tauhid sebagai konsep dasar ajaran islam.docx

34
TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM DAN LAHIRNYA BEBERAPA KONSEP DALAM ILMU KALAM, IMAN DAN KUFUR 1. ARTI TAUHID a. Menurut bahasa, tauhid berasal dari kata : yang artinya "meng-Esa-kan b. Menurut arti hatfiah; tauhid berasal dari kata "Wahid" yang berarti "satu'". c. Menurut para ahli, Ilmu Tauhid diartikan: Ilmu yang membahas segala kepercayaan keagamaan dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan. d. Menurut definisi: Ilmu tauhid ialah ilmu yang membicarakan tentang wujudnya Allah, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya membicarakan tentang Rasul-rasul Allah, untuk menenetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya sifat-sifat yang terdapat padanya. e. Menurut istilah Agama Islam; Tauhid ialah “Keyakinan tentang dalil-dalilnya yang menjurus kepada kesimpualan

Upload: safariachmad

Post on 23-Jan-2016

272 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM

DAN LAHIRNYA BEBERAPA KONSEP DALAM ILMU KALAM, IMAN

DAN KUFUR

1. ARTI TAUHID

a. Menurut bahasa, tauhid berasal dari kata :

yang artinya "meng-Esa-kan

b. Menurut arti hatfiah; tauhid berasal dari kata "Wahid" yang

berarti "satu'".

c. Menurut para ahli, Ilmu Tauhid diartikan: Ilmu yang membahas segala

kepercayaan keagamaan dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan.

d. Menurut definisi: Ilmu tauhid ialah ilmu yang membicarakan tentang wujudnya

Allah, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya membicarakan tentang Rasul-rasul

Allah, untuk menenetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti

ada padanya sifat-sifat yang terdapat padanya.

e. Menurut istilah Agama Islam; Tauhid ialah “Keyakinan tentang dalil-dalilnya

yang menjurus kepada kesimpualan bahwa Tuhan itu Satu disebut Ilmu Tauhid.

Di dalamnya terrnasuk soal-soal kepercayaan dalam Agama Islam.

Firman Allah:

Artinya:

Page 2: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang

bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula

diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. A 1-

lkhlas: 1 - 4).

Demikianlah, bahwa Allah yang menguasai alam semesta ini sudah pasti Ia Maha

Esa, artinya Tunggal, hanya satu tidak lebih. Jika sekiranya penguasa alam ini

lebih dari satu, niscaya akan timbul perselisihan yang membawa kerusakan.

2. NAMA-NAMA LAIN ILMU TAUHID.

1) Ilmu Tauhid.

Artinya Tauhid ialah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (mengesakan Tuhan)

dan tidak ada sekutunya. Dinamakan ilmu Tauhid karena tujuannya ialah

rnenetapkan ke-Esaan Allah dalam dzat dan perbuatan-Nya dalam menjadikan

alam semesta dan hanya Allah-Iah yang menjadi tempat tujuan terakhir alam ini.

Prinsip inilah yang menjadi tujuan utama daripada ajaran Nabi Muhammad SAW,

2) Ilmu Aqa'id atau Aqa'idul Iman. L

Artinya Tauhid ialah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (mengesakan Tuhan)

dan tidak ada sekutunya. Karena arena dalam pengetahuan ini ada-fasal-fasal

Yang harus diikat, dibuhulkan erat-erat dalam hati kita yang harus menjadi

kepercayaan yang teguh.

3) Ilmu Kalarn,

Ilmu Kalam artinya ilmu pembicaraan, karena dengan membicarakan pengetahuan

akan menjadi jelas carakan pengetahuan yang tepat menurut undang-undang ngan

pembicaraan arti membicarakan kepercayaan yang benar dan dapat ditanamkan ke

Page 3: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

dalam hati manusia. Di sebut ilmu kalam sebab-dalam ilmu tauhid itu

pembahasan.

Disebut ilmu kalam sebanya yang paling berat dan paling banyak menjadi bahan

diskusi dan musyawarah ialah masalah sifat Kalam pada Allah SWT.

4) Ilmu Ushuluddin.

Ilmu Ushuluddin adalah ilmu yang membahas agama. Dinamakan demikian

karena memang soal kepercayaan itu betul-betul menjadi dasar pokok daripada

soalsoal yang lain dalam Agama.

5) Ilmu Hakikat.

I1mu Hakikat berarti ilmu sejati, karena ilmu ini menjelaskan hakikat segala-

sesuatu, sehingga dap at meyakini akan kepercayaan yang benar (hakiki).

6) Ilmu Ma'rifat

Disebut ilmu Ma'rifat karena dengan pengetahuan ini dapat mengetahui benar-

benar akann Allah dan segala dan dengan keyakinan yang teguh.

3. PERANAN AKAL DAN WAHYU DALAM ILMU TAUHID

Ilmu Tauhid membahas tentang wujud Allah, sifat-sifatNya dan af’alnya (Allah,

adalah bersumber kepada Al-Qur’an dan di samping itu adalah hadist sebagai

sumber yang kedua.

Untuk menerima al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber tauhid memang harus

menggunakan akal. Orang dalam menggunakan akal kadang-kadang tersesat juga.

Ada orang yang fanatik percaya dan fanatik tidak percaya. Banyak orang yang

fanatik percaya (berta'asub), yang begitu saja percaya sebelum menggunakan akal

dan fikirannya. Ada juga orang yang fanatik tidak percaya, bahwa ia tidak

Page 4: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

per.caya begitu saja sebelum memikirkan alasanalasan dan dalil-dalilnya serta

bukti buktinya.

