lap. histopatologi ikan

13
Laporan Praktikum ke-12 Hari/Tanggal : Selasa/ 16 Desember 2014 M! Pen"akit #rganisme $kuatik !elompok : %% S&i't 1 $sisten : !iki $malia %(bal )i*a"a HISTOPALOGI Disusun ole&: +itratunisa ,14120046 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 I. PENDAHULUAN

Upload: aanbadunk

Post on 05-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

bio

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum ke-12Hari/Tanggal: Selasa/ 16 Desember 2014M.K Penyakit Organisme AkuatikKelompok: II Shift 1Asisten: Kiki Amalia Iqbal Wijaya

HISTOPALOGIDisusun oleh:FitratunisaC14120046

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANINSTITUT PERTANIAN BOGOR2014I. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIkan normal/ ikan sehat yang hidup pada lingkungan yang mendukung, baik sel-sel, jaringan, organ maupun sistem organ akan bekerja secara sinergis dan dapat menjalankan fungsi-fungsi tertentunya. Namun, apabila kondisi lingkungan kurang menguntungkan sehingga dapat meneybabkan stress, fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam tubuh ikan tidak akan dapat bekerja dengan semestinya. Kemudian, gangguan pada jaringan ini akan mempengaruhi kinerja dari organ serta sistemnya pada tubuh ikan tersebut. Bila kinerja dari suatu sistem terganggu, maka kondisi tubuh ikan dapat menurun, timbul penyakit dan bahkan kematian (Bond 1979).Abnormalitas yang terjadi pada tubuh ikan akan mengakibatkan perubahan bentuk dan struktur yang secara makroskopis sangat sulit untuk diamati. Bahkan secara mikroskopis pun, perubahan bentuk dan struktur jaringan juga sulit untuk diamati karena sulitnya dalam membuat sayatan untuk preparat yang tipis, perbedaan warna jaringan yang secara alami sangat sulit untuk dibedakan, dan jaringan tubuh ikan yang sangat mudah rusak dan membusuk dengan cepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara dalam mengatasi masalah tersebut. Salah satunya dengan pembuatan metode pembuatan preparat histologi. Histologi dikenal sebagai suatu ilmu yang mempelajari anatomi secara mikroskopis struktur jaringan atau organ (Bond 1979).Histopatologi yaitu salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari kondisi serta fungsi jaringan yang berhubungan dengan penyakit. Histopatologi dianggap penting dalam kaitannya dengan diagnosa penyakit pada ikan karena merupakan salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terserang penyakit infeksius maupun penyakit non infeksius. Analisa terhadap kondisi histologi organ/ jaringan dengan pengamatan terhadap perubahan morfologi, struktur dan indikasi kerusakan /infeksi/ mutasi lainnya akibat pengaruh penyakit, bahan toksik atau proses-proses mutagenisis lainnya (Harper dan S. Jeffrey 2008). Melalui analisa histopatologi dapat diketahui tingkat kerusakan jaringan pada organ organ vital seperti hati, insang, ginjal, usus, bahkan limfa setelah kematian terjadi.1.2 TujuanTujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui langkah awal dalam diagnosa penyakit pada ikan.

