubahan premelanotous harus dicurigai.
Tipe kedua dari nevus, tidak berasal dari melanosit sttratum basale, yang
dinamakan nevus biru. Nevus biru memiliki warna biru pada kulit karena sel
melanosit bertempat pada jaringan ikat yang dalam dan karena pembuluh
darah yang melintas di atasnya tertutup warna coklat dari melanin,
menghasilkan warna biru. Melanosit dari nevus biru berbeda secara
morfologis dengan nevocelluler nevus karena bentuknya lebih spindle saat
berisi pigmen dengan jumlah yang signifikan. Beberapa sel secara
ectodermal memperlihatkan sel-sel yang gagal mencapai epitel. Juga
terdapat sel-sel yang memiliki bentuk seluler yang jarang terlihat pada nevus
biru, memiliki potensi menjadi melanoma.
Pada mukosa oral, baik nevocelluler maupun nevus biru cenderung
berwarna cokelat dan menjadi macula atau nodul. Keduanya dapat terlihat
pada berbagai umur dan lebih sering muncul pada palatal dan gingiva dan
juga dapat terlihat pada mukosa bukal dan bibir. Saat telah mencapai ukuran
yang sesuai, keduanya akan berhenti tumbuh dan lesinya cenderung statis.
10
Biopsi dibutuhkan untuk konfirmasi diagnosis , karena diagnosis klinis
termasuk banyak pigmentasi focal lainnya, contohnyamacula melanotic,
melanoma, dan amalgam tattoo. Perawatannya adalah dengan eksisi
sederhana.
gambaran histopatologi blue nervus
2.3. Malignant Melanoma
Pada kulit wajah, regio malar adalah daerah yang biasa terkena
melanoma, karena regio ini sering terkena sinar matahari. Dalam kejadian
nyata, cutaneous melanoma sering terjadi pada populasi kulit putih yang
hidup di daerah sabuk matahari (sunbelt). Facial cutaneos melanoma dpat
muncul maoular atau nodular, dan pewarnaan dapat bervariasi, dari
berwarna coklat menjadi hitam sampai menjadi biru, disertai dengan zona
depigmentasi. Tidak seperti nevi biasa yang memperlihatkan outline yang
halus (smooth outline), melanoma memperlihatkan margin bergerigi yang
11
tidak normal (jagged irregular margin). Lesi ini biasanya terlihat pada pasian
yang sudah tua dan lebih sering pada laki-laki. Istilah “lentigo maligna
melanoma” atau “Hutchinson freckle” telah digunakan untuk lesi kulit muka
yang seperti ini, yang memperlihatkan atypical melanocytic hyperplasia atau
melanoma di daerah asalnya. Sel melanocytic tumor menyebar secara lateral
dan dapat menyebar secara superficial; pola seperti ini adalah fase radial
growth. Lesi ini memiliki prognosis baik apabila lesi ini ditemukan dan diobati
sebelum lesi nodular muncul, yang menandakan adanya invasi ke jaringan
ikat yang lebih dalam (fase vertical growth). Tingkatan invasi ditentukan
dengan metode Breslow, yaitu dilihat dari seberapa dalam invasi yang
terukur (mm). (kedalaman berhubungan dengan prognosis).
Mucosal melanoma adalah kasus yang sangat jarang. Prevalensi nya
lebih tinggi pada orang Jepang daripada populasi lainnya. Melanoma timbul
pada mukosa oral cenderung muncul pada anterior labial gingiva dan aspek
anterior pada palatum keras. Pada tahap awal, oral melanoma biasanya
macular berwarna coklat dan plak berwarna hitam dengan outline yang
iregular. Mereka bisa saja fokal atau difus dan mosaic, dan diagnosis
pembeda harus memasukkan nevi, melanotic macules, dan tato amalgam.
Setiap pigmented oral lesion yang disertai dengan margin yang iregular atau
dengan adanya sejarah pertumbuhan harus diwaspadai, dan harus segera
dilaksanakan biopsi. Bila tidak ditangani, melanoma akan menjadi lebih difus,
nodular, dan tumefactive, dengan foci dari hyper- dan hypopigmentasi.
