hukum samsarah (makelar) dalam islam

42
Oleh : KH. M. Shiddiq Al-Jawi, S.Si, MSI Dosen Fiqih Muamalah STEI Hamfara Jogjakarta HUKUM SAMSARAH (PERANTARA JUAL-BELI)

Upload: suryono-

Post on 22-Jan-2018

905 views

Category:

Spiritual


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

Oleh : KH. M. Shiddiq Al-Jawi, S.Si, MSI

Dosen Fiqih Muamalah STEI Hamfara Jogjakarta

HUKUM SAMSARAH(PERANTARA JUAL-BELI)

Page 2: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

POKOK BAHASAN

(1) Pengertian dan Hukum Samsarah

(2) Syarat-Syarat Samsarah(3) Hukum Dropshipper

Page 3: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

PENGERTIAN & HUKUM

SAMSARAH

Page 4: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

PENGERTIAN SAMSARAH

Samsarah (brokerage) adalah suatu profesi (pekerjaan) dimana pelakunya menjadi perantara antara penjual dan pembeli.

Simsar (pelaku samsarah, broker) adalah perantara antara penjual dan pembeli.

Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughah Al Fuqaha, hlm. 191.

Page 5: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

PENGERTIAN SAMSARAH

Para fuqoha (ahli fiqih) mendefinisikan simsar (pelaku samsarah) sebagai orang yang bekerja untuk orang lain dengan upah baik untuk menjual maupun untuk membeli.

Definisi simsar juga berlaku untuk dallaal, yaitu orang yang bekerja untuk orang lain dengan upah baik menjual maupun membeli.

Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah Al Islamiyyah, 2/310

Page 6: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM SAMSARAHSamsarah adalah pekerjaan yang halal

menurut Syariah Islam.Dalilnya hadits Nabi SAW yang men-

taqrir samsarah pada masa Nabi SAW. Dari Qais bin Abi Gharazah Al Kinani

RA, dia berkata :

Page 7: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM SAMSARAH “Dahulu kami (para shahabat) berjual beli di

pasar-pasar di Madinah dan kami menyebut diri kami samasirah (para simsar/makelar).

Keluarlah Rasululullah SAW kepada kami kemudian beliau menamai kami dengan nama yang lebih baik daripada nama dari kami.

Rasulullah SAW bersabda,’Wahai golongan para pedagang, sesungguhnya jual beli sering kali disertai dengan ucapan yang sia-sia dan sumpah, maka bersihkanlah itu dengan shadaqah.”

(HR Abu Dawud no 3326; Ibnu Majah no 2145; Ahmad 4/6; Al Hakim dalam Al Mustadrak no 2138, 2139, 2140, dan 2141).

(Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah, 2/311; Yusuf

Qaradhawi, Al Halal wal Haram fi al Islam, hlm.226).

Page 8: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

SYARAT-SYARAT

SAMSARAH

Page 9: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM SAMSARAH Hanya saja dalam samsarah disyaratkan

beberapa hal sbb antara lain : (1) Pekerjaan simsar itu harus jelas

(ma’lum), (2) Upah (ujrah) atau komisi (‘umulah) yang

diterima oleh simsar harus jelas (ma’lum) (3) Upah bagi samsarah tersebut tidak

terlalu tinggi (ghaban fahisy) atau mengeksploitir kebutuhan masyarakat.

(4) Samsarah yang dilakukan tidak termasuk samsarah yang diharamkan, misalnya samsarah dalam jual beli antara orang kota dengan orang dusun.

Page 10: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM SAMSARAHKeterangan masing-masing syarat di

atas :Keterangan syarat (1) : pekerjaan

simsar itu harus jelas (ma’lum), baik dengan menjelaskan barang yang akan diperjual-belikan, atau dengan menjelaskan berapa lama simsar bekerja.

Jika pekerjaan simsar tidak jelas, maka akad samsarahnya fasid.

(Taqiyuddin An Nabhani, Syakhshiyyah Islamiyyah, 2/311)

Page 11: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM SAMSARAHContoh ucapan penjual untuk

memperjelas pekerjaan atau lama kerja simsar.

Penjual berkata kepada simsar,”Juallah rumahku yang itu, yang alamatnya di sini, dst.” (menjelaskan barang yang akan diperjual-belikan).

