tinjuan hukum islam terhadap praktik makelar …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/zali...

117
TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR JUAL BELI MOTOR BEKAS (Studi Kasus di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Imam Safari Zali NIM : 214-13-031 PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 26-Dec-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK

MAKELAR JUAL BELI MOTOR BEKAS

(Studi Kasus di Desa Bancak Kecamatan Bancak

Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Imam Safari Zali

NIM : 214-13-031

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2019

Page 2: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

ii

Page 3: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

iii

TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK

MAKELAR JUAL BELI MOTOR BEKAS

(Studi Kasus di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Imam Safari Zali

NIM : 214-13-031

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2019

Page 4: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

iv

Page 5: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai
Page 6: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai
Page 7: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

MOTTO

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala

upaya dan usaha yang disertai dengan doa,

karena sesungguhnya nasib seorang manusia

tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa

berusaha.

Jangan meremehkan seseorang yang memiliki

masa lalu buruk, bisa jadi dia mendapatkan

masa depan yang paling cerah.

(Umar bin Khattab)

Page 8: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

ii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ayahku Muhhammad Slamet dan Ibu Umi Nasiroh, yang selalu

memberikan semangat tiada henti dan selalu menemani dalam kondisi

apapun. Terimakasih untuk semua yang kalian berikan.

2. Kakak tercinta Nur Qhimatul Aini, yang selalu mendukung adikmu ini

untuk menggapai mimpi- mimpinya.

3. Keluarga besar yang tidak hentinya memberikan dukungan dan doa

kepadaku.

4. Temanku Windi Retnosari yang selalu setia menemaniku dalam

menyusun skripsi ini.

5. Sahabatku Iwan Ulumudin, Muhammad Koid, Faizin Tanwifi, Ali

Mahsum, Asmawi Saputra yang selalu menyemangatiku tiada henti.

6. Teman- teman Terbaiku HES 2013 terimakasih untuk 4 tahun ini,

kalian memberikan warna dalam hidupku.

7. Untuk semua orang disekitarku yang tidak bisa kusebutkan satu

persatu, terimakasih atas doa kalian.

Page 9: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas

rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari tanpa bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam

penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih

kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Syar’iah IAIN Salatiga.

3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah

IAIN Salatiga.

4. Ibu Lutfiana Zahriani, S. H., M.H. selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN

Salatiga.

5. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan

saya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Keluarga tercinta Ibu, Bapak dan saudara yang tak henti-hentinya selalu

mendoakan dan memberikan semangat.

7. Kepada semua narasumber yang berkenan memberikan informasi.

Page 10: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

iv

ABSTRAK

Safarizali, Imam. 2019. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Makelar Jual

Beli Motor Bekas (Studi Kasus di Desa Bancak, Kecamatan Bancak,

Kabupaten Semarang). Skripsi. Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah

Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembimbing: Heni Satar Nurhaida, S.H.,M.Si.

Kata Kunci: Jual Beli, Praktik, Makelar.

Tidak semua manusia berkemampuan untuk menekuni segala

urusannya sendiri, ia membutuhkan pendelegasian mandat untuk

melaksanakan transaksi. Seperti halnya makelar yang berprofesi sebagai

perantara dalam jual beli motor bekas. Namun dalam praktik kinerja di

lapangan banyak berbagai bentuk cara kerja dari seorang makelar. Seperti

halnya praktik makelar dengan mengambil keuntungan berlebih yang ada

di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Adapun

rumusan masalahnya adalah Bagaimana praktik makelar jual-beli motor

bekas di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang.

Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik makelar jual-beli motor

bekas yang terjadi di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang.

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian

kualitatif. Peneliti juga menggunakan pendekatan normatif sosiologis,

dengan cara meneliti bahan-bahan perpustakaan yang merupakan data

sekunder, sedangkan penelitian hukum sosiologis atau empiris dilakukan

dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan.

Penelitian ini menunjukan bahwa praktik makelar jual beli motor

bekas yang ada di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang

jika dilihat dari jual beli yang dilakukan pembeli dan penjual tidak

masalah. Yang menjadi masalah adalah dari pihak makelar itu sendiri, hal

ini di karenakan pihak makelar mengambil keuntungan lebih tanpa

sepengetahuan dari pihak penjual dan pembeli dengan kebohongan

makelar. Oleh karena itu bisa disimpulkan jika praktik makelar jual beli

motor bekas yang ada di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang merupakan praktik makelar jual beli yang sifatnya gharar dan

itu artinya praktik makelar jual beli motor bekas haram.

Page 11: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

v

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. iii

NOTA PEMBIMBING .......................................... Error! Bookmark not defined.

PENGESAHAN ..................................................... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................. i

MOTTO.................................................................................................................... i

PERSEMBAHAN ................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFAR LAMPIRAN ........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

D. Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 6

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 7

F. Penegasan Istilah .......................................................................................... 10

G. Metode Penelitian ......................................................................................... 11

H. Sistematika penulisan ................................................................................... 14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI DAN MAKELAR ......... 16

A. Jual Beli ........................................................................................................ 16

1. Definisi ...................................................................................................... 16

2. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli ................................................................ 20

3. Macam- Macam Jual Beli Menurut Islam ................................................. 25

B. Makelar ......................................................................................................... 29

1. Definisi ...................................................................................................... 29

2. Dasar Hukum ............................................................................................ 30

Page 12: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

vi

3. Syarat dan Rukun ...................................................................................... 36

4. Hikmah Makelar........................................................................................ 39

BAB III PRAKTIK MAKELAR DALAM MENGAMBIL KEUNTUNGAN

JUAL BELI MOTOR BEKAS DI BANCAK ...................................................... 42

A. Keadaan Masyarakat Kelurahan Bancak ...................................................... 42

1. Batas Wilayah ........................................................................................... 42

2. Keadaan Geografis dan Topografi Desa................................................... 43

3. Jumlah Luas Penduduk dan Kepadatan .................................................... 43

4. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat .................................. 43

5. Kategori Penduduk dan Mata Pencarian Penduduk ................................. 44

6. Sejarah Singkat Berdirinya Jasa Praktik Makelar .................................... 44

B. Praktik Makelar Jual Beli Motor Bekas ....................................................... 47

1. Praktik Upah Makelar Secara Umum ........................................................ 49

2. Praktik Makelar Dalam Mengambil Keuntungan Berlebih ...................... 53

C. Bentuk Akad dalam Menentukan Keuntungan Makelar .............................. 56

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR .. 59

A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Makelar ....................................... 59

1. Faktor Ekonomi ........................................................................................ 59

2. Faktor Sosial Keagamaan ......................................................................... 61

3. Faktor Kebudayaan ................................................................................... 62

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Keuntungan Makelar dalam Akad

Jual Beli ............................................................................................................. 67

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 76

A. Kesimpulan .................................................................................................. 76

B. Saran ............................................................................................................ 77

C. Penutup ........................................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79

LAMPIRAN

Page 13: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

vii

DAFAR LAMPIRAN

1. Nota Pembimbing Skripsi

2. Surat Penunjukan Skripsi

3. Lembar Konsultasi

4. Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif

5. Daftar Pedoman Wawancara

6. Foto Penulis Bersama Informan

7. Data Identitas Dari Makelar,Penjual,Pembeli

8. Daftar Nilai SKK

9. Daftar Riwayat Hidup

Page 14: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, manusia secara naluri

adalah makhluk yang senantiasa bergantung dan terikat serta saling

membutuhkan kepada yang lain. Karena sifat saling ketergantungan

dan tolong menolong merupakan watak dasar manusia, maka Allah

dalam hal ini memberikan batasan-batasan. Sikap saling membantu itu

harus diterapkan dalam memenuhi kebutuhan hidup diantara mereka.

Hubungan antara individu dengan lainnya, seperti pembahasan

masalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

bidang, pinjam meminjam, sewa menyewa, penggunaan jasa dan

kegiatan-kegiatan lainnya yang sangat diperlukan manusia dalam

kehidupan sehari-hari, diatur dalam fiqih muamalah (Hasan,2003:1).

Banyak kaum muslimin yang mempelajari muamalah,mereka

melalaikan aspek ini, sehingga tidak peduli mereka memakan barang

haram, sekalipun semakin hari usahanya kian meningkat dan

keuntungan semakin banyak (Sabiq,1987:43). Sebagaimana diketahui

jual-beli berlangsung dengan ijab dan qobul adanya rukun jual beli

(Muhammad,2010:28).

Page 15: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

2

Islam mensyari’atkan jual-beli dengan wakil karena manusia

membutuhkannya, tidak semua manusia berkemampuan untuk

menekuni segala urusannya secara pribadi. Ia membutuhkan mandat

orang lain untuk melakukannya sebagai wakil darinya

(Sabid,1987:55).

Allah menegaskan tentang imbalan atau upah dalam Q.S. At-

Tawbah (9):105

وست ردون إل عال الغيب وقل اعملوا فسي رى اللو عملكم ورسولو والمؤمنون

هادة ف ي نبئكم با كنتم ت عملون والش

Artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-

Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu

itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang

Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu

kerjakan”.

Masih banyak hal yang berkenaan dengan perihal

memperkerjakan orang guna melangsungkan jual-beli. Makelar atau

katakanlah perantara dalam perdagangan yang menjembatani penjual

dan pembeli, di zaman kita ini sangat penting artinya dibanding

dengan masa-masa yang telah lalu, karena terikatnya perhubungan

perdagangan antara pedagang kolektif dan pedagang perorangan.

Sehingga makelar dalam hal ini berperanan sangat penting.

Seorang makelar adalah orang yang bertindak sebagai

penghubung antara dua belah pihak berkepentingan

(Pendidikan,1991:618).

Page 16: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

3

Pada praktiknya lebih banyak pada pihak-pihak yang akan

melakukan jual-beli. Dalam hal ini makelar bertugas untuk

menjembatani kepentingan antara pihak penjual dan pembeli. Namun

pada praktik kinerjanya di lapangan banyak berbagai bentuk cara kerja

dari seorang makelar. Dari yang ingin untung sendiri dengan

mengorbankan kepentingan salah satu pihak dan tidak bertanggung

jawab atas risiko yang mungkin terjadi, sampai yang profesional

dengan benar-benar menjembatani kepentingan pihak-pihak yang

dihubungkan dan dapat dipertanggung jawabkan.

Untuk menghindari jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak

diingini maka barang-barang yang akan ditawarkan dan diperlukan

harus jelas. Demikian juga dengan imbalan jasanya harus ditetapkan

bersama lebih dahulu, apalagi nilainya dalam jumlah yang besar.

Biasanya kalau nilainya besar, ditandatangani lebih dahulu

perjanjiannya di depan notaris (Hasan,2003:132-133).

Dalam penentuan imbalan, bisa jadi sesuai dengan kebiasaan

atau peraturan yang berlaku di sekitar. Bisa juga terjadi dari

kesepakatan dari kedua belah pihak, bahkan ada pula makelar yang

mendapatkan imbalan dari pihak penjual dan pembeli.

Transaksi jual beli akan terjadi jika sudah terjadi kesepakatan

antara penjual dan makelar, dalam jangka waktu itu pun penjual dan

pembeli tidak diperkenankan bertemu jika itu dikehendaki oleh

Page 17: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

4

pembeli. Makelar hendaknya berlaku jujur, dan ikhlas menangani

tugas yang dipercayakan kepadanya.

Dengan demikian tidak akan terjadi kemungkinan ada penipuan

dan memakan harta orang lain (imbalan) dengan jalan haram

sebagaimana firman Allah dalam Q.S.An-Nisa (4):29

نكم بالباطل إل أن تكون تارةيا أي ها عن ت راض الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي

امنكم ول ت قت لوا أن فسكم إن اللو كان بكم رحيما

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu”.

Makelar berhak menerima imbalan setelah berhasil

memenuhi akadnya, sedangkan pihak yang menggunakan jasa

makelar harus memenuhi dengan segera memberikan imbalannya.

salah satu pendapat ulama’ yaitu Imam Syafi’i berpendapat:

“Apabila seseorang mengupah orang lain lalu keduanya saling

membenarkan bahwa antara mereka terdapat transaksi upah

mengupah, namun mereka berselisih tentang besarnya upah

pekerjaan itu, dan apabila pekerjaan belum dimulai, maka keduanya

seperti saling bersumpah lalu mencari kesepakatan baru.

Tapi apabila pekerjaan itu telah dikerjakan, maka keduanya

harus bersumpah lalu dikembalikan kepada upah yang biasa

Page 18: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

5

diberikan bagi pekerjaan serupa: baik jumlahnya lebih besar atau

lebih sedikit dari apa yang dikatakan oleh orang yang diupah”

(Syafi’i,2008:183-184).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi

berjudul: “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK

MAKELAR JUAL BELI MOTOR BEKAS” (Studi Kasus di Dusun

Gunung Jayan Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang).

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana praktik makelar jual beli motor bekas di Desa

Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik makelar

jual beli motor bekas yang terjadi di Desa Bancak

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian terhadap praktik makelar

motor dengan mengambil keuntungan berlebih di Desa Bancak

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang ditinjau dari hukum

Islam diharap dapat :

Page 19: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

6

1. Untuk mengetahui praktik makelar jual beli motor bekas di

Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap praktik

makelar jual-beli motor bekas di Desa Bancak Kecamatan

Bancak Kabupaten Semarang.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan

informasi atau penjelasan tentang praktik makelar dengan mengambil

keuntungan berlebih bagi siapa saja yang memahami kegiatan ini dan

tentunya bagi penulis sendiri dan masayarakat umumnya agar bisa

menjadikan pembelajaran serta dapat memberikan manfaat kegunan

teoritis maupun secara praktisnya.

1. Secara teoritis

a. Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana

keilmuan mengenai hukum muamalah terutama dibidang

jual beli dan praktik makelar.

b. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi refensi bagi

penelitian-penelitian selanjutnya yang tentu lebih

mendalam, khususnya mengenai permasalahan-

permasalahan dalam bidang hukum ekonomi syar’ah.

Page 20: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

7

2. Secara praktis

a. Dengan adanya penelitian diharapkan dapat memberi

kontribusi yang berguna khususnya bagi penjual dan

pembeli agar tidak dirugikan oleh pihak makelar yang ada

di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang.

b. Bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian skripsi ini, peneliti bukanlah

yang pertama membahas tentang praktik makelar jual beli motor

bekas dengan menganbil upah berlebih. Namun, penelitian ini juga

bukan dupliksi atau pengulangan dari penelitian-penelitian

terdahulu.

