bab 4 pengumpulan, pengolahan dan analisis datathesis.binus.ac.id/doc/bab4/2010-2-00460-ti bab...
TRANSCRIPT
BAB 4
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN
DAN ANALISIS DATA
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Proses Produksi
Sistem produksi yang dilakukan pada PT Sinar Sosro KPB Cakung
merupakan sistem produksi dengan kategori batch production. Dengan sistem
batch production, perusahaan dapat menerapkan fleksibilitas dalam kegiatan
produksinya, sehingga perusahaan dapat melakukan berbagai variasi produksi
yang dihasilkan dengan menerapkan sistem batch production tersebut.
Sistem produksi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
pelanggannya adalah jenis produksi Make To Order (MTO). Penetapan sistem
produksi dengan jenis Make To Order diharapkan dapat membantu
perusahaan dalam setiap pemenuhan kebutuhan pelanggan, sehingga produk
yang dihasilkan tepat jumlah, tepat kualitas, tepat waktu, dan tepat biaya
seperti yang dicanangkan oleh PT Sinar Sosro KPB Cakung.
Sistem produksi yang dijalankan pada PT Sinar Sosro KPB Cakung
berdasarkan sistem produksi berbasis otomasi mesin produksi. Jenis otomasi
yang diterapkan pada perusahaan ditinjau dari sistem manufaktur (atas dasar
86
macam, variasi, dan jumlah produk) dapat dikategorikan sebagai
programmable automation. Pada otomasi jenis ini, alat produksi dirancang
dengan kemampuan dapat dirubah sesuai urutan operasinya, sehingga dapat
mengakomodasikan perubahan konfigurasi sesuai dengan perubahan macam
produk. Jenis ini ditandai dengan :
• Modal besar untuk peralatan “general purpose”
• Fleksibel untuk perubahan konfigurasi
• Sangat cocok untuk “batch production”
Pada penelitian ini, penulis menfokuskan ruang lingkupnya pada
kegiatan produksi di lini ke-3 pada PT Sinar Sosro KPB Cakung. Adapun
beberapa produk yang dihasilkan pada lini ke-3 tersebut antara lain Teh Botol
Sosro (TBS), Fruit Tea Apple Botol (FTB Ap), Fruit Tea Blackcurrant Botol
(FTB Bc), dan Joy Green Tea Botol (JTB). Dalam proses produksinya, setiap
produk yang dihasilkan di lini ke-3 memiliki tahapan proses produksi yang
sama. Perbedaannya hanya terjadi pada penyetelan beberapa komponen mesin
di setiap proses produksi, salah satu contohnya adalah penyetelan starwheel
pada mesin Empty Bottle Inspector.
87
4.1.1.1 Tahapan Proses Produksi
1. Proses sebelum proses produksi
Sebelum proses produksi dijalankan, terdapat beberapa kegiatan
pemeriksaan terhadap bahan baku yang digunakan, antara lain adalah:
A. Teh Kering
a. Kadar air
Kadar air diperiksa secara moisture balancance yang diperiksa
dari awal untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme karena
RH bahan dan suhu ruang yang tinggi.
b. Kadar tanin
Kada tanin diperiksa secara permanaganometri. Kadar tanin
pada teh bervariasi sehingga dilakukan analisa awal dengan
mengambil 5 gram teh yang dilarutkan dalam 500 ml akuades.
Setelah melakukan pelarutan, kemudian disaring dan didapat
filtrat yang dibagi menjadi dua, yaitu 1 untuk blanko dan 1
untuk sampel. Kedua filtrat ditetesi KMNO4 dengan indikator
indigo karmin.
c. Aroma, warna, dan rasa
Aroma, warna, dan rasa diperiksa secara organoleptik oleh
bagian quality control.
88
B. Gula
a. Secara kimia
• Menghitung presentasi brix dengan refractometer dengan
prinsip polarimetri.
• Memeriksa kadar besi dengan kalorimetri. Kadar Fe yang
tinggi membuat warna teh menjadi lebih hitam.
• Memeriksa kesadahan/hardness dengan complexometer.
Kesadahan yang masih tinggi akan mempengaruhi
produktivitas kerja dari semua sistem.
• Mengukur pH dengan pHmeter.
b. Secara fisik
• Memeriksa ukuran kristal.
• Memeriksa warna gula.
• Mengukur basah atau tidaknya gula.
C. Air
• Memeriksa kesadahan air.
• Memeriksa pH air.
D. Botol
Pengambilan botol sampel secara acak untuk dihitung
penyimpangan yang dapat diterima. Selanjutnya bagian quality
control melakukan pemeriksaan, antara lain:
89
• Tinggi botol.
• Berat botol.
• Volume botol.
• Diameter botol.
• Cat printing.
• Kejernihan botol.
E. Crown Cork
Cara pengambilan sampel hampir sama dengan pengambilan
sampel pada botol, setelah itu bagian quality control melakukan
pemeriksaan, antara lain:
• Printing.
• Diameter luar.
• Diameter dalam.
• PVC (dalam botol).
• Ketinggian.
• Tebal plat.
• Berat.
F. Krat
Cara sampling juga dilakukan secara acak, dimana pemeriksan
dilakukan meliputi pengukuran meliputi tinggi, lebar, dan panjang
krat.
90
G. Pallet
Pemeriksaan terhadap pallet yang akan digunakan pada proses
produksi dilakukan dengan metode sampling. Untuk tiap
kedatangan 8 pallet maka akan dilakukan sampling sebanyak 2
pallet untuk dilakukan pemeriksaan pada lebar papan, lebar pallet,
tinggi balok, tinggi pallet, dan tebal papan, serta kondisi fisik pallet
tersebut.
2. Proses produksi
A. Tahapan proses produksi.
Berikut merupakan proses pembuatan salah satu produk yang
dihasilkan di lini ke-3 yaitu Teh Botol Sosro. Proses Pembuatan dari
Teh Botol Sosro, terdiri dari 5 tahapan, yaitu:
1. TAHAP I : Penyeduhan TEH
Teh wangi melati, diseduh di dalam tangki ekstraksi dengan air
mendidih yang sudah melalui proses filtrasi dan pemanasan.
Setelah proses penyeduhan teh selesai, maka Teh Cair Pahit (TCP)
hasil seduhan tersebut dilewatkan ke filter cosmos dan ditampung
di tangki pencampuran (mixing tank).
91
2. TAHAP II : Pelarutan Gula
Gula pasir putih, dilarutkan dengan air panas di tangki pelarutan
gula sampai menjadi sirup gula. Sirup gula ini kemudian disaring
dan dipompa kedalam tangki penampungan.
3. TAHAP III : Pencampuran
Dari tangki penampungan, sirup gula dipompa ke tangki
pencampuran hingga kadar gula untuk Teh Cair Manis (TCM)
mencapai standar yang telah ditentukan.
4. TAHAP IV : Pemanasan Teh Cair Manis
Teh Cair Manis (TCM) adalah hasil pencampuran Teh Cair Pahit
(TCP) dengan sirup gula yang kemudian dipompa ke unit
pasteurisasi (proses pemanasan). Pada proses ini TCM dipanaskan
dengan Heat Exchanger (pemanas tidak langsung) hingga
mencapai temperatur diatas 90° C.
5. TAHAP V : Pengisian Dalam Botol
Dari unit pasteurisasi ini TCM dipompa ke mesin pengisi botol. Di
stasiun ini, TCM dengan temperatur diatas 90° C diisi kedalam
botol panas yang sudah dicuci dan steril, sehingga bebas dari
kuman. Dalam keadaan panas, botol langsung ditutup sehingga
terjadi vacuum dan mikroorganisme tidak dapat berkembangbiak.
Oleh karena itu, TBS (Teh Botol Sosro) tetap segar dan tahan
92
lama walaupun tanpa penambahan bahan pengawet selama
kerapatan botol terjamin.
B. Tahapan proses produksi di lini produksi (bottling).
a. Proses di mesin depalletizer
Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah memisahkan
krat botol kosong dari pallet botol kosong. Adapun pada proses
pemisahan tersebut, krat botol kosong akan dipindahkan secara
bertahap dari pallet botol kosong sebanyak 5 kali dengan jumlah
24 buah krat botol kosong setiap satu kali proses
pemindahannya.
b. Proses di mesin decrater
Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah memisahkan
botol kosong dari krat. Adapun pada proses pemisahan tersebut,
botol kosong akan dipindahkan secara bertahap dari krat botol
kosong. Pada setiap proses pemindahannya, maka akan terjadi
pemindahan sebanyak 192 buah botol kosong atau sama dengan
8 buah krat botol kosong. Setelah proses ini, botol kosong akan
berpindah ke proses pencucian botol kotor di mesin bottle
washer, sedangkan krat akan berpindah ke proses pencucian krat
kotor di mesin crate washer.
93
c. Proses di mesin bottle washer
Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah pencucian botol
kotor. Adapun pada proses pencucian tersebut dibutuhkan waktu
± 15 menit untuk setiap 64 botol yang masuk di setiap prosesnya.
d. Proses di mesin crate washer
Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah pencucian krat
kotor. Adapun pada proses pencucian tersebut dibutuhkan waktu
± 5 menit untuk setiap 24 krat yang masuk di setiap prosesnya.
e. Proses di mesin Empty Bottle Inspector
Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah penyeleksian
botol bersih yang telah diproses di mesin bottle washer
sebelumnya. Berikut ini merupakan kategori botol bersih non-
standar yang harus diseleksi antara lain inspeksi benda asing,
botol asing, kotor cuci, kotor musnah, dan botol pecah.
f. Proses di mesin filler
Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah mengisi larutan
Teh Cair Manis (TCM) ke dalam botol. Dalam sekali melakukan
proses pengisian larutan TCM ke dalam botol, mesin ini dapat
mengisi botol sebanyak 72 buah botol dalam 1 kali putarannya.
g. Proses di mesin crowner
Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah menutup botol
yang terisi larutan Teh Cair Manis (TCM) dengan crown cork.
94
Dalam sekali melakukan prosesnya, mesin crowner tersebut
dapat menutup 18 buah botol isi dalam 1 kali putarannya.
h. Proses di mesin crater
Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah penggabungan
krat bersih dengan botol isi. Pada setiap proses pemindahannya,
maka akan terjadi pemindahan sebanyak 192 buah botol isi ke
dalam 8 buah krat bersih. Setelah melakukan proses di mesin
crater krat botol isi akan berpindah ke proses di mesin palletizer.
i. Proses di mesin palletizer
Pada proses ini, aktivitas yang dilakukan adalah penumpukkan
krat botol isi menjadi 1 buah pallet botol isi berukuran 4 x 3 x 5
krat botol isi (p x l x t). Adapun pada proses penumpukkan
tersebut, krat botol isi akan dipindahkan secara bertahap
sebanyak 5 kali dengan jumlah 24 buah krat botol isi pada setiap
satu kali proses pemindahannya. Pada akhir proses di mesin
palletizer, maka akan dihasilkan 2 buah pallet isi dengan jumlah
60 krat botol isi atau sama dengan 1440 botol isi.
4.1.1.2 Data Aliran Proses
Berikut ini adalah data aliran proses berdasarkan hasil pengamatan
penulis pada seluruh aktivitas kegiatan produksi di lini ke-3 pada PT Sinar
Sosro KPB Cakung.
95
Suppliers Bahan Baku :A. Bahan Baku Isi (Teh Kering, Gula)B. Bahan Baku Bottling (Botol dan Crown)C. Bahan Baku Untuk Cleaning dan SanitasiD. Bahan Baku Pendukung Komponen Mesin Produksi
Receiving
InspeksiIncoming Material
Proses Pemasakan di Kitchen
GudangMaterial
GudangPallet Botol
Proses pada Mesin Depalletizer
Inspeksi Pos 1 Selektor Botol Kotor
Proses pada Mesin Decrater
Inspeksi Pos 2 Selektor Botol Kotor
Inspeksi Pos 3 Selektor Botol Kotor
Proses pada MesinBottle Washer
Inspeksi Pos 1 Selektor Botol Bersih
Inspeksi Pos 2Selektor Botol Bersih
Proses pada Mesin EBI
Inspeksi Pos 3 Selektor Botol Bersih
Inspeksi Pos 4 Selektor Botol Bersih
Proses pada MesinFiler & Crowner
Inspeksi Pos 1Selektor Botol Isi
Proses pada Mesin Video Jet
Inspeksi Pos 2Selektor Botol Isi
Inspeksi Pos 6Selektor Botol Isi
Inspeksi Pos 5Selektor Botol Isi
Proses pada Mesin Crater
Inspeksi Pos 7Selektor Botol Isi
Proses pada Mesin Palletizer
Proses ikat Pallet isiShipping TransportGudang
Pallet isi
Transport
Diagram 4.1 Aliran Proses Produksi Produk Teh Botol Sosro
Lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
96
Berdasarkan penggambaran diagram aliran proses produksi untuk
produksi produk Teh Botol Sosro (TBS) pada lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB
Cakung, terdapat dua aliran proses utama dalam proses produksinya. Aliran
proses yang pertama yaitu aliran proses pembuatan Teh Cair Manis (TCM)
dan proses yang kedua yaitu aliran proses pembotolan (bottling). Dalam
penelitiannya kali ini, atas keterbatasan ruang lingkup observasi yang
diberikan oleh perusahaan kepada penulis, maka ruang penelitian penulis
difokuskan terhadap proses pembotolan (bottling).
Berdasarkan diagram aliran proses produksi tersebut dapat terlihat
bagaimana perusahaan ini sangat menjaga mutu dan kualitas dari proses
maupun produk yang akan dihasilkan. Dalam diagram tersebut terlihat
bagaimana kegiatan inspeksi dilakukan pada saat sebelum dan sesudah
material diproses pada mesin-mesin yang digunakan dalam proses pembotolan
(bottling). Kegiatan inspeksi dilakukan guna produk yang akan diserahkan
kepada pelanggan dapat dikonsumsi dengan aman dan terjaga kualitasnya.
97
4.1.1.3 Data Histori Produksi
Berikut ini adalah bar chart mengenai data histori produksi produk
Teh Botol Sosro periode bulan Januari-Maret 2010, di lini ke-3 PT Sinar
Sosro KPB Cakung.
Jum
lah
Boto
l Isi
BulanShift 3Shift 2Shift 1
MarFebJanMarFebJanMarFebJan
7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0
Histori Jumlah Produksi Produk TBS tiap Shift (Jan - Mar 2010)
Grafik 4.1 Histori Produksi Teh Botol Sosro Tiap Shift (Januari-Maret 2010)
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan data histori periode bulan Januari-Maret 2010 tersebut,
dapat disimpulkan bahwa total produksi tiap bulan dan rata-rata produksi yang
dihasilkan tiap shift untuk produk Teh Botol Sosro antara lain:
98
Tabel 4.1 Summary Produksi Teh Botol Sosro (Januari-Maret 2010)
Bulan Shift 1 Shift 2 Shift 3 Total Produksi (Pallet)
Total Produksi (Botol)
Januari 2706 2505 2435 7646 11010240 Februari 2873 2751 2865 8489 12224160 Maret 3412 3244 4332 10988 15822720 Rata-Rata 2997 2833 3211
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
4.1.2 Pengendalian Kualitas
4.1.2.1 Aspek Pengendalian Kualitas
PT Sinar Sosro KPB Cakung selalu berusaha untuk melakukan
perbaikan dan pengendalian kualitas baik dari segi kualitas produk maupun
dari segi sistem manajemen perusahaan serta sistem produksi yang dijalankan.
Dalam aktivitas produksi di lini produksi, pengendalian kualitas dilakukan
dengan cara menetapkan beberapa operator ke dalam pos inspeksi produk. Pos
inspeksi tersebut lebih dikenal dengan istilah selektor. Bagian selektor di lini
produksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Selektor botol kotor
Kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan pada bagian ini
difokuskan pada botol kotor yang masuk ke dalam sistem produksi, yaitu
mulai dari kedatangan pallet botol kosong yang dibawa dari gudang pallet
botol kosong hingga ke bagian pos 3 selektor botol kotor yang berada
sebelum botol kotor akan masuk ke dalam mesin bottle washer untuk
dilakukan pencucian. Pada selektor botol kotor terdapat beberapa
99
spesifikasi mengenai jenis produk non-standar yang harus dilakukan
inspeksi agar tidak masuk ke dalam proses berikutnya, kategori produk
non-standar tersebut antara lain:
Tabel 4.2 Kategori Produk Non-Standar Selektor Botol Kotor
Kategori Non-Sandar Kotor Cuci Benda Asing Botol Asing Kotor Musnah Botol Tertutup Pecah Luar Pecah Mesin
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Pada kegiatan inspeksi di selektor botol kotor terbagi menjadi 3 pos
inspeksi, yaitu pos 1, pos 2, dan pos 3. Kegiatan inspeksi yang dilakukan
pada pos tersebut dilakukan tanpa menggunakan alat bantu apapun, jadi
inspeksi yang dilakukan terhadap produk yang datang pada pos tersebut
akan diinspeksi secara manual.
2. Selektor botol bersih
Kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan pada bagian ini
difokuskan pada botol bersih yang sebelumnya telah diproses di mesin
bottle washer untuk dilakukan pencucian, hingga ke pos 4 dan 6 selektor
botol bersih sebelum botol bersih akan diproses pada mesin filler dan
mesin crowner. Pada selektor botol bersih terdapat beberapa spesifikasi
mengenai jenis produk non-standar yang harus dilakukan inspeksi agar
tidak masuk ke dalam proses berikutnya, kategori produk non-standar
tersebut antara lain:
100
Tabel 4.3 Kategori Produk Non-Standar Selektor Botol Bersih
Kategori Non-Standar Benda Asing Kotor Cuci Botol Pecah Botol Asing Kotor Musnah
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Pada kegiatan inspeksi di selektor botol bersih terbagi menjadi 7 pos
inspeksi, yaitu pos 1, pos 2 dan pos 2B, pos 3 dan pos 5, pos 4 dan pos 6.
Kegiatan inspeksi yang dilakukan pada pos tersebut menggunakan layar
yang diberi lampu untuk membantu operator dalam kegiatan inspeksi
botol bersih yang telah melewati mesin Empty Bottle Inspector.
3. Selektor botol isi
Kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan pada bagian ini
difokuskan pada botol isi yang telah diproses pada mesin filler dan mesin
crowner hingga ke pos 7 dan 8 selektor botol isi. Pada selektor botol isi
terdapat beberapa spesifikasi mengenai jenis produk non-standar yang
harus dilakukan inspeksi agar tidak masuk ke dalam proses berikutnya,
kategori produk non-standar tersebut antara lain:
Tabel 4.4 Kategori Produk Non-Standar Selektor Botol Isi
Kategori Non-Standar Benda Asing Tanpa Tutup Botol Pecah Botol Asing Tutup Miring PI Ompong Volume Non-standard Tutup Asing PI Pecah Kosong Tertutup Botol Kotor
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
101
Berikut ini merupakan uraian mengenai tugas utama dan tugas tambahan
para operator yang bertugas di bagian pos selektor botol isi, antara lain
adalah :
1. Tugas selektor pos 1 dan 3
• Tugas utama :
→ Menyeleksi produk non-standar, antara lain :
o Isi benda asing
o Botol asing
o Volume non-standar
o Tutup miring
o Kosong tertutup
o Tanpa tutup
o Tutup asing
o Botol tua atau kusam
o Botol pecah atau retak
• Tugas tambahan :
o Mendirikan botol yang roboh di pos tersebut.
o Matikan conveyor T.17 (pos 1) dan T.18 (pos 2), bila terjadi
banyak produk non-standar atau roboh.
o Segera laporkan pada atasan atau operator filler bila ditemukan
banyak produk non-standar di pos tersebut.
102
2. Tugas selektor pos 2 dan pos 4
• Tugas utama :
→ Menyeleksi poduk non-standar:
o Isi benda asing
o Volume non-standar
o Botol asing
o Tutup miring
o Kosong tertutup
o Tanpa tutup
o Tutup asing
o Botol tua atau kusam.
o Botol pecah atau retak.
• Tugas tambahan :
o Mendirikan botol yang roboh di pos tersebut.
o Matikan conveyor T.17 (pos 2) dan T.15 (pos 4) bila banyak
botol roboh dan produk non-standar yang lolos dari pos 1.
o Segera laporkan ke atasan atau operator filler bila ditemukan
banyak produk-produk non-standar yang tertangkap di pos
tersebut.
103
o Ambil sampel produk untuk pemeriksaan di laboratorium
quality control sebanyak 2 botol untuk setiap 10 menit dan 2
botol untuk setiap 1 jam.
o Menjaga kawasan agar tetap rapi dan bersih.
3. Tugas selektor pos 5
• Tugas utama :
→ Menyeleksi poduk non-standar:
o Isi benda asing
o Volume non-standar
o Botol asing
o Tutup miring
o Kosong tertutup
o Tanpa tutup
o Tutup asing
o Botol tua atau kusam.
o Botol pecah atau retak.
• Tugas tambahan :
o Mendirikan botol yang roboh di pos tersebut
o Menjaga kawasan agar tetap rapi dan bersih.
104
4. Tugas selektor pos 6
• Tugas utama :
→ Menyeleksi poduk non-standar:
o Isi benda asing
o Volume non-standar
o Botol asing
o Tutup miring
o Kosong tertutup
o Tanpa tutup
o Tutup asing
o Botol tua atau kusam.
o Botol pecah atau retak.
• Tugas Tambahan
o Mendirikan botol yang roboh di pos tersebut
o Menjaga kawasan agar tetap rapi dan bersih.
5. Tugas selektor pos 7 dan pos 8
• Tugas utama :
o Mengisi atau melengkapi krat isi produk (PI) yang isinya
kurang dari 24 botol (ompong)
o Menyeleksi krat yang non-standar (bolong, pecah, dan kotor
sekali), ambil isinya dan pisahkan krat non-standar tersebut.
105
• Tugas tambahan :
→ Menyeleksi poduk non-standar:
o Isi benda asing
o Volume non-standar
o Botol asing
o Tutup miring
o Kosong tertutup
o Tanpa tutup
o Tutup asing
o Botol tua atau kusam.
o Botol pecah atau retak.
o Matikan motor roll conveyor di pos tersebut bila banyak botol
yang ompong dari mesin crater.
o Menjaga kawasan agar tetap rapi dan bersih.
6. Pos ikat PI
• Berhentikan PI di conveyor keluar mesin palletizer, dengan cara
menekan tombol off saklar pos ikat PI.
• Pastikan bahwa susunan hasil produk jadi (PI) tersusun diatas pallet
dengan susunan 3x4x5 (1 pallet = 60 krat)
• Bila susunan PI tidak rapi, rapihkan dulu kmudian tempelkan nomer
urut pallet dengan stiker produksi yang sudah diberi lem, ikat setiap
106
pallet produk jadi dengan tali rafia kemudian jalankan kembali
conveyor.
• Pastikan bahwa PI yang standar sudah melalui dan sudah terhitung
oleh counter PI yaitu dengan memantau hasil produksi (PI)
standard dengan counter PI.
