agama islam sumber hukum islam (buku)
DESCRIPTION
membahas pengertian agama islam sumber hukum islamTRANSCRIPT
DIKTAT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAMKELAS X
Dede Sutisna
SMK NEGERI 30 JAKARTAJl. Pakubuwono VI Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Telp. 021-7221253 – Fax. [email protected] – smk30jakarta.net
2 Bab 5_Sumber Hukum Islam
sumber hukum islamsumber hukum islam
SUMBER HUKUM ISLAM
Dewasa ini kaum muslimin banyak belum mengerti dan memahami hakikat
sumber hukum yang menjadi rujukannya dalam beragama. Ironisnya
pernyataan sumber hukum Islam adalah Al-Qur‘ân dan Sunnah serta Ijma’ dan
Qiyas merupakan hal yang sudah umum di masyarkat. Namun itu hanya
sekedar slogan tanpa diketahui hakikatnya, sehingga banyak da’i dan tokoh
agama berfatwa menyelisihi sumber-sumber hukum tersebut.
Padahal sangat jelas kedudukan Ijma’ dalam agama ini. Karena Ijma’
adalah salah satu dasar yang menjadi sumber rujukan, pedoman dan sumber
dasar hukum syari’at yang mulia ini setelah Al-Qur‘ân dan Sunnah. Ijma’
Memahami Sumber Hukum Islam, hukum taklifi, dan hikmah ibadah.
Menyebutkan pengertian, kedudukan, dan fungsi al-Quran, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
Menjelaskan pengertian, kedudukan dan fungsi hukum taklifi dalam hukum Islam.
Menjelaskan pengertian dan hikmah ibadah
Menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan sehari-hari.
3Pendidikan Agama Islam kelas X
bersumber dari Al-Qur‘ân dan Sunnah, menjadi penguat kandungan keduanya
dan penghapus perselisihan yang ada di antara manusia dalam semua yang
diperselisihkan.
Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan, Ijma’ adalah
sumber hukum ketiga yang dijadikan pedoman dalam ilmu dan agama.
Seluruh amalan dan perbuatan manusia, baik batiniyah maupun lahiriyah
yang berhubungan dengan agama, mereka menimbangnya dengan ketiga
sumber hukum ini. (Syarh al-‘Aqidah al-Wasithiyah, Khalid al-Mushlih, hlm.
203). Ijma’ menjadi sesuatu yang ma‘shum dari kesalahan dengan dasar
firman Allah dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam . Firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala :
Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.(Qs. an-Nisâ‘/4:115).
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam :
Umatku tidak berkumpul (sepakat) di atas kesesatan.
Karenanya, Syaikhul-Islamt mengatakan, agama kaum muslimin dibangun
berlandaskan ittiba‘ kepada Al-Qur‘an dan Sunnah Rasulullah serta
kesepakatan umat (Ijma’). Sehingga ketiganya menjadi sumber hukum yang
ma‘shum. (Dar’u Ta’arudh al-‘Aql wa an-Naql, 1/272).
Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatukan hati umat ini dengan
Ijma’ sebagai rahmat dan karunia dari- Nya. Ijma’ umat ini sebagian besar
dalam masalah dasar dan pokok agama. Dan banyak dari masalah furu’nya
yang menjadi faktor penyebab bersatunya kaum muslimin, menyempitkan
lingkaran perselisihan dan pemutus perbedaan pendapat di antara orang-
orang yang berbeda pendapat.
Oleh karena itu, wajib bagi siapapun yang ingin selamat dari
ketergelinciran dan kesalahan untuk mengetahui Ijma’ (konsensus) kaum
muslimin dalam permasalahan agama, sehingga ia dapat berpegang teguh
(komitmen) dan mengamalkan tuntutannya setelah benar-benar selamat dari
penyimpangan (tahrif) dan memastikan kebenaran penisbatannya
(penyandarannya) kepada syariat serta tidak dibenarkan menyelisihinya
setelah mengetahui Ijma’ tersebut.
4 Bab 5_Sumber Hukum Islam
Para imam (ulama besar) umat ini telah sepakat memvonis sesat orang
yang menyelisihi konsensus umat ini dalam satu permasalahan agama.
Bahkan bisa menjadi landasan untuk memberi vonis kafir dan murtad dalam
beberapa keadaan tertentu. Karena itulah, para ulama juga telah
memperhatikan hal ini secara sempurna, dan kita semua kembali merujuk
kepada keterangan mereka tentang Ijma’ yang benar.
Semoga dengan menimbang semua amalan perbuatan yang berhubungan
dengan agama kepada ketiga sumber di atas, dapat menjadi pendorong bagi
kaum muslimin untuk dapat bersatu...
Seperti yang (mungkin) kita ketahui bahwa sumber utama (primary
sources) dari Hukum Islam adalah Alquran dan Sunnah (yang bentuknya
adalah dalam teks hadis). Sedangkan sumber lain bagi Hukum
Islam (Secondary sources) adalah tulisan-tulisan atau pendapat-pendapat
para cendekiawan muslim yang diformulasikan pasca wafatnya Rasulullah
SAW, yang pada umumnya ditulis pada masa keemasan keilmuandalam islam,
yaitu pada jaman disnasti Abbasiyah (750-950 M), kemudian biasa disebut
ilmu fiqih; teks-teks hukum dalam Islam yang ditulis oleh tokoh-tokoh Islam
terkemuka (biasanya terbatas pada madzhabnya masing-masing); dan Fatwa,
atau aturan yang berlaku bagi muslim yang dikeluarkan oleh para ulama
dalam rangka menjawab pertanyaan ummat berkaitan dengan sesuatu hal
yang spesifik tergantung situasi, kondisi, waktu dan lokasi pada saat
dibuatnya fatwa tersebut.
1. al-Quran
Alquran bukanlah tulisan hukum, namun di dalam Alquran terkandung
setidaknya 500 perintah Allah SWT yang sifatnya berkaitan dengan hukum.
