tinjauan yuridis mengenai penolakan pasien pada …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan...

56
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA KEADAAN GAWAT DARURAT OLEH RUMAH SAKIT SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Satya Wacana Universitas Kristen Satya Wacana Maulana Wisnu Indriarto NIM 312015165 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 23-Mar-2021

9 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA

KEADAAN GAWAT DARURAT OLEH RUMAH SAKIT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Satya Wacana

Universitas Kristen Satya Wacana

Maulana Wisnu Indriarto

NIM 312015165

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019

Page 2: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada
Page 3: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada
Page 4: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada
Page 5: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada
Page 6: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Kata Pengantar

Skripsi ini mengangkat Judul “ Tinjauan Yuridis Mengenai Penolakan Pasien Miskin

Pada Kondisi Gawat Darurat Oleh Rumah Sakit”. Suatu penelitian di bidang ilmu hukum

bertujuan memberikan sumbangan ide dan gagasan serta memberikan informasi dalam kasus

penolakan pasien di rumah sakit. Penulisan ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian upaya

penulis dalam memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum, Ilmu Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Kota Salatiga.

Pada penulisan penelitian ini, penulis memberikan informasi mengenai materi dan hal-hal

yang dibahas dalam tiap bab. Penulisan ini dibagi menjadi tiga substansi utama, yaitu

pendahuluan, pembahasan dan penutup.

Bab I tentang pendahuluan, pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian.

Bab II tentang pembahasan, pada bab dua ini dijelaskan mengenai hasil penelitian dan

pembahasan tentang hubungan hukum antara pasien miskin, pasien pengguna BPJS Kesehatan

yang sedang dalam kondisi gawat darurat diberlakukan penolakan oleh rumah sakit dan disertai

dengan analisis tentang permasalahan tersebut.

Bab III tentang penutup, pada bab tiga akan berisi penutup. Terdiri dari kesimpulan yang

diperoleh dari seluruh penelitian dan saran serta daftar pustaka.

Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan penulisan

penelitian ini, sehingga masih banyak ditemukan kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh

Page 7: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis nantikan. Namun demikian sekecil

apapun penulisan penelitian ini, penulis berharap hasil penulisan skripsi ini akan bermanfaat

bagi pembaca dan terutama dapat membantu memberikan informasi bagi masyarakat dan

rumah sakit.

Salatiga, Agustus 2019

Penulis

Maulana Wisnu Indriarto

Page 8: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

ABSTRAK

Rumah sakit memiliki fungsi sosial yang wajib dijalankan sesuai amanah dari Undang-

Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dalam Undang-Undang tersebut jelas di

tuliskan bahwa rumah sakit dilarang menolak pasien didalam kondisi gawat darurat, yang

dimaksud dengan pasien adalah orang yang datang kerumah sakit untuk memperoleh pelayanan

kesehatan. Namun sering kali masih kita temukan terkait permasalahan penolakan pasien

tersebut, semestinya rumah sakit juga menimbang dari segi kemanusiaan bukan hanya untuk

mendapatkan untung semata apalagi bila pasien tersebut miskin dan dalam kondisi gawat

darurat. Gawat Darurat merupakan keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis

segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.

Kata kunci: Rumah Sakit, Pasien, Gawat Darurat.

Page 9: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul.........................................................................................................Error!

Bookmark not defined.

Lembar Persetujuan................................................................................................Error!

Bookmark not defined.

Lembar Pengujian.................................................................................................iii

Lembar Pernyataan Orisinalitas Skripsi................................................................iv

Ucapan Terimakasih...............................................................................................v

Kata Pengantar.....................................................................................................Error!

Bookmark not defined.i

Daftar Isi................................................................................................................ix

Abstrak..................................................................................................................xi

Bab I. Pendahuluan.............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................5

D. Keaslian Penulisan....................................................................................5

E. Metode Penulisan......................................................................................8

Bab II. Pembahasan...........................................................................................13

A. Kajian Pustaka..........................................................................................13

1. Pengertian Dasar...........................................................................12

2. Teori Hukum.................................................................................21

3. Konsep Hukum.............................................................................23

3.1 Hak dan Kewajiban Pasien...............................................25

3.2 Hak dan Kewajiban Rumah Sakit.....................................26

Page 10: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

4. Aturan Terkait...............................................................................29

4.1 Aturan Tentang Penanganan Gawat Darurat Pada Rumah

Sakit..............................................................................................29

4.2 Aturan Tentang Penanganan Peserta BPJS Kesehatan Dalam Kondisi

Gawat Darurat......................................................30

4.3 Bagan Penanganan Pasien Gawat Darurat........................35

B. Analisis.....................................................................................................36

1. Hubungan Hukum Penolakan Pasien Miskin Pada Keadaan Gawat Darurat Oleh

Rumah Sakit............................................................36

2. Akibat Hukum Penolakan Pasien Dalam Kondisi Gawat Darurat Serta Bentuk

Tanggung Jawab......................................................40

Bab III. Penutup..................................................................................................46

A. Kesimpulan................................................................................................46

B. Saran..........................................................................................................47

Daftar Pustaka.....................................................................................................48

Page 11: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Pelayanan rumah sakit juga diatur dalam kode etik Rumah Sakit, dimana kewajiban dari rumah

sakit terhadap karyawan, pasien dan masyarakat diatur berdasarkan Pasal 29 ayat (1) huruf F

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Tugas rumah sakit adalah

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan perorangan

adalah setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan

memulihkan kesehatan1

Rumah sakit di selenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai

kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,

pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien serta mempunyai fungsi sosial.2 Fungsi sosial

yang dimaksud antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/ miskin,

pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana alam dan

kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi terhadap kemanusiaan.

1 Freddy, Hak Pasien, Bandung: Mandar Maju., 2007, h.37.

2 Ibid., h. 38.

Page 12: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Dalam menerima pasien rumah sakit harus mengetahui bentuk tanggung jawab apa yang

harus diterima dan dijalankan. Ketentuan tersebut merumuskan, hak memperoleh perlindungan

kesehatan untuk setiap orang tanpa membedakan ras, status, warna kulit, jenis kelamin,

keyakinan politik dan sebagainya.3 Rumah sakit harus mentaati setiap peraturan perundang-

undangan di Indonesia agar masyarakat yang telah menjadi pasien rumah sakit tidak di

telantarkan dan tidak dipersulit untuk mendapat perawatan medis pertama yang semestinya.

Sesuai dengan Pasal 32 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

yang menyatakan bahwa:

Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta,

wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan

pencegahan kecacatan terlebih dahulu.

Fenomena yang terjadi di Indonesia masih banyak masyarakat kurang mampu/ miskin

mengalami kesulitan dalam pelunasan administrasi rumah sakit. Hal ini tentu akan membebani

masyarakat, karena disatu sisi masyarakat kurang mampu sangat membutuhkan pelayanan medis

pertama dan penanganan cepat dari rumah sakit, hal ini tentu juga mengabaikan fungsi sosial dari

rumah sakit.

Seperti kasus yang telah terjadi di Bekasi, pasien bernama Reny Wahyuni telah ditolak

sebanyak tujuh rumah sakit (RS Ananda Bekasi, RS Anna Medika Bekasi, RS Mekar Sari, RS

Bakti Kartini, RS Bella, RS Hermina, dan RSUD Kota Bekasi) yang berakibat pada kematian

bayinya saat dilahirkan melalui operasi caesar, padahal pasien telah terdaftar dalam program

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan. Dalih yang sering digunakan rumah

sakit yaitu tidak terdapat kamar kosong yang mampu menampung pasien, alhasil pasien

3 Ibid., h. 55.

Page 13: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

pemegang BPJS Kesehatan yang notabenya dari kalangan bawah harus bisa menerima kenyataan

tersebut.

