analisis pragmatik bentuk bahasa penolakan

80
ANALISIS PRAGMATIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN DI KOS MAHASISWI (Penelitian di Kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh : KARINA TRI UTAMI A 310 060 246 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

Upload: bomber-comp

Post on 05-Jul-2015

1.888 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

i

ANALISIS PRAGMATIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN

DI KOS MAHASISWI

(Penelitian di Kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Disusun Oleh :

KARINA TRI UTAMI

A 310 060 246

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2010

Page 2: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS PRAGMATIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN

DI KOS MAHASISWI

(Penelitian Di Kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo)

Diajukan

KARINA TRI UTAMI

A 310 060 246

Telah Disetujui dan Disahkan di Depan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Mengetahui

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Abdul Ngalim, MM.,M.Hum Drs. Andi Haris Prabawa, M. Hum.

Page 3: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

iii

PENGESAHAN

ANALISIS PRAGMATIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN

DI KOS MAHASISWI

(Penelitian di Kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo)

Oleh :

KARINA TRI UTAMI

A 310 060 246

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji

Pada tanggal : 26 Juli 2010

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

1. Prof. Dr. Abdul Ngalim, MM.,M.Hum ( )

2. Drs. Andi Haris Prabawa, M.Hum ( )

3. Dra. Atiqa Sabardila, M.Hum. ( )

Surakarta, Juli 2010

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dekan,

Drs. H. Sofyan Anif, M. Si

NIK. 547

Page 4: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

dimana pun dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara

tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka

Apabila ternyata di kemudian hari terbukti ada ketidak benaran dalam

pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Surakarta, Juli 2010

KARINA TRI UTAMI

A 310 060 246

Page 5: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

v

HALAMAN MOTTO

Hei orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu

(QS. Al Imron: 200)

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang

demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu

(QS. Al. Baqoroh : 45)

Jalani hidup dengan hati yang ikhlas

(Penulis)

Page 6: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

vi

PERSEMBAHAN

Dengan segala doa dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karya ini

kupersembahkan teruntuk :

1. Bapak dan ibu tercinta, tiada kata lain yang bisa diucapkan selain terima kasih

yang tak terkira atas kasih sayang, motivasi, pengorbanan dan doa yang selalu

mengiringi langkahku.

2. Eyang Hj. Sulastri (Alm), terima kasih atas semua doa dan dorongannya.

Maafkan cucumu ini yang baru bisa mewujudkan pesan terakhirmu.

3. Kakakku tersayang (Mbak Yuyun, Mas Agung, Mas Arif, Mbak Resti) yang

selalu memberikan dorongan, doa, dan keceriaan.

4. Keponakanku tersayang dik Ziddan Inta Aniz yang selalu meramaikan suasana

di rumah.

5. Adha tercinta, setiap curahan kasih sayang, doa dan kesabaran dalam

penyelesaian skripsi ini merupakan motivasi untukku.

6. D’bebys (Dyah, Yula, Triana, Ana, Carmen) terima kasih atas segala

dukungan dan segala tawa

7. Penghuni Flamboyan yang suka bikin onar (Melia, Nia, Lilis, Niken, dan

Dian) terima kasih untuk semuanya.

8. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas E terima kasih atas

dukungannya.

9. Almamaterku

Page 7: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini digunakan untuk memenuhi syarat dalam rangka

mencapai gelar sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak

bantuan bimbingan dan dorongan yang kami terima sehingga membantu

penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan

kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak.

1. Drs. H. Sofyan Anif, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

pendidikan UMS yang telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

2. Drs. Agus Budi Wahyudi, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia dan Daerah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

menyusun skripsi.

3. Prof. Dr. Abdul Ngalim, MM.,M.Hum, selaku pembimbing 1 dengan disiplin

memberikan motivasi dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini

Page 8: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

viii

4. Drs. Andi Haris Prabawa, M.Hum., selaku pembimbing II yang telah

mendorong penulis untuk segera menyelesaikan pendidikan sekaligus

merampungkan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan

skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi

pembaca, khususnya mahasiswa keguruan ilmu pendidikan UMS.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 9: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

ABSTRAKSI ................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ................................................................ 3

C. Perumusan Masalah ................................................................. 3

D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian ................................................................... 4

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................ 6

B. Landasan Teori .......................................................................... 7

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 23

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 23

Page 10: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

x

B. Deskripsi Objek Penelitian ...................................................... 24

C. Data dan Sumber Data ............................................................ 24

D. Alat Penelitian .......................................................................... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 25

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 26

A. Hasil Penelitian ........................................................................ 26

B. Pembahasan .............................................................................. 51

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 54

A. Simpulan ................................................................................... 54

B. Saran .......................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

xi

ABSTRAKSI

ANALISIS PRAGMATIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN

DI KOS MAHASISWI

(Penelitian di Kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo)

Karina Tri Utami. A 310 060 246. Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

dan Daerah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. UMS. 2010.

Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mendeskripsikan bentuk bahasa

penolakan yang terdapat di kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo. 2)

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk bahasa penolakan di

kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo, 3) Untuk mendeskripsikan

pelaksanaan prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam bahasa penolakan di

kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo.

Penelitian ini menggunakan teknik simak dan catat. Yang dimaksud teknik

simak dan catat adalah mengadakan penyimakan terhadap pemakaian bahasa lisan

yang bersifat spontan dan mengadakan pencatatan terhadap data yang

mengandung makna metaforis. Analisis data yang dipakai dalam pengolahan data

ini adalah model analisis jalinan mengalir (flow model of analysis) yaitu saling

menjalinnya ketiga komponen analisis yang berlaku, baik sebelum, pada waktu,

dan sesudah pelaksanaan pengumpulan data secara paralel.

Hasil akhir yang penulis peroleh berdasarkan penelitian ini adalah, 1)

bentuk bahasa penolakan yang terdapat dalam Kos Flamboyan ada 7 kategori,

yaitu : a) penolakan dengan menggunakan isyarat non verbal, b) penolakan

dengan menggunakan komentar, c) penolakan dengan menggunakan ucapan

terima kasih, d) penolakan dengan menggunakan usul, komentar atau pilihan, e)

penolakan dengan menggunakan syarat, f) penolakan dengan menggunakan

alasan, g) penolakan dengan menggunakan kata tidak atau padanannya, nggak,

ndak, dan jangan. 2) faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk ungkapan

penolakan di Kos Flamboyan, yaitu : a) situasi pada saat tuturan berlangsung,

yaitu pada saat tuturan berlangsung penutur (orang yang menuturkan penolakan)

dapat melakukan apa yang ajakan atau tawaran tuturnya atau tidak mungkin untuk

melakukan ajakan atau permintaan lawan tuturnya, b) kondisi penutur (orang yang

menuturkan penolakan) pada saat menuturkan sedang bergurau atau serius, c)

keakraban antara penutur (orang yang menuturkan penolakan) dan lawan tutur

(orang yang menawarkan, mengajak, atau meminta)

Kata kunci : Analisis Pragmatik, Maksim

Page 12: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak

tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala

aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh referensi

langsung pada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan (Tarigan,

2009:31).

Yule (2006:4) berpendapat bahwa pragmatik adalah studi tentang

bagaimana agar banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.

Pragmatik itu menarik karena melibatkan bagaimana orang saling memahami

satu sama lain secara linguistik, tetapi pragmatik dapat juga merupakan ruang

lingkup studi yang mematahkan semangat karena studi ini mengharuskan kita

untuk memahami orang lain dan apa yang ada dalam pikiran mereka.