II. METODOLOGI2.1 Waktu dan TempatPraktikum Histopatologi dilakukan pada hari Selasa tanggal 9 Desember 2014. Praktikum bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.2.2 Alat dan BahanAlat - alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop cahaya, alat bedah, kaset, cetakan untuk blocking, benang, dan mikrotom. Sedangkan bahan bahan yang digunakan antara lain jaringan pada organ ikan (hati, insang, dan usus) yang diduga terserang penyakit, larutan fiksasi berupa larutan BNF (Buffer Netral Formaline), alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 95%, alkohol 100%, larutan xylol, paraffin, air panas dengan suhu 50oC, akuades, pewarna hematoksilin dan eosin, serta entellan atau balsem kanada untuk proses penempelan.2.3 Prosedur Kerja2.3.1 Penentuan dan Pengambilan JaringanIkan nila dibedah dengan alat bedah dari lubang anus menuju dorsal lalu dibelokkan menuju caudal hingga ventral. Kemudian, organ yang akan dibuat preparat histopatologisnya diambil (organ yang digunakan adalah hati, insang, dan usus). 2.3.2 Fiksasi JaringanJaringan yang telah diambil dimasukkan ke dalam kaset yang telah diberi gantungan berupa benang. Selanjutnya, jaringan tersebut direndam di dalam larutan BNF (Buffer Netral Formaline) selama 24-48 jam. Setelah itu, jaringan yang telah terendam BNF ddipindahkan ke alkohol 70%.2.3.3 Dehidrasi Sampel yang sudah difiksasi kemudian dimasukkan ke dalam alkohol 80% selama dua jam, lalu setelahnya dimasukkan berturut-turut ke dalam larutan sebagai berikut: alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 95%, dan alkohol 100% masing - masing selama 45 menit, kemudian dilanjutkan ke proses clearing. 2.3.4 ClearingSampel jaringan dari proses dehidrasi dimasukkan kedalam larutan alkohol dan xylol dengan perbandingan 1:1 selama 30 menit. Kemudian, sampel tersebut direndam dalam larutan xylol I, xylol II, xylol III (konsentrasinya berbeda dan semakin tinggi) berturut-turut dan masing-masing selama 30 menit.2.3.5 Impregnasi dan EmbeddingSampel yang sudah dijernihkan dalam larutan xylol diimpregnasi dalam campuran xylol : paraffin dengan perbandingan 1:1 selama 45 menit. Kemudian, sampel jaringan dimasukkan ke dalam paraffin murni I, paraffin murni II, dan paraffin murni III berturut turut dengan asumsi konsentrasi yang sama. Keseluruhan dari proses ini dilakukan di dalam inkubator dengan suhu 58-60oC.2.3.6 BlockingParaffin dicairkan di atas hot plate dengan suhu 60oC. Cetakan yang kira kira berukuran 2x2x2 cm diisi dengan paraffin cair tersebut hingga setengah bagian cetakan kemudian sampel diletakkan tepat di tengah tengah atas cetakan paraffin yang agak memadat. Setelah itu, paraffin dan sampel dalam cetakan dibiarkan memadat atau mengeras pada suhu ruang. 2.3.7 Pemotongan dengan MikrotomHeater diisi dengan air dan air tersebut dididihkan pada suhu antara 40-50oC. Kemudian blok cetakan sampel yang sudah dingin diletakkan pada mikrotom yang telah diatur ketebalannya, yaitu 4-7 m. Putaran mikrotom tersebut dibuat konstan hingga blok cetakan sampel jaringan teriris. Setelah itu irisan dicelupkan ke dalam air hangat dalam heater agar irisan sedikit mengembang. Irisan tersebut lalu diambil perlahan dengan kaca preparat dan ditiriskan untuk dilakukan pewarnaan.2.3.8 Pewarnaan JaringanMetode pewarnaan preparat jaringan sendiri diawali dengan penghilangan parafin dengan mencelupkan sampel ke dalam xylol I, xylol II, dan xylol III masing masing selama 2 menit lalu dimasukkan kedalam alkohol berkonsentrasi tinggi ke alkohol berkonsentrasi rendah berturut turut yaitu alkohol 100%, alkohol 95%, alkohol 90%, alkohol 80%, dan alkohol 70% dan dicuci dengan akuades. Setelah itu sampel diwarnai dengan pewarna hematoksilin selama tujuh menit dan setelahnya disiram dengan air mengalir. Lalu, diberi pewarna eosin selama tiga menit dan disiram lagi dengan air mengalir. Air mengalir yang digunakan untuk mencuci sampel tidak boleh terlalu kencang aliran airnya agar sampel tidak hilang terbawa air. Selanjutnya, dilakukan dehidrasi dengan alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 95%, dan alkohol 100% masing masing selama dua menit dan dicuci dengan akuades.2.3.9 Mounting dengan EntellanApabila tahap pewarnaan telah selesai, selanjutnya sampel diletakkan tepat di tengah tengah permukaan kaca preparat yang tepiannya telah diberi entellan atau balsem kanada. Kemudian, kaca preparat tersebut sedikit direkatkan pada kertas secara pelan pelan agar sampel diatasnya dapat menempel dengan baik dan dapat diamati dengan mikroskop.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HasilBerikut ini adalah hasil pengamatan preparat histologi pada beberapa jaringan dari organ hati, usus, insang, dan ginjal ikan mas Cyprinus carpio. Nama OrganPreparat Normal Ikan MasPreparat Patologis Ikan Mas (Atkins et al 1957)