Adapun beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang

dapat penulisan pakai sebagai rujukan serta kaitannya dengan

pokok permasalahan yang penulis kemukakan di antaranya:

1. Yustina Oktaviani, (2011) “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

praktik Makelar Pada Jual Beli Mobil Bekas Di Oto Bursa

Maospati”. Di dalam skripsi ini dia membahas tentang

bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap akad makelar dalam

jual beli mobil bekas di OTO Bursa Maospati dan bagaimana

tinjauan hukum Islam terhadap keuntungan yang diperoleh

makelar dalam jual beli mobil di OTO bursa Maospati.

Kemudian hasil penelitian beliau ialah, tata cara akad di dalam

Page 21: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

8

jual beli mobil di OTO bursa maospati sudah sesuai dengan

akad dalam ijarah, karena sudah terpenuhi syarat dan rukunnya,

sedangkan akad samsarah ala samsarah tidak dibolehkan

karena adanya dua akad dalam satu transaksi. Dan penentuan

keuntungan dalam jual beli mobil di OTO bursa Maospati

dengan cara ditentukan sendiri sudah sesuai dengan hukum

Islam, karena dikembalikan kepada urf (adat kebiasaan),

sedangkan penentuan keuntungan dari samsarah ala samsarah

tidak sah menurut hukum Islam.

2. Abdul Ghafur (2009) dengan judul “Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Praktik Gadai Motor Melalui Makelar Di Desa

Gadung Driyorejo”. Di dalam skripsi ini dia membahas tentang

pelaksaan gadai melalui makelar sebagai mediator antara

peminjam dan pengadai, dan bertanggung jawab penuh atas

barang gadainya jika terjadi perselisihan karena keduanya (dari

peminjam dan pengadai). Prosesnya sangat mudah yaitu hanya

dengan ucapan dan kepercayaan, kemudian jangka waktu

pengembalian pinjaman juga ditetapkan, akan tetapi waktu

penetapan tersebut hanya sebuah ungkapan seoarang rahin

untuk menyakinkan hati murtahin agar tidak kuatir dengan

marhun bih yang telah di berikannya, ungkapan tersebut

menurut orang Jawa disebut “semayan”. Sehingga ketika masa

pengembalian pinjaman telah jatuh tempo,

Page 22: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

9

si peminjam rahin terkadang tidak dapat mengembalikan

pinjaman tepat waktu, ukurannya adalah ketika peminjam

mempunyai uang untuk mengambil barangnya, dan jika

pengadai menginginkan uangnya kembali pada saat waktu

tersebut, maka disini makelar mengambil penegasan dan

memberikan solusinya yaitu barang gadai tersebut dilempar

(dialihkan) lagi pada orang lain, jika pengadai membutuhkan

uangnya, dan untuk biaya perawatan terhadap barang gadai

ditanggung oleh peminjam. Sehingga mayoritas akibat

kerusakan barang gadai sering membuat peminjam mengalami

kerugian meskipun tidak mengakibatkan kerusakan. Terkadang

salah satu pihak saja yang diuntungkan dan terkadang juga

keduanya tidak ada yang dirugikan.

3. Harun Ramto (2009) dengan judul “Perantara Pedagang Efek

Dalam Pasar” di dalam skripsi ini dia membahas tentang

investor menginvestasikan dananya di pasar modal, tidak biasa

langsung masuk ke dalamnya, melainkan harus melalui

perantara pedagang efek. Dalam pasar modal dikenal istilah

pialang atau broker. Pialang sebagai perantara antara investor

jual dan investor beli mendapatkan penghasilan dari komisi

atau selisih harga jual saham dengan harga beli saham, yang

besar kecilnya komisi sesuai dengan perjanjian awal perantara

dengan investor. Profesi sebagai pialang riskan terhadap

Page 23: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

10

perilaku-perilaku, yang mengarah kepada hal-hal yang tidak

dibenarkan dalam Hukum Islam yaitu mengenai etika bisnis.

Dari beberapa penelitian di atas, tampak belum ada yang

membahas tentang secara jelas mengenai praktik makelar jual

beli motor bekas dengan meninjaunya melalui hukum Islam.

Pada penelitian pertama menekankan dua akad dalam satu

transaksi pada Oto Bursa Maospati, kemudian pada penelitian

kedua menekankan pada praktik gadai motor melalui makelar,

kemudian pada penelitian ketiga menekankan pada perantara

pada bursa efek. Sedangkan penelitian yang ingin peneliti

lakukan ialah mengenai praktik makelar jual beli motor di Desa

Bancak Kecamatan Bancak kemudian menganalisanya melalui

hukum Islam.

F. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi salah pengertian dalam pemahaman

penelitian yang penulis teliti, maka dipandang perlu untuk menjelaskan

beberapa istilah yang ada hubungannya dengan judul penelitian ini

yaitu antara lain :

1. Hukum Islam adalah peraturan-peraturan dan ketentuan-

ketentuan yang disyariatkan oleh Allah kepada hamba-Nya

untuk diakui dan diyakini serta mengikat untuk semua yang

beragama Islam (Rohidin,2016:5).

Page 24: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

11

2. Jual-beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau

barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua

belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain

menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang

telah dibenarkan oleh syara’ dan disepakati (Ali,2011:42).

3. Makelar menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

prantara perdagangan (antara penjual dan pembeli) yaitu orang

yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli, untuk orang

lain dengan dasar mendapatkan upah atau komisi atas jasa

pekerja tersebut, makelar dalam bahasa Arab di sebut

samsarah yang berarti perantara perdagangan atau perantara

antara penjual dan pembeli untuk memudahkan jual-beli.

G. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian dan pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah

penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif bersifat

membangun mengembangkan dan menemukan teori-teori

sosial (Moleong,2010:80).

Selanjutnya peneliti juga menggunakan pendekatan

normatif sosiologis, pendekatan normatif dilakukan dengan

cara meneliti bahan-bahan perpustakan yang merupakan data

sekunder yang juga disebut sebagai penemuan hukum

perpustakaan, sedangkan metode penelitian hukum sosiologis

Page 25: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

12

atau empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang

diperoleh secara langsung. Peneliti akan melakukan wawancara

kepada beberapa sumber diantaranya Makelar yang mengambil

keuntungan berlebih penjual dan pembeli yang ada di Desa

Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang.

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini berlokasi di Dusun Gunung Jayan

Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang.

3. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah dari para makelar, penjual dan

pembeli.

4. Sumber data

a) Sumber data primer

Data primer, atau data tangan pertama adalah data

yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan

wawancara dari pihak penjual pembeli dan makelar yang

melakukan praktik jual beli. Dalam hal ini, penulis ingin

memperoleh data berupa praktik makelar jual beli motor

bekas di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang melalui makelar atau pembeli dan penjual.

b) Sumber data sekunder

Page 26: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

13

Sumber data yang bersifat untuk melengkapi sumber

data primer meliputi buku-buku, arsip dan hasil penelitian

lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

5. Teknik pengumpulan data

a) Wawancara

Metode wawancara digunakan penulis untuk

mendapatkan informasi yang akurat terkait praktik makelar

jual beli motor bekas dengan mengambil keuntungan

berlebih di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang. Penulis berkomunikasi langsung dengan pihak

yang bersangkutan melalui tanya jawab lisan tentang garis

besar pokok-pokok permasalahan yang ingin diteliti

(Moleong,2009).

Adapun informan yang di wawancarai dalam penelitian

adalah pelaku makelar itu sendiri, dari pihak penjual dan

pembeli di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang.

b) Observasi

Observasi adalah mengamati dan mendengar dalam

rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap

fenomena (perilaku, kejadian-kejadian, keadan, benda, dan

simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa

mempengaruhi fenomena yang di observasi, dengan

Page 27: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

14

mencatat, merekam memotret fenomena tersebut guna

penemuan data analisis. Dengan tujuan untuk menemukan

hasil dari pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tanpak pada objek (Suprayogo,2001).

Observasi dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan

secara sistematik terhadap gejala-gejala dalam obyek

penelitian (Damanuri,2010:78). Peneliti turun langsung ke

lapangan, membuat catatan lapangan dan menulis secara

singkat peristiwa-peristiwa penting terkait praktik makelar

jual-beli motor bekas dengan mengambil keuntungan

berlebih.

H. Sistematika penulisan

Agar diperoleh peneltian yang sistematis, terarah mudah di

pahami dan dapat di mengerti oleh para pembaca pada umumnya,

maka penulisan menyajikan karya ilmiah ini kedalam bentuk

sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut:

Bab Pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah yang berisi alasan penelitian yang diteliti, rumusan masalah

terdiri dari pernyataan masalah dan rumusan penelitian, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

Page 28: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

15

Bab Kedua merupakan tinjauan hukum Islam tentang

pengertian makelar yang meliputi, dasar hukum makelar dalam Islam,

rukun dan syarat makelar dalam pandangan Islam, dan hikmah dari

makelar.

Bab Ketiga hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum

lokasi penelitian, bagaimana praktik mengambil keuntungan dalam

praktik makelar kemudian bagaimana keuntungan dalam praktik

makelar motor di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang, dan bagaimana akad dalam transaksi praktik makelar.

Bab Keempat pembahasan berisi tentang analisis hukum Islam

terhadap mengambil keuntungan dalam praktik makelar dan analisis

hukum islam terhadap akad jual beli yang terjadi pada praktik makelar

di Desa Bancak dalam menentukan keuntungan.

Bab Kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 29: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI DAN MAKELAR

A. Jual Beli

1. Definisi

Dalam bahasa arab kata jual (al-bay’) dan kata beli (sharayih)

merupakan dua kata yang berlawanan artinya, akan tetapi orang Arab

biasa menggunakan ungkapan jual beli dengan satu kata, yaitu Jual beli

(al- bay’) secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda

dengan akad saling mengganti. Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah pasal 20 ayat 1 Bay’ adalah jual beli antara benda dengan

benda, atau pertukaran benda dengan uang. Secara terminology, jual

beli di artikan dengan tukar menukar harta secara suka sama suka atau

peralihan pemilikan dengan cara penggantian menurut bentuk yang

dibolehkan (Syarifuddin,2003:192-193).

Menurut pengertian syari’at, yang dimaksud dengan jual beli

adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik

dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah)

(Lubis,1994:33). Menurut H. Sulaiman Rasjid (1994:278) jual beli

adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara

yang tertentu (akad).

Ulama Sayyid Sabiq (1987:44-45 ) mendefinisikan bahwa jual

beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan

atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Dalam

Page 30: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

17

definisi tersebut harta dan milik, dengan ganti dan dapat dibenarkan.

Yang dimaksud harta dalam definisi di atas yaitu segala yang dimiliki

dan bermanfaat, maka dikecualikan yang bukan milik dan tidak

bermanfaat. Yang dimaksud dengan ganti agar dapat dibedakan dengan

hibah (pemberian), sedangkan yang dimaksud dapat dibenarkan

(ma’dzun fih) agar dapat dibedakan dengan jual beli yang terlarang.

Ada yang mendefinisikan jual beli sebagai kepemilikan terhadap

harta atau manfaat untuk selamanya dengan bayaran harta. Ada juga

yang mengartikan jual-beli merupakan tukar menukar suatu barang

dengan barang lain yang berbeda dengan cara tertentu (aqad) (Azam,

2010: 23).

Jual beli menurut syara’ memiliki beberapa pengertian menurut

beberapa imam madzab, diantaranya:

1. Menurut Hanafiyah, jual beli adalah tukar menukar harta

dengan harta menurut cara yang khusus harta mencakup dzat

atau uang.

2. Menurut syafi’iyah, jual beli adalah suatu akad yang

mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat

yang akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas

beanda atau manfaat untuk waktu selamanya.

3. Menurut Malikiyah, jual beli adalah akad Muawadhah atau

timbal balik atas selain manfaat dan bukan pula untuk

menikmati kesenangan.

Page 31: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

18

4. Menurut Hambali, jual beli adalah tukar menukar harta dengan

harta atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat

yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba tau bukan

utang.

Jual beli diperbolehkan dalam al-Qur’an, sunnah dan

ijma’umat. Adapun dalil dalam al-Qur’an Surah:

1. Q.S. Al-Baqarah ( 2 ):275

يطن من ٱلمس ٱلذين يأكلون ٱلرب وا ل ي قومون إل كما ي قوم ٱلذى ي تخبطو ٱلش

ا ٱلب يع مثل ٱلرب وا وأحل ٱللو ٱلب يع وحرم ٱلرب وا فمن جاءه لك بأن هم قالو إن ۥذ

ن ربو موعظة ب ۥما سلف وأمره ۥفٱنت هى ف لو ۦم ئك أصح إل ٱللو ومن عاد فأول

لدون ٱلنار ىم فيها خ

Artinya: “orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak

dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang

yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)

penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,

adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),

Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,

padahal Allah telah menghalalkan jualbeli dan

mengharamkan riba. orang-orang yang telah

sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu

terus berhenti (dari mengambil riba), Maka

baginya apa yang telah diambilnya dahulu

(sebelum datang larangan); dan urusannya

(terserah) kepada Allah. orang yang kembali

(mengambil riba), Maka orang itu adalah

penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya”.

Page 32: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

19

2. Q.S. An-Nisa ( 4 ) : 29

نكم بالباطل إل أن تكون تارة عن يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي

أن فسكم إن اللو كان بكم رحيمات راض منكم ول ت قت لوا

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang

batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama-suka di antara kamu, dan

janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Riba adalah haram dan jual beli adalah halal. Jadi tidak semua

akad jual beli adalah haram sebagaimana yang disangkakan oleh

sebagian orang berdasarkan ayat di atas. Supaya usaha jual beli itu

berlangsung menurut cara yang dihalalkan, maka harus mengikuti

ketetuan yang telah ditentukan. Ketentuan itu disebut rukun dan syarat

jual beli. Jual beli menurut KUH Perdata pasal 1457 adalah suatu

perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain untuk membayar harga

yang telah diperjanjikan. Perkataan jual beli menunjukan bahwa dari

satu pihak perbuatan dinamakan menjual, sedangkan dari pihak yang

lain dinamakan membeli. Istilah yang mencakup dua perbuatan yang

bertimbal balik itu adalah sesuai dengan istilah Belanda “koop en

verkoop” yang juga mengandung pengertian bahwa pihak yang satu

Page 33: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

20

“verkoop” (menjual) sedang yang lainya “koopt” (membeli) (Subekti,

2001:2).

