tokoh ilmuan islam.docx

65
PEMIKIRAN AL-QABISI TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN MASA SEKARANG PEMBAHASAN A. Latar Belakang Salah satu tokoh pendidikan di kalangan kaum muslimin adalah Abu Hasan Al-Qabisi, yang merupakan murid Ibnu Sahnun, Ibnu Shanun adalah seorang tokoh pendidik angkatan pertama di kalangan umat islam, sebelumnya ia dikenal sebagai ahli fiqih yang bermadzhab Maliki. Pemikiran Ibnu Shanun mengenai pendidikan banyak menyoroti tentang perilaku pendidik, dan yang paling diperhatikan adalah berkenaan dengan kompetensi pendidik itu sendiri.Selain tanggungjawab itu sendiri dalam mengajar, seorang pendidik dituntut memiliki kemampuan atau kapasitas keilmuan yang mumpuni,[1] sehingga pemikirannya tentang pendidikan banyak dipengaruhi oleh gurunya. Al- Qabisi terkenal pada masanya abad 4 dengan karyanya yaitu “Ahwalul al- Muta’allimin wa ahkam Al-Mu’allimin wal Muta’alimin” yang berisi tentang pemikiran pendidikan. Banyak hal yang seharusnya dapat dipelajari dari pemikiran pendidikan Al-Qabisi terutama tentang konsep pendidikan dan pengajaran, dimana Al-Qabisi yang pertama kali membicarakan tentang pemisahan antara murid laki-laki dan perempuan dalam belajar sebab salah satu yang dapat menganggu masuknya ilmu adalah karena rusaknya pikiran akibat percampuran antara laki-laki dan perempuan. Di Indonesia telah banyak lembaga pendidikan yang menggunakan konsep tersebut salah satunya adalah lembaga pendidikan Islam Pesantren Gontor, pondok pesantren al-Irsyad dan masih banyak lagi lembaga pendidikan yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan, hal ini tentunya sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Malaysia adalah salah satu Negara Asian yang juga telah mengembangkan konsep pemikiran pendidikan al-Qabisi, sehingga tidak heran jika banyak buku-buku yang mengangkat konsep pendidikan al- Qabisi yang diterbitkan secara luas.[2]

Upload: anizasuraya70978568

Post on 18-Jan-2016

113 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tokoh ilmuan islam.docx

PEMIKIRAN AL-QABISI TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN MASA SEKARANG

PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang

            Salah satu tokoh pendidikan di kalangan kaum muslimin adalah Abu Hasan Al-Qabisi, yang merupakan murid Ibnu Sahnun, Ibnu Shanun adalah seorang tokoh pendidik angkatan pertama di kalangan umat islam, sebelumnya ia dikenal sebagai ahli fiqih yang bermadzhab Maliki. Pemikiran Ibnu Shanun mengenai pendidikan banyak menyoroti tentang perilaku pendidik, dan yang paling diperhatikan adalah berkenaan dengan kompetensi pendidik itu sendiri.Selain tanggungjawab itu sendiri dalam mengajar, seorang pendidik dituntut memiliki kemampuan atau kapasitas keilmuan yang mumpuni,[1] sehingga pemikirannya tentang pendidikan banyak dipengaruhi oleh gurunya. Al-Qabisi terkenal pada masanya abad 4 dengan karyanya yaitu “Ahwalul al-Muta’allimin wa ahkam Al-Mu’allimin wal Muta’alimin” yang berisi tentang pemikiran pendidikan.

            Banyak hal yang seharusnya dapat dipelajari dari pemikiran pendidikan Al-Qabisi terutama tentang konsep pendidikan dan pengajaran, dimana Al-Qabisi yang pertama kali membicarakan tentang pemisahan antara murid laki-laki dan perempuan dalam belajar sebab salah satu yang dapat menganggu masuknya ilmu adalah karena rusaknya pikiran akibat percampuran antara laki-laki dan perempuan.

            Di Indonesia telah banyak lembaga pendidikan yang menggunakan konsep tersebut salah satunya adalah lembaga pendidikan Islam Pesantren Gontor, pondok pesantren al-Irsyad dan masih banyak lagi lembaga pendidikan yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan, hal ini tentunya sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

            Malaysia adalah salah satu Negara Asian yang juga telah mengembangkan konsep pemikiran pendidikan al-Qabisi, sehingga tidak heran jika banyak buku-buku yang mengangkat konsep pendidikan al-Qabisi yang diterbitkan secara luas.[2]

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana biografi tentang tokoh Al-Qobisi ?

2.      Bagaimana pemikiran Al-Qobisi dalam kontek pendidikan masa sekarang ?

3.      Bagaimana relevansi pemikiran Al-Qobisi ?

Page 2: Tokoh ilmuan islam.docx

C.    Biografi Al-Qobisi

Nama lengkap Al-Qabisi  adalah Abu Al-Hasan Muhammad  bin Khalaf Al-Ma‘arifi Al-Qairawaniy.  Al-Qabisi adalah penisbahan kepada sebuah bandar yang terdapat di Tunis. Kalangan ulama lebih mengenal namanya dengan sebutan Al-Qabisiy. Ia lahir di Kota Qairawan Tunisia (wilayah Maghribi, sekarang Maroko, Afrika Utara) pada hari senin bulan Rajab tahun 324 H-935M.beliau wafat pada tanggal 3 Rabbiul Awal Tahun 403 H. Bertepan pada tanggal 23 Oktober 1012. Literatur-literatur tidak menyebutkan  perihal kedudukan  orang tuanya. Barangkali Al-Qabisi bukan dari keturunan ulama yang termasyhur, atau bangsawan ataupun hartawan sehingga asal keturunannya tidak banyak digambarkan sejarah, namun namanya terkenal setelah ia menjadi  ilmuan yang berpengaruh dalam dunia Islam.

Al-Qadhi’iyah pernah mengatakan bahwa Abu Hasan ini bukanlah dari kafilah Al-Qabisy, tetapi karena pamannya mengenakan surban di kepalanya rapat-rapat yang bertentangan dengan kebiasaan dari orang Qabisy, maka ia diberi nama Al-Qabisi. Sebenarnya ia adalah penduduk Qaeruan. Pendapat ini sesuai dengan keterangan As-Shafdi yang menyatakan bahwa nama Al-Qabisi itu diberikan kepadanya karena pamannya mengenakan surban terlalu ketat di kepalanya.[3]

Semasa kecil dan remajanya belajar di Kota Qairawan. Ia mulai mempelajari Al-Qur’an, hadits, fikih, ilmu-ilmu bahasa Arab dan Qira’at dari beberapa ulama yang terkenal di kotanya. Di antara ulama yang besar sekali memberi pengaruh pada dirinya adalah Abu Al-‘Abbas Al-Ibyani yang  amat menguasai fikih mazhab Malik. Al-Qabisi pernah mengatakan tentang gurunya ini: “Saya tidak pernah menemukan di Barat dan di Timur ulama seperti Abu al-‘Abbas. Guru-guru lain  yang banyak ia menimba ilmu dari mereka adalah  Abu Muhammad Abdullah bin Mansur Al-Najibiy, Abdullah bin Mansur Al-Ashal, Ziyad bin Yunus Al-Yahsabiy, Ali Al-Dibagh dan  Abdullah bin Abi Zaid.

Al-Qabisi pernah sekali melawat ke wilayah Timur Islam dan menghabiskan waktu selama 5 tahun, untuk menunaikan ibadah haji dan sekaligus  menuntut ilmu. Ia pernah menetap di bandar-bandar besar  seperti  Iskandariyah dan Kairo (Negara Mesir) serta Hejaz dalam waktu yang relatif tidak begitu lama. Di Iskandariyah ia  pernah belajar pada Ali bin Zaid Al-Iskandariy, seorang ulama yang masyhur dalam meriwayatkan hadits Imam Malik dan  mendalami mazhab fikihnya. Al-Qabisiy mengajar pada  sebuah madrasah yang diminati oleh penunut-penuntut ilmu. Madrasah ini lebih memfokuskan pada ilmu hadits dan fikih. Pelajar-pelajar yang menuntut ilmu di madrasah ini banyak yang datang  dari Afrika dan  Andalus.  Murid-muridnya yang terkenal adalah  Abu Imran Al-Fasiy, Abu Umar Al-Daniy, Abu Bakar bin Abdurrahman, Abu Abdullah Al-Maliki, Abu Al-Qasim Al-Labidiy Abu Bakar ‘Atiq Al-Susiy dan lain-lain.[4]

            Al-Qabisi hidup dalam kondisi sosial keagamaan yang semarak dan sangat mantap dengan mempelajari, menyebarluaskan dan mengajarkannya.Dimana lebih banyak diwarnai aliran Mazhab Maliki, satu aliran yang tergolong ahlussunnah, sehingga tuntutan masyarakat dalam bidang pendidikan cenderung pada masalah-masalah keagamaan.

Page 3: Tokoh ilmuan islam.docx

            Dunia pendidikan diwaktu itu banyak diwarnai oleh pemikir Islam klasik yang konsen terhadap masalah pendidikan yaitu Ibnu Sahnun, dengan karyanya bernama "Adabal al-Mualllimin" sebuah kitab kecil tentang pendidikan yang akhirnya nanti, banyak mempengaruhi pemikiran Al-Qabisi.

            Al-Qabisi merupakan seorang ulama yang produktif dalam mengarang kitab-kitab.la menghasilkan 15 karya dalam bidang fiqh maupun hadist, diantaranya al-Mumahid fi al-Fiqh dan al-I'tiqadat.Sedangkan karyanya dalam bidang pendidikan berjudul: "al-Mufassal li Ahwal al-Mutha' alaimin wa Ahkam al-Maulimmin wa al-Muta'allamin', sebuah kitab rincian tentang keadaan para pelajar, serta hukum-hukum yang mengatur para guru dan pelajar. Kitab ini terdiri dari 80 halaman dan dibagi ke dalam 3 juz.

D.    Latar Belakang Karir Intelektual

Sebagaimana lazimnnya para pelajar muslim pada masa kerajaan Islam dalam mencari ilmu pengetahuan, yaitu dengan berpindah-pindah tempat belajar dan mencari sejumlah guru dengan disiplin ilmu yang berbeda pula. Tak terkecuali al-Qabisi yang hidup pada zaman keemasan Islam ketika itu.Dengan demikian tidak mengherankan jika ulama terdahulu memiliki banyak disiplin ilmu pengetahuan.

Di Kairawan Afrika beliau belajar kepada sejumlah ulama ternama di antaranya :

Abul 'Abbas at-Tamimy (w.352 H) seorang ahli fiqih yang bermazhab Syafi'i dari kota Tunisia.Darinyalah al-Qabisi mendapat sejumlah nama-nama guru, baik dari Timur maupun dari Barat dunia Islam tempat beliau melanjutkan rihlah ilmiah nantinya.

Ibnu Masrur ad-Dibagh (w.359 H)

Abu 'Abdillah bin Masrur al-'Assal (w.346 H), seorang faqih yang bermazhab Maliki di Kairawan.

Ibnu al-Hajjaj (w.346 H)

Abul Hasan al-Kanisyi (w.347 H), seorang ulama yang disegani karena kewara'an dan kemulian pribadinya.

Durras bin Ismail al-Fasi (w.357 H), seorang faqih yang berhaluan Asy'Ary dalam Theologi

Ibnu Zakrun, seorang faqih yang zuhud dan seorang ulama yang produktif dalam menulis berbagai kitab tentang ilmu Tasawuf.(w.370 H)

Abu Ishak al-Jibinyani (w.369 H) seorang ulama yang terkenal karena permohonannya.

            Di Afrika kelihatannya al-Qabisi banyak belajar tentang ilmu fiqih dan akhlak.Oleh karenanya, pada tahun 352 H bertepatan dengan 963 M al-Qabisi berangkat ke Timur tepatnya tanah Hijaz dan Mesir.Tujuan utama adalah menunaikan haji, di samping belajar mencari ilmu pengetahuan. Disana beliau belajar kepada sejumlah guru, diantaranya:

Abul Qasim Hamzah bin Muhammad al-Kinani, seorang 'alim dari Mesir, dari ulama ini al-Qabisi belajar kitab hadist An-nasa'i.

Page 4: Tokoh ilmuan islam.docx

Abu Zaid Muhammad bin Ahmad al-Marwazi seorang ulama Mekkah, darinya al-Qabisi mempelajar kitab Shahih al-Bukhory.

Abul Fath bin Budhan (w.359) ulama Mesir ahli qiraah.

Abu Bakar Muhamma bin Sulaiman al-Nu'ali, seorang ulama terkenal di Mesir, dari beliau al-Qabisi banyak mengambil teladan.

Abu Ahmad Muhammad bin Ahmad al-Jurjani salah seorang ulama perawi Shahih Bukhary

Abu Dzar al-Harwi (w.434 H), seorang faqih Maliki yang terkenal dengan karyanya Musnal al-Muwaththa' darinyalah al-Qabisi mempelajari hadist Imam Maliki dengan kitabnya al- Muwaththa’.

            Pada tahun 357H/967M beliau pulang ke Kairawan untuk menerapkan ilmu yang telah dikuasainya.Dari perjalanannya mencari ilmu pengetahuan menghantarkannya menjadi seorang alim dalam fiqih dan hadist.Di Kairawan beliau menjadi seorang guru sekaligus kepala madrasah al-Malikiyah yaitu madrasah al-Fikriyah al-Aqa'idiyah menggantikan teman sepergurunnya Ibnu Abi Zaid al-Kairawan (w.389 H).Banyak murid yng belajar kepada beliau dan selanjutnya menjadi ulama besar, bail dari Afrika maupun dari luar Afrika, terutama dari Andalusia.

            Di tinjau dari keadaan politik mada itu (324-403 H masa kehidupan al-Qabisi) Afrika dikuasai oleh dinasty Fathimiyah yang bermazhab Syi'ah.Ketika itu dynasty Fathimiyah dipimpin oleh kekhalifahan al-Mu'iz li Dininillah. Pada tahun 362 H  Mesir ditaklukkan dan dikuasai oleh khalifah al-Mu'iz di bawah panglima Jauhar al-Shiqli. Di bawah kekuasaan Syi'ah ekstrim ini, al-Qabisi mampu berhaluan Asy'ary bermazhabkan fiqih Maliki. Oleh karena itu, dapat kita lihat tidak adanya subsidi pemerintah terhadap madrasah yang beliau pimpin.

            Dari penjelasan ditas dapat dilihat, bahwa al-Qabisi adalah seorang ahli hadist dan ulama bermazhab Maliki serta di beliau hidup dimasa kekuasaan Syi'ah yang ekstrim.Pengalamannya menjadi guru dan pemimpin madrasah, menghantarkan al-qabisi sebagai ahli dalam bidang pendidikan.Latar belakang ini mempengaruhi konsepnya tentang pendidikan Islam.Keahliannya yang begitu kuat dalam bidang Fiqih dan hadist mrmbust sl-Qabisi telah mengambil corak pemikiran keislaman normative, tetapi bukan berarti doktrin.Dengan demikian, maka acuan yang digunakan dalam merumuskan pemikirannya ternasuk bidang pendidikan adalah paradigma fiqih dan hadist.

            Keahlian al-Qabisi dalam tiga bidang ini dapat kita lihat dari karya-karyanya. Dalam meniti karirnya al-Qabisi telah mampu menulis berbagai kitab di antaranya:

انس ابن مالك طا مو لمسند الملخص كتان

الفقه في الممهد كتاب

التويل شبه من والمبعد المفطن الئبه كتاب

يقه الد احكام

Page 5: Tokoh ilmuan islam.docx

الحج سك منا كتاب

اهله واحول العلم رتب كتاب

المعلمين و المتعلمين واحكام المعلمين ألحوال المفصله ساله الر كتاب

E.     Pemikiran Al-Qobisi

            Dalam konsep pendidikan al-Qabisi, ada beberapa pemikiran atau pandangan, yaitu tentang pendidikan anak, tujuan pendidikan, kurikulum, metode da teknik belajar, percampuran belajar antara murid laki-laki dan perempuan dan demokrasi dalam pendidikan.

            Abdul Ashir Samsuddin, menjelaskan pandangan al-Qabisi terhadap pendidikan dan pengajaran yang membahas tentang belajar alquran dan mengajarkannya adalah wajib bagi setiap muslim, adab belajar dan syarat-syaratnya, adab mengajar dan syarat-syaratnya, metode mengajar dan asas pendidikan, keihklasan dan aturan-aturan.

