bhbp 6 topik 1

149
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tujuan Dan Target Usaha DPS Tujuan dan target usaha adalah dua hal yang paling penting yang harus ditetapkan sebelum usaha mulai direncanakan. Dalam penyelenggaraan DPS, bagaimanapun haruslah menonjolkan tujuan pelayanan kesehatan yang diemban PDGI sebagai organisasi profesi dokter gigi di Indonesia sedangkan penetapan target kemajuan pelayanan kesehatan haruslah disesuaikan dengan kondisi objektif masing-masing daerah. 2.1.1 Tujuan Pelayanan Kesehatan Tiga kriteria keberhasilan yang dapat digunakan sebagi tolak ukur tercapainya tujuan adalah mampu tetap

Upload: lovina-arianti

Post on 04-Dec-2015

252 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

task

TRANSCRIPT

Page 1: BHBP 6 TOPIK 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tujuan Dan Target Usaha DPS

Tujuan dan target usaha adalah dua hal yang paling penting yang harus

ditetapkan sebelum usaha mulai direncanakan. Dalam penyelenggaraan DPS,

bagaimanapun haruslah menonjolkan tujuan pelayanan kesehatan yang diemban

PDGI sebagai organisasi profesi dokter gigi di Indonesia sedangkan penetapan

target kemajuan pelayanan kesehatan haruslah disesuaikan dengan kondisi

objektif masing-masing daerah.

2.1.1 Tujuan Pelayanan Kesehatan

Tiga kriteria keberhasilan yang dapat digunakan sebagi tolak ukur

tercapainya tujuan adalah mampu tetap bertahan (survival), pertumbuhan

(growth), dan menghasilkan keuntungan (profitability). Survival adalah

kemampuan organisasi untuk mencari alternative untuk mempelopori bentuk

pelayanan kesehatan yang professional. Growth adalah kemampuan organisasi

untuk mengembangkan usahanya untuk bertahan dalam persaingan dan

Page 2: BHBP 6 TOPIK 1

peningkatan mutu pelayanan. Sedangkan profitability adalah kemampuan usaha

organisasi mendukung peningkatan kesejahteraan.

Tercapainya ketiga tujuan tersebut merupakan suatu rencana jangka

panjang yang dapat dicapai dalam waktu tertentu. Secara berturut-turut tujuan

yang harus dicapai adalah survival, growth, profitability. Gambar 2 dibawah ini

memberikan contih tercapainya tujuan berdasarkan fungsi waktu.

NO Goals Tahun Kerja

1 2 3 4 5 6

1 Survival x x

2 Growth x x

3. Profitability x x

Gambar Contoh Tolok Ukur Pencapaian Tujuan Organisasi

(Dalam Jangka Waktu Enam Tahun)

Sumber: Azis, 1997.

Sekalipun ketiga tujuan diatas merupakan pendekatan ekonomis, PDGI

sebagai organisasi profesi dokter gigi di Indonesia harus mampu mnjadi pelindung

dan penyaring agar seluruh pengembangan usaha tersebut tetap mengedepankan

prinsip-prinsip etika dan moral yang menjadikan pelayanan kesehatan tetap

bernuansa sosial. Untuk itu, pelayanan kesehatan DPS ini harus mampu

menanggulangi masalah-masalah kesehatan primer termasuk pelayanan keluarga

berencana, dengan diantaranya adalah:

Page 3: BHBP 6 TOPIK 1

1. Memberikan pelayanan kesehatan primer secara menyeluruh bagi anggota

keluarga.

2. Memberikan pelayanan pencegahan, pengobatan dan rujukan.

3. Memberikan pelayanan keluarga berencana dengan menyediakan pelayanan

kontrasepsi yang bervariasi.

2.1.2 Target dan Hasil yang Diharapkan

Penetapan target pelayanan kesehatan mengacu pada kondisi obyektif

masing-masing daerah dan kemampuan sumber daya klinik. Oleh karena itu,

penetapan target waktu pencapaiannya tidaklah harus sama. Pada contoh uraian

gambar 2 diatas, waktu pencapaiaan tujuan klinik merupakan target organisasi

juga. Namun harus dipahami, target yang harus dicapai tidaklah selalu berwujud

kuantitas, namun juga harus mengandung peningkatan kualitas dari waktu-waktu.

Target dan hasil yang diharapkan dari pelayanan DPS adalah sebagai

berikut:

1. Memasyarakatkan DPS dengan mendayagunakan seluruh sumber daya yang

dimiliki dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang professional.

2. Mencapai tingkat survival, dimana DPS berhasil menempatkan diri sebagai

pilihan tempat pelayanan kesehatan pasien sesuai jenis pelayanan yang

dibutuhkan.

Page 4: BHBP 6 TOPIK 1

3. Mencapai tingkat growth dalam kondisi persaingan usaha yang terbuka dan

sehat, sehingga mampu mandiri dalam mengembangkan usaha pelayanan

kesehatan.

4. Mencapai taraf profitability dalam jangka waktu yang ditetapkan berdasarkan

kondisi obyektif dan kemampuan sumber daya yang dimiliki di daerah masing-

masing.

2.2 Studi Kelayakan

Merupakan penelitian tentang keberhasilan suatu investasi di bidang jasa

DPS. Dari studi kelayakan tersebut, dapat diramaikan manfaat yang mungkin

diraih dan dampak yang mungkin ditimbulkannya (Cost and Benefit Analysis).

2.2.1 Tujuan Studi Kelayakan

Tujuan studi kelayakan adalah mengidentifikasi kesempatan berusaha

secara luas dan mendalam pada bidang pelayanan kesehatan, sehingga

menghindarkan keterlanjutan penanaman modal yang tidak efisien yang secara

ekonomis tidak menguntungkan. Studi kelayakan dibagi dalam beberapa tahap,

dimana masing-masing tahap memiliki tujuan yang spesifik, yaitu:

1. Mengidentifikasi kesempatan inestasi yang menguntungkan dan dilakukan

terhadap lingkungan DPS di suatu daerah dengan memperkirakan besarnya

peluang usaha.

Page 5: BHBP 6 TOPIK 1

2. Merumuskan seberapa besar peluang investasi pendirian DPS, baik dalam

jangka pendek, menengah maupun panjang, dengan menelaah berbaga kendala

yang mungkin akan menghambat.

3. Melakukan penilaian dan analisi data dengan menelaah faktor internal dan

eksternal khsusnya terhadap aspek pasar dan pemasaran, teknik pelayanan,

kemampuan keuangan, manajemen, hukum dan kosndisi sosial masyarakat.

4. Menentukan ruang lingkup pelayangan DPS yang akan didirikan, dengan

didasarkan kemampuan sumber daya yang dimiliki, keterbatasan dan kendala

yang ada, serta tujuan yang hendak dicapai.

5. Menyelenggarakan DPS dengan tetap berpegang pada besar anggaran yang

tersedia, pola manajemen dan mencapai target kerja yang telah di tetapkan.

2.2.2 Manfaat Studi Kelayakan

Manfaat studi kelayakan adalah:

1. Pihak investor. Jika hasil studi kelayak yang telah di buat ternyata layak

direalisasikan, pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat mulai dicari

misalnya dengan mencari investor atau pemilik modal yang mau turut serta

menanamkan modalnya pada proyek yang akan dikerjakan itu.

2. Pihak kreditor. Pendanaan proyek dapat juga di pinjam dari bank. Pihak bank,

sebelum memutuskan untuk memberikan kredit, perlu mengkaji ulang studi

kelayakan bisnis yang telah dibuat, termasuk mempertimbangkan sisi-sisi lain,

misalnya bonafiditas dan tersebianya agunan yang dimiliki perusahaan.

Page 6: BHBP 6 TOPIK 1

3. Pihak manajemen perusahaan. Studi kelayakn bisnis dapat dibuat oleh pihak

eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan. Telepas dari siap

yang membuat, pembuatan proposal ini merupakan upaya dalam merealissikan

ide proyek yang ujung-ujungnya bermuara pada meningkatkan laba

perusahaan. Sebagai pihak yang jadi project leader, sudah tentu pihak

manajemen perlu mempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal

pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, rencana pendaan dari

investor dan kreditor.

4. Pihak pemerintah dan masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu

memperhatikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah

karena bagaimanapun dapat secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi kebijakan perusahaan.

5. Bagi tujuan pembangunan ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan bisnis

perlu juga dianalisis mamfaat yang akan didapat dan biaya yang akan

ditimbulkan oleh prosek terhadap perekonmian nasional. Aspek-aspek yang

perlu dianalisi untuk mengetahui biaya dam mamfaat tersebut ditinjau antara

lain dari aspek rencana pembangunan nasional, distribusi nilai tambah pada

seluruh masyarakat, nilai investasi per-tenaga kerja, pengaruh sosial, serta

analisi pemamfaatan dan beban sosial.

2.2.3 Hasil yang Diharapkan dari Studi Kelayakan

Diperolehnya data mengenai :

Page 7: BHBP 6 TOPIK 1

1. Ruang lingkup kerja DPS, meliputi seberapa luas pelayanan yang akan

diberikan (misalnya adalah hanya memberikan pelayanan kesehatan umum

atau spesialis).

2. Cara-cara kegiatan DPS dilakukan, meliputi siapa yang akan mengelola DPS

tersebut, apakah dikelola sendiri, bekerjasama atau diserahkan pada pihak lain.

3. Evaluasi terhadap faktor-faktor yang menentukan keberhasilan DPS, baik

faktor internal maupun eksternal, sehingga dapat diketahui seberapa besar

peluang yang dimiliki untuk mengembangkan usaha tersebut.

4. Sarana dan prasarana yang diperlukan oleh DPS, meliputi kebutuhan fasilitas

pendukung seperti lokasi yang baik, ruang praktek, jalan penghubung, dan

peralatan medis.

5. Standar pelayanan kesehatan DPS dan besar biaya yang harus ditanggung

pasien untuk memperoleh pelayanan tersebut.

6. Langkah-langkah untuk menyelenggarakan DPS, jadwal kegiatan, dan besar

investasi yang diperlukan hingga DPS siap beroperasi.

2.2.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan

2.2.4.1 Aspek Pasar dan Pemasaran

Meliputi data tentang:

1. Tingkat kebutuhan (permintaan) masyarakat terhadap jasa pelayanan

kesehatan baik secara total maupun diperinci menurut letak geografis, jenis

pelayanan, kelompok pasien, dan sebagainya.

Page 8: BHBP 6 TOPIK 1

2. Tingkat ketersediaan (penawaran) jasa pelayanan DPS yang telah ada sejauh

ini di daerah tersebut, pola pertumbuhan di masa lalu dan kemungkinan

perkembangannya di masa datang.

3. Besar tarif yang diberlakukan untuk masing-masing jenis pelayanan kesehatan

oleh penyelenggara jasa pelayanan yang berbeda, misal rumah sakit

pemerintah atau swasta, klinik atau DPS lain di daerah tersebut.

4. Strategi pemasaran yang telah digunakan, apakah masih berpola tradisional

atau telah menerapkan prinsip-prinsip pemasaran modern, misalnya

menggunakan metoda bauran pemasaran (marketing mix).

5. Pemetaan pangsa pasar yang dimiliki masing-masing DPS yang telah ada,

segmen pasar mana yang masih mungkin dimasuki dan seberapa besar pangsa

pasar yang mungkin diperoleh.

2.2.4.2 Aspek Lingkungan Usaha

Aspek lingkungan usaha lebih mengarah pada aspek persaingan dimana

bisnis perusahaan berada. Akibatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi

persaingan. Michael E. Porter mengemukakan konsep Competitive Strategy yang

menganalisis persaingan bisnis berdasarkan 5 aspek utama yang disebut Lima

Kekuatan Bersaing. Oleh R.E. Freeman sebagaimana dikutip oleh Wheelen

merekomendasikan 5 aspek yang ke enam untuk melengkapinya, yaitu:

1. Ancaman masuk pendatang baru

Page 9: BHBP 6 TOPIK 1

Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan

sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas

bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar serta perebutan sumber daya

produksi yang terbatas. Ada beberapa faktor penghambat pendatang baru

masuk ke dalam suatu industri, yang sering disebut dengan Hambatan Masuk,

sebagai berikut:

1) Skala ekonomi. Apabila pendatang baru berproduksi dengan skala kecil,

maka mereka akan dipaksa berproduksi pada biaya per unit yang tinggi

padahal perusahaan yang ada tengah berupaya pada skala produksi yang

terus diperbesar dan proses produksi yang terus menerus di efesienkan

sehingga harga per unit barang menjadi lebih rendah.

2) Diferensiasi Produk. Diferensiasi yang menciptakan hambatan masuk

memaksa pendatang baru untuk mengeluarkan biaya dan usaha yang besar

untuk merebut para pelanggan yang loyal kepada perusahaan utama.

3) Kecukupan modal. Jenis usaha yang memerlukan modal besar merupakan

hambatan yang besar bagi pemain baru, terutama pada jenis industri yang

memerlukan biaya yang besar untuk riset dan pengembangan serta

eksplorasi

4) Biaya peralihan. Hambatan masuk akan tercipta dengan adanya biaya

peralihan pemasok, yaitu biaya yang harus dikeluarkan pembeli bilamana

berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya.

5) Akses ke saluran distribusi. Jalur distribusi sangat menentukan penyebaran

produk. Perusahaan yang mempunyai jalur distribusi yang luas dan bekerja

Page 10: BHBP 6 TOPIK 1

secara baik akan sangat menghambat masuknya produk baru ke dalam

pasar.

6) Ketidakunggulan biaya independen. Keunggulan biaya yang di punyai

oleh perusahaan yang sudah ada sulit di tiru oleh pendatang baru.

Keunggulan itu mungkin timbul dari teknologi yang telah dipatenkan

perusahaan, konsesi bahan baku, atau subsidi pemerintah.

7) Peraturan pemerintah. Pemerintah biasanya menerbitkan sejumlah aturan

yang mengatur bidang-bidang tertentu seperti yang selalu diterbitkan oleh

pemerintah indonesia misalnya lewat Daftar Ivestasi Negatif (DIN).

2. Persaingan sesama perusahaan dalam industri

Persaingan dalam industri sangat mempengaruhi kebijakan dan kinerja

perusahaan. Menurut Porter, tingkat persaingan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu:

1) Jumlah kompetitor. Jumlah kompetitor atau pesaing sudah tentu akan

mempengaruhi tingkat persaingan. Kompetitor hendaknya dilihat dari

beberapa sisi, seperti jumlah, ukuran, dan kekuatannya.

2) Tingkat pertumbuhan industri. Pertumbuhan industri yang besar biasanya

menyediakan sejumlah peluang bagiperusahaan untuk tumbuh bersama

industrinya. Pertumbuhan industri yang lambat sebaiknya tidak direspon

dengan ekspansi pasar kecuali perusahaan mampu mengambil pangsa

pasar pesaing. Kondisi ini dapat menimbulkan trend penurunan harga atau

terjadinya perang harga.

Page 11: BHBP 6 TOPIK 1

3) Karakteristik produk. Produk hendaknya tidak hanya sekedar menyediakan

kebutuhan dasar akan tetapi hendaknya memiliki suatu perbedaan

(differentiation) atau nilai tambah.

4) Biaya tetap yang besar. Pada jenis industri yang mempunyai total biaya

tetap yang besar, perusahaan hendaknya beroperasi pada skala ekonomi

yang tinggi.

5) Kapasitas. Kapasitas selalu berkorelasi dengan biaya produksi per unit.

Produksi pada kapasitas yang tinggi diperlukan untuk menjaga efisiensi

biaya per unit.

6) Hambatan keluar. Hambatan keluar memaksa perusahaan untuk tidak

keluar dari industrihambatan ini dapat berupa aset-aset khusus ataupun

kesetiaan manajemen pada bisnis tersebut.

3. Ancaman dari produk pengganti

Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri bersaing pula

dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang

substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk

substitusi adalah kuat bilamana konsumen dihadapkan pada sediktinya

switching cost dan jika produk substitusi itu mempunyai harga yang lebih

murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi daripada produk-produk

suatu industri.

4. Kekuatan tawar menawar pembeli (Buyers)

Page 12: BHBP 6 TOPIK 1

Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan untuk memotong harga,

meningkatkan mutu dan pelayanan serta mengadu perusahaan dengan

kompetitor melalui kekuatan yang mereka miliki.

Beberapa kondisi yang mungkin di hadapi perusahaan antara lain:

1) Pembeli membeli dalam jumlah yang besar.

2) Pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan.

3) Sifat produk tidak terdiferensiasi dan banyak pemasok.

4) Switching cost pemasok adalah kecil.

5) Produk yang mempunyai perusahaan mempunyai andil presentase yang

besar bagi biaya produksi pembeli, sehingga pembeli akan menawarkan

insentif kepada pegawainya yang mampu menyediakan produk yang sama

dengan harga yang lebih murah

6) Pembeli mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah sehingga sensitif

terhadap harga dan diferensiasi servis.

7) Produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli, sehingga pembeli

dengan mudah mencari substitusinya

5. Kekuatan tawar menawar pemasok (suppliers)

Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka

menaikan harga atau mengurangi kualitas produk atau servis. Pemasok akan

kuat apabila beberapa kondisi berikut terpenuhi seperti sebagai berikut:

1) Jumlah pemasok sedikit.

