tnl-3b

51
T A R I A N L I A R N A G A S A K T I Kar y a Marshal seri Episode 2, Ketenangan Yang Terkoyak Tarian | 50 sesuatu yang luar biasa. Lembah Salju Bernyanyi untuk pertama kalinya selama seratus tahun terakhir kemasukan musuh. Tepat di jantung dan pusa t Lemba h Salju Bernya nyi. Tidak lama setelah Kim Tong kembali dari pengejaran terhadap si Jubah Hijau, mungkin ada sekitar 2 jam, beberapa anak murid dan anaknya yang keluar Lembah menuju Thian San Pay kembali ke Lembah. Hanya saja dari jumlah 7 orang yang menuju ke Perguruan Thian San Pay, yang kembali ke Lembah Salju Bernyanyi tinggal 4 orang belaka. Sisanya tewas dalam pertikaian yang terjadi di Perguruan Thian San Pay. Ketika mendatangi Thian San Pay maksud utama mereka adalah menjajaki kemampuan perguruan itu. Tapi apa lacur, bentrokan b erdarah  justru terjadi dan memaka n banyak korban di pihak Thian San Pay dan dibayar oleh 3 nyawa anak murid Lembah Salju Bernyanyi. Yang pulang dengan tetap hidup namun terluka adalah murid tertua sekaligus putra tertua dari Kim Tong yang bernama Tham Ki. Tham Ki sudah berusia hampir 60 tahun dan mewarisi semua kepandaian ayahnya, Thian San Kim Tong. Selanjutnya murid kedua Kim Tong bernama Ho Cu Seng, pria berumur 58 tahun yang juga memiliki kepandaian hampir seimbang dengan toa suhengnya. Orang ketiga adalah putra ketiga Kim Tong bernama Tham Sin berusia 49 tahun, murid ke-lima namun yang berkepandaian melebihi toa suheng sekaligus kakak tertuanya. Mungkin bahkan sudah melampaui kemampuan ayahnya, karena memang sesekali menerima pengajaran Neneknya. Dan orang terakhir adalah murid terakhir, murid kedelapan atau penutup dari Kim Tong yang bernama Toh Lui. Lelaki gagah berusia 32 ta hun. Sebetulnya, murid terakhir Kim Tong adalah anak bungsunya Beng Kui, tetapi anak itu telah dididik langsung oleh neneknya dan terakhir dididik oleh orang pertama Thian San Giokli. Sementara 3 orang yang tewas di perguruan Thian San Pay adalah putra kedua Kim Tong bernama Tham Bu Ji sekaligus murid nomor tiga; Kemudian murid nomor empat bernama Hu Beng Sin, lelaki tinggi besar berusia 52 tahun; dan korban terakhir adalah murid ketujuh Kim Tong yang bernama Sip Kong. Seorang lagi murid ke-enam sekaligus satu-

Upload: giharto

Post on 13-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 1/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k

T a r i a n | 50

sesuatu yang luar biasa. Lembah Salju Bernyanyi untuk pertama kalinya

selama seratus tahun terakhir kemasukan musuh. Tepat di jantung dan

pusat Lembah Salju Bernyanyi.

Tidak lama setelah Kim Tong kembali dari pengejaran terhadap si

Jubah Hijau, mungkin ada sekitar 2 jam, beberapa anak murid dan

anaknya yang keluar Lembah menuju Thian San Pay kembali ke Lembah.

Hanya saja dari jumlah 7 orang yang menuju ke Perguruan Thian San

Pay, yang kembali ke Lembah Salju Bernyanyi tinggal 4 orang belaka.

Sisanya tewas dalam pertikaian yang terjadi di Perguruan Thian San Pay.

Ketika mendatangi Thian San Pay maksud utama mereka adalahmenjajaki kemampuan perguruan itu. Tapi apa lacur, bentrokan berdarah

 justru terjadi dan memakan banyak korban di pihak Thian San Pay dan

dibayar oleh 3 nyawa anak murid Lembah Salju Bernyanyi.

Yang pulang dengan tetap hidup namun terluka adalah murid tertua

sekaligus putra tertua dari Kim Tong yang bernama Tham Ki. Tham Ki

sudah berusia hampir 60 tahun dan mewarisi semua kepandaian

ayahnya, Thian San Kim Tong. Selanjutnya murid kedua Kim Tong

bernama Ho Cu Seng, pria berumur 58 tahun yang juga memiliki

kepandaian hampir seimbang dengan toa suhengnya. Orang ketiga

adalah putra ketiga Kim Tong bernama Tham Sin berusia 49 tahun, murid

ke-lima namun yang berkepandaian melebihi toa suheng sekaligus kakak

tertuanya. Mungkin bahkan sudah melampaui kemampuan ayahnya,

karena memang sesekali menerima pengajaran Neneknya. Dan orang

terakhir adalah murid terakhir, murid kedelapan atau penutup dari Kim

Tong yang bernama Toh Lui. Lelaki gagah berusia 32 tahun. Sebetulnya,murid terakhir Kim Tong adalah anak bungsunya Beng Kui, tetapi anak

itu telah dididik langsung oleh neneknya dan terakhir dididik oleh orang

pertama Thian San Giokli.

Sementara 3 orang yang tewas di perguruan Thian San Pay adalah

putra kedua Kim Tong bernama Tham Bu Ji sekaligus murid nomor tiga;

Kemudian murid nomor empat bernama Hu Beng Sin, lelaki tinggi besar

berusia 52 tahun; dan korban terakhir adalah murid ketujuh Kim Tong

yang bernama Sip Kong. Seorang lagi murid ke-enam sekaligus satu-

Page 2: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 2/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k

T a r i a n | 51

satunya putri Kim Tong bernama Tham Wan Hoa, tidak menyertai

rombongan ke Thian San Pay karena memilih hidup di perkampungan

Lembah Salju Bernyanyi bersama suaminya.

Betapa marah Kim Tong mendengarkan laporan murid bungsunya

yang memang cerdik pintar itu. Dia berbicara karena dari mereka

berempat, adalah Toh Lui, murid ke delapan dan murid kedua Ho Cu

Seng yang terhitung lukanya paling ringan. Hanya saja, Ho Cu Seng

entah mengapa sejak dari Thian San Pay menjadi begitu pendiam dan

tidak banyak bicara,

“Kami bermaksud baik-baik menantang mereka suhu, toako dan ji

suheng sudah berkali-kali mengutarakan maksud untuk sekedar adu

kepandaian. Tetapi, entah mengapa mereka tidak mau menerima, bahkan

beralasan Ciangbundjin mereka berhalangan dan sedang bertugas

keluar. Ketika kami menantang murid Kakek Dewa Pedang, mereka justru

menertawakan. Toa suheng yang penasaran akhirnya lepas tangan

melukai salah seorang murid mereka, dan pertengkaranpun terjadi

sampai adu kesaktian. Awalnya kami sekedar melukai lawan, tetapi

karena mereka kemudian menewaskan Sip Kong suheng, akhirnya

kamipun membalasnya dan berhasil membunuh puluhan anak murid

mereka suhu”

“Sebentar, engkau tadi mengatakan merekalah yang terlebih dahulu

melakukan pembunuhan, apa benar demikian?”

“Memang demikian suhu. Kamipun heran, karena Sip Kong suheng

tidak dalam keadaan terdesak meski dikerubuti lawan yangberkemampuan jauh lebih rendah darinya. Tetapi, tahu-tahu entah

bagaimana Sip Kong suheng terjatuh dan jatuhnya tepat mengarah ke

pedang salah seorang pengeroyoknya yang sedang terhunus. Kebetulan

tecu langsung menyaksikan kejadian itu suhu”

“Jika demikian, ada juga orang sakti di Thian San Pay?”

“Rasanya bukan demikian suhu, tecu tidak menemukan lawan yang

mampu merepotkan kami. Kematian Sip Kong suheng sangat aneh. Dan

Page 3: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 3/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k

T a r i a n | 52

anehnya lagi, menurut toa suheng, kematian sam suheng juga sama

anehnya, persis seperti kematian Sip Kong suheng. Dan ji suheng terakhir

melaporkan kematian Beng Sin suheng juga mirip. Disinilah letak

keanehannya suhu”

“Hmmm, apakah gerangan yang terjadi? Apa benar demikian

adanya?” bertanya Kim Tong kepada anak tertuanya,

“Benar ayah, cerita Toh Lui sute sangat benar. Kematian ketiga sute

terlalu aneh”

“Pasti ada tokoh sakti mereka yang main gila”

“Tapi, jika ada masak harus menunggu sampai hampir 50-an anak

muridnya terbunuh suhu?” Toh Lui meragukan dugaan gurunya.

“Atau karena kelalaian mereka bertiga?” guram wajah Kim Tong

mengucapkannya

“Rasanya juga bukan ayah” kali ini putra sulung Kim Tong yang

menyanggah pendapat ayahnya.

“Suhu, menurut pendapat tecu, kita sebaiknya bersiap-siap. Karena

dengan begitu banyaknya anak murid Thian San Pay yang tewas

ditangan kita, sangat besar kemungkinan mereka akan balik menyerbu”

Toh Lui mengajukan pandangan yang memang sangat jitu. Bisa ditebak,

Thian San Pay akan melakukan pembalasan. Peristiwa yang terjadi sudah

merupakan peristiwa berdarah. Terlalu banyak anak murid mereka yang

terbunuh.

“Biarlah, jika mereka menyerbu, kita tentu akan meladeninya” dingin

suara Kim Tong yang masih penasaran dengan tewasnya anak dan

murid-muridnya. Sebuah tanda betapa Kim Tong kurang memahami

gejolak dunia persilatan, maklum, dia hidup dalam pengasingan

sepanjang kehidupannya. Dan inilah yang akan mendatangkan bala bagi

Lembah Salju Bernyanyi. Keengganan untuk melakukan pemeriksaan dan

pengamatan lebih jauh, bakal sangat merugikan bagi Lembah Salju

Bernyanyi yang sekaligus mengorbankan suasana tenang damai selama

100 tahun lebih.

Page 4: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 4/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k

T a r i a n | 53

“Sudahlah, biarlah kalian semua beristirahat dan memulihkan diri

terlebih dahulu. Kita akan membahas dan menentukan langkah di

pertemuan berikutnya menunggu kalian semua sembuh dan pulih

terlebih dahulu”

Begitulah Kim Tong. Miskinnya pengalaman di dunia persilatan

membuatnya lalai dan memperparah konflik dengan Thian San Pay.

Padahal, bukanlah maksudnya untuk mengikat permusuhan dengan

Thian San Pay. Jika dia lebih teliti, maka dia akan menelaah informasi

mengenai kematian anak dan muridnya yang aneh. Sayang, dia tidak

sanggup menemukan celah untuk menelaah lebih jauh karena miskinnyapengalaman berinteraksi dengan dunia luar.

Ada sekitar 10 menit setelah murid-murid dan anaknya

meninggalkannya sendirian, tiba-tiba berkelebat sesosok tubuh dan telah

langsung berdiri dihadapannya. Orang itu ternyata adalah Nenek

pertama dari Thian San Giokli, yang telah dengan tenang bertanya

kepada Kim Tong,

“Suheng, adakah sesuatu yang aneh baru saja terjadi?”

“Bagaimana engkau tahu sumoy....?” Kim Tong balik bertanya.

“Aku baru saja terganggu dengan sebuah “rasa gelisah” tentang

sesuatu yang berbahaya terjadi di sini, di dalam Lembah kita ini”

Kim Tong paham, bahwa sumoynya ini mendapatkan warisan ilmu

yang mujijat dari ibunya. Karena itu, diapun tergerak, meski tidak sangat

antusias karena mengira hanya laporan dari Thian San Pay saja yang

penting,

“Ach sumoy, telah terjadi pertikaian berdarah dengan Perguruan

Thian San Pay. Aku kehilangan seorang anak dan 2 orang anak murid,

sementara mereka kehilangan puluhan murid” singkat saja informasi

yang disampaikan Kim Tong yang memang menduga, itulah kejadian

“tidak enak” yang diterawang oleh sumoynya itu.

“Hmmmm, aku sudah menduga peristiwa ini 3 jam sebelumnya

suheng. Tetapi, aku “melihat” ada sesuatu yang asing, sebuah kekuatan

Page 5: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 5/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k

T a r i a n | 54

yang sangat hebat yang menyusup masuk ke dalam Lembah kita”

demikian si Nenek berkata dengan tegas dan sangat meyakinkan.

Kim Tong tergerak dan bertanya, “Apa maksudmu sumoy?”

“Suheng, maksudku jelas. Ada kekuatan asing yang luar biasa yang

memasuki Lembah kita. Jika aku tidak salah, murid-murid di gerbang

alam kita sedang dalam keadaan tertotok. Sebaiknya suheng memeriksa

ke depan, aku akan ke dalam”

Selesai berkata demikian, tubuh nenek itu telah berkelebat

menghilang. Sementara itu, Kim Tong meski kaget, tetapi masih ogah-ogahan. Tetapi begitupun dia beranjak menuju pintu ke luar untuk

memeriksa gerbang alam. Dan betapa kagetnya dia ketika benar murid-

murid yang ditugaskannya menjaga di gerbang alam, semuanya dalam

keadaan tertotok. Jika demikian, benarlah bahwa Lembah Salju Bernyanyi

sudah kemasukan tokoh hebat. Tapi siapakah dia?

Kim Tong tidak lupa membebaskan anak-anak muridnya terlebih

dahulu, kemudian langsung berkelebat kembali menuju ke dalam

Lembah Salju Bernyanyi sambil memuji ketajaman penerawangan

sumoynya. Tengah dia berlari menuju Lembah, tiba-tiba teringat kepada

murid keduanya yang selama dalam pertemuan tadi bersikap di luar

kebiasaan. Diam tidak pernah bicara dan pandang matanya terasa

hampa. Awalnya dia merasa karena muridnya itu terluka, tetapi

belakangan ketika dia menganalisis lebih jauh, dia sadar bahwa

pandangan mata muridnya yang aneh, pastilah disebabkan oleh

kekuatan diluar dirinya. “Ilmu sihir”, begitu desis Kim Tong, dan dengandemikian semakin cepatlah dia bergerak langsung menuju kamar murid

keduanya itu.

Sementara itu, Nenek Thian San Giokli sudah cepat bergerak menuju

ke tempat rahasia dimana kedua sumoynya dimintanya untuk berjaga-

 jaga. Untuk berjaga-jaga dia memang meminta kedua sumoynya berjaga

bersama, karena “rasa tidak enak” sudah demikian kuat mencekamnya

sejak beberapa hari terakhir. Dan akhirnya kekhawatirannya memang

terbukti. Ketika tiba di ruangan itu, dia menyaksikan kedua sumoynya

Page 6: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 6/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k

T a r i a n | 55

terdesak hebat menghadapi seorang berjubah hijau mengenakan

penutup wajah yang bersilat secara sangat hebat. Sementara di sudut

ruangan lainnya, dia melihat Ho Cu Seng sedang berdiri dengan seorang

berjubah hijau lainnya yang juga mengenakan kedok pelindung wajah.

“Tahan .....” serunya dengan tetap tenang, namun dengan wibawa

yang sangat kuat terkandung dalam suaranya. Si jubah hijau yang sedang

melawan keroyokan kedua sumoynya menahan serangan dan heran atas

pengaruh suara yang demikian penuh wibawa. Sementara kedua Nenek

yang menjadi lawannya menarik nafas lega melihat kedatangan toa suci

mereka. Posisi mereka memang sudah sangat berbahaya, karena itumereka bersyukur dalam hati.