Berikut konsep yang diberikan oleh al-Qobisi

1. Pendidikan Anak-anak

Al-Qabisi memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anak-anak yang berlangsung di kuttab-kuttab.Menurutnya bahwa mendidik anak-anak merupakan upaya amat strategis dalam rangka menjaga kelangsungan bangsa dan Negara, oleh karena itu pendidikan anak harus dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan ketekunan yang tinggi.

            Al-Qabisi sebagai ahli fiqih dan hadis mempunyai pendapat tentang pendidikan yaitu mengenai pengajaran anak-anak di kuttab-kuttab.Barangkali pendapatnya tentang pendidikan anak-anak ini merupakan tiang yang pertama dalam pendidikan Islam dan juga bagi pendidikan umat yang lainnya.Dengan lebih memperhatikan dan lebih menekuni, maka mengajar anak-anak sebagai tuntunan bangsa adalah merupakan tiangnya bangsa itu yang harus dilaksankan dengan penuh kesungguhan dan ketekunan ibarat seperti membangun piramida pendidikan (institusi pendidikan, pen). Berdasarkan fondasi yang kokoh dan kuat, oleh karena itu ia tidak menjelaskan kepada kita dalam kitabnya “al-Mufasshalat” tentang metoda pengajaran yang lain, hanya mencukupkan dengan metoda pengajaran yang penting-penting.

            Al-Qabisi tidak menentukan usia tertentu untuk menyekolahkan anak di lembaga al-Kuttab. Oleh karena pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tuanya semenjak mulai anak dapat berbicara fasih yakni pada usia mukallaf yang wajib diajar bersembahyang (menurut hadis Nabi). Rasulullah saw bersabda :” Perintahlah anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat pada waktu usia tujuh tahun dan pukullah mereka pada waktu usia sepuluh tahun.” Dari sabda Nabi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam dimulai pertama-tama di rumah.Pendidikan anak di lembaga al-Kuttab hanyalah kelanjutan daripada tugas pendidikan yang wajib ditunaikan oleh kedua orang tua di rumah.Anak-anak yang belajar di kuttab mula-mula diajar menghafal alqur’an, lalu diajar menulis, dan pada waktu dzuhur mereka pulang ke

Page 6: Tokoh ilmuan islam.docx

rumah masing-masing untuk makan siang, kemudian kembali lagi ke kuttab untuk belajar lagi sampai sore.

            Anak-anak yang belajar di kuttab berlangsung sampai akil baligh, yang mempelajari berbagai ilmu seperti alqur’an, tulis menulis, nahwu dan bahasa Arab, juga seringkali belajar ilmu hitung dan syair serta kisah-kiah Arab.Akan tetapi yang terpenting adalah mempelajari alqur’an yang dimulai dengan menghafal secara individual ataupun kelompok dimana guru membaca berulang kali ayat-ayat pada langkah pertamanya, kemudian anak-anak membacanya beruang-ulang mengikuti gurunya. Masing-masing anak diberi batu tulis untuk menuliskan apa yang telah dihafal setiap harinya. Dengan cara ini jelaslah bahwa kemampuan menulis dan membaca menjadi syarat mutlak untuk memahami alqur’an, kemudian anak diharuskan menunjukkan apa yang ditulis di dalam batu tulisanya pada hari berikutnya, lalu apa yang dituliskan di batu tulis (pada hari kemarin) dihapus untuk ditulisi lagi dengan ayat-ayat berikutnya pada hari selanjutnya.

            Metoda pengajaran dengan mengerjakan tugas berulang kali demikian disertai dengan hafalan, tolong menolong antara satu dengan yang lain untuk memantapkan hafalan, antara lain dengan menggerakkan tangan untuk menuliskan apa yang dihafal, memfungsikan mata untuk mengamati dan membaca, serta penggunaan daya menghafal dan mengingat, kemudian anak disuruh menunjukkan hasilnya dihadapan guru. Jika anak berbuat kesalahan tulisan atau lalai tidak menghafal atau karena pergi bermain-main, maka guru memberi hukuman kepadanya, metoda ini sangat efektif kita jalankan sebagai metode modern.

            Mula-mula anak diberi nasihat, lalu diasingkan dan diberi peringatan keras lalu diberi pukulan, sebagai hukuman tahap akhir, jika dengan melalui nasihat, petunjuk dan peringatan tidak mempan, maka perlu diberi hukuman yang setimpal sebagai ujian bagi mereka, pada waktu anak dapat menyelesaikan tugas menhafalkan alqur’an dengan sukses sepanjang tahun menekuninya sampai khatam, maka guru hendaknya dapat memberikan hadiah penghargaan dan pujian untuk mereka. Setelah selesai menghafalkan alqur’an diberi pelajaran tambahan yang meliputi tahap ketrampilan seperti industri rumah dan perdagangan (berdagang) untuk mencari nahfkah hidupnya, dan lain sebagainya dari bidang-bidang ketrampilan, atau merea tetap belajar ditingkat yang lebih tinggi.

2. Tujuan Pendidikan

            Al-Qabisi menghendaki agar pendidikan dan pengajaran dapat menumbuh-kembangkan pribadi anak yang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang benar.Lebih spesifik tujuan pendidikannya adalah mengembangkan kekuatan akhlak anak, menmbuhkan rasa cinta agama, berpegang teguh kepada ajaran-ajarannya, serta berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang murni.Di ssamping itu juga al-Qabisi mengarahkan dalam tujuan pendidikannya agar anak memiliki keterampilan dan keahlian pragmatis yang dapat mendukung kemampuanya mencari nafkah.

3. Kurikulum

Page 7: Tokoh ilmuan islam.docx

            Lingkungan sosial pada zaman al-Qabisi adalah lingkungan religius yang bersih, karena tinjauan kurikulum pengajaran dari sudut keagamaan memang sesuai dengan kurikulum yang dituntut oleh para ahli agama, karena ciri khas kurikulum yang baik adalah jika tidak keluar dari tuntutan lingkungan masyarakat. Di antara pendapat Al-Qabisi ialah bahwa agama itu mempersiapkan anak untuk kehidupan yang seba baik, dan baginya kurikulum pendidikan dapat dibagi menjadi dua kategori yakni kurikulum Ijbari (wajib) dan kurikulum ichtiyari (tidak wajib) sebagai berikut :

a) Kurikulum Ilbari (wajib)

            Kurikulum yang terdiri daripada kandungan ayat-ayat alqur’an seperti sembahyang dan do’a-do’a. sebagian para ahli mengatakan bahwa ilmu nahwu dan bahasa Arab, keduanya merupakan persyaratan mutlak memantapkan baca alqur’an, tilawah, menulis dan hapalan.

b) Kurikulum Ikhtiyari (tidak wajib)

            Kurikulum ini berisi ilmu hitung, dan seluruh ilmu nahwu, bahasa Arab, syair, kisah-kisah Arab.Menurut pandangan Ibnu Khaldun bahwa kurikulum yang berkembang dikawasan Afrika Utara dan di negara Islam lain, mengalami perbedaan karena perbedaan geografis, yang kadang-kadang berkisar pada permasalahan bentuk dan sistemnya.

            Metode yang pertama di atas jika ditinjau dari segi pendidikan modern adalah lebih baik dan berdaya guna, karena seluruh kawasan negara Islam dengan tanpa syarat menyetujui cara mendidik dengan mendahulukan pengajaran al-Quran beserta dengan keharusan mengajarkan baca tulis, nahwu dan bahasa Arab.

            Jika memperbandingkan kurikulum yang ditetapkan untuk al-Kuttab pada abad ketiga Hijriyah dengan yang diajarkan di al-Kuttab pada abad-abad kemudian, maka tidak menemukan adanya perbedaan, esensi keberhasilannya terletak pada sikap taat dengan taklid (mengikuti tanpa kritik) dan semangat melestarikan peninggalan dari pendahulunya; al-Hafiz bin Rajab al-Baghdadi, pada abad ke-8 memberikan gambaran tentang kurikulum itu sebagai berikut : “Ilmu yang diandang bermanfaat dari ilmu-ilmu yang ada, diukur atas dasar nas-nas dari kitab suci dan sunnah Nabi, beserta pemahaman pengertian yang dikaitkan kepada riwayat para sahabat dan tabiin tentang pengertian dari kedua sumber tersebut beserta ketetapan hukum-hukum halal dan haram, zuhud dan berbudi halus, serta bijaksana dan sebagainya.”

            Al-Qabisi tidak mau menerima prilaku yang merendahkan Al-Quran dan ia mohon perlindungan kepada Tuhan dari perilaku seperti itu, Al-Qabisi memberikan garis agar orang Islam meninggalkan jauh perilaku yang hina, karena jika sampai terjadi penghinaan terhadap alquran maka pasti terjadi kerusakan yang merajalela. Allah akan mencabut alquran dari lubuk hati kaum muslimin apabila mereka tidak menghina dan menginjak-injak alquran.

            Adapun kondisi lingkungan hidup sosial-budaya pada masa alquran adalah bersifat keagamaan yang mantap sehingga tidak memungkinkan timbulnya faham atheisme atau materialisme (seperti sekarang yang kita saksikan. Maka dari iu alquran dan sholat beserta segenap ilmu yang berkaitan dengan pemahamannya dikenal oleh setiap orang Islam, mulai dari usaha memotivasi sampai kegiatan mempelajari ilmu-ilmu itu.

Page 8: Tokoh ilmuan islam.docx

            Al-Qabisi memperkuat dan mengabadikan sistem yang sedemikian itu karena menjadi gambaran yang benar dari semangat zamannya. Al-Qabisi bersama-sama ulama ahli fiqih dan ahli hadits pada maa itu telah berusaha menerangkan kepada kita sikap / pandangan mereka tentang kurikulum ijbary (wajib) yang menyatakan bahwa alquran adalah kalam Allah dan menjadi sumber hukum dan tasyri’. Ia menjadi referensi (tempat kembali) kaum muslimin dalam masalah ibadat dan mu’amalat. Allah mendorong semangat untuk beribadah dengan membaca alquran sebagai berikut :

تبور لن تجارة يرزجون وعالنية ا سر> رزقناهم مم>ا وأنفقوا الص>لوة وأقام الله كتاب يتلون >ذين ال ان>

“Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan membelanjakan hartanya ke jalan Allah setengah dari apa yang Kami rezekikan kepada mereka dengan cara diam-diam (rahasia) maupun dengan cara terang-terangan mereka mengharapkan usaha dengannya tidak menderita kerugian. (Fathir : 29).

Firman Allah di atas menetapkan bahwa alquran telah memerintahkan agar tilawah, mendirikan sholat, berbuat ihsan, dilakukan bersamaan, tidak terpisah satu sama lain.

            Maka dari itu sembahyang adalah merupakan rukun poko dari semua rukun agama dan di dalam bersembahyang harus dibaca beberapa ayat alquran. Itulah sebabnya mengerti dan memahami alquran merupakan persyaratan untuk melaksanakan kewajiban sembahyang lima waktu. Di samping itu dalam alquran terdapat banyak fadhilah yang tak boleh dijauhi seperti Rasulullah saw telah memerintahkan agar kita mempelajari alquran dengan segala seluk-beluk sebagaimana sabda beliau : “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Quran beserta ilmunya.”

            Al-Qabisi sebagai ahli fiqih dan hadis memandang bahwa lebih baik diajarkan alquran lebih dahulu pada anak sejak dini. Sedang ada pendapat lain dikalangan ahli pendidikan Islam yang berbeda pendapat pendapat dalam hal mendahulukan pengajaran alquran kepada anak usia dini, misalnya Abu Bakar bin al-Arabi. Dia berpendapat bahwa.”Hendaknya kita mengajarkan anak usia dini dengan syair dan bahasa Arab serta ilmu berhitung.”Walau demikian Ibnu Khaldun menyetujui pandangan ini, kecuali bila hal itu tidak mendatangkan keselamatan, maka pengajaran alquran harus didahulukan.

            Al-Qabisi mensyaratkan pengajaran Al-Quran dengan tartil baik dan tajwidnya, waqaf yang tepat, mengambil contoh dari pembaca yang bagus. Ia memberi nasihat agar bacaannya bermanfaat di waktu mengerjakan sembahyang fardlu bagi seluruh kaum muslimin, demikian juga kewajiban mengajarkan anak sembahyang kepada anak usia tujuh tahun, jika anak tidak mau sembahyang pada usia sepuluh tahun, ia harus dipukul dan sebagainya.

            Al-Qabisi tidak mentolerir anak yang tinggal sembahyang, karena tinggal sembahyang merupakan batas yang memisahkan antara kekufuran dan ke-Islaman, ia mengajak agar mendalami makna do’a dalam sembahyang. (Hanya kepada-Mu-lah kami beribadah (menyembah) dan hanya kepadaMu jualah kami memohon pertolongan).

            Kita melihat bahwa dengan mengintegrasikan antara kewajiban mempelajari alquran dengan sembahyang dan berdo’a, berarti kita mengintegrasikan antara hakikat berfikir, merasa

Page 9: Tokoh ilmuan islam.docx

dan berbuat (beramal). Pandangan ini sesuai dengan ilmu jiwa yang diterapkan oleh al-Qabisi ke dalam tiga prinsip yang logis yaitu : 1) Menumpahkan perhatian kepada pengajaran alquran, karena ia adalah jalan yang ditempuh untuk menambah makrifat kepada Allah serta mendekatkan kepadaNya. 2) Pentingnya mengetahui ilmu nahwu (grammar) bagi anak agar dapat memahami kitab suc i alquran secara benar. 3). Mengajarkan bahasa Arab sebagai alat memahami makna ayat alquran beserta huruf hijaiyahnya agar anak dapat menuliskan ayat-ayatnya dan mengucapkannya dengan benar.

            Dilihat dari segi praktisnya maka tidak diragukan lagi bahwa ikrab membantu menganalisa pengertian sedangkan nahwu, bahasa, chatt, menjadi penguat halafan dan memperbagus tilawah serta penguasaan pengertian yang selengkapnya.

            Al-Qabisi mengutip pendapat Ibnu Sahnun bahwa sebaiknya kita mengajar anak-anak bagaimana menginkrabkan alquran, anak harus dibiasakan dengan menaruh syakal, menghafalkan alfabet Arab, dan belajar tulisan indah.

            Di kalangan negara Maghribi telah dikenal sebagai negara yang lebih banyak perhatiannya kepada tulisan chatt indah yang dipandangnya sebagai suatu seni indah sehingga dinding-dinding masjid dihiasi dengan tulisan khot ayat-ayat alquran yang indah yang mengekspresikan ketinggian perasaan ke dalam lukisan, dan daya cipta dalam seni dekorasi yang tinggi.Oleh karena itu maka masalah ketrampilan menulis chatt yang indah itu ditempatkan pada posisi resmi dalam kurikulum kuttab-kuttab yang islamiyah.

            Dalam kurikulum al-Ijbari menurut pandangan al-Qabisi, bahan pelajaran yang wajib terdiri dari : al-Quran al-Karim, sholat, do’a-do’a, menulis dan nahwu, dan sebagian bahasa Arab, karena ilmu-ilmu ini mendidik budi pekerti anak-mencintai agama serta mengajar anak hidup di jalan yang terpuji.

            Ilmu-ilmu yang ditetapkan dalam kurikulum ichtiyar (tidak wajib dipelajari) Uraian tentang kurikulum menurut pandangan al-Qabisi yang telah disebabkan terdahulu adalah untuk jenjang pendidikan dasar atau pradasar yakni al-Kuttab, sesuai dengan jenjang yang dikenal pada masa itu. Sekarang kurikulum tersebut dipakai di jenjang pendidikan dasar (ibtidai)

.           Ilmu-ilmu yang ichtyaru (selektif) pada jenjang pendidikan dasar ini terdiri dari ilmu hitung, syair, sejarah dan kisah-kisah bangsa Arab, (sejarah Islam), ilmu nahwu (grammar) dan bahasa Arab lengkap, dan ilmu yang menelaskan tentang perbedaan antara ilmu-ilmu ichtiyari ini dengan ilmu-ilmu ijbary dari segi jarak jauh-dekatnya untuk pembinaan rasa keagamaan yang kuat, yang mana ilmu-ilmu ijbaryah lebih dekat jaraknya dengan pembinaan keagamaan.

