tipus tunarungu

8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TUNARUNGU 1. Definisi Tunarungu Tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga mebutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Tunarungu adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan hal ini tampak dlam wicara atau bunyi-bunyian lain, baik dalam frekuensi dan intensitas (Mangungsong, 2009) Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya (Somentri, 2012). Ketunarunguan adalah keadaan kehilangan pendengaran yang meliputi seluruh gradasi baik ringan, berat, dan sangat berat, yang walaupun telah diberikan alat bantu mendengar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Ketunarunguan digolongkan ke dalam kurang dengar dan tuli (Effendi, 2006) Menurut batasan dari Sri Moerdiani (1987: 27) dalam buku psikologi anak luar biasa bahwa anak tuna rungu adalah mereka yang menaglami gangguan pendengaran sedemikian rupa sehingga tidak mempunyai fungsi praktis dan tujuan komunikasi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Hallahan & Kauffman (1991:266) dan Hardman, et al (1990:276) mengemukakan bahwa orang yang tuli (a deaf person) adalah orang yang mengalami ketidakmampuan mendengar, sehingga mengalami hambatan dalam memproses informasi bahasa melalui

Upload: roosyida-rachman

Post on 11-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ye

TRANSCRIPT

Page 1: TIPUS TUNARUNGU

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TUNARUNGU

1. Definisi TunarunguTunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga

mebutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Tunarungu adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan hal ini tampak dlam wicara atau bunyi-bunyian lain, baik dalam frekuensi dan intensitas (Mangungsong, 2009)

Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya (Somentri, 2012).

Ketunarunguan adalah keadaan kehilangan pendengaran yang meliputi seluruh gradasi baik ringan, berat, dan sangat berat, yang walaupun telah diberikan alat bantu mendengar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Ketunarunguan digolongkan ke dalam kurang dengar dan tuli (Effendi, 2006)

Menurut batasan dari Sri Moerdiani (1987: 27) dalam buku psikologi anak luar biasa bahwa anak tuna rungu adalah mereka yang menaglami gangguan pendengaran sedemikian rupa sehingga tidak mempunyai fungsi praktis dan tujuan komunikasi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Hallahan & Kauffman (1991:266) dan Hardman, et  al (1990:276) mengemukakan bahwa orang yang tuli (a deaf person) adalah orang yang mengalami ketidakmampuan mendengar, sehingga mengalami hambatan dalam  memproses informasi bahasa melalui pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan  alat bantu dengar (hearing aid).

2. Klasifikasi TunarunguMenurut Soemantri (2009), klasifikasi tunarungu adalah sebagai berikut:

A. Klasifikasi secara etiologis1. Pada saat sebelum dilahirkan

a. Genetikab. Ibu yang terserang penyakit saat hamil, terutama trimester pertamac. Ibu hamil yang kecanduan obat-obatan atau alcohold. Ibu hamil keracunan obat

2. Pada saat kelahirana. Kelahiran yang dibantu dengan alatb. Kelahiran bayi premature

Page 2: TIPUS TUNARUNGU

3. Pada saat setelah kelahirana. Infeksi pada otak (meningitis) atau infeksi umum, penyakit sipilis,

peradangan telingab. Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan pada bagian telinga

B. Klasifikasi menurut tarafnya1. Tingkat I, kehilangan kemampuan dengar antara 35-54 dB, penderita hanya

memelukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus.2. Tingkat II, kehilangan kemampuan dengar antara 55-69 dB, penderita kadang-

kadang memerlukan sekolah khusus, ememrlukan latihan bicara dan bahasa khusus.

3. Tingkat III, kehilangan kemampuan dengr antara 70-89 dB, penggunaan bahasa isyarat.

4. Tingkat IV, kehilangan kemampuan dengar di atas 90 dB, penggunaan bahasa isyarat.

3. Faktor Penyebab TunarunguCartwright dan Cartwright (1984) membagi penyebab ketunarunguan menjadi dua

bagian besar yaitu penyebab kehilangan yang bersifat periferal dan disfungsi syaraf

pendengaran pusat.