Kedua sifat itu tercela, khususnya dalam soal kepercayaan, karena yang demikian

itu akan mematikan otak, dan tidak membawa, manusia ke arah kemajuan dan

kesempurnaan. Orang yang percaa merkipun ada bukti-bukti yang terang, padahal

kalau mau memikirkanya, mesti akan masuk diakalnya, namun tetap ia tidak

percaya. Bahkan bukti-bukti itu masih diselidiki lagi, dengan maksud mencari apa

yang tersembunyi dibalik bukti yang sudah terang itu untuk mengingkari.

Agama Islam mencela kedua-duanya itu. Tidak boleh menerima dan menolak

begitu saja sebelum diselidiki dan dipikirkan lebih dahulu.

Dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menyatakan beberapa peranan akal berpikir

untuk memahami ke-Esaan maupun Kekuasaan Tuhan. Umpamanya:

Artinya:

Ialah orang-orang yang ingat kepada Allah dalam keadaan brdiri, keadaan duduk

maupun berbaring, dan mereka berpikir tentang penciptaan langit dan bumi.” (Ali

Imran : 191)

Berdasarkan ayat tersebut, maka akal bisa mengerti kalau mampu berpikir secara

sehat. Dalam ha1 ini, peranan guru dan umumnya juru pendidik itu penting sekali.

Mereka berkejiban mengembangkan akal anak didik dengan cara membinbingnya,

belajar berpikir secara sehat dan teratur, memberinya bukti-bukti yang benar

tentang segala sesuatu yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Tidak

sekali-kali mereka menceritakan hal-hal yang bertentangan dengan akal.

Page 5: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

Dalam perkembangan cara berpikir yang sehat dan benar, akal itu melahirkan

hukum akal, yang dalam masalah Tauhid disebut dalil aqli

kalau akal sudah mampu berdalil aqly (logis, maka akal itu mudah menerima

segala keterangan dari Al-Qur’an dan Hadits yang dalam ilmu Tauhid disebut

dalil naqli )

Firman Allah :

Artinya :

“Dan aku menurunkan kepadamu (Muhammad Alqur’an supaya engkau terangkan

kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka

berfikir”.

(QS. An-Nahl : 44)

4. MACAM-MACAM DALIL DALAM ILMU TAUHID

Dalil Aqli

Dalil Aqli ialah dalil aka1T(rasio) atau muqtiq. Menurut logika sehat, di mana

alam semesta beserta kerumitan hukum-hukumnya adalah berupa dalil akal.

Menurut akal, kebenaran sesuatu dapat diamati, diteliti (dianalisa) dan dicapai

oleh akal.

Pada dasarnya dalil Aqli ini adalah penghargaan Allah bagi hambaNya agar

mereka menggunakan akal dengan cermat.

Akal berasal dari Al-Quran: ‘Aqlun (akal). Akal adalah satu-satunya pemberian

ATayang paling tinggi nilainya setelah iman (hidayah). Dengan akal manusia

dapat berbudaya, dapat menguasai alam semesta. la dapat menang sendiri di

Page 6: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

antara makhluk lain di alam ini, walaupun terhadap makhluk yang lebih besar

secara biologis.

Contoh-contoh dalil aqli.

1) 3 x 3 = 9, angka 9 adalah benar rnenurut aka1, dan dapat d i¬buktikan secara

nyata.

2) Kita naik mobil bagus, akal sehat berbisik, mobil-mobil ini w'i'jtid, riil dapat

lari kencang. Akal menetapkan, adanya mobil in i pasti ada pembuatnya.

3) Pisang itu manis, pepaya juga agak manis. Pepaya dan pisang mengandung

vitamin A yang menentukan vitamin A pada buah itu pasti ada, ialah Maha

Pencipta.

Jadi secara rasio (aqli) dapat menyimpulkan, bahwa segala Yang wujud pasti ada

yang mewujudkan. Yang mewujudkan itu pasti yang wajibul wujud, Maha Ada

dan Kekal.

Sebaliknya akal membantah dengan keras, bila ada sesuatu de¬ngan sendirinya.

Hal itu dianggap mustahil aqli (aneh bagi akal).

Dalil Naqli

Akal untuk membuktikan atau sebagai dalil, hal-hal yang bersifat materi. Sedang

untuk mencapai non materi datangnya dari Tuhan yang wujudnya wahyu (damli)

Kebenaran yang dikandungnya pasti dan mutlak. Berlaku sepanjang masa dan

makin tinggi taraf ilmu manusia, semakin mendekat dengan kebenaran qath'i.

Page 7: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

Dalil naqli untuk Islam adalah kitab Al-Quran dan Al-Hadits Rasulullah saw mau

tidak mau harus diterima dengan yakin dalam hati apa yang telah dinashkan di

dalamnya, maka dalil itupun merupakan dalil yang paten dan pasti yang tidak

perlu diperdeb;tk an lagi.

Hal-hal yang cukup diimani ini adalah kepada yang ghaib. Mislnya: Iman kepada

Allah, kepada MalaikatNya, iman ke,)ada adanya hari kiamat, adanya syurga dan

neraka, iman kepada qodla dan qadar dan masih banyak lagi hal-hal yang berisfat

ghaib yang harus diimani karena semuanya itu telah dinashkan dalam AQuran dan

Hadits.

Contoh-contoh dalil Naqli.

