positivitas infeksi helicobacter pylori dan gambaran histopatologi pada pasien gastritis yang dil

62
POSITIVITAS INFEKSI Helicobacter pylori DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PASIEN GASTRITIS YANG DILAKUKAN BIOPSI ENDOSKOPI DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG PERIODE 2011-2012 Skripsi Oleh : HANA BHAKTI PRATIWI BR SITINDAON NPM. 09310337 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Upload: hana-sitindaon

Post on 23-Nov-2015

122 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

h.pylori

TRANSCRIPT

  • POSITIVITAS INFEKSI Helicobacter pylori DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PASIEN GASTRITIS YANG

    DILAKUKAN BIOPSI ENDOSKOPI DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

    PERIODE 2011-2012

    Skripsi

    Oleh :

    HANA BHAKTI PRATIWI BR SITINDAON

    NPM. 09310337

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

    BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Gastritis dapat didefinisikan suatu proses inflamasi pada mukosa dan

    submukosa lambung. Gastritis adalah penyakit yang paling sering ditemui di klinik

    dan diagnosisnya sering berdasarkan gejala klinis bukan berdasarkan pemeriksaan

    endoskopi dan histopatologi. Gejala umum yang biasa terjadi pada penderita gastritis

    adalah tidak nyaman pada perut bagian atas, perih atau sakit seperti terbakar pada

    perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, nyeri

    ulu hati, mual-mual, muntah dan perdarahan saluran cerna. Dan gejala ini biasanya

    menggangu aktifitas sehari-hari bagi penderita.1

    Berdasarkan hasil penelitian badan kesehatan dunia WHO (World Health

    Organization) 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Di Indonesia

    persentase angka kejadian gastritis menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian

    gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396

    kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2011,

    gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada

    pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan prevalensi 4,9%.2,3,4

  • 2

    Helicobacter pylori dikenal sebagai faktor patogen pada gastritis kronis, ulkus

    peptikum, dan karsinoma gaster. Di negara berkembang prevalensi infeksi

    Helicobacter pylori pada orang dewasa mendekati 90%, sedangkan pada anak-anak

    prevalensinya lebih tinggi. Faktor utama penyebab infeksi adalah karena sanitasi

    lingkungan yang buruk, tempat tinggal yang padat, sosioekonomi yang rendah serta

    gizi yang rendah. Faktor-faktor lain penyebabnya bisa dari virus, jamur, obat-obat

    penghilang nyeri, alkohol, stres, asam empedu, makanan dan minuman yang bersifat

    iritan dan pola makan yang tidak teratur.1,5

    Helicobacter pylori adalah bakteri batang gram negatif, berbentuk spiral, tidak

    invasif, tidak membentuk spora, dan berukuran sekitar 3,5 x 0,5 m, mempunyai

    lebih dari satu flagel yang memungkinkan bakteri ini memiliki daya motalitas tinggi

    dan bersifat mikroaerofilik. Terdapat hanya pada lapisan mukus permukaan epitel

    antrum lambung. Saat ini pengobatan gastritis akibat infeksi Helicobacter pylori

    bertujuan untuk melakukan eradikasi kuman tersebut. Eradikasi dilakukan dengan

    kombinasi antibiotik dan proton pump inhibitor (PPI).5,6

    Penelitian Eva J. Soelam pada tahun 2004 meyimpulkan angka kejadian

    infeksi Helicobacter pylori sebesar 54,8 % pada anak-anak di RSAB Harapan kita

    dari bulan Juni 2002 sampai Juni 2003. Helicobacter pylori paling banyak ditemukan

    di antrum pilori dibandingkan duodenum atau korpus gaster. Sedangkan pada

    penelitian Budiana tahun 2000 didapatkan bahwa penderita gastritis kronik sebagian

    besar adalah orang dewasa muda sampai tua, dan pada anak-anak hanya ada 1 orang.

    Di Indonesia frekuensi terjadinya infeksi bakteri ini lebih tinggi pada usia muda. Hal

  • 3

    ini mungkin berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi dan faktor kebersihan yang

    rendah.20,27,28

    Melihat permasalahan ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

    guna mengetahui positivitas infeksi Helicobacter pylori dan gambaran histopatologi

    pada pasien gastritis yang dilakukan biopsi endoskopi di RSUD Dr. H Abdul

    Moeloek Bandar Lampung.

    B. Rumusan Masalah

    Masalah dalam penelitian ini yaitu berapa positivitas infeksi Helicobacter

    pylori dan gambaran histopatologi pada pasien gastritis yang dilakukan biopsi

    endoskopi di RSUD Dr. H Abdul Moeloek, Bandar Lampung, periode 2011-

    2012 ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui positivitas infeksi Helicobacter pylori dan gambaran

    histopatologi pada pasien gastritis yang dilakukan biopsi endoskopi di RS

    Umum Daerah Dr H Abdul Moeloek, Bandar Lampung, periode 2011-

    2012.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk menghitung persentase positivitas infeksi Helicobacter pylori

    pada biopsi lambung pasien gastritis yang dilakukan biopsi endoskopi.

    b. Untuk menjelaskan karakteristik histopatologi biopsi lambung yang

    terinfeksi Helicobacter pylori.

  • 4

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Mengetahui berapa persentase dari positivitas infeksi Helicobacter pylori

    dan gambaran histopatologi pada pasien gastritis pada pasien yang

    dilakukan biopsi endoskopi.

    2. Manfaat Aplikatif

    a. Dapat menambah informasi dan membantu para dokter dalam

    membuat diagnosis, penatalaksanaan, dan pencegahan dini.

    b. Dapat menjadi bahan informasi yang berguna untuk penelitian

    kesehatan mengenai positivitas Helicobacter pylori dan gambaran

    histopatologi pada pasien gastritis yang dilakukan biopsi endoskopi.

    c. Dapat menambah wawasan dan menjadi bahan referensi tentang

    positivitas infeksi Helicobacter pylori dan gambaran histopatologi

    pada pasien gastritis yang dilakukan biopsi endoskopi dan menjadi

    masukan untuk peneliti selanjutnya.

    E. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup penelitian sebagai berikut

    1. Jenis penelitian : Deskriptif Retrospektif

    2. Objek penelitian : Biopsi histopatologi pasien gastritis yang dilakukan

    biopsi secara endoskopi

    3. Subjek penelitian : Pasien gastritis periode 2011-2012 yang dilakukan

    biopsi endoskopi

  • 5

    4. Lokasi penelitian : RS Umum Daerah Dr H Abdul Moeloek Bandar

    Lampung

    5. Waktu penelitian : Bulan Februari 2013

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Anatomi Lambung

    Lambung merupakan organ yang berbentuk buah pir raksasa bila

    penuh sedangkan dalam keadaan kosong menyerupai tabung berbentuk

    huruf J. Kapasitas normal lambung adalah satu sampai dua liter dan

    pada bagian superior lambung berbatasan dengan bagian distal esofagus

    sedangkan pada bagian inferior berbatasan dengan duodenum. Lambung

    terletak pada daerah epigastrium dan meluas ke hipokondrium kiri.

    Lambung mempunyai dua curvatura yaitu curvatura major dan curvatura

    minor serta dua permukaan yaitu anterior dan posterior. Lambung anterior

    dibatasi di superior oleh diafragma, di anterior oleh musculus rectus

    abdominis dan kanan oleh lobus hepatis sinister. Dinding posterior

    lambung berhubungan dengan pankreas, adrenalis sinister, ginjal, dan

    diaphragma. Curvatura gastrica major dekat dengan colon transversum,

    curvatura minor berbatasan dengan hati. Lambung terdapat di dalam

    rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum.8,9,10

    Secara anatomik, lambung dibagi atas 5 daerah yaitu

  • 7

    a. Kardia, daerah yang kecil disekitar muara oesophagus

    b. Fundus gastricus, bagian kranial yang melebar dan berbatasan pada

    kubah diaphragma sebelah kiri

    c. Korpus gastricum, terletak antara fundus dan antrum pyloricum

    d. Pars pylorica, bagian gaster yang menyerupai corong dan bagian yang

    lebar yakni antrum pyloricum, beralih ke bagian yang sempit yakni

    canalis pyloricus

    e. Pylorus, daerah sfingter yang menebal di sebelah distal untuk

    membentuk musculus sfingter pylori guna mengatur pengosongan isi

    gaster melalui ostium pyloricum ke dalam duodenum

    Permukaan fundus dan korpus banyak dijumpai lipatan rugae

    lambung. Pembuluh darah yang mensuplai lambung berasal dari

    truncus coeliacus dan cabangnya. Aliran pembuluh vena mengikuti

    arteri-arteri sesuai dalam hal letak dan lintasan. Vena gastrica dextra

    dan vena gastrica sinistra mencurahkan isinya ke dalam vena portae.

