toksisitas subkronis ekstrak etanol 70% daun wungu ... · bahan dan alat ... 4 histopatologi ginjal...

39
TOKSISITAS SUBKRONIS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN WUNGU (Graptophyllum pictum (L.) Griff) PADA MENCIT REZANA FALACHI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: lamxuyen

Post on 17-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

TOKSISITAS SUBKRONIS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN

WUNGU (Graptophyllum pictum (L.) Griff) PADA MENCIT

REZANA FALACHI

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

ii

ABSTRAK

REZANA FALACHI. Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu

(Graptophyllum Pictum (L.) Griff) pada mencit. Dibimbing oleh EMAN

KUSTAMAN dan DIMAS ANDRIANTO.

Daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff) merupakan salah satu

tanaman dari famili Acanthaceae. Tanaman ini mengandung senyawa alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, dan steroid, serta memiliki aktivitas antidiabetes.

Namun keamanan pengonsumsian tanaman ini belum diuji, sehingga perlu

dilakukan uji toksisitas subkronis secara in vivo dan pengamatan histopatologi.

Toksisitas subkronis daun wungu dilakukan selama 3 bulan. Selama perlakuan

mencit dicekok ekstrak daun wungu tiap hari dengan dosis 100 mg/kg, 500 mg/kg,

dan 1000 mg/kg, serta akuades sebagai normal. Pengukuran berat badan mencit

dan pengamatan kematian dilakukan selama penelitian. Bobot badan mencit

selama perlakuan mengalami kenaikan. Ekstrak daun wungu pelarut etanol 70%

tidak diperoleh nilai LD50 toksisitas subkronis. Jumlah kematian kelompok normal

sebanyak 4 ekor, kelompok 100 mg/kg 3 ekor, kelompok 500 mg/kg 2 ekor, dan

kelompok 1000 mg/kg 1 ekor. Pemberian ekstrak daun wungu pelarut etanol 70%

dosis 100 mg/kg dan 500 mg/kg memberikan kerusakan yang cukup parah pada

organ ginjal, jantung, dan paru-paru, serta dosis 1000 mg/kg memberikan

kerusakan pada organ ginjal. Pemberian ekstrak daun wungu pelarut etanol 70%

memberikan efek kerusakan pada beberapa organ.

Kata kunci: Daun wungu, Toksisitas subkronis, Ekstrak etanol, Histopatologi

Page 3: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

iii

ABSTRACT

REZANA FALACHI. Subchronic Toxicity of 70% Ethanol Extracts

(Graptophyllum Pictum (L.) Griff) leaf in mice. Under the direction of EMAN

KUSTAMAN dan DIMAS ANDRIANTO.

Graptophyllum pictum (L.) Griff is one of the family Acanthaceae. This

plant contains alkaloid compounds, flavonoids, saponins, tannins, and steroids, as

well as having antidiabetic activity. But consume this plant safely has not been

test, so it needs subchronics toxicity test and histopathological observations. The

subchronics toxicity of Graptophyllum pictum (L.) Griff leaf will do for 3 months.

During the treatment of mice give peroral Graptophyllum pictum (L.) Griff

extract daily and divide into 4 doses, they are 100 mg/kg, 500 mg/kg, 1000

mg/kg, and distilled water as control. Measurements of mice body weight and

mortality observations made during the study. Mice body weight has increase

during the study. Graptophyllum pictum (L.) Griff leaf ethanol extract doesn’t

give number of LD50 subchronic toxicity. Number of death mice in normal groups

is 4 mice, 100 mg/kg groups is 3 mice, 500 mg/kg group is 2 mice, and 1000

mg/kg is one mice. Graptophyllum pictum (L.) Griff leaf ethanol extract for dose

100 mg/kg and 500 mg/kg give damage in histopathology of kidney, heart, and

lung, for dose 1000 mg/kg give damage in histopathology of kidney.

Graptophyllum pictum (L.) Griff leaf ethanol extract give damage effect in organs.

Keyword: Graptophyllum pictum (L.) Griff leaf, Subchronic toxicity, Ethanol

extract, Histopathology

Page 4: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

iv

TOKSISITAS SUBKRONIS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN

WUNGU (Graptophyllum pictum (L.) Griff) PADA MENCIT

REZANA FALACHI

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 5: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

5

Judul : Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu (Graptophyllum

Pictum (Linn) Griff) pada Mencit.

Nama : Rezana Falachi

NIM : G84070069

Disetujui

Komisi Pembimbing,

Ir. Eman Kustaman Dimas Andrianto, M.Si

Ketua Anggota

Diketahui,

Dr. I Made Artika, M. App. Sc

Ketua Departemen Biokimia

Tanggal Lulus:

Page 6: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

i

PRAKATA

Puja puji serta syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah menjadi

motivasi terbesar penulis untuk menyelesaikan usulan penelitian ini dengan

menciptakan dunia dan semesta alam yang melimpah akan ilmu pengetahuan ini.

Tak lupa pula shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

menjadi panutan serta pemimpin di dunia ini sehingga penulis dapat termotivasi

dan lancar dalam penyelesaian usulan penelitian ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan pada Ir. Eman Kustaman dan Dimas

Andrianto, M.Si atas bantuan dan bimbingannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan usulan penelitian ini sebaik mungkin. Penulis juga mengucapkan

terima kasih yang sangat besar pada kedua orang tua penulis yaitu Bapak

Muhammad Tauchid dan Ibu Sofiatul Hanani atas doa dan motivasinya untuk

kelancaran serta kesuksesan penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih

sebesar-besarnya kepada Rama Andhita, Muhammad Taufan, Rezsa Berri, Ganep,

Fitri, Fajri, Ayu dan seluruh sahabat yang telah mendukung dan mendoakan

penelitian penulis, serta Pak Nana, Pak Yadi, Pak Arya, Bu Tini, Bu Tuti, Bu

Merry dan seluruh staf Biokimia IPB yang setia membantu dan memberikan

semangat kepada penulis.

Bogor, Juni 2012

Rezana Falachi

Page 7: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 12

Juni 1989 sebagai anak sulung dari 3 bersaudara, pasangan Muhammad Tauchid

dan Sofiatul Hanani.

Penulis lulus dari SMA Negeri 6 kota Bogor tahun 2007 dan pada tahun

yang sama lulus seleksi masuk IPB lewat jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB). Penulis kemudian memilih Mayor Biokimia, FMIPA IPB pada

tahun berikutnya.

Selama perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan

sebagai staff komisi 3 Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FMIPA periode

2008-2009 dan staff departemen sosial dan lingkungan Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) FMIPA periode 2009-2010. Penulis pernah pula melakukan

praktik lapangan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan

Sumber Daya Genetik Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 3A Bogor. Praktik lapang

dilakukan mulai bulan Juli hingga Agustus 2010 dan membuat karya ilmiah yang

diberi judul Penapisan Padi Transgenik Penanda Aktivasi Varietas Taipei 309

Untuk Toleransi Cekaman Kekeringan.

Page 8: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ v

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Daun Wungu .................................................................................................... 2

Metode Ekstraksi dan Pelarut ........................................................................... 2

Uji Toksisitas ................................................................................................... 3

Hati .................................................................................................................. 3

Ginjal ............................................................................................................... 4

Histopatologi .................................................................................................... 4

BAHAN DAN METODE

Bahan dan alat .................................................................................................. 5

Metode ............................................................................................................. 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Hewan Coba ...................................................................................... 6

Potensi toksisitas subkronis (LD50) ................................................................... 7

Gambaran Histopatologi Ginjal ........................................................................ 8

Gambaran Histopatologi Hati ........................................................................... 9

Pengamatan Histopatologi Organ Pendukung ................................................. 10

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

LAMPIRAN ...................................................................................................... 18

Page 9: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Klasifikasi toksisitas ......................................................................................... 3

2 Bobot badan, konsumsi pakan, dan efisiensi ...................................................... 6

3 Hasil pengamatan histopatologi ginjal ............................................................... 8

4 Hasil pengamatan histopatologi hati ................................................................ 10

5 Hasil Pengamatan histopatologi otak ............................................................... 11

6 Hasil pengamatan histopatologi usus ............................................................... 11

7 Hasil pengamatan histopatologi limpa ............................................................. 13

8 Hasil pengamatan histopatologi jantung .......................................................... 12

9 Hasil pengamatan histopatologi paru-paru ....................................................... 13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Daun wungu (Graptophyllum pictum (L) Griff) ................................................. 2

2 Bobot badan mencit selama penelitian ............................................................... 7

3 Jumlah kematian mencit selama perlakuan ........................................................ 7

4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ........................................................ 9

5 Histopatologi hati mencit bulan pertama ......................................................... 10

6 Histopatologi otak bulan pertama .................................................................... 11

7 Histopatologi usus bulan pertama .................................................................... 11

8 Histopatologi jantung bulan pertama ............................................................... 12

9 Histopatologi paru-paru bulan pertama ............................................................ 13

Page 10: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Gambaran umum penelitian ............................................................................ 19

2 Diagram alir uji toksisitas subkronis ................................................................ 20

3 Diagram alir histopatologi organ ..................................................................... 21

4 Redemen ekstrak daun wungu pelarut etanol 70% ........................................... 22

5 Nilai LD50 toksisitas subkronis ........................................................................ 22

6 Bobot badan mencit selama perlakuan ............................................................. 23

7 Pembuatan larutan cekok ................................................................................ 29

Page 11: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

1

PENDAHULUAN

Pengobatan secara modern dirasa sangat

mahal, efek samping cukup tinggi dan

hasilnya pun belum tentu memuaskan.

Keadaan semacam ini memacu pemanfaatan bahan alami untuk memperoleh bahan obat

alternatif, salah satunya obat tradisional

(Soedibyo 1998). Tanaman merupakan

sumber utama dalam penemuan obat baru dan

alam Indonesia menyediakan sumber alamiah

yang belum dimanfaatkan. Penggunaan obat

tradisional yang dapat diperoleh dari alam

menjadi alternatif penting dalam mencapai

kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik

(Wahyono 2003). Masyarakat di Indonesia

telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu

upaya menanggulangi masalah kesehatan.

Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat

berdasarkan pada pengalaman dan

keterampilan yang secara turun temurun telah

diwariskan dari satu generasi ke generasi

berikutnya (Kumalasari 2006). Indonesia

memiliki sekurang-kurangnya 9600 spesies

tumbuhan berkhasiat sebagai obat dan kurang

lebih 300 spesies telah digunakan sebagai

bahan obat tradisional oleh industri obat

tradisional (Depkes 2007). Menurut Badan POM (2006), 283 spesies tanaman telah

diregistrasi untuk penggunaan obat

tradisional/jamu. Kelebihan dari pengobatan

dengan menggunakan ramuan secara

tradisional tersebut ialah mempunyai efek

samping kecil dibandingkan dengan

pengobatan kimiawi, mudah diperoleh, dan

harganya relatif lebih murah (Thomas 1989).

Penyembuhan penyakit menggunakan ramuan

tradisional membutuhkan waktu yang lama,

tetapi efek yang diberikan bersifat perlindungan, membangun dan berimplikasi

positif terhadap organ lain yang lemah atau

yang kuat. Hal ini berbeda dengan

penyembuhan menggunakan obat kimia,

proses kerja lebih cepat sehingga bersifat

merusak terhadap organ-organ yang sakit

maupun normal (Soenanto 2005).

Salah satu tanaman yang dapat digunakan

sebagai obat tradisional adalah tanaman

wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff).

