bab iv pengumpulan dan pengolahan data 4.1 tinjauan

42
25 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Perusahaan 4.1.1 Deskripsi Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang produksi pembuatan semendan menjadi bagian dari perusahaan yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Multinasional Company Indonesia. Saat ini PT Semen Indonesia (Persero) Tbk memiliki perluasan 4 cabang yaitu Tuban 1, 2, 3 dan 4 yang memiliki perluasan kapasitas hingga 14 juta ton pertahun. Perusahaan Semen Indonesia ini membawahi beberapa perusahaan semen di Indonesia lainnya seperti PT Semen Padang, PT Semen Gresik, PT Semen Tonasa dan Thang Long Cement dan yang terbaru pada tahun 2018 ini berhasil menggaet produk barunya PT Semen Holcim. Semen sendiri merupakan suatu produk yang sangat penting dan banyak dicari dalam pembangunan infrastruktur, karena itu diperlukan semen dengan kualitas baik agar kebutuhan customer dapat terpenuhi. 4.1.2 Proses Produksi Semen Pada proses produksi semen ini perusahaan mempunyai bermacam- macam seksi dalam proses pembuatan semen secara keseluruhan. Berikut uraian dari beberapa macam seksi yang terdapat di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk : 1. Seksi Tambang Pada seksi ini adalah tahap penyiapan bahan baku yang dilakukan Seksi yang bertugas. Pada seksi ini bertugas melakukan penambangan dengan bahan tambang utama adalah batu kapur yang mencapai 85% dan tanah liat 15% karena kedua bahan tersebut adalah bahan utama dalam proses pembuatan semen.

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

25

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Tinjauan Perusahaan

4.1.1 Deskripsi Perusahaan

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk adalah perusahaan manufaktur yang

bergerak dibidang produksi pembuatan semendan menjadi bagian dari

perusahaan yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Multinasional Company Indonesia. Saat ini PT Semen Indonesia (Persero)

Tbk memiliki perluasan 4 cabang yaitu Tuban 1, 2, 3 dan 4 yang memiliki

perluasan kapasitas hingga 14 juta ton pertahun. Perusahaan Semen Indonesia

ini membawahi beberapa perusahaan semen di Indonesia lainnya seperti PT

Semen Padang, PT Semen Gresik, PT Semen Tonasa dan Thang Long

Cement dan yang terbaru pada tahun 2018 ini berhasil menggaet produk

barunya PT Semen Holcim. Semen sendiri merupakan suatu produk yang

sangat penting dan banyak dicari dalam pembangunan infrastruktur, karena

itu diperlukan semen dengan kualitas baik agar kebutuhan customer dapat

terpenuhi.

4.1.2 Proses Produksi Semen

Pada proses produksi semen ini perusahaan mempunyai bermacam-

macam seksi dalam proses pembuatan semen secara keseluruhan. Berikut

uraian dari beberapa macam seksi yang terdapat di PT Semen Indonesia

(Persero) Tbk :

1. Seksi Tambang

Pada seksi ini adalah tahap penyiapan bahan baku yang dilakukan

Seksi yang bertugas. Pada seksi ini bertugas melakukan penambangan

dengan bahan tambang utama adalah batu kapur yang mencapai 85% dan

tanah liat 15% karena kedua bahan tersebut adalah bahan utama dalam

proses pembuatan semen.

Page 2: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

26

Pada proses produksi tersebut kemudian batu kapur yang berupa

bukit tersebut diproses dengan proses sistem Single Beach Continues

dengan guna agar terhindar dari kelongsoran bukit dengan evaluasi sudut

ketinggian 44 meter. Dalam melakukan penambangan batu kapur ini ada

tahap yang harus diselesaikan yaitu :

Tahap pembabatan (clearing)

Tahap pengupasan tanah (stripping)

Tahap pengeboran (drilling)

Tahap peledakan (blasting)

Tahap pemuatan (loading) dan pengangkutan (hauling)

2. Seksi Operator Crusher

Pada seksi ini dimana bertugas sebagai seksi yang menjalankannya

mesin dengan jenis limestone crusher dan clay cutter. Kemudian setelah

dilakukan proses pemotongan atau penggilingan material yang selesai

ditambang lalu material tersebut diangkut menggunakan dump truck

kedalam mesin penggiling atau penghancur. Kemudian pada mesin

tersebut dihancur menjadi butiran kerikil dengan besar ±1 cm. Mesin

yang digunakan adalah jenis Limestone Crusher dengan alat potong jenis

hammer mill. Setelah dihancurkan produk kerikil tersebut keluar

dialirkan dengan belt conveyor menuju storage.

Gambar 4.1 Mesin Limestone Crusher

Page 3: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

27

Pada sistem pemotongan untuk tanah liat sendiri menggunakan

mesin dengan tipe double roll crusher berkapasitas 500 ton/jam. Setelah

itu dibawa masuk kedalam storage menggunakan belt conveyor.

Setelah dalam storage batu kapur dan tanah liat tersebut dicampur

pada alat belt conveyor yang memiliki daya yang cukup bagus.

Kemudian campuran keduanya tersebut diberikan bahan tambahan

lainnya berupa pasir silika, pasir besi, dan batu kapur dengan rate tinggi

lainnya. Kemudian setelah bahan tercampur semua dimasukkan dalam

mesin penghancur material atau mesin Raw Mill untuk proses

penghancuran material.

Gambar 4.2 Pile Batu Kapur High Grade

3. Seksi Operator RKC (Raw Mill, KILN, Coal Mill)

Pada seksi ini adalah seksi pusat atau seksi yang memiliki tugas atas

proses produksi semen karena dari awal proses digiling di mesin Raw

Mill, kemudian bahan tersebut dipanaskan dengan suhu yang tinggi di

mesin KILN ditambah lagi dengan proses pendinginan kerak klinker.

Raw Mill

Untuk tahapan di mesin ini setelah bahan yang keluar sudah

sesuai target dari perusahaan kemudian di proses di mesin

penggilingan material ini dengan tujuan untuk memperkecil ukuran

dari bahan tersebut hingga memiliki diamter 100 mm. Kemudian

produk yang sudah digiling tersebut dalam kondisi halus yang

Page 4: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

28

dialirkan oleh penyaring udara atau Cyclone untuk menuju ke proses

selanjutnya.

Setelah masuk kedalam Cyclone kemudian material tersebut

dialirkan melewati udara bersih oleh Electrostatic Precipitator (EP).

Setelah material tersebut dialirkan melalui EP kemudian material

tersebut dicampurkan dengan material yang berasal dari tower

Conditioning dengan alat yang bernama Belt Conveyor. Setelah

material sudah tercampur rata kemudian dialirkan melalui Dust Bin

untuk kemudian disaring menggunakan alat bernama Bag Filter.

Setelah material selesai semua kemudian dialirkan masuk ke mesin

penyaring atau Fan yang akan dialirkan keluar dalam kondisi debu

bersih melewati udara. Untuk material yang dalam kategori reject

berkisar 143 ton/jam yang kemudian di masukkan ke dalam alat Belt

Conveyor dan dilakukan proses ulang agar material tersebut dapat

memenuhi standar dari perusahaan.