            Kita perlu mengingat benar bahwa kurikulum itu harus tunduk kepada tujuan pendidikan pada zamannya dan memenuhi tuntutan masyarakatnya, juga harus sesuai dengan jenjang-jenjang pendidikan, mengikuti politik pendidikan yang telah digariskan oleh pemerintah zamannya

            Al-Qabisi menghendaki agar pendidikan dan pengajaran dapat menumbuh-kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang benar. Untuk itu maka kurikulum harus mampu merealisasikan yang disesuaikan dengan kemampuan anak dari masa ke masa (yag tidak lain

Page 10: Tokoh ilmuan islam.docx

adalah kurikulum yang bercorak ijbariyah dan ictiariyah itu). Dan setelah anak menyelesaikan studi sesuai dengan kurikulum tersebut hendaknya diajarkan dengan pelajaran ketrampilan yang berproduksi atau keterampilan bekerja agar mampu membiayai hidupnya.

            Jadi dengan demikian, menurut pandangan al-Qabisi bahwa memberikan pelajaran keterampilan kerja untuk mencari nafkah hidupnya sesudah selesainya tiap jenjang pendidikan yang ditempuhnya dengan dasar pengetahuan alquran, sembahyang dan do’a yang kokoh kuat, benar-benar merupakan suatu pandangan yang menyatukan antara tujuan pendidikan keagamaan dengan tujuan pragmatis. Pada hakikatnya pendidikan ketrampilan kerja setelah memperoleh pendidikan agama dan akhlak, akan menolong anak itu trampil bekerja, menari nafkah dengan didasari rasa takut kepada Allah (dalam bekerja).

            Sebagian ulama ahli fiqih menentang pelajaran berhitung, akan tetapi ada beberapa diantara yang memberi hukum fardlu kifayah dengan alasan bahwa berhitung merupakan persyaratan untuk mendapatkan kemanfaatan dalam mu’amalah dan dalam pembagian harta warisan (faroidh) dan sebagainya. Menurut pendapat para ahli pendidikan, berhitung itu memberikan faedah praktis dalam kehidupan manusia, oleh karena itu harus diajarkan kepada anak sebagai latihan berfikir yang benar.[5]

            Manurut pendapat al-Gazzaly, pengajaran berhitung itu dapat merealisasikan kemaslahatan agama, karena itu harus dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan anak-anak.Al-Djahiz memandang pentingnya ilmu hitung dan kegunaannya disamakan dengan kata-kata dalam sebuah kontrak (perjanjian) yang essensinya bukan terletak dalam lafadh atau tulisannya, (tetapi dalam hitungan).

            Dalil yang menunjukkan bahwa ilmu hitung itu penting dan banyak faedahnya, serta tinggi kadar kemanfaatannya ialah berdasarkan firman Allah sebagai berikut :

والحساب نين لتعلمواعددالس> منازل ه نوراوقد>ر والقمر Bضيآًء مس الّش> جعل ال>ذي . . . .هو

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya terang dan ditetapkannya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). (Yunus: 5)

            Dalam ilmu hitung itu terkandung makna besar dan kemanfaatan yang tinggi maka dengan mengetahui hitungan dan sebagainya orang akan mendapatkan kemudahan dalam perkiraan.Al-Qabisi menyetujui pengajaran berhitung itu tidaklah bersifat multak, karena hal itu disesuaikan dengan kemanfaatannya bagi masyarakat, atau sejauh mana imu hitung itu diajarkan untuk mempertinggi kehidupan beragama.Ia menyatakan bahwa mengajarkan berhitung kepada mereka bukanlah suatu yang wajib kecuali bila guru mempersyaratkannya.

            Sebaiknya mengajarkan berhitung itu didasarkan atas izin orang tua anak, sehingga persetujuan orang tua menjadi persyaratan bagi pengajaran berhitung itu.Dengan demikian maka jelaslah bahwa pengajaran berhitung tersebut tidak terlepas dari pendapat orang-orang tua mereka.

Page 11: Tokoh ilmuan islam.docx

            Al-Qabisi dalam pengajaran syair tidak menentang, karena didasarkan atas sebuah hadis Nabi yang menyatakan bahwa syair itu merupakan kalimat (perkataan) ia menjadi baik jika yang mempergunakan itu baik, dan menjadi jelek jika orang yang mengucapkannya itu buruk. Kemudian dikuatkan lagi pendapatnya itu dalam kitab Risalah Muffasshalah bahwa syair itu dapat meluruskan lisan, dan membuat orang fasih dalam berkata, serta menghaluskan hatinya dalam suatu waktu tertentu dan akan dapat memperoleh kesaksian terhadap apa yang ingin ia jelaskan.

            Ketika banyak orang mengkritik al-Qabisi bahwa ia tidak memperhatikan masalah pendidikan kesenian, maka ia menjawab bahwa pelajaran syair itu sesungguhnya adalah pndidikan seni keindahan, yang jika diajarkan maka tidaklah hilang seni tersebut. Pelajaran ini dikaitkan dengan pelajaran khatt (tulisan indah) yang merupakan seni keindahan luas di wilayah negara maghribi.Khatt adalah juga termasuk pendidikan seni keindahan.

            Tidak diragukan lagi bahwa pandangan tersebut diatas mendorong perhatian kita kepada pentingnya pendidikan seni keindahan itu yang tidak bertentangan dengan agma.Alasan ini sesuai dengan pendapat para ahli pendidikan modern yang menyatakan bahwa mendidik anak dengan seni-budaya membuat mereka dapat mengetahui / mengenal kebaikan. Dan mengajarkan sejarah bangsa Arab tidak ada seorang pun yang melarang atau menentangnya, karena sejarah ini mengandung pengetahuan tentang tokoh-tokoh, pemimpin-pemimpin yang berjiwa pahlawan dan kesatria, yang bagi anak-anak dapat mendidik rasa mencintai kepahlawanan dan dapat mendorongnya ke arah berbuat baik seperti para pahlawan.

            Maka dari itu jelaslah pendapat al-Qabisi tersebut bahwa ia memilih dengan teliti bahan-bahan kurikulum pendidikan anak-anak yang benar-benar sesuai dengan kemampuan mereka. Pandangan mazhab ahli sunnah tentang bahan-bahan kurikulum anak-anak selalu disesuaikan dengan kondisi anak tersebut, oleh karena tujuan umum yang dipegangi oleh beliau adalah bertujuan mengembangkan kekuatan akhlaq anak, menumbuhkan rasa cinta agama, berpegang teguh pada ajaran-ajarannya, serta berprilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang murni.

F.      Kritik Terhadap Kurikulum Al-Qabisi

Metode dan Teknik Belajar

            Selain membicarakan materi, ia juga berbicara mengenai teknik dan langkah mempelajari ilmu itu. Misalnya menghafal alquran dan belajar menulis langkah-langkah adalah berdasarkan pemilihan waktu-waktu yang terbaik, yaitu waktu pagi-pagi selama seminggu terus-menerus dan baru beristirahat sejak waktu dhuhur hari Kamis sampai dengan hari Jum’at.Kemudian belajar lagi pada hari Sabtu pagi hingga minggu berikutnya.

            Al-Qabisi juga mengemukakan metode belajar yang efektif, yaitu menghafal, melakukan latihan dan demonstrasi. Belajar dengan menghafal adalah cara pengajaran yang amat diperhatikan oleh pendidikan modern sekarang. Di antara ketetapannya adalah pemahaman terhadap pelajaran dengan baik akan mmbantu hapalan yang baik. Pendidikan modern

Page 12: Tokoh ilmuan islam.docx

sekarang ini menganjurkan agar mengajar anak dengan cara menghafalkan pelajaran agar mereka memahami maksudnya secara jelas.

            Salah satu bukti yang jelas bahwa kurikulum di Al-Kuttab Islam berisi bahan-bahan ilmu pengetahuan yang wajib dihapal dan diingat.Di dalam al-Kuttab itu hanya diajarkan ilmu-ilmu alquran tulis menulis nahwu, bahasa Arab, syair, dan sejarah bangsa Arab (Islam) yang termasuk ilmu-ilmu lafdziyah. Ilmu-ilmu itu harus dibaca,dipahami dan diingat-ingat. Maka jelaslah bahwa kurikulum al-Kuttab itu mementingkan penggunaan metoda hapalan.Karena menurut al-Qabisi menghafal merupakan salah satu metoda yang paling baik dan sesuai dengan pendapat modern yang menyatakan bahwa metode hapalan didasarkan atas pengulangan, kecenderungan dan pemahaman terhadap bahan pelajaran.

            Adapun pentingnya pengulangan itu didasarkan kepada sebuah hadis Nabi saw tentang menghapalkan alquran, yang diumpamakan untuk yang diikat dengan tali, jika pemiliknya mengokohkan ikatannya, unta itu akan terikat erat, dan jika ia melepaskan tali ikatannya, maka ia akan pergi.” Jika orang yang hafal alquran di waktu malam dan siang hari mengulanginya, maka ia akan mengingatnya, dan jika ia tidak pernah membacanya, maka ia akan melupakannya (hilang hapalannya).

            Berkaitan denga hadits itu, al-Qabisi menyatakan ; “Sesungguhnya Rasulullah menjelaskan dalam hadisnya yang tersebut diatas tentang cara-cara mengingat yang dapat memantapkan hapalan alquran, sehingga ia tak perlu belajar lagi secara berulang-ulang”.

            Ucapan al-Qabisi tersebut menunjukkan secara jelas tahap-tahap mengingat yaitu mula-mula menghapal, lalu memahami artinya, kemudian mengulangi lagi.Adapun yang dimaksud dengan “kecenderungan” (al-mailu) di atas ialah rasa mencintai alquranulkarim yakni anak tertarik kepada membacanya.

            Menurut al-Qabisi yang dimaksud dengan “pemahaman” (al-fahmu) diatas adalah tartil (mengerti bacaan) dalam membaca dan pemahamannya secara serius. Adapun pembacaan yang dengan cara tartil itu membantu kemampuan untuk merenungkan isi alquran yang telah diturunkan oleh Allah.

5. Percampuran Belajar antara Murid Laki-Laki dan Perempuan

            Percampuran belajar antara murid laki-laki dan perempuan dalam satu tempat atau co-educational classes juga menjadi perhatian al-Qabisi. Ia tidak setuju bila murid laki-laki dan perempuan dicampur dalam kuttab, hingga anak itu belajar sampai usia baligh (dewasa).

            Sahnun, seorang ahli pendidikan Islam (yang juga guru dari al-Qabisi) abad ke 3 Hijriyah berpendapat (yang juga dinukil oleh al-Qabisi) bahwa :”Guru yang paling tidak disukai ialah guru yang mengajar anak-anak perempuan remaja, kemudian mereka bercampur dengan anak lelaki remaja, maka hal ini akan mendatangkan kerusakan terutama bagi anak perempuan remaja”.[6]

Page 13: Tokoh ilmuan islam.docx

            Salah satu alasan mengapa al-Qabisi berpegang teguh pada pendapatnya; karena ia khawatir kalau anak-anak itu sendiri menjadi rusak moralnya. Ia memperingatkan agar tidak mencampurkan anak kecil dengan remaja yang telah dewasa (sudah bermimpi caitus) kecuali bila anak remaja yang telah baligh tidak akan merusak anak kecil (belum dewasa).

            Namun al-Qabisi tidak menjelaskan pendapatnya tentang kerendahan derajat jenis kelamin.Ia memberikan arahan kepada guru tentang kebebasan melaksanakan pola berdasarkan kebijaksanaanya, dan sesuai dengan metoda yang ia gunakan dalam menangani pergaulan antara anak kecil dengan yang sudah baligh itu namun ditinjau dari segi lain apakah menimbulkan degradasi atau tidak. Jika tidak mengalami kerusakan moral maka percampuran itu tidak berlangsung di Al-Kuttab, maka keharusan mengajar anak perempuan sangat dianjurkan, karena anak perempuan harus mengerti agama dan pelaksanaan ibadah.Keadaan demikian itu juga termasuk tugas pendidikan di rumah-rumah (pendidikan keluarga).

            Jelaslah pendapat al-Qabisi bahwa sesungguhnya dorongan jiwa anak terhadap jenis kelamin lain dapat merubah sikap akhlak dan agamanya, sebab pemenuhan dorongan jenis kelamin merupakan tenaga yang kuat dalam jiwa remaja, bahkan mungkin menindas dorongan ini dengan menggunakan kekuatan dorongan yang lain dalam diri remaja (dapat juga dilakukan) akan tetapi ilmu jiwa pendidikan pada masa itu belum mencapai tingkat kemajuan seperti sekarang.[7]

[1]

[2]http://nyongandikahendra.blogspot.com/2009/12/dahsyatnya-pemikiran-manajemen.html

[3]Ali Al-Jambulati dan Abdul Futuh Al-Tuwasaanisi. 2002. Perbandingan Pendidikan Islam.  PT Rineka Cipta. Jakarta

[4] http://muhdahlan.wordpress.com/2010/11/20/konsep-pendidikan-al-qabisi-dan-m-rasyid- ridha-koedukasi-dan-kurikulum/

[5] Ali Al-Jambulati dan Abdul Futuh Al-Tuwasaanisi. 2002. Perbandingan Pendidikan Islam.  PT Rineka Cipta. Jakarta. Hal 81-88

[6] http://nyongandikahendra.blogspot.com/2009/12/dahsyatnya-pemikiran-manajemen.html

[7] http://nyongandikahendra.blogspot.com/2009/12/dahsyatnya-pemikiran-manajemen.html

Diposkan oleh ghozy azam   di 17.52 

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

berbagai wacana sepintas tentang pengetahuan

Page 14: Tokoh ilmuan islam.docx

Selasa, 09 Oktober 2012

konsep pendidikan Al Qabisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Posisi manusia sebagai homo educandum (makhluk yang dapat didik), homo education (makhluk pendidik), dan homo religious (makhluk beragama) mengindikasikan bahwa perilaku keberagamaan manusia, dapat diarahkan melalui pendidikan. Pendidikan yang dimaksud di sini adalah pendidikan Islam, yakni dengan cara membimbing dan mengasuhnya agar dapat memahami, menghayati ajaran-ajaran Islam, sehingga tampak perilaku keberagamaan secara simultan dan terarah pada tujuan hidup manusia. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang sangat ideal.

Dikatakan pendidikan Islam sangat ideal, karena menyelaraskan antara pertumbuhan fisik dan mental, jasmani dan rohani, pengembangan individu dan masyarakat, serta dunia dan akhirat. Menanamkan perilaku keberagamaan terhadap peserta didik diharapkan memberikan pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan. Besar kecil pengaruh yang dimaksud sangat tergantung berbagai faktor yang dapat memotivasi untuk memahami nilai-nilai agama, sebab pendidikan agama pada hakekatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititik beratkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.

Dengan begitu, disinilah letak pentingnya rumusan kurikulum yang mampu mengakomodir  seluruh dimensi ranah pembelajaran di sekolah (madrasah). Letak permasalahan selanjutnya adalah kurikulum Pendidikan Islam yang selama ini diterapkan belum mampu secara maksimal menjadi tolok ukur utama keberhasilan pendidikan secara menyeluruh.

Kaitannya dengan pendidikan, maka tujuan pendidikan Islam melalui sistem persekolahan/madrasah patut diberikan penekanan yang istimewa. Hal ini disebabkan oleh pendidikan sekolah/madrasah mempunyai program yang teratur, bertingkat dan mengikuti syarat yang jelas dan ketat. Para tokoh pembaharu dan pemikir Pendidikan Islam menanggapi tentang kurikulum dan koedukasi pendidikan dengan beragam pandangan. Abu al-Hasan al-Qabisy sosok pemikir Pendidikan Islam yang memiliki pandangan signifikan tentang obyek kajian pendidikan.

Page 15: Tokoh ilmuan islam.docx

1.2  Rumusan Masalah

1.      Biografi pemikir pendidikan Al-Qabisi          ?

2.      Konsep-Konsep Pendidikan Al-Qabisi           ?

1.3  Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui tentang Biografi pemikir Pendidikan Al-Qabisi.

