kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

28
EVALUASI BIDANG TINDAKAN MEDIS RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR Sesuai dengan tupoksi bidang tindakan medis yaitu mengkoordinasikan seluruh kebutuhan : 1. Instalasi Bedah Sentral (VKOK dan Kamar Bedah Umum) 2. Instalasi Haemodialisa 3. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 4. Intensive Care Unit (ICU) 5. Instalasi Kamar Jenazah (Pemulasaran Jenazah) Uraian Tugas 1. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas dan kegiatan pelayanan penunjang medis. 2. Melaksanakan pegawasan dan penilaian pelayanan kepada pasien. 3. Melakukan usulan untuk perbaikan peralatan. 4. Menyusun standar penggunaan fasilitas penunjang medis. 5. Mengadakan hubungan dengan pengusulan terhadap perusahaan yang melaksanakan kalibrasi terhadap peralatan kesehatan yang perlu di kalibrasi. 6. Melakukan kerja sama terhadap panitia penerimaan dan pemeriksaan barang untuk pendistribusian peralatan kesehatan baik dari anggaran rutin dan bantuan. 7. Bertanggung jawab atas berfungsinya fasilitas kesehatan. 8. Mengusulkan/menyusun kebutuhan peralatan kesehatan di setiap instalasi. 9. Melaksanakan pelaporan tentang pelaksanaan penggunaan fasilitas penunjang medis. 10. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh Wadir dan Direktur. Maka untuk itu, kami akan mengevaluasi per instalasi.

Upload: luphlydave

Post on 10-Feb-2016

79 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asdfg

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

EVALUASI BIDANG TINDAKAN MEDIS

RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR

Sesuai dengan tupoksi bidang tindakan medis yaitu mengkoordinasikan seluruh kebutuhan :

1. Instalasi Bedah Sentral (VKOK dan Kamar Bedah Umum)

2. Instalasi Haemodialisa

3. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

4. Intensive Care Unit (ICU)

5. Instalasi Kamar Jenazah (Pemulasaran Jenazah)

Uraian Tugas

1. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas dan kegiatan pelayanan

penunjang medis.

2. Melaksanakan pegawasan dan penilaian pelayanan kepada pasien.

3. Melakukan usulan untuk perbaikan peralatan.

4. Menyusun standar penggunaan fasilitas penunjang medis.

5. Mengadakan hubungan dengan pengusulan terhadap perusahaan yang melaksanakan

kalibrasi terhadap peralatan kesehatan yang perlu di kalibrasi.

6. Melakukan kerja sama terhadap panitia penerimaan dan pemeriksaan barang untuk

pendistribusian peralatan kesehatan baik dari anggaran rutin dan bantuan.

7. Bertanggung jawab atas berfungsinya fasilitas kesehatan.

8. Mengusulkan/menyusun kebutuhan peralatan kesehatan di setiap instalasi.

9. Melaksanakan pelaporan tentang pelaksanaan penggunaan fasilitas penunjang medis.

10. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh Wadir dan Direktur.

Maka untuk itu, kami akan mengevaluasi per instalasi.

Laporan Utilisasi Pelayanan Kamar Operasi

RSUD Dr Djasamen Saragih Pematangsiantar Bulan Januari s/d Juni 2012

A. Pendahuluan

Rumah Sakit adalah Rumah Sakit yang berfungsi untuk memberikan dukungan kesehatan

pada kegiatan pelayanan kesehatan pada umumnya dan khususnya pelayanan operasi. Pada

pengembangannya dengan didukung oleh peningkatan kemampuan Rumah Sakit

memanfaatkan “Idle Capacity” tersebut untuk membantu pemerintah di bidang pemerataan

pelayanan kesehatan dengan jalan melayani masyarakat umum.

Untuk melihat sejauh mana kemampuan pelayanan kamar operasi serta dalam rangka

upaya peningkatan mutu pelayanan kamar operasi Rumah Sakit , maka perlu dilakukan

evaluasi terhadap jumlah tindakan operasi di Rumah Sakit berdasarkan analisis data

tindakan operasi. Dengan demikian dapat ditentukan kebijaksanaan selanjutnya dalam

pembinaan rumah sakit di masa yang akan datang, khususnya pelayanan kamar operasi.

