4. pengumpulan dan pengolahan data 4.1. pengumpulan … · kemudian used oil dalam tangki...
TRANSCRIPT
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
1 7
4. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data
4.1.1. Uraian Proses Produksi
Pada bab ini penulis akan memulai dengan memberikan sekilas
gambaran tentang proses produksi yang terjadi di salah satu perusahaan pelumas
yang ada di Indonesia. Dalam pembuatan minyak pelumas perusahaan ini
mengunakan bahan dasar used oil yang dicampur dengan aditif kemudian diproses
dengan menggunakan teknologi yang canggih sehingga dapat menghasilkan
minyak pelumas yang berkualitas. Di perusahaan ini terdapat beberapa tahapan
proses produksi sebagai berikut :
• Proses refinery : Pada proses ini bahan baku mentah diproses menjadi bahan
setengah jadi (bahan baku pelumas)
o Proses preflash : Proses ini dilakukan untuk menghilangan kandungan air
yang terdapat dari bahan baku dari suplier memiliki kandungan air yang
besar (< 10%) menjadi 0.1 %.
o Proses TDA (Thermal de asphalting): proses tersebut merupakan proses
fraksinasi yaitu pemisahan fraksi-fraksi minyak dari yang paling ringan ke
yang paling berat.
o Proses Hidro finishing : proses ini merupakan proses terakhir dari proses
refinery yang menghasilkan bahan dasar pelumas
• Proses blending : proses ini adalah proses pengolahan bahan setengah jadi dari
proses refinery menjadi minyak pelumas yang siap dikonsumsi.
• Proses filling : proses ini adalah proses pengemasan minyak pelumas.
4.1.2. Proses Refinery
Pada proses refinery ini dimulai dengan proses :
• Proses preflash
Bahan baku sebelum masuk ke proses ini ditampung dulu dengan tangki
penampungan. Didalam tangki tersebut diinjeksikan nitrogen yang berfungsi
sebagai pelapis supaya tidak terjadi reaksi antara oksigen dengan gas-gas yang
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
1 8
terkandung dalam used oil sehingga tidak terjadi polimerisasi serta mencegah
terjadinya gas yang terdapat dalam used oil bereaksi dengan oksigen yang dapat
mengakibatkan kebakaran. Kemudian used oil dalam tangki penampungan difilter
dahulu kemudian dipompakan menuju pre heater Exchanger untuk di panaskan
sampai dengan 90ºC agar used oil tidak berubah menjadi uap terlebih dahulu.
Setelah itu used oil dimasukkan ke static mixer untuk melakukan reaksi
saponifikasi dengan cara menginjeksikan NaOH dimana reaksi ini berfungsi untuk
menetralkan garam MgCl2, CaCl2 dan garam lainnya.Setelah itu dilakukan proses
pemanasan lagi yaitu heat exchanger sampai mencapai suhu 140ºC. kemudian
proses ini diteruskan dengan proses destilasi (proses TDA).
• Proses TDA (Thermal de asphalting)
Proses ini adalah proses pemisahan secara berdasarkan berdasarkan tingkat
volatilitasnya (proses destilasi). Proses ini juga proses yang digunakan untuk
menghilangkan kontaminan yang terdapat dalam used oil selain air seperti : aditif
yang telah rusak,solar,bensin dan bahan lain yang tidak diperlukan. Sebelum
masuk ke dalam kolom TDA pertama-pertama hasil dari proses preflash kemudian
ditampung oleh intermediate storage tank yang dilengkapi dengan pompa hisap
yang bersifat fleksibel karena harus mengikuti dari level dari DHO. Bagian bawah
dari tangki tersebut merupakan endapan dari zat-zat yang mudah berbusa akibat
dari penambahan dari NaOH. Endapan dari dalam tangki itu dipisahkan dan DHO
yang tersedot oleh pompa dicampur dengan aditif (untuk mencegah kerak dalam
pembakaran pada suhu tinggi) dimasukkan kedalam furnance. Di dalam furnance
ini dialiri superheated steam dengan suhu 192ºC sehingga suhu yang keluar dari
furnance menjadi 372ºC. setelah melewati furnance ini DHO masuk kedalam
kolom destilasi (TDA). Kemudian di dalam kolom ini dilakukan proses
pemisahan berdasarkan fraksinya (destilasi multi komponen). Hasil dari proses ini
adalah Aspal, HLF, LLF, SLF, gas oil dan gas ringan yang lainnya. Namun yang
paling diharapkan proses tersebut adalah HLF,LLF,SLF karena ketiga produk ini
yang akan diproses lebih lanjut menjadi based oil.
• Proses Hydrofinishing
Proses ini adalah proses lanjutan dari proses sebelumya dimana proses
tersebut mengolah produk TDA (HLF, LLF, SLF) menjadi based oil (NRI 130,
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
1 9
NRI 250, NRI 500). Pada proses ini dilakukan penginjeksian hydrogen dan
penyaringan dengan mengunakan katalisator terhadap produk dari TDA. Proses
ini berfungsi sebagai penyempurnaan dari rantai ikatan kimia dari sifat pelumas
yang hilang atau putus.dan katalisator pada proses ini sebagai filter agar based oil
yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik (sesuai dengan kualitas dari
minyak virgin).
4.1.3. Proses Blending
Pada unit ini adalah proses pengolahan based oil dari refinery menjadi
produk minyak pelumas yang siap digunakan. Pada proses inilah dilakukan
pencampuran based oil dengan aditif yang sesuai dengan kebutuhan dari fungsi
oli. Pada proses tersebut pencampuran based oil dengan aditif dilakukan dengan
menggunakan fasilitas blender dengan bantuan steam agar pengadukan dapat
menghasilkan produk yang benar-benar homogen.