2) Produk/pelayanan yang ada adalah unik dan mampu menciptakan

switching cost yang besar.

Page 13: BHBP 6 TOPIK 1

3) Tidak tersedia produk substitusi.

4) Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk

yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang dihasilkan perusahaan.

5) Perusahaan hanya membeli dalam jumlah yang kecil dari pemasok.

6. Pengaruh kekuatan stakeholder lainnya.

Kekuatan ke enam yang ditambahkan leh Freeman yang dikutip

Wheelen adalah berupa kekuatan dari luar perusahaan yang mempunyai

pengaruh dan kepentingan secara langsung kepada perusahaan.

Stakeholder yang pemasok, dimaksud antara lain adalah pemerintah,

serikat pekerja, lingkungan masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi

dagang, kelompok yang mempunyai kepentingan lain, dan pemegang

saham. Pengaruh dari masing-masing stakeholder adalah bervariasi

diantara yang satu dengan yang lain.

2.2.4.3 Aspek Lingkungan Hidup

Dalam suatu perusahaan diperlukan suatu

penelitian-penelitian/pembelajaran mengenai kelayakan usaha karena hal ini

menyangkut kelangsungan perusahaan itu sendiri, apakah dapat bertahan atau

tidak. Ada berbagai aspek yang dikaji dalam studi kelayakan bisnis salah satunya

adalah aspek lingkungan hidup. Aspek lingkungan hidup berkaitan erat dengan

lingkungan sekitar perusahaan itu sendiri yakni mengacu pada analisis AMDAL

(analisis mengenai dampak lingkungan).

Page 14: BHBP 6 TOPIK 1

Analisis Dampak Lingkungan sudah dikembangkan oleh beberapa negara

maju sejak tahun 1970 dengan nama Environmental impact analysis atau

environmental impact Assesment yang keduanya disingkat EIA. AMDAL

diperlukan untuk melakukan suatu studi kelayakan dengan dua alasan pokok,

yaitu:

1. Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian.

Jawaban ini cukup efektif untuk memaksa para pemilik proyek yang kurang

memperhatikan kualitas lingkungan dan hanya memikirkan keuntungan

proyeknya sebesar mungkin tanpa menghilangkan dampak samping yang

timbul.

2. AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan

beroperasinya proyek-proyek poroduksi. Manusia dalam usahanya untuk

memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan melakukan aktivitas

yang makin lama makin mengubah lingkuangannya. Pada awalnya perubahan

lingkungan itu belum menjadi masalah,tapi seteleh perubahan itu menjadi di

luar ambang batas, maka manusia tidak dapat mentolerir lagi perubaahan yang

merugikan itu.

2.2.4.3.1 Kegunaan AMDAL

Dengan adanya kegiatan investasi atau usaha, maka komponen lingkungan

hidup secara otomatis akan berubahdengsan menimbulkan berbagai dampak

terutama dampak negatif yang sangat tidak diinginkan. AMDAL bukan suatu

Page 15: BHBP 6 TOPIK 1

proses yang berdiri sendiri melainkan bagian dari proses AMDAL yang lebih

besar dan penting, mnyeluruh dan utuh dari perusahaan dan lingkungannya

dengan menggunakan dokumen yang benar. Beberapa peranan AMDAL bagi

perusahaan yaitu:

1. Peranan AMDAL dalam pengelolaan lingkungan. Aktivitas pengelolaan

lingkungan baru dapat dilakukan apabila rencana pengelolaan lingkungan

telah disusun berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan timbul

akibat dari peroyek ataupun prusahaan yang kita bangun

2. Peran AMDAL dalam peroyek/perusahaan. AMDAL merupakan salah satu

studi kelayakan lingkungan yang diisyaratkan untuk mendapatkan perizinan

selain aspek-aspek studi kelayakan yang lain seperti aspek teknis dan

ekonomis.Seharusnya AMDAL dilakukan bersama-sama ,di mana masing-

masing aspek dapat memberikan masukan untuk aspek-aspek lainnya

sehingga penilaian yang optimal terhadap proyek dapat diperoleh.Kenyataan

yang biasa terjadi adalah bahwa hasil studi kelayakan untuk aspek lingkungan

tidak dapat menghasilkan kesesuaian didalam studi kelayakan untuk aspek

lainnya.Bagian dari Amdal yang dapat diharapkan oleh aspek teknis dan

ekonomis biasanya adalah sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang

perwujudan proyek,terutama sumber daya yang diperlukan proyek tersebut

seperti air,energi,manusia,dan ancaman alam sekitar.

3. AMDAL sebagai dokumen penting. Laporan AMDAL merupakan dokumen

penting sumber informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan pada

waktu penelitian proyek dan gambaran keadaan lingkungan di masa setelah

Page 16: BHBP 6 TOPIK 1

proyek dibangun.Dokumen ini juga penting untuk evaluasi,untuk membangun

proyek yang lokasinya berdekatan dan dapat digunakan sebagai alat legalitas.

2.2.4.3.2 Peraturan Dan Perundang-Undangan

Langkah awal tim AMDAL dalam melakukan studi adalah memahami

peraturan dan perundangan yang berlaku mengenai lingkungan hidup di lokasi

tempat studi AMDAL dilakukan. Peraturan-peraturan yang bersifat internasional

penting diperhatikan terutama oleh mereka yang melakukan studi AMDAL yang

dampak proyeknya akan melampaui daerah yang digunakan secara internasional,

seperti misalnya proyek yang limbahnya akan dibuang ke laut atau limbah yang

dapat ditiup angin sampai jatuh ke negara lain, seperti misalnya hujan asam.

Peraturan-peraturan yang berlaku secara internasional mengenai AMDAL dapat

berupa deklarasi, perjanjian-perjanjian bilateral maupun multilateral. Sebagai

contoh adalah deklarasi Stockholm yang disebut Declarationof the United

Nations Conference on the Human Environment yang oleh semua negara anggota

PBB tahun 1972. Berlaku di Dalam Negeri.Di indonesia, peraturan dan

perundang-undangan dapat dijumpai pada tingkat nasipnal, sektoral maupun

regional/daerah. Peraturan Pemerintah RI nomor 51 tahun 1993 tentang Analisis

mengenai Dampak lingkungan merupakan peraturan baru pengganti dari

Peraturan Pemerintah RI nomor 26 tahun 1986. Peraturan pemerintah ini ditindak

lanjuti oleh SK Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10- 15 tahun 1994. Isi

Page 17: BHBP 6 TOPIK 1

dari peraturan pemerintah ini penulis sajikan ulang untuk hal- hal yang dianggap

paling penting dari sisi bisnis.

2.2.4.3.3 Komponen AMDAL

Yang dimaksud dengan AMDAL adalah suatu hasil studi mengenai

dampak suatu kegiatan yang direncanakan dan diperkirakan mempunyai dampak

penting terhadap lingkungan hidup. Analisis ini meliputi keseluruhan kegiatan

pembuatan 5 (lima) dokumen yang terdiri dari PIL (penyajian informasi

lingkungan), KA (kerangka acuan), ANDAL (analisis dampak lingkungan ), RPL

(rencana pemantauan lingkungan), dan RKL (rencana pengelolaan lingkungan).

ANDAL (analisis dampak lingkungan) adalah telaahan secara cermat dan

mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan. Arti

dampak penting di sini adalah perubahan lingkungan yang amat mendasar yang di

akibatkan oleh suatu kegiatan. Yang perlu digaris bawahi dari pengertian diatas

adalah tidak semua rencana kegiatan harus dilengkapi dengan ANDAL karena ia

hanya diterapkan pada kegiatan yang diperkirakan akan mempunyai dampak

terhadap lingkungan hidup.

2.2.4.3.4 Isi Laporan AMDAL

Pada bagian ini akan diberikan kerangka tertulis tiga macam dokumen

AMDAL yaitu dokunen AMDAL, RPL dan RKL.

Page 18: BHBP 6 TOPIK 1

1. Dokumen Rencana Kelola Lingkungan (RKL)

Lingkup Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) merupakan dokumen

yang memuat upaya-upaya mencegah, mengendalikan, dan menanggulangi

dampak penting lingkungan yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak

positif sebagai akibat dari suatu rencana usaha atau kegiatan.

Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan menbcakup

empat kelompok aktivitas yaitu:

1) Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah

dampak negatif lingkungan melalui pemilihan atas alternatif, tata letak

(tata ruang mikro) lokasi, dan rancang bangun proyek.

2) Pengelolaan lingkungan yang bertujuan menanggulangi, meminimalisasi,

atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul di saat usaha atau

kegiatan beroperasi, maupun hingga saat usaha atau kegiatan berakhir

misalnya rehabilitasi lokasi proyek.

3) Pengelolaan lingkungan yang bersifat meningkatkan dampak positif

sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar

baik kepada pemprakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat yang

turut menikmati dampak positif tersebut.

4) Lingkungan yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan

sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumberdaya tidak dapat

pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis)

sebagai akibat usaha atau kegiatan.

Latar belakang pengelolaan lingkungan adalah:

Page 19: BHBP 6 TOPIK 1

1) Pernyataan tentang latar belakang perlunya dilaksanakan rencana

pengelolaan lingkungan baik ditinjau dari kepentingan pemprakarsa,

pihak-pihak yang berkepentingan, maupun untuk kepentingan yang lebih

luas dalam rangka menunjang program pembangunan.

2) Uraian secara sistematis, singkat, dan jelas tentang tujuan pengelolaan

lingkungan yang akan dilaksanakan pemprakarsa sehubungan dengan

rencana usaha atau kegiatan.

3) Uraian tentang manfaat pelaksanaan pengelolaan lingkungan baik bagi

pemprakarsa usaha atau kegiatan, pihak –pihak yang berkepentingan,

maupun bagi masyarakat luas.

4) Uraikan secara singkat wilayah, kelompok masyarakat, atau ekosistem di

sekitar rencana usaha atau kegiatan yang sensitif terhadap perubahan

akibat adanya rencana usaha atau kegiatan tersebut.

5) Kemukakan secara jelas dalam peta secara jelas dengan skala yang

memada (peta administratif, peta lokasi, peta topografi, dan lain-lain) yang

mencakup informasi tentang yaitu:

(1) Letak geografis rencana usaha dan kegiatan.

(2) Aliran sungai, rawa, danau.

(3) Jaringan jalan dan pemukiman penduduk.

(4) Batas administratif pemerintah daerah.

(5) Wilayah, kolompok masyarakat, atau ekosistem disekitar rencana

usaha atau kegiatan yang sensitif terhadap perubahan.

2. Rencana Pengelolaan Lingkungan

Page 20: BHBP 6 TOPIK 1

Mengingat dokunen AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan,

maka dokumen RKL hanya akan bersifat memberikan pokok-pokok arahan,

prinsip-prinsip, atau persyaratan untuk pencegahan/penanggulangan/

pengendalian dampak. Hal ini tidak lain disebabkan karena sebagai berikut:

1) Pada taraf studi kelayakan, informasi rencana usaha atau kegiatan (proyek)

masih relatif umum, bellum memiliki spesifikasi tehnik yang rinci, dan

masih memiliki beberapa alternatif ini tak lain karena tahaf ini memang

dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana proyek dipandang poatut atau

layakuntuk dilaksanakan ditinjau dari segi teknis dan ekonomis; sebelum

investasi, tenaga, dan waktu terlanjur dicurahkan lebih banyak.

2) Pokok-pokok arahan, prinsip-prinsip, dan persyaratan pengelolaan

lingkungan yang tertuang dalam dokumen RKL selanjutnya akan

diintegrasikan atau menhadi dasar pertimbangan bagi konsultan rekayasa

dalam menyusun rancangan rinci rekayasa.

Rencana pengelolaan lingkungan dapat berupa pencegahan dan

penanggulangan dampak negatif, serta peningkatan dampak positif yang

bersifat strategis. Rencana pengelolaan lingkungan harus diuraikan secara

jelas, sistematis serta mengandung ciri-ciri pokok sebagai berikut:

1) Rencana pengelolaan lingkungan memuat pokok-pokok arahan, prinsip-

prinsip, pedoman, atau persyaratan untuk mencegah, menanggulangi,

mengendalikan atau meningkatkan dampak penting baik negatif maupun

positif yang bersifat strategis, dan bila dipandang perlu, lengkapi pula

Page 21: BHBP 6 TOPIK 1

dengan acuan literatur tentang rancang bangun penanggulangan dampak

dimaksud.

2) Rencana pengelolaan lingkungan dimaksud perlu dirumuskan sedemikian

rupa sehingga dapat dijadikan bahan pertimbanagan untuk pembuatan

rancangan rinci rekayasa, dan dasar pelaksanaan kegiatan pengeloalaan

lingkungan.

3) Rencana pengelolaan lingkungan mencakup pula upaya peningkatan

kemampuan dan pengetahuan karyawan pemprakarsa kegiatan dsalam

pengelolaan lingkungan hidup melalui kursus-kursus dan pelatihan.

4) Rencana pengelolaan lingkungan juga mencakup pembentukan unit

organisasi yang bertanggung jawab dibidang lingkungan untuk

melaksanakan RKL.

Terdapat dampak penting dan sumber-sumber dampak penting yaitu:

1) Uraikan secara singkat dan jelas komponen atau parameter lingkungan

yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar.

2) Uraikan secara singkat sumber penyebab timbulnya dampak penting.

Apabila dampak penting timbul sebagai akibat langsung dari rencana

usaha atau kegiatan, maka uraikan secara singkat jenis usaha atau kegiatan

yang merupakan penyebab atau timbulnya dampak penting.

Jelaskan tolok ukur dampak yang akan digunakan untuk mengukur

komponen lingkungan yang akan terkena dampak akibat rencana usaha atau

kegiatan berdsasarkan baku mutu standar (ditetapkan oleh peraturan

Page 22: BHBP 6 TOPIK 1

perundang-undangan); keputusan para ahli yang dapat diterima secara ilmiah,

lazim digunakan, dan atau lebih ditetapkan oleh instansi yang bersangkutan.

Tujuan rencana pengelolaan Lingkungan adalah sebagai misal, dampak

yang secara strategis harus dikelola untuk suatu rencana industri pulp (bubur

kertas) dan kertas adalah kualitas air limbah ,maka tujuan upaya pengelolaan

lingkungan secara spesifik adalah “Mengendalikan mutu limbah cair yang

dibuang ke sungai xyz, khususnya parameter BOD5, COD< Padatan

Tersuspensi total, dan PH; agar tidak melampaui baku mutu limbah cair

sebagaimana yang ditetapkan pemerintah, tentang Baku Mutu Limbah Cair

bagi kegiatan yang sudah Beroperasi”.

Upaya pengelolaan lingkungan yang di utarakan juga mencakup upaya

pengoperasian unit atau sarana pengendalian dampak (misal unit pengelolaan

limbah),bila unit atau sarana yang dimaksud dinyatakan sebagai aktivitas dari

rencana usaha atau kegiatan.

Utarakan rencana lokasi kegiatan pengelolaan lingkungan dengan

memperhatikan sifat dampak penting yang dikelola. Sedapat mungkin lengkap

pula dengan peta/sketsa/gambar. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan dengan

memperhatikan sifat dampak penting yang dikelola (lama berlangsung sifat

kumulatif, dan berbalik tidaknya dampak),serta kemampuan pemprakarsa

(tenaga, dana). Pembiayaan untuk melaksanakan RKL merupakan tuygas dan

tanggung jawab dari pemprakarsa rencana usaha atau kegiatan yang

bersangkutan. Pembiayaan tersebut mencakup yaitu:

Page 23: BHBP 6 TOPIK 1

1) Biaya investasi misalnya pembelian peralatan pengelolaan lingkungan

serta biaya untuk kegiatan teknis lainnya.

2) Biaya personal dan biaya operasional.

3) Biaya pendidikan serta latihan keterampilan operasional.

Terdapat institusi pengelolaan lingkungan yaitu:

1) Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Menteri Negara

Lingkungan Hidup.

2) Peraturan perundangan-undangan yang dikeluarkan oleh Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan.

3) Peraturan perundangan-undangan yang dikeluarkan oleh sektor terkait.

4) Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota.

5) Peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan pembentukan institusi

pengelolaan lingkungan.

2.2.4.4 Aspek Keuangan

Aspek keuangan (finansial), meliputi data tentang yaitu:

1. Dana yang diperlukan untuk investasi, baik dana untuk kebutuhan penyediaan

prasarana dan sarana kerja, maupun dana untuk operasional kerja.

2. Sumber-sumber pembelanjaan yang akan digunakan, seberapa banyak modal

sendiri dan berapa banyak yang merupakan pinjaman baik yang berjangka

panjang maupun jangka pendek.

Page 24: BHBP 6 TOPIK 1

3. Perkiraan tingkat penghasilan, biaya yang digunakan dan kondisi laba (rugi)

pada berbagai tingkat operasi per-satuan waktu tertentu. Target ketiga aspek ini

harus ditetapkan, sehingga dapat diestimasi waktu dicapainya posisi titik impas

(break event point) DPS.

2.2.4.5 Aspek Hukum

Aspek hukum, meliputi data tentang yaitu:

1. Jaminan-jaminan yang bisa disediakan, jika menggunakan sumber dana ynag

merupakan pinjaman.

2. Berbagai akte, sertifikat, ijin yang diperlukan, surat kontrak kerjasama dan

sebagainya.

