bab iv pengumpulan dan pengolahan data 4.1 tinjuan
TRANSCRIPT
35
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Tinjuan Perusahaan
4.1.1 Sejarah dan deskripsi Perusahaan
Perusahaan Listrik negara atau yang biasa disebut dengan
PT. PLN (Persero) adalah sebuah BUMN yang menangani
berbagai aspek kelistrikan di indonesia. Pada tahun 1905 di
masa pemerintahan kolonial belanda di kota bandung, berdiri
sebuah perusahaan yang mengelola kelistrikan bagi
kepentingan publik yang dimiliki oleh belanda bernama
Bandoengsche Electriciteit Maatschppij (BEM). Pada tahun
1950 ketika belanda mulai menyerahkan kedaulatan kepada
pemerintah Republik Indonesia perkembangan pusat
pemeliharaan ketenaga listrikan mulai terlihat. Energi listrik
saat ini yang disalurkan kepada masyarakat terdiri dari
pembangkit – distribusi – penyaluran. Pada tahun 1930
pemerintah hindia belanda telah membangun bengkel
pemelihraan mesin-mesin pembangkit tenaga listrik di Jawa.
Pendirian mesin-mesin pembangkit ini bagi pemerintah
belanda adalah hal yang sangat vital karena tidak
memungkinkan pemerintah Hindia Belanda untuk
memperbaiki mesin-mesing tersebut keluar negeri, sebab akan
menganggu jalannya komunikasi antara pemerintah belanda
dan pemerintah Hindia Belanda. Pada masa Pemerintahan
Hindia Belanda telah mendirikan beberapa pembangkit listrik
di Jawa Barat, yaitu:
a). PLTA Dago
b). PLTA Bengkok
36
c). PLTA Plengan
d). PLTA Lamajan
e). PLTA Cikalong
f). PLTA Ubrug
Untuk memastikan mesin-mesin PLTA tersebut diatas
maka Pemrintah Hinda Belanda membangun bengkel-bengkel
pemeliharaan di Dayeuh Kolot. Bengkel – bengkel yang ada di
Dayeukolot tersebut terus beroperasi sampai kemudian beralih
ke tangan jepang ketika masuk ke indonesia lalu beralih tangan
lagi ke Pemerintah Republik Indonesia setelah merdeka dan
sampai saat inimenjadi bagian unit dari PLN PUSHARLIS
Bandung.
PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan (PUSHARLIS)
merupakan salah satu unit yang berada di lingkungan PT PLN
(Persero) yang bergerak dalam bidang Maintenance, Repair
dan Overhaul serta Engineering , Procurement and
Construction pembangkit-pembangkit listrik. Keberadaan PLN
PUSHARLIS merupakan hasil dari perluasan skala bisnis dan
migrasi dari Unit Bisnis Jasa Perbengkelan pada tahun 1997-
2000.
Pada saat ini PLN PUSHARLIS telah memiliki
beberapa unit, dengan nama-nama sebagai berikut:
a) Unit Pelaksana Produksi danWorkshop I (UP2W I) di
Merak, Cilegon
b) Unit Pelaksana Produksi danWorkshop II (UP2W II) di
Klender, Jakarta
37
c) Unit Pelaksana Produksi danWorkshop III (UP2W III)
di jalan Banten, Kota Bandung.
d) Unit Pelaksana Produksi danWorkshop IV (UP2W IV)
di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung
e) Unit Pelaksana Produksi danWorkshop V (UP2W V )
di Krapyak, Semarang
f) Unit Pelaksana Produksi danWorkshop VI (UP2W VI)
di Ngagel Surabaya, Serta
g) Kantor Induk di jalan Banten Kota Bandung
Gambar 4.1 Peta Lokasi Kantor Induk dan Unit PLN PUSHARLIS
Adapun tugas utama yang dijalankan oleh PLN PUSHARLIS
adalah:
a). Penanganan sistem pengendalian kualitas pada pekerjaan repair,
reverse engineering, manufaktur peralatan ketenagalistrikan.
b). Penanganan emergency repair untuk menjamin ketersediaan pasokan
tenaga listrik.
c). Pengembangan dan manufaktur hasil karya inovasi.
38
d). Bekerjasama dengan lembaga riset dan industri dalam negeri untuk
mencapai kemandirian teknologi.
4.1.2 Visi & Misi Perusahaan
Visi:
Menjadi pusat keunggulan dalam kemandirian teknologi bidang
enjiniring terapan ketenagalistrikan yang memberikan nilai tambah
optimal, terpercaya dan bertumpu pada potensi insani.
Misi:
1. Memberikan nilai tambah yang optimal kepada PLN Group
dengan menjalankan aktivitas yang terkait, untuk
memastikan keberlangsungan usaha, optimasi efesiensi
biaya, kapabilitas unggul dalam industri, peningkatan
kontribusi laba, dan atau pengembangan usaha baru.
2. Melakukan sistem pengendalian kualitas pada pekerjaan
repair, reverse engineering, dan manufaktur peralatan
ketenagalistrikan dalam rangka mendukung kinerja PLN
untuk menjamin ketersediaan pasokan tenaga listrik yang
handal dan efisien.
3. Berperan untuk memenuhi kebutuhan emergency repair
dan pengembangan hasil karya inovasi yang mendukung
pertumbuhan industri dalam negeri.
Adapun tema startegis yang dicanangkan PLN
PUSHARLIS saat ini ialah dengan Creating More Values “
Melalui Peningkatan Kontribusi Pusharlis, Peningkatan
39
Kompetensi Sdm, Peningkatan Mutu Produk Dan Optimasi
Proses Produksi Dan Layanan”.