• Tempelkan identitas untuk PI yang dinyatakan tidak standard dan
pastikan bahwa PI tersebut tersusun diatas pallet dengan susunan
maksimum 3x4x4 krat ( 1 pallet = 48 krat)
107
4.1.2.2 Data Histori Produk Non-Standar
1. Produk Non-Standar Teh Botol Sosro pada Lini 3 KPB Cakung
Berikut ini adalah bar chart mengenai data histori produk non-standar
Teh Botol Sosro periode bulan Januari-Maret 2010, di lini ke-3 PT Sinar
Sosro KPB Cakung.
Jum
lah
Boto
l Non
Sta
ndar
d
BulanShift 3Shift 2Shift 1
MarFebJanMarFebJanMarFebJan
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
Histori Total Produk Non-Standar pada Lini ke - 3 (Jan - Mar 2010)
Grafik 4.2 Histori Produk Non-Standar Teh Botol Sosro (Januari-Maret 2010)
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan data histori periode bulan Januari-Maret 2010 tersebut, dapat
disimpulkan bahwa total dan rata-rata produk non-standar Teh Botol
Sosro yang dihasilkan pada lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung, antara
lain:
108
Tabel 4.5 Summary Produk Non-Standar Teh Botol Sosro (Januari-Maret 2010)
Bulan Shift 1 Shift 2 Shift 3 Total Defect (Botol) Januari 74115 89095 90934 254144 Februari 117450 124802 112398 354650 Maret 132553 113599 163963 410115 Rata-Rata 108039 109165 122432
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
2. Produk Non-Standar Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol
Kotor Lini 3 KPB Cakung
Berikut ini adalah bar chart mengenai data histori produk non-standar
Teh Botol Sosro periode bulan Januari-Maret 2010, pada bagian selektor
botol kotor.
Jum
lah
Boto
l Non
Sta
ndar
d
BulanShift 3Shift 2Shift 1
MarFebJanMarFebJanMarFebJan
90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
Histori Produk Non-Standar pada Pos Selektor Botol Kotor (Jan - Mar 2010)
Grafik 4.3 Histori Produk Non-Standar Teh Botol Sosro Tiap Shift pada Bagian
Selektor Botol Kotor (Januari-Maret 2010)
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
109
Berdasarkan data histori periode bulan Januari-Maret 2010 tersebut, dapat
disimpulkan bahwa total dan rata-rata produk non-standar Teh Botol
Sosro yang dihasilkan pada bagian selektor botol kotor, antara lain:
Tabel 4.6 Summary Produk Non-Standar Teh Botol Sosro
pada Bagian Selektor Botol Kotor (Januari-Maret 2010)
Bulan Shift 1 Shift 2 Shift 3 Total Defect (Botol) Januari 37800 48746 47376 133922 Februari 64104 74892 64808 203804 Maret 76706 67872 88448 233026 Rata-Rata 59537 63837 66877
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
3. Produk Non-Standar Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol
Bersih Lini 3 KPB Cakung
Berikut ini adalah bar chart mengenai data histori produk non-standar
Teh Botol Sosro periode bulan Januari-Maret 2010, pada bagian selektor
botol bersih.
110
Jum
lah
Boto
l Non
Sta
ndar
d
BulanShift 3Shift 2Shift 1
MarFebJanMarFebJanMarFebJan
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
Histori Produk Non-Standar pada Pos Selektor Botol Bersih (Jan - Mar 2010)
Grafik 4.4 Histori Produk Non-Standar Teh Botol Sosro Tiap Shift
pada Bagian Selektor Botol Bersih (Januari-Maret 2010)
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan data histori periode bulan Januari-Maret 2010 tersebut, dapat
disimpulkan bahwa total dan rata-rata produk non-standar Teh Botol
Sosro yang dihasilkan pada bagian selektor botol bersih, antara lain:
Tabel 4.7 Summary Produk Non-Standar Teh Botol Sosro
pada Bagian Selektor Botol Bersih (Januari-Maret 2010)
Bulan Shift 1 Shift 2 Shift 3 Total Defect (Botol) Januari 24588 27369 29436 81393 Februari 38414 38388 35157 111959 Maret 40589 32191 56112 128892 Rata-Rata 34530 32649 40235
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
111
4. Produk Non-Standar Teh Botol Sosro pada Bagian Selektor Botol Isi
Lini 3 KPB Cakung
Berikut ini adalah bar chart mengenai data histori produk non-standar
Teh Botol Sosro periode bulan Januari-Maret 2010, pada bagian selektor
botol isi.
Jum
lah
Boto
l Non
Sta
ndar
d
BulanShift 3Shift 2Shift 1
MarFebJanMarFebJanMarFebJan
20000
15000
10000
5000
0
Histori Produk Non-Standar pada Pos Selektor Botol Isi (Jan - Mar 2010)
Grafik 4.5 Histori Produk Non-Standar Teh Botol Sosro Tiap Shift
pada Bagian Selektor Botol Isi (Januari-Maret 2010)
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan data histori periode bulan Januari-Maret 2010 tersebut, dapat
disimpulkan bahwa total dan rata-rata produk non-standar Teh Botol
Sosro yang dihasilkan pada bagian selektor botol isi, antara lain:
112
Tabel 4.8 Summary Produk Non-Standar Teh Botol Sosro
pada Bagian Selektor Botol Isi (Januari-Maret 2010)
Bulan Shift 1 Shift 2 Shift 3 Total Defect (Botol) Januari 11727 12980 14122 38829 Februari 14932 11522 12433 38887 Maret 15258 13536 19403 48197 Rata-Rata 13972 12679 15319
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
4.1.2.3 Data Atribut di tiap Proses Produksi
1. Data Atribut Proses Selektor Botol Kotor
Tabel 4.9 Data Atribut pada Proses Selektor Botol Kotor Shift 2
(Januari-Maret 2010)
No Tanggal Total
Pemakaian Botol
Jenis Non-Standar Total Non-
Standar Kotor Cuci
Kotor Musnah
Pecah Luar
Pecah Mesin
Botol Asing
Benda Asing
Botol Tertutup
1 02/01/2010 215154 1680 0 72 24 216 48 0 2040
2 05/01/2010 294929 2880 0 288 24 240 24 0 3456
3 06/01/2010 334917 1920 0 312 24 408 24 0 2688
4 08/01/2010 260477 2712 0 168 24 216 24 0 3144
5 13/01/2010 437262 5184 0 216 48 552 48 0 6048
6 14/01/2010 125600 4176 0 120 24 240 48 0 4608
7 15/01/2010 185929 1488 0 324 24 444 24 0 2304
8 19/01/2010 277284 1752 0 96 24 192 24 0 2088
9 20/01/2010 307979 2640 48 168 24 240 0 0 3120
10 25/01/2010 253290 2160 0 144 24 264 168 0 2760
11 26/01/2010 389200 3360 0 216 24 408 72 0 4080
12 27/01/2010 193190 3600 0 216 24 360 96 0 4296
13 28/01/2010 421084 7200 0 312 24 552 26 0 8114
14 02/02/2010 373036 7752 0 240 48 576 72 0 8688
15 03/02/2010 438701 9840 0 216 48 648 48 0 10800
16 04/02/2010 317510 4776 0 96 24 336 0 0 5232
17 09/02/2010 372233 6048 0 240 24 336 48 0 6696
18 10/02/2010 419461 5280 0 216 24 288 24 0 5832
113
Tabel 4.10 Data Atribut pada Proses Selektor Botol Kotor Shift 2
(Januari-Maret 2010) Lanjutan
No Tanggal Total
Pemakaian Botol
Jenis Non-Standar Total Non-
Standar Kotor Cuci
Kotor Musnah
Pecah Luar
Pecah Mesin
Botol Asing
Benda Asing
Botol Tertutup
19 12/02/2010 270383 4656 0 96 24 216 96 0 5088
20 16/02/2010 211364 3360 0 216 24 24 420 0 4044
21 17/02/2010 250546 3000 0 168 24 168 48 0 3408
22 18/02/2010 169217 2400 0 120 0 120 24 0 2664
23 19/02/2010 194515 2640 0 216 24 192 24 0 3096
24 20/02/2010 171133 1680 0 96 0 72 0 0 1848
25 23/02/2010 294593 5304 0 216 48 360 72 0 6000
26 24/02/2010 293977 4656 0 192 24 360 48 0 5280
27 25/02/2010 309573 5520 0 240 24 384 48 0 6216
28 02/03/2010 395744 4176 0 240 24 288 72 0 4800
29 03/03/2010 25494 456 0 0 24 24 48 0 552
30 04/03/2010 293643 3408 0 144 24 192 48 0 3816
31 08/03/2010 61619 432 0 0 0 72 24 0 528
32 09/03/2010 388443 5760 0 192 24 384 72 0 6432
33 10/03/2010 446408 4632 0 216 0 576 48 0 5472
34 12/03/2010 243814 3120 0 120 0 120 24 0 3384
35 13/03/2010 182961 1440 0 144 168 24 0 0 1776
36 17/03/2010 297354 5400 0 120 24 312 48 0 5904
37 18/03/2010 407585 6288 0 144 48 624 96 0 7200
38 19/03/2010 307927 5472 0 120 48 480 48 0 6168
39 23/03/2010 448880 3696 0 648 0 24 384 24 4776
40 25/03/2010 441853 3480 0 576 0 24 336 24 4440
41 29/03/2010 114644 1080 0 120 0 96 48 0 1344
42 30/03/2010 284828 4320 0 312 0 360 24 0 5016
43 31/03/2010 443762 5040 0 768 0 408 48 0 6264
Sumber: PT. Sinar Sosro KPB Cakung
114
2. Data Atribut Proses Selektor Botol Bersih
Tabel 4.11 Data Atribut pada Proses Selektor Botol Bersih Shift 2
(Januari-Maret 2010)
No Tanggal Total
Pemakaian Botol
Jenis Non-Standar Total Non-
Standar Benda Asing
Botol Asing
Kotor Cuci
Kotor Musnah
Botol Pecah
1 02/01/2010 213114 28 0 336 0 600 964
2 05/01/2010 291473 64 0 1008 360 648 2080
3 06/01/2010 332229 54 0 960 432 792 2238
4 08/01/2010 257333 30 0 840 144 456 1470
5 13/01/2010 431214 75 9 1672 528 1272 3556
6 14/01/2010 120992 69 5 1440 1560 888 3962
7 15/01/2010 183625 69 4 960 48 816 1897
8 19/01/2010 275196 16 10 432 0 528 986
9 20/01/2010 304859 12 6 1032 0 720 1770
10 25/01/2010 250530 36 0 864 144 480 1524
11 26/01/2010 385120 37 0 1032 274 888 2231
12 27/01/2010 188894 23 0 1056 312 672 2063
13 28/01/2010 412970 36 0 1344 336 912 2628
14 02/02/2010 364348 57 11 2160 1104 1832 5164
15 03/02/2010 427901 48 7 2880 1032 1757 5724
16 04/02/2010 312278 36 5 1368 600 888 2897
17 09/02/2010 365537 13 8 1152 24 816 2013
18 10/02/2010 413629 16 6 1632 48 912 2614
19 12/02/2010 265295 44 8 1144 786 706 2688
20 16/02/2010 207320 23 2 864 240 936 2065
21 17/02/2010 247138 12 0 786 446 170 1414
22 18/02/2010 166553 18 4 916 408 118 1464
23 19/02/2010 191419 24 0 888 264 792 1968
24 20/02/2010 169285 24 0 864 144 408 1440
25 23/02/2010 288593 22 8 1118 436 1320 2904
26 24/02/2010 288697 34 11 1440 360 1104 2949
27 25/02/2010 303357 30 6 1440 384 1224 3084
28 02/03/2010 390944 10 14 840 0 768 1632
29 03/03/2010 24942 0 6 120 0 96 222
30 04/03/2010 289827 16 4 744 0 504 1268
115
Tabel 4.12 Data Atribut pada Proses Selektor Botol Bersih Shift 2
(Januari-Maret 2010) Lanjutan
No Tanggal Total
Pemakaian Botol
Jenis Non-Standar Total Non-
Standar Benda Asing
Botol Asing
Kotor Cuci
Kotor Musnah
Botol Pecah
31 08/03/2010 61091 17 0 82 24 48 171
32 09/03/2010 382011 33 0 1872 288 1128 3321
33 10/03/2010 440936 28 0 1920 312 1104 3364
34 12/03/2010 240430 32 0 1200 168 432 1832
35 13/03/2010 181185 27 0 672 264 1104 2067
36 17/03/2010 291450 42 9 1320 192 720 2283
37 18/03/2010 400385 46 6 2880 480 1032 4444
38 19/03/2010 301759 33 4 2400 528 936 3901
39 23/03/2010 444104 34 8 38 0 44 124
40 25/03/2010 437413 10 4 912 0 456 1382
41 29/03/2010 113300 20 0 264 120 120 524
42 30/03/2010 279812 28 0 1440 336 840 2644
43 31/03/2010 437498 36 0 1560 360 1056 3012
Sumber: PT. Sinar Sosro KPB Cakung
116
3. Data Atribut Proses Selektor Botol Isi
Tabel 4.13 Data Atribut pada Proses Selektor Botol Isi Shift 2 (April-Mei 2010)
No Tanggal Sampel
Jenis Non-Standar Total Non-
Standar Volume
Non- Standar
Kosong Tertutup
Tanpa Tutup
Tutup Miring
Botol Pecah
1 01/04/2010 129600 106 82 58 32 100 378
2 03/04/2010 129600 185 68 82 34 86 455
3 06/04/2010 129600 112 136 47 24 108 427
4 08/04/2010 129600 74 188 24 16 96 398
5 12/04/2010 129600 68 82 46 40 72 308
6 13/04/2010 129600 72 104 54 31 87 348
7 14/04/2010 129600 84 108 52 28 96 368
8 15/04/2010 129600 66 92 58 34 76 326
9 17/04/2010 129600 76 88 45 34 84 327
10 20/04/2010 129600 116 90 75 52 96 429
11 21/04/2010 129600 177 57 47 65 148 494
12 22/04/2010 129600 128 43 65 43 103 382
13 23/04/2010 129600 64 58 48 50 56 276
14 24/04/2010 129600 192 98 36 28 118 472
15 27/04/2010 129600 110 168 36 44 119 477
16 28/04/2010 129600 108 166 24 36 100 434
17 29/04/2010 129600 99 140 66 54 96 455
18 30/04/2010 129600 89 171 34 47 79 420
19 04/05/2010 129600 74 100 53 51 70 348
20 05/05/2010 129600 86 96 55 44 96 377
21 07/05/2010 129600 84 114 48 38 75 359
22 11/05/2010 129600 136 85 72 48 104 445
23 12/05/2010 129600 176 134 60 72 93 535
24 14/05/2010 129600 121 93 48 27 72 361
25 18/05/2010 129600 108 136 34 26 92 396
26 19/05/2010 129600 116 130 48 45 106 445
27 21/05/2010 129600 90 153 44 38 97 422
28 25/05/2010 129600 94 108 53 30 72 357
29 26/05/2010 129600 118 114 69 56 84 441
Sumber: Hasil Pengamatan (April-Mei 2010)
117
4.1.2.4 Data Variabel Berat Botol Isi Produk Teh Botol Sosro
Tabel 4.14 Data Variabel pada Proses Selektor Botol Isi
(April-Mei 2010)
No Tanggal
Waktu Pengukuran Awal Shift
(gram) Tengah Shift
(gram) Akhir Shift
(gram) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 31/03/2010
536 538,5 535 538,5 536 540 538,5 535,5 538 538,5 535 535,5
537 537,5 537 538 534 539 540,5 538 538,5 537 537,5 540,5
541,5 535 537 538,5 540,5 535,5 536,5 532,5 534 537,5 538,5 536,5
2 01/04/2010
537 548,5 533 534,5 533 539,5 537,5 541 538,5 533 533,5 535
536,5 537 547 532,5 535 534 538 549,5 534 537 536 538
536,5 539,5 532,5 532,5 532 535 537 538 536,5 544 535,5 539,5
3 03/04/2010
537 538 535,5 535,5 535,5 536 537,5 538 534 535 537 539,5
535,5 538 538 537,5 537 535 537,5 536,5 536,5 535,5 538 540
535 537 536,5 534 536,5 539,5 534 536 538 537,5 535,5 536
4 06/04/2010
538 538 539 536,5 535 537,5 535,5 535 538,5 536 539,5 535,5
533,5 539 539 537,5 539,5 541,5 535 537 538 537 535,5 538
536 537,5 534 535,5 538,5 534,5 536 538 540 539,5 533,5 536
5 08/04/2010
535 536,5 538,5 533,5 539 533,5 538 534,5 533 537 537 537,5
533,5 537,5 534,5 536,5 534,5 539 538 543,5 539 534 534,5 535,5
537,5 534 538,5 535,5 539,5 537,5 540 537 535,5 539 536,5 534,5
6 12/04/2010
536,5 537,5 541 537,5 536 536,5 537,5 535,5 535 538,5 534,5 536
538,5 537,5 535 548,5 537 539,5 538 538 537 538 539 537,5
535 537 537,5 533 547 532,5 535,5 538 536,5 539 539 534
7 13/04/2010
538,5 538 538,5 534,5 536 539 535,5 537,5 534 536,5 537,5 535,5
536 534 540,5 533 535 538 535,5 537 536,5 535 539,5 538,5
540 539,5 535,5 539,5 534 535 536 539,5 539,5 537,5 541,5 534,5
8 14/04/2010
538,5 540,5 536,5 537,5 538 537 537,5 537,5 534 535,5 535 536
535,5 538 536 541 549,5 538 538 536,5 536 535 537 538
538 538,5 534 538,5 534 536,5 534,5 536,5 538 538,5 538 540
9 15/04/2010
538,5 537 537,5 533 537 544 535 535,5 537,5 536 537 539,5
535 537,5 538 533,5 536 535,5 537 538 535,5 539,5 535,5 533,5
535,5 539 536,5 535 538 539,5 539,5 540 536 535,5 538,5 536
118
Tabel 4.15 Data Variabel pada Proses Selektor Botol Isi
(April-Mei 2010) Lanjutan
No Tanggal Waktu Pengukuran
Awal Shift (gram)
Tengah Shift (gram)
Akhir Shift (gram)
10 17/04/2010
535 535,5 538 537 539 533,5 540 534 537,5 533,5 536,5 538
536,5 539,5 543,5 537 536,5 537,5 537 534,5 534 539 534,5 534,5
538,5 537,5 539 537,5 534,5 534,5 535,5 535,5 538,5 533,5 539 535
11 20/04/2010
532,5 536,5 535 537 536 534,5 538,5 537 538 538,5 535 535,5
537,5 537,5 537 534,5 534 539,5 540,5 536,5 538,5 537 537,5 535,5
539,5 535 537,5 534 540,5 535,5 536,5 537,5 534 537,5 538 538,5
12 21/04/2010
537,5 536,5 533 534,5 533 539,5 537,5 541 538,5 533 533,5 535
534,5 539,5 541 532,5 535 534 538 541,5 534 537,5 536 538
536,5 543,5 532,5 532,5 536 536,5 537 538 536,5 539 535,5 539,5
13 22/04/2010
537,5 533 535,5 535,5 535,5 537,5 537,5 538 534,5 534,5 537 539,5
535,5 538 538 537,5 537 533 537,5 536,5 536,5 534,5 538 540
537 537 536,5 534 536,5 534,5 534 536 538 537,5 535,5 533,5
14 23/04/2010
540,5 533 539 533,5 535 537,5 535,5 535,5 538,5 536,5 539,5 533,5
534,5 539 539 540 539,5 541,5 535 537 538 537 535,5 539
536 537,5 534 534 538,5 534,5 536 538 540 539,5 533,5 535
15 24/04/2010
548,5 536,5 538,5 536 535,5 544 535,5 535,5 537,5 538 538 538,5
537 536 538 535 538 535 538,5 539 533,5 537,5 537 537,5
539,5 535,5 538,5 539,5 534 535,5 536 536,5 536,5 535,5 539 539
16 27/04/2010
537,5 534,5 536 535 536 536,5 537,5 532,5 537,5 539,5 537,5 534,5
534 536 537,5 537 538,5 543,5 533 536,5 537,5 535 536,5 539,5
536,5 538 538,5 538,5 540 532,5 535,5 535 537 537,5 533 541
17 28/04/2010
535 537,5 536,5 537 539,5 532,5 539,5 540,5 534,5 534 534,5 532,5
538 535,5 539,5 535,5 533,5 536 535,5 536 534 540,5 533 535
539,5 537,5 533,5 539 535 536,5 537,5 534,5 539,5 535,5 539,5 540,5
18 29/04/2010
537,5 539,5 539,5 536 535,5 537 537,5 538,5 540,5 536,5 537,5 538
534,5 535,5 532,5 536,5 539 535,5 538 537 536,5 537,5 541 541,5
537,5 538,5 535,5 536,5 540,5 536,5 534,5 538 538,5 534 538,5 534
19 30/04/2010
538,5 536,5 537,5 533 537,5 539 534,5 535,5 537 540,5 534,5 536
535 532,5 538,5 533,5 536 535,5 537 538 537 539,5 539 537,5
535,5 535,5 536 535,5 538 539,5 539,5 538 536,5 539 538,5 534
119
Tabel 4.16 Data Variabel pada Proses Selektor Botol Isi
(April-Mei 2010) Lanjutan
No Tanggal Waktu Pengukuran
Awal Shift (gram)
Tengah Shift (gram)
Akhir Shift (gram)
20 04/05/2010
540 537,5 535,5 538 537 535 538,5 537,5 534 533,5 540 540,5
536,5 535,5 535,5 539,5 536,5 534,5 539 537 536,5 535 539,5 538,5
538,5 540 537,5 538,5 539,5 537,5 533,5 533 534,5 537,5 541,5 534,5
21 05/05/2010
534,5 537,5 534 535,5 538,5 540 538,5 535,5 538,5 538,5 535 535,5
535 536,5 538,5 533,5 539 539 540,5 538 538,5 537 537,5 540,5
539,5 537,5 534,5 536,5 534,5 535,5 536,5 532,5 534 537,5 538,5 536,5
22 07/05/2010
537,5 534 538,5 535,5 539,5 539,5 537,5 541 538,5 533 533,5 535
536,5 535,5 536,5 532,5 535 537 538 537 535,5 538 536 538
540,5 539,5 532,5 532,5 532 538 540 539,5 533,5 536 535,5 539,5
23 11/05/2010
533,5 538 535,5 535,5 535,5 534,5 534,5 537 537 537,5 537 539,5
535,5 533,5 538 537,5 537 540,5 539 536,5 534,5 535,5 538 541
535 532,5 536,5 534 536,5 537 535,5 539,5 536,5 534,5 535,5 536
24 12/05/2010
536,5 538 539 536,5 535 537,5 535,5 535 538,5 536 539,5 535,5
533,5 539 540,5 537,5 539,5 541,5 537,5 535,5 538,5 540,5 534 537
532,5 535,5 537,5 538,5 536 534,5 538,5 535 537 538 536,5 537,5
25 14/05/2010
537 537,5 537 538 534 533,5 539,5 536 537,5 538 534 535
534,5 538,5 537 538,5 540,5 539 538 535 537,5 536,5 536,5 535,5
535,5 539,5 536,5 534,5 533 537,5 540 539,5 534 536 538 537,5
26 18/05/2010
535 539,5 537,5 536,5 539,5 537,5 532,5 532,5 535,5 537,5 537,5 535,5
537,5 535 536,5 539,5 537,5 534 532,5 536,5 536 535,5 536,5 532,5
537 537,5 533 541 538,5 536,5 536 535 535,5 538 537,5 538,5
27 19/05/2010
534,5 534 534,5 532,5 539,5 535 536,5 540,5 538 537 533 533,5
534 540,5 533 535 533,5 538 537 536 539,5 538,5 537,5 536
539,5 535,5 539,5 540,5 536,5 539,5 535,5 534,5 539 536 534,5 537
28 21/05/2010
540,5 536,5 537,5 538 539 537,5 536,5 538,5 535 535,5 538 534,5
534,5 536 538 537,5 535,5 534,5 539 537 537,5 537,5 535,5 538
536 537,5 538,5 536,5 539,5 541,5 534 536 536,5 538,5 537 537
29 25/05/2010
536,5 534,5 537,5 534 535,5 537 536,5 534 540 534,5 537,5 540,5
535 537,5 541 538,5 535,5 539,5 539 533,5 538 537,5 536,5 534,5
539,5 540 536,5 536,5 539,5 539 538,5 540 536,5 537,5 538,5 535,5
120
Tabel 4.17 Data Variabel pada Proses Selektor Botol Isi
(April-Mei 2010) Lanjutan
No Tanggal Waktu Pengukuran
Awal Shift Tengah Shift Akhir Shift
30 26/05/2010
538,5 534,5 539 540,5 533 537,5 534 540,5 534,5 533 535,5 539,5
537,5 539,5 535,5 538,5 535 535 538 536 538,5 540 539,5 533,5
533,5 539,5 532,5 535,5 538,5 539,5 535,5 535 537 538,5 537 535,5
Sumber: Hasil Pengamatan (April-Mei 2010)
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Tahap Define
Tahap Define merupakan langkah pertama dalam penerapan konsep
Six Sigma. Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi terhadap suatu
permasalahan. Pada penelitiannya, penulis melakukan beberapa langkah
dalam tahap ini antara lain mendefinisikan permasalahan serta tujuan dari
proyek Six Sigma melalui Project Charter, dan membuat dan
mengidentifikasikan gambaran umum proses produksi Teh Botol Sosro pada
lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung dengan menggunakan SIPOC Diagram
dan Peta Aliran Proses.