Hati

Usus

Insang

Ginjal

Berdasarkan, hasil diatas, jaringan sehat yang teramati seperti hati, usus, ginjal, dan insang didapatkan bahwa : Pada organ hati yang sehat, preparatnya berwarna merah kecoklatan dan jarak antara sel masih belum nampak jelas, sedangkan pada preparat histopatologisnya terlihat jelas bahwa terdapat rongga-rongga akibat kematian sel yang menyebabkan semakin parahnya kerusakan jaringan (Atkins et al 1957) Preparat histologi organ usus, warnanya terlihat merah muda dan cerah. Namun, ketika usus ikan mengalami kerusakan maka yang terjadi adalah terlihatnya kerusakan pada sejumlah sel vili-vili usus, warna memucat, terjadi pembengkakan pada jaringan sebagai iritasi awal sebelum terjadinya kematian sel serta munculnya perubahan yang signifikan pada permukaan usus yang menjadi lebih renggang pada bagian tengah gambar preparat usus diatas (Susanto 2008). Pada organ insang ikan mas yang seha, susunan lamella insangnya teratur dan rapi, warnanya merah dan bening, serta ukurannya normal. Ukuran lamella insang sama besar dan tidak terlihat kerusakan pada setiap lamellanya. Sedangkan, pada preparat histopatologis insang menunjukkan terjadinya sejumlah kerusakan jaringan pada lamellaa primer dan lamella sekunder atau terjadi hyperplasia gill lamella (pertambahan ukuran (hiperplasia) lamela insang diakibatkan peningkatan jumlah sel) (Susanto 2008). Terakhir, preparat histolog yang diamati adalah ginjal ikan mas. Ginjal ikan mas yang sehat warna ginjal masih terlihat jelas, ukuran selnya normal, dan tidak terdapat noktan atau necrosis. Sebaliknya, pada preparat histopatologis ginjal ikan mas akan memperlihatkan kondisi dengan banyak kerusakan antara lain warna jaringan yang semula merah muda cerah menjadi ungu pekat yang menandakan adanya iritasi, banyak terdapat rongga antar selnya, dan telihat terjadi hiperplasia (Hibya 1995).