Page 2: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

B. Tujuan

Evaluasi data ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan kamar operasi dengan

jumlah tindakan operasi yang dilakukan di Rumah Sakit .

C. Sasaran

Pelayanan kamar operasi yang bermutu.

D. Hasil

Page 3: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

KAMAR BEDAH UMUM

Rekapitulasi Pasien Kamar Bedah Umum Bulan Januari s/d Juni Tahun 2012

Jenis

Pelayanan

Bulan

Januari Pebruari Maret April Mei Juni

Umum 3 12 5 4 11 5

Askes 12 10 9 5 7 11

Jamkesmas 10 15 17 15 9 9

Jamkesda 1 0 0 0 3 4

Jumlah 26 37 31 24 30 29

Grafik Pasien Kamar Bedah Umum Bulan Januari s/d Juni Tahun 2012

Page 4: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

Rekapitulasi Pasien Kamar Bedah VKOK Bulan Januari s/d April Tahun 2012

Jenis

Pelayanan

Bulan

Januari Pebruari Maret April

Umum 2 1 0 0

Askes 1 3 0 0

Jamkesmas

Jamkesda/

/Jampersal

27 32 51 42

Jumlah 30 36 51 42

Grafik Pasien Kamar Bedah VKOK Bulan Januari s/d April Tahun 2012

Page 5: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

E. Kesimpulan

1. Kamar Bedah Umum

Jumlah tindakan operasi kamar bedah umum mulai dari bulan Januari sampai Juni 2012

tidak ada perbedaan yang signifikan.

2. VKOK

a. Pasien Jamkesmas/Jamkesda/Jampersal : Jumlah Pasien paling rendah adalah pada bulan

Januari dan terbanyak pada bulan Maret, tetapi masih dalam batas yang signifikan.

b. Pasien Askes : Setiap bulannya jumlah pasien yang mendapat tindakan hampir sama

c. Pasien Umum : Setiap bulannya jumlah pasien yang mendapat tindakan hampir sama

F. Evaluasi dan Tindak Lanjut

1. Tingkat utilisasi kamar operasi mengalami penurunan khususnya pada bulan April. Tetapi

tidak tertutup kemungkinan akan mengalami kenaikan di bulan selanjutnya atau justru

semakin menurun tajam.

2. Penurunan tingkat utilisasi kamar operasi ini terjadi karena beberapa sebab salah satunya

adalah dokter anastesi yang tidak stand by, pasien harus di rujuk ke rumah sakit lain di

luar daerah. Selain itu juga disebabkan oleh keterbatasan alat operasi.

3. Dengan tingkat utilisasi,maka diharapkan adanya solusi pemecahan masalah yaitu

tersedianya tenaga dokter spesialis anastesi yang stand by dan alat operasi yang belum

mencukupi.

Meningkatkan mutu pelayanan kamar operasi dapat dilakukan juga dengan

pengembangan SDM staf kamar operasi sesuai dengan tuntutan kemajuan dan teknologi

G. Penutup

Program peningkatan mutu rumah sakit merupakan suatu upaya tanpa akhir yang perlu

didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan, keterampilan serta

sikap profesional di bidangnya. Dalam pelaksanaanya upaya peningkatan mutu ini bukanlah

hal yang mudah karena itu perlu adanya kerja sama dengan berbagai pihak yang mempunyai

visi yang sama.

Demikian laporan utilisasi pelayanan kamar operasi program peningkatan mutu

pelayanan kamar operasi ini dibuat, diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan

program peningkatan mutu selanjutnya.