4.2.1.1 Penyusunan Project Charter
Project Charter terdiri dari lima buah elemen utama antara lain ; Latar
Belakang (Business Case), Pernyataan Masalah (Problem Statement),
Pernyataan Tujuan (Goal Statement), Lingkup Proyek (Project Scope), dan
121
Batas Waktu (Milestone). Berikut ini tahapan penyusunan Project Charter
dalam penelitian ini.
1. Latar Belakang (Business Case)
Dalam usaha peningkatan produktivitas dan continous improvement dari
segi kualitas baik dari sistem manajemen perusahaan dan kualitas produk
yang diproduksi, PT Sinar Sosro KPB Cakung saat ini melakukan
berbagai upaya untuk pencapaian sasaran mutu perusahaan tersebut.
Adapun beberapa sasaran mutu utama yang ingin dicapai oleh perusahaan
antara lain disebutkan dalam sebutan “4 T”. Kepanjangan dari istilah
tersebut dapat dijabarkan menjadi Tepat waktu, Tepat jumlah, Tepat
biaya, dan Tepat kualitas.
2. Pernyataan Masalah (Problem Statement)
Problem statement yang dijadikan dasar penulisan penelitian ini yaitu
berdasarkan sasaran mutu perusahaan yang ditargetkan pada tahun ini.
Sasaran mutu perusahaan PT Sinar Sosro KPB Cakung saat ini salah
satunya menyebutkan mengenai permasalahan terhadap produk non-
standar yang dihasilkan.
Dengan demikian yang menjadi problem statement untuk penelitian ini
adalah:
“Permasalahan dalam hal pengendalian produk non-standar di tiap proses
produksi Teh Botol Sosro di lini produksi ke-3
pada PT Sinar Sosro KPB Cakung”
122
3. Ruang Lingkup Proyek (Project Scope)
Pembatasan ruang lingkup yang penulis lakukan pada penelitiannya,
antara lain:
• Penelitian dilakukan di PT Sinar Sosro KPB Cakung Lini ke-3.
• Produk yang akan diteliti adalah Teh Botol Sosro.
• Observasi penelitian dilakukan pada segala kegiatan dan kondisi yang
terjadi pada waktu produksi Shift 2 (pukul 08.00 s/d 16.00)
• Data pendukung perusahaan yang digunakan antara lain data laporan
selektor dan data laporan sortir non-standar bulan Januari s/d Maret
2010.
• Jangka waktu penelitian dilakukan selama bulan April s/d Mei 2010.
4. Pernyataan Tujuan (Goal Statement)
Tujuan dari penelitian ini adalah pendekatan Six Sigma dengan metode
DMAIC untuk mengendalikan produk non-standar yang dihasilkan di tiap
proses dan meningkatkan kualitas produk Teh Botol Sosro.
5. Batas Waktu (Milestones)
Batas waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan April-Mei 2010.
123
Tabel 4.18 DMAIC Project Charter
DMAIC Project Charter
Project Title : Pendekatan Six Sigma terhadap permasalahan pengendalian produk non-standar di tiap proses produksi Teh Botol Sosro di Lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
Project Leader : Manager Produksi Team Members : 1. Tri Nugroho Putro2. Ferdy Farhan3. Rizky Fitriningtyas
Business Case :
Dalam usaha peningkatan produktivitas dan continous improvement dari segi kualitas, PT. Sinar Sosro KPB Cakung saat ini melakukan berbagai upaya untuk pencapaian sasaran mutu perusahaan tersebut. Adapun beberapa sasaran mutu utama yang ingin dicapai oleh perusahaan antara lain disebutkan dalam sebutan “4 T”. Kepanjangan dari istilah tersebut dapat dijabarkan menjadi Tepat waktu, Tepat jumlah, Tepat biaya, dan Tepat kualitas.
Problem Statement :
“Permasalahan dalam hal pengendalian produk non-standar di tiap proses produksi Teh Botol Sosro di lini produksi ke-3 pada PT Sinar Sosro KPB Cakung”
Goal Statement :
Mengendalikan produk non-standar di tiap prosesproduksi Teh Botol Sosro di lini produksi ke-3 pada PT Sinar Sosro KPB Cakung
Project Scope :
Penelitian dilakukan di PT. Sinar Sosro KPB Cakung Lini Produksi ke – 3.
Produk yang akan diteliti adalah Teh Botol Sosro.
Observasi penelitian dilakukan pada segala kegiatan dan kondisi yang terjadi pada waktu produksi shift2 (pukul 08.00 s/d 16.00)
Data pendukung perusahaan yang digunakan antara lain data laporan tiap bagian selektor (selektor botol kotor, selektor bersih, dan selektor botol isi) dan data laporan sortir non-standard bulan Januari s/d Maret 2010.
Jangka waktu penelitian dilakukan selama bulan April s/d Mei 2010.
Preliminary Plan Target Date Actual Date
Start Date 30 Maret 2010 1 April 2010
DEFINE 3 April 2010 6 April 2010
MEASURE 11 April 2010 13 April 2010
ANALYZE 1 Mei 2010 30 Mei 2010
IMPROVE On Progress On Progress
CONTROL On Progress On Progress
Completion Date On Progress On Progress
124
4.2.1.2 Penggambaran Proses Produksi
1. Diagram SIPOC (Supplier Input Process Output Customer)
CUSTOMEROUTPUTPROCESSINPUTSUPPLIER
TransportasiPallet botol kosong Pallet Botol KosongOperator forklift Mesin depalletizer
Pemisahan pallet botol kosongPallet botol kosong Krat botol kosongMesin depalletizer Mesin depalletizer
InspeksiKrat botol kosong Krat botol kosongMesin depalletizer Operator pos 1 selektor botol kotor
Pemisahan krat botol kosongKrat botol kosong
Krat kosong
Operator pos 1 selektor botol kotor
Botol kosong
Mesin decrater
Mesin decrater Botol kosong Inspeksi Botol kosong Operator pos 2 selektor botol kotor
Botol kosong Inspeksi Botol kosongOperator pos 2 selektor botol kotor
Operator pos 3 selektor botol kotor
Botol kosong Transportasi Botol kosongOperator pos 3 selektor botol kotor Mesin bottle washer
Botol kosong Pencucian botol kotor Botol bersihMesin bottle washer Operator pos 1 selektor botol bersih
Inspeksi Botol bersihOperator pos 1 selektor botol bersih Botol bersih Operator pos 2B, 2
selektor botol bersih
Inspeksi Botol bersih Botol bersihOperator pos 2B, 2 selektor botol bersih
Mesin Empty Bottle Inspection 1, 2
Inspeksi Botol bersih Botol bersihMesin Empty Bottle Inspection 1, 2
Operator pos 3, 5 selektor botol bersih
Inspeksi Botol bersih Botol bersihOperator pos 3, 5 selektor botol bersih
Operator pos 4,6 selektor botol bersih
Transportasi Botol bersih Botol bersihOperator pos 4,6 selektor botol bersih Mesin filler 1, 2
1
125
CUSTOMEROUTPUTPROCESSINPUTSUPPLIER
Pengisian Teh Cair Manis (TCM)Botol bersih Botol isi tanpa tutupMesin filler 1, 2 Mesin crowner 1, 2
Penutupan botol isi dengan crown corkBotol isi tanpa tutupMesin filler 1, 2 Mesin crowner 1, 2Botol isi
Inspeksi Mesin crowner 1, 2 Botol isi Botol isi Operator pos 1, 3 selektor botol isi
Inspeksi Botol isi Botol isiOperator pos 1, 3 selektor botol isi
Operator pos 2, 4 selektor botol isi
Inspeksi Botol isi Botol isiOperator pos 2, 4 selektor botol isi
Operator pos 5, 6 selektor botol isi
Penggabungan botol isi dengan krat bersih
Botol isi
Krat botol isi
Operator pos 5, 6 selektor botol isi
Mesin crater
Inspeksi Mesin crater
Mesin crate washer Krat bersih
Operator pos 7, 8 selektor botol isi
Penggabungan krat botol isi menjadi pallet botol isi
Mesin palletizerOperator pos 7, 8 selektor botol isi
Krat botol isi Krat botol isi
Krat botol isi Pallet botol isi
Pemberian nomor stiker dan tali rafiaMesin palletizer Operator pos ikat PI
Pallet botol isi dengan nomor stiker
dan tali rafiaPallet botol isi
Transportasi Operator pos ikat PIPallet botol isi
dengan nomor stiker dan tali rafia
Pallet botol isi dengan nomor stiker
dan tali rafiaOperator forklift
Transportasi Pallet botol isi
dengan nomor stiker dan tali rafia
Pallet botol isi dengan nomor stiker
dan tali rafiaOperator forklift Gudang PI
1
Diagram 4.2 SIPOC Diagram (Lanjutan)
Sumber: PT Sinar Sosro KPB Cakung
126
Penggunaan SIPOC diagram ditujukan untuk memberikan informasi
mengenai Supplier, Input, Process, Output, dan Customer yang berkaitan dengan
kegiatan produksi khususnya pada bagian lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung.
Berikut ini merupakan uraian dari penggambaran SIPOC diagram tersebut:
1. Supplier
Pada bagian supplier dalam pembuatan diagram SIPOC di atas, terbagi
menjadi 2 bagian yaitu bagian internal dan eksternal. Fungsi dari supplier
eksternal antara lain adalah untuk memasok bahan baku dan bahan pendukung
lainnya yang nantinya digunakan pada proses produksi. Berikut ini beberapa
nama perusahaan yang mempunyai andil sebagai supplier eksternal bagi PT
Sinar Sosro KPB Cakung antara lain PT Mulia Glass (pemasok bahan baku
botol kaca), PT Ancol Terang Printing (pemasok crown cork), Thai Roong
Ruang Industry co.ltd (pemasok refined sugar), PT Gunung Slamet (pemasok
teh kering).
Supplier internal pada pembuatan diagram SIPOC ini antara lain
terdiri dari gudang PB untuk menyuplai pallet botol kosong, mesin
pasteurisasi untuk menyuplai kebutuhan Teh Cair Manis ke mesin filler 1 dan
2, mesin box crowner untuk menyuplai crown cork ke mesin crowner, dan pos
selektor botol bersih untuk menyuplai botol bersih ke mesin filler 1 dan 2.
2. Input
Adapun input yang diberikan dari supplier eksternal tersebut yang
nantinya akan digunakan pada proses produksi antara lain botol kaca (sebagai
127
wadah pada saat proses pengisian TCM di mesin filler), refined sugar
(nantinya akan dilarutkan bersama teh kering dan air pada saat proses
pencampuran di mixing tank pada bagian kitchen), teh kering (nantinya akan
dilakukan ekstraksi pada awal proses, sehingga nantinya menjadi Teh Cair
Pahit), crown cork (penggunaan crown cork digunakan pada saat proses
pengisian botol isi pada mesin filler selesai, lalu proses selanjutnya pemberian
crown cork dilakukan pada mesin crowner).
Bagian input pada proses yang digambarkan pada diagram SIPOC
tersebut antara lain crown cork, Teh Cair Manis (TCM), pallet botol kosong,
krat botol kosong, botol kotor, krat bersih, botol bersih, botol isi, krat botol
isi, dan pallet isi. Terdapat beberapa faktor penghambat terhadap input yang
akan diproses untuk menjadi output diantara lainnya yaitu masih ada beberapa
input produk non-standar baik dari bagian selektor botol kotor hingga selektor
botol isi yang lolos masuk ke proses berikutnya dan masih adanya waktu
delays pada saat suplai input.
3. Process
Untuk bagian process, hampir seluruh proses yang dikerjakan di lini
produksi ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung menggunakan mesin produksi.
Kegiatan proses produksi yang dikerjakan oleh manusia, hanya berada pada
saat pos ikat pallet isi. Hambatan pada saat melakukan proses tiap bagian
selektor botol antara lainnya yaitu breakdown machine yang belum bisa
diprediksi, penggunaan waktu untuk men-setting ulang maupun melakukan
128
inspeksi terhadap mesin yang cukup sering dilakukan, dan belum
terkendalinya output non-standar yang dihasilkan pada tiap proses.
4. Output
Bagian output pada proses yang digambarkan pada diagram SIPOC
tersebut antara lain botol bersih, botol isi, krat botol isi, dan pallet isi dengan
pemberian nomor stiker dan tali rafia. Terdapat beberapa faktor penghambat
terhadap output yang dihasilkan pada tiap proses, yaitu faktor delays pada tiap
proses yang menyebabkan jumlah output tidak sesuai target produksi harian
dan masih banyaknya jumlah produk non-standar yang dihasilkan di tiap
proses yang digambarkan pada diagram SIPOC tersebut.
5. Customer
Pada bagian customer yang digambarkan pada diagram SIPOC
tersebut antara lain mesin produksi seperti mesin depalletizer, mesin decrater,
mesin bottle washer, mesin crate washer, mesin filler, mesin crowner,
operator selektor botol kotor, operator selektor botol bersih, operator selektor
botol isi, mesin crater, mesin palletizer, operator pos ikat pallet isi, operator
forklift, dan gudang pallet isi. Untuk produk jadi yang dihasilkan PT Sinar
Sosro KPB Cakung, nantinya akan didistribusikan ke Kantor Penjualan
Wilayah untuk daerah Jabodetabek dan beberapa produk akan di ekspor ke
luar negeri.
129
2. Peta Aliran Proses
Tabel 4.19 PETA ALIRAN PROSES
130
Berdasarkan peta aliran proses diatas diketahui bahwa pada proses pembotolan
TBS terdapat 42 aktivitas. Adapun ringkasan dari aktivitas-aktivitas tersebut
adalah:
Tabel 4.20 Ringkasan Aktivitas Proses Pembotolan Teh Botol Sosro
Jenis Aktivitas Operasi Proses pemisahan krat botol kosong dari pallet botol kosong di mesin depalletizer
Proses pemisahan krat botol kosong dengan botol kosong pada mesin decrater Proses pencucian botol kotor pada mesin bottle washer Proses pengisian TCM pada mesin filler dan pemasangan tutup pada mesin crowner Proses pemberian coding pada mesin printer video jet Proses penggabungan krat bersih dengan botol isi pada mesin crater Proses penggabungan krat botol isi menjadi pallet botol isi pada mesin palletizer Proses ikat tali rafia dan menempel stiker produksi pada pos ikat pallet botol isi
Pemeriksaan Inspeksi krat botol kosong di pos 1 selektor botol kotor
Inspeksi botol kotor pada pos 2 selektor botol kotor Inspeksi botol kotor pada pos 3 selektor botol kotor Inspeksi botol bersih pada pos 1 selektor botol bersih Inspeksi botol bersih pada pos 2 selektor botol bersih Inspeksi botol bersih pada mesin Empty Bottle Inspector (EBI) Inspeksi botol bersih pada pos 3 selektor botol bersih Inspeksi botol bersih pada pos 4 selektor botol bersih Inspeksi botol isi pada pos 1 selektor botol isi Inspeksi botol isi pada pos 2 selektor botol isi Inspeksi botol isi pada pos 5 selektor botol isi Inspeksi botol isi pada pos 6 selektor botol isi Inspeksi krat botol isi pada pos 7 selektor botol isi
Transportasi Pemindahan pallet botol kosong ke mesin depalletizer
Pemindahan krat botol kosong ke pos 1 selektor botol kotor Pemindahan krat botol kosong ke mesin decrater Pemindahan botol kotor ke pos 2 selektor botol kotor Pemindahan botol kotor ke pos 3 selektor botol kotor Pemindahan botol kotor ke mesin bottle washer Pemindahan botol bersih ke pos 1 selektor botol bersih Pemindahan botol bersih ke pos 2 selektor botol bersih Pemindahan botol bersih ke mesin Empty Bottle Inspector (EBI) Pemindahan botol bersih ke pos 3 selektor botol bersih Pemindahan botol bersih ke pos 4 selektor botol bersih Pemindahan botol bersih ke mesin filler dan crowner Pemindahan botol isi ke pos 1 selektor botol isi Pemindahan botol isi ke mesin printer video jet Pemindahan botol isi ke pos 2 selektor botol isi Pemindahan botol isi ke pos 5 selektor botol isi Pemindahan botol isi ke pos 6 selektor botol isi Pemindahan krat botol isi ke pos 7 selektor botol isi Pemindahan krat botol isi ke mesin palletizer Pemindahan pallet botol isi ke pos ikat pallet botol isi Pemindahan pallet botol isi ke tempat shipping forklift
131
Berdasarkan peta aliran proses tersebut, dapat terlihat bahwa aktivitas
proses produksi yang terjadi pada lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
terbagi menjadi tiga jenis aktivitas yaitu, aktivitas operasi, aktivitas
pemeriksaan, dan aktivitas transportasi. Adapun dari ketiga jenis aktivitas
tersebut, aktivitas transportasi nampak mendominasi seluruh aktivitas yang
ada. Dari tabel tersebut dapat terlihat total aktivitas transportasi sebanyak 21
aktivitas, total aktivitas pemeriksaan sebanyak 13 aktivitas, dan aktivitas
proses sebanyak 8 aktivitas.
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, hampir seluruh kegiatan
proses produksi dilakukan menggunakan mesin yang bekerja dengan sistem
otomatis, sehingga dalam hal ini kelancaran proses produksi sangat
bergantung pada kelancaran mesin dalam melakukan proses. Dikarenakan
proses produksi saling berkaitan satu sama lain maka apabila terjadi
breakdown machine di tengah proses produksi akibatnya akan menimbulkan
hambatan bagi proses lainnya. Adapun kegiatan proses produksi secara
keseluruhan dibagi menjadi ke dalam 3 kegiatan utama yaitu kegiatan pada
pos selektor botol kotor, selektor botol bersih, dan selektor botol isi.
132
4.2.2 Tahap Measure
Measure merupakan fase kedua dari konsep Six Sigma. Dalam tahap ini
akan dilakukan beberapa perhitungan untuk menentukan bagaimana kondisi
proses yang sedang berjalan. Dari hasil perhitungan tersebut nantinya akan
dijadikan acuan penulis untuk melakukan analisis terhadap permasalahan
yang terjadi sehingga akan memberikan usulan perbaikan bagi perusahaan
dengan konsep Six Sigma. Pada tahap ini dilakukan pengukuran untuk
menentukan karakteristik kunci kualitas (CTQ) yang merupakan karakteristik
produk yang berhubungan secara spesifik dengan kebutuhan pelanggan.
Tahap measure memiliki peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan kualitas, karena dengan melakukan tahap ini penulis dapat
mengetahui kinerja perusahaan saat ini melalui perhitungan data yang
dijadikan dasar untuk melakukan analisa dan perbaikan. Dalam metode
DMAIC terdapat dua konsep pengukuran yaitu pengukuran kinerja proses dan
pengukuran kinerja produk. Pada penelitiannya, penulis melakukan kinerja
proses dengan cara antara lain:
• Perhitungan peta kendali X dan peta kendali R berat botol isi Teh Botol
Sosro
Perhitungan peta kendali X dan peta kendali R berat botol isi dilakukan
untuk menghitung nilai tengah dan batas kontrol pada proses produksi
Teh Botol Sosro dan penggambaran peta kontrol tersebut.
133
• Perhitungan Kapabilitas Proses
Perhitungan kapabilitas proses dilakukan untuk mengetahui seberapa
baik proses dapat memproduksi produk yang bebas dari cacat.
Untuk melakukan pengukuran kinerja produk, penulis melakukan
pengukuran terhadap:
• Perhitungan DPMO (Defect Per Million Opportunities), yaitu
mengidentifikasikan berapa banyak produk defect yang muncul dalam
satu juta kesempatan pada tiap proses produksi.
• Perhitungan tingkat sigma, yaitu melakukan perhitungan kapabilitas
sigma terhadap permasalahan munculnya produk non-standar pada tiap
proses produksi.
4.2.2.1 Penentuan Critical To Quality (CTQ)
Kepuasaan pelanggan dapat dipenuhi jika semua kriteria yang diinginkan
oleh pelanggan dapat dicapai. Dalam konsep six sigma ditegaskan bahwa
kebutuhan pelanggan harus dipenuhi dengan cara mengukur dan
menyempurnakan proses dan produk, dan karakteristik CTQ.
Pada tahap ini dilakukan penentuan karakteristik kualitas kunci yang
mempersentasikan kebutuhan oleh pelanggan. Pada penelitiannya, penulis
akan melakukan penentuan CTQ di tiap proses produksi yaitu pada bagian pos
selektor botol kotor, pos selektor botol bersih , dan pos selektor botol isi.
134
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam penentuan CTQ pada tiap
proses.