4.1.4. Proses Filling
Unit ini adalah unit pengemasan setelah produk jadi dihasilkan oleh
departemen blending. Proses pengemasan di perusahaan ini sudah menggunakan
mesin yang otomatis dengan teknologi yang canggih. Di departemen ini
mempunyai 5 line filling yaitu sebagai berikut :
o Line untuk ukuran 0,8 liter -1 liter.(untuk kemasan botol)
o Line untuk ukuran 4 liter -5 liter. (untuk kemasan botol)
o Line untuk ukuran 20 liter. (untuk kemasan jerigen)
o Line untuk ukuran 200 liter. (untuk kemasan drum)
o Line untuk second product. (untuk kemasan botol)
Gambaran secara detail pada setiap tahap proses filling sebagai berikut :
• O-1 : ini adalah proses awal aktivitas filling. Aktifitas yang dilakukan adalah
menyusun botol-botol kosong pada meja yang telah disediakan, yang nantinya
akan dilewatkan ke konveyor mesin filling.
• O-2 : tahap ini adalah tahap pemasangan label pada botol kosong sebelum
diisi oli. Pemasangan label ini dilakukan dengan oleh mesin dengan bantuan
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
2 0
operator. (botol baru dijalankan pada konveyor kemudian melewati alat
pemempel stiker yang otomatis)
• O-3 : setelah botol dipasang label botol tersebut dijalankan dengan konveyor
menuju nozzle untuk diisi dengan oli. Pengisian ini juga menggunakan setting
mesin yang otomatis sehingga pengisian oli ke dalam setiap botol pasti sama
antara satu dengan yang lainnya.
• O-4 : sesudah itu pada tahap ini botol yang sudah terisi oli di tutup. Pada tahap
ini penutupan botol juga dilakukan oleh mesin.Tutup botol yang digunakan
sebelumnya sudah terpasang seal yang dilengkapi dengan aluminium foil yang
terletak dibagian dalam tutup botol, seal ini digunakan untuk menutup (segel)
lubang mulut botol.
• O-5 : proses printing ini hanya botol yang berjalan pada konveyor melewati
print.
• O-6 : pada tahap ini dilakukan penyegelan terhadap botol. Cara kerja proses
ini adalah botol yang sudah dalam keadaan utuh dengan tutup yang sudah
terpasang dilewatkan di bawah pemanas sehingga aluminium foil yang ada
pada seal lengket dengan mulut botol karena panas (± 90ºC).
• O-7 : dalam tahap ini botol yang sudah tersegel dimasukkan kedalam karton
box dengan bantuan operator sesuai dengan peraturan yang ada.
• O-8 : karton box yang telah diisi oleh botol sesuai dengan ukuran masing-
masing dijalankan lewat konveyor melewati print.
• O-9 : karton di tutup dengan menggunakan adhesive tape.
• I-1 : proses inspeksi ini hanya menggunakan sensor. Apabila botol tidak pada
posisi yang benar alarm akan bunyi. Proses ini berfungsi supaya botol yang
akan diisi tidak sampai terjepit atau nozzle turun tepat pada mulut botol.
• I-2 : proses inspeksi pada tahap ini juga dilakukan oleh sensor. sensor ini
digunakan untuk mendeteksi adanya aluminium foil tetapi tidak dapat
mengetahui apakah foil sudah menempel ke mulut botol. Botol dalam keadaan
tertutup yang tidak ada aluminium foilnya akan tertendangoleh sensor
• I-3 : ini adalah proses pemeriksaan terakhir untuk mengecek apakah dalam 1
karton sudah terisi sesuai dengan semestinya.
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
2 1
Untuk memudahkan dalam mempelajari aktifitas proses produksi yang
dilakukan pada departemen ini penulis membuat OPC (Operation Process Chart)
sebagai berikut :
O-1
O-2
I-1
I-3
O-3
O-9
O-8
O-7
O-5
O-6
O-4
MESIN FILLINGMEJA TEMPAT BOTOL BARUTongkat
pendorong Konveyor
Sensor
karton box
isolasi
timbangan
Pengaturan botol
Labeling
Inspeksi botoltebalik
Filling
Capping
Printing botol
Heating
Printing kartonbox
Isolasi kartonbox
Pengecekan berat
Di atur dalam palet
Memasukkan botolke karton box
I-2 Pemeriksaan seal
sensor
Gambar 4.1. Proses Produksi di Departemen Filling
Karena topik dari pembuatan tugas akhir ini membahas tentang tingkat
kecacatan pada departemen blending maka selain data yang ada diatas penulis
juga mengumpulkan data sebagai berikut :
• Data Quality monitoring
Data ini adalah data tentang aktifitas yang dilakukan di departemen filling.