2.      Untuk mengetahui tentang konsep-konsep pendidikan Al-Qabisi.   

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BIOGRAFI

            Nama lengkap Al-Qabisiy  adalah Abu Al-Hasan Muhammad  bin Khalaf Al-Ma‘arifi Al-Qairawaniy.  Al-Qabisiy adalah penisbahan kepada sebuah bandar yang terdapat di Tunis. Kalangan ulama lebih mengenal namanya dengan sebutan Al-Qabisiy. Ia lahir di Kota Qairawan Tunisia  pada tahun 324 H / 935 M.  Literatur-literatur tidak menyebutkan  perihal kedudukan  orang tuanya. Barangkali Al-Qabisiy bukan dari keturunan ulama yang termasyhur, atau bangsawan ataupun hartawan sehingga asal keturunannya tidak banyak digambarkan sejarah, namun namanya terkenal setelah ia menjadi  ilmuan yang berpengaruh dalam dunia Islam.[1]

            Al-Qabisiy adalah salah seorang tokoh ulama ahli hadits dan seorang pendidik yang ahli, yang hidup pada 324-403 H di kota Qairawan Tunisia. Kehidupan Al-Qabisi, Karel Brockelman menyatakan bahwa menurut Ibnu Khalikan dan As-Suyuti dalam kitab “Thabaqat Al-Huffadz”, juga mengutip dari Ibnu ‘Ammad dalam kitabnya “Syadzarat Al-Dzahab”, mengatakan : Nama lengkap Al-Qabisiy itu adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Khalaf Al-Qabisiy, lahir pada bulan Rajab 324 H di kota Qairawan. Ia pernah merantau ke negara-negara timur pada 353 H selama 5 tahun, kemudian kembali ke negeri asalnya dan meninggal dunia pada tanggal 3 Rabi’ul Awal 403 H.[2]

            Para penulis sejarah sepakat tentang nama lengkap Al-Qabisiy adalah Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Khalaf. Tetapi yang diperselisihkan adalah gelar yang diberikan kepadanya. Apakah disebut al-Qabisi atau Ibnu al-Qabisi ? Pertanyaan kemudian muncul adalah jika dia seorang yang berkebangsaan Qabisi kenapa dia juga dipanggil dengan al-Mu'afiri?, dan yang terakhir, kenapa beliau dibangsakan kepada Qairawan. Tidak diketahui secara pasti apakah al-Qabisi dilahirkan di Qairawan atau keluarganya hijrah ke Qairawan ketika beliau masih kecil, tetapi yang jelas beliau mendapatkan pendidikan pertama dan dibesarkan kota itu. Dengan

Page 16: Tokoh ilmuan islam.docx

demikian Qairawan adalah kota yang memiliki kenangan tersendiri bagi perjalanan hidup Al-Qabisi.[3]

            Di mesir ia berguru kepada salah seorang ulama di iskandariyah, di afrika utara ia memperdalam ilmu agama dan hadits dari ulama terkenal, seperti: Abul Abbas al-Ibyani, dan Abu hasan bin Masrur ad-Dhibaghi dan Abu Abdillah bin Masrur Al-Ass’ali.Ketika ia berada ditunisia ia belajar ilmu Fiqh kepada ulama mazhab Malikiyah, sehingga ia menjadi ahli fiqh. Beberapa pengamat sepakat bahwa al-Qabisi adalah ulama yang terkemuka pada zamannya dalam bidang fiqh dan hadits. Dengan demikian corak pemikiran keislaman bersifat normative, dengan corak tersebut maka acuan yang digunakan al-Qabisi dalam merumuskan pemikirannya dalam bidang pendidikan berparadigma fiqh dengan berdasarkan Qur’an dan Hadits.[4]

            Para pengamat aliran Al-Qabisiy sepakat bahwa dia adalah ulama yang hafal hadits yang terkemuka dalam ilmu ini dan alim dalam matan-matan dan sanad-sanad al-hadits sehingga dikenal  sebagai ulama yang shaleh, taqwa, dan wira’i.

            Ia mengintegrasikan antara ilmu dan ibadah yang takut kepada Allah, bebudi halus, bersih jiwanya dan pecinta orang fakir. Pada zamannya ia terkenal sebagai ulama yang menonjol, di mana dia gemar berpuasa, shalat tahajud waktu malam, berwatak qana’ah (menerima apa adanya), berhati halus terhadap orang-orang yang menderita musibah dan ia sendiri tahan atau sabar terhadap segala penyakit yang menimpa dirinya.[5]

Sebagaimana lazimnya para pelajar muslim pada masa kerajaan Islam dalam mencari ilmu pengetahuan, yaitu dengan berpindah-pindah tempat belajar dan mencari sejumlah guru dengan disiplin ilmu yang berbeda pula. Tak terkecuali Al-Qabisiy yang hidup pada zaman keemasan Islam ketika itu. Dengan demikian tidak mengherankan jika ulama terdahulu memiliki banyak disiplin ilmu pengetahuan.

Di Qairawan beliau belajar kepada sejumlah ulama ternama di antaranya :

Abul 'Abbas at-Tamimy (w.352 H) seorang ahli fiqih yang bermazhab Syafi'i dari kota Tunisia. Darinyalah Al-Qabisi mendapat sejumlah nama-nama guru, baik dari Timur maupun dari Barat dunia Islam tempat beliau melanjutkan rihlah ilmiah nantinya.

Ibnu Masrur ad-Dibagh (w.359 H)

Abu 'Abdillah bin Masrur al-'Assal (w.346 H), seorang faqih yang bermazhab Maliki di Kairawan.

Ibnu al-Hajjaj (w.346 H)

Abul Hasan al-Kanisyi (w.347 H), seorang ulama yang disegani karena kewara'an dan kemulian pribadinya.

Durras bin Ismail al-Fasi (w.357 H), seorang faqih yang berhaluan Asy'ary dalam Theologi

Ibnu Zakrun, seorang faqih yang zuhud dan seorang ulama yang produktif dalam menulis berbagai kitab tentang ilmu Tasawuf (w.370 H)

Page 17: Tokoh ilmuan islam.docx

Abu Ishak al-Jibinyani (w.369 H) seorang ulama yang terkenal karena permohonannya.

Di Afrika kelihatannya Al-Qabisiy banyak belajar tentang ilmu fiqih dan akhlak. Oleh karenanya, pada tahun 352 H bertepatan dengan 963 M al-Qabisi berangkat ke Timur tepatnya di tanah Hijaz dan Mesir. Tujuan utama adalah menunaikan haji, di samping belajar mencari ilmu pengetahuan. Disana beliau belajar kepada sejumlah guru, diantaranya:

Abul Qasim Hamzah bin Muhammad al-Kinani, seorang 'alim dari Mesir, dari ulama ini al-Qabisi belajar kitab hadist An-nasa'i

Abu Zaid Muhammad bin Ahmad al-Marwazi seorang ulama Mekkah, darinya al-Qabisi mempelajar kitab Shahih al-Bukhory

Abul Fath bin Budhan (w.359) ulama Mesir ahli qiraah

Abu Bakar Muhammad bin Sulaiman al-Nu'ali, seorang ulama terkenal di Mesir, dari beliau Al-Qabisi banyak mengambil teladan

Abu Ahmad Muhammad bin Ahmad al-Jurjani salah seorang ulama perawiShahih Bukhary

Abu Dzar al-Harwi (w.434 H), seorang faqih Maliki yang terkenal dengan karyanya Musnal al-Muwaththa' darinyalah al-Qabisi mempelajari hadist Imam Maliki dengan kitabnya  al-Muwaththa'

Pada tahun 357 H / 967 M beliau pulang ke Qairawan untuk menerapkan ilmu yang telah dikuasainya. Dari perjalanannya mencari ilmu pengetahuan menghantarkannya menjadi seorang alim dalam fiqih dan hadist. Di Qairawan beliau menjadi seorang guru sekaligus kepala madrasah al-Malikiyah yaitu madrasah al-Fikriyah al-Aqa'idiyahmenggantikan teman sepergurunnya Ibnu Abi Zaid Al-Qairawan (w.389 H). Banyak murid yang belajar kepada beliau dan selanjutnya menjadi ulama besar, baik dari Afrika maupun dari luar Afrika, terutama dari Andalusia.[6] Salah satu karya tulisnya yang berkaitan dengan topik yang kita bahas di sini adalah kitab “Ahwal Al-Muta’allimin Wa Ahkam Al’Muta’allimin Wal Muta’allimin”.[7]

Al-Qabisiy adalah cermin yang tepat bagi masanya. Ia menjadi seorang yang ahli hadits di mana pengaruhnya besar sekali dalam lingkungan kehidupan masyarakat islam secara utuh. Seorang yang alim berbeda pengaruhnya terhadap lingkungannya daripada seorang budayawan. Seorang ahli budaya lebih besar pengaruhnya kepada lingkungannya, apabila orang yang alim hanya mengikuti madzhab tertentu dalam pendidikan dan pengajaran. Idealnya bagi seorang ulama dalam bidang pendidikan harus banyak mengintegrasikan antara ilmu dan sastra budaya.[8]

Di tinjau dari keadaan politik masa itu (324-403 H masa kehidupan Al-Qabisiy) Afrika dikuasai oleh dinasty Fathimiyah yang bermazhab Syi'ah. Ketika itu dinasty Fathimiyah dipimpin oleh kekhalifahan al-Mu'iz li Dinillah. Pada tahun 362 H  Mesir ditaklukkan dan dikuasai oleh khalifah al-Mu'iz di bawah panglima Jauhar al-Shiqli. Di bawah kekuasaan Syi'ah ekstrim ini, Al-Qabisiy

Page 18: Tokoh ilmuan islam.docx

mampu berhaluan Asy'ary bermazhabkan fiqih Maliki. Oleh karena itu, dapat kita lihat tidak adanya subsidi pemerintah terhadap madrasah yang beliau pimpin.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat, bahwa al-Qabisiy adalah seorang ahli hadits dan ulama bermazhab Maliki serta di beliau hidup dimasa kekuasaan Syi'ah yang ekstrim. Pengalamannya menjadi guru dan pemimpin madrasah, menghantarkan Al-Qabisiy sebagai ahli dalam bidang pendidikan. Latar belakang ini mempengaruhi konsepnya tentang pendidikan Islam. Keahliannya yang begitu kuat dalam bidang Fiqih dan hadits membuat Al-Qabisiy mengambil corak pemikiran keislaman normative, tetapi bukan berarti doktrin. Dengan demikian, maka acuan yang digunakan dalam merumuskan pemikirannya termasuk bidang pendidikan adalah paradigma fiqih dan hadist.[9]

Ada sesuatu yang menarik bagi al-Qabisi. Beliau yang produktif dalam menulis dan beliau juga diceritakan adalah seorang yang buta, meskipun berbeda pendapat dalam menceritakan kebutaannya. Namun ada yang mengatakan bahwa beliau menglami kebutaan semenjak kecil. Tetapi argumentative yang paling kuat adalah yang mengatakan bahwa kebutaan dialaami menjelang wafat, ketika temannya Ibnu Abi Zaid al-Kairawan meninggal dunia pada tahun 386 H, diceritakan beliau menangis dengan kewafatan temannya ini, sehingga membawa kepada kebutaan. Al-Qabisi meninggal dunia pada tahun 403 H di Kairawan. Ahmad Fuad al-Ahwani mengutip pendapat Ibnu Khilkan menjelaskan bahwa al-Qabisi meninggal pada malam Rabu tanggal 3 Rabiul Akhir tahun 403 H.[10]

2.2 KONSEP PENDIDIKAN AL-QABISI

Pemikiran Al-Qabisi tentang pendidikan Islam yang meliputi: pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, kurikulum, metode pembelajaran, dan lain-lain yang berhubungan dengan pendidikan sebagai berikut:

I.     Lembaga Pendidikan Anak-Anak

Ali al-Jumbulati sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata menyebutkan bahwa Al-Qabisiy memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anak-anak yang berlangsung di kuttab-kuttab. Menurutnya mendidik anak-anak merupakan upaya strategis dalam rangka menjaga kelangusungan bangsa dan Negara.[11]  Ada beberapa pemikiran beliau tentang pendidikan anak-anak ini (ta'lim as-Shibyan) yang menarik untuk didiskusikan.

Pertama, tentang jenjang pendidikan untuk anak-anak (marhalah ta'lim as-shibyan).Al-Qabisiy menetapkan kuttab sebagai lembaga pendidikan pertama (marhalah awal) bagi peserta didik. Berbeda dengan tokoh pendidik lain, Al-Qabisiy tidak membatasi usia anak yang akan memasuki pendidikan di kuttab-kuttab ini. Namun meskipun demikian Al-Qabisiy melihat usia anak masuk sekolah seharusnya antara lima sampai tujuh tahun. Beliau tidak menetapkan batasan umur, karena perbedaan kematangan (psikologi) dan kecepatan pemahaman, menurutnya ada pada setiap anak manusia.[12] Jadi, ada aspek psikologi  anak untuk menentukan apakah si anak telah berhak mendapatkan pendidikan di kuttab atau belum. Pada tingkatan pertama ini, anak-anak masih di didik di lembaga pendidikan kuttab sampai mereka baligh atau antara usia 13 sampai 15. Dengan demikian, pendidikan menurut pemikiran Al-

Page 19: Tokoh ilmuan islam.docx

Qabisiy berkisar antara 7 sampai 9 tahun. Menurut beliau ada empat unsur jenjang pendidikan : (A). Tempat belajar atau yang disebut dengan kuttab (B). Guru atau mu'allim (C) Peserta didik atau ash-Shabiy, (D). al-Qur'an sebagai materi yang diajarkan di kuttab ini.[13]

Kedua, urgensi dan pembiayaan pendidikan. Sesuatu yang sangat pelik dan harus diperhatikan oleh pemerhati pendidikan, menurutnya dalam keengganan orang tua memasukkan anaknya dibangku pendidikan tanpa alasan yang dibenarkan. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah biaya belajar anak atau biaya pendidik. Pemerintah, idealnya berkewajiban membuat anggaran penididikan dari harta Allah SWT, sebagaimana wajibnya membangun fasilitas umat dalam menjalankan kewajiban mereka. Tetapi realitanya pemerintah melihat pendidikan anak adalah urusan indivu setiap manusia. Khusus bagi anak yatim dan orang miskin, nampaknya beliau menggunakan pendekatan agama untuk mengatasinya.

Ketiga, gaji guru. Pada masalah ini beliau berpendapat bahwa pendapat Imam Malik dan Ibnu Sahnun tentang berhaknya guru memperoleh gaji atau bayaran yang cukup, baik disaratkan sebelumnya ataupun tidak. Ibnu Mas'ud menjelaskan sebagaimana dikutip oleh al-Qabisi: " Tiga hal yang mesti ada bagi manusia : Pertama, Pemimpin yang mengatur diantara mereka, seandainya tidak ada (pemimpin) maka manusia akan memakan manusia lainnya, Kedua, membeli dan menjual mushaf, jika ini tidak ada akan runtuhlah kitab Allah SWT, dan yang terakhir adalah guru yang mengajari anak mereka dan memperoleh gaji darinya, dan jika ini tidak ada, manusia akan menjadi bodoh".

