gambaran histopatologi insang, otot dan usus pada ikan lele (clarias spp) bogor

Upload: tomaru-andi

Post on 13-Oct-2015

420 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp)

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    1

    GAMBARAN HISTOPATOLOGI INSANG, OTOT DAN USUS

    PADA IKAN LELE (Clarias spp.) ASAL DARI

    DAERAH BOGOR

    Oleh :

    DEBBY FADHILAH PAZRA

    B04104042

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    2

    ABSTRAK

    DEBBY FADHILAH PAZRA. Gambaran Histopatologi Organ Insang, Otot dan

    Usus pada Ikan Lele (Clarias sp.) Asal dari Daerah Bogor. Di bawah bimbingan :

    Bambang Pontjo Priosoeryanto dan Risa Tiuria

    Beberapa tahun terakhir produksi budidaya ikan mengalami penurunan,

    penyebabnya adalah timbulnya wabah penyakit pada ikan, sedangkan permintaan

    dan kebutuhan terhadap ikan terus meningkat. Peningkatan permintaan tersebut

    merupakan konsekuensi dari pertambahan jumlah penduduk dan perubahan pola

    konsumen yaitu peningkatan jumlah konsumsi ikan untuk memenuhi kebutuhan

    protein hewani.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi

    secara deskriptif dari ikan lele (Clarias spp.) pada organ usus, insang dan otot

    yang sampelnya diambil di daerah Bogor. Penelitian ini menggunakan 17 ekor

    ikan lele yang dinekropsi. Organ yang diambil adalah insang, otot dan usus,

    kemudian dibuat preparat histopatologi dan dilakukan pengamatan dengan melihat

    perubahan histopatologi pada organ tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    perubahan histopatologi yang ditemukan pada organ insang yaitu hiperplasia

    lamela sekunder pada 17 sampel, kongesti 16 sampel, edema 13 sampel,

    proliferasi sel goblet 10 sampel, deskuamasi epitel insang 8 sampel, kerusakan

    tulang rawan 8 sampel, hemoragi 6 sampel dan kista dari metaserkaria trematoda

    digenea 5 sampel. Perubahan histopatologi pada organ usus adalah proliferasi sel

    goblet dan kongesti pada 10 sampel, deskuamasi sel epitel usus 8 sampel, infeksi

    parasit 5 sampel dan hemoragi 3 sampel. Perubahan histopatologi pada organ otot

    yaitu degenerasi otot sampai nekrosa 13 sampel, edema dan deskuamasi epitel 8

    sampel serta infeksi oleh parasit 4 sampel. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu

    perubahan histopatologi paling banyak ditemui pada insang adalah hiperplasia

    lamela sekunder, pada usus proliferasi sel goblet dan kongesti, sedangkan pada

    otot adalah degenerasi otot. Perlunya penelitian lanjutan dengan melakukan

    perlakuan khusus agar penyebab dari perubahan histopatologi akibat dari suatu

    penyakit atau infeksi dapat diketahui dengan pasti.

    Kata kunci : ikan lele, organ insang, organ usus, organ otot

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    3

    ABSTRACT

    DEBBY FADHILAH PAZRA, Histopathological Lesions of Gill, Intestine, and

    Muscle of Catfish (Clarias spp.) from Bogor. Advisor: Bambang Pontjo

    Priosoeryanto dan Risa Tiuria

    Fish production, especially from aquaculture product in the last several

    years have been decreased. One of the causes is the incidence of fish disease

    epidemic, meanwhile the demand of fish is increasing significantly. The

    increasing of the fish demand is a consequence from the increasing of human

    population and consumer behaviour change due to the need of animal protein

    consumption. This purpose of the present research is to elaborate the

    histopathological lesions in the intestine, gill and muscle of catfish (Clarias spp.)

    from Bogor. A total of 17 heads catfish were used in this study. Gill, muscle and

    intestine organs were collected upon necropsy and were then processed for

    histopathological technique. The slides were observed using a light microscopy.

    Result of the present research indicated that the main lesions in the gill is

    secondary lamella hyperplasia which found in 17 samples, congestion 16 samples,oedema 13 samples, goblet cell proliferation 10 samples, epithelial desquamation

    8 samples, cartilago damage 8 samples, haemorrahage 6 samples and

    metacercariae encysted infection 5 samples. Histopathological lesions in

    intestines were goblet cell proliferation and congestion which detected in 10

    fishes samples, epithelial desquamation 8 samples, parasite 5 samples and

    haemorrahage 3 samples. Histopathological lesions in muscle were muscle

    degeneration 13 samples, oedema and epithelial desquamation 8 samples and

    parasite infection 4 samples. Conclusion from research is the most

    histopathological lesions in gill were secondary lamella hyperplasia which found

    in 17 samples. The most histopathological lesions in intestines were goblet cell

    proliferation and congestion which detected in 10 fishes samples, while in the

    muscle was degeneration which found in 13 samples. Future researches needed

    by doing special treatment in order to knows the cause of histopatologis change

    that is effected infection or disease which is certainly known. Numbers and

    location of research require to be multiplied in order to got the data which is

    more amount and representative area Bogor.

    Key words : catfish, gill organs , intestine organs, muscle organs

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    4

    GAMBARAN HISTOPATOLOGI INSANG, OTOT DAN USUS

    PADA IKAN LELE (Clarias spp.) ASAL DARI

    DAERAH BOGOR

    Oleh :

    DEBBY FADHILAH PAZRA

    B04104042

    Skripsi

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran Hewan pada

    Fakultas Kedokteran Hewan

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    5

    Judul Skripsi : Gambaran Histopatologi Insang, Otot dan Usus pada Ikan

    Lele (Clarias spp.) Asal dari Daerah Bogor

    Nama : Debby Fadhilah Pazra

    NRP : B04104042

    Menyetujui

    Dosen Pembimbing :

    drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, Ph.D drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D

    Pembimbing I Pembimbing II

    Mengetahui

    Dr. Nastiti Kusumorini

    Wakil Dekan

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    6

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Sawahlunto, Sumatra Barat pada tanggal 2 Februari

    1986 sebagai putri pertama dari lima bersaudara pasangan Ali Mukhni Oyon, SH

    dan Rumjasmi.

    Pada tahun 1992 penulis memasuki bangku sekolah dasar negeri 27

    Sijunjung lulus pada tahun 1998 dan melanjutkan ke SLTP negeri 2 Sijunjung.

    Pada tahun 2001 dilanjutkan ke SMA negeri 1 Sawahlunto Sijunjung dan lulus

    pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa

    Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi

    Masuk IPB (USMI).

    Selama menjadi mahasiswa Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogorpenulis aktif di beberapa organisasi diantaranya IMAKAHI (infokom dan

    bendahara), himpro satwa liar, himpro HKSA (hewan kesayangan dan satwa

    aquatik) dan himpro ornitologi.

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    7

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Allah SWT karena dengan Rahmat dan Inayah-

    Nya penulisan skripsi yang berjudul Gambaran Histopatologi Organ Insang, Otot

    dan Usus pada Ikan Lele (Clarias spp.) Asal dari Daerah Bogor ini dapat

    terselesaikan.

    Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada

    drh.Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, Ph.D dan drh. Risa Tiuria, MS, Ph. D

    selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan

    kepada penulis. Serta drh. R. Roso Soejoedono. MPH.DEA selaku pembimbing

    akademik.

    Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada LaboratoriumPatologi FKH-IPB dan Labratorium Helmintologi FKH-IPB beserta staf yang

    telah banyak memberikan bantuan serta fasilitas laboratorium. Terima kasih juga

    kepada teman-teman satu penelitian yang telah banyak membantu penulis selama

    penelitian.

    Rasa cinta kasih serta ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada

    kedua orang tua, Ayahanda dan Ibunda, adik-adik tersayang. Terimakasih atas

    bantuan, dorongan semangat dan doanya yang dicurahkan selama ini. Terima

    kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu penulis sampai akirnya bisa

    menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini

    bermanfaat bagi semuanya terutama bagi yang membutuhkan.

    Bogor, Agustus 2008

    Debby Fadhilah Pazra

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cl

    8

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

    1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2

    1.3 Manfaat Penelitian ....................................................................... 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3

    2.1 Biologi Ikan Lele ......................................................................... 32.1.1 Taksonomi ikan lele .......................................................... 3

    2.1.2 Morfologi .......................................................................... 3

    2.1.3 Habitat ............................................................................... 4

    2.1.4 Makanan ............................................................................ 4

    2.1.5 Tingkah laku ..................................................................... 5

    2.2 Anatomi dan Fisiologi Ikan Lele.................................................. 5

    2.2.1 Sistem Respirasi (Insang) .................................................. 5

    2.2.2 Sistem Pencernaan ............................................................ 6

    2.2.3 Sistem Integumen .............................................................. 7

    2.2.4 Sistem Muskuloskeletal (Otot) .......................................... 8

    2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya

    Penyakit pada Ikan Lele ............................................................... 8

    2.3.1 Suhu .................................................................................. 8

    2.3.2 Cahaya ............................................................................... 9

    2.3.3 Stres ................................................................................... 9

    2.3.4 Kelebihan Populasi (overcrowded) atau

    Multi kultur ....................................................................... 10

    2.3.5 Sistem Imun Ikan Lele yang Rendah ................................ 10

    2.4 Penyakit-Penyakit Infeksius pada Ikan Lele ................................ 10

    2.4.1 Parasit ................................................................................ 10

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    9

    2.5 Penyakit-Penyakit Non-Infeksius pada Ikan Lele ........................ 14

    2.5.1 Defisiensi Vitamin ............................................................ 14

    2.5.2 Expose Bahan Toksik ........................................................ 15

    2.6 Beberapa Perubahan Histopatologi .............................................. 16

    2.6.1 Inflamasi ............................................................................ 16

    2.6.2 Edema ................................................................................ 17

    2.6.3 Hemoragi dan Kongesti .................................................... 18

    2.6.4 Degenerasi Otot dan Nekrosa............................................ 19

    2.6.5 Proliferasi Sel Goblet ........................................................ 20

    2.6.6 Hiperplasia Lamela Sekunder ........................................... 20

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 22

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 223.2 Bahan dan Alat ............................................................................. 22