1. Dalam surat Al-Ankabut: 44:

Artinya

"Allah rnerzciptakan langit dah bumi dertgan hak. Se¬siangguhnya pada yang

demikian itu terdapat tanda-tanda ke¬kuasaan Allah bagi orang-orang mukmin".

(QS Al-Ankabut: 44)

2. Surat Al-Baqarah : 20

Artinya:

Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu

menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa

mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan

pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguh segala sesuatu " (Al-Baqarah :

20)

Page 8: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

3. Surat Al-Haj : 64

Kepunyaan Allahlah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. Dan

segala yang ada di bumi. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi

Maha Terpuji. (Surat Al-Haj : 64)

ALIRAN ALIRAN DALAM ILMU TAUHID

1. ALIRAN SALAFYAH

Salaf adalah berasal dari lrahasa Arab yang berarti kuno atau kolot, sedangkan

lawannya adalah Khalaf yang berarti modern. Jadi aliran salaf adalah aliran kolot,

bukan modern.

Harus diingat, bahwa tidak setiap yang kolot itu tidak baik dan setiap yang

modern itu baik. Aliran s,alaf adalah aliran yang hanya berpegang kepada

dhahirnya nash, ia beri'tikad sepanjang dikehendaki oleh Nash (lafadh), tetapi

mensucikan Allah dari hal-hal yang menyerupai dengan makhluk. Para ulama

Salaf mensifatkan Allah dengan sifat-sifat yang disifatkan oleh Allah untuk

diriNya dengan tidak menafikan, tidak menyerupakan dan tidak mentakwilkan.

Golongan Salaf ini berpendapat, bahwa dalam mengartikan sifat-sifat Allah yang

ada persamaannya dengan sifat makhluk, ia berfaham dan mengartikan hanya

menurut dhahirnya lafadh lidak boleh memberi takwil dan tafsir yang

d}anggapnya berbahaya, bisa keliru dan sesat. Seperti sifat Allah sama' yang

artinya mendengar dan sifat bashar yang artinya melihat. -

Page 9: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

Allah mendengar dan melihat dengan memakai alat penglihatan (mata) dan

mendengar juga dengan alat (telinga). Hanya mata dan telinga Allah lain dengan

mata dan telinga makhluk.

Golongan Salaf tidak berani memberi takwil bahwa mata Allah itu ditakwilkan

dengan pengawasan, sedang telinga ditakwilkan dengan alat pendengar yang

modern seperti sekarang, sama sekali bukan. Bahkan tangan Allah juga bukan

seperti tangan manusia (makhluk).

Firman Allah:

Artinya:

"Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka".

Mereka tetap hanya mengartikan "tangan Allah" dan "°ja Tuhan" itu secara

pengertian umum saja.

Firman Allah:

Artinya:

"Katakanlah olehmu (Ya Muhammad): "Lihatlah olehmu apa yang ada di langit

dan di bumi, dan tiada berguna tanda-tainda dan peringatan peringatan kepada

kaum yang tidak beriman”.

Artinya:

"Mengapakah mereka tiada melihat kepada alam (malakttt l,angit dan bumi dan

kepada apa yang Allah jadikan ".

2. ALIRAN QADARIAH (MU'TAZILAH)

Page 10: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

Aliran ini mula-mula dianjurkan oleh Ma'bad Al-Juhaini, Ghilan Dimisqy dan Al-

Ya'du bin Dirham. Golongan ini sebagai penentang Dinasti Bani Umayyah dan

ketiga tokoh ini mati terbunuh.

Pendapatnya :

Golongan ini berpendapat yang bertentangan dengan golongan Jabariyah.

Golongan Qadariah berpendapat dalam hal Qadha dan Qadar sebagai berikut:

a. Kalau Tuhan itu telah menentukan terlebih dahulu nasib manusia, maka Tuhan

menjadi dhalim, karena tidak memberi kebebasan kepada manusia untuk berbuat.

b. Manusia harus bebas dan merdeka untuk memilih sesuatu, manusia dapat

berikhtiar, ia bebas menentukan nasibnya sendiri dan ia harus merdeka memilih

dari perbuatan dan af'al Allah (khalifakul af'al).

Jadi manusia mempunyai kebebasan kehendak. Orang yang rnenggantungkan saja

nasibnya kepada Allah tanpa berusaha, adalah sesat. Golongan ini mempunyai

penganut-penganut dengan cepat. Karena pengikut-pengikutnya banyak orang

yang pandai berbicara, maka tidak aneh pengaruhnya cepat tersebar.

Mereka berpegang kepada Firman Allah:

Artinya:

"Dengan sebab- sebab usaha tanganmu serdiri".

(QS. Asy- Syura: 30)

Page 11: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

Artinya:

"Untuknya apa yang ia usahakan dan atas apa yang ia lakukan ".

"Dan mereka semua yang mengusahakan kejahatan ".

QS Yunus : 27)

Artinya:

"Untuknya apa yang ia usahakan dan atas apa yang ia lakukan ".

(QS. AI-Baqarah: 286)

Karena pesatnya perkembangan golongan Qadariyah ini, maka Khalifah Abdul

Malik bin Marwan (Khalifah Bani Umayyah) menganggap golongan Qadariah ini

sangat berbahaya bagi kepercayaan umat Islam pada masa itu. Khalifah Marwan

mengambil kekerasan, Ma'bad, Gilan, Ya'du serta kawan-kawannya ditangkap dan

dihukum mati di Damsyik pada tahun 699 M (80 H). Akhirnya, golongan

Qadariah pada masa Marwan holeh dikatakan hilang lenyap walaupun tidak

seratus persen. Golongan Qadariah ini kemudian timbul, dan menjelma menjadi

Madzhab Mu'tazilah. Antara Mu'tazilah dan Qadariah ini banyak persamaan

pendapat-nya; antara lain pendapat Mu'tazilah ialah:

a. Tentang Qadar.