Blending Silo

Pada tahap di mesin Silo ini adalah dimana dilakukannya

proses pencampuran dalam tabung raksasa dengan daya tertentu

guna untuk semua material agar lebih bercampur menjadi satu atau

biasa disebut material homogen.

Gambar 4.3 Blending Silo

Page 5: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

29

Pre Heater

Pre Heater berfungsi sebagai mesin atau alat pemanas dengan

temperatur tertentu pada umpan di mesin KILN sehingga material

tersebut dapat terpecah atau mencair.

Gambar 4.4 Suspension Preheater

Rotary KILN

Pada tahapan di mesin KILN ini adalah tahapan membakar

material sampai dengan mencair dengan suhu tertentu sesuai dengan

standar mesin tersebut, dengan bahan bakar yang digunakan adalah

batu bara.

Gambar 4.5 Rotary KILN

Page 6: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

30

Clinker Cooler

Pada tahap pendinginan material ini atau Clinker Cooler

mempunyai fungsi yaitu sebagai alat pendingin setelah material

keluar dari tempat panas atau KILN terutama bahan klinker, klinker

sendiri memiliki beberapa lapisan yaitu sebanyak 16 kompartemen.

Ada 14 Fan pada perusahaan Semen Indonesia ini yang mempunyai

suhu tertentu dengan kapasitas laju alir 390 ton/jam nya yang keluar

dari mesin KILN ini.

. Gambar 4.6 Clinker Storage

4. Seksi Finish Mill

Pada seksi ini memiliki tugas sebagai tempat penggilingan atau

penghancuran akhir dari produk semen. Terak yang sudah keluar dari

mesin kemudian ditambahkan bahan-bahan tambahan lainnya seperti

gypsum, pasir silika, pasir besi, dan pasir dengan jenis rating tinggi

lainnya. Untuk proses penggilingan terak ini terkadang mesin yang

digunakan adalah mesin Ball Mill yang memiliki bentuk seperti tabung

bola besi dan memiliki daya hancur material sampai 325 Mesh.

Kemudian material yang berasal dari mesin Ball Mill dipisahkan

menjadi beberapa bagian : dimana material yang sudah halus dimasukkan

kedalam mesin penyaring Cyclone. Kemudian material dari Cyclone

dicampurkan dengan material lainnya dan dialirkan melewati alat yang

Page 7: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

31

bernama Air Slide. Setelah melewati Air Slide kemudian dilakukan

proses percampuran semua material menjadi satu didalam mesin Silo

dengan temperatur produknya sesuai dengan standar dengan mesin

tersebut.

Gambar 4.7 Silo Semen

5. Seksi Packer dan Pelabuhan

Pada bagian seksi ini dimana seksi yang bertugas sebagai seksi

pengemasan bahan yang sudah sesuai dengan ketetapan perusahaan yang

sudah jadi sesuai dengan masing-masing OPC dan PPC. Setelah produk

tersebut selesai dikemas diangkut kedalam truk pengangkut dan

diarahkan ke pelabuhan untuk proses ekspor produk semen sesuai dengan

permintaan pelanggan. Proses pengantongan ini memiliki mesin dimana

mesin tersebut dapat secara auto melakukan prosesnya dinamakan mesin

Roto Packer. Tahap pengantongan ini terdapat di area Tuban 1 dan 2

dimana pada area tersebut memiliki Silo semen sebagai alat

penampungnya dan yang digunakan adalah pada bagian Silo 5, 6, 7 dan

8 dengan kapasitas per Silo bisa memuat 20.000 ton produk.

Page 8: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

32

.

Gambar 4.8 Proses Pengisian Semen di Pelabuhan Semen Indonesia

6. Seksi Operasi Utilitas

Pada seksi ini bertugas untuk sebagai penedia air bersih, air hidra

dan jenis air lainnya untuk kebutuhan pabrik pada tiap mesinnya, selain

itu sebagai penyedia genset, kompresor juga di pabrik Semen Indonesia

ini.

Dalam melakukan hal menyediakan air bersih dan air pendigngin

untuk tiap perusahaan, pada seksi ini bertugas untup tiap harinya. Air

yang diperoleh berasal dari sumber Waduk Temandang dan air dari

sumur yang di bor. Air bersih disini berfungsi sebagai tempat untuk

seseorang melakukan wudlu, mandi terutama sebagian besar. Sedangkan

air pendingin disini berfungsi sebagai pendingin beberapa mesin di

perusahaan ini.

7. Seksi Perencanaan, Pengendalian Bahan Baku dan Produksi

Pada bagian seksi ini bertugas merencanakan dan memberi persedian

bahan baku tambahan lainnya seperti : gypsum, pasir silika, pasir besi,

trass, dll Selain itu seksi ini bertugas mengatur jalannya jumlah produksi

terak sesuai dengan permintaan tiap mesin atau dari perusahaan. Dalam

bertugas seksi ini juga terlibat pada seksi pengendalian kualitas dan

penjaminan mutu agar proses produksi semen dapat berjalan sesuai

harapan dengan ketetapan kriteria dari perusahaan sendiri.

Page 9: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

33

8. Seksi Pengendalian Proses

Untuk seksi ini bertugas mengendalikan bahan penolong yang sudah

disediakan sebelumnya apa sudah memenuhi kriteria atau belum selama

proses produksi dan bertidak sebagai quality control. Dalam pengamatan

kualitas produk diamati mulai dari awal penyediaan bahan baku

khususnya pada mesin Raw Mill, Rotary Kiln dan Finish Mill. Data yang

diambil secara rutin setiap 1 jam sekali dilihat kandungannya apakah

sudah memenuhi kriteria dari perusahaan atau belum yang kemudian

dimasukkan ke dalam laboratorium untuk dites hasil dari kandungan tiap-

tiap bahan tersebut sehingga nantinya didapatkan kandungan yang sesuai

agar kualitas produk semen yang didapatkan maksimal sesuai dengan

target.

9. Seksi Penjaminan Mutu

Dimana pada seksi ini adalah seksi yang bertugas untuk mengecek

material yang keluar apakah sudah memenuhi kriteria dari perusahaan

atau belum, untuk pengecekannya dilakukan di laboratorium dengan

sesuai target yang ditetapkan. Pada seksi ini bertindak sebagai seksi

bagian pengecekan kualitas atau disebut dengan quality assurance.

Laboratorium di Semen Indonesia ini juga terbagi menjadi beberapa

bagian yaitu : bagian bahan baku, batu bara dan bahan alternatif lainnya.

4.1.3 Lokasi Perusahaan

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk ini bertempat di kota tuban tidak

jauh dari perkotaan, tepatnya berada di lokasi Desa Sumberarum, Kecamatan

Kerek, Area Ladang, Sumberarum, Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur

62356. Berikut merupakan letak dari PT Semen Indonesia (Persero) Tbk jika

di tinjau dari peta :

Page 10: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

34

Gambar 4.9 Lokasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk mempunyai visi dan misi yang

sangat dijunjung tinggi sebagai pedoman kemajuan perusahaan. Berikut ini

merupakan visi dan misi dari PT Semen Indonesia (Persero) Tbk :

Visi :

“ Menjadi Perusahaan Produksi Semen Internasional yang Terkemuka di Asia

Tenggara ”.