    3.3 Metode Penelitian ........................................................................ 22

    BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23

    4.1 Insang ........................................................................................... 23

    4.1.1 Hiperplasia Lamela Sekunder ........................................... 23

    4.1.2 Edema dan Deskuamasi Epitel .......................................... 26

    4.1.3 Kongesti dan Hemoragi..................................................... 28

    4.1.4 Parasit ............................................................................... 30

    4.1.5 Proliferasi Sel Goblet ........................................................ 32

    4.1.6 Kerusakan Tulang Rawan (kartilago) Insang .................... 33

    4.2 Usus .............................................................................................. 34

    4.2.1 Proliferasi Sel Goblet ........................................................ 35

    4.2.2 Kongesti dan Hemoragi..................................................... 38

    4.2.3 Deskuamasi Epitel ............................................................. 39

    4.2.4 Parasit ................................................................................ 40

    4.3 Otot ................................................................................................ 41

    4.3.1 Degenerasi Otot Sampai Nekrosa ..................................... 42

    4.3.2 Edema ................................................................................ 44

    4.3.3 Deskuamasi Epitel Integumen .......................................... 44

    4.3.4 Parasit ................................................................................ 45

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    10

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 47

    5.1 Kesimpulan ................................................................................ 47

    5.2 Saran ............................................................................................. 47

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    11

    DAFTAR GAMBAR

    No. Halaman

    1. Gambar Ikan lele (Clarias spp.) ................................................................. 3

    2. Gambarhistogramfrekuensi lesiohistopatologi organ insang ikan lele

    (Clarias spp.) ............................................................................................. 23

    3. Gambaran HP organ insang yang mengalami hiperplasia lamela

    sekunder ..................................................................................................... 25

    4. Gambaran HP organ insang yang mengalami edema dan deskuamasi

    epitel ........................................................................................................... 27

    5. Gambaran HP organ insang yang mengalami kongesti dan hemoragi ...... 29

    6. Gambaran HP kista dari metaserkaria trematoda digenea terdapatdi dalam filamen kartilago insang .............................................................. 31

    7. Gambar HP proliferasi sel goblet pada insang. .......................................... 33

    8. Gambaran HP kerusakan tulang rawan insang........................................... 34

    9. Gambar histogram Frekuensi lesion histopatologiorgan usus ikan Lele

    (Clarias spp.) ..................................................................................................... 35

    10. Gambaran HP proliferasi sel goblet pada usus........................................... 37

    11.Gambaran HP kongesti, hemoragi dan deskuamasi epitel pada usus ........ 38

    12.Gambaran HP perasit menginfeksi epitel usus........................................... 40

    13. Gambaran HP histogram frekuensi lesiohistopatologi organ otot ikan Lele

    (Clarias spp.).......................................... ........................................... ................. 41

    14. Gambaran HP degenerasi hialin, edema dan nekrosa pada otot ................ 43

    15. Gambaran HP deskuamasi epitel pada integument .................................... 45

    16. Gambaran HP infeksi parasit di permukaan integumen dan otot ............... 46

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    12

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Halaman

    1. Pembuatan Sediaan Histopatologi ............................................................. 51

    2. Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) ........................................................ 52

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    13

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Ikan lele merupakan salah satu komoditi unggulan budidaya yang

    dikembangkan saat ini. Ikan lele disamping sebagai salah satu sumber protein

    hewani bagi masyarakat, juga merupakan komoditas yang dapat menunjang

    ekonomi rumah tangga. Ikan lele mempunyai tingkat serapan pasar yang cukup

    baik, selain pasar dalam negeri juga terdapat peluang untuk pasar ekspor.

    Beberapa tahun terakhir produksi budidaya ikan khususnya ikan lele

    mengalami penurunan penyebabnya adalah timbulnya wabah penyakit pada ikan,

    sedangkan permintaan dan kebutuhan terhadap ikan terus meningkat. Peningkatanpermintaan terhadap ikan merupakan konsekuensi dari pertambahan jumlah

    penduduk dan perubahan pola konsumen yaitu peningkatan jumlah konsumsi ikan

    untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ikan juga menjadi alternatif pilihan

    karena masyarakat menganggap bahwa ikan lebih aman dan sehat dikonsumsi

    bagi tubuh dan dapat meningkatkan kecerdasan.

    Permintaan kebutuhan protein hewani asal ikan khususnya ikan lele yang

    terus meningkat mendorong petani ikan untuk meningkatkan industri atau

    budidaya ikan kearah intensifikasi. Budidaya sistem intensif sering

    mengakibatkan ikan stres, dalam kondisi ini pertumbuhan dan penularan agen

    penyakit terjadi secara cepat yang berakibat timbulnya wabah penyakit baik akibat

    virus, bakteri, parasit maupun jamur yang bisa menimbulkan kematian. Menurut

    Dana (1990), terjadinya kematian ikan budidaya dan stok alami yang dikaitkan

    dengan penyakit sering dilaporkan. Indonesia sedikitnya telah tercatat tiga kali

    wabah yang mengakibatkan kerugian besar disebabkan penyakit yaitu parasit

    protozoa maupun bakteri.

    Ikan lele merupakan ikan yang hidup diperairan berlumpur, air yang

    tergenang bahkan ikan lele tahan hidup pada perairan yang tercemar bahan-bahan

    organik, karena faktor tersebut ikan lele dengan mudah dapat terserang penyakit

    infeksius maupun penyakit non infeksius. Menurut Irianto (2005), ikan konsumsi

    bisa terserang penyakit infeksius dan non infeksius. Salah satu penyakit infeksius

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    14

    yaitu parasit. Ikan bisa terserang penyakit jika pemeliharaan dan

    pembudidayaannya tidak baik. Serangan parasit pada ikan menimbulkan dampak

    negatif yang cukup tinggi. Apabila ditemukan parasit dalam jumlah sedikit

    sebetulnya masih dianggap wajar dan tidak mengganggu proses akuakultur, tetapi

    apabila jumlah parasit yang menyerang ikan sangat banyak akan mengganggu

    pertumbuhan dan produktifitas ikan bahkan mengakibatkan kematian. Pada ikan-

    ikan yang hidup bebas di alam, akibat yang ditimbulkan oleh parasit umumnya

    bersifat laten atau kronis. Ikan yang terinfeksi parasit biasanya dengan mudah

    diikuti infeksi sekunder oleh bakteri, fungi atau virus. Nabib dan Pasaribu (1989)

    menambahkan, penyakit non infeksius disebabkan oleh bermacam faktor

    diantaranya rendahnya kandungan oksigen terlarut, tingginya kandungan amoniak,

    nitrit ataupun racun-racun lain yang merupakan hasil ciptaan dan aktifitas manusiayang masuk ke dalam perairan.

    Histopatologi merupakan penelusuran penyakit secara mikroskopik

    dimana dalam pengamatan histopatologi informasi yang diperoleh dalam bentuk

    gambaran perubahan organ/jaringan. Informasi yang diperoleh juga dapat

    digunakan sebagai data untuk mengetahui ada atau tidak infeksi penyakit serta

    untuk meramalkan proses kejadian penyakit dan tingkat epidemik suatu penyakit.

    Infeksi suatu penyakit baik yang infeksius maupun yang non-infeksius dapat

    didiagnosa dengan beberapa cara, diantaranya dengan diagnosa secara

    histopatologi yang bertujuan untuk mendapatkan berbagai informasi tentang

    penyakit. Penelitian ini akan membahas tentang gambaran perubahan

    histopatologi apa saja yang terlihat pada organ usus, insang dan otot ikan lele.

    1.2 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi secara

    deskriptif dari ikan lele (Clarias spp.) pada organ usus, insang dan otot.

    1.3 Manfaat Penelitian

    Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui ada atau tidak infeksi

    penyakit pada ikan lele (Clarias spp.) berdasarkan perubahan histopatologi.

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Biologi Ikan Lele

    2.1.1 Taksonomi ikan lele

    Menurut Suyanto (1999), taksonomi ikan lele (Clarias spp.) adalah

    sebagai berikut: filum Chordata, sub filum Vetebrata, kelas Pisces, sub kelas

    Teleostei, ordo Osteriophysi, sub ordo Siluroidae, famili Clariidae, genus Clarias

    dan spesies Clarias spp..

    2.1.2 Morfologi

    Bentuk umum ikan lele adalah bulat memanjang dengan kepala pipih.Mulut terminal dilengkapi dengan empat pasang sungut disekelilingnya. Tubuh

    tidak bersisik, berkulit licin bewarna gelap atau coklat dengan bagian ventral lebih

    terang. Sepanjang dorsal dan anal dilengkapi sirip lunak, sirip punggung hampir

    mencapai atau bersambung dengan sirip ekor dan tidak bersirip lunak (Gambar 1)

    (Saanin 1984).

    Gambar 1. Ikan lele (Clarias spp.)

    Ikan lele mempunyai ciri khusus yaitu di bagian sirip dada terdapat patil

    pendek, tumpul dan tidak beracun. Tubuhnya tidak bersisik dan warnanya akan

    berubah menjadi pucat bila terkena sinar matahari, jika ikan lele mengalami

    tekanan dan stres tubuhnya akan diwarnai noda hitam dan putih (Suyanto 1986).

    Mempunyai sungut mandibula dan maksilar yang lebih panjang dan tegar, sifatnya

    tenang, lebih jinak dan kepala sampai punggung bewarna coklat kehitaman serta

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    16

    cangkang tengkorak sampai leher terdapat bercak putih kusam. Alat pernafasan

    tambahan pada ikan lele bukan labirin seperti yang dipunyai ikan gurami, sepat

    dan tambakan melainkan hanya berupa lipatan kulit tipis yang menyerupai spons

    (arboresent) yang terdapat dalam rongga di atas insang serta melekat padanya

    (Soetomo 1987). Kriteria ikan lele yang baik adalah tubuh tidak cacat, bentuk

    tubuh lurus, berlendir bening, tidak ada benjolan ataupun luka, sungut sempurna

    dan warna cerah (Anonim 1992).

    2.1.3 Habitat

    Habitat alami ikan lele adalah dasar perairan agak berlumpur, air

    tergenang, ada pelindung dan perairan relatif dangkal. Habitat dapat disesuaikan

    dengan persyaratan yang dituntut untuk hidup dan berkembang tumbuh sesuaidengan tingkat stadiumnya. Tempat berlindung ikan lele dapat berupa pelindung

    seperti tanaman air, pralon dan bambu. Kedalaman air di kolam induk antara 60-

    125 cm dan di kolam benih antara 15-40 cm. Lele akan hidup lebih baik di air

    yang tergenang dengan kedalaman tertentu yaitu kedalaman tertinggi 125 cm

    (Anonim 1992).