Tumbuhan wungu merupakan salah satu

tanaman asli Papua. Tumbuhan wungu sering ditemukan tumbuh liar di pedesaan atau

ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman

pagar. Tumbuh baik pada tempat-tempat

terbuka yang terkena sinar matahari, dengan

iklim kering atau lembab. Tumbuhan wungu

pada bagian daun berkhasiat sebagai peluruh

kencing, mempercepat pemasakan bisul,

pencahar ringan, dan pelembut kulit. Hal ini

dikarenakan daun wungu mengandung

senyawa alkaloid yang tidak beracun,

glikosida, steroid, dan saponin (Dalimartha

1999). Ekstrak daun wungu pelarut etanol

70% memiliki inhibisi α-glukosidase sebesar

66,11%, serta mengandung senyawa alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, dan steroid (Irwan

2011).

Keamanan daun wungu jika digunakan sebagai pengobatan belum banyak diteliti,

sehingga diperlukan uji toksisitas yang

dibedakan menjadi uji toksisitas akut,

subkronis, dan kronis. Tujuan uji toksisitas

adalah untuk mengetahui spektrum efek

toksik serta hubungan dosis dan toksisitas

pada pemberian berulang dalam jangka waktu

tertentu. Umumnya pengukuran toksisitas

dapat dilakukan secara in vivo yang

menggunakan hewan percobaan. Ekstrapolasi

hasil uji dari hewan percobaan ke manusia sulit dilakukan namun penggunaan hewan

percobaan mempunyai beberapa keuntungan

antara lain mudah dilakukan, harganya murah,

dan dapat dikontrol (dosis dan lama

percobaan), serta pengamatan lebih rinci

terhadap semua jaringan (melalui operasi).

Pengamatan dapat dilakukan terhadap

kerusakan hati dan ginjal (Ganong 2003).

Pengujian toksisitas akut ekstrak daun wungu

tidak memberikan efek yang berbahaya

hingga dosis 4000 mg/kg (Olagbende-Dada et al. 2011). Namun pengujian toksisitas

subkronis ekstrak daun wungu belum pernah

dilakukan. Pemeriksaan toksisitas subkronis

penting dilakukan terutama terhadap

pemakaian obat tradisional atau tanaman obat

yang sering digunakan dalam jangka waktu

lama (Wahjoedi et al. 1996).

Evaluasi tidak hanya melalui LD50, tetapi

juga dilengkapi dengan pemeriksaan

laboratorium klinik dan pembuatan preparat

histopatologi dari organ yang dianggap

memperlihatkan kelainan (Darmansjah 1995). Hati dan ginjal merupakan organ yang rentan

terhadap pengaruh zat kimia. Kerentanan ini

terjadi karena erat fungsinya dalam proses

sirkulasi darah. Hati dapat mudah

berhubungan dengan zat yang diserap dari

saluran pencernaan dan ginjal melalui vena

porta (Koeman 1987).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji

toksisitas subkronik serta mengamati

histopatologi hati dan ginjal, serta organ

pendukung mencit pada ekstrak daun wungu pelarut etanol 70%. Hipotesis penelitian ini

yaitu daun wungu dengan menggunakan

Page 12: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

2

Gambar 1 Daun wungu (Graptophyllum

pictum (L) Griff)

pelarut etanol 70% aman dikonsumsi setelah

melewati uji toksisitas subronik. Hal ini

diharapkan sebagai informasi awal mengenai

keamanan pengonsumsian daun wungu untuk

obat yang berkhasiat.

TINJAUAN PUSTAKA

Daun Wungu

Tanaman wungu memiliki sistematika

taksonomi yang terdiri dari kingdom Plantae,

divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledonae,

ordo Tubiflorae, famili Acanthaceae, genus

Graptophyllum, spesies Graptophyllum

pictum (Linn) Griff (Syamsuhidayat dan

Hutapea 1991). Tanaman wungu berasal dari

Irian dan Polynesia, dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan

ketinggian 1250 meter di atas permukaan laut

(Heyne 1987). Tanaman wungu sering

ditemukan tumbuh liar di pedesaan atau

ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman

pagar. Tumbuh baik pada tempat-tempat

terbuka yang terkena sinar matahari, dengan

iklim kering atau lembab. Tanaman wungu

merupakan tanaman perdu atau pohon kecil,

dengan tinggi 1.5-3 m, batang berkayu. Kulit

dan daun berlendir dan baunya kurang enak.

Wungu memiliki daun yang letaknya berhadap-hadapan. Perbungaan majemuk dan

tersusun dalam rangkaian berupa tandan yang

berwarna merah tua. Tanaman ini memliki 3

varietas, yaitu yang berdaun ungu, hijau, dan

belang-belang putih. Namun yang digunakan

sebagai obat adalah varietas yang berdaun

ungu (Wijayakusuma et al. 1996).

Secara tradisional daun wungu telah

dimanfaatkan sebagai obat luar untuk

mengobati borok, bisul dan kudis. Air rebusan

daunnya dapat diminum untuk mengobati penyakit wasir, batu empedu dan penyakit

hati. Bunganya bermanfaat sebagai pelancar

haid (Wijayakusuma et al. 1996). Daun

tumbuhan ini mengandung alkaloida yang

tidak beracun, glikosida, steroida, dan

saponin. Batang daun tumbuhan wungu

mengandung kalsium oksalat, asam format,

dan lemak (Dalimartha 1999).

Metode Ekstraksi dan Pelarut

Ekstraksi merupakan proses pemisahan

senyawa campuran dengan menggunakan

pelarut yang sesuai. Ekstraksi digunakan

untuk mengisolasi produk alam dari jaringan

asli kering tumbuh-tumbuhan. Produk alam

volatil diisolasi dengan cara distilasi uap,

sedangkan produk non volatil diisolasi dengan

cara perendaman atau maserasi dalam satu

pelarut (Kusnaeni 2008). Secara umum

ekstraksi senyawa metabolit sekunder menggunakan metode maserasi dengan

pelarut polar atau nonpolar.

Maserasi merupakan proses perendaman

sampel pelarut organik yang digunakan pada

temperatur ruangan. Proses ini sangat

menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan

alam karena dengan perendaman sampel

tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan

membran sel akibat perbedaan tekanan antara

di dalam dan di luar sel sehingga metabolit

sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstrak

senyawa akan sempurna karena dapat diatur

lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan

pelarut untuk proses maserasi akan

memberikan efektivitas yang tinggi dengan

memperhatikan kelarutan senyawa bahan

alam pelarut tersebut. Prinsip dari ekstraksi

maserasi adalah penyarian zat aktif yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk

dalam cairan penyari yang sesuai selama

sehari atau beberapa hari pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya (Sudjadi 1986).

Keuntungan dari metode ini adalah

peralatannya yang sederhana, sedang

kerugiannya antara lain, waktu yang

diperlukan untuk mengekstrak sampel cukup

lama, cairan penyari yang digunakan lebih

banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-

bahan yang mempunyai tekstur keras seperti

benzoin, tiraks, dan lilin (Taofik 2010).

Kepolaran suatu pelarut menunjukkan

tingkat kelarutan pelarut air ataupun pelarut

organik terhadap suatu bahan. Kepolaran ini timbul dari perbedaan dua kutub kelarutan.

Kecenderungan suatu bahan yang lebih larut

dalam air disebut memiliki sifat yang polar

dan sebaliknya yang cenderung lebih larut

dalam pelarut organik disebut nonpolar

(Sudarmadji et al. 2003). Pemilihan pelarut

merupakan salah satu faktor yang dapat

menentukan kesempurnaan proses ekstraksi.

Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi

harus dapat menarik komponen aktif dari

campuran dalam sampel (Gamse 2002). Faktor-faktor yang harus diperhatikan

dalam memilih pelarut diantaranya,

Page 13: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

3

Tabel 1 Klasifikasi toksisitas

Dosis

(mg/kg)

Tingkat Keracunan

<5 Supertoksik

5-50 Amat sangat toksik

50-500 Sangat toksik 500-5000 Toksik sedang

5000-15000 Toksik ringan

>15000 Praktis non toksis

Sumber: (Lu 1995)

selektivitas, sifat pelarut dan kemampuan

pelarut untuk mengekstraksi, tidak bersifat

racun, mudah diuapkan, dan relatif murah

(Gamse 2002). Pelarut yang digunakan dalam

proses ekstraksi dapat menembus pori-pori

bahan padat sehingga bahan yang ingin

diekstrak dapat dengan mudah tertarik. Pelarut

yang umum digunakan diantaranya, etil asetat,

heksana, eter, benzena, toluena, etanol,

isopropanol, aseton dan air (Simpen 2008).

Uji Toksisitas

Toksisitas merupakan suatu sifat relatif

dari zat kimia dan sejauh menyangkut diri

manusia secara langsung atau tidak langsung,

mungkin diperlukan atau tidak diperlukan.

Namun, toksisitas selalu menunjuk ke suatu

efek berbahaya atas mekanisme biologi

tertentu (Loomis 1978).

Menurut Loomis (1978), pada umumnya

uji toksisitas dapat dibagi menjadi dua

golongan yaitu uji toksisitas umum dan toksisitas spesifik. Uji toksisitas umum

meliputi uji toksisitas akut, toksisitas

subkronis, serta toksisitas kronis. Uji

tokisisitas spesifik meliputi uji potensi,

teratogenik, reproduksi, mutagenik, dan uji

prilaku. Sedangkan Lu (1995) menggolongkan

uji toksisitas menjadi tiga jenis berdasarkan

lama masa pajanan dengan toksikan, yakni

toksisitas akut, toksisitas jangka pendek, dan

toksisitas jangka panjang.

Toksisitas subkronik adalah pengaruh yang merugikan pada hewan percobaan yang

timbul sebagai akibat pemberian takaran

harian berulang dari bahan kimia atau bahan

lain, dengan periode pemaparan selama 3

bulan (Deptan 2007). Sekurang-kurangnya

digunakan tiga kelompok dosis dan satu

kelompok kontrol. Batas uji dosis toksisitas

subkronis sebesar 1000 mg/kg bobot badan

(Harmita & Radji 2008). Menurut

Environmental Protection Agency (EPA

1998), LD50 digunakan untuk mengetahui

kematian 50% hewan percobaan dalam 24-96 jam. Pengaruh LD50 secara umum diukur

menggunakan dosis bertingkat. Kisaran

tingkat dosis yang digunakan yaitu dosis

terendah yang hampir tidak mematikan

seluruh hewan percobaan dan dosis tertinggi

yang dapat menyebabkan kematian seluruh

atau hampir seluruh hewan percobaan. Setiap

hewan percobaan akan memberikan reaksi

yang berbeda pada dosis tertentu. Perbedaan

reaksi akibat pemberian suatu zat diakibatkan

oleh perbedaan tingkat kepekaan setiap hewan (Guyton dan Hall 1997). Faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap LD50 adalah

spesies, strain, jenis kelamin, umur, berat

badan, cara pemberian, faktor lingkungan,

kesehatan hewan, dan diet (Balls et al. 1991)

Tingkat keracunan senyawa kimia

berdasarkan nilai LD50 dapat diklasifikasikan

seperti pada tabel 1.

Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar dan

mempunyai fungsi yang penting bagi

kehidupan. Hati terletak di dalam rongga

abdomen sebelah kanan atas di bawah

diafragma. (Dyce et al. 2002). Organ ini

diselubungi oleh kapsula fibrosa yang dilindungi peritoneum visceral (Martini 1992).

Hati mencit terdiri dari 4 lobus yang menyatu

pada bagian dorsal, yaitu lobus median yang

dibagi menjadi kiri dan kanan oleh bifukatio,

lobus lateral kiri, lobus lateral kanan yang

dibagi secara horisontal menjadi anterior dan

posterior dan lobus kaudal yang terdiri dari

bagian dorsal dan ventral (Harada et al. 1999).

