toksikologi forensik des 2011
TRANSCRIPT
dr. Handayani Dwi Utami, M.Sc, Sp.F
Department Forensic and Medicolegal
Dunia ini adalah tempat yang sangat berbahaya untuk hidup….Bukan
karena banyaknya bahaya di sekeliling kita, …Melainkan karena kita tidak berbuat apa-apa ketika
mengetahui bahaya tersebut menghadang di depan kita…
(Zulhasmar Syamsu-Budi Sampurna, 2004)
Intoksikasi
Suatu kondisi dimana seseorang kemasukan racun dan memperlihatkan gejala keracunan
Penggunaan racun sudah sangat lama, contoh dulu hukuman mati dengan pemberian racun sianida
Yang membedakan racun atau bukan adalah dosis dan maksud pemberian suatu zat
Intoksikasi
Kecelakaan Tidak sengaja/tidak tahuSengaja : bunuh diri, pembunuhan
Pengertian Racun
Toksikologi : ilmu mengenai kerja senyawa yang merugikan terhadap organisme hidup.
Racun (Taylor) : bahan dalam jumlah relatif kecil yg masuk ke tubuh, kmd menimbulkan reaksi kimiawi yg menyebabkan penyakit/kematian
Pengertian Racun
Racun (skr banyak dianut) : zat bekerja pada tubuh secara khemis dan fisiologis dalam dosis toksis menyebabkan gangguan fungsi tubuh, mengakibatkan penyakit atau kematian
Forensik : pengetahuan tentang masalah berkaitan dengan hukum
Toksikologi forensik : semua aspek pemeriksaan racun yang mempunyai implikasi hukum
Aplikasi toksikologi forensik
Pemeriksaan obat/bahan makanan /minuman pada jenazah menentukan sebab kematian
Mengetahui mengapa peristiwa terjadi pemeriksaan obat ditempat kerjapenyelidikan bahan berbahaya
Tes obat/zat pada jenazah
Informasi kasus di Tempat Kejadian PerkaraTanda klinis pada jenazah Pengambilan sampel untuk pemeriksaan
toksikologiPemeriksaan sampel atau pengiriman sampel Bekerjasama dengan patolog forensik
menentukan kematian akibat racun atau bukan. Menentukan cara kematian apakah karena
kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan.
Identifikasi obat/zat berbahaya
tes obat pada urine dan darah, muntahan, sisa barang bukti di tempat kejadian perkara.
mencegah penyalahgunaan obat pada: pegawai, calon pegawai, pelajar, mahasiswa baru/pindah sekolah, atlit
Salah satu upaya membrantas penyalahgunaan obat/zat berbahaya: Napza, formalin, boraks, zat pewarna dan pengawet pada makanan/minuman
Sumber racunRumah tangga (makanan,
minuman,insektisida,desinfektan, detergen, cat, lem, vernis kayu, isi pensil, baterei bekas, pewangi,dll)
Dunia kedokteran ( salah obat dan penyalahgunaan obat : Napza, analgetik, antibiotik, obat ED )
Lapangan pertanian (insektisida, herbisida, pestisida, fungisida, larvasida, pupuk)
Industri atau laboratorium (asam dan basa kuat, desinfektan, pengawet, penyedap, pewarna, pemanis, logam berat, dll)
Alam bebas : opium, ganja, kokain, amigdala (sianida tumbuhan), racun binatang berbisa dan jamur
Masuknya racun kedalam tubuhMulut (Oral, ingesti)SuntikanInhalasiKulit normal atau yang
sakitDuburVagina
Efek Toksik Suatu Zat :
Kualitas intrinsiknyaDosis dan
bioavailabilitasnyaCara penggunaannyaKonsentrasiDurasi dan frekuensi
penggunaanInteraksi terhadap zat lainKondisi pengguna
Cara terjadinya intoksikasi
Racun dapat masuk kedalam tubuh:karena tidak tahu termasuk pengobatan sendiri
penyalahgunaan obat,keingintahuan terhadap sesuatu.