Misi :

1. Mengembangkan usaha persemenan dan industri terkait yang

berorientasikan kepuasan konsumen.

2. Mewujudkan perusahaan berstandar internasional dengan keunggulan

daya saing dan sinergi untuk meningkatkan nilai tambah secara

berkesinambungan.

3. Mewujudkan tanggung jawab sosial serta ramah lingkungan.

4. Memberikan nilai tambah terbaik untuk seluruh pemangku kepentingan

(stakeholders).

5. Membangun kompetensi melalui pengembangan sumber daya manusia.

Page 11: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

35

4.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 4.10 Struktur Organisasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

Page 12: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

36

4.2 Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data ini terdapat 2 jenis data yang diperoleh yaitu :

data primer dan sekunder. Data primer diperoleh terkait data yang didapatkan

oleh peneliti berupa wawancara dengan kepala unit, karyawan yang bekerja di

area Tuban 1, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder diperoleh

dari perusahaan langsung terkait kecelakaan kerja pada tahun 2016-2018.

4.2.1 Pengumpulan Data Primer

Pada tahap ini pengumpulan data diperoleh dari hasil peneliti sendiri

dan dari perusahaan secara langsung memberikan data, baik data sekunder

yang dimiliki oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk maupun data primer

yang diperoleh berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara dengan

pihak HRD, kepala unit maupun karyawan yang bekerja di area Tuban 1

khususnya area Raw Mill (mesin penghancur/penggiling material) dan KILN

(pembakaran hingga suhu 1500°C).

1. Wawancara

Dalam wawancara ini dilakukan langsung terhadap kepala unit atau

HRD pada area Tuban 1 Unit Section of Tuban Safety dan karyawan yang

bekerja disekitar area tersebut. Wawancara dalam bentuk tanya jawab

langsung kepada kepala unit dan karyawan yang bekerja disekitar proses

produksi Tuban 1 khususnya pada proses Raw Mill

(penghancur/penggiling material) dan KILN (pembakaran hingga suhu

1500°C).

2. Observasi dan Dokumentasi

Pada tahapan observasi ini adalah tahapan dimana membandingkan

antara objek secara nyata dilapangan dengan berdasarkan standar yang

ada. Observasi yang didapat terkadang masih ada yang belum terlaksana

dengan baik, contoh : masih ada pekerja alat berat khususnya di mesin

Raw Mill dan KILN yang sering melalaikan SOP. Berikut dokumentasi

pada area Raw Mill (penghancur/penggiling material) dan KILN

(pembakaran hingga suhu 1500°C) :

Page 13: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

37

Gambar 4.11 Roller Mill

Gambar 4.12 Area Top Dome Clinker

Gambar 4.13 Area Mesin Raw Mill

Page 14: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

38

4.2.2 Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data ini diperoleh data dari dari perusahaan. Data tersebut

merupakan data historis kecelakaan kerja selama tahun 2016-2018 pada area

Tuban 1 khususnya Raw Mill (penghancur/penggiling material) dan KILN

(pembakaran hingga suhu 1500°C). Data historis kecelakaan kerja ini

digunakan sebagai data pendukung untuk menyelesaikan pengerjaan.

Tabel 4.1 Data Historis Kecelakaan Kerja Tahun 2016-2018 Pada Mesin Raw Mill dan KILN

No Jenis Kecelakaan Kriteria

kecelakaan Frek Penyebab

1

Kejatuhan benda

(material produksi)

Berat

1

Korban melewati area steril yang dipakai

menurunkan material kegiatan pembersihan

yang menyebabkan kepala korban pendarahan

hingga hilang pikiran (2018)

2

Terjepit benda

berputar (Belt

Conveyor)

Berat

1

Korban melakukan pembersihan sisa material

menggunakan sapu pada peralatan berputar,

sesaat peralatan menyebabkan tangan kanan

korban tertarik dan terjepit (2018)

3

Jatuh dari

ketinggian

Ringan

1

Terjadi kebocoran pada sirkulasi oil absorber

roll 3 yang menyebabkan kinerja kurang

maksimal, sehingga korban memperbaiki

kemudian terpeleset karena lantai licin (2017)

4

Mata terkena

material proses

Ringan

1

Korban saat melewati lantai 6 preheater terjadi

kebocoran debu yang menyebabkan mata

korban terkena iritasi (2017)

5

Terpukul peralatan Ringan

1

Saat perbaikan liner skid board 233 CR 2 yang

kropos, korban melakukan pemasangan liner

dengan palu yang kurang pas sehingga terkena

bibir bawah korban dan terluka (2017)

6

Terkena material

panas

Ringan

1

Saat perbaikan mainhole chute CT

menggunakan pipa untuk mengeluarkan

material dari dalam, saat bongkaran berhasil

dicongkel tiba tiba material debu panas keluar

dan terkena kaki korban (2017)

7

Terjepit peralatan

berputar

Ringan

1

Korban melakukan ganti roda 451 DB 2,

setelah selesai korban melakukan pengecekan

sampai top dome clinker. Saat berjalan korban

berpegang pada pagar kanan DB yang tidak

terpasang pengaman, kemudian roda melindas

tangan korban yang menyebabkan luka (2016)

Page 15: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

39

8

Terbakar Ringan

1

Saat korban melakukan perbaikan trouble pada

alat listrik 442 CP, terjadi ledakan pada alat

listrik 442 CP sehingga korban mengalami

luka pada bagian tubuh (2016)

9

Kejatuhan benda

(material produksi)

Berat

1

Korban melewati bawah tangga pada kegiatan

maintenance mesin, kemudian korban

kejatuhan material dari lantai atas yang

menyebabkan korban kepala korban

pendarahan hingga hilang pikiran (2016)

10

Terpeleset dari

tangga

Ringan

1

Korban saat melakukan pembersihan area Raw

Mill tidak sadar melewati tangga yang licin

banyak debu dari material, akibatnya korban

terpeleset dan luka (2016)

11

Keracunan bahan

kimia

Ringan

1

Korban pada saat di area dumping & export

clinker tidak memakai masker, yang akibatnya

korban tidak sadar menghirupdan berkontak

langsung dengan bahan kimia dan keracunan

(2017)

12

Terkena bagian

mesin yang

permukaan tajam

Ringan

1

Saat korban maintenance mesin clinker cooler

tidak menggunakan sarung tangan dan kurang

fokus, akibatnya tangan korban tersayat karena

terkena permukaan mesin yang tajam (2017)

13

Terkena

perpindahan mesin

berjalan

Ringan

1

Korban sedang melakukan kerja pada area

clinker cooler, tidak fokus pada kerja

akibatnya punggung korban terbentur alat

otomatis berjalan yang sedang berfungsi

(2018)

14

Terbakar Ringan

1

Pada area clinker loading dimana ada trouble

pada salah satu mesin akibatnya terjadi

kebakaran pada area sekitar, dan bagian tubuh

korban terpecik api (2016)

15

Terjatuh dari tangga Ringan

1

Saat korban sedang maintenance bagian obor

pada area burning kiln, korban tidak berhati-

hati saat turun akibatnya kaki korban terkilir

(2016)

Sumber : PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

Keterangan kriteria kecalakaan :

Ringan = kecelakaan yang membutuhkan pengobatan di hari itu dan dapat

Page 16: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

40

melakukan pekerjaannya kembali atau istirahat kurang dari 2 hari.