Setelah dilakukan investigasi berupa pengecekan kamar di rumah sakit terkait ternyata

masih terdapat beberapa kamar kosong yang seharusnya tidak menjadi alasan pihak rumah sakit

untuk menolak pasien, terutama pasien kurang mampu/ miskin.

Di Indonesia kebijakan negara tentang rumah sakit sudah begitu konkrit, namun

kesadaran rumah sakit untuk ikut mensukseskan tergolong cukup rendah. Seperti dibentuknya

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Undang-

Undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit serta Undang-Undang No.36 Tahun 2009

tentang Kesehatan.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun suami Reny Wahyuni, Hari Kustanto (41), saat

itu kondisi mengalami gangguan kehamilan. Usia bayinya sudah lebih dari delapan bulan dan

segera mendapat perawatan tim medis. Kemudian, Hari Kustanto mencari rumah sakit untuk

merawat istrinya. Setelah tiga hari mencari rumah sakit, Reny belum dirawat dengan alasan

ruang Intensive Care Unit (ICU) penuh. Padahal mereka telah terlindungi Badan Penyelanggara

Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Bahkan, saat mendatangi ke Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Kota Bekasi. Hari Kustanto berkata: "Tiga hari saya berkeliling cari rumah sakit, tapi

ditolak semua dengan alasan ruang ICU sudah penuh.”4

Dalam kasus ini tanggung jawab dari pihak rumah sakit sesuai dengan kode etik rumah

sakit yang berlaku di Indonesia (Kepmenkes RI No. 924/Menkes/SK/Per/XII/1986) Bab I

4 Berita Satu, “Ditolak 7 RS di Bekasi, Putri Reny Lahir dalam Kondisi Meninggal,” 12 Juni 2017,

https://www.beritasatu.com/megapolitan/436128/ditolak-7-rs-di-bekasi-putri-reny-lahir-dalam-kondisi-meninggal,

dikunjungi pada tanggal 15 Agustus 2019 pukul 09.15.

Page 14: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

menetapkan bahwa rumah sakit sebagai suatu institusi yang harus menaati kode etik Rumah

Sakit Indonesia, dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua kejadian di dalam

rumah sakit, memberikan pelayanan yang baik, memberikan pertolongan gawat darurat tanpa

mengharuskan pembayaran uang muka terlebih dahulu, memelihara peralatan dengan baik dan

agar selalu siap pakai dan merujuk kepada rumah sakit lain apabila tidak tersedia peralatan atau

tenaga spesialis yang dibutuhkan oleh pasien.5

Permasalahan ini termasuk dalam kategori hukum privat. Hukum privat adalah hukum

yang mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu dengan yang lain dengan

menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan. Dengan memperhatikan permasalahan

tersebut maka menarik untuk diteliti.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang permasalahan diatas, maka dapat di temukan

isu hukum/ rumusan masalah penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana hubungan antara pasien dengan rumah sakit, terhadap penolakan

dalam kondisi gawat darurat ?

2. Apa akibat hukum atau sanksi bagi rumah sakit yang telah menolak pasien dalam

kondisi gawat darurat ?

C. TUJUAN PENELITIAN

5 Hendrik, Etika dan Hukum Kesehatan, Jogjakarta: EGC., 2014, h.41.

Page 15: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Menjelaskan mengenai hubungan antara pasien dengan terhadap rumah sakit yang

menolak dalam kondisi gawat darurat.

2. Menjelaskan mengenai akibat hukum bagi rumah sakit yang telah menolak pasien

dalam kondisi gawat darurat.

D. KEASLIAN PENULISAN

Judul skripsi ini merupakan hasil karya dan ide sendiri dari penulis, keaslian penelitian

didalam penulisan ini memiliki persamaan dengan beberapa penulisan penelitian terdahulu

dengan judul “Penolakan Pelayanan Medis Oleh Rumah Sakit Terhadap Pasien yang

Membutuhkan Perawatan Darurat” yang dibuat oleh Cahyo Agi Wibowo, mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Surabaya dengan NIM. 09120042.

Meskipun judul skripsi tersebut hampir sama dengan penulisan penelitian ini namun

didalam rumusan masalah, metode penulisan dan analisis kasus akan dijumpai substansi yang

berbeda. Dengan demikian penulisan penelitian ini merupakan hasil dari pemikiran sendiri serta

menjadi penulisan yang pertama dan asli adanya.

Page 16: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Tabel Keaslian Penulisan

Topik Perbedaan

Judul Tinjauan Yuridis Mengenai

Penolakan Pasien Miskin Pada

Keadaan Gawat Darurat Oleh

Rumah Sakit

Penolakan Pelayanan Medis Oleh

Rumah Sakit Terhadap Pasien

yang Membutuhkan Perawatan

Darurat

Rumusan

Masalah

1. Bagaimana hubungan antara

pasien dengan rumah sakit,

terhadap penolakan dalam

kondisi gawat darurat ?

2. Apa akibat hukum atau

1. Bagaimana hubungan hukum

penolakan perawatan medis, jika

dilihat dari aspek hukum pidana ?

2. Apa bentuk

pertanggungjawaban atas

Page 17: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

sanksi bagi rumah sakit yang

telah menolak pasien dalam

kondisi gawat darurat ?

penolakan perawatan medis yang

termasuk perbuatan melawan

hukum yang merugikan orang

lain dan bagaimana cara

melakukan gugatan pada masalah

tersebut ?

Analisis Hubungan penolakan pasien

miskin dalam kondisi gawat

darurat dikaitkan dengan UU

No. 24 Tahun 2011 UU No.44

Tahun 2009 UU No.36 Tahun

2009 disertai dengan akibat

hukum dan bentuk

pertanggungjawabannya.

Penolakan pelayanan medis oleh

rumah sakit terhadap pasien

gawat darurat dikaitkan dengan

Pasal 304 dan 531 KUHP dan

pertanggungjawaban serta cara

pengajuan gugatan.

Berdasarkan fakta yang sering kali kali terjadi bahwasannya masih rendahnya kesadaran

dari pihak rumah sakit untuk melaksanakan peratutan perundang-undangan serta lebih

mementingkan keuntungan semata yang mengakibatkan diskriminasi kepada pasien miskin atau

pengguna BPJS Kesehatan yang mengakibatkan sering ditemukan permasalahan terkait

penolakan pasien miskin pada keadaan gawat darurat yang dilakukan oleh rumah sakit, padahal

aturan dilarang menolak pasien dalam kondisi gawat darurat tersebut sangat jelas tertulis dalam

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2014 tentang Tenaga Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Berdasarkan dengan kasus tersebut maka penulis mencoba mengangkat persoalan mengenai:

Page 18: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

“ TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA KEADAAN

GAWAT DARURAT OLEH RUMAH SAKIT ”

E. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan kepada metode,

sistematika dan pemikiran tertentu bertujuan guna mempelajari gejala hukum besertaa cara untuk

menganalisisnya.6 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah menemukan kebenaran koherensi, yaitu

aturan hukum yang sesuai dengan norma hukum serta norma yang berupa perintah atau larangan

itu sesuai dengan prinsip hukum. Serta apakah tindakan seseorang sesuai dengan norma hukum

atau prinsip hukum.7

Dalam penelitian ini terdapat pembahasan bahwa pengaturan terhadap pasien di dalam

kondisi gawat darurat oleh rumah sakit yang sebelumnya telah ditegaskan bahwa rumah sakit

memiliki fungsi sosial, antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu

atau miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban

bencana alam dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi terhadap kemanusiaan yang

diatur didalam UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

2. Pendekatan

6 Soerjono Soekanto, Penelitian hukum normatif, Jakarta: Rajawali Pers., 1990, h.1.

7 Peter Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group., 2011, h. 47.

Page 19: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh penulis, maka guna menjawab

isu hokum didalam penelitian, penulis akan menggunakan pendekatan sebagai berikut:

a. Pendekatan Perundang-undangan (Statue Approach)

Dalam metode pendekatan perundang-undangan diperlukan pemahaman

mengenai hierarki dan asas-asas dalam peraturan perundang-undangan.