II.      Tujuan Pendidikan Islam

Dr. Ahmad Fuad al-Ahwani, menjelaskan bahwa Al-Qabisiy tidak merincikan tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik dalam pembelajaran mereka terkecuali tujuan keagamaan (al-Ghardli al-Diniy) berbeda dengan tokoh lain yang membagi sasaran atau tujuan pendidikan kepada beberapa tujuan seperti tujuan agama, kemasyarakatan atau sosial, kepuasan intektual, tujuan kejiwaan dan lain-lain.[14]

Ali al-Jumbulati sebagaimana dikutip  oleh Abuddin Nata, mengtakan secara umum tujuan pendidikan yang diperangai oleh Al-Qabisiy adalah mengembangkan kekuatan akhlak anak, menumbuhkan rasa cinta agama, berpegang teguh kepada ajaran-ajaran-Nya, serta berprilaku yang sesuai dengan nilai-nial agama yang murni.[15]

Untuk pendidikan anak-anak tujuan pendidikan mereka adalah mengenal agama jauh sebelum mereka mengenal yang lain, karena wajib hukumnya memberikan pelajaran agama kepada mereka demikian menurut Al-Qabisiy. Al-Ahwani menganalisis ketika Al-Qabisiy memulai kitabnya dengan membahas iman dan islam serta ditutup dengan pembahsan qiraat dan keutamaan membaca al-Qur'an, itu arti pendidikan anak harus dimulai dengan mencetak mereka menjadi mukmin yang muslim dan kemudian yang terakhir menjadikan mereka sebagai seorang yang pembaca al-Qur'an.[16]

III.   Kurikiulum Pendidikan

Page 20: Tokoh ilmuan islam.docx

Kurikulum pendidikan islam Al-Qabisiy digolongkan kepada dua bagian :

1.    Kurikulum Ijbari

Secara harfiah berarti kurikulum yang merupakan keharusan atau kewajiban setiap anak. Kurikulum yang masuk ini adalah al-Qur'an, ada dua alasan beliau tentang penetapan al-Qur'an sebagai kurikulum, yaitu : pertama, al-Qur'an adalah Kalam Allah SWT. Dan Allah SWT dalam firman mengintruksikan semangat beribadah dengan membaca al-Qur'an.Kedua, menurutnya al-Qur'an adalah referensi kaum muslimin dalam masalah ibadah dan mu'amalat dan juga sesuatu yang mustahil mengenal  batasan syari'at agama yang benar tampa mengenal sumber agama itu sendiri yaitu al-Qur'an.[17] Kurikulum yang terdiri daripada kandungan ayat-ayat Al-Qur’an seperti sembahyang dan doa-doa. Sebagian para ahli mengatakan bahwa ilmu nahwu dan bahasa arab merupakan persyaratan mutlak untuk memantapkan baca Al-Qur’an, tilawah, menulis dan hafalan.[18]

Dari kurikulum wajib yang ditawarkan Al-Qabisiy tampak jelas adanya relevansi yang kuat antara tujuan pendidikan yang dibangun dan yang diinginkan oleh Al-Qabisiy dengan wacana kurikulum yang beliau maksudkan. Semua kurikulum itu, diharapkan mampu membawa peserta didik kepada suatu tujuan yaitu mengenal agama dan ibadah yang  diwajibkan kepada kaum muslimin. Uraian tentang  kurikulum menurut pandangan beliau di atas adalah untuk jenjang pendidikan dasar, yakni pendidikan di al-Kuttab, sesuai dengan jenjang yang telah di kenal di masa itu. Secara sederhana dapat di susun kurikulum Ijbari yang diinginkan oleh beliau sebagai berikut : al-Qur'an, Shalat, do'a, menulis (al-Kitabah), ilmu Nahwu, dan sebagian Bahasa Arab.

2.    Kurikulum Ikhtiyari

Menurut Al-Qabisiy ikhtiyari adalah : ilmu tentang berhitung, sya'ir, kisah-kisah masyarakat Arab, sejarah islam, dan ilmu nahwu serta bahasa arab lengkap. Hal tersebut merelevansi kepada hadits Nabi  الّشعرحكمة من .( Sesungguhnya di dalam sya'ir itu ada hikmah (ilmu) ) انSelanjutnya ke dalam kurikulum ikhtiyari ini beliau memasukkan pelajaran keterampilan yang dapat menghasilkan produksi kerja yang mampu membiayai hidupnya dimasa depan.[19] Menurut Al-Ahwani, kurikulum yang dikonsepkan Al-Qabisiy yaitu ada dua kesimpulan, pertama Al-Qabisiy mengabaikan aspek kejiwaan dan pertumbuhan dalam merumuskan kurikulumnya. Kedua, tidak memperhatikan (bahkan tidak memasukkan) ilmu-ilmu alam dan olah raga dalam kurikulumnya.[20]

Menurut Ibnu Khaldun bahwa kurikulum yang berkembang di kawasan Afrika Utara dan di negara islam lain, mengalami perbedaan geografis, yang kadang-kadang berkisar pada permasalahan bentuk dan sistemnya.[21]

Metode yang pertama di atas jika ditinjau dari segi pendidikan modern adalah lebih baik dan berdaya guna, karena seluruh kawasan negara islam dengan tanpa syarat menyetujui cara mendidik dengan mendahulukan pengajaran Al-Qur’an beserta dengan keharusan mengajarkan baca dan tulis nahwu serta bahasa arab.[22]

Page 21: Tokoh ilmuan islam.docx

Jika memperbandingkan kurikulum yang ditetapkan untuk Al-Kuttab pada abad ke 3 H dengan yang diajarkan di Al-Kuttab pada abad-abad  kemudian, maka tidak menemukan adanya perbedaan, esensi keberhasilannya terletak pada sikap taat dengan taklid (mengikuti tanpa kritik) dan semangat melestarikan peninggalan dari pendahulunya. Al-Hafiz bin Rajab Al-Baghdadi, pada abad ke 8 memberikan gambaran tentang kurikulum itu sebagai berikut: “Ilmu yang dipandang bermanfaat dari ilmu-ilmu yang ada, diukur atas dasar nas-nas dari kitab suci dan sunnah Nabi, beserta pemahaman pengertian yang dikaitkan kepada riwayat para sahabat dan tabi’in tentang pengertian dari kedua sumber tersebut beserta ketetapan hukum-hukum halal dan haram, zuhud dan berbudi halus, serta bijaksana dan sebagainya.[23]

Al-Qabisiy tidak mau menerima perilaku yang merendahkan Al-Qur’an dan ia mohon perlindungan kepada Tuhan dari perilaku seperti itu, Al-Qabisiy memberikan garis agar orang islam meninggalkan jauh berperilaku yang hina, karena jika sampai terjadi penghinaan terhadap Al-ur’an maka pasti terjadi kerusakan yang merajalela. Allah akan mencabut Al-Qur’an dari lubuk hati kaum muslimin apabila mereka tidak menghina dan menginjak-injak Al-Qur’an.[24]

Adapun kondisi lingkungan hidup sosial-budaya pada masa Al-Qabisiy adalah bersifat keagamaan yang mantap sehingga tidak memungkinkan timbulnya paham atheisme atau materialisme (seperti sekarang yang kita saksikan). Maka dari itu, Al-Qur’an dan shalat beserta segenap ilmu yang berkaitan dengan pemahamannya dikenala oleh setiap orang islam, mulai dari usaha memotivasi sampai kegiatan mempelajari ilmu-ilmu itu. Al-Qabisiy memperkuat dan mengabadikan sistem yang demikian itu karena menjadi gambaran yang benar dari semangat zamannya.[25]

Al-Qabisiy sebagai ahli fiqih dan hadits memandang bahwa lebih baik diajarkan Al-Qur’an lebih dahulu pada anak sejak dini. Sedang ada pendapat lain di kalangan ahli pendidikan islam yang berbeda pendapat dalam mendahulukan pengajaran Al-Qur’an kepada anak usia dini, misalnya Abu Bakar bin Al-Arabi. Dia berpendapat bahwa, “Hendaknya kita mengajarkan anak pada usia dini dengan syair dan bahasa arab serta ilmu berhitung.” Walau demikian Ibnu Khaldun menyetujui pandangan ini, kecuali bila hal itu tidak mendatangkan keselamatan, maka pengajaran Al-Qur’an harus didahaulukan.[26]

Al-Qabisiy mensyaratkan pengajaran Al-Qur’an dengan tartil dengan baik dan tajwidnya, waqaf yang tepat, dan mengambil contoh dari pembaca yang bagus. Ia memberi nasehat agar bacaannya bermanfaat di waktu mengerjakan sembahyang fardlu bagi seluruh kaum muslimin, demikian juga kewajiban mengajarkan anak sembahyang kepada anak usia tujuh tahun, jika anak tidak mau bersembahyang pada usia sepuluh tahun, ia harus dipukul dan sebagainya.[27]

Al-Qabisiy mengutip pendapat Ibnu Sahnun bahwa sebaiknya kita mengajar anak-anak bagaimana mengakrabkan Al-Qur’an, anak harus dibiasakan dengan menaruh syakal, menghafalkan alfabet arab, dan belajar tulisan indah.[28]

Al-Qabisiy menghendaki agar pendidikan dan pengajaran dapat menumbuh-kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai islam yang benar. Untuk itu maka kurikulum harus mampu merealisasikan yang disesuaikan dengan kemampuan anak dari masa ke masa (yang tidak lain adalah kurikulum bercorak ijbariyah dan ikhtiariyah). Dan setelah anak menyelesaikan studi

Page 22: Tokoh ilmuan islam.docx

sesuai dengan kurikulum tersebut hendaknya diajarkan dengan pelajaran keterampilan yang berproduksi atau keterampilan bekerja agar mampu membiayai hidupnya.[29]

Jadi dengan demikian, menurut pandangan Al-Qabisiy bahwa memberikan pelajaran keterampilan kerja untuk mencari nafkah hidupnya sesudah selesainya tiap jenjang pendidikan yang ditempuhnya dengan dasar pengetahuan Al-Qur’an, sembahyang dan doa yang kokoh kuat benar-benar merupakan suatu pandangan yang menyatukan antaratujuan pendidikan keagamaan dengan tujuan pragmatis. Pada hakikatnya pendidikan keterampilan kerja setelah memperoleh pendidikan agama dan akhlak, akan menolong anak itu trampil bekerja, mencari nafkah dengan didasari rasa takut kepada Allah (dalam bekerja).[30]

Al-Qabisiy dalam pengajaran syair tidak menentang, karena didasarkan atas sebuah hadits Nabi yang menyatakan bahwa syair itu merupakan kalimat (perkataan) ia menjadi baik jika yang mempergunakan itu baik dana menjadi jelek jika orang yang mengucapkannya itu buruk. Kemudian dikuatkan lagi pendapatnya itu dalam kitab Risalah Muffasshalah bahwa syair itu dapat meluruskan lisan, dan membuat orang fasih dalam bekata, serta menghaluskan hatinya dalam suatu waktu tertentu dan akan dapat memperoleh kesaksian terhadap apa yang ingin ia jelaskan.[31]

Ketika banyak orang mengkritik Al-Qabisiy bahwa ia tidak memperhatikan masalah pendidikan kesenian, maka ia menjawab bahwa pelajaran syair itu sesungguhnya adalah pendidikan seni keindahan yang jika diajarkan maka tidaklah hilang seni tersebut. Pelajaran ini dikaitkan dengan pelajaran khat (tulisan indah) yang merupakan seni keindahan luas di wilayah negara Maghribi, khat juga termasuk pendidikan seni keindahan.[32]

Tidak diragukan lagi bahwa pandangan tersebut di atas mendorong perhatian kita terhadap pentingnya pendidikan seni keindahan itu yang tidak bertentangan dengan agama. Alasan ini sesuai dengan pendapat para ahli pendidikan modern, yang menyatakan bahwa mendidik anak dengan seni budaya membuat mereka dapat mengetahui atau mengenal kebaikan. Dan mengajarkan sejarah bangsa arab tidak ada seorang pun yang melarang atau menentangnya, karena sejarah ini mengandung pengetahuan tentang tokoh-tokoh, pemimpin-pemimpin yang berjiwa pahalwan dan kesatria, yang bagi anak-anak dapat mendidik rasa mencintai kepahlawanan dan dapat mendorongnya ke arah berbuat baik seperti para pahlawan.[33]

Maka dari itu jelaslah pendapat Al-Qabisiy tersebut bahwa ia memilih dengan teliti bahan-bahan kurikulum pendidikan anak-anak yang benar-benar sesuai dengan kemampuan mereka. Pandangan madzhab ahli sunnah tentang bahan-bahan kurikulum anak-anak selalu disesuaikan dengan kondisi anak tersebut. Oleh karena tujuan umum yang dipegangi oleh beliau adalah bertujuan mengembangkan kekuatan akhlak anak, menumbuhkan rasa cinta agama, berpegang teguh pada ajaran-ajarannya, serta berprilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang murni.[34]

IV.   Metode Pembelajaran

Page 23: Tokoh ilmuan islam.docx

Selain kurikulum Al-Qabisiy, beliau juga merumuskan metode pembelajaran dan itu di masukkan dalam kurikulumnya. Langkah-langkah penting dalam menghafal Al-Qur'an dan belajar menulis ditetapkan berdasarkan pemilihan waktu-waktu yang baik dan dapat mendorong kecerdasan akalnya. Al-Qabisiy memulai pembelajaran melalui beberapa klasifikasi yaitu :

Pada pagi hari Sabtu sampai Kamis itu dianggap satu kali pembelajaran.

Guru dapat melihat langsung kegiatan peserta didiknya.

Proses belajar mengajar diakhiri diahir pekan  dan dievaluasi sejauh mana perkembangan anak didik.[35]

Di samping anak-anak libur pada hari Jum'at, menurut beliau selain hari Jum'at sebagai hari libur anak-anak termasuk juga hari Raya 'Idil Fitri dan terkadang sampai lima hari pada hari raya qurban. Disampaing kurikulum, metode, ada beberapa pemikiran beliau beliau yang juga berkaitan dengan pendidikan, yaitu :

Pendidik, mu'allim atau guru menjadi perhatian tersendiri bagi beliau, kualitas guru menurut beliau tidak harus yang hafidz Al-Qur'an, tetapi beliau lebih menekankan kesiapan guru dalam mengamalkan kandungan al-Qur'an, memahami rahasia dan makna didalamnya, melalui  pengusaan ilmu-ilmu yang membantu pemahaman ini. Dan juga pemikirannya tentang tidak bolehnya guru menghukum bodoh dan rendah intelektual para muridnya.

Pemisahan murid laki-laki dan perempuan

Larangan belajar non-muslim di kuttab milik orang Islam

Dan yang lainnya.[36]

V.  Metode dan Teknik Belajar

Selain membicarakan materi pendidikan, ia juga berbicara mengenai teknik dan langkah mempelajari ilmu itu. Misalnya menghafal Al-Quran dan belajar menulis langkah-langkah adalah berdasarkan pemilihan waktu-waktu yang terbaik, yaitu waktu pagi-pagi selama seminggu terus-menerus dan baru beristirahat sejak waktu dhuhur hari Kamis sampai dengan hari Jum’at. Kemudian belajar lagi pada hari Sabtu pagi hingga minggu berikutnya.Al-Qabisiy juga mengemukakan  metode belajar yang efektif, yaitu menghafal, melakukan latihan dan demonstrasi.[37]

Belajar dengan menghafal adalah cara pengajaran yang amat diperhatikan oleh pendidikan modern sekarang. Di antara ketetapannya adalah pemahaman terhadap pelajaran dengan baik akan membantu hafalan yang baik. Pendidikan modern sekarang ini menganjurkan agar mengajar anak dengan cara menghafalkan pelajaran agar mereka memahami maksudnya secara jelas.[38]

Menurut Al-Qabisiy yang dimaksud dengan “pemahaman” (al-fahmu) diatas adalah tartil (mengerti bacaan) dalam membaca dan pemahamannya secara serius. Adapun pembacaan

Page 24: Tokoh ilmuan islam.docx

yang dengan cara tartil itu membantu kemampuan untuk merenungkan isi Al-Quran yang telah diturunkan oleh Allah.[39]

BAB III

PENUTUP

5.1  KESIMPULAN

Menyimak beberapa uraian bahasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan, sebagai berikut:

Abu Al-Hasan Muhammad  bin Khalaf Al-Ma‘arifi Al-Qairawaniy, (dikenal Al-Qabisiy), lahir di Kota Qairawan Tunisia  pada 324 H/935 M, dan wafat 403 H/1012 M. Merupakan pemikir pendidikan Islam di zamannya yang berpengaruh dalam dunia Islam. Konsep pemikiran tujuan pendidikannya Al-Qabisy secara umum, yaitu: mengembangkan kekuatan akhlak anak, menumbuhkan rasa cinta agama, berpegang teguh kepada ajaran-ajaran-Nya, serta berprilaku yang sesuai dengan nilai-nial agama yang murni.

Penerapan sistem koedukasi dalam pendidikan Islam bagi Al-Qabisy bahwa   tidak baik anak pria dan wanita bercampur dalam suatu kelas, karena dikhawatirkan rusak moralnya, maka pemisahan tempat pendidikan wajib dilakukan demi terjaga keselamatan anak-anak dari  penyimpangan-penyimpangan akhlak.