Secara garis besar, fungsi hati dapat

digolongkan menjadi lima besar, yaitu

detoksifikasi, sekresi, penyimpanan cadangan makanan, hematologis, proteksi, dan juga

berperan dalam proses metabolisme

biomolekul (karbohidrat, lipid, asam amino,

hormon, dan bilirubin) (Kaplan & Pesce

1998). Hati dapat mensintesis lebih dari 1000

protein plasma, seperti albumin dan globulin

secara de novo dari asam amino esensial dan

non esensial. Hati juga dapat mensintesis

asam lemak, trigliserida, kolesterol,

apolipoprotein, lipoprotein, dan kolesterol

ester dalam fosfolipid. Beberapa bahan hasil

metabolisme ini dapat tersimpan dalam hati, seperti glikogen, trigliserida, Fe, dan Cu

(Stockham & Scott 2002).

Hati merupakan salah satu organ yang

terlibat dalam metabolisme zat makanan serta

sebagian besar obat dan toksikan. Hepatosit

merupakan sel utama yang bertanggung jawab

terhadap peran sentral hati dalam

metabolisme. Organ ini paling umum

mengalami kerusakan karena racun. Hal ini

disebabkan hati menerima suplai darah dari

vena porta sekitar 80% yang mengalir dari

Page 14: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

4

saluran pencernaan (Maclachlan & Cullen

1995). Sebagian besar toksikan memasuki

tubuh melalui sistem gastrointestinal, dan

setelah diserap toksikan dibawa oleh vena

porta ke hati. Hati memiliki enzim yang

mampu memetabolisme xenobiotik (terutama

sitokrom P-450). Hal ini menyebabkan

sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik

dan mudah larut air, sehingga lebih mudah

diekskresikan. Toksikan dapat menyebabkan

berbagai perubahan pada berbagai organel sel hati, sehingga mengakibatkan perlemakan

hati, nekrosis hati, kolestasis, dan sirosis (Lu

1995).

Nekrosis hati adalah kematian sel hati.

Nekrosis dapat bersifat fokal (sentral,

pertengahan, dan perifer) atau masif. Pada

umumnya nekrosa toksopatik hanya

memerlukan waktu singkat untuk

menimbulkan gejala klinis. Biasanya secara

histopatologi terlihat nekrosa berkelompok,

teratur, dan tersebar di seluruh hati, akan tetapi bila racun sangat kuat maka akan

terlihat gambaran nekrosa terpencar. Sirosis

hati adalah suatu keadaan yang

menggambarkan pengerasan hati. Sirosis

dapat disebabkan oleh berbagai hal tetapi

penyebabnya belum diketahui secara pasti.

Pada umumnya bahan-bahan toksik dan

parasit dapat menyebabkan sirosis hati

(Ressang 1984, Price & Wilson 1995).

Ginjal Ginjal merupakan organ utama yang

berperan terhadap homeostatis air dan

elektrolit. Ginjal juga merupakan organ utama

yang terkena efek toksisitas jika tubuh

terpapar zat toksik. Fungsi utama ginjal adalah

mengeluarkan limbah metabolisme,

memusnahkan bahan toksik, mengatur cairan,

garam, keseimbangan asam basa, serta

mengatur tekanan darah (Dellmann & Brown

1992). Selain itu ginjal berfungsi memekatkan

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan

melalui tubulus. Ginjal juga memiliki fungsi sebagai penyingkir buangan metabolisme

normal dan mengekskresikan xenobiotik dan

metabolitnya (Lu 1995). Ginjal juga memiliki

fungsi sebagai organ endokrin yang dapat

menghasilkan hormon-hormon eritropoetin,

renin, dan prostaglandin (Huminto et al.

1995). Ginjal terletak di retroperitoneum

vertebralis lumbalis, dibungkus oleh kapsula

yang normalnya dapat bergerak bebas pada

permukaannya (Maxie 1993), berpasangan

dan berwarna merah kecoklatan. Pada umumnya ginjal berbentuk seperti kacang

dengan hillus renalis yaitu tempat masuknya

pembuluh darah dan keluarnya ureter

(Hartono 1992). Ginjal terbagi menjadi dua

bagian, yaitu korteks dan medula, dengan

perbandingan rata-rata 1 banding 2 atau 1

banding 3 (Maxie 1993), dan ukuran ginjal

dalam berbagai spesies sangat ditentukan oleh

jumlah nefron (Ganong 2003). Ginjal mencit

bertekstur lembut, berwarna coklat

kemerahan, berada di dorsal dinding tubuh,

dikelilingi jaringan lemak dan termasuk

unilobular dengan papilla tunggal. Ginjal kanan normalnya berada lebih anterior

daripada ginjal kiri dan pada kelamin jantan

lebih berat dibandingkan pada kelamin betina

(Seely 1999).

Kerusakan yang terjadi pada ginjal dapat

bersifat akut atau kronis karena kerusakan

permanen (Huminto et al. 1995). Gangguan

pada ginjal seperti infeksi ginjal atau

masuknya bahan-bahan racun, polutan, dan

obat-obatan yang merusak ginjal dapat

menyebabkan terhambatnya proses pembentukan urin. Gangguan yang paling

jelas pada kasus gagal fungsi ginjal adalah

kemampuan filtrasi glomerulus menurun.

Akibatnya, jumlah urin berkurang, tekanan

darah meningkat dan timbul racun

metabolisme dalam darah, terutama limbah

metabolisme nitrogen seperti urea dan

kreatinin.

Histopatologi

Histopatologi adalah pemeriksaan morfologi sel atau jaringan pada sediaan

mikroskopik dengan proses pewarnaan untuk

menetapkan diagnosis kelainan degenerasi,

radang atau infeksi dan neoplasma (Rahayu et

al. 2006). Histopatologi merupakan cara

utama untuk diagnosis tumor dan juga

memberikan informasi tentang prognosisnya

dengan cara penilaian tingkat dan stadium

spesimen hasil pembedahan. Diagnosis

histopatologi sebagian besar dilakukan dari

potongan jaringan blok parafin dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin

(Underwood 1999).

Jaringan yang berasal dari hasil biopsi atau

eksisi bedah yang dimasukkan dalam larutan

fiksasi (biasanya formaldehid) dan dikirimkan

ke laboratorium histopatologi untuk ditangani

staf medis yang terlatih dan mengenal dengan

baik bentuk makroskopik anatomi. Sampel

jaringan diproses untuk menyiapkan sediaan

histopatologi sesuai prosedur yang digunakan.

Pewarna hematoksilin dan eosin merupakan

pewarna yang paling sering digunakan tetapi ada beberapa pewarnaan lain yang dapat

digunakan untuk menemukan gambaran

Page 15: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

5

spesifik dari jaringan. Pewarnaan yang

digunakan pada histopatologi seperti

pewarnaan hematoksilin dan eosin untuk

pewarnaan rutin untuk histologi, Masson’s

trikhrom untuk jaringan ikat, Perls’ untuk

hemosiderin, Ziehl-Neelsen untuk basil tahan

asam, Grocott’s silver untuk jamur, dan

sebagainya (Underwood 1999).

BAHAN DAN METODE

Bahan dan alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah daun wungu yang

diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB)-

IPB Bogor, akuades, etanol 70%, Buffer

Neutral Formaline (BNF) 10%, etanol 80%, etanol 95%, etanol absolut, xilol, Mayer’s

Haematoxylin, LiCl, pewarna Eosin, dan

permounting medium.

Alat-alat yang dipakai adalah corong kaca,

kertas saring, labu Erlenmeyer, gelas piala,

pipet mikro, pipet volumetrik, pipet tetes,

rotavapour, Tissue Tec, oven, preparat,

mikroskop cahaya, dan kamera.

Metode

Ekstraksi Daun Wungu (BPOM 2005)

Daun wungu yang telah didapat, diproses dengan dua tahapan, preparasi dan ekstraksi.

Daun wungu (Graptophyllum pictum (L.)

Griff) dikeringkan dalam oven dengan suhu

40-50°C selama 5 hari. Simplisia daun wungu

yang sudah kering kemudian digiling hingga

berukuran 100 mesh dan berbentuk serbuk

(dengan kadar air ≤ 10 %). Sampel yang

berbentuk serbuk dilanjutkan dengan metode

ekstraksi yang mengacu pada Badan

Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM

(2005) yaitu maserasi. Maserasi sampel dilakukan dengan merendam sampel dalam

etanol 70% dengan perbandingan 1:10, proses

ini dilakukan dalam maserator selama 6 jam

dan sesekali diaduk. Kemudian sampel

tersebut didiamkan selama 24 jam, maserat

yang didapat, dipisahkan. Keseluruhan sampel

dihilangkan pelarutnya dalam rotavapour

pada suhu 40°C dan dihasilkan ekstrak kering.

Ekstraksi maserasi penelitian ini (lampiran 4)

diperoleh rendemen rata-rata ekstrak kering

daun wungu pelarut etanol 70% sebesar

5,14% ± 1,31.

Uji Toksisitas Subkronik (Gad 2007)

Toksisitas subkronis dilakukan dengan

menggunakan mencit galur ddY dengan umur

2 bulan, selama 3 bulan yang terdiri dari 4

kelompok. Mencit dikelompokkan secara acak

dengan mempertimbangkan keseragaman

bobot badan. Jumlah ulangan uji toksisitas

subkronik setiap kelompok terdiri atas 10

mencit jantan (Gad 2007). Kelompok normal

yaitu tanpa menerima ekstrak daun wungu dan

hanya diberi akuades. Kelompok perlakuan

memperoleh cekokan ekstrak daun wungu

pelarut etanol 70% dengan dosis 100 mg/kg,

dosis 500 mg/kg, dan dosis 1000 mg/kg

(lampiran 7). Perlakuan tersebut dilakukan

setiap hari. Kerusakan hati, ginjal dan organ-organ pendukung akan diuji setiap bulan

terhadap kerusakan secara histopatologi. Air

minum diberikan secara ad libitum dan

dilakukan pengukuran bobot badan dan

konsumsi pakan selama perlakuan diberikan.

Pembuatan Preparat Histopatologi Hati,

Ginjal, Jantung, Otak, Limpa, Paru-paru,

dan Usus (Humason 1972; Kiernan 1990)

Metode yang digunakan adalah metode

Humason (1972) dan Kiernan (1990) yang terdiri atas 4 tahap, yaitu fiksasi, dehidrasi,

pencetakan (embedding), dan pewarnaan

(staining). Tahap fiksasi dilakukan dengan

memotong organ hati dan ginjal dengan

ukuran 2x2x1 cm, dimasukkan ke dalam

buffer neutral formalin (BNF) 10% selama

3x24 jam, kemudian dipotong lagi dengan

ukuran lebih tipis. Potongan-potongan hati

tersebut dilanjutkan ke tahap dehidrasi, yaitu

dengan perendaman menggunakan etanol

bertingkat (etanol 70%, 80%, 96%, absolut I, absolut II). Kemudian etanol dihilangkan

dengan xilol I, II, dan III masing-masing

selama 40 menit. Infiltrasi menggunakan

parafin cair dilakukan pada suhu 60°C selama

4 kali masing-masing selama 30 menit.

Sebelum pencetakan cetakan dicuci dengan

campuran etanol 96%, xilol, dan air.

Pencetakan dilakukan dengan penuangan

parafin panas dalam blok cetakan sebanyak

setengah cetakan dengan alat Tissue Tec.