Secara mikroskopis, melanoma mukosa oral (seperti cutaneous
melanoma) dapat memperlihatkan pola radial atau vertical growth. Pola
penyebaran radial atau superficial dapat terlihat pada lesi macular; cluster
dan theques dari sel nevus memperlihatkan nuclear atypia dan proliferasi
hiperkromatis dalam regio basal cell junctional dari epitelium, dan banyak sel
neoplasma menginvasi epitelium seperti mereka menginvasi submukosa.
Saat vertikal growth memasuki jaringan ikat, lesi dapat menjadi tumefactive.
Fase vertical growth juga menandakan prognosis yang buruk, karena adanya
kemungkinan metastase lymphatic dan metastase hematogenous, dan
12
sistem pembagian kelas berdasarkan seberapa dalam penetrasi vertikal dari
submukosa. Klasifikasi Breslow belum pernah digunakan pada oral
melanoma, karena mereka biasanya sudah advanced dan invasive saat
spesimen biopsi pertama kali didapatkan.
Pengangkatan dengan margin yang luas adalah teknik pengobatan yang
dianjurkan; saat nodular meningkat, lesi mungkin saja sudah bermetastase.
Pembelajaran menggunakan Computed tomography dan magnetic
resonance imaging harus dilakukan untuk melihat metastase regional sampai
submandibular dan cervical lymph nodes. Macam-macam strategi chemo-
dan imunotherapi dapat digunakan saat metastase sudah diketahui.
2.4. Drug Induced Melanosis
Bermacam-macam obat dapat menyebabkan pewarnaan dari mukosa
oral. Pewarnaan dapat luas maupun lokal, biasanya terjadi pada palatum
keras, atau dapat multifokal, di seluruh mulut. Dalam kasus yang sama, lesi
biasanya datar dan tidak memperlihatkan nodularity atau pembengkakan.
Obat-obat yang dapat menyebabkan pewarnaan diantaranya quinolone,
hydroxyquinolone, dan amodiaquine antimalarials. Obat-obatan ini juga dapat
digunakan pada pengobatan penyakit autoimun. Mynocycline, yang
digunakan digunakan pada pengobatan jerawat, dapat menghasilkan
pewarnaan oral. Terakhir, kontrasepsi oral dan hamil adakalanya
berhubungan dengan hiperpigmentasi kulit wajah, terutama sekali pada regio
periorbital dan perioral. Kondisi ini disebut melasma atau chloasma. Penyakit
endokrin harus dikeluarkan dengan pembelajaran laboratorium yang sesuai,
saat nonphysiologic melanosis oral atau facial ditemui.
Penyebabnya tidak diketahui, dan pewarnaan mungkin tidak hilang untuk
sementara waktu setelah pemberhentian pemakaian dari obat. Secara
mikroskopik, ditemukan melanosis basilar tanpa proliferasi melanocytic, dan
melanin dalam keadaan banyak sering ditemukan.
13
2.5. Physiologic Pigmentation
Pada orang Negro, Asia, dan Kaukasia berkulit gelap sering terlihat
adanya difus melanosis pada facial gingival. Sebagai tambahannya, pada
gingival bagian lingual dan pada lidah mungkin tampak multiple, difus, dan
reticulated brown makula. Meskipun penyebab lain hiperpigmentasi
memungkinkan, pigmentasi rasial, gambaran basilar melanosis, berkembang
pada anak-anak dan biasanya tidak muncul pada dewasa. Oleh karena itu,
beberapa multifocal atau difus pigmentasi dari onset yang baru saja terjadi
harus diselidiki lebih lanjut untuk mencegah penyakit endokrinopatik.
2.6. Café au Lait Pigmentation
Pada neurofibromatosis, autosomal dominan yang mewarisi penyakit,
yaitu nodular dan difus pendulous neurofibromas, keduanya terjadi pada kulit
dan jarang pada kavitas oral. Secara bersamaan ditemukan adanya
pigmentasi “café au lait”. Seperti yang dikatakan, lesi memiliki warna
menyerupai kopi dengan krim dan berubah dari epilis kecil seperti makula
menjadi difus lesi yang luas. Ini cenderung muncul pada anak-anak yang
beranjak remaja dan bisa bersifat multiple, banyak terlihat adanya
neurofibromatous yang membengkak pada kulit. Jarang ditemukannya
pigmentasi oral. Hal yang penting bahwa pasien akan menunjukkan tanda
cutaneous sebagai ciri predominan dari penyakit ini.
Secara mikroskopis, bintik-bintik café au lait memperlihatkan basilar
melanosis tanpa proliferasi melanosit.