Abdur Rahman i Doi (Shari’ah: The Islamic Law, 1989) membuat klasifikasi
atas aturan-aturan yang terkait dengan hukum ke dalam empat bagian besar
yaitu: a) The concise injunctions, atau perintah-perintah Allah yang tertulis di
dalam Alquran namun tidak ditemui penjelasan tentang tata cara pelaksanaan
atas perintah tersebut. Sebagai contoh adalah perintah Allah untuk
mendirikan shalat, berpuasa atau mengeluarkan zakat; b) The concise and
detailed injunctions, atau perintah-perintah Allah yang secara jelas tertulis
dalam Alquran, dan penjelasan atas ayat-ayat tersebut bisa didapati dari hadis
atau sumber hukum Islam lainnya. Sebagai contoh adalah aturan mengenai
hubungan muslim dengan non-muslim; c) The detailed Injuctions, yaitu
dimana Alquran telah memberikan penjelasan yang detail berkaitan dengan
satu perintah Allah SWT, dan tidak diperlukan adanya lagi suatu penjelasan
tambahan. Sebagai contoh adalah hukuma hadd (huddud); dan d)
Fundamental principles of Guidance, prinsip-prinsip ini tidak memiliki
penjelasan yang terperinci dan pasti (clear cut), sehingga untuk menetukan
5Pendidikan Agama Islam kelas X
hukum atas hal-hal tersebut perlu diambil melalui suatu proses yang
dinamakan ijtihad.
2. Hadis dan Sunnah
Sunnah adalah segala perbuatan dan perkataan Rasulullah, termasuk
segala sesuatu yang disetujui oleh Beliau. Hadis sendiri berarti segala hikayat
atau pembicaraan yang digunakan dalam meriwayatkan segala sesuatu tindak
tanduk Rasulullah, sehingga sunnah dapat berarti sebuah contoh perbuatan
atau hukum yang diambil dari adanya suatu hadis. Berkaitan dengan Shariah,
hanya sunnah yang berkaitan dengan hukum sajalah yang dikategorikan
sebagai suatu sumber hukum Islam, sehingga sunnah yang tidak langsung
berkaitan seperti bagaimana teknik pertanian, strategi peperangan, dan lain
sebagainya tidak dianggap sebagai sebuah sumber hukum Islam atau hukum
pidana Islam.
Sunnah sendiri digunakan dalam berbagai keperluan diantaranya adalah
untuk menkonfirmasi hukum-hukum yang sudah disebutkan dalam Alquran,
untuk memberikan penjelasan tambahan bagi ayat Alquran yang menjelaskan
sesuatu secara umum, untuk mengklarifikasi ayat-ayat Alquran yang mungkin
dapat menerbitkan keraguan bagi ummat, dan memperkenalkan hukum baru
yang tidak disebutkan dalam alquran. Kompilasi atas hadis dilakukan oleh
para ulama dan cendekiawan muslim yang secara umum dikumpulkan oleh
empat periwayat hadis terkemuka yaitu kompilasi hadis yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhari (870M), Muslim (875M), Abu Dawud (888M), dan At-Tirmidhi
(892M). Mungkin masih ada hadis yang diriwayatkan oleh selain empat ulama
terkemuka ini, namun secara umum umat muslim mengenal empat kompilasi
hadis yang dikumpulkan atau diriwayatkan ulama di atas. Hadis sendiri
diklasifikasikan berdasarkan kualitas dari periwayatnya (bisa dipercaya) dan
kekuatan dari isnad atau bagaimana hubungan antara para periwayat itu
sendiri, sehingga dapat digolongkan dalam tiga jenis: Muwatir, Mashhur, dan
Ahad. Masing-masing memiliki arti sendiri-sendiri yang menandakan kualitas
dari hadis-hadis tersebut.
3. Mazhab
Sumber-sumber bagi Hukum Islam adalah pendapat-pendapat dan
tulisan-tulisan dari para ulama, cendekiawan muslim, atau para hakim yang
dibuat setelah Rasulullah SAW wafat. Ilmu-ilmu yang dikompilasikan oleh
para ulama ini merupakan sumber-sumber hukum Islam yang sangat bernilai
bagi umat muslim sebagai hingga saat ini. Berdasarkan aliran dalam Islam
yang ada saat ini, secara umum terdapat dua aliran besar yaitu Sunni dan
Shiah. Empat aliran besar (madhabs) yang tergolong dalam aliran sunni
6 Bab 5_Sumber Hukum Islam
adalah Madhad Hanafi, Maliki, Hambali, dan Shafii. Sedangkan satu aliran
yang terdapat dalam Shiah adalah Madhab Shiah itu sendiri.
Madhad Hanafi dikembangkan oleh seorang ulama dan cendekiawan muslim
yaitu Imam Abu Hanifa (80-150 H, atau 702-772M), dan muridnya yang
terkenal Abu Yusuf dan Muhammad. Mereka menekankan pada penggunaan
alasan-alasan dan shura atau diskusi kelompok daripada semata-mata
mengikuti aturan atau tradisi yang telah ada secara turun temurun. Madhab
ini paling banyak berkembang dan dikuti di India dan Timur Tengah, serta
pernah menjadi mdhab resmi yang digunakan di Turki (dinasti Utsman).
Madhab Maliki mengikuti ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh ulama dan
cendekiawan muslim Imam Malik (lahir 95H atau 717M) yang menitikberatkan
pada praktek-prakte yang diterapkan penduduk di Madinah sebagai suatu
bentuk contoh kehidupan Islam yang paling otentik. Saat ini, ajaran-ajaran
Imam Malik atau madhab Maliki paling banyak ditemui hampir di seluruh
bagian wialayah muslim di benua Afrika.