Potongan hati dan ginjal dimasukan ke

dalamnya perlahan agar tidak menyentuh dasar cetakan lalu ditutup lagi dengan parafin

cair. Setelah beku organ dalam parafin

tersebut dipotong dengan alat mikrotom

setebal 4-5 um. Potongan yang diperoleh

dimasukkan ke dalam air hangat (40°C) untuk

melelehkan parafin, kemudian diletakkan

dalam kaca objek. Potongan tadi dikeringkan

dalam oven inkubator bersuhu 56°C selama

satu malam.

Tahap pewarnaan Haematoxylin Eosin

(HE) dilakukan setelah parafinisasi, yaitu preparat direndam menggunakan xilol I dan

xilol II masing-masing 2 menit, rehidrasi

Page 16: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

6

Tabel 2 Bobot badan, konsumsi pakan, dan efisiensi

Kelompok Pertambahan bobot

badan (gram/har)i

Konsumsi pakan

(gram/hari)

Efisiensi (%)

Normal 0,15 3,59 4,17 100 mg/kg 0,09 3,66 2,45

500 mg/kg 0,14 3,69 3,8

1000 mg/kg 0,16 3,81 4,2

dengan etanol absolut selama 2 menit,

kemudian dengan etanol 95% dan 80%

masing-masing selama 1 menit, dan dicuci

dengan air mengalir. Kemudian preparat

direndam dalam pewarnaan Mayer’s

Haemotoxylin selama 8 menit, dicuci dengan

air mengalir, dimasukkan ke dalam LiCl

selama 30 detik, dan dicuci kembali dengan

air mengalir. Kemudian irisan preparat diberi

pewarna eosin selama 2-3 menit, lalu dicuci.

Setelah itu, irisan hati dicelupkan dalam etanol 95% dan absolut I masing-masing

sebanyak 10 kali dan diteruskan dengan etanol

absolut II selama 2 menit, xilol I selama 1

menit dan xilol II selama 2 menit. Setelah

diangin-anginkan beberapa saat, preparat yang

telah diwarnai tersebut kemudian diberi

permounting medium dan ditutup dengan kaca

penutup. Setelah terbentuk sediaan histologi,

kemudian dilakukan analisis dan pengamatan

terhadap perubahan yang terjadi pada sel-sel

hati dengan menggunakan mikroskop cahaya dan difoto hasil pengamatannya. Pembuatan

dan pengamatan histopatologi organ

dilakukan oleh BALITVET.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Hewan Coba Selama perlakuan secara in vivo, salah satu

syarat pada perlakuan hewan coba adalah

kondisi hewan harus dalam keadaan sehat.

Beberapa parameter yang mudah diamati

untuk mengetahui kesehatan hewan coba

adalah dengan mengamati peningkatan bobot

badan dan konsumsi pakan (Lu 1995).

Kondisi tikus yang sehat ini menjadi faktor

yang penting karena dapat memperkecil nilai

galat percobaan yang terukur ketika memasuki

tahap percobaan. Gambar 2 menunjukkan grafik bobot badan hewan coba pada masa

adaptasi dan masa perlakuan. Selama masa

adaptasi, hewan coba memiliki bobot badan

18 gram hingga 20 gram. Memasuki masa

perlakuan terjadi kenaikan bobot badan

mencit seluruh kelompok. Pada kelompok 500

mg/kg dan 1000 mg/kg mengalami kenaikan

yang signifikan pada bulan kedua. Kenaikan

bobot badan mencit seluruh kelompok selama

masa perlakuan merupakan respon

pertumbuhan, khususnya kelompok perlakuan

yang mengalami kenaikan lebih tinggi

dibandingkan kelompok normal. Hal ini

dipengaruhi pula pada konsumsi pakan dan air

minum. Tabel 2 menunjukkan pertambahan

bobot badan seluruh kelompok mencit per hari

selama masa perlakuan, kelompok dosis 500

mg/kg dan 1000 mg/kg mengalami

pertambahan bobot badan sebesar 0,14 gram/

hari dan 0,16 gram/ hari, hal ini tidak berbeda nyata dengan kelompok normal yang memiliki

pertambahan bobot badan sebesar 0,15 gram/

hari. Namun kelompok 100 mg/kg mengalami

pertambahan bobot badan paling kecil, hal ini

dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan

kondisi mencit tersebut yang menyebabkan

naik turunnya bobot mencit per hari. Menurut

Smith dan Mangkoewidjojo (1988), bahwa

rata-rata pertumbuhan bobot mencit sebesar 1

gram/hari. Hasil penelitian Hadian (2004)

menunjukkan rata-rata pertambahan bobot badan mencit umur 3-8 minggu sebesar 0,49

g/hari.

Kenaikan bobot badan mencit dipengaruhi

oleh konsumsi pakan yang meningkat tiap

bulannya. Pakan yang digunakan adalah

pakan standar tikus berasal dari perusahaan

Indofeed Bogor. Menurut Priambodo (1995),

kebutuhan pakan bagi seekor tikus putih

setiap harinya kurang lebih sebanyak 10%

dari bobot tubuhnya, jika pakan tersebut

merupakan pakan kering. Konsumsi pakan mencit perhari berdasarkan tabel 2 sebesar 3,8

gram. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo

(1988), bahwa seekor mencit dewasa dapat

mengkonsumsi pakan 3-5 gram/hari. Malole

dan Pramono (1989) menyatakan bahwa

tingkat konsumsi makanan dan minuman pada

seekor mencit akan bervariasi menurut suhu

kandang, kelembaban, kualitas makanan,

kesehatan dan kadar air dalam makanan.

Efisiensi penggunaan pakan merupakan

perbandingan antara pertambahan bobot

badan dengan jumlah konsumsi pakan dalam jangka waktu tertentu. Semakin tinggi

pertambahan bobot badan dengan konsumsi

pakan yang sedikit akan meningkatkan nilai

efisien pakan tersebut, artinya dengan pakan

Page 17: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

7

Gambar 2 Bobot badan mencit selama penelitian, (----) normal, (----) 100 mg/kg, (----) 500 mg/kg, (----) 1000 mg/kg, (A) masa adaptasi, (B) masa perlakuan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Bob

ot

Ba

da

n (

g)

Minggu Ke-

Gambar 3 Jumlah kematian mencit selama

perlakuan, ■ bulan ke-1, ■ bulan ke-2,

■ bulan ke-3

0

10

20

30

40

Normal 100 500 1000

Ju

mla

h k

em

ati

an

men

cit

(%

)

Dosis (mg/kg)

yang sedikit akan dihasilkan pertambahan

bobot badan yang tinggi. Keefisienan pakan

mencit berdasarkan tabel 2, kelompok normal

sebesar 4,17%, kelompok 100 mg/kg memiliki

efisiensi terendah sebesar 2,45% dan

kelompok 1000 mg/kg memiliki efisiensi

tertinggi sebesar 4,2%. Keefisienan pakan

dipengaruhi oleh kondisi mencit, pakan, dan

lingkungan.

Potensi toksisitas subkronis (LD50)

Ekstrak daun wungu pelarut etanol 70%

memiliki kandungan senyawa alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, dan steroid (Irwan

2011). Uji toksisitas akut ekstrak daun wungu

tidak memberikan efek racun hingga dosis

4000 mg/kg. Nilai LD50 toksisitas akut tidak

dapat dihitung, hal ini dikarenakan tidak

adanya kematian hewan coba seluruh

kelompok selama masa perlakuan

(Olagbende-Dada et al. 2011). Sehingga

diperlukan uji toksisitas subkronis untuk mengetahui efek racun yang terdapat pada

tanaman obat dalam jangka waktu lama.

Gambar 3 menunjukkan jumlah kematian

mencit selama masa perlakuan, kelompok

normal memiliki jumlah kematian lebih

banyak dibandingkan dengan kelompok

perlakuan. Kondisi beberapa organ mencit

kelompok normal pada masa perlakuan

berdasarkan hasil histopatologi mengalami

gangguan yaitu pada organ ginjal, jantung,

dan paru-paru. Organ ginjal mengalami gangguan kongesti dan nekrosis tubulus.

Organ jantung mengalami gangguan

degenerasi serabut otot dan kongesti. Dan

organ paru-paru mengalami gangguan

bronkopneumonia dan infiltrasi sel

mononuklear. Gangguan yang terjadi pada

organ ginjal dan jantung disebabkan oleh zat

toksik (Lu 1995), sedangkan gangguan pada

organ paru-paru disebabkan oleh virus

(Hunter 2006). Kematian kelompok normal

dapat disebabkan oleh kerusakan yang terjadi

pada organ jantung dan paru-paru. Kerusakan yang terjadi dapat diakibatkan oleh faktor

lingkungan. Menurut Malole dan Pramono

(1989) bahwa temperatur kandang yang ideal

untuk mencit adalah 18-29oC dengan rataan

22oC dan kelembaban relatif 30-70%.

Kandang tidak boleh ditempatkan pada area

B

A

A

Page 18: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

8

Tabel 3 Hasil pengamatan histopatologi

ginjal untuk berbagai kelompok

Kelompok Bulan Ke-

1 2 3

Normal Kongesti Nekrosis tubulus

Kongesti

100 mg/kg TAKS TAKS Kongesti

500 mg/kg Kongesti Nekrosis tubulus

Kongesti

1000 mg/kg

Kongesti Nekrosis tubulus

Kongesti

TAKS: Tak ada kelainan spesifik

yang bising dan harus memiliki pertukaran

udara yang baik, kelembaban yang baik serta

bebas dari debu. Mencit lebih menyukai

tempat yang gelap (Rakhmadi 2008). Alas

kandang berupa serbuk kayu merupakan salah

satu faktor berkembang baiknya mencit

selama penelitian karena alas kandang harus

non alergi, bebas debu, nontoksik dan kering

untuk mencegah timbulnya gangguan berupa

bau dan iritasi selaput lendir. Alas kandang

pada mencit berfungsi sebagai tempat untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti tempat

tidur, tempat beranak dan tempat membuang

kotoran (Malole dan Pramono 1989). Menurut

Rakhmadi (2008), bahwa penyediaan sekat

alas kandang atau roda kawat pada kandang

dapat melatih mencit untuk lebih aktif

bergerak dan bermain. Sebaliknya, kondisi

mencit pada kandang tanpa sekat terlihat tidak

terlalu aktif. Kegiatan mencit lebih banyak

digunakan untuk makan dan tidur. Bulu

terlihat agak kusam karena bersentuhan langsung dengan alas yang sudah kotor

bahkan ada beberapa mencit yang menjadi

rontok bulu. Menurut Blackley dan David

(1991), kondisi lingkungan yang baik dan

sesuai dengan kebutuhan ternak dapat

menurunkan angka mortalilas. Mortalitas

mencit dipengaruhi oleh kualitas pakan,

kepekaan terhadap penyakit, suhu,

kelembaban, dan manajemen pemeliharaan

mencit.

Gambar 3 juga menunjukkan bahwa jumlah kematian kelompok dosis 100 mg/kg

lebih banyak dibandingkan dengan kelompok

dosis 1000 mg/kg. Hal ini tidak sesuai dengan

pernyataan Guyton dan Hall (1997) bahwa

kisaran tingkat dosis yang digunakan yaitu

dosis terendah yang hampir tidak mematikan

seluruh hewan percobaan dan dosis tertinggi

yang dapat menyebabkan kematian seluruh

atau hampir seluruh hewan percobaan. Hasil

histopatologi menunjukkan bahwa terdapat

kerusakan pada organ ginjal, paru-paru, dan

jantung khususnya pada kelompok 100 mg/kg dan 500 mg\/kg, yang menyebabkan jumlah

kematiannya lebih banyak dibandingkan

kelompok 1000 mg/kg. Perhitungan LD50

berdasarkan persamaan garis diperoleh nilai

LD50 toksisitas subkronis ekstrak daun wungu

pelarut etanol 70% sebesar 0,04 mg/kg

(lampiran 5), namun hasil perhitungan ini

tidak dapat dijadikan acuan. Hal ini

dikarenakan jumlah kematian pada kelompok

100 mg/kg lebih banyak dibandingkan dengan

kelompok 1000 mg/kg, serta kelompok normal yang memiliki jumlah kematian lebih

banyak dibandingkan kelompok perlakuan.