1. Pos Selektor Botol Kotor
Berikut ini merupakan beberapa penjabaran mengenai Critical To Quality
(CTQ) yang ditetapkan perusahaan pada kategori produk non-standar di
bagian pos selektor botol kotor, antara lain adalah:
Tabel 4.21 Critical To Quality (CTQ) Produk Non-standar
pada Pos Selektor Botol Kotor
No Kategori Produk Non-standar Penjelasan
1. Kotor Cuci Karat, logo hitam, label rusak, debu, dan lumpur. 2. Kotor Musnah Buram, semen, cat. 3. Pecah Luar Botol pecah di luar produksi. 4. Pecah Mesin Botol pecah karena kegagalan mesin produksi. 5. Benda Asing Botol terdapat benda asing seperti plastik, sedotan, lumut,
dan lain-lain. 6. Botol Asing Botol yang masuk ke dalam proses bukan merupakan botol
untuk produk yang akan diproduksi, contohnya botol dari “merk” lain dan botol fruit tea, joy tea, maupun tebs.
7. Botol Tertutup Botol yang masuk ke dalam proses masih dalam keadaan tertutup crown cork.
Sumber: PT. Sinar Sosro KPB Cakung
2. Pos Selektor Botol Bersih
Berikut ini merupakan beberapa penjabaran mengenai Critical To Quality
(CTQ) yang ditetapkan perusahaan pada kategori produk non-standar di
bagian pos selektor botol bersih, antara lain adalah:
135
Tabel 4.22 Critical To Quality (CTQ) Produk Non-Standar
pada Pos Selektor Botol Bersih
No Kategori Produk Non-standar Penjelasan
1. Kotor Cuci Karat, logo hitam, label rusak, debu, dan lumpur.
2. Kotor Musnah Buram, semen, cat. 3. Benda Asing Botol terdapat benda asing seperti plastik, sedotan, lumut,
dan lain-lain. 4. Botol Asing Botol yang masuk ke dalam proses bukan merupakan botol
untuk produk yang akan diproduksi, contohnya botol dari “merk” lain dan botol fruit tea, joy tea, maupun tebs.
5. Botol Pecah Botol pecah akibat kesalahan operator maupun akibat pecah dari mesin dan pecah akibat botol roboh saat di conveyor.
Sumber: PT. Sinar Sosro KPB Cakung
3. Pos Selektor Botol Isi
Berikut ini merupakan beberapa penjabaran mengenai Critical To Quality
(CTQ) yang ditetapkan perusahaan pada kategori produk non-standar di
bagian pos selektor botol isi, antara lain adalah:
Tabel 4.23 Critical To Quality (CTQ) Produk Non-Standar
pada Pos Selektor Botol Isi
No Kategori Produk Non-standar Penjelasan
1. Benda Asing • Timbul akibat proses pencucian botol kotor di mesin bottle washer tidak sempurna.
• Timbul akibat kurang fokusnya operator di pos selektor botol bersih dalam melakukan inspeksi botol bersih.
• Timbul akibat terdapat kotoran atau serpihan yang menempel di mesin filler ataupun mesin crowner.
2. Botol Asing • Timbul akibat kurang fokusnya operator di pos selektor botol bersih dalam melakukan inspeksi botol bersih.
136
Tabel 4.24 Critical To Quality (CTQ) Produk Non-Standar
pada Pos Selektor Botol Isi (Lanjutan)
No Kategori Produk Non-standar Penjelasan
3. Volume Non-Standar • Timbul akibat kesalahan penyetelan pada guide yang ada pada mesin filler.
• Timbul akibat kerusakan komponen mesin filler, seperti karet bocor, pegas error, filling valve terlalu turun.
• Botol gumpil ataupun botol retak pada saat pengisian Teh Cair Manis di mesin filler.
4. Kosong Tertutup • Timbul akibat kesalahan penyetelan pada guide yang ada pada mesin filler.
• Timbul akibat kerusakan pada komponen mesin filler, antara lain karet bocor, pegas error, filling valve terlalu turun.
• Botol gumpil ataupun botol retak pada saat pengisian Teh Cair Manis di mesin filler.
5. Tanpa Tutup • Timbul akibat crown cork macet, sehingga proses crowning tidak sempurna, sehingga pada botol isi tidak terproses di mesin crowner.
6. Tutup Miring • Timbul akibat kesalahan penyetelan pada deck in-feed dan center starwheel.
• Umur piston stamp yang sudah tua. • Drag ring yang cacat.
7. Tutup Asing • Timbul akibat adanya tutup asing yang ikut terproses pada saat crowning di mesin crowner.
8. Botol Kotor/Buram • Timbul akibat kurang fokusnya operator di pos selektor botol bersih dalam melakukan inspeksi botol bersih.
9. Botol Pecah • Timbul akibat kesalahan penyetelan pada deck in-feed, center starwheel, spring dan guide rod.
10. PI Pecah • Timbul akibat robohnya PI saat di conveyor atau robohnya PI saat dibawa forklift ke gudang PI.
11. PI Ompong • Timbul akibat kesalahan proses pada saat di mesin crater.
• Timbul akibat kurangnya pengawasan dari operator 7 dan 8 pada bagian selektor botol isi.
Sumber: PT. Sinar Sosro KPB Cakung
137
4.2.2.2 Pengukuran Kinerja Proses
1. Perhitungan Data Kualitas Variabel
Pada penelitian ini penulis akan melakukan pengukuran kinerja proses dari
proses produksi Teh Botol Sosro pada lini ke-3 di PT. Sinar Sosro KPB
Cakung. Untuk melakukan pengukuran kinerja proses, maka penulis
melakukan beberapa perhitungan, antara lain:
• Perhitungan peta kontrol X dan peta kontrol R berat botol isi
• Perhitungan Kapabilitas Proses
Berdasarkan informasi dari perusahaan, penetapan spesifikasi terhadap
berat botol isi pada produk Teh Botol Sosro adalah sebesar 536 ± 8 gram.
Berat tersebut diukur berdasarkan berat dari botol kosong, berat volume isi
dan crown cork yang digunakan.
A. Perhitungan Peta Kendali X dan Peta Kendali R Berat Botol Isi
produk Teh Botol Sosro
i. Perhitungan Peta Kendali X dan Peta Kendali R Berat Botol
Isi pada Awal Shift
• Perhitungan Peta Kendali X
( )( ) 060,53315,5729,0811,536RAXLCL
562,54015,5729,0811,536RAXUCL
811,536XCL
2
2
=−=−=
=+=+=
==
138
• Perhitungan Peta Kendali R
( )( ) 015,50RDLCL
75,1115,5282,2RDUCL
15,5RCL
3
4
===
===
==
Sample
Sa
mp
le M
ea
n
8273645546372819101
540
538
536
534
532
__X=536,811
UC L=540,562
LC L=533,060
Sample
Sa
mp
le R
an
ge
8273645546372819101
16
12
8
4
0
_R=5,15
UC L=11,75
LC L=0
11
11
Xbar-R Chart of Berat Botol Isi TBS pada Awal Shift
Grafik 4.6 Peta Kendali X dan R Berat Botol Isi pada Awal Shift
(April-Mei 2010)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan grafik peta kendali X dan peta kendali R di atas,
menunjukkan terdapat data yang keluar dari batas kontrol
spesifikasi, sehingga perlu dilakukan revisi terhadap data tersebut.
Revisi data dilakukan guna mengkondisikan semua data berada
dalam batas kontrol spesifikasi. Hasil revisi terhadap data yang
keluar dari batas kontrol spesifikasi adalah sebagai berikut.
139
• Perhitungan Peta Kendali X
( )( ) 546,53335,4729,0712,536RAXLCL
877,53935,4729,0712,536RAXUCL
712,536XCL
2
2
=−=−=
=+=+=
==
• Perhitungan Peta Kendali R
( )( ) 035,40RDLCL
91,935,4282,2RDUCL
35,4RCL
3
4
===
===
==
Sample
Sa
mp
le M
ea
n
81736557494133251791
540,0
538,5
537,0
535,5
534,0
__X=536,712
UC L=539,877
LC L=533,546
Sample
Sa
mp
le R
an
ge
81736557494133251791
10,0
7,5
5,0
2,5
0,0
_R=4,35
UC L=9,91
LC L=0
Revisi 2 Xbar-R Chart of Berat Botol Isi TBS pada Awal Shift
Grafik 4.7 Revisi Akhir Peta Kendali X dan R Berat Botol Isi
pada Awal Shift (April-Mei 2010)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
140
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa berat
rata-rata botol isi untuk produk Teh Botol Sosro pada waktu
pengamatan di awal shift produksi adalah sebesar 536,712 gr.
Berdasarkan grafik peta kendali X dan peta kendali R di atas,
menunjukkan bahwa data yang telah dilakukan revisi sebelumnya
telah memenuhi batas spesifikasi kontrol. Dengan demikian, data
tersebut dapat digunakan selanjutnya untuk mengukur kapabilitas
proses berat botol isi Teh Botol Sosro pada awal shift.
ii. Perhitungan Peta Kendali X dan Peta Kendali R Berat Botol
Isi pada Tengah Shift
• Perhitungan Peta Kendali X
( )( ) 214,53319,5729,0994,536RAXLCL
775,54019,5729,0944,536RAXUCL
994,536XCL
2
2
=−=−=
=+=+=
==
• Perhitungan Peta Kendali R
( )( ) 019,50RDLCL
84,1119,5282,2RDUCL
19,5RCL
3
4
===
===
==
141
Sample
Sa
mp
le M
ea
n
8273645546372819101
540,0
538,5
537,0
535,5
534,0
__X=536,994
UC L=540,775
LC L=533,214
Sample
Sa
mp
le R
an
ge
8273645546372819101
16
12
8
4
0
_R=5,19
UC L=11,84
LC L=0
1
11
Xbar-R Chart of Berat Botol Isi TBS pada Tengah Shift
Grafik 4.8 Peta Kendali X dan R Berat Botol Isi pada Tengah Shift
(April-Mei 2010)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan grafik peta kendali X dan peta kendali R di atas,
menunjukkan terdapat data yang keluar dari batas kontrol
spesifikasi, sehingga perlu dilakukan revisi terhadap data tersebut.
Revisi data dilakukan guna mengkondisikan semua data berada
dalam batas kontrol spesifikasi. Hasil revisi terhadap data yang
keluar dari batas kontrol spesifikasi adalah sebagai berikut.
142
• Perhitungan Peta Kendali X
( )( ) 522,53366,4729,0915,536RAXLCL
309,54066,4729,0915,536RAXUCL
915,536XCL
2
2
=−=−=
=+=+=
==
• Perhitungan Peta Kendali R
( )( ) 066,40RDLCL
63,1066,4282,2RDUCL
66,4RCL
3
4
===
===
==
Sample
Sa
mp
le M
ea
n
8273645546372819101
540,0
538,5
537,0
535,5
534,0
__X=536,915
UC L=540,309
LC L=533,522
Sample
Sa
mp
le R
an
ge
8273645546372819101
10,0
7,5
5,0
2,5
0,0
_R=4,66
UC L=10,63
LC L=0
Revisi 1 Xbar-R Chart of Berat Botol Isi TBS pada Tengah Shift
Grafik 4.9 Revisi Akhir Peta Kendali X dan R Berat Botol Isi
pada Tengah Shift (April-Mei 2010)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
143
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa berat
rata-rata botol isi untuk produk Teh Botol Sosro pada waktu
pengamatan di tengah shift produksi adalah sebesar 536,915 gr.
Berdasarkan grafik peta kendali Xbar dan peta kendali R di atas,
menunjukkan bahwa data yang telah dilakukan revisi sebelumnya
telah memenuhi batas spesifikasi kontrol. Dengan demikian, data
tersebut dapat digunakan selanjutnya untuk mengukur kapabilitas
proses berat botol isi Teh Botol Sosro pada tengah shift.
iii. Perhitungan Peta Kendali X dan Peta Kendali R Berat Botol
Isi pada Akhir Shift
• Perhitungan Peta Kendali Xbar
( )( ) 718,53330,4729,0847,536RAXLCL
976,53930,4729,0847,536RAXUCL
847,536XCL
2
2
=−=−=
=+=+=
==
• Perhitungan Peta Kendali R
( )( ) 030,40RDLCL
80,930,4282,2RDUCL
30,4RCL
3
4
===
===
==
144
Sample
Sa
mp
le M
ea
n
8273645546372819101
540,0
538,5
537,0
535,5
534,0
__X=536,847
UC L=539,976
LC L=533,718
Sample
Sa
mp
le R
an
ge
8273645546372819101
10,0
7,5
5,0
2,5
0,0
_R=4,30
UC L=9,80
LC L=0
Xbar-R Chart of Berat Botol Isi TBS pada Akhir Shift
Grafik 4.10 Peta Kendali X dan R Berat Botol Isi pada Akhir Shift
(April-Mei 2010)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa berat
rata-rata botol isi untuk produk Teh Botol Sosro pada waktu
pengamatan di akhir shift produksi adalah sebesar 536,847 gr.
Berdasarkan grafik peta kendali X dan peta kendali R di atas,
menunjukkan bahwa data yang telah dilakukan revisi sebelumnya
telah memenuhi batas spesifikasi kontrol. Dengan demikian, data
tersebut dapat digunakan selanjutnya untuk mengukur kapabilitas
proses berat botol isi Teh Botol Sosro pada akhir shift.
145
B. Perhitungan Kapabilitas Proses
i. Perhitungan Kapabilitas Proses Berat Botol Isi pada Awal Shift
Berikut ini merupakan perhitungan kapabilitas proses untuk berat
botol isi produk Teh Botol Sosro pada awal shift.
a. Indeks Kapabilitas Proses (Cp)
( ) 113,2059,235,4
dRs
s6LSLUSLC
2p ===→
−=
gr5288536LSLgr5448536USL
=−==+=
( )( )
26,1678,12
16113,26
528544Cp
==
−=
Berdasarkan nilai kapabilitas yang diperoleh dari perhitungan di
atas, maka hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai Cp
mencapai angka 1,26 (Cp = 1,26). Dengan nilai Cp tersebut, maka
kemampuan proses pengendalian kualitas pada berat botol isi TBS
pada awal shift tersebut hampir mencapai tingkat kemampuan
proses pada tingkat 4-sigma (catatan : Nilai Cp pada tingkat 4-sigma
= 1,33).
b. Indeks Performansi Kane (Cpk)
( ) : dimana,CPUCPL,minCpk =
146
( ) ( )( ) 37,1
113,23528712,536
s3LSLXCPL =
−=
−=
( ) ( )( ) 15,1
113,23712,536544
s3XUSLCPU =
−=
−=
Berdasarkan ukuran indeks performansi Kane diketahui bahwa
Cpk = CPU. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata berat botol isi
produk Teh Botol Sosro yang terjadi pada awal shift , yaitu
sebesar 536,712 gr, adalah lebih dekat ke batas spesifikasi atas
yang ditetapkan, USL = 544 gr, sekaligus menunjukkan bahwa
proses mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL = 544 gr)
karena nilai CPU = 1,15. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
CPU > 1,00 (memenuhi batas spesifikasi atas, USL). Untuk
nilai CPL sebesar 1,37 menunjukkan bahwa proses sangat
mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL = 528 gr),
karena nilai CPL = 1,37 berada dalam kriteria CPL > 1,33
(sangat mampu memenuhi batas spesifikasi bawah, LSL).
147
ii. Perhitungan Kapabilitas Proses Berat Botol Isi pada Tengah
Shift
Berikut ini merupakan perhitungan kapabilitas proses untuk berat
botol isi produk Teh Botol Sosro pada tengah shift.
a. Indeks Kapabilitas Proses (Cp)
( ) 263,2059,266,4
dRs
s6LSLUSLC
2p ===→
−=
gr5288536LSLgr5448536USL
=−==+=
( )( )
17,1578,13
16263,26
528544Cp
==
−=
Berdasarkan nilai kapabilitas yang diperoleh dari perhitungan di
atas, maka hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai Cp
mencapai angka 1,17 (Cp = 1,17). Dengan nilai Cp tersebut, maka
kemampuan proses pengendalian kualitas pada berat botol isi TBS
pada tengah shift tersebut mencapai tingkat kemampuan proses
dengan tingkat 3,5-sigma (catatan : Nilai Cp pada tingkat 3,5-sigma
= 1,17).
b. Indeks Performansi Kane (Cpk)
( ) : dimana,CPUCPL,minCpk =
148
( ) ( )( ) 31,1
263,23528915,536
s3LSLXCPL =
−=
−=
( ) ( )( ) 04,1
263,23915,536544
s3XUSLCPU =
−=
−=
Berdasarkan ukuran indeks performansi Kane diketahui bahwa
Cpk = CPU. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata berat botol isi
produk Teh Botol Sosro yang terjadi pada tengah shift , yaitu
sebesar 536,915 gr, adalah lebih dekat ke batas spesifikasi atas
yang ditetapkan, USL = 544 gr, sekaligus menunjukkan bahwa
proses mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL = 544 gr)
karena nilai CPU = 1,04. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
CPU > 1,00 (memenuhi batas spesifikasi atas, USL). Untuk
nilai CPL sebesar 1,31 menunjukkan bahwa proses mampu
memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL = 528 gr), karena nilai
CPL = 1,31 berada dalam kriteria CPL > 1,00 (mampu
memenuhi batas spesifikasi bawah, LSL).
149
iii. Perhitungan Kapabilitas Proses Berat Botol Isi pada Akhir
Shift
Berikut ini merupakan perhitungan kapabilitas proses untuk berat
botol isi produk Teh Botol Sosro pada akhir shift.
a. Indeks Kapabilitas Proses (Cp)
( ) 088,2059,230,4
dRs
s6LSLUSLC
2p ===→
−=
gr5288536LSLgr5448536USL
=−==+=
( )( )
27,1528,12
16088,26
528544Cp
==
−=
Berdasarkan nilai kapabilitas yang diperoleh dari perhitungan di
atas, maka hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai Cp
mencapai angka 1,27 (Cp = 1,27). Dengan nilai Cp tersebut, maka
kemampuan proses pengendalian kualitas pada berat botol isi TBS
pada akhir shift tersebut hampir mencapai tingkat kemampuan
proses dengan tingkat 4-sigma (catatan : Nilai Cp pada tingkat 4-
sigma = 1,33).
b. Indeks Performansi Kane (Cpk)
( ) : dimana,CPUCPL,minCpk =
150
( ) ( )( ) 41,1
088,23528847,536
s3LSLXCPL =
−=
−=
( ) ( )( ) 14,1
088,23847,536544
s3XUSL
CPU =−
=−
=
Berdasarkan ukuran indeks performansi Kane diketahui bahwa
Cpk = CPU. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata berat botol isi
produk Teh Botol Sosro yang terjadi pada akhir shift , yaitu
sebesar 536,847 gr, adalah lebih dekat ke batas spesifikasi atas
yang ditetapkan, USL = 544 gr, sekaligus menunjukkan bahwa
proses mampu memenuhi batas spesifikasi atas (USL = 544 gr)
karena nilai CPU = 1,14. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
CPU > 1,00 (memenuhi batas spesifikasi atas, USL). Untuk
nilai CPL sebesar 1,41 menunjukkan bahwa proses sangat
mampu memenuhi batas spesifikasi bawah (LSL = 528 gr),
karena nilai CPL = 1,41 berada dalam kriteria CPL > 1,33
(sangat mampu memenuhi batas spesifikasi bawah, LSL).
151
2. Perhitungan Data Kualitas Atribut
Dalam melakukan perhitungan terhadap seluruh data atribut yang
penulis peroleh dari pihak perusahaan dan data pengamatan penulis selama
di lapangan, maka data tersebut akan penulis kelompokkan berdasarkan
tahapan proses produksi untuk produk Teh Botol Sosro.
Adapun pengelompokkan perhitungan data atribut dibagi menjadi 3
kelompok. Untuk perhitungan pada bagian selektor botol kotor dan bagian
selektor botol bersih, penulis melakukan pengolahan data atribut yang
diperoleh berdasarkan laporan produk non-standar harian perusahaan
menggunakan peta kendali p (p-chart). Untuk perhitungan pada bagian
selektor botol isi, penulis melakukan pengolahan data atribut berdasarkan
pengamatan penulis pada tiap produksi produk Teh Botol Sosro yang
berlangsung selama bulan April-Mei 2010 menggunakan peta kendali np
(np - chart).
Menurut Ariani (1999,p.129), peta pengendali p dan np digunakan
untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas
yang diisyaratkan. Untuk peta pengendali p dan np digunakan bila kita
memakai ukuran cacat berdasarkan proporsi produk cacat dalam setiap
sampel yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk setiap kali
melakukan observasi jumlahnya sama, maka kita dapat menggunakan peta
pengendali p dan peta pengendali np. Namun bila sampel yang diambil
152
bervariasi untuk setiap kali melakukan observasi berubah-ubah jumlahnya
maka kita harus menggunakan peta pengendali p (p - chart).
A. Perhitungan p-Chart
i. Bagian Selektor Botol Kotor
Berdasarkan penentuan CTQ yang telah ditetapkan sebelumnya,
terdapat 7 kategori produk non-standar yang perlu diperhatikan oleh
operator/selektor dalam melakukan tahap inspeksi pada bagian selektor
botol kotor. Setelah melakukan perhitungan batas spesifikasi produk
non-standar pada bagian selektor botol kotor yang terdapat pada tabel
(Lampiran B), berikut ini merupakan contoh perhitungan batas
spesifikasi kontrol pada bagian selektor botol kotor.
Contoh Perhitungan :
1. Proporsi Cacat
0,0094816 215154
2040
diproses yangunit jumah cacatproduk jumlah p
=
=
=
2. Central Line (CL)
01524,0 12567496191510
diproses yangunit totalstandarnon produk total CL
=
=
=
153
3. Upper Control Limit (UCL)
01579,0215154
)0,1524-(152410,0 3 ,015240
in)p(1 p3pUCL
=+=
−+=
4. Lower Control Limit (LCL)
01469,0215154
)0,1524-(152410,0 3 ,015240
in)p(1 p3pLCL
=−=
−−=
Berdasarkan hasil perhitungan dari seluruh data atribut yang
diperoleh, maka hasil perhitungan tersebut akan digambarkan dalam
bentuk peta pengendali p (p-chart). Berikut ini merupakan
penggambaran peta pengendali p (p-chart) pada bagian selektor botol
kotor.
154
Sample
Prop
orti
on
4137332925211713951
0,040
0,035
0,030
0,025
0,020
0,015
0,010
_P=0,01524UCL=0,01579
LCL=0,014691
1
111
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
1
11
11
1
1
111
1
1
1
11
1
1
1
Tests performed with unequal sample sizes
P Chart of Total Produk Non-Standar pada Bagian Selektor Botol Kotor
Grafik 4.11 Peta Pengendali p (p-chart) Produk Non-Standar pada Bagian
Selektor Botol Kotor
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan penggambaran dari peta pengendali p (p-chart) pada
bagian Selektor Botol Kotor, dapat terlihat bahwa data tersebut masih
berada di luar batas spesifikasi kontrol. Data yang keluar dari
spesifikasi kontrol merupakan variasi penyebab khusus pada bagian
selektor botol kotor. Variasi penyebab khusus yang mempengaruhi
pada bagian Selektor Botol Kotor terjadi karena banyaknya faktor
eksternal dari proses produksi yang mempengaruhi, terutama cara
konsumen dalam meletakan, menyimpan dan menggunakan botol yang
menyebabkan botol menjadi tidak standar untuk digunakan kembali.