Penyebab kehilangan yang periferal adalah yang bersifat :

1. Konduktif, yaitu yang disebabkan oleh kerusakan atau hambatan pada mekanisme

konduksi suara. Hal ini dapat disebabkan oleh kotoran telinga, gendang telinga yang

rusak, adanya benda asing di saluran telinga, otitis media. Penyebab yang bersifat

konduktif ini menyebabkan tekanan gelombang suara pada telinga dalam menjadi

terhalang.

2. Sensorineural, yaitu disebabkan oleh kerusakan pada kokhlea dan atau sistem saraf

pendengaran yang membawa suara ke otak. Hal ini dapat disebabkan oleh meningitis,

infeksi, obat-obatan, bisul, luka di kepala, suara keras, keturunan, infeksi virus, penyakit

sistemik, multiple sclerosis, campak, otosclerosis, trouma akustik, gngguan vaskular,

neuritis, serta penyebab lain yang tidak diketahui. Transmisi suara menjadi buruk atau

terhambat untuk melewati telinga dalam atau syaraf pendengaran rusak.

Penyebab ketulian karena disfungsi pendengaran sentral seringkali diatribusikan

pada kerusakan atau malfungsi sistem syaraf pusat antara otak bawah dengan selaput

otak. (Mangunsong, 2009)

Page 3: TIPUS TUNARUNGU

4. Ciri-Ciri TunarunguCiri-ciri Tunarungu menurut Sardjono (2000: 24-25) adalah sebagai berikut:

1. Ciri dari segi fisik

a. Cara berjalan cepat dan agak membungkuk.

b. Gerakan mata cepat dan agak beringas.

c. Gerakan anggota badan cepat dan lincah.

d. Waktu bicara pernapasan pendek dan agak terganggu.

e. Dalam keadaan bisa (bermain, tidur, tidak bicara) pernapasan biasa.

2. Ciri khas dalam intelegensi.

Intelegensi merupakan motor dari .perkembangan mental/ seseorang. Anak tuna

rungu dalam hal intelegensi tidak banyak berbeda dengan anak normal pada umumnya.

3. Ciri dari segi emosi

Anak tuna rungu memiliki emosi yang tidak stabil, sehingga dapat menghambat

perkembangan kepribadiannya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak secara

agresif atau sebaliknya, menampakkan kebimbangan, dan keragu-raguan.

4. Ciri dari segi sosial

Perlakuan yang kurang wajar dari keluarga atau dari anggota masyarakat yang

berada di sekitarnya dapat menimbulkan beberapa aspek negative antara lain:

a. Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan.

b. Perasaan cemburu dan merasa diperlakukan kurang adil.

c. Kurang dapat bergaul.

d. Cepat merasa bosan dan tidak tahan berfikir lama.

5. Ciri dalam segi bahasa, antara lain:

a. miskin kosa kata

b. sulit mengartikan ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan.

c. sulit mengartikan ungkapan bahasa yang mengandung irama dan gaya bahasa.

5. Karakteristik TunarunguKarakteristik menurut Soemantri (2012) terbagi tiga, yaitu:

1. Karakteristik fisika. Cara berjalan kaku dan agaka membungkuk (kerusakan alat keseimbangan di

telinga)

Page 4: TIPUS TUNARUNGU

b. Gerakan matanya cepat, agak beringas (karena ingin menangkap keadaan sekitar)

c. Gerakan kaki dan tangan cepat/lincah ketika berkomunikasi dengan orang lain.