Madhab Hambali dikembangkan oleh ulama dan cendekiawan muslim yang
bernama Imam Ahmad ibnu Hambali (lahir 164H atau 799M) yang menjunjung
tinggi nilai-nilai tradisi dan ketuhanan serta mengadopsi pandangan yang
tegas terhadap hukum. Saat ini madhab Hambali secara dominan diterapkan
di saudi Arabia.
Madhab Syafii didirikan oleh seorang ulama dan cendekiawan bernama Imam
As-Shafii (lahir 150H atau 772M) adalah merupakan murid dari Imam Malik
dan pernah belajar dari beberapa tokoh cendekian muslim yang paling
terkemuka pada saat itu. Imam As-Shafii terkenal karena ke-moderat-annya
dan penilaiannya yang berimbang, dan walaupun Beliau menghormati tradisi,
Imam As-Shafii mengevalusinya secara lebih kritis dibandingkan dengan Imam
Malik. Para pengikut madhab Shafii secara dominan diikuti oleh umat muslim
yang berada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Madhab Syiah yang dianut oleh sekitar 10% umat muslim saat ini, menurut
sebagian cendekiawan lebih diakibatkan sebagai akibat dari pergesekan
politik dalam dunia muslim terhadap pendapat bahwa pemimpin umat muslim
harus selalu merupakan keturunan dari keluarga Ali, yaitu keponakan dari
Rasulullah sekaligus suami dari puteri nabi Fatimah. Madhab yang masih
memiliki sub-madhab (katakanlah seperti itu) seperti Ithna’ashaaris dan
Isma’ilis saat ini ditemui secara dominan di negara Iran, serta memiliki
pengikut yang juga mayoritas di Iraq, India, dan negara-negara kawasan teluk.
4. Tulisan-tulisan tentang hukum Islam
7Pendidikan Agama Islam kelas X
Banyak ulama, cendekiawan muslim dan ahli hukum islam telah menulis
buku-buku yang berisi hal-hal yang berkaitan dengan hukum Islam. Tulisan-
tulisan ini juga dipandang sebagai sumber-sumber hukum yang diakui dan
berlaku terutama di dalam kalangan madhab mereka masing-masing.
5. Fatwa
Fatwa adalah aturan hukum yang dikeluarkan oleh seorang ulama atau
cendekiawan muslim yang terkemuka dalam menjawab pertanyaan atau
memberikan aturan terhadap hal-hal yang sifatnya khusus saja. Fatwa juga
harus berasal dari sumber dan merupakan turunan hukum Islam serta
dihasilkan oleh para ulama dan cendekiawan muslim yang terkemuka
(mujtahidin) yang dilakukan melalui proses ijtihad dan diambil hanya jika
sumber hukumnya tidak jelas atau belum ada.
AL-QURAN
1. Pengertian al-Qur'an
Dalam segi bahasa al-Qur'an artinya yang dibaca. Sedangkan menurut
istilah ialah wahyu Allah swt yang merupakan mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, sebagai sumber hukum dan pedoman hidup
pemeluk Islam. Jika dibaca menjadi ibadah kepada Allah swt. Dengan
keterangan diatas, maka firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Musa
as dan Isa as serta nabi-nabi lainnya bukan dikatakan al-Qur'an. Demikin pula
firman Allah swt yang diturunkan atau disampaikan kepada nabi Muhammad
saw. Jika dibaca bukan ibadah seperti hadis qudsi, tidak pula dinamakan al-
Qur'an.
Al-Qur'an juga mempunyai nama-nama lain seperti al-Kitab, Kitabullah, al-
Furqan (membedakan antara yang haq dan yang batil). Dan az-Zikru
(peringatan) dan masih banyak lagi nama-nama al-Qur'an. Al-Qur'an yang kita
kenal sekarang ini adalah dalam bentuk mushaf yaitu lafadz yang
tertulis/dibukukan. Al-Qur'an dikumpulkan pada zaman khalifah Abu Bakar dan
mulai dibukukan pada zaman khalifah Usman bin Affan. Al-Qur'an yang disalin
kedalam berbagai bahasa disebut terjemah al-Qur'an, sedangkan yang lebih
luas penguraian pengertian beserta segala aspeknya disebut tafsir al-Qur'an,
tafsir inilah yang akan menjelaskan kepada kita kandungan al-Qur'an
disamping pengertian al-Qur'an yang tersurat, diungkapkan juga pengertian
yang sersirat. Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa
akan terungkap oleh tafsir, sehingga akan jelaslah maksud sabda Rasulullah
saw tentang sifat al-Qur'an sebagai berikut:
Artinya: Al-Qur'an adalah cahaya yang terang beenderang, pering atau yang
dijelaqskan/bijaksana daan jalan yang lurus (H. R. Baihaqi)
8 Bab 5_Sumber Hukum Islam
2. Pemmbagian hukum al-Qur'an
a. Hukum-hukum istiqadiah (hukum-hukum yang dikenal dengan
keimanan).
b. Hukum-hukum khuluqiah (hukum-hukum yang berkenaan dengan
akhlak).
c. Hukum amaliyah (hukum-hukum yang berkenaan dengan pelaksanan syariat dan pengertian khusus).
Hukum amliyah pada garis besarnya dibagi dua:
a. hukum yang mengantar hubungan manusia dengan khalliknya yang
dikenal sebagai istilah ibadah, baik berrupa ibadah khusus kepada
Allah swt seperti shalat, mauppun mengandung unsur
kemasyarakatan seperti zakat.
b. hukum yang mengantar hubungan antara sesama manusia, yang
dikenal sebagai muamalah, seperti munakahah, mawaris, jual beli,
sewa menyewa, utang piutang dan sebagainya.