2.7. HIV Oral Melanosis
Pasien HIV seropositif dengan infeksi opurtunistik mungkin memiliki
keterlibatan adrenocortical dari varietas parasit, dimana menunjukkan tanda
dan gejala dari Addison’s disease. Seperti pasien yang mengalami
hiperpigmentasi progresif pada kulit, kuku, dan membrane mukosa.
Sebenarnya, sebagian besar pasien HIV seropisitif yang memiliki pigmentasi
14
brown macular multifocal difus pada mukosa buccal terlihat tidak ada ciri dari
penyakit adrenocortical. Pigmentasi oral tidak bisa dihubungkan dengan
pengobatan pada populasi ini karena keadaan telah dicatat pada individu
yang tidak menerima suatu pengobatan yang bisa dilibatkan. Sehingga
etiologinya tidak bisa ditentukan. Dikatakan bahwa,sejauh ini pigmentasi
menyerupai kebanyakan pigmentasi macular difus lainnya, mukosa buccal
merupakan tempat yang sering terpapar, tapi ini juga terdapat pada gingival,
palatum, dan lidah.
Seperti semua difus melanosis, secara mikroskopis tampak ciri seperti
pigmen melanin basilar dengan pertarakan sampai lapisan dasar
submukosa.
2.8. Peutz-Jeghers Syndrome
Pada peutz-jeghers syndrome, pigmentasi oral tersendiri dan biasanya
patognomonik. Multiple focal melanotic brown macules terpusat pada bibir.
Macula tampak bintik-bintik atau epelid, biasanya berdiameter kurang dari
0,5 cm. lesi yang serupa mungkin terjadi pada bagian anterior lidah, mukosa
buccal, dan mukosa pada permukaan bibir. Bentuk epelid juga terlihat pada
jari dan tangan.
Lesi pada area perioral pada dasarnya pathognomonic sekalipun pada
individu yang memiliki cutaneous epelid difus, kesalahan diagnosis dapat
terjadi.
15
Secara histology, lesi ini terlihat basilar melanogenesis tanpa proliferasi
melanositik.
3. Brown Heme-Associated Lesions
3.1. Ekimosis
Ekimosis adalah pendarahan yang terjadi di bawah kulit. Ekimosis dapat
juga terjadi pada selaput lendir seperti, misalnya, di dalam mulut. Kondisi
tersebut terjadi karena pecahnya suatu pembuluh darah. Pada umumnya
pembuluh darah yang pecah itu disebabkan oleh trauma, aterosklerosis,
gangguan dinding pembuluh darah, dan lain-lain. Salah satu contoh ekimosis
adalah luka memar. Biasanya pendarahan yang terjadi berupa hematoma
subkutan berdiameter 1-2 sentimeter.
Sesaat setelah terjadi trauma, eritrosit keluar dari aliran darah menuju
submucosa dan terlihat sebagai macule merah terang atau terjadi
pembengkakan sebagai bentuk dari hematoma. Daerah lessi akan menjadi
berwarna coklat dalam beberapa hari setelah hemoglobin yang dilepaskan
dari darah dipecah menjadi bilirubin dan hemosiderin. Inilah yang
memberikan warna biru kehitaman pada kulit di daerah pendarahan tersebut.
Banyak atau sedikitnya pendarahan yang terjadi tergantung pada volume
darah yang hilang.
Di samping itu, kondisinya tak lepas dari perbandingan kehilangan darah
dan tempat pendarahannya. Faktor tempat pendarahan menjadi hal yang
sangat penting. Misalnya, pendarahan di bawah kulit akan menjadi tak berarti
16
bila dibandingkan dengan pendarahan di otak. Pendarahan yang terjadi di
otak bahkan bisa mengakibatkan kematian penderita.