Jual beli adalah suatu perjanjian konsensuil artinya ia sudah di

lahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah (mengikat atau mempunyai

kekuatan hukum) pada detik tercapainya sepakat antara penjual dan

pembeli mengenai unsur- unsur yang pokok yaitu barang dan harga,

biarpun jual beli itu mengenai barang yang tidak bergerak, sifat

konsensuil jual beli ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi: jual

beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak sewaktu mereka

telah mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu

belum diserahkan maupun harganya belum disepakati (Subekti,1987:

20).

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli

ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang

mempunyai nilai secara ridho di antara kedua belah pihak, yang satu

menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan

perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.

2. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli

Didalam jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus

dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara’.

Menurut hukum Islam rukun dan syarat jual beli meliputi:

Page 34: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

21

1. Adanya barang yang diperjual belikan, Syarat-syarat yang terkait

dengan barang yang di perjualbelikan sebagai berikut (Syarifudin,

2005: 196-198).

a. Barangnya bersih, yang dimaksud adalah barang yang

diperjual belikan bukanlah benda yang dikualifikasikan

sebagai benda najis atau yang diharamkan seperti arak,

anjing, babi, dan yang lainya.

b. Dapat dimanfaatkan yang dimaksud adalah tentunya sanga

relatif sebab pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan

sebagai objek jual beli menrupakan barang yang dapat

demanfaatkan seperti untuk dikonsumsi, dinikmati

keindahannya, dinikmati suaranya serta digunakan untuk

keperluan yang bermanfaat.

c. Milik orang yang melakukan akad maksudnya bahwa orang

yang melakukan jual beli sesuatu barang adalah pemilik sah

barang tersebut telah mendapat ijin dari pemilik sah barang

tersebut.

d. Mampu menyerahkan maksudnya bahwa penjual sebagai

pemilik atau kuasa dapat menyerahkan barang yang

dijadikan sebagai objek jual beli sesuai dengan bentuk dan

jumlah yang diperjanjikan pada waktu penyerahan barang

kepada pembeli.

Page 35: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

22

e. Mengetahui apabila dalam suatu jual beli keadaan barang

dan jumlah harganya tidak diketahui maka perjanjian jual

beli tidak sah sebab bisa jadi perjanjian tersebut

mengandung unsur penipuan.

f. Barang yang diakadkan berada di tangan.

g. Menyangkut perjanjian jual beli atas suatu barang yang

belum berada ditangan itu dilarang sebab bisa jadi barang

tersebut rusak atau tidak dapat diserahkan sebagaimana

telah diperjanjikan.

2. Adanya nilai tukar pengganti barang, nilai tukar barang yang dijual

(untuk zaman sekarang adalah uang), para ulama fiqh membedakan

nilai tukar menjadi dua yakni al-tsaman dengan al-si’r.Menurut

mereka, al-tsaman adalah harga pasar yang berlaku di tengah-

tengah masyarakat secara aktual, sedangkan al-si’r adalah modal

barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke

konsumen (pemakai). Dengan demikian, harga barang itu ada dua,

yaitu harga antar pedagang dan harga antar pedagang dan

konsumen (harga dipasar) (Ihsan,2008:35).

3. Lafal atau Ijab-Qabul, jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab

dan qabul dilakukan sebab ijab dan qabul menunjukan kerelaan.

Pada dasarnya ijab dan qabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau

tidak mungkin, misalnya bisu atau yang lainya boleh ijab qabul

Page 36: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

23

dengan surat menyurat yang mengandung arti ijab dan kabul

(Suhendi,2008:70).

Menurut sayyid Sabiq dalam buku Fiqh Sunnah ijab merupakan

ungkapan awal yang diucapakan oleh salah satu dari dua pihak

yang melakuakn akad, dan qabuladalah pihak yang kedua (Sabiq,

2006:121).

Para ulama sepakat untuk mengecualikan kewajiban ijab qabul

itu terhadap objek jual beli yang bernilai kecil yang biasa

berlangsung dalam memenuhi kebutuhan sehari hari, seperti jual

beli sebungkus rokok. Untuk maksud ini, sudah dianggap bila

penjual telah menunjukkan barangnya dan pembeli telah

menunjukkan uangnya. Cara seperti ini disebut dengan mu’atah.

Misalnya membeli minuman kaleng di mesin otomatis dimana si

pembeli telah memasukkan uang koinnya ke dalam lubang yang

disediakan dan penjual melalui mesinnya telah menyodorkan

minuman kaleng tersebut sesuai dengan pesanannya

(Syarifudin,2003:195).

4. Adanya orang yang berakad, para ulama fiqh sepakat bahwa orang

melakukan akad jual beli itu harus memenuhi syarat, yaitu :

a. Berakal sehat, oleh sebab itu seorang penjual dan pembeli

harus memiliki akal yang sehat agar dapat melakukan

transaksi jual beli dengan keadaan sadar. Jual beli yang

dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila,

Page 37: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

24

hukumnya tidak sah meskipun harta yang dijual merupakan

hartanya sendiri (Sudarsono,2001:74).

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-Nisa’ (4) : 5

فهاء أموالكم الت جعل اللو لكم قياما وارزقوىم فيها ول ت ؤتوا الس

واكسوىم وقولوا لم ق ول معروفا

Artinya:“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-

orang yang belum sempurna akalnya, harta

(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang

dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah

mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu)

dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang

baik”.

b. Atas dasar suka sama suka, yaitu dalam melakukan jual

beli salah satu pihak tidak melakukan suatu tekanan atau

paksaan kepada pihak lainya, sehingga pihak lain tersebut

melakukan perbuatan jual beli bukan lagi disebabkan oleh

kemaunya sendiri, tetapi adanya unsur paksaan. Jual beli

yang demikian itu tidak sah.

c. Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda,

maksudnya seorang tidak dapat bertindak dalam waktu

yang bersamaan sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli.

Secara konvensional saat terjadinya jual beli unsur-unsur

pokok jual-beli adalah barang dan harga. Jual beli itu sudah

dilahirkan pada detik tercapainya kata “sepakat” mengenai barang

Page 38: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

25

dan harga, begitu kedua belah pihak setuju maka lahirlah perjanjian

jual beli yang sah (Subekti:1995:2).

Jual beli tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 yang

berbunyi “jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak

sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum

diserahkan maupun harganya belum dibayar”.

3. Macam- Macam Jual Beli Menurut Islam

Ditinjau dari segi hukumnya jual beli dibedakan menjadi tiga

yaitu jual beli Shahih, Bathil, dan Fasid.

1. Jual beli Shahih

Dikatakan jual beli shalih karena jual beli tersebut sesuai

dengan ketentuan syara’, yaitu terpenuhinya syarat dan rukun jual

beli yang telah ditentukan.

2. Jual beli Fasid

Menurut ulama Hanafi yang dikutip dari buku Hukum

Perikatan Islam di Indonesia bahwa jual beli jual beli fasid dan jual

beli batal itu berbeda.

Apabila kerusakan- kerusakan dalam jual beli terkait dengan

barang yang dijualbelikan, maka hukumnya batal, misalnya jual

beli benda-benda haram. Apabila kerusakan- kerusakan itu pada

jual beli menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki, maka jual

beli dinamakan fasid. Namun jumhur ulama tidak membedakan

antara kedua jenis jual beli tersebut (Dewi,2005:108).

Page 39: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

26

Fasid menurut jumhur ulama merupakan sinonim dari batal

yaitu tidak cukup dan syarat suatu perbuatan. Hal ini berlaku pada

bidang ibadah dan muamalah. Sedangkan menurut ulama mahzab

Hanafi yang dikutib dalam buku Hukum Perikatan Islam di

Indonesia, bahwa fasid dalam ibadah dengan muamalah itu

berbeda. Dalam bidang muamalah, fasid diartikan sebagai tidak

cukup syarat pada perbuatan. Menurut mahzab Syafi’i fasid berarti

tidak dianggap dan tidak diperhitungkan suatu perbuatan

sebagaimana mestinya, sebagai akibat dari kekurangan (cacat)

padanya (Dewi,2005:109).

Menurut Imam Hanafi bahwa muamalah yang fasid pada

hakikatnya tetap dianggap sah, sedangkan yang dirusak atau tidak

sah adalah sifatnya, yang termasuk jual beli fasid antaran lain

(Dewi,2005:117).

a. Jual-beli al- majhul Yaitu jual-beli diamana barang atau

bendanya secara global tidak diketahui kejelasan itu bersifat

menyeluruh. Tetapi apabila sifat ketidak jelasanya sedikit,

maka jual belinya sah karena itu tidak akan membawa

perselisihan. Ulama Hanafi mengatakan sebagai tolak ukur

untuk unsur majhul diserahkan sepenuhnya kepada urf

(kebiasaan yang berlaku bagi pedagang dan pembeli).

Page 40: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

27

b. Jual-beli yang dikaitan dengan suatu syarat jual-beli yang

dikaitakan dengan syarat misalnya ucapan penjual kepada

pembeli, “saya jual sepeda saya ini kepada anda bulan depan

setelah gajian”. Jual beli seperti ini batal menurut jumhur dan

fasid menurut ulama Hanafi. Menurut ulama Hanafi, jual beli

ini dianggap sah pada saat syaratnya terpenuhi atau tenggang

waktu yang disebutkan dalam akad jatuh tempo. Artinya jual

beli itu baru sah apabila masa ditentukan “bulan depan” itu

telah jatuh tempo.

c. Menjual barang yang tidak ada ditempat atau tidak dapat

diserahkan pada saat jual beli berlangsung, sehingga tidak

dapat dilihat oleh pembeli. Menurut ulama Maliki jual-beli

seperti ini diperbolehkan apabila sifat- sifatnya disebutkan,

dengan syaratsifat- sifatnya tdak akan berbah sampai barang

diserahkan. Sedangkan ulama Hambali menyatakan, jual beli

itu sah apabila pihak Pembeli mempunyai hak khiyar ru‟ yah

(sampai melihat barang itu), ulama Syafi’i menyatakan jual

beli itu batil secara mutlak.

3. Jual-beli bathil

Yaitu jual beli yang salah satu rukunya tidak terpenuhi atau jual

beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak disyari’atkan (Hasan,

2003:128). Jual beli yang dilarang oleh syariah atau dianggap bathil

(Syarifudin,2005:201-208), diantaranya:

Page 41: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

28

a. Jual-beli gharar

Jual-beli gharar adalah jual beli yang mengandung unsur

penipuan dan pengkianatan, baik karena ketidakjelasan dalam

objek jual-beli atau ketidak pastian dalam cara pelaksanaannya.

Hukum jual beli ini adalah haram, alasan haramnya jual beli ini

adalah karena ketidak pastian dalam objek, baik barang, uang

atau cara transaksisnya itu sendiri. Karena larangan dalam hal

ini langsung menyentuh essensi jual belinya, maka disamping

haram hukumnya, transaksi itu juga tidak sah.

b. Jual-beli mulaqih

Jual-beli mulaqih adalah jual-beli barang yang menjadi objeknya

adalah hewan yang masih berada dalam bibit jantan sebelum

bersetubuhnya dengan betina. Alasan pelarangan jual beli ini

adalah karena objek yang diperjual belikan tidak berada

ditempat akad dan tidak dapat pula dijelaskan kualitas dan

kuantitasnya. Ketidak jelasan ini menimbulkan ketidak relaan

pihak- pihak yang melakukan transaksi jual beli.

c. Jual-beli mudhamin

Jual-beli mudhamin adalah transaksi jual-beli yang objeknya

adalah hewan yang masih berada dalam induknya. Alasan tidak

diperbolehkannya jual-beli ini adalah karena tidak jelasnya

objek dalam jua-beli. Meskipun sudah tampak wujudnya, tetapi

tidak dapat diserahkan dalam jual beli dan belum pasti pula

Page 42: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

29

keadaan dari objek tersebut apakah hewan tersebut akan lahir

dalam keadaan hidup atau dalam keadaan mati.

d. Jual-beli hushah atau lemparan batu.

Jual-beli hushah mempunyai beberapa arti. Diantaranya adalah

jual-beli suatu barang yang terkena lemparan batu yang

disediakan dengan harga tertentu. Arti lain dari jual beli ini

adalah jual beli tanah dengan harga yang sudah ditentukan, yang

luasanya sejauh yang dapat dikenai oleh batu yang dilemparkan.

Hukum jual beli seperti ini adalah haram.

B. Makelar

1. Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia makelar adalah

perantara perdagangan antara penjual dan pembeli yaitu orang yang

menjualkan barang atau mencarikan pembeli, untuk orang lain dengan

dasar mendapatkan upah atau komisi atas jasa pekerja yang di lakukan

(Pustaka,1991:618).

Sedangkan makelar dalam bahasa Arab disebut samsarah yang

berarti perantara perdagangan atau perantara antara penjual dan

pembeli untuk memudahkan jual-beli (Zuhdi,1993:122).

Lebih lanjut Samsarah adalah kosa kata bahasa Persia yang

telah diadopsi menjadi bahasa Arab yang berarti sebuah profesi dalam

menengahi dua kepentingan atau pihak yang berbeda dengan

kompensasi berupa upah (ujrah) dalam menyelesaikan suatu transaksi.

Page 43: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

30

Sesuai dengan pasal 76 s/d 85 KUHD (kitab undang-undang

hukum dagang), makelar adalah suatu pihak yang menyelenggarakan

bisnis dengan melakukan perbuatan menutup persetujuan atas nama

diri pribadi atau perusahaan sendiri, tapi atas amanah dan tanggungan

atau jaminan pihak lain dan dengan menerima upah, kompensasi,

komisi, aau provisi tertentu.

2. Dasar Hukum

Simsar (makelar) yaitu seseorang yang menjualkan barang

orang lain atas dasar bahwa seseorang itu akan diberi upah oleh yang

punya barang sesuai dengan usahanya (Suhendi,2010:85).

Q.S. Al-A'raf ( 7 ) : 85

ره قد جاءتكم وإل مدين أخاىم شعيبا قال يا ق وم اعبدوا اللو ما لكم من إلو غي

نة من ربكم فأوفوا الكيل والميزان ول ت بخسوا ال ناس أشياءىم ول ت فسدوا ف ب ي

ر لكم إن كنتم مؤمنين الأرض ب عد إصلاحها ذلكم خي

Artinya: “Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan,

saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku,

sembahlah Allah, sekali- kali tidak ada Tuhan bagimu

selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti

yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah

takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan

bagi manusia barang-barang takaran dan

timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan

di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang

demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu

orang- orang yang beriman".