    Ikan lele mempunyai organ insang tambahan (arborescent) yang

    memungkinkan ikan ini mengambil oksigen pernafasannya dari udara di luar air,

    karena itu ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit

    oksigen. Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik,

    oleh karena itu ikan lele tahan hidup dengan baik di daratan rendah sampai daerah

    perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin,

    misal kurang dari 200C pertumbuhannya akan terhambat (Suyanto 1986).

    2.1.4 Makanan

    Ikan lele termasuk dalam golongan pemakan segalanya (omnivora), tetapi

    cenderung pemakan daging (karnivora). Selain bersifat karnivorus, ikan lele juga

    makan sisa-sisa benda yang membusuk dan kotoran manusia, sedangkan tumbuh-

    tumbuhan kurang disukai. Ikan lele juga dapat menyesuaikan diri untuk memakan

    pakan buatan (Anonim 1992). Makanan alami ikan lele yaitu binatang-binatang

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    17

    renik, seperti kutu-kutu air (Daphnia, Cladosera, Copepoda), cacing-cacing, larva

    (jentik-jentik serangga), siput-siput kecil dan sebagainya (Suyanto 1986).

    Ikan lele secara alami makan di dasar perairan, tetapi dapat dilatih dan

    sifat ini membuka peluang bagi penggunaan pakan buatan dalam usaha budidaya

    baik pakan permukaan maupun tengah dan dasar (Anonim 1992).

    2.1.5 Tingkah laku

    Ikan lele adalah ikan yang hidup di air tawar dan bersifat nokturnal,

    artinya ia aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap. Siang

    hari yang cerah, ikan lele lebih suka berdiam di dalam lubang-lubang atau tempat

    yang tenang dan aliran air yang tidak terlalu deras. Ikan lele membuat sarang di

    dalam lubang-lubang di tepi sungai, tepi-tepi rawa atau pematang sawah dankolam yang teduh dan terang. Berhubung sifat-sifat dan tingkah lakunya itu,

    memancing ikan lele pada malam hari lebih berhasil dari pada siang hari, karena

    ikan lele aktif mencari makan pada malam hari atau sesudah matahari terbenam

    (Suyanto 1986).

    Secara alami lele bersifat nokturnal, tetapi dalam usaha budidaya akan

    beradaptasi (diurnal). Secara periodik lele akan muncul ke permukaan untuk

    mengambil oksigen bebas. Lele mampu bergerak di darat dengan menggunakan

    sirip dada. Padat penebaran yang relatif tinggi dan keadaan lapar dapat memacu

    sifat kanibalisme (Anonim 1992).

    2.2 Anatomi dan Fisiologi Ikan Lele

    2.2.1 Sistem Respirasi (Insang)

    Ikan dilengkapi dengan insang sebagai alat respirasi pengganti paru-paru

    pada hewan darat. Insang sangat berperan dalam menyelenggarakan homeostasis

    lingkungan bagi ikan. Lapis epitelnya tipis untuk memudahkan pertukaran gas,

    namun hal ini pun menjadikan insang sangat rawan terhadap infeksi dari hama-

    hama penyakit. Selain fungsinya dalam pertukaran gas, insangpun berfungsi

    sebagai pengatur pertukaran garam dan air, pengeluaran limbah-limbah yang

    mengandung nitrogen. Kerusakan struktur yang ringan sekalipun dapat sangat

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    18

    mengganggu pengaturan osmose dan kesulitan pernafasan (Nabib dan Pasaribu

    1989).

    Insang terdiri dari dua rangkaian yang tersusun atas empat lengkungan

    tulang rawan dan tulang keras (holobrankhia) yang menyusun sisi faring. Masing-

    masing holobrankhia yang menonjol dari pangkal posterior lengkung insang.

    Hemibrankhia terdiri dari dua baris filamen tipis panjang yang disebut lamela

    primer. Lamela primer permukaannya mengalami perluasan oleh adanya lamela

    sekunder yang merupakan lipatan semilunar yang menutupi permukaan dorsal dan

    ventral. Insang juga dilengkapi dengan lapisan sel-sel penghasil mukus dan sel-sel

    yang mengekresi ammonia dan kelebihan garam. Pada bagian tepi tengah anterior

    dilengkapi stuktur (gill rakers) yang berperan menyaring pertikel-pertikel pakan

    (Roberts 2001).Insang dilengkapi dengan sejumlah glandula yang dikenal sebagai

    glandula brankhial, yaitu sel-sel epitel insang yang mengalami spesialisasi.

    Glandula tersebut adalah glandula mukosa dan glandula asidofilik (sel-sel

    khlorida). Glandula mukosa berupa sejumlah sel-sel tunggal berbentuk buah pear

    atau oval dan menghasilkan mukus dan terdapat baik pada lengkung insang,

    filamen insang maupun lamela sekunder. Mukus merupakan glikoprotein yang

    bersifat basa atau netral dengan fungsi: a.) perlindungan atau proteksi, b.)

    menurunkan terjadinya friksi atau gesekan, c.) antipatogen, d.) membantu

    pertukaran ion, dan e.) membantu pertukaran gas dan air (Irianto 2005).

    2.2.2 Sistem Pencernaan

    Meskipun panjang usus ikan bisa berbeda-beda sesuai dengan

    makanannya, tetapi kebanyakan usus ikan merupakan suatu tabung sederhana

    yang tidak dapat bertambah diameternya untuk membentuk suatu kolon dibagian

    belakangnya. Usus bisa lurus, melengkung atau bergulung-gulung sesuai dengan

    bentuk dari rongga perut ikan. Usus mempunyai suatu epitel silindris sederhana

    yang berlendir menutupi suatu sub-mukosa yang mengandung sel eosinofilik yang

    dibatasi oleh suatu muskularis mukosa yang rapat dan lapisan fibroelastik.

    Rektum pada ikan berdinding lebih tebal dari pada usus dan sangat berlendir serta

    dapat sangat berkembang (Nabib dan Pasaribu 1989).

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    19

    Struktur histologi dinding dari intestin secara umum hampir sama dengan

    vetebrata tingkat tinggi dimana terdiri dari empat lapisan yaitu : mukosa,

    submukosa, muskularis dan serosa. Lapisan mukosa terdiri dari epitel mukosa,

    lamina basalis, lamina propria dan muskularis mukosa. Pada lapisan submukosa

    terdiri dari stratum kompaktum dan stratum granulosum. Pada lapisan muskularis

    terdiri dari lapisan otot sirkuler dan lapisan otot longitudinal, sedangkan pada

    lapisan serosa terdiri dari subserosa tella dan subserosa membran (Takashima dan

    Hibiya 1995).

    2.2.3 Sistem Integumen

    Kulit merupakan penghalang fisik terhadap perubahan lingkungan serta

    serangan patogen dari luar tubuh. Lapisan kulit terdiri atas kutikula, epidermis,membran basalis, dermis dan hipodermis. Ikan tidak memiliki lapisan keratin pada

    epidermisnya, tetapi dilapisi oleh kutikula yang memiliki mukus,

    mukopolisakarida, immunoglobulin spesifik, lisozim dan sejumlah asam lemak

    bebas. Sel lain yang ada pada lapisan epidermis yaitu sel-sel goblet yang berperan

    dalam sekresi mukus. Mukus memiliki kemampuan protektif bagi hewan karena :

    a.) mukus melapisi permukaan tubuh sehingga mempermudah gerakan saat

    berenang, b.) membentuk lapisan pelindung dari infeksi agensia patogenik dan

    mengandung senyawa anti mikroba, c.) melindungi permukaan tubuh dari abrasi

    dan d.) berperan dalam proses osmoregulator (Irianto 2005).

    Sisik dan kulit merupakan bagian dari sistim pelindungan fisik tubuh ikan.

    Pada umumnya kerusakan sisik dan kulit dapat terjadi akibat penanganan

    (handling stress), kelebihan populasi, dan infeksi parasit. Kelebihan populasi

    (overcrowded) atau multikultur dapat menyebabkan trauma akibat berkelahi

    disertai lepasnya sisik dan kerusakan kulit. Infestasi parasit dapat pula

    menyebabkan gangguan berupa kerusakan insang, kulit, sirip serta kehilangan

    sisik. Kerusakan pada sisik dan kulit akan mempermudah patogen menginvasi

    inang. Banyak kasus menunjukkan bahwa kematian ikan sebenarnya akibat dari

    infeksi sekunder oleh bakteri sebagai kelanjutan infestasi parasit yang berat dan

    berakibat pada kerusakan pelindung fisik tubuh seperti mukus, kulit dan sisik

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    20

    tetapi tidak semua ikan memiliki sisik misalnya pada ikan lele (Clarias spp.)

    (Irianto 2005).

    2.2.4 Sistem Muskuloskeletal (Otot)

    Hasil pemeriksaan histopatologi dan biokhemis dari otot ikan ternyata

    terdapat sejumlah tipe serabut otot yang pada banyak spesies ikan tersusun dalam

    banyak kelompok-kelompok yang terpisah. Umumnya ada 2 kelompok yaitu,

    kelompok muskularis lateralis superfisialis terdiri atas yang disebut otot merah

    dan kelompok muskularis lateralis profundus yang terdiri atas serabut-serabut

    putih. Serabut-serabut merah ini adalah serabut aerobik dan berdaya kontraksi

    lamban dan banyak pembuluh darah, serupa dengan serabut-serabut merah pada

    otot mamalia, sedangkan serabut-serabut putih adalah anaerob berdaya kontraksicepat dan mudah menderita kerusakan. Diantara lapisan otot-otot merah dan putih

    terdapat serabut merah muda yang fungsinya berada diantara serabut-serabut

    merah dan putih (Nabib dan Pasaribu 1989).

    2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Penyakit pada Ikan Lele

    2.3.1 Suhu

    Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas

    tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan pada suhu

    lingkungan sekelilingnya (Hoole et al. 2001). Ikan memiliki derajat toleransi

    terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan,

    inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit. Ikan akan

    mengalami stes manakala terpapar pada suhu di luar kisaran yang dapat

    ditoleransi (Irianto 2005).

    Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan

    gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai

    dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat

    yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan

    bakteri pathogen akibat melemahnya sitem imun. Pada dasarnya suhu rendah

    memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    21

    menyebabkan stres pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut

    dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto 2005).

    2.3.2 Cahaya

    Pada sistem budidaya intensif, intensitas cahaya, lama penyinaran, area

    berkanopi dan penyerapan cahaya lebih mudah dikontrol. Parameter-parameter ini

    akan berperan dalam laju pertumbuhan dan maturisasi ikan. Pada system intensif

    berair dangkal, sinar ultraviolet cahaya matahari yang berlebihan dapat

    menyebabkan gangguan sunburn pada bagian dorsal ikan (Irianto 2005).

    Penetrasi cahaya dapat terhalang oleh turbiditas air yang disebabkan

    melimpahnya populasi fitoplankton (alga bloom) dan partikel-partikel padatan

    terlarut. Apabila penetrasi cahaya tidak dapat mencapai dasar kolam atau tambak,akan menghambat tumbuhnya algae berfilamen dan tumbuhan air pengganggu

    pada dasar kolam. Sampai batas tertentu melimpahnya fitoplankton tertentu sangat

    menguntungkan karena kebutuhan pakan alami tercukupi (Boyd 1991).

    2.3.3 Stres

    Stres yaitu suatu keadaan saat suatu hewan tidak mampu mengatur kondisi

    fisiologis normal karena berbagai faktor merugikan yang mempengaruhi kondisi

    kesehatannya. Sehingga stres didefinisikan sebagai pengaruh segala bentuk

    perubahan atau tantangan lingkungan yang mendorong homeostatik atau proses-

    proses penyeimbang lainnya melebihi batas kemampuan normal segala tingkatan

    organisasi biologis (Irianto 2005).

    Stres berpengaruh terhadap sistem pertahanan tubuh inang definitif yaitu

    mukus. Segala bentuk stres akan menyebabkan perubahan kimiawi dalam mukus

    yang dapat menyebabkan penurunan efektivitasnya sebagai pelindung kimiawi

    inang terhadap patogen dan parasit. Stres akan mengganggu keseimbangan

    elektrolit tubuh (Na, K, Cl) sehingga menyebabkan penyerapan air yang

    berlebihan atau dapat pula berupa kehilangan air (dehidrasi). Kondisi stres

    menyebabkan tuntutan kerja mukus dalam mengatur osmoregulasi yang efektif

    menjadi sangat penting (Irianto 2005).

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    22

    2.3.4 Kelebihan Populasi (overcrowded) atau Multikultur

    Penyakit infeksi menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur.

    Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat pada area yang terbatas,

    menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung berkembang dan

    penyebarnya penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebaran tinggi akan

    menyebabkan ikan mudah stres sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah

    terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh

    terhadap berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang tinggi akan

    mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan

    yang sakit dengan ikan yang sehat (Irianto 2005).

    2.3.5 Sistem Imun Ikan Lele yang RendahBeragam faktor yang mempengaruhi masing-masing individu dalam

    menanggapi suatu patogen potensial. Patogen harus dapat menembus sistem imun

    ikan untuk dapat menimbulkan penyakit. Daya tahan alami (imun) memungkinkan

    suatu hewan menjadi terbebas dari serangan patogen karena tidak adanya jaringan

    spesifik atau reseptor seluler bagi kolonisasi patogen atau tidak mampu

    mendukung syarat-syarat optimum baik dari sisi kecukupan nutrien maupun

    lingkungan bagi pertumbuhan pathogen. Masing-masing individu hewan memiliki

    daya tahan individu yang ditentukan antara lain oleh umur, jenis kelamin, status

    nutrien dan stres. Saat ikan pada kondisi lemah (sistem imun rendah) dan pada

    kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan maka ikan akan rentan terserang

    patogen (Irianto 2005).

    2.4 Penyakit-Penyakit Infeksius pada Ikan Lele

    2.4.1 Parasit

    Supriyadi et al. (1986) menyatakan bahwa kematian benih ikan lele sekitar

    80-100 % disebabkan oleh parasit-parasit dari golongan ciliata seperti

    Ichthiophthirius multifiliis, Trichodina spp. danEpistylis spp. ; cacing monogenea

    seperti Gyrodactylus spp. dan Dactylogyrus spp. ; serta parasit yang tergolong

    berbahaya dari golongan Myxosporea yaitu Henneguya spp.. Berdasarkan data

    yang ada pada Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, bahwa parasit yang umum

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    23

    menyerang ikan lele antara lain Ichthiophthirius multifiliisdan Argulus sp. Hasil

    penelitian yang dilakukan di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi diperoleh jenis-

    jenis parasit yang ditemukan menginfeksi benih ikan lele dumbo yaitu Trichodina

    spp.,Trichodinella spp.,Ichthiophthirius multifiliis,Gyrodactylus spp., Cryptobia

    spp.. Sedangkan menurut Hariyadi (2006), parasit yang menyerang ikan lele yaitu

    Vorticella, Cryptobia sp., Trichodina, Ichthyophthirius multifiliis, Myxosporidea,

    Gyrodactylus, Dactylogyrus, Branchionus, Metaserkaria dari trematoda digenea

    danLytocestus parvulus.

    1. ProtozaEpistylis spp.

    Menurut Kabata (1985), Epistylis spp. digolongkan dalam filumCiliophora, sub kelas Peritricha, ordo Peritrichida, sub ordo Sessilina, famili

    Epistylidae, genusEpistylis, spesiesEpistylis spp..

    Menurut Flynn (1973), tubuh berbentuk seperti kerucut dn mempunyai

    cilia di daerah ujung adoral. Organisme muda berenang bebas mempunyai cilia

    tambahan yang melingkar disekitar ujung posterior tubuh. Kabata (1985)

    menambahkan,Epistylis spp.mempunyai makronukleus lonjong seperti sosis, ciri

    perbedaan yang paling penting adalah tangkai yang tidak kontraktil. Selnya

    sendiri cukup baik untuk berkontraksi dan menarik kembali periostoma ke dalam

    sel.

    Secara individualEpistylis spp. hidup di dekat luka atau kerusakan lainnya

    di daerah kulit. Beberapa genus ini bersifat parasit obligat dan hampir tidak

    spesifik terhadap ikan sebagai induk semang definitif. Asia Tenggara yang

    kehidupan akuakultur air tawar kaya akan unsur organik mendukung dan mungkin

    dapat diharapkan adanya kondisi seperti itu untuk kehidupan protozoa. Gejala

    klinis yang tampak pada ikan yang terserang Epistylis spp. yaitu ikan menjadi

    lemah, menyebabkan terjadinya iritasi kulit, menekan sel epitel yang diserangnya

    mengakibatkan kelainan bentuk dan gangguan fungsi dari epitel. Kumpulan

    koloni pada kulit dapat menginfeksi alat pernafasan, pada beberapa ikan yang

    umumnya kulit berfungsi sebagai alat untuk bernafas. Koloni besar dariEpistylis

    spp. pada opercula dapat menggangu gerakan normal dan menginfeksi alat

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    24

    pernafasan, pertumbuhan terhambat serta berat badan ikan menurun (Kabata

    1985).

    Eimeria

    Menurut Woo (2006), Emeria digolongkan dalam filum Apicomplexa,

    kelas Sporozoasida, Subkelas Coccidiasina, Ordo Eucoccidiorida, Subordo

    Eimeriorina, famili Eimeriidae dan genus eimeria.

    Eimeriaspp. merupakan coccidia yang menginfeksi beragam jenis ikan air

    tawar dan air laut serta menyebabkan penyakit coccidiosis. Emeria tidak hanya

    menginfeksi sel-sel epitel tetapi juga organ dalam termasuk gonad. Emeria

    subepitelia merupakan spesies emeria yang menginfeksi ikan-ikan cyprinid

    menyebabkan area bintik-bintik putih agak menonjol pada bagian saluranpencernaan anterior dan tengah. E. carpelli menginfeksi ikan cyprinid

    menyebabkan borok, hemoragi pada saluran pencernaan. Adapun E. sardinae

    menginfeksi ikan-ikan air laut menyebabkan reaksi granulomatous pada hati dan

    testis (Irianto 2005). Infeksi pada usus sering bersifat asimtomatis tetapi dapat

    menyebabkan nekrosa pada epitel usus dan enteritis. Inflamasi pada usus

    disebabkan oleh pembentukan ookista. Parasit ektraintestin dapat juga

    menyebabkan lesion dengan kerusakan sel target yang khas dan diikuti dengan

    inflamasi. Selain itu, infeksi juga terjadi pada organ reproduksi, hati, limpa dan

    gelembung renang (Noga 2000).

    2. Trematoda Digenea

    Anatomi Trematoda Digenea

    Digenea menyebabkan infeksi asimtomatik pada ikan yang hidup

    liar/bebas. Ada 1700 spesies digenea dewasa menginfeksi ikan. Metaserkaria lebih

    sering terdapat pada ikan dewasa (Noga 2000). Bentuk tubuh pipih dorsoventral,

    tidak bersegmen, biasanya berbentuk oval atau seperti wajik kadang-kadang juga

    berbentuk oval secara melintang (leher lebih dominan). Trematoa digenea

    umumnya mempunyai dua alat penghisap (sucker), satu penghisap oral yang

    terletak di dekat anterior dan satu penghisap ventral yang letaknya bervariasi

    (Kabata 1985).

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    25

    Siklus Hidup

    Menurut Noga (2000), siklus hidup dari trematoda digenea yaitu digenea

    dewasa menghasilkan telur yang keluar dari usus inang definitif (ikan, beruang

    atau mamalia), telur menetas menjadi mirasidium yang menginfeksi moluska

    (siput atau keong) sebagai inang antara. Serkaria berkembang dikeluarkan oleh

    moluska dan mengalami penetrasi pada ikan. Setelah menempati jaringan target,

    serkaria berubah menjadi metaserkaria dimana biasanya membentuk kista di

    jaringan. Ikan yang juga sebagai inang antara mengandung kista dari metaserkaria

    trematoda digenea dimakan oleh inang definitif kemudian metaserkaria berubah

    menjadi dewasa. Irianto (2005) menambahkan, trematoda digenea memiliki siklus

    hidup yang komplek dengan melibatkan sejumlah inang definitif. Ikan dapat

    berperan sebagai inang sementara dan inang definitif tergantung spesies trematodadigenea. Trematoda dapat berupa parasit ekternal atau internal pada berbagai

    macam organ.