“Hmmmmm, bertambah seorang Nenek lagi. Tiada salahnya engkau

bergabung bersama mereka berdua untuk melawanku, Nenek tua”

tantang si Jubah Hijau dengan pongahnya. Dia memang dalam posisi

unggul dan karenanya secara takabur dia menantang ketiga Nenek itu

untuk segera mengerubutinya secara bersama-sama. Dia yakin menang.

“Jiwi sumoy berdua, mundurlah. Kalian berdua masih bukanlawannya. Entah siapakah tuan yang mulia?”

“Engkau tidak perlu mengetahui siapakah aku. Kuberitahu

namakupun engkau tidak akan mengenaliku”

“Jika demikian, apakah maksud kedatangan tuan yang sebenarnya

ke dalam lembah terpencil kami ini?”

“Biarlah secara jujur kukatakan, aku ingin mengetahui apakah Thian

Tee Siang Mo (Sepasang Iblis Langit Bumi) masih ditahan di dalam

lembah ini?”

“Hmmmm, ketahuan belangnya” desis si nenek dalam hati, tetapi

dimulutnya si nenek berkata,

“Adakah tuan adalah sanaknya, keluarganya ataukah muridnya?”

“Tidak ada hubungan apa-apa. Kami hanya ingin mengetahui

apakah kedua tokoh tua itu masih berada disini ataukah tidak”

Page 7: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 7/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k

T a r i a n | 56

“Mereka memang berada disini. Ditaklukkan kakek guru kami dan

kemudian dikurung di Lembah ini agar tidak mengganas di dunia luar.

Tetapi, sayangnya kedua iblis itu rasanya sudah menutup mata”

“Rasanya tidaklah berarti sudah pasti bukan?”

“Masa 100 tahun telah lewat ....” demikian si Nenek berkata, tidak

menjawab pertanyaan si jubah hijau secara langsung.

“Jika demikian, apakah kami boleh memastikannya?”

“Sudah tentu tidak, malahan kami ingin mempersilahkan tuan untuk

meninggalkan Lembah kami ini secara baik-baik”

“Jika demikian kami akan memaksa”

“Jika kalian memaksa, maka kami terpaksa akan menghalangi. Dan

menjadi tradisi kami, bila pengganggu dan penyusup seperti kalian

tertangkap, maka akan kami tempatkan di tempat dimana Lembah kami

mengurung Thian Tee Siang Mo”

“Baiklah, cobalah menangkap kami jika demikian” tantang si jubahhijau. Dan seiring dengan kalimatnya itu, masuklah Kim Tong yang kaget

melihat ada 2 tamu tak diundang berada dalam ruangan tersebut. Begitu

masuk, Kim Tong berkata,

“Sumoy, ternyata benar perkataanmu. Lembah Salju Bernyanyi telah

kemasukan penyusup, dan untungnya kita menemukan penyusup itu

berada disini. Mereka telah menyihir Cu Seng dan mengantarkan mereka

ketempat ini, selain itu merekapun telah menutuk para murid kita di

gerbang alam. Sungguh lancang. Karena itu, biarlah aku yang menangani

mereka” Sambil berkata demikian, Kim Tong telah berjalan mendekati si

 jubah hijau, tetapi dia bingung karena kini dia berjumpa dengan dua

orang berjubah hijau. Entah yang mana dari keduanya yang telah adu

balap dengannya siang tadi.

“Sobat, bukankah engkau yang telah bertemu lohu siang tadi ...?”

tanya Kim Tong kepada si jubah hijau yang tadi bertarung dengan kedua

sumoynya.

Page 8: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 8/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k

T a r i a n | 57

“Mungkin” jawab si jubah hijau singkat.

“Jika demikian, kita akan melanjutkan pertempuran kita tadi” sambilberkata demikian, Kim Tong langsung membuka serangan. Tetapi kali ini

dia kecele, karena serangannya dengan sebat dipapak oleh si Jubah Hijau

dan akibatnya dia terdorong sampai 2 langkah ke belakang sementara

lawannya tetap berdiri kokoh ditempatnya. “Luar biasa, mengapa dia

hebat sekali kali ini?” desis Kim Tong dalam hati dengan hati yang masih

belum percaya jika dia kalah dalam bentrokan barusan.

Kembali Kim Tong menyerang dengan menggunakan tenaga lebih

banyak dan kali ini dia menggunakan ilmu pukulan Jit Goat Kan Kun,

 jurus ke enam,

“Sobat, sambut kembali pukulanku ini ...... hiaaaaaaattttttt”

Nampaknya sederhana pukulan Kim Tong, tetapi dibalik

kesederhanaan itu tersimpan kekuatan besar yang siap meledak. Dan

lawannya mengenali pukulan hebat, karena itu dia tidak berayal dan

menyambut pukulan Kim Tong dengan sama kerasnya. Akibatnya .........

“Blaaaaaarrrrrrrrrrrrrrr” kembali terjadi benturan. Dan sama seperti

tadi, Kim tong terdorong dua langkah lebih banyak ketimbang lawannya.

Dan fakta ini membuat Kim Tong meradang. Selama ini dia merasa

sebagai orang yang paling hebat, bahkan mengungguli kehebatan ketiga

sumoynya. Kini, dihadapan ketiga sumoynya itu, dia terdorong dan kalah

melawan penyusup di Lembah mereka. Bagaimana dia tidak murka?

Yang hebat adalah para penyusup. Meskipun hanya berdua, tetapi

mereka nampak tidak gelisah dan terburu-buru meski telah dipergoki

pihak lawan. Kepercayaan diri mereka patut diacungi jempol, dan

kelihatannya mereka sudah “mengenal” kemampuan Lembah Salju

Bernyayi. Itulah sebabnya melawan Kim Tongpun, si Jubah Hijau tidaklah

terburu-buru dan tidak terbawa arus emosi yang berlebihan. Justru

adalah Kim Tong yang termakan emosi.

Maka jadilah Kim Tong menyerang dalam balutan emosi dan

memburu si Jubah Hijau berkedok. Bahkan kini, dari tangannyapun

Page 9: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 9/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k

T a r i a n | 58

berkesiutan kiam ciang atau tangan pedang, tanda bahwa dia telah

memadukan ilmu tangan pedang dengan Jit Goat Kan Kun. Fakta ini

membuat si Jubah Hijau semakin berhati-hati, meskipun tidak membuat

dia jatuh di bawah angin. Dengan berani si Jubah Hijau memapak

serangan Kim Tong, bahkan berani beradu kekuatan tangan dan

menindih kekuatan kiam ciang lawan. Benturan-benturan tangan mereka

tidaklah menghasilkan cedera bagi si Jubah Hijau dan semakin

menambah rasa penasaran dan amarah di pihak Kim Tong. Dan inilah

kelemahan utama Kim Tong akibat minimnya pengalaman tempur di

dunia kang ouw. Berbeda jauh dengan lawannya yang nampak sudah

kawakan dan pintar mengatur pertempuran dan emosi.

Tetapi, Thian San Giokli yang bermata jeli, segera paham bahwa

meski tertinggal, Kim Tong seharusnya tidak akan secepat itu untuk jatuh

di bawah angin. Sayang, emosi yang tinggi membuatnya jatuh di bawah

perangkap lawan yang diduganya akan segera menyerangnya secara

gencar. Dan benar belaka.

Setelah gencar diserang di awal pertempuran, tiba-tiba si Jubah

Hijau merubah gayanya. Dia menggebrak dan melontarkan Kim Tong

yang murka dan kemudian mencecarnya dengan serangan-serangan

yang mematikan. Serangan tangannya membadai dan membuat Kim

Tong kehabisan daya, mati-matian membela diri guna menghindari

serangan lawan.

“Hmmm, suheng terlampau gegabah. Jika menjaga ketenangan

belum tentu dia kalah secepat ini” gumam Thian San Giokli si Nenek

nomor satu. Dan usai bergumam seperti itu, diapun bertindak sambilberkata,

“Suheng, hati-hati” dan sejalur angin pukulan dahsyat mengarah si

Jubah Hijau yang terpaksa harus membagi konsentrasinya karena

lentikan pukulan hebat berhawa dingin yang menyerangnya mau tak

mau diladeninya. Diapun melepas kesempatan mengalahkan Kim Tong

dan memapak serangan si Nenek. Dan akibatnya,

“Dukkkkk ......”

Page 10: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 10/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 59

(BERSAMBUNG)

EPISODE 2, KETENANGAN YANG TERKOYAK 2)

Luar biasa, dia terdorong satu langkah ke belakang, sementara si

Nenek tidak nampak goyah oleh benturan itu. Dan satu hal lagi, Kim

Tong tertolong. Segera dia didekati oleh kedua sumoynya yang lain

sambil menanyakan keadaannya.

“Tidak, aku tidak apa-apa” katanya menutupi rasa malunya kepada 2

orang nenek dari Thian San Giokli. Tetapi kedua nenek itu maklumbelaka.

Sementara itu, si Jubah Hijau telah memandang Nenek nomor satu

dari Thian San Giokli sambil mendengus,

“Hmmm, engkau hebat juga”

“Tuan, jika suheng tidak terbakar amarah dan melayanimu dalam

ketenangannya engkau belum tentu bisa dengan mudah

mengalahkannya. Tapi, betapapun engkau memang hebat”, ujar si Neneklembut dan tidak menampakkan kemarahan. Setelah itu, diapun berkata

ditujukan kepada Kim Tong dan kedua sumoynya,

“Suheng, musuh sangat berbahaya, kita harus awas dan tenang.

Bukan tidak mungkin mereka masih membawa teman yang lain. Karena

tugas di tempat ini adalah tanggungjawab kami, sebaiknya suheng

memeriksa bagian dalam lainnya. Jiwi sumoy – jangan ragu melawan

penyusup secara bersama, Lembah kita kemasukan musuh sedang dalambahaya”

“Baik, engkau benar sumoy” sambil berkata demikian Kim Tong

sudah mau beranjak keluar ruangan, tetapi si Jubah Hijau juga bergerak

menghalanginya.

“Mau kemana ....?” ujar si Jubah Hijau yang langsung menyerang

Kim Tong. Kali ini dia tidak lagi main-main dan menyimpan

Page 11: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 11/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 60

kemampuannya. Dia dikagetkan oleh kenyataan betapa ada seorang

tokoh hebat di dalam Lembah Salju Bernyanyi.

Tetapi Nenek Sakti Thian San Gioklipun tidak tinggal diam. Kembali

dia mengibas dan sejalur hawa sakti yang dahsyat berhawa dingin

meluncur menangkis pukulan yang dilepaskan si Jubah Hijau. Pada saat

itulah akhirnya si Jubah Hijau yang satu lagi bergerak, kali ini dia

langsung menerjang si Nenek Sakti dengan pukulan yang tidak lemah,

tidak kalah dengan si Jubah Hijau yang satunya.

Si Jubah Hijau yang menyerang Kim Tong terhalang oleh pukulan si

Nenek Sakti dan kehilangan waktu untuk menghalangi Kim Tong, apalagi

setelah itu kedua Nenek yang lain sudah datang mengerubutinya.

Sementara itu, Nenek pertama Thian San Giokli telah terlibat adu pukulan

dengan si Jubah Hijau yang lainnya. Begitupun dia masih sempat

berpesan,

“Suheng, cepat lakukan tugasmu. Jiwi sumoy, hati-hati dan pelihara

ketenangan, jiwi sumoy tidak akan kalah melawan tuan itu”

Benar, kali ini kedua Nenek, masing-masing Nenek kedua dan ketiga

Thian San Giokli sudah mampu memelihara ketenangan sesuai pesan toa

suci mereka. Jika mereka terdesak hebat sebelumnya, disebabkan oleh

kekagetan dan diserang mendadak oleh si Jubah Hijau yang menyerang

dari balik tubuh ponakan murid mereka Ho Cu Seng yang ternyata benar

dalam keadaan tersihir. Kini, dalam kondisi biasa mereka sanggup

menahan serangan si Jubah Hijau dan bertempur seru dengan kondisi

nyaris seimbang. Memang, mereka masih belum mampu banyak berbuat,tetapi setidaknya mampu menjaga diri dengan lebih baik.

Sementara itu, sang Toa Suci, juga bertarung sama kuatnya dengan

si Jubah Hijau yang lain.

Hal ini membuat si Nenek kaget, “Begitu banyak tokoh hebat yang

menyusup” desisnya kaget dalam hati. Tapi fakta ini tidak membuatnya

limbung dan goyah, sebaliknya membuatnya semakin awas dan berhati-

hati. Hal yang sama dialami si Jubah Hijau, sehebat apapun dia

Page 12: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 12/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 61

menyerang, si Nenek selalu mampu menggagalkan serangan dan

menyeimbangkan keadaan.

“Sungguh Lembah Salju Bernyanyi tidaklah bernama kosong”

pikirnya.

“Jiwi sumoy – Pat-poh-hwe-gong (delapan langkah terbang di

udara) dan Kiam Ciang Siang Tui (Tangan Pedang Saling Berkejaran)”

kembali Toa Suci Thian San Giokli berseru. Seruannya bermanfaat untuk

membantu adik-adik perguruannya menghadapi si Jubah Hijau,

sementara dia sendiri juga memainkan ilmu yang diteriakkannya. Ilmu-

ilmu tersebut adalah ciptaan murid laki-laki Koai Todjin yang penasaran

atas kekalahannya dari Kakek Dewa Pedang. Maka, kehebatannya sudah

pasti luar biasa.

Sepasang lengan ketiga Nenek sakti itupun berubah bagaikan

pedang tajamnya dan dengan berani memapas setiap pukulan si Jubah

Hijau. Toa Suci Thian San Giokli jauh lebih hebat lagi, bagaikan terbang

dengan ringan dia menghujani si Jubah Hijau berkedok dengan

kelebatan pedang yang berasal dari lengannya. Dan hal itumendatangkan kesibukan luar biasa, sekaligus rasa kagum atas ilmu

lawan yang memang luar biasa. Hanya saja, si Jubah Hijau, baik lawan

sang Toa Suci maupun kedua sumoynya, memang bukan orang

sembarangan.

Lengan merekapun, terutama lawan kedua Nenek sakti itu, dengan

berani memapak dan adu keras. Dan karena kekuatannya memang

sedikit di atas, diapun tidak takut mengadu lengan dengan lawan yangmengeluarkan hawa dingin dan tajam luar biasa. Dan akibatnya, meski

dia merasa lengannya bagaikan berhadapan dengan dua pedang tajam

dan mengalirkan hawa dingin, tetapi dia masih tetap mampu mengatasi

rasa sakitnya. Malahan dia mampu membuat kedua nenek sakti itu

terpental hingga dua langkah mundur, sementara dia sendiri terguncang

mundur selangkah ke belakang.

Sementara itu, sang Toa Suci mampu sedikit mendesak lawan yang

menjadi sibuk meladeni kecepatan bergeraknya dibarengi dengan

Page 13: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 13/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 62

kesiuran angin pedang berhawa dingin yang terus mengejarnya. Tetapi,

ketika tidak punya kesempatan untuk menghindar, dengan berani diapun

mengadu kekuatan. Tidak terdengar suara keras, selain “Dukkkkkkkk” dan

keduanya terdorong masing-masing satu langkah ke belakang.

Pertarungan seru yang memang berimbang. Dan kedua tokoh sakti

itupun memandang dan saling mengagumi kekuatan lawan masing-

masing.