Menurut Levinson (dalam Rahardi, 2007: 48) pragmatik adalah studi

bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang

dimaksud tergramatisasi dan terkondifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan

dari struktur bahasanya. Menurut Parker (dalam Rahardi, 2007: 48)

mengemukakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang

mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Adapun yang dimaksud dengan

1

Page 13: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

2

itu adalah bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi

yang sebenarnya.

Dalam kehidupan sehari-hari pengguna bahasa pada umumnya lebih

mengutamakan keberhasilan dalam berkomunikasi dan menggunakan bahasa

daripada mementingkan kebarhasilan kegramatikalan ujaran-ujaran mereka

memang tata bahasa pada umumnya diajarkan secara formal di sekolah,

sedang masyarakat umum belajar berbahasa lewat ujaran-ujaran yang

komunikatif yang disampaikan terus-menerus oleh keluarga dan lingkungan

dengan memperhatikan situasi dan kondisi interaksi yang sedang berlangsung.

Sebagai contoh berikut ini penulis paparkan dua buah ujaran yang maknanya

lebih banyak dipengaruhi oleh jauh dekatnya hubungan antara partisipan di

dalam pergaulan mereka. Kebiasaan mengemukakan pendapat sesuai dengan

tata cara pergaulan dalam masyarakat, norma, dan nilai-nilai yang dianut

dalam budaya, pergaulan, pengetahuan yang sama-sama dimaklumi oleh para

partisipan dipertimbangkan semua untuk menghasilkan ujaran-ujaran yang

tepat, bukannya diatur oleh makna harfiah setiap kata yang dipergunakan.

(1) Berani bayar berapa?

(2) Aku mau pulang sekarang.

Ujaran (1) yang berupa kalimat tanya dimaksudkan oleh penghuni kos

ketika diminta untuk mengepel kamar temannya. Sedangkan kalimat (2) dalam

konteks yang merupakan penolakan atau ajakan teman untuk diajak ikut

seminar.

Page 14: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

3

Sesuai dengan contoh tersebut, penolakan yang merupakan reaksi negatif

terhadap suatu ajakan, permintaan atau tawaran memiliki bentuk bahasa

tertentu sesuai dengan berbagai faktor sosial yang berpengaruh.

Sehubungan dengan berbagai bentuk penolakan yang ada di masyarakat

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang berbagai bentuk

penolakan di kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo. Penulis tertarik

untuk meneliti masalah tersebut karena beberapa pertimbangan: pertama,

berdasarkan penggunaan bahasa sebagai sarana penyampaian informasi dan

pemakaian bahasa untuk maksud-maksud tertentu misalnya untuk penolakan.

Untuk mengetahui maksud ujaran tersebut maka diperlukan pendekatan yaitu

pendekatan pragmatik. Kedua, kajian pragmatik khususnya tentang bentuk

penolakan dilingkungan kos mahasiswi sampai saat ini belum pernah

dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penulis mencoba untuk

melakukan penelitian secara mendalam dan menyeluruh tentang berbagai

bentuk bahasa penolakan di kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo

dengan pendekatan pragmatik.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada bentuk bahasa

penolakan yang dituturkan oleh penghuni kos Flamboyan. Ungkapan

penolakan di kos Flamboyan yang tidak dituturkan oleh penghuni kos tidak

diteliti dalam penelitian ini.

Page 15: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

4

C. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini ada tiga masalah yang perlu dibahas atau dicari

jawabannya.

1. Bagaimana bentuk bahasa penolakan yang terdapat di kos Flamboyan,

Gonilan, Kartasura, Sukoharjo?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi bentuk bahasa penolakan di kos

Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo?

3. Bagaimana pelaksanaan prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam

bahasa penolakan di kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo?

D. Tujuan Penelitian

Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

1. Untuk mendeskripsikan bentuk bahasa penolakan yang terdapat di kos

Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk bahasa

penolakan di kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo.

3. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan prinsip kerjasama dan prinsip

kesopanan dalam bahasa penolakan di kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura,

Sukoharjo.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

a. Memperluas wawasan kebahasaan, khususnya pragmatik menuju pada

kenyataan-kenyataan kebahasaan.

Page 16: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

5

b. Dapat memperkaya kajian tentang pemakaian bahasa khususnya pada

bentuk bahasa penolakan.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan informasi tentang pentingnya memperhatikan

konteks dan situasi bahasa bagi para pemakai bahasa khususnya untuk

melakukan ungkapan penolakan.

b. Dapat memberikan informasi tentang kekayaan tindak berbahasa

khususnya dalam bentuk bahasa penolakan.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, berisi sejumlah teori yang menjadi landasan

dalam penelitian ini.

Bab III Metodologi Penelitian, berisi serangkaian proses penelitian

yang saling berhubungan. Bab ini terdiri atas metode penelitian, deskripsi

objek penelitian, data, saumber data, alat penelitian, metode pengumpulan

data, dan metode analisis data, penyajian kaidah hasil penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, merupakan inti dari

penelitian ini, yaitu berisi analisis data dan kesimpulan pembahasan.

Bab V Penutup, berisi simpulan dari penelitian dan juga saran.

Page 17: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penelitian Sulistyawati (2004) yang berjudul “Pemakaian Kalimat

Imperatif Bahasa oleh Guru TK dalam Proses Belajar Mengajar”, ditemukan

adanya bentuk imperatif yang digunakan oleh guru dalam proses belajar

mengajar. Penelitian ini memiliki persamaan pada objek penelitiannya, yaitu

sama-sama menggunakan analisis pragmatik. Namun, Sulistyawati memilih

pemakaian kalimat imperatif, sedangkan yang diteliti oleh peneliti adalah

bahasa penolakan yang dilakukan di kos mahasiswi.

Rahardi (2005) dalam penelitiannya yang kemudian dibukukan dengan

judul “Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia” menjelaskan

perihal pragmatik bahasa Indonesia. Persamaan pada objek penelitiannya

menggunakan analisis pragmatik. Akan tetapi, Rahardi melakukan penelitian

untuk mengetahui hakikat tuturan imperatif dalam bahasa indonesia.

Sedangkan yang diteliti oleh peneliti adalah bahasa penolakan yang dilakukan

di kos mahasiswi.

Anggraeni (2006), meneliti “Kesantunan Bahasa Jawa Dialek Surabaya:

Analisis Pragmatik”. Hasil ini menunjukkan bahwa wujud bahasa Jawa dialek

Surabaya memiliki dua macam bentuk. Kedua jenis perwujudan itu: (1) wujud

formal imperatif, dan (2) pragmatik imperatif, sedangkan pada penelitian ini

adalah bahasa penolakan yang dilakukan di kos mahasiswi.

6

Page 18: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

7

B. Landasan Teori

1. Bahasa dan Fungsi Bahasa

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang

digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,

berinteraksi dan mengidentifikasikan diri serta dalam fungsinya sebagai

alat kominukasi verbal (Kridalaksana, 2001:21). Bahasa dalam dua fungsi

tersebut mampu mengubah konsep abstrak menjadi lambang bunyi yang

bersistem. Selanjutnya, bahasa tersebut digunakan sebagai alat komunikasi

verbal.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk

kepentingan komunikasi antara sesama manusia. Hal tersebut tidak

terlepas dari kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang pada dasarnya

selalu menginginkan kontak dengan manusia lain. Oleh sebab itu, bahasa

tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Sehubungan dengan fungsi bahasa

sebagai alat komunikasi dalam hubungannya dengan masyarakat, maka

para ahli bahasa mulai melakukan berbagai kajian mengenai hal tersebut.