2.2.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data meliputi yaitu:

1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran, yang paling mendekati kenyataan pasar

adalah melakukan survei khusus untuk bisa memperoleh informasi tentang

yaitu:

1) Perilaku konsumsi masyarakat (pasien) terhadap macam pelayanan

kesehatan yang tersedia saat ini.

2) Pengetahuan pasien terhadap jasa pelayanan kesehatan.

Page 25: BHBP 6 TOPIK 1

3) Keinginan dan rencana pasien dalam memenuhi kebutuhan jasa pelayanan

kesehatan.

4) Motif pasien dalam menggunakan jasa pelayanan kesehatan.

5) Kepuasan pasien terhadap jasa pelayanan kesehatan di suatu daerah hingga

saat ini.

6) Kebutuhan jasa pelayanan kesehatan yang belum terpenuhi.

7) Sikap pasien terhadap berbagai jasa pelayanan kesehatan.

8) Karakteristik sosial ekonomi masyarakat di daerah tersebut, umumnya

meliputi faktor umur, tingkat penghasilan, pekerjaan, tempat tinggal dan

sebagainya.

2. Analisis Aspek Teknis dan Pelayanan, dilakukan dengan menggunakan alat

analisis sebagai berikut:

1) Analisis perilaku biaya, yaitu untuk mengidentifikasi unsur-unsur dan

fungsi biaya.

2) Analisis perbandingan biaya untuk memilih alternatif bentuk pelayanan

yang paling efektif dan efisien.

3) Metode skoring untuk menentukan pilihan lokasi dengan analisis

perbandingan biaya

4) Metode transportasi untuk menentukan biaya pencapaian lokasi DPS dari

tempat tinggal masyarakat.

3. Analisis aspek keuangan, dilakukan dengan mempergunakan beberapa alat

analisis sebagai berikut:

Page 26: BHBP 6 TOPIK 1

1) Metode penilaian investasi, dengan melihat kebutuhan dana, baik modal

kerja maupun aktiva tetap dan memperhitungkan darimana (sumber dana )

diperoleh.

2) Metode pemilihan sumber dana, dengan melihat struktur modal dan biaya

keseluruhan DPS, yang juga digunakan untuk analisis rentabilitas modal

sendiri dan pertimbangan aspek likuiditas.

3) Analisis break event point yaitu untuk menghitung titik impas usaha,

dengan memperhitungkan unsur ketidakpastian usaha dan penilaian

profitabilitas investasi.

4) Proyeksi aliran anggaran kas untuk memperkirakan kemapuan memenuhi

kewajiban finansial.

2.2.6 Sumber Data

Dari perencanaan analisis yang disusun, ditentukan data yang diperlukan

dan diperkirakan dari mna bisa diperoleh, apakah dalam bentuk data skunder

ataupun data primer. Data skunder umumnya berasal dari instansi-instansi

pemerintah, yang antara lain berbentuk yaitu:

1. Publikasi biro pusat statistik (BPS) atau kantor statistik daerah, antara lain

statistik kependudukan, fasilitas kesehatan, distribusi dan rasio dokter,

indikator ekonomi, indikator kesehatan dan lingkungan dan sebagainya.

2. Publikasi yang dikeluarkan oleh asosiaqi industri, perdagangan, kesehatan dan

badan-badan lainnya.

Page 27: BHBP 6 TOPIK 1

3. Publikasi yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang bekerja sebagai

lembaga penelitian.

Pada umunya publikasi mengenai daerah-daerah di indonesia masih jarang

sehingga lebih baik bila melakukan pengumpulan data sendiri. Data akan

mendekati kondisi sebenarnya bila dilakuakan survei lapangan dengan

menggunakan metode wawancara secara terstruktur dengan masyarakat yang akan

menjadi pasien ataupun wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh kunci yang

memilki pengaruh cukup kut dalam masyarakat.

2.2.7 Kriteria Penilaian Studi Kelayakan

Untuk memudahkan studi kelayakan, dalam tabel 1 disajikan rangkuman

berbagai aspek yang ditelah dengan masing-masing indikator, cara analisis,

bentuk data yang diperlukan dan kriteria kelayakan dari masing-masing aspek

tersebut.

No. Aspek

Penilaian

Indiktor

Penilaian

Studi

Metode Analisis

Studi Kelayakan

Sumber

Data

Kriteria

Penilaian Studi

Kelayakan

1. Aspek

pasar dan

pemasara

n

a.Pasar

potensial

Karakteristik

pasar dan staus

sosial ekonomi

Data

primer dari

survei dan

skunder

Tingginya

tingkat

kesadran

kesehatan

masyarakat

Page 28: BHBP 6 TOPIK 1

b. Pertu

mbuhan

tingkat

permintaan

Perilaku

konsumsi

terhadap

pelayanan

kesehatan

Data

primer dan

survei

Tingginya

angka

pertumbuhan

pasar

c.Kondisi

persaingan

Ketersediaan

pelayanan

kesehatan yang

ada

Data

skunder

Pasar yang

terbuka dan

sehat

d. Kebija

kan

pemasaran

Strategi pesaing

dan terobosan

baru yang perlu

Data

primer dan

survei

Strategi

pencapaian

pasar yang

efektif

2. Aspek

teknis dan

pelayanan

a.Lokasi

klinik

Tingkat

kemudahan

untuk mencapai

lokasi klinik

Data

primer dan

survei

Lokasi yang

srategis dan

mudah

terjangkau

b. Skala

pelayanan

Analisis

perbandingan

biaya

Data

skunder

Pelayanan yang

terjangkau

secara

ekonomis

c.Teknologi

yang

Analisisi biaya

dan tingkat

Data

skunder

Teknologi yang

mampu dibayar

Page 29: BHBP 6 TOPIK 1

digunakan kembalian

investasi

oleh pasien

d. Pengat

uran jadwal

kerja

Metode time and

motion study

Data

skunder

Skedul kerja

yang realistis

dan sesuai

keinginan klien

3. Aspek

keuangan

a.Biaya

investasi

Metode penilian

investasi

Data

skunder

Profitabilitas

komersial

cukup tinggi

b. Sumbe

r dana

Metode

pemilihan

sumber dan

penggunan

modal

Data

skunder

Likuiditas dan

rentabilitas

yang cukup

tinggi

c.Taksiran

pendapatan

dan

rugi/laba

Metode aliran

anggaran kas

(cash flow)

Data

skunder

Tingginya

kemampuan

memenuhi

kewajiban

financial

d. Proyek

si

kembalian

investasi

Analisis titik

impas (break

event point)

Data

skunder

Ketepatan

waktu untuk

mengendalikan

dana investasi

Page 30: BHBP 6 TOPIK 1

4. Aspek

manajeme

n

a.Manajemen

pembangun

an klinik

Analisis efisiensi

biaya dan

efektivitas waktu

Data

skunder

Pembangunan

fasilitas yang

efektif dan

efisien

b. Manaj

emen

organisasi

usaha

Analisis struktur

organisasi

Data

skunder

Struktur

organisasi yang

sesuai dengan

kebutuhan

c.Manajemen

sumber

daya

manusia

Analisis jabatan

dan pembagian

beban kerja

Data

skunder

Jabatan beban

kerja yang

sesuai dengan

kemampuan

5. Aspek

hukum

a.Bentuk

badan usaha

Mempelajari

badan usaha

yang paling

sesuai

Data

skunder

Memilih

bentuk yayasan

atau perseroan

terbatas

b. Jamina

n usaha

yang

dimilki

Inventarisasi

jaminan usaha

yang dimilki

pemodal

Data

skunder

Jaminan usaha

besar dan

memiliki

kepastian

hukum

c.Perizinan,

kontak

Pengurusan surat

ijin dan kontrak

Data

skunder

Kepastian

hukum dari

Page 31: BHBP 6 TOPIK 1

kerjasama

dan akte

kerjasama surat ijin dan

bentuk

kerjasama

5. Aspek

sosial

a.Dampak

ekonomi

Analisis

penyesuaian

manfaat

komersial

Data

skunder

Tingginya

dampak positif

terhadap

ekonomi

daerah

b. Damp

ak social

Analisis manfaat

dan pengorbanan

sosial

Data

skunder

Rendahnya

dampak negatif

terhadap

kondisi

masyarakat

Gambar Tabel Rangkuman Aspek Penilaian, Indikator, Metode, Analisis, Sumber

Data dan Kriteria Penilaian Studi Kelayakan

2.3 Analisis Lingkungan Usaha

Langkah selanjutnya adalah melaksanakan analisis lingkungan yang terdiri

atas analisis situasi dan analisis diri. Analisis situasi lebih cendrung pada

lingkungan eksternal yaitu kondisi lingkungan dimana akan diselenggarakan

usaha tersebut. Analisis diri lebih menganalisis pengenalan kemampuan usaha

sendiri dan sumberdaya yang dimiliki. Pemetaan lingkungan eksternal dan

Page 32: BHBP 6 TOPIK 1

internal tersebut dapat menunjukkan seberapa besar kekuatan yang merupakan

peluang dan juga kelemahan yang akan mengancam pengembangan DPS. Pada

umumnya analisis lingkungan dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT.

Terdapat perbedaan yang cukup mendasar antara studi kelayakan dan

analisis lingkungan usaha. Studi kelayakan lebih menekankan pada aspek

kelayakan secara ekonomi dan sosial, dimana hasil penilaiannya digunakan untuk

melihat apakah usaha tersebut layak dilakukan. Sedangkan analisis lingkungan

dilakukan setelah suatu usaha dipastikan dapat diwujudkan dan dianggap layak

secara sosial-ekonomis. Pelaksanaan dan penilaian analisis lingkungan usaha

digunakan untuk memposisikan dimana letak DPS tersebut ditengah usaha sejenis

yang telah terlebih dahulu hadir.

2.3.1 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal berguna untuk menganalisis kekuatan-

kekuatan lingkungan makro seperti kondisi demografi, perkembangan ekonomi

dan teknologi, stabilitas politik, kepastian hukum dan pengaruh perubahan sosial

budaya yang dapat mempengaruhi usaha. Dalam analisis lingkungan eksternal

dimasukkan pula pengamatan terhadap perilaku pelaku-pelaku di lingkungan

mikro, termasuk dalam kelompok ini adalah para pasien, usaha pesaing, saluran

pelayanan dan penyedia kebutuhan obat-obatan, bahan baku dan suku cadang.

Analisis lingkungan eksternal berguna untuk melihat sejauh mana

kekuatan DPS untuk bertahan, bertumbuh dan memperoleh keuntungan di tengah

Page 33: BHBP 6 TOPIK 1

persaingan jasa pelayanan kesehatan. Informasi eksternal umumnya meliputi

pemetaan tentang:

1. Karakteristik pasar dan kelompok pasar sasaran, mencakup perilaku konsumsi

masyarakat terhadap jasa pelayanan kesehatan, tingkat kemudahan memasuki

pasar dan kemampuan pasar melakukan penyesuaian terhadap perubahan

keadaan

2. Segmen pasar mana yang dianggap paling potensial dan sesuai dengan misi,

tujuan dan target DPS tersebut dan seberapa besar kemampuan pasar.

3. DPS lain yang menjadi pesaing, mencakup berapa banyaknya pesaing,

bagaimana kemampuan sumber daya yang dimilikinya dan bagaimana strategi

pemasaran yang telah dilakukan.

4. Kebijakan pemerintah tentang jasa pelayanan kesehatan, misalnya apakah

memberlakukan peraturan secara ketat, menetapkan standar pelayanan dan

tarif.

5. Perkembangan teknologi dalam bidang kedokteran dan pelayanan kesehatan,

sejauh mana masyarakat memerlukannya serta apakah kemajuan tersebut

dianggap mendesak untuk digunakan.

6. Pergeseran kependudukan yang mungkin terjadi, misalnya sejauh mana

tingkat migrasi memmpengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk yang

membutuhkan pelayanan kesehatan.

7. Kondisi perekonomian daerah, regional, nasional baik secara makro maupun

mikro, sehingga dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah

tersebut.

Page 34: BHBP 6 TOPIK 1

8. Kemudahan untuk memperoleh obat, bahan baku obat-obatan dan suku cadang

yang dibutuhkan untuk menjaga kredibilitas dan daya saing DPS tersebut.

9. Hambatan lain yang mungkin mengancam usaha tersebut, misal tingkat

pencemaran/polusi di lokasi DPS terletak.

2.3.2 Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal pada dasarnya adalah penggambaran profil

usaha DPS tersebut. Pada analisis ini dijabarkan tentang kuantitas dan kualitas

dari sumber daya yang dimiliki DPS. Faktor Internal dibagi menjadi dua, yaitu

kemampuan manajemen fungsional yang meliputi lokasi, usaha, strategi

pemasaran, kemampuan permodalan (keuangan), manajemen operasional, kualitas

dan kuantitas sumberdaya manusia, dan pengembangan sistem informasi.

Analisis lingkungan internal digunakan untuk mengidentifikasikan

kemampuan DPS untuk mengembangkan diri di masa depan, setelah melihat

tingkat pertumbuhan yang telah dicapainya. Dengan menghubungkan masing-

masing variabel tersebut, akan dengan mudah menetapkan kekuatan dan

kelemahan internal DPS, sehingga dapat disusun prioritas dan penjadualan

rencana pengembangan atau sebaliknya pembenahan manajemen DPS. Informasi

internal DPS pada umumnya meliputi pemetaan tentang yaitu:

1. Lokasi DPS apakah masih dianggap menjadi kekuatan, karena nyaman,

dilalui kendaraan umum, dan prasarana jalnnya masih terawat atau justru

Page 35: BHBP 6 TOPIK 1

menjadi titik lemah karena telah berubah menjadi kawasan yang polutif dan

bising.

2. Strategi pemasaran DPS yang telah dijalankan apakah mampu mencapai

target dan sasaran yang diinginkan, dan apakah diperlukan suatu terobosan

baru.

3. Kemampuan permodalan yang menggambarkan apakah DPS berada pada

tingkat survival, growth, atau profitability.

4. Tingkat laba DPS apakah baru mencapai taraf memenuhi kewajiban terhadap

penyandang dana atau telah cukup digunakan untuk diversifikasi pelayanan

yang baru.

5. Kemampuan operasional DPS apakah telah mampu memberikan kepuasan

kepada masyarakat, sehingga pasien menjadikan sebagai DPS pilihan untuk

pelayanan kesehatan atau baru menjadi salah satu alternatif saja.

6. Kebijakan usaha yang ditetapkan mampu menjawab perubahan situasi

eksternal, sehingga menempatkannya dalam kondisi yang selalu mampu

bertahan dan bertumbuh di tengah iklim persaingan yang sehat dan terbuka.

2.3.3 Analisis SWOT

Hasil uraian lingkungan eksternal dan internal di atas, akan digunakan

sebagai analisis lingkungan dengan menggunakan metode analisis SWOT.

Analisis SWOT tidak hanya digunakan pada awal usaha DPS, namun secara

berkala dan berkesinambungan dilakukan untuk memetakan kondisi DPS tersebut

Page 36: BHBP 6 TOPIK 1

setiap kurun waktu tertentu. Apabila seluruh tahap telah dilakukan, maka pada

tahap terakhir, yaitu tahap pemberian umpan balik dan pengendalian juga

dilakukan dengan melakukan analisis SWOT. Dengan tersedianya informasi

lingkungan eksternal dan internal, maka dapat diketahui yaitu:

1. Apa kekuatan (strength) DPS yang mendukung usaha mencapai sasaran.

2. Apa kelemahan (weakness) DPS yang membatasi usaha mencapai sasaran.

3. Adakah peluang (opportunity) DPS untuk mengembangkan usaha pelayanan

kesehatan.

4. Adakah ancaman (threat) DPS yang membahayakan usaha pelayanan

kesehatan.

DPS akan mampu survive jika kekuatan DPS melebihi kelemahan, oleh

karena itu strategi yang dikembangkan harus mampu memanfaatkan peluang

usaha yang ada dan menghilangkan ancaman usaha yang ada di sekitarnya. Pada

dasarnya terdapat hubungan lurus antara kekuatan dan peluang, serta antara

kelemahan dan ancaman. Kekuatan akan menciptakan peluang, sebaliknya

kelemahan akan menciptakan ancaman. Penguraian kekuatan dan kelemahan

harus didasarkan kondisi obyektif, sehingga konteksnya adalah yang terjadi

sekarang. Sedangkan peluang dan ancaman lebih bersifat kondisi masa depan

berdasar prediksi yang dilakukan pada saat pengamatan dilakukan.

Jadi dapat dikatakan tercapai tidaknya tujuan DPS tergantung dari

lingkungan makro dan mikro serta manajemen dan budaya organisasi DPS

tersebut. Empat hal pokok tersebut dapat diuraikan dalam masing-masing

Page 37: BHBP 6 TOPIK 1

unsurnya, untuk kemudian dijadikan acuan melakukan penjabaran dan contoh

SWOT (Tabel 2).

Setelah dilakukan penjabaran kondisi eksternal dan internal apakah hal

tersebut merupakan kekuatan atau kelemahan DPS, serta pengaruhnya untuk

menjadi peluang atau ancaman DPS, kemudian dilakukan analisis SWOT dengan

menempatkan hasil yang telah diperoleh ke dalam bentuk diagram analisis SWOT

(Gambar 3).