Berat = kecelakaan yang mengalami amputasi hingga kegagalan fungsi

tubuh.

Dari data yang diperoleh peneliti dari perusahaan ini adalah data

kecelakan kerja pada tahun 2016 sampai 2018 dan terdapat 15 jenis

kecelakaan pada area Tuban 1 khususnya area yang diteliti yaitu pada area

Raw Mill (penghancur/penggiling material) dan KILN (pembakaran hingga

suhu 1500°C) yang dapat digolongkan kriteria kecelakaan ringan dan berat

sesuai dengan penyebab kejadian terjadi maupun dampak yang ditimbulkan

terhadap korban.

Dari beberapa kecelakaan kerja diatas terjadi karena seringnya pekerja

lalai dalam melakukan kerjanya dan sering melakukan kesalahan yang tidak

perlu untuk dilakukan, karena kurang fokusnya pekerja melakukan kerja dan

mengabaikan keselamatan mereka.

4.3 Pengolahan Data

4.3.1 Pengolahan Data Menggunakan Metode Technique for Human Error

Rate Prediction (THERP)

Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dalam pengelolaan

metode THERP mempunyai beberapa tahapan dalam pengerjaannya yaitu

:

4.3.1.1 Menentukan HE (Human Error)

Pada tiap perusahaan pastinya memiliki human error atau kesalahan

manusia dalam melakukan tiap aktivitas pada pekerjaannya. Kesalahan

tersebut paling banyak diakibatkan dari kelalaian manusia itu sendiri yang

sering tidak fokus dalam pekerjaan. Adapun kecelakaan kerja yang dialami

ada bermacam-macam mulai dari kecelakaan kerja yang berat sampai

ringan. Berikut jenis kecelakaan kerja akibat dari human error beserta

penyebab dan dampak yang ditimbulkan :

Page 17: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

41

Tabel 4.2 Jenis Kecelakaan Kerja Akibat Kesalahan Human Error

No Jenis Kecelakaan Frek Penyebab Dampak

1

Kejatuhan benda

(material produksi) 1

Korban melewati area steril yang

dipakai menurunkan material

kegiatan pembersihan (2018)

Kepala korban

mengalami pendarahan,

karena kejatuhan

material proses

2

Terjepit benda berputar

(Belt Conveyor)

1

Korban melakukan pembersihan

sisa material menggunakan sapu

pada peralatan berputar, sesaat

peralatan menarik dan menjepit

korban (2018)

Tangan kanan korban

tertarik dan terjepit belt

conveyor

3

Jatuh dari ketinggian

1

Terjadi kebocoran pada sirkulasi oil

absorber roll 3 yang menyebabkan

kinerja mesin kurang maksimal,

sehingga korban memperbaiki

kemudian terpeleset karena lantai

licin (2017)

Kaki korban terkilir,

karena terpeleset lantai

yang licin

4

Mata terkena material

proses 1

Korban saat melewati lantai 6

preheater terjadi kebocoran debu

yang pekat (2017)

Mata korban terkena

iritasi, karena terkena

debu

5

Terpukul peralatan

1

Saat perbaikan liner skid board 233

CR 2 yang kropos, korban

melakukan pemasangan liner

dengan palu yang kurang pas

(2017)

Bibir bawah korban

terkena palu dan terluka,

karena saat pemasangan

palu yang digunakan

kurang pas

6

Terkena material panas

1

Saat perbaikan mainhole chute CT

menggunakan pipa untuk

mengeluarkan material dari dalam,

saat bongkaran berhasil dicongkel

tiba tiba material debu panas keluar

(2017)

Kaki korban terluka,

karena terkena material

debu panas

7

Terjepit peralatan

berputar

1

Korban melakukan ganti roda 451

DB 2, setelah selesai korban

melakukan pengecekan sampai top

dome clinker. Saat berjalan korban

berpegang pada pagar kanan DB

yang tidak terpasang pengaman

(2016)

Tangan korban terlindas

roda yang melintas yang

menyebabkan luka

8

Terbakar

1

Saat korban melakukan perbaikan

trouble pada alat listrik 442 CP,

Tangan kanan korban

terkena percikan

Page 18: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

42

terjadi ledakan pada panel breaker

442 CP (2016)

ledakan dan mengalami

luka

9

Kejatuhan benda

(material produksi) 1

Korban melewati bawah tangga

pada kegiatan maintenance mesin,

kemudian korban kejatuhan sisa

material produksi (2016)

Kepala korban

mengalami pendarahan,

karena kejatuhan sisa

material dari atas

10

Terpeleset dari tangga

1

Korban saat melakukan

pembersihan area Raw Mill tidak

sadar melewati tangga yang licin

banyak debu dari material (2016)

Tangan korban terkilir,

karena melewati tangga

yang licin

11

Keracunan bahan kimia

1

Korban pada saat di area dumping

& export clinker tidak memakai

masker (2017)

Korban keracunan,

karena tidak sadar

berkontak langsung

dengan bahan kimia

12

Terkena bagian mesin

yang permukaan tajam 1

Saat korban maintenance mesin

clinker cooler tidak menggunakan

sarung tangan dan kurang fokus

(2017)

Tangan korban tersayat

karena terkena

permukaan mesin yang

tajam

13

Terkena perpindahan

mesin berjalan 1

Korban sedang melakukan kerja

pada area clinker cooler, tidak

fokus pada kerja akibatnya (2018)

Punggung korban

terbentur alat otomatis

berjalan yang sedang

berfungsi

14

Terbakar

1

Pada area clinker loading dimana

ada trouble pada salah satu mesin

akibatnya terjadi kebakaran pada

area sekitar, dan (2016)

Bagian tubuh korban

terpecik api, karena

terkena percikan

15

Terjatuh dari tangga

1

Saat korban sedang maintenance

bagian obor pada area burning kiln

(2016)

Kaki korban terkilir,

karena tidak berhati-hati

saat turun

4.3.1.2 Penyusunan HTA (Hierarchial Task Analysis)

Penyusunan HTA memahami proses alur suatu sistem dengan cara

dimana langkah-langkah task dapat berkaitan satu sama lain, melihat

alurnya dan kemudian menyusun tiap prosesnya. Untuk HTA ini

pembuatan berdasarkan alur dari proses produksi di mesin Raw Mill dan

KILN.