3. Kedukukan dan fungsi al-Qur'an
Kedudukan al-Qur'an
al-Qur'an berkedudukan sebagai sumber hukum yang utama dan yang
pertaama, tak adaa saattu jenis hukumpun yang tidak terdapat dasarr-
dasarnya. Sebagai firman Allah swt:
?? ????? ?? ????? ?? ????? (??? ???? )
Artinya: tidak kami alpakan sesuatu dalam kitab (Q. S. al-Anam:38)
kedudukan al-Qur'an itu sumber utama dan pertama bagi tasyri Islam,
maka seegala sesuatu ketetapan supaya berpegang kepada al-Qur'an dan
peembuatannya sebgai firman Allah swt:
??????? ?????? ???? ???? (?????? )
Artinya: "maka berpegang teguhlah pada apa yang diwahyukan Allah swt
kepadaamu (Q. S. al-Zukhruf: 43)
Betapa tingginya kedudukan al-Qur'an sebagai dasaaar hukum yang
penuh berkat raahmat dari Allah swt. Karena itulah seebagai syarat
bertakwa kepadaa Allah swt. Manusia diwajibkan mengikuti hukum-hukum
al-Qur'an sebagaimana firman Allah swt:
???? ??? ?????? ???? ?? ????? ?? ???? ?????? ?????? (??? ???? )
Artinya: Dan al-Qur'an itu adalah kitab yang kami turunkan yang
diberkati, makaa itulah dan berita kwalah agar kamu diberi raahmat (Q. S.
al-Anam: 155)
9Pendidikan Agama Islam kelas X
Demikian kedudukan al-Qur'an sebagai sumber Islam yang pertama dan
utama.
4. Fungsi al-Qur'an
a. al-Qur'an berfungsi sebagai penegas bidang akidah.
Dalam bidang akidah penegasan al-Qur'an merupakan khulasah
(intisari) yang diprioritaskan, diantara mengenal iman kepadaa yang
waajib.
b. sebagaii penegas bidang ibadah
Ibadah sebagai realitas dari pada akidah dapat dijadikan ukuran
kuuwaalitas iman seseorang. Iman menurut istilah menyangkut
keyakinan ucapan dan perbuatan.
c. memberikan pengajaran kepada kita dengan pengalaman kisah-kisah
masa silam.
Sejarah masa lalu dinyatakan dalam kisa-kisah yang diterangkan
dalam al-Qur'an, baik yang bersifat positif dengan meemikul resiko
yang menyenangkan ataupun yang bersifat neegatif dengan memikull
resiko yang tidak menyenangkan merupakan pedoman bagi umat
manusia.
d. membawa kabar gembira (menyeddiakan paahala) bagi yang
beramal shalih dan memberikan peeringatan (mengancam dengan
siksa) bagi yang durrhaka firman Allah swt dalam al-Qur'an:
????? ?????? ?? ??? ???? ?? ???????? (???? )
Artinya: yang memberrikan kabar gembira dan memberikan
peringatan, tetapi kebanyakan mereka berrpaling, maka tidak mau
mendengarnya. (Q. S. al-Fushilat: 4)
e. menjadi pedoman khidup bagi setiap mukmin.
Firmna Allah swt:
Artinmya: Dan sesungguhnya al-Qur'an itu benar-benar menjadi
petunjuk bagi orang-orangyang beriman. (Q. S. an-Naml: 77)
f. sebagai obat bagi segala penyakit rohani.
Firman Allah swt:
Artinya: Dan kami turunkan dari al-Qur'an sesuatu yang menjadi
peenawar dan rahmat bagi orang-orang beriman. (Q. S. al-Isra': 82)
g. memberikan motifasi/dorongan untuk kemajuan teknologi.
Al-Qur'an diturunkan untuk memberikan peetunjuk sehingga menjadi
rahmat sebelum dirasakan seebagai rahmat. Tentu dengan melalui
proses tertentu dengan bantuan ilmu pengetahuan.
Firman Allah swt:
10 Bab 5_Sumber Hukum Islam
Artinya: Hai jamaah jin manusia jika kamu sanggup menghembus
(melihat) menjuru ke langit maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembuskan dengan kekuatan. (Q. S. ar-Rahman: 33)
5. Garis-garis besar isi al-Qur'an
Pokok-pokok isi al-Qur'an adaa lima.
a. Tauhid kepercayaan kepada Allah swt, malaikat-malaikattnmya, kitab-
kitabnya, para rasul, hari kiamat/kemudian, dan qada dan qadar yang
baik dan buruk.
b. Tuntunan ibadan sebagai peran yang menrubahhidupkan jiwa tauhid.
c. Janji dan ancaman: al-Qur'an menjanjikan pahala bagi orang yang
meneerima dan mengamalkan isi al-Qur'an dan mengancam mereka
yang mengingkarinya dengan siksa.
d. Hukum yang dihajati pergaulan hidup untuk keeebahagiaan dunia
akhirat.
e. Inti sejarah orang-orang yang tunduk kepada Allah swt, yaaitu orang-
orang yang shalil seeperti nabi-nabi, dan rasul-rasul juga sejarah
mereka yang mengingkaari agama Allah swt dan hukum-hukumnya.
Maksud sejarah ialah sebagaii tuntunan dan tauladan bagi orang-orang
yang hendak mencari kebahagiaan dan meliputi tuntunan akhlak.
6. Dasar-dasar al-Qur'an dalam membuat hukum
al-Qur'an diturunkan Allah swt kepada Naabi Muhammad saw untuk
dijaddikan peetunjuk dan peengaajaran bagi seluruh umat manusia, dalam
mengadddakan perrintah dan larangan. Al-Qur'an selalu berpedoman kepada
dua hal yaitu: (1) tidak meembedakan, dan (2) berangsur-angsur.
1. Tidak membedakan.
Firman Allh dalam Al-Qur'an;
Artiya; Allah swt tidak aakan memberikan sesutu kepada seorang
melaainkan sesui dengan ke sanggupannya.(Q,S. Al Baqorah;286.)
Artinya; Allah swt menghendaki kelonggaran bagi dan tidak menghendaki
ke sulitan bagi mu.(Q,S,Al-Baqorah;185.)
