hukum kesehatan dalam filsafat hukum islam

27
KAJIAN BIOTEKNOLOGI dan KEPASTIAN HUKUM TINJAUAN HUKUM ISLAM ALKOHOL dan OBAT BATUK Tugas : Filsafat Hukum Islam Dr. Drs. Rohidin, M.Ag. Oleh : Wendi Muhammad Fadhli, S.Farm., Apt. 13912031 PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

Upload: wendy-wewen

Post on 08-Nov-2015

93 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

KAJIAN BIOTEKNOLOGI dan KEPASTIAN HUKUMTINJAUAN HUKUM ISLAM ALKOHOL dan OBAT BATUKTugas : Filsafat Hukum IslamDr. Drs. Rohidin, M.Ag.

Oleh :

Wendi Muhammad Fadhli, S.Farm., Apt.13912031

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUMUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2014Pendahuluan

Batuk merupakan penyakit yang cukup sering di alami banyak kalangan. Batuk sendiri adalah suatu reaksi proteksi yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak, debu, zat-zat perangsang asing yang dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi[footnoteRef:2]. Orang sehat hampir tidak batuk sama sekali berkat mekanisme pembersihan dari bulu getar dinding bronchi, yang berfungsi menggerakan dahak keluar dari paru-paru menuju batang tenggerokan, sehingga membantu menghindari masuknya zat-zat asing ke saluran napas[footnoteRef:3]. [2: Tan Hoan Tjay & Kirana R, Obat-Obat Penting, Cetakan Keenam (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia, 2010), hlm. 659.] [3: Ibid.]

Obat batuk yang beredar dipasaran saat ini cukup beraneka ragam. Baik obat batuk berbahan kimia/sintetis hingga yang herbal/tradisional,dan jenisnya bermacam-macam mulai dari sirup, tablet, kapsul hingga serbuk, dll. Terdapat persamaan pada semua jenis obat batuk tersebut, yaitu sama-sama mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai pereda batuk. Dalam sediaan obat batuk tersebut, seperti halnya sirup bukan saja komposisinya hanya bahan zat aktif/berkhasiat, tetapi adanya kandungan lain berupa zat pelarut, zat pewangi, zat perasa, zat pemanis, sesuai dengan yang dibutuhkan. Kandungan lain selain zat aktif berfungsi sesuai dengan maksud dalam pencampuran.Salah satu sediaan farmasi yang menimbulkan perdebatan berupa obat batuk yang mengandung alkohol dalam sediaan sirup maupun eliksir. Dalam sediaan sirup seharusnya penggunaan alkohol tidak perlu ditambahkan karena pelarut untuk sirup berupa sirup simpleks[footnoteRef:4], tetapi ada komposisi lain sebagai zat berkhasiat yang tidak larut dengan air, seperti contoh paracetamol. Sedangkan untuk sediaan farmasi eliksir, pelarut yang digunakan berupa alkohol antara 3% dan 4%, dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10%[footnoteRef:5]. Penggunaan alkohol yang dimaksudkan dalam sediaan farmasi berupa membantu dalam hal pelarut zat berkhasiat, karena setiap zat berkhasiat berbeda kelarutannya. [4: Syamsumi, Ilmu Resep, Cetakan Pertama (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2006), hal 104.] [5: Ibid., hal 103.]

Dari hasil observasi langsung dari salah satu apotek di Yogyakarta, banyak obat batuk menggunakan alkohol di antaranya Actifed Expectoran, Actifed Anti-tusive, Bisolvon elixir, Decadryl, Coldrexin syrup, Paratusin, Vicks Formula 44 DT, Vicks Formula 44, Woods Ekpektoran. Dalam observasi langsung ini, ada prodak yang tidak mencantumkan kandungan alkohol dikomposisi dari dus obat. Sehingga harusnya perlu pengawasan dari pihak terkait, dalam hak informasi pasien.Penggunaan alkohol dalam obat batuk ini merupakan polemik tersendiri, terutama dikalangan umat islam. Bolehkah alkohol digunakan dalam obat batuk?Apakah sama statusnya dengan alkohol pada minuman keras?Fungsi dari alkohol itu sendiri dalam obat batuk untuk apa?