Sementara kerubutan kedua nenek sakti lainnya, dengan ilmu yang

diteriakkan toa suci mereka, membuat kedua nenek mampu

mengembangkan kesaktian mereka secara lebih optimal. Serangan kiamciang (tangan pedang) berhawa dingin dengan disertai lentingan tubuh

yang ringan, membuat mereka mendapatkan inisiatif untuk lebih

menyerang. Meskipun terus menyerang tetapi sambil terus berusaha

menjaga agar tidak terlampau sering mengadu kekuatan dengan si Jubah

Hijau lawan mereka yang memang sakti.

Sementara Toa Suci mereka, tetap bertarung tenang dan berimbang

dengan lawannya, si Jubah Hijau yang lainnya lagi. Pertarungan yang

menjadi semakin lama dan berlarut. Dan kenyataan ini membuat si Jubah

Hijau lawan sang Toa Suci mulai menjadi geram disamping kagum atas

lawannya. Semakin lama, posisi mereka sebagai penyusup bakalan

menjadi semakin sulit. Ternyata ada seorang jago Lembah Salju

Bernyanyi yang memiliki kesanggupan menandingi mereka. Fakta yang

memusingkan dan sungguh di luar persangkaan dan perhitungan mereka

ketika menyusup masuk.

Maka ketika terdorong mundur, si Jubah Hijau itu telahmenggetarkan suaranya, “Hmmmmm Nenek tua, lihat aku akan

menerkammu ………” suaranya sangat berwibawa karena didorong

kekuatan sihir.

Dan sekilas sang Toa Suci terhenyak melihat lawannya berubah

menjadi harimau raksasa. Tetapi, ketenangan, ketangkasan dan ilmu

nenek ini memang tidak main-main. Tidak lama dia telah mampu

menguasai dirinya dan berbalik membentak, “Pergi ........” sebuah

Page 14: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 14/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 63

bentakan yang digetarkan dengan suara yang sangat bening berwibawa,

dan membuyarkan kekuatan sihir yang dilontarkan lawan.

Akibat benturan kekuatan sihir tersebut, si Jubah Hijau kembali

merasa terkejut, kekuatan sihirnya bisa dengan mudah dipunahkan si

nenek. Bahkan membuatnya sedikit terguncang, suatu tanda bahwa

kekuatan sihir si nenek juga bukan olah-olah dan sama sekali tidak di

sebelah bawahnya. Maka semakin bertambahlah keraguan si Jubah Hijau.

Jelas maksud penyusupan mereka menghadapi pilihan gagal. “Situasi

akan sulit di atasi, apalagi masih ada dua Nenek lainnya yang ternyata

mampu bertahan di arena sebelah” pikirnya.

Kondisi tersebut membuatnya mulai mengerahkan puncak

kemampuan tertingginya. Dia mengerang dan kemudian menyerang

dengan kecepatan lebih tinggi, dimana kedua tangannya bergerak cepat

dan sulit diduga serangan bagaimana yang akan dilakukannya. Tetapi si

Nenek sakti sudah menyadari jika lawan akan meningkatkan

kemampuannya. Dan tentu dia tidaklah takut. Sebaliknya, diapun bersiap

dengan mengerahkan ilmu pegangannya Pek In Swat Kang – Tenaga

Salju Awan Putih dan Swat Im Sinkang – Tenaga Dalam Salju.

Itupun sambil terus bergerak dengan langkah kilat yang aneh

memusingkan Kiu Kiong San Tian Pou (Ilmu Langkah Kilat). Karena itu,

bukannya berkelit, si Nenek justru memapak serangan berat musuh

dengan hembusan angin dingin yang sangat menusuk. Serangan hawa

dingin membekukan itu selalu mendahului semua gerakan tubuh dan

serangannya.

Tak pelak lagi, keduanya memasuki tahapan pertarungan

menentukan. Sang Toa Suci tak lagi mampu membagi perhatian

terhadap kedua sumoynya, tetapi dia memiliki kepercayaan kepada

kedua sumoynya. Dia yakin mereka akan mampu setidaknya menjaga diri

dengan memaksakan hasil imbang. Kemampuannya untuk bertahan akan

menentukan hasil akhir pertempuran. Itulah sebabnya dia tidak berayal

dan tidak mau lengah untuk menandingi lawannya yang sakti itu.

Hebatnya, lawannya si Jubah Hijau, juga tidak merasa takut dengan hawa

Page 15: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 15/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 64

dingin menusuk yang berhembus dari pengerahan kekuatan si Nenek.

Sebaliknya dia terus maju merangsek dan selanjutnya keduanya

bertarung dalam jarak dekat, dengan saling serang dan saling tangkis.

Yang hebat adalah meski terjadi berkali-kali benturan akibat tangkis

menangkis pukulan, tidak sekalipun terdengar suara benturan yang

berisik. Hal yang mengindikasikan bahwa keduanya sudah memasuki

tahapan pengerahan kekuatan dalam tingkat tertinggi. Dan beberapa

saat kemudian tubuh keduanya terpisah. Sementara pengikat rambut si

Nenek terlepas dan rambutnya kini terurai, di pihak lawan, penutup

wajah si Jubah Hijau hancur menjadi butiran-butiran salju dan secaraotomatis menampakkan wajah aslinya.

Dan, siapakah gerangan si jubah hijau itu?

Luar biasa, inilah dia tokoh sakti asal Thian Tok (India) yang bernama

Naga Pattinam. Tokoh hebat dengan ilmu sihir luar biasa yang bersekutu

dengan pentolan Thian Liong Pang. Dia senantiasa dikejar-kejar oleh

kakak seperguruannya Bhiksu Chundamani, dan anehnya dia kini muncul

di Lembah Salju Bernyanyi. Dia bergabung dengan Thian Liong Pang,perkumpulan yang telah dibubarkan dan dikalahkan para pendekar muda

beberapa bulan sebelumnya.

Ada apa sebenarnya hingga tokoh sakti ini tiba-tiba memunculkan

diri di Lembah Salju Bernyanyi? Dan mengapa pula masuk dengan diam-

diam atau dengan jalan menyusup? Entahlah, tapi yang sudah jelas

adalah, maksudnya bukanlah untuk kepentingan yang baik. Karena

memang reputasinya buruk dan selalu diburu kakak seperguruannya.“Hmmmmm, siapakah gerangan tuan ....?” si Nenek bertanya karena

merasa tidak sedikitpun mengenal kakek tinggi besar dan berkulit sedikit

gelap yang kini wajahnya tersingkap akibat benturan tenaga mereka tadi.

“Pentingkah engkau mengenaliku, Nenek tua ....?” balas Naga

Pattinam bertanya, sekaligus penasaran karena kembali dia bertemu

tokoh setanding dengannya di Tionggoan. Tepatnya kali ini di gunung

Page 16: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 16/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 65

Thian San, dalam Lembah Salju Bernyanyi, lembah yang sunyi terpencil

ini.

Selesai berucap demikian, kembali Naga Pattinam menyerang, dan

sudah barang tentu serangannya kali ini menjadi lebih berat dan lebih

hebat. Tubuhnya berpusing dan seperti hilang dari pandangan mata.

Betapa hebat serangan itu tidak dapat diuraikan lagi, karena memang

Naga Pattinam bukannya tokoh sembarangan. Hanya saja, dengan

menguasai dan memainkan Kiu Kiong San Tian Pou (Ilmu Langkah Kilat),

si Nenek tidak bisa dikibuli dan dikelabui.

Gerakannya yang cepat dalam paduan sinkang hawa dingin yang

membekukan tulang tidak sanggup ditembus oleh ilmu silat Thian Tok

yang dikembangkan Naga Pattinam. Padahal, Naga Pattinam sudah

mengerahkan kekuatan batin melandasi ilmu andalannya – Seng Hwee

Sinkang (Tenaga Dalam Api Suci) dan Seng Hwee Sin Ciang (Ilmu Pukulan

Api Suci). Dengan ilmu itu dia tidak takut dengan hawa dingin luar biasa

dari si Nenek, karena diapun mampu menghembuskan hawa panas

membara dari tubuhnya. Hawa panas yang merupakan hembusan dari

tenaga sakti yang dikerahkannya.

Tetapi yang hebat luar biasa adalah, kedua tokoh sepuh ini

bertarung dengan kemampuan membatasi arena pertempuran dari

hembusan hawa panas dan dingin. Akibatnya akumulasi tenaga mereka

benar-benar terpusat dan perpijar dalam arena yang mereka berdua

telah batasi dengan kekuatan sinkang yang memang sudah sempurna.

Resikonya, jika salah satu alpa dan lalai, maka dia bakal dilumat oleh

gabungan tenaga mereka berdua. Makanya, tidak sedikitpun arenapertempuran kedua Nenek lainnya yang berhadapan dengan si Jubah

Hijau yang satunya lagi terganggu oleh hawa dingin dan panas yang

dikerahkan kedua tokoh sakti itu. Sungguh pertarungan dan pameran

kekuatan yang luar biasa.

Naga Pattinam menyadarinya dan menjadi semakin kagum,

demikian juga toa suci Thian San Giokli. Mereka makin kagum akan

kekuatan lawan masing-masing, apalagi karena ilmu silat lawan yang

Page 17: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 17/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 66

dihadapi relatif baru. Dalam artian baru kali itu mereka lihat dan hadapi.

Maka rasa kagum dan hormat tumbuh di hati masing-masing. Tetapi, di

pihak Naga Pattinam, dengan misi rahasia yang mereka emban,

membuat rasa hormatnya bisa dengan cepat menjadi rasa penasaran dan

akhirnya menjadi sirik untuk segera menang. Itulah sebabnya, meski

paham bahwa sulit mengalahkan si Nenek, tetap saja dia berketetapan

hati untuk mengerahkan puncak kekuatannya. Apa lagi ketika kemudian

telinganya yang sangat tajam menangkap suara kaki beberapa orang

yang agaknya cukup lihay sedang mendatangi. Apa boleh buat, diapun

mengambil resiko itu.

Dia telah menyiapkan Ilmu Hwee Sin bit Ciat Kang Hoat – Hawa

Sakti Pemusnah Tenaga Dalam, ilmu pamungkas yang teramat jarang

dikeluarkannya. Tepat pada saat dia menyiapkan ilmu pamungkasnya

tersebut, tiba-tiba terdengar sebuah suitan panjang dan mengerikan,

yang nampaknya berasal dari tempat yang biasanya dijaga oleh Thian

San Giokli.

“Swiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttttttttttttttttttttt –

hahahahahahahahahahaha”

Suara tersebut sungguh hebat, tidak kalah dengan raungan Naga

Pattinam ataupun suara yang dikeluarkan Thian San Giokli.

Menggetarkan sukma dan menusuk telinga hingga Naga Pattinam yang

maha sakti dan Nenek Thian San Gioklipun harus terperangah dan

mengerahkan tenaganya untuk menenteramkan hati.

Dan tidak lama kemudian suara suitan dan tertawa panjang itu sirap,sementara semua pertempuran terhenti. Kedua nenek penjaga sumur

atau liang di dalam ruangan itu bergerak ke arah tempat biasanya

mereka berjaga, karena suitan dan tawa panjang tadi berasal dari dalam

liang tersebut. Sudah puluhan tahun mereka berjaga dan inilah untuk

pertama kalinya terjadi gerakan yang berasal dari dalam liang yang

mereka jaga tersebut. Teringat tugas, maka secara otomatis mereka

bergerak mendekat ke arah liang yang menjadi tanggungjawab mereka

itu.

Page 18: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 18/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 67

Tetapi, belum lagi mereka berada di posisi biasanya mereka berjaga,

tiba-tiba berhembus serangkum hawa angin yang berbau sangat busuk.

Diikuti secara tiba-tiba oleh sesosok tubuh yang melenting dengan

kecepatan sangat tinggi keluar dari dalam liang yang biasa mereka jaga

itu.

Sangat kebetulan, kedua Nenek penjaga, juga sedang bergerak ke

arah liang itu dan secara otomatis tidak akan terhindarkan tabrakan

antara bayangan yang melenting keluar dengan kedua nenek tersebut.

Nenek tertua dari Thian San Giokli terperanjat melihat kejadian

tersebut, sebuah ingatan muncul di benaknya, dan dengan segera dia

mengenal tanda kemunculan dari sebuah ilmu jahat yang terbenam di

dasar liang itu, ilmu yang disebut Bu-siang-te-im-hu-kut (pukulan dingin

pembusuk tulang).

“Celaka ...” desisnya, sambil bergerak cepat dan berseru, “Jiwi sumoy,

mundur, cepat .......”

Tetapi teriakannya sudah teramat terlambat. Meskipun dia masih

sempat mengerahkan ilmu tandingan dari ilmu busuk yang mujijat itu,

yakni Ilmu Peng-sian-jit-gwatciang (pukulan matahari rembulan berhawa

dingin), tetapi benturan antara pukulan kedua sumoynya dengan Bu-

siang-te-im-hu-kut (pukulan dingin pembusuk tulang), sudah terjadi

terlebih dahulu.

Terdengar dua teriakan menyayat hati dan sebuah dengusan berat,

“Hayaaaaaaaaaaaaaaaaa .......”

“Hmmmmmmmmmm ........”

Tubuh kedua nenek sakti penjaga liang dalam ruangan tersebut

terlempar ke belakang akibat benturan hebat dengan pemilik ilmu Bu-

siang-te-im-hu-kut (pukulan dingin pembusuk tulang). Mereka tidak

sanggup menahan benturan dengan ilmu busuk tapi mujijat tersebut dan

terlontar jauh kebelakang bagaikan layangan putus. Dari bibir mereka

mengalir darah segar, tanda bahwa mereka terluka parah oleh benturan

Page 19: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 19/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 68

itu. Dan tubuh mereka terbanting deras ke belakang tanda bahwa tubuh

itu sudah tanpa daya.

Sementara itu, dengusan berat terdengar dari mulut manusia yang

baru saja keluar dari liang tadi. Rupanya dia terhajar oleh hembusan ilmu

sakti Peng-sian-jit-gwat-ciang (pukulan matahari rembulan berhawa

dingin), yang kebetulan adalah tandingan ilmu busuk mujijatnya. Tetapi

karena Thian San Giokli tidak sempat menyertakan tenaga besarnya,

maka tidak berefek sangat berat bagi manusia yang baru saja keluar dari

liang tersebut.

Bersamaan dengan terjadinya benturan itu, Kim Tong masuk dengan

diiringi oleh beberapa orang muridnya. Mereka memasuki ruangan dan

dari rombongan tu, tiba-tiba terdengar sebuah teriakan kaget,

“Ling koko, engkaukah itu ....?” seruan dari Toh Lui, murid bungsu

dari Kim Tong yang terkejut melihat manusia yang keluar dari liang dan

terjengkang ke belakang namun kemudian menempel di dinding.

Manusia itu berambut panjang terurai nampak tidak terurus, tetapi

wajahnya tidak terhalang rambut. Persis di bawah dinding tempatnyamenempel adalah liang darimana dia baru saja keluar. Dan kelihatannya,

manusia yang dipanggil “Ling koko” oleh Toh Lui tadi, juga kaget melihat

Toh Lui, dan lebih kaget lagi melihat dia mampu melukai dua nenek yang

memapaknya dengan serangan tadi.

“Lui-te ...... ach, aku tidak bermaksud begini ...... tidak, aku tidak

bermaksud melukai mereka orang tua itu .......” nampaknya benar, bahwa

manusia yang baru keluar dari liang itu adalah orang yang dikenal TohLui. Tepatnya memang adalah kakak tertua Toh Lui yang bernama Toh

Ling.