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan
PLN PUSHARLIS Bandung dalam menjalankan
kegiatannya dipimpin oleh seorang general manager (GM). Dalam
melakukan tugasnya GM dibantu oleh senior manager masing-
masing bidang dan senior manager dibantu oleh masing-masing
manager sub bidang yang membawahi beberapa staf tiap sub
bidang. Berikut tugas pokok dan fungsi dari masing-masing
struktur organisasi di PLN PUSHARLIS Bandung:
1. General Manager
Bertanggungjawab untuk memastikan tersedianya
analisa dan mitigasi risiko, kepatuhan, serta proses bisnis,
terlaksananya startegi dan pengelolaan unit sesuai dengan misi
dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia secara
effisien, efektif dan sinergis, menjamin ketersediaan komponen
40
ketenagalistrikan, serta memastikan terlaksananya Good
Corporate Govemance (GCG) di pusharlis.
2. Bidang Perencanaan
Bertanggungjawab dan memastikan tersedianya
perencanaan strategi Pusharlis, Rencana jangka panjang dan
Rencana Kerja serta anggaran Pusharlis, penyusunan laporan
manajemen, evaluasi kinerja, melaksanakan perencanaan
lingkungan hidup, produksi komponen ketenagalistrikan, dan
berkoordinasi denan PLN Kantor Pusat dalam pengelolaan
sistem informasi.
3. Bidang Produksi dan Workshop
Bertanggungjawab dan memastikan terlaksananya
produksi komponen ketenagalistrikan, Reverse Engineering,
pembangunan PLTM dan produksi karya inovasi. Memastikan
kelangsungan konsolidasi antar unit pelaksana, ketetapan
waktu, biaya dan kualitas pekerjaan melalui pemantauan hasil
karya antar unit pelaksana, untuk pencapaian target kinerja
perusahaan serta memastikan kelangsungan Supply Chain
Management dengan memperhatikan Sistem Manajemen
Terpadu (SMT).
4. Bidang Keuangan, SDM dan ADM
Bertanggugjawab atas pengelolaan keuangan, sumber
daya manusia, Hukum, Komunikasi, administrasi dan umum,
serta opersiaonal K3L untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
Pusharlis secara efektif sebagai bagian pencapaian target
kinerja Pusharlis.
5. Sub Biro Perencana Pengadaan
Melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai
Pejabat Perencana Pengadaan sebagaimana yang diatur dalam
41
ketentuan Barang dan jasa yang berlaku di lingkungan PT PLN
(Persero).
6. Sub Biro Pelaksana Pengadaan
Melaksanakan tugas dan tanggugjawab sebagai pejabat
pelaksana pengadaan sebagaimana yang diatur dalam ketentuan
barang dan jasa yang berlaku di lingkungan PT PLN (Persero).
7. Manager Unit Pelaksana Produksi dan Workshop
Bertanggugjawab dan memastikan terlaksananya
analisa manejemen risiko dan mitigasi proses bisnis di unitnya.
4.1.4 Proses Produksi
Proses produksi yang dijelaskan pada penelitian ini adaah
proses produksi pada produk PMCB, dimana produk ini menjadi
salah satu produk inovasi PLN PUSHARLIS Bandung yang pada
tahun 2019 memiliki permintaan atau penugasan yang terbanyak.
Berikut adalah proses produksi dari produk PMCB:
Gambar 4.3 Proses Produksi
1) Pekerjaan pada Box Control
42
Untuk pekerjaan pada box control dilakukan pemasangan
Protection Relay, Push Button dan Lamp Indicator, MCB, Aux
Relay, Battery dan Charger, Test Block, metering serta stop
contact. Kemudian dilakukan pengujian atau quality control proses
pada perakitan box control
2) Pekerjaan pada Box Switching
Untuk pekerjaan pada box switching dilakukan dengan
merakit 5 komponen pada box yaitu pemasangan VCB, Heater and
Thermocouple, CT – VT serta kabel dan busbar. Setelah itu
dilakukan pula quality control proses setelah perakitan pada box
switching.
3) Tahap selanjutnya dilakukan final QC dengan melakukan beberapa
tahapan uji produk untuk memastikan kelayakan fungsi yaitu uji
tahanan isolasi, uji tahanan kontak, uji tegangan terapan, uji
keserempakan, uji inject arus serta uji indeks proteksi 34.
4) Setelah dilakukan final QC produk dibawa ke gudang produk jadi
yang nantinya akan dikirim kedalam ataupun luar pulau sesuai
dengan permintaan pelanggan dengan menggunakan alat
transportasi kapal maupun truk.
5) Untuk memastikan produk dalm kondisi baik sampai ke tujuan
maka dilakukan beberapa persiapan pada proses shipping ialah
dengan melakukan pemasangan pallet, membungkus produk
dengan plastik serta dilakukan pembungkusan dengan kayu.
4.2 Pengumpulan Data
4.2.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara
langsung dari subjek penelitian yang akan diteliti. Data primer
pada penelitian ini ialah data yang berupa hsil observasi dengan
43
manager dan staff bagian suplly chain management serta produksi
dan workshop dan diperusahaan tempat penelitian dan juga terkait
penentuan indikator pengukuran kinerja SCM. Data-data yang
diperoleh yaitu data Pengiriman (Distribution), Data pemesanan
(Purchase Order), Data waktu siklus pengelolaan supply chain
perusahaan, serta data pemenuhan pemesanan dan pengembalian
produk. Berikut data-data primer yang dibutuhkan pada penelitian
ini :
A. Data Atribut reliability ( Kendalan)
Dalam hal ini berkaitan dengan kinerja perusahaan dalam
memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan yang
diinginkan.