Cara terjadinya intoksikasi
Kecelakaan termasuk kesalahan, kecerobohan atau ketidaktahuan. Dapat terjadi pada anak, kondisi lingkungan kerja, terkait dengan terapi (iatrogenic intoxication/calculated risks/iatrogenic poisoning)
Unsur kesengajaan termasuk disini intoksikasi oleh diri sendiri atau orang lain.
Otopsi dapat menentukan cara, saat dan sebab kematian.
Toksikologi Forensik vs klinik
Toksikologi klinik : apakah pasien mengalami intoksikasi, perlu obat apa? Perlu dicari penyebab adanya gejala abnormal
Toksikologi forensik : mengungkap apakah seseorang telah mengalami intoksikasi akibat kecelakaan, kesengajaan atau menjadi korban tindak kejahatan
Kapan perlu px toksiKasus sudden deathMati mendadak pada sekelompok orangKematian terkait dg abortus, kejahatan
seksual dan perkosaanKecelakaan transportasi t.u pengemudi dan
pilotPenganiayaan dan pembunuhanDiketahui atau patut didugamenelan racunSetelah mendapat tindakan medis
Kriteria diagnostik pada kasus keracunan
Anamnesa korban kontak dengan racun
Tanda dan gejala spesifikDitemukan kelainan pada
tubuh korban sesuai karakteristik racun
Sebab kematian lain dapat disingkirkan (tergantung kasus)
Analisa kimia adanya racun dan metabolit dlm tubuh/cairan tubuh korban
Pemeriksaan racun pada jenazah
- Kematian terjadi cepat kongesti, oedema paru, otak dan ginjal
- Kematian terjadi lambat kelainan agak spesifik
- Pemeriksaan luar pakaian, lebam mayat, bercak sekitar mulut, bau, kelainan lain.
- Pemeriksaan dalam bau, kelainan gastrointestinal mis zat korosif
Autopsi pada gastrointestinalBila racun ditelan maka kelainan terutama
pada lambungPerhatikan bau yang keluarPerubahan warna jaringan tubuhKelainan pada lambung berupa : hiperemi,
perlunakan, perforasi dan ulserasi
kelainan pada lambungHiperemi :Keracunan zat korosif terutama pada curvatura mayorPada keracunan tembaga selain hiperemi juga didapat
pewarnaan biru/hijau, sedang pada keracunan asam sulfat akan berwarna kehitaman
Perlunakan dinding lambung :Sering didapatkan pada keracunan zat korosif alkalis,
terutama pada kurvatura mayor, Perlu dibedakan dengan perlunakan yang terjadi akibat pembusukan
ulserasiTerutama pada keracunan zat korosif, ulkus
tampak rapuh, tipis dan dikelilingi peradangan
Perforasi :Biasanya hanya pada keracunan asam sulfat
pekat dan perlu dibedakan dengan proses pembusukan
Kelainan pada lambung karena zat korosif anorganik juga perlu dibedakan dengan zat korosif organik seperti golongan fenol dan formaldehid
Akibat zat korosif anorganik Yang bersifat asam ( asam sulfat, asam klorida) :Mukosa lambung mengkerut berwarna coklat hitamMukosa memberi kesan kering dan hangus
terbakar
Yang bersifat basa : (natrium hidroksida, kalium hidroksida, garam2 karbonat serta ammonia )
Mukosa lambung lunak, sembab dan basahMukosa berwarna merah coklatPada perabaan memberi kesan seakan meraba
sabun karena proses penyabunan
Korosif golongan organikGolongan fenol (asam karbol, lisol dan kresol) :Tampak pseudomembran yang berwarna abu-
abu kebiruan atau kekuningan sebagai akibat penetrasi dan koagulasi protein sel dan penetrasi kelapisan yang lebih dalam sehingga terjadi nekrose, pseudomembran ini terbentuk dari jaringan nekrotik tsb
Korosif formaldehid : mengakibatkan mukosa membran menjadi mengkerut, mengeras dan berwarna kelabu