Page 44: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

31

Dan sesuai hadist Nabi:

:أعطوا الأجير أجره ق بل أن يف عرقو

Artinya:“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum

keringatnya kering” (HR. Ibnu Majah, shahih).

روط ف المعاملات الل باحة إل بدليل الأصل ف الش وال

Artinya:“Mu’amalah orang muslim itu sesuai dengan syarat

mereka”(HR. Ahmad, Abu Daud dan Al Hakim dari Abu

Hurairah dan Al Bukhari).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa jangan pernah menunda-

nunda upah para pekerja, apabila mereka telah melakukan pekerjaan

maka bayarlah upah atau jerih payah mereka pada waktunya karena

Allah paling benci bagi orang yang menunda-nunda upah pekerja.

Tidak ada salahnya kalau makelar mendapatkan upah berupa uang

dalam jumlah tertentu, atau secara persentase dari keuntungannya atau

dengan cara apapun yang mereka sepakati bersama dari pihak penjual

dan makelar (Falahi,2008:37).

Bila terdapat unsur kezaliman (dzulm) dalam pemenuhan hak

dan kewajiban, seperti seseorang yang belum menyelesaikan

pekerjaannya dalam batas waktu tertentu maka ia tidak mendapat

imbalan yang sesuai dengan kerja yang telah dilakukan. Praktik

samsarah seperti ini tidak benar, karena sekalipun pekerjaan tersebut

tidak diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan setidaknya para

Page 45: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

32

penyewa jasa tersebut menghargai jerih payah yang dilakukan oleh

pekerja tersebut yaitu dengan membayar setengah dari total upah

pekerja.

Kehadiran makelar di tengah-tengah masyarakat, terutama

masyarakat modern sangat dibutuhkan untuk memudahkan dunia

bisnis (dalam perdagangan, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-

lain). Sebab tidak sedikit orang yang tidak pandai tawar menawar,

tidak mengetahui cara menjual atau membeli barang yang diperlukan,

atau tidak ada waktu untuk mencari atau berhubungan langsung

dengan pembeli atau penjual.

Jelaslah, bahwa makelar merupakan profesi yang banyak

manfaatnya untuk masyarakat, terutama bagi para produsen,

konsumen, dan bagi makelar sendiri. Profesi ini dibutuhkan oleh

masyarakat sebagaimana profesi-profesi yang lain.

Menjadi makelar hukumnya halal, karena makelar yang baik

merupakan petunjuk jalan dan perantara antara penjual dan pembeli,

dan banyak mempermudah keduanya dalam melakukan perdagangan

dan mendapatkan keuntungan (Falahi:35).

Perantara perdagangan pada zaman kita ini sangat penting

artinya dibandingkan dengan masa-masa yang telah lalu, karena

terikatnya hubungan perdagangan ekspor impor, pedagang-pedagang

partai besar, dan pedagang-pedagang eceran. Dalam hal ini makelar

mempunyai peranan yang sangat penting.

Page 46: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

33

Makelar harus bersikap jujur, ikhlas, terbuka dan tidak

melakukan penipuan dan bisnis yang haram dan syubhat. Ia berhak

menerima imbalan setelah berhasil memenuhi akadnya, sedangkan

pihak yang menggunakan jasa makelar harus segera memberikan

imbalannya.

Jumlah imbalan yang harus diberikan kepada makelar adalah

menurut perjanjian, sesuai dengan Firman Allah dalam Q.S. Al-

Maidah (5):1

ر يا أي ها لى عليكم غي الذين آمنوا أوفوا بالعقود أحلت لكم بيمة الأن عام إل ما ي ت

يد وأن تم حرم إن اللو يكم ما يريد لي الص م

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad

itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang

akan di bacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan

tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang

mengerjakan haji. Sesunguhnya Allah menetapkan hukum-

hukum menurut yang dikehendakiNya”.

Pekerjaan makelar menurut pandangan Islam adalah termasuk

akad ijarah, yaitu suatu perjanjian memanfaatkan suatu barang

(Zuhdi,1994:127). Misalnya rumah, atau orang, misalnya pelayan,

atau pekerjaan seorang ahli, misalnya jasa pengacara, konsultan, dan

sebagainya dengan imbalan.

Secara lughowi Ijarah berarti upah, sewa, jasa atau imbalan.

Sedangkan secara istilah, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna

(manfaat) suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan adanya

Page 47: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

34

pembayaran upah (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan atas barang itu sendiri (Aljaziri:74).

Hal yang harus diperhatikan dalam akad ijarah ini adalah

bahwa pembayaran oleh penyewa merupakan imbal balik dari manfaat

yang telah ia nikmati. Maka yang menjadi objek dalam akad ijarah

adalah manfaat itu sendiri, bukan bendanya. Dalam akad ijarah tidak

selamanya manfaat diperoleh dari sebuah benda, akan tetapi juga bisa

berasal dari tenaga manusia. Ijarah dalam pengertian ini bisa

disamakan dengan upah mengupah dalam masyarakat sesusai dengan

firman Allah dalam Q.S.Al-Baqarah(2):233

والوالدات ي رضعن أولدىن حولين كاملين لمن أراد أن يتم الرضاعة وعلى

والدة المولود لو رزق هن وكسوت هن بالمعروف ل تكلف ن فس إل وسعها ل تضار

هما بولدىا ول مولود لو بولده وعلى الوارث مثل ذلك فإن أرادا فصال عن ت راض من

سلمتم وتشاور فلا جناح عليهما وإن أردت أن تست رضعوا أولدكم فلا جناح عليكم إذا

ما آت يتم بالمعروف وات قوا اللو واعلموا أن اللو با ت عملون بصير

Artinya: “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,

Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan

pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu

kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat

apa yang kamu kerjakan”.

Page 48: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

35

Dan firman Allah dalam Q.S.At-Tholaq (65) : 6

قوا عليهن وإ ن أسكنوىن من حيث سكنتم من وجدكم ول تضاروىن لتضي

كن أولت حل فأنفقوا عليهن حت يضعن حلهن فإن أرضعن لكم فآتوىن أجورىن

نكم بعروف وإن ت عاسرت فست رضع لو أخرى وأتروا ب ي

Artinya:“Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu

untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan

musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu)

dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka

perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”.

Beberapa Ayat diatas menunjukkan adanya pembolehan Al-

Qur’an terhadap orang yang diberi upah karena bekerja untuk orang

lain. Ayat-ayat tersebut secara tersurat merupakan landasan yang jelas

bahwa memberi upah orang lain yang bekerja untuk dirinya

diperkenankan. Praktek seperti ini dalam fiqih muamalah dikenal

dengan nama akad ijarah. Dilihat dari sisi obyeknya, akad ijarah

dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Ijarah manfaat (Al Ijarahala al manfaah), contoh sewa

menyewa rumah, kendaraan, pakaian dan lain-lain. Dalam hal

ini mu’jir mempunyai benda-benda tertentu dan musta’jir

butuh benda tersebut dan terjadi kesepakatan antara keduanya,

dimana mu’jir mendapatkan imbalan tertentu dari musta’jir dan

musta’jir mendapatkan manfaat dari benda tersebut.

2. Ijarah yang bersifat pekerjaan (AlIjarahalaa’mal), dengan cara

mempekerjakan seseorang untuk melakukan sesuatu. Mu’jir

Page 49: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

36

adalah orang yang mempunyai keahlian, tenaga, jasa dan lain-

lain, kemudian musta’jir adalah pihak yang membutuhkan

keahlian, tenaga atau jasa tersebut dengan imbalan tertentu.

Mu’jir mendapatkan upah (ujrah) atas tenaga yang ia keluarkan

untuk musta’jir dan musta’jir mendapatkan tenaga atau jasa

dari mu’jir (Afandi,2009:188).

3. Rukun dan Syarat Makelar

Untuk sahnya pekerjaan makelar ini harus memenuhi

beberapa syarat antara lain sebagai berikut:

1. Persetujuan kedua belah pihak perhatikan Q.S. An-Nisa (4) : 29

نكم بالباطل إل أن تكون تارة عن يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي

كان بكم رحيما ت راض منكم ول ت قت لوا أن فسكم إن اللو

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang

batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama-suka di antara kamu. dan

janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

2. Obyek akad bisa diketahui manfaatnya secara nyata dan dapat

diserahkan.Obyek akad bukan hal-hal yang maksiat atau

haram, misalnya mencarikan untuk kasino, porkas, dan

sebagainya. Dari pekerjaan seperti makelar ini dibolehkan

memungut upah (ijarah). Dijelaskan oleh Sayyid Sabiq dalam

Fiqh sunnah, para ulama’ memfatwakan tentang kebolehan

Page 50: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

37

memungut upah yang dianggap sebagai perbuatan baik (selama

perbuatan atau pekerjaan tersebut tidak bertentangan dengan al-

Qur’an dan hadis).

Sedangkan menurut Mazhab Hanbali pekerjaan yang tidak

boleh memungut upah adalah seperti adzan, iqamah,

mengajarkan al-Qur’an, fiqh, badal haji dan puasa qadha’.

Namun, boleh mengambil upah dari pekerjaan-pekerjaan

tersebut jika termasuk pada mashalih.

Mazhab Maliki, Syafi’i, dan Ibnu Hazm membolehkan

mengambil upah sebagai imbalan mengajarkan al-Qur’an dan

ilmu-ilmu karena itu termasuk jenis imbalan perbuatan yang

diketahui dan dengan tenaga yang diketahui pula. Ibnu Hazm

mengatakan bahwa pengambilan upah sebagai imbalan

mengajar al-Qur’an dan pengajaran ilmu, baik secara bulanan

maupun sekaligus karena nash yang melarang tidak ada

(Suhendi,2010:118-121).

Pekerjaan yang dilakukan itu harus yang diperbolehkan oleh

Islam dan aqad atau transaksinya berjalan sesuai dengan atau

Islam. Bila pekerjaan itu haram, sekalipun dilakukan oleh

orang non muslim juga tetap tidak diperbolehkan.

Rasulullah Muhammad saw. Sendiri diriwayatkan pernah

meminta orang Yahudi sebagai penulis dan penterjemah. Juga

pernah meminta orang musyrik sebagai petunjuk jalan. Abu

Page 51: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

38

Bakar dan Umar Bin Khattab pernah meminta orang Nasrani

untuk menghitung harta kekayaan. Ali bin Abi Thalib diminta

oleh orang yahudi untuk menyirami kebun dengan upah tiap

satu timba sebutir kurma (RachamtSyafei).

Hak menerima upah bagi Musta’jir adalah ketika pekerjaan

selesai di kerjakan, beralasan kepada hadis yang di riwayatkan

Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda:

:أعطوا الأجير أجره ق بل أن يف عرقو

Artinya:“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum

keringatnya kering” (HR.Ibnu Majah,shahih).

3. Mu’jir dan Musta’jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa-

menyewa atau upah mengupah itu baligh, berakal, cakap,

berlaku tasharuf, dan saling meridho’i.

4. Shighat ijab Kabul antara Mu’jir Musta’jir.

5. Ujrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua pihak, baik

dalam sewa-menyewa ataupun upah-mengupah. Para ulama’

menetapkan syarat upah yaitu:

a. Berupa harta tetap yang dapat diketahui.

b. Tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari ijarah.

Page 52: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

39

4. Hikmah Makelar

Syari'at Islam membicarakan tentang manfaat dan hikmah

yang besar dalam hubungan antara sesama umat manusia. Apabila

ketentuan-ketentuan yang mengatur jual beli dipatuhi baik oleh

pembeli maupun penjual akan dapat menimbulkan dampak positif

bagi kedua belah pihak, antara lain:

Masing-masing pihak merasa puas, dengan adanya

kesepakatan dan kepuasan diantara penjual dan pembeli, memiliki

suatu nilai dan dikemudian hari tidak akan adanya sesuatu yang

tidak diinginkan oleh kedua belah pihak.

Penjual dan pembeli yang berlapang dada ketika

mengadakan tawar menawar akan mendapat rahmat Allah, dan

dilihat dari berbagai pembahasan, ada teori dari sementara ahli jiwa

mengatakan bahwa keinginan marah itu harus diperturutkan

sebagai penyaluran dari suatu dorongan alami yang kalau

dibanding akan merusak jiwa. Dengan adanya jual beli akan

menjauhkan orang dari memakan dan memiliki harta dengan cara

bathil (tidak benar). Manfaat jual beli untuk nafkah keluarga

Keuntungan dan laba bisnis dari seseorang muslim dapat

dipergunakan dengan sebaik-baiknya dalam memenuhi nafkah

keluarga.

Page 53: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

40

Memberi nafkah kepada keluarga dengan ikhlas termasuk

shadaqah. Untuk melaksanakan kewajiban memberi nafkah kepada

keluarga, sandang dan papan, ialah dengan jalan usaha mencari

rizqi antara lain melalui jual beli (AgamaRI,2000:18-19).

Adapun hikmah adanya samsarah adalah dimana manusia

itu saling membutuhkan satu sama lain dalam mengisi

kehidupannya. Banyak orang yang tidak mengerti cara membeli

atau menjual barang mereka. Maka dalam keadaan demikian,

diperlukan bantuan orang lain yang berprofesi selaku samsarah

yang mengerti betul dalam hal penjualan dan pembelian barang

dengan syarat mereka akan memberi upah atau komisi kepada

makelar tersebut.

Seperti yang telah di uraikan di atas, jelaslah bahwa

samsarah itu merupakan suatu perantara perdagangan antara

penjual dan pembeli. Pihak samsarah berhak mendapat upah (gaji)

dan berkewajiban bekerja semaksimal mungkin sehingga tidak ada

yang merasa dirugikan dalam pemenuhan hak baik dari pihak

samsarah sendiri maupun dari pihak perusahaan. Kewajiban pihak

perusahaan adalah membayar upah para pekerja (simsar) dimana

mereka telah bekerja untuk perusahaan dengan semaksimal

mungkin. Kegunaan adanya samsarah adalah untuk mencegah

adanya orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Page 54: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

41

Jumlah upah atau imbalan jasa juga harus dimengerti betul

oleh orang yang memakai jasa tersebut, jangan hanya semena-

mena dalam pemenuhan hak dan kewajiban, pihak pemakai jasa

harus memberikan kepada makelar yaitu menurut perjanjian yang

telah disepakati oleh kedua belah pihak untuk mencegah kekeliruan

atau kezaliman dalam pemenuhan hak dan kewajiban di antara

mereka.