    Vena gastrica breves dan vena gastro-omentalis membawa isinya ke

    dalam vena splenica yang bersatu dengan vena mesenterica superior

    untuk membentuk vena portae hepatis. Vena gastro-omentalis dextra

    bermuara dalam vena mesenterica superior. Persarafan gaster

    parasimpatis berasal dari truncus vagalis anterior dan truncus vagalis

    posterior serta cabangnya. Persarafan simpatis berasal dari segmen

    medulla spinalis T6-T9 melalui plexus coeliacus dan disebarkan

  • 8

    melalui plexus sekeliling arteria gastrica dan arteria gastro-

    omentalis.10

    Gambar 2.1 Pembagian Daerah Anatomi Lambung

    2. Histologi Lambung

    Lambung adalah organ campuran eksokrin-endokrin yang mencerna

    makanan dan menyekresi hormon. Lambung merupakan bagian yang

    melebar di saluran cerna yang fungsi utamanya adalah melanjutkan

    karbohidrat yang sudah dimulai di mulut, menambah cairan asam kepada

    makanan dan mengubah makanan oleh kerja otot menjadi suatu massa

    kental (kimus) dan membantu dimulainya pencernaan protein oleh enzim

    pepsin. Lambung juga menghasilkan lipase lambung yang mencerna

    trigliserid dengan bantuan lipase lidah. Pada inspeksi umum

    memperlihatkan empat daerah yaitu kardia, fundus, korpus, dan pilorus.

  • 9

    Karena struktur bagian fundus dan korpus identik secara mikroskopis

    hanya tiga daerah yang dapat dikenali secara histologis.11

    Dinding lambung terdiri dari empat lapisan yaitu lapisan mukosa, sub-

    mukosa, muskularis eksterna dan serosa. Mukosa gaster terdiri atas tiga

    lapisan yaitu epitel, lamina propria, dan mukosa muskularis. Permukaan

    lumen mukosa ditutupi epitel selapis silindris. Epitel ini juga meluas ke

    dalam dan melapisi foveola gastrika yang merupakan invaginasi epitel

    permukaan. Di bawah epitel permukaan terdapat lapisan jaringan ikat

    longgar yaitu lamina propria yang mengisi celah-celah di antara kelenjar

    gastrika. Lapisan luar mukosa dibatasi selapis tipis otot polos yaitu

    mukosa muskularis yang terdiri atas lapisan sirkuler di dalam dan

    longitudinal di luar. Mukosa gaster kosong memperlihatkan banyak

    lipatan yang disebut ruge. Lipatan-lipatan ini bersifat sementara dan

    terbentuk akibat kontraksi lapisan otot polos yaitu mukosa muskularis.

    Saat lambung terisi cairan atau materi padat, ruge ini menghilang dan

    mukosa tampak licin.

    Lapisan submukosa terletak di bawah mukosa muskularis. Lapisan ini

    meluas sampai ke dalam lipatan atau ruge pada saat lambung kosong.

    Submukosa mengandung jaringan ikat tidak teratur yang lebih padat

    dengan lebih banyak serat kolagen dibandingkan lamina propria.

    Submukosa juga mengandung banyak pembuluh limfe, kapiler, ateriol

    besar, dan venul. Lapisan muskularis eksterna terdiri dari tiga lapis otot

  • 10

    polos, masing-masing terorientasi dalam bidang yang berbeda : lapisan

    oblik di dalam, sirkular di tengah, dan longitudinal di luar. Lapisan serosa

    adalah lapisan luar dinding gaster. lapisan ini adalah lapisan tipis jaringan

    ikat yang menutupi muskularis eksterna. Di luarnya lapisan ini ditutupi

    selapis mesotel gepeng peritoneum viseral.12

    Pada bagian kardia, mukosanya mengandung kelenjar kardia tubular

    simpleks atau bercabang. Kebanyakan sel sekresinya menghasilkan mukus

    dan lisozim (enzim yang menyerang bakteri), namun beberapa sel

    penghasil HCL juga dapat dijumpai. Pada fundus dan korpus lamina

    proria dipenuhi kelanjar gaster (fundus) tubular bercabang dan tiga sampai

    tujuh buah kelenjar tersebut mencurahkan isinya ke dalam dasar foveola

    gasstrika. Bagian leher kelenjar mengandung sel induk, sel mukus leher,

    dan sel parietal (oksintik), dasar kelenjar mengandung sel parietal, sel

    zimogen (chief cell), dan sel enteroendokrin. Dan pada bagian pilorus

    memiliki foveola gastrika dalam yaitu tempat muara kelenjar pilorus

    tubular bercabang. Kelenjar ini menyekresi mukus dan cukup banyak

    enzim lisozim. Sel gatrin (G) tersebar di antara sel-sel mukosa kelenjar

    pilorus. Sel enteroendokrin lain (sel D) menyekresi somatostatin yang

    menghambat pembebasan hormon-hormon lain.11

  • 11

    Gambar 2.2 Bagian-bagian Lambung dan Struktur Histologinya

    3. Definisi Gastritis

    Gastritis atau sering dikenal dengan maag berasal dari bahasa yunani

    yaitu gastro yang berarti perut atau lambung dan itis yang berarti

    peradangan/inflamasi. Definisi gastritis adalah proses inflamasi pada

    mukosa atau sub mukosa lambung. Biasanya, peradangan sering

    disebabkan dari infeksi dari bakteri Helicobacter pylori yang dapat

    mengakibatkan borok di lambung. Gastritis merupakan gangguan

    kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik tetapi diagnosanya sering

    hanya berdasarkan gejala klinis bukan dengan berdasarkan pemeriksaan

    endoskopi dan histopatologi. Kebanyakan gastritis timbul tanpa gejala

    sehingga masyarakat sering menganggap remeh penyakit ini. Padahal

    semakin lama akan semakin memperparah keadaan sehingga

  • 12

    mengakibatkan inflamasi pada lapisan mukosa dan akan tampak sembab,

    merah dan muntah berdarah.1

    4. Klasifikasi Gastritis

    Menurut Update Sydney System membagi berdasarkan pada topografi,

    morfologi, dan etiologi. Secara garis besar dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:

    monahopik, atropik, dan bentuk khusus. Penilaiaan derajat gastritis secara

    objektif dapat dinilai melalui pemeriksaan histopatologi yang sudah

    disepakati USS yang menilai lima parameter meliputi atrofi kelenjar,

    metaplasia intestinal, inflamasi kronik, aktivitas polimorfonuklear, dan

    densitas H.pylori. Klasifikasi menurut USS memerlukan tindakan

    gastrokopi.1,13

    Gastritis terbagi menjadi dua yaitu gatritis akut dan gastritis kronik.

    a. Penyebab

    1. Gastritis akut

    Gastritis akut adalah proses peradangan mukosa akut, biasanya

    bersifat transien biasa disebabkan oleh pemakaian obat

    antiinflamasi nonsteroid (NSAID) terutama aspirin dalam jumlah

    besar, konsumsi alkohol berlebihan, banyak merokok, pemberian

    obat kemoterapi antikanker, uremia, infeksi sistemik (misal :

    salmonelosis), stres berat, iskemia dan syok, upaya bunuh diri

    dengan cairan asam dan basa, trauma mekanis (misal: intubasi

  • 13

    nasogastrik), dan setelah gastrektomi distal disertai refluks bahan

    yang mengandung empedu.14

    Gambaran histopatologi gastritis akut ringan sulit dikenali,

    kelainan yang dijumpai berupa epitel permukaan yang masih

    intake, walaupun epitel permukaan terlepas (erosi). Namun

    terbatas pada lapisan muskularis mukosa, hiperplasia foveolar,

    lamina propria edema dan heperemia (pembuluh darah kongesti).

    Pada gastritis erosive terdapat hemoragik akut dimana

    perdarahannya segar, nekrosis bersifat fokal pada permukaan dan

    sel foveolar. Sebukan sel radang neutrofil pada foveolar dan lumen

    kelenjar, namun peradangan tidak terjadi secara menyeluruh. Bila

    erosi meluas lebih dalam dan dapat berkembang menjadi

    tukak.15,16

    2. Gastritis kronik

    Gastritis kronis didefinisikan sebagai peradangan mukosa

    kronis yang akhirnya menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia

    epitel. Penyebab terkait yang paling tersering adalah infeksi

    Helicobacter pylori.5

    Ada dua gambaran utama gastritis kronis yaitu sebukan sel-sel

    radang pada lamina dan atrofi epitel kelenjar. Sel-sel plasma dan

    limfosit (kadang-kadang dengan pembentukan folikel merupakan

    sel yang prominen dijumpai di antara sel-sel radang. Namun juga

  • 14

    dapat dijumpai sel eosinofil serta neutrofil. Atrofi kelenjar ialah

    hilangnya kelenjar dan digantikan oleh fibroblast dan matriks

    ekstraseluler sehingga kehilangan fungsi strukturnya. Dengan cara

    lain epitel kelenjar mukosa lambung dapat digantikan oleh epitel

    jenis intestinal yang mengandung sel goblet sehingga disebut

    sebagai metaplasia intestinal. Atrofi kelenjar dapat menyebabkan

    tipisnya mukosa lambung dan menyebabkan kerusakan mukosa.