Page 6: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

Program Kerja Peningkatan Mutu Pelayanan Kamar Operasi

RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2012

I. Pendahuluan

Rumah sakit umum daerah kota Pematangsiantar adalah merupakan rumah sakit rujukan

kelas B non pendidikan. RSUD dr Djasamen Saragih memiliki visi “Terwujudnya rumah

sakit yang mantap, maju dan jaya menuju masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan

tahun 2015”. Untuk mewujudkan visi tersebut rumah sakit dr Djasamen saragih memiliki

salah satu misi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dengan

menjadikan rumah sakit terakreditasi 16 pelayanan. Salah satu yang harus ditingkatkan

kualitas dan kuantitas pelayanannya adalah instalasi kamar bedah yang menyangkut tentang

peningkatan mutu pelayanan kamar operasi

II. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang

diperlukan setiap orang. Dalam kegiatan peningkatan mutu pelayanan kamar operasi perlu

adanya suatu program yang terencana dan berkesinambungan sebagai pedoman bagi

pelayanan kamar operasi dalam mengevaluasi dan membuat rencana tindak lanjut sehingga

tercapai peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan.

III. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RS, khususnya pelayanan kamar operasi

sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan dan sesuai dengan tuntutan masyarakat

pengguna jasa.

2. Tujuan Khusus

a. Tercapainya tertib administrasi pelayanan kamar operasi secara berkesinambungan.

b. Tercapainya kinerja yang tinggi dari staf Pelayanan kamar operasi.

c. Tercapainya profesionalisme dokter dan perawat dalam melakukan tindakan pelayanan

keperawatan di bagian Pelayanan Kamar Operasi.

d. Meningkatkan keterlibatan perawat dalam mencegah timbulnya masalah serta

menanggulangi masalah yang timbul dalam Pelayanan Kamar Operasi.

e. Meningkatkan kerjasama antar disiplin ilmu.

IV. Kegiatan Program Peningkatan Mutu

1. Melakukan evaluasi dan melaporkan prestasi kerja staf pelayanan kamar operasi.

2. Mencatat dan melaporkan utilisasi pelayanan kamar operasi.

3. Mencatat dan melaporkan kecelakaan yang terjadi di kamar operasi.

4. Memastikan instrumen dan metoda evaluasi ditelaah secara teratur.

5. Mencatat dan menghitung indikator mutu pelayanan kamar operasi.

Page 7: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

V. Cara Melaksanakan Kegiatan

a. Melakukan evaluasi dan melaporkan prestasi kerja staf pelayanan kamar operasi.

b. Membuat Penilaian Terhadap Kinerja Anggota yang dilakukan oleh kepala ruangan

kamar operasi.

c. Mencatat dan melaporkan utilisasi pelayanan kamar operasi.

d. Melakukan pencatatan pelayanan kamar operasi setiap hari yang dilakukan oleh bagian

administrasi kamar operasi dan dilaporkan setiap bulan kepada administrasi rumah sakit

e. Mencatat dan melaporkan kecelakan yang terjadi di kamar operasi.

f. Melakukan pencatatan dan pelaporan adanya kecelakaan di kamar operasi oleh petugas

yang bersangkutan kepada kepala instalasi..

g. Memastikan instrumen dan metoda evaluasi ditelaah secara teratur.

h. Melakukan pemeriksaan terhadap instrumen kamar operasi setiap minggu

i. Mencatat dan menghitung indikator mutu pelayanan kamar operasi.

VI. SASARAN

1. Pelayanan kamar operasi yang lebih professional sesuai standar yang ditetapkan.

2. Seluruh staf pelayanan kamar operasi.

VII.Evaluasi

Evaluasi peningkatan mutu dilakukan setiap bulan yang dilakukan pada saat rapat ruangan

kamar operasi

VIII. Pencatatan Dan Pelaporan

Pencatatan kinerja staff dilakukan pertahun di laporan DP3

Pencatatan dan pelaporan pelayanan kamar operasi dilakukan di buku data pasien kamar

operasi dan dilaporkan di rekam medis dan administrasi rumah sakit.

IX. Tindak Lanjut

Program peningkatan mutu rumah sakit merupakan suatu upaya tanpa akhir yang perlu

didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan, keterampilan serta sikap

profesional dibidangnya. Dalam pelaksanaannya upaya peningkatan mutu ini bukanlah hal yang

mudah karena itu perlu adanya kerja sama dengan berbagai pihak yang mempunyai visi yang

sama.