Pendapatnya: "Tidaklah Allah menjadikan segala perbuatan makhluk ini,

melainkan makhluk sendirilah yang menjadikan dan menggerakkan segala

perbuatannya. Oleh karena itulah, maka diberi dosa dan pahala. Dengan jalan

demikian, maka dengan sendirinya, kita telah mensifati Allah itu dengan _sifat

adii. dan Allah tentu tiada menyukai perbuatan kebinasaan:

b. Tentang ketauhidan.

Page 12: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

Mu'tazilah menafsirkan sifat-sifat Allah yang azali seperti ilmu, qudrat; hayat dan

sebagainya, yang harus dii'tiqadkan hanyalah dzatNya. Bahkan Allah Alimun,

Qadirun, Hayun, Samiun, Bashirun dan sebagainya, adalah dengan dzatnya.

Bukan sifat yang keluar dari dzatNya.

Perkataan yang menyatakan bahwa Allah itu bersifat qadim, adalah menunjukkan

bahwa Allah itu berbilang-bilang. Pada¬hal Allah adalah Maha Besar tiada yang

menyekutuiNya, baik dari jurusan mana saja. Dan sekali-kali tidaklah dzatNya itu

banyak atau berbilang-bilang. Allah tidak serupa dengan sesuatu a:pa pun juga,

Allah tidak berjisim, tidak bersifat, tidak berunsur dan tidak juga berjauhan

(atoom). Mu'tazilah menta'wilkan semua ayat-ayat yang mengandung pengertian

tentang Allah itu bersffat dapat membawa faham, bahwa Allah itu bersifat dapat

membawa faham, bahwa Allah itu bersifat dengan sifat yang ada pada makhluk.

c. Tentang kekuasaan akal.

Manusia dengan akalnya dapat mengetahui yang baik dan yang buruk sekalipun

tidak diberi tahu oleh syara'. Misalnya: Mengetahui baiknya bersyukur kepada

Allah, dan mengetahui keburukan mengingkari nikmat Allah, atau kebaikan

keadilan, dan kejelekan kedhaliman.

3. ALIRAN JABARIYAH

Golongan ini didirikan oleh Jaham bin Shafwan. Golongan ini lahir di Khurasan.

Pendapatnya:

a. Golongan ini mengatakan, bahwa semua gerak-gerik manusia itu sudah

ditentukan oleh Allah. Jadi manusia hidup ini tidak dapat men,entukan sikap apa-

apa, karena semuanya sudah diatur dan ditetapkan oleh Allah. Manusia hidup

tidak bebas, ia selalu terikat, sedikit pun tidak ada kekuasaan untuk bertindak

untuk mengerjakan sesuatu. Hanya Allah-lah yang menentukan ses~uatu kepada

seseorang secara absolut (mutlak). Jadi -nanusia tidak mempunyai ikhtiar, ia pasif

Page 13: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

dan menyerah saja kepada qadar Allah. Akhirnya manusia menjadi malas dan

mundur dalam segala-galanya.

b. Pendapat, Jabariyah tentang sifat-sifat Allah, surga dan neraka.

1) Golongan ini berpendapat. bahwa Allah tidak bersit'at dengan sifat-sifat yang

dipunyai makhIuk. Tidak lanyak Allah itu disifati dengan sifat-sifat yang dipunyai

makhluk, sebab hal itu berarti menyerupakan Allah dengan makhluk.

Adapun sifat Allah yang disebut dalam Al-Quran seperti sama' bashar itu tidak

boleh difahamkan secara dhaihiri, tetapi harus ditakwilkan. Jadi Allah hanya

mempunyai dzatNya.

2) Tentang surga neraka menurut golongan Jabariyah ialah, bahwa surga dan

neraka itu hanya alat pembalasari alam manusia di dunia. Artinya: Apabila surga

sudah dinikmati manusia sebagai kenikmatan hasil amal baiknya di dunia dan

siksaan neraka sudah dirasakan pedihnya sebagai akibat amal jahatnya manusia di

dunia, maka surga dan neraka akan hilang lenyap. Golongan ini mendapat

tantangan dari golongan Qadariyah dan lainnya.

c. Jabariyah berpedang kepada nash ayat:

Artinya:

"Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku".

(QS. Al-Ahzab: 38)

Jaham bin Shafwan tidak hanya terkenal karena ucapannya mengenai soal

"paksaan" saja, tapi juga tentang masalah lain yang tidak kurang bahayanya, yaitu

ucapannya yang meniadakan sifat-sifat Allah SWT. walaupun Al-Quran sendiri

Page 14: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

dalam beberapa ayat jelas menyebutkan bahwa Allah SWT. memiliki sifat

mendengar (................), melihat (.........) dan lain-lain. Jaham tidak mengakui

adanya sifat Allah selain dzatNya. Adapun yang tersebut dalam Al-Quran kata

Jaham, tidak seharusnya diartikan menurut dhahirnya ayat tapi harus ditakwil atau

ditafsirkan, karena dhahirnya ayat-ayat tersebut menunjukkan adanya keserupaan

Allah dengan makhluk, padahal itu mustahil.