Salah satu diantaranya adalah bidang kajian pragmatik.

Ada tiga metafungsi bahasa yang disampaikan oleh Halliday (dalam

Sumarlam, 2003:3-4)

a. Fungsi ideasional berkaitan dengan peran bahasa untuk

mengungkapkan ide, gagasan, dan isi pikiran, serta untuk mereflesikan

realitas pengalaman partisipannya.

b. Fungsi interpersonal berkaitan dengan peranan bahasa untuk

membangun dan memelihara hubungan sosial, untuk mengungkapkan

peranan-peranan sosial dan peranan-peranan komunikasi yang

diciptakan oleh bahasa itu sendiri.

Page 19: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

8

c. Fungsi tekstual berkaitan dengan peranan bahasa untuk membentuk

berbagai mata rantai kebahasaan dan mata rantai unsur situasi yang

memungkinkan digunakannya bahasa oleh para pemakainya baik secara

lisan maupun tertulis.

Bahasa memiliki tujuh fungsi bahasa yang dikemukakan oleh

Halliday (dalam Sumarlam, 2003:1-3).

a. Fungsi instrumental (the instrumental function) berfungsi menghasilkan

kondisi-kondisi tertentu dan menyebabkan terjadinya peristiwa-

peristiwa tertentu.

b. Fungsi regulasi (the regulation function) berfungsi sebagai pengawas,

pengendali, atau pengatur peristiwa, atau berfungsi untuk

mengendalikan serta mengatur orang lain.

c. Fungsi pemerian atau fungsi representasi (the representasional

function) berfungsi untuk membentuk pernyataan-pernyataan,

penyampaian fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan, atau

melaporkan realita dan sebenarnya sebagaimana yang dilihat atau

dialami orang

d. Fungsi interaksi (the interecsional function) berfungsi menjamin dan

memantapkan ketahanan dan keberlangsungan komunikasi serta

menjalin interaksi sosial.

e. Fungsi perorangan (the personal function) fungsi ini memberi

kesempatan kepada pembicara untuk mengekspresikan peranan, emosi

pribadi, serta reaksi-reaksi yang mendalam.

f. Fungsi heuristik (the heuristic function) fungsi ini melibatkan

penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebanyak-

banyaknya dan mempelajari seluk-beluk lingkungannya.

Page 20: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

9

g. Fungsi imajinatif (the imaginatife function) berfungsi sebagai pencipta

sistem, gagasan, atau kisah yang imajinatif.

2. Pragmatik

Kridalaksana (2001:176) mengidefinisikan pragmatik sebagai syarat-

syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam

komunikasi dan aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa

yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran. Pragmatik adalah

studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks

yang dimaksud tergramatisasi dan terkondifikasi sehingga tidak dapat

dilepaskan dari struktur bahasanya Levinson (dalam Rahardi, 2007:48).

Parker (dalam Rahardi, 2007: 48) mengemukakan bahwa pragmatik

adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara

eksternal. Adapun yang dimaksud dengan itu adalah bagaimana satuan

lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa

secara eksternal, yaitu berkaitan dengan bagaimana satuan bahasa itu

digunakan dalam komunikasi. Pragmatik pada dasarnya menyelidiki

bagaimana makna di balik tuturan yang terikat pada konteks yang

melingkupi di luar bahasa, sehingga dasar dari pemahaman terhadap

pragmatik adalah hubungan antara bahasa dengan konteks.

3. Situasi Tutur

Dalam hubungannya dengan banyaknya maksud yang disampaikan

oleh penutur dalam sebuah tuturan, Leech (dalam Wijana,2009:14-16)

Page 21: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

10

harus selalu dipertimbangkan dalam studi pragmatik. Aspek-aspek tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Penutur dan lawan tutur

Mencakup penulis dan pembaca bila tuturan bersangkutan

dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan

dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial

ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan sebagainya.

b. Konteks tuturan

Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua

aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan yang

bersangkutan.

c. Tujuan tuturan

Bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatar belakangi oleh

maksud dan tujuan. Dalam hal itu bentuk-bentuk tuturan yang

bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang

sama atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan

dengan tuturan yang sama.

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi

dalam situasi tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani

bahasa dalam tingkatannya yang lebih konkret dibanding dengan tata

bahasa. Tuturan sebagai entitas yang konkret jelas penutur dan lawan

tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannnya.

Page 22: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

11

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan sebagaimana dalam kriteria empat merupakan wujud dari

tindak verbal dalam pragmatik.

Kelima aspek tersebut Leech harus selalu diperhatikan dalam

mengkaji setiap tuturan karena dalam setia tuturan akan selalu terikat pada

konteks yang melingkupinya. Jadi, aspek-apek di atas tidak dapat lepas

dari bagian suatu tuturan.

4. Peristiwa Tuturan

Peristiwa tutur (speech event) merupakan kegiatan sosial, yang di

dalamnya terdapat interaksi antarpenutur dalam situasi tertentu. Suwito

(1996:36) menyatakan bahwa peristiwa tuturan adalah serangkaian tindak

tutur yang terorganisasi untuk mencapai suatu. Peristiwa tuturan

merupakan rentetan tindak tutur dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang

melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu tema atau

topik tuturan pada waktu, tempat, dan situasi tertentu serta tidak dapat

dilepaskan dari aspek-aspek yang melingkupi tuturan dalam suatu

komunikasi antara penutur dan lawan tutur atau antara komunikan dengan

komunikator.

Sehubungan dengan konsep peristiwa tutur dan situasi pemakaian

bahasa, maka unsur-unsur situasi tutur yang dikemukakan oleh Dell

Hymes (dalam Suwito,1996:39) dalam bentuk akronim bahasa Inggris

Speaking yang pemeriaanya sebagai berikut:

Setting dan scene, yaitu tempat dan suasana bicara

Participant, yaitu pembicara, lawan bicara, dan pendengar

End, yaitu tujuan

Page 23: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

12

Act sequance, yaitu suatu peristiwa dimana seseorang

menggunakan kesempatan bicara

Key, yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan

Instrumen, yaitu alat untuk menyampaikan pendapatnya

Norm of interaction, yaitu aturan permainan yang mesti

ditaati

Genre, yaitu jenis kegiatan yang mempunyai sifat lain dari

yang lain.

5. Tindak tutur

Tindak tutur adalah produk atau hasil dari kalimat dalam kondisi

tertentu dan merupakan satuan terkecil dari komunikasi linguistik.

Searle mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya

ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni

tindak lokusi (Locutionary Act), tindak ilokusi (Ilocutionary Act), dan

tindak perlokusi (Perlocutionary Act) (Wijana, 2009: 20).

a. Tindak lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu.

Tindak tutur itu disebut sebagai The Act of Saying Something. Contoh

tindak lokusi adalah sebagai berikut.

(3) Rumah Dian besar.

(4) Ibu sedang memasak di dapur.

Kedua kalimat di atas diutarakan oleh penuturnya semata-mata

hanya untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk

melakukan sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya.

Tindak lokusi adalah tindakan yang paling mudah diidentifikasi,

karena dalam pengidentifikasian tindak lokusi tanpa memperhitungkan

konteks tuturannya.

Page 24: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

13

b. Tindak ilokusi

Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang tidak hanya digunakan

untuk menginformasikan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu sejauh

situasi tuturnya dipertimbangkan secara seksama. Contoh tindak

Ilokusi adalah:

(5) Saya haus.

(6) Gulanya habis.