Sesuatu yang apabila banyak memabukkan, maka meminum sedikitnya dinilai haram. (Shahih HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Sehingga perlu kajian yang lebih lanjut terhadap hal tersebut, karena adanya kebingungan pada masyarakat apakah boleh atau tidak boleh menggunakan obat batuk yang mengandung alkohol, karena ada anggapan sebagian kalangan yang menyamakan antara alkohol dengan khomar dan alkohol dalam obat batuk hukumnya haram, padahal dalam kenyataannya ada beberapa perbedaan antara keduannya. Alkohol bukanlah satu-satunya zat yang memabukkan karena ada zat lain yang juga bisa memabukkan. Sesuai fatwa MUI bahwa alkohol dalam obat batuk harus kurang dari 1%[footnoteRef:6]. [6: Nurbowo, Obat dan kosmetik, dalam http://Obat dan Kosmetik_HALAL MUI BALI.htm, Akses 29 Januari 2014.]

Pembahasan

Polemik yang terjadi dimasyarakat masalah alkohol dalam obat batuk merupakan problem yang harus dibahas, agar tidak ada kebingungan dalam apakah boleh tidaknya digunakan atau hukumnya haram. Dari sudut pandang farmasi alkohol bukan dijadikan zat yang berkhasiat, tetapi digunakan sebagai pelarut zat aktif atau berkhasiat dalam pengobatan. Alkohol dijadikan sebagai pealarut karena tingkat kelarutan zat berkhasiat tergantung pada sifat kimia zat tersebut. Berikut uraian mengenai fungsi alkohol dalam obat batuk.

Sediaan Farmasi dan Fungsi Alkohol dalam Obat Batuk

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika[footnoteRef:7]. Dalam sediaan obat banyak beragam jenis, yaitu tablet, kapsul, salep, larutan, emulsi, suspesnsi, pil, supositoria, dll. Dalam sediaan farmasi larutan terbagi lagi beragam-ragam. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, bentuk sediaan larutan dapat digolongkan menurut cara pemberiannya, yaitu larutan oral dan larutan topikal. [7: Pasal 1 ayat 4 UU No. 36 tentang Kesehatan]

Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberiaan oral, mengandung satu atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air[footnoteRef:8]. [8: Syamsumi, Ilmu...Op.cit., hal 82.]

a. Sirop adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Selain sukrosa dan gula lain, pada larutan oral dapat ditambahkan senyawa poliol seperti sorbitol dan gliserin untuk menghambat penghamburan dan mengubah kelarutan, rasa, dan sifat zat pembawa lainnya.

b. Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.Penggunaan alkohol memang ada dalam pembuatan dalam sediaan farmasi, khususnya sediaan larutan eliksir. Penggunaan alkohol dalam sediaan eliksir digunakan untuk melarutkan zat yang berkhasiat. Sesuai Farmakope Indonesia, etanol yang dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan[footnoteRef:9], karena pada dasarnya masing-masing zat berkhasiat obat memiliki tingkat kelarutan yang berbeda-beda. Kadar etanol dalam sediaan eliksir berkisar 3 % dan 4% dan biasanya eliksir mengandung eliksir 5-10 %[footnoteRef:10]. Sesuai FI Eds III, tingkat kelarutannya dapat dilihat pada tabel berikut: [9: Depkes RI, Farmakope Indonesia, Edisi III, 1979, hlm. 8] [10: Ibid., hlm 103]

Istilah KelarutanJumlah bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat Mudah LarutMudah LarutLarutAgak Sukar LarutSukar larutSangat Sukar LarutPraktis Tidak larutKurang dari 11 sampai 1010 sampai 3030 sampai 100100 sampai 10001000 sampai 10.000Lebih dari 10.000

Contoh-contoh sediaan di apotek yang menggunakan alkohol sebagai pelarut untuk melarutkan zat berkhasiat obat[footnoteRef:11]: [11: Observasi langsung disalah satu apotek di Yogyakarta, 20 Januari 2014.]