Sehingga nilai LD50 toksisitas subkronis

ekstrak daun wungu pelarut etanol 70% tidak

dapat diperoleh.

Gambaran Histopatologi Ginjal

Ginjal merupakan organ utama yang

terkena efek toksisitas jika tubuh terpapar zat

toksik. Fungsi utama ginjal adalah

mengeluarkan limbah metabolisme,

memusnahkan bahan toksik, mengatur cairan

garam, keseimbangan asam basa, serta mengatur tekanan darah (Dellmann & Brown

1992). Hasil pengamatan histopatologi ginjal

mencit selama masa perlakuan berdasarkan

tabel 3 menunjukkan bahwa kondisi ginjal

pada kelompok normal mengalami kongesti

dan nekrosis tubulus. Kongesti adalah suatu

keadaan adanya darah yang berlebihan di

dalam pembuluh pada daerah tertentu.

Kongesti pada pembuluh darah dapat

berlangsung sesaat atau kongesti akut, atau

dapat berlangsung lama atau kongesti kronis. Jika kongesti berlangsung sesaat, maka tidak

ada pengaruh pada jaringan tersebut. Kongesti

kronis, terdapat perubahan-perubahan yang

permanen dalam jaringan. Keadaan tersebut

memungkinkan terjadinya hipoksia jaringan

yang dapat mengakibatkan penyusutan atau

hilangnya sel-sel dari jaringan (Price and

Wilson 1988). Masuknya suatu substansi

toksik ke dalam tubuh dalam waktu yang lama

akan menyebabkan nekrosis tubulus ginjal

(Runnels et al. 1965). Tubulus proksimal merupakan bagian yang paling mudah

mengalami perlukaan akibat iskemia dan zat

toksik. Hal ini dikarenakan pada tubulus

proksimal terjadi proses absorbsi dan sekresi

(Lu 1995).

Kondisi ginjal pada kelompok perlakuan

tidak berbeda nyata dengan kondisi ginjal

kelompok normal (Gambar 4), terjadi kongesti

dan nekrosis tubulus selama perlakuan.

Kongesti dan nekrosis tubulus dapat

disebabkan oleh perlakuan dengan sediaan uji.

Kelompok 100 mg/kg tidak ada kelainan spesifik pada organ ginjal hingga bulan kedua

Page 19: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

9

Gambar 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama, (1) glomerulus, (2) tubulus proksimal,

() kongesti

masa perlakuan, pada bulan ketiga terjadi

kongesti. Kelompok 500 mg/kg dan 1000

mg/kg mengalami kongesti dan nekrosis

tubulus, nekrosis tubulus organ ginjal

diindikasikan sebagai salah satu faktor

penyebab kematian mencit, hal ini

ditunjukkan pada gambar 3 bahwa jumlah

kematian terbanyak terjadi pada bulan kedua

masa perlakuan. Pada kerusakan sel epitel

tubuli terjadi akibat masuknya toksin yang

menyebabkan kerusakan membran sel, yang

ditandai dengan penurunan ATP untuk penyediaan energi. Dalam hal ini ATP

dibutuhkan untuk proses reabsorpsi zat-zat

dan cairan dalam tubulus. Kerusakan pada

membran sel akan menurunkan produksi ATP

yang dihasilkan di mitokondria dan

pengurangan pompa sodium, sehingga

keseimbangan pengaturan ion sodium-

potasium intraselular terganggu (Cheville

2006). Kegagalan dalam mengatur

keseimbangan ion sodium intraselular

mengakibatkan masuknya sejumlah cairan secara berlebih ke dalam sel. Peningkatan

cairan intraselular tersebut menyebabkan

kebengkakan pada sel, termasuk mitokondria

dan retikulum endoplasmik kasar (Jones et al.

2006). Pada sel yang mengalami kerusakan

tersebut dinamakan degenerasi hidropis epitel

tubuli. Adanya gangguan pada tubuli

mengakibatkan daya selektifitas tubuli

menurun sehingga mempengaruhi

homeostasis tubuh (Hatzios 2005). Sehingga,

semakin lama pemberian ekstrak daun wungu

dan semakin besar dosis yang digunakan, akan

memberikan efek kerusakan pada organ

ginjal.

Gambaran Histopatologi Hati

Hati merupakan salah satu organ yang

terlibat dalam metabolisme zat makanan serta

sebagian besar obat dan toksikan. Organ ini

paling umum mengalami kerusakan karena

racun. Hal ini disebabkan hati menerima

suplai darah dari vena porta sekitar 80% yang

mengalir dari saluran pencernaan (Maclachlan

& Cullen 1995). Hasil uji histopatologi hati

mencit selama perlakuan berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa kondisi hati kelompok

normal tidak mengalami kelainan spesifik

Normal

Page 20: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

10

Tabel 4 Hasil pengamatan histopatologi

hati untuk berbagai kelompok

Kelompok Bulan ke-

1 2 3

Normal TAKS TAKS TAKS

100 mg/kg PMN TAKS PMN

500 mg/kg PMN TAKS TAKS

1000 mg/kg PMN TAKS TAKS

TAKS : Tak ada kelainan spesifik

PMN : Polimorfonuklear

Gambar 5 Histopatologi hati mencit bulan pertama, (1) polimorfonuklear, (2) vena centralis, (3) portal tract

selama perlakuan. Kondisi hati pada kelompok perlakuan tidak memberikan

kerusakan yang berarti terhadap organ, namun

terjadi efek yang diakibatkan pemberian

ekstrak daun wungu, yaitu terdapatnya sel

polimorfonuklear (Gambar 5). Bulan pertama

perlakuan pada seluruh kelompok perlakuan

terdapat sel polimorfonuklear. Sel ini timbul

diakibatkan oleh masuknya zat asing ke dalam

tubuh seperti ekstrak daun wungu yang

menyebabkan terjadinya radang akut hingga

terjadinya luka pada organ hati. Sel

polimorfonuklear termasuk sel neutrofil, yaitu sel pertahanan pertama terhadap kontaminasi

mikroba pada peradangan. Fungsi neutrofil

adalah membersihkan daerah luka dari benda

asing, bakteri (Singer dan Clark 1999) fungi,

protozoa, virus dan sel-sel yang rusak atau

mati (McGavin dan Zachary 2007). Neutrofil

dibentuk di dalam sumsum tulang belakang

(Tizard 1988). Bulan kedua dan ketiga seluruh

kelompok perlakuan tidak ada kelainan

spesifik pada organ hati. Pemberian ekstrak

daun wungu pelarut etanol 70% tidak memberikan kerusakan yang berarti pada

organ hati, hal ini didukung dengan kondisi

organ hati kelompok normal yang tidak

mengalami kelainan spesifik.

Pengamatan Histopatologi Organ

Pendukung

Otak adalah bagian dari susunan saraf

pusat yang terletak di dalam cavum cranii (rongga tengkorak). Berdasarkan strukturnya,

fungsi otak secara umum berkaitan dengan

fungsi vital somatik, otonomik, reflek, dan

suatu fungsi vegetatif agar dapat bertahan

hidup dan memelihara kehidupan (Mardiati

1996). Hasil pengamatan histopatologi otak

mencit berdasarkan tabel 5 menunjukkan

bahwa kondisi otak pada kelompok normal

Normal

Page 21: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

11

Gambar 6 Histopatologi otak bulan pertama, (1) nefron.

Gambar 7 Histopatologi usus bulan pertama, (1) sel goblet, (2) vili mukosa

Tabel 6 Hasil pengamatan histopatologi usus untuk berbagai kelompok

Kelompok Bulan ke-

1 2 3

Normal Sel

goblet TAKS (-)

100 mg/kg Sel

goblet

Payer

patches TAKS

500 mg/kg Sel

goblet TAKS (-)

1000 mg/kg Sel

goblet TAKS

Payer patches

TAKS: Tak ada kelainan spesifik

(-): Tidak dilakukan

Tabel 5 Hasil Pengamatan histopatologi

otak untuk berbagai kelompok

Kelompok Bulan ke-

1 2 3

Normal TAKS TAKS TAKS

100 mg/kg TAKS TAKS TAKS 500 mg/kg TAKS TAKS TAKS

1000 mg/kg TAKS TAKS TAKS

TAKS: Tak ada kelainan spesifik

tidak mengalami kelainan spesifik selama perlakuan. Kondisi otak pada kelompok

perlakuan tidak berbeda nyata dengan

kelompok normal (gambar 6). Pemberian

ekstrak daun wungu pelarut etanol 70% tidak

memberikan kerusakan yang berarti terhadap

organ otak.

Usus halus merupakan bagian dari sistem

pencernaan yang berfungsi mencerna dan

menyerap zat-zat makanan seperti asam

amino, lipid dan monosakarida (Banks 1993).

Fungsi utama usus halus adalah absorbsi mikronutrien, mineral dan vitamin. Beda

lokasi usus halus, berbeda pula jenis

mikronutrien yang diabsorbsi (Kandi 2008).

Pengamatan histopatologi organ usus mencit

kelompok normal selama perlakuan

berdasarkan tabel 6, timbulnya sel goblet pada

bulan pertama, dan tidak ada kelainan spesifik

pada bulan kedua dan ketiga.

Kondisi usus pada kelompok perlakuan

tidak mengalami kerusakan yang berarti,

namun terjadi beberapa efek yang diakibatkan pemberian ekstrak daun wungu pelarut etanol

70% (gambar 7). Efek yang ditimbulkan

seperti terjadinya sel goblet dan payer

patches. Kelompok perlakuan di bulan

pertama terdapat banyak sel goblet. Sel goblet

timbul akibat dari pemberian ekstrak daun

wungu pelarut etanol 70%. Salah satu

komponen pertahanan usus halus dan usus besar adalah sel goblet, yang menghasilkan

mukus dan berfungsi untuk mengeluarkan

benda atau zat asing yang masuk (Ardyanti

2006). Bulan kedua pada kelompok 100

mg/kg terdapat payer patches. Payer patches

adalah sekelompok sel goblet yang berada

pada folikel getah bening dan membentuk

daun payer (Murray et al. 1999). Bulan ketiga

pada kelompok 100 mg/kg tidak ada kelainan

spesifik. Sel Goblet dan payer patches

merupakan respon usus terhadap senyawa toksik, hal ini bersifat sementara, karena pada

bulan ketiga tidak terdapat sel goblet dan

Page 22: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

12

Tabel 7 Hasil pengamatan histopatologi

jantung mencit untuk berbagai

kelompok

Kelompok Bulan ke-

1 2 3

Normal

De-generasi

serabut

otot

Kongesti

De-generasi

serabut

otot

100

mg/kg TAKS

De-

generasi

serabut

otot

De-

generasi

serabut

otot

500

mg/kg

De-

generasi

serabut

otot

De-

generasi

serabut

otot

De-

generasi

serabut

otot 1000

mg/kg TAKS TAKS TAKS

TAKS: Tak ada kelainan spesifik

Gambar 8 Histopatologi jantung bulan pertama, (1) degenerasi serabut otot, (2) serabut otot

payer patches. Bulan kedua dan ketiga

kelompok 500 mg/kg tidak mengalami

kelainan spesifik pada organ usus. Kelompok

1000 mg/kg tidak mengalami kelainan

spesifik pada bulan kedua dan pada bulan

ketiga terjadi payer patches di organ usus.