Tuturan tersebut bukan sekedar menginformasikan rasa haus

dan gula habis tetapi dimaksudkan untuk minta minum dan menyuruh

membeli gula, hal inilah contoh tindak ilokusioner atau ilokusi.

c. Tindak perlokusi

Tindak perlokusi menurut Searle (dalam Wijana, 2009:23)

adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk

mempengaruhi lawan tuturnya. Contoh tindak tutur perlokusi:

(7) Rumahnya jauh

(8) Televisinya 20 inchi

Tuturan ke (7) bila diutarakan oleh seseorang kepada ketua

perkumpulan, maka ilokusinya adalah secara tidak langsung

menginformasikan bahwa orang yang dibicarakan tidak dapat terlalu

aktif di dalam organisasinya. Kalimat (8) bila diutarakan oleh

seseorang kepada temannya pada saat akan diselenggarakan siaran

langsung kejuaraan piala dunia, kalimat ini tidak hanya mengandung

lokusi, tetapi juga ilokusi yang berupa ajakan untuk menonton

ditempat temannya, dengan perlokusi lawan tutur menyetujui

ajakannya.

Page 25: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

14

6. Jenis-jenis Tindak Tutur

Jenis-jenis tindak tutur dibagi menjadi tiga:

a. Tidak tutur langsung dan tak langsung

1) Tindak Tutur Langsung

Tindak tutur dilihat dari penggunaan kalimat secara

konvensional, maksudnya jika kalimat berita difungsikan untuk

mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, kalimat

perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon, dan sebagainya

(Wijana, 2009:28).

(9) X: Din, perutku kok lapar, ya

Y:Ada makanan di almari

X: Baik, kuambil semua, ya?

Tuturan di atas menjelaskan bahwa ia mengetahui tuturan

yang diutarakan oleh lawan tuturnya bukanlah sekedar

menginformasikan sesuatu, tetapi menyuruh orang yang diajak

berbicara.

2) Tindak Tutur Tak Langsung

Tindak tutur tak langsung adalah tindak tutur yang

diutarakan secara tidak langsung, tetapi harus segera dilaksanakan

maksud yang terimplikasi di dalamnya. Tindak tutur tidak

langsung ini digunakan agar pembicaraan lebih dan jika hal itu

merupakan perintah maka dapat diutarakan dengan kalimat berita

atau kalimat tanya, agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya

diperintah. Misal:

Page 26: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

15

(10) X: Saya kemarin tidak dapat hadir

Y: Sudah tahu. Kemarin kamu tidak kelihatan

Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya

tidak dapat dijawab secara langsung tetapi harus segera

dilaksanakan maksud yang terimplikasi di dalamnya.

b. Tindak tutur literal dan tindak tutur tak literal

1) Tindak Tutur langsung Literal

Yaitu tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan

makna yang sama dengan maksud pengarangnya, maksudnya

adalah penggunaan kalimat sesuai dengan fungsinya misalnya

bertanya dengan kalimat tanya, memberi tahu dengan kalimat

berita, dan sebagainya. Contoh tindak tutur langsung literal:

(11) Jam berapa sekarang?

Tuturan di atas menanyakan pukul berapa ketika itu dan

maksud bertanya dengan kalimat tanya.

2) Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Yaitu tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang

sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang dipakai tidak

memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya.

Contohnya adalah:

(12) Lantainya kotor

Tuturan di atas tidak hanya memberikan informasi tetapi

terkandung maksud memerintah yang diungkapkan secara tidak

langsung dengan kalimat berita.

3) Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Page 27: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

16

Yaitu tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang

sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya

tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya.

Contoh tindak tutur langsung tidak literal:

(13) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!

Tuturan di atas menjelaskan bahwa penutur menyuruh

lawan tuturnya untuk menutup mulut sewaktu makan agar terlihat

sopan.

4) Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

Yaitu tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat

dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak

diutarakan. Contohnya:

(14) Lantainya bersih sekali

Tuturan di atas untuk menyuruh seseorang untuk mengepel

lantai yang kotor.

7. Prinsip Kerjasama

Grice (dalam Wijana,2009:42) mengemukakan bahwa di dalam

rangka melaksanakan prinsip kerjasama itu, setiap penutur harus

mematuhi empat maksim sebagai berikut:

a. Maksim kuantitas (maxsim of quantity)

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan

memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyaknya yang

dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Misalnya:

(15) X : Siapa namamu?

Y: Melia

Page 28: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

17

X: Di mana rumahmu?

Y: Pacitan

Jawaban (Y) atas pertanyaan (X) pada percakapan di atas

memenuhi maksim kuantitas, karena memberikan kontribusi yang

memadai, dan mencukupi pada setiap tahapan komunikasi.

Kuantitas jawaban (Y) adalah Melia dan Pacitan.

b. Maksim kualitas (maxsim of quality)

Maksim percakapan ini mewajibkan setiap peserta percakapan

hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Misalnya :

(16) Guru : Coba kamu Andi, apa ibu kota Jawa Tengah?

Andi : Surabaya, Pak Guru.

Guru: Pintar, kalau begitu ibukota Jawa Timur Semarang,

ya?

Contoh tersebut menunjukkan bahwa seorang guru bertanya

kepada salah satu muridnya yang bernama Andi tentang ibukota

Jawa Tengah namun jawaban Andi salah, karena yang benar adalah

Semarang bukan Surabaya. Jadi jawaban tersebut tidak memenuhi

maksim kualitas karena tidak memenuhi jawaban yang diharapkan.

c. Maksim relevansi (maxim of relevance)

Maksim relevansi ialah aturan pertuturan yang menuntut adanya

relevansi dalam tuturan antara pembicaraan dengan masalah yang

sedang dibicarakan. Misalnya:

(17) X : pak ada tabrakan bus lawan kereta api di Rangkas

Bitung.

Y: yang menang dihadiahi apa?

Page 29: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

18

Dialog di atas adalah percakapan antara seorang ayah dengan

anaknya. Bila sang ayah sebagai peserta percakapan yang

kooperatif, maka tidak selayaknya ia mempersamakan peristiwa

kecelakaan yang diceritakan anaknya itu dengan sebuah

pertandingan atau kejuaraan. Di dalam kecelakaan tidak ada

pemenang, dan tidak ada pula pihak yang akan menerima hadiah.

Semua pihak akan menderita kerugian, bahkan mungkin akan

memakan korban jiwa. Jadi kontribusi yang dibeikan oleh (Y)

melanggar maksim relevansi, yaitu penyimpangan jawaban yang

diberikan oleh seorang ayah terhadap pernyataan sang anak.

d. Maksim pelaksanaan (maxim of manner)

Maksim pelaksanaan ialah aturan pertuturan yang mengharuskan

peserta tutur untuk memberikan kontribusi tuturan yang runtuh,

tidak ambigu, tidak taksa, dan tidak berlebihan. Misalnya:

(18) X : Sepeda saya ringsek tertabrak mobil. Dapatkah anda

memperbaiki sehingga kembali seperti semula?

Y : bisa tapi waktunya setengah abad.

Jawaban (Y) yang menyatakan bisa tapi waktunya setengah abad

bersifat melebih-lebihkan. Hal itu memang disengaja karena untuk

menciptakan sausana humor.

8. Prinsip Kesopanan

Berkaitan dengan pembagian maksim, Leech (dalam Wijana,

2004:51) berpendapat bahwa selain keempat maksim di atas, dalam

prinsip kerja sama masih diperlukan prinsip kesopanan yang dibagi

dalam enam maksim.