Kata Jaham, tidak boleh memberi sifat kepada Allah yang serupa dengan sifat

makhlukNya, sebab hal itu berarti bahwa Allah menyerupai makhlukNya. Jaham

tidak mengakui adanya perbedaan arti sifat Allah dan sifat makhlukNya. Kata

Jaham, kalau nama sifat Allah dan nama sifat makluk itu, sama, maka artinya pun

sama. Jadi kalau disebutkan bahwa Allah itu mendengar maka artinya sama

dengan arti si Fulan mendengar, yakni menggiznakan kuping dengan jangkauan

yang terbatas. Juga kalau dikatakan Allah melihat, itu sama artinya dengan si Anu

melihat, yaitu menggunakan mata dengan jangkauan yang terbatas. Dan hal yang

demikian itu mustahil pada Allah.

Jaham juga mengatakan bahwa Al-Quran itu makhluk Allah. Pendapatnya itu

merupakan kesimpulan dari pendapatnya yang tidak mengakui adanya sifat Allah.

Karena Allah itu tidak bersifat Kalam, maka Al-Quran itu bukan Kalamullah yang

qadim, kata Jaham, kecuali atas dasar takwil. Takwil yang bagaimana yang

dimaksud oleh Jaham, tidak ada keterangan lebih lanjut.

Jaham juga mengingkari Allah dapat dilihat pada hari kiamat. Kata Jaham:

"Sesungguhnya surga dan neraka itu akan rusak setelah dimasuki para

penghuninya masing-masing, yakni setelah ahli surga bersenang-senang dengan

kenikmatannya dan sesudah ahli neraka menderita dengan,siksaannya, karena

tidak bisa dibayangkan adanya gerak hidup yang tiada akhir, sama seperti tidak

mungkinnya gerak hidup tanpa awal".

Aliran Qadariyah dan Jabariyah/Jahamiyah itu berbaur dengan aliran-aliran lain

dan tidak berdiri sendiri. Keduanya bersa¬ma-sama berada di bawah bendera

Page 15: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

aliran Mu'tazilah. Kebanyakan orang menyebut Mu'tazilah itu Qadariyah, karena

kaum, Mu'tazilah juga setuju dengan ucapan Qadariyah yang menyatakan bahwa

manusia itu melakukan segala perbuatannya dengan kemampuan atau kudratnya

sendiri secara bebas, tanpa campur tangan Allah swt. Mu'tazilah sendiri tidak

mengakui bahwa segala sesuatu itu terjadi atas qadha dan qadar Allah swt.

Kadang-kadang Mu'tazilah itu juga disebut Jahamiyah, karena Mu'tazilah setuju

dengan pendapat Jahamiyah bahwa Allah swt. tidak mempunyai sifat, bahwa Al-

Quran itu makhluk; dan bahwa Allah swt. tidak akabisa diliha pada hari kiamat.

4. ALIRAN AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH

1) Pendukungnya.

Golongan ahli sunnah wal jamaah adalah golongan yang didukung oleh para ahli-

ahli hadits, ahli-ahli fiqih dan para ahli madzhab fiqih. Mereka satu sama lain

tidak kafir mengkafirkan, tidak tuduh mienuduh ke luar dari agama dan mereka

berfaham dalam soal ibadah. Mereka sadar dengan kafir mengkafirkan, tuduh

menuduh ke luar dari agama, adalah sesat dan menyesatkan. Dalam memberi

kelapangan dalam soal ibadah ini, ahli sunnah wal jamaah berpedoman pada

hadits:

"Perbedaan di antara umatku itu adalah menjadi rahmat".

Golongan ahli sunnah wal jamaah ini berusaha untuk tetap berpe¬gang dan

mengikuti jejak rasul dan para sahabatnya dan terus menerus berpegang kepada

Kitabullah dan sunnatur Rasul saw. seerat-eratnya.

2. Fahamnya tentang seorang Muslim dan hal dosa.

Page 16: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

a. Golongan ahli sunnah wal jamaah berpendapat bahwa: a. Golongan dapat

dianggap atau diakui sebagai seorang muslim, ialah orang yang memenuhi tiga

syarat:

1. Mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lisannya.

2. Ucapan itu diikuti dengan kepercayaan dengan hati (ya¬kin hatinya).

3. Dan dibuktikan dengan amal yang nyata.

b. Tentang dosa.

Golongan ahli sunnah wal jamaah berpendapat, bahwa orang yang meninggalkan

kewajiban dan mengerjakan dosa yang sampai ia mati belum bertaubat, maka

orang ini dihukumi sama dengan orang mukmin yang mengerjakan maksiat.

Orang ini apabila tidak diampuni Allah ia masuk neraka, tetapi tidak abadi. la

akan lepas dari siksa neraka setelah selesai menjal :iikan hukuman neraka; tetapi

ia juga akan mera¬sakan nikmut karena imannya.

Jadi faham-faham itu dapat kita lihat sebagai perbandingan ialah: Memirut ahli

sunnah apa yang diperintahkan Tuhan itu baik dan apa yang dilarangNya itu

buruk. Menurut me-reka tidak ada kebaikan dan tidak ada kejahatan yang

mu¬tlak, karena semua itu hanyalah menurut Tuhan saja.