Toh Ling berkarakter sama dengan Toh Lui, cerdas – berbakat

namun berwatak lurus. Hanya Toh Ling sedikit nakal, nakal khas anak

muda. Tapi kenakalannya jugalah yang membawa perubahan besar

dalam hidupnya. Dia adalah kakak tertua Toh Lui anak dari pasangan

penghuni perkampungan di Lembah Salju Bernyanyi. Kenakalannya

sebenarnya tidaklah tergolong sangat berat. Hanya celakanya yang

Page 20: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 20/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 69

terkena korban keisengannya adalah seorang Tham Wan Hong, putri

satu-satunya Kim Tong sang majikan lembah. Dia mengincar dara lain

untuk digoda, apa lacur justru adalah Tham Wan Hong yang terkerjai.

Demi menghindari hukuman, dia kemudian menyelinap di ruang

 jaga Thian San Giokli. Lebih kebetulan lagi, waktu itu adalah saat

pergantian dari Giokli pertama kepada Giokli kedua. Pada saat ribut-ribut

mengejarnya, kedua Giokli yang sedang melakukan pergantian itu,

sempat meninggalkan ruangan untuk beberapa saat. Dan kesempatan itu

dimanfaatkan Toh Ling untuk menyusup masuk ke ruangan. Malangnya,

dia tidak paham dan tidak pernah sebelumnya memasuki ruang yangdirahasiakan itu. Tanpa mengenali liang yang biasanya dijaga Thian San

giokli, dia melompat ke tengah ruang jaga dan kejeblos ke bawah. Sejak

saat itu, kurang lebih 15 tahun silam, Toh Ling dinyatakan “hilang”.

Sesaat setelah memperlihatkan kesedihan karena melukai kedua

nenek Thian San Giokli, tiba-tiba Toh Ling tertawa, “Hahahahahaha, tapi

aku bangga karena sudah mampu melukai mereka”.

Toh Lui menjadi sedih melihat toakonya yang nampak dalam kondisi“kurang stabil” itu. Untungnya, toakonya itu masih mengenalinya, karena

memang adalah Toh Ling yang mengemong dan menjaganya di masa

kecilnya. Hubungan mereka memang sangat dekat, apalagi adalah Toh

Ling yang juga mengajarinya dasar-dasar ilmu silat.

“Hahahahaha, aku bisa, aku bisa”, sambil berteriak demikian Toh

Ling tiba-tiba berkelebat keluar ruangan. Tidak ada yang bisa

menghalanginya, karena Thian San Giokli tertua sedang mengurusi keduasumoynya.

Sementara Kim Tong masih terperangah melihat kedua sumoynya

bisa dirontokkan sekali pukul oleh bekas muridnya yang menghilang 15

tahun silam.

Hanya seorang Toh Lui yang berusaha mengejarnya sambil berseru,

“Toako, tunggu .....”

Page 21: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 21/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 70

Maka loloslah dari Lembah Salju Bernyanyi seseorang yang bakal

menggegerkan rimba persilatan karena membekal kepandaian silat maha

sakti, maha busuk, yang dimiliki tokoh hitam 100 tahun silam. Jika 100

tahun silam sepasang datuk kaum hitam, Thian Tee Siang Mo mengaduk-

aduk dunia persilatan, maka kali ini murid tunggal mereka, Toh Ling,

hadir dengan warisan kekuatan kedua gurunya yang maha sakti itu.

Sementara itu, Nenek Sakti Thian San Giokli sudah tidak

menghiraukan sekitarnya. Perhatiannya dipusatkan kepada kedua orang

sumoynya yang terluka parah oleh benturan dengan ilmu Bu-siang-te-

im-hu-kut (pukulan dingin pembusuk tulang). Yang menyedihkannyaadalah pengetahuannya bahwa siapapun yang terkena ilmu busuk ini,

bakalan tidak dapat diobati lagi. Dahulunya hanya ilmu mujijat milik

kakek gurunya, Koai Todjin, yang hanya dia seorang yang menguasai

yang mampu menahan ilmu tersebut. Tetapi, ilmu itupun tidak mampu

untuk mengobati korban ilmu mujijat kaum hitam itu.

Itulah sebabnya, ketika kedua tokoh Jubah Hijau yang juga tadinya

mengincar liang rahasia dalam Lembah Salju Bernyanyi – akhirnya juga

angkat kaki, Nenek ini tidak lagi mempedulikan. Toch mereka sudah

gagal menjaga liang tersebut, telah kemasukan orang lain pada waktu-

waktu sebelumnya. Nenek ini akhirnya menarik nafas panjang setelah

berusaha sekuatnya menyalurkan hawa saktinya kepada kedua

sumoynya. Tetapi dia kecele, karena hawa sakti sebesar apapun yang

disalurkannya, selalu lenyap tak berbekas. Sementara perlahan-lahan kaki

dan tangan kedua sumoynya mulai menciut, dan dihadapan matanya

kedua sumoynya tak berdaya. Mereka bahkan tak mampu mengucapkansatu kalimatpun selain memandanginya dengan tatapan pilu.

Sehebat apapun kekuatan mental Thian San Giokli, tetap saja dia

terpukul melihat keadaan kedua sumoy yang tumbuh bersamanya

selama puluhan tahun. Mereka bertiga memang disumpah sebagai murid

generasi terakhir yang tidak boleh menikah karena harus mencurahkan

seluruh waktu mereka menjaga liang rahasia dalam lembah Salju

Bernyanyi. Di tahun terakhir sumpah mereka sebagai murid kepada Ibu

Guru mereka, justru maut menjemput kedua sumoynya. Sungguh, hanya

Page 22: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 22/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 71

air mata yang sanggup dicucurkan Nenek sakti dari Lembah Salju

Beracun itu. Dengan pilu dan berurai mata dipandanginya kedua

sumoynya yang secara perlahan melepas jiwa dengan menatap

kepadanya penuh hormat dan kasih. Mereka melepas nyawa dengan

tubuh “mengempis” karena tulang membusuk.

Maka, pada hari kebebasan Lembah Salju Bernyanyi – terlepas

 jugalah suasana damai dan tentram yang selama 100 tahun menghiasi

perjalanan hidup Lembah Salju Bernyanyi. Penuh rasa sedih dan pedih

Nenek Sakti Thian San Giokli akhirnya melepas kepergian kedua

sumoynya. Dia sedih karena tak mampu melindungi kedua sumoynya,karena terlambat melepas pukulan anti dari ilmu iblis Bu-siang-te-im-hu-

kut (pukulan dingin pembusuk tulang), dan akhirnya dibayar dengan

nyawa kedua sumoynya.

Meskipun dia telah menduga bahwa dia akan segera berpisah

dengan kedua adik seperguruannya, sebagaimana kegelisahan yang

dirasakannya beberapa hari terakhir, tetapi tetap juga rasa sedihnya tidak

berkurang. Sedapat mungkin dia menyuruh kedua adik seperguruannya

untuk selalu bersama guna mengurangi resiko terbunuh. Tetapi, tetap

saja dia tak mampu mengungguli takdir bagi kedua sumoy yang sangat

dikasihinya. Ketika batas usia manusia sudah dituliskan, maka sulit untuk

menghindarinya, apalagi karena semua memang harus melewatinya.

Batas akhir kehidupan.

Kim Tong, yang juga menghabiskan puluhan tahun tumbuh

bersama kedua adik seperguruan, atau yang adalah murid-murid ibunya,

 juga merasa sangat sedih dan menitikkan air mata. Diapun sedih danmenangis mengiringi kepergian kedua sumoy yang tumbuh bersamanya

sekian puluh tahun. Hari kebebasan Lembah Salju Bernyanyi, ternyata

adalah sebuah malapetaka. Pukulan berat berapa kali dialami Kim Tong,

pukulan yang membawa habis semua ambisinya dan mengingatkannya

betapa indah kedamaian yang dikecapinya selama beberapa puluh tahun

kehidupannya. Kehilangan anak, murid dan sumoy.

Page 23: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 23/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 72

Memang, sesuatu yang indah dan berharga akan terasa semakin

berharga ketika hilang dari genggaman kita. Kedamaian akan terasa

sangat mahal ketika kita menghadapi kekisruhan, kekacauan dan

ketidakpastian. Tetapi, kita tidak akan pernah menghargai kedamaian itu

selama kita tidak bersentuhan dengan kekacauan dan ketidakpastian.

Itulah yang dialami Kim Tong. Dia sempat berdebat dengan adik

seperguruannya yang paling bungsu di gerbang alam tentang perlu

tidaknya Lembah Salju Bernyanyi memasuki kekisruhan dunia persilatan.

Kini, jawaban yang paling tepat, tanpa keluar dari mulut siapapun, sudah

ditemukannya.

Ternyata, tidak butuh waktu panjang, dia sudah langsung menikmati

betapa mahal kedamaian yang selama ini hadir di Lembah sunyi

milikinya. Tetapi, kedamaian itu akan sangat sulit dihadirkan kembali.

Karena dia baru saja kehilangan seorang putra dan dua orang murid.

Karena Lembah Salju Bernyanyi baru saja kehilangan dua orang sesepuh,

Thian San Giokli nomor dua dan nomor tiga. Karena dari Lembah Salju

Bernyanyi, baru saja lolos calon momok menakutkan dunia persilatan.

Karena Lembah Salju Bernyanyi baru saja menanam permusuhan hebat,melanjutkan permusuhan masa lalu dengan Perguruan Thian San Pay.

Mana bisa kedamaian datang dalam menghadapi sejumlah besar urusan

itu?

Kim Tong yang memang keturunan keluarga besar Lembah Salju

Bernyanyi dan untungnya tidak seambisius ayahnya, telah menerima

pelajaran penting dalam hidupnya. Kini, dia bisa lebih memandang dan

menghargai satu-satunya sumoy yang masih dimilikinya. Seorang yangdalam banyak sangat hal mirip almarhum ibunya. Wibawa dan pesona

yang membuat orang mudah tunduk kepadanya. Dan hari itu juga Kim

Tong melepas ambisinya dan bahkan kemudian berketetapan untuk

menyerahkan pimpinan Lembah Salju Bernyanyi kepada putra sulungnya,

Tham Ki. Kim Tong selanjutnya ingin menyepi dan menempati kamar

samadhi ibunya. Selain untuk memperdalam ilmu kepandaiannya saat ini,

 juga juga untuk menyelami lebih jauh ajaran-ajaran ibunya.

Page 24: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 24/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 73

Lembah Salju Bernyanyi berduka di hari pertama kebebasannya.

Selama 7 hari berturut-turut Kim Tong memimpin Lembah Salju

Bernyanyi dalam upacara duka melepas seorang anak, dua orang murid

dan dua orang sesepuh Lembah. Dan pada hari terakhir, dia sekaligus

mengumumkan Majikan Lembah Salju Bernyanyi kini dipegang oleh

Tham Ki, dengan wakilnya Tham Sin – putra ketiga Kim Tong.

Selanjutnya, Kim Tong dan Thian San Giokli menjadi Hu Hoat atau

Pelindung Lembah Salju Bernyanyi.

Perubahan struktur kepemimpinan ini, memang sudah diamanatkan

Koai Todjin semasa hidupnya. Bahwa struktur kepemimpinan LembahSalju Bernyanyi baru akan berubah sebagaimana struktur kepemimpinan

Perguruan lain setelah 100 tahun. Baru hari inilah Thian San Giokli

memahami pesan terselubung dari kakek gurunya yang maha sakti itu.

“Ternyata Kakek guru telah meramalkan kejadian pada hari ini” tebaknya

dalam hati. Dengan lolosnya Toh Ling, maka tugasnya yang terpisah

secara struktural dengan kepemimpinan Lembah secara otomatis

berubah. Tugas tersebut tidak lagi dibutuhkan secara khusus, tetapi akan

menjadi tugas menyeluruh dari Pemimpin Lembah.

Maka, pada hari ketujuh setelah masa berkabung usai,

Kepemimpinan Lembahpun secara otomatis dialihkan kepada Tham Ki

sebagai Majikan Lembah dan Tham Sin sebagai Wakil Majikan. Thian San

Giokli yang kini tinggal seorang, juga kini berubah status menjadi Hu

Hoat atau pelindung Lembah Salju Bernyanyi bersama Thian San Kim

Tong.

Sejak saat itu, Kim Tong jadi banyak bertanya dan bahkan banyakbelajar dari Thian San Giokli yang kemudian membuka banyak rahasia

ilmu silat yang masih belum dikuasai oleh Kim Tong. Dia berani

membuka semuanya selain karena melihat perubahan besar dalam diri

suhengnya, juga karena suhengnya adalah putra tunggal dari subonya.

Bahkan rahasia ilmu pusaka Lembah Salju Bernyanyi, juga kemudian

dibuka kepada Kim Tong dibawah sumpah perguruan. Dan setelah

mengerti bahwa Ilmu Pusaka itu hanya teruntuk bagi mereka yang

Page 25: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 25/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 74

berjodoh, Kim Tongpun tidak berkeras memilikinya. Apalagi karena dia

bangga begitu mengetahui seorang putranya berjodoh dengan ilmu

mujijat tersebut. Putranya itu, tepatnya putra bungsunya sedang

berusaha menguasai dan menyempurnakan penguasaan atas ilmu

pusaka perguruan mereka itu.

Demikianlah, sejak saat itu semua rahasia Lembah Salju Bernyanyi

dipertukarkan oleh kedua Hu Hoatnya untuk selanjutnya dipelihara dan

diwariskan kepada mereka-mereka yang akan melanjutkan tugas

memelihara tradisi perguruan. Setidaknya bagi para sesepuh Lembah

Salju Bernyanyi, generasi mereka maupun generasi yang akan datang.Dan, Thian San Giokli kemudian juga menjelaskan bahwa ketiga murid

utamanya, termasuk putra Kim Tong, baru akan tampil setelah lewat

waktu secepatnya sebulan atau dua bulan ke depan.

Demikianlah, setelah menjelaskan semua hal kepada Kim Tong, 10

hari kemudian Thian San Giokli berpamitan kepada Kim Tong dan kepada

Majikan Lembah Salju Bernyanyi, Tham Ki,

“Adalah karena kelalaianku maka Lembah Salju Bernyanyimeloloskan seorang calon maha durjana di dunia persilatan. Karena itu,

mohon perkenan Majikan Lembah untuk memberiku waktu beberapa

bulan dalam menjejaki Toh Ling dan berusaha mengekangnya”

“Ach, tapi tenaga Hu Hoat sangat dibutuhkan saat ini di Lembah.

Sewaktu-waktu Thian San Pay akan menerjang, dan kita membutuhkan

semua kekuatan untuk melawan mereka” tolak Tham Ki secara halus.

“Majikan, jika mendengar laporan Majikan dan beberapa anakmurid, maka kematian murid-murid Thian San Pay dan ketiga anggota

Lembah kita sangat mencurigakan. Aku akan berusaha menyelidiki

kejadian tersebut dan berusaha menghapus permusuhan antara kedua

Perguruan, mohon perkenan Majikan ....”

“Hmmmmm, begitu juga baik. Tapi, berapa lama waktu yang Hu

Hoat butuhkan untuk semua pekerjaan itu....?” tanya Tham Ki

“Paling lama 6 bulan, Majikan ....”