Pendekatan peraturan perundang-undangan adalah pendekatan dengan

menggunakan legislasi dan regulasi.8 Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah

semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan (isu

hukum) yang sedang dihadapi.

b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

berkembang didalam ilmu hukum. Pendekatan ini menjadi penting karena

pemahaman terhadap pandangan yang berkembang dalam ilmu hukum dapat

menjadi pijakan untuk membangun argumentasi hukum ketika menyelesaikan isu

hukum yang dihadapi. Pandangan ini akan memperjelas ide dan gagasan dengan

memberikan pengertian-pengertian hukum, konsep hukum, maupun asas hukum

yang relevan dengan permasalahan terkait.

3. Bahan Hukum

Cara pengumpulan bahan hokum yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan

penelusuran kepustakaan yang berupa literatur dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

8 Ibid., h. 137.

Page 20: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

objek penelitian. Didalam penelitian ini telah disebutkan bahwa pendekatan yang dilakukan

menggunakan metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual.

Didalam penelitian ini terdapat peraturan perundang-undangan yang erat kaitannya

dengan pengaturan terhadap pasien di dalam kondisi gawat darurat oleh rumah sakit serta akibat

hukum bagi rumah sakit yang telah menolak pasien dalam kondisi gawat darurat. Bahan hukum

yang menjadi kajian meliputi beberapa hal sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-

undangan yang berhubungan dengan penelitian, antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan

Kesehatan.

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial.

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

7. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

8. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016 tentang Sistem

Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan

Kesehatan Pada JKN.

Page 21: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

12. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1

Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks yang

ditulis para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum, dan pendapat para sarjana yang

relevan dengan penelitian ini.

Page 22: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

BAB II

PEMBAHASAN

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Dasar

Rumah sakit adalah suatu lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional yang

mengembangkan tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat dan juga menyediakan

serta memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek maupun jangka yang terdiri atas tindakan

observasi, diagnostik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk

yang melahirkan.9 Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan

paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)

kepada masyarakat, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat

penelitian medik. Berdasarkan Pasal (1) Bab I Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah:

Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

9 Hendrik, Op.Cit., h. 41.

Page 23: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Pasien berasal dari kata patient (bahasa inggris) yang memiliki pengertian sabar. Patient

diturunkan dari bahasa latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati

yang memiliki makna menderita. Pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter dan tenaga

kesehatan lainnya di tempat praktek atau rumah sakit. Berdasarkan Pasal (1) Bab I Undang-

Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang dimaksudkan dengan:

a) Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak

langsung di Rumah Sakit.

b) Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera

guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.

Tidak semua pasien sakit dikategorikan sebagai bentuk gawat darurat, gawat darurat mempunyai

kriteria esuai dengan Pasal 3 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Kegawatdaruratan yang berbunyi:

a) Pelayanan Kegawatdaruratan harus memenuhi kriteria kegawatdaruratan.

b) Kriteria kegawatdaruratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. mengancam nyawa, membahayakan diri dan orang lain/lingkungan;

b. adanya gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi;

c. adanya penurunan kesadaran;

d. adanya gangguan hemodinamik; dan/atau

e. memerlukan tindakan segera.

Page 24: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

c) Menteri dapat menetapkan kriteria gawat darurat selain sebagaimana dimaksud

pada ayat (2).

Dalam melakukan pelayanan kesehatan pada keadaan gawat darurat rumah sakit wajib mengikuti

aturan yang telah ditetapkan, sesuai yang tertera pada Pasal 4, 5 dan 6 Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan yang berbunyi:

a) Pelayanan Kegawatdaruratan meliputi penanganan kegawatdaruratan: a.

prafasilitas pelayanan kesehatan; b. intrafasilitas pelayanan kesehatan; dan c.

antarfasilitas pelayanan kesehatan.

b) Pelayanan Kegawatdaruratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui sistem penanggulangan gawat darurat terpadu sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c) Penanganan kegawatdaruratan prafasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a meliputi : a. tindakan pertolongan;

dan/atau - 6 - b. evakuasi medik, terhadap Pasien.

d) Tindakan pertolongan terhadap Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a dilakukan di tempat kejadian atau pada saat evakuasi medik.

e) Evakuasi medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan upaya

memindahkan Pasien dari lokasi kejadian ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai

kebutuhan medis Pasien dengan menggunakan ambulans transportasi atau

ambulans Gawat Darurat disertai dengan upaya menjaga resusitasi dan stabilisasi.

Dalam hal tidak terdapat ambulans transportasi atau ambulans Gawat Darurat,

evakuasi medik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat menggunakan alat

Page 25: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

transportasi lain di sekitar lokasi kejadian dengan tetap melakukan upaya menjaga

resusitasi dan stabilisasi.

f) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus melakukan penanganan

Kegawatdaruratan intrafasilitas pelayanan kesehatan dan antarfasilitas pelayanan

kesehatan.

Sesuai Pasal 3 Bab II Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit telah

ditegaskan tujuan diselenggarakan pelayanan rumah sakit adalah:

a) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

b) Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien masyarakat, lingkungan

rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

c) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.

d) Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia

rumah sakit, dan rumah sakit.

Dari keempat hal tersebut maka dapat diketahui betapa naifnya apabila banyak pelaku profesi

yang mencoba melarikan diri dari tanggungjawab profesinya ketika berhadapan dengan

kegagalan atau penolakan upaya pelayanan kesehatan.

Beberapa rumah sakit di Indonesia lebih mengutamakan kepentingan bisnis daripada

mengutamakan fungsi sosial. Karena didalam pelaksanaannya terdapat sejumlah uang yang dapat

diperoleh dari upaya pelayanan daripada harus menunggu klaim-klaim asuransi kesehatan yang

terutama ditangani pemerintah ternyata tidak dibayarkan sebagaimana mestinya, hal tersebut

berdampak langsung pada pasien miskin yang harus membutuhkan pertolongan medis apalagi

dalam keadaan gawat darurat. Hal ini menjadikan suatu kondisi yang menyakitkan, bahwa sistem

negeri ini dalam memindahkan ranah sosialisme kepada neoliberalisme telah menjadikan rumah

Page 26: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

sakit sebagai pabrik kesehatan dengan produk gagal karena pelayanan yang tidak bermutu.