Al-Qabisy mengklasifikasi kurikulum pendidikan Islam ke dalam dua  bagian besar yaitu ilmu-ilmu asasi/wajib (ijbari) dan ilmu-ilmu yang bukan asasi/tidak wajib (ikhtiyariy).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Abdul Latief, al-Fikry al-Tarbawy al-Araby al-Islamiy (Tunisia:Maktab al-Araby, 1987)

Ahmad Fuad Al-Ahwani, Al-tarbiyah Fi Al-Islam (Kairo:Dar al-Ma'Arif, 1980)

Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta)

Abu Hasan al-Qabisi, ar-Risalah al-Mufashshilah li Ahwal al-Muta'allimin wa Ahkam Muta'allimina,ed.Ahmad Khalid.Tunisia:al-Syirkah al-Tunisiyah li al-Tauzi', 1986

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT  Raja Grafindo Persada, 2001)  cetakan: Kedua

Http://artikelborneo.blogspot.com/2010/05/pemikiran-pendidikan-al-qabisi.html  (28-09-2012)

Page 25: Tokoh ilmuan islam.docx

Muhdahlan’s Blog, muhdahlansblow.worldpress.com (28-09-2012)

[1] Nata Abudin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT  Raja Grafindo Persada, 2001) cetakan: Kedua

[2] Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta) Hal 76

[3] Ahmad Fuad al-Ahwani, al-tarbiyah fi al-Islam (Kairo:Dar al-Ma'Arif, 1980), hal 22-26

[4] http://artikelborneo.blogspot.com/2010/05/pemikiran-pendidikan-al-qabisi.html  (28-09-2012)

[5] Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta) Hal 77

[6] al-Qabisi, ar-Risalah al-Mufashilah, hal.10-14

[7] Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta) Hal 77

[8] Ibid. Hal 77-78

[9] Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam:Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001), hal 26

[10] al-Ahwani, al-tarbiyah, hal 21

[11] Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam:Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001), hal 27

[12] al-Ahwani, Tarbiyah, hal  59

[13] Ibid. Hal 54

[14] al-Ahwani, Tarbiyah, hal 106

[15] Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam:Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001), hal 28

[16] al-Ahwani, Tarbiyah, hal 108

Page 26: Tokoh ilmuan islam.docx

[17] Ahmad Abdul Latief, al-Fikry al-Tarbawy al-Araby al-Islamiy (Tunisia:Maktab al-Araby, 1987), hal 771

[18] Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta) Hal 83

[19] Ahmad Abdul Latief, al-Fikry al-Tarbawy al-Araby al-Islamiy (Tunisia:Maktab al-Araby, 1987), hal 165-175

[20] al-Ahwani,at-Tarbiyah, hal 175

[21] Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta) Hal 83

[22] Ibid. Hal 83

[23] Ibid. Hal 83-84

[24] Ibid. Hal 84

[25] Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta) Hal 84

[26] Ibid. Hal 85

[27] Ibid. Hal 85

[28] Ibid. Hal 86

[29] Ibid. Hal 87

[30][30] Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta) Hal 87

[31] Ibid. Hal 89

[32] Ibid. Hal 89

[33] Ibid. Hal 89

[34] Ali Al-Jumbulati dan Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta) Hal 89

[35] Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam:Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001), hal 34

[36] Al-Ahwani, At-Tarbiyah Fi Al-Islam, Hal  181-219

[37] Muhdahlan’s Blog, muhdahlansblow.worldpress.com (28-09-2012)

[38] Ibid

Page 27: Tokoh ilmuan islam.docx

[39] Ibid

Diposkan oleh ahmed92.7   di 01.49 

Jom kenali tokoh besar dalam mazhab syafie. Nama beliau tidak pernah asing bagi seorang penimba ilmu yang benar-benar mendalami segenap bidang ilmu.

Imam Al Ghazali r.a.h adalah tokoh ilmu sufi yang terkenal, lebih lebih lagi di kalangan mereka yang mempelajari kitab kitab karangan beliau seperti ihya ulumuddin,minhajul abidin,bidayah alhidayah dan lain lain lagi.

Nama sebenar imam Alghazali ialah Muhamad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al ghazali Altusi.Beliau lebih dikenali dengan panggilan Alghazali iaitu nisbah kepada kampung tempat kelahirannya iaitu ghazalah yg terletak dipinggir bandar Tusi di dalam wilayah

Kharasan, Parsi, (Iran). Dengan itu Alghazali bererti org ghazalah, kemungkinan juga panggilan tersebut dinisbahkan kepada bapanya seorang tukang tenun kain bulu yang dalam bahasa arabnya dikatakan alghazzal.

Imam Alghazali juga digelar Abu hamid, yang bererti bapa kepada Hamid iaitu dinisbahkan kepada anaknya. Beliau juga digelar hujjatul Islam iaitu suatu gelaran penghormatan yang diberikan kepadanya kerana kejituan dan kekuatan hujjahnya di dalam membela agama islam.

Abu Hamid Muhammad Alghazali Altusi adalah seorang tokoh ulama' yang luas ilmu pengetahuannya dan merupakan seorang pemikir besar dalam sejarah falsafah islam dan

Page 28: Tokoh ilmuan islam.docx

dunia. Dalam ilmu feqah beliau bermazhab syafie sementara dalam ilmu kalam beliau mengikuti aliran assyaari atau ahlu sunnah wal jamaah. Beliau lahir pada tahun 450H bersamaan 1058M.

Bapanya adalah seorang miskin yang soleh, makan dari hasil usaha sendiri menenun pakaian daripada bulu kemudian menjualnya di pekan Tusi.Beliau sangat suka belajar ilmu agama dan mendampingi para ulama' sufi. Beliau meninggal dunia semasa Alghazali dan saudaranya yg bernama Ahmad masih kecil tetapi sempat menyerahkan sedikit wang saraan serta mewasiatkan tentang pengurusan pembelajaran kedua anaknya itu kepada sahabatnya yang miskin yang menjadi guru dan ahli tasawwuf.

Sahabatnya itu telah mendidik dan mengajar mereka berdua menulis sehinggalah wang peninggalan bapanya habis.kemudian sahabat itu telah menasihatkan Alghazali dua bersaudara agar pergi ke Tusi belajar di sebuah sekolah yang didirikan oleh perdana menteri Nizam

Al malik,yang memberi saraan makan, pakain dan buku buku kepada pelajarnya. Beliau sendiri tidak mampu menyara mereka berdua.

Dengan itu, mereka berdua meninggalkan ghazlah menuju Tusi. Di sana Alghazali belajar membaca, menulis ,menghafal Al Quran, ilmu nahu, bahasa arab, ilmu matematik dan juga ilmu feqah daripada As Syeikh Ahmad bin Muhammad ArRazakani.Beliau amat suka mempelajari ilmu feqah dan perundangan islam sementara saudaranya Ahmad amat suka mempelajari ilmu tasawwuf dan akhirnya menjadi ahli sufi dan pendakwah yang masyhur digelar Abu AlFatuh.

Pada tahun 469H,Alghazali telah melanjtkan pelajarannya ke Jarjan berguru dengan Abu Nasr Al Ismaili.Di sana beliau telah berkahwin kemudian beliau pulang ke Tusi selama tiga tahun. Dalam masa ini beliau belajar tasawwuf daripada Yusuf Annasaj,seorang sufi terkenal.

Page 29: Tokoh ilmuan islam.docx

Dalam perjalanan pulang ke tusi daripada Jarjan,Alghazali telah dirompak termasuk kertas catitan pelajarannya.Daripada peristiwa itulah beliau mulai menghafal pelajarannya tidak lagi bergantung kepada nota catitan lagi.

Pada tahun 471H, Alghazali berangkat menuju ke sekolah tinggi Nizmiyyah di Naisabur. Di sana beliau belajar daripada Abu Almaa'li, Diyaauddin Aljawaini yang terkenal dengan gelaran Imam haramain. Berbagai cabang ilmu pengetahuan telah dipelajari daripadanya samada ilmu agama seperti feqah dan ilmu kalam atau ilmu falsafah seperti mantik,jidal,hikmah dan lain lain sehingga beliau mengetahui berbagai mazhab, perbezaan pendapat masing masing dan beliau dapat menolak tiap tiap aliran yang dianggap salah. Bahkan beliau dapat mengimbangi keilmuan gurunya itu.Di sini beliau mula mengarang berbagai buku dan berbagai bidang, diantara buku karangannya yang dikagumi gurunya ialah yang dinamakan al mankhul.

Sewaktu berada di Naisabur, Alghazali juga mempelajari teori dan amalan tasawwuf daripada seorang alim fakih dan ketua ahli sufi disana yang bernama Alfaramdi.Al ghazali juga belajar tasawwuf daripada Abu Bakar Al warak dan Abu Bakar Altusi.

Selepas kematian gurunya, Alghazali telah berpindah ke Muaskar atau askar,suatu tempat di Iraq, atas jemputan Nizam Almalik. Perdana menteri dari Sultan Turki yang berkuasa di bawah pemerintahan khalifah Abbasiyyah dari Baghdad. Di Muaskar, Alghazali diminta memberi pengajaran ssekali dalam dua minggu dihadapan pembesar dan para ahli ilmu disamping kedudukannya sebagai penasihat agung kepada perdana menteri. Dengan itu kedudukannya semakin penting dikalangan rasmi.Pengajian dua mingguan itu berlangsung selama lima tahun.

Selepas itu pada tahun 484H Alghazali telah dilantik menjadi Profesor kanan di universiti Nizmiyyah di Baghdad.Waktu itu beliau baharu berusia 34 tahun.Perlantikan ke jawatan itu belum pernah diberikan kepada sesiapa pun pada usia yang sebegitu muda,perlantikan itu adalah merupakan suatu penghormatan tertinggi di dalam dunia islam ketika itu.

Page 30: Tokoh ilmuan islam.docx

Kemasyhuran beliau sebagai orang alim,guru serta pemidato yang petah berucap tersebar dengan cepat.Kuliahnya semakin menarik perhatian para pelajarnya,beratus ratus orang kenamaan dan terhormat turut menghadirinya.

Pada tahun 488H,khalifah al mustazhar billah yang baru ditabalkan menjadi khalifah ditahun  487H yang sedang menghadapi ancaman gerakan sesat golongan batiniah yang menimbulkan kekacauan,keganasan dan pembunuhan sulit terhadap sahabat akrab alghazali iaitu perdana menteri nizam almalik ditahun 483H,telah meminta alghazali menulis sebuah buku menerangkan keburukan keburukan golongan batiniah dan kebaikan kebaikan pemerintahan khalifah mustazhar. Alghazali telah menyahut permintaan tersebut dengan menulis bukunya yang dinamakan almustazhiri sempena gelaran khalifah.Buku berkenaan politik atau Negara ini juga dikenali sebagai "fadhaih al batiniah wa fadhail almustazhiri".Kemudian iikuti dengan buku yang lain antaranya hujatul haq,mufasil alkhilaf dan sebagainya.

Setelah berkhidmat selama 4 tahun di universiti Nizmiyyah, alghazali telah meletak jawatan pada bulan zulkaedah tahun 488H kerana beliau jatuh sakit selama enam bulan yang tidak dapat diubati oleh tabib ketika itu akibat dari pergolakan jiwa yang timbul dari keraguan

terhadap pemikiran falsafah dan pertentangan perasaan diantara nafsu cintakan pangkat dan harta dan antara cetusan jiwa suci mahu mengabdikan diri kepada Allah semata mata dengan beruzlah dan beramal ibadah gauh dari gah masyhur,kesenangan dan kemewahan duniawi yang sementara.

Alghazali telah memutuskan tekad untuk meninggalkan kota Baghdad dan kemewahannya demi untuk menjadi seorang sufi.beliau telah mewakafkan semua kekayaan harta bendanya,hanya yang diambil sekadar yang mencukupi bagi menyelenggara keluarga dan bekallan perjalanan nanti.Kemudian beliau menuju ke syam (Syria) dengan niat hendak berkalwah dimasjid jami' dikota damsyik.Disana beliau tinggal kira kira 2 tahun dengan melakukan uzlah,khalwah,mujahadah,riadah dan beribadat menurut tasawwuf yg dipelajarinya.Semua itu dilakukan untuk menjernihkan hati agar mudah berzikir kepada Allah Taala.Sambil beliau beribadah sambil pula beliau memberikan kuliah tasawwuf di salah satu sudut masjid itu yg sehingga sekarang,ianya dikenali sebagai sudut alghazali.Pada tiap hari beliau naik ke puncak menara masjid damsyik yang tinggi itu dan mengunci pintunya dari dalam agar terhindar dari gangguan orang.disinilah beliau berkhalwah melatihkan batin,berjuang

Page 31: Tokoh ilmuan islam.docx

menentang nafsu,melawan kemalasan hati,membersihgkan diri,mendidik akhlak dan menyucikan hati dengan memperbayakkan zikir Allah.Semasa beliau berada disinilah beliau menulis karyanya yang besar berjumlah 4 jilid iaitu ihya ulumuddin.

Dari Damsyik, diakhir tahun 490H beliau berangkat ke baitul maqdis di Palestin untuk meneruskan ilmu kesufiannya dengan mengunjugi masjid al aqsa dam masuk ke dalam sahkrah setiap hari kemudian menguncinya dari dalam untuk berkhalwah dan berdoa memohon hidayah daripada Allah subhanahu Wa Taala.

Alghazali tidak lama tinggal di palestin kerana beliau terpaksa menyelamatkan diri dari keganasan tentera salib kristian yang berjaya merampas Palestin dari kaum muslimin. Beliau menuju ke kaherah Mesir dan kemudian ke Iskandariah. Beliau hanya berada

sekejap saja di Mesir, kemungkinan disebabkan ulama' Universiti Al azhar ketika itu dibawah kekuasaan kerajaan Fatimiyyah dari golongan syiah tidak memberikan sambutan yang baik, dan kemungkinan juga kerana perbezaan fahaman antara ASWJ dengan syiah.

Di katakana Alghazali telah berazam bertolak dari Mesir menuju Maghribi untuk menemui Amir Yusuf bin Tasfin, seorang amir yang sukakan cendikiawan tetapi kemudiannya beliau menukarkan niatnya menuju ke tanah suci makkah dan madinah setelah mendapat tahu tentang kematian Yusuf bin Tasfin.

Kira kira 8 tahun berada di hijjaz beliau pun merasa rindu hendak pulang ke Baghdad untuk menziarahi keluarga, anak anak dan isterinya.Sungguhpun Al ghazali menjadi seorang zuhud, wara',namun kecintaan kepada ank anak dan isteri mempengaruhi beliau untuk pulang. Beliau cintakan Allah serta cintakan kepada keluarga dan anak isteri tetapi cintakan Allah mengatasi segala galanya. Oleh itu Alghazali mengimbangkan di antara dua kehidupan,dunia dan akhirat.

Page 32: Tokoh ilmuan islam.docx

Al Ghazali tidak lama tinggal di Baghdad kali ini kerana pada tahun 499H beliau berpindah ke Nisabur.Di sana beliau telah diangkat menjadi ketua Prof. kanan di universiti Nizmiyyah cawangan Nisabur oleh perdana menteri Fakhrul Al malik, anak perdana menteri Nizam Almalik. Alghazali kemudiannya kembali ke Tusi tempat kelahirannya pada tahun 500H setelah Fakhrul Almalik menerima nasib yang sama dengan ayahandanya, mati dibunuh oleh puak batiniyyah.Di Tusi, Alghazali telah mendirikan sebuah madrasah dan mengajar para pelajarnya tentang hukum, akidah dan tasawwuf.

Ahmad, anak sulung Nizam Almalik yg dilantik menjadi perdana menteri menggantikan saudaranya yang mati dibunuh telah meminta Alghazali bertugas semula di universiti Nizmiyyah. Alghazali yang kini mengajar kerana Allah dan bukan kerana mengejar pangkat, kemuliaan dan perdampingan diri dengan khalifah sebagaimana masa lampau telah menolak permintaan itu.lebih lebih lagi, pada masa itu beliau tidak suka lagi melibatkan diri dalam majlis majlis perdebatan dan pelajarnya seramai 150 orang di Tusi sukar untuk pergi ke Baghdad berpindah bersamanya.

Alghazali menghabiskan hari hari akhir kehidupannya dengan mengarang, mengajar dan juga belajar. Sebelum itu beliau tidak dapat menumpukan peerhatiannya kepada pembelajaran ilmu hadith.Oleh itu beliau telah mempelajari sahih bukhari dan muslim di bawah seorang muhaddith terkenal iaitu hafiz A'mr (ain.mim,ra) bin Abu Hassan al Rawasi, malah beliau telah mendapat ijazah dari mempelajari kedua dua kitab tersebut.

Sebelum meninggal dunia, Alghazali telah mengarang ratusan buku dalam berbagai bidang seperti falsafah, mantik, agama,akhlak, tasawwuf, kenegaraan dan teori pemerintahan tetapi hasil karyanya yang tinggal sekarang tidak sampai pun seratus buah. Di antara karyanya yang telah di terjemah ke dalam bahasa melayu atau Indonesia ialah ihya ulumuddin, bidayah alhidayah, minhajul abidin, mizan al a'mal, ayyuhal walad, kimia assaadah dan lain lainnya.Di antara buku yang terakhir ditulis oleh beliau ialah minhajul abidin dan yang paling terakhir ialah buku berkaitan ilmu kalam.