Makelar (samsarah) adalah hanya berfungsi menjualkan

barang orang lain dengan mengambil upah tanpa menanggung

resiko, dengan kata lain bahwa makelar (simsar) ialah penengah

antara penjual dan pembeli untuk memudahkan jual-beli.

Makelar yang terpercaya tidak di tuntut resiko sehubungan

dengan rusaknya atau hilangnya barang dengan tidak sengaja dan

tidak akan merugikan sebelah pihak (http//bisnisukm.com/bisnis-

makelr-peluang-usaha-potensial-html).

Page 55: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

42

BAB III

PRAKTIK MAKELAR DALAM MENGAMBIL

KEUNTUNGAN JUAL BELI MOTOR BEKAS DI DESA

BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN

SEMARANG

A. Keadaan Masyarakat di Desa Bancak Kecamatan Bancak

Kabupaten Semarang

Kelurahan Bancak memiliki wilayah dan batas-batas yang

didalamnya ada sejumlah penduduk. Kelurahan Bancak berada dalam

wilayah kerja camat yaitu Kecamatan Bancak dan kabupaten

Semarang. Yang hal itu desa memiliki otonom yaitu berhak mengatur

dan mengurus masyarakatnya sendiri, dan tidak bertentangan dengan

pemerintah diatasnya. Adapun mengenai profil dari masyarakat

Kelurahan Bancak itu yang diantaranya akan disebutkan sebagai

berikut:

1. Batas Wilayah

a. Sebelah utara : Desa Boto

b. Sebelah selatan : Desa Banding

c. Sebelah barat : Desa Wonokerto

d. Sebelah timur : Desa Rejosari

Page 56: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

43

2. Keadaan Geografis dan Topografi Desa

a. Ditinjau dari geografis, Desa Bancak terletak pada

110”34’20.09” dengan 110”35’57.84” Bujur Timur dan

7”14’9.52’ sampai dengan 7’15’52.36” Lintang Selatan.

b. Dengan permukaan tersebutlah, maka tanahnya sangat

berpotensi dan produktif untuk daerah pertanian.

c. Ditinjau dari topografi, Desa Bancak berada pada kisaran

anatara 318-1.450 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan

ketingian terendah berada di Dusun Sawit dan sebagian Dusun

Banjarsari dan tertinggi di Dusun Ngentak dan Dusun Krajan

(LPPD:2019).

3. Jumlah Luas Penduduk dan Kepadatan

a. Luas : 4.385,01 Ha

b. Jumlah Penduduk : 23.996 jiwa

c. Kepadatan : 544,8 orang/km2

4. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Keadaan sosial masyarakat Desa Bancak kategori sedang,

karena ditunjang dari potensi tanah sawah yang cukup produktif.

Sehingga perkembangan warga setiap tahunnya sedang-sedang

saja. Budaya masyarakat Desa Bancak yang berlaku setiap harinya,

menggunakan adat budaya jawa dan lokal (kerja bakti, kegotong

royongan, kerja sama) dan di tunjang dengan banyak nya kesenian-

Page 57: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

44

kesenian jawa, seperti contoh kesenian tari-tarian kuda lumping,

rodat,rebana dan lain-lain.

5. Kategori Penduduk dan Mata Pencarian Penduduk

Kategori penduduk di Desa Bancak adalah semua warga

yang ada di Desa Bancak adalah semuanya beragama Islam, dan

mata pencarian penduduk di Desa Bancak adalah sebagaian besar

menjadi petani, ada juga buruh tani, buruh serabutan lain,

pengusaha, buruh industri atau bangunan, pedagang dan lain-lain

seperti (jasa-jasa).

6. Sejarah Singkat Berdirinya Jasa Praktik Makelar di Desa

Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang

Jasa praktik makelar jual beli motor bekas merupakan jasa

yang berada di Dusun Gunung Jayan Desa Bancak Kecamatan

Bancak Kabupaten Semarang yang memberikan jasa kepada

pembeli atau penjual yang ingin di carikan motor atau di jualkan

motor, praktik jasa makelar ini didirikan oleh individu yaitu oleh

Bapak Ngadiman sejak 1995 hingga 2019, jasa makelar ini di

lakukan dengan bekerja sama dengan makelar lain untuk transakasi

jual beli motor bekas (wawancara dengan Bapak Ngadiman 11

Februari 2019).

Page 58: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

45

Namun di sini Bapak Ngadiman tidaklah sendiri yang

memberikan jasa makelar di Dusun Gunung Jayan Desa Bancak

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang di sini ada dua makelar

lagi yaitu Bapak Siswanto dan Bapak Syaiful Rohman.

Berikut ini adalah data-data dari identitas pihak makelar,

penjual dan pembeli sebagai berikut:

a. Pihak Makelar Pertama

Nama : Ngadiman

Tmpt tggl lahir : Kab.Semarang 22-12-1950

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Dsn G.Jayan Desa Bancak

Agama : Islam

Pekerjaan : Pekebun dan (Makelar)

b. Pihak Makelar Kedua

Nama : Siswanto

Tempat tggl lahir : Kab.Semarang 05-08-1985

Alamat : Dsn G.Jayan Desa Bancak

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Page 59: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

46

c. Pihak Makelar Ketiga

Nama : Syaiful Rohman

Tempat tggl lahir : Kab.Semarang 08-08-1990

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Dsn G.Jayan Desa Bancak

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasata

d. Pihak Penjual

Nama : Jamari

Tmpt tggl lahir : Kab.Semarang 05-01-1962

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Dsn G.Jayan Desa Bancak

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani dan (Penjual)

e. Pihak Pembeli

Nama : Sumali

Tmpt tggl lahir : Kab.Semarang 20-06-1972

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Dsn G.Jayan Desa Bancak

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani dan (Pembeli)

Page 60: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

47

B. Praktik Makelar Jual Beli Motor Bekas di Bancak Desa Bancak

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang

Untuk memaparkan sistem jual beli motor bekas melalui

makelar di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang,

akan di jelaskan menurut narasumber, bahwa jual beli beli motor

bekas melalui makelar merupakan akad yang berbentuk lisan, kedua

belah pihak melakukan kesepakatan yaitu pihak makelar menawarkan

jasa kepada pihak penjual atau pembeli, kemudian makelar di berikan

sejumlah uang oleh pemberi kuasa atas jasa menemukan pembeli dan

atau menemukan barang motor bekas.

Menurut Bapak Jamari umur 57 tahun warga RT/RW 01/12

saat di temui di rumahnya mengatakan bahwa kegiatan jual beli

dengan menggunakan jasa makelar dilakukan karena terbatasnya

waktu dan kemampuan bagi pihak penjual dalam hal ini adalah orang

yang membutuhkan jasa makelar, dan dianggapnya lebih praktis dan

mudah. Makelar dianggap lebih mengetahui pemasaran, sehingga

disini akan dijelaskan mengapa penjual menggunakan jasa makelar

dan bagaimana upah makelar itu sendiri (wawancara Bapak Jamari

sebagai Penjual senin 11 Februari 2019).

Menurut beberapa penduduk setempat, penggunaan jasa

makelar adalah sudah menjadi hal biasa apalagi dalam penjualan yang

bernilai tinggi, seperti tanah, sawah, rumah, dan sepeda motor. Karena

makelar dianggap lebih mengetahui medan pemasaran dan pasaran.

Page 61: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

48

Tugas mereka adalah menjembatani antara pihak yang membutuhkan

dan pihak yang ingin menjualkan barang atau penjual dan pembeli.

Dalam hal ini tugas makelar adalah mencarikan bagi pihak yang

pembeli atas apa yang pembeli butuhkan, dan bagi penjual makelar

adalah perantara dan menghubungkan atau mencarikan pembeli.

Dan selanjutnya menurut Bapak Sumali umur 47 tahun warga

RT/RW 04/12 saat di temui di rumahnya mengatakan bahwa faktor

menggunakan jasa makelar antara lain adalah

1) Mempermudah kerja dari pada penjual, dalam hal ini

makelar berlaku sebagai wakil.

2) Makelar dianggap lebih tau pasaran sehingga penjual

percaya jika dia diwakilkan dan tidak akan ada unsur

penipuan.

3) Lebih cepat mendapatkan pembeli.

Bisa jadi penjual tertipu dan mengalami kerugian karena

tidak tahu harga pasaran, disini makelar juga bertugas wajib

menanyakan jenis barang yang akan dijual, dari harga, maupun

kualitas atau kekurangan dan kelebihan (wawancara dengan Bapak

Sumali sebagai pembeli, Rabu 13 Februari 2019).

Page 62: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

49

1. Praktik Upah Makelar Secara Umum di Desa Bancak

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang

Dari penjelasan diatas dapat diketahui sebab dari penggunaan

jasa makelar, selanjutnya praktik makelar akan dijelaskan sebagai

berikut:

Menurut Bapak Ngadiman umur 69 tahun warga RT/RW

01/12 mengatakan bahwa tugas seorang makelar adalah banyak

mencari berita tentang penjualan atau pembelian barang dari waktu-

waktu senggangnya, biasanya mereka akan sering menyempatkan

waktu untuk saling mengunjungi rumah mereka. Dari situlah para

makelar berkumpul dan banyak membicarakan tentang penjualan

atau pembelian dari sekitar lingkungan masing-masing, mereka bisa

bekerja secara tim atau individu dan yang terkahir adalah

mendampingi atau menjembatani dua belah pihak saat transaksi,

sedangkan fungsi seoarang makelar adalah mediator dari kedua

belah pihak penjual dan pembeli saat transaksi (wawancara Bapak

Ngadiman, Sabtu 16 Februari 2019).

Selanjutnya adalah faktor mengunakan jasa makelar menurut

Bapak Siswanto umur 34 tahun warga RT/RW 03/12 di temui di

rumahnya mengatakan dianataranya penyebab penjual atau pembeli

mengunakan jasa atau tenaga makelar adalah sebagai berikut:

Page 63: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

50

1. Mempermudah akses pencarian motor bekas.

2. Menghemat waktu (efisien waktu).

3. Lebih bersifat hati-hati karena unsur pengalaman

khususnya makelar yang jujur bisa terhindar dari unsur

penipuan.

Dari faktor di atas Bapak Siswanto Menuturkan banyak

penjual atau pembeli ketika tidak mengunakan jasa makelar dalam

membeli motor bekas merasa kesulitan mencari motor yang

diinginkan, bahkan tertipu dari seorang penjual baik masalah

harga, kualitas motor. Oleh karena itu untuk menjaga hal-hal yang

tidak diinginkan memang diperlukan pengunaan jasa makelar agar

hal yang tidak diinginkan tidak terjadi (wawancara dengan Bapak

Siswanto,Minggu 31 April 2019).

Selain itu kebiasaan warga masyarakat menggunakan jasa

makelar menjadikan mereka lebih mudah dalam mencari makelar,

jika mereka membutuhkan sesuatu, menjualkan atau ingin

membeli, mereka akan mendatangi makelar dan meminta bantuan

mereka. Mereka akan langsung mengatakan niatnya dalam mencari

atau menjual barang. Jika makelar sendiri sudah punya pandangan

barang yang dimaksud penjual atau pembeli maka dia akan

langsung mengatakan apa saja dan bagaimana jenis barang yang

dibutuhkan. Jika pihak penjual atau pembeli tertarik dengan

Page 64: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

51

beberapa barang dari makelar, dari situlah terjadi kesepakatan

awal.

Dan menurut Bapak Syaiful Rohman umur 29 tahun warga

RT/RW 03/12 mengatakan bahwa dalam mengunakan jasa makelar

mempunyai banyak keuntungan adalah sebagai berikut:

1. Kita tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga karena

segala hal yang berhubungan dengan proses jual beli dan

ganti atau balik nama semua sudah di urus oleh pihak

makelar.

2. Makelar pada umumnya sudah punya daftar atau calon

pembeli dan penjual, sehingga penemuan barang atau

pembeli lebih cepat di lakukan karena tinggal mencocokan

kriteria yang dibutuhkan saja (wawancara dengan Bapak

Syaiful Rohman, Minggu 31 April 2019).

Kemudian makelar akan mencarikan dari apa yang

dibutuhkan penjual atau pembeli dan mereka akan bertemu dan

melakukan persetujuan kembali. Akan tetapi makelar akan terlebih

dulu menjelaskan bagaimana jenis barang tersebut, dan dalam hal

ini pihak pembeli, jika setuju maka akan memulai kesepakatan dari

penentuan harga dari pihak makelar. Biasanya penjual akan

menetapkan harga terlebih dulu dan makelar mengikuti sesuai

dengan pasaran, dari harga pasaran itulah makelar memaparkan

kepada pembeli.

Page 65: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

52

Ketika sudah terjadi kesepakatan dari jual beli tersebut,

kemudian makelar mengutarakan maksud dari ketentuan atau

pemberian upah dari penjualan tersebut. Biasanya pembeli

mengikuti saja dari bagaimana upah dari makelar, karena sudah

menjadi kebiasaan dari penggunaan jasa makelar dan dianggapnya

tolong-menolong.

Akan tetapi dalam praktiknya makelar mengambil

keuntungan berlebih tanpa sepengetahuan dari pihak pembeli dan

pihak penjual dengan cara memberikan harga paten kepada

pembeli, dengan ini makelar juga memberikan harga paten ke

penjual, praktiknya adalah pembeli Bapak Sumali mendatangai

makelar Bapak Ngadiman minta di carikan sebuah sepeda motor

Supra X 125, dengan harga 8 juta, lalu makelar Bapak Ngadiman

mencari info sepeda motor Supra X 125, yang akan dijual, lalu

makelar mendapatkan penjual motor bekas yang dimiliki oleh

Bapak Jamari, penjual motor memberikan harga 9 juta kepada

makelar dengan memberikan keuntungan 1% apabila motor

tersebut terjual, lalu dari pihak makelar menghubungi pembeli

dengan memberikan harga sepeda motor tersebut dengan harga 10

juta.