Padahal setiap rumah sakit memiliki hak dan kewajiban yang tidak saja secara moral harus

dilakukan tetapi diatur di dalam hukum yang mengikat.10

Rumah sakit juga wajib mementingakn

keselamatan pasien sesuai dengan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit yang berbunyi:

a. Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.

b. Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah

dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.

c. Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada

komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Menteri.

d. Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat

secara anonim dan ditujukan untuk mengkoreksi sistem dalam rangka

meningkatkan keselamatan pasien.

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Tujuan-tujuan hukum itu akan tercapai jika masing-masing subjek hukum mendapatkan

hak-haknya secara wajar dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan aturan hukum

yang berlaku.11

Dengan adanya hak dan kewajiban tersebut maka diharapkan rumah sakit dapat

memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien, bukan hanya pasien dari golongan atas saja

namun juga perlu diperhatikan pasien dengan keterbatasan finansial. Jangan sampai terjadi

tindakan malpraktik serta penolakan pasien miskin. Tentang pasien tidak mampu telah diatur

10

Ide Alexandra, Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan, Yogyakarta: Grasia., 2012, h.322. 11

Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti., 2000. h. 53.

Page 27: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

oleh Dinas Kesehatan di Jakarta dengan Petunjuk Pelaksana No.2785/1.842.5 tanggal 23 Oktober

1985.12

Rumah sakit meskipun merupakan badan usaha baik milik negara maupun swasta apabila

dilihat dari bentuk pelayanan dan jasa yang diberikan merupakan suatu bentuk pelayanan publik.

berdasarkan Doctrine of vicarious liability rumah sakit yang juga sebagai badan hukum dapat

dituntut dan dipertanggungjawabkan atas tindakan kelalaian yang dapat merugikan pasien. Oleh

sebab itu pelayanan yang diberikan harus memenuhi standar pelayanan publik yang baik sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Rumah sakit tidak boleh menolak pasien apabila dalam keadaan darurat, fasilitas

pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan

bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Pasal 32 ayat (1)

dan (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah tegas menyatakan

bahwa:

a) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun

swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien

dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.

b) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun

swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

Kewajiban memberikan pertolongan kepada pasien ini juga berlaku bagi tenaga kesehatan

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 59 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2014 tentang Tenaga Kesehatan yang menyatakan bahwa:

a) Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan

wajib memberikan pertolongan pertama kepada Penerima Pelayanan Kesehatan

12

Ameln Fred, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Lampung: Grafikatama Jaya., 1991. h.54.

Page 28: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

dalam keadaan gawat darurat dan/atau pada bencana untuk penyelamatan nyawa

dan pencegahan kecacatan.

b) Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menolak

Penerima Pelayanan Kesehatan dan/atau dilarang meminta uang muka terlebih

dahulu.

Larangan penolakan pasien juga berlaku bagi rumah sakit yang tidak bekerjasama dengan

BPJS Kesehatan. Pasal 47 ayat (1) Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan menyebutkan bahwa:

Setiap peserta jaminan kesehatan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang

mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan

obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.

Pasal 47 ayat (3) Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun

2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan

yang dijamin oleh BPJS Kesehatan terdiri atas:

a) Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama.

b) Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan

c) Pelayanan gawat darurat.

d) Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medik habis pakai.

e) Pelayanan ambulance.

f) Pelayanan skrining kesehatan.

g) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Dalam Lampiran huruf A angka 3 Bab IV Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2012

tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat disebutkan bahwa:

Page 29: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Pada keadaan gawat darurat (emergency), seluruh fasilitas kesehatan baik jaringan

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau bukan, wajib memberikan pelayanan

penanganan pertama kepada peserta Jamkesmas. Bagi fasilitas kesehatan yang bukan

jaringan Jamkesmas, pelayanan tersebut merupakan bagian dari fungsi sosial, fasilitas

kesehatan, selanjutnya fasilitas kesehatan tersebut dapat merujuk ke fasilitas kesehatan

jaringan Jamkesmas untuk penanganan lebih lanjut.

2. Teori Hukum

Rumah sakit yang menolak memberikan pelayanan medis terhadap pasien dalam keadaan

gawat darurat berarti secara sengaja melanggar Undang-Undang. Penolakan pasien oleh rumah

sakit memang tidak secara terang-terangan, namun dengan berbagai alasan rumah sakit menolak

pasien miskin. Penolakan medis tersebut jelas melanggar Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang berbunyi:

Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta

dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

Dalam pasal tersebut tertulis dengan jelas menyebutkan bahwa dalam kondisi gawat darurat

rumah sakit dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka. Seperti kasus yang dialami

ibu Reny Wahyuni yang sedang dalam kondisi gawat darurat karena akan melahirkan dan butuh

penanganan medis secepatnya. Oleh karena itu, seharusnya fasilitas pelayanan kesehatan seperti

rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk tindakan medis tanpa

memandang sikap diskriminasi terhadap pasien miskin. Apabila rumah sakit melakukan

penolakan pelayanan medis maka termasuk dalam kategori melakukan perbuatan melawan

Page 30: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

hukum. Dalam menyikapi terjadinya penolakan pelayanan medis terhadap pasien miskin,

menunjukan bahwa pemerintah di dalam melakukan pengawasan dan pembinaan unit pelaksana

teknis pelayanan kesehatan kurang optimal sehingga menyebabkan masih terjadi penolakan

pasien miskin terhadap perawatan medis yang dilakukan oleh rumah sakit dengan berbagai

alasan, seperti yang tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan bahwa:

Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina

dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh

masyarakat.

Dalam kasus yang dialami oleh Reny Wahyuni dapat di kaitkan dengan prinsip praduga untuk

selalu bertanggung jawab karena prinsip ini menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap

bertanggung jawab (presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan bahwa ia

tidak bersalah. Kata “dianggap” pada prinsip “presumption of liability” adalah penting, karena

ada kemungkinan tergugat membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu dalam hal ia dapat

membuktikan bahwa ia telah “mengambil” semua tindakan yang diperlukan untuk

menghindarkan terjadinya kerugian.

Dalam prinsip ini, beban pembuktiannya ada pada si tergugat. Hal ini tampak beban

pembuktian terbalik (omkering van bewijslast). Hal ini tentu bertentangan dengan asas hukum

praduga tidak bersalah (presumption of innocence). Rumah sakit sebagai tergugat akan memiliki

kewajiban untuk membuktikan jika ia tidak bersalah dengan menghadirkan bukti-bukti bahwa

dirinya tidak bersalah.

Page 31: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

3. Konsep Hukum

Perikatan adalah suatu hubungan hukum diantara dua orang atau dua pihak, dimana pihak

yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lainnya itu

berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pihak yang berhak menuntut dinamakan

kreditur (si berpiutang), sedangkan pihak lainnya yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu

dinamakan debitur (si berhutang).13

Definisi perikatan menurut Subekti: “Suatu perikatan adalah

suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu

berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk

memenuhi tuntutan itu.” Transaksi terapeutik merupakan perjanjian antara pasien dengan rumah

sakit, transaksi ini berupa hubungan hukum antara kedua belah pihak yang melahirkan suatu hak

dan kewajiban. Transaksi terapeutik didalam kasus ini memiliki ciri khusus yaitu objek yang

diperjanjikan merupakan sebuah upaya untuk penyembuhan pasien. Jadi perjanjian atau transaksi

terapeutik adalah transaksi untuk menentukan atau upaya mencari terapi yang paling tepat bagi

pasien yang dilakukan oleh dokter. Jadi menurut hukum objek perjanjian ini bukan kesembuhan

pasien, melainkan mencari upaya yang tepat untuk kesembuhan pasien.14

Dalam transaksi terapeutik memiliki pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perikatan

atau perjanjian, yaitu rumah sakit/ dokter sebagai pihak yang memberikan atau melaksanakan

pelayanan medis dan pasien sebagai pihak yang menerima pelayanan medis. Dalam perjanjian

terapeutik memiliki kekhususan yaitu cara pengadaan perjanjian, cara yang dimaksud adalah

13

Dadang Iskandar,” Perikatan, Perjanjian, dan Kontrak,” 1 Juli 2017,

http://www.legalakses.com/download/Hukum%20Perjanjian/Perikatan, dikunjungi pada 15 Agustus 2019 pukul

16.00. 14

Nasution Bahder, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Yogyakarta: Rineka Cipta., 2005, h.11.