    Jadi kehilangan kelenjar dapat menyebabkan erosi atau ulserasi

    mukosa dengan kerusakan lapisan kelenjar dan diikuti oleh proses

    inflamasi yang memanjang.

    Gambar 2.3 The Upadate Sydney System

    Gastritis kronik dapat diklasifikasikan menjadi :

    a. Gastritis kronik non predominasi antrum

  • 15

    Ciri khas gastritis kronik nonatropi predominasi antrum

    adalah inflamasi moderat sampai berat mukosa antrum,

    sedangkan inflamasi di korpus ringan atau tidak sama sekali.

    Antrum tidak mengalami metaplasia. Pasien-pasien ini

    biasanya asimtomatis, tetapi dapat menjadi tukak duodent

    b. Gastritis atrofi kronik

    Ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai

    kehilangan sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi

    tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata. Kehilangan

    ini terjadi saat kelenjar rusak karena peradangan dan digantikan

    oleh jaringan ikat (scar/jaringan parut) atau dengan struktur

    kelenjar yang tidak sesuai untuk lokasinya (metaplasia).

    Gastritis atrofi kronik terdiri dari :

    a. Gastritis atrofi antrum

    Terdapat perubahan atrofi-metaplastic yang merupakan

    konsekuensi dari H.pylori yang ada. Pada sediaan biopsi

    memberikan gambaran metaplastic-atrofi, kemerahan yang

    mengarah ke distal mukosa sekret mucin (termasuk

    incisura angularis) yang menyebabkan peradangan sedang

    hingga peradangan berat dan perdangan normal hingga

  • 16

    peradangan ringan pada bagian korpus, dengan atau tanpa

    perubahan atrofi

    b. Gastritis atrofi corpus

    Perubahan atropi metaplastik dapat dideteksi pada

    keadaan yang disertai perubahan atropi dari distal perut.

    Gastritis kronik atrofik predominasi korpus atau sering

    disebut gastritis kronis autoimun setelah beberapa dekade

    kemudian akan diikuti oleh anemia pernisiosa dan

    defisiensi besi

    c. Gastritis kronik multifokal

    Gastritis kronik atropi multifokal mempunyai ciri-ciri

    khusus seperti terjadi inflamasi pada hampir seluruh

    mukosa, seringkali sangat berat berupa atropi atau

    metaplasia setempat-setempat pada daerah antrum dan

    korpus. Gastritis kronik atropi multifokal merupakan faktor

    resiko penting displasia epitel mukosa dan karsinoma

    gaster. infeksi H.pylori juga sering dihubungkan dengan

    limfoma MALT (Mucosal Associated Lymphoid Tissue).

    d. Pangastritis atrofi.

    Pangastritis atropi (intensitas sama dengan atropi dan

    inflamasi di antrum dan corpus) lebih menyerupai MAG

    (Multifocal Atropic Gastritis) pada tingkat lanjut, dimana

  • 17

    memiliki karakteristik epidemic. Atropi pangastritis adalah

    prevalensi tersering untuk kedua noninvasif dan invasif

    gastritis neoplasia. Pada perut, letak proses kanker terjadi

    atropi mucosa: area atropi dengan kelenjar metaplasinya

    adalah struktur anatomi.1,9,17

    Gambar 2.4 Mekanisme Jejas dan Pertahanan Pada Lambung. Perkembangan dari jejas ringan hingga terbentuk tukak disertai gastritis akut dan kronik. Tukak terdiri dari lapisan nekrosis (N), inflamasi (I), dan jaringan granulasi (G), namun jaringan parut/skar (S) membutuhkan waktu dan hanya terdapat pada lesi yang kronis5

    b. Gejala

    1. Gastritis akut

    Sering tidak bergejala tetapi dapat menyebabkan

    a. nyeri perut pada bagian atas karena adanya peradangan pada

    mukosa lambung

  • 18

    b. mual, muntah dan kembung karena regenerasi mukosa

    lambung sehingga meningkatkan asam lambung yang akan

    menyebabkan mual hingga muntah

    c. perdarahan dan hematemesis18,19

    2. Gastritis kronik

    Biasanya tidak atau sedikit menimbulkan gejala. Hanya sebagian

    kecil mengalami nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada

    pemeriksaan fisiknya tidak ditemukan kelainan.1,5

    5. Penyebab Gastritis

    a. Infeksi bakteri Helicobacter pylori

    Helicobacter pylori adalah bakteri batang gram negatif,

    berbentuk S, tidak invasif, tidak membentuk spora, dan berukuran

    sekitar 3,5 x 0,5 m , mempunyai lebih dari satu flagel yang

    memungkinkan bakteri ini memiliki daya motalitas tinggi dan

    bersifat mikroaerofilik. Terdapat hanya pada lapisan mukus

    permukaan epitel antrum lambung.5

    Helicobacter pylori adalah penyebab terpenting dari penyebab

    gastritis. Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter

    pylori pada orang dewasa mendekati 90%. Sedangkan pada anak-

    anak prevelensi infeksi H.pylori lebih tinggi. H.pylori ditemukan

    oleh Barry Marshall dan Robin Warre. Mereka menemukan

    adanya bakteri yang bisa hidup di lambung manusia. Akhirnya

  • 19

    dengan penemuan ini mengubah cara pandang ahli mengenai

    penyebab penyakit lambung, termasuk cara pengobatannya. Saat

    ini telah terbukti bahwa infeksi H.pylori pada lambung bisa

    menyebabkan peradangan mukosa lambung yang disebut gastritis.

    Proses ini bisa berlanjut hingga ulkus atau tukak, bahkan kanker

    lambung.1,20

    Di negara-negara barat sekitar 35-40% penduduk mengidap

    bakteri H.pylori. Peningkatan infeksi ini sekitar 8% setahun. Di

    Indonesia frekuensi terjadinya infeksi bakteri ini lebih tinggi,

    terutama pada usia muda. Hal ini mungkin berkaitan dengan

    keadaan sosial ekonomi dan faktor kebersihan yang rendah.20

    H.pylori ini memiliki banyak senjata sehingga dampak yang

    dapat ditimbulkan oleh peradangan lambung menjadi semakin

    kompleks. Hal itu terjadi terutama bila bakteri tidak terdeteksi

    sehingga bakteri akan terus berkembang biak, meluas membentuk

    tukak lambung. Dalam pertemuan di Center For Disease Control

    and Prevention di Atlanta, Georgia pada tahun 1991 bahwa semua

    mengakui hubungan langsung antara H.pylori dengan penyakit

    gastritis sekitar 75% jenis penyakit tukak lambung yang telah

    terbukti disebabkan oleh H.pylori dapat diobati secara permanen

    dengan antibiotik. Infeksi yang disebabkan bakteri ini biasanya

    dimulai sejak kanak-kanak. Dan sering ditularkan melalui sesama

  • 20

    anggota keluarga melalui feses atau ludah, termasuk alat makan

    yang tidak dicuci dengan bersih. Jika tidak diobati dapat

    menyebakan kanker.

    Bakteri ini memerlukan urea (hasil akhir utama dari

    metabolisme protein mamalia) serta hemin (pigmen merah dalam

    darah) untuk berkembang biak. Ternyata hanya sel-sel mukus

    dalam lambung yang dapat menyimpan nutrisi esensial ini.20

    Gambar 2.5 Helicobacter pylori bakteri gram negatif berbentuk batang

    melngkung dan mempunyai flagela yang membantu menembus lapisan mukosa

    lambung yang tebal

    H.pylori dapat dikenali dengan pewarnaan hematosiklin-

    eosin rutin. Mikroorganisme ini berupa eosinofilik batang yang

    sedikit melengkung mirip dengan cairan mukus di lambung dan

    dapat mengkontaminasi flora mulut dan membran sel epitel

    mukosa. Selama pengobatan, organisme ini dapat berupa huruf

    U, melingkar, bentuk batang yang ireguler maupun kokoid.