155
ii. Bagian Selektor Botol Bersih
Berdasarkan penentuan CTQ yang telah ditetapkan sebelumnya,
terdapat 5 kategori produk non-standar yang perlu diperhatikan oleh
operator/selektor dalam melakukan tahap inspeksi pada bagian selektor
botol bersih. Setelah melakukan perhitungan batas spesifikasi produk
non-standar pada bagian selektor botol bersih yang terdapat pada tabel
(Lampiran B), berikut ini merupakan contoh perhitungan batas
spesifikasi kontrol pada bagian selektor botol bersih.
Contoh Perhitungan :
1. Proporsi Cacat
0,0045234 213114
964
diproses yangunit jumah cacatproduk jumlah p
=
=
=
2. Central Line (CL)
00791,0 12375986
97948
diproses yangunit totalstandarnon produk total CL
=
=
=
156
3. Upper Control Limit (UCL)
00832,0213114
)0,00791-(179100,0 3 ,007910
in)p(1 p3pUCL
=+=
−+=
4. Lower Control Limit (LCL)
00751,0213114
)0,00791-(179100,0 3 - ,007910
in)p(1 p3pLCL
==
−−=
Berdasarkan hasil perhitungan dari seluruh data atribut yang
diperoleh, maka hasil perhitungan tersebut akan digambarkan dalam
bentuk peta pengendali p (p-chart). Berikut ini merupakan
penggambaran peta pengendali p (p-chart) pada bagian selektor botol
bersih.
157
Sample
Prop
orti
on
4137332925211713951
0,035
0,030
0,025
0,020
0,015
0,010
0,005
0,000
_P=0,00791UCL=0,00832
LCL=0,007511
1
11
1
111
1
111
11111
1
11
11
1
11
1
1
111
1
1
1
111
1
Tests performed with unequal sample sizes
P Chart of Total Produk Non-Standar pada Bagian Selektor Botol Bersih
Grafik 4.12 Peta Pengendali p (p-chart) Produk Non-Standar pada Bagian
Selektor Botol Bersih
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan penggambaran dari peta pengendali p (p-chart) pada
bagian Selektor Botol Bersih, dapat terlihat bahwa data tersebut masih
berada di luar batas spesifikasi kontrol. Data yang keluar dari
spesifikasi kontrol merupakan variasi penyebab khusus pada bagian
selektor botol bersih. Variasi penyebab khusus yang mempengaruhi
pada bagian Selektor Botol Bersih terjadi karena banyaknya faktor
eksternal dari proses produksi yang mempengaruhi, terutama cara
konsumen dalam meletakan, menyimpan dan menggunakan botol yang
menyebabkan botol tidak dapat dibersihkan dengan mesin sehingga
harus dicuci lagi secara manual dan ketika diproses di bagian Selektor
158
Botol Bersih juga mudah pecah karena kondisi botol saat masuk proses
produksi pun sudah tidak optimal untuk diproduksi kembali.
B. Perhitungan np-Chart
i. Bagian Selektor Botol Isi
Berdasarkan penentuan CTQ yang telah ditetapkan sebelumnya,
terdapat 11 kategori produk non-standar yang perlu diperhatikan oleh
operator / selektor dalam melakukan tahap inspeksi pada bagian
selektor botol isi, akan tetapi pada penelitian ini penulis melakukan
pembatasan terhadap kategori produk non-standar yang akan diamati.
Untuk penggambaran peta pengendali np (np - chart) pada bagian
selektor botol isi, penulis melakukan pengamatan dan pengambilan
secara langsung di lapangan selama periode bulan April-Mei 2010,
berbeda dengan kondisi penggambaran peta pengendali p (p - chart)
dimana data yang digunakan berasal dari laporan produk non-standar
harian di bagian selektor botol kotor dan selektor botol bersih.
Setelah melakukan perhitungan batas spesifikasi produk non-
standar pada bagian selektor botol isi yang terdapat pada tabel
(Lampiran B), berikut ini merupakan contoh perhitungan batas
spesifikasi kontrol pada bagian selektor botol isi.
Contoh Perhitungan :
1. Proporsi Cacat
pengamatan data padastandar non Produk cacat Proporsi =
159
2. Central Line (CL)
1,402
120960350784011660
sampeljumlahsampel total
standarnon produk totalnp CL
=
×⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=
×⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
3. Upper Control Limit (UCL)
1,46235078401166011,40231,402
sampel totalstandarnon produk total-1np CL3 np CLnpUCL
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+=
4. Lower Control Limit (LCL)
0,34235078401166011,40231,402
sampel totalstandarnon produk total-1np CL3 np CLnpLCL
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −−=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−=
Berdasarkan hasil perhitungan dari seluruh data atribut yang diperoleh,
maka hasil perhitungan tersebut akan digambarkan dalam bentuk peta
pengendali np (np-chart). Berikut ini merupakan penggambaran peta
pengendali np (np-chart) pada bagian selektor botol isi.
160
Sample
Sam
ple
Coun
t
28252219161310741
550
500
450
400
350
300
__NP=402,1
UCL=462,1
LCL=342,0
1
11
1
1
11
1
NP Chart of Produk Non-Standar Selektor Botol Isi (April - Mei 2010)
Grafik 4.13 Peta Pengendali np (np-chart) Produk Non-Standar
pada Bagian Selektor Botol Isi
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan grafik peta pengendali np (np-chart) di atas, menunjukkan
terdapat data yang keluar dari batas kontrol spesifikasi, sehingga perlu
dilakukan revisi terhadap data tersebut. Revisi data dilakukan guna
mengkondisikan semua data berada dalam batas kontrol spesifikasi.
Data yang keluar dari spesifikasi kontrol merupakan variasi penyebab
khusus pada bagian selektor botol isi. Adapun variasi penyebab khusus yang
mempengaruhi pada bagian selektor botol isi antara lainnya seperti terjadinya
breakdown machine khususnya mesin filler yang digunakan untuk mengisi
TCM pada botol, beberapa komponen pada mesin rusak, dan kesalahan pada
161
set-up mesin pada awal produksi. Berikut ini merupakan penggambaran peta
kendali np-chart setalah dilakukan revisi.
Sample
Sam
ple
Coun
t
21191715131197531
475
450
425
400
375
350
__NP=402,1
UCL=462,2
LCL=342,1
Revisi NP Chart of Produk Non-Standar Selektor Botol Isi (April - Mei 2010)
Grafik 4.14 Revisi Peta Pengendali np (np-chart) Produk Non-Standar
pada Bagian Selektor Botol Isi
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan grafik revisi peta pengendali np (np-chart) di atas,
menunjukkan data tersebut tidak ada yang keluar dari batas kontrol
spesifikasi. Dengan kondisi tersebut menunjukkan bahwa proses pada selektor
botol isi telah stabil dan berada dalam pengendalian statistikal, serta variasi
penyebab khusus telah dihilangkan hingga variasi yang tersisa diakibatkan
oleh variasi penyebab umum.
162
4.2.2.3 Pengukuran Kinerja Produk
1. Perhitungan DPMO dan Tingkat Sigma Proses di Bagian Selektor
Botol Kotor
Berikut ini merupakan langkah-langkah perhitungan DPMO dan tingkat
sigma pada proses produksi bagian pos selektor botol kotor, antara lain:
1. Unit (U)
Merupakan jumlah unit yang yang dihasilkan atau jumlah unit yang
akan diproses ke proses selanjutnya yaitu pada proses selektor botol
bersih. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari laporan selektor
botol kotor maka didapatkan jumlah total unit yang diproses (U), yaitu:
Botol400760292010)Maret -(Januari Diproses yangKotor BotolJumlah (U)
==
2. Opportunities (OP)
Merupakan variasi yang ditimbulkan dari proses, sehingga akan
menghasilkan produk non-standar. Variasi proses tersebut sama
dengan penentuan Critical To Quality (CTQ) yang telah ditetapkan
perusahaan. Dalam penelitian ini, jumlah opportunities yang diamati
adalah sebanyak 7 kategori.
3. Defect (Df)
Merupakan jumlah cacat yang terjadi selama proses di bagian selektor
botol kotor pada bulan Januari-Maret 2010.
163
Botol5707522010)Maret -(JanuariStandar -NonProduk Jumlah (Df)Defect
==
4. Defect Per Unit (DPU)
Merupakan jumlah rata-rata dari defect terhadap jumlah total unit.
01424,040076029570752UDf (DPU)Per Unit Defect
==
=
5. Total Opportunities (TOP)
Merupakan total peluang (opportunity) dari seluruh total unit.
280532203740076029OP U TOP
=×=×=
6. Defect Per Opportunities (DPO)
Merupakan proporsi defect atas jumlah total peluang dalam sebuah
kelompok.
0020,0280532203
570752TOPDf DPO
==
=
7. Defect Per Milion Opportunities (DPMO)
Merupakan jumlah defect yang akan muncul jika ada satu juta peluang.
2000000.000.10020,01.000.000DPO DPMO
=×=×=
164
8. Level Six Sigma
Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh DPMO sebesar 2000.
Hasil ini apabila dikonversikan ke dalam Tabel Konversi Sigma,
berada di antara nilai 3,09 ≤ x ≤ 3,10 sigma.
x-3,103,09-x
2000-19352002-2000
=
x-3,103,09-x
65-2-=
( ) ( )09,3x65x-10,32 −=
( ) ( )85,200x652x-6,2 −=
05,207x67 =
091,3x =
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat sigma pada bagian selektor botol
kotor maka diperoleh nilai tingkat sigma pada proses tersebut sebesar 3,091
sigma. Nilai tingkat sigma tersebut menunjukkan bahwa kapabilitas proses
memiliki peluang terhadap produk defect sebesar 2000 DPMO.
165
2. Perhitungan DPMO dan Tingkat Sigma Proses di Bagian Selektor
Botol Bersih
Berikut ini merupakan langkah-langkah perhitungan tingkat sigma pada
proses produksi bagian pos selektor botol bersih, antara lain:
1. Unit (U)
Merupakan jumlah unit yang yang dihasilkan atau jumlah unit yang
akan diproses ke proses selanjutnya yaitu pada proses selektor botol
isi. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari laporan selektor botol
bersih maka didapatkan jumlah total unit yang diproses (U), maka
didapatkan :
Botol395052772010)Maret -(Januari Diproses yangBersih BotolJumlah (U)
==
2. Opportunities (OP)
Merupakan variasi yang ditimbulkan dari proses, sehingga akan
menghasilkan produk non-standar. Variasi proses tersebut sama
dengan penentuan Critical To Quality (CTQ) yang telah ditetapkan
perusahaan. Dalam penelitian ini, jumlah opportunities yang diamati
adalah sebanyak 5 kategori.
3. Defect (Df)
Merupakan jumlah cacat yang terjadi selama proses di bagian selektor
botol bersih pada bulan Januari-Maret 2010.
166
Botol3222442010)Maret -(JanuariStandar -NonProduk Jumlah (Df)Defect
==
4. Defect Per Unit (DPU)
Merupakan jumlah rata-rata dari defect terhadap jumlah total unit.
00816,039505277
322244UDf (DPU)Per Unit Defect
==
=
5. Total Opportunities (TOP)
Merupakan total peluang (opportunity) dari seluruh total unit.
197526385539505277OP U TOP
=×=×=
6. Defect Per Opportunities (DPO)
Merupakan proporsi defect atas jumlah total peluang dalam sebuah
kelompok.
0016,0197526385
322244TOPDf DPO
==
=
7. Defect Per Milion Opportunities (DPMO)
Merupakan jumlah defect yang akan muncul jika ada satu juta peluang.
1600000.000.10016,01.000.000DPO DPMO
=×=×=
167
8. Level Six Sigma
Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh DPMO sebesar 1600.
Hasil ini apabila dikonversikan ke dalam Tabel Konversi Sigma,
berada di antara nilai 3,15 ≤ x ≤ 3,16 sigma.
x-3,163,15-x
160015781633-1600
=-
x-3,163,15-x
22-33-
=
( ) ( )15,3x22x-3,1633 −=
( ) ( )3,69x2233x-104,28 −=
58,173x55 =
156,3x =
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat sigma pada bagian selektor botol
bersih maka diperoleh nilai tingkat sigma pada proses tersebut sebesar
3,156 sigma. Nilai tingkat sigma tersebut menunjukkan bahwa kapabilitas
proses memiliki peluang terhadap produk defect sebesar 1600 DPMO.
168
3. Perhitungan DPMO dan Tingkat Sigma Proses di Bagian Selektor
Botol Isi
Berikut ini merupakan langkah-langkah perhitungan tingkat sigma pada
proses produksi bagian pos selektor botol isi, antara lain:
1. Unit (U)
Merupakan jumlah unit yang yang diproses pada bagian selektor botol
isi. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari laporan selektor botol
isi maka didapatkan jumlah total unit yang diproses (U), maka
didapatkan :
Botol391830332010)Maret -(Januari Diproses yang Isi BotolJumlah U)(
==
2. Opportunities (OP)
Merupakan variasi yang ditimbulkan dari proses, sehingga akan
menghasilkan produk non-standar. Variasi proses tersebut sama
dengan penentuan Critical To Quality (CTQ) yang telah ditetapkan
perusahaan. Dalam penelitian ini, jumlah opportunities yang diamati
adalah sebanyak 11 kategori.
3. Defect (Df)
Merupakan jumlah cacat yang terjadi selama proses di bagian selektor
botol isi pada bulan Januari-Maret 2010.
Botol1259132010)Maret -(JanuariStandar -NonProduk Jumlah (Df)Defect
==
169
4. Defect Per Unit (DPU)
Merupakan jumlah rata-rata dari defect terhadap jumlah total unit.
0,0032139183033125913UDf (DPU)Per Unit Defect
==
=
5. Total Opportunities (TOP)
Merupakan total peluang (opportunity) dari seluruh total unit.
4310133631139183033OP U TOP
=×=×=
6. Defect Per Opportunities (DPO)
Merupakan proporsi defect atas jumlah total peluang dalam sebuah
kelompok.
00029,0431013363
125913TOPDf DPO
==
=
7. Defect Per Milion Opportunities (DPMO)
Merupakan jumlah defect yang akan muncul jika ada satu juta peluang.
290000.000.100029,01.000.000DPO DPMO
=×=×=
170
8. Level Six Sigma
Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh DPMO sebesar 290.
Hasil ini apabila dikonversikan ke dalam Tabel Konversi Sigma,
berada di antara nilai 3,62 ≤ x ≤ 3,63 sigma.
x-3,633,62-x
290-283295-290
=
x-3,633,62-x
7-5-=
( ) ( )62,3x7x-3,635 −=
( ) ( )34,25x75x-18,15 −=
49,43x12 =
624,3x =
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat sigma pada bagian selektor botol isi
maka diperoleh nilai tingkat sigma pada proses tersebut sebesar 3,624
sigma. Nilai tingkat sigma tersebut menunjukkan bahwa kapabilitas proses
memiliki peluang terhadap produk defect sebesar 290 DPMO.
171
4.2.3 Tahap Analyze
4.2.3.1 Analisis Diagram Pareto
Analisis diagram pareto digunakan penulis untuk menganalisis masalah yang
terjadi pada tiap bagian proses produksi berdasarkan urutan banyaknya
kejadian. Dengan menganalisis menggunakan diagram pareto penulis akan
menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya suatu masalah atau
penyebab dari masalah yang ada. Data yang digunakan penulis dalam
analisis diagram pareto pada bagian selektor botol kotor dan selektor botol
bersih, diperoleh berdasarkan laporan harian produk non-standar di tiap
bagian proses produksi periode bulan Januari-Maret 2010. Untuk analisis
diagram pareto pada bagian selektor botol isi menggunakan data hasil
pengamatan penulis di lapangan periode bulan April-Mei 2010.
1. Bagian Selektor Botol Kotor
Berikut ini analisis diagram pareto pada bagian proses selektor botol
kotor dengan menggunakan data laporan harian produk non-standar
harian pada bagian selektor botol kotor periode bulan Januari-Maret
2010.
172
Tabel 4.25 Data Produk Non-Standar Selektor Botol Kotor
(Januari-Maret 2010)
No Jenis Cacat Frekuensi (pcs)
Frekuensi Kumulatif
Persentase dari Total Unit
Persentase Kumulatif
1 Kotor Cuci 165864 165864 86,61 86,61 2 Botol Asing 12420 178284 6,49 93,09 3 Pecah Luar 9084 187368 4,74 97,84 4 Benda Asing 2966 190334 1,55 99,39 5 Pecah Mesin 1080 191414 0,56 99,95 6 Kotor Musnah 48 191462 0,03 99,97 7 Botol Tertutup 48 191510 0,03 100,00
Total 191510 100,00 Sumber: Hasil Pengolahan Data
Coun
t
Perc
ent
Count2,2
Cum % 86,6 93,1 97,8 100,0
165864 12420 9084 4142Percent 86,6 6,5 4,7
OtherPecah LuarBotol AsingKotor Cuci
200000
150000
100000
50000
0
100
80
60
40
20
0
Pareto Chart of Produk Non-Standar bagian SBK (Jan - Mar 2010)
Diagram 4.3 Diagram Pareto Produk Non-Standar Bagian
Selektor Botol Kotor (Januari-Maret 2010)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
173
Berdasarkan diagram pareto tersebut, dapat diketahui frekuensi
tertinggi timbulnya permasalahan produk non-standar pada bagian selektor
botol kotor adalah mengenai permasalahan kotor cuci dengan persentase
sebesar 86, 6%.
Sesuai dengan prinsip pareto aturan 80/20 yang artinya 80% masalah
yang terjadi diakibatkan oleh 20% penyebab kecacatan, maka kategori
produk non-standar yaitu kotor cuci yang akan dijadikan fokus dalam
menyelesaikan masalah produk non-standar pada bagian selektor botol
kotor.
2. Bagian Selektor Botol Bersih
Berikut ini analisis diagram pareto pada bagian proses selektor botol bersih
dengan menggunakan data laporan harian produk non-standar harian pada
bagian selektor botol bersih periode bulan Januari-Maret 2010.
Tabel 4.26 Data Produk Non-Standar Selektor Botol Bersih
(Januari-Maret 2010)
No Jenis Cacat Frekuensi (pcs)
Frekuensi Kumulatif
Persentase dari Total Unit
Persentase Kumulatif
1 Kotor Cuci 49892 49892 50,94 50,94 2 Botol Pecah 33043 82935 33,74 84,67
3 Kotor Musnah 13486 96421 13,77 98,44
4 Benda Asing 1362 97783 1,39 99,83 5 Botol Asing 165 97948 0,17 100,00
Total 97948 100,00 Sumber: Hasil Pengolahan Data
174
Coun
t
Perc
ent
Count1,6
Cum % 50,9 84,7 98,4 100,0
49892 33043 13486 1527Percent 50,9 33,7 13,8
OtherKotor MusnahBotol PecahKotor Cuci
100000
80000
60000
40000
20000
0
100
80
60
40
20
0
Pareto Chart of Produk Non-Standar Bagian SBB (Jan - Mar 2010)
Diagram 4.4 Diagram Pareto Produk Non-Standar Bagian
Selektor Botol Bersih (Januari-Maret 2010)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan diagram pareto tersebut, dapat diketahui frekuensi
tertinggi timbulnya permasalahan produk non-standar pada bagian selektor
botol bersih adalah mengenai permasalahan kotor cuci dengan persentase
sebesar 50,9% dan permasalahan botol pecah dengan persentase sebesar
33,7%.
Sesuai dengan prinsip pareto aturan 80/20 yang artinya 80% masalah
yang terjadi diakibatkan oleh 20% penyebab kecacatan, maka kategori
produk non-standar yaitu kotor cuci dan botol pecah yang akan dijadikan
fokus dalam menyelesaikan masalah produk non-standar pada bagian
selektor botol bersih.
175
3. Bagian Selektor Botol Isi
Berikut ini analisis diagram pareto pada bagian proses selektor botol isi
dengan menggunakan data pengamatan pada bagian selektor botol isi
periode bulan April-Mei 2010.
Tabel 4.27 Data Produk Non-Standar Selektor Botol Isi (April-Mei 2010)
No Jenis Cacat Frekuensi (pcs)
Frekuensi Kumulatif
Persentase dari Total Unit
Persentase Kumulatif
1 Kosong Tertutup 3202 3202 27,46 27,46 2 Volume Non Std 3129 6331 26,84 54,30 3 Botol Pecah 2681 9012 22,99 77,29 4 Tanpa Tutup 1481 10493 12,70 89,99 5 Tutup Miring 1167 11660 10,01 100,00
Total 11660 100,00 Sumber: Hasil Pengolahan Data
Coun
t
Perc
ent
Count23,0 12,7 10,0
Cum % 27,5 54,3 77,3 90,0 100,0
3202 3129 2681 1481 1167Percent 27,5 26,8
Tutup
Mirin
g
Tanp
a Tutu
p
Botol
Peca
h
Volum
e Non
Std
Koso
ng Tert
utup
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
100
80
60
40
20
0
Pareto Chart of Produk Non-Standar Bagian SBI (Apr - Mei 2010)
Diagram 4.5 Diagram Pareto Produk Non-Standar Bagian
Selektor Botol Isi (April-Mei 2010)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
176
Berdasarkan diagram pareto tersebut, dapat diketahui frekuensi
tertinggi timbulnya permasalahan produk non-standar pada bagian selektor
botol isi adalah mengenai permasalahan kosong tertutup dengan persentase
sebesar 27,5%, selanjutnya permasalahan volume non-standar dengan
persentase 26,8%, dan permasalahan botol pecah dengan persentase sebesar
23%.
Sesuai dengan prinsip pareto aturan 80/20 yang artinya 80% masalah
yang terjadi diakibatkan oleh 20% penyebab kecacatan, maka kategori
produk non-standar yaitu kosong tertutup, volume non-standar, dan botol
pecah yang akan dijadikan fokus dalam menyelesaikan masalah produk
non-standar pada bagian selektor botol isi.
4.2.3.2 Analisis Fishbone Diagram
Diagram Fishbone adalah diagram yang menunjukkan hubungan
sebab-akibat dari sebuah permasalahan yang terjadi. Diagram fishbone
digunakan untuk mencari faktor penyebab dari suatu permasalahan secara
detail dan mencari hubungannya dengan penyimpangan kualitas kerja yang
ditimbulkan.
Pembuatan diagram ini berdasarkan brainstorming dengan pihak
perusahaan mengenai faktor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya
produk non-standar. Oleh karena pada bagian selektor botol kotor dan selektor
botol isi faktor penyebab non-standar didominasi oleh faktor eksternal dari
177
proses produksi maka pada penelitian ini hanya dilakukan pembuatan diagram
fishbone pada proses di bagian selektor botol isi. Berikut ini merupakan
beberapa faktor penyebab terjadinya produk non-standar yang terjadi pada
proses di bagian selektor botol isi antara lain faktor manusia (man), mesin
(machine), metode (method), bahan baku (material), dan keadaan lingkungan
(environment). Analisa diagram fishbone dilakukan pada jenis produk non-
standar yang telah ditentukan berdasarkan diagram pareto.