Page 32: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

dengan datangnya pasien kerumah sakit tempat dokter bekerja , dengan tujuan memeriksakan

dirinya atau untuk berobat, telah dianggap adanya suatu perjanjian terapeutik.15

Apabila terjadi penolakan pasien dalam keadaan gawat darurat oleh rumah sakit, maka rumah

sakit wajib memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan Pasal 46 ayat (1) bab IX Undang-

Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Disini peran dari pemerintah juga dituntut

untuk sigap dalam memberikan pembinaan bahkan sanksi yang tegas tanpa sikap diskriminasi

terhadap rumah sakit yang diduga telah melakukan tindakan penolakan pasien miskin dalam

kondisi gawat darurat sesuai dengan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, terkait dengan apapun alasan yang diberikan pihak rumah sakit. Dalam kasus

penolakan pasien dalam keadaan gawat darurat oleh rumah sakit termasuk dalam tindakan

malpraktek perdata, karena telah menyebabkan luka ataupun mati terhadap seseorang yang

diduga disebabkan oleh kelalaian, kesalahan dan pelanggaran hukum oleh pihak rumah sakit.

Pertanggungjawaban malpraktek tidak hanya disebabkan adanya perjanjian atau perikatan antara

pasien dan rumah sakit, tetapi juga karena tidak dilaksanakannya kewajiban-kewajiban yang

seharusnya dilakukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku atau standar dalam

melaksanankan pelayanan medis. Tindakan malpraktek juga termasuk dalam Pasal 1365, Pasal

1366, dan Pasal 1367 KUHPerdata, karena dalam ketiga pasal didalamnya telah mengatur unsur

kesalahan dan kelalaian. Mengenai hilangnya nyawa seseorang baik karena perbuatan sengaja

atau kerena kelalaian adalah diatur dalam Pasal 1370 KUHPerdata. Apabila kematian pasien

terjadi karena kesengajaan dari pihak Rumah sakit dalam melakukan upaya pelayanan medis,

maka dalam hal ini Rumah sakit akan bertanggung jawab secara hukum untuk memberikan ganti

rugi kepada pasien tersebut.

15

Ibid., h. 12.

Page 33: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

3.1 Hak dan Kewajiban Pasien

Hubungan pasien dan rumah sakit adalah hubungan antara subyek hukum dan subyek

hukum. Diatur oleh kaidah-kaidah Hukum Perdata dan memenuhi hubungan yang mengatur

tentang hak dan kewajiban.16

Setiap hubungan hukum selalu mempunyai dua segi yang isinya

disatu pihak hak, sedangkan dipihak lain kewajiban. Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya

tidak ada kewajiban tanpa hak.17

Hak yang dimiliki pasien sebagaimana diatur dalam Pasal 52

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran adalah:

a) Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis.

b) Meminta pendapat dokter.

c) Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.

d) Menolak tindakan medis.

e) Mendapatkan isi rekam medis.

Kewajiban pasien sesuai yang diatur dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran adalah:

a. Memberikan informasi selengkap-lengkapnya dan jujur tentang masalah

kesehatan yang dialami.

b. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter.

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan.

d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

16

Wila Supriadi, Hukum Kedokteran, Bandung: Mandar Maju., 2001. h 10. 17

Komalawati Veronica, Hukum dan Etika Dalam Praktek Dokter, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan., 1989, h.95.

Page 34: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

3.2 Hak dan Kewajiban Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan mempunyai hak dan kewajiban

dalam hubungan hukum perjanjian terapeutik dengan pasien sebagaimana diatur dalalam

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit. Adapun hak didalam rumah sakit

menurut Pasal 30 ayat (1) Bab VIII Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit adalah:

a) Menentukan jumlah, jenis dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan

kualifikasi didalam rumah sakit.

b) Melakukan kerja sama dengan pihak ketiga guna mengembangkan pelayanan

didalam rumah sakit.

c) Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia.

d) Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di

masyarakat.

e) Menerima imbalan atas jasa pelayanan serta menentukan renumerasi, insentif dan

penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan kewajiban dari rumah sakit menurut Pasal 29 ayat (1) Bab VIII Undang-Undang

Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah:

a) Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada

masyarakat.

Page 35: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

b) Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif

dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan

Rumah Sakit.

c) Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya.

d) Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai

dengan kemampuan pelayanannya.

e) Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin.

f) Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan

pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan

gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi

misi kemanusiaan.

g) Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

h) Menyelenggarakan rekam medis.

i) Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah,

parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak,

lanjut usia.

j) Melaksanakan sistem rujukan.

k) Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika

serta peraturan perundang-undangan.

l) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban

pasien.

Page 36: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

m) Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.

n) Melaksanakan etika Rumah Sakit.

o) Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.

p) Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional

maupun nasional.

q) Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

r) Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws).

s) Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit

dalam melaksanakan tugas.

t) Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

4 . Aturan Terkait

4.1 Aturan Tentang Penanganan Gawat Darurat Pada Rumah Sakit

Dalam kondisi gawat darurat tidak dibenarkan apabila pihak rumah sakit menunda

pelayanan kesehatan dengan alasan uang muka yang belum dibayarkan, karena pada dasarnya

rumah sakit memiliki fungsi sosial yang wajib dilaksanakan dan tidak bisa diabaikan.

Berdasarkan Pasal 29 Nomor 1 huruf C dan F Bab VIII Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit yang menyatakan bahwa setiap rumah sakit memiliki kewajiban untuk:

a) Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya.

Page 37: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

b) Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan

pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan

gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi

misi kemanusiaan.

Hal ini sejalan dengan ketentuan Nomor 3 huruf A Bab IV Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

40 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat yang

menyatakan:

Pada keadaan gawat darurat (emergency), seluruh fasilitas kesehatan baik jaringan

Jamkesmas atau bukan, wajib memberikan pelayanan penanganan pertama kepada

peserta Jamkesmas. Bagi fasilitas kesehatan yang bukan jaringan Jamkesmas pelayanan

tersebut merupakan bagian dari fungsi sosial fasilitas kesehatan, selanjutnya fasilitas

kesehatan tersebut dapat merujuk ke fasilitas kesehatan jaringan fasilitas kesehatan

Jamkesmas untuk penanganan lebih lanjut.