Sampel Darah UrinLambung dan isinyaUsus dan isinyaVitreous humorHati dan empeduGinjalRambut
Gastrointestinal sampelPada otopsi seluruh lambung dan isinya (diambil
utuh, diikat dikedua lubangnya (muara esofagus dan muara ampula duodenum) tidak boleh robek agar isinya tdk keluar
Usus dan isinya : dgn membuat sekat dgn ikatan pd usus setiap jarak 60 cm u/ melihat perjalanan isi usus yg diduga mgd racun sdh sejauh mana shg dpt diperkirakan tingkat absorpsi +lamanya didalam usus (ileum, jejunum, colon, rektum)
Ekshumasi :Tanah makam disekitar mulut dan dibawah lambung/perut jenazah
Bahan pengawetPada umumnya utk jaringan dapat
dipakai alkohol absolutNaF 1 % Garam fisiologisNaF dan Na sitratNa benzoat dan phenil merkuri
nitrat
Pengiriman ke laboratorium
Tempat bersihTiap botol satu sampelContoh bahan pengawetHasil pemeriksaan singkatDisegelPenyegelan ada saksiApabila jenazah diawetkan, sampel diambil
sebelum diawetkan (Idries, 1979)
AnalisisIsolasi obat dari jaringan dg pelarut
tertentuDimurnikanAnalisa : obat dalam urin dapat dianalisa
dg Gas Chromatografi, Gas Chromatografi Mass Spectrofotometri, Thyn Layer Chromatografi (DiMaio, 2001)
Gastrointestinal poisonAlkoholMetanolInsektisidaSianidaArsenTimbalNapza
Alkohol/etanolSumber : berbagai minuman, bahan sintetik
spt brem, air tapeFarmakokinetik : absorpsi dimukosa mulut
dan lambung, 80 % di usus halus dan kolon. Metabolisme di hati, kadar alkohol darah menurun rata-rata 15 mg% setiap jam
Farmakodinamik: alkohol berpengaruh pada susunan syaraf pusat, alkohol sinergis dengan obat-obat golongan meprobamat, klorpromazine, penenang dan morfin
Tanda dan gejala keracunan alkohol
Kadar 10-20 mg % penurunan ketrampilanKadar 30-40 mg % penurunan penglihatanKadar 200 mg % reflek menurunKadar 250-300 mg % inkoordinasi ototKadar 400-500 mg % koma, meninggal
Kelainan pada keracunan kronik alkohol
Saluran pencernaan: gastritis, tumor ganas di mulut
Hati: penimbunan lemak, hepatitis sirosis dan hepatoma
Sering terjadi gangguan nutrisi
Metil alkohol
Sumber : destilasi kayuFarmakokinetik : metanol---formaldehid
dan asam format. Farmakodinamik : metanol menekan
susunan syaraf pusat, lebih toksik dari etanol karena efeknya lebih lama
Tanda dan gejala keracunan metanolKarena metabolitnya bersifat toksik,
gejala timbul setelah masa latenKebutaan dapat terjadi bila terminum
sebanyak 15 mlTanda pada jenazah tidak khas, tercium
bau khas dan tanda asfiksia. Ditemukan bendungan alat dalam dan bintik perdarahan
Keracunan arsencausa : kecelakaan kerja, pembunuhan, bunuh diriArsen terdapat dalam insektisida, racun tikus,
herbisida, tanah, air, bir, kerang dstCara masuk : oral, inhalasi, perkutanPatofisiologi : arsen menyebabkan hemolisis,
merusak kapiler sehingga timbul transudasi plasma dan kemudian terjadi hipovolemi
Dosis rendah menimbulkan hiperemi GI TractDosis tinggi menimbulkan vesikel lalu pecah,
timbul rice water stool dan feses bercampur darah
arsenGejala klinik : Rice water stool bercampur darahMuntah proyektil, mula-mula serous
kemudian mukoid ditambah empedu akhirnya berdarah
Lebih lanjut dapat terjadi anemia aplastik
Pemeriksaan toksikologis Arsenikum
Sanger black tesReinsch tesBettendorff tesMarsh tes
Insektisida
Sumber : banyak dipakai dalam pertanian, perkebunan dan dalam rumah tangga.