1. Analisis Diagram Fishbone terhadap jenis defect Kosong Tertutup
Botol kosong tertutup adalah botol yang melewati mesin filler tanpa terisi
TCM dan ditutup oleh crown cork pada mesin crowner. Berikut ini
merupakan hasil wawancara dengan pihak perusahaan guna menganalisis
penyebab kosong tertutup dengan menggunakan diagram fishbone.
Diagram 4.6 Diagram Fishbone Kosong Tertutup
Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
178
Jenis defect kosong tertutup terjadi pada proses bagian selektor botol isi,
yaitu pada saat pengisian TCM ke dalam botol oleh mesin filler. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Man
a. Kurang terampil
Faktor manusia yang kurang terampil karena kurangnya
pemahaman mengenai SOP yang telah ditetapkan perusahaan dan
hanya mengandalkan kebiasaan pada saat melakukan
pekerjaannya, mengakibatkan permasalahan yang timbul pada saat
berlangsungnya produksi tidak ditangani dengan solusi yang tepat.
Apabila tiap operator telah paham akan SOP yang telah ditetapkan
perusahaan, maka operator akan lebih teliti dalam menjalankan
mesin, dan dengan segera memperbaiki apa yang salah pada saat
pengoperasian mesin.
b. Kurang Konsentrasi
Faktor kurangnya konsentrasi akibat mengantuk, lelah ataupun
terlalu banyak mengobrol dengan operator/selektor lainnya
menyebabkan selektor lalai saat mengawasi botol yang melintasi
di posnya. Kurangnya konsentrasi juga mengakibatkan para
operator tidak tanggap terhadap botol yang jatuh di conveyor.
Botol yang terjatuh di conveyor seharusnya langsung diposisikan
179
kembali dengan benar di conveyor, sehingga botol yang berada di
belakangnya tidak menabrak sehingga botol tersebut pecah.
2. Machine
Umur mesin yang sudah tua, dan penggunaan beberapa komponen
mesin yang tidak orisinil yang dikarenakan sulitnya untuk
mendapatkan komponen tersebut sama seperti aslinya mengakibatkan
beberapa kesalahan pada saat mesin filler beroperasi. Berikut ini
merupakan beberapa kesalahan yang terjadi pada saat mesin filler
beroperasi yang dapat mengakibatkan terjadinya produk non-standar
dengan kategori kosong tertutup, antara lain:
a. Karet Bocor
Karet pada filling valve berfungsi untuk menjaga kondisi vacuum
(hampa udara) dalam botol pada saat dilakukan proses
penghisapan udara yang ada di dalam botol oleh mesin vacuum
yang ada pada bagian mesin filler. Dengan keadaan yang vacuum
tersebut, akan memicu Teh Cair Manis (TCM) yang ada pada
bagian tangki mesin filler turun mengisi botol tersebut. Apabila
karet tersebut bocor maka udara yang dihisap tidak optimal, dan
keadaan dalam botol tidak sepenuhnya hampa udara. Hal ini yang
menyebabkan TCM yang turun juga tidak optimal sehingga
volume TCM yang terisi pada botol tidak sesuai dengan standar
yang ditentukan.
180
b. Pegas Error
Pada komponen filling valve terdapat pegas yang berfungsi untuk
menyesuaikan filling valve dengan tinggi botol yang masuk ke
mesin filler. Kemampuan elastisitas pegas dalam menyesuaikan
tinggi botol dengan filling valve akan mempengaruhi pada saat
pengisian TCM ke dalam botol. Pegas yang sudah tidak memiliki
elastisitas yang baik akan mengakibatkan filling valve masuk ke
dalam botol dalam keadaan yang tidak standar, akibatnya proses
pengisian TCM menjadi tidak sesuai batas standar yang telah
ditetapkan perusahaan.
c. Kurang Maintenance
Kesalahan pada saat mesin beroperasi dapat terjadi antara lain
karena kurang teliti pada saat melakukan maintenance sehingga
error pada mesin tidak dapat dihindari. Selain itu kesalahan mesin
yang tidak segera diperbaiki pada saat maintenance akan
mengakibatkan bertambahnya jumlah produk non-standar.
3. Method
a. Guide Infeed Filler
Guide infeed filler berfungsi untuk mengatur posisi botol saat
masuk ke mesin filler. Setting yang tidak tepat dapat menyebabkan
posisi botol miring pada saat masuk ke mesin filler. Hal ini
181
menyebabkan TCM tidak terisi sempurna karena sebagian TCM
tidak masuk ke dalam botol.
4. Material
a. Botol Sudah Retak atau Gumpil
Apabila botol yang digunakan pada proses produksi sudah retak
atau gumpil, maka pengisian TCM menjadi tidak sesuai batas
standar yang telah ditetapkan. Hal ini diakibatkan karena pada saat
proses penghisapan udara oleh mesin vacuum yang ada pada
bagian mesin filler tidak optimal, karena ada bagian botol yang
retak / gumpil, sehingga keadaan dalam botol tidak dapat menjadi
hampa udara. Dengan keadaan yang tidak hampa udara filling
valve tidak dapat mengisi TCM ke dalam botol dengan optimal.
Botol yang retak / gumpil tersebut dapat lolos hingga ke proses
bagian selektor botol isi karena mesin EBI tidak mendeteksi botol
non-standar tersebut pada saat melewatinya. Selain itu juga
disebabkan karena selektor yang lalai sehingga produk non-
standar tersebut tidak diseleksi di pos selektor.
5. Environment
a. Suasana Tidak Nyaman
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, kondisi lingkungan
pada lantai produksi memiliki tingkat temperatur dan kebisingan
yang cukup tinggi. Kondisi seperti ini menyebabkan
182
operator/selektor tidak nyaman dalam melakukan pekerjaan
sehingga kehilangan konsentrasi saat sedang bekerja. Selain itu
kondisi kebersihan yang kurang terawat pada lantai produksi juga
mempengaruhi kenyamanan operator/selektor saat bekerja.
2. Analisis Diagram Fishbone terhadap jenis defect Volume Non-Standar
Berdasarkan analisis diagram pareto yang penulis lakukan pada bagian
sebelumnya, kategori produk non-standar yaitu volume non-standar
memiliki frekuensi tertinggi kedua dalam permasalahan produk non-
standar pada bagian selektor botol isi dengan persentase sebesar 26,8 %.
Volume non-standar terjadi akibat kesalahan pada saat pengisian Teh
Cair Manis (TCM) di mesin filler, yang mengakibatkan volume TCM
dalam botol isi tidak sesuai dengan ukuran standar yang telah ditetapkan
perusahaan. Botol isi dengan volume non-standar akan melalui proses
recycling, baik pada botol yang akan dilakukan proses pencucian kembali
pada mesin bottle washer dan cairan TCM yang terisi pada botol akan
dilakukan pemasakan kembali. Berikut ini merupakan hasil wawancara
dengan pihak perusahaan guna menganalisis penyebab volume non-standar
dengan menggunakan diagram fishbone.
183
Diagram 4.7 Diagram Fishbone Volume Non-Standar
Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab kemungkinan terjadinya
produk defect volume non-standar pada saat pengisian TCM di mesin filler,
antara lain:
1. Man
a. Kurang terampil
Faktor manusia yang kurang terampil karena kurangnya
pemahaman mengenai SOP yang telah ditetapkan perusahaan dan
hanya mengandalkan kebiasaan pada saat melakukan
pekerjaannya, mengakibatkan permasalahan yang timbul pada saat
berlangsungnya produksi tidak ditangani dengan solusi yang tepat.
Apabila tiap operator telah paham akan SOP yang telah ditetapkan
184
perusahaan, maka operator akan lebih teliti dalam menjalankan
mesin, dan dengan segera memperbaiki apa yang salah pada saat
pengoperasian mesin.
b. Kurang Konsentrasi
Faktor kurangnya konsentrasi akibat mengantuk, lelah ataupun
terlalu banyak mengobrol dengan operator/selektor lainnya
menyebabkan selektor lalai saat mengawasi botol yang melintasi
di posnya. Kurangnya konsentrasi juga mengakibatkan para
operator tidak tanggap terhadap botol yang jatuh di conveyor.
Botol yang terjatuh di conveyor seharusnya langsung diposisikan
kembali dengan benar di conveyor, sehingga botol yang berada di
belakangnya tidak menabrak sehingga botol tersebut pecah.
2. Machine
Volume non-standar terjadi karena proses pengisian TCM pada botol
kosong yang tidak standar di mesin filler, hal tersebut disebabkan
karena posisi botol yang miring pada saat pengisian dan kesalahan lain
pada mesin filler diantaranya:
a. Karet Bocor
Karet pada filling valve berfungsi untuk menjaga kondisi vacuum
(hampa udara) dalam botol pada saat dilakukan proses
penghisapan udara yang ada di dalam botol oleh mesin vacuum
yang ada pada bagian mesin filler. Dengan keadaan yang vacuum
185
tersebut, akan memicu Teh Cair Manis (TCM) yang ada pada
bagian tangki mesin filler turun mengisi botol tersebut. Apabila
karet tersebut bocor maka udara yang dihisap tidak optimal, dan
keadaan dalam botol tidak sepenuhnya hampa udara. Hal ini yang
menyebabkan TCM yang turun juga tidak optimal sehingga
volume TCM yang terisi pada botol tidak sesuai dengan standar
yang ditentukan.
b. Pegas Error
Pada komponen filling valve terdapat pegas yang berfungsi untuk
menyesuaikan filling valve dengan tinggi botol yang masuk ke
mesin filler. Kemampuan elastisitas pegas dalam menyesuaikan
tinggi botol dengan filling valve akan mempengaruhi pada saat
pengisian TCM ke dalam botol. Pegas yang sudah tidak memiliki
elastisitas yang baik akan mengakibatkan filling valve masuk ke
dalam botol dalam keadaan yang tidak standar, akibatnya proses
pengisian TCM menjadi tidak sesuai batas standar yang telah
ditetapkan perusahaan.
c. Filling Valve Terlalu Turun
Filling valve adalah pipa/saluran untuk mengalirkan TCM yang
berada pada mesin filler ke dalam botol. Posisi filling valve yang
terlalu turun dapat mengakibatkan proses pengisian TCM ke
dalam botol tidak tepat, sehingga volume TCM yang berada dalam
186
botol tidak standar karena cairan TCM akan terisi pada botol
berdasarkan pada batas filling valve yang masuk ke dalam botol.
d. Kurang Maintenance
Troubleshooting atau kesalahan pada saat mesin beroperasi dapat
terjadi antara lain karena kurang teliti pada saat melakukan
maintenance sehingga error pada mesin tidak dapat dihindari.
Selain itu kesalahan mesin yang tidak segera diperbaiki pada saat
maintenance akan mengakibatkan bertambahnya jumlah produk
non-standar.
3. Method
a. Guide Infeed Filler
Guide infeed filler berfungsi untuk mengatur posisi botol saat
masuk ke mesin filler. Setting yang tidak tepat dapat menyebabkan
posisi botol miring pada saat masuk ke mesin filler. Hal ini
menyebabkan TCM tidak terisi sempurna karena sebagian TCM
tidak masuk ke dalam botol.
4. Material
a. Botol Sudah Retak atau Gumpil
Apabila botol yang digunakan pada proses produksi sudah retak
atau gumpil, maka pengisian TCM menjadi tidak sesuai batas
standar yang telah ditetapkan. Hal ini diakibatkan karena pada saat
proses penghisapan udara oleh mesin vacuum yang ada pada
187
bagian mesin filler tidak optimal, karena ada bagian botol yang
retak / gumpil, sehingga keadaan dalam botol tidak dapat menjadi
hampa udara. Dengan keadaan yang tidak hampa udara filling
valve tidak dapat mengisi TCM ke dalam botol dengan optimal.
Botol yang retak / gumpil tersebut dapat lolos hingga ke proses
bagian selektor botol isi karena mesin EBI tidak mendeteksi botol
non-standar tersebut pada saat melewatinya. Selain itu juga
disebabkan karena selektor yang lalai sehingga produk non-
standar tersebut tidak diseleksi di pos selektor.
5. Environment
a. Suasana Tidak Nyaman
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, kondisi lingkungan
di lantai produksi memiliki tingkat temperatur dan kebisingan
yang cukup tinggi. Kondisi seperti ini menyebabkan
operator/selektor tidak nyaman dalam melakukan pekerjaan
sehingga kehilangan konsentrasi saat sedang bekerja. Selain itu
kondisi kebersihan yang kurang terawat pada lantai produksi juga
mempengaruhi kenyamanan operator/selektor saat bekerja.
188
3. Analisis Diagram Fishbone terhadap jenis defect Botol Pecah
Salah satu produk non-standar yang terjadi pada tiap proses di bagian
selektor adalah botol pecah. Botol pecah merupakan botol yang telah terisi
maupun belum terisi TCM dan pecah pada saat proses produksi.
Banyaknya botol pecah pada saat proses produksi tentunya merupakan
bentuk pemborosan dari segi penggunaan bahan baku material.
Pada kasus terjadinya botol pecah di bagian selektor botol isi, botol
non-standar tersebut dihancurkan karena tidak dapat di recycling. TCM
yang tersisa juga harus dibuang karena menghindari penggunaan TCM
yang telah tercampur kaca pecahan botol. Berikut ini merupakan hasil
wawancara dengan pihak perusahaan mengenai penyebab botol pecah.
Diagram 4.8 Diagram Fishbone Botol Pecah
Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
189
Berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab kemungkinan terjadinya
produk defect botol pecah pada saat pengisian TCM di mesin filler, antara
lain:
1. Man
a. Kurang terampil
Faktor manusia yang kurang terampil karena kurangnya
pemahaman mengenai SOP yang telah ditetapkan perusahaan dan
hanya mengandalkan kebiasaan pada saat melakukan
pekerjaannya, mengakibatkan permasalahan yang timbul pada saat
berlangsungnya produksi tidak ditangani dengan solusi yang tepat.
Apabila tiap operator telah paham akan SOP yang telah ditetapkan
perusahaan, maka operator akan lebih teliti dalam menjalankan
mesin, dan dengan segera memperbaiki apa yang salah pada saat
pengoperasian mesin.
b. Kurang Konsentrasi
Faktor kurangnya konsentrasi akibat mengantuk, lelah ataupun
terlalu banyak mengobrol dengan operator/selektor lainnya
menyebabkan selektor lalai saat mengawasi botol yang melintasi
di posnya. Kurangnya konsentrasi juga mengakibatkan para
operator tidak tanggap terhadap botol yang jatuh di conveyor.
Botol yang terjatuh di conveyor seharusnya langsung diposisikan
190
kembali dengan benar di conveyor, sehingga botol yang berada di
belakangnya tidak menabrak sehingga botol tersebut pecah.
2. Machine
a. Botol Terjepit Mesin
Pegas yang terdapat pada mesin crowner berfungsi sebagai
pendorong pada saat pemasangan crown cork. Elastisitas pegas
yang tidak sesuai dapat menyebabkan mesin crowner menekan
botol terlalu keras sehingga botol tersebut menjadi retak. Apabila
botol sudah retak pada saat memasuki mesin crowner akan
menyebabkan botol pecah.
b. Botol Jatuh di Conveyor
Conveyor yang tidak berjalan dengan normal/tersendat dapat
mengakibatkan botol yang berdiri di atas conveyor terjatuh. Botol
yang terjatuh tersebut apabila tidak segera dikembalikan ke posisi
semula dan terbawa sampai ke tikungan, akan jatuh ke lantai dan
pecah.
c. Kurang Maintenance
Kesalahan pada saat mesin beroperasi dapat terjadi antara lain
karena kurang teliti pada saat melakukan maintenance sehingga
error pada mesin tidak dapat dihindari. Selain itu kesalahan mesin
191
yang tidak segera diperbaiki pada saat maintenance akan
mengakibatkan bertambahnya jumlah produk non-standar.
3. Method
a. Setting Gigi Spiral
Gigi spiral berfungsi untuk mengarahkan botol pada starwheel
infeed. Kemudian dari starwheel infeed botol masuk ke mesin
filler. Setting gigi spiral yang tidak tepat menyebabkan botol yang
melewatinya menjadi terjepit dan menyebabkan botol retak
maupun pecah.
b. Setting Mesin Filler
Pada mesin filler terdapat komponen berbentuk katup yang
dinamakan filling valve. Filling valve berfungsi mengisi TCM ke
dalam botol yang melewati mesin filler. Setting yang tidak tepat
pada filling valve menyebabkan botol terjepit dan pecah saat
memasuki mesin filler.
c. Setting Sliding Plat, Table Plat dan Top Chain
Pada saat botol memasuki filler posisi top chain harus lebih tinggi
± 1 mm dari sliding plat. Sedangkan pada saat keluar dari filler
posisi sliding plat harus lebih tinggi ± 1 mm dari top chain. Untuk
setting posisi table plat di filler, pada saat botol masuk filler
posisinya harus lebih rendah dari sliding plat dan posisinya harus
lebih tinggi dari sliding plat pada saat keluar dari mesin filler.
192
Apabila posisi ketiganya tidak sesuai dengan semestinya, maka
botol akan menabrak dan kemungkinan akan terjatuh sehingga
pecah.
d. Setting Guide Infeed Crowner
Guide infeed crowner berfungsi untuk mengatur posisi botol saat
masuk ke mesin crowner dari mesin filler. Setting yang tidak tepat
dapat menyebabkan botol miring pada saat masuk ke crowner
sehingga pada saat crowner menekan botol tersebut akan pecah.
4. Material
a. Botol Sudah Retak atau Gumpil
Apabila botol yang digunakan pada proses produksi sudah retak
atau gumpil, maka pengisian TCM menjadi tidak sesuai batas
standar yang telah ditetapkan. Hal ini diakibatkan karena pada saat
proses penghisapan udara oleh mesin vacuum yang ada pada
bagian mesin filler tidak optimal, karena ada bagian botol yang
retak / gumpil, sehingga keadaan dalam botol tidak dapat menjadi
hampa udara. Dengan keadaan yang tidak hampa udara filling
valve tidak dapat mengisi TCM ke dalam botol dengan optimal.
Botol yang retak / gumpil tersebut dapat lolos hingga ke proses
bagian selektor botol isi karena mesin EBI tidak mendeteksi botol
non-standar tersebut pada saat melewatinya. Selain itu juga
193
disebabkan karena selektor yang lalai sehingga produk non-
standar tersebut tidak diseleksi di pos selektor.
5. Environment
a. Suasana Tidak Nyaman
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, kondisi lingkungan
di lantai produksi memiliki tingkat temperatur dan kebisingan
yang cukup tinggi. Kondisi seperti ini menyebabkan
operator/selektor tidak nyaman dalam melakukan pekerjaan
sehingga kehilangan konsentrasi saat sedang bekerja. Selain itu
kondisi kebersihan yang kurang terawat pada lantai produksi juga
mempengaruhi kenyamanan operator/selektor saat bekerja.
4.2.3.3 Analisis Five Whys Diagram
Diagram five whys adalah diagram yang menunjukkan akar dari sebuah
permasalahan dengan cara bertanya lima kali mengapa terhadap suatu
ketidaksesuaian yang terjadi dalam proses produksi. Diagram five whys dibuat
berdasarkan informasi yang telah diperoleh pada pembuatan diagram
fishbone. Faktor - faktor yang sebelumnya dipisahkan pada diagram fishbone
dapat saling berkaitan pada diagram Five Whys sehingga akar permasalahan
dapat ditemukan dan dicarikan solusi tepat untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
194
1. Analisis Diagram Five Whys terhadap jenis defect Kosong Tertutup
Berikut ini merupakan analisis terjadinya produk dengan kategori kosong
tertutup pada bagian selektor botol isi menggunakan diagram five whys.
Diagram 4.9 Diagram Five Whys Kosong Tertutup
Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan analisis menggunakan diagram five whys tersebut maka dapat
terlihat faktor utama yang menyebabkan produk non-standar dengan
kategori kosong tertutup, antara lain:
• Botol yang Sudah Retak / Gumpil
Botol retak/gumpil dapat lolos sampai ke mesin filler antara lain
disebabkan karena selektor yang lalai dan karena mesin EBI yang tidak
mendeteksi saat melewatinya. Penyebab selektor lalai antara lain
adalah karena kurangnya konsentrasi yang disebabkan suasana yang
195
tidak nyaman karena panas, bising dan keadaan area kerja yang kurang
bersih. Sedangkan penyebab mesin EBI tidak mendeteksi botol
retak/gumpil adalah karena kurangnya ketelitian saat maintenance.
Sedangkan kelalaian selektor disebabkan antara lain karena kurangnya
konsentrasi. Faktor lingkungan menjadi pemicunya, yaitu suasana
yang tidak nyaman seperti panas, bising, dan kurangnya kebersihan di
tempat kerja.
• Posisi Botol Miring
Sedangkan penyebab terjadinya kosong tertutup lainnya seperti posisi
botol yang miring saat memasuki mesin filler dan pengisian TCM yang
tidak optimal antara lain diakibatkan karena terjadi masalah pada
mesin yang tidak segera ditindaklanjuti dan kesalahan saat melakukan
setting awal. Hal ini disebabkan operator yang kurang memahami
SOP.
• Pengisian TCM pada mesin filler yang tidak optimal
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pengisian TCM pada
mesin filler tidak optimal antara lain karena pegas error dan karet
bocor. Faktor tersebut sebenarnya dapat dihindari dengan cara
melakukan maintenance yang teliti dan sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan perusahaan.
196
2. Analisis Diagram Five Whys terhadap jenis defect Volume Non-
standar
Berikut ini merupakan analisis terjadinya produk dengan kategori volume
non-standar pada bagian selektor botol isi menggunakan diagram five whys.
Diagram 4.10 Diagram Five Whys Volume Non-Standar
Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
Berdasarkan analisis menggunakan diagram five whys tersebut maka dapat
terlihat faktor utama yang menyebabkan produk non-standar dengan
kategori volume non-standar, antara lain:
197
• Botol yang Sudah Retak / Gumpil
Botol retak / gumpil dapat lolos sampai ke mesin filler antara lain
disebabkan karena selektor yang lalai dan karena mesin EBI yang tidak
mendeteksi saat melewatinya. Penyebab selektor lalai antara lain
adalah karena kurangnya konsentrasi yang disebabkan suasana yang
tidak nyaman karena panas, bising dan keadaan area kerja yang kurang
bersih. Sedangkan penyebab mesin EBI tidak mendeteksi botol retak /
gumpil adalah karena kurangnya ketelitian saat maintenance.
Sedangkan kelalaian selektor disebabkan antara lain karena kurangnya
konsentrasi. Faktor lingkungan menjadi pemicunya, yaitu suasana
yang tidak nyaman seperti panas, bising, dan kurangnya kebersihan di
tempat kerja.
• Posisi Botol Miring
Sedangkan penyebab terjadinya volume non-standar lainnya seperti
posisi botol yang miring saat memasuki mesin filler dan pengisian
TCM yang tidak optimal antara lain diakibatkan karena terjadi masalah
pada mesin yang tidak segera ditindaklanjuti dan kesalahan saat
melakukan setting awal. Hal ini disebabkan operator yang kurang
memahami SOP.