  • 21

    Secara histologi, bentuk kokoid yang solid, bulat, basofilik,

    berukuran 0,4-1,2 m. Densitas H.pylori rendah, sehingga untuk

    mendeteksinya dapat dibantu dengan pewarnaan Giemsa,

    Warthin-Starry atau Steiner silver, Alcian yellow-toluidine blue,

    wright-Giemsa, Brown-Hopps, Acridine orange, Diff-Quik stains,

    pewarnaan Genta dan imunohistokimia. Tidak ada kelebihan

    antara satu jenis pewarnaan dengan yang lainnya, namun diagnosa

    yang pasti dengan pewarnaan imunohistokimia.15,16

    Gambar 2.6 H.pylori yang melekat pada epitel lambung berupa batang kecil

    kehitaman (panah) terdapat pada permukaan epitel dan di dalam lumen kelenjar.

    Pada bagian mukosa dijumpai sebukan sel-sel radang

    b. obat penghilang nyeri

    Mengkonsumsi obat penghilang nyeri, seperti nonsteroidal

    antiinflamatory drugs (NSIDs) misalnya aspirin, ibupropen (Advil,

  • 22

    Mortin, dan lain-lain), juga naproxen (Aleve) yang terlalu sering

    dapat menyebabkan penyakit gastritis.14

    c. Alkohol

    Gastritis dapat mengiritasi lambung dan mengikis permukaan

    lambung sehingga asam lambung dengan mudah akan mengikis

    permukaan lambung dan terjadi gastritis akut.14

    d. Stres

    Keadaan stres yang disebabkan karena pembedahan luka (trauma),

    terbakar, ataupun infeksi penyakit tertentu dapat meyebabkan

    gastritis.21

    e. Asam Empedu

    Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan lemak.

    Cairan ini dihasilkan di hati dan dialirkan ke kantong empedu.

    Ketika keluar dari kantong empedu akan dialirkan ke usus kecil

    (duodenum). Secara normal cincin pylorus akan mencegah aliran

    asam empedu ke dalam lambung setelah dilepaskan ke duodenum

    tetapi apabila cincin tersebut rusak akan mengakibatkan

    peradangan dan gastritis kronik.14

    f. Makanan dan minuman yang bersifat iritan

  • 23

    Makanan yang berbumbu, bersifat asam, pedas dan minuman yang

    mengandung kafein serta alkohol adalah penyebab iritasi mukosa

    lambung.22,23

    g. Pola makan yang tidak teratur

    Orang yang memiliki pola makan yang tidak teratur mudah

    terserang gastritis. Karena sewaktu lambung harus diisi tetapi

    dibiarkan kosong atau menunda pengisiannya maka asam lambung

    akan mencerna lapisan mukosa lambung sehingga timbul nyeri.14

    6. Patofisiologi

    Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim-enzim pankreas dapat

    merusak mukosa lambung, mengganggu pertahanan mukosa lambung dan

    memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung

    sehingga hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap

    kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa karena

    itu gangguan-gangguan tersebut sering menghilang dengan sendirinya.

    Dengan iritasi yang terus-menerus jaringan menjadi meradang dan terjadi

    perdarahan.

    Masuknya zat-zat asam dan basa yang kuat yang bersifat korosif

    mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung. Nekrosis

    dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya

    perdarahan dan peritonitis. Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan atrofi

  • 24

    kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak

    penebalan berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan (gastritis atropik).

    Hilangnnya mukosa lambung akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya

    sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atropik bisa jadi

    merupakan pendahuluan terjadinya karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat

    diklasifikasikan tipe A atau tipe B . Tipe A sering disebut sebagai gastritis

    autoimun diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi

    dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti

    anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus lambung. Tipe B atau

    sering disebut gastritis H.pylori ini dihubungkan oleh infeksi bakteri

    H.pylori,faktor diet dan minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan

    dan alkohol, merokok atau refluks isi usus ke dalam lambung.1,9

    7. Diagnosis

    Kebanyakan gastritis timbul tanpa gejala. Keluhan yang sering

    dihubungkan dengan gastritis adalah nyeri panas dan pedih di ulu hati disertai

    mual kadang-kadang sampai muntah. Keluhan-keluhan tersebut tidak dapat

    digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan fisik

    juga tidak dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan

    diagnosis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan

    histopatologi. Sebaiknya biopsi dilakukan dengan sistematis sesuai dengan

    Update Sydney System yang mengharuskan untuk mencatumkan topografi

  • 25

    dengan menilai lima parameter gradasi meliputi densitas H.pylori, atrofi

    kelenjar, metaplasia intestinal, inflamasi kronik, dan aktivitas polimorfonuklear.1,17

    Gambaran endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif,

    flatt-erosion, raised erosion, perdarahan, dan edematous rugae. Perubahan-

    perubahan histopatologi selain menggambarkan perubahan morfologi sering

    juga menggambarkan proses yang mendasari, misal otoimun atau respon

    adaptif mukosa lambung. Perubahan-perubahan yang terjadi berupa

    degenerasi epitel, hyperplasia foveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel

    mononuklear, folikel limpoid, atropi, intestinal metaplasia, hyperplasia sel

    endokrin, kerusakan sel parietal. Pemerikasaan histopatologi sebaiknya

    menyertakan pemerikasaan kuman Helicobacter pylori.1,13

    8. Pemeriksaan Endoskopi

    Endoskopi merupakan sarana diagnostik yang banyak membantu

    dalam menentukan diagnosis kelainan di lambung. Endoskop adalah alat yang

    digunakan dalam pemeriksaan endoskopi. Alat ini berbentuk pipa kecil

    panjang yang dimasukkan ke dalam tubuh, misalnya lambung. Di dalam pipa

    tersebut terdapat dua buah serat optik. Satu untuk menghasilkan cahaya agar

    bagian tubuh di depan ujung endoskop terlihat jelas, sedangkan serat lainnya

    berfungsi sebagai penghantar gambar oleh kamera. Indikasi penggunaan

    endoskopi sangat bervariasi sesuai dengan gejala yang timbul, kasus yang

    tidak sembuh dengan terapi intensif, kondisi perdarahan saluran cerna atas,

  • 26

    adanya obstruksi saluran cerna, adanya tanda keganasan. Sebelum endoskop

    dimasukkan melalui mulut penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu

    selama 6 jam, sebab makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan

    dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan, selama

    pemeriksaan pasien ditidurkan dengan obat tidur sehingga pasien merasa

    nyaman dan tidak merasa sakit, bila pasien sudah tidur maka dokter akan

    meneropong kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, lamanya sekitar 5-

    10 menit.22,24,25

    Gambar 2.7 Endoskop

  • 27

    9. Komplikasi

    a. Gastritis akut

    1. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena.

    Kadang-kadang perdarahannnya cukup banyak sehingga dapat

    menyebabkan syok hemoragik yang bisa mengakibatkan kematian

    2. Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat. Namun pada tukak peptik penyebab

    utamanya adalah H.pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-

    90% pada tukak lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan

    endoskopi.

    b. Gastritis kronis

    1. Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terhadap

    vitamin

    2. Anemia pernisiosa yang mempunyai antibodi terhadap faktor intrinsik

    dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan penyerapan

    terhadap vitamin B12

    3. Gangguan penyerapan zat besi1,14

  • 28

    10. Pengobatan

    a. Pengobatan secara non farmakologis

    Faktor utamanya adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet

    lambung dengan porsi yang kecil dan sering, dan pengaturan pola makan

    supaya memperbaiki kondisi pencernaan. Diet pada gastritis bertujuan untuk

    memberikan makanan yang tidak mengiritasi lambung, menghilagkan gejala

    penyakit dan menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam

    lambung. Pemberian vitamin dan mineral harus dalam jumlah yang cukup.