Pemberian ekstrak daun wungu pelarut etanol

70% berbagai dosis tidak memberikan

kerusakan yang berarti pada usus namun

memberikan efek dari pemberian ekstrak, hal

ini mengakibatkan munculnya sel goblet dan payer patches yang sifatnya sementara.

Jantung adalah sebuah organ berotot

dengan empat ruang yang terletak di rongga

dada, dibawah perlindungan tulang iga, sedikit

ke posisi kiri sternum. Jantung terdapat di

dalam sebuah kantong longgar berisi cairan

yang disebut perikardium. Keempat ruang

jantung adalah atrium kiri dan kanan serta

ventrikel kiri dan kanan (Corwin 2001).

Pengamatan histopatologi jantung mencit

berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa kondisi jantung kelompok normal mengalami

degenerasi serabut otot dan kongesti (gambar

8). Degenerasi merupakan perubahan

morfologi tidak berakibat fatal dan masih

dapat pulih. Degenerasi menyebabkan

gangguan pada metabolisme karbohidrat,

protein, dan lemak pada sel (MacKenzie &

Alison 1990). Kongesti adalah keadaan di

mana terdapat darah secara berlebihan di

dalam pembuluh darah pada daerah tertentu

(Ressang 1984). Kondisi jantung pada kelompok 100

mg/kg dan 500 mg/kg mengalami degenerasi

serabut otot selama perlakuan, namun

kelompok 1000 mg/kg tidak mengalami

kelainan spesifik pada organ jantung.

Pemberian ekstrak daun wungu pelarut etanol

70% dapat menyebabkan terjadinya kerusakan

pada organ jantung. Jantung yang mengalami

kelemahan karena degenerasi otot tidak dapat

berkontraksi secara normal sehingga

menyebabkan pemompaan darah tidak

sempurna. Akibatnya, pembuluh darah jantung tidak terisi cukup darah sehingga

tekanan darah turun. Penurunan tekanan darah

secara cepat mengakibatkan berkurangnya

suplai darah sehingga menimbulkan kondisi hipoksia, yang akhirnya menyebabkan daya

kerja jantung semakin melemah (Carlton &

McGavin 1995). Menurut Lu (1995), jantung

mudah dirusak oleh berbagai jenis zat kimia

karena merupakan salah satu organ sasaran.

Zat kimia bekerja secara langsung atau tidak

langsung pada otot jantung melalui susunan

saraf atau pembuluh darah. Suatu toksikan

dapat mempengaruhi salah satu dari pembuluh

darah dan akibat yang ditimbulkan tergantung

dari seberapa penting organ yang disuplai darah oleh pembuluh darah yang terkena.

Limpa adalah jaringan limfoid yang

membentuk organ paling besar dalam tubuh

hewan (Hartono 1992). Fungsi utama limpa

ialah menyimpan darah yang tidak ikut dalam

peredaran darah (Ressang 1984). Pengamatan

histopatologi limpa mencit berdasarkan tabel

8 menunjukkan kondisi limpa kelompok

normal tidak ada kelainan spesifik selama

masa perlakuan. Kondisi limpa kelompok

perlakuan juga tidak ada kelainan spesifik,

namun pada kelompok 500 mg/kg di bulan ketiga terjadi deplesia. Deplesia pulpa merah

adalah nekrosis yang terjadi pada bagian

pulpa merah. Kondisi limpa kelompok

Page 23: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

13

Gambar 9 Histopatologi paru-paru bulan pertama, (1) alveol, (2) pneumonia dan infiltrasi sel mononuklear, (3) infiltrasi sel mononuklear

Tabel 9 Hasil pengamatan histopatologi paru-paru mencit untuk berbagai kelompok

Kelompok Bulan ke-

1 2 3

Normal TAKS

Bronko pneumonia

dan infiltrasi sel

mononuklear

TAKS

100 mg/kg

Pneumonia dan

infiltrasi sel

mononuklear

Pneumonia dan

infiltrasi sel

mononuklear

Edema, hiperemia,

dan infiltrasi sel

mononuklear

500 mg/kg Infiltrasi sel

mononuklear Edema pulmonum

Edema pulmonum

dan infiltrasi sel

mononuklear

1000 mg/kg TAKS TAKS Edema

TAKS: Tak ada kelainan spesifik

Tabel 8 Hasil pengamatan histopatologi

limpa mencit untuk berbagai

kelompok

Kelompok Bulan ke-

1 2 3

Normal TAKS TAKS TAKS

100 mg/kg (-) TAKS TAKS

500 mg/kg (-) TAKS

Deplesia

pulpa

merah

1000 mg/kg

(-) TAKS TAKS

TAKS : Tak ada kelainan spesifik

(-) : Tidak dilakukan

perlakuan tidak berbeda nyata dengan

kelompok normal yang tidak ada kelainan

spesifik. Pemberian ekstrak daun wungu

pelarut etanol 70% tidak memberikan efek

kerusakan yang berarti terhadap organ limpa.

Pengamatan histopatologi organ paru-paru

mencit berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa kondisi paru-paru kelompok normal

mengalami bronkopneumonia dan infiltrasi sel

mononuklear. Bronkopneumonia adalah

terjadinya pneumonia pada bagian

bronkiolitis. Pneumonia terjadi akibat respon

inflamasi terhadap mikroorganisme pada

parenkim paru normal (Hunter 2006).

Infiltrasi sel mononuklear merupakan salah

satu sistem pertahanan dari zat asing yang

dimiliki organ paru-paru. Infiltrasi sel

mononuklear muncul akibat adanya

bronkopneumonia.

Kondisi paru-paru kelompok perlakuan

mengalami pneumonia, infiltrasi sel

mononuklear, edema, dan hiperemia (gambar

9). Efek kerusakan yang terjadi pada

kelompok perlakuan dapat disebabkan oleh

pemberian ekstrak daun wungu pelarut etanol 70%. Kelompok 100 mg/kg mengalami

pneumonia hingga bulan kedua perlakuan.

Mikroorganisme pneumonia akan merusak

kapiler alveolar, sehingga dapat menyebabkan

kesulitan bernapas. Hal ini dapat diperparah

oleh kelemahan jantung, sehingga paru-paru

semakin kekurangan oksigen dan dapat

menyebabkan kematian. Bulan ketiga pada

kelompok 100 mg/kg mengalami edema dan

hiperemia. Edema merupakan pengumpulan

cairan abnormal pada kompartemen ekstrasel yang ditandai dengan meningkatnya volume

cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler disertai

dengan penimbunan cairan di sela-sela

jaringan atau rongga serosa (Spector dan

Spector 1993). Hiperemia adalah keadaan di

mana terdapat darah secara berlebihan di

dalam pembuluh darah pada daerah tertentu

Page 24: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

14

(Ressang 1984). Adanya edema dan hiperemia

menyebabkan terjadinya infiltrasi sel

mononuklear, sel ini merupakan sel

pertahanan paru-paru untuk membersihkan

luka yang diakibatkan oleh zat asing.

Kelompok 500 mg/kg mengalami edema

selama masa perlakuan. Edema terjadi akibat

dari kongesti yang berkelanjutan, saat kondisi

vena yang terbendung (kongesti), maka terjadi

peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular

yang menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan

plasma ini akan mengisi pada sela-sela

jaringan ikat longgar dan rongga badan,

sehingga terjadi edema (Marchelinda 2011).

Pemberian ekstrak daun wungu pelarut 70%

menyebabkan kongesti hingga terjadi edema.

Edema juga terjadi pada kelompok 1000

mg/kg pada bulan ketiga. Pemberian ekstrak

daun wungu pelarut etanol 70% dalam waktu

lama akan memberikan efek kerusakan pada

organ paru-paru. Pemberian ekstrak daun wungu pelarut

etanol 70% memberikan efek kerusakan pada

beberapa organ pendukung. Kelompok 100

mg/kg dan 500 mg/kg mengalami kerusakan

pada organ jantung dan paru-paru. Sedangkan

kelompok 1000 mg/kg tidak memberikan efek

kerusakan yang berarti terhadap histopatologi

beberapa organ pendukung.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak daun wungu pelarut etanol 70%

tidak diperoleh nilai LD50 toksisitas subkronis.

Pemberian ekstrak daun wungu pelarut etanol

70% dosis 100 mg/kg dan 500 mg/kg

memberikan kerusakan pada organ ginjal,

jantung, dan paru-paru, serta dosis 1000 mg/kg hanya memberikan kerusakan pada

organ ginjal. Pemberian ekstrak daun wungu

pelarut etanol 70% memberikan kerusakan

pada beberapa organ.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk

mengetahui tingkah laku, berat organ, nilai

LD50, dan menggunakan hewan coba

terstandar, serta fasilitas kandang yang lebih

baik.

DAFTAR PUSTAKA

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia. 2005.

Gerakan Nasional Minum Temulawak.

Jakarta : BPOM RI.

[BPOM RI] Badan Pengawasan Obat dan

Makanan Republik Indonesia. 2006.

Monograf Ekstrak Tanaman Obat

Indonesia. Jakarta: BPOM RI.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. 2007. Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia nomor

381/Menkes/SK/III/2007 tentang

Kebijakan Obat Tradisional Nasional

tahun 2007. Jakarta: Depkes.

[Deptan] Departemen Pertanian Republik

Indonesia. 2007. Peraturan Menteri

Pertanian Nomor

07/Permentan/SR.140/2/2007 tentang

Syarat dan Tatacara Pendaftaran

Pestisida. Jakarta: Deptan

Ardyanti FJ. 2006. Perbandingan gambaran

histopatologi, gambaran darah dan

kimia darah kambing pasca pemberian

daun lamtoro merah (Acacia villosa)

dan kalliandra (Calliandra calothyrsus)

[skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor.

Balls, James M, Jacqueline B. 1991. Animals and Alternatives in Toxicology.

Cambridge: Great Britain at the

University Press.

Banks WJ. 1993. Applied Veterinary

Histology. 3rd Edition. Philadelphia:

Mosby.

Blackley J dan HB David. 1991. Ilmu

Peternakan. Edisi ke-4. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Carlton WW, McGavin MD. 1996. Thomson's

Spesial Veterinary Pathology ed ke-2. St Louis: Mosby.

Cheville NF. 2006. Cell Death and Cell

Recovery. In: Introduction to

Veterinary Pathology Edisi 3. USA:

Blackwell Publishing.

Corwin EJ. 2001. Buku Saku Patofisiologi.

Pendit UB, penerjemah; Endah P,

editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari:

Handbook of pathophysiology.

Page 25: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

15

Dalimartha. 1999. Ramuan Tradisional untuk

Pengobatan Hepatitis. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Darmansjah I. 1995. Toksikologi. Di dalam:

Ganiswarna SG, editor. Farmakologi

dan Terapi. Jakarta: Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dellmann HD, dan Brown EM. 1992. Buku

teks Histologi Veteriner. Ed ke-3.

Hartono R, penerjemah. Jakarta: UI

Press. Terjemahan dari: Textbook of

veterinary histology.

Dyce KM, Sack WO, Wensing CJG. 2002.

Textbook of Veterinary Anatomy. Ed

ke-3. Philadelphia: Elsevier.

Environmental Protection Agency (EPA).

1998. Health effect Test Guidlines. OPPTS 870.1100. Acute Toxicity

Testing- Acute Oral Toxicity. EPA

712-C-98-190.

Gad S.C. 2007. Animal Models in Toxicology.

Ed ke-2. Taylor & Francais: Boca

Raton.

Gamse T. 2002. Liquid-liquid Extraction and

Solid-Liquid Extraction. New York:

Graz Pr.