198
• Pengisian TCM pada mesin filler yang tidak optimal
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pengisian TCM pada
mesin filler tidak optimal antara lain karena pegas error, karet bocor,
dan posisi filling valve yang terlalu turun. Faktor tersebut sebenarnya
dapat dihindari dengan cara melakukan maintenance yang teliti dan
sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan perusahaan.
3. Analisis Diagram Five Whys terhadap jenis defect Botol Pecah
Diagram 4.11 Diagram Five Whys Botol Pecah
Sumber: Hasil wawancara dengan supervisor lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung
199
Berdasarkan analisis menggunakan diagram five whys tersebut maka dapat
terlihat faktor utama yang menyebabkan produk non-standar dengan
kategori botol pecah, antara lain:
• Botol yang Sudah Retak/Gumpil
Botol retak/gumpil dapat lolos sampai ke mesin filler antara lain
disebabkan karena selektor yang lalai dan karena mesin EBI yang tidak
mendeteksi saat melewatinya. Penyebab selektor lalai antara lain
adalah karena kurangnya konsentrasi yang disebabkan suasana yang
tidak nyaman karena panas, bising dan keadaan area kerja yang kurang
bersih. Sedangkan penyebab mesin EBI tidak mendeteksi botol
retak/gumpil adalah karena kurangnya ketelitian saat maintenance.
Sedangkan kelalaian selektor disebabkan antara lain karena kurangnya
konsentrasi. Faktor lingkungan menjadi pemicunya, yaitu suasana
yang tidak nyaman seperti panas, bising, dan kurangnya kebersihan di
tempat kerja.
• Botol Jatuh di Conveyor
Berdasarkan hasil brainstorming penulis dengan pihak perusahaan,
faktor yang menyebabkan botol jatuh di conveyor antara lain
disebabkan oleh kesalahan pada saat setting posisi sliding plat, table
plat, dan top chain, serta pergerakan dari conyevor yang error. Faktor
tersebut seharusnya bisa ditangani apabila dilakukan maintenance
200
yang teliti dan tepat sesuai dengan SOP yang ditentukan oleh
perusahaan.
• Botol Terjepit di Mesin
Berdasarkan hasil brainstorming penulis dengan pihak perusahaan,
faktor yang menyebabkan botol terjepit di mesin antara lain
disebabkan oleh pegas yang error, setting filling valve, setting gigi
spiral, setting guide infeed crowner yang tidak tepat. Faktor tersebut
seharusnya bisa ditangani apabila dilakukan maintenance yang teliti
dan tepat sesuai dengan SOP yang ditentukan oleh perusahaan.
4.2.3.4 Analisis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan alat yang
digunakan untuk mengidentifikasikan dan menilai resiko yang berhubungan
dengan potensial kegagalan. Dalam pembuatan FMEA ditentukan terlebih
dahulu efek yang ditimbulkan dari kegagalan pada proses, penyebab dari
kegagalan dan kontrol yang dilakukan untuk mencegah terjadinya efek dari
kegagalan proses tersebut. Penyelesaian masalah yang ada ditentukan
dengan menghitung nilai RPN (Risk Priority Number) yang merupakan hasil
perkalian antara nilai Severity (S), Occurance (O), dan Detectability (D).
Penilaian terhadap nilai Severity (S), Occurance (O), dan Detectability (D)
adalah berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di lapangan dan analisa
201
terhadap laporan produk non-standar harian yang diperoleh dari perusahaan.
Berikut ini merupakan tabel analisis dengan metode FMEA.
1. Analisis Jenis Kegagalan Kosong Tertutup
Tabel 4.28 Analisis FMEA Jenis Kegagalan Kosong Tertutup
Fungsi Proses
Jenis Kegagalan
Efek dari Kegagalan S Penyebab
Kegagalan O Kontrol
yang dilakukan
D RPN Penanggulangan
Pengisian TCM Pada Mesin Filler
Kosong Tertutup
Menghasilkan Produk Non-Standar, Menyebabkan proses recycling, dan Pemborosan dalam hal bahan baku.
5
Botol sudah retak atau gumpil
4
Peningkatan pengawasan pada selektor botol bersih
3 60
Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI
Posisi botol miring
3
Melakukan pengecekan setiap 10 menit pada tiap botol yang masuk ke dalam proses
6 90
Melakukan setting guide infeed filler dengan tepat
Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar
2
Melakukan pengecekan terhadap komponen mesin filler seperti pegas, karet, dan posisi filling valve
8 80
Mengganti komponen mesin filler tepat pada waktunya
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai bobot nilai yang diberikan
penulis dalam perhitungan RPN (Risk Priority Number) untuk kategori
jenis kegagalan kosong tertutup pada proses pengisian TCM di mesin filler.
202
a. Severity
Severity rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan tingkat
keseriusan atau keparahan dari efek yang ditimbulkan akibat adanya
kegagalan. Untuk bobot nilai Severity pada jenis kegagalan kosong
tertutup, penulis memberikan bobot nilai sebesar 5 poin. Nilai 5 poin
tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki
efek yang rendah, karena 100% produk dapat di-rework. Proses
recycling yang dilakukan yaitu dengan cara pencucian ulang botol
pada mesin bottle washer. Adapun dengan jenis kegagalan kosong
tertutup pada produk, maka akan mengakibatkan terhambatnya proses
produksi di bagian selektor botol isi, karena dengan timbulnya kondisi
seperti ini, operator mesin filler akan melakukan pemberhentian
sementara proses pengisian Teh Cair Manis guna melakukan
pengecekan terhadap komponen yang ada pada mesin filler dan
tentunya pemborosan waktu produksi karena terjadinya proses
recycling botol ke dalam mesin bottle washer untuk dilakukan
pencucian kembali.
b. Occurance
Occurance rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan
rating frekuensi kemunculan kegagalan. Berikut ini merupakan
penjabaran occurance rate pada tiap faktor penyebab kegagalan.
203
• Botol sudah retak atau gumpil
Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan
karena botol sudah retak/gumpil, penulis memberikan bobot nilai
sebesar 4 poin. Nilai 4 poin tersebut menunjukkan bahwa produk
non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya penyebab
kegagalan dengan tingkat sedang dan memiliki tingkat
kemungkinan kegagalan 1 dari 2000.
• Posisi botol miring
Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan
karena posisi botol miring, penulis memberikan bobot nilai
sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut menunjukkan bahwa produk
non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya penyebab
kegagalan dengan tingkat rendah dan memiliki tingkat
kemungkinan kegagalan 1 dari 15000.
• Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar
Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan
karena pengisian TCM pada mesin filler tidak standar, penulis
memberikan bobot nilai sebesar 2 poin. Nilai 2 poin tersebut
menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki
peluang terjadinya penyebab kegagalan dengan tingkat rendah dan
memiliki tingkat kemungkinan kegagalan 1 dari 150000.
204
c. Detectability
Detectability adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan rating
atau tingkat kemampuan dari sistem pengendalian saat ini untuk
mendeteksi atau menemukan setiap modus kegagalan.
• Botol sudah retak atau gumpil
Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan
karena botol sudah retak atau gumpil, penulis memberikan bobot
nilai sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut menunjukkan bahwa
diperlukan inspeksi terhadap produk untuk memastikan bahwa
terdapat keretakan atau gumpil pada bagian botol. Adapun hal
yang biasa operator lakukan untuk membuktikan bahwa botol
tersebut sudah retak atau gumpil yaitu dengan mengecek kondisi
fisik pada botol khususnya pada bagian bibir botol yang rentan
terhadap retak atau gumpil.
• Posisi botol miring
Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan
karena posisi botol miring, penulis memberikan bobot nilai
sebesar 6 poin. Nilai 6 poin tersebut menunjukkan bahwa
diperlukan inspeksi dan pembongkaran sederhana terhadap
komponen mesin filler untuk memastikan keadaan botol tidak
miring pada saat masuk. Adapun hal yang biasa operator lakukan
205
dalam hal pengecekan posisi botol miring yaitu dengan cara
melakukan cek terhadap botol yang masuk ke dalam mesin filler
setiap 10 menit, apabila timbul produk non-standar yang
signifikan maka operator akan melakukan setting ulang pada guide
infeed filler.
• Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar
Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan
karena pengisian TCM pada mesin filler yang tidak standar,
penulis memberikan bobot nilai sebesar 8 poin. Nilai 8 poin
tersebut menunjukkan bahwa diperlukan inspeksi dan
pembongkaran yang kompleks terhadap komponen mesin filler.
Adapun hal yang biasa operator lakukan dalam hal pengecekan
terhadap kegagalan proses pengisian TCM ke dalam botol adalah
dengan cara melakan pengecekan terhadap komponen mesin filler
seperti pegas, karet, dan posisi filling valve.
206
2. Analisis Jenis Kegagalan Volume Non-standar
Tabel 4.29 Analisis FMEA Jenis Kegagalan Volume Non-Standar
Fungsi Proses
Jenis Kegagalan
Efek dari Kegagalan S Penyebab
Kegagalan O Kontrol
yang dilakukan
D RPN Penanggulangan
Pengisian TCM Pada Mesin Filler
Volume Non- Standar
Menghasilkan produk non-standar, Menyebabkan proses recycling, dan Pemborosan dalam penggunaan TCM.
5
Botol sudah retak atau gumpil
4
Peningkatan pengawasan pada selektor botol bersih
3 60
Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI
Posisi botol miring
3
Melakukan pengecekan setiap 10 menit pada tiap botol yang masuk ke dalam proses
6 90
Melakukan setting guide infeed filler dengan tepat
Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar
2
Melakukan pengecekan terhadap komponen mesin filler seperti pegas, karet, dan posisi filling valve
8 80
Mengganti komponen mesin filler tepat pada waktunya
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai bobot nilai yang diberikan
penulis dalam perhitungan RPN (Risk Priority Number) untuk kategori
jenis kegagalan volume non-standar pada proses pengisian TCM di mesin
filler.
a. Severity
Severity rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan tingkat
keseriusan atau keparahan dari efek yang ditimbulkan akibat adanya
207
kegagalan. Untuk bobot nilai Severity pada jenis kegagalan volume
non-standar, penulis memberikan bobot nilai sebesar 5 poin. Nilai 5
poin tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut
memiliki efek yang rendah, karena 100% produk dapat di-rework.
Proses recycling yang dilakukan yaitu dengan cara mengolah kembali
Teh Cair Manis yang masih dalam keadaan standar dan pencucian
ulang botol pada mesin bottle washer. Adapun dengan jenis kegagalan
volume non-standar pada produk, maka akan mengakibatkan
terhambatnya proses produksi di bagian selektor botol isi, karena
dengan timbulnya kondisi seperti ini, operator mesin filler akan
melakukan pemberhentian sementara proses pengisian Teh Cair Manis
guna melakukan pengecekan terhadap komponen yang ada pada mesin
filler dan tentunya pemborosan baik waktu produksi karena terjadinya
proses recycling botol ke dalam mesin bottle washer untuk dilakukan
pencucian kembali dan pemborosan bahan baku jika TCM sudah tidak
layak untuk dilakukan proses recycling.
b. Occurance
Occurance rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan
rating frekuensi kemunculan kegagalan. Berikut ini merupakan
penjabaran occurance rate pada tiap faktor penyebab kegagalan.
208
• Botol sudah retak atau gumpil
Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan
karena botol sudah retak atau gumpil, penulis memberikan bobot
nilai sebesar 4 poin. Nilai 4 poin tersebut menunjukkan bahwa
produk non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya
penyebab kegagalan dengan tingkat sedang dan memiliki tingkat
kemungkinan kegagalan 1 dari 2000.
• Posisi botol miring
Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan
karena posisi botol miring, penulis memberikan bobot nilai
sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut menunjukkan bahwa produk
non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya penyebab
kegagalan dengan tingkat rendah dan memiliki tingkat
kemungkinan kegagalan 1 dari 15000.
• Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar
Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan
karena pengisian TCM pada mesin filler tidak standar, penulis
memberikan bobot nilai sebesar 2 poin. Nilai 2 poin tersebut
menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki
peluang terjadinya penyebab kegagalan dengan tingkat rendah dan
memiliki tingkat kemungkinan kegagalan 1 dari 150000.
209
c. Detectability
Detectability adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan rating
atau tingkat kemampuan dari sistem pengendalian saat ini untuk
mendeteksi atau menemukan setiap modus kegagalan.
• Botol sudah retak atau gumpil
Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan
karena botol sudah retak atau gumpil, penulis memberikan bobot
nilai sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut menunjukkan bahwa
diperlukan inspeksi terhadap produk untuk memastikan bahwa
terdapat keretakan atau gumpil pada bagian botol. Adapun hal
yang biasa operator lakukan untuk membuktikan bahwa botol
tersebut sudah retak atau gumpil yaitu dengan mengecek kondisi
fisik pada botol khususnya pada bagian bibir botol yang rentan
terhadap retak atau gumpil.
• Posisi botol miring
Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan
karena posisi botol miring, penulis memberikan bobot nilai
sebesar 6 poin. Nilai 6 poin tersebut menunjukkan bahwa
diperlukan inspeksi dan pembongkaran sederhana terhadap
komponen mesin filler untuk memastikan keadaan botol tidak
miring pada saat masuk. Adapun hal yang biasa operator lakukan
210
dalam hal pengecekan posisi botol miring yaitu dengan cara
melakukan cek terhadap botol yang masuk ke dalam mesin filler
setiap 10 menit, apabila timbul produk non-standar yang
signifikan maka operator akan melakukan setting ulang pada guide
infeed filler.
• Pengisian TCM pada mesin filler tidak standar
Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan
karena pengisian TCM pada mesin filler yang tidak standar,
penulis memberikan bobot nilai sebesar 8 poin. Nilai 8 poin
tersebut menunjukkan bahwa diperlukan inspeksi dan
pembongkaran yang kompleks terhadap komponen mesin filler.
Adapun hal yang biasa operator lakukan dalam hal pengecekan
terhadap kegagalan proses pengisian TCM ke dalam botol adalah
dengan cara melakan pengecekan terhadap komponen mesin filler
seperti pegas, karet, dan posisi filling valve.
211
3. Analisis Jenis Kegagalan Botol Pecah
Tabel 4.30 Analisis FMEA Jenis Kegagalan Botol Pecah
Fungsi Proses
Jenis Kegagalan
Efek dari Kegagalan S Penyebab
Kegagalan O Kontrol
yang dilakukan
D RPN Penanggulangan
Pengisian TCM Pada Mesin Filler
Botol Pecah
Menghasilkan produk non-standar, Pemborosan dalam penggunaan botol, dan Tidak tercapainya target produksi.
7
Botol sudah retak atu gumpil
4
Peningkatan pengawasan pada selektor botol bersih
3 84
Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI
Jatuh di conveyor 2
Melakukan pengecekan pada bagian sliding plat, table plat, top chain, dan pergerakan conveyor
3 42
Melakukan setting pada bagian sliding plat, table plat, top chain, dan, pergerakan conveyor dengan tepat pada set up awal produksi
Terjepit pada mesin 2
Melakukan pengecekan pada bagian filling valve, gigi spiral, dan guide infeed crowner
7 98
Melakukan setting pada bagian filling valve, gigi spiral, dan guide infeed crowner dengan tepat pada set up awal produksi
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai bobot nilai yang diberikan
penulis dalam perhitungan RPN (Risk Priority Number) untuk kategori
jenis kegagalan botol pecah pada proses pengisian TCM di mesin filler.
a. Severity
Severity rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan tingkat
keseriusan atau keparahan dari efek yang ditimbulkan akibat adanya
kegagalan. Untuk bobot nilai Severity pada jenis kegagalan botol
pecah, penulis memberikan bobot nilai sebesar 7 poin. Nilai 7 poin
212
tersebut menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki
efek yang tinggi, karena sedikit mengganggu kelancaran produksi dan
sebagian besar menjadi scrap dan sebagian dapat diproses kembali
untuk di-recycling menjadi botol baru. Adapun dengan jenis kegagalan
botol pecah pada produk, maka akan mengakibatkan terhambatnya
proses produksi di bagian selektor botol isi, karena dengan timbulnya
kondisi seperti ini, operator mesin filler akan melakukan
pemberhentian sementara proses pengisian Teh Cair Manis guna
melakukan pengecekan terhadap komponen yang ada pada mesin filler
dan tentunya pemborosan baik dari segi penggunaan waktu produksi
serta terhadap penggunaan bahan baku produksi yaitu botol.
b. Occurance
Occurance rate adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan
rating frekuensi kemunculan kegagalan. Berikut ini merupakan
penjabaran occurance rate pada tiap faktor penyebab kegagalan.
• Botol sudah retak atau gumpil
Untuk bobot nilai occurance pada faktor penyebab kegagalan
karena botol sudah retak atau gumpil, penulis memberikan bobot
nilai sebesar 4 poin. Nilai 4 poin tersebut menunjukkan bahwa
produk non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya
213
penyebab kegagalan dengan tingkat sedang dan memiliki tingkat
kemungkinan kegagalan 1 dari 2000.
• Jatuh di conveyor
Untuk bobot nilai Occurance pada faktor penyebab kegagalan
karena botol pecah pada saat jatuh di conveyor penulis
memberikan bobot nilai sebesar 2 poin. Nilai 2 poin tersebut
menunjukkan bahwa produk non-standar tersebut memiliki
peluang terjadinya penyebab kegagalan dengan tingkat rendah dan
memiliki tingkat kemungkinan kegagalan 1 dari 150000.
• Terjepit pada mesin
Untuk bobot nilai Occurance pada faktor penyebab kegagalan
karena botol pecah karena terjepit pada mesin penulis memberikan
bobot nilai sebesar 2 poin. Nilai 2 poin tersebut menunjukkan
bahwa produk non-standar tersebut memiliki peluang terjadinya
penyebab kegagalan dengan tingkat rendah dan memiliki tingkat
kemungkinan kegagalan 1 dari 150000.
c. Detectability
Detectability adalah bobot berupa angka yang mengindikasikan rating
atau tingkat kemampuan dari sistem pengendalian saat ini untuk
mendeteksi atau menemukan setiap modus kegagalan.
214
• Botol sudah retak atau gumpil
Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan
karena botol sudah retak atau gumpil, penulis memberikan bobot
nilai sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut menunjukkan bahwa
diperlukan inspeksi terhadap produk untuk memastikan bahwa
terdapat keretakan atau gumpil pada bagian botol. Adapun hal
yang biasa operator lakukan untuk membuktikan bahwa botol
tersebut sudah retak atau gumpil yaitu dengan mengecek kondisi
fisik pada botol khususnya pada bagian bibir botol yang rentan
terhadap retak atau gumpil.
• Jatuh di conveyor
Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan
karena botol pecah pada saat jatuh di conveyor penulis
memberikan bobot nilai sebesar 3 poin. Nilai 3 poin tersebut
menunjukkan bahwa diperlukan inspeksi terhadap bagian
conveyor agar botol tidak terjatuh pada saat berdiri di atas
conveyor. Adapun hal yang biasa operator lakukan dalam hal botol
pecah pada saat jatuh di conveyor yaitu dengan cara melakukan
cek pada bagian sliding plat, table plat, top chain, serta
pergerakan conveyor.
215
• Terjepit pada mesin
Untuk bobot nilai Detectability pada faktor penyebab kegagalan
karena botol pecah karena terjepit pada mesin penulis memberikan
bobot nilai sebesar 7 poin. Nilai 7 poin tersebut menunjukkan
bahwa diperlukan inspeksi dan pembongkaran terhadap komponen
mesin filler. Adapun hal yang biasa operator lakukan dalam hal
botol pecah pada saat jatuh di conveyor yaitu dengan cara
melakukan cek pada bagian filling valve, gigi spiral, dan guide
infeed crowner.
4.2.4 Tahap Improve
Fase atau tahap keempat dalam metodologi Six Sigma adalah tahap
improve. Pada tahap ini usaha-usaha peningkatan kinerja kualitas produk
dimulai dengan cara melakukan analisis FMEA untuk memberikan usulan
perbaikan dalam hal pengendalian produk non-standar dan memberikan
usulan dalam hal tindakan pencegahan akan terjadinya produk non-standar
yang muncul pada setiap proses produksi. Berikut ini merupakan beberapa
usulan perbaikan terhadap penanganan kategori jenis produk defect kosong
tertutup, volume non-standar, dan botol pecah yang terjadi pada proses
pengisian TCM di mesin filler.
216
1. Usulan Perbaikan terhadap Penanganan Jenis Defect Kosong
Tertutup
Berdasarkan analisis tabel FMEA untuk jenis defect kosong
tertutup, dapat terlihat bahwa prioritas penyebab kegagalan adalah karena
kurang cermatnya operator mesin filler dalam melakukan setting pada
bagian guide infeed filler. Hal ini akan mengakibatkan posisi botol yang
masuk pada mesin filler menjadi miring. Pada tabel analisis FMEA untuk
jenis defect kosong tertutup, modus kegagalan karena posisi botol miring
memiliki nilai RPN yang tertinggi yaitu sebesar 90. Untuk itu, diperlukan
kontrol terhadap botol yang telah selesai dilakukan pengisian TCM di
mesin filler setiap 10 menit dan melakukan setting pada bagian guide
infeed filler dengan tepat sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.
Berdasarkan analisis tabel FMEA, maka usulan perbaikan terhadap
penanganan jenis defect kosong tertutup antara lain:
• Melakukan setting pada bagian guide infeed filler
Hal ini menjadi sangat penting, karena berdasarkan nilai RPN pada
analisis tabel FMEA menunjukkan bahwa modus kegagalan posisi
botol miring memiliki nilai yang lebih tinggi dari modus kegagalan
lainnya. Pemberlakuan dan penetapan SOP pada setiap mesin di lini
produksi ke-3 sudah dilakukan dengan sangat baik oleh perusahaan.
Akan tetapi, yang menjadi permasalahan adalah masih kurangnya
217
tingkat kedisiplinan dan kepatuhan dari tiap operator untuk
menjalankan SOP dengan baik. Oleh karena itu, penulis menilai
perlunya adanya review terhadap kinerja tiap operator dalam
penguasaan SOP. Operator yang memiliki nilai KPI (Key
Performance Index) yang di bawah standar perusahaan, nantinya akan
diberikan pelatihan untuk meningkatkan KPI tiap operator.
• Mengganti komponen pada mesin filler tepat pada waktunya
Umur mesin yang sudah tua menyebabkan sulitnya melakukan
prediksi akan terjadinya kesalahan pada waktu proses produksi
berjalan. Oleh karena itu, penulis menilainya perlu diberlakukan
implementasi Total Productive Maintenance (TPM) guna melakukan
pencegahan kerusakan mesin atau peralatan dan meningkatkan umur
mesin/peralatan. Bentuk TPM tidak sama seperti departemen
maintenance yang melakukan perbaikan karena mesin tersebut
mengalami kerusakan. Dengan demikian TPM merupakan suatu proses
untuk memaksimumkan produktivitas peralatan dan mesin sepanjang
masa pakai mesin dan perlatan tersebut.