a) Data permintaan aktual
Tabel 4.1 Data Permintaan Aktual
Bulan Total Order Ketepatan
jumlah
produk yang
dikirim
Ketepatan
item barang
yang dikirim
Satuan
1 68 68 68 Unit
2 21 21 21 Unit
3 13 13 13 Unit
4 36 36 36 Unit
5 20 20 20 Unit
6 24 24 24 Unit
7 25 25 25 Unit
8 16 16 16 Unit
9 12 12 12 Unit
10 10 10 10 Unit
11` 3 3 3 Unit
44
12 1 1 1 Unit
Total 249 249 249 Unit
b) Data Pengiriman Produk Kepada Konsumen
Tabel 4.2 Pengiriman produk
Bulan Jumlah
Produk
Terkirim
Produk
terkirim
tanpa
terlambat
Jumlah
kesalahan
pemasangan
produk
Jumlah
ketepatan
lokasi
pengiriman
Satuan
1 19 17 0 19 Unit
2 12 9 0 12 Unit
3 11 11 0 11 Unit
4 11 10 0 11 Unit
5 12 12 0 12 Unit
6 18 18 0 18 Unit
7 21 19 0 21 Unit
8 34 34 0 34 Unit
9 20 19 0 20 Unit
10 30 30 0 30 Unit
11` 16 16 0 16 Unit
12 45 45 0 45 Unit
Total 249 240 0 249 Unit
Tabel 4.3 Kelengkapan dokumen pengiriman produk
Bulan Kelengkapan
dokumen
Pengiriman
Kelengkapan
dokumen
surat tagihan
Satuan
45
pembayaran
1 19 19 Lembar
2 12 12 Lembar
3 11 11 Lembar
4 11 11 Lembar
5 12 12 Lembar
6 18 18 Lembar
7 21 21 Lembar
8 34 34 Lembar
9 20 20 Lembar
10 30 30 Lembar
11` 16 16 Lembar
12 45 45 Lembar
Total 249 249 Lembar
c) Data Pengembalian Produk dari Konsumen atau Return
Tabel 4.4 Pengembalian Produk dari Konsumen atau Return
Bulan
Deliver - Return
Satuan Barang
Dikirim
Tanpa Cacat
Barang
Dikirim
Tanpa Rusak
Produk
Kembali
(Return)
1 19 19 0 Unit
2 12 12 0 Unit
3 11 11 0 Unit
4 11 11 1 Unit
5 12 12 0 Unit
6 18 18 0 Unit
46
7 21 21 1 Unit
8 34 34 0 Unit
9 20 20 0 Unit
10 30 30 0 Unit
11 16 16 0 Unit
12 45 45 0 Unit
Total 249 249 2 Unit
B. Data Atribut Responsiveness (Kecepatan Merespon)
Data yang berkaitan dengan kecepatan rantai pasok dalam
merespon permintaan.
a) Data cycle time
Tabel 4.5 Data cycle time
Sources
(Pengadaan)
Make
(Produksi)
Deliver
(Pengiriman)
Satua
n
Terburuk 174 216 21 Hari
Terbaik 2 4 1 Hari
Median 88 110 11 Hari
C. Data Atribut Agility (ketangkasan/Kelincahan)
Data ini berkaitan dengan jumlah peningkatan maksimum
berkelanjutan dalam jumlah bahan baku, produksi, dan
pengiriman dalam jumlah yang dapat dicapai dalam 30 hari.
Tabel 4.6 Data Pengadaan, Produksi dan Pengiriman
Bulan Sources/Pengadaan
(Batch)
Make/Produksi
(Unit)
Deliver/Pengiriman
(Unit)
47
1 74 22 19
2 47 15 12
3 74 12 11
4 84 33 11
5 115 20 12
6 103 21 18
7 125 30 21
8 96 25 34
9 98 19 20
10 18 15 30
11 5 14 16
12 2 1 45
Total 841 249 249
4.2.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang untuk
melengkapi dan memperkuat teori-teori yang akan digunakan dan
berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder dilakukan dengan
mengkaji beberapa literatur yang berkaitan dengan penelitian.
Kajian litelatur pada penelitian ini dilakukan dengan review jurnal
penelitian serta studi buku-buku SCOR dalam pengukuran kinerja
perusahaan. Kemudian data sekunder juga merupakan data history
yang sudah terdapat diperusahaan tepat penelitian.
4.2.2.1 Proses rantai pasokan di PLN PUSHARLIS Bandung
Supply Chain Management pada PLN PUSHARLIS
Bandung dimulai ketika End User memerlukan komponen-
komponen untuk keperluan perbaikan mesin-mesin
pembangkit listrik. End User tersebut adalah konsumen
PLN PUSHARLIS yang merupakan anak perusahaan
maupun Unit perusahaan PT. PLN (Persero). Berikut
48
gambaran pengelolaan manajemen rantai pasok PLN
PUSHARLIS
Gambar 4.4 Proses supply chain perusahaan
Prosesnya adalah, dimulai ketika Unit atau Anak
Perusahaan PT PLN (Persero) yang merupakan end user
mengirimkan permintaan penawaran kepada PLN
PSHARLIS. Selanjutnya perencanaan ( Plan ) dalam hal ini
bidang enjiniring Menyiapkan dokumen penawaran seperti
desain, RAB, KAK dan schedule yang kemudian bidang
pemasaran mengirimkan semua dokumen penawaran kepada
pemberi kerja atau end user. Selanjutnya pemberi kerja / end
user menerima penawaran dan mengirimkan surat peugasan
kepada PLN PUSHARLIS.
Selanjutnya pada proses pengadanaan (Source) pejabat
perencana pengadaan akan merencanakan pengadaan yang
akan dilakukan dengan lelang terbuka, lelang terbatas,
penunjukan langsung atau pengadaan langsung. Kemudian
pejabat pelaksana pengadaan melakukan proses pengadaan
dengan supplier yang terpilih yang sampai akhirnya material
dikirim dan diterima oleh PLN PUSHARLIS setelah lolos
tahap inspeksi material, namun jika ada kecacatan atau
ketidaksesuaian pada material yang diterima maka akan
dilakukan proses return.