Page 26: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 26/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 75

“Baiklah, jika demikian kuberikan waktu 6 bulan kepada Hu Hoat

untuk melakukan semua tugas tersebut. Mohon Hu Hoat melaporkan

setelah waktu 6 bulan berlalu”

“Baik, terima kasih majikan”

Thian San Giokli, tokoh paling hebat dari Lembah Salju Bernyanyi

akhirnya berjalan meninggalkan Majikan Lembah. Dia melakukan

beberapa persiapan di ruangan samadhinya, meninggalkan beberapa

pesan kepada ketiga murid yang sedang berlatih menyelesaikan

latihannya dan kemudian berpamitan kepada Thian San Kim Tong yang

semakin tenggelam dengan ajaran-ajaran peninggalan ibunya. Hanya

beberapa saat mereka bercakap, untuk selanjutnya Thian San Giokli

pamit.

Paling akhir, dengan sedih Nenek sakti ini mengunjungi makam

kedua sumoynya yang dimakamkan di pemakaman tokoh-tokoh

keluarga Lembah Salju Bernyanyi. Makam mereka sengaja dibuatkan

berdekatan dengan makam subo yang mereka hormati. Dan disitulah si

nenek Sakti bersujud dan menghormat sambil mohon restu kepadasubonya dan, sudah tentu juga menangis di makam kedua sumoynya,

untuk selanjutnya turun gunung.

Maka, setelah melepas calon momok menakutkan di dunia

persilatan Tionggoan, Toh Ling, yang telah mewarisi kehebatan Thain Tee

Siang Mo; sepuluh hari kemudian Lembah Salju Bernyanyi melepas tokoh

sakti lainnya dengan misi yang berbeda. Dalam waktu tidak lama, dua

karakter berbeda dari Lembah Salju Bernyanyi memasuki rimba persilatanTionggoan, entah itu merupakan berkat ataukah petaka? Siapa yang

tahu?

--- ooOoo ---

Suasana rimba persilatan Tionggoan menjadi relatif aman sejak

Thian Liong Pang dikalahkan dan dibubarkan oleh kaum pendekar pada

beberapa bulan sebelumnya. Tetapi, kurang lebih 6 bulan setelah

peristiwa besar penyerbuan markas utama Thian Liong Pang, salah satu

Page 27: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 27/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 76

pelaku utama dalam peristiwa itu tidak lagi pernah menampakkan

akitiftasnya di rimba persilatan. Terhitung sejak bubarnya pertemuan

pada 6 bulan silam, sepak terjang Lembah Pualam Hijau benar-benar

lenyap dari percaturan rimba persilatan Tionggoan. Tiada seorangpun

tokoh Lembah itu atau orang yang atas nama Lembah itu diketemukan

berkelana di luaran.

Sebagaimana perkataan Kiang Ceng Liong pada pertemuan di Siauw

Lim Sie dan terakhir di markas utama Thian Liong Pang, Lembah Pualam

Hijau mengembalikan semua kepercayaan kaum rimba persilatan

Tionggoan sebagai pemimpin dan mempersilahkan jika akan memilihBengcu yang baru. Tetapi, tidak ada satupun kelompok atau tokoh yang

berani mencoba berinisiatif untuk melakukannya. Karena bukan lagi

rahasia umum jika Siauw Lim Sie, Bu Tong Pay dan juga Kay Pang sebagai

Perguruan terbesar memiliki hubungan yang sangat dekat dengan pihak

Lembah Pualam Hijau.

Artinya, memilih Bengcu Persilatan yang baru tanpa dukungan

Siauw Lim Sie, Bu Tong Pay ataupun Kaypang – adalah sia-sia belaka.

Itulah sebabnya tidak ada sedikitpun inisiatif memilih Pemimpin Dunia

Persilatan yang baru. Meski Lembah Pualam Hijau telah mengundurkan

diri, tetapi masih banyak yang memandang dan menghormati Lembah

itu sebagai pemimpin dunia persilatan. Wajar jika kemudian tak ada

tokoh yang berani mengambil inisiatif kontroversial untuk memilih dan

menetapkan Bengcu yang baru.

Apalagi, suasana Dunia Persilatan selama 6 bulan terakhir relatif 

damai-damai dan aman-aman saja. Jikapun ada pertikaian maupunperselisihan, biasanya hanyalah pertikaian kecil belaka dan dapat

diselesaikan tanpa memiliki dampak yang luar biasa bagi rimba persilatan

secara keseluruhan. Kondisi ini yang kemudian ikut berkontribusi bagi

tiadanya upaya maupun inisiatif untuk memilih ataupun mencari

pemimpin dunia persilatan yang baru guna menggantikan Kiang Ceng

Liong dari Lembah Pualam Hijau.

Page 28: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 28/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 77

Karena memutus komunikasi dengan dunia luar, tiada seorangpun

tokoh dunia persilatan yang mengetahui jika Kiang Sin Liong, salah

seorang Pendekar Besar dalam 100 tahun terakhir di Tionggoan telah

meninggal dunia. Meskipun sebetulnya, tidaklah tepat benar untuk

mengatakan bahwa tiada seorangpun di dunia luar yang mengetahuinya.

Karena dalam upacara duka yang sudah tentu dilakukan di dalam

Lembah Pualam Hijau, mereka kedatangan tamu-tamu khusus. Tamu-

tamu yang memang sangat erat dan sangat dekat hubungannya dengan

Lembah Pualam Hijau pada waktu-waktu sebelumnya.

Tamu pertama yang datang adalah Wie Tiong Lan yang datangdengan didampingi Liang Mei Lan dan Sian Eng Cu Tayhiap. Orang lain

boleh tidak mengetahui keadaan Kiang Sin Liong, tetapi tidak dengan

Wie Tiong Lan. Tokoh besar terakhir yang tersisa dan memiliki hubungan

luar biasa dekat dengan Kiang Sin Liong. Tokoh besar ini menemani jasad

Kiang Sin Liong sepanjang malam untuk kemudian esok harinya tanpa

diketahui siapapun lenyap, tidak lagi berada di Lembah Pualam Hijau.

Tokoh kedua yang datang adalah Ciangbundjin Siauw Lim Sie yang

menyempatkan diri untuk menghunjuk hormat kepada keluarga Lembah

Pualam Hijau. Tokoh ini juga datang dengan tidak menyolok dan hanya

ditemani oleh Kong Hian Hwesio yang juga adalah Suheng atau kakak

seperguruan dari Ciangbundjin Siauw Lim Sie. Kedua tokoh ini memang

datang secara rahasia dan mengikuti seluruh upacara duka hingga usai.

Pihak ketiga sekaligus yang terakhir adalah tokoh-tokoh Kaypang

yang diwakili oleh Liang Tek Hoat dan Pengemis Tawa Gila. Pihak

Kaypang memperoleh informasi mengenai kematian Kiang Sin Liong dariBu Tong Pay, khususnya atas permintaan Liang Mei Lan dengan

mengirim kabar kepada kakaknya. Segera setelah kabar diperoleh, Tek

Hoat mohon ijin mengunjungi Lembah Pualam Hijau. Pertama, karena dia

pernah memperoleh bimbingan secara pribadi dari Kakek Sakti Kiang Sin

Liong dan kedua, Kaypang berkewajiban menghadiri upacara duka di

Lembah Pualam Hijau yang menjadi sahabat erat mereka. Maka, Tek

Hoatpun berangkat bersama Pengemis Tawa Gila atas nama Kaypang

Pangcu yang masih dalam proses penyembuhan.

Page 29: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 29/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 2 , K e t e n a n g a n Y a n g T e r k o y a k ( 2 )

T a r i a n | 78

Selain itu, juga hadir Tik Hong Peng Ciangbundjin Thian San Pay

yang masih sangat muda bersama dengan gurunya Nenggala dan juga

Jayeng Reksa Bintang Sakti Membara. Kedatangan mereka tidaklah

terutama untuk melayat, tetapi untuk melanjutkan percakapan

perjodohan antara Kiang Li Hwa dengan Nenggala yang telah diajukan

beberapa waktu sebelumnya. Sayangnya, belum sempat dibicarakan

lebih detail urusan pernikahan meski sudah memperoleh persetujuan

langsung Kiang Sin Liong dan Kiang Tek Hong, sudah keburu terjadi

masa berduka bagi Lembah Pualam Hijau.

Pendekar Kembar dari Siauw Lim Sie, Souw Kwi Beng dan Souw KwiSong tidak memperoleh kabar duka karena sedang berada di Siauw Lim

Sie cabang Poh Thian. Karena itu, hanya Kiang Ceng Liong, Liang Mei Lan

dan Liang Tek Hoat yang sempat melakukan “reuni” selama berada di

Lembah Pualam Hijau. Tetapi, itupun mereka tidak banyak berbicara,

karena Kiang Ceng Liong memiliki kesibukan luar biasa dalam memimpin

upacara duka di Lembahnya.

Upacara duka di Lembah Pualam Hijau berlangsung secara hikmat.

Selain karena tidak banyak tamu yang hadir, juga karena memang

kejadian ini tidak disebarluaskan oleh pihak Lembah Pualam Hijau. Hal ini

disesuaikan dengan permintaan terakhir dari Kiang Sin Liong. Padahal,

dengan jasa-jasa dan kependekaran Kiang Sin Liong pada masa lalu, jika

dia menghendaki, ratusan atau bahkan ribuan kaum pendekar bakal

tumpah ruah di Lembah Pualam Hijau. Tetapi, hal tersebut tidak

dikehendaki Kiang Sin Liong yang menginginkan kepergiannya hanya

diiringi kalangan terbatas dan bukannya dihadiri ribuan pelayat.Tidak ada satupun kejadian yang luar biasa selama pelaksanaan

upara terakhir menghormati Kiang Sin Liong. Semua berjalan secara

normal, khikmat dan mengharukan. Sesuai dengan keinginan terakhir

dari salah satu tokoh besar Lembah Pualam Hijau ini semasa hidupnya.

Dan segera setelah upacara duka berakhir, Kong SianHwesio

Ciangbundjin Siauw Lim Sie bersama dengan Kong Hian Hwesio

suhengnya, segera minta diri. Kepada mereka Kiang Ceng Liong

menyampaikan ucapan terima kasih sekaligus menitipkan salam untuk

Page 30: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 30/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 79

kedua Pendekar Kembar Siauw Lim Sie, Souw Kwi Beng dan Souw Kwi

Song yang tidak hadir di Lembah Pualam Hijau.

Sementara itu, percakapan antara Bintang Sakti Membara dengan

pihak Lembah Pualam Hijau, terutama dengan Kiang Tek Hong dan

istrinya telah berhasil menyepakati waktu pelaksanaan perangkapan

 jodoh bagi Li Hwa dan Nenggala. Dengan catatan, karena mengingat

pesan Kiang Sin Liong, maka pernikahan tidak akan dirayakan secara

besar-besaran dan akan dilangsungkan di Lembah Pualam Hijau kurang

lebih 4-5 bulan kedepan.

Mempertimbangkan persiapan yang akan sangat panjang, maka

dalam waktu yang tidak lama, akhirnya Nenggala – Tik Hong Peng

dengan disertai Bintang Sakti Membara akhirnya pulang menuju

perguruan Thian San Pay. Nenggala dengan terpaksa menumpang di

perguruan muridnya, Tik Hong Peng, yang dengan sukarela mengajukan

pilihan itu. Karena dengan cara itu jugalah dia beroleh waktu yang

banyak untuk mendapatkan bimbingan Nenggala. Setelah penetapan

waktu, maka merekapun meninggalkan Lembah Pualam Hijau untuk

mengatur semua persiapan dan balik kembali ke Lembah Pualam Hijau

setelah 3 bulan kedepan.

Yang mengharukan adalah pertemuan segitiga Tek Hoat – Mei Lan

dan Ceng Liong. Sebetulnya, Kiang Sin Liong dan Wie Tiong Lan telah

menyepakati perjodohan Ceng Liong dengan Mei Lan. Hal yang juga

disokong sepenuhnya oleh Liong-i-Sinni, salah seorang guru Mei Lan,

yang berjanji kepada kakeknya Kiang Sin Liong akan bertapa di Lembah

Pualam Hijau selama 2 tahun. Juga Kiang Cun Le dan anaknya KiangHong suami istri mendukung ide perjodohan tersebut. Tetapi Ceng Liong

meminta waktu untuk membicarakan “sesuatu” dengan Mei Lan dan baru

setelah itu dia akan memberikan keputusan terakhir.

(Bersambung)

EPISODE 3, PERINGKAT PEMBAWA HURU-HARA 1)

Page 31: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 31/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 80

Ceng Liong pada akhirnya membuka semua persoalan yang

dihadapinya terkait dengan jodohnya kepada Tek Hoat. Meski sudah

menduga adanya ganjalan di pihak Ceng Liong, tetapi Tek Hoat tidak

menyangka jika persoalan Ceng Liong begitu pelik. Karenanya, meskipun

dia kakak Mei Lan, tetapi dia tidak berani untuk atas nama adiknya

mengambil keputusan. Bahkan dia menyarankan kepada Ceng Liong

untuk membicarakannya dengan Mei Lan secara langsung.

“Lan Moi ........ “ begitu sepat mulut Ceng Liong untuk memulai

percakapan ketika akhirnya dia memiliki kesempatan bercakap dengan

gadis itu setelah diatur semuanya oleh Tek Hoat.

“Ada apa Liong Ko ...... ?“ Mei Lan sendiri tidak kurang gugup dan

ketar-ketir. Dia paham arah pembicaraan mereka. Karena sedikit banyak

telah didengarnya dari Tek Hoat kakaknya.

“Kurasa engkau telah mengetahui kesepakatan kedua guru kita Lan

Moi ,,,,,”

“Soal apa Liong Ko ....” tambah gugup Mei Lan. Betapapun

perkasanya, Mei Lan tetap seorang anak gadis.

“Soal ..... soal ..... ini soal kita berdua Lan Moi ...” Ceng Liong yang

perkasapun tidak kurang rikuh dan gugupnya dalam upayanya untuk

menangani persoalan serta menjernihkannya dengan Mei Lan. Bukan

hanya gagap membicarakannya, tetapi bingung memilih kata-kata. Dan

terutama bingung dalam menenteramkan hatinya. Tidak kurang berat

melawan lawan lihay.

“Nggggggg ....” Hanya itu yang keluar dari mulut Mei Lan, dan Ceng

Liong tambah rikuh, tambah gugup.

“Bagaimana tanggapanmu Lan Moi ....?” ach sungguh pertanyaan

bodoh, tapi memang demikian kejadiannya.

“Apa yang harus kutanggapi koko ....?” dan Mei Lanpun seakan

mempermainkan perasaan Ceng Liong.

Kalimat tepat sedang disusun Ceng Liong.

Page 32: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 32/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 81

“Begini Lan Moi .....” dan setelah kalimat pendek itu, dia kembali

terhenti, kehilangan kata dan arah percakapan. Dia menelan ludah.

“Iya koko .....” sama saja dengan Mei Lan. Gugup.

“Tentang kesepakatan kedua guru kita Lan Moi ....” Ceng Liong

kembali mengulang kalimat yang telah diucapkannya di bagian awal.

“Apa engkau keberatan koko ...?” duh, akhirnya Mei Lan membuka

saluran percakapan dengan pertanyaan sederhana.

“Tidak, tidak. Sama sekali tidak Lan Moi .....” buru-buru Ceng Liong

menyanggah, takut disalah mengerti. Karena dia sadar, bahwa dia

mencintai Mei Lan sejak lama. Tapi, tetap saja dia salah tingkah.

“Kalau begitu, apa masalahnya koko ....” tuntut Mei Lan

“Tidak, aku bukannya berkeberatan Lan Moi. Sejujurnya, sejujurnya

...... aku, aku” entah mengapa, Ceng Liong kembali gugup dengan kalimat

menggantung di bibir yang berat dilepaskannya keluar. Jidatnya nampak

berkeringat.