3.2. Petechia
Petechia merupakan kecil bintik-bintik merah atau ungu pada permukaan
kulit atau selaput lendir sebagai akibat dari perdarahan kecil pembuluh
darah. Kapiler yang mengalami hemoragi awalnya berwarna merah dan
menjadi coklat setelah beberapa hari setelah mengeluarkan sel darah merah
yang telah mengalami lisis dan telah mengalami degredasi oleh hemosiderin.
sekunder petechiae mengalami defisien platelet atau gangguan agregasi
yang biasanya tidak hanya pada mukosa oral tetapi terjadi secara
bersamaan pada kulit. autoimun atau idiopathic thrombocytopenia purpura
(ITP), HIV- berkaitan ITP, gangguan agregasi platelet, aspirin toxicity, lesi
myelophthistik, dan kemoterapi myelosupresif semuanya akan menyebabkan
purpura, dengan petchiae sebagai lesi utama. kebanyakan oral petchiae
tidak diasosiasikan dengan thrombocytopenia atau thrombocytopathia.
sebaliknya, thrombocytopenia atau thrombocytopathia biasanya berada pada
palatal lunak, dimana 10 sampai 30 petechial lesi dapat terlihat dan dapat
disambungkan dengan alat penyedot. penyedotan yang berlebihan pada
palatum lunak bisa menimbulkan palatum yang pruritis pada banyak pasien
yang memiliki onset virus atau faringitis alergi. palatal petechiae juga muncul
fellation. ketika trauma atau suction petechiae dicurigai, pasien harus
diinstruksikan untuk berhenti melakukan segala aktifitas yang dapat
menyebabkan terjadinya lesi. kegagalan yang dilakukan akan menimbulkan
diathesis hemoragi dan sejumlah platelet.
3.3
Hemochromatosis
17
Deposisi / endapan pigmen hemosiderin pada berbagai ogan dan
mukosa muncul pada penyakit turunan primer. Predileksi prominentnya yaitu
pada pria (lebih banyak pada pria). Deposisi pigmen hemosiderin ini mungkin
dapat berkembang menjadi penyakit dan kondisi yang beragam, seperti
anemia kronik, porphyria cirrhosis, postcaval shunt yang akan menuju
hipertensi, dan intake iron yang berlebihan. Lesi mukosa oral dari
hemochromatosis merupakan macula difuse berwarna coklat sampai abu-
abu yang cenderung muncul pada palatum dan gingival. Walaupun
pigmentasi ini predominan, hasil dari deposisi iron dalam submukosa
mungkin merupakan hasil komplikasi addisonian sekunder dimana deposisi
hemosiderin di dalam korteks adrenal akan mengarah ke hipocorticism dan
hipersekresi ACTH.
Sewaktu diagnosis hemochromatosis diragukan, dapat dilakukan biopsy
oral yang dapat membantu diagnosis. Jaringan yang mengandung iron dapat
terwarnai dengan menggunakan Prussian blue, level iron meningkat dalam
serum jika terdapat hemochromatosis. Karena kondisi ini dapat
menyebabkan berbagai penyakit lainnya, maka dibutuhkan perawatan medis.
•An iron stain on a section of liver from a
patient with hemochromatosis.
•A normal liver would show a few grains of
blue, which is the color of iron deposits with
this particular staining technique.
•Note the striking increase in coarse blue
dots in this image.
4. Gray and Black Pigmentation
18
4.1. Amalgam Tattoo
Sejauh ini, sumber paling umum dari solitary atau focal pigmentation
pada mukosa oral adalah tato amalgam. Lesinya berbentuk makular dan
berwarna abu kebiru-biruan atau bahkan hitam, biasanya terdapat di mukosa
bukal, gingiva, atau palatum. Hal yang penting, tato itu ditemukan di dekat
gigi dengan restorasi amalgam yang besar atau gigi yang berantakan yang
memungkinkan terjadinya perpindahan amalgam ketika gigi dipersiapkan
untuk pemasangan mahkota buatan. Lesi bisa disebabkan oleh bur dokter
gigi yang terkontaminasi amalgam, secara tidak sengaja mengenai mukosa
sekitar dan secara traumatis menimbulkan flek metal. Partikel metalik cukup
halus, tetapi jika cukup besar, mereka teridentifikasi pada radiografi area
tersebut. Kepingan amalgam bisa tersimpad di jaringan mulut selama
pencabutan gigi multipel. Partikel metal dapat jatuh secara tidak disadari
kedalam soket ekstraksi, dan selama proses penyembuhan, amalgam
bersatu dengan jaringan ikat ketika proses re-epithelial terbentuk. Pada
contoh ini, radiografi selalu menampakkan keberadaan metal.
Secara mikroskopis, tato amalgam menunjukkan stippling coklat
bergranular dari serat retikulum, sering terdapat di sekitar dinding
pembuluh,dan di banyak contoh lainnya potongan besar partikel metal hitam
pun dapat terlihat. Reaksi sel besar jarang terjadi, bagaimanapun, sering
terdapat inflitrasi sel mononuklear inflamatori.