49
Proses produksi (Make) dilakukan dibeberapa unit
produksi dan workshop PLN PUSHARLIS. Pada proses
produksi dapat dilihat sebagai suatu siklus yang terintegrasi:
1. Reverse Engineering (RE): aktivitas ini merupakan
aktivitas yang dilakukan sebagai perencanaan sebelum
dilaksanakan proses manufaktur, aktivitas mulai dari
scanning, 3D Modeling, penetapan parameter desain,
hingga prototype. Hasil dari RE tersebut ialah:
a. New Quality Plan
b. New Drawing
c. New Spec
d. New Manufacturing processes
e. New commissiong SOP
f. New Manual Operation
g. New Manual Maintenance
2. Manufacture : Proses pembuatan produk tang dilakukan
unit produksi dan workhshop.
3. Quality Control : Inspeksi kesesuaian produk dengan
parameter desain yang telah ditetapkan
4. Quality Assurance : Menjamin kualitas produk yang
dihasilkan dan memastikan proses pembuatan produk
tersebut sesuai dengan standart dan persyaratan yang
telah ditentukan.
Empat peran inilah yang mejadi inti dalam proses
produksi yang dilakukan di lingkup PLN PUSHARLIS.
Setelah proses produksi telah selesai maka selanjutnya
dilakukan proses distribusi (Deliver). Pengiriman produk
dilakukan oleh pihak gudang melalui transportasi darat, laut
maupun udara disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Selanjutnya produk diterima oleh pemberi kerja dan
dibuktikan dengan surat serah terima pekerjaan.
50
Untuk proses pengembalian (Return) dilakukan ketika
produk yang diberikan kepada konsumen tidak sesuai
dengan permintaan. Prosesnya ialah end user menghubungi
pihak PLN PUSHARLIS untuk menginfokan terkait kondisi
produk yang tidak sesuai permintaan yang selanjutnya akan
dibahas dalam sebuah pertemuan atau biasa juga
menggunakan vicon ( Video conferance) untuk memutuskan
tindaklanjut dari ketidaksesuaian tersebut. Jika perlu di
repair maka barang akan dikirim ke PLN PUSHARLIS
kemudian dilakukan incoming inspection di bagian
workshop, kemudian hasil dari inspection akan dijelaskan
kembali pada vicon (video conferance) untuk menyepakati
proses repair dan waktu pengerjaan repair sampai barang
dikirim kembali ke end user.
Untuk proses pengolahan atau pemeliharaan (Enable).
Pada kasus ini pengolahan atau pemeliharaan lebih
difokuskan pada performasi prduksi untuk menjaga
produksi tetap stabil, efektif dan efisien. Sehingga, produk
yang akan dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat.
4.3 Pengolahan Data
4.3.1 Klasifikasi proses kegiatan supply chain PLN PUSHARLIS
Dalam mengklasifikasikan kegiatan supply chain
perusahaan dilakukan dengan metode wawancara, pada proses
wawancara yang telah dilakukan terdapat beberapa proses inti
pengukuran kinerja supply chain yang akan digambarkan pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4.7 Klasifikasi Aktivitas Supply Chain PLN PUSHARLIS
51
No Aliran Supply
Chain PLN
PUSHARLIS
Klasifikasi Kegiatan Supply Chain
Plan Make Sources Deliver Return Enable
1 Purchase
Order (PO) √ √ √ √ √
2 Pengadaan
Bahan Baku √ √ √ √
3 Proses
Produksi √ √ √ √ √ √
4 Pengiriman
Produk √ √ √ √
Sumber : (Hasil Wawancara dengan Manager SCM PLN PUSHARLIS
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat enam proses inti
pada pengukuran kinerja supply chain management dengan
pendekatan Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model
Versi 12.0. Aliran Supply Chain Perusahaan yang termasuk
kedalam proses Plan yaitu pada aktivitas Purchase Order,
Pengadaan bahan baku, proses produksi dan pengiriman produk.
Kemudian yang berkaitan dengan proses make yaitu pada proses
produksi saja. Sedangkan yang termasuk pada proses sources yaitu
pada purchase order dan proses produksi. Kemudian pada proses
deliver, return dan enable berkaitan dengan seluruh aliran supply
chain PLN PUSHARLIS.
Dalam SCOR Model terdapat performance attribut yang
merupakan satu set atribut untuk menilai proses supply chain dari
berbagai sudut pandang yang berbeda. Terdapat lima attribute
yang digunakan pada penilaian performa dari supply chain dengan
metode SCOR model versi 12.0. Dalam satu attribute, terdapat
beberapa metrik yang dapat dipakai sebagai metrik pengukuran
52
kinerja supply chain (APICS,2017). Namun pada penelitian ini
performance attribut yang digunakan ialah hanya yang berkaitan
dengan costumer facing . Berikut attribute SCOR model versi 12.0
yang digunakan pada penelitian ini:
Tabel 4.8 Attribute SCOR
Level 1 Metrics
Performance Attributes
Customer Facing
Reliability Responsiveness Agility
Perfect order
fulfillment
(POF)(%)
X
Order fulfillment
cycle time X
Upside supply
chain adaptability X
Downside supply
chain adaptability X
Supply Chain Reliability kinerja rantai pasok dalam
Delivery adalah : sebuah produk yang tepat, pengepakan dan
kondisi produk yang tepat, serta jumlah dan dokumentasi yang
tepat.
Supply Chain Responsiveness merupakan kecepatan sistem
supply chain untuk menyediakan produk.
53
Supply Chain Agility merupakan kemampuan sistem supply
chain untuk merespon permintaan pasar atau memelihara
keunggulan bersaing.