    Patogenesis

    Kebanyakan digenea dewasa berada di dalam gastrointestinal, tetapi jarang

    menginfeksi gelembung renang, ovary, peritoneum, vesica urinaria atau sistem

    sirkulasi (Noga 2000).

    Kerusakan inang biasanya terjadi selama serkaria migrasi yang

    menyebabkan hemoragi, nekrosis dan inflamasi di tempat migrasi dari serkaria,

    jika terjadi infeksi bersifat akut sangat fatal khususnya pada ikan kecil. Serkaria

    berpindah atau migrasi dari jaringan inang definitif dapat mengganggu fungsi

    organ. Metaserkaria dapat ditemukan di beberapa jaringan, tergantung pada

    spesies digenea yang menginfeksi. Metaserkaria dapat merusak nilai estetika dan

    menurunnya laju pertumbuhan pada ikan. Lesion terlihat bewarna putih atau

    kuning karena warna dari cacing, selain itu juga bewarna hitam karena

    hiperpigmentasi reaksi dari inang definitif (Noga 2000).

    Metaserkaria trematoda digenea dapat berbahaya bagi ikan yaitu

    Diplostomumyang metaserkarianya menginfeksi lensa mata ikan salmon dan ikan

    lainnya, menyebabkan kebutaan dan selanjutnya dapat menghambat kemampuan

    mencari makan. Metaserkaria dari famili heterophyidae menyebabkan kerusakan

    hebat pada insang, penurunan kemampuan respirasi dan mortalitas yang tinggi

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    26

    pada ikan subtropis dan tropis selain itu juga menyebabkan morbiditas serius di

    Florida dan Israel (Noga 2000). Menurut Olson dan Pierce (1997), kista dari

    metaserkaria dapat menimbulkan respon pada inang definitif berupa proliferasi

    kartilago dari perikondrium dan respon fibroblastik pada jaringan insang, selain

    itu juga mengakibatkan hiperplasia epitel insang dan fusi (penyatuan) lamela

    insang sehingga terjadi kerusakan dan berkurangnya permukaan respirasi insang

    serta berkurangnya efisiensi difusi gas.

    Beberapa trematoda digenea yaitu dari kelompok heterophyds

    (Heterophyes, Haplorchis, Metagonimus) dan opisthorchids (Chlonorchis,

    Opisthorchis) dapat menginfeksi manusia karena cacing ini bersifat zoonosis.

    Manusia dapat terinfeksi dengan cara memakan daging ikan yang mengandung

    kista dari metaserkaria trematoda digenea yang tidak dimasak dengan baik atausempurna dan tidak diasinkan (Noga 2000). Menurut Woo (2006), kasus pada

    manusia pernah dilaporkan di negara Israel dan Jepang menyebabkan laryngitis

    akut pada manusia.

    2.5 Penyakit-Penyakit Non-Infeksius pada Ikan Lele

    2.5.1 Defisiensi Vitamin

    Vitamin E (tokopherol)

    Fungsi vitamin E dalam jaringan seperti halnya dalam diet menjadi

    komponen komplek dalam mekanisme protektif melawan efek toksik radikal

    bebas. Tokopherol sebagai antioksidan dipengaruhi oleh sumbangan proton dari

    radikal bebas, diubah menjadi stabil sehingga menjadi senyawa yang tidak

    berbahaya. Tokopherol berperan di dalam jaringan untuk regenerasi dengan

    mekanisme yang melibatkan selenium. Diet ikan yang mengandung lipid oksidasi

    mengakibatkan jumlah tokopherol regenerasi tidak dapat mengimbangi tekopherol

    oksidasi dengan demikian akan mempercepat penipisan membran dan level

    tokopherol seluler, ini menunjukkan tanda defisiensi. Gejala klinik defisiensi

    vitamin E berhubungan dengan distropi otot, steatitis, patologi otot jantung serta

    anemia. Anemia berhubungan dengan membran eritrosit yang rapuh dimana dapat

    digunakan untuk menentukan status tokopherol pada ikan (Roberts 2001).

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    27

    Perubahan patologi akibat dari defisiensi vitamin E yaitu terjadinya

    perubahan temperatur akibat respon patologi yang hebat, degenerasi hyalin pada

    otot, infiltrasi lemak subepikardial dan proliferasi fibroblas. Pemberian tekopherol

    dapat mencegah kondisi ini, tentu saja level tokopherol dalam jaringan ketika

    diberikan makanan suplemen 5-10 kali di atas syarat diet minimum (Roberts

    2001).

    2.5.2 Expose Bahan Toksik

    Bermacam polutan dan logam berat menyebabkan perubahan morfologi

    insang pada ikan. Secara umum reaksi jaringan terhadap expose bahan toksik

    lingkungan menyerupai respon inflamasi (peradangan). Expose ikan terhadap

    logam berat, deterjen, nitropenol memperlihatkan pemisahan diantara sel epiteldan dasar sel pilar sistem, dimana dapat terjadi koleps integriti struktur lamela

    sekunder. Contohnya respon dari expose zinc pada ikan trout pelangi dan

    stickleback terlihat adanya swelling(membengkak) pada lamela sekunder dan

    pelepasan epitel lamela dari sel pilar sistem dan kerusakan sel epitel. Pada kasus

    berat ruang interlamelar dimana air secara normal disalurkan, dapat menjadi

    komplit menyebabkan hiperplasia sel epitel di filamen primer dan produksi mukus

    berlebihan (Leatherland 1998). Menurut Hoole et al. (2001), perubahan-

    perubahan yang akut pada jaringan insang akibat dari terpapar bahan-bahan toksik

    berupa fusi (peleburan) lamela dan piknosis sel-sel. Kasus-kasus kronis akan

    terjadi nekrosis, deskuamasi sel epitel, edema, dan ditandai dengan infiltrasi sel-

    sel granuler eosinofilik dan jenis leukosit yang lain. Kondisi-kondisi ini

    mengurangi efisiensi difusi gas dan fungsi insang yang lain dan dapat berakibat

    fatal.

    Keracunan Pestisida

    Pestisida menimbulkan efek secara general yaitu penurunan tingkat

    kelahiran/produksi atau menghambat pertumbuhan ikan. Kadang-kadang terjadi

    overdosis atau melalui kontaminasi dapat menyebabkan kematian. Biasanya

    menimbulkan nekrosis akut dengan nekrosis pada hati dan ginjal. Kelangsungan

    hidup ikan dipertahankan dengan penggantian jaringan fibrosis pada area nekrosis

    dan general rekover. Pada insang menyebabkan edema dikuti dengan deskuamasi

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    28

    epitel lamela sekunder dan nekrosa sel epitel mengakibatkan gangguan respirasi

    dan osmoregulasi serta mengakibatkan kematian (Roberts 2001).

    Ammonia

    Ammonia lebih toksik dari nitrogen, dapat bersifat akut bagi ikan dan

    dapat mengakibatkan kematian. Ammonia di dalam air ada dua bentuk yaitu ion

    ammonia (NH4+) dan ammonia bebas (NH3). Ammonia bebas (NH3) lebih toksik

    dari pada ion ammonia. Ammonia akan meningkat pada kondisi temperatur dan

    pH air meningkat. Ammonia lebih toksik jika rendahnya level oksigen yang

    terlarut (DO). Jika air mengandung biomass yang signifikan seperti macrophytes

    dan algae pada saat terjadi fotosintesis dan respirasi (malam) akan mengakibatkan

    kenaikan atau penurunan level (DO) dan kenaikan atau penurunan level CO2hal

    ini dapat mempengaruhi pH (Hoole et al. 2001)Toksisitas dari ammonia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

    spesies ikan, level ekposur dari ammonia bebas (NH3), periode ekposur dan

    beberapa efek aklimasi. Ikan yang terpapar toksik menyebabkan perubahan kimia

    darah diantaranya : peningkatan pH, gangguan osmolegulator dan kesulitan

    bernafas. Gangguan osmolegulator, peningkatan permeabilitas, dimana ikan harus

    mengimbanginya dengan peningkatan ekresi urin. Fakta menyatakan bahwa

    ammonia dapat merusak epitel insang, edema, deskuamasi epitel insang dan

    nekrosis. Level ammonia yang tinggi menyebabkan kematian yang akut pada

    ikan. Ini karena kerusakan epitel dan usus, menyebabkan hemoragi,

    mempengaruhi CNS dan tingkahlaku yang abnormal. Ekposur kronis level

    subletal dapat menyebabkan penurunan berat badan dan peningkatan kerentanan

    infeksi (Hoole et al. 2001).

    2.6 Beberapa Perubahan Histopatologi

    2.6.1 Inflamasi

    Menurut Guyton and hall (1996), inflmasi (peradangan) ditandai dengan :

    (1) vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah

    setempat yang berlebihan, (2) kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan

    kebocoran banyak sekali ke ruang interstisial, (3) seringkali pembekuan cairan

    dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    29

    bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, (4) migrasi sejumlah besar granulosit

    dan monosit ke dalam jaringan dan (5) pembengkakan sel jaringan, sedangkan

    menurut Roberts (2001), inflamasi merupakan suatu respon pertahanan jaringan

    yang rusak dan terjadi pada semua vetebrata. Respon inflamasi pada hewan

    tingkat tinggi ditandai dengan color, rubor, tumor, dolore dan function laeso

    (panas, merah, bengkak, sakit dan kehilangan fungsi).

    Inflamasi dapat mengakibatkan pembatasan area yang terluka dari jaringan

    yang tidak mengalami inflamasi. Ruang jaringan dan cairan limfatik dalam daerah

    yang meradang dihalangi oleh bekuan fibrinogen, sehingga sedikit saja cair yang

    melintasi ruang. Proses pembatasan akan menunda penyebaran bakteri atau

    produk toksik (Guyton and Hall 1996).