4.2 Aturan Tentang Penanganan Peserta BPJS Kesehatan Dalam Kondisi Gawat

Darurat

Dalam kondisi gawat darurat setiap pasien berhak mendapat pelayanan medis di rumah

sakit seluruh Indonesia, begitu juga dengan peserta BPJS Kesehatan yang sedang sedang sakit

dan membutuhkan penanganan kegawat daruratan bisa mendapatkan pelayanan medis di seluruh

rumah sakit Indonesia meskipun rumah sakit tersebut tidak bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan. Untuk biaya atas pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh rumah sakit yang

tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dapat ditagihkan langsung kepada pihak BPJS

Page 38: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Kesehatan. Rumah sakit tidak diperkenankan untuk menarik biaya kepada pasien tersebut.

Adapun Landasan hukum yang digunakan adalah:

a) Pasal (25) poin b, Pasal (33), dan Pasal (40) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun

2013 tentang Jaminan Kesehatan.

b) Pasal (29) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan

Kesehatan Pada JKN.

Dalam kondisi gawat darurat dan lekas membutuhkan pertolongan, pasien dapat mengikuti

prosedur yang berlaku:

a) Peserta dapat dilayani di Faskes tingkat pertama maupun Faskes tingkat lanjutan

(Rumah Sakit) yang bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan.

b) Pelayanan harus segera diberikan tanpa diperlukan surat rujukan.

c) Peserta yang mendapat pelayanan di Fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama

dengan BPJS Kesehatan harus segera dirujuk ke Fasilitas kesehatan yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi

dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan.

d) Pengecekan validitas peserta maupun diagnosa penyakit yang termasuk dalam

kriteria gawat darurat dilakukan oleh Fasilitas kesehatan.

e) Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan menarik biaya.

Prosedur pelayanan gawat darurat di faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan:

a) Pada keadaan gawat darurat (emergency), seluruh Fasilitas kesehatan baik yang

bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama dengan dengan BPJS Kesehatan,

wajib memberikan pelayanan kegawatdaruratan sesuai indikasi medis.

Page 39: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

b) Pelayanan kegawatdaruratan di Faskes tingkat pertama dapat diberikan pada

Faskes tempat peserta terdaftar maupun bukan tempat peserta terdaftar.

c) Pelayanan kegawatdaruratan di Faskes tingkat pertama maupun lanjutan

mengikuti prosedur pelayanan yang berlaku.

Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Faskes Tingkat pertama dan Faskes Rujukan yang

tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan:

a) Pada kasus gawat darurat peserta BPJS dapat langsung mendapatkan pelayanan di

Faskes terdekat meskipun Faskes tersebut tidak bekerja sama dengan BPJS

Kesehatan.

b) Pelayanan gawat darurat di Faskes rujukan dapat langsung diberikan tanpa surat

rujukan dari Faskes tingkat pertama.

c) Peserta melaporkan status kepesertaan BPJS Kesehatan miliknya.

d) Faskes memastikan status kepesertaan BPJS Kesehatan milik pasien.

e) Apabila kondisi kegawatdaruratan peserta telah teratasi dan dapat dipindahkan,

maka harus segera dirujuk ke Fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan.

f) Apabila kondisi kegawatdaruratan pasien sudah teratasi dan pasien dalam kondisi

dapat dipindahkan, tetapi pasien tidak bersedia untuk dirujuk ke fasilitas

kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka biaya pelayanan

selanjutnya tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan. Faskes harus menjelaskan hal ini

kepada peserta dan peserta harus menandatangani surat pernyataan bersedia

menanggung biaya pelayanan selanjutnya.

Page 40: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

g) Penanganan kondisi kegawatdaruratan di Faskes yang tidak bekerjasama

ditanggung sebagai pelayanan rawat jalan kecuali kondisi tertentu yang

mengharuskan pasien dirawat inap.

h) Bagi pasien dengan kondisi kegawatdaruratan sudah teratasi serta dapat

dipindahkan akan tetapi masih memerlukan perawatan lanjutan, maka pasien

dapat dirujuk ke Faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan menggunakan

ambulan yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.18

5.3 Aturan Tentang Penanganan Pasien Dalam Kondisi Gawat Darurat

Untuk penanganan pasien dalam kondisi gawat darurat maka dibentuklah Peraturan

Menteri Kesehatan. Penanganan tersebut sesuai dengan Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3) serta Pasal

21 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan

Gawat Darurat Terpadu yang berisikan:

18

“PanduanBPJS.com Jembatan Menuju Kesejahteraan Rakyat,”2017-2019,

https://www.panduanbpjs.com/prosedur-pelayanan-kesehatan-gawat-darurat-bpjs-kesehatan, dikunjungi pada

tanggal 14 Agustus 2019 pukul 22.00.

Page 41: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

a) Penanganan prafasilitas pelayanan kesehatan merupakan tindakan pertolongan

terhadap Korban/Pasien Gawat Darurat yang cepat dan tepat di tempat kejadian

sebelum mendapatkan tindakan di fasilitas pelayanan kesehatan.

b) Tindakan pertolongan terhadap Korban/Pasien Gawat Darurat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tenaga kesehatan dari PSC.

c) Tindakan pertolongan terhadap Korban/Pasien Gawat Darurat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan kecepatan penanganan

Korban/Pasien Gawat Darurat.

d) Penanganan intrafasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 19 huruf b merupakan Pelayanan Gawat Darurat yang diberikan kepada

pasien di dalam fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar Pelayanan Gawat

Darurat.

4.3 Bagan Penanganan Pasien Gawat Darurat

Page 42: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

19

Keterangan bagan:

a) Pasien datang ke rumah sakit.

b) Pasien umum atau pasien peserta BPJS Kesehatan melakukan registrasi. kepada petugas

pendaftaran.

c) Pasien diperiksa dan diberikan penanganan medis.

d) Setelah keluar hasil diagnosa pasien di berlakukan rawat inap atau rawat jalan.

e) Apabila pasien diberlakukan rawat jalan maka akan diberikan obat yang bisa diambil di

aoptek.

f) Pasien melunasi biaya administrasi.

g) Pasien dipersilahkan pulang.

B. ANALISIS

19

Rumah sakit umum sufina aziz”Alur dan Persyaratan Layanan” http://www.sufinaaziz.com/en/alur-persyaratan-

pelayanan/, dikunjungi pada tanggal 15 Agustus 2019 pukul 17.15.

Page 43: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

1. HUBUNGAN HUKUM PENOLAKAN PASIEN MISKIN PADA KEADAAN

GAWAT DARURAT OLEH RUMAH SAKIT

Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) adalah hubungan antara dua subyek hukum atau

lebih mengenai hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak

yang lain.20

Hukum mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, antara

orang dengan masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Jadi

hubungan hukum terdiri atas ikatan-ikatan antara individu dengan individu dan antara individu

dengan masyarakat dan seterusnya. Dengan kata lain hubungan hukum adalah hubungan yang

diatur oleh hukum. Adapun hubungan yang tidak diatur oleh hukum bukan merupakan hubungan

hukum. Pertunangan dan lamaran misalnya bukan merupakan hubungan hukum karena tidak

diatur oleh hukum.

Hubungan hukum dapat terjadi diantara sesama subyek hukum dan antara subyek hukum

dengan barang. Hubungan antara sesama subyek hukum dapat terjadi antara seseorang dengan

seorang lainnya, antara seseorang dengan suatu badan hukum, dan anatara suatu badan hukum

dengan badan hukum lainnya. Sedangkan hubungan antara subyek hukum dengan barang berupa

hak apa yang dikuasai oleh subyek hukum itu atas barang tersebut baik barang berwujud dan

barang bergerak atau tidak bergerak.21

Dalam menetapkan hubungan hukum apakah bersifat

publik atau privat yang menjadi indikator bukanlah subyek hukum yang melakukan hubungan

hukum itu, melainkan hakikat hubungan itu atau hakikat transaksi yang terjadi (the nature

transaction). Apabila hakikat hubungan itu bersifat privat, hubungan itu dikuasai oleh hukum

20

Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika., 2006. h. 269. 20

Ameln Fred, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Lampung: Grafikatama Jaya., 1991. h.54 21

Peter Marzuki, Op.Cit, h.254.