Page 33: Tokoh ilmuan islam.docx

Alghazali meninggal dunia yang fana' di Tusi pada hari Isnin,14 Jamadil Akhir tahun 505H bersamaan 19 Disember 1111m dan disemadikan diperkuburan Tabiran.

  

SUMBANGAN IBNU KHALDUN DALAM BIDANG KEILMUAN ISLAM

LATAR BELAKANG IBNU KHALDUN

Nama sebenar Ibnu Khaldun ialah Abdul al-Rahman Ibn Muhammad Ibn Khaldun al-Hadrami. Nama Khaldun berasai dari keturunan Khalid bin Uthman iaitu seorang tentera Yaman yang pernah bergabung dengan tentera Andalusia. Semasa di Andalusia, nama Khalid bertukar kepada Khaldun.

Dilahirkan di Tunisia pada tahun 732H/1332M dan meninggal dunia di Kaherah, Mesir pada 808H/1404M. Ayahnya seorang ulama, ahli bahasa dan seorang pemerintah tentera. Beliau telah kehilangan ibu dan ayahnya akibat wabak kusta yang melanda kampungnya.

Berketurunan Arab dari Yaman yang berhijrah ke Andalus. Berpindah ke beberapa tempat iaitu Algeria, Fez, Granada, Bougie dan Mesir apabila Tunisia dilanda wabak taun.

Page 34: Tokoh ilmuan islam.docx

Beliau merupakan seorang yang tekun dalam menuntut ilmu walaupun sibuk menjalankan tugas pentadbiran. Beliau telah mempelajari ilmu-ilmu agama seperti fikah, tafsir, hadis dan ilmu-ilmu naqli seperti logik, falsafah, matematik dan bahasa Arab.

Beliau juga merupakan pemikir Islam terulung dalam bidang sejarah, sosiologi, politik dan agama. Semasa kecil beliau dididik oleh ayahnya dan dihantar berguru dengan ramai sarjana Islam yang hebat di Tunisia.

Ketika muda beliau suka merantau, bekerja dan menyertai bidang politik sehingga pernah dipenjarakan akibat fitnah oleh orang yang cemburu melihat beliau sering berdamping dengan pemimpin.

Ibnu Khaldun pernah memegang beberapa jawatan penting seperti pernah dilantik sebagai Ahli Persuratan di Istana Faz, menjadi Hajib (sama taraf Perdana Menteri), menjadi kadi dan khatib, menjadi orang tengah antara perang perebutan kuasa kerabat diraja dan menjadi Hakim Mahkamah Raja di Mesir.

Ibnu Khaldun dianggap oleh sarjana Barat sebagai tokoh dan ahli fikir yang tiada bandingannya dan memberi sumbangan besar kepada manusia di dunia seperti mana yang dinyatakan oleh Toynbee.

Ibnu Khaldun dianggap seorang ahli falsafah sejarah dan sarjana teragung sepanjang zaman. Beliau menggunakan kaedah penyelidikan yang mirip kepada kaedah sosiologi di mana beliau menekankan sifat-sifat semula jadi dan sebab-sebab peristiwa sejarah berlaku. Beliau membahagikan sejarah kepada 2 iaitu sejarah am dan sejarah khas.

Ibnu Khaldun menekankan aspek-aspek dalaman bagi sesuatu peristiwa kerana sejarah berhubung rapat dengan latar belakang masyarakat, tidak seperti ahli sejarah sebelumnya.

SUMBANGAN OLEH IBNU KHALDUM

Page 35: Tokoh ilmuan islam.docx

1. Penglibatan dalam aktiviti Sosial dan Politik

Beliau pernah menyandang beberapa jawatan dan pernah berkhidmat dengan beberapa orang pemerintah di Utara Afrika dan di Andalus.

Banyak menyandang jawatan penting seperti Setiausaha Negara di istana Sultan Abu Ishaq bin Abi Yahya dan Sultan Abu Annan; Anggota Majlis Ilmiah; Anggota Jabatan Setiausaha Sulit Sultan Abu Salim bin Abi Al-Hasan di Fez, Maghribi; Duta Granada; Perdana Menteri (Hajib) Bougie dan Ketua Hakim (Qadhi Al-Dudhah).

Jawatan tersebut memberi peluang untuk berkhidmat kepada negara dengan lebih berkesan.

2. Bidang ilmu dan pemikiran Islam

Berjaya menganalisis sejarah dari aspek kemasyarakatan, ekonomi, politik, dan pendidikan.

Memberi panduan yang terbaik kepada manusia tentang asas pembinaan sesebuah tamadun. Berpendapat bahawa sesebuah tamadun tertegak hasil dari keunggulan rohani dengan jasmani.

Merupakan pelopor kepada pemikiran-pemikiran moden khususnya dalam bidang sejarah, politik, ekonomi, sosiologi dan pendidikan.

Para sarjana mengiktiraf karya beliau sebagai bahan kajian dan rujukan. Pemikiran beliau sering dijadikan wacana, tema-tema seminar, bengkel, persidangan ilmiah, judul-judul buku dan tesis di peringkat pengajian tinggi.

Sebuah anugerah ilmiah yang berprestij dinamakan sempena nama beliau iaitu Ibnu Khaldun Chair of Islamic Studies di Universiti Amerika. Namanya diabdikan di dalam sebuah universiti di Jakarta, Indonesia iaitu Universiti Ibnu Khaldun.

Page 36: Tokoh ilmuan islam.docx

3. Karya Agung Ibnu Khaldun

Al-Muqaddimah merupakan karya agung Ibnu Khaldun dalam bidang pensejarahan. Mengikut B. Lewis, buku ini merupakan ensiklopedia sintesis mengenai metadologi sains kebudayaan yang penting dan buku ini dapat membantu ahli sejarah dalam penghasilan kajian yang benar dan ilmiah.

Buku ini membahaskan secara terperinci tentang sejarah dan persejarahan. Buku ini setebal lebih kurang 700 helai muka surat.

Buku Muqaddimah ini dibahagikan kepada enam bab. Kandungannya ialah:

Bab satu - risalah umum tentang masyarakat dan pertumbuhan umat manusia

Bab dua - kehidupan desa masyarakat badwi atau primitif

Bab tiga - mengenai negara, pemerintahan raja dan institusi khalifah

Page 37: Tokoh ilmuan islam.docx

Bab empat - tentang perkembangan kota-kota  dan negeri-negeri serta cara membezakan antara satu kota dgn kota

Bab lima - ekonomi penduduk sesuatu tempat

Bab enam - cara mempelajari ilmu pengetahuan dan pendidikan

Isi kandungan buku ini juga terbahagi kepada bahagian asasi dan tidak asasi:

Bahagian asasi - disiplin falsafah, falsafah sejarah dan falsafah sains sosial

Bahagian tidak asasi - geografi, kebudayaan, politik, agama, peradaban dan ilmu pengetahuan

Muqaddimah ialah sumbangan yang agung dalam bidang pensejarahan yang merupakan percubaan awal ahli sejarah untuk memahami perubahan yang berlaku pada organisasi politik dan sosial manusia.

Buku ini merupakan percubaan awal ahli sejarah untuk memahami pola perubahan yang berlaku kepada organisasi politik dan sosial manusia. Buku ini juga menjadi suatu bahan kajian yang menarik kerana pendekatan yang rasional, kaedah serta perbahasan yang analitikal dan terperinci.

4. Pengasas falsafah sejarah

Ibnu Khaldun mendefinisikan sejarah sebagai catatan atau maklumat tentang masyarakat manusia, iaitu perubahan-perubahan yang berlaku pada sifat-sifat manusia seperti kemarahan, kebiadaban, revolusi, perasaan setia kawan dan pemberontakan sehingga mengakibatkan terbentuknya kerajaan, negara dan rakyat, wujudnya pelbagai kegiatan dan pekerjaan mansuia, pelbagai aspek ilmu pengetahaun dan pertukangan, dan secara umumnya berkenaan semua perubahan yang dialami oleh manusia.

Secara ringkas daripada definisi di atas, sejarah dan masyarakat adalah satu kesatuan yang mempunyai kesamaan realiti yang berhubung kait antara satu sama lain.

Page 38: Tokoh ilmuan islam.docx

Konsep ini berbeza dengan pendapat Herodotus, seorang ahli sejarah Yunani yang mengatakan bahawa Tuhan telah campur tangan secara langsung dalam menentukan sejarah manusia dan bukan manusia itu sendiri yang menentukan sejarahnya.

Ibnu Khaldun telah menetapkan beberapa prinsip untuk sejarah. Contohnya, apabila mengkaji sesuatu peristiwa kebangkitan dan kejatuhan sesebuah kerajaan, seseorang individu perlu memastikan penglibatan sebab dan akibat kejadian itu berlaku.Keadaan ini menunjukkan hubungan secara langsung antara sebab dan akibat.

Menurut beliau, manusia sendiri yang menentukan sejarahnya kecuali mereka yang melanggar hukum Allah sama ada hukum tersurat dalam wahyu atau tersirat dalam hukum alam akan ditentukan Allah.

Berjaya memurnikan ilmu sejarah dengan menjadikan rasional sebagai kayu ukur fakta sejarah tanpa fanatik kepada sesuatu laporan yang tidak terbukti kebenarannya.

Menggariskan empat perkara yang perlu dilakukan sejarawan dalam penelitian dan analisis laporan sejarah:

Membandingkan antara peristiwa-peristiwa dengan berdasarkan kaedah sebab dan musabab.

Mengkaji peristiwa-peristiwa lalu untuk dijadikan iktibar kepada peristiwa-peristiwa yang sedang berlaku.

Mengambil kira pengaruh iklim dan alam sekitar terhadap apa yang berlaku.

Mengambil kira kedudukan ekonomi dan budaya terhadap peristiwa yang berlaku.

  

5. Sebagai Budayawan

Merupakan penggiat budaya dan kesusasteraan Arab. Pengajian kesusasteraannya dengan Syeikh Muhammad Bahr di Tunisia dimanfaatkan untuk menajamkan kemahirannya dalam bersyair.

Page 39: Tokoh ilmuan islam.docx

Banyak menghasilkan syair semenjak kanak-kanak lagi. Kemahiran Ibnu Khaldun dalam bidang syair jelas kelihatan dalam karyanya al-Muqaddimah apabila beliau membahaskan tentang syair Arab.

6. Bapa Ekonomi Islam

Ibnu Khaldun dikenali juga sebagai “Bapa Ekonomi Islam” kerana pemikirannya tentang teori ekonomi yang logik dan realistik.

Teori yang dikemukakannya jauh lebih terdahulu daripada teori-teori ekonomi yang dikemukakan oleh pakar ekonomi Barat spt Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823).

Ibnu Khaldun telah mengutarakan beberapa prinsip dan falsafah ekonomi spt keadilan, hardworking, kerjasama, kesederhanan dan fairness. Beliau menegaskan bahawa keadilan merupakan tulang belakang dan asas kekuatan sesebuah ekonomi.

Ibnu Khaldun melihat manusia sebagai memerlukan pengetahuan ekonomi utk memenuhi misinya di ats muka bumi. Manusia perlu menjauhi perbuatan jahat sebaliknya perlu mengikut ajaran Islam dan mesti memberikan keutamaan kpd kehidupan akhirat.

Beliau juga mengemukakan teori bahawa perekonomian sentiasa berada dlm keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Menurut beliau faktor pengeluaran spt tanah telah tersedia, faktor buruh masih dianggap faktor terpenting dlm proses pengeluaran.

Ibnu Khaldun juga berpendapat bahawa kenaikan paras harga barangan yang tetap amat perlu utk mengawal tahap produktiviti.

Page 40: Tokoh ilmuan islam.docx

KESIMPULAN

Ibnu Khaldun merupakan seorang sarjana Islam yang terkemuka dan mempunyai pengetahuan yang luas tentang kajian beliau. Beliau sangat disegani oleh sarjana Islam dan Barat.

Buku beliau yang terkenal iaitu Muqaddimah dianggap sebagai pengasas ilmu kepada masyakarat atau ketamadunan. Selain itu pandangan dan teori-teori yang dikemukakan oleh beliau telah banyak menyumbang kepada masyarakat sehingga ke hari ini.

Anda mungkin juga meminati:

ETIKA PEPERANGAN DAN STRATEGI PEPERANGAN DALAM ISLAM

ETIKA DAN STRATEGI PEPERANGAN DALAM ISLAM

PERANG DUNIA PERTAMA (1914-1918)

CADANGAN PENYELIDIKAN SEJARAH

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI ACHEH DAN MESIR

Linkwithin

Oleh PENA BIRU   di Sunday, May 19, 2013   

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest

Label: Ibnu Khaldun Tokoh Ilmuan Islam, Karya Muqadimmah Ibnu Khaldun, Sejarah Tamadun Islam,Sumbangan Oleh Ibnu Khaldum

Page 41: Tokoh ilmuan islam.docx

No comments:

Post a Comment

"Sila tinggalkan comment anda"

Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

IBNU KHALDUN

RIWAYAT HIDUP1. Nama sebenar ialah Abdul Rahman bin Muhammad bin

Muhammad

2. Dilahirkan pada tahun 732H/1332M di Tunisia

3. Dikenali sebagai Ibnu Khaldun sempena nama tempat kelahirannya di kawasan Khalduniyah di Tunisia

4. Keturunan Arab Yaman

5. Meninggal dunia pada tahun 808H/1406M di Kaherah Mesir ketika berusia 87 tahun

6. Dikebumikan di luar Babun Nasr (Perkuburan ahli sufi)

SIFAT PERIBADI1. Tekun mencari ilmu

- sejak kecil mempelajari pelbagai ilmu fardu ain dan fardu kifayah

2. Kuat ingatan- menghafal al-Quran sejak kecil serta menguasai pelbagai ilmu

agam dalam usia belasan tahun

3. Berjiwa pemimpin- menjadi pegawai tertinggi Istana dan Ketua Hakim Negara

Page 42: Tokoh ilmuan islam.docx

4. Kreatif- Berjaya mengenengahkan sejarah sebagai bidang ilmu tersendiri

melalui karyanya al-Muqaddimah

5. Bijak Berpidato- aktif berdebat untuk menambahkan ilmu

PENDIDIKAN1. Mendapat pendidikan awal daripada bapanya dengan

mempelajari asas-asas agama seperti al-Quran, Feqah, Hadis dan Tauhid di Masjid al-Quba Tunisia

2. Menghafal al-Quran sejak kecil

3. Setelah dewasa beliau belajar Linguistik Bahasa Arab ( Nahu dan Saraf ) Usuluddin dan kesusasteraan.

4. Mempelajari ilmu Mantik, Sains, Falsafah, Matematik dan Sejarah daripada beberapa orang ulamak terkemuka pada masa itu.

5. Ketika usia 18 tahun, terpaksa berhenti kerana Tunisia dilanda wabak taun

6. Melanjutkan pelajaran di Fez dengan beberapa orang ulamak yang terkenal

JAWATAN YANG PERNAH DISANDANG1. Anggota Majlis Ilmiah di Fez

2. Perdana Menter di Bougie

3. Ketua Hakim Negara di Mesir

 SUMBANGAN DALAM BIDANG ILMU DAN PEMIKIRAN ISLAM

Page 43: Tokoh ilmuan islam.docx

1. Berjaya menganalisis aspek masyarakat, politik, ekonomi dan pendidikan dalam karyanya

2. Memberi idea dan panduan terbaik tentang asas pembinaan sesebuah tamadun iaitu mesti tertegak di atas kombinasi

keunggulan rohani dan jasmani

3. Pelopor kepada pemikiran moden seperti sejarah, politik, ekonomi, sosialogi dan pendidikan

4. Karya beliau banyak mengaitkan sesuatu perkara dengan perkembangan rohani. Akal dan akhlak

5.Karya yang dihasilkan oleh beliau dalam pelbagai bidang telah dijadikan bahan rujukan dan kajian oleh para sarjana

PERKARA YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK MENGANALISIS LAPORAN SEJARAH BERDASARKAN PANDANGAN IBNU

KHALDUN1. Membandingkan antara peristiwa berdasarkan kaedah sebab

musabab

2. Mengkaji peristiwa lalu untuk dijadikan iktibar kepada peristiwa yang sedang berlaku

3. Mengambil kira pengaruh iklim dan alam sekitar terhadap apa yang berlaku

4. Mengambik kira kedudukan ekonomi dan budaya terhadap peristiwa yang berlaku.

KARYA AGUNG IBNU KHALDUN1. Al- Muqaddimah

2. Al-Ibar

Page 44: Tokoh ilmuan islam.docx

KEISTEMEWAAN KITAB AL-MUQADDIMAH1. Telah diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa asing seperti

Perancis, Turki, Jerman, Inggeris, Spanyol dan Melayu

2. Hasil pemikirannya dijadikan asas panduan kepada perkembangan ilmu sosiologi di Eropah

3. Menjadi rujukan semua pelajar di dunia dan rujukan utama sehingga kini.

BUKTI IBNU KHALDUN TOKOH PELBAGAI ILMU1. SEJARAWAN

-Beliau mampu menganalisis tamadun dari segi permulaan, factor kegemilangan serta kejatuhannya

- Beliau member tafsiran sejarah berdasarkan psikologi, ekonomi, sosiologi, alam sekitar dan geografi

-Idea beliau dalam al-Muqaddimah telah menobatkan beliau sebagai tokoh sejarawan dan sarjana yang terunggul.