Orang-orang yang mengerjakan dosa besar atau meninggal¬kan kewajiban-

kewajiban agama apabila sampai mati belum taubat, mereka dihukum sebagai

orang mukmin yang melakukan mak¬siat (mukmin 'asni). Di akhirat kelak, Tuhan

berkuasa mengam¬puninya. Tetapi apabila tidak diampuni Tuhan, mereka akan

ma¬suk neraka untuk menjalani hukumannya. Dan apabila adzab dan hukuman

itu telah dijalani, mereka mempunyai harapan besar untuk mendapatkan kelepasan

masuk surga, artinya mereka tidak kekal di neraka. Hal ini berbeda dengan

pendapat Mu'tazilah. Mu'tazilah berpendapat bahwa orang yang berdosa besar dan

me-ninggalkan kewajiban-kewajiban agama dan tidak taubat, hukum¬nya fasik,

dan orang fasik kekal di neraka. Ahli sunnah mengang¬gap Allah itu absolut, tak

terbatas, juga dalam soal keadilan-ke¬adilan itu terletak pada kehendakNya.

Page 17: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

Kalau Mu'tazilah mengata¬kan Allah itu wajib meneliti keadilan seperti

menghukum_ orang berdosa, maka menurut ahli sunnah tugas "wajib" itu tidak

ada pada Allah. Sebab kalau Allah diwajibkan melakukan sesuatu, maka itu

berarti kekuasaannya telah terbatas dan tidak absolut lagi.

Kalau Tuhan mengirimkan Nabi-nabi, maka itu bukanlah kewajib¬an bagi' Allah,

tetapi hanya merupakan_ rahmatNya semata-mata bagi makhluk manusia.

Ahli sunnat menentukan bahwa setiap orang memang benar memiliki kasab

(usaha) dan ikhtiar (pemilihan bebas) dalam se¬gala perbuatannya, tetapi hal itu

tidak bisa *pas dari qadar yang telah ditentukan Allah dan tidak lepas dari

pengetahuan dan ke¬hendakNya. Segala perbuatan manusia adalah "makhluk"

dan di¬jadikan sekedar ikhtiar, hasrat dan minat dalam segala amal per¬

68

69

buatannya itu. Dan inilah yang dinamakan kasab itu. Akan tetapi meskipun segala

perbuatan manusia itu semuanya dari Allah. namun tidaklah sewajarnya kalau hal

itu berarti Allah meng-hendaki perbuatan jahat seperti yang dikatakan kaum

Qadariah.

Ririgkasnya: Ahli Sunnah itu berpendapat bahwa iman ada¬lah kepercayaan di

dalam hati yang diucapkan dengan lisan, se¬dang amal perbuatannya merupakan

syarat sempurnanya iman itu. Orang berbuat dosa besar kemudian meninggal

sebelum taubat, hukumnya terserah kepada Allah. Allah dapat menyiksanya dan

dapat pula mengampuninya. Seperti dikatakan di atas, bahwa ke¬wajiban bagi

Allah itu tidak ada. Namun demikian segala per¬buatan Allah itu tidak ada yang

hampa dan tidak pernah kosong dari hikmah kebijaksanaan, walaupun manusia

belum dapat menjangkaunya. Selanjutnya Mu'tazilah berpendapat, bahwa segala

faham yang tidak cocok dengan keadilan Tuhan haruslah dihilangkan dan dibuang

jauh jauh. Seperti juga pendapat faham kaum Qadariah mereka berpendapat,

bahwa demi keadilan Tuhan segala manusia harus diganjar amal perbuatannya.

Page 18: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

Dan itu pula manusia harus mempunyai kebebasan seperlunya untuk berbuat

apapun juga. Manusia adalah khalikul af al dari dirinya sendiri.

Adapun pokok-pokok pikiran aliran Ahli Sunnah wal Jamaah Asy'ariah yang

berbeda dengan faham Mu'tazilah ialah sebagai berikut:

1. Tentang sifat-sifat Allah swt.

Semua kaum muslimin menyatakan dirinya sebagai umat Tauhid, bahkan

tandanya seorang yang beragama Islam itu ialah kalimat Tauhid, yaitu: Laa Ilaaha

illlallah, tidak ada Tuhan selain Allah.

Berbeda dengan pendirian kaum Mu'tazilah, Abu Hasan Asy'ary berpendapat

bahwa Allah swt memiliki beberapa sifat. Adapun beberapa ayat Al-Quran yang

menerangkan bahwa Allah me¬riiliki sifat itu memperkuat kesimpulan bahwa

kalau dikatakan Allah Alim itu tidak lain karena Allah memiliki ilmu; kalau

dika¬takan Allah Qadir itu tidak lain karena Allah memiliki kekuasaan, dan kalau

dikatakan Allah Murid itu tidak lain karena Allah mt¬miliki kenendak atau

kemauan. Buktinya, kalan kita mengatakan Allah Qadir Alim, hal itu

menunjukkan bahwa kedua sifat itu berbeda satu sama lain, berbeda pula antara

keduanya dengan dzat Allah. Sebaliknya, kalau dijcatakan bahwa ilmu keduanya

dengan dzat Allah. Sebaliknya, kalau dikatakan bahwa ilmu dan kudrat Allah it,

dzat Allah juga, pasti Allah mengetahui dengan kekuasaanNya dan berkuasa

dengan ilmuNya. Padahal tidak de-mikian halnya, sehingga mau tidak mau harus

diartikan ada dua sifat yang berbeda, yaitu sifat ilmu dan sifat kudrat.