Keracunan terjadi karena kecelakaan dan percobaan bunuh diri, jarang sekali karena pembunuhan
Keracunan insektisidaKepentingan : bunuh diri, kecelakaan,
pembunuhanCara masuk : biasanya oral, bisa inhalasi atau
kontakPatofisiologi : tergantung jenis insektisidanyaGol I : antikolinesterase : organofosfat
(malation) dan karbamat (baygon)Gol II : chlorinated hydrocarbon : DDT,
endrin, klordane
Gejala dan tandaGol antikolinesterase : sakit kepala,
hipersekresi kelenjar, kejangGol Chlorinated hydrocarbon : muntah,
vertigo, kesadaran menurun, komaPada otopsi : tercium bau kerosin dan edema
organ dalam
Pemeriksaan LabTLC, spektrofotometri, kromatografi gasPada keracunan karbamat kadar 1-naftol urin
meningkatCara acholest dengan paper stripCara Edson (berdasar perub pH darah, lebih
teliti)
Insektisida Hidrokarbon terkhlorinasi
Farmakokinetik : DDT dapat diabsorpsi melalui kulit dan inhalasi, dalam jumlah besar ditimbun didalam lemak.
Farmakodinamik : stimulator SSP, sensitivitas miokardium meningkat. Kematian akibat depresi pernafasan atau vibrilasi ventrikel. Dosis toksik 1 g, dosis fatal 30 g; Aldrin 2-5g; Dieldrin 2-5 g; Endrin 10 mg/kg; klordan 6 g
DDT
Tanda dan gejala : keracunan ringan, lelah, sakit kepala,gelisah. Keracunan berat, pusing, gangguan keseimbangan
Pemeriksaan ked forensik: anamnesa kontak dg insektisida, biopsi lemak tubuh pd perut setinggi garis pinggang minimal 50 g. Keadaan normal terdapat dalam lemak tubuh kurang dari 15 ppm
Insektisida gol inhibitor kolinesterase
Farmakokinetik : diabsorpsi cepat dan efektif melalui oral, inhalasi, mukosa dan kulit. Diekskresi dalam bentuk metabolit melalui urin.
Farmakodinamik : mengikat enzim Asetil Cholin Esterase(AChE )sehingga AChE inaktif. Mula-mula stimulasi kemudian depresi pada SSP. Kematian akibat kegagalan pernafasan dan blok jantung
Insektisida gol inhibitor kolinesterasePemeriksaan ked forensik : Keracunan
akut ditemukan tanda asfiksia, odem paru dan bendungan organ serta bau zat pelarut minyak tanah.
Saat kritis 4-5 jam pertama. Keracunan kronis, diketahui dengan
penentuan kadar AChE dalam darah.
NarkotikaNarkotika, berasal dari bahasa
Yunani berarti narkosis, menghilangkan rasa nyeri dan menyebabkan keadaan stupor.
Hipnotika: gol obat tidurSedativa: depresi ringan Susunan
Syaraf Pusat
Narkotika
Sumber : Preparat murni yang lazim digunakan dibidang medis adalah garam klorida, sulfat atau fosfat
Farmakokinetik: absorpsi dapat berlangsung di saluran cerna, selaput lendir hidung dan paru, suntikan. Morfin tertimbun dlm ginjal, paru, hati dan limpa.
Narkotika
Farmakodinamik : cara kerja belum dapat dijelaskan secara pasti, demikian pula terjadinya toleransi. Semua narkotika umumnya menekan Susunan Syaraf Pusat.
Gejala dan tanda keracunan : mula-mula eksitasi susunan saraf kemudian narkosis hingga syok.
Mekanisme dan sebab kematian: perlu olah Tempat Kejadian Perkara, kematian biasanya terjadi pada penggunaan intra-vena.