Page 19: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

43

Pada tahapan di Raw Mill ini adalah dimana tahap penggilingan awal

setelah bahan-bahan yang sudah dicampur pada tahap sebelumnya

dimasukkan ke dalam storage dan akan masuk pada tahap penggilingan

awal ini, sehingga diperoleh susunan HTA sistem produksi semen pada

mesin Raw Mill yang dapat dilihat pada tabel sebelumnya dan tahapan

pada di KILN adalah suatu alat dengan bentuk tanur putar yang memiliki

fungsi membakar suatu material sampai mencair dengan suhu panas yang

tinggi, sehingga diperoleh susunan HTA pada mesin KILN yang kemudian

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 HTA Sistem Produksi Semen Pada Mesin Raw Mill

NO. OPERASI KERJA NO

TASK ELEMEN KERJA

1 Tahap awal 1.1 Memakai sepatu safety

1.2 Memakai sarung tangan

1.3 Memakai masker

1.4 Memakai kacamata safety

1.5 Memakai helm safety

2 Pengecekan peralatan

2.1

Memastikan jenis dan ukuran material datang dari

proses sebelumnya dalam keadaan sesuai yang

ditetapkan

2.2 Memastikan kondisi mesin berfungsi sebelum

digunakan

2.3 Mengecek emergency switch

3 Pemilihan meterial 3.1 Mengetahui jenis material yang akan diolah

3.2 Mengetahui jenis pekerjaan yang akan dilakukan

3.3 Memilih material sesuai dengan standar yang

ditetapkan

4 Proses produksi mesin

Roller Mill atau Raw

Mill

4.1

Memproses bahan dari storage di mesin Roller Mill

guna memperkecil ukuran material sekaligus

mengurangi kadar air

4.2

Mengecek produk hasil penggilingan dan

pengeringan sesuai dengan standar yang ditetapkan

untuk keluar dari mesin Roller Mill

4.3 Melakukan pemrosesan terkait material dari mesin

Cyclone untuk dipisah kembali bersama udara

4.4 Meterial sisa diproses dengan udara (± 10%) untuk

diambil oleh Electrostatic Precipitator

Page 20: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

44

4.5 Gas diproses sebesar 0,1% yang masih diudara

melalui cerobong udara atau Stack

4.6

Produk dari Electrostatic Precipitator dibawa

Chain Conveyor bercampur dengan produk

Conditioning Tower yang akan dicampurkan

bersama di mesin Screw Conveyor

4.7

Debu yang masuk Bucket Elevator kemudian

disaring Bag Filter, hasilnya penyaringan tersebut

kemudian dibuang melalui udara dalam kondisi

bersih

4.8

Menurunkan temperatur gas panas dari mesin Pre

Heater, kemudian material yang di dinginkan pada

mesin pendingin tersebut dialirkan melewati mesin

pada tower pembersih dengan Water Spray

4.9

Produk yang sudah masuk kategori reject

,kemudian dikembalikan kepada sistem ulang

melewati Belt Conveyor dengan kapasitas produk

reject sekitar 143 ton/jam

4.10 Produk yang masuk kategori reject sebelumnya

kemudian diangkut kedalam Bucket Elevator

5 Penyelesaian 5.1

Mengecek produk akhir yang dikeluarkan untuk

mengalami proses pada tahap selanjutnya

Tabel 4.4 HTA Sistem Produksi Semen Pada Mesin KILN

NO. OPERASI KERJA NO

TASK ELEMEN KERJA

1 Pengecekan peralatan 1.1

Memastikan jenis dan ukuran material datang dari

proses sebelumnya dalam keadaan sesuai standar

1.2 Memastikan kondisi mesin berfungsi sebelum

digunakan

2 Pemilihan meterial 2.1 Mengetahui jenis material yang akan diolah

2.2 Memilih material sesuai dengan standar yang

ditetapkan

3 Proses produksi mesin

KILN

3.1

Memproses material yang masuk KILN adalah

material yang mendapat proses pemanasan dengan

temperatur panasnya antara 1100-1200°C sehingga

material tersebut berubah menjadi meleleh yang

awalnya berupa serbuk atau disebut proses calinasi

zone

3.2

Memproses bahan-bahan material tersebut

dipanaskan kembali dengan suhu panas yang lebih

tinggi lagi pada tahap kedua dengan temperatur

Page 21: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

45

suhu antara 1200-1300°C dan material ini hampir

mendekati mencair atau disebut proses transisi zone

3.3

Memproses material yang dipanaskan dengan suhu

penuh pada mesin KILN kemudian dapat dikatakan

mencair jika melalui tahap ini dengan temperatur

suhunya antara 1400-1600°C atau disebut proses

burning zone

3.4

Memproses material yang sudah mencair

dimasukkan ke dalam mesin pendingin atau Cooler

dengan maksud agar produk clincer yang keluar

tidak lengket dengan temperatur suhu 150-

200°C atau disebut proses cooling zone

4 Penyelesaian 4.1

Mengecek produk akhir yang keluar harus

memenuhi standar

Untuk data historis kecelakaan kerja diatas sebagai data pendukung

untuk mengetahui jenis kecelakaan kerja apa saja yang dialami pekerja

dalam proses produksi khususnya area Raw Mill (penghancur/penggiling

material) dan KILN (pembakaran hingga suhu 1500°C). Kemudian

pembuatan fault tree analysis ini untuk mengetahui penyebab dari

kecelakaan tersebut terjadi, ada 15 jenis kecelaakan kerja diatas berikut

uraian fault tree analysis tiap jenis kecelakaan kerja :

Page 22: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

46

Kejatuhan Benda (material produksi)

Kepala terkena material

Tidak ada pengecekan area steril untuk dilewati

Melanggar SOP

Melanggar SOP

Jenis mesin : vertical roller mill Tipe mesin : fuller loesche mill LM 59.42Diameter roller : 5,9 meter dengan 4 grinding roller

Ketinggian mesin : ± 5 meter dari permukaanSisa material jatuh : ± 10-15 kg

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Jenis kelamin Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Kebisingan PeneranganFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Gambar 4.14 FTA Kejatuhan Benda

Korban melewati area steril yang dipakai menurunkan material

kegiatan pembersihan yang menyebabkan kepala korban kejatuhan benda

(material produksi) sehingga kepala korban mengalami pendarahan karena

korban kurang fokus memperhatikan area yang sudah diberi tulisan area

steril.

Page 23: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

47

Terjepit benda berputar (Belt Conveyor)

Tangan kanan tertarik dan terjepit

Melanggar SOP

Kelelahan sehingga

konsentrasi turun

Jenis mesin : belt conveyorUkuran makan : 50-1200 mmBahan terapan : batu bara, kerikil, pasir, semen, pupuk kimia, makanan, dll.

Jarak : ± 2-5 meter dengan pekerja

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Perilaku Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Kebisingan PeneranganFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Gambar 4.15 FTA Terjepit Benda Berputar

Korban melakukan pembersihan sisa material menggunakan sapu

pada peralatan berputar (belt conveyor), sesaat peralatan tersebut

menyebabkan tangan kanan korban tertarik, terjepit karena korban tidak

fokus, kelelahan saat bekerja sehingga konsentrasi pekerja menurun.