Page 38: BHBP 6 TOPIK 1

Gambar Tabel Analisis SWOT Klinik ”X”

Gambar Diagram Analisis SWOT DPS

Posisi akhir dari pemetaan SWOT, akan menempatkan DPS dalam salah

satu kotak dari diagram di atas. Gambaran empat kotak searah jarum jam,

menunjukkan kondisi dari memiliki peluang usaha besar, keunggulan kekuatan,

penuh tantangan dan kondisi lemah. Dalam masing-masing kondisi tersebut,

untuk mengembangkan DPS harus digunakan dengan strategi yang sesuai.

Ketepatan penerapan strategi tersebut, akan sangat menentukan kemajuan atau

kemunduran DPS.

2.4 Model Praktek Dokter Gigi

Page 39: BHBP 6 TOPIK 1

2.4.1 Model Praktek Kedokteran Gigi Menurut Kode Etik Kedokteran Gigi

Indonesia Tahun 2008 yang Dibuat Oleh PDGI

Berikut ini merupakan pasal yang menyatakan mengenai model praktek

kedokteran gigi adalah:

1. Pasal 3 Ayat 6

Dokter Gigi di Indonesia dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan

gigi swasta dapat melalui beberapa cara;

1) Praktik perorangan dokter gigi.

2) Praktik perorangan dokter gigi spesialis.

3) Praktik berkelompok dokter gigi.

4) Praktik berkelompok dokter gigi spesialis.

6.1 Untuk praktik berkelompok harus diberi nama tertentu yang diambil dari

nama orang yang berjasa dalam bidang kesehatan yang telah meninggal

dunia atau nama lain sesuai fungsinya.

6.2 Dokter Gigi di Indonesia yang melakukan praktik berkelompok baik

masing-masing maupun sebagai kelompok mempunyai tanggung jawab

untuk tidak melanggar Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia.

2.4.2 Berdasarkan Permenkes No.2052 tahun 2011

Pasal 4

Page 40: BHBP 6 TOPIK 1

(1) SIP Dokter dan Dokter Gigi diberikan paling banyak untuk 3 (tiga) tempat

praktik, baik pada fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta, maupun

praktik perorangan.

(2) SIP 3 (tiga) tempat praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berada

dalam kabupaten/kota yang sama atau berbeda di provinsi yang sama atau

provinsi lain.

Secara garis besar, model praktek dokter gigi dibagi menjadi dua, yaitu

praktek perorangan dan praktek berkelompok.

1. Praktek perorangan

Praktek perorangan adalah penyelenggara pelayanan medik oleh seorang

dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dengan

atau tanpa menggunakan penunjang medik. Keuntungan dari praktek sendiri

yaitu:

1) Memegang kendali penuh terhadap kebijakan di tempat praktek dan

terhadap orang-orang yang bekerja disana (personalia).

2) Menerima seluruh pendapatan dari hasil praktek.

3) Memiliki privasi lebih besar dibanding praktek bersama.

4) Konflik personal yang terjadi lebih sedikit.

5) Lebih mudah membuat perubahan, menjual prakteknya, atau jika ingin

pindah tempat praktek.

Sedangkan kerugian dari praktek sendiri yaitu:

1) Tanggung jawab hanya dibebankan ke satu orang

Page 41: BHBP 6 TOPIK 1

2) Tergantung dari panggilan setiap waktunya dan tidak ada dokter gigi lain

yang bisa menggantikannya saat dokter gigi tersebut pergi

3) Bertanggung jawab penuh terhadap semuanya

4) Pengeluaran masih terus berlanjut bahkan ketika dokter gigi tersebut tidak

ada dan pemasukannya jadi berkurang

5) Sangat terbatas kesempatan untuk berkonsultasi dengan rekan sejawat.

2. Praktek berkelompok

Praktek berkelompok adalah penyelenggara pelayanan medik secara

bersama dengan alat oleh seorang dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis

dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik. Keuntungan praktek

bersama ini, antara lain:

1) Biaya pengeluaran bisa dibagi-bagi.

2) Potensi pendapatannya lebih besar.

3) Lebih bebas untuk tidak praktek karena bisa digantikan oleh rekan sejawat

yang berada di tempat praktek.

4) Kesempatan berkonsultasi lebih besar.

5) Lebih sedikit tanggung jawab management.

6) Lebih bisa mengontrol kualitas.

7) Dapat menghimpun para ahli seperti dokter spesialis.

8) Tingkat kuantitas pasien lebih tinggi.

Sedangkan kerugiannya, antara lain:

1) Struktur organisasinya lebih kompleks.

2) Ada pembagian kontrol pengambilan kebijakan.

Page 42: BHBP 6 TOPIK 1

3) Konflik personal bisa terjadi.

4) Kemungkinan tejadi ketidakadilan dalam produksi.

2.4.2 Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga

Landasan konsep pelayanan dokter gigi keluarga didasarkan pada SK

Menkes RI Nomor 1415/Menkes/SK/X/2005 tentang kebijakan pelayanan

kedokteran gigi keluarga.

2.4.2.1 Pengertian Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga

Pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah suatu pelayanan kesehatan

dasar perseorangan paripurna dalam bidang kesehatan gigi dan mulut yang

memusatkan layanannya kepada setiap individu dalam keluarga binaan.

Sedangkan dokter gigi keluarga adalah dokter gigi yang mempunyai pengetahuan,

sikap, dan perilaku professional dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi

dar keluarga binaannya dengan menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan

gigi dasar paripurna dengan pendekatan holistik dan kesisteman serta proaktif

dalam antisapasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga yang

memlihnya sebagai mitra utama pemeliharaan kesehatan gigi.

2.4.2.2 Visi dan Misi

Page 43: BHBP 6 TOPIK 1

Visi dari pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah menciptakan

kemandirian keluarga dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan tercapainya

derajat kesehatan gigi setinggi-tingginya melalui pelayanan kedokteran gigi

keluarga secara efisien, efektif, adil-merata, dan bermutu. Sedangkan misinya

dibagi menjadi 5 poin, yaitu:

1. Mendorong kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara kesehatan

gigi dan mulut.

2. Mengusahakan tersedianya pelayanan dokter gigi keluarga yang merata,

bermutu, dan terjangkau.

3. Memberikan pelayanan, memelihara, meningkatkan kesehatan gigi perorangan

serta masyarakat (keluarga binaan) sehingga tercapai kesehatan gigi yang

diharapkan.

4. Meningkatkan profesionalisme dokter gigi keluarga dalam mengemban peran,

tugas, dan fungsinya.

5. Meningkatkan kemitraan dengan profesi, institusi pendidikan, dan pihak-pihak

lain.

2.4.2.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan utama pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah tercapainya

keluarga yang mandiri dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut

dan terpenuhinya kebutuhan keluarga unuik memperoleh pelayanan kesehatan

Page 44: BHBP 6 TOPIK 1

gigi yang optimal, bermutu, terstruktur dan berkesinambungan. Sasaran utamanya

adalah perseorangan atau keluarga.

2.4.2.4 Prinsip Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga

Adapun prinsip pelayanannya sebagai berikut:

1. Dokter gigi kontak pertama (first contact).

Dokter gigi keluarga adalah pemberi layanan kesehatan yang pertama kali

ditemui pasien dalam menyelesaikan masalah kesehatan gigi dan mulut dan

penapis rujukan ke strata kedua dan ketiga.

2. Layanan bersifat pribadi (personal care).

Dokter gigi keluarga memberikan layanan kepada perorangan (pribadi)

dengan memperhatikan bahwa setiap orang merupakan bagian dari

keluarganya. Keputusan medis mempertimbangkan aspek sosial, budaya dan

ekonomi pasien beserta keluarga.

3. Pelayanan paripurna (comperhensive).

Dalam memberikan pelayanannya dokter gigi keluarga lebih menekankan

pada upaya promotif ,perlindungan khusus, deteksi dan tindakan penanganan

dini.

4. Paradigma sehat.

Page 45: BHBP 6 TOPIK 1

Dokter gigi keluarga mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri

dalam menjaga kesehatan mereka sendiri dengan pelayanan yang bersifat

promotif dan preventif.

5. Pelayanan berkesinambungan.

Prinsip ini dilandasi hubungan jangka panjang antara dokter gigi keluarga dan

pasiennya

6. Koordinasi dan Kolaborasi.

Dokter gigi keluarga perlu berkonsultasi dengan disiplin lain untuk mengatasi

masalah pasiennya.

7. Family and community oriented.

2.4.2.5 Karakteristik Dokter Gigi Keluarga

Terdapat karakteristik dokter gigi keluarga yaitu:

1. Berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.

2. Memanfaatkan pendekatan menyeluruh, berorientasi pada pasien dan

keluarganya dalam menyelenggarakan setiap pelayanan kesehatan.

3. Mempunyai kemampuan dan keterampilan diagnosa, serta kemampuan

merujuk yang handal disertai pengetahuan epidemiologi untuk menemukan

pola penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat, dan juga dapat

mengelola pelbagai penyakit gigi dan mulut secara komprehensif.

4. Dokter gigi keluarga memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal balik

faktor biologis, sosial dan emosional dengan penyakit yang dihadapi, serta

Page 46: BHBP 6 TOPIK 1

menguasai teknik pemecahan masalah untuk mengatasi pelbagai penyakit gigi

dan mulut.

2.4.2.6 Manfaat Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga

Manfaat pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah:

1. Terpenuhinya berbagai kebutuhan dan tuntutan layanan kesehatan gigi.

Pada pelayanan ini tersedia semua jenis pelayanan kedokteran gigi yang dapat

dipenuhi pelbagai kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien beserta segenap

anggota keluarganya. Dimana setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan

dan tuntutan kesehatan yang berbeda.

2. Memudahkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Pada pelayanan ini tersedia semua jenis pelayanan kedokteran gigi yang

menyebabkan pemanfaatan pelayanan akan lebih mudah dilakukan.

3. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.

Diselenggarakan secara terpadu, menyebabkan kemungkinan terjadinya

tumpang tindih pelayanan kedokteran gigi sengat berkurang.

4. Mutu pelayanan akan lebih meningkat.

Perhatian utama pelayanan ini adalah pada klien sebagai manusia seutuhnya,

serta pendekatan bersifat holistik, sehingga mampu menyelesaikan berbagai

masalah kesehatan yang ditemukan, dengan demikian penerima dan pemberi

pelayanan akan merasa lebih puas.

Page 47: BHBP 6 TOPIK 1

5. Bagi penyelenggara pelayanan, kedokteran gigi keluarga merupakan alternatif

lahan praktek dan penghasilan. Ada kepastian biaya pelayanan kesehatan gigi

sehingga dokter gigi keluarga dapat merencanakan pelayanan kesehatan

pesertanya.

2.4.2.7 Model Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga

Pelayanan dokter gigi keluarga dapat berkembang dari beberapa model,

yaitu:

1. Dokter gigi keluarga praktik perorangan/praktek solo.

Pelayanan dokter gigi keluarga yang dikembangkan atas inisiatif dokter gigi

dan perawat gigi dan sesuai dengan standar perijinan yang telah ditetapkan,

serta memiliki sertifikat bahwa telah mengikuti melalui Program Pendidikan

Kedokteran Gigi Keluarga (PKGK) atau melalui diklat khusus untuk melatih

dokter gigi menjadi dokter gigi keluarga sesuai kompetensi yang diharapkan.

2. Dokter gigi keluarga praktik berkelompok.

Dokter gigi keluarga beserta tim yang melaksanakan praktik untuk pelayanan

keluarga binaannya sebagai mitra kerja tergabung dalam sistem pelayanan

dokter keluarga/dokter gigi keluarga sehingga standar klinik dan asuransi

kesehatan yang digunakan sesuai dengan konsep dokter gigi keluarga.

Page 48: BHBP 6 TOPIK 1

2.4.2.8 Ruang lingkup pelayanan

Pelayanan kedokteran gigi keluarga dilaksanakan dengan pola pelayanan

berlapis melalui sitem rujukan berjenjang (Level of care) dengan pendekatan

Primary Health Care. Tujuan pelayanan ini untuk memberikan pelayanan yang

menyeluruh dengan tingkat-tingkat pelayanan yang dikaitkan dengan sumber daya

yang ada di masyarakat. Upaya ini dimaksudkan untuk menjaga fungsi gigi dan

mulut sebagai bagian dari sistem cerna yang sangat penting untuk kesehatan

seseorang, sebagai bagian dari sistem bicara, dan sebagai bagian dari

pembentukan estetika wajah. Disamping itu, menjaga kondisi gigi dan mulut agar

tidak menjadi sumber penyakit (focal infection) bagi organ lainnya, dan untuk

deteksi dini penyakit sistemik yang bermanivestasi di dalam rongga mulut.

Ruang lingkup kerja dokter gigi adalah:

1. Pelayanan darurat/basic emergency care yang terdiri dari yaitu:

1) Basic life support/pertolongan pertama pada keadaan darurat dan gawat

darurat untuk selanjutnya dilakukan rujukan bila diperlukan.

2) Mengurangi rasa sakit dan atau eliminasi infeksi/pertolongan pertama

pada gigi/mulut karena penyakit/cedera.

3) Reposisi dislokasi sendi rahang.

4) Replantasi gigi.

5) Penyesuaian oklusi (akut).

2. Pelayanan pencegahan/preventive care yang terdiri dari yaitu:

1) Pendidikan kesehatan gigi (individu/kelompok).

Page 49: BHBP 6 TOPIK 1

2) Menghilangkan kebiasaan jelek/buruk.

3) Tindakan perlindungan khusus.

4) Tindakan penanganan dini (early detection & prpmpt treatment).

5) Memberi advokasi untuk menanggulangi kelainan saliva dan masalah

nutrisi gizi/diet.

3. Pelayanan medik gigi dasar/simple care meliputi yaitu:

1) Tumpatan gigi (glass ionomer/komposit resin/tumpatan kombinasi

(open/closed sandwich).

2) Ekstraksi gigi (gigi sulung persistensi/gigi tetap karena

penyakit/keperluan orthodonti/pencabutan serial (gigi sulung).

3) Perawatan pulpa (pulp capping/pulpotomi/perawatan saluran akar gigi

anterior).

4) Perawatan/pengobatan abses.

5) Penanganan dry socket.

6) Mengobati ulkus rekuren (apthosa).

7) Pengelolaan halitosis.

4. Pelayanan medik gigi khusus/moderate care meliputi yaitu:

1) Konservasi gigi.

2) Pedodonsi.

3) Periodonsia.

4) Bedah Mulut.

5) Orthodonti.

6) Prostodonsia.

Page 50: BHBP 6 TOPIK 1

7) Oral Medicine.

Ruang lingkup perawat gigi adalah:

1. Pelayanan darurat yaitu mengurangi rasa sakit.

2. Pelayanan pencegahan, seperti sebagai berikut:

1) Topikal.

2) Scaling supra gingival.

3) ART.

4) Fissure sealent.

5) Tumpatan 1 bidang untuk usia dibawah 15 tahun.

6) Pendidikan kesehatan gigi dan konseling (kunjungan rumah).

7) Survei kesehatan gigi.

3. Manajemen.

1) Membuat pola hasil survey/mentabulasi data.

2) Resepsionis.

3) Pencatatan Rekam Medik

4) Laporan Evaluasi

4. Dental Assistant.

5. Sterilisasi.

2.4.2.9 Sistem Pembiayaan

Page 51: BHBP 6 TOPIK 1

Bentuk pokok pembiayaan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)

sebagaimana tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah sebagai

berikut:

1. Dana untuk UKP dari individu dalam kesatuan keluarga melalui JPK (Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan) wajib dan JPK sukarela.

2. Dana untuk UKP masyarakat rentan dan keluarga miskin dari pemerintah

melalui JPK wajib.

3. Dana dari masyarakat (dana sehat dan dana sosial keagamaan) digunakan

untuk UKM dan UKP.

Dalam SKN dinyatakan pula bahwa jika sistem jaminan kesehatan telah

berjalan, secara bertahap UKP strata I akan diselenggarakan dengan penerapan

konsep dokter gigi keluarga, kecuali daerah sangat terpencil masih akan dilakukan

oleh puskesmas.

Pada dasarnya pembiayaan pada pelayanan dokter gigi keluarga haruslah

cukup, dikelola secara efisien, adil dan berkelanjutan serta transparan dan

akuntabel. Kondisi ini dapat tercapai jika pelayanan dokter gigi keluarga itu

diselenggarakan dimana kepesertaan yang menjadi tanggung jawabnya terlindungi

dalam satu sistem jaminan, sehingga kebutuhan dasar kesehatannya terpenuhi

melalui penyelenggaraan kesehatan yang terkendaki, baik mutu maupun biayanya.

Sisi lain dari jaminan kesehatan ini adalah meningkatkan kemandirian masyarakat

dalam memperoleh dan membiayai pemeliharaan kesehatan serta pembentukan

budaya perilaku hidup sehat.

Page 52: BHBP 6 TOPIK 1

Pada sistem jaminan kesehatan, dengan pembayaran pra-upaya yang

diterima dari badan penyelenggara JPK, dokter gigi keluarga sebagai Pemberi

Pelayanan Kesehatan (PPK) akan menekankan pada upaya promotif dan preventif,

serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.

Dokter Gigi Keluarga sangat dihargai, hal ini mengingat dengan pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya dia mampu mendiagnosa dan mengobati penyakit

sebagian pesertanya, bertindak sebagai “gate keeper”, manajer, dan koordinator

dalam pelayanan rujukan.