data ini termasuk jumlah dan jenis kecacatan yang terjadi pada saat produksi
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
2 2
berjalan. Data yang diperoleh ini didapatkan dari data histori mulai dari bulan
Maret 2005 sampai April 2005.data ini dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2
• Data re-packing
Data ini diperoleh dari data historis. Data ini menggambarkan tentang
jumlah kecacatan yang di rework selama tahun 2004. data tersebut terlampir
dalam lampiran 6
• Data jenis kecacatan tutup botol berdasarkan pengamatan langsung
Data ini didapatkan dengan cara mengamati secara langsung pada saat
produksi berjalan. Data dapat dilihat pada lampiran 4
• Data jenis kecacatan pada saat repacking berdasarkan pengamatan langsung
Data ini didapatkan dengan cara mengamati secara langsung pada saat
aktifitas tersebut dilakukan berjalan. Data dapat dilihat pada lampiran 5
• Data harga raw material (packaging)
Data ini didapatkan dari hasil wawancara dengan bagian finance. Data
yang ada di bawah ini adalah data perkiraan (bukan harga sebenarnya tetapi
merupakan angka pembulatan). Berikut ini adalah datanya :
1. 1 buah tutup botol (untuk 0.8 lt-5lt) Rp 150,-
2. 1 buah seal tutup botol Rp 150,-
3. 1 buah karton box (untuk semua ukuran) Rp 2500,-
4. 1 buah karton tray (untuk semua ukuran) Rp 300,-
5. 1 buah botol 0.8 lt Rp 1200,-
6. 1 buah botol 1 lt Rp 1350,-
7. 1 buah botol 4 lt Rp 7500,-
8. 1 buah botol 5 lt Rp 8950,-
9. 1 pasang sticker (untuk 0.8 lt-1lt) Rp 150,-
10. 1 pasang sticker (untuk 4lt-5lt) Rp 500,-
• Metode penerimaan dan spesifikasi penerimaan raw material (packaging)
Berdasarkan dari hasil wawancara metode yang digunakan dalam
menerima bahan baku yang datang dari supplier adalah military standard 105 E.
(untuk lebih jelasnya, form penerimaan raw material dapat dilihat pada lampiran
7).
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
2 3
Dalam perusahaan ini telah ditetapkan dua patokan untuk sampling,
Berikut ini adalah tabel patokan yang digunakan untuk incoming inspection :
o Patokan untuk jumlah sampel besar
Sample:S2 Acceptante Quality Level (AQL) LOT SIZE Special MAYOR MINOR
Inspection Accepted Rejected Accepted Rejected < 1201 5 0 1 1 2
1201-35000 8 1 2 2 3 >35000 13 2 3 3 4
Tabel 4.1. Patokan untuk incoming inspection (jumlah sampel besar)
o Patokan untuk jumlah sampel kecil
Sample:S2 Acceptante Quality Level (AQL) LOT SIZE Special MAYOR MINOR
Inspection Accepted Rejected Accepted Rejected < 151 3 0 1 1 2
151-1200 5 1 2 1 2 >1200 8 1 2 2 3
Tabel 4.2. Patokan untuk incoming inspection (jumlah sampel kecil)
• Data penunjang
Data-data penunjang ini berfungsi sebagai data pembantu yang dapat di
gunakan dalam pengolahan data, sebagai berikut :
1. Raw material :
- Botol : botol datang dari supplier dikemas dalam plastik sesuai dengan
ukuran masing-masing :
UKURAN 1 KANTONG : … BIJI 0.8 Lt 80 1 Lt 604 Lt 125 Lt 12
Tabel 4.3. Data Kemasan Raw Material dari Supplier
- Tutup botol : material ini datang dari supplier dalam kemasan kardus dan 1
kardus berisi 1620 buah.
- Karton box : karton box yang datang dari supplier telah diikat per 20 biji
- Sticker : 1 gulung berisi 2500 biji
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
2 4
2. Finish product :
FINISH PRODUCT KARTON BOX BOTOL 1 PALET 0.8 Lt 52 1248 1 PALET 1 Lt 40 960 1 PALET 4 Lt 35 210 1 PALET 5 Lt 48 192
Tabel 4.4. Data Keterangan Finish Product
4.2. Penelitian Yang Dilakukan
4.2.1. Pengolahan Data
4.2.1.1. Proses Filling
Setelah pengumpulan data dilakukan maka pada sub bab ini, penulis
akan memulai membahas pokok permasalahan yang menjadi topik dari makalah
ini dengan melakukan pengolahan data yang telah didapatkan. Penelitian ini
dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi selama ini seperti
melihat besar kecacatan yang terjadi, penyebab dari kecacatan, serta tindakan
yang perlu dilakukan agar dapat menekan kecacatan yang terjadi.
Berdasarkan dari data-data quality monitoring yang telah terkumpul,
penulis menghitung tingkat kecacatan yang terjadi selama ini dan didapatkan
perkiraan prosentase kecacatan yang terjadi pada proses selama 2 bulan sebagai
berikut :
Rata-Rata (%) KEMASAN Maret April
Botol 0.8 lt 0.2 0.1 Botol 1 lt 0.01 0.1 Botol 4 lt 0.5 0.1 Botol 5 lt - 0.2
Tutup botol 4.0 1.8
Tabel 4.5 Ringkasan tingkat kecacatan
Dan berdasarkan dari sumber data yang sama, penulis dapat mengetahui jenis
kecacatan yang terjadi adalah :
• Pesok
• Rusak
• Basah
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
2 5
• Terjepit (terjepit stopper mesin filling).
• Bocor
• Buntu
Dari data yang sama dapat diketahui frekuensi kecacatannya untuk setiap kemasan
seperti pada Tabel 4.6, kemudian mencari penyebab kecacatan terbesar dari
penyebab yang terjadi dengan menggunakan bantuan diagram pareto.