Page 44: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

privat. Apabila dalam hubungan itu timbul sengketa, siapapun yang menjadi pihak dalam

sengketa itu, sengketa itu berada dalam kompetensi peradilan perdata.22

Pasien memiliki suatu hak dan kewajiban sama halnya dengan rumah sakit sesuai yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dalam kaitannya

dengan permasalahan ini rumah sakit memiliki kewajiban sebagaimana di atur dalam Pasal 29

ayat (1) Bab VIII Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang berbunyi:

a) Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif

dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan

Rumah Sakit.

b) Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya.

c) Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan

pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan

gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi

misi kemanusiaan.

Adapun hak pasien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran adalah:

Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.

Dari hal ini menunjukan bahwasannya terdapat sebuah perikatan (Verbintenis) yang lahir

berdasarkan peraturan perundang-undangan. Apabila ditemukan perbuatan melawan hukum,

22 Ibid., h.256.

Page 45: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

dimana rumah sakit tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan, serta tidak memberikan hak pasien di dalam kondisi gawat darurat maka

akan terkena sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila dilihat

dari unsur perdata sesuai dengan pasal 1365 KUH Perdata yaitu:

Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan

orang karena kesalahannya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut

Maka dapat terdapat kaitannya dengan permasalahan rumah sakit yang menolak pasien dalam

kondisi gawat darurat, perbuatan tersebut termasuk perbuatan melawan hukum. Adapun unsur

perbuatan melawan hukum adalah:

a) Ada perbuatan melawan hukum.

b) Ada kesalahan.

c) Ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan.

d) Ada kerugian.

Dalam kaitannya dengan khasus penolakan pasien pada keadaan gawat darurat oleh rumah sakit,

rumah sakit terbukti telah memenuhi unsur perbuatan melawan hukum karena:

a) Dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 44 Tahun2009 tentang Rumah Sakit,

telah dijelaskan tentang larangan menolak pasien dalam kondisi gawat darurat,

namun dalam contoh khasus ini, rumah sakit melakukan penolakan kepada pasien.

b) Dengan adanya penolakan pasien dalam kondisi gawat darurat, rumah sakit

dianggap lalai akan tugas dan tanggung jawabnya sehinggan memenuhi unsur

kesalahan.

Page 46: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

c) Dari perbuatan tersebut maka akan berakibat pada pasien yang mengalami

kerugian.

d) Kerugian yang dimaksud berupa inmateriil.

Apabila ditemukan pelanggaran atau penyelewengan tentang kewajiban yang sebelumnya telah

diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, maka disinilah akan timbul hubungan hukum. Dengan timbulnya hubungan

hukum apabila pasien mengalami kerugian dapat mengajukan gugatan dipengadilan. Sesuai

dengan Pasal 32 Huruf Q Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang

berbunyi:

Setiap pasien mempunyai hak: menggugat dan/ atau menuntut Rumah Sakit apabila

Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara

perdata ataupun pidana.

Secara perdata Reny Wahyuni dapat mengajukan gugatan ke pengadilan atau melalui badan

penyelesaian sengketa konsumen terhadap rumah sakit yang akibat dari tindakannya telah

merugikkan pasien. Dalam hal ini rumah sakit tersebut akan terkena akibat hukum yang

berdampak pada pertanggungjawaban bahkan pemberian sanksi sesuai peratutan perundang-

undangan yang berlaku karena terbukti melakukan pelanggaran terkait peraturan tersebut. Tujuan

diberlakukannya pertanggungjawaban dan sanksi hukum agar rumah sakit lebih memperhatikan

dan menjalankan tugas dan fungsinya sesuai yang diatur dalam Undang-Undang agar penolakan

pasien miskin pada keadaan gawat darurat tidak lagi terjadi.

Page 47: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

2. AKIBAT HUKUM PENOLAKAN PASIEN DALAM KONDISI GAWAT

DARURAT SERTA BENTUK TANGGUNG JAWAB

Akibat dari penolakan pasien oleh rumah sakit yang dialami oleh Reny Wahyuni

menyebabkan meninggalnya bayi yang masih terdapat dikandungannya. Meskipun Reny

Wahyuni berada dalam kondisi gawat darurat namun rumah sakit menolaknya dengan dalih

kamar penuh. Disinilah timbul akibat hukum karena pihak dari rumah sakit telah melanggar

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, perbuatan tersebut telah

bersinggungan dengan pengembanan kewajiban rumah sakit yang telah diatur dalam Undang-

Undang tersebut.

Berdasarkan fakta dari permasalahan tersebut maka rumah sakit yang telah terbukti melanggar

peraturan perundang-undangan dapat dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 29 ayat (2) Bab VIII

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang berbunyi:

Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi

admisnistratif berupa:

a. Teguran.

b. Teguran tertulis.

c. Denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.

Sanksi bagi rumah sakit yang terbukti melakukan penolakan pasien dalam kondisi gawat darurat

juga terdapat pada Pasal 190 ayat (1) dan (2) Bab XX Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan yang berbunyi:

Page 48: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

a) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang

melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan

sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam

keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal

85 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda

paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

b) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan

terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan

dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).

Sudah begitu jelas didalam peraturan perundang-undangan bahwa terdapat larangan penolakan

pasien dalam kondisi gawat darurat beserta sanksi yang diterapkan, diharapkan seluruh rumah

sakit di Indonesia agar dapat mematuhi dan melaksanakan sesuai yang diamanatkan dalam

Undang-Undang.

Dalam hal penolakan pasien miskin pada keadaan gawat darurat termasuk kategori

kelalaian medik, karena memberi dampak pada luka ataupun mati terhadap seseorang yang

diduga disebabkan oleh kelalaian tenaga kesehatan di rumah sakit. Tenaga kesehatan yang

melalaikan kewajibannya, berarti tidak melakukan sesuatu yang semestinya dilakukan.

Seharusnya tenaga kesehatan memberikan pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan

gawat darurat walaupun pasien tersebut miskin, bukan malah menolak pasien atau pun meminta

uang muka kepada pasien tersebut. Hal ini menjadikan tenaga kesehatan melalaikan

kewajibannya sebagai tenaga kesehatan yang terdapat pada Pasal 59 ayat (1) dan (2) Undang-

Page 49: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Pertanggungjawaban malpraktek

medis tidak hanya disebabkan adanya perjanjian antara pasien dan rumah sakit ataupun

wansprestasi, tetapi juga karena tidak dilaksanakannya kewajiban-kewajiban yang seharusnya

dilakukan menurut Undang-Undang yang berlaku ataupun standar dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan. Maka bentuk tanggung jawab dalam kasus penolakan pasien miskin pada

keadaan gawat darurat oleh tenaga kesehatan di rumah sakit adalah tanggung jawab dengan

unsur kesalahan khususnya kelalaian sebagaimana terdapat dalam pasal 1366 KUH Perdata

yaitu:

Setiap orang bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya,

tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.