2.5 Pembiayaan Praktik Dokter Gigi

2.5 Pembiayaan Praktik Dokter Gigi

2.5.1 Pembiayaan Berbagai Model Praktik Dokter Gigi

Semua lulusan dokter gigi dihadapi dengan masalah menetukan kebutuhan

financial untuk praktik mereka. Bagi lulusan yang ingin mempunyai praktik

mandiri akan membutuhkan financial yang lebih signifikan dibandingkan dengan

mereka yang memilih untuk berasosiasi atau menjadi partner atau bahkan mereka

yang memasuki militer atau pelayanan kesehatan umum.

2.5.1.1 Praktik Mandiri (Solo Practice)

Page 53: BHBP 6 TOPIK 1

Memasuki praktik sendiri biasanya memunculkan berbagai resiko yang

besar. Dokter-dokter gigi baru dapat memilih untuk mengembangkan praktik

mandiri mereka dalam dua cara yaitu mengembangkan praktik baru di area yang

mereka pilih atau dapat membeli tempat praktik yang telah ada.

Keputusan kritis dalam mengembangkan praktik baru yaitu:

1. Pemilihan lokasi praktik. Beberapa tahun belakangan ini, banyak institusi

peminjaman financial mengakumulasikan informasi rinci lokasi praktik yang

ada di dalam area peminjaman mereka. Seringkali ketika praktisi baru

mengajukan diri, institusi peminjaman akan menyokong lokasi pilihan dokter

gigi dengan memvalidasi data yang telah ada atau merujuk data dari sumber

yang lain seperti departemen kesehatan. Angka tingkat kesuksesan praktik

dokter gigi dapat menurun. Salah satu penyebab utamanya yaitu distribusi

dokter gigi yang kurang merata dan pilihan lokasi dokter gigi yang buruk. Ada

lokasi yang terlalu banyak dokter gigi sehingga pemasukan yang didapat per

praktisi tidak mencukupi untuk menyokong tempat praktik. Bank menjadi

lebih berhati-hati dalam meminjamkan dana untuk praktisi baru dan

membutuhkan investigasi lebih lanjut dalam pemilihan lokasi praktisi. Bila

lokasi yang dipilih oleh dokter gigi tidak layak, bank dapat menolak

peminjaman.

2. Membeli tempat praktik yang sudah ada. Survey yang dilakukan pada tahun

1973 oleh American Dental Associaton memperlihatkan 20% dari lulusan

dokter gigi membeli tempat praktik yang telah didirikan. Pembelian tempat

Page 54: BHBP 6 TOPIK 1

praktik ini biasanya ada di area metropoliatan, dengan karakteristik rasio

dokter gigi dengan populasi cukup tinggi.

3. Berasosiasi. Dalam kasus ini, asumsi resiko financial lebih kecil dari membuat

praktik sendiri. Seringkali, hasil yang didapat dari asosiasi lebih kecil dari

yang memiliki praktik sendiri karena praktisioner menjadi pekerja dalam suatu

tempat praktik. Selain itu keuntungan yang didapat dari pajak juga lebih kecil

dari yang memiliki tempat praktik sendiri. Institusi financial biasanya

menyediakan dana inisial bagi mereka yang ingin memasuki associateship.

Informasi yang dibutuhkan lebih sedikit jika dibandingkan dengan membuka

praktik baru.

4. Partnership. Praktisioner yang membuat partnership mempunyai resiko

financial yang lebih besar dibandingkan dengan associateship. Terdapat

berbagai macam variasi dalam partnership, dan institusi peminjaman financial

akan memeriksa potensial partnership secara terperinci. Jika lulusan bari

menjalani partnership dengan praktisi yang telah ada, maka partner yang lebih

senior mempunyai resiko financial yang lebih besar. Jika terdapat dua lulusan

baru yang menjalani partnership bersama, resiko yang ditanggung sama.

Keuntungan dari partnership yaitu resiko financial ditanggung lebih dari satu

orang.

2.5.1.2 Public Practice

Page 55: BHBP 6 TOPIK 1

Memasuki praktek umum, baik di area militer atau pelayanan kesehatan

umum biasanya tidak membutuhkan financial yang besar. Praktisioner menjadi

karyawan dalam suatu organisasi.

2.5.2 Sumber Pembiayaan

Sumber pembiayaannya adalah:

1. Personal resources

Pembiayaan yang bersumber dari perorangan dapat berasal dari tabungan

perorangan, pinjaman dari keluarga, atau dari pinjaman asuransi. Terkadang

ada yang mendapat pinjaman dari orang tua atau bahkan danan dari keluarga.

Walaupun begitu perjanjian secara formal harus tetap dibuat untuk

menghindari masalah keluarga tentang pinjaman dan untuk memberikan

informasi yang jelas tentang pembagian keuntungan.

2. Government sponsorship.

3. Financial institutions. Terdapat dua tipe institusi financial yaitu bank dan

hanya institusi peminjaman uang.

2.5.3 Struktur hutang dan Sumber Pembiayaan

Ketika sebuah keputusan untuk membeli sebuah fasilitas atau

peralatan, informasi detail tentang tipe dan dana yang dibutuhkan harus

diberikan kepada institusi peminjaman uang. Ketika praktisi memilih untuk

Page 56: BHBP 6 TOPIK 1

menyewa atau membeli, bank akan meminta data tentang sumber pembiayaan

hutang. Jika praktisi mempunyai praktik mandiri dan baru berjalan pada tahun

pertama, bank membutuhkan jaminan tambahan atau bahkan menolak

pinjaman. Sehingga lebih menguntungkan untuk menyewa peralatan daripada

tidak mendapatkan oinjaman sama sekali. Semakin besar sumber pembiayaan

ataupun jaminan, maka semakin besar pula pinjaman yang akan dipinjamkan.

Secara garis besar, praktisi harus berusaha untuk tidak membeli terlalu

banyak peralatan karena pinjaman akan bertambah besar dan dapat merugikan.

Sebaiknya praktisi memulai dari fasilitas kecil dan baru dikembangkan seiring

waktu.

2.5.4 Kebutuhan Modal

Kebutuhan modalnya adalah:

1. Angsuran pinjaman

Angsuran pinjaman yaitu peminjam membayar kembali uang yang

dipinjam beserta bunga, biasanya perbulan. Sebagian besar pinjaman yang

dibuat untuk praktisi baru dalam durasi waktu 5 sampati 7 tahun. Banyak

variasi yang digunakan dalam sistem peminjaman. Biasanya pembayaran

bulanan awal akan lebih kecil kemudian meningkat seiring pinjaman

bertambah lama.

2. Kredit komersial

Memberikan fleksibilitas dalam pembayaran. Terdapat dalam berbagai

variasi bentuk yaitu:

Page 57: BHBP 6 TOPIK 1

1) Signature loan, menyediakan dana kepada dokter gigi hanya dengan tanga

tangan dokter gigi. Hanya dengan perjanjian yang dibuat oleh dokter gigi

untuk membayar kembali semua hutang sesuai jadwal yang telah

ditentukan dan tanda tangan dokter gigi dalam kontrak.

2) Collateral loan (jaminan pinjaman) yaitu dengan menempatkan sebuah

benda atau material yang berharga sebelum pinjaman dikabulkan.

Contohnya yaitu dokter gigi dapat menjaminkan rumah ataupun mobil

sebagai jaminan.

3) Equipment loan, terletak di antara tanda tangan dan jaminan. Dalam kasus

ini dokter gigi memberikan hak gadai kepada bank atas peralatan yang

dibeli dengan uang pinjaman. Untuk pembayaran, peralatan dapat dimiliki

oleh bank dan dijual untuk membantu pembayaran kembali hutang.

3. Suku bunga

Terdapat dua tipe kalkulasi suku bunga yaitu floating interest rate dan

annual percentage rate. Floating Interest rate akan berubah dengan suku

bunga peminjaman. Sebagai contoh jika suku bunga awal yaitu 7,5% dan

dokter gigi harus membayar suku bunga awal ditambah 2 %, maka suku bunga

efektif yaitu 9,5 %. Kemudian pada tahun berikutnya suku bunga awal

menjadi 9% maka dokter gigi harus membayar 11%.

Annual percentage rate yaitu suku bunga yang tetap konstan selama masa

pembayaran. Tipe suku bunga ini biasanya berhubungan dengan angsuran

pinjaman, sedangkan floating rate berhubungan dengan kredit komersial.

Page 58: BHBP 6 TOPIK 1

2.6 Pemasaran Praktik Dokter Gigi

2.6.1 Pasar

2.6.1.1 Pengertian Pasar

Pasar, menurut para ahli merupakan tempat pertemuan antara penjual dan

pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran

untuk membentuk suatu harga. Pendapat ahli lain menyatakan bahwa pasar

merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan

tawar-menawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga. Salah seorang ahli

pemasaran, Stanton, mengemukakan pengertian yang lain tentang pasar, yakni

merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang

untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama

yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya

belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya.

2.6.1.2 Pengertian Permintaan dan Penawaran

Analisis permintaan yang menghasilkan prakiraan permintaan terhadap

suatu produk merupakan salah satu alat penting bagi manajemen perusahaan. Dari

prakiraan penjualan, perusahaan dapat memprakirakan anggaran perusahaan, dan

dari anggaran perusahaan dapat ditentukan, misalnya jumlah dan macam tenaga

kerja yang dibutuhkan, kecukupan alat-alat produksi, ketersediaan bahan mentah

Page 59: BHBP 6 TOPIK 1

dan daya tampung gudang. Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang

yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada

berbagai tingkat harga. Permintaan yang didukung oleh kekuatan tenaga beli

disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang didasarkan pada

kebutuhan saja disebut sebagai permintaan potensial. Hukum permintaan

mengatakan bahwa bila harga suatu barang meningkat, maka kuantitas barang

yang diminta akan berkurang, begitu pula sebaliknya, bila harga barang yang

diminta menurun, maka kuantitas barang yang diminta menaik (asumsi ceteris

paribas).

Di sisi lain, penawaran diartikan sebagai berbagai kuantitas barang yang

ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga. Dalam fungsi ini, bila harga

suatu barang meningkat, maka produsen akan berusaha meningkatkan jumlah

barang yang dijualnya. Sampai dimana penjual ingin menawarkan barangnya pada

berbagai tingkat harga ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah : harga

barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos produksi, tingkat teknologi, dan

tujuan-tujuan perusahaan. Konsep permintaan di dalam pasar terbagi menjadi dua

bagian, yaitu permintaan konsumen dan permintaan pasar. Permintaan konsumen

(secara perseorangan) terhadap barang dan jasa akan menentukan macam serta

jumlah barang dan jasa yang harus dihasilkan, berapa biaya yang diperlukan serta

berapa harga barang tersebut. Permintaan perseorangan tidak akan mampu

mempengaruhi harga dan persediaan barang, akan tetapi bersama-sama akan

membentuk sisi permintaan dalam pasar. Dalam analisis, perlu dicari fungsi

permintaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta

Page 60: BHBP 6 TOPIK 1

dengan semua variabel yang mempengaruhinya untuk dapat dipakai dalam

pengambilan keputusan manajemen.

Jika jumlah barang yang diminta adalah X, fungsi permintaan secara

matematikanya dapat ditulis menjadi X = f(Px, Pa – z, Y, S) dimana Px adalah

harga barang X, Pa-z adalah harga barang lain dari A sampai Z, Y adalah tingkat

pendapatan konsumen dan S adalah selera konsuman yang kesemuanya

merupakan variabel-variabel bebasnya, sedangkan X adalah variabel tidak bebas.

Selanjtnya, beberapa variabel bebas di atas ada yang dapat dikontrol atau dikuasai

oleh perusahaan, seperti biaya promosi, distribusi dan kualitas produk, tetapi ada

pula yang tidak dapat dikontrol atau dikuasai perusahaan, seperti harga-harga

barang lain dan pendapatan konsumen. Ukuran yang dapat dipakai untuk menilai

kepekaan permintaan itu disebut dengan elastisitas yang didefinisikan sebagai

persentase perubahan jumlah yang diminta dibandingkan dengan persentase

perubahan dan variabel bebas.

Telah disebutkan di atas mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi

penawaran, pada bagian ini beberapa faktor dijelaskan sebagai berikut:

1. Harga barang-barang lain

Pada permintaan barang, barang-barang yang ada saling bersaing (jika

merupakan barang-barang pengganti) dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat. Barang-barang seperti ini dapat menimbulkan pengaruh yang

penting kepada penawaran suatu barang.

2. Biaya faktor produksi

Page 61: BHBP 6 TOPIK 1

Pengeluaran untuk sektor ini merupakan hal penting dalam proses produksi.

Jika pengeluaran-pengeluarannya tidak efisien, tindakan ini dapat mengurangi

penawaran di dalam sesuatu kegiatan ekonomi tertentu.

3. Tujuan perusahaan

Jika tujuan perusahaan adalah memaksimumkan keuntungan, dapat saja ia

tidak berusaha menggunakan kapasitas produksinya secara maksimal, tetapi

pada tingkat kapasitas yang memaksimumkan keuntungannya. Tujuan

perusahaan dapat bermacam-macam dan dapat menimbulkan pengaruh yang

berbeda pula terhadap penetuan tingkat produksinya.

4. Tingkat teknologi

Tingkat teknologi mempunyai peran yang penting dalam menentukan jumlah

barang yang ditawarkan. Kemajuan teknologi dapat mengurangi ongkos

produksi, mempertinggi produktivitas dan mutu, yang cenderung

mengakibatkan terjadinya kenaikan penawaran.

2.6. 1.3 Bentuk Pasar

Bentuk pasar dapat dilihat dari sisi produsen/penjual dan sisi konsumen.

Dari sisi produsen/penjual, pasar dapat dibedakan atas pasar persaingan sempurna,

persaingan monopolistis, oligopoli, dan monopoli. Berikut ini dijelaskan secara

singkat bentuk-bentuk pasar produsen yaitu:

1. Pasar persaingan sempurna

Page 62: BHBP 6 TOPIK 1

Pada jenis pasar persaingan sempurna, aktivitas persaingannya tidaklah

nampak karena tidak terbatasnya jumlah produsen (sehingga pangsa pasar

mereka menjadi terkotak-kotak atau kecil-kecil) dan konsumen dapat menjual

atau membeli beberapa saja tanpa ada batas asal bersedia membeli atau mejual

pada harga pasar. Jadi, pada pasar ini justru tidak ada gunanya mengadakan

persaingan.

2. Pasar monopoli

Pasar monopoli adalah sebuah bentuk pasar yang dikuasai oleh seorang

penjual saja. Dalam hal ini tidak ada barang substitusi terhadap barang yang

dijual oleh penjual tunggal tersebut, serta terdapat hambatan untuk masuknya

pesaing dari luar. Penyebab terjadinya monopoli bisa macam-macam,

misalnya karena menguasai bahan mentah, penguasaan teknik produksi

tertentu dimiliki, tindakan yuridis dalam perolehan hak paten dan secara

alamiah karena luas pasar yang tak cukup besar untuk dilayani oleh lebih dari

satu produsen dengan menggunakan skala pabrik yang optimal.

3. Pasar persaingan monopolistik

Pasar ini merupakan bentuk campuran antara persaingan sempurna dengan

monopoli. Dikatakan mirip persaingan sempurna karena ada kebebasan bagi

perusahaan untuk masuk-keluar pasar, selain itu, barang yang dijual pun tidak

homogen. Oleh karena barang-barang yang heterogen itu dimiliki oleh

beberapa perusahaan besar saja, pasar ini mirip dengan pasar monopoli.

Setelah dilihat dari sisi produsen, selanjutnya pasar akan dilihat dari sisi

konsumen. Dari sisi konsumen, pasar dapat dibedakan atas empat bentuk, yaitu

Page 63: BHBP 6 TOPIK 1

pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual kembali (reseller), dan pasar

pemerintah. Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut:

1. Pasar konsumen

Pasar ini merupakan pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh

perorangan atau keluarga dalam rangka penggunaan pribadi (tidak untuk

dibisniskan).

2. Pasar industri

Pasar ini adalah pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh

perorangan atau organisasi untuk digunakan pada produksi barang atau jasa

lain, baik untuk dijual maupun untuk disewakan (dipakai untuk proses lebih

lanjut).

3. Pasar penjual kembali (reseller)

Meupakan pasar yang terdiri dari perorangan dan atau organisasi yang biasa

disebut para pedagang menengah yang terdiri dari dealer, distributor, grosier,

agent, dan retailer. Ke semua reseller ini melakukan penjualan kembali dalam

rangka mendapatkan keuntungan

4. Pasar pemerintah

Merupakan pasar yang terdiri dari unit-unit pemerintah yang membeli atau

menyewa barang atau jasa untuk menjalankan tugas-tugas pemerintah,

misalnya di sektor pendidikan, perhubungan, kesehatan, dan lain-lain.

2.6.2 Segmentasi Pasar

2.6.2.1 Pengertian Segmentasi Pasar

Page 64: BHBP 6 TOPIK 1

Segmentasi pasar adalah usaha untuk mengelompokkan pasar dari sifat

pasar yang bersifat heterogen menjadi bagian-bagian pasar yang memiliki sifat

homogen. Dalam mengelompokkan (mensegmentasi) pasar dapat diperoleh

beberapa manfaat dalam merancang strategi pemasaran, yaitu dapat membedakan

segmen-segmen pasar yang berbeda dan dapat mengetahui sifat masing-masing

segmen. Dari data yang diperoleh dapat dilihat segmen mana yang potensinya

paling besar, sehingga dapat ditentukan segmen pasar mana yang akan dijadikan

sasaran.