    Jumlah energi yang dikonsumsi harus sesuai dengan berat badan, umur, jenis

    kelamin, aktivitas, dan jenis penyakit.14

    b. Pengobatan farmakologi

    Pengobatan gastritis akibat infeksi H.pylori bertujuan untuk

    melakukan eradikasi kuman tersebut. Eradikasi dilakukan dengan kombinasi

    antara berbagai antibiotik dan proton pump inhibitor (PPI). Antibiotika yang

    dianjurkan adalah klaritomisin, amoksisilin, metronidazol dan tetrasklin dan

    PPI yang digunakan adalah omeprazole (2x20 mg), lanzoprazol (2x30 mg),

    rabeprazol (2x10 mg), esomeprazol (2x20 mg). Bila PPI dan kombinasi dua

    antibiotika gagal dianjurkan menambahkan bismuth subsalisilat/subsitral.1

  • 29

    Tabel 2.1 Penatalaksanaan infeksi H.pylori1

    Contoh Regimen untuk Eradikasi infeksi Helicobacter pylori Obat 1 Obat 2 Obat 3 Obat 4

    PPI dosis ganda Klarithomisin (2x500 mg) Amoksisilin (2x1000mg)

    PPI dosis ganda Klarithomisin (2x500 mg) Metronidazol (2x500 mg)

    PPI dosis ganda Tetrasiklin (4x500 mg) Metronidazol (2x500 mg) Subsalisilat/subsitral

    Regimen diberikan selama 1 minggu

    11. Pencegahan

    Walaupun kita tidak selalu bisa menghilangkan H.pylori, namun

    timbulnya gastritis dapat dicegah dengan :

    a. Menurut sejumlah penelitian, makan dalam jumlah kecil tetapi sering

    serta memperbanyak makanan mengandung tepung seperti nasi, jagung

    dan roti akan menormalkan produksi asam lambung. Kurangi makanan

    yang dapat mengiritasi lambung misalnya makanan yang bersifat pedas,

    asam, dan berlemak.

    b. Hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Karena tingginya alkohol

    dapat mengiritasi atau merangsang lambung, bahkan menyebabkan lapisan

    dalam lambung terkelupas sehingga menyebabkan peradangan.

    c. Jangan merokok. Karena merokok akan merusak lapisan pelindung

    lambung dan merokok juga dapat meningkatkan asam lambung,

    melambatkan kesembuhan, dan meningkatkan resiko kanker lambung.

    Oleh karena itu, orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis.

  • 30

    d. Ganti obat penghilang rasa sakit. Jika memungkinkan jangan

    menggunakan obat penghilang rasa sakit dari golongan NSAIDs seperti

    aspirin, ibuprofen, dan naproxen. Karena obat-obatan ini dapat mengiritasi

    lambung.

    e. Pelihara berat badan. Problem saluran cerna lebih umum terjadi pada

    orang yang mengalami kelebihan berat badan.

    f. Memperbanyak olahraga

    Olahraga aerobik dapat meningkatkan detak jantung yang dapat

    menstimulasi aktivitas otot usus sehingga mendorong isi perut dilepaskan

    dengan cepat. Olahraga pada dasarnya merangsang otot-otot kita bekerja

    termasuk otot perut/pencernaan sehingga dapat mempercepat proses

    pencernaan dan pembuangan.

    g. Managemen stres. Stres meningkatkan produksi asam lambung dan

    menekan pencernaan. Untuk menurunkan tingkat stres disarankan banyak

    mengkonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, berolahraga teratur, serta

    menenangkan pikiran.

    h. Konsumsi makanan seimbang dan kaya serat. Buah-buahan dan sayur

    lebih cepat dicerna oleh lambung sehingga lambung dapat bekerja lebih

    sehat.

    i. Menerapkan pola makan dan tidur teratur.18,21,24

  • 31

    B. Kerangka Teori

    Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem berasal

    atau dikaitkan.26

    Kerangka Teori

    Penyebab

    - Bakteri, virus, jamur

    - Obat-obatan - Alkohol - Stress - Asam empedu - Makanan dan

    minuman yang bersifat iritan

    - Pola makan tidak teratur

    Gejala Gastritis

    - Rasa tidak nyaman di perut bagian atas (epigastric discomfort)

    - Nyeri ulu hati - Mual-mual - Muntah - Perdarahan

    saluran

    Gastritis

    Dilakukan biopsi endoskopi

    Dilakukan pemeriksaan dengan metode pewarnaan

    Giemsa untuk mengetahui positivitas

    infeksi Helicobacter pylori

  • 32

    C. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka yang berhubungan

    antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui penelitian yang

    akan dilakukan.26

    Kerangka Konsep

    Gastritis

    Gambaran histopatologi gastritis

    Positivitas infeksi Helicobacter pylori

  • 33

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu

    suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

    gambaran atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif.26

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    1. Waktu Penelitian

    Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Februari 2013

    2. Tempat Penelitian

    Lokasi penelitian adalah di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Dr H

    Abdul Moeloek Bandar Lampung

    C. Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif retrospektif.26

    Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mencari positivitas infeksi

    H.pylori pada pasien gastritis yang dilakukan biopsi endoskopi dan

  • 34

    mengetahui gambaran histopatologi biopasi gaster yang terinfeksi H.pylori di

    RSUD Dr H Abdul Moeloek Bandar Lampung periode 2011-2012.

    D. Subjek Penelitian

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh preparat pasien gastritis yang

    dilakukan biopsi endoskopi yang ada di Laboratorium Patologi Anatomi

    RSUD Dr H Abdul Moeloek Bandar Lampung periode 2011-2012 yang

    berjumlah 130 sampel.

    2. Sampel

    Perhitungan sampel pada penelitian ini menggunakan tabel Krezii dengan

    derajat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5 % didapatkan sebanyak

    95 sampel yang akan diteliti di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Dr

    H Abdul Moeloek Bandar Lampung periode 2011-2012.

    E. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

    1. Kriteria Inklusi

    a. Sampel slide pasien yang menderita gastritis yang dilakukan biopsi

    endoskopi yang tercatat di Resume Medik Laboratorium Patologi

    Anatomi RSUD Dr H Abdul Moeloek Bandar Lampung periode 2011-

    2012.

  • 35

    b. Adanya kelengkapan data

    2. Kriteria Eksklusi

    a. Data Resume Medik yang hilang

    b. Data Resume Medik yang tidak lengkap

    c. Sampel slide/blok parafin hilang atau rusak

    F. Definisi Operasional

    Definisi operasinal adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati atau

    diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

    variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat

    ukur.26

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    Variabel Definisi Operasional

    Alat ukur Cara Pengukuran

    Hasil ukur Skala ukur

  • 36

    Positivitas H.pylori

    Pasien gastritis yang dilakukan biopsi endoskopik dan positif ditemukan infeksi H.pylori dengan pewarnaan Giemsa dan dinyatakan positif bila terdapat kuman dengan struktur seperti batang berbentuk spiral pada lapisan mukus permukaan epitel antrum lambung

    Mikroskop Cahaya

    Dengan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 1000x yang sudah dipulas dengan Giemsa

    0 = positif 1= negatif

    Nominal

    Gambaran Histopatologi gastritis

    Merupakan karakteristik gambaran histopatologi yang dinilai menggunakan kriteria Update Sydney System

    Mikroskop Cahaya

    Dengan pengamatan mengunakan Mikroskop cahaya pembesaran 200x atau 400x dan dinilai berdasarkan kriteria Update Sydney System

    Karakteristik gambaran histopatologi yang dilihat dari sediaan preparat yaitu : 0= Atrofi kelenjar 1=Metaplasia intestinal 2=Folikel Limfoid 3=Aktivitas Polimorfonuklear

    Nominal

    G. Alat Ukur

  • 37

    Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah mikroskop cahaya

    dengan pembesaran 1000 kali di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Dr H

    Abdul Moeloek Bandar Lampung.

    H. Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar

    resume medik yang ada di laboratorium Patologi Anatomi tentang pasien

    gastritis yang dilakukan biopsi endoskopi.

    I. Pengolahan Data

    Pengolahan data dalam penellitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan

    sebagai berikut:

    a. Editing

    Adalah untuk memastikan apakah data sudah terisi dengan lengkap atau

    belum, serta dapat dibaca dengan relevan atau tidak.

    b. Coding

    Setelah data diedit langkah berikutnya adalah mengkoding data, yaitu

    memberi kode terhadap setiap data yang diambil. Tujuannya untuk

    memudahkan klasifikasi data, menghindari terjadinya pencampuran data

    yang bukan jenis dan kategorinya. Juga untuk memudahkan pada saat

    analisis data dan proses entry dengan bantuan perangkat lunak komputer.

  • 38

    c. Entry Data

    Dilakukan dengan cara memasukkan data yang telah dicoding ke dalam

    komputer dengan menggunakan program SPSS 16.0.

    d. Cleaning Data

    Cleaning data bertujuan untuk membersihkan data dari kemungkinan data

    yang tidak memenuhi syarat/missing.

    J. Alur Penelitian

    1. Pengambilan Data

    Pengambilan data akan dilakukan di laboratorium Patologi Anatomi

    RSUD Dr. H Abdul Moeloek Bandar Lampung. Data yang diambil adalah

    data pada tahun 2011-2012.

    2. Cari Resume Medik

    Pengambilan data untuk sampel yang akan diteliti menggunakan data

    resume medik tahun 2011-2012 yang ada di arsip Laboratorium Patologi

    Anatomi RSUD Abdul Moeloek dengan diagnosis gastritis yang dilakukan

    biopsi gaster melalui tindakan endoskopi dan dimasukkan dalam kriteria

    inklusi dan eksklusi.