Dengan adanya ketentuan dalam Undang-Undang Rumah Sakit, yang mengatur bahwa

rumah sakit akan bertanggung jawab secara hukum terhadap kelalaian tenaga kesehatan, maka

tindakan malpaktek medik akan menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit, dan bukan menjadi

tanggungjawab tenaga kesehatan. Pihak rumah sakit sebagai pengelola pelayanan kesehatan

masyarakat, untuk melindungi pasien dan masyarakat serta melindungi sumber daya di kawasan

rumah sakit maka sesuai dengan ketentuan Pasal 46 ayat (1) bab IX Undang-Undang Nomor 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang berbunyi:

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang

ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

Maka segala bentuk malpraktek medik yang terjadi dikawasan rumah sakit, akan menjadi

tanggungjawab dari rumah sakit itu sendiri terhadap proses hukum yang berlaku di Indonesia.

Rumah sakit sebagai badan hukum dapat dituntut dan dipertanggungjawabkan atas tindakan

Page 50: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

kelalaian tenaga kesehatan di rumah sakit yang merugikan pasien, berdasarkan doktrin

pembenaran korporasi dibebani pertanggungjawaban sebagai berikut:

a) Doctrine of vicarious liability. Ajaran ini diambil dari hukum perdata dalam

konteks pertanggungjawaban melawan hukum yang diterapkan pada hukum

pidana. Ajaran ini disebut pula sebagai ajaran pertanggungjawaban pengganti.

Seorang majikan bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan

oleh bawahannya sepanjang hal itu terjadi dalam rangka pekerjaannya. Hal ini

memberikan kemungkinan kepada pihak yang dirugikan karena perbuatan-

perbuatan melawan hukum dari mereka itu menggugat majikannya agar

membayar ganti rugi.

b) Doktrin respondeat superior Di dalam doktrin ini mengandung makna bahwa

majikan bertanggung atas tindakan-tindakan, pelayanan-pelayan yang menjadi

tanggung jawabnya, termasuk tindakan -tindakan yang menyebabkan kerugian

bagi orang lain. Dengan adanya doktrin respondeat superior, merupakan jaminan

bahwa ganti rugi diberikan/dibayarkan kepada pasien yang menderita kerugian

akibat kelalaian tenaga kesehatan. Selain itu dengan doktrin ini, secara hukum dan

keadilan, menghendaki akan sikap kehati-hatian dari para tenaga kesehatan.

Selain rumah sakit bentuk pertanggungjawaban pihak BPJS Kesehatan ketika pihak

rumah sakit menolak peserta BPJS diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu dimana pihak BPJS Kesehatan akan mengadakan

kordinasi dengan pihak rumah sakit terkait penolakan pasien dalam gawat darurat guna

menanyakan alasan penolakan dari pihak rumah sakit terhadap peserta BPJS Kesehatan.

Page 51: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Kemudian apabila setelah dilakukan kordinasi terkait masalah tersebut pihak rumah sakit

tidak juga memberikan pelayanan kepada pasien tersebut, maka pihak BPJS Kesehatan akan

memberikan fasilitas kepada peserta BPJS Kesehatan dengan melakukan sistem rujukan terhadap

rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan juga menyediakan

sarana dan prasarana dalam proses rujukan, serta menanggung segala biaya administrasi kepada

pasien yang sedang dalam kondisi gawat darurat

Page 52: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

BAB III

PENUTUP

A KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa:

Rumah sakit memiliki hak dan kewajiban sesuai yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan, dari hal ini menunjukan bahwa terdapat sebuah hubungan hukum yaitu perikatan

(Verbintenis) yang lahir berdasarkan peraturan perundang-undangan. Apabila rumah sakit tidak

menjalankan kewajibannya atau tidak memenuhi hak pasien kususnya dalam kondisi gawat

darurat, maka akan timbul suatu perbuatan melawan hukum. Apabila rumah sakit yang terbukti

telah melawan hukum dengan memperhatikan unsur-unsur dari perbuatan melawan hukum,

maka rumah sakit tersebut dapat dimintai pertanggungjawaban secara hukum, serta dapat

dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. SARAN

Page 53: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat diberikan saran yaitu:

a) Sebaiknya rumah sakit lebih mengindahkan fungsi sosial sesuai amanat Undang-

Undang agar penolakan terhadap pasien dalam kondisi gawat darurat tidak terjadi

lagi, yang umumnya masyarakat miskin dan pengguna BPJS Kesehatan.

b) Tenaga medis dalam rumah sakit diharapkan sadar akan pentingnya sikap

mencerminkan asas Pancasila dan menjunjung tinggi akan nilai kemanusiaan,

etika, profesionalitas, antidiskriminasi serta perlindungan dan keselamatan pasien.

c) BPJS Kesehatan diharapkan dapat merubah sistem agar lebih efektif sehingga

mampu untuk mengoptimalkan penyelesaikan klaim-klaim yang dilakukan oleh

pihak rumah sakit. Karena keluhan dari rumah sakit adalah rumitnya dan lamanya

proses pencairan klaim, yang menimbulkan diskriminasi antara pasien umum

dengan pasien peserta BPJS Kesehatan.

d) Pemerintah diharapkan lebih tegas dalam mengambil sebuah keputusan untuk

memberikan sanksi terhadap rumah sakit yang dinilai telah melakukan

pelanggaran, sehingga peraturan perundang-undangan lebih di taati setiap rumah

sakit di Indonesia.

Page 54: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Daftar Pustaka

A. Buku

Ameln Fred, 1991, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya, Lampung.

Freddy, 2007, Hak Pasien, Mandar Maju, Bandung.

Hendrik, 2014, Etika dan Hukum Kesehatan, EGC, Jogjakarta.

Ide Alexandra, 2012, Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan, Grasia, Yogyakarta.

Komalawati Veronica, 1989, Hukum dan Etika Dalam Praktek Kedokteran, Pustaka Sinar

Harapan, Jakarta.

Nasution Bahder, 2005, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta,

Yogyakarta.

Peter Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Soerjono Soekanto, 1990, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta.

Soeroso, 2006, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Wila Supriadi, 2001, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Page 55: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat

Darurat Terpadu.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada JKN.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Program

Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.

C. Internet

Page 56: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN PADA …€¦ · masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan dan metode penelitian. Bab II tentang pembahasan, pada

PanduanBPJS.com, Jembatan Menuju Kesejahteraan Rakyat, 2017-2019,

https://www.panduanbpjs.com/prosedur-pelayanan-kesehatan-gawat-darurat-bpjs-kesehatan,

dikunjungi pada tanggal 14 Agustus 2019 pukul 22.00.

Berita Satu, Ditolak 7 RS di Bekasi, Putri Reny Lahir dalam Kondisi Meninggal, 12 Juni 2017,

https://www.beritasatu.com/megapolitan/436128/ditolak-7-rs-di-bekasi-putri-reny-lahir-dalam-

kondisi-meninggal, dikunjungi pada tanggal 15 Agustus 2019 pukul 09.15.

Dadang Iskandar, Perikatan, Perjanjian, dan Kontrak, 1 Juli 2017,

http://www.legalakses.com/download/Hukum%20Perjanjian/Perikatan,dikunjungipada 15

Agustus 2019 pukul 16.00.

Rumah sakit umum sufina aziz, Alur dan Persyaratan Layanan,

http://www.sufinaaziz.com/en/alur-persyaratan-pelayanan/, dikunjungi pada tanggal 15 Agustus

2019 pukul 17.15.