“Engkau menolaknya .....?” suara Mei Lan terdengar getir, namun

menuntut. Dalam suasana psikologis semacam itu, tuntutan Mei Lan

wajar.

“Bukan, bukan Lan Moi. Jangan engkau salah mengerti ...... Aku, aku

sebetulnya mencintaimu sejak lama ....” astaga, ternyata kalimat “ajaib”

itu yang hendak dikemukakan Ceng Liong. Dan diucapkan dengan

gagap. Sungguh berbeda dengan ketika dia menghadapi lawan dalam

sebuah pertempuran. Di pertempuran dia memang tangguh dan kokoh,

tetapi menghadapi Mei Lan dia nampak rapuh dan peragu. Tapi,

memang sudah begitulah cinta. Dia sanggup membuat orang hebat

sekalipun terlihat tolol.

“Ach, Liong koko, benarkah itu .....?” baru sekarang senyum bahagia

mengembang dari bibir mungil Mei Lan dan sinar mata berbunga-bunga

penuh binar cinta ketika memandang Ceng Liong. Ach, tapi anak gadis

Page 33: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 33/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 82

manakah yang tidak bersikap demikian ketika jejaka kecintaannya

mengucapkan “aku cinta kepadamu” setelah ditunggu demikian lama?”

“Benar, aku yakin dengan perasaanku itu Lan Moi ...... hanya saja, aku

memiliki sebuah persoalan yang harus dibicarakan denganmu” Setelah

mengucapkan kalimat “ajaib” itu, kali ini Ceng Liong telah dengan

mantap menguasai diri. Kata demi kata semakin mudah tersusun rapih

untuk disampaikan kepada Liang Mei Lan. Dia telah menemukan dirinya,

keyakinannya.

“Koko, katakanlah. Seberat apapun masalahmu, aku berjanji akan

mencoba untuk memahaminya” idem ito. Mei Lan juga telah menemukan

kebahagiaannya, telah mantap dengan cintanya, dan mulai membuka diri

lebar-lebar untuk lebih memahami kekasihnya. Sangat wajar.

“Begini Lan Moi, kumohon pengertianmu untuk masalahku yang

satu ini” Ceng Liong terhenti sejenak, tetapi Mei Lan tidak mengeluarkan

tanggapannya. Tetap bersedia untuk terus mendengarkan. Maka, Ceng

Liongpun melanjutkan,

“Lan Moi, masih ingatkah engkau dengan enci dari Siangkoan Giok

Lian? Seorang gadis bernama Siangkoan Giok Hong?”

“tentu saja koko .....” suara Mei Lan sedikit berubah. Jelas, gadis

mana yang tidak “tegang” jika kekasihnya membicarakan gadis lain yang

diketahuinya tidak kalah cantiknya itu?

“Lan Moi, tentunya engkau masih ingat waktu ketika kita membantu

kokomu membereskan urusan Kaypang. Waktu itu kebetulan kami

bertemu dan bertempur bersama guna membebaskan Pangcu Kaypang.

Akupun belum berapa lama bertemu dengan kakak beradik Siangkoan

itu. Dan secara kebetulan kita semua bersama-sama menempur tokoh-

tokoh hitam yang mengganggu Kaypang” Ceng Liong berhenti sejenak.

‘Terus bagaimana koko ....?” suara Mei Lan kembali melunak.

“Secara kebetulan, berdua dengan Nona Siangkoan Giok Hong,

kami membentur pemimpin kelompok penjahat yang sakti waktu itu, See

Thian Coa Ong. Dengan gabungan tenaga kami berdua sambil

Page 34: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 34/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 83

bekerjasama, kami melawan datuk sesat itu. Datuk sesat itu memang

hebat sekali dan membekal ilmu beracun Lan Moi. Meskipun kami

berdua mengeroyoknya, tetapi kami lebih banyak mundur sambil

memberi kesempatan Pangcu Kaypang untuk membebaskan dirinya

dengan dibantu Tek Hoat, Nona Giok Lian dan dan sejumlah tokoh

Kaypang. Tetapi kami berdua pada akhirnya terpaksa menggabung

kekuatan memapak pukulan beracun See Thian Coa Ong. Ingatkah

engkau setelah itu Nona Giok Hong menghilang?”

“Benar koko, aku ingat, sangat jelas dengan pertarungan waktu itu.

Karena aku menempur Hek Tung Sin Kay yang juga sangat lihay padawaktu itu (lihat Bagian I KPNPB episode 12)”

“Sebetulnya begitu gabungan pukulan kami membentur See Thian

Coa Ong, kami berdua terlontar oleh pukulan beracunnya. Tetapi, See

Thian Coa Ong terlontar jauh dan terluka parah. Akupun bahkan baru

bisa sadar kembali setelah beberapa hari kemudian, tetapi anehnya aku

sama sekali tidak menemukan dimana beradanya Nona Giok Hong”

“Jika demikian, berarti hilangnya Nona Giok Hong ada kaitannyadengan engkau koko. Setidaknya kita mengetahui dari titik mana kita

bisa memulai kembali mencari Nona Giok Hong. Kasihan sekali Nona

Giok Lian yang sampai sekarang masih merasa kehilangan saudarinya itu”

“Benar Lan Moi. Tetapi aku bersama dengan Pangcu Kaypang telah

beberapa kali mencoba mencari Nona Giok Hong di gua tersebut, tetapi

tetap tidak mampu menemukan jejak apapun. Dan justru, apa yang

disampaikan oleh Pangcu Kaypang yang menjadi pangkal masalahbagiku Lan Moi ....”

“Apa maksudmu koko?” tanya Mei Lan kembali penasaran

“Aku mengharap engkau mencernanya secara baik Lan Moi ....”

“Sudah kukatakan aku akan mencobanya koko ....” suara Mei Lan

kembali melunak.

“Setelah aku menyembuhkan Pangcu Kaypang, gantian dia yang

kemudian menyembuhkan penyakit “hilang ingatanku”. Tetapi, ketika

Page 35: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 35/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 84

memeriksa keadaan tubuhku, dia memberi tahu bahwa aku baru saja

kemasukan “Racun Dewa Asmara”, racun jahat sejenis obat perangsang

yang bisa dilepaskan See Thian Coa Ong melalui pukulan atau kebasan

tangannya”

“Terus .... bagaimana koko?” Mei Lan penasaran, sekaligus hatinya

mulai merasa sangat tidak enak.

“Menurut Pangcu Kaypang yang ahli pengobatan itu, hanya ada dua

cara untuk sembuh dari racun itu Lan Moi” Ceng Liong berhenti sejenak,

kembali gugup melanjutkan ceritanya.

“Bagaimana kedua cara itu koko ....?” buru Mei Lan sambil

membetulkan letak dan posisi rambutnya

“Pertama, memperoleh obat pemunah langsung yang hanya dimiliki

oleh See Thian Coa Ong” jawab Ceng Liong

“Dan kedua ?” Mei Lan kembali memburu jawaban

“Yang kedua, ........ menurut Pangcu itu, melalui hubungan badan

antara laki-laki dan perempuan” besar kekuatan yang dibutuhkan Ceng

Liong untuk mengucapkannya secara langsung.

“Koko, maksudnya ....?” Mei Lan terperanjat. Tanpa Ceng Liong

melanjutkan kalimatnya dia sudah dengan tepat menerka apa yang

menjadi kelanjutan cerita antara Ceng Liong dan Giok Hong.

“Lan Moi, begitulah menurut Pangcu Kaypang”

“maksudmu, kamu, kamu dan ......... Nona Giok Hong ...?” terbata-bata Mei Lan mencoba menegaskan dugaannya.

“Lan Moi, tenanglah .....” Ceng Liong mencoba menenangkan Mei

Lan dengan memegang tangannya.

“Tidak, tidak ..... katakan koko seterusnya bagaimana ....?”

“Lan Moi, justru inilah masalah terbesarku selama ini. Kurasa engkau

sudah lama mengerti kalau aku mencintaimu. Tetapi, setelah

mendengarkan penjelasan Pangcu Kaypang, bagaimana mungkin aku

Page 36: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 36/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 85

mengutarakan perasanku kepadamu sementara aku tidak jelas dengan

nasib dan keadaan Nona Giok Hong?”

Mei Lan nampak gelisah dan terpukul, tetapi berusaha menguatkan

hati untuk menerima kenyataan yang sangat tidak mengenakkan ini. Dia

bersyukur Ceng Liong sudah begitu terbuka kepadanya, mengakui

perasaan hatinya, sekaligus mengakui beban seputar desakan

perjodohan kedua guru mereka. Tetapi, apakah dia tega mengangkangi

Ceng Liong yang sudah “beristrikan” Giok Hong? Inilah masalahnya.

Pangcu Kaypang sudah menegaskan, begitu menurut Ceng Liong, bahwa

kesembuhannya adalah karena persetubuhannya dengan Giok Hong.

Maka setelah berusaha keras dan melalui perjuangan hati dengan

tidak menyalahkan Ceng Liong, Mei Lan akhirnya kembali berkata,

“Koko, bagaimana dengan sikapmu sendiri ?”

“Lan Moi, sudah lebih kurang 5 tahun Nona Giok Hong tidak

munculkan dirinya. Selama itu pula aku memendam perasaanku

kepadamu. Tetapi, aku sungguh membutuhkan kepastian apakah benar-

benar telah “melakukannya” dengannya ataukah tidak. Engkau tahu Lan

Moi, justru kesengsaraanku melihatmu selama ini adalah karena aku

mengasihimu dengan sangat, tetapi aku sadar kemungkinan besar aku

telah melakukan hubungan suami-istri dengan Nona Giok Hong”

“Aku menanyakan sikap dan keputusanmu koko ...” tuntut Mei Lan.

“Lan Moi, aku telah menunggu selama 5 tahun. Dan masih akan

menunggu hingga pertempuran dengan Lam Hay, Thian Tok dan

Bengkauw sebagai batasnya. Aku telah memohon ijin kepada suhu dan

karenanya aku memohon pengertianmu untuk menungguku hingga

setahun lebih kedepan” Ceng Liong mengucapkannya dengan kalimat

penuh permohonan.

“Koko, engkau tahu perasaanku. Akupun memendamnya sudah

sangat lama. Apapun keputusanmu akan kuterima dengan baik. Aku akan

menunggu batas waktu itu, semoga engkau tidak menyia-nyiakan

Page 37: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 37/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 86

penantianku koko .....” dan seusai mengucapkan kalimat itu dengan

penuh perasaan, Mei Lanpun melesat pergi.

--- ooOoo ---

Sebagaimana Kiang Sin Liong, Wie Tiong Lan Pek Sim Siansu –

tokoh besar Bu Tong Pay juga menginginkan kepergian yang damai dan

tenang tanpa harus menyusahkan Bu Tong Pay. Setidaknya, itulah yang

dipesankan Wie Tiong Lan kepada ke-4 muridnya yang menemaninya

menjelang akhir-akhir masa kehidupan sang Guru Besar. Tidak lama

setelah meninggalkan Lembah Pualam Hijau, Wie Tiong Lan telah

merasakan bahwa waktu baginya akan segera tiba. Betapapun,

sebagaimana Kiang Sin Liong, usianya telah melampaui angka 100,

menandakan betapa tinggi dan betapa lamanya dia hidup di dunia ini.

Pada bulan-bulan terakhir, dia masih sering membimbing ke-4

muridnya tidak lagi dengan berlatih ilmu silat, tetapi dengan

mendiskusikannya. Dan luar biasanya, justru cara ini jauh lebih tepat

guna meningkatkan kemampuan murid-muridnya ketimbang dengan

menghabiskan kemampuan fisik. Hal ini dikarenakan tingkat kemampuanmurid-muridnya memang sudah sangat tinggi. Sehingga dengan

membuka wawasan dan perspektif pendalaman ilmu, jadi jauh lebih

tinggi makna dan manfaatnya saat itu.

Mungkin tidak disadari ke-4 muridnya jika kemampuan mereka

dibandingkan dengan 4-5 bulan sebelumnya, sudah meningkat jauh

lebih pesat lagi. Terutama bagi Kwee Siang Le, Mei Lan dan Sian Eng Cu.

Sementara murid kedua, Jin Sim Todjin lebih banyak sibuk denganurusan-urusan agama dan urusan perguruan Bu Tong Pay. Tetapi

begitupun, sewaktu-waktu dia meluangkan banyak waktunya untuk

berkumpul dengan 3 saudara perguruan lainnya. Selain untuk berlatih

sekaligus juga menemani guru mereka. Sebagai orang beribadat, dia

sadar bahwa gurunya semakin mendekati ujung usianya.

Dan malam itu, dia masih sempat meninggalkan pesan-pesan

terakhir bagi ke-empat muridnya,

Page 38: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 38/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 87

“Siang Le, apapun yang terjadi engkau kularang untuk menjabat

Ciangbundjin Bu Tong Pay. Jabatan itu lebih tepat berada di tangan Song

Kun ataupun Li Koan. Tetapi ingatlah, jangan sekali-kali pergi

meninggalkan Gunung kita ini. Gua ini kuwariskan kepadamu, menjadi

tempatmu mendidik murid-murid penerus kejayaan Bu Tong Pay. Setelah

hari ini, kutugaskan engkau untuk mulai menempati Gua tempat

samadhiku ini – dan selanjutnya engkau harus memimpin dan

mengarahkan sute-sutemu untuk menegakkan kebenaran dan keadilan”

“Murid menerima perintahmu Suhu ....” Kwee Siang Le memang

sudah lama menutup diri di sekitar Bu Tong San dan lebih memilihmenyepi ketimbang merecoki dunia ramai. Dan sekarang, dia menerima

tugas untuk menjadi pemimpin saudara saudara seperguruannya. Dan

untuk itu, dia memang memiliki wibawa dan dihormati oleh semua adik

seperguruannya.

“Song Kun, engkau memang sangat berbakat menjadi pendeta

agama To. Jika Suhumu yang tua ini boleh menyarankan, perdalam lagi

pengetahuanmu itu dan padukan dengan pendalaman-pendalaman

lweekang yang kuwariskan paling akhir. Engkau akan menemukan

banyak jalan, dan paduanmu dengan toa suhengmu akan menjajari

kemampuanku saat ini dan akan menyelamatkan nama besar Bu Tong

Pay. Tetapi pilihan ada di tanganmu”

“Jika itu titah suhu yang mulia, tecu tidak akan mengabaikannya”

demikian Bouw Song Kun atau Jin Sim Todjin

“Song Kun, untuk saat ini tokoh Bu Tong Pay yang palingberpeluang menduduki kursi Bu Tong Pay adalah dirimu. Dan jika engkau

menolak pencalonanmu, hampir dipastikan sutemu yang akan menjabat

Ciangbundjin Bu Tong Pay. Jika itu terjadi, maka kita tidak akan memiliki

cukup kekuatan menangkal malapetaka yang menuju Bu Tong Pay

beberapa tahun kedepan. Hanya dengan hasil pendalamanmu atas

warisan terakhirku dan bersama suhengmulah yang akan mampu

menghindarkan kehancuran besar itu kelak”

Page 39: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 39/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 88

“Suhu, jika memang itu demi tegaknya Bu Tong Pay kita, maka aku

akan dengan rela menekuni ajaran-ajaran terakhirmu. Biarlah sam sute

yang meneruskan tampuk kepemimpinan Bu Tong Pay”

“Baik, aku memegang perkataanmu muridku. Engkau akan

membuktikan ucapanku ini kelak. Dan jika sampai saatnya kalian berdua

menyelamatkan muka Bu Tong Pay, jangan pelit mewariskan peyakinan

kalian kepada anak murid berbakat dari perguruan kita”

“Kami berjanji suhu” Jin Sim Todjin dan Kwee Siang Le menyatakan

 janji dan kesanggupan mereka secara bersamaan.