1. Actifed ExpectoranKomposisi:Tripolidine HCl 1,25 mgPseudoephedrine HCl30 mgGuaiphenesin 100 mgEthanol6,93 %

2. Actifed ATTKomposisi:Tripolidine HCl 1,25 mgPseudoephedrine HCl30 mgDextromethorphan HBr10 mgEthanol9,90 %3. Bisolvon ElixirKomposisi:Bromhexine4 mgEthyl Alcohol3,72 % 4. DecadrylKomposisi:Diphenhydramine HCl13,5 mgAmonium Chloride 131,5 mgSodium Citrate55 mgMenthol 1 mgAlcohol5 % 5. Coldrexin SirupKomposisi:Acetaminophenum125 mgPhenyleohirini HCl5 mgChlorphenirmaine Maleat 1 mgKalii Sulfoguaiacdas25 mgAlkohol 0,15 %Sirup harum q.s ad5 ml 6. ParatusinKomposisi:Paracetamol 125 mgPseudoephedrine HCl7,5 mgNoscapine10 mgChlopheniramine Maleate 0,5 mgGuaifenesin 25 mgSuccus Liquiritae125 mgEthanol10 % 7. Vicks Formula 44 DTKomposisi:Dextromethorphan HBr 15 mgAlcohol10 %8. Vicks Formula 44Komposisi:Dextromethorphan Hydrobromide 5 mgDoxylanine Succinate2 mgAlcohol 10,5 %9. Woods ExpKomposisi:Bromhexine HCl4 mgGuaiphenesin100 mgEthanol6 % Sediaan elixir bertujuan untuk melarutkan zat berkhasiat sesuai dengan kelarutannya. Dalam beberapa zat berkhasiat berbeda-beda kelarutannya. Sebagai contoh Dextromethorphan Hydrobromide (sebagai obat batuk anti-tusive/batuk kering) sesuai kelarutannya, kelarutan larut dalam 60 bagiaan air (agak sukar larut), dan dalam 10 bagiaan etanol (95%) (mudah larut); mudah larut dalam kloroform P disertai pemisahan air; tidak larut dalam eter[footnoteRef:12]. Sehingga alhokol fungsinya sebagai bahan pelarut karena sifat kelarutan dari obat tersebut. Seperti halnya Acetaminophen/Paracetamol, kelarutan larut dalam 70 bagian air (agak sukar larut) dalam 7 bagian etanol (95%) P (mudah larut); dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian pro-glikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida[footnoteRef:13]. [12: Depkes...op.cit., hlm 206] [13: Depkes...op.cit., hlm 37.]

Dari uraian tersebut, alkohol dalam obat batuk digunakan sebagai pelarut sehingga bahan berkhasiat tersebut atau bahan lain dapat larut, karena tiap bahan berbeda kelarutannya. Menurut pendapat salah seorang pakar farmasi Drs. Chilwa Pandji, M.Sc., Apt, fungsi alkhol itu sendiri adalah untuk melarutkan atau mencampurkan zat-zat aktif, selain sebagai pengawet agar obat lebih tahan lama. Menurut Dosen Teknologi Industri Pertanian IPB itu menambahkan bahwa berdasarkan penelitian di laboratorium diketahui bahwa alkohol dalam obat batuk tidak memiliki efektivitas terhadap proses penyembuhan batuk, sehingga dapat dikatakan bahwa alkohol tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan frekuensi batuk yang dialami[footnoteRef:14]. [14: Muhammad Abdug Tuasikal, Polemik Alkohol dalam Obat-Obatan, http://Rumahysho.com-Polemik Alkohol dalam Obat-Obatan.htm, Akses 29 Januari 2014.]

Hukum Menggunakan Obat-Obatan Yang Tercampur Dengan Alkohol

Pada dasarnya segala bentuk pengobatan dibolehkan, kecuali jika mengandung hal-hal yang najis atau yang diharamkan syariah. Untuk obat-obatan yang mengandung alkohol, selama kandungannya tidak banyak serta tidak memabukkan, maka hukumnya boleh[footnoteRef:15]. Adapun dasar dari penetapan hukum ini adalah sebagai berikut: [15: Ahmad Zain An Najah, Hukum Mengkonsumsi Obat Yang Mengandung Alkohol, http://Ahmadzain.com.htm, Akses 30 Januari 2014.]

Pertama: Bahwa yang menjadi illah (alasan) pengharama khomar adalah karena memabukkan. Jika alasan ini hilang, maka pengharamannya pun hilang[footnoteRef:16]. Ini sesuai dengan kaedah ushul fiqh: [16: Ibid.,]

Suatu hukum itu akan mengikuti keberadaan illah (alasannya, kalau illahnya ada, maka hukum itu ada, jika illah tidak ada maka hukumnya tidak ada.