KEMASAN 0.8 Lt 1 Lt 4 Lt 5 Lt
Maret April Maret April Maret April Maret April PESOK 8 5 - - - - - - RUSAK 18 7 - - - - - - BASAH 17 13 - - - - - -
TERJEPIT 20 11 1 1 - 9 - - BOCOR 42 54 1 24 2 - - - BUNTU - 4 - - 11 1 - 5
105 94 2 25 13 10 0 5
Tabel 4.6. Ringkasan jenis kecacatan
Berdasarkan dari table 4.6 yang ada diatas dihasilkan diagarm pareto sebagai
berikut :
BO COR
T ERJEPIT
BASAHRUSAK
PESO KOthe
rs
96 31 30 25 13 448.2 15.6 15.1 12.6 6.5 2.0
48.2 63.8 78.9 91.5 98.0 100.0
0
100
200
0
20
40
60
80
100
Defect
CountPercentCum %
Perc
ent
Coun
t
Jenis Cacat pada botol 0.8 Lt
Gambar 4.2. Diagram Pareto jenis cacat pada botol 0.8 Lt
Seperti yang kita lihat dari hasil output yang ditampilkan oleh gambar 4.2
diketahui bahwa ada 4 jenis kecacatan utama pada botol 0.8 Lt yang harus di
fokuskan dalam perencanaan tindakan perbaikan yaitu bocor, terjepit, basah dan
rusak karena dari 80 % jumlah kecacatan disebabkan oleh ketiga jenis cacat
tersebut. Sedangkan untuk jenis kecacatan pada ukuran botol-botol yang lainnya
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
2 6
tidak perlu menggunakan diagram pareto karena jenis kecacatan yang ada hanya
sedikit maka dari itu untuk mendeteksi jenis kecacatan yang terbesar hanya dilihat
berdasarkan frekuensi yang terbesar dari masing-masing kemasan.
BOCOR
MATERIALMAN
METHOD
Bahan baku dari suplierkotor
Kurang mengerti tekniksampling
Tidak ada training
Metode kurang tepat
Tidak random
Patokan salah
Gambar 4.3. Diagram Fishbone jenis cacat pada botol 0.8 Lt
Penelusuran akar permasalahan bocor pada botol dapat dilihat pada
gambar di atas dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Pada bagian method terdapat faktor penyebab seperti metode yang dipakai
kurang tepat yang dimaksud disini adalah metode yang digunakan tidak dapat
mendeteksi kecacatan yang ada dan hal ini dapat disebabkan oleh cara
pengambilan samplenya kurang random dan patokan atau standard yang
digunakan tidak tepat atau salah.
• Pada bagian man terdapat faktor penyebab seperti man power/operator yang
melakukan tidak mengerti teknik sampling yang tepat karena yang melakukan
pengujian ini hanyalah helper senior analis hal ini mungkin disebabkan oleh
tidak adanya training yang diberikan untuk hal ini.karena supervisornya
sendiri tidak mengerti atau memahami metode ini maka dari itu tidak mungkin
untuk memberikan traning kepada bawahannya.
• Pada bagian material terdapat faktor penyebab seperti bahan baku yang
digunakan oleh supplier itu kotor sehingga dapat menyebabkan cetakan tidak
dapat sempurna.
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
2 7
TERJEPIT
MATERIALMAN
MACHINE METHOD
Dimensi tidak spekTidak perhatian
kerja monoton (fata morgana)
kurang tepat
tidak random
patokan salah
sensor mati/rusak
Gambar 4.4. Diagram fish bone jenis cacat pada botol 0.8 Lt
Penelusuran akar permasalahan terjepit pada botol dapat dilihat pada
gambar di atas dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Pada bagian method terdapat faktor penyebab seperti metode yang dipakai
kurang tepat yang dimaksud disini adalah metode yang digunakan tidak dapat
mendeteksi kecacatan yang ada dan hal ini dapat disebabkan oleh cara
pengambilan samplenya kurang random dan patokan atau standard yang
digunakan tidak tepat atau salah.
• Pada bagian machine terdapat faktor penyebab seperti botol yang tidak berada
pada posisi yang tepat (terbalik/tidur) saat berjalan di atas konveyor tidak
dapat terdeteksi oleh sensor karena sensor tersebut rusak dan tidak ada
perbaikan
• Pada bagian material terdapat faktor penyebab seperti pada dimensi dari botol
tidak sesuai dengan spek, hal ini dikarenakan pada saat penerimaan bahan
baku pertama kali (saat inspeksi) tidak pernah dilakukan pengecekan.
• Pada bagian man terdapat faktor penyebab seperti operator yang bekerja tidak
perhatian terhadap posisi botol pada saat berada di konveyor dan pada saat
penataan botol awal dimeja tidak perhatian,karena hal ini disebabkan oleh
kerja yang monoton sehingga pekerjaan ini dapat mengacaukan mata sehingga
botol yang terbalik tidak dapat diketahui karena operator sudah terlalu lam
melihat lubang dan telah berjam-jam.
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
2 8
BASAH
MACHINE
ENVIRONMENT
filler semprot
air utilities bocorkonveyor terlalu cepat
terkena botol yang lain/ tabrakan
Gambar 4.5. Diagram Fish bone jenis cacat pada botol 0.8 Lt
Penelusuran akar permasalahan basah pada botol dapat dilihat pada
gambar di atas dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Pada bagian machine terdapat faktor penyebab seperti konveyor yang
berjalan terlalu cepat sehingga antara botol yang satu dengan yang lain saling
bertabrakan sehingga oli yang berada dalam tumpah melalui lubang botol.
Kemudian penyebab yang lain adalah filler yang tidak vakum yang dimaksud
dini adalah pipa pengisian yang digunakan mengisi botol pada saat stop masih
menetes karena masih ada sisa oli yang berada dalam pipa tersebut.
• Pada bagian environment, penulis mendefinisikan environment ini karena
tidak ada yang cocok dengan parameter yang lainnya. Adapun faktor
penyebab seperti botol basah karena tabrakan dengan botol yang lainnya saat
berjalan diatas konveyor.