54
4.3.2 Model Hirarki pengukuran kinerja Supply Chain PLN PUSHARLIS
Dari penyesuaian yang telah dilakukan, Maka didapat sebuah model hierarki Supply Chain Operations
Reference (SCOR) Model Versi 2.0 pengukuran kinerja supply chain pada PLN PUSHARLIS seperti pada gambar
berikut:
Gambar 4.5 Model hierarki SCOR pengukuran kinerja supply chain PLN PUSHARLIS Bandung
55
Model hierarki diatas telah menggambarkan metrik-metrik yang
akan digunakan pada penelitian ini yang telah disesuaikan dengan kondisi
proses supply chain yang terjadi di perusahaan dan disesuaikan pula
dengan data-data yang ada diperusahaan. Berikut adalah penjelasan
metrik-metrik yang digunakan pada penelitian ini:
Tabel 4.9 Penjelasan metrik SCOR
Kode Metrik Keterangan/Definisi
Supply Chain Reliability
RL.1.1 Perfect order
fulfillment(POF)(%)
POF digunsksn untuk
mengukur presentase
permintaan yang dapat
terpenuhi atau terlayani sesuai
dengan spesifikasi yang
dipesan dan tepat waktu
sesuai dengan tanggal yang
telah disepakati serta tidak ada
perbedaan antara pesanan
konsumen.
RL.2.1 % of Orders
Delivered in Full
(%)
Merupakan presentase
pengiriman suatu produk
dimana kuantitas yang dikirim
kepada konsumen sesuai
dengan permintaan.
RL.3.33 Delivery Item
Accuracy
Merupakan presentase
ketepatan item/jenis barang
yang dikirim kepada
konsumen.
RL.3.35 Delivery Quantity
Accuracy
Merupakan ketepatan jumlah
produk yang dikirim kepada
konsumen
56
RL.2.2 Deliver
Performance to
Customer Commit
Date (%)
Presentase pemenuhan
pesanan konsumen sesuai
dengan tanggal yang telah
dijanjikan
RL.3.32 Customer Commit
Date Achievment
Time Customer
Receiving
Presentase pemenuhan order
konsumen sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan
RL.3.34 Delivery Location
Date Archievment
Time Customer
Receiving
Presentase ketepatan distribusi
barang dalam mengantarkan
suatu barang ke lokasi
konsumen.
RL.2.3 Documentation
Accuracy (%)
Presentase kejelasan sebuah
dokumen yang berisi
kebutuhan barang atau
tambahan dari konsumen.
RL.3.45 Payment
Documentation
Accuracy
Persentase faktur ataupun
surat tagihan pembayaran.
RL.3.50 Shipping Document
Accuracy
Presentase ketepatan dokumen
yang berisikan kejelasan
tentang barang yang telah
dikirim dalam segi kuantitas
atau jenis barang.
RL.2.4 perfect Condition
(%)
Merupakan presentase
ketepatan pengiriman barang
dengan kondisi baik yang
dikirimkan kepada konsumen.
RL.3.41 Order Delivered
Damage Free
Presentase barang yang
diterima tanpa rusak kepada
57
Conformance konsumen.
RL.3.42 Orders Delivered
Defect Free
Conformace
Presentase barang yang
dikirim tanpa cacat kepada
konsumen.
RL.3.55 Warranty & Return Merupakan jumlah
pengembalian barang dari
konsumen.
RL.3.12 Fautless Instalation Merupakan banyaknya jumlah
barang yang mengalami
kesalahan saat pemasangan
pada konsumen.
Supply Chain Responsiveness
RS.1.1 Order fulfillment cycle time Merupakan rata-rata
waktu yang
dibutuhkan untuk
pemenuhan
kebutuhan
pesanan/order
konsumen yang
dimulai dari kegiatan
pengadaan sampai
pengiriman ke
konsumen.
RS.2.1 Sources cycle time Merupakan rata-rata
waktu yang
dibutuhkan untuk
kegiatan pengadaan
barang atau sumber
daya.
58
RS.3.8 Authorize Supplier Payment
Cycle Time
Waktu yang
dibutuhkan dalam
proses pembayaran
resmi bahan baku
yang akan dikirim
oleh supplier.
RS.3.35 Identify Sources of Supply
Cycle Time
Waktu yang
dibutuhkan dalam
proses inspeksi bahan
baku yang dikirim
oleh supplier
RS.3.107 Receive Product Cycle Time Rata-rata waktu yang
dibutuhkan dalam
menerima barang
atau produk yang
dipesan dari produsen
RS.3.122 Schedule Product Deliveries
Cycle Time
Waktu yang
dibutuhkan dalam
jadwal pengiriman
barang dari produsen.
RS.3.125 Select Supplier and
neogotiate cycle time
Waktu yang
dibutuhkan dalam
memilih supplier dan
proses negosiasi
dengan supplier.
RS.3.139 Trancfer product cycle time Waktu yang
dibutuhkan dalam
proses pemindahan
barang yang dikirim
ari supplier.
59
RS.3.140 Verify product cycle time waktu yang
dibutuhkan untuk
memverifikasi
produk yang dikirim
oleh produsen.
RS.2.2 Make cycle time Merupakan waktu
yang dibutuhkan
untuk kegiatan
membuat suatu
produk.
RS.3.33 Finalize production
engineering cycle time
(produksi)
Waktu yang
dibutuhkan dalam
pembuatan produk
sesuai perencanaan
produksi.
RS.3.49 Issue material cycle time Waktu yang
dibutuhkan untuk
mendeteksi material
yang bermasalah.
RS.3.101 Produce and test cycle time
(seleksi)
Waktu yang
dibutuhkan untuk
inspeksi produk pada
proses produksi.
RS.3.114 Realise finished product to
deliver cycle time
Waktu yang
dibutuhkan dalam
penyelesaian produk
kepada pengiriman.
RS.3.123 Schedule production
activities cycle time
Waktu yang
dibutuhkan dalam
penjadwalan aktivitas
60
untuk kegiatan
produksi
RS.3.128 Stage finished product cycle
time
Waktu yang
dibutuhkan dalam
proses penyelesaian
produk.