Setiap yang memabukkan adalah khomar. Setiap yang memabukkan pastilah haram. (HR. Muslim no. 2003, dari Ibnu Umar)

Maka dapat dikatakan bahwa illahnya diharamkan Khomar yaitu sifat memabukkan, efek dari meminum dari alkohol tersebut bukan pada zat alkohol tersebut, karena alkohol bukan satu-satunya zat yang memabukkan. Sesuai kaedah al hukmu yaduuru maa illatihi wujudan wa adaman (hukum itu ada dilihat dari ada atau tidak adanya illah)[footnoteRef:17]. Inilah sebab pengharaman khomar yaitu karena memabukkan. Karena dalam keadaan mabuk manusia tidak dapat berfikir secara sehat dan jernih. Kalau diadakan penyelidikan secara teliti di rumah-rumah sakit, banyak orang gila dan mendapat gangguan saraf adalah disebabkan oleh arak. Dan kebanyakan kejahatan yang terjadi seperti pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, dan lainnya yang negatif disebabkan oleh arak. Islam memberikan pendidikan yang bijaksana ketika awal khomar dilarang. Pertama kali yang dilakukan, yaitu dengan melarang untuk mengerjakan sembahyang dalam keadaan mabuk, kemudian meningkatkan dengan diterangkan bahayanya sekalipun manfaatnya juga ada, dan terakhir Allah turunkan ayat secara menyeluruh dan tegas[footnoteRef:18], yaitu sebagai firmannya: [17: Muhammad Abdug Tuasikal, Polemik...op.cit.,] [18: Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, PT. Binda Ilmu, 1993, hlm. 92.]

90.Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib undian dengan panah,adalah kotor dari perbuatan syaitan. Maka jauihlah perbuatan-perbuatan itu agar kamu dapat keberuntungan. 91.Sesungguhnya syiatan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebenciaan di antara kamu sebab khamar dan judi, serta menghalang kamu daripada ingat kepada Allah dan sembahyang. Maka berhentlah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Sebab turunnya ayat 90, Imam Nasai dan Imam Baihaqi meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas yang mengatakan, Sesungguhnya ayat pengharaman khamar itu diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang menimpa dua kabilah dari kalangan kaum Ansar yang gemar minum khamar. Pada suatu hari mereka minum-minum khamar hingga mabuk, sewaktu keadaan mabuk mulai menguasai mereka, sebagaian di antara mereka mempermainkan sebagaian lainnya. Dan tatkala mereka sadar dari mabuk, seseorang di antara mereka melihat bekas-bekasnya pada wajah, kepala dan jenggotnya. Lalu ia mengatakan, Hal ini tentu dilakukan oleh si polan saudaraku, mereka adalah bersaudara di dalam hati mereka tidak ada rasa dengki atau permusuhan antara sesamanya. Selanjutnya lelaki tadi berkata, Demi Allah! Andaikata si polan itu menaruh belas kasihan dan sayang kepadaku, nisya ia tidak akan melakukan hal ini terhadap diriku. Akhirnya setelah peristiwa itu, rasa dengki mulai merasuk di dalam dada mereka lalu Allah SWT. Menurunkan ayat ini, Hai orang-orang yang beriman!! Sesungguhnya (meminum) khamar dan berjudi..(Q.S. Al-Maidah 90)[footnoteRef:19]. [19: http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/5/89, Akses 30 januari 2014.]

Sebab turunnya ayat 91, Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadis dari sahabat Abu Huraira r.a ia mengatakan, Tatkala Rasullah saw. Sampai di Madinah, para penduduknya terbiasa minuman khamar dan permainan judi. Kemudian mereka menanyakan tentang kedua perbuatan itu kepada beliau. Setelah itu turunlah ayat, Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi...(Al-Baqarah 219). Akan tetapi orang-orang mengatakan, Allah tidak mengharamkannya, akan tetapi ia mengatakan bahwa perbuatan itu hanyalah dosa yang besar saja. Mereka masih tetap meminum khamar, sehingga pada suatu hari seorang dari sahabat Muhajirin melakukan salat magrib sebagai imam dari teman-temannya, akan tetapi bacaaan Al-quraan salah karena mabuk. Setelah peristiwa itu Allah menurunkan ayat pengharaman khamar yang lebih berat dari semula, yaitu firman-Nya, Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati salat sedangkan kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan... (An-Nisa 43). Kemudiaan turun pula ayat pengharaman khamar yang jauh lebih keras dari sebelumnya, yaitu firman-Nya, ..maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)... (Q.S. Al-Maidah 90-91). Baru setelah turunnya ayat ini mereka mengatakan, Wahai Tuhan kami! Sekarang kami telah berhenti. Ada orang-orang bertanya, Wahai Rasullah! Bagaimana dengan orang-orang yang telah gugur di jalan Allah sedangkan mereka mati dalam keadaan melakukan suatu hal yang melampaui batas dengan meminum khamar dan memakan dari hasil berjudi padahal Allah telah menjadikan kedua perbuatan tersebut najis termasuk dari perbuatan syaitan. Kemudian Allah SWT. Menurunkan ayat, Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu.. (Q.S. Al-Maidah 93). Kemudiaan ada orang-orang dari kalangan mutakallifin (orang-orang yang memaksakan dirinya) mengatakan, Khamar itu adalah keji sedamg ia berada di dalam perut si polan yang telah gugur pada perang Uhud, kemudian Allah SWT, Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dah mengerjakan amal saleh... (Q.S. Al-Maidah 93)[footnoteRef:20]. [20: Ibid.,]

Inilah illah (sebab) pengharaman khomar yaitu karena memabukan, membuat tertutupnya akal sehat dan tidak dapat berpikir dan konsentrasi, tidak dapat mengendalikan diri. Oleh karenanya, tidak tepat jika dikatakan bahwa khamar itu diharamkan karena alkohol yang terkandung di dalamnya. Walaupun harus diakui bahwa yang jadi patokan dalam menilai keras atau tidaknya minuman keras adalah karena alkoholnya dan berapa persen yang terkandung didalamnya. Tetapi alkohol bukan satu-satu zat yang dapat memabukan. Sedangkan dalam sediaan obat batuk alkohol yang bertindak sebagai pelarut sebenarnya tidak memabukkan karena kadarnya yang rendah sehingga sangat tidak mungkin untuk memabukkan. Dan juga dalam mengkonsumsi obat batuk, sehari diminum tiga kali dengan jarak 8 jam sekali minum. Sehingga alkohol pelarut bukanlah khomar, namun termasuk zat berbahaya jika dikonsumsi sebagaimana layaknya baygon. Jadi tepat dikatakan bahwa alkohol disebut khamar jika memabukkan dan tidak disebut khamar jika tidak memabukkan. Tetapi beda halnya ketika orang yang sudah sering mengkonsumsi khamar, tentunya satu botol tidak dapat memabukkan.

Tentunya dalam menentukan batas kadar mabuk ada beberapa hal seseorang dapat dikatakan mabuk. Menurut batas (kadar) mabuk ini Imam Ahmad, Malik dan Abu Hanafih tidak sama pendapatnya[footnoteRef:21], yaitu: [21: Mualif Sahlany, Masalah Minum Khomar Sepanjang Ajaran Islam, Penerbit: Sumbangsit Offset, hlm. 15]

Batas mabuk ialah: kacau pembicaraan, tiada sebagai biasa lagi. Begini juga pendapat Ahmad. Kata Abu Hanafih: yang dipandang mabuk, ialah yang sudah tidak dapat membedakan bumi dengan langit lagi; tiada membedakan laki-laki dengan perempuan. Kata Malik: yang dipandang mabuk, ialah yang sudah sama padanya baik dengan buruk.Dari pendapat Imam Madzhab ini menjadi semakin jelas bahwa mabuk akibat minum khamar (arak) yang paling minim adalah kacau dalam pembicaraannya, tidak dapat membedakan laki-laki, mana perempuan, mana langit dan mana bumi merupakan kadar kemabukan yang menjurus akibat fatal[footnoteRef:22]. Sehingga ini memperkuat bahwa illah dari khamar adalah memabukkan. [22: Ibid.,]

Kedua, Alkohol dalam obat tersebut sudah hancur menjadi satu dengan materi lain, sehingga ciri fisiknya menjadi hilang secara nyata. Para ulama menyebutnya dengan istilah Istihlak, yaitu bercampurnya benda najis atau haram dengan benda lainnya yang suci atau halal yang jumlahnya lebih banyak sehingga menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang najis tersebut[footnoteRef:23]. [23: Ahmad Zain An Najah, Hukum....op.cit.,]

Hadist Rasulullah saw. Air itu suci, tidak ada yang dapat menajiskannya. (HR. Tirmidzi, Abu Daud, An Nasai, dan Ahmad. Hadist ini dikatakan Shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misyakatul Mashobih no. 478) Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak mungkin dipengaruhi kotoran (najis). (Hadist Shahih Riwayat Daruquthni, Darimi, Hakim, dan Baihaqi) Air itu suci dan mensucikan dan tidak bisa dinajisi oleh sesuatu pun kecuali jika berubah baunya atau rasanya atau warnanya dengan najis yang mengenainnya.

Jika ada setetes air kencing bercampur dengan air yang sangat banyak, maka air itu tetap suci dan mensucikan selama tidak ada pengaruh dari kencing tersebut berupa bau atau rasanya[footnoteRef:24]. Adapun mencampurkan sebagian obat dengan sedikit alkohol maka hal ini tidaklah menjadikan haramnya obat-obat tersebut jika campurannya sedikit di mana tidak nampak bekasnya setelah tercampur[footnoteRef:25]. Dalam pembuatan sediaan farmasi bahwa alkohol berfungsi melarutkan dengan kadar yang telah ditetapkan, sesuai kelarutannya dan jumlah zat berkahasiat yang dilarutkan. Dalam Shahih Al-Bukhari, Abu Darda berkata [24: Ibid.,] [25: http://Bahaya%20Minuman%20Memabukkan%20%28Khomr%29%20%284%29%20_%20Muslim.Or.Id%20-%20Memurnikan%20Aqidah%20Menebarkan%20Sunnah.htm, akses 30 Januari 2014]

Al-Mury adalah penyembelih ikan paus dengan khamar dan matahari. (Diriwayatkan oleh Al-bukhari dalam shahihnya secara taliqon, 5/2092).Al-Mury adalah makanan yang terbuat dari ikan yang diolesi dengan garam kemudian diberi khomar lalu dijemur di bawah terik matahari, maka berubalahlah rasa khomarnya[footnoteRef:26]. Maksud dari atsar Abu Darda di atas adalah ikan paus yang ada garamnya dan di letakkan di bawah terik matahari sehingga menghilangkan bekas khamar maka hukumnya adalah halal (untuk dimakan)[footnoteRef:27]. Maka dapat dikatakan bahwa alkohol pelarut dalam obat batuk, selama tidak merubah bau, rasa dan warnanya boleh dikonsumsi atau halal. [26: Ibid.,] [27: Ibid.,]

Ketiga, dalam suatu hadist disebutkan bahwa Rasullah shallahu alaihi wassalam bersabda: Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikitnya dinilai haram. (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Maksud dari hadits tersebut oleh Ahmad Azain[footnoteRef:28] adalah apabila sesuatu yang jika diminum dalam jumlah yang banyak bisa memabukkan, maka sesuatu tersebut diharamkan walaupun dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit. Seperti khamar jika diminum dalam jumlah yang banyak akan memabukkan, maka setetes khamar murni (tanpa campuran) diharamkan untuk diminum, walaupun jumlahnya sedikit dan tidak memabukkan karena meminum sedikit merupakan sarana untuk meminum yang banyak. [28: Ahmad Zain An Najah, Hukum....op.cit.,]

Tetapi beda halnya alkohol pelarut dalam obat, telah lebur dan hilang bekasnya dalam cairan lain karena telah tercampur seluruhnya dan tidak mempengaruhi dari sediaan tersebut. Sehingga hukumnya dikembalikan kepada yang mendominasinya yaitu cairan lain yang dicampuri khamar tersebut. Jika alkohol mendominasi dari sediaan tersebut hukumnya haram, tetapi alkohol pelarut melarutkan dalam jumlah yang dibatasi, sebatas melarutkan zat yang tidak larut dalam air. Contohnya jika ada suatu minuman jika seseorang meminumnya sepuluh botol ia akan mabuk dan jika hanya meminum sebotol tidak mabuk, maka sebotol minuman ini meskipun tidak memabukkan namun hukumnya haram. Inilah makna hadist, Apa yang jika banyaknya memabukka maka seidkitnya juga haram. (Fatwa Syaikh Utsaimin, pertanyaan no. 211)[footnoteRef:29]. Dalam hadist lain, Aisyah, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: [29: http://alkohol/Bahaya Minuman Memabukkan (Khomr) (4) _ Muslim.Or.Id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah.htm, diakses 31 Januari 2014. ]