d. Pernafasan pendek dan agak terganggu.2. Karakteristik sosio-emosi

a. Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan keluarga atau masyarakatb. Perasaan cemburu dan berburuk sangka, serta merasa diperlakukan tidak

adil’kurang dapat bergaul, mudah marah, berperilaku agresif.c. Sikap menutup dirid. Menampilkan sikap keragu-raguan/kebimbangane. Apabila tidak ditegur oleh orang yang tidak dikenal akan tampak resah dan

gelisah.3. Karakteristik intelegensi

a. Kerendahan intelegensi disebabkan karena intelegensinya yang tidak mendapat kesempatan untuk berkembang

b. Sulit menangkap pengertian abstrakc. Keterhambatan pengertian abstrakd. Keterhambatan perkembangan bahsae. Keterhambatan aspek yang bersifat verbal (merumuskan pengertian,

menghubungkan pengertian, menarik kesimpulan, meramalkan kejadian)f. Aspek penglihatan dan motorik berkembang lebih cepat.

6. Dampak TunarunguDampak tunarungu (Ashman, A & Elkins, J :1994) adalah:

A. Perkembangan bahasa anak tunarunguDampak yang paling serius dari ketunarunguan yang terjadi pada masa prabahasa

terhadap perkembangna individu adalah dalam perkembangan lisan.

a. Perkembangan MembacaBanyak penelitian yang dilakukan selama 30 tahun terakhir ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan membaca anak tunarungu berada beberapa tahun di bawah anak sebaya/sekelasnya dan bahwa bahasa tulisnya sering mengandung sintaksis yang tidak baku dan kosakata yang terbatas.Terdapat bukti yang jelas bahwa berdasarkan ter presrasi membaca yang baku, skor anak-anak tunarungu secara kelompok berada di bawah norma anak-anak yang dapat mendengar, meskipun beberapa di antara mereka memperoleh skor normal untuk tingkat usia dan kelasnya.

b. Bahasa tulis

Page 5: TIPUS TUNARUNGU

Dalam hal bahasa tulis, terdapat juga cukup banyak bukti bahwa anak tunarungu mengalami kesulitan untuk mengekspresikan dirinya secara tertulis. Dalam beberapa penelitian yang berfokus pada ketepatan sintaksis bahasa Inggris tertulis anak tunarungu, ditemukan bahwa mereka cenderung menggunkan banyak frase yang sama secara berulang-ulang dalam kalimat sederhana, lebih sedikit kalimat majemuk, dan mereka membuat banyak kesalahn kecil dalam penggunaan tenses, kata bilangan, penggunaan kata ganti dan kata penunjuk, dan lain-lain.

c. Ujaran (speech)Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang keterphaman ujaran anak tunarungu pada berbagai tingkatan ketunarunguannya. Keterpahaman ujaran individu tunarungu bervariasi dari hamper normal hingga tak dapat dipahami sama sekali, kecuali oleh mereka yang mengenalnya.Terdapat tiga cara utama individu tunarungu mengakses bahwa, yaitu dengan membaca ujaran, dengan mendengarkan (bagi mereka yang masih memiliki sisa pendengaran yang fungsional, dan dengan komunikasi manual, atau dengan kombinasi ketiga cara tersebut.

B. Bahasa dan Kognisi Hal yang telah lama diperdebatkan dalam bidang pendidikan bagi anak tunarungu

adalah apakah ketunarunguan mengkaibatkan kterlambatan dalam perkembangan kognitif dan/atau perbedaan dalam struktur kognitif (berfikir) individu tunarungu; ini mungkin karena dampaknya terhadap perkembangan bahasa.

Page 6: TIPUS TUNARUNGU

DAFTAR PUSTAKA

Ashman, A. dan Elkins, J. (1994). Educating Children with Special Needs. Sidney: Prentice Hall

of Australia Pty Ltd (412-422)

Effendi, Muhammad. (2006). Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Mangunsong, Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus. Depok;

LPSP3 UI

Somantri. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Hernawati, Tati. (2007). Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Berbicara Anak Tunarungu.

Vol. 7 No.1 Hlm.101-110.

Somantri, Sujihati. (2009). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.