NAPZAUU No 22 th 1977 narkotika dibagi dalam 3
golongan :Narkotika Gol I : unk iptek no terapi addict
tinggi, ex. Heroin, kokain, ganjaNarkotika Gol II : pilihan terakhir Tx, addict
tinggi ex : morfin, pethidin dan derivatnyaNarkotika Gol III : digunakan u terapi dan
addict ringan, ex : kodein dan garam narkotyika dlm gol ini
psikotropikaPsikotropika dibagi dalam 4 golongan :Psikotropika gol I : hanya untuk iptek tidak
untuk terapi dg potensi addict tinggi : MDMA, Ectasy, LSD, Psilosibina
Psikotropika gol II : untuk terapi, potensi addict tinggi: fesiklidin (PCP), Amfetamin, Metilfenidat (Ritalin)
Psikotropika gol III : untuk terapi potensi addict sedang : flunitrazepam
Psikotropika gol IV : untuk terapi dan potensi addict ringan : alprazolam (Xanax), Bromazepam (Lexotan), Diazepam (Valium), Klobazam (Frisium), klordiazepoksid (Librax) Nitrazepam (Mogadon), Fenobarbital (Luminal)
BarbituratSumber : sering digunakan sebagai
sedatif, hipnotik, antikonvulsan, anaestetik.
Penggolongan : kerja lama (6 jam) misal luminal;kerja sedang (3-6 jam) misal nembutal; kerja singkat (3 jam) misal siklobarbital; kerja sangat singkat misal tiopental
Sianida
Sumber : CN merupakan racun toksik, HCN sebagai fumigasi; garam CN dipakai dalam proses pengerasan baja, penyepuhan emas, fotografi dan untuk pupuk penyubur.
Farmakokinetik : diabsorpsi melalui sal pencernaan, HCN diabsorpsi melalui sal pernafasan.
Tanda dan gejala : keracunan akut menyebabkan gagal nafas; keracunan kronik pucat dan dapat menyebabkan golter dan hipotiroid
SianidaPemeriksaan ked forensik : bau
amandel, sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, lebam mayat berwarna merah terang karena darah vena kaya akan oksi-Hb, terdapat cyanmet-Hb.
Pada korban menelan garam alkali sianida, ditemukan kelainan pada mukosa lambung berupa korosi.
Pemeriksaan toksikologis Sianida
Reaksi biru BerlinTes asam pikratModifikasi mikrodifusi
sianidaPeracunan dan keracunan hampir sama
banyakCara masuk oral : garam CN (onset cepat) :
fotografi, penyepuhan logam, pewarnaanAmigdalin (lambat) : singkong, ubi, biji apelDosis letal : HCN anhidrat 50 mg, alkali
sianida 150-200mgCiri khas : lebam jenazah merah terang,
mukosa lambung merah coklat
penatalaksanaan1. nitrit dan tiosulfat (0,3 mg Na Nitrat dalam
10 cc aquades per IV kemudian 25 g Na tiosulfat 50% pelan-pelan atau
EDTA 300 mg dalam 2 dosis dengan interval 10 menit
Oksigen 1 atmBilas lambung
PX LabKonsentrasi tertinggi pada limpa kemudian
darah dan hatiiNgat ada pembentukan sianida post mortem
dan menghilangnya sianida posmortem karena evaporasi, pembentukan tiosianat, amonium formiat, polimerisasi dst maka sebaiknya sampel ditambah NaF 1%
Timah hitam/Pb/TimbelSumber : timah hitam atau Plumbum
dalam jumlah besar dalam badan accu/batterai, pipa air zaman dulu, timah solder, bahan dasar cat, dempul meni, glasier dari benda-benda keramik
Menurut WHO maksimum air minum mengandung Pb 40 ug/l; dalam udara normal 2-3 ug/m3
Timah Hitam (Pb)Cara masuk : oral, parenteral, inhalasi, perkutanPatofisiologi : mengganggu biosintesis heme
dengan menghambat enzim ALA sintetase, ALA dehidrase dan heme Sintetase
Gejala klinik pada gastrointestinal: Kolik, nyeri, muntah, konstipasi, nyeri dan lemah otot terutama otot bahu dan paha (wrist and food drop ) dan adanya “burtonian blue line” pada alveolar margin pada gusi
Pemeriksaan jenazah pada keracunan akut : PL : turgor menurun, mata cekung, bibir kering
Periksa dalam : lambung spastis berisi cairan putih, usus spastis berwarna hitam
Pada keracunan kronis ;PL : kurus, pucat, ikterik, lead line positif pada discus