Demikian program peningkatan mutu pelayanan ini dibuat, diharapkan dapat terlaksana

sesuai program sehingga dapat meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit.

Untuk menunjang pelayanan kamar bedah sentral yang berkualitas serta berperan serta

dalam program infeksi nosokomial, dengan ini kami ajukan untuk dilakukan kultur ruangan

kamar operasi.

Untuk menunjang pelayanan kamar bedah sentral yang berkualitas dengan ini kami ajukan

untuk dilakukan test uji kelayakan air bersih yang selama ini digunakan di instalasi bedah

sentral. Demikian usulan ini disampaikan, semoga dapat diterima. Sekian dan terima kasih.

Page 8: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

PROGRAM PENGEMBANGAN STAF PELAYANAN KAMAR OPERASI

RSUD Dr DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR 2012

I. Pendahuluan

Pelayanan kamar operasi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah

sakit. Untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas, perlu didukung dengan sumber daya

manusia yang handal sesuai dengan misi rumah sakit.

II. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan akan

kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan, maka sangat dibutuhkan tenaga medis dan

paramedis khususnya di kamar operasi yang mampu memberikan pelayanan yang efektif

dan efisien sesuai standar profesi dan etika profesi.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu adanya perencanaan program pengembangan

melalui pendidikan formal maupun informal.

III. Tujuan

1. Tujuan umum

Diharapkan tenaga medis dan keperawatan kamar operasi dapat melaksanakan tugas

secara profesional untuk meningkatkan mutu pelayanan kamar operasi yang berkualitas.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan.

b. Meningkatkan keterampilan.

IV. Kegiatan Pokok

1. Program Jangka Pendek

Pengiriman tenaga medis dan keperawatan kamar operasi untuk mengikuti pelatihan

internal dan eksternal Rumah Sakit baik dalam bidang teknis keperawatan maupun di

bidang manajemen keperawatan

2. Program Jangka Panjang

Memberikan kesempatan kepada tenaga medis dan keperawatan kamar operasi untuk

mengikuti pendidikan formal dan non formal.

V. Rincian Kegiatan

Rencana kegiatan pelatihan / pendidikan tahun 2012

a. Pelaksanaan pelatihan Endoskopy dan laparaskopi bagi tenaga medis

b. Pelaksanaan pelatihan kamar bedah bagi kepala ruangan dan staf kamar bedah

c. Pelaksanaan program pendidikan S1 Keperawatan

d. Pelatihan BLS, BTLS, BCLS, PPGD

e. Pelatihan Manajemen Kamar Bedah

f. Pelatihan TOT kamar bedah

g. Pelaksanaan Pelatihan instrument Laparaskopi bagi perawat kamar bedah.

h. Pelatihan perawat mahir kamar bedah.

Page 9: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

VI. Cara Melaksanakan Kegiatan

1. Memfasilitasi tenaga dokter untuk mengikuti pelatihan laparaskopi dan endoskopi.

2. Memfasilitasi staf kamar bedah untuk mengikuti pelatihan dasar kamar bedah

3. Memfasilitasi staf kamar bedah untuk mengikuti program pendidikan S1 Keperawatan.

4. Memfasilitasi staff kamar bedah untuk mengikuti pelatihan BLS, BTLS, BCLS, PPGD

5. Memfasilitasi staff kamar bedah untuk mengikuti pelatihan manajemen kamar bedah

6. Memfasilitasi staff kamar bedah melaksanakan pelatihan TOT kamar bedah

7. Memfasilitasi staf kamar bedah untuk mengikuti pelatihan perawat mahir kamar bedah.

VII.Sasaran

Seluruh staff medis dan perawat Kamar Bedah.

Page 10: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

INSTALASI HAEMODIALISA

RSUD Dr.DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR

I. PENDAHULUAN

Haemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti pada pasien yang mengalami gagal

ginjal lanjut yang biasa disebut sebagai Gagal Ginjal Terminal ( GGT ). Didunia kedokteran

Haemodialisis telah di kenal sejak tahun 1951.