Atau,”Juallah rumahku dalam waktu satu minggu ini.” (menjelaskan berapa lama simsar akan bekerja).

Page 12: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM SAMSARAH Keterangan syarat (2) : upah (ujrah) atau

komisi (‘umulah) yang diterima oleh simsar harus jelas (ma’lum).

Besarnya upah boleh ditetapkan sbb : (1) berupa jumlah uang tertentu, (2) berupa persentase dari laba, (3) berupa persentase dari harga barang, (4) berupa kelebihan harga dari harga yang

ditetapkan penjual, (5) atau berupa ketentuan yang lainnya

sesuai kesepakatan. Yusuf Al Qardhawi, Al Halal wal Haran fil Islam hlm. 226, Taqiyuddin An Nabhani, Al

Syakhshiyyah Al Islamiyyah, 2/310

Page 13: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM SAMSARAHSyaikh Yusuf Al Qaradhawi dalam

kitabnya Al Halal wal Haram fil Islam hlm. 226 menjelaskan mengenai upah bagi simsar sbb :

Page 14: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM SAMSARAH Imam Bukhari berkata dalam kitabnya

Shahih Bukhari,”Ibnu Sirin, Atha`, Ibrahim [An Nakha`i], Al Hasan [Al Bashri], memandang tidak masalah mengenai upah bagi simsar [hukumnya boleh].

Ibnu Abbas berkata, “Tidak masalah [penjual] berkata [kepada simsar],’Juallah olehmu baju ini dengan harga sekian, maka apa yang lebih dari harga sekian itu, menjadi milikmu.”

Page 15: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM SAMSARAH Ibnu Sirin berkata,”Jika [penjual]

berkata [kepada simsar],’Juallah olehmu barang ini dengan harga sekian. Apa yang menjadi keuntungannya, itu menjadi milikmu, atau dibagi antara aku dan kamu.’ maka hal itu tidak masalah.’

Telah bersabda Nabi SAW,”Kaum muslimin [bermuamalah] menurut syarat-syarat di antara mereka.”

(Lihat Yusuf Al Qaradhawi, Al Halal wal Haram fil Islam hlm. 226.).

Page 16: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM SAMSARAH Keterangan syarat (3) : upah bagi

samsarah tersebut tidak boleh terlalu tinggi (ghaban fahisy) atau mengeksploitir kebutuhan masyarakat.

Sebab menjual belikan barang dengan terlalu tinggi (ghaban fahisy) telah diharamkan syariah,

Mengeksploitir kebutuhan masyarakat akan menimbulkan dharar (bahaya) bagi penjual / pembeli.

(Lihat Yusuf Al Qaradhawi, Al Halal wal Haram fil Islam hlm. 226.)

Page 17: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM SAMSARAHKeterangan syarat (4) : Samsarah yang

dilakukan tidak termasuk samsarah yang diharamkan,

misalnya samsarah dalam jual beli antara orang kota dengan orang dusun

Dimana orang dusun tidak tahu harga kota

Atau samsarah yang mengandung unsur penipuan (al khidaa’).

Ziyad Ghazal, Masyru’ Qanun Al Buyu’, hlm. 59. Taqiyuddin An Nabhani, As Syakhshiyyah Al

Islamiyyah, 2/314-315.

Page 18: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPER

Page 19: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

FAKTA DROPSHIPPERDEFINISI DROPSHIPPERDropshipper adalah orang yang

melakukan jual beli dengan sistem dropshipping,

yaitu sistem jual beli yang memungkinkan dropshipper menjual barang secara langsung dari supplier/toko kepada pembeli tanpa harus menstok/membeli barangnya terlebih dulu.

(M. Shiddiq Al Jawi, Hukum Dropshipper, Media Umat, edisi 102).

Page 20: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

FAKTA DROPSHIPPERMEKANISME DROPSHIPPING :(1) Dropshipper menawarkan

barangnya (biasanya secara on line) kepada pembeli, bermodalkan foto barang dari supplier/toko, disertai deskripsi barang tersebut, dengan harga yang ditentukan oleh dropshipper sendiri.

(2) Pembeli yang berminat menghubungi dropshipper.