Page 30: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

19

a. Maksim kebijaksanaan

Adalah aturan dalam pertuturan dengan cara meminimalkan

kerugian terhadap lawan tutur dan memaksimalkan keuntungan

bagi lawan bicara. Contoh:

(19) Silahkan (anda) datang kerumah saya.

(20) Silahkan kiranya (anda) datang ke rumah saya.

(21) kalau tidak keberatan, sudilah (anda) datang ke rumah saya.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan

seorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap

sopan kepada lawan bicaranya. Demikian pula tuturan yang

diutamakan secara tidak langsung lazimnya lebih sopan

dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung.

b. Maksim penerimaan

Maksim penerimaan adalah aturan pertuturan yang meminimalkan

ketidakhormatan terhadap orang lain dan memaksimalkan pujian

terhadap orang lain. Perhatikan contoh kalimat berikut.

(22) Anda harus meminjami saya mobil.

(23) Saya akan meminjami anda mobil.

(24) Saya akan datang ke rumahmu untuk makan siang.

(25) Saya akan mengundangmu ke rumah untuk makan malam.

Tuturan (22) dan (23) dirasa kurang sopan karena penutur berusaha

memaksimalkan keuntungan dirinya dengan menyusahkan orang

lain. Sebaliknya (24) dan (25) penutur berusaha memaksimalkan

kerugian mengenai dengan memaksimalkan kerugian diri sendiri.

c. Maksim kemurahan

Adalah pertuturan dengan meminimalkan keuntungan bagi diri

sendiri dan memaksimalkan kerugian diri sendiri. Maksim ini

Page 31: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

20

dinyatakan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Dengan

penggunaan kalimat ekspresif dan asertif ini jelaslah tidak hanya

dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang harus berlaku

sopan, tetapi di dalam mengungkapkan perasaan, dan menyatakan

pendapat ia tetap diwajibkan berlaku sopan. Contohnya:

(26) + Permainanmu sangat bagus.

- Tidak saya kira biasa-biasa saja.

Tokoh (+) bersikap sopan karena berusaha memaksimalkan

keuntungan (-) lawan tuturnya. Lawan tuturnya atau (-)

menerapkan paradox pragmatik dengan berusaha meminimalkan

penghargaaan diri sendiri.

d. Maksim kerendahan hati

Maksim kerendahan hati adalah aturan dalam pertuturan dengan

memaksimalkan ketidak hormatan terhadap diri sendiri, dan

meminimalkan rasa hormat terhadap diri sendiri. Perhatikan contoh

kalimat berikut:

(27) + Betapa pandainya orang itu.

- Betul di memang pandai.

(28) + Kau sangat pandai.

- Ya, saya memang pandai.

Agar jawaban yang (-) dalam (27) terasa sopan, (-) dapat menjawab

seperti (28) di bawah ini sehingga ia terkesan meminimalkan rasa

hormat bagi dirinya sendiri.

Page 32: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

21

e. Maksim kecocokan

Maksim kecocokan tuturan dalam pertuturan dengan

memaksimalkan kecocokan di antara mereka dan meminimalkan

ketidak cocokan di antara mereka. Perhatikan contoh berikut:

(29) + Bahasa Inggris sukar, ya?

- Ya.

(30) + Bahasa Inggris sukar, ya?

- ( siapa bilang), mudah sekali.

Kontribusi (-) dalam (29) lebih sopan dibandingkan dengan dalam

(30) karena dalam (30) (-) memaksimalkan ketidak cocokannya

dengan pernyataan (+). Dalam hal ini tidak berarti orang harus

senantiasa setuju dengan pendapat atau peryataan lawan tuturnya.

Dalam hal ia tidak menyetujui apa yang dinyatakan oleh lawan

tuturnya ia dapat membuat pernyataan yang mengandung ketik

setujuan atau ketidak cocokan partial atau (partial agreement).

f. Maksim kesimpatian

Adalah aturan dalam pertuturan dengan memaksimalkan rasa

simpati kepada orang lain, dan meminimalkan rasa antipati kepada

orang lain. Maksim ini dinyatakan dalam kalimat ekspresif dan

asertif. Sebagai contoh adalah:

(31) + Bibiku meninggal dunia minggu kemarin.

- Oh, aku turut berduka cita.

Wacan (31) memenuhi maksim kesimpatian karena

memaksimalkan rasa simpati kepada lawan tuturnya yang

mendapatkan kedukaan.

Page 33: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

22

Brown dan Levinson (dalam Wijana, 2007:60-61) menunjukkan

secara meyakinkan bahwa penutur mempergunakan strategi linguistik

yang berbeda-beda di dalam memperlakukan secara wajar lawan

tuturnya. Dalam hal ini Brown dan Levinson mengidentifikasikan tiga

strategi dasar.

a. Tingkat jarak sosial (distance rating)

Antara penutur dan lawan tutur yang ditentukan berdasarkan

parameter perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang

sosiokultural.

b. Tingkat status sosial ( power rating)

Yang didasarkan atas kedudukan yang asimetrik antara penutur dan

lawan tutur di dalam konteks pertuturan.

c. Tingkat peringkat tindak tutur (rank rating)

Yang didasarkan atas kedudukan relatif tindak tutur yang satu

dengan tindak tutur yang lain.

9. Komponen Tindak Tutur

Pada waktu seorang hendak berbicara, terlebih dahulu

terbentuklah suatu pesan di dalam kepala orang itu yang merupakan

kehendaknya atau ungkapan perasaannya. Jika saatnya telah tiba, maka

pesan (message) itu akan dilontarkan menjadi ujaran (utterance) yang

kemudian dapat didengar oleh orang yang diajak bicara atau orang

yang kebetulan dekat dengannya. Terjadinya lontaran ujaran

dipengaruhi oleh banyak hal, tergantung pada macam dan kualitas

butir-butir yang telah mempengaruhinya. Butir-butir penentu ini

disebut komponen tutur, karena butir-butir ini menjadi variabel

penentu ujud bentuk ujaran yang terlontarkan oleh seorang penutur.

Page 34: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

23

Adapun komponen tersebut adalah pribadi penutur, warna emosi

penutur, maksud penutur, asal penutur, anggapan penutur terhadap

kedudukan sosial dan relasinya dengan mitra tutur, hadirnya orang

ketiga, mitra tutur, peristiwa tutur, suasana bicara, ekologi percakapan,

bentuk wacana, dan norma kebahasaan lain (Paina Partana, 2005:51-

53).

Page 35: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode deskriptif kualitatif.

Deskriptif kualitatif merupakan suatu pendekatan yang juga disebut

pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan

cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang ditempat

penelitian (MC Millan & Schumaker, 2003). Dengan pendekatan kualitatif ini

penelitian akan menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam

kehidupan dan pemikiran.

Penelitian ini berkaitan dengan fenomena kebahasaan yang berkaitan

dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungannya

dengan situasi dan konteks pembicaraan. Ancangan yang digunakan adalah

dengan pendekatan pragmatik.

Pendekatan pragmatik disini maksudnya mengkaji maksud penyapa baik

yang tersurat maupun yang tersirat dibalik tuturan yang dianalisis. Maksud-

maksud tuturan, terutama maksud yang diimplikasikan hanya dapat

diidentifikasikan lewat penggunaan bahasa itu secara konkret dengan

mempertimbangkan konkret dan situasi tuturannya. Pada prinsipnya yang

dimaksudkan adalah mengkaji ujaran penutur yang terikat pada konteks.