Ganong WF. 2003. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. Jakarta: EGC.

Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9.

Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A,

penerjemah; Setiawan I, editor.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,

EGC.

Hadian S. 2004. Performa Hasil Silangan

Mencit Agouti dan Mencit Putih pada

Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma

Domestica) dalam Ransum [skripsi].

Bogor: Fakultas Peternakan Institut

Pertanian Bogor

Harada T, Akiko E, Gary AB, Robert RM.

1999. Liver and Gallblader. Di dalam:

Maronpot RR, Gary AB, Beth WG,

editor. Pathology of The mouse. USA:

Cache River Press.

Harmita & Radji M. 2008. Buku Ajar Analisis

Hayati Ed. 3. Jakarta: EGC.

Hartono. 1992. Histologi Veteriner. Bogor:

FKH-IPB.

Hatzios KK. 2005. Metabolism and

Elimination of Toxicants. Di dalam:

Hock B dan Elstner EF. Plant

Toxicology. Edisi ke-4. Marce Dekker.

New York.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna

Indonesia. Jilid III. Badan Litbang

Kehutanan. Departemen Kehutanan,

Jakarta.

Humason GL. 1972. Animal Tissue

Techniques. Ed ke-3. San Fransisco:

WH Freeman.

Huminto H, Bahagia S, Estuningsih S,

Koesharto FX. 1995. Patologi Gizi.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Kejuruan. Proyek Peningkatan

pendidikan dan Kejuruan Non Teknik

II.

Hunter JD. 2006. Ventilator associated

pneumonia. Postgrad Med J 82: 172-8

Irwan F. 2011. Aktivitas Antidiabetes dan

Analisis Fitokimia Ekstrak Air Dan

Etanol Daun Wungu (Graptophyllum

pictum (L.) Griff) [skripsi]. Bogor:

Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor.

Jones TC, Ronald DH, Norval WK. 2006.

Veterinary Pathology. Edisi ke-6.

USA: Blackwell Publishing.

Kandi MM. 2008. Gambaran Histologis Usus

Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang

Diberi Ransum Daging Hasil Fermentasi dengan Lactobacillus

plantarum 1B1 [skripsi]. Bogor:

Fakultas Peternakan Institut Pertanian

Bogor.

Kaplan LA & Pesce JA. 1998. Clinical

Chemistry: Theory Analysis and

Correlation. Ed ke-3. New York:

Mosby Year Book.

Kiernan JA. 1990. Histological and

Histochemical Methods: Theory and

Practice. 2nd Ed. Pengamon:

Page 26: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

16

Departement of Anatomy The

University of Western Ontario.

Koeman JH. 1987. Pengantar Umum

Toksikologi (terjemahan).Yogyakarta :

Gajah Mada University Press.

Kumalasari. LOR. 2006. Pemanfaatan Obat

Tradisional dengan Pertimbangan

Manfaat dan Keamanannya. Majalah

Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No. 1,

April 2006, 01-07

Kusnaeni V. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Fraksi n-Heksana dari

ekstrak kulit batang Angsret

(Spathoda campanulata Beauv)

[skripsi]. Malang: Jurusan Kimia.

Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya.

Loomis TA. 1978. Essential Of Toxicology.

3rd ed. Philadelphia: Lea & Febiger.

Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar : Asas,

Organ, Sasaran, dan Penilaian Resiko.

Ed 2. Jakarta: UI Press.

Maclachlan NJ, Cullen JM. 1995. Liver, Billiary System, and Exocrine

Pancreas. Di dalam: Carlton WW,

McGavin MD, editor. Thomson’s

Special Veterinary Pathology. Ed ke-2.

New York: Mosby Yearbook.

MacKenzie WF, Alison R. 1990. Heart. Di

dalam: Pathology of the Fischer Rat

Reference and Atlas. Australia: Academic Press

Malole MBM dan Pramono CS. 1989.

Penggunaan Hewan-hewan Percobaan

Laboratorium. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Pusat Antar

Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Marchelinda C. 2011. Kajian Histopatologi

Paru-Paru Ayam Broiler yang Diuji

Tantang Virus Avian Infulenza (H5N1)

setelah Pemberian Ekstrak Tanaman

Sirih Merah (Piper Crocatum)

[skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor

Mardiati R. 1996. Buku Kuliah Sistem Otak

Manusia. Edisi ke-1. Jakarta: CV

Agung Seto

Martini F. 1992. Fundamental of Anatomy

and Physiology. Ed ke-2. USA : A

Simon and Schuster Company.

Maxie MG. 1993. The Urinary System. Di

dalam: Jubb KVF, Peter CK and Nigel

P, editor. Pathology of Domestic

Animal. Ed ke-4. Volume ke-2. London: Academic Press.

McGavin D dan Zachary J. 2007. Pathologic

Basic Veterinary Disease . Philadelpia:

Elsevier Inc.

Murray RK, Daryl KG, Peter AM, Viktor

WR. 1999. Biokimia Harper, ed 24.

Jakarta: EKG

Olagbende-Dada SO, Ukpo GE, Coker

HAB, Adesina SA. 2011. Blood

glucose lowering effect of aqueous

extract of Graptophyllum pictum (Linn) Griff. on alloxan-induced

diabetic rats and its acute toxicity in

mice. African Journal of Biotechnology

10(6), pp. 1039-1043

Priambodo S. 1995. Pengendalian Tikus

Terpadu. Seri PHT. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Price SA and Wilson LM. 1988.

Pathophysiology Clinical Concepts of

Diseases Processes Ed 2. Jakarta:

EGC.

Price SA, Wilson LM. 1995. Fisiologi Proses-proses Penyakit. Alih bahasa:

Anugerah P. Edisi empat . Jakarta.

Rahayu L, Damayanti R, Wikanta T. 2006.

Gambaran histopatologi pankreas tikus

hiperglikemia setelah mengkomsumsi

k-karagenan dan i-karagenan. Jurnal

Ilmu Kefarmasian Indonesia 4(2): 96-101.

Rakhmadi I. 2008. Performa Mencit Jantan

(Mus Musculus) Umur 28-63 hari pada

Kandang tanpa Sekat dan Bersekat

dengan Alas Kandang yang Berbeda

[skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan

IPB

Ressang AA. 1984. Patologi khusus veteriner. Ed ke-2. Bali: Percetakan Bali.

Runnels RA, WS Monlux & AW Monlux.

1965. Principles of Veterinary

Page 27: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

17

Pathology. Ed 7. Iowa: The Iowa State

University Press.

Seely JC. 1999. Kidney. Di dalam: Maronpot

RR, Gary AB, Beth WG, editor.

Pathology of The mouse. USA: Cache

River Press.

Simpen I. 2008. Isolasi cashew nut shell liquid

dari kulit jambu mete (Anarcadium

occidentalle L) dan kajian beberapa

sifat fisiko-kimianya. J Kimia 2:71-76.

Singer AJ dan Clark RAF. 1999. Cutaneus Wond Healing. N England J Med.

341:738-154.

Smith JB dan Mangkoewidjojo. 1988.

Pemeliharaan Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Percobaan di

Daerah Tropis. Jakarta: UI press.

Soedibyo M. 1998. Alam Sumber Kesehatan,

Manfaat dan Kegunaan. Jakarta: Balai

Pustaka.

Soenanto H. 2005. Musnahkan Penyakit

dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa Swara.

Spector WG, Spector TD. 1993. Pengantar

Patologi Umum. ED ke 3. Soetjipto

NS,Harsoyo,Hana A,Astuti P,

penerjemah: Moelyono MPE, editor.

Yogyakarta: Gajah Mada University

Press. Terjemahan dari: An

Introduction to General Pathology. 3th Edition.

Stockham SL, Scott MA. 2002. Fundamentals

of Veterinary Clinical Pathology. Ed

ke-1. Iowa state Pr. Blackwell

Publishing Co.

Sudarmadji S, Haryono B dan Suhardi. 2003.

Prosedur Analisa Bahan Makanan dan

Pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Sudjadi 1986. Metode Pemisahan.

Yogyakarta: UGM-Press.

Sudono A. 1981. Pengaruh Interaksi antara

Genotipe dan Lingkungan terhadap

Pertumbuhan, Keefisienan Makanan,

Daya Reproduksi, dan Produksi Susu

Mencit [Desertasi]. Bogor: Pasca

Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Syamsuhidayat SS dan Hutapea R. 1991.

Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I).

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Departemen Kesehatan RI.

Taofik M. 2010. Isolasi dan Identifikasi

Senyawa Aktif Ekstrak Air Duan

Paitan (Thitonia diversifolia) sebagai Bahan Insektisida Botani Untuk

Pengendalian Hama Tungau

Eriohyidae [skripsi]. Malang: Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri Malang

Thomas ANS. 1989. Tanaman Obat

Tradisional I. Yogyakarta: Kanisius.

Tizard I. 1988. Pengantar Imunologi

Veteriner. Surabaya: Airlangga

University Press.

Underwood JCE. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Sarjadi, penerjemah.

Jakarta: EGC. Terjemahan dari:

General and systematic pathology.

Wahjoedi B, Astuti YN, Winarno W,

Pudjiastuti, Nuratmi B. 1996.

Penelitian Toksisitas Subkronik Infus

Daun Johar (Cassia Slamea Lamk.)

pada Tikus Putih. Bul. Penelitian

Kesehatan vol 24(4)

Wahyono, Hakim L, Wahyuono, S, Mursyidi

A, Verpoorte R., Timmerman H. 2003.

Isolation of Tracheospasmolytic

Compounds From Piper cubeba

Fruits. Ind. J. of Pharm., 14 (3), 119-23

Wijayakusuma H, S Dalimartha dan AS Wirian. 1996. Tanaman Berkhasiat

obat di Indonesia. Jilid ke-4. Jakarta:

Pustaka Kartini.

Page 28: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

18

LAMPIRAN

Page 29: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

19

Lampiran 1 Gambaran umum penelitian

Preparasi sampel

Ekstraksi etanol 70%

Uji Toksisitas Subkronis

Simplisia

Ekstrak kasar

Histopatologi Hati, Ginjal, dan Organ

pendukung

Daun Wungu

(Graptophyllum pictum (L.)