Tato amalgam tidak berbahaya dan tidak diperlukan pengambilan,
trutama jika dapat ditemukan secara radiografi. Alternatifnya, biopsy
dianjurkan ketika pigmentasi abu tiba-tiba muncul atau ketika timbul lesi
didekat gigi yang direstorasi; pada beberapa kasus diagnosa banding harus
termasuk nevi dan melanoma.
19
Gambar Amalgam tattoo
4.2. Grafit Tattoo
Grafit tattoo cenderung terdapat di palatum dan menggambarkan trauma
implantasi dari sebuah batangan pensil dari grafit. Lesi biasanya berbentuk
makular, focal, dan berwarna abu-abu atau hitam. Karena trauma ini
biasanya terjadi pada masa sekolah dasar, banyak pasien yang tidak
menyadari bahwa mereka telah terluka. Secara mikroskopis, grafit
menyerupai amalgam pada jaringan namun dengan pewarnaan khusus
dapat membedakan keduanya.
4.3 Hairy Tongue
Hairy tongue merupakan penyakit atau kondisi umum yang tidak
diketahui etiologinya. Lesi melibatkan dorsum lidah, terutama bagian tengah
dan sepertiga bagian posterior dorsum lidah. Anak-anak jarang terkena.
Papila mengalami elongasi dan keadaannya terlihat nyata, serta terlihat
seperti rambut. Papila yang mengalami hiperplasia kemudiaan mengalami
pewarnaan oleh koloni dari bakteri kromogenik, dimana bakteri tersebut
dapat memberikan variasi warna dari hijau ke coklat ke hitam. Variasi
makanan, terutama kopi dan teh, kemungkinan berkonstribusi untuk
penyebarkan pewarnaan.
20
Secara mikroskopis, papila filiformis berelongasi secara ekstrem dan
mengalami hiperplasia disertai keratosis. Kolonisasi eksternal papila yang
hadir secara nyata adalah koloni mikrobial basofilil. Sebaliknya, tidak
ditemukan patologi di sisa epitelium atau di jaringan ikat. Kondisi ini sangat
klasik pada gambaran klinis dimana biopsi tidak dibutuhkan dan diagnosa
klinik sangat tepat.
Perawatan diantaranya meminta pasien untuk menyikat lidah dan
menjauhi konsumsi teh dan kopi untuk beberapa minggu. Kalau kausa tidak
diketahui, maka kondisi ini dapat berulang.
4.4. Pigmentation Related to Heavy-Metal Ingestion
Beberapa tahun lalu, jenis dari bahan metal digunakan dalam
kedokteran, tetapi tidak lama dalam penggunaannya. Penelanan bahan
metal atau garam metal dapat terjadi dalam industri dan lukisan. Timah,
mercuri, dan bismut ditunjukkan menjadi deposit dalam jaringan mulut bila
tertelan atau melebihi dosis. Penelanan logam ini dapat menembus
pembuluh darah dalam meningkatkan permeabilitas kapiler sebagai jaringan
yang terinflamasi. Dalam kavitas oral, pigmentasi biasanya ditemukan di
sepanjang free marginal gingival, sebagai tepi akhiran gingival. Garis metal
ini memiliki tampilan abu – abu hingga hitam. Logam metal mungkin
berhubungan dengan gejala sistemik dari keracunan, termasuk perubahan
perilaku, gangguan saraf, dan nyeri usus. Sekarang, kondisi ini jarang
terlihat.
21
5. Diskolorisasi pada Gigi
Gigi yang putih seperti mutiara akan sangat estetis bila dilihat, namun tidak
banyak orang yang memiliki gigi putih sempurna tersebut. Noda yang berasal
dari restorasi, dikolorisasi enamel dan diskolorisasi internal adalah beberapa
diskolorisasi yang akan dihadapi oleh dokter gigi. Diskolorisasi dapat terjadi pada
suatu tambalan, satu gigi maupun banyak gigi. Disamping itu diskolorisasi gigi
juga dapat hanya terjadi di permukaan ataupun pada struktur gigi yang dalam
Gigi terdiskolorisasi
Gigi tidak
terdiskolorisasi.