Diameter : 2800 mmBobot : 12 tonPanjang : 8500 mm

Ketinggian : ± 2-3 meter dari permukaanJatuh dari ketinggian

Kaki terkilirTidak ada pengecekan pada

sirkulasi absorber roll 3

Melanggar SOP

Kurang teliti cek semua jenis

mesin

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Perilaku Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Kebisingan Penerangan Lantai licinFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Gambar 4.16 FTA Jatuh Dari Ketinggian

Page 24: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

48

Terjadi kebocoran pada sirkulasi oil absorber roll 3 yang

menyebabkan kinerja kurang maksimal, sesaat korban memperbaikinya

kemudian terpeleset karena lantai licin yang menyebabkan kaki korban

terkilir karena kurang fokus, berhati-hati dan tidak adanya pengecekan

pada mesin karena kurang teliti dalam cek semua jenis mesin.

Terkena material proses

Mata iritasiTidak ada pengecekan pada

lantai 6 pre heater

Melanggar SOP

Kurang teliti cek semua jenis

mesin

Kebocoran debu

Nama alat : air preheaterKode alat : HE-301Panjang pipa : 192 ftBahan konstruksi : stainless steel AISI tipe 316

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Perilaku Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Kebisingan Penerangan Suhu udaraFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Berkontak langsung Tidak menggunakan kacamata safety Mengabaikan aturan

Gambar 4.17 FTA Terkena Material Proses

Korban saat melewati lantai 6 preheater terjadi kebocoran debu pada

mesin karena kurang adanya pengecekan pada mesin tersebut yang

menyebabkan mata korban terkena iritasi dan kurang berhati-hati dalam

melewati area sekitar mesin tersebut.

Page 25: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

49

Nama alat : liner skid boardKode alat : 233 CCR 2

Terpukul peralatan

Bibir bawah terluka

Melanggar SOP

Kelelahan sehingga

konsentrasi turun

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Perilaku Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Lantai licin PeneranganFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Gambar 4.18 FTA Terpukul Peralatan

Saat perbaikan liner skid board 233 CR 2 yang kropos, korban

melakukan pemasangan liner dengan palu yang kurang pas sehingga

terkena bibir bawah korban dan terluka. Kecelakaan tersebut karena

korban tidak fokus dalam bekerja dan kelelahan sehingga konsentrasi

turun.

Page 26: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

50

Terkena material panas

Kaki terlukaTidak ada pengecekan pada

area mainhole chute CT

Kurang teliti cek semua jenis

mesin

Kebocoran debu panas

Melanggar SOP

Jenis mesin : mainhole chute Penyebab : material basah mudah terbentuk coatingAkibat : chute inlet, outlet akan buntuSolusi : Material dari storage yg akan diproses harus

kering Bersihkan coating sebelum buntu

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Jenis kelamin Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Kebisingan PeneranganFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Material debu panas keluar setelah dicongkel

Gambar 4.19 FTA Terkena Material Panas

Saat perbaikan mainhole chute CT menggunakan pipa untuk

mengeluarkan material dari dalam, sesaat bongkaran material berhasil

dicongkel dari dalam tiba tiba material debu panas keluar dan terkena kaki

korban.

Page 27: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

51

Terjepit peralatan berputar

Tangan terlukaTidak ada pengecekan pada

area roda 451 DB 2

Kurang teliti cek semua jenis

mesin

Pagar pengaman samping DB tidak

terpasang

Melanggar SOP

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Jenis kelamin Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Kebisingan PeneranganFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Jenis mesin : rotary kilnBentuk : silinder (horizontal) diletakkan pada kemiringan tertentuDiameter : 5,6 metertanur putarPanjang : 84 meterKapasitas : 7800 ton/hariTemperatur : 800-900 derajat celcius masuk tanur

Berpegangan pada pagar DB 2 yang tidak terpasang pengaman

Gambar 4.20 FTA Terjepit Peralatan Berputar

Korban melakukan ganti roda pada mesin 451 DB 2, setelah selesai

korban melakukan pengecekan sampai top dome clinker atau rotary kiln.

Saat berjalan korban berpegangan pada pagar kanan DB 2 yang tidak

terpasang pengaman, kemudian roda melindas tangan korban yang

menyeba bkan luka.

Page 28: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

52

Jenis mesin : alat listrikJenis mesin : 442 CPManfaat : kebutuhan tiap utilitas

Terbakar

Tangan terkena percikan ledakan

Tidak ada pengecekan pada alat listrik 442 CP

Melanggar SOP

Kurang teliti cek semua jenis

mesin

Terjadi ledakanFaktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Jenis kelamin Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Kebisingan Penerangan Suhu udaraFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Saat perbaikan mesin listrik 442 CP yang trouble terjadi ledakan

Gambar 4.21 FTA Terbakar

Saat korban melakukan perbaikan trouble pada alat listrik 442 CP,

terjadi ledakan pada panel breaker 442 CP sehingga tangan kanan korban

terkena percikan ledakan dan mengalami luka akibat kurang waspada dan

berhati-hati.

Page 29: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

53

Kejatuhan Benda (material produksi)

Kepala pendarahan Tidak ada pengecekan area

steril untuk dilewati

Melanggar SOP

Tidak fokus memperhatikan

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Jenis kelamin Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Kebisingan Penerangan Suhu udaraFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Melewati bawah tangga saat maintenance mesin Raw Mill

Gambar 4.22 FTA Kejatuhan Benda

Korban melewati area bawah tangga pada kegiatan maintenance

mesin, kemudian korban kejatuhan material dari lantai atas yang

menyebabkan kepala korban terkena material dan mengalami pendarahan

karena tidak memperhatikan area sekitar dan tidak konsentrasi dalam

bekerja.

Page 30: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

54

Terpleset dari tangga

Tangan terkilir

Melanggar SOP

Kelelahan sehingga

konsentrasi turun

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Jenis kelamin Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Lantai licin Penerangan Suhu udaraFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Jenis mesin : raw millFungsi : penghancur atau penggiling material (beton)Kapasitas : 30-720 ton/hPower : 17-20 kWh/h

Melewati tangga licin

Gambar 4.23 FTA Terpleset Dari Tangga

Korban saat melakukan pembersihan area Raw Mill tidak sadar

melewati tangga yang licin banyak debu dari sisa material pembersihan,

akibatnya korban terpeleset dari tangga yang licin dan tangan korban

terkilir akibat tidak fokus dalam kerjanya.

Keracunan bahan kimia

Tubuh keracunan

Melanggar SOP

Tidak sadar berkontak langsung

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Jenis kelamin Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Suhu udara PeneranganFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Berkontak langsung tanpa disadari tidak menggunakan masker

Jenis mesin : dumping dan export clinkerKonsumsi semen : januari-oktober mencapai 3,62 ton naik 95,8% tahunanEkspor clinker : sampai bulan oktober mencapai 541.143 ton naik 31,1% tahunan

Gambar 4.24 FTA Keracunan Bahan Kimia

Page 31: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

55

Korban pada saat di area dumping & export clinker tidak memakai

masker, tidak fokus kerja dan tidak sadarkan diri korban sedang berkontak

langsung dengan bahan kimia di area tersebut akibatnya korban

mengalami keracunan.