Kesimpulan Asy'ary ialah bahwa sifat Allah itu berbeda dengan dzatNya, tapi

tidak terpisah. Rumus Imam Asy'ary tentang itu ialah:

yakni: "Sifat itu bukan dzat, tapi sifat itu tidak pisah dari dzat. Oleh karena itu

maka sifat,Alim, sifat Qadir, sifat Hayyun (hidup), sifat Muridun (berkehendak).

Sifat Mutakallimun (berbicara), sifat Samiun (mendengar) dan sifat. Bashirun

(melihat) itu qadim , justru karena sifat-sifat tersebut ada pada dzat Allah yang

Page 19: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

qadim. Dengan demikian, maka qadimnya sifat-sifat tersebut tidak bisa diartikan

menambah jumlah yang qadim, lebih dari satu.

Karena aliran Asy'ariah itu sependapat dengan Mu'tazilah dalam soal sifat, dengan

sendirinya juga tidak sependapat dengan mereka dalam masalah ke-makhluk-an

Al-Quran. Kalau Mu'tazilah/Jabariah mengatakan bahwa Al-Quran itu makhluk,

bukan sifat Kalam yang Qadim, maka kaum Ahli Sunnah wal Jamaah Asy'ariyah

menyatakan bahwa lafadz-lafadz yang diturunkan ke¬pada para Rasul dengan

perantaraan Malaikat Jibril itu menunjuk¬kan adanya sifat Kalam yang azali dan

qadim. Lafadz-lafadz Al¬Quran itu memang makhluk, tapi sifat Kalam yang

ditunjukkannya adalah qadim dan azaly.

2. Tentang keadilan Allah swt.

Kalau aliran Mu'tazilah/Qadariah rnengatakan bahwa perbuat¬an manusia itu

adalah perbuatannya sendiri, tanpa ada pertalian dengan kodrat dan iradat Allah

swt., maka Abu Hasan Asy'ary

71

menyatakan, bahwa Allah swt pencipta segala perbuatan hamba¬nya. Dia

berkehendak atas terjadinya segala perbuatan makhluk¬Nya, baik maupun buruk.

Dengan demikian, maka ilmu iradat dan kudrat Allah melekat erat

( ~• l ~ '~ J Apada segala perbuatan hambaNya. Kalau seorang

hamba merasa mampu untuk berbuat maka kemampuannya itu tidak berpengaruh

apa-apa dalam membentuk segala keadilan. Allah-lah yang menjalankan sunnah

atau kebiasaanNya mencipta¬kan sesuatu ketika timbulnya kemampuan si hamba:

Artinya, ka¬lau seorang hamba bermaksud akan berbuat sesuatu dan telah

di¬lakukannya, maka Allah menciptakan apa yang dikerjakan oleh si hamba itu.

Atas perbuatannya itu si hamba mempunyai kasab. Menurut Asy'ariah, kasab itu

ialah berbarengnya kemampuan si hamba dengan perbuatannya. Jadi yang

menciptakan perbuatan si hamba itu Allah, yaitu ketika si hamba mau dan mampu

Page 20: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

melaku-kannya. Perbuatannya itu bukan tercipta dengan kemauan dan

ke¬mampuan si hamba sendiri. Kesimpulan Asy'ariah ialah si hamba itu hanya

punya kasab, sedangkan perbuatannya sendiri diciptakan Allah swt:

Karena kasabnya itulah, maka si hamba bertanggung jawab atas segala

perbuatannya, dan karena kasabnya itu pula maka si hamba berhak mendapat

pahala atas perbuatannya yang baik dan mendapat siksa atas perbuatannya yang

buruk atau maksiat.

Dalam uraian tersebut nampaklah bahwa aliran Asy'ariah bersikap tengah-tengah

antara pendapat Qadariah dan Jabariah. Allah menciptakan kemampuan dan

kemauan si hamba yang ke¬duanya berperan dalam berlangsungnya perbuatan,

sehingga de¬ngan demikian, rnaka perbuatannya itu makhluk Allah. Jadi makhluk

Allah itu ada yang tercipta tanpa perantara, seperti batu, pohon-pohon dan

sebagainya dan ada yang memakai perantara, yaitu segala makhluk yang

dihasilkan oleh kerja manusia.

Karena si hamba merupakan perantara itulah maka,dia ber¬tanggung jawab dan

mendapat balasan baik atau buruk. Dengan demikian, maka Allah itu bersifat adil,

yaitu memberi pahala ke¬pada hamba-Nya yang berkasab buruk.

72

Tentang janji dan ancaman (siksa).

Menurut Mu'tazilah, barangsiapa yang mati dalam keadaan kufur atau sedang

melakukan dosa besar, maka orang itu akan ke¬kal dalam neraka. Dan

barangsiapa yang mati dalam keadaan ber¬iman, dia pasti masuk surga untuk

selama-lamanya. Kaum Mu'ta¬zilah tidak menyebut adanya kemungkinan

pengampunan Allah dan syafaat di hari kiamat.

Menurut Ahli Sunnah Asy'ariah, tidak ada yang kekal dalam neraka, kecuali orang

yang mati dalam keadaan kufur. Dan Allah berkuasa untuk mengampuni orang

Page 21: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

yang dikehendakiNya. Pe¬ngampunan itu masih ditambah dengan adanya Syafaat

(pembela¬an) dari para Nabi dan para Rasul serta para Shalihin di hari kia¬m at.