3.2 PembahasanHistologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal kata histos (jaringan) dan logos (ilmu). Maka, histologi adalah ilmu yang mempelajari struktur hewan secara rinci dan hubungan antar struktur hingga menjadi sel maupun jaringan beserta fungsi-fungsinya dengan pengamatan mikroskopis. Ketika terdapat perubahan struktur sel yang diakibatkan penyakit oleh virus dan bakteri, adanya bahan bahan yang berbahaya seperti logam berat, adanya perubahan ekstrim lingkungan, maka pada struktur jaringan ikan akan menunjukkan perubahan perubahan kondisi lingkungan tersebut (Banks 1986 dalam Khaisar 2006). Perubahan kondisi jaringan yang diduga terganggu, dapat diamati melalui pengamatan preparat histopatologis. Histopatologi itu sendiri adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan yang berhubungan dengan penyakit. Hasil histopatologis merupakan salah satu pertimbanagan dalam penegakan diagnose penyakit pada ikan (Harper dan S Jeffrey 2008).Pembuatan preparat histopatologi dimulai dengan penentuan dan pengambilan jaringan yang diduga terganggu, setelah itu, dilakukan perlakuan jaringan dengan tahapan fiksasi jaringan, dehidrasi, clearing, impregnasi, embedding, blocking, pemotongan dengan mikrotom, pewarnaan jaringan, hingga pengamatan jaringan. Praktikum ini menggunakan preparat histologi hati, usus, insang, dan ginjal ikan mas Cyprinus carpio. Jaringan yang telah diambil kemudian difiksasi agar preparat tidak rusak. Jaringan yang difiksasi ini umumnya direndam dalam larutan BNF (Buffer Netral Formaline) selama 24-48 jam atau bisa saja menggunakan larutan Bouin. Namun, larutan Bouin tidak memberikan hasil sebaik BNF. Setelah itu, jaringan dipindahkan ke dalam alkohol 70% (Bond 1979).Proses selanjutnya adalah dehidrasi atau proses penghilangan air dalam jaringan dengan memasukkan jaringan ke dalam alkohol 80% selama dua jam, lalu setelahnya dimasukkan berturut-turut ke dalam larutan sebagai berikut: alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 95%, dan alkohol 100% masing - masing selama 45 menit. Apabila proses dehidrasi telah selesai, maka dilakukan clearing untuk menghilangkan alkohol dalam jaringan dengan cara memasukkan jaringan ke dalam larutan alkohol dan xylol dengan perbandingan 1:1 selama 30 menit. Kemudian, sampel tersebut direndam dalam larutan xylol I, xylol II, xylol III dengan konsentrasi yang semakin tinggi berturut-turut dan masing-masing selama 30 menit (Bond 1979).Perlakuan jaringan selanjutnya setelah fiksasi jaringan, dehidrasi, dan clearing, adalah impregnasi dan embedding. Keduanya dilakukan di dalam inkubator dengan suhu 58-60oC. Awalnya, jaringan dimasukkan ke dalam larutan campuran xylol dan paraffin dengan perbandingan 1:1 selama 45 menit. Kemudian, sampel jaringan dimasukkan ke dalam paraffin murni I, paraffin murni II, dan paraffin murni III berturut turut dengan asumsi konsentrasi yang sama. Setelah proses ini selesai, dilakukan blocking atau tahapan membuat cetakan jaringan dengan meletakkan jaringan dalam cetakan 2x2x2 cm yang berisi paraffin cair dan panas. Langkah ini dimaksudkan untuk menginfiltrasi jaringan. Setelah memadat, jaringan dalam parafin tersebut dipotong menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5 mikrometer (Bond 1979).Lapisan jaringan ini kemudian diletakkan pada kaca preparat untuk diwarnai. Pewarnaan ini perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat transparan di bawah mikroskop. Pewarna jaringan yang biasa digunakan adalah hematoksilin dan eosin. Hematoksilin akan memberikan warna biru pada nukelus, sedangkan eosin akan memberikan warna merah muda pada sitoplasmanya. Terakhir, jaringan siap untuk diamati (Bond 1979).Beberapa organ yang diamati salah satunya adalah hati. Hati pada ikan mas adalah organ yang berukuran relatif besar. Hati terletak di dekat lambung. Hati memiliki fungsi untuk mensekresikan cairan empedu, sebagai tempat penyimpanan glikogen, dan menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh ikan. Hati merupakan organ yang sangat rentan terhadap polutan dan berbagai materi beracun dari lingkungan hidup ikan. Kerusakan yang dapat dijumpai pada hati antara lain hemoragi/ pendarahan, kongesti dan degenerasi sel (Irianto 2005).Usus pada ikan berupa tabung sederhana yang berukuran sama dari lambung sampai dubur. Usus ikan mas berbentuk melingkar lingkar pada rongga tubuhnya. Usus memiliki bagian-bagian khusus dan spesifik seperti bile duct dan sel goblet. Sel goblet terdapat pada lapisan epidermis. Selsel goblet usus berfungsi menghasilkan mukus yang sangat membantu dalam proses pencernaan. Pada kondisi usus ikan yang kronis, dapat memungkinkan terjadinya hiperplasia sel-sel goblet yang jumlahnya akan meningkat dengan drastis (Susanto 2008).Selain hati dan usus, insang ikan adalah salah satu organ terpenting yang dimiliki ikan. karena insang berfungsi sebagai organ respirasi pada ikan dan pelaku osmoregulasi sel. Namun, insang juga merupakan bagian tubuh yang sangat rentan terhadap berbagai macam gangguan, baik parasit, mikroorganisme pathogen maupun perubahan ekstrim lingkungan karena organ ini berinteraksi secara langsung dengan air. Insang tersusun dari lengkung insang, gerigi insang (gill raker) dan tapis/ sisir insang. Kemudian, insang terdiri dari dua rangkaian yang tersusun dari empat lengkungan tulang rawan dan tulang keras (holobranchia) yang menyusun sisi faringnya. Insang dilengkapi dengan glandula branchial atau sel-sel epitel insang yang telah mengalami spesialisasi, glandula mukosa, dan glandula asidofilik (sel-sel khlorida). Glandula mukosa adalah sejumlah sel-sel tunggal berbentuk oval pada lengkung insang, filamen insang maupun lamela sekunder yang dapat menghasilkan mukus. Mukus yang dihasilkan ini merupakan suatu glikoprotein yang bersifat basa atau netral. Mukus pada insang berfungsi untuk melindungi insang atau proteksi, menurunkan terjadinya friksi atau gesekan, sebagai antipatogen, membantu pertukaran ion ion, dan membantu pertukaran gas dan air (Irianto 2005). Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk menyaring darah dan mengambil sampah sisa metabolisme dari darah tersebut. Sampah metabolisme ini akan dikeluarkan dalam bentuk urine. Bentuk ginjal pada ikan pada umumnya pipih, memanjang, berwarna merah gelap, dan terletak pada bagian dorsal dari rongga perut, tepat di bagian ventral dari vertebrate. Ginjal juga memiliki bagian-bagian khusus untuk menyalurkan urine seperti glomerulus, kapsula Bowman, tubulus proximal, dan tubulus distal. Glomerulus dan serangkaian tubulus tersebut terdapat dalam nefron yang merupakan struktur yang paling menonjol dari ginjal (Lu 1995).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Sesuai hasil praktikum didapatkan bahwa gambaran histologi jaringan ikan yang sehat digunakan sebagai pembanding dengan jaringan ikan yang diduga terganggu atau terkena penyakit atau disebut pula dengan gambaran histopatologis. Hal ini dimaksudkan sebagai langkah awal dalam kegiatan diagnose penyakit pada ikan.