Seluruh yang memabukkan adalah haram, dan apa saja yang jika diminum seukuran farq memabukkan maka meminum seukuran telapak tangan juga haram.Maka adapun perbedaan antara keduannya, setetes khamar yang pertama karena murni khomar, dan seseorang jika mengkonsumsi setetes khomar tersebut dikatakan dia minum khomar. Adapun setetes khomar kedua tidak haram, karena sudah dicampur dengan zat lain yang suci dan halal, serta tidak mempengaruhi zat itu, maka halal. Dan seseorang jika meminum air dalam bejana yang ada campuran setetes khomar, akan dikatakan dia meminum air dari bejana dan tidak dikatakan dia minum khomar dari bejana. Dan hukum ini berlaku bagi obat yang ada campuran dengan alkohol[footnoteRef:30]. [30: Ahmad Zain An Najah, Hukum....op.cit.,]

Untuk Kehati-hatianKonsumsi alkohol harusnya juga dilihat dari beberapa aspek agar penggunaan alkohol dalam pengobatan jangan ditafsirkan diperbolehkan sesuka hati, yang penting tidak memabukkan bukan menjadi alasan bahwa alkohol diperbolehkan. Karena konsumsi dapat mempengaruhi fungsi berbagai organ vital terutama hati dan otot polos, serta sistem saraf pusat, pencernaan, kardiovaskular, peningkatan risiko kanker dan imun[footnoteRef:31]. Belum lagi efek memabukkan yang tidak dapat mengontrol diri secara akal sehat, membedakan sesuatu yang nampak. Tetapi penggunaan ini membutuhkan waktu yang begitu lama sehingga organ vital dalam tubuh dapat rusak. Yang paling sering terjadi dalam penggunaan alkohol terlalu banyak dan waktu yang lama yaitu penyakit hati. [31: Bertram G. Katzung, Farmakologi Dasar dan Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Edisi 10, cetakan 2012, hlm. 375]

Kemudiaan batuk merupakan penyakit berupa respon terhadap kurang baiknya atau adanya kotoran yang masuk atau zat-zat asing, sehingga untuk mengamankan hal itu ada reaksi batuk sebagai penangkal. Sehingga perlu dipikirkan lagi obat-obat yang tidak menggunakan alkohol. Sehingga menghidari dari efek buruk dari alkohol tersebut. Batuk juga merupakan penyakit yang tidak berat, jadi alternatif lain dapat dilakukan. Tetapi batuk bukan saja reaksi penangkal tetapi dapat juga disebabkan oleh efek samping dari obat lainnya.Kemudian perlu adanya perkembangan dalam bidang farmasi mencari pelarut yang dapat melarutkan zat berkhasiat tersebut dengan pelarut lain. Langkah yang perlu diperhatikan yaitu standar Farmakope Indonesia yang telah lama tidak direvisi, sehingga pedoman dalam pembuatan sediaan farmasi tidak berkembang. Tetapi sediaan yang ada di apotek dapat dijumpai obat-obat yang memberikan label bebas alkohol, sehingga telah adanya perkembangan dalam pembuatan sediaan farmasi. Dalam hal ini Rasulullah saw pernah menjawab kepada orang yang bertanya tentang hukum arak untuk pengobatan. Lantas Nabi menjawab dilarang! Kata laki-laki itu kemudiaan: Innama nashnauha liddawa (kami hanya pakai untuk berubat). Maka jawab Nabi selanjutnya[footnoteRef:32]: [32: Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal...Op.cit., hlm 98.]