Page 66: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

53

2. Praktik Makelar Dalam Mengambil Keuntungan Berlebih

Dalam praktik makelar mengambil keuntungan berlebih

makelar bisa bekerja sendiri, bisa juga bekerja dengan tim, adapun

permintaan bisa terjadi dari pihak pembeli atau penjual. Pada bagian

ini untuk menjelaskan secara rinci dan detail dari kinerja seoarang

makelar baik menerima, mencarikan dan mendapatkan motor sampai

memperoleh upah dan mengambil keuntungan dari jasanya maka hal

ini dibagi menjadi 4 tahapan yaitu:

1. Tahap awal, proses jual beli

Pada tahap awal ini akan dijelaskan bagaimana proses awal

jual beli dari permintaan pembeli. Dari seorang pembeli, dalam

hal ini adalah Bapak Sumali yang mendatangi makelar Bapak

Ngadiman, mengutarakan maksudnya untuk membeli atau

mencarikan sebuah motor, dari situ Bapak Ngadiman akan

memberikan pandangan dari beberapa yang beliau ketahui.

Salah satu motor yang di miliki Bapak Jamari, yang mau di

jual dari situ terjadi kesepakatan awal yaitu memilih barang

dalam hal ini motor.

2. Tahap kedua, pelaksanaan kinerja makelar dalam mencarikan

sepeda motor.

Pada tahap kedua ini kemudian pihak makelar Bapak

Ngadiman dilain hari mendatangi Bapak Jamari dan

menanyakan kembali motor yang pernah ditawarkan untuk

Page 67: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

54

dijual tersebut, antara makelar dan penjual sebelumnya telah

membuat kesepakatan harga terlebih dulu guna untuk

menentukan keuntungan bagi makelar itu sendiri.

3. Tahap ketiga, pihak makelar membuat kesepakatan dengan

pembeli dan penjual.

a. Pihak makelar yaitu Bapak Ngdiman memberikan

harga kembali kepada pembeli yaitu Bapak Sumali

dengan harga 8 juta, apabila terjadi kesepakatan

harga antara pembeli dan penjual, maka pembeli

akan memberikan keuntungan sebesar 2.5% kepada

makelar, karena memberikan informasi tentang

motor yang dicari oleh pembeli. Setelah terjadi

kesepakatan harga antara pembeli.

b. Maka dari situ pihak makelar kembali membuat

kesepakatan kepada penjual. Dengan ini penjual

sepeda motor juga akan memberikan keuntungan

sebesar 1%, jika motor yang terjual lewat makelar

sesuai dengan harga yang ditentukan oleh penjual,

harga yang telah disepakati adalah 9 juta.

4. Tahap keempat, selesainya kesepakatan transaksi akad jual beli

anatara penjual, pembeli dan makelar.

Pada tahap keempat ini pembelipun setuju, dari situ

pihak makelar menghubungi penjual dengan ini pihak makelar

Page 68: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

55

meminta kepada penjual untuk mematok harga sebesar 10 juta

tanpa sepengetahuan dari pihak pembeli, dan terjadilah akad

transaksi jual beli antara pembeli dan penjual lewat makelar

(wawancara dengan Bapak Ngadiman, Bapak Jamari, Bapak

Sumali).

5. Proses berakhirnya transaksi dan pemberian keuntungan

Berakhirnya transaksi makelar adalah ketika sudah

melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam

mencarikan barang atau pembeli. Pekerjaan seorang makelar

tidaklah selalu lancar, terkadang makelar sudah bersusah payah

mencarikan barang yang di ingikan dari pembeli akan tetapi

tidak terjadi transaksi dan bahkan tidak mendapatkan apa-apa.

Terselesaikannya atau terpenuhinya tanggung jawab sebagai

makelar jual beli pada saat perjanjian awal dalam mendapatkan

barang yang dicari, seorang makelar dikatakan berhasil dalam

memenuhi tanggung jawabnya ketika seorang pembeli merasa

puas atas pelayanan dalam mencarikan barang.

Keuntungan makelar diberikan ketika makelar sudah

mencarikan barang, pembeli sudah mendapatkan barang, dan

penjual sudah memberikan barang dan sudah terjadi transaksi

dan kesepakatan, maka disitulah makelar berhak mendapatkan

keuntungan dari pembeli dan penjual atas jerih payahnya.

Page 69: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

56

Sedangkan bila yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu

makelar gagal atau tidak dapat mencarikan barang, maka

mereka tidak mendapatkan upah walaupun sudah

mencarikannya.

Dengan berakhirnya transaksi jual beli dan pembeli

mendapatkan barang yang di inginkan dan penjual

mendapatkan uang yang di inginkan, makelar juga

mendapatkan keuntungan sebesar 10% dari transaksi jual beli

motor bekas tanpa sepengetahuan dari pihak pembeli dan

penjual, dengan ini makelar juga mendapat 2,5% dari pembeli

karena sudah mencarikan motor dan makelar juga

mendapatakan 1% dari penjual karena sudah mencarikan

konsumen (wawancara dengan bapak Ngadiman).

C. Bentuk Akad dalam Menentukan Keuntungan Makelar

Proses akad dalam transaksi jual beli, para pelaku

memahami dari perkataan tersebut yang terkandung maksud

sebagai sewa jasa tenaga guna memasarkan, mencari, dan

mendapatkan barang. Dari perkataan antara kedua belah pihak

baik antara penjual, pembeli atau makelar, saling mengikrarkan,

maka hal yang demikian menjadi perjanjian yang mengikat, dan

ikatan inilah yang menjadikan atau mewajibkan bagi seorang

makelar untuk menjalankan kewajiban, sebagai perantara dan

bertanggung jawab sepenuhnya dalam mencarikan barang.

Page 70: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

57

Transaksi menjadi mengikat ketika pekerjaan selesai

dilakukan serta keuntungan telah tetap dan menjadi kewajiban bagi

penyewa untuk memberikan keuntungan atas jasa yang di berikan

oleh makelar dalam mencarikan barang. Adapun akad yang

dijadikan pengikat pada perjanjian adalah berbentuk ucapan atau

lisan dari seorang penjual kepada makelar dan pembeli kepada

makelar.

Seperti dari penjual: “saya mempunyai barang yang mau

dijual dan saya beri harga sekian, juallah barang ini terserah anda,

jika ada kelebihan maka kelebihan itu menjadi milik anda” dan sah

jika makelar menjawab “ya” sebagai kesanggupannya untuk

menjualkan barang (ucapan penjual bapak Jamari pada proses jual

beli).

Dari pembeli: “saya carikan sepeda motor, mau saya buat

anak saya buat sekolah, kalau bapak ada tolong saya perlihatkan

motornya”, kemudian makelar menjawab: “untuk komisi 2.5% jika

terjadi kesepakatan dan pembeli mengatakan “ya”, maka terjadilah

ikatan dan transaksi awal (ucapan dari pembeli bapak Sumali pada

proses jual beli).

Bentuk akad dari transaksi tersebut adalah lisan, dan

gambaran transaksi tersebut adalah dua belah pihak melakukan

kesepakatan, yaitu pihak makelar menyewakan jasa tenaganya

kepada pihak lainnya (penjual atau pembeli) dengan uang sewaan

Page 71: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

58

tertentu yang telah disepakati, kemudian makelar mendapatkan

upah oleh pihak penyewa atas jasa tenaga makelar.

Dengan cara ketika habis masa sewa yaitu barang yang di

cari sudah di dapatkan. Pada bentuk pembayarannya tidak dengan

menggunakan uang panjer atau uang muka, melainkan ketika

selesai kesepakatan dengan adanya barang maka diikuti pula

pembayaran dari pembeli kepada penjual diserahkannya barang

dari penjual kepada pembeli, serta keuntungan bagi makelar.

Page 72: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

59

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK

MAKELAR JUAL BELI MOTOR BEKAS DI DESA BANCAK

KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG

A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Makelar di Desa Bancak

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang

Ada banyak bentuk jual beli yang bisa dilakukan oleh manusia

dalam memenuhi kebutuhannya, baik itu berupa makanan, sandang

maupun papan, dan banyak juga jenis transaksi usaha jual beli yang

mereka lakukan, ada yang berbentuk transaksi secara langsung, atau

tidak langsung. Termasuk juga yang berkembang di Desa Bancak

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang terutama bagi para penjual

yang membutuhkan jasa makelar dalam melakukan jual beli, mereka

melakukan proses jual beli dengan bagi hasil antara pihak penjual dan

makelar. Yang sering terjadi kesalahan oleh pihak makelar yaitu

kecurangan mengambil keuntungan berlebih tanpa sepengtahuan

kedua belah pihak dalam praktik makelar jual beli motor bekas di

Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang yang meliputi

beberpa faktor diantaranya:

1. Faktor Ekonomi

Praktek jual beli dengan menggunakan jasa makelar ini

disebabkan karena faktor ekonomi yang kurang mendukung,

terutama dari pihak makelar. Dengan menjadi makelar atau

Page 73: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

60

perantara dalam jual beli dapat membantu sedikitnya tambahan

pendapatan. Bagi para pihak dalam hal ini penjual dan pembeli

dapat melangsungkan jual beli dengan lancar. Di masa sekarang

banyak orang disibukkan dengan pekerjaan masing-masing,

sehingga ada sebagian orang yang tidak memiliki waktu untuk

menjual barangnya atau mencari barang yang diperlukan.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S.Az-Zumar

(39):39 yang berbunyi:

مل قل يقوم ٱعملوا فسوف ت علمون على مكانتكم إن ع

Artinya:"Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,

sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu

akan mengetahui”.

Sebagian orang lagi memiliki keahlian untuk memasarkan

atau menjualkan, namun tidak memiliki barang yang akan

dijualkan, sehingga untuk memudahkan kesulitan menangani

permasalahan tersebut, seperti makelar.

Dimana para pihak mendapatkan manfaat keuntungan,

makelar mendapatkan lapangan pekerjaan dan upah dari hasil

kerjaannya, sedangkan orang yang membutuhkan jasa

mendapatkan kemudahan, karena sudah ditangani oleh orang yang

mengerti betul dalam bidangnya.

Page 74: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

61

2. Faktor Sosial Keagamaan

Mengingat manusia adalah sebagai makhluk sosial yang

tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan orang lain dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat Desa Bancak adalah

masyarakat yang bisa dikategorikan masyarakat yang agamis,

masih kental dengan tradisi gotong-royong, saling tolong

menolong, saling percaya antara satu sama yang lain, saling

menjalin tali silaturahmi antara sesama. Maka, praktik makelar

adalah menjadi hal yang lumrah dan merupakan proses saling

menolong dan saling percaya di antara beberapa pihak karena

sama-sama saling membutuhkan.

Akad bagi hasil yang terjadi pada praktek makelar ini

karena atas dasar tolong menolong dan saling percaya antar sesama

umat manusia dalam hal kebaikan, khususnya dalam bermuamalah.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S.Al-Maidah

(5):2 yang berbunyi:

هر الرام ول الدي ول لوا شعائر اللو ول الش يا أي ها الذين آمنوا ل ت

ين الب يت الرام ي بت غون فضلا من م ورضوانا وإذا حللتم فاصطادوا القلائد ول آم رب

وكم عن المسجد الرام أن ت عتدوا وت عاونوا على الب ول يرمنكم شنآن ق وم أن صد

ث والعدوان وات قوا ال قوى ول ت عاونوا على ال لو إن اللو شديد العقاب والت

Artinya: “Hai orang-orang beriman janganlah kamu melangar

syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melangar kehormatan

Page 75: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

62

bulan-bulan haram, jangan menggangu binatang-

binatang had-ya dan binatang-binatang qalaa-id, dan

jangan pula mengangu orang-orang yang mengunjungi

baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan

dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan

haji maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali

kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka

menghalangi-halangi kamu dari masjidil haram,

mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan

tolongmenolonglahkamudalam(mengerjakan)kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. Dan bertkwalah kamu kepada

Allah, sesungguhnya amat berat siksa-Nya”.

3. Faktor Kebudayaan

Masyarakat Desa Bancak sudah memasuki masyarakat

menengah keatas dan sebagian modern, sehingga cara berfikirnya pun

lebih memilih cara praktis dan cepat. Akan tetapi mereka masih

berpegang atau bergantung pada adat kebiasaan yang telah berlaku

sejak lama. Sebagaimana proses upah makelar ini juga disebabkan

karena faktor kebiasaan atau adat istiadat (urf). Jual beli atau

pemberian upah dengan akad prosentase sudah berlangsung sejak

lama dan tidak diketahui kapan dimulainya. Sehingga menjadi adat

istiadat yang berkembang dan tidak bisa untuk dihindari. Segala

sesuatu yang telah menjadi adat kebiasaan dalam masyarakat akan

ditetapkan sebagai suatu hukum jika adat istiadat itu tidak

bertentangan dengan syari’at Islam.

Akad bagi hasil baik dalam bentuk prosentase atau tidak, tidak

menjadi aturan tetap dalam penentuan upah makelar, semua

dikembalikan lagi kepada kesepakatan awal, baik dari pihak makelar

Page 76: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

63

penjual ataupun dari pihak makelar pembeli. Semua itu sudah menjadi

adat kebiasaan, dan karena tidak bertentangan dengan syari’at Islam.

Apabila yang terjadi adalah akad awal, akan tetapi makelar tidak bisa

memenuhi tugasnya maka tidak dapat ditetapkan sebagai hukum

karena tidak sesuai dengan syari’at Islam, dan upah makelar tidaklah

diberikan.

Pembagian Keuntungan dalam upah makelar menurut undang-

undang disebut provesi, dalam praktik hal ini disebut courtage. Untuk

menghindari jangan terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka barang-

barang yang akan ditawarkan dan diperlukan harus jelas. Supaya tidak

timbul salah paham, begitu juga dengan imbalan jasa dan pembagian

keuntungan harus ditetapkan lebih dahulu, apalagi nilainya dalam

jumlah yang besar. Biasanya, kalau nilainya besar ditandatangani

perjanjian di hadapan notaris (Hasan,2003.132-133).

Dalam masyarakat juga berlaku kebiasaan (adat-istiadat),

bahwa imbalannya tidak ditentukan dan hanya berlaku sebagaimana

biasanya yaitu 2,5 % dari nilai transaksi. Ada juga yang berlaku 2,5 %

dari penjualan dan 2,5 % dari pembeli, itu terkadang lebih dari 2,5%

atau sebaliknya.

Supaya tidak terjadi salah paham, maka pemilik barang dan

makelar dapat mengatur suatu syarat tertentu mengenai jumlah

keuntungan yang diperoleh pihak samsarah. Boleh mengambil dalam

bentuk persentase (komisi) atau mengambil kelebihan dari harga yang

Page 77: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

64

di tentukan oleh pemilik barang, itu semua tergantung kesepakatan

kedua belah pihak.