Terdapat dua factor yang harus dipahami dalam suatu diskolorisasi gigi,
yaitu:
1. Warna asli gigi
2. Derajat transluensi/transparansi gigi
Struktur lapisan enamel yang menyerupai kaca (transparan) yang juga
didukung dengan struktur dentin yang berwarna lebih opak menyebabkan warna
gigi menjadi unik yaitu opak bercampur transparan (radiopaque). Warna yang
demikian terjadi karena enamel terus menipis ke arah akar sehingga gigi menjadi
lebih glassy ke arah incisal edge. Warna mahkota gigi akan terlihat lebih gelap di
border gingival daripada di incisal edge.
Pada realitanya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Sebagian sinar akan berkontak dengan
gigi dan direfleksikan kembali kepada yang
melihat , sinar lainnya akan direfleksikan setelah
melewati enamel.
22
Jumlah sinar yang direfleksikan dari enamel berbeda dengan sinar yang
direfleksikan dari dentin dan perbedaan kedalaman permukaan yang
direfleksikan akan menghasilkan opasitas/transluensi yang relatif berbeda pada
gigi.
Discolorisasi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, ekstrinsik dan intrinsik.
Pewarnaan ekstrinsik pada permukaan luar gigi, sedangkan intirinsik di bagian
dalam gigi.
5.1. Diskolorisasi Ekstrinsik
Etiologi
Adanya pewarnaan pada permukaan eksternal gigi (disebut dengan
diskolorisasi ekstrinsik) merupakan hal yang umum dan memiliki beberapa
penyebab. Pada pasien muda, pewarnaan dengan berbagai warna dapat
ditemukan dan biasanya menetap pada daerah cervical gigi. Pewarnaan ini
dihubungkan dengan adanya bekas Nasmyth’s membrane, kebersihan mulut
yang buruk, adanya restorasi, perdarahan gingival, akumulasi plak,
kebiasaan makan, atau adanya mikroorganisme chromogenic. Pada pasien
yang lebih tua, adanya pewarnaan pada permukaan gigi biasanya berwarna
coklat, hitam atau abu-abu dan terjadi di atas daerah yang berdekatan
dengan jaringan gingival. Kebersihan mulut yang buruk merupakan
merupakan factor yang dapat memperbesar, tetapi kopi, the, dan makanan
chromogenic lainnya atau medikasi dapat menimbulkan pewarnaan.
Pewarnaan karena tembakau juga kadang ditemukan. Penggunaan retsorasi
juga menyebakan pewarnan.
Di asia tenggara, beberapa wanita mewarnai giginya dengan jus betel nut
agar warnanya sesuai dengan rambut sebagai symbol kecantikan. Potongan
lemon, digosokan terlebih dahulu pada gigi sebelum jus betel nut digunakan.
Asam lemah seperti yang ada pada buah citrus, diketahui menyebabkan
dekalsifikasi enamel.
23
Pengobatan
Kebanyakan noda pada gigi dapat dihilangkan dengan prosedur
prophylactic secara rutin. Beberapa diskolorisasi pada permukaan gigi
karena restorasi dan area yang mengalami dekalsifikasi tidak dapat
dihilangkan dengan pembersihan. Koreksi secara conservative dapat di
sempurnakan dengan microabrasi ringan atau melapisi lapisan yang tipis,
bagian luar atau yang mengalami diskolorisasi dengan suatu flame-shaped,
carbide finishing bur atau instrument diamond, diikuti dengan polisihing
menggunakan abrasive disk atau abrasive point untuk memperoleh hasil
yang dapat diterima.
Intrinsi discoloration
Intrinsik discolorations disebabkan oleh pewarnaan internal yang dalam
atau kelainan enamel, perubahan warna ini lebih sulit untuk disembuhkan
dibandingkan dengan eksternal discoloration. Gigi dengan pulpa vital atau
non vital dan gigi dengan perawatan saluran akar dapat terkena diskolorasi
intrinsik. Gigi vital dapat terwarnai saat membentuk mahkota, dan keadaan
abnormal ini biasanya mempengaruhi beberapa gigi. Faktor penyebabnya
termasuk kelainan herediter, pengobatan (terutama tetracycline), kelebihan
fluoride, demam tinggi yang berhubungan dengan penyakit dini pada anak-
anak, dan trauma-trauma lain. Perubahan warna dapat dapat terjadi di
enamel atau dentin. Diskolorasi pada dentin masih dapat terlihat di enamel.