Uraian kelima segmentasi pasar adalah:

1. Tidak ada segmentasi pasar, hanya menyediakan satu jenis pelayanan saja.

Pada umumnya terjadi dalam mesyarakat tradisional, penduduk jarang dan

pelayanan terbatas, sehingga pasien cenderung dianggap homogen.

2. Segmentasi penuh, menyediakan jenis pelayanan yang spesifik dan berbeda

untuk masing-masing pasien. Umumnya terjadi dalam masyarakat kelas tinggi

yang memiliki jaminan kesehatan yang sangat ketat.

3. Segmentasi pasar menurut kelompok pendapatan, menyediakan pelayanan

kesehatan berdasarkan pembedaan kelompok tingkat pendapatan masing-

masing pasien.

4. Segmentasi pasar menurut kelompok umur, menyediakan pelayanan kesehatan

berdasarkan pembedaan kelompok umur masing-masing pasien.

5. Segmentasi pasar menurut kelompok pendapatan serta kelompok umur,

merupakan pasar yang terspesifikasi dengan cukup tajam sekalipun bukan

Page 65: BHBP 6 TOPIK 1

berarti spesifikasi penuh. Pada umumnya pola inilah yang digunakan untuk

melakukan segmentasi dalam kondisi persaingan pasar yang cukup tajam.

Segmentasi pasar terbagi dalam tiga tahap yang saling berkaitan, yaitu:

1. Tahap survey, dengan melakukan wawancara informal dalam kelompok fokus

melalui metode focus group discussion dari calon pasien untuk memperoleh

gambaran mendalam tentang motivasi, sikap serta perilaku mereka. Dari hasil

ini dapat dipersiapkan suatu kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang

yaitu:

1) Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

2) Kemana biasanya masyarakat berobat.

3) Pola penggunaan pelayanan kesehatan.

4) Waktu pelayanan yang sesuai.

5) Demografi, psikografi dan mediagrafi pasien.

2. Tahap analisis, dilakukan analisis faktor (factor analysis) terhadap data yang

diperoleh dari kuesioner untuk melihat variabel-variabel yang tingkat

korelasinya tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan analisis kelompok (cluster

analysis) untuk menciptakan sejumlah segmen terbatas yang dibedakan secara

maksimal. Setiap kelompok adalah homogen secara internal dan sangat

berbeda dengan kelompok lain.

3. Tahap Penggambaran (profiling), dimana setiap kelompok digambarkan

berdasarkan perbedaan sikap, perilaku, demografi, psikografi dan kebiasaan

penggunaan medianya. Setiap segmen dapat dinamai berdasarkan karakteristik

pembedanya yang dominan.

Page 66: BHBP 6 TOPIK 1

Pada umumnya digunakan karakteristik geografis, demografis, psikografis

dan perilaku untuk melihat tanggapan masing-masing segmen pasar terhadap

pelayanan yang berbeda. Keempat dasar segmentasi tersebut dijelaskan sebagai

berikut:

1. Segmentasi geografis

Merupakan pembagian pasar berdasarkan unit-unit geografis yang berbeda

seperti bangsa, negara, propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan, kelurahan

dan sebagainya. Pengelola DPS dapat memutuskan untuk beroperasi pada

tingkat wilayah geografis apa dan seberapa luas jangkauan pelayanannya.

Keputusan harus didasarkan oleh apa yang dibutuhkan dan diinginkan pasien

dilihat secara geografis.

2. Segmentasi demografis

Terdiri dari pembagian masyarakat ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan

pada variabel-variabel seperti umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus

hidup keluarga, pekerjaan, tempat tinggal, pendidikan, agama, ras, dan

kebangsaan. Variabel demografis adalah dasar paling populer untuk

membedakan segmen-segmen pasien. Alsannya adalah bahwa keinginan,

preferensi dan tingkat kegunaan (usage rate) seringkali berkaitan dengan

variabel-variabel demografis, di samping lebih mudah diukur daripada

kebanyakan variabel lainnya.

3. Segmentasi psikografis

Pasien dibagi dalam kelompok-kelompok berbeda berdasarkan kelas sosial,

gaya hidup, dan karakteristik kepribadian. Pembagian psikografis dibedakan

Page 67: BHBP 6 TOPIK 1

berdasarkan kepedulian pasien terhadap tren/mode yang terjadi dalam suatu

masyarakat. Karenanya dalam kelompok demografis yang sama dapat

menampilkan profil gambaran psikografis yang berbeda.

4. Segmentasi perilaku

Pasien dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan pada pengetahuan,

sikap penggunaan atau tanggapan terhadap sebuah pelayanan. Termasuk

dalam kelompok ini adalah variabel peristiwa, manfaat, status pemakaian,

tingkat pemakaian, status kesetiaan, tahap kesetiaan dan sikap percaya bahwa

variabel-variabel perilaku adalah titik awal terbaik untuk membentuk segmen

pasar.

2.6.2.2 Penetapan Pasar Sasaran

Untuk memperoleh hasil maksimal dalam penetapan pasar sasaran

berdasarkan segmentasi pasar, maka setiap segmen pasar harus memenuhi empat

karakter sebagai berikut:

1. Dapat diukur (measurable) yaitu harus menunjukkan bahwa besar dan daya

beli segmen pasar harus dapat diukur.

2. Kemampuan substansial (substantiability) yaitu besarnya segmen tersebut

sehingga cukup menguntungkan.

3. Kemampuan untuk dijangkau (accestability) yaitu efektivitas sebuah segmen

untuk dijangkau dan dilayani oleh DPS.

4. Kemampuan untuk berindak (actionability) yaitu kemampuan DPS

Page 68: BHBP 6 TOPIK 1

merumuskan program-program yang efektif guna menarik minat dan melayani

masing-masing segmen.

Dengan demikian segmen yang dipilih seharusnya adalah kelompok

homogen terbesar (the largest possible homogenous group) yang cukup berarti

untuk suatu program pemasaran yang disesuaikan (tailored). Dalam kondisi

tersebut, segmentasi pasar akan menimbulkan peluang-peluang segment pasar

yang dihadapi DPS. Masalahnya adalah DPS tersebut harus mampu mengevaluasi

dan memutuskan berapa banyak dan segmen-segmen yang mana yang akan

dilayani.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi analisis pasar

Dalam menganalisa segmen-segmen pasar yang berbeda, DPS harus melihat

pada tiga faktor yaitu:

1) Ukuran dan pertumbuhan segmen

Suatu segmen potensial harus memiliki karakteristik ukuran dan

pertumbuhan yang cukup tinggi. Pengertian ukuran yang tepat adalah

pertumbuhan penambahan pasien dan perolehan laba. Ukuran segmen

yang terlalu kecil hanya akan memberikan pertumbuhan jumlah pasien

yang kecil. Sebaliknya pada segmen pasar yang cukup besar akan

memberikan kemungkinan meningkatnya permintaan dalam jumlah cukup

besar. Ukuran segmen otomatis akan sangat berpengaruh dengan

kemampuan DPS untuk menghasilkan laba.

2) Daya tarik dari segmen

Page 69: BHBP 6 TOPIK 1

Daya tarik utama dari suatu segmen terletak pada kemampuan

menghasilkan laba, sehingga memunculkan pesaing-pesaing baru. Segmen

pasar dengan daya tarik cukup besar akan memunculkan para pesaing yang

dengan cepat memasuki pasar yang tumbuh dan menekan laba mereka.

Ancaman terhadap pasar yang memiliki daya tarik tinggi, dapat berasal

dari berbagai kemungkinan, misalnya munculnya pesaing baru,

tersedianya bentuk pelayanan pengganti (substitusi pelayanan),

meningkatnya posisi tawar menawar dari pasien dan para penyedia obat

dan bahan baku pelayanan kesehatan.

3) Tujuan dan sumberdaya DPS

Tujuan DPS sangat menentukan motivasi gerak dari suatu DPS.

Adakalanya suatu segmen yang menarik terpaksa dihilangkan karena tidak

sesuai dengan tujuan dan target DPS. Di samping itu, diperlukan pula

dukungan sumberdaya keuangan yang cukup mantap untuk mampu

bertahan dalam persaingan di suatu tingkat segmen tertentu.

2. Pola pemilihan pasar sasaran

Dengan hasil analisisi segmentasi pasar, DPS dapat memilih satu atau lebih

segmen yang dianggap paling potensial untuk dimasukinya. Pasar sasaran

(target market) adalah suatu pasar sasaran yang terdiri dari sekumpulan pasien

yang mempunyai kebutuhan atau karakteristik yang sama dan ingin dilayani

oleh DPS. DPS dapat mempertimbangkan salah satu diantara empat pola

pemilihan pasar sasaran yaitu:

1) Konsentrasi pasar segmen tunggal

Page 70: BHBP 6 TOPIK 1

Pilihan paling mudah adalah DPS memilih sebuah segmen tunggal, bila

DPS mempunyai dana yang sangat terbatas dan hanya dapat beroperasi

dalam satu segmen. Dipilihnya segmen tersebut karena merupakan segmen

yang tidak memiliki pesaing atau yang dapat dijadikan titik tolak logis

(logical launching pad) untuk ekspansi ke segmen lain. Melalui pemasaran

terkonsentrasi pada suatu segmen, DPS diharapkan mencapai posisi pasar

yang kuat pada segmen tersebut. Karena DPS akan mempunyai

pengetahuan yang lebih esar terhadap kebutuhan segmen tersebut

disamping repitasi khusus yang telah dibangunnya selama ini. Keuntungan

lainnya, DPS menikmati banyak efisiensi dalam operasimelalui

spesialisasi pelayanan, saluran pelayanan dan promosi. Bila itu semua

berjalan baik dalam segmen tersebut, DPS dapat memperoleh penghasilan

yang tinggi dari investasinya. Kelemahan pola ini adalah pada saat yang

sama pemasaran yang terkonsentrasi mengandung resiko-resiko yang lebih

tinggi daripada resiko normal. Rusaknya segmen pasar ini bisa terjadi, bila

sebagian pasien tetap meninggalkan pelayanan tersebut atau pesaing

lainnya memasuki segmen yang sama. Karena alasan-alasan ini banyak

DPS lebih menyukai untuk beroperasi di lebih dari satu segmen.

2) Spesialisasi Terpilih

Pada pola ini DPS memilih beberapa segmen, dimana secara obyektif

dilihat daya tarik dan kesesuaiannya dengan tujuan serta sumberdaya DPS.

Mungkin hanya sedikit atau sama sekali tidak ada hubungan (sinergy)

antar segmen, tetapi setiap segmen berpotensi sebagai penghasil

Page 71: BHBP 6 TOPIK 1

pendapatan. Strategi jangkauan multi segmen (multi segment coverage) ini

mempunyai resiko usaha lebih kecil dibanding segmen tunggal (single

segment coverage). Misalnya bila satu segmen menjadi tidak menarik,

DPS masih bisa memperoleh pendapatan dari segmen-segmen lain.

3) Spesialisasi pelayanan

DPS berkonsentrasi pada penyediaan pelayanan kesehatan tertentu dan

menjualnya ke beberapa segmen. Melalui strategi ini, DPS membangun

repitasi yang tinggi dalam suatu area pelayanan tertentu. Resikonya adalah

bila muncul suatu pelayanan dari pesaingnya dengan teknologi baru dan

bisa meningkatkan efisiensinya, maka DPS yang lama akan tertinggal dan

mungkin kalah dalam persaingan pelayanan.

4) Spesialisasi pasien

DPS berkonsentrai penuh untuk melayani berbagai kebutuhan dari satu

segmen pasien, sehingga mencapai reputasi yang tinggi dalam segmen

tersebut. Untuk menjaga segmen pasiennya, DPS berusaha menyediakan

semua jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh segmen ini, sehingga

diharapkan terbentuk suatu pelayanan yang eksklusif. Resiko adalah jika

karena berbagai alasan pasien tiba-tiba melakukan pemotongan anggaran

kesehatannya, sehingga terpaksa mengurangi penggunaan pelayanan DPS.

2.6.3 Strategi Pemasaran

2.6.3.1 Pengertian Bauran Pemasaran Sosial

Page 72: BHBP 6 TOPIK 1

Secara umum pemasaran memiliki dua pengertian yaitu sebagai proses

social dan manajerial, dimana individu dan kelompok mendapatkan pelayanan

yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran.

Konsep pemasaran social memberikan karakteristik yang lebih sempit bahwa

tugas organisasi adalah untuk menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan

dari pasar sasaran, memberikan kepuasan lebih efektif dan efisien daripada

pesaing pesaing dengan mengutamakan kepentingan pasien dan masyarakat.

Dengan demikian konsep pemasaran social menghendaki DPS untuk

menyeimbangkan ketiga pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan

pemasarannya, yaitu keuntungan DPS, pemuasan keinginan pasien dan

kepentingan umum.

Pengertian bauran pemasaran (marketing mix) dititikberatkan pada strategi

yang digunakannya untuk mencapai kepuasan kepada konsumen. Philip Kotler

(1993) mendefinisikannya dalam empat strategi yang dikenal dengan 4 P dan

kemudian menjadi 6 P, yaitu:

1. Pelayanan (services).

2. Tarif (price).

3. Promosi (promotion).

4. Saluroleh pasien. Dengan strategi diharapkan kauan pelayanan (placement).

5. Kekuatan poitik (political power).

6. Hubungan kemasyarakatan (public relations).

Page 73: BHBP 6 TOPIK 1

Dalam manajemen bisnis modern, ke enam strategi disesuaikan dengan

kebutuhan konsumen dengan harapan agar konsumen menggunakan jasa

pelayanan yang ditawarkan.

Strategi bauran pemasaran dimaksudkan untuk mempengaruhi pasien agar

menyenangi pelayanannya, kemudian bersedia melakukan transaksi dan pada

gilirannya memberikan kepuasan bagipasien. Secara sistematis keenam unsure

bauran pemasaran mempunyai tujuan pokok sebagai berikut:

1. Strategi pelayan (services) ditujukan untuk memnentukan pelayanan yang

dibutuhkan sesuai keinginan pasar, mendapatkan kepuasan kepada pasien dan

memberikan keuntungan financial kepada DPS.

2. Strategi tarif (price) ditujkan untuk menentukan tingkat tarif yang dianggap

layak dan terjangkau oleh pasien. Dengan strategi diharapka DPS dapat

mempertahankan diri dalam kondisi persaingan.

3. Strategi promosi (promotion) ditujukan untuk mencari bentuk promosi yang

sesuai untuk sasaran yang direncanakan (bentuk promosi, bentuk bahasa,

waktu, dan pendistribusian) namun tetap dalam batas kode etik promosi yang

diperkenankan

4. Strategi saluran pelayan (placement) ditujukan untuk memperoleh suatu pola

pwngwlolaan saluran pemasaran, sehingga pelayanan yang ditawarkan dapat

secara efektif dan efisien sampai kepada sasaran.

5. Pemanfaatan kekuatan politik (political power) ditujukan untuk memperoleh

dukungan moral, material, maupun kepastian hukum dari pemerintah maupun

Page 74: BHBP 6 TOPIK 1

organisasi social politik yang memiliki akses kekuasaan, sehingga diharapkan

dapat menjamin kelangsungan usaha.

6. Pemanfaatan hubungan kemasyarakatan (public relations) ditujukan untuk

menumbuhkan suatu citra DPS yang baik dengan menjalankan suatu interaksi

komunikasi timbale balik baik dengan pasien maupun berbagai lembaga atau

organisasi lain di luar DPS tersebut.

2.6.3.2 Strategi Pelayanan

Dalam manajemen modern, sepanjang kelangsungan hidupnya, pelayanan

DPS, harus berulang kali diformulasikan kembali strategi pemasarannya.

Formulasi ulang ini dilakukan bila terjadi perubahan kondisi ekonomi, para

pesaing memunculkan pelayanan kesehatan baru serta timbulnya suatu kebutuhan

dan minat baru dari pasien. Konsekuensinya, DPS harus merencanakan strategi

baru yang sesuai dengan setiap tahap dalam Siklus Hidup Pelayanan (Services

Life Cycle). Dengan demikian DPS berharap untuk memperpanjang siklus hidup

pelayanan dan keuntungannya, meskipun menyadari bahwa pelayanan tersebut

tidak akan bertahan selamanya.

Kotler (1994) memberikan 4 asumsi dalam satu siklus hidup suatu

pelayanan, yaitu:

1. Pelayanan memiliki masa hidup yang terbatas..

2. Pemasaran pelayanan melewati tahap-tahap yang berbeda dan setiap tahap

memberikan tantangan yang berbeda bagi DPS

Page 75: BHBP 6 TOPIK 1

3. Keuntungan dapat naik dan turun pada tahap-tahap yang berbeda dari Siklus

Hidup Pelayanan (SHP).

4. Pelayanan membutuhkan strategi pemasaran yang berbeda dalam setiap tahap

dalam siklus hidupnya.