Islam menyukai perdamaian, jadi supaya tidak ada yang

berselisih paham maka dari itu Islam menganjurkan untuk membuat

sebuah perjanjian baik tertulis ataupun tidak tertulis supaya kerja sama

yang mereka lakukan akan bermanfaat dan memperoleh keuntungan.

Sebagai landasan hukumnya ialah hadis yang diriwayatkan

Shahih Sunan Tarmidzi, Rasulullah saw bersabda:

المسلمين إل صلحا حرم حلال أو أحل حراما والمسلمون على الصلح جائز ب ين

قال أبو عيسى ىذا حديث حسن شروطهم إل شرطا حرم حلال أو أحل حراما

صحيح

Artinya:"Perdamaian antara kaum muslimin boleh, kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau

menghalalkan yang haram. Kaum muslimin harus

melaksanakan syarat yang mereka tetapkan, kecuali

syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan

yang haram" (Shahih Sunan Tarmidzi).

Maksud dari hadist di atas adalah kerja sama antara sesama

muslim itu halal kecuali kerja sama yang haram tapi dihalalkan,

seperti menjual minuman keras dan narkotika, maka dari itu mereka

harus berpegang kepada syarat-syarat yang telah ditentukan di atas

salah satunya obyek akad bukan hal-hal yang maksiat atau haram.

Page 78: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

65

Makelar adalah pengantara perdagangan (orang yang

menjualkan barang atau mencarikan pembeli) atau perantara penjual

dan pembeli untuk memudahkan jual beli, kehadiran makelar di

tengah-tengah masyarakat, terutama masyarakat modern sangat

dibutuhkan untuk memudahkan dunia bisnis (dalam perdagangan,

pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain). Menjadi makelar

hukumnya halal, karena makelar yang baik merupakan petunjuk jalan

dan perantara antara penjual dan pembeli, dan banyak mempermudah

keduanya dalam melakukan perdagangan dan mendapatkan

keuntungan (Alfalahi:53).

Tidak ada salahnya kalau makelar mendapatkan upah berupa

uang dalam jumlah tertentu, atau secara persentase dari

keuntungannya atau dengan cara apapun yang mereka sepakati

bersama.

Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha

antara pihak pertama (shahibulmaal) menyediakan seluruh (100%)

modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan

usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh

pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si

pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kelalaian atau

kecurangan si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab.

Page 79: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

66

Dijelaskan oleh Sayyid Sabiq dalam Fiqh sunnah, para ulama’

memfatwakan tentang kebolehan memungut upah yang dianggap

sebagai perbuatan baik (selama perbuatan atau pekerjaan tersebut

tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis). Dalam upah (ijarah)

ada beberapa syarat dan rukun yang harus dipenuhi yaitu diantaranya ;

a. Mu’jir dan Musta’jir.

b. Shighat ijab kabul antara Mu’jir dan Musta’jir.

c. Ujrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua pihak, baik

dalam sewa- menyewa ataupun upah-mengupah.

Para ulama’ menetapkan syarat upah yaitu:

a. Berupa harta tetap yang dapat diketahui.

b. Tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari ijarah.

Pekerjaan yang dilakukan itu harus yang diperbolehkan oleh

Islam dan aqad atau transaksinya berjalan sesuai dengan ajaran Islam.

Page 80: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

67

B. Analisis Hukum Islam terhadap Keuntungan Makelar Jual Beli

Motor Bekas di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten

Semarang

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai

keuntungan berlebih dalam praktik makelar yang telah penulis

paparkan diatas, maka hukum Islam memperbolehkan atau tidak

memperbolehkan praktik makelar, karena sesuai dengan aturan yang

lazim berlaku dalam (hukum Islam), dan hukum Islam justru

memberikan arahan dalam bermuamalah, hal yang demikian itu

disebabkan oleh adanya kenyataan dalam masyarakat setempat

mengenai penggunaan jasa makelar, yang terpenting dengan tata cara

kejujuran, serta sesuai dengan hukum Islam.

Dan dari ulasan analisis di atas, maka praktik hubungan kerja

antara makelar dengan pemilik barang serta calon pembeli nya

termasuk akad ijarah. Hal yang semacam ini dapat dilihat dari bentuk

akad ijab qobul yang menunjukkan sewa-menyewa dalam jual beli

sepeda motor bekas melalui makelar. Ijab dan qobul disini menjadi

penting dalam sebuah perjanjian atau akad, yang menentukan arah

kedepannya pada suatu transaksi, baik ketika perjanjian dilangsungkan

maupun saat pelaksanaannya. Karena ijab qabul merupakan

manifestasi suka sama suka, yang keduanya terdapat kecocokan atau

kesesuaian mengalihkan hak kepemilikan atas suatu barang atau jasa

pada suatu transaksi.

Page 81: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

68

Ijab seperti yang diketahui pada bab sebelumnya diambil dari

kata aujaba yang artinya meletakkan, dari pihak penjual yaitu

pemberian hak milik, dan qabul yaitu orang yang menerima hak milik.

Jika penjual berkata: “bi’tuka (saya jual kepadamu) buku ini dengan

ini dan ini, maka ini adalah ijab, dan ketika pihak lain berkata:

“qabiltu” (saya terima), maka ini adalah qabul.

Dan jika pembeli berkata: “Juallah kitab ini kepadaku dengan

harga begini” Lalu penjual berkata: “saya jual kepadamu”, maka yang

pertama adalah qabul dan yang kedua adalah ijab maka sah

(Muhammad,2010:29). Dari sini penulis mengatakan bahwa dalam

transaksi jual beli, permasalahan ijab qabul, ucapan pembeli boleh

didahulukan dari ucapan penjual seperti keterangan di atas, tapi dalam

permasalahan akad jual beli penjual selalu yang ber-ijab dan pembeli

menjadi penerima, baik diawalkan atau diakhirkan lafalnya.

Para ulama’ tidak berbeda pendapat tentang keabsahan jual beli

yang menggunakan shighah jual beli secara sharih (jelas dan lugas).

Karena ijab dan qabul adalah unsur pertama yang menandakan

kerelaan dua belah pihak, sehingga dalam masalah ini perlu

diungkapkan secara jelas sebagai alamat berpindahnya hak milik dari

satu ke yang lainnya, serta dalam penyebutannya (shighah) para pihak

memahami maksud dari ucapan yang dijadikan akad (shighah).

Perbedaan pendapat terjadi mengenai pemakaian kata-kata

kinayah (kiasan) dalam jual beli. Menurut beberapa waj’ah (pendapat

Page 82: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

69

yang paling shahih), pemakaian bahasa kiasan dibolehkan. Seperti

Ucapan “saya jadikan ia milikmu dengan harga begini, atau ambillah

dengan harga begini, atau semoga Allah memberkahimu dengan

barang itu sambil berniat jual-beli.

Adapun ulama’ yang mengatakan penggunaan shighah kinayah

dalam jual-beli tidak sah, karena orang yang diajak bicara tidak tahu

apakah dia diajak bicara tentang jual-beli atau lainnya. Namun

pendapat ini tertolak karena penyebutan harga atau ganti jelas

menunjukkan jual beli, maka keberadaannya merupakan petunjuk akan

hal itu dan jika terpenuhi semua petunjuk yang mengarah kepada akad

jual-beli bisa dipastikan bahwa ia adalah akad jual beli yang sah.

Selama memang mengandung makna jual beli dan lainnya, dan

si muaqid memahami perkataan itu. Dari sini bisa dilihat bahwa

bagaimanapun bentuk dari jual beli dan macamnya mengenai akad

yang berkenaan dengan shighah, haruslah disandarkan pada objek

(ma’qudalaih) yang diakadi. Seperti jual beli dengan cara pesanan

maka bentuk akadnya adalah salam, jual-beli dengan mediator atau

orang sewaan maka dalam bentuk akad sewa menyewa (ijarah).

Baik shighah tersebut penyebutannya secara sharih dan

kinayah dengan syarat bahwa shighah haruslah jelas, adapun yang

menggunakan dengan ucapan kiasan maka ucapan tersebut

mengandung unsur jual beli dan para pelaku akad memahami maksud

dari perkataan pada saat transaksi.

Page 83: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

70

Terkait dengan masalah ijab dan qabul ini, adalah jual beli

melalui perantara makelar (samsarah) di Desa Bancak Kecamatan

Bancak Kabupaten Semarang yaitu seseorang yang diutus untuk

menjualkan dan mencarikan barang dan pembeli atau penjual dengan

adanya keuntungan atau upah. Shighah disini dimaksudkan adalah

sebagai transaksi sewa jasa makelar, yang mana ucapan tersebut

digunakan untuk mengungkapkan maksud muta’aqidain, yakni berupa

lafal atau sesuatu yang mewakilinya, sebagai sewa jasa untuk

mempekerjakan dalam mencari barang atau pembeli dan sebaliknya.

Maka shighah yang ada dalam praktik tersebut adalah sebagai berikut:

“saya ada barang yang mau di jual, dan dengan harga sekian, maka jual

lah barang ini, selanjutnya terserah mau di jual berapa kepada

pembeli”. Kemudian makelar berkata “ya” sebagai tanda jadi.

Ucapan shighah yang semacam ini ketika penjual mengatakan

pada pihak perantara (makelar) mereka (penjual ,makelar ,dan

pembeli) memahami atau dimaksudkan sebagai sewa jasa untuk

menjualkan dan mencarikan pembeli. Dalam arti lain shighah yang di

ucapkan adalah perkataan yang menunjukkan permintaan kepada

makelar untuk menjualkan atau memasarkan barang.

Hal yang sama juga disebutkan oleh para ulama’ kontemporer

seperti Ahmad Musthafa, Ahmad Azzarqa, dan Wahbah Azzuhaili

mengatakan bahwa jual beli melalui perantara itu diperbolehkan, asal

antara ijab dan qabul sejalan (Nasrun,2007:118).

Page 84: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

71

Dengan demikian, maka shighah yang telah diucapkan oleh

penjual kepada makelar sebagai ijab dari sewa jasa untuk

mempekerjakan dibolehkan, sebab antara mu’aqid memahami akan

ucapan sebagai persewaan, selain itu juga shighah yang semacam itu

berlaku dalam transaksi jual beli.

Dalam Hukum Islam, makelar atau samsarah termasuk akad

ijarah yaitu suatu transaksi memanfaatkan jasa orang lain dengan

imbalan (Zuhdi,1994:127). Dalam pelafalan sehari-hari, maka ijarah

tidak dibaca dengan hamzah berbaris di bawah atau kasrah, tetapi juga

dibaca dengan berbaris diatas atau fathah dab berbaris didepan atau

dhamah. Namun pelafalan yang populer adalah dengan berbaris bawah

atau al ijarah.

Secara bahasa ia digunakan sebagai nama bagi al-ajru yang

berarti imbalan terhadap suatu pekerjaan. Dalam bentuk lain, kata

ijarah juga dikatakan sebagai nama bagi al-ajru yang berarti upah atau

sewa. Dalam perkembangan kebahasaan kata ijarah itu dipahami

sebagai akad yaitu akad kepemilikan terhadap berbagai manfaat

dengan imbalan atau akad kepemilikan manfaat dengan imbalan.

Dari dua pengertian ini bisa ditarik bahwa ijarah adalah

transaksi yang digunakan untuk akad pemilik manfaat atau dalam kata

lain adalah transaksi pada kemanfaatan yang berasal dari makhluk atau

benda bergerak. Atau bisa dikatakan bahwa ijarah digunakan terhadap

Page 85: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

72

manfaat yang muncul dari makhluk yang berakal, rumah, kendaraan

dan sebagainya.

Ulama’ Hanafiyah mendefinisikan ijarah adalah akad terhadap

manfaat dengan imbalan (Harun:228).

Ulama’ Malikiyahdan Hambaliyah secara tegas mengatakan

bahwa ijarah adalah jual-beli manfaat yaitu kepemilikan terhadap

sesuatu yang jelas untuk waktu yang jelas dengan imbalan yang jelas.

Sedangkan menurut ulama’ Syafi’iyah ijarah identik dengan

jual beli sebagai salah satu kepemilikan terhadap manfaat dengan

syarat-syarat tertentu. Dengan melihat definisi, inti dari pengertian

ijarah bagian dari jual beli adalah karena ia merupakan akad peralihan

kepemilikan antara pihak-pihak yang berakad.

Dalam hal ini, manfaat nonmaterial menempati posisi yang

sama dengan benda-benda material lain. Manfaat itu sendiri

merupakan objek yang sah dan dapat dimiliki baik masih hidup atau

sudah mati dengan konsekuensi, ketika manfaat itu rusak maka pihak

yang merusak berkewajiban mengganti. Imbalan atau harga manfaat

itu bisa berbentuk materi tunai dan juga berbentuk utang.

Dari berbagai pengertian diatas dapat dikatakan bahwa ijarah

adalah akad pemindahan hak guna atau barang atau jasa melalui

pembayaran upah atau sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan atau barang itu sendiri.

Page 86: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

73

Transaksi ijarah didasarkan pada adanya perpindahan manfaat.

Pada prinsipnya ia hampir sama dengan jual beli. Perbedaan antara

keduanya dapat dilihat pada dua hal utama. Selain berbeda pada objek

akad, dimana objek jual beli adalah barang kongkrit, sedang yang

menjadi objek pada ijarah adalah jasa atau manfaat, antara jual beli

dan ijarah juga berbeda pada penepatan batas waktu, dimana pada jual

beli tidak ada pembatasan waktu untuk memiliki objek transaksi,

sedang kepemilikan dalam ijarah hanya untuk batas waktu tertentu.

Untuk memberi gambaran yang komprehensif dan alasan

dalam masalah ini, penulis mengatakan ijarah sama dengan makelar

pada praktiknya yaitu kepemilikan manfaat, dimana ijarah dilakukan

pada waktu atau batas tertentu, demikian juga pada samsarah atau

makelar, ketika seorang makelar bekerja kepada pengguna jasa

makelar dengan kompensasi upah sehingga batas yang sudah

ditentukan maka makelar yang dipekerjakan tidak lagi bekerja atasnya,

kecuali jika dilakukan akad kembali sehingga ada ikatan.

Dengan kata lain pemanfaatan jasa seorang makelar ketika

sudah habis batas waktu yang ditentukan maka pengguna jasa tersebut

berkewajiban memberi uang imbalan atau upah atas jasanya.