Diskolorasi dapat terjadi secara localized maupun generalized, mencakup
seluruh gigi.
Variasi penggunaan dari antibiotik tetracycline dapat menyebabkan
diskolorasi intrinsic yang menyeluruh. Tingkat pewarnaan bergantung pada
dosis, durasi pemakaian, dan tipe dari tetracycline yang digunakan. Tiap tipe
tetracycline yang berbeda dapat menghasilkan tipe perubahan warna yang
berbeda-beda bervariasi dari kuning-jingga hingga biru-abu-abu. Warna biru-
abu-abu tua karena pemakaian tetracycline lebih sulit disembuhkan daripada
warna kuning-jingga. Pewarnaan dari tipe obat tetracycline muncul pada usia
24
muda dan disebabkan oleh pencernaan obat yang bersamaan dengan
perkembangan gigi permanen. Menurut penelitian, pada gigi permanen orang
dewasa dapat terjadi discoloration abu-abu,
Kelebihan fluoride pada air minum pada saat pembentukan gigi dapat
menghasilkan tipe lain dari pewarnaan intrinsic yaitu fluorosis. Pewarnaan ini
biasanya terjadi secara generalized. Dikarenakan kadar fluoride pada enamel
sangat tinggi, gigi yang fluorosis akan sulit untuk dirawat dengan acid-etching
dan resin-bonding.
Discoloration yang localized terjadi pada satu gigi karena pengaruh
kelainan enamel atau dentin selama perkembangan gigi. Demam tinggi dan
trauma-trauma lain dapat merusak gigi selama perkembangannya,
menghasilkan unesthetic hypoplastic defects. Dismineralisasi atau kegagalan
enamel untuk kalsifikasi dapat mengakibatkan hypocalcified white spot.
Setelah erupsi, kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan
decalcified white spot. Kebersihan mulut yang buruk selama perawatan
orthodonti juga dapat mengakibatkan dekalsifikasi tersebut. Putih atau
discolored spot dengan seluruh permukaan enamel seringkali dianggap
sebagai bukti adanya remineralisasi oral. Karies, restorasi logam, dan
kebocoran atau karies sekunder disekeliling restorasi dapat menyebabkan
berbagai tipe intrinsic discoloration.
Seperti disebutkan sebelumnya, efek penuaan juga dapat mengakibatkan
gigi menguning. Dengan bertambahnya umur pasien, enamel gigi berubah
menjadi lebih tipis karena aus dan memungkinkan underlying (dasar) dentin
untuk menjadi lebih nyata dan terlihat jelas. Juga, sering adanya deposisi
dentin pada dentin sekunder dalam individu yang lebih tua yang
mengakibatkan ketebalan dentin menjadi lebih besar. Deposisi ini
menghasilkan efek menguning, tergantung pada warna intrinsik dentin.
Selain itu, permeabilitas gigi biasanya memungkinkan pemberian infus (dari
waktu ke waktu) dari pigmen organik secara signifikan (makanan
chromogenic, minuman, dan produk tembakau) yang menghasilkan efek
menguning.
25
Gigi nonvital juga dapat menjadi discolored intrinsik. Pewarnaan ini
biasanya terjadi pada gigi individu setelah terjadinya erupsi. Pulpa dapat
terinfeksi atau degenerasi sebagai akibat dari trauma, karies yang dalam,
atau iritasi dari prosedur restorasi. Jika gigi ini dilakukan perawatan saluran
akar dengan benar, biasanya warna normal dari gigi tersebut dapat
dipertahankan. Jika perawatan tertunda, discoloration pada mahkota gigi
lebih mungkin terjadi. Produk degenerasi dari jaringan pulpa mewarnai dentin
dan dengan jelas terlihat karena warna translusen dari email.