opticus retina terdapat bintik abu-abuPeriksa dalam :Lambung : tanda-tanda gastritis kronis yaitu mukosa
hiperemis, menebalUsus : bercak abu-abu kehitaman pada sub mukosa
ususHepar : degenerasi sentral pada pemeriksaan
mikroskopik
Px toksikologiKeracunan akut ; cairan lambung, darahKeracunan kronis : hati, ginjal, otak, tulang
panjang, rambutPemeriksaan kuantitatif dengan cara gas
liquid chromatographySemikuantitatif dengan TLC
penatalaksanaanKeracunan akut : 1.atasi syok2.Lavase lambung dengan NH2SO43. Berikan morfin
Keracunan kronik1. CaNaEDTA 1 g dalam 200-500 cc D5% secara
IVFD 1-2 jam 2x/hari selama 3-5 hari2. BAL/Domercaprol 4 mg/KgBB/kali. Hari I =6 kali,
Hari II =4 kali Hari III =3 kali3. Bila didapatkan TIK meningkat maka pemberian
CaNaEDTA secara IM ditambah kokain, Manitolisasi dengan Manitol 20%/D10% sampai urin 0,5-1 cc/menit
4. D Penisilamin/Cuprimine/Kuprn 1-1,5 g/hari oral t.i.d saat lambung kosong
5. Ca Glukonas. Sulfas Atropin untuk meringankan gejala gastrointestinal dan pemberian makanan cukup kalsium dan fosfor
Buku acuanAriens E.J.,dkk., 1993 : Toksikologi umum
(pengantar), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Flanagan R.J., dkk., 1995 : Analisis Toksikologi Dasar, International Programme on Chemical Safety, WHO, Geneva.
Budiyanto A,dkk., 1997 : Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik FK UI, Jakarta.
Buku acuan
Vincent J. DiMaio, Dominick DiMaio, 2001 : Forensic Pathology, second edition, CRC Press, p 507-551
Steven G. Gilbert, 2004 : A small dose of Toxicology, The Health Effects of Common Chemicals, CRC Press, Boca Raton, London, New York, Washington, D.C.
James, S H. and Nordby, JJ. 2005: Forensic Science, second edition, Taylor and Francis Group, CRC Pres, p 61- 77
Summary of clues at autopsy that the person may have died of a drug overdose• “Foam cone” over nose and/or mouth• Colorful discoloration of lips, tongue, oral mucosa, or stomach• Granular, grainy, or pasty pill material in mouth and/or stomach• Pills in stomach• Pulmonary congestion and/or edema (heavy lungs,often greater than 500 to 600 grams each)• Frothy fluid in bronchi and trachea• Mucus in bronchi• Increased amount of urine
Do• Perform a complete autopsy and collect all blood andtissue specimens appropriate for the case in suspecteddrug toxic deaths.• Realize that if the dying process is prolonged, aperson may metabolize a fatal level of drug to nearnormallevels.• Realize that the decomposition process may createartifactual amounts of substances, including ethanol,acetone, and isopropanol.• Consider GHB, arsenic, cyanide, and other drugsthat may not be routinely detected, in appropriatecases.• Be aware that certain drugs may not be detected byyour laboratory—talk with your toxicologist!• Realize that even if no single drug is detected at a fatallevel, a combination of drugs will often prove fatal bytheir additive effects.• Remember that relatively low levels of certain drugssuch as cocaine and methamphetamine may indicatea toxic death—outright overdoses of these drugs areuncommon.
Don’t
• Forget that postmortem redistribution and other postmortemphenomena may affect blood drug levels.• Forget to interpret drug levels in the context of the entire case. A toxic drug level may not be the cause of
death in one case, whereas in another case, a seeminglyinnocuous drug level may be the cause of death.• Forget the potential value of a sequestered hematomafor retaining ethanol and drugs.• Forget that certain drugs and poisons will not bedetected on routine drug screening.• Forget to consider poisoning in certain suspectcases—many cases of poisoning will not be detectedif poisoning is not suspected.