Menyewa seseorang untuk menyusukan anak, menyewa jasa

pekerjaan yang kemudian dijadikan sebagai mahar dalam pernikahan,

menyewa jasa untuk berbekam, sampai dengan adanya upah adalah

boleh, karena faedah yang diambil dari sesuatu dengan tidak

Page 87: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

74

mengurangi pokoknya sama artinya dengan manfaat atau jasa dan yang

lebih penting adalah ketika pekerja sudah memberikan manfaat kepada

orang yang memakai jasanya diharuskan memberikan upah, karena

upah merupakan hak yang wajib ditunaikan setelah pekerjaan tersebut

selesai.

Penulis kutip dari Syekh Muhammad Bin Ibrahim bin Abdullah

At-Tuaijiri di dalam Ensiklopedi Islam Kamil, karangannya beliau

membagi ijarah kedalam dua kelompok yaitu:

1. Sewa terhadap sesuatu yang jelas diketahui seperti

perkataan: “aku sewakan kepadamu rumah ini atau mobil

ini dengan harga sekian”.

2. Sewa terhadap suatu jasa perbuatan yang diketahui dengan

jelas, seperti menyewa buruh untuk membangun dinding

atau menggarap tanah dan lain sebagainya

(Masqi,2010:936).

Pendapat Ibnu Rusyd ia mengatakan bahwa para ulama’

sepakat mengenai persewaan atau sewa menyewa ada dua macam:

pertama adalah persewaan terhadap manfaat barang yang konkrit,

yang kedua adalah persewaan terhadap manfaat-manfaat yang ada

pada tanggungan atau manfaat pekerjaan lainya yang bisa memabntu

(Muhammad,2002:83).

Dari kedua bagian yang dikemukakan oleh kedua tokoh diatas,

maka makelar (samsarah) termasuk ijarah dalam bentuk non material

Page 88: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

75

(diketahui akan kemanfaatannya setelah makelar tersebut menjalankan

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya), atau ijarah pada jasa

pekerjaan.

Selanjutnya kalau pada jenis pertama ijarah bisa dianggap

terlaksana dengan penyerahan barang yang disewa kepada penyewa

untuk dimanfaatkan, seperti menyerahkan rumah, toko, kendaraan,

pakaian, perhiasan dan sebagainya untuk dimanfaatkan penyewa.

Sedangkan pada jenis kedua, ijarah baru bisa dianggap

terlaksana kalau pihak yang disewa atau pekerja melaksanakan

tanggung jawabnya melakukan sesuatu, seperti membuat rumah yang

dilakukan tukang, mempertemukan penjual dan pembeli untuk

melangsungkan transaksi dan mencarikan barang untuk calon pembeli,

mencarikan pembeli untuk penjual yang dilakukan makelar dan lain

sebagainya. Oleh sebab itu dengan diserahkannya barang dan

dilaksanakannya pekerjaan tersebut, pihak yang menyewakan atau

pekerja berhak mendapatkan keuntungan atau upah.

Page 89: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian skripsi di atas dapat di simpulkan bahwa :

1. Praktik upah makelar yang terjadi di Desa Bancak adalah upah

makelar dapat ditentukan pada awal kesepakatan antara

makelar dengan penjual atau makelar dengan pembeli, seperti

pada saat menentukan harga dan terjadinya patokan harga dari

penjual atau pembeli. Ada pula upah makelar terjadi atas suka

rela dari penjual atau pembeli, dalam arti penambahan upah

dari prosentase sebelumnya ataupun tidak ada prosentase

khusus.

2. Dalam Islam telah di jelaskan bahwa mengambil keuntungan

jasa atas pekerjaannya itu diperbolehkan, dengan kejujuran

menunjukkan kepada seorang konsumen maupun kepada

seorang penjual orang yang akan menyewa barangnya, dari

masyarakat. Hukum dalam praktik makelar dengan mengambil

keuntungan berlebih yang terjadi di Dusun Gunung Jayan Desa

Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang adalah tidak

boleh karena ada unsur kebohongan dari pihak makelar dengan

mengatakan 10 juta kepada pembeli, padahal penjual menjual 9

juta. Oleh karena itu bisa disimpulkan jika praktik makelar jual

Page 90: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

77

beli ini merupakan praktik makelar jual beli yang sifatnya

gharar dan itu artinya praktik makelar jual beli motor bekas ini

haram.

B. Saran

1. Kepada para pelaku jual beli hendaknya berlaku jujur antara satu

sama lain, terutama kepada pihak penjual dimana dia lah yang

lebih tau kelebihan atau kekurangan barang yang akan dia jual,

sehingga jauh dari larangan agama, dan karena makelar adalah

sarana yang menjembatani dan media untuk mempermudah

jalannya transaksi untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan

sosial.

2. Kepada pihak makelar hendaknya berlaku amanah karena telah

dipercaya sebagai wakil daripada penjual untuk melancarkan

jual beli, dan tidak melebih-lebihkan apa yang tidak seharusnya.

C. Penutup

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah

SWT, yang telah memberikan karunianya, berupa rahmat, taufiq,

hidayah dan inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Sudah menjadi kewajiban sebagai manusia, bila dalam

penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan skripsi ini

Page 91: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

78

adalah hasil maksimal dari penulis, sehingga dalam penyajian

skripsi ini terdapat banyak kekurangan yang harus dibenahi.

Oleh karena itu penulis harapkan ada kritik dan saran guna

untuk membangun dan memperbaiki karya ilmiah ini.

Akhirnya kepada pihak yang banyak membantu dalam

penulisan dan penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun

tidak langsung, serta moril dan spirituil penulis ucapkan banyak

terimakasih.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi para

pembaca pada umumnya, amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Page 92: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

79

DAFTAR PUSTAKA

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqh Muamalah, Jakarta:

PT. Grafindo Persada, 2003, hlm.1

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12, Bandung: PT Al Ma‟arif, 987, hlm.43

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqh

Islam, Jakarta: Amzah, 2010, cet ke-1, hlm.28.

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, Bandung: PT. Al Maarif, 1987, hlm. 55

Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, Jakarta:

Balai Pustaka, 1991, hlm. 618.

Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Rajawali Press, 2003, hlm.132-133

Al Qur’an dan Terjemahnya

Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Mukhtashar Kitab al Umm fi

al Fiqh, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, hlm183-184

Leky,J.Moleong, Metode penelitian kualitatif, jakarta Bulan Bintang, 2002,hlm.7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi

Kedua, Jakarta: Balai Pustaka, 1991

Hadari Nawawi, Nini Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1996

Page 93: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

80

Hadi, sutrisno. Metodologi Penelitian Research, Jakarta: Andi Offset, 1989

Hasan, Ali. M, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqh Muamalah, Jakarta:

PT. Grafindo Persada, 2003,

Haroen Nasrun, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007

Mas’ud, ibnu. Abidin S, zainal. Fiqih Madzhab Syafi’i edisi 2, Bandung: Pustaka

Setia, 2000

Mukhtar Yahya, Fatchur Rahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam,

cet. I, Bandung: Al Ma’arif, 1986

Pendidikan, departemen, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, Jakarta:

Balai Pustaka, 1991

Saifudin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001

Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: Departemen Agama RI, 2002

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta, 2006

Suhendi, hendi. Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali pers, 2010

Syekh Muhammad al Allamahbin Abdurrahman Ad Dimasqi, Fiqih 4 Madzhab,

Bandung: Hasyimi,2010

Page 94: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

81

syafei, rahmat. Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001

Syafi’i, imam. Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Mukhtashar Kitab al Umm fi

al Fiqh, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta Bulan Bintang, 2002,

Zuhdi, masyfuk. MasailFiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, Jakarta: Haji

Masagung, 1994

Internet

(http://bisnisukm.com/bisnis-makelar-peluang-usaha-potensial-html)

Page 95: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

i

LAMPIRAN

NOTA PEMBIMBING SKRIPSI

Page 96: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

ii

PENUNJUKAN PEMBIMBING

SKRIPSI

Page 97: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

iii

NOTA PEMBIMBING

SKRIPSI

Page 98: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

iv

LEMBAR KONSULTASI

SKRIPSI

Page 99: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

v

Page 100: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

vi

Page 101: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

vii

Page 102: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

viii

Page 103: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

ix

KETERANGAN LULUS UJIAN

KOMPRENSIF

Page 104: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

x

PEDOMAN WAWANCARA

A. Pedoman Wanwancara dengan Makelar

1. Apakah alasan anda untuk menjadi seorang makelar pak? Apakah

makelar itu pekerjaan utama pak?

Jawaban : “karena mau mencari nafkah dan makelar adalah pekerjaan

sampingan mas”

2. Bagaimana proses jual beli sepeda motor yang pernah anda lakukan

pak?

Jawaban : “saya menwarkan dan seandainya belum sepakat dengan

harga, saya belum mengasihkan mas”

3. Resiko apa yang mungkin bapak alami sebagai perantara?

Jawaban : “resikonya motor di bawa makelar lain dan di lempar ke

makelar lain dan motor itu belum di bayar mas”

4. Apakah ada perjanjian tertulis antara anda dengan pihak pemilik

sepeda motor maupun pihak yang mau di carikan sepeda motor pak?

a. Jika ada perjanjian tertulis itu seperti apa pak?

b. Jika tidak ada perjanjian tertulis bagaimana bapak mengikatkan diri

dengan pihak yang mengunakan jasa bapak?

Jawaban :

a. “tidak ada mas”

b. “saya hanya menyakinkan kepada orang yang mengun akan

jasa saya dengan kelengkapan surat-surat motor yang lengkap

mas”

5. Bagaimana cara bapak menawarkan sepeda motor kepada pembeli?

Jawaban : “terkadang juga ada yang menghampiri kerumah mas dan

saya juga berhubungan dengan makelar lain mas”

6. Bagaimana cara bapak mencari calon pembeli?

Jawaban : “menawarkan ke semua orang mas”

Page 105: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xi

7. Adakah komisi yang bapak terima sebagai makelar?

Jawaban : “pasti ada mas, kadang lebih kadang ya kurang mas”

8. Bagaimana jika bapak mendapatkan keuntungan lebih di atas harga

yang di minta pemilik motor? Apakah pemilik sepeda motor

mengetahui pak?

Jawaban : “ya itu berati rezeki saya mas dan kebanyakan pemilik

motor baik penjual maupun pembeli tidak tau mas”

9. Konflik apa yang bapak alami saat menjadi jasa makelar sepeda

motor?

Jawaban : “yang saya alami konfilk dengan makelar lain soal harga

dan motor di hutang mas”

B. Pedoman Wawancara dengan Penjual

1. Apa alasan bapak mengunakan jasa makelar?

Jawaban : “ya karena makelar itu punya chanel banyak untuk

menjualkan motor saya mas”

2. Bagaimana perjanjian bapak dengan jasa makelar?

Jawaban : “perjanjianya ya udah kenal dan saling percaya aja mas”

3. Apakah bapak mengetahui kisaran harga sepeda motor bekas?

Jawaban : “ya saya tau mas, soalnya setiap tahun sepeda motor itu

berbeda, kalau tahun motor masih muda harganya tetap mahal mas”

4. Apakah ada segi negatif yuang di lakukan makelar pak?

Jawaban : “ada mas dengan menaikan harga lebih tanpa aku ketahui

mas”

5. Saat bapak menjual sepeda motor apakah bapak memberikan patokan

harga? Apakah harganya bapak serahkan sepenuhnya kepada makelar

pak?

Jawaban : “ya mas saya memberikan harga patokan, saya tidak berani

mas, dan saya tetap memberi harga patokan”

Page 106: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xii

6. Apakah bapak memberikan komisi ke makelar?

Jawaban : “ya pasti itu mas”

7. Apakah bapak ada konfilk terhadap makelar?

Jawaban : “yang saya alami motor di bawa dulu dan pembayaran tidak

sesuai dengan kesepakatan mas”

C. Pedoman wawancara dengan pembeli

1. Kenapa bapak mengunakan jasa makelar?

Jawaban : “karena makelar lebih mudah dan lebih murah mas di

bandingkan dengan shorum-shorum sepeda motor”

2. Apakah bapak pernah di kecewakan oleh pihak makelar semisal motor

itu rusak dalam jangka waktu 2x24jam?

Jawaban : “saya belum pernah dio kecewakan mas”

3. Jika motor sudah di carikan oleh makelar apakah bapak memberikan

komisi?

Jawaban : “ya saya kasih mas, karena kesepakatan awal saya

memberikan komisi”

4. Apakah bapak di kasih garansi motor dari makelar?

Jawaban : “tidak ada mas”

5. Adakah konflik yang bapak alami terhadap makelar?

Jawaban : “mungkin dari pihak makelar mengambil keuntungan

berlebih mas”

Page 107: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xiii

FOTO BERSAMA INFORMAN

1. Foto wawancara dengan Makelar Pertama

2. Foto wawancara dengan Makelar Kedua

Page 108: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xiv

3. Foto wawancara dengan Makelar Ketiga

4. Foto wawancara dengan Pembeli

5. Foto waancara dengan Penjual

Page 109: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xv

DAFTAR IDENTITAS

1. Identitas dari Makelar pertama

2. Identitas dari Makelar kedua

3. Identitas dari Makelar ketiga

Page 110: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xvi

4. Identitas dari Penjual

5. Identitas dari pembeli

Page 111: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xvii

SURAT KETERANGAN KEAKTIFAN (SKK)

Page 112: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xviii

Page 113: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xix

Page 114: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xx

Page 115: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xxi

Page 116: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xxii

Page 117: TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5570/1/ZALI Skripsi.pdfmasalah hak dan kewajiban, harta, jual beli, kerja sama dalam berbagai

xxiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Imam Safari Zali

Tempat & tanggal lahir : Kab Semarang 17-07-1995

Alamat : Dusun Gunung Jayan Desa Bancak

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

No Telp : 082327197705

Email : [email protected]

PENDIDIKAN INFORMAL

MI DARUSSALAM BANCAK : Lulus 2007

SMP ISLAM SUDIRMAN 1 BANCAK : Lulus 2009

SMK NEGRI 1 BANCAK : Lulus 2013

PENGALAMAN ORGANISASI

Oganisasi Pemuda Gunung Jayan (OPJ) : Ketua 2013-2018

Ikatan Remaja Masjid (IRMAS) : Bendahara

Pecinta Alam

a. KURAWAPALA

b. GIE ADVENTURE

c. XVENTUR SALATIGA