4.2 SaranPraktikum ini mengenalkan kepada praktikan tentang gambaran histopatologis jaringan ikan mas untuk mengetahui status kesehatan ikan mas uji. Maka, sudah seharusnya praktikum ini dapat diterapkan sebagaimana mestinya sebagai langkah diagnosa dan antisipasi penyakit yang menyerang organ ikan mas sejak dini.

DAFTAR PUSTAKAAtkins J, Wingo C, Sodeman W. 1957. Probable cause of necrotic spider bite in the Midwest. Journal of Science. Vol.126 (3263):73Bond, C.E. 1979. Biology of fishes. Philadelphia: Saunders College PublishingHarper, M. dan S. Jeffrey. 2008. Morphologic Effects of The Stress Response in Fish. Virginia: Experimental Pathology Laboratories Inc. in SterlingHibya T. 1995. An Atlas of Fish Histology Normal and Pathologycal Features. Second Edition). Tokyo: Kondansha LTDIrianto. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Gadjah Mada University PressKhaisar, Okto. 2006. Kandungan timah hitam (Pb) dan kadmium (Cd) dalam air, sedimen dan bioakumulasi serta respon histopatologis organ ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) di perairan Teluk Jakarta. [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Lu, FC. 1995. Toksikologi Dasar. Nugroho Edi penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Basic Toxicology

Susanto, Dwi. 2008. Gambaran histopatologi organ insang, otot dan usus ikan mas (Cyprinus carpio) di Desa Cibanteng. [skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor