pendhluan dan tipus

22
USULAN KERJA PRAKTEK KONDISI KUALITAS KIMIA AIR DI KAWASAN PELAWANGAN BARAT, SEGARA ANAKAN, CILACAP Disusun sebagai pedoman untuk melaksanakan Kerja Praktek pada Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman Oleh : Atik Hidayati NIM. H1G011016 JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

Upload: ahmad-ardani

Post on 14-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pendhluan Dan TipusPendhluan Dan TipusPendhluan Dan TipusPendhluan Dan TipusPendhluan Dan Tipus

TRANSCRIPT

USULAN KERJA PRAKTEKKONDISI KUALITAS KIMIA AIR DI KAWASAN PELAWANGAN BARAT, SEGARA ANAKAN, CILACAP

Disusun sebagai pedoman untuk melaksanakan Kerja Praktek pada Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman

Oleh : Atik HidayatiNIM. H1G011016

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIKUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO2014

I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Segara Anakan merupakan sebuah teluk yang terletak di Kecamatan Kampung laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Secara geografis teluk Segara Anakan ini terletak pada koordinat 735-750. Segara Anakan berbatasan langsung dengan Pulau Nusakambangan dimana membentengi teluk tersebut dari gelombang Samudera Hindia. Segar Anakan berhubungan dengan Samudera Hindia melalui dua plawangan (pintu/kanal), yaitu Plawangaan Timur dan Plawangan Barat, yang berada di kedua ujung Pulau Nusakambangan, membuat kawasan ini mempunyai hubungan perairan yang langsung dengan Samudera Hindia. Segara Anakan ini juga sebagai tempat bermuarabeberapa sungai, seperti Citanduy, Cimeneng, Cibeureum, Cikonde Palindukan dan lain-lain. Dengan banyaknya sungai yang terdapat di lokasi tersebut dan menjadi tempat bermuaranya berbagai sungai maka Segara Anakan menjadi tempat pengendapan yang sangat besar. Hal ini terjadi karena ekosistem mangrove yang semakin berkurang, serta erosi yang besar dari berbagai sungai menjadikan bahan endapan yang banyak, dan tersedimentasi di Segara Anakan.Kondisi Plawangan barat kian menyempit akibat sedimentasi yang dibawa oleh aliran sungai Citanduy. Sedimen merupakan penyebab pendangkalan sungai , menutupi lahan produktif , mengurangi umur pengqunaan bending dan menurunkan kualitas air. Laju sedimentasi di Sungai Citanduy yang mengendap di kawasan Segara Anakan mencapai 750ribu meter per kubik setiap tahunnya. Akibatnya Pulau Nusakambangan dan Pulau Jawa diperkirakan akan menyatu dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun akibat sedimentasi atau pendangkalan di Segara Anakan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah (Mulyadi, 2009). Sementara itu, meningkatnya berbagai aktifitas penduduk yang membuang limbah domestik dan limbah pertanian di sepanjang perairan Sungai, juga dapat meningkatkan resiko terhadap terjadinya degradasi perairan Sungai dan menambah kandungan bahan pencemar. Limbah yang membawa sumber pencemar dapat mengakibatkan terjadinya perubahan karakteristik fisika dan kimia suatu perairan yang dapat menurunkan kondisi kualitas perairan (Fauzi, 2009).Pemantauan terhadap kualitas air di Plawangan barat perlu dilakukan. Hal ini berkaitan dengan banyaknya buangan dan sedimen dari limbah industri di daerah Citanduy yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan factor kimia di dalam perairan. Banyak cara yang dapat digunakan untuk memantau kualitas air, salah satunya dengan menggunakan baku mutu air. Baku mutu air adalah ukuran batas untuk kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaanya didalam air. Oleh karena itu pengelolaan kualitas air perlu dilakukan untuk menjamin kualitas fisika dan kimia air yang dinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya (PP No. 82/2001).1.2. Rumusan MasalahKondisi Plawangan barat yang tinggi sedimen serta buangan limbah yang berasal dari sungai Citanduy, yang dapat menurunkan sifat kimia perairan, dimana dapat mengganggu kehidupan biota yang ada di daerah tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan monitoring status kualits air sebagi dasar dalam pengambilan kebijakan pengelolan perairan dengan menggunakan baku mutu kualitas perairan.Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :1. Bagaimanakah kondisi kualitas kimia air pada berbagai zonasi mangrove di Plawangan Barat, Segara Anakan, Cilacap.2. Apakah ada perbedaan kondisi kualitas kimia air pada berbagai zonasi di Plawangan barat, Segara Anakan, Cilacap.1.3. TujuanKerja Praktek ini bertujuan untuk :1. Mengetahui kondisi kualitas kimia air pada berbagai zonasi mangrove di Plawangan Barat, Segara Anakan, Cilacap.2. Mengetahui ada atau tidak perbedaan kondisi kualitas kimia air pada berbagai zonasi di Plawangan barat, Segara Anakan, Cilacap.1.4. ManfaatHasil Kerja Praktek ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai kondisi kualitas kimia air di Plawangan Barat, Segara Anakan, Cilacap.