Dengan dasar itulah,Kita boleh;
a. Mengqasar shalat(dari empat menjadi dua rakat)dan menjama
(mengumpulkan shalat)yang masing-masing apabila berpegian sesui
dengan syarat-syaratnya.
b. Boleh titik berpuasa bila berpergian .
c. Boleh bertayamum sebagi wudu'.
d. Boleh memakan-makan yang haramkan. Jika keadan memaksa.
2. Berangur-angsur
11Pendidikan Agama Islam kelas X
Al-Qur'an telah membuat Hukum yang berangsur angsur.Hal ini dapat di
ketahui sebagi berikut;
Mengharamkan sesuatu secara berangsur-angsur seperti larangan-
larangan minum minuman keras dan penjudi,sebagaimana Firman Allah
swt
Artinya; Mereka bertaya kepadamu tentang minuman yang memabukan
dan tentang penjudian,Katakan oleh mu bahwa minuman yang
memabukan dan penjudi itu dosa besar dan ada manfatkannya bagi
manusia,tetapi dosanya lebih besar dari manpatnya. (Q,S,Al-baqarah;
219)
Lalu datanglah fase yang ke dua dari fase mengharamkannya sesat
sebelum shalat bahwa bekas-bekasnya harus lenyap sebelum shalat,
yaitu dengan fiman Allah swt;
Artinya; Waihai orang-orang yang beriman, Janganlah mendekati shalat
jika kamu dalam keadan mabuk. (Q. S. An-nisa; 43.)
Kemudian datanglah fase terakhir yaitu larangan keras terhadap arak dan
judi. Setelah banyak orang-orang menninggalkan kebiasaan itu dan
sesudah turun ayat yang pertama dan yang kedua, yaitu fiman Allah swt:
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya arak, judi dan
bertenung adalah pekerjaan keji termasuk perbuatan syetan, maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu, agar kamu memperoleh kebahagiaan.
(Q. S. al-Qur'an-Maidah: 90)
Demikianlah Allah swt membuat larangan secara berangsur-angsur pula,
misalnya pengumuman dasar peperangan dan jihad dimasa permulaan
Islam. Di kota Mekkah dan Maddinah.
7. Penerapan Sikap dan Perilaku
Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghayatan terhadap al-Quran
sebagai sumber hukum, antara lain adalah:
a. Memiliki al-Quran, berikut terjemahannya dan gemar membawanya
untuk terus dibaca di saat waktu luang, atau di berbagai kesematan.
b. Mempelajari dan memahami al-Quran di antaranya melalui metode
ayat bil ayat, yaitu memahami ayat al-Quran dengan ayat yang
lainnya. Misalnya:
tahapan 1 tata krama membaca al-Quran
tahapan 2 tata krama menerjemahkan al-Quran
tahapan 3 tata krama memahami isi kandungan al-Quran
tahapan 4 tata krama melaksanakan isi kandungan al-Quran
tahapan 5 tata krama mensyiarkan al-Quran
12 Bab 5_Sumber Hukum Islam
c. Bertadarus dan tadabur al-Quran sesuai dengan kemampuan masing-
masing, khususnya dibaca secara rutin sehabis salat fardu maghrib
dan subuh.
d. Melaksanakan pesan moral yang terdapat dalam al-Quran di
kehidupan sehari-hari, karena al-Quran dijadikan petunjuk dan
pedoman hidup manusia.
e. Mengamalkan/mensyiarkan al-Quran dan
tetap mempelajarinya.
f. Menghormati al-Quran, tidak disimpan di
tempat yang tidak selayaknya, dipelihara dan
dirawat agar tidak cepat rusak.
g. Gemar menghafal surat-surat pendek/panjang
dan digunakan sebagai bacaan ketika salat.
h. Mempelajari bahasa Arab, nahwu, saraf, dan
ilmu lainnya, agar dapat menerjemahkan
atau menafsirkan ayat-ayat al-Quran.
Bahan DiskusiBahan Diskusi
1. Diskusikanlah apa yang terjadi jika seseorang
telah pandai membaca al-Quran tetapi tidak
paham apa yang dibacanya!?
2. Bagaimana dampaknya kepada seseorang yang telah memahami
ayat al-Quran tetapi tidak dipatuhinya? Kaitkan dengan QS. 61: 2-3.
3. Bagaimana jika seorang muslim tidak atau enggan memahami al-
Quran? Kaitkan dengan QS. 7: 179?
4. Bagaimana dengan diri Anda, sudahkan bias membaca al-Quran? Jika
belum jelaskan alasannya?!
As-Sunnah
1. Pengertian sunnah
Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara.
Sedangkan menurut istilah syara adalah perkataan Nabi Muhammad saw,
perbuatan dan keterangannya yaitu yang dikatakan atau yang diperbuat
oleh para sahabat dan ditetapkan oleh Nabi, tiada ditegurnya sebagai
bukti bahwa perbuatan itu tidak teralarang hukumnya.
2. Jenis sunnah
a. sunnah Qauliyah, yaitu perkataan dari Rasul contohnya yang sudah
masyhur ialah Hadis:
Tadabur al-QURAN
Dari Utsman bin Affan, Rasulullah bersabda, "Yang paling baik di antara kamu adalah orang yang mau belajar al-Quran dan mengajarkannya". (HR. Imam Turmuzi)
Point does Your one take from that
13Pendidikan Agama Islam kelas X
Artinya: sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung kepada niat
(H. R. Bukhari Muslim)
b. sunnah fi'liyah, yaitu perbuatan Rasulullah saw, yang dapat
disimpulkan sebagai perintah atau larangan melalui contoh teladan
beliau.
Contoh seperti pelaksanaan ibadah shalat, puasa, haji dan
sebagainya.
c. sunnah taqririyah, yaitu pengakuan dan penetapan pemberian
perseetujuan hal-hal yang dilakukan oleh para shahabat, baik yang
perkataan maupun perbuatan.