“Li Koan ....... “

“Tecu disini suhu ....”

“Siapkah engkau untuk melanjutkan tugas menjaga wibawa

perguruan kita, Bu Tong Pay selaku Ciangbundjin?”

“Tapi, tecu belum dan bukan Pendeta suhu ...”

“Ketika menjadi Ciangbundjin Bu Tong Pay beberapa puluh tahunsilam, suhumupun belum dan bukan Pendeta Li Koan. Ku-ulangi, apakah

engkau siap mengembang tugas berat itu?”

“tentu akan sangat siap dengan restu Suhu ....”

“Baiklah. Li Koan, bukan tanpa maksud suhumu menyiapkan kalian

semua dalam tugas tersebut. Sin Liong sendiri bukan tanpa maksud

meminta Duta Agung Lembah Pualam Hijau untuk menarik diri selama

beberapa tahun ini. Semuanya untuk mengantisipasi malapetaka besaryang siap menerjang beberapa tahun kedepan. Tetapi, yang paling siap

menghadapi persoalan besar yang berada di depan mata, adalah engkau

dengan siauw sumoymu – Mei Lan. Itulah sebabnya kedua suhengmu

kusiapkan untuk antisipasi persoalan yang jauh kedepan, dan engkau dan

sumoymu untuk masalah yang ada di depan mata”

“Tecu mengerti suhu .......”

Page 40: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 40/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 89

“Syukurlah jika demikian. Kemajuanmu selama beberapa bulan ini

telah sangat pesat meski engkau tidak menyadarinya. Kunci memahami

ilmu pamungkas kita sudah kuwariskan kepadamu dan kepada semua

suhengmu. Untuk saat ini, baru sumoymu yang menguasainya secara

sempurna karena memperoleh bimbingan banyak orang hebat. Tetapi,

kupastikan dengan pemahaman kalian saat ini, tidak akan butuh waktu

lama untuk menguasainya”

“Baik, tecu sekarang paham sepenuhnya suhu ....”

“Mei Lan ....”

“Tecu disini suhu yang mulia ...” Mei Lan menyahut dengan takzim

“Andalan utama untuk menghadapi persoalan di depan mata berada

di tanganmu dan sam suhengmu. Suhumu tidak akan mendahului Thian,

tetapi Ciangbundjin Bu Tong Pay saat ini akan mengalami malapetaka

yang sulit dielakkan. Bahkan suhumu sendiri masih kabur dengan

penyebab malapetaka yang akan menimpanya. Untuk saat ini, dari

perguruan kita, yang berkemampuan menandingi tokoh hitam yang baru

tampil hanyalah engkau. Tapi ingat, jika engkau belum melampaui

tahapan yang suhumu tegaskan bersama Kolomoto Ti Lou waktu di

markas utama Thian Liong Pang, jangan memaksakan diri

membenturnya. Untuk saat ini, yang melampaui tahapan itu memang

baru beberapa orang, jika suhumu tidak salah, baru Duta Agung yang

bahkan sudah memasuki tahapan pamungkas, Nenggala, dan Cun Le

serta In Hong subomu itu. Padahal, kekuatan maut yang sudah didepan

mata bakal berjumlah lebih besar dan dengan daya rusaknya yang jauhmelampaui Thian Liong Pang”

“Suhu, benarkah awan gelap itu akan datang kembali ...?” tanya Mei

Lan ragu.

“Muridku, dia akan datang dengan kemampuan yang lebih

mengerikan. Padahal, setelah suhumu, Kolomoto Ti Lou sendiri sudah

akan kembali ke negerinya karena menyadari waktunya juga sudah

Page 41: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 41/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 90

semakin dekat. Karena itu, suhumu ingin sekali lagi mengetahui

bagaimana kesiapanmu ...”

“Suhu, sudah sepuluh hari terakhir ini tecu gagal menembus batas

dan halangan terakhir itu” Mei Lan menyatakan penyesalannya.

“Acccch, anakku, engkau terlampau terbebani oleh masalah cintamu.

Padahal, suhumu sudah mengaturnya untukmu setelah satu setengah

tahun ke depan”

“Suhu, engkau mempermainkan tecu .....” dari sekian murid Wie

Tiong Lan, memang hanya Mei Lan yang berani sekali-sekali bermanja-manja dengan orang tua sakti itu. Selain karena satu-satunya wanita, juga

Wie Tiong Lan memang mengasihinya seperti Tong Li Kuan mengasihi

sumoynya ini bagai anak sendiri. Meskipun demikian, Liang Mei Lan

tidaklah pernah meninggalkan rasa hormat dan bhakti kepada gurunya

itu.

“Hahahaha, muridku apa engkau kira percakapanmu dengan Duta

Agung lepas dari pengamatan tua gurumu ini? Sama sekali tidak. Selain

gurumu, kakek buyutnyapun telah menegaskan kejadian kedepan yang

persis sama dengan yang telah gurumu terawangkan di masa

mendatang. Karena itu, engkau harus menuntaskan latihan terakhir itu.

Karena dengan tuntasnya latihan itu, engkau belum akan sanggup

mengalahkannya, baru mampu mengimbanginya”

“Suhu, sehebat itukah tokoh yang baru muncul itu?” tanya Mei Lan

penasaran, mewakili kepenasaran yang sama tumbuh dalam hati ketiga

murid Pek Sim Siansu Wie Tiong Lan lainnya.

“Tentu saja hebat, karena dia membekal ilmu paling jahat dan tanpa

tanding pada 100 tahun sebelumnya. Lebih lagi, dia mewarisi dalam

dirinya kekuatan kedua orang gurunya, Thian Tee Siang Mo – yang

menghadiahinya warisan tenaga berlimpah. Jadi, waspadalah dan jangan

bermain-main. Meskipun, engkau juga harus percaya diri karena gurumu

tidak main-main menyiapkanmu, juga subomu dan juga Kolomoto Ti

Lou”

Page 42: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 42/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 91

“Baiklah suhu, tecu akan dengan penuh semangat dan penuh

konsentrasi untuk menyelesaikannya” janji Mei Lan.

“Satu hal lagi, murid-muridku, betapa berbahagianya sahabatku

Kiang Sin Liong itu. Dia telah pergi tidak dengan upacara megah dan

besar. Padahal, jika ingin, dia sanggup mendapatkannya. Tetapi dia

memilih pergi dalam ketenangan. Song Kun, jika memang

memungkinkan, berikanlah upacara sederhana dan damai seperti itu

untuk kepergian gurumu ini”

“Tecu akan mengupayakannya Suhu” jawab Song Kun yang kurang

yakin karena dia tahu kebesaran nama gurunya dan aturan perguruan

dalam menghormati tokoh sebesar gurunya itu.

“Baiklah murid-muridku, waktu suhumu sudah akan segera tiba.

Satu hal, jika Duta Agung Lembah Pualam Hijau berkunjung – kalian

berempat temani dia di tempat ini untuk mengurai apa yang

kutinggalkan untuk dia ketahui. Dia, anak itu memang telah

berkemampuan mengurainya. Ingat baik-baik pesanku ini. Dan untuk

hadiah terakhir dari suhumu yang sudah tua ini, biarlah pada hariperpisahan ini kuberikan peryakinanku selama seratus tahun lebih

dengan bagian yang berbeda-beda, tetapi disesuaikan dengan

kebutuhan kalian masing-masing dalam mengemban tugas perguruan

kita”

Selesai berkata demikian, tiba-tiba tubuh tua renta itu nampak

bergerak bagaikan terbang melayang, tetap dalam posisi bersila dan

kemudian melakukan 4 kali totokan yang diarahkan kepada 4 muridnya.Tidak lama, hanya dalam hitungan beberapa detik belaka dia

melakukannya dan murid-muridnya merasakan hawa dalam tubuh

mereka bagaikan bergolak. Tak lama kemudian terdengar kembali suara

orang tua itu,

“Kalian masing-masing baru saja menerima warisan hawa saktiku

dengan bagian berbeda-beda. Pusatkan tenaga di tantian dan baurkan

dengan tenaga sakti kalian masing-masing. Lan Ji, jika suatu saat

bertemu dengan Thian San Giokli sampaikan satu kalimatku, “bahaya lain

Page 43: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 43/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 92

yang lebih mengerikan masih berada di liang itu”. Tidak usah bertanya

maknanya, nenek itu akan mengerti dengan sendirinya. Karena itu

berkaitan erat dengan tugas yang terutama. Dan sekarang, kalian semua

lakukan sesuai perintahku”

Demikianlah ke-empat murid Wie Tiong Lan memusatkan kekuatan

mereka di tan-tian. Mei Lan memperoleh totokan hawa sakti yang

membuka peluang penguasaannya atas “Tahapan Kedua” dari kitab sakti

milik Kolomoto Ti Lou, rahasia yang dibuka gurunya dan Kolomoto Ti Lou

seusai melumpuhkan Thian Liong Pang. Totokan itu mempercepat proses

penguasaan Mei Lan atas tahapan kedua, bahkan pada saat itu juga diasegera sadar bahwa dia telah berkemampuan merampungkan tahapan

yang tersendat selama 10 hari terakhir.

Sementara itu, Tong Li Koan Sian Eng Cu Tayhiap memperoleh

sebagian besar warisan tenaga dalam gurunya. Hal yang memang sangat

dibutuhkannya untuk memperkuat diri menjelang menjadi Ciangbundjin

Bu Tong Pay. Bahkan sebelum dia berkonsentrasi dia masih mendengar

suara gurunya, “Li Koan – kuwariskan sejurus pelengkap ilmu pedang

Liang-Gi- Kiam Hoat, kuyakinkan selama 10 tahun terakhir untuk

memperkuat ilmu kebanggan kita. Jurus itu khusus diwariskan kepada

seorang Ciangbundjin, ingat pesanku ini. Catatannya berada tepat di

bawah tempat suhumu bersamadhi”

Sementara itu, Kwee Siang Le menerima totokan persis seperti Mei

Lan, yang membuka kemungkinan besar baginya untuk memperdalam

ilmu-ilmu pukulan yang ditinggalkan gurunya. Dan beberapa waktu

sebelumnya, gurunya memang telah mewariskan sejumlah variasiperubahan dan jurus baru yang membuat khasanah ilmunya menjadi

 jauh lebih lengkap. Sesuai dengan julukan dan peryakinannya selama ini

dalam mengembangkan dan mendalami ilmu-ilmu tangan kosong Bu

Tong Pay.

Begitu juga Jin Sim Todjin. Dia memperoleh totokan hawa dalam

sekaligus sebagian tenaga sakti gurunya. Karena Jin Sim diproyeksikan

untuk mendalami hawa sakti warisan suhunya dan dikombinasikan

Page 44: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 44/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 93

dengan ajaran agama To guna kelak dikombinasikan dengan peryakinan

toa suhengnya. Dan Jin Sim juga memperoleh bisikan seperti Li Koan

yang menunjukkan dimana dia mesti menemukan catatan petunjuk

pendalaman hawa sakti Bu Tong Pay untuk dipelajari dan dikembangkan

lebih jauh lagi.

Ketika ke-empat murid itu hampir selesai dengan konsentrasi dan

pemusatan kekuatan mereka, tiba-tiba terdengar suara yang

mengambang di tengah udara, “Selama tinggal murid-muridku ....” suara

itu mengambang di udara dan memang ditujukan kepada mereka ber-

empat. Ketika keempatnya sadar, mereka menemukan Wie Tiong Lan PekSim Siansu telah menutup mata, tetapi suara mengambang itu masih

berdengung. Karena suara itu memang merupakan pengerahan kekuatan

terakhir yang diatur sedemikian rupa untuk mengaung sampai beberapa

saat yang telah ditentukan.

--- ooOoo ---

Seperti yang telah diduga oleh Jin Sim Todjin, Ciangbundjin Bu Tong

Pay yang sangat menghormati Wie Tiong Lan dan sekaligus pemilikotoritas dalam menjaga tradisi menghormati tetua partai, langsung

menolak usulan upacara sederhana yang diamanatkan suhu mereka.

“Mana bisa kita tidak mengabarkan kematian tetua kita kepada

rekan-rekan dunia persilatan? Kita harus mengadakan upacara

keagamaan dan kehormatan, karena beliau adalah sesepuh dan tokoh

besar yang bukan hanya dihormati di Partai kita, tetapi juga oleh seluruh

rekan-rekan pendekar di dunia persilatan. Karena itu, segera di aturpemberitahuan dan undangan ke seluruh kawan-kawan pendekar dan

perguruan sahabat” demikian titah yang langsung keluar dari mulut

Ciangbundjin Bu Tong Pay begitu mendengar berita duka kematian

sesepuh mereka Wie Tiong Lan. Dan Jin Sim Todjin, Sian Eng Cu Tayhiap

dan Liang Mei Lan tidak sanggup membantah karena perintah telah

dikeluarkan oleh Ciangbundjin.

Maka beredarlah informasi dan sekaligus undangan dari Bu Tong

Pay untuk menghadiri upacara duka di Bu Tong Pay atas kematian bekas

Page 45: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 45/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 94

Ciangbundjin mereka Pek Sim Siansu Wie Tiong Lan. Dalam waktu

singkat informasi itu menyebar ke seluruh pelosok rimba persilatan

Tionggoan. Dan hanya dalam waktu 2 hari, sudah banyak tamu yang

berbondong datang untuk menyatakan penghormatan terakhir sekaligus

melayat ke Bu Tong San. Bukan main sibuknya pihak Bu Tong Pay, tetapi

untungnya titah persiapan di Bu Tong Pay telah dilepaskan Ciangbundjin

2 hari sebelumnya, jadi mereka memang sudah bersiap.

Tetapi, bersamaan dengan kehebohan atas informasi meninggalnya

Pek Sim Siansu Wie Tiong Lan, dunia persilatan tiba-tiba digemparkan

oleh informasi lainnya. Informasi yang tidak kalah heboh dan tidak kalahmenggemparkannya. Bahkan informasi ini semakin mengguncang dan

semakin menghebohkan seiring dengan bergeraknya banyak tokoh

dunia persilatan ke Bu Tong Pay. Informasi apakah gerangan yang begitu

mengguncangkan itu?

Entah dari mana mulai dan awalnya, beredar sebuah daftar

peringkat tokoh persilatan dan perguruan yang dianggap paling top

sesuai urutannya. Urutan itu, secara kontroversial tidak memasukkan

nama-nama tokoh persilatan yang dalam kategori “sesat”, tetapi secara

khusus hanya mencantumkan daftar tokoh-tokoh persilatan top dari

pendekar golongan lurus. Dan di bagian bawah daftar itu tertera

pernyataan sebagai berikut,

1. Urutan bisa berubah sesuai tingkat perkembangan kemampuan

masing-masing

2. Urutan bawah yang mengalahkan peringkat di atasnya, otomatismenggantikan peringkat di atasnya tersebut

3. Cara tercepat untuk terkenal adalah dengan mengalahkan mereka

yang berada di dalam daftar ini

Inilah daftar menghebohkan tersebut, Peringkat pertama secara

mengejutkan diberikan kepada KIANG CENG LIONG – Duta Agung

Lembah Pualam Hijau. Peringkat kedua diberikan kepada THIAN SAN

GIOKLI – Lembah Salju Bernyanyi. Peringkat ketiga diisi oleh dua orang,

Page 46: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 46/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 95

KIANG CUN LE dan KIANG IN HONG (Liong-i-Sinni) keduanya dari

Lembah Pualam Hijau. Peringkat Keempat juga terisi dua orang,

LAMKIONG BU SEK dari Lam Hay Bun dan SIANGKOAN TEK dari

Bengkauw. Peringkat Kelima diberikan kepada NENGGALA – tidak

mewakili perguruan manapun. Peringkat Keenam diberikan kepada

LIANG MEI LAN dari Bu Tong Pay. Peringkat ketujuh diberikan kepada

LIANG TEK HOAT dari Kaypang. Peringkat Kedelapan diberikan kepada

SOUW KWI BENG dan SOUW KWI SONG dari Siauw Lim Sie. Peringkat

Kesembilan diberikan kepada SIANGKOAN GIOK LIAN dari Bengkauw.