218
• Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI (Empty Bottle
Inspector)
Kegunaan mesin EBI pada bagian selektor botol bersih berguna untuk
menyeleksi botol bersih yang telah dicuci pada mesin bottle washer.
Dengan kemampuan berbasis teknologi yang canggih, mesin ini dapat
menyeleksi seluruh keadaan botol dan memutuskan botol tersebut telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan atau tidak. Apabila botol
tersebut ternyata merupakan produk yang tidak sesuai standar, maka
dengan otomatis botol tersebut keluar dari conveyor utama, sehingga
botol tersebut tidak dapat melanjutkan ke proses berikutnya. Oleh
karena itu performance mesin EBI harus dilakukan pengontrolan pada
tiap proses produksi. Kemampuan mesin EBI dalam menyeleksi botol
memiliki perbedaan signifikan dengan kemampuan operator, sehingga
dengan kemampuannya tersebut, dapat membantu operator dalam
penyeleksian botol pada bagian selektor botol bersih.
219
2. Usulan Perbaikan terhadap Penanganan Jenis Defect Volume Non-
standar
Berdasarkan analisis tabel FMEA untuk jenis defect volume non-
standar, dapat terlihat bahwa prioritas penyebab kegagalan adalah karena
kurang cermatnya operator mesin filler dalam melakukan setting pada
bagian guide infeed filler. Hal ini akan mengakibatkan posisi botol yang
masuk pada mesin filler menjadi miring. Pada tabel analisis FMEA untuk
jenis defect volume non-standar, modus kegagalan karena posisi botol
miring memiliki nilai RPN yang tertinggi yaitu sebesar 90. Untuk itu,
diperlukan kontrol terhadap botol yang telah selesai dilakukan pengisian
TCM di mesin filler setiap 10 menit dan melakukan setting pada bagian
guide infeed filler dengan tepat sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.
Berdasarkan analisis tabel FMEA, maka usulan perbaikan terhadap
penanganan jenis defect volume non-standar antara lain:
• Melakukan setting pada bagian guide infeed filler
Hal ini menjadi sangat penting, karena berdasarkan nilai RPN pada
analisis tabel FMEA menunjukkan bahwa modus kegagalan posisi
botol miring memiliki nilai yang lebih tinggi dari modus kegagalan
lainnya. Pemberlakuan dan penetapan SOP pada setiap mesin di lini
produksi ke-3 sudah dilakukan dengan sangat baik oleh perusahaan.
Akan tetapi, yang menjadi permasalahan adalah masih kurangnya
220
tingkat kedisiplinan dan kepatuhan dari tiap operator untuk
menjalankan SOP dengan baik. Oleh karena itu, penulis menilai
perlunya adanya review terhadap kinerja tiap operator dalam
penguasaan SOP. Operator yang memiliki nilai KPI (Key Performance
Index) yang di bawah standar perusahaan, nantinya akan diberikan
pelatihan untuk meningkatkan KPI tiap operator.
• Mengganti komponen pada mesin filler tepat pada waktunya
Umur mesin yang sudah tua menyebabkan sulitnya melakukan
prediksi akan terjadinya kesalahan pada waktu proses produksi
berjalan. Oleh karena itu, penulis menilainya perlu diberlakukan
implementasi Total Productive Maintenance (TPM) guna melakukan
pencegahan kerusakan mesin atau peralatan dan meningkatkan umur
mesin/peralatan. Bentuk TPM tidak sama seperti departemen
maintenance yang melakukan perbaikan karena mesin tersebut
mengalami kerusakan. Dengan demikian TPM merupakan suatu proses
untuk memaksimumkan produktivitas peralatan dan mesin sepanjang
masa pakai mesin dan perlatan tersebut.
221
• Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI (Empty Bottle
Inspector)
Kegunaan mesin EBI pada bagian selektor botol bersih berguna untuk
menyeleksi botol bersih yang telah dicuci pada mesin bottle washer.
Dengan kemampuan berbasis teknologi yang canggih, mesin ini dapat
menyeleksi seluruh keadaan botol dan memutuskan botol tersebut telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan atau tidak. Apabila botol
tersebut ternyata merupakan produk yang tidak sesuai standar, maka
dengan otomatis botol tersebut keluar dari conveyor utama, sehingga
botol tersebut tidak dapat melanjutkan ke proses berikutnya. Oleh
karena itu performance mesin EBI harus dilakukan pengontrolan pada
tiap proses produksi. Kemampuan mesin EBI dalam menyeleksi botol
memiliki perbedaan signifikan dengan kemampuan operator, sehingga
dengan kemampuannya tersebut, dapat membantu operator dalam
penyeleksian botol pada bagian selektor botol bersih.
222
3. Usulan Perbaikan terhadap Penanganan Jenis Defect Botol Pecah
Berdasarkan analisis tabel FMEA untuk jenis defect botol pecah,
dapat terlihat bahwa prioritas penyebab kegagalan adalah karena kurang
cermatnya operator mesin filler dalam melakukan setting pada bagian
filling valve, gigi spiral, dan guide infeed crowner dengan tepat pada set
up awal produksi. Hal ini akan mengakibatkan botol terjepit pada mesin.
Pada tabel analisis FMEA untuk jenis defect botol pecah, modus
kegagalan karena botol terjepit pada mesin memiliki nilai RPN yang
tertinggi yaitu sebesar 98. Untuk itu, diperlukan kontrol terhadap bagian
filling valve, gigi spiral, dan guide infeed crowner apabila banyak muncul
produk defect botol pecah pada saat pengisian TCM di mesin filler
maupun pada saat botol masuk ke dalam mesin crowner untuk proses
crowning pada botol.
Berdasarkan analisis tabel FMEA, maka usulan perbaikan terhadap
penanganan jenis defect botol pecah antara lain:
• Melakukan setting pada bagian filling valve, gigi spiral, dan guide
infeed crowner dengan tepat pada set up awal produksi
Hal ini menjadi sangat penting, karena berdasarkan nilai RPN pada
analisis tabel FMEA menunjukkan bahwa modus botol terjepit pada
mesin memiliki nilai yang lebih tinggi dari modus kegagalan lainnya.
Pemberlakuan dan penetapan SOP pada setiap mesin di lini produksi
223
ke-3 sudah dilakukan dengan sangat baik oleh perusahaan. Akan
tetapi, yang menjadi permasalahan adalah masih kurangnya tingkat
kedisiplinan dan kepatuhan dari tiap operator untuk menjalankan
SOP dengan baik. Oleh karena itu, penulis menilai perlunya adanya
review terhadap kinerja tiap operator dalam penguasaan SOP.
Operator yang memiliki nilai KPI (Key Performance Index) yang di
bawah standar perusahaan, nantinya akan diberikan pelatihan untuk
meningkatkan KPI tiap operator.
• Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI (Empty Bottle
Inspector)
Kegunaan mesin EBI pada bagian selektor botol bersih berguna untuk
menyeleksi botol bersih yang telah dicuci pada mesin bottle washer.
Dengan kemampuan berbasis teknologi yang canggih, mesin ini dapat
menyeleksi seluruh keadaan botol dan memutuskan botol tersebut telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan atau tidak. Apabila botol
tersebut ternyata merupakan produk yang tidak sesuai standar, maka
dengan otomatis botol tersebut keluar dari conveyor utama, sehingga
botol tersebut tidak dapat melanjutkan ke proses berikutnya. Oleh
karena itu performance mesin EBI harus dilakukan pengontrolan pada
tiap proses produksi. Kemampuan mesin EBI dalam menyeleksi botol
memiliki perbedaan signifikan dengan kemampuan operator, sehingga
224
dengan kemampuannya tersebut, dapat membantu operator dalam
penyeleksian botol pada bagian selektor botol bersih.
• Melakukan setting pada bagian sliding plat, table plat, top chain, dan,
pergerakan conveyor dengan tepat pada set up awal produksi
Untuk modus kegagalan botol pecah karena terjatuh di conveyor,
penyebab utamanya adalah karena sliding plat, table plat, top chain,
dan, pergerakan conveyor tidak sinkron satu dengan lainnya. Apabila
salah satu bagian tidak dilakukan penyetelan dengan tepat pada set up
awal produksi maka akan menimbulkan banyaknya botol terjatuh di
conveyor dan akhirnya pecah. Banyaknya kejadian botol jatuh di atas
conveyor tentunya akan menyulitkan operator untuk segera
merapihkan kondisi botol-botol yang roboh tersebut. Pada saat
operator merapihkan botol tersebut, operator mesin filler akan
memberhentikan jalannya proses pengisian TCM pada botol pada
mesin filler untuk sementara guna mencegah botol yang telah selesai
diproses menabrak botol yang roboh di depannya. Oleh karena itu
frekuensi banyaknya botol jatuh di conveyor harus diminumkan, guna
kelancaran proses produksi.
225
4.2.5 Tahap Control
Fase terakhir dalam metodologi Six Sigma adalah fase control. Pada
tahap ini akan dilakukan penentuan cara untuk mengurangi atau cara untuk
menjaga variabel-variabel permasalahan produk non-standar pada proses
produksi Teh Botol Sosro yang telah teridentifikasi dengan menggunakan
berbagai analisis dalam penelitian kali ini (diagram pareto, fishbone diagram,
five whys diagram, dan FMEA), sehingga variabel tersebut dapat berada dalam
batas kontrol perusahaan. Berikut ini merupakan usulan control pada tiap
bagian selektor yang diharapkan dapat membantu perusahaan dalam
mengatasi permasalahan produk non-standar, antara lain:
1. Evaluasi kinerja proses dengan melakukan perhitungan peta kendali
X dan peta kendali R terhadap berat botol isi Teh Botol Sosro.
2. Evaluasi kinerja proses dengan menghitung kapabilitas proses (Cp dan
Cpk).
3. Evaluasi proporsi jumlah cacat produksi pada tiap bagian selektor dengan
menggunakan peta kendali baik p-chart dan np-chart.
4. Evaluasi kinerja produk dengan menghitung nilai DPMO dan nilai tingkat
sigma di tiap proses.
Dalam fase ini, seluruh usaha-usaha peningkatan yang ada akan
dilakukan pengujian secara trial error terhadap hasil yang dicapai secara
teknis. Tahap control bertujuan untuk mengevaluasi proses perbaikan yang
226
telah dilakukan dengan efektif dan efisien serta menjaga kestabilan dari proses
perbaikan tersebut guna mencegah terjadinya penurunan kembali performance
proses tersebut.
Pada tahap control ini seluruh usaha peningkatan yang ada
dikendalikan secara teknis untuk kemudian dibuat usaha-usaha pengontrolan
dengan metode trial error dengan mereduksi cacat dari 10% hingga 90% pada
tiap proses di bagian selektor. Asumsi pada perhitungan trial error pada
penelitian ini yaitu diasumsikan jumlah unit yang akan diproses pada tiap
proses di bagian selektor sama dengan jumlah unit yang diproses pada periode
bulan Januari-Maret 2010.
Usulan perbaikan yang telah diberikan penulis pada uraian di tahap
improve, diharapkan dapat memberikan peningkatan kinerja kualitas produk
yang dapat diukur melalui nilai DPMO dan nilai tingkat sigma pada proses
tersebut. Apabila hasil peningkatan kinerja kualitas produk dilakukan
permodelan dengan metode trial error dengan mereduksi 10% hingga 90%
dari jumlah cacat produk yang dihasilkan pada tiap proses bagian selektor,
maka hasilnya perhitungan trial error adalah sebagai berikut.
227
Tabel 4.31 Hasil Trial Error Peningkatan Kualitas Produk Teh Botol Sosro pada
Bagian Selektor Botol Kotor
Trial Error Pengurangan
Defect Unit Defect DPU TOP DPO DPMO
Tabel Sigma Level
Awal (Januari - Maret 2010) 40076029 570752 0,0142417 280532203 0,002 2000 3,09
10% 40076029 513677 0,0128176 280532203 0,0018 1800 3,12 20% 40076029 456602 0,0113934 280532203 0,0016 1600 3,15 30% 40076029 399526 0,0099692 280532203 0,0014 1400 3,19 40% 40076029 342451 0,008545 280532203 0,0012 1200 3,23 50% 40076029 285376 0,0071209 280532203 0,001 1000 3,29 60% 40076029 228301 0,0056967 280532203 0,0008 800 3,35 70% 40076029 171226 0,0042725 280532203 0,0006 600 3,43 80% 40076029 114150 0,0028483 280532203 0,0004 400 3,54 90% 40076029 57075 0,0014242 280532203 0,0002 200 3,71
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.32 Hasil Trial Error Peningkatan Kualitas Produk Teh Botol Sosro pada
Bagian Selektor Botol Bersih
Trial Error Pengurangan
Defect Unit Defect DPU TOP DPO DPMO
Tabel Sigma Level
Awal (Januari - Maret 2010) 39505277 322244 0,008157 197526385 0,0016 1600 3,15
10% 39505277 290020 0,0073413 197526385 0,0015 1500 3,17 20% 39505277 257795 0,0065256 197526385 0,0013 1300 3,21 30% 39505277 225571 0,0057099 197526385 0,0011 1100 3,26 40% 39505277 193346 0,0048942 197526385 0,001 1000 3,29 50% 39505277 161122 0,0040785 197526385 0,0008 800 3,35 60% 39505277 128898 0,0032628 197526385 0,0007 700 3,39 70% 39505277 96673 0,0024471 197526385 0,0005 500 3,48 80% 39505277 64449 0,0016314 197526385 0,0003 300 3,61 90% 39505277 32224 0,0008157 197526385 0,0002 200 3,71
Sumber: Hasil Pengolahan Data
228
Tabel 4.36 Hasil Trial Error Peningkatan Kualitas Produk Teh Botol Sosro pada
Bagian Selektor Botol Isi
Trial Error Pengurangan
Defect Unit Defect DPU TOP DPO DPMO
Tabel Sigma Level
Awal (Januari - Maret 2010) 39183033 125913 0,0032135 431013363 0,00029 290 3,62
10% 39183033 113322 0,0028921 431013363 0,00026 260 3,65 20% 39183033 100730 0,0025708 431013363 0,00023 230 3,68 30% 39183033 88139 0,0022494 431013363 0,0002 200 3,71 40% 39183033 75548 0,0019281 431013363 0,00018 180 3,74 50% 39183033 62957 0,0016067 431013363 0,00015 150 3,79 60% 39183033 50365 0,0012854 431013363 0,00012 120 3,84 70% 39183033 37774 0,000964 431013363 0,00009 90 3,91 80% 39183033 25183 0,0006427 431013363 0,00006 60 4,01 90% 39183033 12591 0,0003213 431013363 0,00003 30 4,17
Sumber: Hasil Pengolahan Data
4.3 Analisis Data
Sesuai dengan konsep dari Six Sigma, nilai yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah mengidentifikasikan permasalahan produk non-standar
pada lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung dengan melakukan pengukuran
dan analisis terhadap kinerja proses dan produk, serta memberikan usulan
perbaikan dan pengontrolan terhadap produk non-standar tersebut, sehingga
terjadi peningkatan tingkat kinerja perusahaan dengan kualitas Six Sigma,
dimana perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan
(DPMO) atau bahwa 99,99966 % dari apa yang diharapkan pelanggan akan
ada dalam produk.
229
Pada tahap define, dikemukakan bahwa pada proses produksi Teh
Botol Sosro lini ke-3 PT Sinar Sosro KPB Cakung terdapat permasalahan
dalam pengendalian produk non-standar. Dengan adanya permasalahan
tersebut, penulis akhirnya menfokuskan penelitian ini guna membantu
perusahaan mengatasi permasalahan tersebut dengan pendekatan konsep Six
Sigma. Pada tahap ini, penulis melakukan beberapa langkah antara lain
penentuan Project Charter penelitian, dan penggambaran proses produksi
keseluruhan dengan SIPOC Diagram serta Peta Aliran Proses. Berdasarkan
hasil observasi, penulis melihat permasalahan produk non-standar belum
memiliki metode penyelesaian yang optimal. Oleh karena itu, penulis
mencoba melakukan pendekatan konsep Six Sigma terhadap permasalahan
tersebut.
Pada tahap measure, langkah pertama yang dilakukan penulis adalah
melakukan penentuan Critical To Quality (CTQ) produk pada tiap proses
produksi. Pada tahap ini dilakukan pengukuran untuk menentukan
karakteristik kunci kualitas (CTQ) yang merupakan karakteristik produk yang
berhubungan secara spesifik dengan kebutuhan pelanggan. Tahap berikutnya
yaitu melakukan pengukuran kinerja proses dan kinerja produk.
Pada tahap pengukuran kinerja proses, penulis melakukan
perhitungan peta kendali X dan peta kendali R serta kapabilitas proses untuk
pengukuran data variabel kualitas yaitu berat botol isi Teh Botol Sosro. Pada
230
pengukuran tersebut, penulis melakukan perhitungan berat botol isi pada tiga
kondisi yang berbeda yaitu pada awal shift produksi, tengah shift produksi,
dan akhir shift produksi. Hasil yang diperoleh dari pengukuran menunjukkan
bahwa rata-rata berat botol isi pada kondisi pengukuran tersebut sudah sesuai
dengan rata-rata berat botol isi yang telah ditetapkan perusahaan yaitu sebesar
536 gr. Untuk perhitungan kapabilitas proses, hasil yang diperoleh dari tiga
kondisi pengukuran yang dilakukan oleh penulis, menunjukkan bahwa proses
tersebut memiliki kemampuan proses hampir mencapai tingkat 4-sigma.
Penulis juga mengukur tingkat proporsi cacat pada tiap bagian selektor
dengan menggunakan peta kendali p-chart pada bagian selektor botol kotor
dan selektor botol bersih dengan menggunakan laporan produk non-standar
harian periode bulan Januari-Maret 2010. Untuk bagian selektor botol isi,
penulis melakukan tingkat proporsi produk cacat dengan menggunakan peta
kendali np-chart dengan menggunakan data pengamatan langsung di lapangan
pada periode bulan April-Mei 2010.
Hasil dari perhitungan p-chart pada bagian selektor botol kotor,
menunjukkan bahwa jumlah produk cacat yang terjadi hampir seluruhnya
belum berada pada batas kontrol. Hasil yang sama tersebut juga ditujukkan
pada bagian selektor bersih. Adapun variasi penyebab khusus yang
mempengaruhi pada bagian Selektor Botol Kotor terjadi karena banyaknya
faktor eksternal dari proses produksi yang mempengaruhi, terutama cara
231
konsumen dalam meletakan, menyimpan dan menggunakan botol yang
menyebabkan botol menjadi tidak standar untuk digunakan kembali.
Untuk variasi penyebab khusus yang mempengaruhi pada bagian
Selektor Botol Bersih terjadi karena banyaknya faktor eksternal dari proses
produksi yang mempengaruhi, terutama cara konsumen dalam meletakan,
menyimpan dan menggunakan botol yang menyebabkan botol tidak dapat
dibersihkan dengan mesin sehingga harus dicuci lagi secara manual dan ketika
diproses di bagian Selektor Botol Bersih juga mudah pecah karena kondisi
botol saat masuk proses produksi pun sudah tidak optimal untuk diproduksi
kembali.
Pada tahap pengukuran kinerja produk, penulis melakukan
perhitungan nilai DPMO dan nilai tingkat sigma di tiap proses. Hasil nilai
DPMO yang diperoleh penulis pada bagian selektor botol kotor yaitu sebesar
2000 dan nilai tingkat sigma sebesar 3,091. Hasil nilai DPMO yang diperoleh
penulis pada bagian selektor botol bersih yaitu sebesar 1600 dan nilai tingkat
sigma sebesar 3,156. Hasil nilai DPMO yang diperoleh penulis pada bagian
selektor botol isi yaitu sebesar 290 dan nilai tingkat sigma sebesar 3,624.
Berdasarkan hasil tersebut, menujukkan bahwa kinerja produk teh botol saat
ini sudah cukup baik, dan tentunya perlu peningkatan kinerja produk tersebut
guna pencapaian tingkat 6-sigma.
Setelah melakukan pengukuran kinerja proses dan kinerja produk pada
tahap measure, maka tahap selanjutnya adalah tahap analyze. Pada tahap ini,
232
penulis menfokuskan analisisnya di bagian proses selektor botol isi,
khususnya pada fase pengisian TCM pada botol di mesin filler. Hal ini
dilakukan karena data yang diperoleh banyak mengandung variasi khusus
yang berasal dari eksternal proses produksi, maka tidak dilakukan analisis
lebih lanjut.
Penulis menggunakan beberapa analisis antara lainnya diagram pareto,
fishbone diagram, five whys diagram, dan FMEA untuk melakukan analisis
terhadap keseluruhan data yang telah diukur pada tahap sebelumnya. Hasil
yang diperoleh berdasarkan analisis diagram pareto menunjukkan bahwa
frekuensi tertinggi munculnya defect pada bagian selektor botol isi adalah
jenis defect kosong tertutup. Dengan menggunakan analisis fishbone diagram,
penulis mendapatkan hasil bahwa faktor manusia, mesin, material, metoda,
dan lingkungan mempengaruhi timbulnya jenis defect kosong tertutup.
Dengan mengkombinasikan hasil dari analisis five whys diagram dan
analisis FMEA, penulis mendapatkan hasil nilai RPN menunjukkan bahwa
modus kegagalan utama penyebab terjadinya jenis defect kosong tertutup
adalah karena posisi botol miring. Hal ini terjadi dimungkinkan kurang
cermatnya operator mesin filler dalam melakukan setting pada bagian guide
infeed filler. Untuk itu, diperlukan kontrol terhadap botol yang telah selesai
dilakukan pengisian TCM di mesin filler setiap 10 menit dan melakukan
setting pada bagian guide infeed filler dengan tepat sesuai dengan SOP yang
telah ditentukan.
233
Untuk melakukan improvement guna mencegah sekaligus
mengendalikan terjadinya jenis defect kosong tertutup pada bagian selektor
botol isi, maka penulis memberikan beberapa usulan kepada perusahaan,
antara lain :
• Melakukan setting pada bagian guide infeed filler
• Mengganti komponen pada mesin filler tepat pada waktunya
• Melakukan kontrol terhadap performance mesin EBI (Empty Bottle
Inspector)
Fase terakhir dalam metodologi Six Sigma adalah fase control. Pada
tahap ini akan dilakukan penentuan cara untuk mengurangi atau cara untuk
menjaga variabel-variabel permasalahan produk non-standar pada proses
produksi Teh Botol Sosro yang telah teridentifikasi, berikut ini merupakan
usulan control pada tiap bagian selektor yang diharapkan dapat membantu
perusahaan dalam mengatasi permasalahan produk non-standar, antara lain:
1. Evaluasi kinerja proses dengan melakukan perhitungan peta kendali
X dan peta kendali R terhadap berat botol isi Teh Botol Sosro.
2. Evaluasi kinerja proses dengan menghitung Cp dan Cpk.
3. Evaluasi proporsi jumlah cacat produksi pada tiap bagian selektor dengan
menggunakan peta kendali baik p-chart dan np-chart.
4. Evaluasi kinerja produk dengan menghitung nilai DPMO dan nilai tingkat
sigma di tiap proses.