Page 21: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

FAKTA DROPSHIPPER(3) Setelah ada kesepakatan (akad)

antara pembeli dan dropshipper, pembeli mentransfer uang ke rekening dropshipper.

(4) Lalu dropshipper membayar kepada supplier sesuai dengan harga beli dropshipper (ditambah dengan ongkos kirim ke pembeli) dengan memberikan data-data pembeli (nama, alamat, nomor ponsel) kepada supplier.

Page 22: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

FAKTA DROPSHIPPER(5) Supplier langsung mengirim

barang pesanan dropshipper langsung ke pembeli, dengan nama pengirim tetap atas nama dropshipper, bukan atas nama supplier.

Page 23: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

FAKTA DROPSHIPPERDUA MODEL KERJASAMA

DROPSHIPPER - SUPPLIER:Model Pertama, supplier memberikan

harga ke dropshipper, lalu dropshipper menjual barang dengan harga yang ditetapkan dropshipper itu sendiri, dengan memasukkan keuntungan dropshipper.

Misal : Supplier memberikan harga kpd dropshipper Rp 100.000 utk 1 unit barang. Dropshipper menjual kpd pembeli dgn harga Rp 150.000.

Page 24: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

FAKTA DROPSHIPPERModel Kedua, Supplier sudah

menetapkan harga sejak awal kepada dropshipper, termasuk besaran fee untuk dropshipper bagi setiap barang yang terjual.

Misal : supplier menetapkan harga kepada dropshipper Rp 150.000 untuk 1 unit barang, dan memberi fee Rp 50.000 kpd dropshipper per 1 unit barang yang laku terjual.

Dropshipper menjual kepada pembeli tetap dengan harga Rp 150.000.

Page 25: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERHUKUM SYARA’ UNTUK

DROPSHIPPING MODEL PERTAMA Yaitu dropshipper berlaku sebagai

penjual karena menetapkan harga sendiri.

Hukumnya boleh selama memenuhi syarat-syarat jual beli salam (bai’ as salam).

Mengapa diberlakukan hukum jual beli salam untuk model pertama ini?

Page 26: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERKarena pada saat akad, dropshipper

tidak memiliki barangnya. Padahal dropshipper adalah

penjual, dengan dua bukti : Pertama, karena dropshipper

menetapkan sendiri harga barangnya.

Kedua, karena pengirim barang diatasnamakan dropshipper (bukan atas nama supplier).

Page 27: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERJual beli barang yang tidak dimiliki

oleh penjual hukumnya haram,kecuali jual beli salam dan jual beli

istishna’ (al muqaawalah / bai’ al istishnaa’).

Maka dari itu, hukum syara’ yang diterapkan untuk model pertama ini adalah hukum jual beli salam.

Bukan jual beli kontan (cash and carry), atau jual beli utang/kredit (bai’ ad dain).

Page 28: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERJual beli salam adalah jual beli pada

barang yang belum dimiliki penjual pada saat akad dengan pembayaran uang di depan sedang barang diserahkan belakangan.

Dalil bolehnya bai’ as salam antara lain riwayat Ibnu Abbas RA bahwasanya :

Page 29: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPER”Nabi SAW datang ke Madinah sedang

mereka [orang-orang Madinah] melakukan salaf (jual beli salam) pada buah-buahan untuk jangka waktu satu atau dua tahun.

Maka Rasulullah SAW bersabda,’Barangsiapa yang melakukan salaf (jual beli salam), maka hendaklah dia melakukan salaf pada takaran yang diketahui dan timbangan yang diketahui hingga tempo yang diketahui.” (HR Muslim, Shahih Muslim no 1604).

(Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah, 2/293).

Page 30: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERJadi, jika pembeli membayar harga

di depan secara keseluruhan kepada dropshipper, jual belinya sah.

Adapun jika harga dibayar belakangan (setelah barang diterima), atau dibayar sebagian, atau dibayar dengan sistem DP (uang muka), jual belinya tak sah.

Dgn DP hanya sah pada sebagian harga yang sudah dibayar.

(Yusuf As Sabatin, Al Buyu’ Al Qadimah wa Al Mu’ashirah, hlm. 48).