RS.2.3 Deliver cycle time Merupakan waktu
yang dibutuhkan
untuk kegiatan
pengiriman produk.
RS.3.16 Build loads cycle time Waktu yang
dibutuhkan dalam
menunggu barang
yang dikirim
RS.3.18 Consolidate order cycle time Waktu yang
dibutuhkan dalam
proses konsolidasi
permintaan oleh
konsumen.
RS.3.46 Install product cycle time Waktu yang
dibutuhkan dalam
proses pengemasan
produk.
RS.3.51 Load product & generate
shipping documentation
cycle time
Waktu untuk
mendokumentasikan
barang yang akan
dikirim dan yang
terdapat digudang
barang jadi
RS.3.95 Pack product cycle time Waktu yang
61
dibutuhkan pada
proses pengemasan
produk
RS.3.96 Pick product cycle time Waktu yang
dibutuhkan dalam
poses mengambil
produk
RS.3.108 Receive product from source
or made cycle time
Waktu yang
dibutuhkan dalam
proses penerimaan
produk
RS.3.110 Receive product from source
or make cycle time
Waktu yang
dibutuhkan dalam
proses penerimaan
produk dari supplier
atau produksi.
RS.3.112 Reserve resources and
determine delivery date cycle
time
Waktu yang
dibutuhkan untuk
memesan dan
menentukan tanggal
pengiriman bahan
baku dari supplier.
RS.3.116 Route shipment cycle time Waktu yang
dibutuhkan unntuk
membuat suatu rute
pengiriman
RS.3.117 Schedule installation cycle
time
Waktu yang
dibutuhkan dalam
jadwal pemasangan
produk
62
RS.3.120 Select carriers & Rate
shipment cycle time
Waktu yang
dibutuhkan untuk
memilih operator
(kurir) dan tingkat
pengiriman melalui
gudang
RS.3.125 Ship product cycle time Waktu yang
dibutuhkan dalam
proses penyimpanan
produk di gudang.
Supply Chain Agility
AG.1.1 Upside supply chain
adaptability
Merupakan
maksimum
peningkatan
presentase dalam
kuantitas produk
yang dikirim dan
dapat dicapai dalam
30 hari. Tingkat
operasi baru harus
dicapai tanpa
peningkatan yang
signifikan dalam
biaya per unit
AG.2.1 Upside source adaptability Presentase kenaikan
jumlah dalam
pengadaan (produk)
yang dapat diperoleh
selama 30 hari
63
AG.2.2 Upside make adaptability Presentase kenaikan
jumlah dalam
produksi yang dapat
diperoleh selama 30
hari dengan asumsi
tidak ada kendala
bahan baku.
AG.2.3 Upside deliver adaptability Presentase kenaikan
jumah dalam
pengiriman yang
dapat diperoleh
selama 30 hari
dengan asumsi
ketersediaan barang
jadi tidak dibatasi.
AG.1.2 Downside supply chain
adaptability
Merupakan
presentase penurunan
kemampuan rantai
pasok (produktivitas)
selama 30 hari
sebelum pengiriman
tanpa persediaan atau
biaya denda.
AG.2.6 Downside source
adaptability
Presentase
pengurangan jumlah
pengadaan produk
selama 30 hari
sebelum pengiriman
tanpa persediaan atau
biaya denda.
64
AG.2.7 Downside make adapability Presentase penurunan
produksi selama 30
hari sebelum
pengiriman tanpa
persediaan atau biaya
denda.
AG.2.8 Downside deliver
adaptability
Presentase jumlah
produk yang dikirim
selama 30 hari
sebelum pengiriman
tanpa persediaan atau
biaya denda.
65
Setelah mendapatkan data – data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengolahan data dengan
menggunakan Microsoft Exel 2013 yang bertujuan untuk mempermudah
analisis data.
Dalam SCOR terdapat beberapa atribut kinerja yang diukur, yaitu
supply chain reliability, supply chain responsiveness, supply chain agility,
supply chain cost dan supply chain asset management. Namun, pada
penelitian ini atribut cost dan asset management tidak dibahas dikarenakan
perusahaan tidak berorientasi pada profit sehingga lebih menfokuskan
pada kepuasan pelanggan. Parameter dari atribut yang digunakan pada
penelitian ini akan digunakan sebagai metrik kinerja seperti berikut:
Tabel 4.10 Atribut dan Metric SCOR
Performance
Atribut
Level 1 Metric Calcuation
Reliability Perfect Order
Fulfillment
(RL.1.1)
% of Orders Delivered in Full (%) +
Deliver Performance to Customer
Commit Date (%) + Document
Accuracy (%) + Perfect Condition (%)
Responsiveness Order
Fulfillment
Cycle Time
(RS.1.1)
𝑠𝑜𝑢𝑟𝑐𝑒 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒
+ 𝑚𝑎𝑘𝑒 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒
+ 𝑑𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒 (𝐼𝑛 𝑑𝑎𝑦𝑠)
Agility • Upside
Supply Chain
Adaptability
(AG.1.1)
• Downsite
Supply Chain
Adaptability
• Upside Source Adaptability +
Upside Make Adaptability +
Upside Deliver Adaptability
• Downside Source Adaptability
+ Downside Make Adaptability
+ Downside Deliver
Adaptability
66
(AG.1.2)
4.3.3 Perhitungan Nilai Aktual
Didalam pengukuran kinerja supply chain ini terdapat suatu
metrik-metrik yang sebagai indikator pengukuran yang harus dihitung
nilai aktualnya, Sebelum melakukan perhitungan dan evaluasi kinerja
supply chain management pada PLN PUSHARLIS Bandung, perlu
diketahui terlebih dahulu fokus perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya. Fokus utama perusahaan adalah memenuhi kepuasan
pelanggan. Bagi perusahaan memenuhi permintaan pelanggan adalah
hal yang paling utama dalam bisnis ini, jika perusahaan tidak mampu
memenuhi permintaan pelanggan maka pelanggan akan memberi
performasi yang kurang baik kepada perusahaan sehingga dapat
mempengaruhi kualitas kerja yang akan dilaporkan ke kantor pusat
PLN. Fokus perusahaan dapat dicapai dengan menganalisis nilai dari
Customer-Facing berikut:
a. Reliability
b. Responsiveness; dan
c. Agility
4.3.1.1 Perhitungan Nilai Aktual Supply Chain Reliability
Pada perhitungan nilai aktual dari setiap metrik yang ada
dalam performance atribut Supply Chain Reliability dilakukan
dari metrik level 3 karena untuk dapat menghitung nilai aktual
pada metrik level 2 dan metrik level 1 dibutuhkan perhitungan
metrik level yang lebih rendah. Data-data yang digunakan
untuk menghitung nilai supply chain reliability ialah pada tabel
4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4.