Contohnya seperti kisah dua orang shahabat dalam keadaan mufasir
tidak menemukan air, sedang keduanya ingin melaksanakan shalat.
Selesainya shalat keduanya melanjutkan perjalanan dan menemukan
air, sedangkan waktu shalat masih ada, saloah seorng dari keduanya
kemudian berwudhu dan mengulangi shalatnya, sedangkan yang
satunya tidak mengulangi shalatnya. Engkau telah mengikuti
sunnahku dan telah memenuhi kewajiban shalatmu, sedangkan
beliau berkata: engkau mendapat pahala dua kali.
d. sunnah hammiyah, ialah suatu amalan yang ddikeehendaki atau
diinginkan Nabi saw, tetapi belum sampai beliau kerrjakan sesudah
wafat, misalnya puasa tanggal sembilan Muharram.
3. Macam-macam kiualitas hadis
Secara garis besar, kualitas hadis dibagi menjadi dua: mutawatir dan
ahad. Yang dimaksud dengan hadis mutawatir adalah sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak yang tidak memungkinkan
melakukan kebohongan bersama. Sementara yang dimaksud dengan
hadis ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh perorangan yang
jumlahnya tidak mencapai jumlah mutawatir. Karena persyaratan hadis
mutawatir cukup ketat, maka jumlahnya bias dibilang sangat sedikit.
Dengan kata lain, riwayat hadis yang ada hamper didominasi hadis ahad.
Mengingat kualitas masing-masing orang yang meriwayatkan hadis
(perawi) berbeda satu sama lain, maka hadis ahad sendiri masih dibagi
tiga macam:
a. Shahih, hadis yang memiliki mata rantai sanad yang bersambung,
tidak bertentangan dengan riwayat hadis kebanyakan, tidak
mengandung cacat, serta diriwayatkan oleh seorang perawi yang adil
dan akurat.
b. Hasan, hadis yang tidak jauh berbeda dengan pengertian shahih.
Yang membedakan antara keduanya hanya pada kualitas perawinya,
di mana perawi hadis hasan tidak sepopuler perawi hadis shahih.
14 Bab 5_Sumber Hukum Islam
c. Dha'if, sebuah hadis yang tidak memenuhi beberapa kriteria hadis
shahih maupun hasan. (para perawinya termasuk suka berbuat fasik,
pendusta, pelupa, berbuat dosa). Contoh: "Barangsiapa yang berkata
kepada orang miskin, bergembiralah, maka wajib baginya surga."
(HR. Ibnu 'Adi). Di antara perawi hadis tersebut ialah Abu Mali bin
Harun, menurut Imam Yahya ia sebagai pendusta dan bias dikatakan
sebagai pemalsu hadis.
Contoh lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim:
"Barang siapa mati karena mempertahankan hartanya, maka ia mati
syahid."
4. Kedudukan sunnah
a. Sunnah sebagai dasar hukum
Kaum muslimin sepakat bahwa sunnah sebagai dasar hukum yang
kedua sesudah al-Qur'an, kesimpulan ini diperoleh berdasarkan dalil-
dalil yang memberikan petunjuk tentang kedua kedudukan dan fungsi
sunnah, baik yang nash, ijma, ataupun pertimbangan akal yang
sehat.
1) Dalil yang berupa nash antara lain, firman allah dalam al-Qur'an:
artinya: apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia
dan yang ddilarangnya bagimu maka tinggalkan. (Q. S. al-Ashr: 7)
Artinya: barang siapa yang mentaati Rasul, maka sesungguhnya
mentaati Allah swt. (Q. S. an-Nisa: 80)
2) Dalil akal
Bila sunnah tidak menjadi dasar hukum (hujjah) maka
seebagaimana cara melaksanakan perintak al-Qur'an yang masih
bersifat ijmal, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya. Dalam
perintah shalat tersebut, melainkan Rasul langsung memberikan
contoh pelaksanaannya, dengan demikiawn tidak patut kita
sangkal mengenai kedudukan sunnah sebagai salah satu sumber
hukum.
b. Sunnah terhadap al-Qur'an meliputi tiga fungsi pokok yaitu:
1. menguatkan dan menegaskan hukum yang terdapat dalam al-
Qur'an contohnya seperti perintah melaksanakan shalat, puasa,
zakat dan haji, larangan menghadik orang tua, larangan
membunuh kecuali dengan jalan haq dicantumkan dalam al-
Qur'an ditegaskan juga dalam sunnah.
2. menguraikan dan merincikan yang global atau mujmal,
mengkaitkan yang mutlak dan mentaksiskan yang umum ('am),
tafsir, taqsid dan daqsis berfungsi penjelasan apa yang
dikehendaki al-Qur'an, rasulullah saw, memang mempunytai
15Pendidikan Agama Islam kelas X
tugas penjelas kitabullah al-Qur'an sebagaimwana firman Allah
swt:
artinya: dan kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan upayaa mereka memikirkan. (Q. S. an-Nisa:
44)
Contohnya seperti penjelasan tata cara ibadah shalat, puasa, dan
Haji, penjelasan harta benda yang diwajibkan mengeluarkan
zakatnya dan nisabnya, masing-masing menjelasakan akan jual
beli yang mengandung riba, menentukan berbagai yang haram
dan yang tidak haram dan laain sebagainya.
3. menetapkan dan mengadakan hukum yang tidak disebutkan
dalam al-Qur'an hukum yang terjadi adalah merupakan produk
sunnah sendiri yang tidak ditunjukan oleh al-Qur'an contohnya
seperti haram memadu seseorang perempuan dengan bibinya
dari pihaak ibunya, haram makan daging burung yangberkuku
panjang, haram memakai sutra dan cincin emas bagi laki-laki dan
sebagainya.