24

Page 36: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

25

B. Deskripsi Objek Penelitian

Wisma Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo di sebelah barat

kampus 1 Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tepatnya di jalan Perum

Barito RT.02 RW.X Gonilan, Kartasura. Seluruh penghuni kos berjumlah 19

orang, yang semuanya berstatus mahasiswi dari UMS, terdiri dari mahasiswi

FKIP, Ekonomi, Komunikasi dan informatika, Ilmu kesehatan. Angkatan

2003, 2006,2008, dan 2009 yang ada dalam kos Flamboyan. Mayoritas

mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Asal daerah

penghuni kos Flamboyan yaitu berasal dari Wonogiri, Boyolali, Klaten,

Pekalongan, Batang, Pacitan, Magetan, Karanganyar dan Sragen. Dalam

komunikasi sehari-hari bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa.

C. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian tuturan lisan yaitu bentuk bahasa penolakan yang

terdapat di kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo.

Sumber data adalah asal dimana penelitian itu diperoleh. Sumber data

dalam penelitian ini adalah penghuni kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura,

Sukoharjo.

D. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti yang

bertindak sebagai pencari dan pengumpul data. Selain itu juga diperlukan

sarana pendukung seperti kartu data, alat tulis untuk mencatat data, kaset/tape

recorder untuk merekam dan mengabadikan data.

Page 37: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

26

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data ini metode yang digunakan adalah metode

simak. Teknik simak adalah suatu metode pemerolehan data yang dilakukan

dengan cara menyimak suatu penggunaan bahasa (Sudaryanto dalam Mahsun,

2005:90).

Sebagai teknik dasar yang digunakan yaitu tekni sadap, yaitu dalam

mendapatkan data, peneliti mengadakan penyimakan penggunaan bentuk

bahasa penolakan yang terjadi di kos Flamboyan. Teknik lanjutan yang

dipakai adalah teknik simak libat cakap (SLC), teknik simak bebas libat cakap

(SBLC), dan teknik catat. Cara kerja keempat teknik tersebut adalah: (1)

teknik simak libat cakap (SLC), yaitu kegiatan penyadapan dilakukan dengan

ikut berpartisipasi dalam pembicaraan sambil menyimak pembicaraan

tersebut, dengan peneliti sebagai alat yang dilibatkan langsung dalam

membentuk dan memunculkan data, (2) teknik SBLC, ditempuh dengan

melakukan penyimakan suatu pembicaraan dan menyadap penggunaan bentuk

bahasa penolakan tanpa melibatkan diri peneliti dalam pembicaraan tersebut,

(3) teknik catat, dilakukan untuk mencatat faktor-faktor penting yang melatar

belakangi penggunaan bahasa penolakan terutama faktor-faktor nonlingual

yang menyangkut komponen tutur dan konteks.

Page 38: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data-data yang dikumpulkan dan diklasifikasikan kemudian

dianalisis lebih lanjut berdasarkan dua kategori, yaitu berdasarkan bentuk-

bentuk bahasa penolakan dan berdasarkan asumsi-asumsi pragmatik yang

telah disebutkan di atas.

Adapun kategori bentuk bahasa penolakan tersebut meliputi;

Penggunaan isyarat atau penolakan non-verbal, penggunaan komentar sebagai

penolakan, komentar itu biasanya berhubungan dengan ajakan, tawaran, atau

permintaan, penggunaan ucapan terimakasih sebagai penolakan. biasanya

diikuti dengan komentar atau alasan, penggunaan usul atau pilihan lain agar

penjawab bebas dari tugas memenuhi ajakan, tawaran atau permintaan

pembicara, penggunaan syarat atau kondisi sebagai pengganti penolakan,

memberitahukan alasan penolakan, menggunakan kata tidak atau padanannya

dengan atau tanpa didahului dengan permintaan maaf. Analisis berdasarkan

asumsi-asumsi pragmatik yang meliputi tindak tutur langsung dan tindak tutur

tak langsung tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal, tindak tutur

lokusi, ilokusi, dan perlokusi serta pelaksanaan terhadap prinsip kerjasama dan

kesopanan.

27

Page 39: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

28

Mengingat banyaknya data pada penelitian ini, penulis hanya

menganalisis beberapa data. Data yang dianalisis adalah data-data yang dapat

mewakili data-data lain yang sejenis.

1. Analisis Berdasarkan Bentuk Bahasa Penolakan

a. Penggunaan isyarat atau penolakan non-verbal

Penggunaan isyarat atau penolakan non-verbal ini biasanya

dilakukan ketika penjawab ragu untuk menolak atau menerima tawaran

yang diberikan.

(1) Karin : Nek gelem ngetik go laptopku saiki wae.

(kalau mau ngetik pakai laptopku sekarang saja)

Diah : (diam dan mengerutkan dahi) (data no. 18).

(2) Melia : Gelem iki Lis (roti bakar)

(Mau ini, Lis)

Lilis : eemm.....(lalu menggelengkan kepala) (data no.

14)

Peristiwa tutur tersebut dilakukan oleh Karin dan Diah. Ketika

Karin menyuruh untuk mengetik memakai laptopnya kepada Diah,

kelihatan bahwa Diah ragu-ragu untuk menerima atau menolak tawaran

Karin. Hal ini disebabkan Diah memang ingin memakai laptop untuk

mengetik, tetapi dia belum selesai mengumpulkan data. Demikian pula

dengan data no. (2), dimana dalam data ini dijelaskan bahwa Lilis

kelihatan ragu-ragu untuk menjawab ya atau tidak. Hal ini disebabkan

karena Lilis tidak menyukai roti bakar, tetapi dia juga tidak ingin

membuat temannya kecewa. Pada akhirnya Lilis menggelengkan kepala

untuk menolak roti bakar yang ditawarkan Melia kepadanya.

Page 40: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

29

Dari penelitian yang penulis lakukan ternyata para responden lebih

suka menggunakan jawaban terselubung dalam menolak suatu tawaran

atau ajakan. Dalam hal ini para penghuni kos flamboyan pada umumnya

merasa enggan untuk menolak atau menyampaikan sesuatu yang tidak

menyenangkan pemohon / pengajar dengan terus terang.

b. Penggunaan komentar sebagai penolakan

Komentar biasanya berhubungan dengan ajakan, tawaran atau

permintaan. Dalam hal ini nampaknya penjawab meragukan tentang

kebenaran sesuatu yang diutarakan oleh pembicara. Berikut akan penulis

deskripsikan beberapa data yang dapat mewakili bentuk penolakan

tersebut.

Berikut bentuk penolakan dengan menggunakan komentar yang

disampaikan kepada orang yang menawarkan dengan komentar yang

lugas namun terlihat kurang menghargai orang yang menawarkan.

(3) Lilis : Meh pesen baju di Gemini?

(Mau pesan baju di Gemini?)

Melia : Modele ki lho

(Modelnya itu lho) (data no. 44)

Peristiwa tutur tersebut dilakukan oleh Lilis dan Melia pada saat

Lilis sudah membuka gambar kaos di facebook yaitu model longdress.

Melia saat itu kelihatan kurang tertarik karena tidak menyukai model baju

tersebut. Kemudian ia berkomentar tentang warna jaket tersebut, yang

secara tidak langsung merupakan suatu bentuk penolakan atas tawaran

Lilis. Bentuk penolakan tersebut terlihat kurang sopan karena ia langsung

mengomentari model baju tersebut tanpa didahului permintaan maaf.

Page 41: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

30

(4) Diah : Ijah,...nggonku sisan di pelne!

(Ijah....punyaku sekalian di pelkan)

Nia : Wani bayar piro?