2. NEGARAWAN:- Menyandang banyak jawatan penting Negara selama 20 tahun

- Antara jawatannya: Setiausaha Khas Bahagian Surat menyurat di Jabatan Kerajaan Tunisia ( 751H), Pegawai Jabatan Setiausaha

Negara di Istana Abu Ishak dan Sultan Abu Annan, Anggota Majlis Ilmiah di Fez Maghribi, Anggota Jabatan Setiausaha Sulit Sultan Abu

Salim dan Duta di Granada. Qistina dan Maghribi.

3. BUDAYAWAN- Mendalami pengajian kesusasteraan dengan Syeikh Muhammad

bin Bahri di Tunisia- Menghasilkan banyak syair semenjak zaman kanak-kanak lagi

- Kemahirannya dalam syair terbukti dalam perbahasannya tentang syair dalam kitabnya al-Muqaddimah.

Page 45: Tokoh ilmuan islam.docx

 Legasi Pemikiran Ibn Khaldun dalam Bidang PendidikanMenurut beliau, terdapat 10 perkara penting yang perlu diketengahkan dalam menghasilkan satu pendidikan yang berkesan.

Antara yang disarankan ialah tentang aspek berfikir sebagai satu cabang pendidikan. 

Hindari pelajar dari sikap meniru semata-mata.  Dalam proses pembelajaran, perkara yang mudah perlu didahulukan dan dipastikan bahawa mereka memahami sepenuhnya sebelum berpindah ke suatu perkara yang lebih sukar.  Pelajar tidak boleh dipaksa untuk menghafal di mana ini akan menghilangkan kreativiti dan mengakibatkan kejumudan fikiran.  Seterusnya, subjek yang diajar perlu ada kesinambungan antara yang satu dengan yang lain dan dua subjek yang berlainan tidak boleh diajar secara serentak demi memastikan satu-satu subjek benar-benar difahami.  Menurut Ibn Khaldun lagi, kecenderungan meringkaskan teks sehingga hilang fakta-fakta penting menjadikan matlamat sebenar penyampaian ilmu terbantut.  Pelajar perlu dilayan dengan penuh hikmah dan tindakan secara tegas perlu dielakkan kerana memberi kesan yang negatif dalam diri pelajar.  Tanggungjawab seorang guru bukan sahaja menyampaikan ilmu tetapi juga harus mempamirkan akhlak yang terpuji.  Para sarjana pula digalakkan untuk mengembara dan menghadiri majlis-majlis ilmu di luar negara.  Pendidikan perlulah sesuatu yang praktikal dan ilmu yang disampaikan perlu kepada rasional akal fikiran terutama yang berkaitan dengan sejarah dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan.  Akhir sekali di dalam bukunya tentang pendidikan ialah dalam mempelajari sains, kemahiran amat diperlukan. 

kupasan Ibn Khaldun Terhadap Pendidikan Awal Kanak-Kanak. Lima perkara penting yang diketengahkan oleh beliau, yang paling utama adalah penyediaan pendidikan agama iaitu 

pengajaran Al-Quran,  penyediaan teknik pengajaran yang berkesan,  penyediaan pendidikan akhlak,  penyediaan pendidikan psikologi   penyediaan pendidikan sosial. Ibn Khaldun telah menekankan bahawa anak-anak di peringkat awal haruslah didedahkan dengan pengajaran Al-Quran. Ini kerana selain dapat memperkukuhkan aqidah dan keimanan, ia juga dapat membentuk malakah

Page 46: Tokoh ilmuan islam.docx

(bererti bakat atau tabiat manusia). Ibn Khaldun telah mengembara ke merata tempat dan melihat pelbagai teknik telah digunakan untuk mengajar anak-anak. Pada akhir fasal ke 40 Muqaddimah, Ibn Khaldun menyatakan teknik yang terbaik adalah teknik yang diarahkan oleh Khalifah Al-Rasyid kepada Khalifah Al-Ahmar yang diamanahkan mendidik anaknya Muhammad Al-Amin. 

Antaranya adalah tegahan mengajar dua disiplin ilmu secara sekaligus dalam satu waktu kecuali terhadap anak-anak yang memiliki kecerdasan otak dan semangat yang tinggi. 

Seterusnya, tentang bahayanya hukuman keras ke atas anak-anak,  tidak boleh melakukan paksaan, menegur kesalahan anak-anak dengan kasih sayang dan sekiranya tiada perubahan barulah kekerasan digunakan. 

Anak-anak tidak boleh dipukul lebih dari tiga kali dalam satu-satu masa. 

Walau bagaimanapun, ibubapa dilarang untuk terlalu berlemah lembut kerana ini boleh melalaikan anak-anak. 

Juga disarankan untuk membiasakan anak-anak untuk menghormati tetamu dan melarang mereka kecuali pada waktu yang sesuai.

sumber: mukabuku

Imam Al-Ghazali   Imam Ghazali memberi penekanan bahawa kanak-kanak perlu : Dididik sejak lahir dan diajar mengenal huruf, menulis dan membaca.

Diberi pendidikan agama berlandaskan Al-Quran dan hadith bagi membentuk peribadi mulia.

Diberi latihan jasmani bagi membina kekuatan tubuh badan, kecerdasan minda dan mengelakkan kemalasan.

Dilatih mengamal budi perkerti yang mulia dan tabiat yang baik.

Dilatih mempunyai sifat berani, merendah diri, sabar dan menghormati orang tua serta mentaati kedua ibu bapa.

Diberi nasihat ke atas kesalahan yang dilakukan dan dimarahi sekali kala sahaja supaya mereka lebih menghormati orang tua.

Dibimbing berkenaan kewajipan terhadap agama dan hukum agama Islam apabila mereka sudah cerdik dan berakal.

Diawasi oleh ibu bapa kerana mereka mudah terpengaruh oleh persekitaran dan tingkahlaku masyarakat.

Ibnu KhaldunIbnu Khaldun pula berpendapat kanak-kanak :

Page 47: Tokoh ilmuan islam.docx

Perlu menggunakan belajar yang disusun dengan baik.

Belajar menggunakan pancaindera dan diberi contoh yang mudah dan konkrit dalam pembelajaran mereka.

Perlu didedahkan dengan contoh teladan yang baik. 

Diajar membaca Al-Quran sebelum menghafalnya.

Menerima bimbingan dengan lemah lembut, bukan melalui kekerasan.

Mudah keliru, apabila diajar dua perkara dalam masa yang sama.  Oleh yang demikian, hanya ajar satu perkara pada satu jangka masa.

IBNU KHALDUN

BIODATA IBNU KHALDUN1. Nama sebenar beliau ialah Abdul Rahman bin Muhammad bin Muhammad.2. Beliau lebih dikenali sebagai Ibnu Khaldun.3. Beliau dilahirkan di Tunisia pada tahun 732 Hijrah bersamaan dengan tahun 1332 Masihi.4. Keluargabya keturunan Arab dari Yaman yang berhijrah ke Andalus.5. Bapa Ibnu Khaldun adalah seorang sarjana terkenal.6. Sejak Tunisia dilanda wabak taun pada tahun 749 hijrah,Ibnu Khaldun berpindah ke beberapa tempat iaitu Algeria, Fez, Granada, Bougie, dan Mesir.7. Ibnu Khaldun meninggal dunia di kaherah, mesir pada tahun 808 hijrah bersamaan dengan tahun 1406 Masihi ketika berusia 87 tahun.

KEPERIBADIAN IBNU KHALDUN1. Ibnu Khaldun adalah seorang yang tekun dalam menuntut ilmu. Walaupun beliau sibuk dengan tugas pentadbiran, namun tidak menghalangnya untuk menuntut ilmu. Beliau bijak membahagi masa untuk masyarakat dan menuntut ilmu.2. Beliau seorang yang berjiwa pemimpin. Beliau pernah menjawat jawatan penting seperti ketua hakim di Mesir dan Perdana Menteri di Bougie. Semua jawatan ini diberikan kerana kecekapannya dalam mentadbir serta keupayaannya mengemukakan idea-idea untuk kemajuan negara.3. Seorang yang kreatif. Pemikiran Ibnu Khaldun dalam kitab Al-Muqaddimah adalah hasil daripada pengalaman dan kreativiti beliau untuk mengetengahkan sejarah sebagai bidang ilmu yang tersendiri. Buku ini dijadikan bahan kajian oleh sarjana- sarjana timur dan barat hingga ke hari ini.

PENDIDIKAN IBNU KHALDUN1. Ibnu khaldun mempelajari asas agama dan bahasa arab daripasa Abdul Rahman bin Muhammad (bapa beliau),Muhammad bin Al-Muhaimin Al-Hadrani, Muhammad bin saad bin Barrral Al-Ansari,Muhammad bin Al-syawasyi Al-Zarzali, dan ramai lagi.2. Ibnu Khaldun mempelajari ilmu- ilmu fardu kifayah seperti mantic,falsafah, sains dan matematik daripada Muhammad bin Ibrahim Al-Abili.3. Semasa di Fez, Ibnu Khaldun mendapat pendidikan tinggi daripada beberapa orang guru yang terkenal seperti beberapa orang guru terkenal seperti Ahmad bin Al-Qassar dan Lisanuddin bin Al-khatib iaitu pengarang kitab Tarikh Gharnatah (sejarah Granada) dan Muhammad bin Abdul Salam.

Ibnu Khaldun sebagai sejarawan1. Ibnu Khaldun menganalisis sesuatu tamadun dari segi permulaan, faktor kegemilangan dan kejatuhan.2. Beliau memberi tafsiran sejarah berdasarkan psikologi, ekonomi,social, alam sekitar dan geografi.3. Ideanya yang menarikdalam kitab Al-Muqaddimah mendoron para pengkaji dan pemikir untuk mengiktiraf beliau sebagai tokoh sarjan dan sejarawan yang mengatasi sejarawan terkenal sebelumnya seperti Al Tabari dan Al-Mas`udi.

Page 48: Tokoh ilmuan islam.docx

Ibnu Khaldun Sebagai Negarawan1. Ibnu khaldun merupakan negarawan yang banyak berjasa untuk negara. Beliau pernahmenyandang jawatan- jawatan penting seperti:a) Setiausaha negara di istana Sultan Abu Ishaq binAbi Yahya dan Sultan Abu Annan.b) anggota Majlis Ilmiah.c) anggota Jabatan Setiausaha Sulit Sultan Abu Salimbin abi Al-Hasan di Fez, Maghribi.d) duta Granadae) Perdana Memteri (hajib) bougief) Ketua Hakim (Qadi Al-Qudhah) Mesir.2. Jawatan-jawatan penting tersebut telah memberi peluang kepada Ibnu Khaldun untuk Berkhidmat kepada Negara dengan berkesan.

Ibnu Khaldun sebagai Budayawan1. Ibnu Khaldun merupakan penggiat budaya dan kesusasteraan Arab.2. Pengajian kesusteraannya dengan Syeikh Muhammad Bahr di Tunisia dimanfaatkan untuk menajamkan kemahirannya dalam syair.3. Beliau banyak menghasilkan syair semenjak kanak-kanak lagi. Kemahiran beliau dalam bidng ini jelas kelihatan dalam kitab Al-Muqaddimah ketika beliau membahaskan tentang syair Arab.

SUMBANGAN IBNU KHALDUN DALAM BIDANG ILMU DAN PEMIKIRAN ISLAM1. Ibnu khaldun banyak meninggalkan sumbangan yang bernilai kepada tamadun manusia.2. Ibnu khaldun berjaya menganalisis sejarah dari aspek kemasyarakatan,ekonomi,politik dan pendidikan dalam karyanya.3. Beliau telah ,memberi panduan terbaik kepada manusia tentang asas pembinaan sesebuah tamadun. Beliau berpendapat bahawa sesebuah tamadun tertegak di atas hasil kombinasi diantara keunggulan rohani dengan jasmani.4. Ibnu Khaldun merupakan pelopor kepada pemikiran-pemikiran moden khususnya dalam bidang sejarah, politik, ekonomi, sosiologi,dan pendidikan.5. Kejayaan Ibnu Khaldun itu mendorang para saujana mengiktiraf karya beliau sebagai bahan kajian dan rujukan dalam bidang-bidang tersebut.6. Sanjungan terhadap beliau hingga ke hari ini.pemikiran beliau sering dijadikan wacana, tema-tema seminar,bengkal dan persidangan ilmiah, serta judul-judul buku dan tesis di peringkat pengajian tinggi.7. Sebuah anugerah ilmiah yang berpestij dinamakan semperna nama beliau iaitu Ibnu Khaldun Chair Of Islamic Studies di Universiti Amerika.8. Nama Ibnu Khaldun diabadikan dalam sebuah universiti terkemuka di Jakarta Indonesia iaitu Universiti Ibnu Khaldun

KARYA AGUNG IBNU KHALDUN1. Penglibatan Ibnu Khaldun selama 20 tahun dalam bidang pentadbiran memetangkan pemikiran dan pengalaman beliau.2. Hasil kombinasi pengalaman, ilmu pengetahuan, dan kreativiti, beliau menghasilkan karya-karya yang bermutu seperti:a) Al-Ibar Wa DiwanAl-Mubtada Wal Khabar Fi Ayamil Arab Wal Ajam Wal Babrar Wa Man Asarahum Min Zawi Al-Sultan Al-Akbar yang lebih dikenali sebagai Muqaddimah Ibnu Khaldun.b) Al-Takrif Bi Ibni KhaldunWa Rihlatuhu Gharban Wa Syargan.3. Muqaddimah Ibnu Khaldun lebih berkualiti dan berpengaruh kepada pemikiran manusia.4. Beliau berjaya memurnikan ilmu sejarah dengan menjadikan rasional sebagai kayu ukur fakta sejarah tanpa fanatik kepada sesuatu laporan yang tidak terbukti kebenarannya.5. Beliau menggariskan empat perkara yang perlu dilakukan oleh sejarawan dalam penelitian dan analisis laporan sejarah, iaitu(a) mambandingkan antara peristiwa-peristiwa dangan berdasarkan kaedah sebab dan munasabah.

Page 49: Tokoh ilmuan islam.docx

(b) mengkaji peristiwa-peristiwa lalu untuk dijadikan ikhtibar kepada peristiwa-peristiwa yang sedang berlaku,(c) mengambil kira pengaruh iklim dan alam sekitar terhadap apa yang berlaku.(d)Mengambil kira kedudukan ekonomi dan budayaterhadap peristiwa yang Berlaku

RUMUSAN1. Ibnu Khaldun merupakan tokoh falsafah yang terkenal, beliau juga menguasai pelbagai ilmu pengetahuan.2. Ibnu Khaldun telah melakukan perubahan dalam bidang ilmu seperti ilmu sejarah dan persejarahan, sosiologi, politik dan psikologi pendidikan.3. Ibnu Khaldun berjaya mentafsirkan sejarah dari pelbagai aspek seperti agama, politik, ekonomi dan social.4. Ibnu Khaldun dianggap sebagai pelopor kepada pemikiran-pemikiran moden terutama dalam bidang sejarah, politik, ekonomi, sosialogi dan pendidikan.5. Setiap pelajar hendaklah yakin dengan kebolehan diri dan berdikari untuk mencapai matlamat hidup.