Terkena bagian mesin yang permukaan tajam

Tangan tersayatTidak ada pengecekan area di

clinker cooler

Melanggar SOP

Tidak fokus memperhatikan

Mesin permukaan tajam

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Jenis kelamin Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Suhu udara Penerangan KebisinganFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Saat melakukan maintenance tidak menggunakan sarung tangan safety

Jenis mesin : clinker coolerFungsi : pendingin clinkerTemperature : 950-1100 derajat celcius (udara) dan clinker keluar <100 derajat celciusPemakaian : untuk cooling fan antara 3-6 kWh ton/clinkerpowerDimensi : Panjang : 36 meter Lebar : 3,6 meter

Gambar 4.25 FTA Terkena Bagian Mesin Yang Permukaannya Tajam

Saat korban melakukan maintenance di mesin clinker cooler tidak

menggunakan sarung tangan dan kurang fokus, akibatnya tangan korban

tersayat karena terkena ujung mesin yang permukaannya tajam.

Page 32: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

56

Terkena perpindahan mesin berjalan

Punggung terbenturTidak ada pengecekan area di

clinker cooler

Melanggar SOP

Tidak fokus memperhatikan

Pagar pembatas rusak

Jenis mesin : clinker coolerFungsi : pendingin clinkerTemperature : 950-1100 derajat celcius (udara) dan clinker keluar <100 derajat celciusPemakaian : untuk cooling fan antara 3-6 kWh ton/clinkerpowerDimensi : Panjang : 36 meter Lebar : 3,6 meter

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Jenis kelamin Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Suhu udara Penerangan KebisinganFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Pagar pembatas rusak ,punggung terkena perpindahan mesin berjalan

Gambar 4.26 FTA Terkena Perpindahan Mesin Berjalan

Korban sedang melakukan kerja pada area clinker cooler, bagian

pembatas rusak pada area tersebut karena kurang adanya perhatian dalam

maintenance akibatnya punggung korban terbentur mesin berjalan karena

tidak ada pagar pembatas.

Terbakar

Bagian tubuh terpecik api

Melanggar SOP

Tidak ada pengecekan, kurang teliti

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Jenis kelamin Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Suhu udara Penerangan KebisinganFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Jenis mesin : clinker loadingArea : pelabuhan (distribusi dan transportasi) kapal kargoTujuan : menambah daya cepat bongkar clinkerKapasitas : 15 ribu ton/hari semalam dimuat pada kapal

Trouble salah satu mesin

Gambar 4.27 FTA Terbakar

Page 33: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

57

Pada area clinker loading dimana ada trouble pada salah satu mesin

akibatnya terjadi kebakaran pada area sekitar, akibatnya korban terkena

percikan api dari mesin tersebut karena kurang berhati-hati.

Terjatuh dari tangga

Kaki terkilir

Melanggar SOP

Konsentrasi menurun

(kelelahan)

Faktor Manusia : Umur : kondisi fisik, mental, kemampuan kerja Jenis kelamin Penggunaan APD Tingkat pendidikanFaktor Lingkungan : Suhu udara Penerangan Lantai licinFaktor Peralatan : Kondisi mesin

Nama mesin : rotary kilnJenis proses : burning zone Tujuan : pemanasan penuh material dari kiln sampai mencairTemperatur : 1400-1600 derajat celcius

Saat mintenance obor pada area burning zone, terpleset karena lantai licin

Gambar 4.28 FTA Terjatuh Dari Tangga

Saat korban sedang maintenance bagian obor pada area burning kiln,

korban kurang berhati-hati saat turun kebawah selesai perbaikan akibatnya

kaki korban terkilir dan terjatuh.

4.3.1.3 Menentukan HEP (Human Error Probability)

Untuk menentukan HEP proses pekerjaan produksi semen khususnya

pada area Raw Mill (penghancur/penggiling material) dan KILN

(pembakaran hingga suhu 1500°C) dapat dilakukan pada masing-masing

tahapan pekerjaan yang akan diamati, dan nantinya akan diberikan

rekomendasi yang sesuai untuk task yang memiliki nilai HEP tertinggi.

Dalam menentukan HEP, HTA yang telah dibuat akan digunakan untuk

melihat tingkat keseringan pekerja dalam mematuhi setiap task pekerjaan

pada HTA.

Untuk menentukan nilai HEP pada mesin Raw Mill di dapat dengan rumus:

Page 34: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

58

𝑃𝑖 = Jumlah kecelakaan kerja mesin 𝑅𝑎𝑤 𝑀𝑖𝑙𝑙 selama 3 tahun

Jam kerja efektif x hari kerja efektif selama 3 tahun

𝑃𝑖 = 10 kecelakaan/ 3 tahun

8 jam/hari x 1095 hari/ 3 tahun

𝑃𝑖 = 0,001141

Sehingga nilai HEP yang diperoleh yaitu sebagai berikut :

𝑄𝑖 = 1 − (1 − 𝐹𝑖𝑃𝑖)𝑛𝑖

𝑄𝑖 = 1 − (1 − 10 𝑥 0,001141)5

𝑄𝑖 = 0,055762 (contoh perhitungan variabel 1 task 1.2 proses

produksi semen mesin Raw Mill)

Keterangan :

Qi = Nilai Human Error Probabilities

Fi = Jumlah Human Error

Pi = Probabilitas kecelakaan yang terjadi

ni = Jumlah variabel

Nilai HEP metode THERP yang tertinggi pada masing masing

variabel pada proses produksi di mesin Raw Mill (penghancur/penggiling

material) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Nilai HEP Tertinggi pada Proses Produksi di Mesin Raw Mill

Variabel Uraian Task HEP (Qi)

1 1.2 Memakai sarung tangan 0,055762

2 2.1 Memastikan jenis dan ukuran material datang dari proses

sebelumnya dalam keadaan sesuai yang ditetapkan 0,064221

3 3.3 Memilih material sesuai dengan standar yang ditetapkan 0,059624

4 4.1 Memproses bahan dari storage di mesin Roller Mill guna

memperkecil ukuran material sekaligus mengurangi kadar air 0,063357

4.5 Gas diproses sebesar 0,1% yang masih diudara melalui

cerobong udara atau Stack 0,063357

5 5.1 Mengecek produk akhir yang dikeluarkan untuk mengalami

proses pada tahap selanjutnya 0,056431

Page 35: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

59

Kemudian untuk perhitungan nilai HEP pada mesin KILN sama

seperti rumus sebelumnya :

𝑃𝑖 = Jumlah kecelakaan kerja mesin 𝐾𝐼𝐿𝑁 selama 3 tahun

Jam kerja efektif x hari kerja efektif selama 3 tahun

𝑃𝑖 = 5 kecelakaan/ 3 tahun

8 jam/hari x 1095 hari/ 3 tahun

𝑃𝑖 = 0,000571

Sehingga nilai HEP yang diperoleh yaitu sebagai berikut :

𝑄𝑖 = 1 − (1 − 𝐹𝑖𝑃𝑖)𝑛𝑖

𝑄𝑖 = 1 − (1 − 5 𝑥 0,000571)4

𝑄𝑖 = 0,011371 (contoh perhitungan variabel 3 task 3.3 proses

produksi semen mesin KILN)