Berdasarkan data quality monitoring selama dua bulan, dapat kita lihat
dari frekuensinya bahwa kecacatan tutup botol yang paling banyak adalah sebagai
berikut:
JENIS CACAT Maret April lain-lain ± 545 - foil lepas ± 2475 ± 325
rusak ± 3475 ± 50
Tabel 4.7. Ringkasan jenis kecacatan tutup botol
Dari pengolahan data yang ada diatas dapat dilihat bahwa jenis kecacatan
yang paling sering muncul adalah aluminium foil yang lepas dan tutupnya botol
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
2 9
rusak
FOIL LEPAS
MACHINE
MATERIAL
vibrator mesin
lem kurang lengket
tutup botol tdk rata
Gambar 4.6. Diagram Fish bone jenis cacat pada tutup botol botol
Penelusuran akar permasalahan foil lepas pada tutup botol dapat dilihat
pada gambar di atas dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Pada bagian machine terdapat faktor penyebab seperti vibrator mesin yang
dimaksud disini adalah getaran dari mesin cap ini yang digunakan untuk
mengumpan mesin pengencang tutup botol ini dapat mengetarkan seal dari
tutup botol dan apabila seal dari tutup botol tidak lengket akan lepas didalam
hopper yang tersedia
• Pada bagian material terdapat faktor penyebab seperti lem yang digunakan
kurang lengket yang dimaksud disini adalah lem dari stiker yang digunakan
tidak lengket sehingga cepat lepas dan pada tutup botol terdapat sisa dari
cetakan yang menghasilkan tidak rata pada tutup botol dan nantinya dapat
menghasilkan tidak sempurnanya kelengketan dari sticker tersebut
Pengolahan data untuk jenis kecacatan yang terjadi pada tutup botol
berdasarkan dari pengamatan langsung pada proses produksi selama beberapa hari
tingkat kecacatan yang terjadi pada tutup botol ini sebesar 3.8 %. (lampiran 4)
TGL PRODUK TOTAL CACAT PROD TOTAL CACAT (%)
27-Apr 2T Plus 163 7488 2.2 28-Apr 2T Plus 352 8736 4 29-Apr 2T Plus 151 4992 3 2-May 2T Plus 208 2496 8.3 4-May 4T Super 118 8736 1.4 6-May 4T Super 223 11232 2
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
3 0
9-May 2T Plus 225 9984 2.3 10-May 2T Plus 472 6240 7.6 11-May 2T Plus 337 9984 3.4
Rata-rata 3.8
Tabel 4.8. Ringkasan Tingkat kecacatan pada tutup botol
Dari data yang tersedia penulis dapat mengetahui jenis kecacatan yang ada
sebagai berikut :
• Tanpa aluminium foil
• Tutup miring
• Segel patah/putus
• Pemasangan seal pada tutup botol terbalik
• Kurang rapat
• Seal tanpa foil
• Rusak/pecah
• Segel terjepit di tengah-tengah ulir
• Tanpa segel
• Double aluminium foil
• Segel putus dari supplier (cetakannya tidak nyambung)
Diagram pareto dari jenis kecacatan yang menyebabkan tingkat kecacatannya
sebesar 3.8 % adalah sebagai berikut :
E B A I COthe
rs
1065 652 260 106 65 10147.4 29.0 11.6 4.7 2.9 4.5
47.4 76.3 87.9 92.6 95.5 100.0
0
1000
2000
0
20
40
60
80
100
Defect
CountPercentCum %
Perc
ent
Coun
t
JENIS KECACATAN PADA TUTUP BOTOL
Gambar 4.7. Diagram pareto untuk jenis kecacatan tutup botol pada saat filling
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
3 1
Dari hasil output diatas dapat dilihat bahwa ada 3 jenis kecacatan yang utama
untuk lebih di fokuskan dalam perencanaan tindakan perbaikan yaitu kurang
rapat, tidak ada aluminium foil dan tutup miring karena dari 80 % jumlah
kecacatan disebabkan oleh ketiga jenis cacat tersebut.
KURANG RAPAT
MATERIAL
METHOD
ulir botol
desain ulir kurang tepat
cap tidak cocokdraft tdk sama
Gambar 4.8. Diagram Fishbone untuk jenis kecacatan kurang rapat
Penelusuran akar permasalahan kurang rapat pada tutup botol dapat dilihat
pada gambar di atas dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Pada bagian method terdapat faktor penyebab seperti metode yang digunakan
untuk mendesain ulir yang digunakan kurang tepat maksud disini adalah
bentuk dan posisi/perletakan ulir tidak sesuai dan tidak tepat sehingga dapat
menyebabkan kecacatan
• Pada bagian material terdapat faktor penyebab seperti ulir dari kedua belah
pihak tidak sama sehingga mengakibatkan cap dari botol tidak dapat
dipasangkan dengan sempurna dan karena ulir yang tidak sama ini .