67
4.3.1.1.1 Perhitungan Nilai Aktual Metrik Level 3
• Delivery Item Accuracy
= 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑥 100%
= 249
249 𝑥 100% = 100%
• Delivery Quantity Accuracy
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑥 100%
= 249
249 𝑥 100% = 100%
• Customer Commit Date Achievment Time Customer
Receiving
= 𝑃𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑇𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑥 100%
= 240
249 𝑥 100% = 95,07%
• Delivery Location Date Archievment Time Customer
Receiving
= 𝑃𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑑𝑖 𝐿𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑥 100%
= 249
249 𝑥 100% = 100%
• Warranty & Return
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐷𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑥 100%
= 247
249 𝑥 100% = 99%
• Fautless instalation
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐷𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑥 100%
= 249
249 𝑥 100% = 100%
• Orders Delivered Defect Free Conformace
= 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑇𝑎𝑛𝑝𝑎 𝐶𝑎𝑐𝑎𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑂𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑥 100%
= 249
249 𝑥 100% =100%
• Order Delivered Damage Free Conformance
68
= 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑇𝑎𝑛𝑝𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑂𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑥 100%
= 249
249 𝑥 100% =100%
• Payment Documentation Accuracy
=100%
• Shipping Documentation Accuracy
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎𝑖 𝑑𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐷𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑥 100%
= 249
249 𝑥 100% = 100%
4.3.1.1.2 Perhitungan Nilai Aktual Metrik Level 2
• % of Orders Delivered in Full (%)
=
𝐷𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑦 𝑄𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑦 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 (%)+ 𝐷𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑦 𝐼𝑡𝑒𝑚 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦(%)
2
= 100%+100%
2= 100%/bln
• Deliver Performance to Customer Commit Date (%)
=
𝐷𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑦 𝐿𝑜𝑐𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑒 𝐴𝑟𝑐ℎ𝑖𝑣𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐶𝑢𝑠𝑡𝑜𝑚𝑒𝑟 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑖𝑛𝑔 (%) + 𝐶𝑢𝑠𝑡𝑜𝑚𝑒𝑟 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑖𝑡 𝐷𝑎𝑡𝑒 𝐴𝑐ℎ𝑖𝑒𝑣𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐶𝑢𝑠𝑡𝑜𝑚𝑒𝑟 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑖𝑛𝑔(%)
2
= 100 %+96,39%
2= 98,19%
• Document Accuracy (%)
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎𝑖 𝑑𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑟𝑖𝑚𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝑥 100%
= 249 𝑢𝑛𝑖𝑡
249 𝑢𝑛𝑖𝑡𝑥100% = 100%
• Perfect Condition (%)
= 𝑂𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝐵𝑎𝑖𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑂𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑥 100%
= 247 𝑢𝑛𝑖𝑡
249 𝑢𝑛𝑖𝑡𝑥100% = 99,86%
4.3.1.1.3 Perhitungan Nilai Aktual Metrik Level 1
• Perfect Order Fulfillment (POF) (%)
69
=
% 𝑜𝑓 𝑂𝑟𝑑𝑒𝑟𝑠 𝐷𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑒𝑑 𝑖𝑛 𝐹𝑢𝑙𝑙 (%) + 𝐷𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑡𝑜 𝐶𝑢𝑠𝑡𝑜𝑚𝑒𝑟 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑖𝑡 𝐷𝑎𝑡𝑒 (%) + 𝐷𝑜𝑐𝑢𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 (%) + 𝑃𝑒𝑟𝑓𝑒𝑐𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑑𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 (%)
4
=100% + 98,19% + 100% + 99,86%
4
= 99,35%/bln
70
Tabel 4.11 Hasil perhitungan setiap periode metrik Supply Chain Reliability
71
4.3.1.2 Perhitungan Nilai Aktual Supply Chain Responsiveness
Pada perhitungan nilai aktual dari setiap metrik yang ada dalam
performance atributes Supply Chain Responsiveness, maka akan dilakukan
dari metrik yang paling rendah karena untuk menghitung metrik yang ada
pada level 2 dan metrik level 1 dibutuhkan data dari metrik yang lebih
rendah dan pada metrik yang lebih rendah atau level 3 tersebut didapatkan
dari hasil pengumpulan data penunjang dimana pengadaan (SOURCES)
merupakan data proses yang berkaitan dengan keperluan pengadaan bahan
baku (material), Membuat/ Produksi (MAKE) merupakan data proses yang
berkaitan dengan proses produksi perusahaan dan Pengiriman ( DELIVER)
merupakan sebuah proses bisnis yang melibatkan pergerakan fisik dari
produk hingga sampai kepada konsumen. Pada penelitian ini, karena data
yang ada pada perusahaan yang mencakup metrik level 3 menjadi satu
kesatuan pada kegiatan sources (pengadaan), Make (produksi), dan Deliver
(pengiriman) dalam satuan hari maka perhitungan langsung dimulai pada
level 2. Data yang digunakan pada perhitungan metrik ini ialah pada table
4.5.