    Menurut Spector (1993), inflamasi dapat akut yaitu umurnya pendek ataukronis yaitu berkepanjangan, tergantung kepada derajat luka jaringan. Underwood

    (1992) menambahkan bahwa inflamasi akut merupakan reaksi awal dari

    kerusakan jaringan, terjadinya dilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh

    darah, cairan dan sel keluar dari pembuluh darah serta adanya netrofil di jaringan

    yang meradang. Pada inflamasi kronis ditandai dengan : (1) adanya limposit, sel

    plasma dan makrofag predominan, (2) merupakan lanjutan dari inflamasi akut, (3)

    inflamasi granulomatos adalah bentuk spesifik dari inflamasi kronis dan kadang-

    kadang diikuti reaksi sekunder oleh amyloidosis.

    2.6.2 Edema

    Edema merupakan suatu kondisi dimana meningkatnya jumlah cairan

    dalam kopartemen jaringan interseluler. Edema terjadi pada jaringan ikat longgar

    (sub kutis) dan rongga-rongga badan (rongga perut dan di dalam paru-paru)

    (Underwood 1992).

    Menurut Guyton and Hall (1996), penyebab dari edema adalah

    meningkatnya tekanan hidrostatik intra vaskula menimbulkan perembesan cairan

    plasma darah keluar dan masuk ke dalam ruang interstisium. Kondisi peningkatan

    tekanan hidrostatik sering ditemukan pada pembendungan pada vena (kongesti)

    dan edema merupakan resiko paska kongesti. Underwood (1992) menambahkan

    bahwa edema dapat diklasifikasikan dalam empat kategori patogenetik yaitu (1)

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    30

    inflamasi yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas vaskuler, (2)

    peningkatan tekanan intravena, (3) obtruksi saluran limfatik, (4) hipoalbumin

    yang berkaitan dengan penurunan tekanan onkotik plasma.

    2.6.3 Hemoragi dan Kongesti

    Hemoragi (pendarahan) adalah kondisi yang ditandai dengan keluarnya

    darah dari dalam vaskula akibat dari kerusakan dinding vaskula. Kebocoran

    dinding ada dua macam melalui kerobekan (per reksis) dan melalui perenggangan

    jarak antara sel-sel endotel dinding vaskula (per diapedisis). Hemoragi per

    diapedisis umumnya terjadi pada pembuluh kapiler. Hemoragi per reksis dapat

    terjadi pada vaskuler apa saja, bahkan dapat terjadi bila dinding jantung robek

    atau bocor (Smith dan Jones, 1961).Hemoragi kecil dimana berbentuk titik darah tidak lebih besar dari ujung

    peniti disebut ptechiae (tunggal, petechia). Hemoragi dengan spot yang agak besar

    di permukaan tubuh atau di jaringan disebut ekimosis (tunggal, ekimosis).

    Ektrafasasi merupakan hemoragi dalam jaringan yang sudah sangat menyebar

    (Smith dan Jones 1961) .

    Hemoragi dapat disebabkan oleh : (1) trauma yaitu kerusakan dalam

    bentuk fisik yang merusak sistem vaskula jaringan di daerah benturan/ kontak, (2)

    infeksi agen infeksius terutama mengakibatkan septisemia, (3) bahan toksik yang

    merusak endotel kapiler, (4) faktor lain yang menyebabkan dinding vaskula lemah

    sehingga pembuluh darah rentan untuk bocor.

    Kongesti adalah berlimpahnya darah di dalam pembuluh darah di regio

    tertentu. Kongesti disebut juga hiperemi, jika dilihat secara mikroskopik kapiler-

    kepiler dalam jaringan yang hiperemi terlihat melebar dan penuh berisi darah.Pada

    dasarnya kongesti dapat terjadi dengan dua mekanisme yaitu : (1) Kenaikan

    jumlah darah yang mengalir ke jaringan atau organ disebut dengan kongesti aktif

    dan (2) penurunan jumlah darah yang mengalir ke jaringan atau organ disebut

    dengan kongesti pasif (Price dan Wilson 2006).

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    31

    2.6.4 Degenerasi Otot dan Nekrosa

    Degenerasi Hialin merupakan perubahan yang mengikuti cloudy swelling

    dan disebut juga nekrosis koagulasi. Nukleus kromatin berkondensasi dan

    menyebabkan lurik pada serabut otot menghilang. Serabut memperlihatkan suatu

    penampilan homogen dan efektif terhadap pewarnaan eosin. Serabut-serabut otot

    terhialinasi menjadi lebih rapuh dibandingkan serabut-serabut yang tetap utuh.

    Degenerasi hialin yang hanya terjadi pada sebagian dari serabut otot

    menyebabkan nukleus dekat dengan batas bagian terhialinasi dan bagian yang

    tetap utuh sering kali mengalami hiperplasia. Beberapa serabut otot yang telihat

    normal di dekat serabut-serabut yang terpengaruh hialinasi sering memperlihatkan

    pemisahan longitudinal yang frekuen (Takashima dan Hibiya 1995).

    Degenerasi granuler merupakan perubahan paling berat yang muncul padaserabut otot dan dikenal sebagai nekrosis pencairan, yaitu degenerasi granuler

    yang mempengaruhi seluruh serabut atau hanya suatu bagian saja. Sarkoplasma

    menjadi granuler memperlihatkan suatu massa eosinofilik yang tidak beraturan di

    dalam sarkolema, adakalanya tetap jelas terlihat pada bagian serabut otot yang

    tidak terpengaruh. Kejadian umum terlihat pada serabut otot yang rusak, yaitu

    adanya infiltrasi fagosit. Serabut dengan fagosit yang memenuhi bagian-bagian

    terdegenerasi dikenal sebagai kantong-kantong berbentuk pipa (Tubular Bag).

    Serabut-serabut otot berdekatan dengan serabut yang terpengaruh oleh degenerasi

    ini juga memperlihatkan pemisahan longitudinal, hipertropi dan hiperplasia

    nukleus, tetapi tingkatnya lebih besar dibandingkan dengan degenerasi hialin

    pada serabut otot (Takashima dan Hibiya 1995).

    Nekrosa merupakan jenis kematian sel ireversibel yang terjadi ketika

    terdapat cidera berat atau lama hingga suatu saat sel tidak dapat beradaptasi atau

    memperbaiki dirinya sendiri. Umunya perubahan-perubahan lisis yang terjadi

    dalam jaringan nekrotik dapat melibatkan sitoplasma sel, perubahan-perubahan

    paling jelas bermanifestasi pada inti. Inti sel yang nekrosis akan menyusut,

    memiliki batas yang tidak teratur dan bewarna gelap. Proses ini dinamakan

    piknosis. Kemungkinan lain inti dapat hancur dan membentuk fragmen-fragmen

    materi kromatin yang tersebar di dalam sel, proses ini disebut sebagai karioreksis.

    Pada beberapa keadaan init sel tidak dapat diwarnai lagi dan benar-benar hilang,

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    32

    proses ini disebut sebagai kariolisis. Pengaruh nekrosis mengakibatkan hilangnya

    fungsi pada daerah yang nekrosa. Pada beberapa keadaan daerah nekrotik dapat

    menjadi fokus infeksi yang merupakan medium pembiakan yang sangat baik bagi

    pertumbuhan organisme tertentu yang kemudian dapat menyebar ke tempat lain di

    dalam tubuh, bahkan tanpa infeksipun adanya jaringan nekrosa di dalam tubuh

    dapat memicu perubahan sistemik tertentu misalnya peningkatan jumlah leukosit

    di dalam sirkulasi. Jaringan yang mengalami nekrosis dapat menginduksi respon

    peradangan dari jaringan yang berdekatan. Jaringan yang nekrosa akan hancur dan

    hilang memberi jalan bagi proses perbaikan yang mengganti daerah nekrotik

    dengan sel-sel yang beregenerasi, pada beberapa keadaan dengan terbentuknya

    jaringan parut (Price dan Wilson 2006).

    2.6.5 Proliferasi Sel Goblet

    Sel goblet terdapat diantara sel absorbtif vili usus halus yang mengandung

    asam glikoprotein berfungsi untuk melicinkan dinding usus (Janquiera et al.1997)

    dan berfungsi sebagai media pertahanan yang penting terhadap infeksi cacing

    (Tiuria et al. 2000), sedangkan pada insang terdapat pada epitel lamela primer

    bagian aferen dan eferen tepi lamela primer (Takashima dan Hibiya 1995) serta

    berfungsi sebagai pelindung atau proteksi, menurunkan terjadinya friksi dan

    gesekan, antipatogen, membantu pertukaran ion dan membantu pertukaran gas

    dan air (Irianto 2005).

    Proliferasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan atau

    kenaikan jumlah sel yang nyata dalam jaringan (Price dan Wilson 2006). Menurut

    Tiuria et al. (2000), proliferasi dan hiperplasia sel goblet terjadi pada permukaan

    mukosa usus. Sel ini berasal dari sel bakal (stem sel ) yang terdapat pada dasar

    kripta, berdiferensiasi dan bermigrasi dari dasar kripta ke bagian atas vili yaitu

    lamina propria selanjutnya disalurkan ke dalam lumen.

    2.6.5 Hiperplasia Lamela Sekunder

    Hiperplasia lamela adalah respon dalam jangka panjang dari sel

    malpighian. Sel terutama didapat dari lamela primer, mereka berpindah ke distal

    dalam langkah awal menghasilkan akumulasi sel pada tepi lamela sekunder yang

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    33

    biasanya disebut clubbing pada lamela. Seluruh jarak antar lamela dipenuhi oleh

    sel-sel baru dan sering ditunjukkan dengan metaplasia mukoid mengakibatkan

    area respirasi menjadi berkurang (Roberts 2001).

    Hiperplasia lamela biasanya berkaitan dengan peningkatan jumlah dan

    migrasi sel malpighian di lamela primer. Insang rusak oleh efek pH air yang

    rendah berkaitan dengan hujan asam dan peningkatan absorbsi (penyerapan)

    aluminium tanah. Hiperplasia lamela sekunder juga berkaitan dengan edema pada

    lamela dan hipertropi sel epitel. Terjadi perubahan bentuk sel pilar, tetapi faktor

    utama yaitu peningkatan jumlah sel kloride yang meluas sampai ke permukaan

    lamela sekunder sehingga terjadi penebalan pada lamela sekunder (Roberts 2001).

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Departemen Klinik,

    Reproduksi dan Patologi serta Labratorium Helmintologi Departemen Ilmu

    Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH-IPB dimulai dari

    bulan Juli - Agustus 2007.