FOIL LEPAS
MACHINE
MATERIAL
vibrator mesin
lem kurang lengket
tutup botol tdk rata
Gambar 4.9. Diagram Fishbone untuk jenis kecacatan foil lepas
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
3 2
Penelusuran akar permasalahan foil lepas pada tutup botol dapat dilihat
pada gambar di atas dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Pada bagian machine terdapat faktor penyebab seperti vibrator mesin yang
dimaksud disini adalah getaran dari mesin cap ini yang digunakan untuk
mengumpan mesin pengencang tutup botol ini dapat mengetarkan seal dari
tutup botol dan apabila seal dari tutup botol tidak lengket akan lepas didalam
hopper yang tersedia
• Pada bagian material terdapat faktor penyebab seperti lem yang digunakan
kurang lengket yang dimaksud disini adalah lem dari stiker yang digunakan
tidak lengket sehingga cepat lepas dan pada tutup botol terdapat sisa dari
cetakan yang menghasilkan tidak rata pada tutup botol dan nantinya dapat
menghasilkan tidak sempurnanya kelengketan dari sticker tersebut
TUTUP MIRING
MATERIAL
MACHINE
ulir botol
gerak statis
cap tidak sejajar
Gambar 4.10. Diagram Fishbone untuk jenis kecacatan tutup miring
Penelusuran akar permasalahan tutup miring pada tutup botol dapat dilihat
pada gambar di atas dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Pada bagian machine terdapat faktor penyebab seperti mesin yang bekerja
bekerja statis dan pada setting tertentu sehingga pada penyebab ini disebabkan
karena pada saat mesin mengulirkan tutup botol, tidak dapat menepatkan
posisi yang diinginkan sehingga dapat menyebabkan penguliran tidak bisa
baik dan bagus
• Pada bagian material terdapat faktor penyebab seperti masing-masing ulir
yang ada pada botol dan tutupnya tidak tepat pada saat penguliran akan
dilakukan pada mesin yang dimaksud disini adalah posisi ulir dari tutup botol
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
3 3
dengan ulir dari botol tidak dapat bertemu dalam kondisi ujung dengan ujung
sehingga hanya diulirkan dengan seadanya karena selain itu mesin ini juga
menekan pada saat mengulirkan sehingga ada kemungkinan pada saat
penguliran dipaksakan masuk/terulir.
Di samping itu penulis juga mengolah data kecacatan yang terjadi
berdasarkan metode pengerjaan. Metode pengerjaan ada 2 macam metode disini
yang dimaksud adalah :
• Manual : metode ini adalah proses penutupan botol. Cara kerjanya adalah
botol sebelum masuk ke mesin cap (saat berjalan melalui konveyor menuju ke
mesin cap) dibantu dengan bantuan operator untuk memasang tutup botol
dahulu sehingga pada saat berada di mesin cap, mesin ini hanya mengulirkan
saja.(jadi cap tidak diambil melalui hopper)
• Auto : cara kerja metode ini adalah cap di umpankan melalui hopper yang
tersedia kemudian diambil oleh lengan mesin dan kemudian ditutupkan ke
botol (diulirkan)
Berikut adalah pengolahan data tiap menit :
WAKTU (MENIT) METODE
TOTAL CACAT
CACAT Per MENIT
50 Auto 65 0.8 75 Auto 11 6.8 135 Auto 198 0.7 55 Auto 162 0.3 RATA-RATA 2.15
120 Manual 15 8 45 Manual 98 0.5 135 Manual 156 0.9 150 Manual 299 0.5 135 Manual 125 1.1 115 Manual 51 2.3
RATA-RATA 2.2
Tabel 4.9 Ringkasan Tingkat kecacatan berdasarkan metode pengerjaan
Dari data yang ada diatas tidak diolah karena data yang didapatkan hanya
sedikit sehingga apabila diolah nantinya akan dapat menimbulkan hasil yang tidak
signifikan. Dan dari data ini penulis hanya menyajikan data ini untuk sekedar
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
3 4
presentasi dari data shift malam dan siang untuk membuat usulan perbaikan dalam
proses produksi
4.2.1.2. Proses Re-packing
Dibawah ini adalah ringkasan data jumlah kecacatan repacking pada
tahun 2004. Untuk lebih detilnya dapat dilihat pada lampiran 7 KEMASAN JUMLAH BOTOL YANG DI REPACKING PRODUCT RETURN
0.8 lt 2.101 22.570 1 lt 2.921 24.836 4 lt 394 1.470 5 lt 20 105
Tabel 4.10. Ringkasan produk yang di re-packing
Dari data dilihat bahwa dalam setahun frekuensi repacking sangat
tinggi maka dari itu penulis juga ingin mengetahui jenis kecacatan yang
menimbulkan rework, berikut adalah pengolahan data jenis kecacatan repacking
berdasarkan pengamatan langsung selama beberapa hari (untuk melihat data yang
lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 5 :
JUMLAH JENIS KECACATAN 0,8 lt 1 lt 4 lt 5 lt 1 8 7 0 4 2 19 422 1 1 3 38 43 2 5 4 0 87 0 0 5 48 254 48 5 6 106 994 0 0 7 404 278 0 0 8 0 0 1 0 9 0 0 6 0 10 6 5 0 0 11 0 29 24 0 12 0 1 0 0
Tabel 4.11 Ringkasan jumlah kecacatan pada repacking
Dari data pada table 4.11. dapat diketahui jenis kecacatan yang meninbulkan
rework adalah :
• Bocor sambungan
• Pesok
• Bocor dari supplier
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
3 5
• Bocor sambungan T (berada pada siku leher botol)
• Seal bocor meliputi :
- Aluminium tidak nempel sama sekali (tutup dalam keadaan kurang
rapat)
- Aluminium nempel sebagian (tutup dalam keadaan miring)
• Pecah
• Basah
• Segel patah
• Stiker rusak
• Tidak ada aluminium foil
• Kotor
• Cacat dari supplier
Dengan melihat banyaknya jenis kecacatan yang timbul yang menyebabkan
repacking maka penulis membuat alat bantu diagram pareto agar dapat
memudahkan dalam memprioritas perbaikan yang harus dilakukan, berikut adalah
diagram pareto untuk setiap ukuran botol :
Untuk menganalisa jenis kecacatan yang sering timbul dalam akktifitas
repacking, penulis menggunakan bantuan diagram pareto. Berikut adalah diagram
pareto untuk setiap kemasan produk :
OthersBCEFG
14 19 38 48106404 2.2 3.0 6.0 7.616.964.2
100.0 97.8 94.8 88.7 81.1 64.2
600
500
400
300
200
100
0
100
80
60
40
20
0
Defect
CountPercentCum %
Perc
ent
Coun
t
JENIS KECACATAN WAKTU REPACKING 0.8 LT
Gambar 4.11. Diagram pareto jenis kecacatan pada repacking (kemasan 0.8 liter)
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ada 2 jenis kecacatan yang utama
untuk lebih di fokuskan dalam perencanaan tindakan perbaikan yaitu basah dan
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
3 6
botolnya pecah karena dari 80% jumlah kecacatan disebabkan oleh ketiga jenis
cacat tersebut.