(Berani bayar berapa?) (data no. 13)

c. Penggunaan ucapan terima kasih sebagai penolakan

Penolakan bentuk ini biasanya diikuti dengan komentar atau

alasan. Penjawab berterima kasih karena diperhatikan, ditawari suatu jasa

dan lain sebagainya sambil memberitahukan bahwa dirinya telah dapat

mengatasi masalahnya sendiri. Berikut akan penulis deskripsikan

beberapa data tentang bentuk penolakan ini.

Berikut penolakan yang menggunakan ucapan terima kasih dan

disertai dengan alasan penolakan.

(5) Melia : Gelem milk tea?

(mau milk tea)

Dian : matur nuwun, aku gak doyan susu

(terima kasih, aku gak suka susu)

(Data no. 45)

Peristiwa tutur tersebut dilakukan oleh Melia dan Dian. Bentuk

penolakan tersebut terdengar sopan dan menghargai Melia. Selain

mengucapkan terima kasih Dian juga memberikan alasan mengapa ia

menolak tawaran tersebut yakni karena ia tidak doyan dengan susu.

Berikut bentuk penolakan yang menggunakan ucapan terima kasih

tanpa disertai dengan alasan.

(6) Dian : Gelem? (menyodorkan nasi goreng)

(Mau?)

Melia : tursuwun

(Terima kasih) (data no. 22)

Page 42: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

31

Peristiwa tutur tersebut dilakukan oleh Dian dan Melia. Pada saat

itu Dian sedang makan nasi goreng di kamar dan tinggal separo,

kemudian Melia datang maka terjadilah percakapan tersebut. Bentuk

penolakan Melia terdengar tegas dan tanpa disertai dengan alasan

penolakan. Setelah ditelusuri ternyata Melia tidak bisa makan bersama

dengan orang lain dalam satu piring nasi goreng yang ditawarkan tersebut

tinggal separo maka ia langsung menolak dengan tegas meski dengan

ucapan teriam kasih.

Berikut bentuk penolakan dengan menggunakan ucapan terima

kasih tanpa disertai dengan alasan dengan maksud untuk bergurau.

(7) Karin : Kamarku sisan yo!

(Kamarku sekalian ya!)

Niken : Matur suwun wae

(terima kasih saja) (Data no. 33)

Peristiwa tutur tersebut dilakukan oleh Karin dan Niken. Bentuk

penolakan ini meski diucapkan dengan matur suwun (terima kasih)

namun di situ terlihat bahwa Niken mengucapkan dengan menyepelekan

Karin. Hal itu karena ia memang tidak akan mau mengepelkan kamar

Karin. Karinpun tidak benar-benar menyuruh Niken atau ia hanya

bergurau.

d. Penggunaan usul atau pilihan lain agar penjawab bebas dari tugas

memenuhi ajakan, tawaran, atau permintaan pembicara

Penggunaan usul atau alternatif ini merupakan penolakan halus

yang konstruktif. Pembicara dalam hal ini merasa diperhatikan, tidak

sekedar ditolak tetapi diberi kemungkinan lain untuk membantu

Page 43: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

32

memecahkan persoalannya. Berikut akan penulis deskripsikan beberapa

data yang dapat mewakili bentuk penolakan ini.

(8) Diah : Ayo kancani aku ning warnet.

(Ayo temani aku ke warnet)

Karin : mbok karo Niken wae, aku meh sinau go maju

sesok

(Sama Niken aja, aku mau belajar untuk ujian

besok)

(Data no. 7)

Peristiwa tutur tersebut dilakukan oleh Diah dan Karin. Penolakan

yang dilakukan Karin terhadap Diah tersebut dilakukan karena Karin saat

itu lebih mengutamakan belajar untuk maju ujian besok daripada

menemani Diah ke warnet. Karin tidak terlalu merasa bersalah

membiarkan Diah untuk menemani. Bentuk penolakan seperti membuat

Diah tidak merasa diacuhkan dan diabaikan karena Karin memberikan

pilihan lain pada Diah.

e. Penggunaan syarat atau kondisi sebagai pengganti penolakan

Penolakan bersyarat ini masih memberikan peluang pengajak

untuk memenuhi persyaratan. Bila syarat itu terpenuhi penjawab akan

memenuhi pula ajakan, tawaran, atau permintaan itu. Oleh penjawab

penolakan bersyarat ini memang bisa dipergunakan untuk menguji

keseriusan pengajak. Sebab bila pengajak memang bersungguh-sungguh

pastilah dia rela memenuhi persyaratan yang diajukan asalkan persyaratan

itu wajar-wajar saja. Untuk lebih jelasnya berikut akan penulis

deskripsikan beberapa data yang dapat mewakili bentuk penolakan

dengan menggunakan syarat atau kondisi.

Page 44: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

33

(9) Diah : Make up ku wis podo entek ki pengen ning relasi

(make up ku sudah pada habis, mau ke relasi)

Melia : Nek aku wis jupuk duit wae

(Kalau aku sudah ambil uang saja) (data no. 4)

Peristiwa tutur tersebut dilakukan oleh Diah dan Melia.

Persyaratan yang diajukan Melia sebenarnya tidak sukar dipenuhi oleh

Diah dan Melia juga beralasan baik, sebab Melia tidak mungkin belanja

karena uangnya sudah mepet. Dan hal itu dapat juga ia lakukan besok jika

uang kiriman dari orang tua sudah datang dan Melia juga dapat

memenuhi persyaratan yang diajukan Diah, karena barang-barang Melia

hampir habis tetapi ia masih bisa menunda sampai keesokan harinya.

Penggunaan syarat atau kondisi sebagai pengganti penolakan juga

dapat memberi peluang kepada pengajak atau pemohon untuk

mendapatkan apa yang ia inginkan dari lawan tuturnya. Bila kondisi

memungkinkan dan dapat dipenuhi oleh penjawab maka penjawab akan

menjawab.

(10) Diah : Nek ning Grand Mall nitip hotpant koyo iki ya,

ukurane L

(Kalau ke Grand Mall nitip hot pant seperti ini ya,

ukuranya L)

Karin : Nek duitku cukup, yo soale aku meh belanja

(kalau duitku cukup yo, soalnya aku mau belanja)

Peristiwa tutur tersebut dilakukan oleh Diah dan Karin. Persyaratan

yang diajukan oleh Karin dapat terpenuhi kalau kondisinya nanti

memungkinkan. Dan Karin dapat memenuhi permintaan Diah jika

uangnya setelah ia dapat membeli semua baju yang ingin dibeli dan

uangnya masih tersisa. Namun demikian, ia juga bisa tidak memenuhi

permintaan Diah jika uangnya tidak cukup.

Page 45: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

34

f. Memberikan alasan penolakan seperti dalam contoh berikut dengan atau

tidak didahului permintaan maaf

Bentuk penolakan dengan mengemukakan alasan yang berbagai

macam kedengarannya lebih halus dan lebih sopan daripada penolakan

tegas. Penjawab menunjukkan adanya kepedulian atau concern terhadap

pengajak walaupun sedikit.

Berikut akan penulis berikan data yang dapat mewakili bentuk

ungkapan penolakan yang menggunakan alasan di Kos Flamboyan.

(11) Melia : Pengen ora?

(Mau nggak?)

Diah : Pengen sih cuma wis sikat gigi

(mau sih, cuma sudah sikat gigi) (data No. 35)

Peristiwa tutur tersebut dilakukan oleh Melia dan Diah. Malam

itu Melia sedang makan mie goreng ia lalu menawarkan pada Diah.

Karena Diah sudah sikat gigi, maka ia pun menolak tawaran Melia.