    3. Cari slide

  • 39

    Dari data yang telah didapat lalu mencari slide dan blok parafin yang akan

    diteliti. Dan dipilih preparat masih bisa untuk dianalisa sesuai dengan

    kriteria inklusi. Preparat yang rusak kemudian dipulas ulang.

    4. Pulas dengan Giemsa

    Pada penelitian ini, salah satu cara diagnosis positivitas atau ada tidaknya

    Helicobacter pylori dengan metode pulasan Giemsa.

    5. Dilakukan Analisa Sampel

    a. Penilaian positivitas Helicobacter pylori

    Dengan menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 1000 kali

    H.pylori dinyatakan positif bila terdapat kuman dengan struktur seperti

    batang berbentuk spiral pada lapisan mukus permukaan epitel antrum

    lambung.5

    b. Penilaian histopatologi biopsi gaster

    Pada penelitian ini penilaian histopatologi berdasarkan Update Sydney

    System13. Dengan penilaian sebagai berikut :

  • 40

    Tabel 3.2. Penilaian Berdasarkan Update Sydney System

    Gambaran Histopatologi Ada Tidak

    Atrofi Kelenjar

    Metaplasia Intestinal

    Folikel Limfoid

    Aktivitas Polimorfonuklear

  • 41

    Skema Alur Penelitian

    Pengambilan data di Laboratorium Patologi Anatomi

    Cari Resume Medik biopsi gaster dengan diagnosa gastritis tahun 2011-2012

    Cari Slide

    Preparat yang sudah tidak bisa dibaca dipulas ulang dengan

    Giemsa

    Analisa Sampel

    1. Penilaian Positivitas H.pylori

    2. Penilaian Histopatologi

    Analisis Univariat

    Kriteria Eksklusi Kriteria Inklusi

  • 42

    K. Analisis Data

    Analisis yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariat adalah

    analisis yang digunakan dengan menjelaskan secara deskriptif untuk melihat

    distribusi variabel-variabel yang diteliti.

  • 43

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL PENELITIAN

    Penelitian yang telah dilakukan dengan mengumpulkan data melalui

    lembar observasi pasien gastritis yang dilakukan biopsi endoskopi pada

    tanggal 23 Januari 2013 sampai dengan 20 Maret 2013 di Laboratorium

    Patologi Anatomi RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Periode 2011-

    2012, dilakukan proses analisis univariat yaitu analisa yang digunakan pada

    tiap variabel dari hasil penelitian dan menghasilkan distribusi dan persentase

    dari tiap variabel. Dari 95 sampel, semua sampel memenuhi kriteria inklusi

    dengan diagnosa gastritis yang dilakukan biopsi endoskopi.

    1. Positivitas Helicobater pylori

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Positivitas Helicobacter pylori Pada Pasien Yang dilakukan

    Biopsi Endoskopi di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Periode 2011-2012

    Positivitas Helicobacter pylori

    Frekuensi Persentase (%)

    Positif (ditemukan Helicobacter pylori)

    53 55,8

    Negatif (tidak ditemukan Helicobacter pylori)

    42 44,2

    Total 95 100

  • 44

    Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui distribusi frekuensi yang positif

    ditemukan Helicobacter pylori sebanyak 53 sampel (55,8%) dan yang negatif

    (tidak ditemukan Helicobacter pylori) 42 sampel (44,2%).

    Gambar 4.1 Sediaan No. PA 11-0927 (Giemsa 1000x) Tampak Bakteri Helicobater pylori pada gastric

    pit atau foveolae gastricae (lihat tanda panah)

    2. Gambaran Histopatologi

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Histopatologi Pada Pasien Gastritis Yang Dilakukan Biopsi Endoskopi Di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

    Periode 2011-2012

    Gambaran Histopatologi Frekuensi Persentase (%) a. Atrofi Kelenjar

    - Positif 9 9,5 - Negatif 86 90,5

    b. Metaplasia Intestinal - Positif 22 23,2 - Negatif 73 76,8

    c. Folikel Limfoid - Positif 17 17,9 - Negatif 78 82,1

    d. Aktivitas Polimorfonuklear - Positif 27 28,4 - Negatif 68 71,6

  • 45

    Penjelasan Tabel 4.2 :

    a. Distribusi frekuensi yang positif mengalami atrofi kelenjar sebanyak 9

    sampel (9,5%) dan yang negatif (tidak mengalami atrofi kelenjar)

    sebanyak 86 sampel (90,5%).

    b. Distribusi frekuensi yang positif yang mengalami metaplasia intestinal 22

    sampel (23,2%) dan yang negatif (tidak mengalami metaplasia intestinal)

    73 sampel (76,8%).

    c. Distribusi frekuensi yang positif yang terdapat folikel limfoid 17 sampel

    (17,9%) dan yang negatif (tidak terdapat folikel limfoid) 78 sampel

    (82,1%).

    d. Distribusi frekuensi yang positif yang terdapat aktivitas polimorfonuklear

    27 sampel (28,4%) dan yang negatif (tidak terdapat aktivitas

    polimorfonuklear) 68 sampel (71,6%).

  • 46

    Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuentif Gambaran Histopatologi Pada Pasien Gastritis yang dilakukan biopsi endoskopi Di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

    Periode 2011-2012

    Gambar 4.3 Sediaan No PA 11-0927 (HE-400x) Tampak epitel mukosa antrum dengan metaplasia intestinal (lihat tanda panah)

    9.5

    90.5

    23.2

    76.8

    17.9

    82.1

    28.4

    71.6

    0102030405060708090

    100

    Distribusi Frekuensi Gambaran Histopatologi Pasien Gastritis

    Frekuensi

    Persentase (%)

  • 47

    Gambar 4.4 Sediaan No. PA 11-0927 (HE-200x) Tampak pembentukan folikel limfoid (lihat A) dan atrofi kelenjar (lihat B)

    Gambar 4.5 Sediaan No PA 11-1052 (HE-400x) Tampak sebukan sel leukosit polimorfonuklear pada lamina propria (lihat tanda panah)

  • 48

    3. Tabel Sebaran Positivitas H.pylori Terhadap Gambaran Histopatologi

    Tabel 4.3 Sebaran Positivitas Helicobacter Pylori Terhadap Atrofi Kelenjar Pada Pasien Gastritis Yang Dilakukan Biopsi Endoskopi Di RSUD Abdul Moeloek

    Bandar Lampung Periode 2011-2012

    Atrofi Kelenjar Positivitas Positif Persentase (%) Negatif Persentase (%) Positif 6 6,3 3 3,2 Negatif 47 49,5 39 41,1

    Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui dari 9 sampel yang terinfeksi

    Helicobacter pylori didapatkan sebanyak 6 sampel (6,3%) yang positif

    mengalami atrofi kelenjar dan 3 sampel (3,2%) yang tidak mengalami

    atrofi kelenjar. Dan dari 86 sampel yang tidak terinfeksi Helicobacter

    pylori yang positif mengalami atrofi kelenjar sebanyak 47 sampel

    (49,5%) dan 39 sampel (41,1%) tidak mengalami atrofi kelenjar. Dari

    keterangan di atas dapat terlihat bahwa sebesar 66,7% terdapat sebaran

    positivitas infeksi H.pylori yang mengalami atrofi kelenjar. Kemungkinan

    ini terjadi karena adanya hubungan atrofi kelenjar dengan adanya infeksi

    H.pylori.

    Tabel 4.4 Sebaran Positivitas Helicobacter Pylori Terhadap Metaplasia Intestinal

    Pada Pasien Gastritis Yang Dilakukan Biopsi Endoskopi Di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Periode 2011-2012

    Metaplasia Intestinal

    Positivitas Positif Persentase (%) Negatif Persentase (%)

    Positif 16 16,8 6 6,3 Negatif 37 38,9 36 37,9

    Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui dari 22 sampel yang

    terinfeksi Helicobacter pylori didapatkan sebanyak 16 sampel (16,8%)

  • 49

    yang positif mengalami metaplasia intestinal dan 6 (6,3%) yang tidak

    mengalami metaplasia intestinal. Dan dari 73 orang yang tidak terinfeksi

    Helicobacter pylori yang positif mengalami metaplasia intestinal

    sebanyak 37 sampel (38,9%) dan 36 sampel (37,9%) tidak mengalami

    metaplasia intestinal. Dari keterangan di atas dapat terlihat bahwa sebesar

    72,7% terdapat sebaran positivitas infeksi H.pylori yang mengalami

    metaplasia intestinal. Kemungkinan ini terjadi karena adanya hubungan

    metaplasia intestinal dengan adanya infeksi H.pylori.