Siklus hidup pelayanan menggambarkan sejarah perkembangan pemasaran

dari suatu tipe pelayanan yang digambarkan dalam kurva berbentuk S. Kurva ini

secara umum dibagi dalam 4 tahap yaitu:

1. Perkenalan (introduction), periode dimana pertumbuhan pemasaran lambat

ketika suatu pelayanan diperkenalkan dalam pasar. Laba belum lagi diperoleh

dalam tahap ini, karena besarnya biaya untuk memperkenalkan pelayanan

tersebut.

2. Pertumbuhan (growth), periode dimana pertmbuhan pasar yang cepat dan

peningkatan perolehan laba yang berarti.

3. Kedewasaan (maturity), period dimana laju pertumbuhan pemasaran mulai

melemah, karena pelayanan telah memperoleh pengakuan dari kebanyakan

pasien yang potensial. Keuntungan bisa stabil atau meurun disebabkan oleh

peningkatan anggaran pemasaran untuk mengatasi persaingan

4. Kemunduran (decline), periode dimana pemasaran menunjukkan suatu

penurunan dan lama-kelamaan mengalami erosi.

Konsep siklus hidup pelayanan memberikan suatu kerangka yang berguna

untuk memformulasikan strategi-strategi dalam tahap-tahap yang berbeda dari

siklus hidupnya. Pembahasan selanjutnya dilakukan untuk keempat tahap siklus

Page 76: BHBP 6 TOPIK 1

hidup tersebut dan memperhitunkan strategi-strategi pemasaran yang sesuai untuk

masing-masing tahap yaitu:

1. Tahap perkenalan

1) Dasar teori

Tahap ini ditandai dngan pertumbuhan pemasaran yang lambat yang

antara lain disebabkan yaitu:

(1) Perluasan kapasitas pelayanan berjalan lambat.

(2) Permasalahan teknis yang belum terkuasai dengan merata.

(3) Penyediaan pelayanan pada pasien juga masih berjalan lambat, akibat

belum terkuasainya saluran pelayanan.

(4) Keengganan pasien untuk mengubah pola kebiasaan yang sudah

berjalan.

Selama tahap ini biasanya hanya beberapa DPS yang bersedia

memberikan pelayanannya. Mereka cenderung bersikap membatasi jenis

pelayanannya, karena pasarnya dianggap belum siap untuk menerima

perbaikan-perbaikan pelayanan. DPS mengarahkan usaha pemasarannya

kepada pasien yang dianggap paling iap menggunakan. Dalam kondisi ini,

tariff cenderung lebih tinggi karena yaitu:

1. Biaya operasi (ongkos pelayanan) masih tinggi, karena macam

pelayanannya belum layak.

2. Masalah teknologi yang belum sepenuhnya dapat diatasi.

Page 77: BHBP 6 TOPIK 1

3. Biaya promosi cukup tinggi, yang dialokasikan untuk memberitahu

pasien potensial adanya pelayanan baru, mendorong untuk mencoba

dan menjamin saluran pelayanannya.

Hasil pemasaran dalam tahap perkenalan, sering digunakan untuk

mengestimasi bentuk kurva pendapatan selama satu siklus hidup

pelayanan tersebut. Dua faktor yang harus dicermati dalam analisis ini

adalah jumlah orang yang mula-mula menggunakan pelayanan tersebut

dan jumlah orang yang menggunakannya kembali.

2) Strategi Pemasaran

Untuk memasarkan pelayanan yang relative baru pada tahap

perkenalan ini, 2 variabel buran pemasaran yang menjadi pertimbangan

adalah tariff dan promosi. Dengan kedua variable tersebut akan diperoleh

empat strategi yang dapat diterapkan, yaitu:

(1) Strategi profil tinggi (high profile strategy)

Merupakan strategi pemasaran dengan menetapkan tarif dan

promosi tinggi. Tariff yang tinggi dimaksudkan untuk memperolehlaba

per-unit sebanyak mungkin. Sedangkan promosi yang tinggi (promosi

agresif dengan biaya yang besar) ditujukan untuk memperbesar

kemampuan memasuki pasar. Alasan menggunakan strategi ini antara

lain:

1. Sebagian besar dari pasar potensialnya masih belum menyadari

adanya pelayanan tersebut.

Page 78: BHBP 6 TOPIK 1

2. Sebagian dari mereka yang telah menyadari adanya pelayanan

tersebut, ingin menggunakannya dan bersedia membayar berapa

saja tarifnya

3. DPS menghadapi persaingan potensial dan berusaha

membangkitkan minat (kesukaan) terhadap pelayanan.

(2) Strategi penetrasi preemtif (preemtive penetration strategy)

Dalam strategi ini, tariff yang dikenakan rndah tetapi tingkat

promosinya tinggi. Ini merupakan car yang paling tepat untuk

menerobos pasar dan memperoleh market-share yang besar. Alasan

menggunakan strategi ini adalah:

1. Pasarnya sangat luas dan relative seluruh pasar belum menyadari

keberadaan pelayanan tersebut.

2. Sebagian besar pasien sangat peka terhadap tariff.

3. Terdapat persaingan yang kuat, sehingga peningkatan skala

pelayanan diharapkan dapat menurunkan biaya pelayanan.

(3) Strategi penetrasi selektif (Selective Penetration Strategy)

Strategi ini mengenakan tarif yang tinggi dan tingkat promosi yang

rendah. DPS mengenakan tarif yang tinggi dengan maksud untuk

memperoleh laba kotor per-unit sebesar mungkin. Sedangkan tingkat

promosi yang rendah dimaksudkan untuk menekan biaya-biaya.

Alasan-alasan digunakannya strategi ini adalah:

1. Pasarnya sangat terbatas.

2. Kebanyakan pasien sudah sadar akan pelayanan tersebut.

Page 79: BHBP 6 TOPIK 1

3. Mereka yang menginginkan pelayanan tersebut bersedia membayar

pada tariff tinggi.

4. Persaingan yang dihadapi DPS tidak begitu kuat.

(4) Strategi profil rendah (low profile strategy)

Strategi ini merupakan strategi pemasaran yang menitikberatkan

pada pengenaan tingkat tariff dan promosi yang rendah. Pengenaan

tariff yang rendah dimaksudkan untuk mendorong agar pasar cepat

menerima pelayanan tersebut, sedangkan tingkat promosi yang rendah

DPS berusaha menekan biaya-biaya sehingga diharapkan dapat

memperoleh laba bersih yg besar. Strategi profil rendah dilakukan bila

yaitu:

1. Pasarnya sangat luas.

2. Pasar sudah menyadari keberadaan pelayanan tersebut.

3. Pasar sangat peka terhadap tariff.

4. DPS menghadapi persaingan potensial.

2. Tahap pertumbuhan

1) Dasar teori

Tahap pertumbuhan ditandai dengan yaitu:

(1) Adanya pesaing baru yang memasuki pasar, karena pesaing tertarik

pada kesempatan bisnis yang ada. Pesaing juga mulai memanfaatkan

saluran pelayanan yang ada.

Page 80: BHBP 6 TOPIK 1

(2) DPS mulai mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap pelayanannya

atau menambah kelengkapan segi pelayanan yang ada

(3) Tariff pelayanan tersebut cenderung untuk tetap, namun kemungkinan

tariff sedikit turun, karena adanya persaingan.

(4) Kegiatan promosi terutama periklanan dapat dikurangi, tetapi

munculnya pesaing-pesaing baru memaksa DPS untuk tetap

meningkatkan promosi meskipun hanya sedikit.

(5) Pemasaran segera meningkat secara cepat, yang dapat menurunkan

rasio promosi terhadap pemasarannya, sehingga akan menaikkan laba

selama periode tersebut.

2) Strategi pemasaran

Strategi pemasaran yang dilakukan dalam tahap pertumbuhan berbeda

dengan strategi pada tahap pekenalan. DPS berusaha mempertahankan

pertumbuhan yang cepat selama mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan

cara adalah:

(1) Meningkatkan kualitas pelayanan, menambah model ataupun berbagai

segi pelayanan lainnya.

(2) Mencari segmen pasar baru, misalnya golongan pasien lain yang

selama ini belum megetahui, belum berminat ataupun belum

mengunakan pelayanan tersebut perlu didorong untuk bersedia

menggunakannya.

(3) Mencari saluran pelayanan baru untuk lebih memperbesar pangan

pasar.

Page 81: BHBP 6 TOPIK 1

(4) Mengadakan bauran promosi, yang tidak hanya ditujukan untuk

memperkenalkan pelayanan, tetapi meyakinkan pasien bahwa

pelayanan DPS tersebut adalah yang terbaik dan berusaha mendorong

pasien mengulang kedatangannya.

3. Tahap kedewasaan

1) Dasar Teori

Dalam tahap kedewasaan bila DPS tidak melakukan perbaikan

perbaikan terhadap pelayanannya atau berusaha meningkatkan

pemasarannya, maka volume pemasaran yang dicapai cenderung tetap,

bahkan akhirnya akan menurun. Tahap kedewasaan dapat dibagi menjadi 3

tahap, yaitu:

(1) Tahap kedewasaan yang meningkat (growth maturity)

Pada tahap ini volume pemasaran meningkat dengan lambat,

karena sebagian permintaan hanya berasal dari pasien lama, sedangkan

pasien baru relative lebih sedikit.

(2) Tahap kedewaaan yang stabil (stable maturity)

Tahap kedewasaan yang stabil disebut pula tahap kejenuhan

(saturation), dimana tidak ada peningkatan volume pemasarannya.

Seluruh permintaannya berasal dari pasien lama (langganan) dan tidak

ada lagi pasien baru yang masuk.

(3) Tahap kedewasaan menurun (decaying maturity)

Secara absolute pemasaran mulai menurun, disebabkan beberapa

pasien sudah mulai meninggalkan pelayanan DPS tersebut dan

Page 82: BHBP 6 TOPIK 1

menggunakan pelayanan lain (baik saingan ataupun pengganti).

Sebagian besar pasien sudah tidak berminat lagi terhadap pelayanan

DPS tersebut.

Tahap kedewasaan biasanya berlangsung lebih lama dan

merupakan tahap yang penuh tantangan bagi DPS.

2) Strategi pemasaran

Strategi pemasaran yang ditempuh dalam tahap kedewasaan terdapat 3

macam, yaitu:

(1) Modifikasi pasar

DPS berusaha menemukan pasien-pasien baru bagi pelayanannya,

beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan adalah:

1. Mencari segmen pasien yang belum pernah mencoba

pelayanannya. Misalnya DPS hanya melayani pegawai perusahaan

tertentu ysng memberikn asuransi kesehatan, kemudian tahap

berikutnya mulai melayani perusahaan yang banyak tenaga kerja

sector informal atau bersifat borongan.

2. Memaksimalkan penggunaan fasilitas peralatan pada seluruh

pasien. Bila pada mulanya penggunaan fasilitas dengan teknologi

tinggi hanya dipergunakan untuk pasien di kelas atas, maka

diperluas kepada pasien kelas dibawahnya.

(2) Modifikasi pelayanan

Modifikasi pelayanan dilakukan dengan cara mengubah sifat-sifat

pelayanan sehingga dapat menarik pasien baru dan diharapkan

Page 83: BHBP 6 TOPIK 1

mempertahankan pasien lama. Beberapa strategi yang termasuk dalam

modifikasi pelayanan ini adalah:

1. Perbaikan Kualitas, strategi ini dapat membantu peningkatan

ketepatan diagnosa suatu pelayanan, bisa ditempuh misalnya

dengan pemakaian metoda atau teknologi baru.

2. Perbaikan Segi (feature improvement), DPS memberikan suatu

nilai tambah dari pelayanannya.

3. Perbaikan Corak (style) dengan mengutamakan kenyamanan

dengan melakukan perbaikan fasilitas.

(3) Modifikasi bauran pemasaran

Strategi ini dapat dilakukan dengan mengubah unsure-unsur dalam

bauran pemasaran guna meningkatkan volume pemasaran atau

minimal mempertahankannya. Alternative yang ditempuh adalah:

1. Menurunkan tariff untuk menari segmen-segmen pasar baru.

Mengingat beberapa peralatan (teknologi) tertentu sudah dalam

tahap investasinya telah kembali (break event point).

2. Mengadakan promosi yang lebih menarik dan agresif, namun tetap

dalam batas kode etik promosi pelayanan kesehatan.

3. Mengalihkan ke saluran pelayanan yang lebih menguntungkan dan

memungkinkan volume pemasaran yang lebih besar

4. Tahap kemunduran

1) Dasar teori

Page 84: BHBP 6 TOPIK 1

Tahap terakhir yang dialami oleh suatu pelayanan dalam siklus hidupnya

adalah tahap kemunduran. Panjangnya tahap kemunduran ini ditentukan

oleh beberapa faktor, yaitu:

(1) Kecepatan perubahan selera pasien.

(2) Perubahan kegiatan pesaing.

(3) Kebijakan meninggalkan jenis pelayanan tersebut.

(4) Dengan menurunnya pemasaran, beberapa DPS akan keluar dari

persaingan dan meninggalkan pasar untuk mencari kesempatan di

bidang lain yang lebih menguntungkan. DPS yang masih bertahan

secara berangsur-angsur akan mengurangi jenis pelayanan dan diikuti

dengan pengurangan anggaran promosi.

2) Strategi pemasaran

Strategi pemasaran yang dapat dilakukan dalam tahap ini antara lain:

(1) Mencari pelayanan yang lemah

Strategi ini sangat penting bagi DPS yang memberikan beberapa jenis

pelayanan. Pencarian pelayanan yang lemah dapat dilakukan dengan

menyusun suatu system informasi untuk menemukan pelayanan mana

yang benar benar mengalami kemunduran. Untuk itu DPS perlu

membentuk suatu tim untuk melakukan pemeriksaan secara periodic

terhadap berbagai aspek pelayanannya.

(2) Membangkitakan lagi pelayanan tersebut

Salah satu tahap yang paling sulit adalah membangkitkan kembali

pelayanan yang mulai melemah. Dalam prosedur pemeriksaan ini yang

Page 85: BHBP 6 TOPIK 1

paling penting adalah menentukan apakah pelayanan-pelayanan yang

telah mengalami kemunduran bisa diperbaiki dan menjadi lebih

bermanfaat melalui berbagai perubahan, baik metode, teknologi,

strategi promosi dan lain-lainnya.

(3) Meninggalkan pelayanan tersebut

Apabila proses membangkitkan pelayanan yang lemah tersebut

menunjukkan jalan buntu atau kalau memungkinkan berkonsekuensi

biaya besar, sehingga efektifitas dan efisiennya rendah. DPS harus

menerima bahwa saat itulah akhir dari pelayanannya dan harus mulai

berorientasi pada pengembangan pelayanan yang lebih baru.

2.6.3.3 Strategi Tarif

2.6.3.31 Tujuan Penetapan Tarif

Penetapan tarif merupakan proses yang sulit dan cukup kompleks,

sehingga mcmerlukan suatu pendekatan yang sistematis. Tiga pengertian yang

berkaitan dengan tarif (prices), dan harus dibedakan secara jelas, add- lah nifai

(ticdue) dan manfaat (utility). Manfaat atialah suatu pelayanan yang dapat

rnemuaskan kebutuhan. Nilai adalah ungkapan kuantitatif tentang kekuatan suatu

pelayanan untuk dapat menarik pelayanan lain dalam pertukaran. Sedangkan tarif

itu sendiri merupakan jumlah harga dari pelayanan yang diberikan. sebelum

menetapkan tarif, DPS harus menentukan tujuan dari penetapan tarif yang

Page 86: BHBP 6 TOPIK 1

dikehendaki. Hal tersebut penting mengingat ketepatan penetapan tarif akan

mempengaruhi tingkat pemasaran, tingkat laba dan kecepatan pengembalian

investasi. Beberapa contoh tujuan penentuan tarif, misalnya yaitu:

1. Mencapai target pengembalian investasi atau tingkat pemasaran DPS.

2. Memperoleh keuntungan secara optimal yang mungkin dicapai dalam suatu

kondisi tertentu.

3. Menjadi alat untuk mempertahankan kondisi persaingan yang tetap sehat

teruiama dengap DPS sejenis.

4. Menyeimbangkan antara tarif itu sendiri dengan biaya.

5. Menentukan besarnya pangsa pasar.

2.6.3.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Tarif

Dalam kenyataansehari-hari tingkat tarif yang terjadi sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain yaitu:

1. Keadaan perekonomian secara makro

Keadaan perekonornian yang dilihatadalah tingkat pertumbuhan, tingkat

inflasi dan perubahan-perubahan kebijakan pemerintah dalam sektor-sektor

tersebut sehingga mempengaruhi proses penetapan tarif. Terutama jika

menyangkut biaya bahan baku ataupun aplikasi teknologi baru.

2. Kondisi penawaran dan perrnintaan pasar

Proses penetapan tarif akan dicapai melalui proses penyeimbangan antara

tingkat penawaran dan permintaan. Pada umumnya tingkat tarif yang rendah

Page 87: BHBP 6 TOPIK 1

akan mengakibatkan jumlah yang diminta lebih besar. Tingginya permintaan

akan menyebabkan tingginya harga, yang akan menjadi daya tarik masuknya

penawaran baru.

3. Elastisitas permintaan permintaan pasar tidak saja mempengaruhi tingkat tarif

namun juga volume pelayanan yang dapat dipasarkan

Pada umunnya pelayanan jasa kesehatan bersifat inelastis, dimana pengaruh

perubahan tarif terhadap pemasaran sangat kecil. Namun hal tersebut perlu

tetap dicermati mengingat berbagai kondisi eksternai (khususnya persaingan)

akan sangilberpengaruh pada perubahan preferensi pasien.

4. Kondisi persaingan

Dalam pelayanan kesehatan saat ini, kondisi pasar pada dasarnya sangat

segmentasial. Artinya, jasa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah

sakit, DPS atau dokter praktek, memiliki fasilitas layanar dengan tingkat tarif

yang berbeda untuk kelas pasien yang berbeda. Adanya persaingan akan

berdampak positif untuk lebih mengarahkan pelayanan pasien ke arab

pelavanan yang berkualitas.

2.6.3.3.3 Prosedur Penetapan Tarif

Jika tujuan penetapan tarif sudah ditentukan, maka DPS dapat

mengalihkan perhatiannya pada prosedur penentuan tarif pelayanan, yang terdiri

atas enam tahap, yaitu:

1. Mengestimasikan permintaan untuk pelayanan tersebut

Page 88: BHBP 6 TOPIK 1

DPS membuat estimasi permintaan pelayanan secara total dengan

membandingkan permintaan pelayanan yang dengan permintaan pelayanan

baru. Estimasi permintaan tersebut dapat dilakukan dengan cara yaitu:

1) Menentukan tarif yang diharapkan dapatditerimaoleh pasien. Cara yang

mudah adalah dengan menentukan interval tarif tertinggi dan terendah

yang mash mungkin. Umumnya yang dipilih ialah tingkat tarif

pertengahan diantara kedua interval tersebut atau mengikuti tingkat tarif

yang sudah berlaku umum di pasaran. Misalnya untuk pemeriksaan umum

Rp 5.000 dan pemeriksaan spesialis Rp 15.000.

2) Memperkirakan volume pemasaran pada setiap tingkat tarif, karenanya

menyangkut pertimbangan sifat masing-masing kelompok pasien.

Permintaan pasien umum biasanya akan diberi tarif lebih rendah daripada

pasien yang mempunyai permintaan pelayanan khusus. Mengestimasikan

volume pemasaran pada tingkat tarif yang berbecia adalah penting dalam

hubungannya dengart penefituan target titik irnpas (break event point).

2. Mengetahui lebih dahulu reaksi dalam persaingan

Kondisi persaingan sangat mempengaruhi kebijaksanaan penentuan tarif

DPS, karena itu DPS perlu mengetahui reaksi persaingan yang terjadi dan

sumber-sumber penyebabnya. Adapun sumber-sumber persaingan dapat

berasal dari yaitu:

1) Pelayanan sejenis yang diberikan DPS lain yang menjadi pesaing.

2) Pelayanan pengganti atm: substitusi, misalnya pelayanan pengobatan

tradisional.

Page 89: BHBP 6 TOPIK 1

3) Pelayanan-pelayanan lain yang dibuat DPS pesaing yang ditujukan untilk

menarik minat segmen pasar yang sama.

2. Menentukan market share yang diharapkan

DPS yang agresif selalu menginginkan pangsa pasar yang semakin besar.

Perluasan pangsa pasar harus dilakukan dengan program promosi yang

agresif, dan dapat pula dengan cara menurunkan tarif pelayanannya.

3. Memilih strategi tarif untuk mencapai target pasar

DPS dapat memilih diantara dua macam strategi di bawah in untuk mencapai

target pasar, yaitu:

1) Penetapan tarif setinggi-tingginya (market skimming pricing) tarif yang

tinggi diasumsikan akan mampu meningkatkan citra pelayanan yang

superior.

2) penetapan tarif serendah-rendahnya (market penetration ping).

2.6.3.3.4 Penentuan Tarif Dasar dan Laba yang Diharapkan

Dalam prosedur penetapan tarif perlu ditentukan berbagai alternatif tarif

untuk mengetahui seberapa besar laba yang bisa diperoleh. Alternatif-alternatif

tersebut tergantung pula pada elastisitas permintaan. Dimana semakin luas jarak

masing-masing alternatif tarif dan semakin besar elastisitas permintaannya, maka

semakin banyak alternatif tarif yang harus dipertimbangkan. Sebaliknya jika jarak

masing-masing alternatif tarif tidak begitu besar dan elastisitasnya rendah, maka

afternatif tarifyang periu dipertimbangkan juga tidak banyak, mungkin hanya dua

atau tiga alternatif saja. Cara praktis untuk mempertimbangkan alternatif adalah

Page 90: BHBP 6 TOPIK 1

dengan membuat suatu tabel, dmana masing-masing kolom memperlihatkan

alternatif tatif tertentu dikaitkan jumlah yang diharapkan dapat dipasarkan

berdasarkan estimasi dari analisis permintaan dan reaksi pesaing.

2.6.3.4 Strategi Promosi

Kode etik promosi khususnya dalam periklanan membatasi gerak promosi

di bidang pelayanan jasa kesehatan. Etika periklanan melarang DPS untuk secara

terang-terangan melakukan aktivitas promosi semata-mata ditunjukan untuk

peningkatan permintaan pasar. Maka dari itu kegiatan promosi disini diartikan

sebagai aktivitas komunikasi dalam pemasaran.

Komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan DPS

untuk membantu pasien dalam pengambilan keputusan penggunaan pelayanan,

serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan dengan menyadarkan semua

pihak untuk berbuat lebih baik.

Cara kerja komunikasi pemasaran melibatkan unsur-unsur sebagai berikut:

1. Unsur utama adalah pengiriman dan penerimaan.

2. Unsur kedua adalah pesan dan media.

3. Unsur ketiga adalah umpan balik dan tanggapan.

Ketiga unsur ini saling terkait yang pada akhirnya membentuk suatu

keseimbangan komunikasi pemasaran.

2.6.3.4.1 Langkah-langkah Komunikasi Pemasaran

Page 91: BHBP 6 TOPIK 1

Langkah-langkah komunikasi pemasaran adalah:

1. Mengidentifikasi sasaran khalayak

Sasaran penerima pesan harus jelas, karena akan mempengaruhi keputusan

tentang apa bentuknya, bagaimana formatnya, bilamana disampaikannya dan

siapa khalayak yang mampu menjadi motivator.

2. Menentukan tanggapan yang dikehendaki

Tanggapan utama yang diharapkan adalah penggunaan pelayanan sebagai

hasil akhir dari suatu proses panjang dalam pengambilan keputusan oleh

pasien.

3. Memilih pesan

Pengembangan suatu pesan efektif diealnya harus menimbulkan AIDA

yaitu attention/perhatian, interest/minat, demand/keinginan, action/tindakan

Perumusan pesan ini memiliki beberapa acuan yaitu:

1) Isi pesan, menetapkan tema yang dianggap mampu menjadi daya tarik atau

menghasilkan tanggapan yang diinginkan

2) Struktur pesan, isi pokok pesan yang ingin disampaikan harus sejelas

mungkin dan menghindari penafsiran ganda. Penyajian agrumen yang

paling kuat harus dilakukan pada awal atau akhir struktur pesan, sehingga

perlu dihindarkan penyampaian di bagian tengah struktur.

3) Format pesan, cara penyampaian pesa termasuk didalamnya cara

penulisan, ilustrasi gambar dan tata warna harus dipilih secara hati-hati

sehingga tidak dianggap menjadi promosi yang tidak sesuai dengan etika

profesi.

Page 92: BHBP 6 TOPIK 1

4. Memilih media

Terdapat dua jenis saluran komunikasi yang digunakan, yaitu:

1) Saluran komunikasi pribadi, melibatkan dua orang atau lebih dalam

komunikasi secara langsung.

2) Saluran media masa, terdiri dari media siaran seperti televise, film, radio,

dan media cetak berupa surat kabar majalah dan lain-lain.

2.6.3.4.2 Strategi Bauran Promosi Pemasaran Sosial DPS

Philip kotler mengemukakan metode yang sangat tepat diaplikasikan

dalam strategi pemasaran sosial, disebut dengan PENCILS. PENCILS merupakan

kependekan dari Publication, Event, News, Community Involvement, Identity

Media, Lobbying, Sosial Investment.

1. Publikasi

Dilakukan melalui media komunikasi setempat, DPS dapat menjadi nara

sumber atau pengasuh rubrik khusus atau program siaran yang menyangkut

bidang kesehatan. Melalui penampilan dan penayangan secara rutin secara

tidak langsung memperkenalan DPS dan mendorong keingintahuan pasien

untuk mencoba pelayanan DPS tersebut.

2. Kegiatan

Penyelenggaraan aktivitas tertentu yang dihubungkan dengan peningkatan

kesehatan masyarakat akan bidang kesehatan.

3. Pemberitahuan

Page 93: BHBP 6 TOPIK 1

Sebagai bahan berita dalam arti positif, sehingga menjadi sarana promosi

yang efektif. Contohnya berbagai bentuk aktivitas sosial yang melibatkan

kalangan pers dan media masa tetapi harus tetap dijaga untuk tidak terjebak

dalam konteks ‘gila publikasi’.

4. Keterlibatan komunitas

Merupakan cara untuk mendekatkan DPS dengan masyarakat contohnya

dalan kegiatan grand launching untuk bersilahturahmi dengan masyarakat dan

tokoh-tokoh setempat.

5. Pencatuman identitas

Pencantuman logo DPS pada berbagai media, seperti kartu nama, kertas,

maupun amplop.

6. Pendekatan pribadi

Pendekatan secara informal untuk mencapai tujuaan menembus pangsa

pasar dalam ukuran yang relative besar atau bersifat kelompok.

7. Investasi sosial

Kegiatan sosial yang ditujukan untuk perbaikan kualitas kehidupan

masyarakat, bersifat jangka panjang karena masyarakat biasanya baru sadar

akan manfaatnya beberapa tahun kemudian.

2.6.3.5 Strategi Saluran Pelayanan

2.6.3.5.1 Pengertian Saluran Pelayanan

Page 94: BHBP 6 TOPIK 1

Saluran pelayanan adalh jalur yang dilalui oleh arus pelayanan dari DPS

melalui perantara hingga akhirnya sampai pada pasien. Unsur penting saluran

pemasaran yaitu:

1. Saluran pelayanan merupakan suatu aktivitas kerjasama diantara berbagai

lembaga untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

2. Tujuan dari saluran pelayanan adalah meningkatkan efektivitas pencapaian

kelompok tertentu sebagai tujuan akhir dari kegiatan saluran pelayanan.

3. Saluran pelayanan melaksanakan dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan,

yaitu menggolongkan pelayanan dalam beberapa kelompok dan

menyalurkannya kepada kelompok pasien yang menjadi sasarannya.

2.6.3.5.2 Keuntungan Menggunakan Perantara

Alasan utama menggunakan perantara adalah bahwa mereka dapat

membantu meningkatkan efisiensi saluran pelayanan. Keuntungan lainnya yaitu:

1. Mengurangi beban DPS untuk mencari pasien.

2. Kegiatan saluran pelayanan lebih baik karenan perantara memiliki

pengalaman.

3. Perantara dapat membantu penyediaan obat dan suku cadang peralatan

sehingga DPS dapat menghemat dana taktis.

4. Perantara membantu dalam bidang pengangkutan karena menyediakan alat-

alat transportasi.

Page 95: BHBP 6 TOPIK 1

5. Perantara dapat membantu dalam bidang keuangan dengan menyediakan

sejumlah dana dan melakukan pemasaran pelayanan secara kredit atau melalui

asuransi kepada pasien.

2.6.3.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Saluran

Faktor yang mempengaruhi pemilhan saluran adalah:

1. Pertimbangan pasar

Saluran pelayanan sangat dipengaruhi oleh pola penggunaan pelayanan oleh

pasien, maka kondisi pasien paling menentukan pemilihan saluran pelayanan.

2. Pertimbangan pelayanan

Beberapa faktor pelayanan harus dipertimbangkan antara lain:

(1) Karakteristik pelayanan, dibedakan berdasarkan kualitas pelayanan,

teknologi metode pemeriksaan, perbedaan kebutuhan dan permintaan

pasien

(2) Nilai perunit pelayanan, nilai rendah maka akan muncul jalur saluran

pelayanan yang panjang, jika nilai cukup besar makan jalurnya akan

langsung dan cukup pendek.

3. Pertimbangan DPS

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adaalh ketersediaan dana,

pengalaman dan kemampuan manajemen, dan pengawasan saluran.

4. Pertimbangan perantara

Page 96: BHBP 6 TOPIK 1

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah pelayanan yang

diberikan, sikap perantara terhadap kebijaksanaan DPS, volume pemasaran

yang diberikan.

2.6.3.5.4 Menentukan Banyaknya Perantara

Selanjutnya DPS perlu menentukan jumpal perantara yang ditempatkan.

Dalam hal ini DPS mempunyai 3 alternatif yaitu:

1. Saluran pelayanan intensif

Memasarkan pelayanan yang bersifat konveinen dengan menggunakan

perantara sebanyak banyaknya untuk mendekati dan mencapai pasien sasaran.

Untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan pasien.

2. Saluran pelayanan selektif

Dengan memilih perantara yang terbatas saja untuk suatu wilayah geografis

tertentu. Dimaksudkan untuk meniadakan perantara yang tidak

menguntungkan dan meningkatkan volume pemasaran dengan jumlah

transaksi yang lebih terbatas.

3. Saluran pelayanan eksklusif

Hanya menggunakan satu perantara saja, karena DPS hanya memiliki satu

mitra kerja tunggal dengan hanya memasarkan pelayanan kepada satu lembaga

saja. DPS akan lebih mudah mengadakan pengawasan, terutama pada tingkat

usaha kerjasama. Banyak dipergunakan pada DPS yang memiliki banyak

Page 97: BHBP 6 TOPIK 1

karyawan yang memerlukan intensitas pemeriksaan kesehatan yang cukup

tinggi.

2.6.3.5.5 Strategi Saluran Pelayanan

Dalam pemasaran pelayanan kesehatan terdapat dua alternative yang dapat

dipergunakan, yaitu:

1. Forward distribution

Pendekatan pelayanan yang dilakukan secara aktif terhadap mitra kerja

yang memiliki potensi pasar yang cukup besar. DPS dapat menggunakan

strategi lobbying melalui pendekatan pribadi untuk mendekat ipasien

potensial. Dua lembaga yang harus diberi perhatian khusus adalah perusahaan

besar yang memiliki karyawan yang cukup besar dan memberi jaminan

asuransi kesehatan. Juga dengan rumah sakit yang memiliki skala kemampuan

pelayanan yang cukup besar namun kelemahan rumah sakit di Indonesia

adalah rendahnya kualittas pelayanan. Dengan pendekatan yang baik pasien

dapat dibujuk untuk beralih ke DPS untuk memperoleh kualitas pelayanan

yang lebih baik.

2. Backward distribution

Lebih bersifat reaktif dalam konteks siap menerima pasien yang datang untuk

memperoleh pelayanan. Strategi yang diterapkan DPS berusaha menjalin

kerjasama dengan perusahaan yang menjadi pemasaran obat-obatan. Kondisi

ini muncul karena kebiasaan masyarakat tidak langsung menghubungi dokter

Page 98: BHBP 6 TOPIK 1

jika sakit, tapi langsung datang ke took obat untuk membeli obat. DPS dapat

bekerjasama dengan took obat tersebutuntuk member anjuran kepada pasien

untuk memeriksakan sakitnya terlebih dahulu kepada dokter. Keuntungan

kerjasama ini akan membentuk suatu kelompok pasien baru baik bagi DPS

maupun took obat tersebut.

2.6.3.6 Etika Pemasaran Praktik Dokter Gigi Berdasarkan Kode Etik

Kedokteran Gigi Tahun 2008

` Berdasarkan kode etik kedokteran gigi tahun 2008, ada beberapa poin

etika pemasaran yang harus ditaati oleh dokter gigi dalam menjalankan profesinya

di wilayah hukum Indonesia sebagai berikut:

1. Pasal 3 yaitu dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak

boleh dipengaruhi oleh pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi.

1) Ayat 1

Dokter Gigi di Indonesia dilarang melakukan promosi dalam bentuk

apapun seperti memuji diri, mengiklankan alat dan bahan apapun,

memberi imingiming baik langsung maupun tidak langsung dan lain-lain,

dengan tujuan agar pasien datang berobat kepadanya.

2) Ayat 4

Informasi profil Dokter Gigi yang dianggap perlu oleh masyarakat

dikeluarkan oleh Pemerintah atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia baik

melalui media cetak maupun elektronik.

Page 99: BHBP 6 TOPIK 1

3) Ayat 6

Dokter Gigi di Indonesia dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan

gigi swasta dapat melalui beberapa cara ; praktik perorangan dokter, gigi

praktik perorangan dokter gigi spesialis, praktik berkelompok dokter gigi,

praktik berkelompok dokter gigi spesialis.

(1) 6.1 Untuk praktik berkelompok harus diberi nama tertentu yang

diambil dari nama orang yang berjasa dalam bidang kesehatan yang telah

meninggal dunia atau nama lain sesuai fungsinya.

(2) 6.2 Dokter Gigi di Indonesia yang melakukan praktik berkelompok

baik masing-masing maupun sebagai kelompok mempunyai tanggung

jawab untuk tidak melanggar Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia

2. Pasal 5 yaitu Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien

secara pribadi, melalui pasien atau agen.