Keterangan :

Qi = Nilai Human Error Probabilities

Fi = Jumlah Human Error

Pi = Probabilitas kecelakaan yang terjadi

ni = Jumlah variabel

Nilai HEP metode THERP yang tertinggi pada masing masing

variabel pada proses produksi di mesin KILN (pembakaran hingga suhu

1500°C) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 Nilai HEP Tertinggi pada Proses Produksi di Mesin KILN

Variabel Uraian Task HEP (Qi)

1 1.1 Memastikan jenis dan ukuran material datang dari proses

sebelumnya dalam keadaan sesuai standar 0,026544

2 2.2 Memilih material sesuai dengan standar yang ditetapkan 0,023992

3

3.3 Memproses material yang dipanaskan dengan suhu penuh

pada mesin KILN kemudian dapat dikatakan mencair jika melalui

tahap ini dengan temperatur suhunya antara 1400-1600°C atau

disebut proses burning zone

0,011371

4 4.1 Mengecek produk akhir yang keluar harus memenuhi standar 0,017832

Page 36: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

60

4.3.1.4 Penyusunan HRA (Human Realibility Analysis) Event Tree Metode

THERP

Penyusunan HRA Event Tree ini adalah untuk mengetahui task yang

memiliki nilai HEP tertinggi pada masing-masing tahapan pekerjaan

(variabel) dan nilai HEP yang tertinggi atau yang mendekati nilai 1 akan

diberikan rekomendasi perbaikan terlebih dahulu. Jadi untuk task yang

memiliki nilai HEP tertinggi atau nilai yang mendekati 1 akan diberikan

perbaikan terlebih dahulu, dengan menghitung nilai keandalan dari tiap task

tertinggi dengan rumus : 1-HEP.

Page 37: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

61

Mengecek produk akhir yang

dikeluarkan untuk mengalami proses

pada tahap selanjutnya Q5 = 0,056431

Memilih material sesuai

dengan standar yang ditetapkan

Q6 = 0,059624

Memproses bahan dari storage di mesin

Roller Mill guna memperkecil ukuran

material sekaligus mengurangi kadar air

Q7 = 0,063357

Gas diproses sebesar 0,1% yang masih

diudara melalui cerobong udara atau StackQ8 = 0,063357

Memastikan jenis dan ukuran material

datang dari proses sebelumnya dalam

keadaan sesuai yang ditetapkanQ9 = 0,064221

Tidak mengecek produk akhir yang

dikeluarkan untuk mengalami proses

pada tahap selanjutnya q5 = 0,943569

Tidak memilih material sesuai

dengan standar yang ditetapkan

q6 = 0,940376

Tidak memproses bahan dari storage di

mesin Roller Mill guna memperkecil ukuran

material sekaligus mengurangi kadar air

q7 = 0,936643

Tidak diprosesnya gas sebesar 0,1% yang

masih diudara melalui cerobong udara atau

Stackq8 = 0,936643

Tidak memastikan jenis dan ukuran material

datang dari proses sebelumnya dalam

keadaan sesuai yang ditetapkanq9 = 0,935779

Memastikan jenis dan ukuran material

datang dari proses sebelumnya dalam

keadaan sesuai standar

Q4 = 0,026544

Memilih material sesuai dengan

standar yang ditetapkan

Q3 = 0,023992

Mengecek produk akhir yang

keluar harus memenuhi standar

Q2 = 0,017832

Memproses material yang dipanaskan

dengan suhu penuh pada mesin KILN

kemudian dapat dikatakan mencair jika

melalui tahap ini dengan temperatur

suhunya antara 1400-1600°C atau

disebut proses burning zone

Q1 = 0,011371

Tidak memproses material yang dipanaskan dengan suhu

penuh pada mesin KILN kemudian dapat dikatakan

mencair jika melalui tahap ini dengan temperatur suhunya

antara 1400-1600°C atau disebut proses burning zone

q1 = 0,988629

Tidak mengecek produk akhir yang

keluar harus memenuhi standar

q2 = 0,982168

Tidak memilih material sesuai dengan

standar yang ditetapkan

q3 = 0,976008

Tidak memastikan jenis dan ukuran

material datang dari proses sebelumnya

dalam keadaan sesuai standar

q4 = 0,973456

Page 38: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

62

Gambar 4.29 HRA Event Tree Proses Produksi di Mesin Raw Mill dan KILN

Page 39: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

63

Pada gambar 4.30 menunjukkan bahwa pada HRA Event Tree diatas

untuk keterangan Q1 sampai Q9 sebagai nilai HEP tertinggi untuk masing-

masing task tiap variabel pada mesin Raw Mill, KILN dan keterangan q1

sampai q9 sebagai nilai keandalan manusia (HRA). Dari nilai tersebut sudah

diurutkan yang paling atas adalah nilai HEP tertinggi yang mendekati nilai

1 ada pada variabel 3 task 3.3 pada proses produksi di mesin KILN dengan

uraian task tidak diprosesnya material yang dipanaskan dengan suhu penuh

pada mesin KILN kemudian dapat dikatakan mencair jika melalui tahap ini

dengan suhu temperatur yang tinggi sesuai dengan standar perusahaan atau

disebut proses burning zone dengan nilai keandalan 0,988629 yang hampir

mendekati nilai angka 1 dan perlu adanya rekomendasi perbaikan terlebih

dahulu.

Untuk pemberian rekomendasi usulan perbaikan ini diberikan dengan

melihat nilai keandalan yang tertinggi nantinya seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Untuk task 3.3 pada proses produksi di mesin KILN

dengan uraian task tidak diprosesnya material yang dipanaskan dengan suhu

penuh pada mesin KILN kemudian dapat dikatakan mencair jika melalui

tahap ini dengan suhu temperatur yang tinggi sesuai dengan standar

perusahaan atau disebut proses burning zone menjadi task yang dominan

paling banyak maka perlu diberikan rekomendasi perbaikan berupa :

Page 40: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

64

1. Pemberian Visual Display

Perlu adanya pemberian visual display menyeluruh pada area yang

memang sering terjadi kecelakaan kerja baik dari karyawan yang

melakukan kelalaian dalam bekerja maupun yang sering mengabaikan

keselamatan kerjanya serta lebih mempejelas pada waktu briefing

operator untuk memberikan arahan terkait penggunaan APD pada waktu

kerja sangatlah penting untuk melindungi bagian tubuh apa saja agar

terhindar dari kecelakaan pada saat bekerja.

Page 41: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

65

2. Pemasangan Rambu

Page 42: BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan

66

Perlu adanya pemasangan rambu lebih menyeluruh disetiap titik

yang memang titik tersebut sering terjadi kecelakaan kerja. Tidak hanya

pada jalan-jalan yang sering dilewati alat berat tetapi juga ada area mesin

berat atau ringan, kantor, tiap sudut dilapangan atau area produksi, dll

tetap harus dipasang rambu agar karyawan yang bekerja di area sekitar

tetap dapat melihat pentingnya menjaga keselamatan mereka dari

ancaman bahaya tanpa mengabaikan keselamatan kerja mereka.