Page 31: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERNamun jenis barang yang boleh

dijualbelikan dalam jual beli salam bukan semua jenis barang,

melainkan hanya jenis barang-barang tertentu saja, yaitu barang yang ditimbang (al makiil), ditakar (al mauzun), dan dihitung (al ma’duud),

Misal : bahan-bahan pangan, seperti beras, gula, kecap, minyak goreng, dsb.

Page 32: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERDalilnya hadits Nabi SAW dari Ibnu

Abbas RA di atas dengan lafal :

“Barangsiapa yang melakukan salaf (jual beli salam), maka hendaklah dia tidak melakukan salaf kecuali pada takaran yang diketahui dan timbangan yang diketahui.” (HR Muslim, Shahih Muslim no 1604)

Page 33: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERAdapun barang-barang yang tak

ditimbang, ditakar, dan dihitung, seperti tanah, rumah, dan mobil,

tak boleh hukumnya dijualbelikan secara jual beli salam (bai’ as salam),

melainkan harus dengan jual beli kontan (cash and carry), atau jual beli utang/kredit (bai’ ad dain), yaitu barang diserahkan di depan dan uang dibayar belakangan.

(Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah, 2/293; Yusuf As Sabatin, Al Buyu’ Al Qadimah wa Al Mu’ashirah, hlm. 57).

Page 34: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERImplikasi dropshipper sebagai

penjual dalam akad bai’us salam :(1) Uang wajib dibayar di depan oleh

pembeli kpd dropshipper secara keseluruhan,

Tidak boleh dibayar di depan sebagian (DP) (bai’ al urbuun),

Juga tidak boleh dibayar belakangan (jual-beli utang/angsuran) (bai’ ad dain / al bai’ bi at taqsiith).

Page 35: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPER(2) Barang yang dijual terbatas pada

yang ditimbang, ditakar, dan dihitung,

Misal : bahan pangan (beras, gula, dll)

Tidak boleh pada barang yang tidak ditimbang, ditakar, dan dihitung

Misal : tanah, mobil, rumah, dll

Page 36: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPER (3) Barang yang dikirim harus

diatasnamakan dropshipper,Tidak boleh diatasnamakan supplierKarena dalam akad bai’us salam ini, yang

menjadi pihak penjual adalah dropshipper bukan supplier

Page 37: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERHUKUM SYARA’ UNTUK

DROPSHIPPING MODEL KEDUAyaitu dropshipper tak berlaku

sebagai penjual karena tak menetapkan harga sendiri

hukumnya boleh selama memenuhi syarat-syarat akad samsarah (perantara jual-beli / makelar),

Samsarah sendiri dibolehkan menurut syariah Islam.

Page 38: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERDalil syar’i yang membolehkan

samsarah adalah hadits Nabi SAW (HR Abu Dawud no 3326; Ibnu Majah no 2145; Ahmad 4/6; Al Hakim dalam Al Mustadrak no 2138, 2139, 2140, dan 2141).

Jadi pada model kedua ini, dropshipper bukan penjual, melainkan simsar (perantara) antara pembeli dengan supplier/toko (penjual).

Page 39: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERImplikasi kedudukan dropshipper

sebagai simsar :(1) Barang yang dikirim wajib diatas

namakan supplier, tidak boleh diatas namakan dropshipper.

Karena dalam akad samsarah ini yang menjadi penjual adalah supplier, bukan dropshipper.

(2) Dropshipper tak boleh mencari perantara lagi (kadang disebut reseller), karena...

Page 40: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPER...karena ini bertentangan dengan

hukum samsarah. Dalam hukum samsarah, simsar

adalah perantara (yang sifatnya langsung / satu level) antara penjual dan pembeli.

Akadnya : penjual > simsar > pembeli.

Jika simsar mencari simsar lagi, maka ini tidak sesuai dengan pengertian syar’i dari simsar.

Page 41: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

HUKUM DROPSHIPPERKarena akadnya menjadi sbb :Penjual > simsar > simsar > pembeli.Ini tidak boleh, karena tidak sesuai

dengan pengertian syar’i dari simsar,

Pengertian syar’i simsar mewajibkan simsar itu adalah perantara langsung antara penjual dan pembeli, tanpa ada perantara lagi. [ ]

Page 42: Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam

TERIMA KASIHWASSALAM