    3.2 Bahan dan Alat

    Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) organ

    insang, otot dan usus ikan lele yang telah difiksasi dalam BNF (Buffer NetralFormalin) 10%, (2) pewarnaan Haematoksilin-Eosin, (3) xylol dan minyak

    emersi, (4) objek gelas dan cover gelas, (5) mikroskop, (6) kamera untuk

    dokumentasi, (7) akuarium.

    3.3 Metode Penelitian

    Sampel ikan lele diambil di pasar Laladon sebanyak 17 ekor kemudian

    diaklimatisasi di dalam akuarium selama satu hari supaya ikan lele bisa

    beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Ikan dimatikan dengan cara

    memukul bagian frontal dari kepala kemudian dinekropsi. Usus, otot dan insang

    yang diambil diawetkan dalam BNF 10%. Tahap berikutnya pembuatan preparat

    histopatologi dilakukan beberapa tahap (lampiran 1), setelah pembuatan preparat

    histopatologi dilakukan pewarnaan dengan Haematoksilin-Eosin (lampiran 2) dan

    dilakukan pengamatan pada organ insang, otot, usus menggunakan mikroskop

    cahaya dengan pembesaran 10x sampai 100x serta pengambilan foto histopatologi

    untuk dokumentasi.

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    35

    100%

    35,29%

    94,12%

    47,06%

    58,82%

    76,47%

    29,41%

    47,06%

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    Jumlah

    (Ekor)

    Hiperplasia lamelasekunder

    Hemoragi

    Kongesti

    Deskuamasi epitel

    Proliferasi sel goblet

    Edema

    Kista dari metaserkaria

    trematoda digenea

    Kerusakan tulangrawan

    Perubahan Histopatologi

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Insang

    Berdasarkan pengamatan, perubahan histopatologi yang ditemukan pada

    organ insang yaitu hiperplasia lamela sekunder yang merupakan perubahan

    histopatologi paling banyak ditemukan yaitu pada 17 sampel dari 17 sampel ikan

    yang diambil, berikutnya diikuti oleh kongesti 16 sampel, edema 13 sampel,

    proliferasi sel goblet 10 sampel, deskuamasi epitel insang 8 sampel, kerusakan

    tulang rawan 8 sampel, hemoragi 6 sampel dan yang paling sedikit kista dari

    metaserkaria trematoda digenea 5 sampel (Gambar 2).

    Gambar 2. Frekuensi lesiohistopatologi organ insang ikan lele (Clarias spp.)

    Hiperplasia Lamela Sekunder

    Hiperplasia lamela sekunder merupakan perubahan histopatologi yangpaling banyak ditemukan pada insang. Semua sampel ikan yang diambil

    mengalami hiperplasia lamela sekunder dan diikuti juga dengan inflamasi pada

    insang. Hiperplasia lamela sekunder terjadi mulai dari ringan sampai berat.

    Hiperplasia lamela sekunder yang berat terjadi jika hampir seluruh lamela

    sekunder insang mengalami penebalan, sedangkan hiperplasia lamela sekunder

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    36

    ringan terjadi hanya sebahagian kecil dari lamela sekunder insang yang

    mengalami penebalan.

    Hiperplasia lamela sekunder disebabkan karena habitat ikan lele yang

    hidup di perairan berlumpur, rawa, telaga, sawah yang tergenang air dimana

    kualitas airnya buruk. Menurut Camargo dan Martinez (2007), kontaminasi air

    oleh aktifitas manusia seperti pertanian dan industri yang mengandung

    beranekaragam polutan organik dan inorganik diantaranya minyak, logam berat,

    pestisida dan pupuk menyebabkan perubahan kualitas air dan ganguan kesehatan

    pada ikan. Perubahan histopatologi insang ikan yang terpapar polutan berupa

    hiperplasia sel epitel dan terangkatnya epitel lamela insang. Pada kasus berat

    mengakibatkan fusi pada beberapa lamela sekunder, hipertropi sel epitel dan

    bentuk lamela insang menjadi tidak beraturan (Gambar 3). Faktor lain yang dapatmenyebabkan hiperplasia lamela sekunder yaitu ammonia dalam bentuk NH3yang

    berasal dari ekresi metabolisme pakan yang bersifat toksik bagi ikan serta bisa

    diikuti infeksi sekunder oleh bakteri. Kista dari metaserkaria trematoda digenea

    juga dapat menyebabkan hiperplasia lamela sekunder. Hal ini dapat dilihat dari 5

    sampel ditemukan kista dari metaserkaria trematoda digenea yang terdapat di

    dalam filamen kartilago insang. Menurut Woo (2006), kista dari metaserkaria

    trematoda digenea menginduksi hiperplasia epitel insang dan penebalan filamen

    insang.

    Menurut Roberts (2001), hiperplasia lamela biasanya berkaitan dengan

    peningkatan jumlah dan migrasi sel malpighian di lamela primer. Hiperplasia

    lamela sekunder juga berkaitan dengan edema pada lamela dan hipertropi sel

    epitel serta terjadi perubahan bentuk sel pilar, tetapi faktor utama yaitu

    peningkatan jumlah sel kloride yang meluas sampai ke permukaan lamela

    sekunder sehingga terjadi penebalan pada lamela sekunder. Akibat dari penebalan

    lamela sekunder area respirasi menjadi berkurang, selain itu juga terjadi gangguan

    pertukaran ion di epitel dan terganggunya fungsi normal sel kloride.

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    37

    Gambar 3. Hiperplasia lamela sekunder pada insang (panah biru).Pewarnaan HE, gambar atas 1 bar = 100 m dan gambar

    bawah 1 bar = 60 m

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    38

    Edema dan Deskuamasi Epitel Insang

    Berdasarkan pengamatan, perubahan histopatologi pada organ insang

    didapatkan 13 sampel ikan lele terjadi edema pada lamela insang dari 17 sampel

    ikan lele yang diambil. Edema yang terjadi pada insang mulai dari yang ringan

    sampai yang berat. Enam sampel mengalami edema berat sisanya mengalami

    edema ringan sampai sedang, sedangkan deskuamasi epitel pada lamela primer

    dan sekunder ditemukan pada 8 sampel ikan lele dari 17 sampel yang diambil.

    Deskuamasi yang terjadi mulai dari ringan sampai berat. Edema dan deskuamasi

    yang berat terjadi jika hampir seluruh lamela sekunder insang mengalami edema

    dan deskuamasi, sedangkan edema dan deskuamasi ringan terjadi hanya

    sebahagian kecil lamela sekunder insang yang mengalami edema dan deskuamasi.

    Edema pada insang disebabkan karena bahan-bahan kimia sepertipeptisida dan logam berat, ini berhubungan juga dengan habitat ikan lele yang

    hidup di air kotor yang kualitasnya buruk, selain itu juga disebabkan oleh eksresi

    ammonia dari metabolisme pakan dalam bentukNH3 yang berlebihan dapatmengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas vaskuler dan bersifat toksik

    bagi ikan. Menurut Roberts (2001), edema pada lamela diakibatkan karena

    terpaparnya polusi bahan-bahan kimia diantaranya logam (metal), peptisida,

    formalin atau hidrogen peroksida dengan dosis yang terlalu tinggi, selain itu juga

    bisa disebabkan oleh aflatoxikosis nutrisi akut yang dapat menyebabkan edema

    hebat pada lamela. Kelanjutan dari edema yaitu terlepasnya (deskuamasi) epitel

    respirasi pada lamela primer dan sekunder dengan nekrosa sel epitel lamela yang

    hebat, sering bersifat letal akibat kesulitan bernafas dan osmoregulasi. Menurut

    Underwood (1992), edema juga bisa disebabkan karena inflamasi akut dimana

    dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas vaskuler dalam kaitan

    dengan separasi (pemisahan) sel endotel di bawah pengaruh bahan kimia. Cairan

    dengan kandungan protein tinggi keluar dari permeabilitas vena masuk ke

    jaringan mengalami radang. Terjadinya deskuamasi epitel pada lamela primer dan

    sekunder merupakan suatu indikasi adanya respon pertahanan insang terhadap

    infeksi bahan asing seperti bahan-bahan kimia dan ammonia. Gambaran

    histopatologi memperlihatkan insang yang mengalami edema ditandai dengan

    merenggangnya epitel lamela sekunder karena berisi cairan edema (Gambar 4).

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    39

    Gambar 4. Edema (panah hitam) dan deskuamasi epitel lamela insang

    (panah biru). Pewarnaan HE, gambar atas 1 bar = 100 m

    dan gambar bawah 1 bar = 40 m

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    40

    Kongesti dan Hemoragi

    Kongesti menempati urutan kedua paling banyak dari perubahan

    histopatologi yang terjadi pada insang yaitu 16 sampel, sedangkan hemoragi lebih

    sedikit yaitu 6 sampel. Kongesti dan hemoragi yang terjadi pada insang mulai dari

    yang ringan sampai dengan yang berat. Insang yang mengalami kongesti berat 4

    sampel, sedangkan yang mengalami hemoragi yang berat 2 sampel sisanya

    mengalami kongesti dan hemoragi yang ringan sampai sedang. Kongesti dan

    hemoragi berat terjadi jika hampir seluruh bagian insang mengalami kongesti dan

    hemoragi, sedangkan kongesti dan hemoragi ringan terjadi jika sebahagian kecil

    insang yang mengalami kongesti dan hemoragi.

    Kongesti dan hemoragi yang terjadi pada insang bisa disebabkan karena

    migrasi dari serkaria yang merupakan tahap perkembangan dari trematodadigenea. Serkaria yang migrasi akan penetrasi ke epitel insang sehingga terjadi

    kerusakan pada insang dan diikuti dengan terjadinya hemoragi. Menurut Noga

    (2000), serkaria yang migrasi dapat menyebabkan hemoragi, nekrosa dan

    inflamasi di tempat migrasi dari serkaria tersebut. Menurut Camargo dan Martinez

    (2007), kwalitas air yang buruk akibat dari aktifitas manusia seperti pertanian,

    industri yang mengandung beranekaragam polutan organik dan inorganik dapat

    menyebabkan kongesti pada insang. Kasus yang berat menyebabkan lesio pada

    insang dimana lamela mengalami aneurism (pembengkakan pembuluh darah) dan

    hemoragi dengan ruptur pada epitel lamela insang. Faktor lain yang dapat

    menyebabkan terjadinya kongesti pada insang yaitu trauma fisik akibat dari

    perlakuan pada saat ikan lele dimatikan sebelum di nekropsi. Ikan dimatikan

    dengan cara memukul pada bagian frontal kepala sehingga menyebabkan

    terjadinya kongesti pada insang. Kongesti pada insang secara histopatologi

    ditandai dengan banyaknya eritrosit yang berada di pembuluh darah, sedangkan

    hemoragi ditandai dengan eritrosit sudah keluar dari pembuluh darah dan berada

    di jaringan insang (Gambar 5).