Dan peringkat kesepuluh diberikan kepada KIANG LI HWA dari Lembah

Pualam Hijau.

Bersamaan dengan peringkat top 10 pendekar dunia persilatan

Tionggoan, juga beredar atau diedarkan secara bersamaan yakni Daftar

Tujuh Perguruan Terhebat di Tionggoan. Adapun, peringkat Perguruan

terhebat itu berturut-turut adalah sebagai berikut, Peringkat Pertama,

LEMBAH PUALAM HIJAU; Kedua, LEMBAH SALJU BERNYANYI; Ketiga, BU

TONG PAY; Keempat, KAYPANG; Kelima, SIAUW LIM SIE; Keenam, LAM

HAY BUN; Ketujuh, BENGKAUW.

Beredarnya kedua daftar peringkat tersebut, terutama daftar

peringkat 10 besar pendekar disertai dengan 3 pernyataan yang

provokatif, sudah dapat dipastikan akan menimbulkan geger

berkepanjangan. Bukan hanya geger di antara penghuni peringkat 10 itu,

tetapi terutama mereka-mereka yang kemaruk nama untuk masuk dalam

daftar 10 besar itu. Bisa dipastikan penghuni daftar 10 besar itu tidak

akan lagi merasakan kenyamanan berkelana di dunia persilatan. Karenapastilah akan banyak pendekar yang tidak tercantum namanya dalam

daftar yang akan nekat menantang mereka untuk menggantikan

peringkatnya.

Apalagi dengan pencantuman pernyataan nomor 3, yakni cara

tercepat untuk terkenal dan dikenal banyak orang adalah dengan

mengalahkan salah seorang di dalam daftar tersebut. Inilah cara brilliant

sekaligus sangat licik untuk mengganggu tokoh-tokoh kalangan

pendekar. Karena tokoh-tokoh itu dipastikan akan banyak disibukkan

Page 47: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 47/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 96

oleh urusan-urusan pertarungan atau diajak bertarung oleh banyak

orang yang ingin namanya terkenal.

Dan kondisi yang heboh seperti ini, sekarang sedang menuju ke Bu

Tong Pay. Kondisi yang semakin hari semakin bertambah heboh dan

semakin memanaskan rasa hati dan rasa kepenasaran banyak orang.

Apalagi karena tempat yang dituju adalah tempat dimana ada seorang

anggota di daftar 10 besar berada, dan Partay yang juga tercantum

dalam Daftar 7 perguruan utama. Bisa ditebak kekisruhan besar sangat

berpotensi terjadi di Bu Tong Pay.

Dan benar saja, ketika informasi tentang daftar dan isinya sampai ke

Bu Tong Pay, secara darurat Ciangbundjin Bu Tong Pay memanggil para

petinggi partai. Sekaligus juga mengundang Kwee Siang Le – Sin Ciang

Tayhiap, Tong Li Koan Sian Eng Cu Tayhiap dan Liang Mei Lan. Padahal

tinggal 2 hari lagi upacara besar akan dilaksanakan. Pertemuan darurat

ketika Bu Tong Pay sedang melayani para pelayat tentu menandakan

betapa potensi kekisruhan sangatlah besar. Dan Ciangbundjin Bu Tong

Pay menyadari hal tersebut, makanya dia berusaha mengantisipasi

keadaan sebaik mungkin.

Tetapi, karena tamu sudah demikian banyak yang berdatangan dan

bahkan yang berada di Bu Tong San juga sudah banyak memasuki hari

ketiga. Maka pertemuan penting dan mendadak itu hanya dilakukan

untuk melakukan pembagian tugas belaka. Sekaligus melakukan

koordinasi antar petinggi partai dalam mengantisipasi kemungkinan

terburuk dengan beredarnya daftar yang sangat kontroversial tersebut.

“Bisa dipastikan akan terdapat sejumlah bentrokan baik di dalam

perguruan kita maupun di luar area perguruan kita. Tetapi, adalah tugas

kita semua untuk sedapat mungkin tidak mengganggu jalannya upacara

sambil tetap menghormati tetamu. Daftar kontroversial itu melahirkan

potensi besar bentrokan, apalagi dalam daftar itu terdapat nama Bu Tong

Pay dan juga seorang murid Bu Tong Pay” demikian Ci Hong Todjin sang

Ciangbundjin membuka pertemuan singkat.

Page 48: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 48/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 97

“Jika Ciangbundjin mengijinkan, sebaiknya secara cepat kita menata

tugas masing masing agar Bu Tong Pay tidak kecolongan, dan upacara

pemakaman suhu tidak terganggu” demikian Tong Li Koan mengusulkan.

“Baik, usul tersebut kita terima, dan memang untuk itu aku

mengundang kita semua berkumpul. Dalam keadaan terdesak seperti ini,

demi menjaga wajah dan reputasi Partay, hendaknya kita semua

memberi diri untuk melaksanakan tugas-tugas ini, Sesepuh Sin Ciang

Tayhiap dan Sian Eng Cu Tayhiap akan bertugas mendampingi layon,

dalam ruang tempat jenasah Pek Sim Siansu disemayamkan. Ci Hong dan

Jin Sim akan bertugas untuk menjaga kuil kita dari orang-orang yangberkehendak buruk. Nona Mei Lan kutugaskan untuk melakukan

perondaan di semua lini, baik di ruang persemayaman, di kuil Bu Tong

Pay maupun di basis penjagaan murid-murid Bu Tong Pay .....” Demikian

Ciangbundjin Bu Tong Pay membagi-bagi tugas.

Dan setiap nama yang disebutkan sang Ciangbundjin, nampak

menganggukkan kepala tanda penempatan tugas disetujui. Jika ditelaah,

penempatan tugas memang sangat memperhitungkan hubungan

dengan Pek Sim Siansu, kemampuan orang perorang dan

tanggungjawab masing-masing terhadap Partay. Oleh karenanya, tidak

ada sedikitpun penolakan atau bahkan tambahan usulan. Hal yang juga

menandakan betapa sang Ciangbundjin mengenal masing-masing tokoh

Bu Tong Pay itu lengkap dengan kekuatan masing-masing.

Tetapi, belum lagi pertemuan itu ditutup, tiba-tiba Mei Lan sedikit

bergerak. Bahkan kemudian tubuhnya melejit setelah menghormat

Ciangbundjin Bu Tong Pay sambil berkata, “Beberapa murid kita menjadikorban, Ciangbundjin segera menjaga kuil kita; para suheng, cepat

kembali ke layon suhu, biar tecu memeriksa keadaan di luar” begitu suara

itu sirap, Mei Lan sudah berada jauh di luar sana, tetapi suaranya masih

sangat bening di telinga semua orang dalam ruangan.

“Kita ke masing-masing posisi bertugas” demikian Ciangbundjin Bu

Tong Pay yang disetujui segera oleh semua. Dan bergeraklah tokoh-

tokoh utama Bu Tong Pay itu. Kwee Siang Le dan Tong Li Koan sudah

Page 49: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 49/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 98

dengan cepat memburu ke layon guru mereka yang sementara

ditinggalkan kepada murid-murid mereka. Tetapi, alangkah terkejutnya

mereka berdua ketika menemukan dalam ruangan itu telah bertambah

dengan sepasang anak muda yang gagah.

Begitu mengenali keduanya, Li Koan menjadi lega, bahkan beban

ketegangannya sedikit berkurang karena kedua anak muda yang berdiri

memberi hormat kepada suhu mereka adalah sahabat dari Siauw Lim Sie.

Tepatnya adalah Pendekar Kembar dari Siauw Lim Sie, kakak-beradik

Souw Kwi Beng dan Souw Kwi Song. Kedua kakak-beradik ini, juga

tercantum dalam daftar kontroversial yang membuat suasana panas dihati banyak orang dalam perjalanan menuju Bu Tong Pay.

“Ji-wi locianpwee, kami berdua telah mengirimkan kabar kepada

Nona Mei Lan, dan kami telah menyampaikan maksud kami kepada

murid-murid Bu Tong Pay yang berjaga di luar. Kami mohon di maafkan

telah memberi hormat langsung kepada yang mulia locianpwee Pek Sim

Siansu Wie Tion Lan, atas nama suhu kami yang mulia Kian Ti Hosiang.

Sudah tentu Tong Li Koan dan Kwee Siang Le tidak akan marah.Karena kedudukan mereka, meski mereka berdua jauh lebih tua, tetapi

pada dasarnya adalah sederajat. Maka Li Koan yang lebih luwes telah

berkata,

“Terima kasih atas kunjungan Jiwi, kami tentunya sangat berterima

kasih” sahut Li Koan untuk kemudian mempersilahkan kedua kakak-

beradik itu melanjutkan penghormatan mereka. Dan tidak lama

kemudian, kedua Kakak-beradik yang sakti ini telah diberikan tempatkhusus, tempat istimewa bagi para tamu Bu Tong Pay yang datang

melayat. Apalagi, kedua Pendekar itu pernah mendapat bimbingan yang

bersifat “barter” dari Wie Tiong Lan sebagai ganti Kian Ti Hosiang

membimbing Liang Mei Lan. Jadi, kedua pendekar ini masih terhitung

sangat dekat dengan guru mereka Wie Tiong Lan.

Dan, tentu saja, selain itu guru kedua pendekar kembar ini, Kian Ti

Hosiang adalah tokoh seangkatan guru mereka yang sama saktinya dan

sama digdayanya. Kedua tokoh itu bergabung bersama Kiong Siang Han

Page 50: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 50/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

E p i s o d e 3 , P e r i n g k a t P e m b a w a H u r u - H a r a ( 1 )

T a r i a n | 99

dari Kaypang dan Kiang Sin Liong dari Lembah Pualam Hijau dan menjadi

simbol kehebatan pendekar Tionggoan untuk puluhan tahun lamanya.

Hampir tak ada masalah pelik yang besar yang tidak dapat ditangani

mereka ber-empat semasa hidup mereka. Dan mereka berempat sampai

dijuluki 4 Manusia Dewa Tionggoan, dan nama itu masih harum dan

punya gaung luar biasa hingga saat ini.

Sementara itu, di tempat lain, Mei Lan yang bergerak dengan

ginkang istimewanya sudah mencapai tempat yang “dicurigainya”. Yakni

batas-batas terluar penjagaan yang bukan menuju ke pintu masuk resmi,

tetapi menuju ke hutan sebelah kiri rumah perguruan Bu Tong Pay.

“Hmmmm, benar juga, sungguh licik” desis Mei Lan ketika melihat

penjagaan lapis kedua terluar telah membujur 2 anak murid Bu Tong Pay.

Bisa dipastikan telah menjadi mayat. Dan, meski yakin bahwa lapis terluar

 juga telah mengalami masalah yang sama, tetapi Mei Lan tetap

berkelebat untuk memeriksa kesana. Dan memang, sebagaimana

dugaannya, kedua murid Bu Tong Pay yang berjaga disana, juga telah

menjadi mayat.

Tetapi Mei Lan menjadi kaget ketika memeriksa mayat-mayat

tersebut yang ternyata menjadi korban sebuah ilmu mujijat dari Siauw

Lim Sie, Tam Ci Sin Thong. Sebuah ilmu lentikan jari sakti yang menjadi

salah satu ilmu pusaka Siauw Lim Sie dan tidak sembarang tokoh

sanggup mempergunakannya.

“Hmmm, sudah jelas Kwi Beng dan Kwi Song mengambil jalan resmi.

Masakan tiba-tiba muncul korban Tam Ci Sin Thong di sini? Ada sesuatuyang mencurigakan disini” pikir Mei Lan yang menjadi gelisah. Karena

tokoh yang melakukan pembunuhan, pastilah tekah menyusup ke atas,

dan itu berarti bahaya di kuil Bu Tong Pay telah membayang.

“Jika bukan Kwi Beng atau Kwi Song, siapakah gerangan? Sungguh

cerdik si pembunuh memilih moment tepat bersamaan dengan

kedatangan Pendekar Kembar ke Bu Tong Pay. Tapi, siapa pula

pembunuh yang mampu memainkan ilmu mujijat ini dengan demikian

baik?” Sejumlah pertanyaan ini memusingkan kepala Mei Lan, karena itu

Page 51: TNL-3B

7/26/2019 TNL-3B

http://slidepdf.com/reader/full/tnl-3b 51/51

T A R I A N L I A R N A G A S A K T I

K a r y a M a r s h a l s e r i

dia akhirnya bergegas kembali ke kuil Bu Tong Pay sambil mengingatkan

setiap lapis penjagaan agar berhati-hati.

Mudah ditebak, Bu Tong Pay menjadi gempar namun tidak panik

ketika Mei Lan melaporkan kepada Ciangbundjin Bu Tong Pay. Dan

segera setelah itu, lapisan terluar dari masing-masing penjagaan

kemudian dikirimi murid-murid dari angkatan yang lebih tinggi dengan

kemampuan memainkan barisan pedang Bu Tong Pay. Itupun masih

ditambah dengan perondaan setiap jam yang akan dilakukan bergantian

antara Mei Lan dan Jin Sim Todjin. Bu Tong Pay kini dalam keadaan

waspada dan siaga .....

(Bersambung).

EPISODE 3, PERINGKAT PEMBAWA HURU-HARA 2)

Bahkan Pendekar Kembar dari Siauw Lim Sie, Kwi Beng dan Kwi

Song – ketika diberitahu korban “termakan” totokan khas mereka Tam Ci

Sin Thong, menjadi kaget dan berkeras memberi bantuan penjagaan bagi

Bu Tong Pay. Karena kondisi yang memang meningkat panas dan

berbahaya, akhirnya Kwi Beng diminta membantu penjagaan disekitar

 jenasah, sementara Kwi Song menjaga sekitar kuil Bu Tong Pay, minus

ruangan dalam perguruan itu. Sementara Sian Eng Cu – setelah

mendapat bantuan Souw Kwi Beng, pada akhirnya memutuskan untuk

ikut membantu perondaan di batas-batas penjagaan terluar.

Meski awalnya Kwee Siang Le mencurigai kedua pendekar asal

Siauw Lim Sie, tetapi ketika Tong Li Koan sutenya dan Liang Mei Lanmenegaskan integritas kedua Pendekar Kembar itu, akhirnya kecurigaan

itu berangsur berkurang. Apalagi, sumoynya telah memberikan

penjelasan, bahwa sejak memasuki pintu masuk Bu Tong Pay, Pendekar

Kembar memilih jalur yang berbeda dengan jalur dimana terjadi

pembunuhan anak murid Bu Tong Pay yang berjaga. Karena itu, sangat

tidak beralasan mencurigai kedua pendekar kembar yang justru sudah