Griff)

Page 30: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

20

Lampiran 2 Diagram alir uji toksisitas subkronis

Ekstrak Etanol 70%

Dosis 100

mg/kg

Dosis 1000

mg/kg

Dosis 500

mg/kg

Pencekokan

mencit

kelompok II

Pencekokan

mencit kelompok

III

Pencekokan

Mencit kelompok

IV

Pencekokan

mencit

kelompok I

(@10 ekor)

Selama 3 bulan

Pengamatan LD50

Akuades

Page 31: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

21

Lampiran 3 Diagram alir histopatologi organ

Sampling Organ

Fiksasi

Dalam BNF 10% selama 6-48 jam

Dehidrasi

(Penghilangan air dengan etanol 70%, 80%, 90%, 95% etanol absolut I

dan etanol absolut II masing-masing selama 2 jam)

Clearing

(Pembersihan dengan Xilol I dan Xilol II)

Embedding

(Penanaman jaringan dalam parafin)

Sectioning

(Pengirisan dengan menggunakan mikrotom setebal 5μm)

Mounting

(Penempelan sediaan pada gelas obyek)

Staining

(Pewarnaan Hematoksilin-Eosin )

Page 32: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

22

Lampiran 4 Redemen ekstrak daun wungu pelarut etanol 70%

Bobot Sampel (g) Rendemen

Awal Ekstrak (% b/b)

140 9,19 6,56

140 9,15 6,53

210 11,23 5,34

240 13,31 5,54

160 8,14 5,08

240 10,33 4,30

400 21,33 5,33

160 3,96 2,47

Rata-rata : 5,14% ± 1,31

Contoh perhitungan: 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙× 100% =

9,19 𝑔𝑟𝑎𝑚

140 𝑔𝑟𝑎𝑚× 100% = 6,56%

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙× 100% =

11,23 𝑔𝑟𝑎𝑚

210 𝑔𝑟𝑎𝑚× 100% = 5,34%

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙× 100% =

3,96 𝑔𝑟𝑎𝑚

160 𝑔𝑟𝑎𝑚× 100% = 2,47%

Lampiran 5 Nilai LD50 toksisitas subkronis

Kelompok Dosis

(mg/kg BB)

Log Dosis Jumlah kematian % kematian

100 mg/kg 100 2 3 30

500 mg/kg 500 2,69 2 20

1000 mg/kg 1000 3 1 10

Ket: y: %kematian

x: Log dosis

y = -19,08x + 68,91R² = 0,954

0

5

10

15

20

25

30

35

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

%kem

atia

n

Log dosis

y = -19,08x + 68,91

jika y = 50

50 = -19,08x + 68,91

x = 1,04

x = Log Dosis

Dosis = ln 1,04

= 0,04

Dosis LD50 =

0,04mg/kg BB

Page 33: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

23

Lampiran 6 Bobot badan mencit selama perlakuan

Dosis No

kandang

Bobot badan mencit pada bulan Agustus (gram)

Tanggal

10 11 12 13 14 18 24 28 30

100 mg/kg 1a 20 21 22 23 24 24 25 27 27

1b 21 21 21 22 24 25 27 29 31

2a 22 23 24 24 25 27 26 29 29 2b 21 22 22 20 20 19 18 17 23

3a 22 23 22 23 24 24 24 26 24

3b 23 23 23 24 24 27 28 32 31

4a 23 22 21 22 23 28 30 31 31

4b 24 23 23 24 24 27 26 29 26

5a 21 22 23 24 23 29 30 32 31

5b 20 21 22 23 25 25 27 28 27

500 mg/kg 1a 22 23 23 22 23 24 24 26 26

1b 23 23 24 24 22 24 25 26 26

2a 21 21 21 22 23 25 25 27 30

2b 22 21 22 22 24 25 26 29 26

3a 20 21 20 21 22 27 30 33 33

3b 21 22 22 23 24 28 34 36 36 4a 22 23 24 23 24 28 31 33 32

4b 21 22 22 23 24 25 27 30 27

5a 22 23 23 mati

5b 21 22 23 20 Mati

1000

mg/kg

1a 22 22 23 24 23 26 27 30 30

1b 21 22 23 25 24 27 29 32 32

2a 23 22 22 22 23 27 30 33 34

2b 22 20 21 22 22 27 30 31 32

3a 24 23 23 24 25 25 28 31 30

3b 21 22 23 23 24 27 29 31 31

4a 23 24 24 23 23 27 30 31 33

4b 20 22 23 24 23 25 26 29 29 5a 22 22 22 24 24 25 27 28 27

23

Page 34: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

24

5b 21 21 22 24 23 24 25 27 26

Normal 1a 21 22 23 23 23 26 28 30 28

1b 20 21 21 22 23 25 28 31 32

2a 22 22 21 24 24 27 29 31 31

2b 21 22 21 21 24 29 34 38 34

3a 21 22 20 22 23 25 30 34 32

3b 21 20 22 23 24 25 28 30 29

4a 20 23 21 23 22 21 21 23 21

4b 20 21 21 20 20 20 20 19 21

5a 20 22 23 23 21 20 24 23 28

5b 21 21 23 mati

Dosis No

kandang

Bobot badan mencit pada bulan September (gram)

Tanggal

2 3 4 5 8 12 14 16 17 18 19 20 23 29

100

mg/kg

1a 28 30 30 30 30 29 32 33 31 32 33 32 30 32

1b 34 37 37 37 36 37 38 39 38 40 39 40 37 38 2a 30 31 29 29 28 29 29 30 29 27 24 25 22 20

2b 38 28 32 31 30 27 28 26 25 26 28 27 26 27

3a 26 28 29 28 27 25 26 26 27 29 29 30 31 30

3b 34 33 34 31 28 27 26 24 25 23 mati

4a 26 31 31 30 31 30 31 32 30 29 30 histopat

4b 20 16 15 15 21 21 20 19 18 mati

5a 26 30 30 29 28 29 mati

5b 30 30 30 31 34 37 36 38 36 37 35 34 37 35

500

mg/kg

1a 30 37 34 34 36 41 39 38 39 41 41 40 40 41

1b 26 30 29 29 30 32 33 34 32 33 32 33 34 33

2a 30 35 36 35 36 38 36 35 37 36 38 38 39 38

2b 34 38 38 36 38 41 40 41 43 40 41 42 42 41 3a 26 29 29 29 30 30 31 32 34 35 34 33 33 35

3b 30 33 32 32 33 34 33 34 32 36 35 34 34 35

4a 26 28 29 28 30 30 31 32 33 31 32 30 32 33

4b 24 28 29 28 31 33 33 32 31 32 30 histopat

24

Lanjutan Lampiran 6

Page 35: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

25

5a

5b

1000

mg/kg

1a 26 28 28 28 29 28 30 31 35 34 33 35 28 30

1b 26 30 29 29 28 31 30 28 Mati

2a 30 35 33 31 32 33 33 32 35 32 33 34 34 34

2b 28 35 33 32 32 36 35 34 35 36 36 35 37 37

3a 30 34 34 34 36 36 35 34 33 36 37 36 36 38

3b 30 34 35 34 33 34 32 33 35 33 34 36 36 37

4a 32 36 35 34 35 35 34 33 36 34 33 histopat

4b 28 35 35 35 36 36 36 34 36 36 37 38 38 39

5a 28 31 32 32 35 37 36 37 38 40 39 40 41 41

5b 30 34 34 34 32 33 34 33 32 34 32 31 31 33

Normal 1a 28 25 24 25 21 31 30 27 27 26 38 26 26 27

1b 32 31 31 30 24 mati 2a 31 34 34 33 33 36 34 34 35 35 34 histopat

2b 34 37 36 35 35 35 35 35 36 37 36 35 35 36

3a 32 36 38 37 36 38 37 36 36 37 35 34 33 35

3b 29 32 33 31 30 34 36 38 40 39 40 42 40 43

4a 21 16 mati

4b 31 18 18 17 18 18 18 17 18 18 19 17 18 19

5a 28 26 26 26 26 28 29 28 27 29 30 32 30 31

5b

Dosis No

kandang

Bobot badan mencit pada bulan Oktober (gram)

Tanggal

4 14 15 18 19 20 21 23 24 25 26 29 31

100

mg/kg

1a 33 34 33 33 33 33 32 33 33 34 34 33 33

1b 40 41 42 42 41 41 40 40 41 39 39 39 38

2a 22 histopat 2b 28 28 28 28 29 27 27 29 30 28 28 28 28

3a 31 33 34 29 34 33 32 30 30 31 26 30 29

3b

4a

25

Lanjutan Lampiran 6

Page 36: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

26

4b

5a

5b 36 40 41 39 39 39 39 38 37 41 39 38 37

500

mg/kg

1a 39 42 42 40 40 40 39 39 38 39 38 39 38

1b 34 37 37 36 35 35 35 35 36 35 34 34 34

2a 39 histopat

2b 44 41 42 41 40 41 40 40 39 40 39 39 39

3a 34 35 35 35 35 34 34 33 32 32 34 33 33

3b 36 36 36 34 34 34 33 32 33 34 34 33 33

4a 31 32 32 33 32 32 32 31 31 32 31 31 31

4b

5a

5b

1000 mg/kg

1a 29 30 30 31 31 32 32 33 32 34 34 32 32 1b

2a 35 39 41 39 38 38 38 36 35 38 36 37 36

2b 37 40 39 39 38 38 38 36 36 38 36 36 35

3a 37 37 38 39 39 35 38 36 37 36 37 36 36

3b 36 36 36 37 36 39 35 36 36 36 33 33 33

4a

4b 39 39 39 39 39 38 39 39 39 38 37 36 36

5a 41 41 41 41 40 41 39 39 38 39 38 38 37

5b 31 histopat

Normal 1a 28 26 27 26 26 25 25 24 22 23 24 23 22

1b

2a 2b 35 36 37 36 34 35 34 38 38 37 38 37 37

3a 34 41 40 39 37 39 39 37 37 36 36 36 38

3b 42 40 42 40 39 39 40 38 38 39 39 38 39

4a

4b 19 histopat

5a 32 33 30 31 31 29 29 31 31 30 30 31 30

5b

26

26

Lanjutan Lampiran 6

Page 37: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

27

Dosis No kandang

Bobot badan mencit pada bulan Nopember (gram)

Tanggal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

100 mg/kg 1a 33 34 33 34 34 33 34 33 34 34 1b 37 37 37 35 36 38 37 36 36 35

2a

2b 28 28 28 28 29 28 29 30 29 29

3a 28 30 30 29 28 29 32 30 31 30

3b

4a

4b

5a

5b 36 37 37 37 38 36 39 38 38 38

500 mg/kg 1a 38 39 38 38 38 36 41 38 38 39

1b 34 33 33 34 32 32 34 33 34 33

2a

2b 39 38 38 40 38 38 39 38 39 39 3a 33 33 33 34 33 34 34 35 34 34

3b 32 33 33 34 33 33 35 34 34 34

4a 31 31 31 31 31 31 33 31 31 31

4b

5a

5b

1000

mg/kg

1a 33 32 33 32 33 32 33 32 33 33

1b

2a 36 36 36 37 36 35 37 36 36 36

2b 35 35 35 37 35 34 37 36 36 35

3a 36 36 36 37 38 36 34 37 36 38

3b 32 34 33 33 35 34 36 34 35 35 4a

4b 36 37 36 37 37 36 38 38 38 38

5a 37 39 36 38 38 37 43 40 39 38

5b

Normal 1a 22 22 22 23 22 21 22 21 21 20

27

Lanjutan Lampiran 6

Page 38: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

28

1b

2a

2b mati

3a 36 35 34 34 35 32 34 34 34 33

3b 38 37 37 38 37 37 42 39 40 38

4a

4b

5a 31 31 31 30 31 31 35 32 33 31

5b

28

Lanjutan Lampiran 6

Page 39: Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol 70% Daun Wungu ... · Bahan dan alat ... 4 Histopatologi ginjal mencit bulan pertama ... sumber utama dalam penemuan obat baru dan

29

Lampiran 7 Pembuatan larutan cekok

Hewan coba yang digunakan adalah mencit dengan berat 20 gram. Mencit

dicekok larutan sebanyak 0,1 ml / 20 gram.

Dosis 100 mg/kg

100 mg/kg(BB mencit) = (100 mg/50) / (1000 g/50)

= 2 mg/ 20 g

Mencit dicekok larutan sebanyak 0,1 ml / 20 gram

= 2 mg/ 20 g

= 2 mg / 0,1 ml

= 0,02 g / ml

Dosis 500 mg/kg

500 mg/kg(BB mencit) = (500 mg/50) / (1000 g/50)

= 10 mg/ 20 g

Mencit dicekok larutan sebanyak 0,1 ml / 20 gram

= 10 mg/ 20 g

= 10 mg / 0,1 ml

= 0,1 g / ml

Dosis 1000 mg/kg

1000 mg/kg(BB mencit) = (1000 mg/50) / (1000 g/50)

= 20 mg/ 20 g

Mencit dicekok larutan sebanyak 0,1 ml / 20 gram

= 20 mg/ 20 g

= 20 mg/ 0,1 ml

= 0,2 g/ ml