    Tabel 4.5 Sebaran Positivitas Helicobacter Pylori Terhadap Folikel Limfoid Pada

    Pasien Gastritis Yang Dilakukan Biopsi Endoskopi Di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Periode 2011-2012

    Folikel Limfoid Positivitas Positif Persentase (%) Negatif Persentase (%) Positif 13 13,7 4 4,2 Negatif 40 42,1 38 40,0

    Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui dari 17 orang yang terinfeksi

    Helicobacter pylori didapatkan sebanyak 13 sampel (13,7%) yang positif

    ditemukan folikel limfoid dan 4 sampel (4,2%) yang tidak ditemukan

    folikel limfoid. Dan dari 78 orang yang tidak terinfeksi Helicobacter

    pylori yang positif ditemukan folikel limfoid sebanyak 40 sampel (42,1%)

    dan 38 sampel (40,0%) tidak ditemukan folikel limfoid. Dari keterangan

    di atas dapat terlihat bahwa sebesar 76,5% terdapat sebaran positivitas

    infeksi H.pylori yang terdapat folikel limfoid. Kemungkinan ini terjadi

  • 50

    karena adanya hubungan terbentuknya folikel limfoid dengan adanya

    infeksi H.pylori.

    Tabel 4.6 Sebaran Positivitas Helicobacter pylori Terhadap Aktivitas Polimorfonuklear Pada Pasien Gastritis Yang Dilakukan Biopsi Endoskopi Di

    RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Periode 2011-2012

    Aktivitas PMN Positivitas Positif Persentase (%) Negatif Persentase (%) Positif 18 18,9 9 9,5 Negatif 35 36,8 33 34,7

    Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui dari 27 sampel yang

    terinfeksi Helicobacter pylori didapatkan sebanyak 18 sampel (18,9%)

    yang positif terdapat aktivitas polimorfonuklear dan 9 sampel (9,5%) yang

    tidak terdapat aktivitas polimorfonuklear. Dan dari 68 sampel yang tidak

    terinfeksi Helicobacter pylori yang positif terdapat aktivitas

    polimorfonuklear sebanyak 35 sampel (36,8%) dan 33 sampel (34,7%)

    tidak terdapat aktivitas polimorfonuklear. Dari keterangan di atas dapat

    terlihat bahwa sebesar 66,7% terdapat sebaran positivitas infeksi H.pylori

    yang terdapat aktivitas polimorfonuklear. Kemungkinan ini terjadi karena

    adanya hubungan aktivitas polimorfonuklear dengan adanya infeksi

    H.pylori.

  • 51

    B. PEMBAHASAN PENELITIAN

    1. Positivitas Helicobacter pylori

    Dari hasil analisis univariat di atas didapatkan frekuensi positif

    ditemukannya Helicobacter pylori sebanyak 53 (55,8%) sedangkan yang

    tidak ditemukan Helicobacter pylori sebanyak 42 (44,2%).

    Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa pada pasien gastritis

    kronik sebagian besar penyebabnya adalah Helicobacter pylori sesuai

    dengan teori Robbins yang mengatakan bahwa etiologi terpenting dari

    gastritis kronis adalah dengan infeksi kronis oleh Helicobacter pylori.

    Gastritis terjadi karena kombinasi pengaruh enzim dan toksin bakteri serta

    pengeluaran zat kimia merugikan oleh neutrofil yang datang. Mekanisme

    kerusakan epitel mukosa lambung pada infeksi H.pylori masih

    diperdebatkan oleh beberapa para ahli. Kemungkinan H.pylori dapat

    menyebabkan kerusakan langsung pada sel epitel yaitu dengan

    dikeluarkannya sejenis sitotoksin yang menyebabkan vakuol pada sel epitel.

    Sitotoksin ini berhubungan dengan sejenis protein yang disebut protein

    cytotoxin-associated gene (cag A). Selain itu amoniak yang dihasilkan oleh

    aktivitas dari urease yang dihasilkan H.pylori seperti protease dan lipase

    dapat merusak lapisan mukosa lambung dan bagian apikal sel epitel mukosa

    lambung. H.pylori terdapat hanya pada lapisan mukus permukaan epitel

    antrum lambung.1,18

  • 52

    Berdasarkan teori Sudoyo Helicobacter pylori dikenal sebagai faktor

    patogen pada gastritis kronis, ulkus peptikum dan karsinoma gaster. Hal ini

    sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti bahwa sebagian pasien

    gastritis kronis akan ditemukan Helicobacter pylori. Dan dari hasil

    penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan dari 95 sampel sebanyak 53

    sampel (55,8%) positif terinfeksi H.pylori sedangkan sebanyak 42 sampel

    (44,2%) tidak terinfeksi H.pylori. Dan dari penelitian Manxhuka-Kerliu

    Suzana di Universitas Phristina Kosovo 2009 dari 154 sampel ditemukan

    sebanyak 103 sampel (66,88%) positif terinfeksi Helicobacter pylori dan 51

    sampel (33,11%) tidak terinfeksi Helicobacter pylori (negatif). Serta

    penelitian dari Eva J. Soelam pada tahun 2004 meyimpulkan angka kejadian

    infeksi Helicobacter pylori dari 42 pasien yang positif terinfeksi

    Helicobacter pylori sebanyak 23 pasien (54,8 %).1,27,29

    2. Atrofi Kelenjar

    Dari hasil analisis univariat tabel 4.2 di atas didapatkan frekuensi

    positif yang mengalami atrofi kelenjar sebanyak 9 (9,5%) dan yang negatif

    (tidak mengalami atrofi kelenjar) sebanyak 86 (90,5%).

    Menurut teori Sudoyo pemeriksaan histopatologi yang sudah

    disepakati, kriteria yang dinilai menurut Update Sydney System salah satu

    parameter yang dinilai untuk derajat gastritis adalah atrofi kelenjar. Dan

    menurut teori Prince gastritis kronis adalah peradangan mukosa kronis yang

    akhirnya menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Ada dua

  • 53

    gambaran utama gastritis kronis yaitu sebukan sel-sel radang pada lamina dan

    atrofi epitel kelenjar. Atrofi kelenjar ialah hilangnya kelenjar dan digantikan

    oleh fibroblast dan matriks ekstraseluler sehingga kehilangan fungsi

    strukturnya. Atrofi kelenjar dapat menyebabkan tipisnya mukosa lambung dan

    menyebabkan kerusakan mukosa. Jadi kehilangan kelenjar dapat

    menyebabkan erosi atau ulserasi mukosa dengan kerusakan lapisan kelenjar

    dan diikuti oleh proses inflamasi yang memanjang.1,9

    Pada penelitian yang dilakukan peneliti dari 95 sampel ditemukan

    frekuensi positif yang mengalami atrofi kelenjar sebanyak 9 sampel (9,5%)

    dan pada tabel 4.3 di atas yang positif ditemukan Helicobcter pylori sebanyak

    6 sampel (6,3%) yang ditemukan atrofi kelenjar dari 9 sampel. Sedangkan

    yang negatif (tidak mengalami atrofi kelenjar) sebanyak 86 sampel (90,5%)

    dan yang terinfeksi Helicobacter pylori dan mengalami atrofi kelenjar 47

    sampel (49,5%) dari 86 sampel (lihat tabel 4.3). Dari penelitian Manxhuka-

    Kerliu Suzana di Universitas Phristina Kosovo dari 154 sampel didapatkan

    atrofi 23 sampel (14,94%). Berdasarkan Teori Ortis Helicobacter pylori cocok

    hidup dalam suasana asam, maka bila sekresi menurun misal pada gastritis

    atrofik atau pemberian obat-obat antisekretorik seperti penghambat pompa

    proton (PPP), kolonisasi Helicobacter pylori juga akan berkurang. Sebagian

    penderita dengan H.pylori mempunyai autoantibodi terhadap H+/K+-ATP-ase

    sehingga menyebabkan atrofi gaster. Jadi pada penelitian ini kemungkinan

    atrofi kelenjar disebabkan oleh penyebab gastritis lain seperti obat-obatan

  • 54

    antisekretorik sehingga atrofi kelenjar tidak selalu dihubungkan karena infeksi

    dari Helicobacter pylori, gastritis kronis tanpa infeksi H.pylori pun dapat

    mengalami atrofi kelenjar.29

    3. Metaplasia Intestinal

    Dari hasil analisis univariat di atas didapatkan frekuensi positif yang

    mengalami metaplasia intestinal sebanyak 22 sampel (23,2%) dan yang

    negatif (tidak mengalami metaplasia intestinal) sebanyak 73 sampel (76,8%).

    Menurut teori Sudoyo pemeriksaan histopatologi yang sudah

    disepakati, kriteria yang dinilai menurut Update Sydney System salah satu

    parameter yang dinilai untuk derajat gastritis adalah metaplasia intestinal.