Pelayanan haemodialisis dilakukan pada pasien yang mengalami gagal ginjal akut atau

gagal ginjal kronik. Kepastian diagnosis untuk indikasi hemodialisis pada kedua keadaan ini

dilakukan oleh konsultan penyakit ginjal ( Internis Nefrologist ) atau dokter spesialis penyakit

dalam yang telah mendapat pelatihan khusus dalam bidang nefrologi.

Pada gagal ginjal akut, haemodialisis di lakukan apabila :

1. Gagal ginjal dengan ureum > 200mg%

2. Kelebihan cairan dalam tubuh ( overload )

3. Gangguan keseimbangan elektrolit, hiperkalemia >7meq/l

4. Gangguan asam basa yaitu asidosis dengtan pH darah < 7,20

5. Klinis uremia dengan kesadaran menurun meskipun ureum darah msh kurang dari 200 mg%

6. Keracunan obat atau kesalahan transfusi darah.

Sedangkan haemodialisis pada gagal ginjal terminal dimulai pada keadaan sama seperti

diatas tetapi pada keadaan yang berulang dengan terapi konserpatif dan tes klirens kreatinin

kurang dari 10 ml/mt. Pada keadaan ini jika pasien tidak dilakukan haemodialisis , maka akan

mengalami :

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Gangguan ekskresi sisa-sisa metabolic yaitu ureum dan kreatinin.

3. Gangguan hormonal.

4. Untuk jangka panjang akan muncul kelainan tulang.

Setelah tim medis menetapkan pasien harus menjalani haemodialisis , maka pelaksanaan

haemodialisis selanjutnya di lakukan oleh perawat yang sudah memiliki sertifikat pelatihan

perawat dialysis.

Pada awal perkembangannya sarana pelayanan hemodialisis di Indonesia ini tidak

menggembirakan,hal ini disebabkan karena memerlukan biaya yang relatife mahal. Setelah

PT.ASKES menanggulangi pendanaanya , pelayanan hemodialisis berkembang dengan pesat, hal

ini terbukti pada tahun 1995 adanya pelayanan hemodialisis di hampir seluruh ibu kota Propinsi

di Indonesia.

Perkembangan IPTEK kesehatan yang berhubungan dengan hemodialisis dan semakin

meningkatnya pemahaman masyarakat akan kualitas hidup, hal ini memacu perawat hemodialisis

untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan professional. Hal ini dapat terselenggara bila

dukungan oleh kelengkapan alat perawat terlatih dan buku pedoman perawat dialisis diruang

hemodialisis.

Page 11: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

Rekapitulasi Pasien Haemodialisa Bulan Januari s/d Juni Tahun 2012

Jenis

Pelayanan

Bulan

Januari Pebruari Maret April Mei Juni

Umum 0 0 0 0 0 0

Askes 166 161 191 175 189 193

Jamkesmas 147 154 165 150 148 143

Jumlah 313 628 356 325 337 336

Grafik Pasien Haemodialisa Bulan Januari s/d Juni Tahun 2012

Ket : Jumlah tindakan Haemodialisa di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar pada Bulan Januari sampai Desember 2011 cenderung meningkat, dikarenakan bertambahnya jumlah pasien yang penanganannya memerlukan mesin haemodialisa. Pada bulan Nopember dan Desember 2011, ada peningkatan dikarenakan adanya bebrapa orang pasien kiriman dari luar kota.

Page 12: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

II. Kendala

1. Tidak adanya dokter jaga ruangan hemodialisa.

2. Tidak adanya alat sterilisator yg sesuai.

3. Kurangnya tenaga perawat terlatih.

4. Tidak adanya gudang.

5. Ruang reuse yang kurang memadai.

6. Tidak adanya alat reuse.

7. Kurangnya penataan arus listrik.

8. Pembuangan residu Hd yang tidak sesuai

III. Evaluasi

Sesuai dengan peningkatan kebutuhan akan ketergantungan kepada mesin haemodialisa

dan RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar menerima beberapa pasien rujukan dari

beberapa Kabupaten Kota, maka antrian untuk mendapatkan pelayanan dengan

menggunakan alat haemodialisa semakin panjang.