F B G E DOthe
rs
994 422 278 254 87 8546.9 19.9 13.1 12.0 4.1 4.0
46.9 66.8 79.9 91.9 96.0 100.0
0
1000
2000
0
20
40
60
80
100
Defect
CountPercentCum %
Perc
ent
Coun
t
JENIS KECACATAN WAKTU REPACKING 1 LT
Gambar 4.12. Diagram pareto jenis kecacatan pada repacking (kemasan 1 liter)
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ada 3 jenis kecacatan yang utama
untuk lebih di fokuskan dalam perencanaan tindakan perbaikan yaitu pesok, pecah
dan basah karena dari 80% jumlah kecacatan disebabkan oleh ketiga jenis cacat
tersebut.
E K IOthers
48 24 6 458.5 29.3 7.3 4.9 58.5 87.8 95.1 100.0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0
20
40
60
80
100
Defect
CountPercentCum %
Perc
ent
Coun
t
JENIS KECACATAN WAKTU REPACKING 4 LT
Gambar 4.13. Diagram pareto jenis kecacatan pada repacking (kemasan 4 liter)
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ada 2 jenis kecacatan yang utama
untuk lebih di fokuskan dalam perencanaan tindakan perbaikan yaitu seal bocor
dan kotor karena dari 80% jumlah kecacatan disebabkan oleh ketiga jenis cacat
tersebut.
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
3 7
Untuk jenis kecacatan pada kemasan 5 liter tidak diolah karena kemasan
ini tidak ada transaksi pada saat dilaksanakan pengambilan data.sedangkan dari
data histories tidak tercacat jenis kecacatannya tidak ada keterangan dan memang
untuk kemasan 5 liter ini jarang sekali produksi maka dari data repacking yang
tahun lalu hanya 20 botol yang di rework
REPACKING
MATERIAL
ENVIRONMENT
MAN
bocor yang tdk terdeteksi
terkena tumpahan botol lainkarena yang lain pecah
cuekjumlah terlalu banyak
kurang orang di produksitidak sempat kurang kuat/tipis
METHOD
storage
tumpukan berlebihan
Gambar 4.14. Diagram Fishbone jenis kecacatan yang menimbulkan repacking
Penelusuran akar permasalahan tutup miring pada tutup botol dapat dilihat
pada gambar di atas dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Pada bagian material terdapat faktor penyebab seperti bocor yang tidak
terdeteksi pada saat akan di packing hal ini disebabkan karena ada kecacatan
yang memang sulit dideteksi seperti lubang yang tertutup oleh stiker tetapi ada
juga lubang atau kebocoran yang memang karena keteledoran dari para
operator (tidak melakukan pemeriksaan,langsung dimasukkan ke dalam
karton box hal ini dikarenakan karena tidak adanya inspector yang
mengawasi). Selain itu penyebab juga disebabkan karena bahan dari botol
tersebut tipis yang dimaksud disini adalah ada bagian tertentu yang
dindingnya tipis karena molding tidak sempurna atau memang bagian tersebut
tidak dapat/sulit dicapai. sehingga tidak dapat menahan beban yang terlalu
besar .
• Pada bagian man terdapat faktor penyebab seperti pada saat pemeriksaan
terlalu banyak botol yang cacat sehingga hal ini menyebabkan kejenuhan pada
operator yang bekerja sehingga dibiarkan saja karena job description yang
seharusnya dilakukan justru terganggu dan tidak dapat
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
3 8
diselesaikan.(inspector/operator kurang jumlahnya untuk memeriksa
kecacatan ).
• Pada bagian method terdapat faktor penyebab seperti metode yang digunakan
untuk pengaturan layout tata letak warehouse kurang tepat dan prosedur
penyimpanan tidak diperhatikan sehingga pada warehouse ditemukan
tumpukan yang nantinya dapat mengakibatkan kecacatan yang muncul
• Pada bagian environment, yang dimaksud kecacatan yang disebabkan oleh
lingkungan ini seperti berikut : kecacatan yang terjadi misalnya basah dan
basah ini disebabkan karena kecacatan yang lain (yang mengakibatkan oli
keluar dari kemmasan) sehingga menyebabkan kecacatan yang seperti ini.