    Menurut Robbins metaplasia intestinal adalah pergantian epitel antrum

    dengan epitel intestinal yang mengandung sel goblet. Metaplasia intestinal

    ada tiga jenis yaitu jenis I, II, III. Jenis I disebut juga jenis komplit dimana

    sel goblet mengandung sialomusin di antara sel-sel absortif yang tidak

    bersekresi (sel dengan brush border). Jenis II ialah sel goblet mengandung

    sialomusin di antara sel-sel yang mirip dengan sel epitel mukosa lambung

    (sel yang mengandung musin netral/sialomusin). Jenis III ialah mempunyai

    ciri-ciri kripti/foveolae yang berkelok-kelok dan bercabang dibatasi oleh sel

    silindrik yang mengandung sulfomusin. Di antara sel-sel ini terdapat sel

    goblet dalam jumlah sedikit yang mengandung sialomusin/sulfomusin. Dari

    ketiga jenis ini yang mempunyai risiko tinggi untuk menjadi karsinoma

    lambung ialah jenis III. Pada penelitian ini tidak diidentifikasi jenis musin

  • 55

    pada sel goblet yang ditemukan, dimana membedakan sulfomusin dengan

    sialomusin diperlukan pulasan khusus campuran yaitu HID/AB (high Iron

    diamine-alcian blue).1,5

    Pada penelitian yang dilakukan peneliti dari 95 sampel ditemukan

    frekuensi positif yang mengalami metaplasia intestinal 22 sampel (23,2%)

    dan pada tabel 4.4 yang positif ditemukan Helicobcter pylori sebanyak 16

    sampel (16,8%) dari 22 sampel yang mengalami metaplasia intestinal.

    Sedangkan yang negatif (tidak mengalami metaplasia intestinal) sebanyak 73

    sampel (76,8%) dan yang terinfeksi Helicobacter pylori sebanyak 37 sampel

    (38,9%) dari 73 sampel yang mengalami metaplasia intestinal. Dari

    penelitian Manxhuka-Kerliu Suzana di Universitas Phristina Kosovo (2009)

    dari 154 sampel didapatkan 25 sampel (16,23%). Berdasarkan pendapat

    Budiana FKUI 2000, pergantian epitel antrum dengan epitel intestinal

    disebut metaplasia intestinal dan metaplasia intestinal sebenarnya adalah

    proses yang berdiri sendiri. Jadi metaplasia intestinal tidak selalu terjadi

    karena infeksi dari Helicobacter pylori, gastritis kronis tanpa infeksi

    H.pylori pun dapat mengalami metaplasia intestinal. Sedangkan pada

    penelitian ini 72,7% yang terinfeksi Helicobacter pylori mengalami

    metaplasia intestinal sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan

    sampel yang lebih banyak untuk melihat hubungan infeksi Helicobacter

    pylori dengan metaplasia intestinal.28,29

  • 56

    4. Folikel Limfoid

    Dari hasil analisis univariat di atas didapatkan frekuensi positif

    terdapat folikel limfoid sebanyak 17 sampel (17,9%) dan yang negatif (tidak

    terdapat folikel limfoid) sebanyak 78 sampel (82,1%).

    Menurut Genta menemukan bahwa sel radang kronik dan folikel

    limfoid berhubungan dengan besarnya kerusakan epitel dan densitas

    Helicobacter pylori.17

    Pada penelitian yang dilakukan peneliti dari 95 sampel ditemukan

    frekuensi positif yang terdapat folikel limfoid sebanyak 17 sampel (17,9%)

    dan yang negatif (tidak terdapat folikel limfoid) sebanyak 78 sampel

    (82,1%). Pada yang positif ditemukan Helicobacter pylori sebesar 13 sampel

    (13,7%) yang ditemukan terdapat folikel limfoid dari 17 sampel tersebut

    (lihat tabel 4.5). Pada penelitian I Wayan Darya 2009 dari 64 orang

    ditemukan 64 sampel (100%) terdapat inflamasi kronik tetapi tidak

    dijelaskan tentang folikel limfoid. Dan pada penelitian ini semua sampel

    juga mengalami inflamasi kronik tetapi peneliti mencoba melihat yang

    ditemukan sebaran positivitas infeksi H.pylori terhadap folikel limfoid

    didapatkan sebanyak 13/17 sampel (76,5%) dari 95 sampel. Hal sejalan

    dengan pendapat Genta bahwa sel radang kronik dan folikel limfoid

    berhubungan dengan densitas Helicobacter pylori. Karena dari hasil

    penelitian yang dilakukan peneliti yang positif ditemukan H.pylori

  • 57

    mengalami sel radang kronik dan terdapat folikel limfoid sehingga ada

    kecenderungan adanya hubungan infeksi H.pylori sehingga perlu dilakukan

    penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak.17,30

    5. Aktivitas Polimorfonuklear

    Dari hasil analisis univariat di atas didapatkan frekuensi positif

    terdapat aktivitas polimorfonuklear sebanyak 27 sampel (28,4%) dan yang

    negatif (tidak terdapat aktivitas polimorfonuklear) sebanyak 68 sampel

    (71,6%).

    Menurut Genta menemukan bahwa sel radang akut dan normalisasi

    epitel sejalan dengan densitas Helicobacter pylori. Infeksi aktif Helicobacter

    pylori hampir selalu berhubungan dengan munculnya nertrofil, baik pada

    lamina propria ataupun pada kelenjar mukus antrum.17

    Pada penelitian yang dilakukan peneliti dari 95 sampel ditemukan

    frekuensi positif yang terdapat aktivitas Polimorfonuklear sebanyak 27 sampel

    (28,4%) dan pada tabel 4.6 di atas dapat diketahui yang positif ditemukan

    Helicobacter pylori 18 sampel (18,9%) yang ditemukan aktivitas

    Polimorfonuklear dari 27 sampel sedangkan yang negatif (tidak terdapat

    aktivitas PMN) sebanyak 68 sampel (71,6%) dan yang terdapat aktivitas PMN

    35 sampel (36,8%) dari 68 sampel yang tidak terdapat aktivitas PMN. Pada

    penelitian I Wayan Darya 2009 dari 64 orang didapatkan aktivitas PMN

    sebanyak 21 orang (22,8%). Pada penelitian ini terdapat sebaran PMN

    terhadap Helicobacter pylori sebesar 66,7% kemungkinan terdapat hubungan

  • 58

    antara sebaran PMN dengan infeksi Helicobacter pylori dan ini sejalan

    dengan pendapat Genta bahwa sel radang akut berhubungan densitas

    Helicobacter pylori. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

    sampel yang lebih banyak untuk meneliti hubungan sebaran PMN dengan

    infeksi Helicobacter pylori.17,30

  • 59

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasaan dapat disimpulkan :

    1. Distribusi frekuensi Positivitas Helicobacter pylori pada pasien gastritis

    yang dilakukan biopsi endoskopi di RSUD Abdul Moeloek Bandar

    Lampung periode 2011-2012 yang ditemukan positif ditemukan

    Helicobacter pylori sebanyak 53 sampel (55,8%) dan yang negatif

    sebanyak 42 orang (44,2%).

    2. Distribusi frekuensi gambaran histopatologi pada pasien yang dilakukan

    biopsi endoskopi di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung periode

    2011-2012 yang mengalami atrofi kelenjar sebanyak 9 sampel (9,5%) dan

    yang tidak mengalami atrofi kelenjar 86 sampel (90,5%), yang mengalami

    metaplasia intestinal sebanyak 22 sampel (23,2%) dan yang tidak

    mengalami metaplasia intestinal 73 sampel (76,8%), yang positif terdapat

    folikel limfoid sebanyak 17 sampel (17,9%) dan yang tidak terdapat

    folikel limfoid 78 sampel (82,1%), sedangkan yang positif terdapat

    aktivitas polimorfonuklear sebanyak 27 sampel (28,4%) dan yang negatif

    tidak terdapat aktivitas polimorfonuklear 68 sampel (71,6%).

  • 60

    3. Gambaran Histopatologi Pasien Gastritis yang dilakukan biopsi endoskopi

    di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung periode 2011-2012 yang

    paling banyak adalah aktivitas Polimofonuklear sebanyak 27 sampel

    (28,4%).

    B. SARAN

    1. Bagi institusi kesehatan terutama Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar

    Lampung, diharapkan dapat merapihkan dan melengkapi berkas rekam

    medik pasien untuk memperlancar proses yang mendukung upaya

    peningkatan dan perbaikan mutu pelayanan kesehatan.

    2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih

    lanjut tentang hubungan gambaran histopatologi terhadap infeksi

    Helicobacter pylori serta dapat meneliti positivitas infeksi Helicobacter

    pylori dengan metode pemeriksaan molekular untuk mengkonfirmasi

    adanya Helicobacter pylori yang terfragmentasi.

  • 61