IV. Tindak Lanjut

Oleh karena itu, RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar sudah melakukan MOU

dengan perusahaan pemasok alat haemodialisa untuk menambah mesian haemodialisa di

RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, dan akan direalisasikan pada awal tahun

2012.

Untuk menunjang penambahan alat tersebut, dibutuhkan juga penambahan SDM yang

telah terlatih serta Dokter Jaga di ruang haemodialisa.

Page 13: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

INSTALASI GAWAT DARURAT

RSUD Dr.DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR

Rekapitulasi Pasien IGD Bulan Januari s/d Juni Tahun 2012

Jenis

Pelayanan

Bulan

Januari Pebruari Maret April Mei Juni

Umum 1808 1665 1701 1561 1709 1636

Askes 4401 4398 4234 3978 4323 3690

Jamkesmas 891 884 916 765 758 737

Jamkesda 24 18 20 26 28 45

Jumlah 7124 6965 6871 6330 6818 6108

Grafik Pasien IGD Bulan Januari s/d Juni Tahun 2012

Page 14: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

I. Kendala

1. Oksigen diruang rawat inap terutama pavilium sering tidak ada atau rusak atau kurang

sehingga tidak bisa menerima pasien dari IGD yang membutuhkan oksigen terutama

pasien peserta askes sering marah- marah bila dianjurkan untuk dirawat di Zaal karena

tidak ada oksigen di pavilium.

2. Telepon yang ada di IGD RSUD dr. Djasamen saragih lebih sering tidak bisa digunakan

keluar karena tidak dibayar rekeningnya.

3. Telepon diruangan sebaiknya segera disediakan sehingga kami dapat mengetahui

ruangan yang kosong terutama pavilium dan ICU dan ketika perawat mengantar pasien

IGD keruang rawat inap, tempat tidur sudah tersedia dan ada perawat ruangan yang

menerima pasien baru.

4. Petugas Cleaning servis di IGD seharusnya masuk setiap hari termasuk hari- hari Libur

sehingga kebersihan di IGD terpelihara.

5. Satpam harus ada di pintu masuk IGD 24 jam sehingga tidak semua keluarga pasien,

wartawan bebas masuk sesukanya terlebih keruang tindakan pada saat petugas IGD

menangani pasien IGD dan bila ada keributan di IGD petugas IGD tidak kewalahan

mencari satpam yang bertugas pada saat itu juga.

6. Mohon petugas ambulance yang ada dijadwal jaga stanbay pada saat diperlukan

terutama untuk pasien yang dirujuk dari IGD.

7. Khusus pagi seharusnya ada petugas yang menerima pasien untuk ke poliklinik,

radiologi, laboratorium dan fisioterapi sehinggga tidak dibebani kepada petugas IGD

untuk mengantarnya atau menggunakan brankat atau rostool IGD yang minim

jumlahnya.

II. Evaluasi

Banyaknya pasien yang ditujuk keluar dari IGD dikarenakan peralatan di IGD RSUD

Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar masih kurang memadai serta obat-obatan dan bahan

habis pakai yang tidak tersedia

III. Tindak Lanjut

Disiapkannya peralatan yang memadai dan berstandart di Instalasi Gawat Darurat,

serta pemenuhan akan obat-obatan dan bahan habis pakai, sehingga pelayanan dapat berjala

dengan baik

Page 15: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

INSTALASI JENAZAH

Daftar Pasien Kamar Jenazah Bulan Januari s/d Juni 2012

No BulanJenis Kelamin

JumlahLaki-laki Perempuan

1 Januari 5 3 8

2 Pebruari 9 1 10

3 Maret 7 4 11

4 April 7 2 9

5 Mei 6 5 11

6 Juni 12 6 18

Jumlah 46 21 67

Diagram Pasien Kamar Jenazah Bulan Januari s/d Juni 2012

Keterangan :

Data jumlah pasien yang masuk di instalasi jenazah RSUD Dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar terendah pada bulan Januari 2012 dan tertinggi pada bulan Juni 2012. Persentase

jenazah laki-laki jauh lebih banyak daripada perempuan

Evaluasi

Instalasi jenazah RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar merupakan instalasi

rujukan dari 5 Kabupaten Kota dan minimnya peralatan yang tersedia dan juga tenaga (SDM)

yang terlatih sangat dibutuhkan.

Untuk itu kami utara beberapa kendala di instalasi jenazah RSUD Dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar.

Page 16: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

Kendala kendala dalam pelaksanaan visum :

1. Hanscun yang dibutuhkan setiap mayat untuk visum luar 6 buah, visum dalam 15 buah,

sementara yang diberikan Rumah Sakit 24 buah/bulan.

2. Verban yang dibutuhkan setiap bulan 40 rol, tidak ada dari Rumah Sakit.

3. Penomoran surat keluar dari Forensik sering diluar jam dinas, mohon kordinasi lanjutan.

4. Penambahan ruangan serta Kulkas Mayat untuk penampungan jenazah Mr. X dan

penyimpanan bahan pemeriksaan lanjutan.

5. Alat autopsi (autopsi kid) yang ada tidak layak pakai lagi.

6. Alat-alat kebersihan sering tidak ada.

7. Penambahan tenaga kerja (PNS) mohon ditindak lanjuti.

8. Alat pelindung diri untuk autopsi mohon penambahan.

9. Mohon penyediaan kertas foto per pasien 5 lembar (20 set foto)

Tindak Lanjut

Diharapkan untuk memenuhi segala kebutuhan di instalasi jenazah jenazah RSUD Dr. Djasamen

Saragih Pematangsiantar agar pelayanan dapat berjalan dengan lancar.

INSTALASI CARE UNIT (ICU)

Page 17: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

Pasien Yang Dirawat di ICU RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Bulan Januari – Juni 2012

Jenis

Pelayanan

Bulan

Januari Pebruari Maret April Mei Juni

Umum 6 5 4 7 5 5

Askes 14 13 13 13 13 13

Jamkesmas 13 9 9 12 11 9

Jamkesda 1 3 2 6 1 4

Jampersal 0 0 1 1 0 0

Jumlah 34 30 29 39 30 31

Grafik Pasien Yang Dirawat di ICU RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Bulan Januari – Juni 2012

Kendala di ruangan ICU

1. ICU kapasitas tempat tidur sebanyak 5 Bed, setiap Bed lengkap dengan Bed side Monitor

( Bed Side Monitor rusak 1 bh), Oksigen tabung (tidak sentral).

2. Suction sentral yang terpasang tidak berfungsi.

Kebutuhan di ruangan ICU :

1. Perbaikan WC tumpat

2. Pemeriksaan test kuman di Ruang ICU dan AC ICU

3. Dokter jaga ICU

4. Ekstra pudding untuk petugas ICU

5. AC 4 bh @ 2 FT di Ruang Central Ners, Ruang Tengah dan Kamar dokter

6. Penanaman Kabel listrik alat monitor, oksigen, listrik suction ke dalam tembok

7. Seminar Rutin min ICU / 6 bulan

Page 18: Kebijakan persetujuan dan penolakan tindakan kledokteran

8. Pelatihan Lanjutan min / 1 tahun

Tindak Lanjut

1. WC yang rusak/ tumpat diperbaiki

2. Dilakukan pemeriksaan test kuman di ruangan ICU

3. Dokter jaga ICU setiap bulannya sudah dibuat

4. Pengajuan ekstra pudding untuk petugas ICU

5. Pengajuan pengadaan AC 4 buah @ 2 FT di Ruang Central Nurse, Ruang Tengah, dan

Kamar Dokter.

6. Pengajuan oksigen sentral dan suction central di ICU ke bidang Perencanaan.

7. Pelaksanaan seminar rutin perawat ICU minimal/ 6 bulan

8. Pelatihan lanjutan perawat ICU minimal/ 1 tahun