5. Sunnah yang dapat dijadikan hujjah
Sunnah yang dapat dijadikan hujjah adalah yang dapat
dipertanggungjawabkan kesahihannya dengan uraaian berikut:
a. Sunnah mutawatir, yatu yang diriwayatkan dengan sanad yang
banyak, sehingga tidak ditentukan lagi siapa-siapa saja yang
diriwayatkannya, umumnya hadis yang demikian populer dalam
masyarakat, tak seorangpun yang menolak keasliannya.
b. Sunnah masyhur, yaitu yang diriwayatkan dengan paling sedikit tiga
sanad.
c. Sunnah ahad, yaitu yang diriwayatkan dengan dua atau satu sanad
saja, tingkat ahad inilah yang baik.
6. Penerapan Sikap dan Perilaku
Sikap dan perilaku yang mencerminkan memahami hadis sebagai sumber
hukum kedua antara lain adalah:
a. Membaca dan mempelajari hadis, khususnya hadis sahih untuk
diterapkan sebagai sumber hukum kedua setelah al-Quran dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Dapat menghafal hadis-hadis pendek untuk dijadikan bahan latihan
berdakwah/khutbah.
c. Menghindari hadis-hadis palsu agar tidak salah dalam beribadah dan
beramal soleh.
16 Bab 5_Sumber Hukum Islam
d. Mengenal (mengetahui) sejarah hadis atau memiliki beberapa buku
hadis.
e. Menempatkan hadis (sunnah rasul) sebagai sumber hukum kedua dan
menjauhi dari sikap perilaku ingkar terhadap kedudukan hadis
sebagai sumber hukum Islam.
Bahan DiskusiBahan Diskusi
1. Diskusikanlah apa latar belakang adanya hadis palsu dan sebuah
contoh hadis palsu.
2. Cari dan himpunlah lima hadis tentang kewajiban menuntut ilmu.
IJTIHAD
1. Pengertian Ijtihad
Ijtihad menurut bahasa artinya besungguh-sungguh, berusaha keras
mencurahkan tenaga, memeras pikiran, atau bekerja semaksimal
mungkin. Adapun ijtihad menurut istilah ulama Usul Fiqih ialah usaha
keras seorang faqih (ulama fiqih) yang mencurahkan segala
kesanggupannya untuk mendapatkan ilmu tentang hukum-hukum
syari'ah."
Ijtihad dapat pula diartikan usaha serius yang dilakukan oleh seorang
faqih atau ahli agama untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada
ketetapannya, baik dari al-Quran maupun Hadis dengan menggunakan
pikiran yang sehat dan jernih, sehingga diperoleh ketetapan hukum yang
benar dan tepat.
2. Berbagai Metode Ijtihad
Adapun metode untuk menetapkan hukum dalam proses ijtihad bisa
dibilang cukup beragam, di antaranya sebagai berikt:
a. IJMA'
Ijma' menurut bahasa artinya sepakat atau sependapat. Menurut
istilah, yaitu kesepakatan atau persetujuan para mujtahid umat
Muhammad Saw sepeninggal beliau pada suatu masa tentang suatu
perkawa (hukum). Kesepakatan ini bisa berbentuk perbuatan (ijma'
fi'liyah), perkataan (ijma' qauliyah) dan dengan cara diam (ijma'
sukuti). Misalnya tentang bolehnya memakan daging Kuda.
b. QIYAS
Qiyas menurut bahasa adalah mengukur sesuatu dengan lainnya.
Sengakan menurut istilah adalah penetapan suatu hukum
berdasarkan suatu hukum yang sudah ditentukan oleh nash al-Quran
17Pendidikan Agama Islam kelas X
maupun hadis karena adanya persamaan illah atau sebab. Misalnya
tentang haramnya bir atau mengisap ganja, yang ada dalam Quran
yang diharamkan meminum ARAK (khamr) alasannya memabukkan
sehingga dapat merusak akal sehat. Karena illah-nya atau sebabnya
sama-sama memabukkan dan merusak akal sehat manusia maka bir
atau mengisap ganja serta yang lainya haram hukumnya.
7. Hukum Taklifi
Menurut para ulama ahli usul fiqh, yang dimaksud dengan hukum taklifi
adalah ketetapan Allah tentang perintah larangan atau takhyir (pilihan).
Menurut para ulama hukum taklifi terbagi menjadi lima:
1. Wajib, yaitu suatu perintah yang berasal dari syar'i (Allah atau
Rasulullah) yang harus dilaksanakan oleh mukallaf. Biasanya hukum
wajib ditunjukkan melalui redaksi kalimat perintah yang tidak disertai
penjelasan yang meringankan untuk ditinggalkan. Karena ketetapan
yang bersifat harus, maka jika seseorang melaksanakannya akan
mendapatkan pahala dan yang meninggalkannya akan mendapat
dosa. Misalnya kalimat perintah yang memunculkan hukum wajib bagi
mukallaf terdapat dalam firman Allah SWT;
ا WXXهZ Wآي ذ_ينW ي aXXوا ال eXXنWءام Wب_ eت eمe ك Wيك Wامe عWل ي rXXالص Wب_ eت اك WXXXمW ذ_ينW عWلWى ك aXXXم م_ن الe _ك eم قWبل aك WعWل ل
. Wونeقa Wت ت"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa." (QS. 2: 183)
2. Mandub, yaitu suatu perintah yang berasal dari syar'i (Allah dan
Rasulullah) yang harus dilaksanakan oleh mukallaf, namun sifatnya
tidak mengharuskan. Karena bukan sebuah ketetapan yang harus,
maka orang yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala dan
yang meninggalkannya tidak berdosa, seperti pada ayat berikut;
{ه|ا Wآي ذ_ينW ي aXXوا ال eXXنWا ءامWذ_ eم إ Wنت دWي WXXين� تWد _XXى بWل_ إWجWل� مaى أ WسZم .eوهe eب فWاكت
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila melakukan utang-piutang
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya." (QS.