Arak itu bukan untuk ubat, tetapi penyakit. (Riwayat Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Termizi)Dan sabdanya pula:Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan ubat, dan menjadikan untuk kamu bahwa tiap penyakit ada ubatnya, oleh karena itu berubatlah, tetapi jangan berubat dengan yang haram. (Riwayat Abu Daud)Dan Ibnu Masud pernah juga mengatakan perihal minuman yang memabukkan: Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan dengan sesuatu yang Ia haramkan atas kamu. (Riwayat Bukhari)Seperti telah dibahas di atas, bahwa dalam hukum islam jika illahnya hilang maka hilanglah pula larangannya. Kriteria sebagai batasan yaitu minuman atau makanan dapat menghilangkan atau menutup akal. Dan yang kedua, yang meminum atau yang memakannya merasakan nikmat ketika mengkonsumsinya, sehingga tidak dapat mengontrol seperti rasa fly atau seperti melayang tinggi keudara tanpa kendali. Ini merupakan kehati-hatian dalam menentukan boleh atau tidaknya larangan tersebut. Dalam hal pelarut alkohol dalam obat batuk hukumnya boleh, tetapi sesuai hasil rapat Komisi Fatwa MUI 2001 menyimpukan bahwa minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol minimal 1% (satu persen)[footnoteRef:33]. Sehingga ada batas kadar yang ditentukan, boleh hanya satu persen. Sebagai tugas farmasi membuat sediaan yang menghindari dari pelarut alkohol. [33: Nurbowo, Obat dan Kosmetika, http://Obat dan Kosmetika _ HALAL MUI BALI.htm, Akses 31 Januari 2014.]

Penggunaan obat yang mengandung alkohol dapat juga digunakan dalam keadaan darurat sesuai dengan firman Allah:Barangsiapa terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melewati batas, maka sesungguhnya Tuhanmu maha Pengampun dan Maha Belas-Kasih. (Al-Anam: 145)Oleh karena itu, kalau seandainya arak atau ubat yang dicampur dengan arak itu dapat dinyatakan sebagai ubat untuk sesuatu penyakit yang sangat mengacam atau tidak adanya obat lain dan mungkin hal itu tidak akan terjadi, maka hukumnya halal dengan batasannya tidak sengaja dan tidak melewati batas atau berlebihan.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulakan bahwa khamar hukumnya haram. Fungsi Alkohol pelarut dalam obat batuk sebatas sebagai pelarut bukan zat yang berkhasiat atau mempengaruhi pengobatan. Fatwa MUI telah jelas, bahwa alkohol pelarut dapat digunakan sebatas 1 % (satu persen) untuk menghindari efek dari alkohol yang dapat mempengaruhi atau merusak organ vital manusia dan efek memabukan yang tidak dapat terkontrol, menghalangi mengingat Allah dan tidak dapat berpikir rasional. Penggunaan obat mengandung alkohol dapat digunakan dengan kadar alkohol yang rendah. Tetapi jika masih ada obat lain, diwajibkan obat batuk dengan tidak menggunakan alkohol lebih baik dari pada yang mengandung alkohol demi untuk kehati-hatian.

DAFTAR PUSTAKA

Bertram G. Katzung G. Bertram. Farmakologi Dasar dan Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Edisi 10, cetakan 2012.

Departemen Kesehatan. Farmakope Indonesia, Edisi III, 1979.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Qardhawi Yusuf Muhammad Syekh. Halal dan Haram Dalam Islam, PT. Binda Ilmu, 1993.

Sahlany Mualif. Masalah Minum Khomar Sepanjang Ajaran Islam, Penerbit: Sumbangsit Offset.

Syamsuni.A.S. Ilmu Resep. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2006.Tjay Hoan Tan & Rahardia Kirana. Obat-Obat Penting. Cetakan Keenam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia, 2010.

Ahmad Zain An Najah, Hukum Mengkonsumsi Obat Yang Mengandung Alkohol, http://Ahmadzain.com.htm, Akses 30 Januari 2014.

Nurbowo, Obat dan kosmetik, dalam http://Obat dan Kosmetik_HALAL MUI BALI.htm, Akses 29 Januari 2014.Muhammad Abdug Tuasikal, Polemik Alkohol dalam Obat-Obatan, http://Rumahysho.com-Polemik Alkohol dalam Obat-Obatan.htm, Akses 29 Januari 2014.

http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/5/89, Akses 30 januari 2014.

http://Bahaya%20Minuman%20Memabukkan%20%28Khomr%29%20%284%29%20_%20Muslim.Or.Id%20-%20Memurnikan%20Aqidah%20Menebarkan%20Sunnah.htm, akses 30 Januari 2014

http://alkohol/Bahaya Minuman Memabukkan (Khomr) (4)_Muslim.Or.Id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah.htm, diakses 31 Januari 2014.