4.3.1.2.1 Perhitungan Nilai Aktual Metrik Level 2
• Source Cycle Time (Hari)
=88
• Make Cycle Time (Hari)
=110
• Deliver Cycle Time (Hari)
=11
4.3.1.2.2 Perhitungan Nilai Aktual Metrik Level 1
• Order Fulfillment Cycle Time (Hari)
= Source Cycle Time + Make Cycle Time + Deliver Cycle Time
= 88 +110+11( Hari)
= 209 hari
Berikut adalah rekapitulasi hasil perhitungan metrik Supply Chain
Responsiveness :
72
Tabel 4.12 Hasil perhitungan setiap periode metrik Supply Chain Responsiveness
Metrik SCOR
Level 1
Nilai Aktual Metrik SCOR
Level 2
Nilai
Aktual
Terbaik Terburu
k
Order
Fulfillment
Cycle Time
(Hari)
209 hari
Source Cycle
Time
88 hari 2 174
Make Cycle
Time
110 hari 4 216
Deliver Cycle
Time
11 hari 1 21
4.3.1.3 Perhitungan Nilai Aktual Supply Chain Agility
Pada perhitungan nilai aktual dari setiap metrik yang ada dalam
performance atributes Supply Chain Agility, dilakukan dari metrik level 2
untuk dapat menghitung nilai aktual pada metrik level 1, berikut
merupakan perhitungan untuk metrik level 2 dan metrik level 1. Data yang
digunakan untuk menghitung metrik supply chain agility ialah pada tabel
4.6.
4.3.1.3.1 Perhitungan Nilai Aktual Metrik Level 2
• Upside Adaptability (Source)
= (74 𝑢𝑛𝑖𝑡 −47 𝑢𝑛𝑖𝑡)
47 𝑢𝑛𝑖𝑡𝑥 100% =57%
• Upside Adaptability (Make)
= (33−12)
12𝑥100% = 175%
• Upside Adaptability (Deliver)
= (45−16)
16𝑥100% = 181%
• Downside Adaptability (Source)
= (96−98)
98𝑥100% = −2% (Penurunan)
• Downside Adaptability (Make)
= (21−20)
20𝑥100% = −5% (Penurunan)
• Downside Adaptability (Deliver)
73
= (21−18)
18𝑥100% = −14% (Penurunan)
Berikut adalah rekapitulasi hasil perhitungan metrik Upside Source Adaptability :
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Metrik Upside Source Adaptability
Periode
upside
Supply
Chain
adaptability
upside
source
adaptability
Upside
make
adaptability
Upside
deliver
adaptability
1 - - - -
2 57% 57% - -
3 189% 14% 175% -
4 37% 37% - -
5 55% - 5% 50%
6 81% 21% 43% 17%
7 62% - - 62%
8 2% 2% - -
9 50% - - 50%
10 - - - -
11 181% - - 181%
12 - - - -
Averange 58% 26% 74% 72%
Terbaik 189% 57% 175% 181%
Terburuk 2% 2% 5% 17%
74
Berikut adalah rekapitulasi hasil perhitungan metrik Downside Source
Adaptability :
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Metrik Downside Source Adaptability
4.3.1.3.2 Perhitungan Nilai Aktual Metrik Level 1
• Upside Supply Chain Adaptability (%)
= upside source adaptability+Upside make adaptability+ Upside deliver adaptability
3
= 26% +74%+72%
3 = 58%
Periode
Downside
Supply
Chain
adaptability
Downside
source
adaptability
downside
make
adaptability
Downside
deliver
adaptability
1 - - - -
2 -36% -36% - -
3 -76% -12% -64% -
4 -27% -27% - -
5 -38% - -5% -33%
6 -62% -18% -30% -14%
7 62% - - 62%
8 -2% -2% - -
9 -33% - - -33%
10 - - - -
11 -64% - - -64%
12 - - - -
Averange -68% -19% -33% -17%
Terbaik -2% -2% -5% -14%
Terburuk -76% -36% -64% -64%
75
• Downside Supply Chain Adaptability (%)
=
Downside source adaptability + Downside make adaptability + Downside deliver adaptability
3
= −19%+ −33%+ −17%
3 = -68%
4.3.2 Benchmarking
Tabel 4.15 Perbandingan antara data aktual dan ekspektasi perusahaan.
Metrik Indikator Aktual Ekspektasi Gap
Reliability Perfect Order
Fulfillment
99,51% 100% 0,65%
Responsiveness Order Fulfillment Cycle
Time
209 Hari 137 Hari 72 Hari
Agility Upside Supply Chain
Adaptability
58% 58% -
Downsite Supply Chain
Adaptability
- 68% - 68% -
Setelah menghitung kinerja dari masing – masing atribut yang digunakan,
kemudian dilakukan benchmarking. Kegiatan benchmarking dilakukan dengan
membandingkan hasil perhitungan nilai aktual dengan perusahaan lain yang sejenis
namun karena belum adanya data nilai perbandingan sejenis maka pada penelitian ini
dibandingkan dengan target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Data yang
digunakan untuk tujuan benchmarking adalah data yang ditentukan oleh perusahaan
yang selanjutnya dilakukan gap analisis agar perusahaan mengetahui arah kinerja
aktual dengan kinerja yang diharapkan. Dari data tersebut akan diketahui dimana yang
menjadi kekurangan perusahaan dalam mencapai kesuksesan proses bisnisnya.
Kemudian dari analisis tersebut dapat diketahui unsur masalah atau masalah utama
dalam mencapai target yang diinginkan perusahaan. Tahap berikutnya mencari solusi
untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada setiap bagian perusahaan yang dinilai
kurang performanya maupun yang masih akan ingin ditingkatkan sampai kepada level
maksimal solusi tersebut akan dijelaskan pada implikasi manajerial maupun
kesimpulan.