Untuk membantu dalam analisa data maka penulis juga menghitung biaya yang
dikeluarkan dalam setahun untuk aktifitas repacking berdasarkan dari perhitungan
harga (ini hanya biaya raw material yang dikeluarkan) :
Perlu kita ketahui bahwa untuk aktifitas repacking ini apabila ada 1 botol cacat
dalam satu kardus maka biaya packaging yang akan dikeluarkan adalah :
• 1 karton box
• 1 karton tray
• 1 botol (sesuai dengan ukuran botol yang cacat)
• 2 pasang sticker
• 1 cap botol
• 1 seal cap botol
Perhitungan untuk kemasan 0.8 lt MATERIAL HARGA
1 karton box Rp 2500,-
1 karton tray Rp 300,-
1 botol Rp 1200,-
2 pasang sticker Rp 300,-
1 cap botol Rp 150,-
1 seal cap botol Rp 150,-
TOTAL : Rp 4600,-
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
3 9
Jumlah kemasan yang di repacking (unit) : 2101
Harga per kemasan : Rp 4600,- x
Total : Rp 9.664.600,-
Karton box yang di ganti (product return
– jumlah repacking) :
18.368
Harga per unit : Rp 2500,- x
Rp 45.920.000,- +
Total biaya seluruhnya : Rp 55.584.600,-
Perhitungan untuk kemasan 1 lt MATERIAL HARGA
1 karton box Rp 2500,-
1 karton tray Rp 300,-
1 botol Rp 1350,-
2 pasang sticker Rp 300,-
1 cap botol Rp 150,-
1 seal cap botol Rp 150,-
TOTAL : Rp 4750,-
Jumlah kemasan yang di repacking (unit) : 2921
Harga per kemasan : Rp 4750,- x
Total : Rp 13.874.750,-
Karton box yang di ganti (product return
– jumlah repacking) :
18.994
Harga per unit : Rp 2500,- x
Rp 47.485.000,- +
Total biaya seluruhnya : Rp 61.359.750,-
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
4 0
Perhitungan untuk kemasan 4 lt MATERIAL HARGA
1 karton box Rp 2500,-
1 karton tray Rp 300,-
1 botol Rp 7500,-
2 pasang sticker Rp 1000,-
1 cap botol Rp 150,-
1 seal cap botol Rp 150,-
TOTAL : Rp 11.600,-
Jumlah kemasan yang di repacking (unit) : 394
Harga per kemasan : Rp11.600,- x
Total : Rp 4.570.400,-
Karton box yang di ganti (product return
– jumlah repacking) :
678
Harga per unit : Rp 2500,- x
Rp 1.695.000,- +
Total biaya seluruhnya : Rp 6.265.400,-
Perhitungan untuk kemasan 5 lt
MATERIAL HARGA
1 karton box Rp 2500,-
1 karton tray Rp 300,-
1 botol Rp 9000,-
2 pasang sticker Rp 1000,-
1 cap botol Rp 150,-
1 seal cap botol Rp 150,-
TOTAL : Rp 13.100,-
Jumlah kemasan yang di repacking (unit) : 20
Harga per kemasan : Rp13.100,- x
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
4 1
Total : Rp 262.000,-
Karton box yang di ganti (product return
– jumlah repacking) :
60
Harga per unit : Rp 2500,- x
Rp 150.000,- +
Total biaya seluruhnya : Rp 412.000,-
Total biaya yang dikeluarkan untuk repacking pada tahun 2004
Biaya untuk kemasan 0.8 lt : Rp 55.584.600,-
Biaya untuk kemasan 1 lt : Rp 61.359.750,-
Biaya untuk kemasan 4 lt : Rp 6.265.400,-
Biaya untuk kemasan 5lt : Rp 412.000,- +
Rp 123.621.750,-
Berdasarkan dari data standar penerimaan raw material (lampiran 7) yang ada,
penulis mengadakan tambahan tabel dan memperbaiki berdasarkan tabel standar
military standard 105 E (pada lampiran 8). Berikut ini adalah data tambahan dan
data perbaikan :
• Data yang di perbaiki
o Standard untuk jumlah sampel besar A Q L A Q L
C R I T I C A L M A Y O R L o t S i z e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e < 1201 8 1 2 5 1 2
1201-35000 8 1 2 8 2 3 >35000 1 3 2 3 1 3 3 4
Tabel 4.12. Patokan untuk incoming inspection (jumlah sampel besar)
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
4 2
o Standard untuk jumlah sampel kecil A Q L A Q L
C R I T I C A L M A Y O R L o t S i z e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e < 151 2 0 1 5 1 2
151-1200 8 1 2 5 1 2 >1201 8 1 2 8 2 3
Tabel 4.13. Patokan untuk incoming inspection (jumlah sampel kecil)
Data yang diperbaiki adalah data yang angkanya di blok dengan warna
abu-abu
• Data tambahan
o Standard untuk sample besar dengan aturan ketat A Q L A Q L
C R I T I C A L M A Y O R L o t S i z e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e < 1201 1 3 1 2 8 1 2
1201-35000 1 3 1 2 8 1 2 >35000 1 3 1 2 1 3 2 3
Tabel 4.14. Standar ketat untuk incoming inspection (jumlah sampel besar)
o Standard untuk sample besar dengan aturan longgar A Q L A Q L
C R I T I C A L M A Y O R L o t S i z e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e < 1201 3 0 2 2 0 2
1201-35000 3 0 2 3 1 3 >35000 5 1 3 5 1 4
Tabel 4.15. Standar longgar untuk incoming inspection (jumlah sampel besar)
o Standard untuk sample kecil dengan aturan ketat A Q L A Q L
C R I T I C A L M A Y O R L o t S i z e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e < 151 1 3 0 1 8 1 2
151-1200 1 3 1 2 8 1 2 >1201 1 3 1 2 8 1 2
Tabel 4.16. Standar ketat untuk incoming inspection (jumlah sampel kecil)
U n i v e r s i t a s K r i s t e n P e t r a
4 3
o Standard untuk sample kecil dengan aturan longgar A Q L A Q L
C R I T I C A L M A Y O R L o t S i z e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e
S a m p l e : S p e s i a l
I n s p e k s i A c R e < 151 2 0 1 2 0 2
151-1200 3 0 2 2 0 2 >1201 5 1 3 3 1 3
Tabel 4.17. Standar longgar untuk incoming inspection (jumlah sampel kecil)