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    41

    Gambar 5. Kongesti (panah hitam) dan hemoragi (panah biru). PewarnaanHE, gambar atas 1 bar = 60 m dan gambar bawah 1 bar = 40m

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    42

    Parasit

    Berdasarkan pengamatan, didapatkan kista dari metaserkaria trematoda

    digenea di dalam filamen kartilago insang sebanyak 5 sampel dari 17 sampel ikan

    yang diambil. Infeksi dari metaserkaria trematoda digenea yang membentuk kista

    mulai dari ringan sampai berat. Satu sampel mengalami infeksi berat, sedangkan

    empat sampel mengalami infeksi ringan sampai sedang. Infeksi yang berat terjadi

    jika kista dari metaserkaria trematoda digenea banyak ditemukan di dalam filamen

    kartilago insang, sedangkan infeksi yang ringan terjadi jika kista dari metaserkaria

    trematoda digenea sedikit ditemukan di dalam filamen kartilago insang.

    Menurut Woo (2001), kista dari metaserkaria trematoda digenea terdapat

    di dalam filamen kartilago insang diselimuti oleh kapsul sel kartilagenous akibat

    dari penetrasi (penembusan) serkaria pada filamen insang dan kista di jaringan

    konektif yang berdekatan dengan lapisan kartilago. Kista dari metaserkaria

    trematoda digenea dapat menginduksi poliferasi kondroblas dari perikondrium

    dan metaserkaria membentuk kapsul (hari ke-7 post-infeksi) terdapat di dalam

    perpanjangan filamen kartilago insang. Infeksi dari metaserkaria trematoda

    digenea yang membentuk kista juga menginduksi hiperplasia epitel, penebalan

    filamen insang, memendek ketika terjadi infeksi berat dan kadang-kadang terjadi

    hemoragi. Proliferasi kartilago insang menyebabkan filamen insang membesar

    dari diameter normal dan terjadi fusi (peleburan) filamen serta rusaknya morfologi

    insang normal (Gambar 6). Infeksi yang berat pada insang mengakibatkan

    penurunan efisiensi respirasi.

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    43

    Gambar 6. Kista dari metaserkaria trematoda digenea di dalam filamen

    kartilago insang (panah biru). Pewarnaan HE, gambar atas

    1 bar = 100 m dan gambar bawah 1 bar = 60 m

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    44

    Proliferasi Sel Goblet

    Berdasarkan pengamatan, didapatkan 10 sampel dari 17 sampel ikan lele

    yang diambil mengalami proliferasi sel goblet. Proliferasi sel goblet terjadi mulai

    dari rendah sampai tinggi. Tiga sampel mengalami proliferasi sel goblet yang

    tinggi dan sisanya rendah sampai sedang. Proliferasi sel goblet tinggi terjadi jika

    jumlah sel goblet insang meningkat secara signifikan, sedangkan proliferasi sel

    goblet rendah terjadi jika jumlah sel goblet yang meningkat hanya sedikit dan

    tidak begitu signifikan.

    Proliferasi sel goblet pada insang yang ditandai dengan meningkatnya

    jumlah sel goblet insang (Gambar 7) disebabkan karena respon terhadap adanya

    kista dari metaserkaria trematoda digenea. Ini terlihat pada insang ditemukan kista

    dari metaserkaria trematoda digenea di dalam filmen kartilago insang, selain itu

    juga proliferasi sel goblet bisa disebabkan karena terpapar bahan kimia organik

    (pestisida dan deterjen) serta ammonia. Menurut Hoole et al. (2001), jumlah sel-

    sel mukus juga meningkat akibat respon atas infeksi atau peradangan parasit dan

    kualitas air yang buruk. Sel-sel mukus membebaskan material mukusnya ke

    permukaan epitel untuk melindungi jaringan insang. Irianto (2005) menambahkan,

    sel goblet merupakan sejumlah sel-sel tunggal berbentuk buah pear atau oval dan

    menghasilkan mukus dan terdapat pada lengkung insang, filamen insang maupun

    lamela sekunder. Mukus merupakan glikoprotein yang bersifat basa atau netral

    dengan fungsi pelindungan atau proteksi serta anti patogen. Proliferasi sel goblet

    yang terjadi pada insang merupakan mekanisme pertahanan dari selaput lendir

    insang pada ikan yang terinfeksi akibat respon dari adanya parasit dan bahan asing

    seperti bahan-bahan kimia organik.

    Menurut Tiuria et al. (2000), mukus yang dihasilkan oleh sel goblet

    bersifat protektif bagi inang dengan cara mempengaruhi pengeluaran atau

    penjeratan cacing dan bahan asing serta menghalangi kontak langsung dengan

    mukosa insang. Mukus juga memiliki kemampuan menghambat kolonisasimikroorganisme pada insang. Mukus mengandung imunoglobulin (IgM) yang

    dapat menghancurkan patogen yang menginvasi. Hal ini menandakan bahwa

    tubuh ikan berusaha mengeluarkan apapun bentuk dari suatu antigen atau bahan

    asing dari dalam tubuh sehingga bisa terbebas dari bahan asing tersebut.

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    45

    Gambar 7. Proliferasi sel goblet pada insang (panah biru). Pewarnaan

    HE, 1 bar = 40 m

    Kerusakan Tulang Rawan (Kartilago) Insang

    Hasil pengamatan histopatologi yang didapat yaitu 8 sampel mengalami

    kerusakan tulang rawan pada insang dari 17 sampel ikan lele yang diambil. Lima

    diantaranya terdapat kista dari metaserkaria trematoda digenea di dalam filamen

    kartilago insang.

    Kerusakan tulang rawan insang bisa disebabkan karena infeksi dari

    metaserkaria trematoda digenea yang membentuk kista di dalam filamen kartilago

    insang. Kista dari metaserkaria trematoda digenea yang terdapat di dalam filamen

    kartilago insang diselimuti oleh kapsul sel kartilagenous. Menurut Olson dan

    Pierce (1997), kista dari metaserkaria trematoda digenea menstimuli terjadinya

    proliferasi kartilago dari perikondrium sehingga filamen kartilago insang

    membesar dari diameter normal dan dapat merusak morfologi normal dari insang

    serta diikuti dengan fusi pada filamen insang (Gambar 8). Infeksi yang berat pada

    ikan menyebabkan berkurangnya permukaan respirasi pada insang.

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    46

    Gambar 8. Kerusakan tulang rawan insang (panah biru). Pewarnaan HE,gambar atas 1 bar = 100 m dan gambar bawah 1 bar = 60 m

    2. Usus

    Berdasarkan pengamatan, perubahan histopatologi yang ditemui pada

    organ usus adalah proliferasi sel goblet dan kongesti pada 10 sampel, berikutnya

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-clar

    47

    diikuti oleh deskuamasi sel epitel usus 8 sampel, infeksi parasit 5 sampel dan yang

    paling sedikit yaitu hemoragi 3 sampel (Gambar 9).

    58,82%

    17,65%

    47,06%

    58,82%

    29,41%

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    Jumlah(Ekor)

    Kongesti

    Hemoragi

    Deskuamasi

    epitel

    Proliferasi sel

    goblet

    ParasitPerubahanHistopatologi

    Gambar 9. Frekuensi lesion histopatologiorgan usus ikan Lele (Clarias spp.)

    Proliferasi Sel Goblet

    Proliferasi sel goblet merupakan perubahan histopatologi yang paling

    banyak di temukan di organ usus ikan lele bersama dengan kongesti yaitu

    sebanyak 10 sampel dari 17 sampel ikan lele yang diambil. Proliferasi sel goblet

    pada usus mulai dari rendah sampai dengan tinggi. Proliferasi sel goblet yang

    tinggi yaitu 4 sampel, sisanya mulai dari rendah sampai sedang. Proliferasi sel

    goblet tinggi terjadi jika jumlah sel goblet usus meningkat secara signifikan,

    sedangkan proliferasi sel goblet ringan terjadi jika jumlah sel goblet yang

    meningkat hanya sedikit dan tidak begitu signifikan.

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang, Otot Dan Usus Pada Ikan Lele (Clarias Spp) Bog...

    http:///reader/full/gambaran-histopatologi-insang-otot-dan-usus-pada-ikan-lele-cla

    48

    Tabel 1. Jumlah Sel Goblet pada Usus Ikan Lele (Clarias spp.)

    Sampel (lele) Jumlah sel goblet

    1 70

    2 1323 131

    4 101

    5 97

    6 108

    7 136

    8 92

    9 80

    10 147

    11 158

    12 104

    13 82

    14 197

    15 60

    16 83

    17 109

    Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa 5 lele dengan jumlah sel gobletnya lebih

    banyak dari yang lain, ini menunjukkan bahwa kelima lele mengalami proliferasi

    sel goblet yang tinggi pada usus. Proliferasi sel goblet pada usus yang ditandai

    dengan meningkatnya jumlah sel goblet usus (Gambar 10) bisa disebabkan karena

    infeksi cacing trematoda digenea. Kebanyakan cacing trematoda digenea dewasa

    berada di dalam usus inang definitif (ikan, beruang dan mamalia) untuk

    menghasilkan telur. Cacing trematoda digenea menstimulasi respon pertahanan

    selaput lendir usus ikan terinfeksi yang dibuktikan dengan terjadinya proliferasi

    sel goblet. Menurut Tiuria et al. (2000), mukus yang dihasilkan sel goblet bersifat

    protektif dan anti patogen bagi inang dengan cara mempengaruhi pengeluaran

    atau penjeratan cacing, menghalangi kontak langsung dengan mukosa sehingga

    mencegah establishment bagi cacing. Mukus juga memiliki kemampuan

  • 5/24/2018 Gambaran Histopatologi Insang