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Segara AnakanSegara Anakan merupakan suatu laguna yang secara administratif terletak di Kecamatan Kampung laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Sedangkan secara geografis, laguna Segara Anakan ini terletak pada koordinat 735 - 750 Lintang Selatan dan 10845 - 10903. Bujur Timur dengan batasnya sebelah utara adalah Kecamatan Patimuan, Kecamatan Bantarsari, dan Kecamatan Kawunganten; sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cilacap Utara, Kecamatan Tengah, dan Kecamatan Cilacap Selatan; sebelah selatan berbatasan dengan Pulau Nusakambangan dan Samudra Hindia serta sebelah barat berbatasan dengan Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis. Laguna Segara Anakan ini mempunyai fungsi yang sangat penting yakni sebagai muara dari Sungai Citanduy, Sungai Cibeureum, Sungai Palindukan, Sungai Cikonde, dan sungai-sungai lainnya yang berpengaruh besar terhadap kelancaran fungsi sistem drainase daerah irigasi Sidareja-Cihaur, Lakbok Selatan, Lakbok Utara, dan system pengendalian banjir wilayah Sungai Citanduy. Luas semula Segara Anakan pada sekitar 1900-an menurut data Badan Pengelolaan Kawasan Segara Anakan (BPKSA) adalah 6.450 hektar, namun sejak tahun 1857 luas laguna ini semakin menyempit akibat adanya pendangkalan yang disebabkan oleh sedimentasi hingga pada tahun 2008 luasnya hanya sekitar 750 hektar. Selain itu, sedimentasi menyebabkan penyempitan pada celah Plawangan yang menghubungkan Segara Anakan dengan laut lepas yang mana Plawangan sangat penting untuk mengalirkan sedimen dan air ke l;aut. (Yulianti dan Ariastita, 2012).2.2. Zonasi MangroveMangrove merupakan suatu komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohonan yang khas atau semak yang memiliki kemampuan untuk tumbuh di lingkungan laut (Nybakken, 1992). Anwar et al, (1984) mendefinisikan hutan mangrove sebagai formasi tumbuhan litoral yang tumbuh di daerah pantai yang terlindung dari ombak besar dan umumnya tersebar di daerah tropis dan subtropis, sedangkan pengertian dari kata mangrove menurut Darsidi (1986) adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang-surut tetapi mereka juga terdapat pada pantai karang dan daratan koral mati yang di atasnya ditimbuni selapis pasir (lumpur) atau pada pantai berlumpur. Dengan demikian hutan mangrove adalah tipe hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Peristiwa pasang-surut yang berpengaruh langsung terhadap ekosistem mangrove menyebabkan komunitas ini umumnya didominasi oleh spesies-spesies pohon yang keras atau semak-semak yang mempunyai manfaat pada perairan payau. Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi komunitas mangrove, yaitu salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut, arus, kekeruhan, dan substrat dasar (Nybakken, 1992). Kondisi fisika kimia perairan hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh volume air tawar dan air laut yang bercampur. Mangrove tumbuh dengan baik dari ketinggian permukaan laut sampai dengan rata-rata permukaan pasang. Jenis tanaman tersebutbukan saja harus toleran terhadap garam, melainkan juga harus mampu untuk menahan kondisi tergenang dan kondisi-kondisi bawah yang anaerobik. Watson (1928) dalam Kusmana (1995) berpendapat bahwa hutan mangrove dapat dibagi menjadi lima bagian berdasarkan frekuensi air pasang, yaitu; zonasi yang terdekat dengan laut, akan didominasi oleh Avicennia spp dan Sonneratia spp, tumbuh pada lumpur lunak dengan kandungan organik yang tinggi. Avicennia spp tumbuh pada substrat yang agak keras, sedangkan Avicennia alba tumbuh pada substrat yang agak lunak; zonasi yang tumbuh pada tanah kuat dan cukup keras serta dicapai oleh beberapa air pasang. Zonasi ini sedikit lebih tinggi dan biasanya didominasi oleh Bruguiera cylindrica; ke arah daratan lagi, zonasi yang didominasi oleh Rhyzophora mucronata dan Rhyzophora apiculata. Jenis Rhyzophora mucronata lebih banyak dijumpai pada kondisi yang agak basah dan lumpur yang agak dalam. Pohon-pohon yang dapat tumbuh setinggi 35-40 m. Pohon lain yang juga terdapat pada hutan ini mencakup Bruguiera parviflora dan Xylocarpus granatum; hutan yang didominasi oleh Bruguiera parviflora kadang-kadang dijumpai tanpa jenis pohon lainnya; hutan mangrove di belakang didominasi oleh Bruguiera gymnorrhiza.2.3. Kualitas AirKualitas air adalah sifat-sifat air yang ditunjukkan dengan nilai dan atau kadar makhluk hidup, zat, energi, termasuk bahan pencemar, dan atau komponen lain terkandung di dalam air. Kualitas air yang mendukung kehidupan biota laut meliputi faktor fisika dan kimia air. Faktor kimia air meliputi: Oksigen terlarut (DO), Biological Oxygen Demand (BOD5), Chemical Oxygen Demand (COD), Potensial of hydrogen (pH), nitrat (NO3), fosfat (PO4) serta Alkalinitas.2.3.1. Parameter Kimia Perairan2.3.1.1. Oksigen Terlarut (DO)Oksigenterlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik.Sumber utama oksigen, terlarut dalam air adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis biota yang berklorofil yang hidup di dalam perairan. Kecepatan difusi oksigen ke dalam air sangat lambat. Oleh karena itu, fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut dalam perairan (Sutika, 1989), karena fitoplankton melakukan fotosintesis dalam siklus hidupnya yang menghasilkan oksigen yang dapat digunakan untuk dirinya dan organisme lainnya.Menurut Pescod (1973), berdasarkan kandungan oksigen terlarutnya, kualitas air suatu perairan dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu :Tabel 1. Kadar Oksigen TerlarutKadar Oksigen mg/LKualitas Perairan

> 6,5Tidak tercemar atau tercemar sangat ringan

4,5-6,5Tercemar ringan

2,0-4,4Setengah tercemar atau sedang