Dasar pikiran Asy'ariah ialah bahwa Allah swt itu pemilik mutlak atas semua

makhlukNya. Dia berbuat apa saja yang Dia kehendaki dan menghakimi segala

sesuatu menurut kehendakNya. Andaikata Allah memasukkan makhlukNya ke

dalam surga, hal itu bukanlah suatu ketidakadilan. Sebaliknya, kalau Allah

mema¬sukkan semua makhlukNya ke dalam neraka, hal itu bukanlah suatu

kedhaliman, sebab yang dinamakan dhalim itu ialah mem-perlakukan sesuatu

yang bukan miliknya, atau meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya yang

semestinya. Allah adalah pemilik mutlak atas segala sesuatu, sehingga tidak bisa

digambarkan tim¬bulnya kedhaliman daripadaNya.

4. Tentang melihat dzat Allah di akhirat. ~ 1'r, ~I~I1~ 3

Kaum Mu'tazilah berpendapat bahwa dzat Allah itu tidak bi¬sa dilihat di akhirat,

berdasarkan firmanNya:

Artinya:

"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan ntata, sedaug Dia dapat melihat segala

yang kelihatan ". (QS. AI-An'am: 103)

73

Sebaliknya kaum Asy'ariah berpendapat bahwa dzat Allah swt akan dapat dilihat

di akhirat, berdasarkan firmanNya:

Artinya:

"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu borseri¬seri melihat

Tuhannya".

Kita melihat bahwa ayat yang digunakan sebagai dalil oleh kaum Mu'tazilah itu

tidak menyebutkan waktu, apakah di dunia atau di akhirat? Sedangkan dalil

Page 22: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

Asy'ariah waktunya di akhirat. =Dengan demikian, maka alasan Asy'ariah lebih

kuat, sebab bersifat khusus mengenai waktunya, sedangkan dalil Mu'tazilah sama

se¬kali tidak menyebut waktu, sehingga bisa diartikan mengenai waktunya di

dunia ini.

Alasan kaum Mu'tazilah ialah bahwa yang terlihat itu harus ada di suatu tempat, di

suatu jurusan, suatu bentuk dan men¬dapat cahaya, sedangkan semua itu mustahil

pada Allah swt.

Sebaliknya kaum Asy'ariah berpendapat bahwa segala yang ada itu sah untuk

dapat dilihat, dan dalam hal ini yang mensah¬kan penglihatan itu ialah adanya

dzat Allah sendiri. Adapun sya¬rat jurusan, tempat dan sinar itu ialah untuk

penglihatan di dunia, sedarigkan Allah tidak memberitahukan kita tentang

bagaimana cara kita melihat Dia'itQ di akhirat, tidak pula kita membayang¬kan

tempat kita melihat Tuhan.

Seluruh Ulama Ahli Sunnah wal Jamaah Asy'ariah telah ber¬sepakat atas

kemungkinan melihat Allah di akhirat dan hal itu sudah mereka masukkan sebagai

salah satu kepercayaan Ahli Sunnah wal Jamaah.

S. Tentang perbuatan manusia.

74

(QS Al-An'am: 103)

ciptakan amal perbuatannya sendiri, sehingga karenanya ~manusia itu

bertanggung jawab untuk menerima balasan baik atau buruk secara adil, maka

kaum Ahli Sunnahwal Jamaah Asy'ariah menya¬takan bahwa manusia

mempunyai kemampuan -yang berpengaruh atas segala perbuatannya dengan izin

Allah swt. Manusia juga mempunyai pilihan ikhtiar, tapi manusia dipaksa atas

pilihannya. Tegasnya, manusia dipaksa memilih sesuatu yang sesuai dengan

Page 23: TAUHID SEBAGAI KONSEP DASAR AJARAN ISLAM.docx

kemampuannya yang disediakan Allah pada dirinya. Tapi kem,am¬puan manusia

itu tidak berpengaruh secara asliatas amal per¬buatannya, hanya seperti tangan

yang lumpuh. Karena itu, maka manusia itu tidak bisa berbuat apa-apa, jika tidak

digariskan oleh izin dan kekuasaan Allah swt.

Dengan pengertiannya itu, kaum Asy'ariah tidak mengakui adanya ikhtiar pada

manusia, sesuai dengan firman Allah bawah Dia mencipta apa saja yang Dia

kehendaki termasuk yang dicipta¬Nya"dengan perantaraan perbuatan manusia.

6. Tentang Syafaat, Shiratal Mustaqim, mizan (timbangan amal) dan haudl

(empang 1Vabi Muhammad saw di akhirat).

Kaum Mu'tazilah juga mengingkari adanya syafaat di hari kiamat, sebab - kata

mereka - kalau betul syafaat itu ada nanti, itu bertentangan dengan keharusan

manusia bertanggung jawab atas segala amal perbuatannya sendiri. Sebaliknya

kaum Asy'ariah mengakui adanya syafaat, karena bertalian dengan adanya hak

pengampunan dari Allah swt.

Mengenai Shiratal-mustaqim, mizan dan haudl, kaum Mu'ta¬zilah

menganggapnya hanya sebagai rumus pengertian atau per¬umpamaan saja.

Sebaliknya kaum Asy'ariah menyatakan bahwa semua itu benar-benar ada secara

fisik di akhirat.

(QS.A.I-Qiayamah:22 -23)

Kalau kaum Mu'tazilah mengatakan bahwa manusia men¬

Read more: http://www.emakalah.com/2013/07/tauhid-sebagai-konsep-dasar-

ajaran-islam.html#ixzz3DA4t7hXH