2: 282)
3. Haram, yaitu suatu larangan yang berasal dari syar'I (Allah atau
Rasulullah) yang harus ditinggalkan oleh mukallaf. Karena larangan
yang sifatnya harus ditinggalkan, maka bagi yang melaksanakannya
18 Bab 5_Sumber Hukum Islam
akan mendapat dosa dan yang meninggalkannya akan mendapatkan
pahala. Seperti pada ayat berikut;
مWت rر eXXXXح eمe Wيك ةe عWل WXXXXيتWالم eامaدXXXXالWو eحمW وWلنز_ير_ eه_لa الخ_ _غWير_ وWمWاا ه_ الله_ ل _XXب eة WXXق_ ن WنخeالمWو
eةWوذeوقWالمWو eةW دrي WرW ةe وWالمeت WXXط_يحa لW وWالن WXXكW وWمWاأeعe ب aالس a _ال eم إ aيت اذWك WXXم Wح_ اذeب WXXمWى وWلWب_ ع eXXصZ الن
Wن مeوا وWأ Wقس_ Wست _ ت WزلXXXXم _اال eم ب _ك ف_سق�. ذWل"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan
daging hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, yang tercekik,
yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan
pula)yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula)
mengundi nasib dengan azhlam (anak panah), karena itu suatu
perbuatan fasik." (QS. Al-Maidah/5: 3).
4. Makruh, yaitu suatu perintah yang berasal dari syar'i (Allah atau
Rasulullah) yang dianjurkan untuk dilaksanakan oleh mukallaf dan
sifatnya bukan sebuah keharusan. Karena sifatnya tidak harus, maka
bagi orang yang meninggalkanny akan mendapatkan pahala dan
yang tetap melanggarnya tidak mendapatkan dosa. Misalnya dalam
firman Allah berikut;
ZهWا Wآي aذ_ينW ي eوا ال eوا ءامWن Wسئل Wت WآءW عWن ال ي ^XXشW _ن أ إWبدe eم ت Wك eم ل ؤك eسW ت
"Wahai orang yang-orang yang beriman! Janganlah kamu
menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika ditegakkan
kepadamu, (justru) menyusahkan kamu." (QS. Al-Maidah/5: 101).
5. Mubah, sebuah pilihan yang diberikan oleh syar'i (Allah atau
Rasulullah) kepada mukallaf antara melaksanakan atau
meninggalkannya. Karena sifatnya sebuah pilihan, maka orang yang
melaksanakan atau meninggalkannya sama-sama tidak mendapatkan
dosa. Misalnya dalam surat al-Jumu'ah/62: 10 berikut;
Wذ_ Wت_ فWإ وا الصaلوةe قeض_ي eر WXXشW Wرض_ ف_ى فWانت االWغeوا الله_. فWضل_ م_ن وWابت
"Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi;
carilah karuia Allah."
8. Penerapan Sikap dan Perilaku
19Pendidikan Agama Islam kelas X
Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghayatan terhadap hokum-
hukum taklifi adalah sebagai berikut:
a. Senantiasa berhati-hati dalam bertindak atau melakukan sesuatu,
apakah boleh dilakukan atau tidak.
b. Melaksanakan salat fardu, puasa, zakat, dan haji/umrah sesuai
dengan syariat yang telah ditentukan berdasarkan al-Quran dan hadis
Nabi saw.
c. Melaksanakan salat rawatib (qabliyah dan ba'diyah), atau salat-salat
sunnah lainnya.
d. Senantiasa berpuasa sunnah seperti hari Senin dan Kamis.
e. Menjauhi perbuatan-perbuatan yang hukumnya makruh karena
nantinya akan menjadi haram.
f. Melaksanakan perbutan-perbuatan baik dan menjauhi perbautan-
perbutan yang hukumnya haram.
g. Senantiasa berkonsultasi kepada yang layak diminta nasihat
mengenai perbuatan yang akan dilakukan tetapi masih ada keraguan.
Reasonably to been contemplated [layak untuk direnungkan]
Hukum taklifi adalah tuntunan Allh SWT yang dikemas oleh para ahli fiqh
yang berkaitan dengan perintah untuk melakukan suatu perbuatan atau
meninggalkannya. Ada lima macam yang berkaitan dengannya, yaitu:
wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah.
Berhati-hatilah dalam bertindak supaya tidak salah jalan, yang
seharusnya kita melakukannya malah ditinggalkan sebaliknya seharus
ditinggalkan malah dilakukan, jauhkan dari sikap keragu-raguan dan yang
hal-hal yang makruh karena nantinya akan menggiring kepada hal yang
diharamkan.
LATIHANLATIHAN
A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan pengertian al-Quran, Sunnah, Ijtihad!
2. Tuliskan ayat Quran yang menyatakan bahwa al-Quran adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama!
3. Sebutkan tiga fungsi hadis terhadap al-Quran!
4. Bagaimna menurut pendapatmu jika ada orang yang hanya berpedoman kepada al-Quran tetapi mengingkari Sunnah? Jelaskan dengan singkat!
20 Bab 5_Sumber Hukum Islam
5. Apakah yang dimaksud dengan hukum mubah? Sebutkan contohnya!
B. Berilah tanda checklist () pada kolom yang sesuai dengan pilihan sikap
Anda!
No
Pernyataan S SS
TS
STS
1 Menerapkan hukum Islam berarti harus membentuk pemerintahan Islam di Indonesia.
2 Jika ada masalah keagamaan, hendaknya para ulama melakukan ijtihad untuk mencari solusinya.
3 Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, kita harus selalu menyesuaikan tradisi yang berlaku di masyarakat selama tidak bertentangan dengan syari'at.
4 Kita tetap tidak boleh makan daging babi ketika berada di tengah hutan dan tidak ada bahan makanan lagi yang bisa dimakan.
5 Kalau sering terjadi perselisihan faham dalam sebuah perjanjian, maka pencatatan perjanjian menjadi wajib dilakukan.