Perawatan
Banyak orang memiliki masalah estetik tertentu dari noda intrinsic,
sedangkan yang lainnya merasa khawatir yang sebenarnya tidak ada artinya
tentang warna gigi mereka secara keseluruhan. Pada contoh terakhir, dokter
gigi harus memutuskan apakah warna gigi dapat cukup ditingkatkan untuk
memberikan alasan bagi perawatan meskipun pasien bersikukuh agar
dilakukan sesuatu. Individu-individu dengan corak (complexion) ringan
mungkin percaya bahwa gigi mereka warnanya terlalu gelap, padahal
sebenarnya warnya gigi tersebut normal. Pengaturan tempat shade tab dari
shade guide warna gigi yang bersebelahan dengan gigi semacam itu sering
ditunjukkan pada pasien bahwa warna gigi mereka baik-baik saja barada
dalam range shade yang normal. Pasien sebaiknya diberitahu bahwa
diskolorasi dapat diperbaiki atau di tingkatkan secara maksimal melalui
metoda konservatif, seperti bleaching, mikroabrasi atau makroabrasi, atau
veneering. Mild discoloration paling baik dibiarkan tidak dirawat atau di
bleaching atau dirawat secara konservatif dengan mikroabrasi atau
makroabrasi sebab tidak ada bahan-bahan restorasi sebaik struktur gigi
alami yang sehat. Pasien sebaiknya diberi tahu bahwa jaringan gingival jika
berbatasan dengan material restorasi tidak akan pernah sesehat jaringan
yang berbatasan dengan struktur gigi normal.
26
Photo-photo dari perawatan gigi sebelumnya dengan intrinsic staining
(seperti sebelum dan sesudah perawatan) merupakan pembantu yang
sangat baik untuk menolong pasien membuat keputusan. Bayangan estetik
dengan simulasi dari hasil postoperatif dengan komputer modern, juga bisa
menjadi alat pendidikan yang efektif.
Pasien mengapresiasi/menghargai telah mengetahui apa penyebab
masalahnya, bagaimana hal itu bisa berhubungan, berapa lama terlibat dan
berapa ongkosnya. Mereka juga sebaiknya diberitahu berapa lama mereka
bisa menikmati hasil perawatan dari berbagai alternatif perawatan yang
disarankan. Vital bleaching biasanya menghasilkan gigi putih hanya untuk 1
sampai 3 tahun, sedangkan porselen veneer bisa bertahan 10 sampai 15
tahun lebih lama.
Dengan peningkatan material dan teknik yang terus menerus, jangka
waktunya bisa jauh lebih lama untuk setiap prosedur ini. Umur (longerity)
klinis dari restorasi estetis juga ditingkatkan pada pasien yang
memperlihatkan oral higiene yang baik, diet yang tepat,bite relationship yang
baik, sedikit kontak atau tidak sama sekali dengan hal-hal yang
menyebabkan diskolorasi atau deteriorasi.
27
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Berdasarkan dari isi bab di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kedokteran
gigi terdapat penyakit yang memiliki ciri lesi dengan adanya pigmentasi yang
bermacam-macam. Seperti pigmentasi keunguan/ kebiruan yang terjadi pada
penyakit Hemangioma, Varix, dan Angiosarcoma. Lesi pigmentasi juga dapat berupa
lesi coklat yang terjadi pada Ephelis Macule atau pada Melanosis HIV. Kesemua
penyakit di atas memiliki ciri dan karakteristik yang hampir sama tetapi
berbeda ,yang sangat berguna untuk penentuan diagnosis. Diagnosis yang tepat
sangatlah diperlukan untuk penyembuhan secara tepat.
Pigmentasi dan lesi ini banyak terjadi pada bagian-bagian di mulut maupun
sekitarnya, seperti pada lidah , mucosa oral, palatum , gigi, bahkan ke kulit wajah.
Semuanya itu merupakan manifestasi yang sangat jelas jika penyakit sudah
menyebar.
Untuk pengobatan penyakit-penyakit ini kadang kala mengalami suatu
kesulitan karena adanya persamaan yang membuat diagnosis menjadi rancu.
Karena itulah , dalam setiap diagnosis penyakit tersebut diperlukanlah diagnosis
banding yang terpercaya, visualisasi yang tepat , bahkan secara mikroskopis.
28
DAFTAR PUSTAKA
Greenberg M. , Glick M. 2003. Burket’s Oral Medicine, diagnosis and treatment.
10th ed. BC Decker Inc.
http://en.wikipedia.org/wiki/Petechia
http://en.wikipedia.org/wiki/Ekimosis
http://en.wikipedia.org/wiki/Hemochromatosis
Neville, Brad W. 2009. Oral and Maxillofacial Pathology. 3rd Ed. Philadelphia : WB
Saunders
Siverman, Sol. 2001. Essential of Oral Medicine. Hamilton : BC Decker Inc.
29