Bentuk penolakan yang diutarakan terlihat cukup sopan yaitu “Pengen

sih cuma wis sikat gigi” di situ terlihat bahwa Diah menghargai

tawaran itu dan sebenarnya dia juga ingin tetapi ia menolak dengan

alasan bahwa dia malas untuk sikat gigi lagi sehingga tidak

menyinggung perasaan Melia.

g. Menggunakan kata tidak atau pandanannya, dengan atau tanpa

didahului dengan permintaan maaf

Bentuk penolakan ini masih terbagi menjadi 4 macam

berdasarkan tingkat kesopanan. Berikut akan penulis deskripsikan.

Bentuk bahasa penolakan sering diikuti oleh alasan agar penolakan

Page 46: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

35

yang disampaikan tidak kedengaran terlalu keras, tegas, atau kasar.

Perhatikan data yang akan penulis deskripsikan.

(12) Nia : Ayo tumbas maem!

(ayo beli makan)

Niken : Gak ah, aku jik wareg.

(Nggak ah, aku masih kenyang) (data no. 01)

Peristiwa tutur tersebut dilakukan oleh Nia dan Niken. Tuturan

tersebut di waktu sore hari, pada saat itu Nia mengajak Niken beli

makan ke warung, Nia dan Niken sama-sama angkatan 2009 sehingga

percakapan antara keduanya terlihat santai dan bahasa penolakan

yang diucapkan oleh Nikenpun lebih lugas dan tanpa didahului dengan

permintaan maaf meski dia mengungkapkan alasan tetapi bahasa

penolakan yang disampaikan kurang begitu halus. Hal tersebut

dikarenakan usia, angkatan, dan keakraban antara Nia dan Niken.

Berikut adalah contoh bentuk ungkapan penolakan dengan

mengungkapkan kata tidak didahului permintaan maaf.

(13) Diah : Engko sore ono acara gak? Kancani tumbas baju

yuk?

(Nanti sore ada acara gak? Temeni beli baju yuk!

Melia : Sorry aku gak iso, engko sore meh garap tugas

(Sorry aku nggak bisa, nanti sore mau

mengerjakan

tugas) (Data no. 02)

Peristiwa tutur tersebut dilakukan oleh Diah dan Melia. Tuturan

tersebut terjadi di kamar Melia, pada saat itu Diah sedang

membutuhkan teman untuk menemaninya membeli baju untuk suatu

acara. Namun demikian, saat itu Melia juga tidak bisa dan harus

Page 47: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

36

menolak permintaan Diah. Maka Melia menolak dengan bahasa yang

halus dan tidak membuat Diah tersinggung. Bahasa penolakan yang

dikemukakan Melia terlihat sopan karena didahului permintaan maaf

dan menyampaikan alasan yang kuat mengapa ia menolak permintaan

Diah.

2. Analisis Berdasarkan Asumsi-asumsi Pragmatik

Tindak tutur adalah produk hasil dari suatu kalimat dalam kondisi

tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik

yang dapat berwujud pernyataan, perintah, tanya, atau yang lainnya

(Searle, 1969, dalam Suwito, 1983, h.33).

Tindak tutur memiliki berbagai kategori dan fenomena yang aktual

menurut ahli bahasa. Analisis tindak tutur ini meliputi dua kategori

tindak tutur. Tindak tutur yang pertama menurut Wijana, yaitu tindak

tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan

tindak tutur tidak literal. Kedua adalah tindak tutur Austin yaitu tindak

tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

a. Tindak Tutur Langsung –Tindak Tutur Tidak Langsung

1) Tindak Tutur Langsung

Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang dibentuk

oleh pemfungsian secara konvensional modus-modus kalimat

tertentu, seperti modus kalimat berita untuk memberitahu,

kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk

Page 48: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

37

memerintah secara langsung. Berikut ini akan penulis

deskripsikan beberapa data sebagai contoh tindak tutur langsung

dalam ungkapan penolakan di kos Flamboyan berdasarkan

modus kalimat yang digunakan.

a) Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang berfungsi untuk

memberitahu sesuatu atau hal seperti yang dinyatakan dalam

kalimat tersebut.

(14) Diah : Jane aku sesuk meh njuk tulung di terne ke

perpus

(Sebenarnya aku besok mau minta tolong

di antar ke perpus

Melia : Jo karo aku, aku sesok kuliah

(Jangan sama aku, aku besok kuliah)

(Data No. 46)

Tuturan Diah pada kalimat diatas merupakan tuturan

kalimat langsung yang menggunakan modus kalimat berita.

Kalimat yang diucapkan Melia bermaksud memberitahukan

kepada Diah bahwa Melia tidak bisa memenuhi ajakan karena

besok harus kuliah. Melia berharap Diah dapat memahami

apa yang ia beritahukan.

b) Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang berfungsi untuk

menanyakan sesuatu atau hal yang sesuai dengan apa yang

terkandung dalam suatu kalimat. Berikut ini akan

Page 49: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

38

dikemukakan contoh data yang merupakan kalimat langsung

bermodus kalimat tanya.

(15) Karin : Engko melu ning Klaten?

(Nanti ikut ke Klaten?)

Melia : Pacarku meh mulih ki mbak.

(Pacarku mau pulang mbak)

(Data no. 43)

Ungkapan penolakan Melia adalah tindak tutur

langsung yang menggunakan modus kalimat tanya.

Ungkapan diatas mengandung maksud untuk menanyakan

sesuatu seperti yang terkandung pada kalimat tersebut.

Kalimat yang diucapkan Melia merupakan bentuk penolakan

terhadap ajakan Karin untuk pergi ke Klaten.

Berdasarkan contoh kalimat tanya pada tindak tutur

langsung dengan menggunakan modus kalimat tanya dapat

disimpulkan bahwa kalimat tanya dalam tindak tutur

langsung berfungsi untuk menanyakan sesuatu atau hal untuk

mendapatkan informasi atau pendapat dari lawan tuturnya.

c) Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang berfungsi untuk

memerintah atau menyuruh lawan bicara tentang sesuatu atau

hal seperti yang terkandung dalam kalimat tersebut. Sebagai

contoh akan penulis deskripsikan data yang merupakan

kalimat langsung yang menggunakan modus kalimat

perintah.

Page 50: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

39

(16) Diah : Tolong pintune di tutup

(Tolong pintunya di tutup)

Dian : ben lho, sumuk barang kok

(Biar lho, gerah juga kok)

(Data no. 10)

Tuturan Dian pada peristiwa tutur tersebut merupakan

bentuk penolakan yang diungkapkan dengan tindak tutur

langsung menggunakan modus kalimat perintah. Perintah

yang dinyatakan Dian dalam tuturan tersebut yaitu

memerintah agar Diah yang saat itu sudah rapi membukakan

pintu. Meskipun kamar Dian dekat dengan ruang tamu dan

Diah saat itu berada dibelakang tapi karena Dian baru saja

dari kamar mandi maka ia menyuruh Dian yang membukakan

pintu.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat

perintah dalam ungkapan penolakan dengan menyuruh lawan

tutur (O2) atau orang ketiga untuk melakukan apa yang

diperintahkan kepadanya. Dengan demikian, (O1) tidak perlu

melakukan perintah atau ajakan dari lawan tuturnya karena

sudah digantikan orang lain ataupun lawan tuturnya sendiri.

2) Tindak Tutur Tak Langsung

Tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur untuk

memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung

dengan menggunakan modus kalimat berita, kalimat tanya, dan

kalimat perintah. Tindak tutur ini mempunyai maksud agar orang

Page 51: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

40

yang diperintah (O2) tidak merasa kalau dirinya diperintah atau

disuruh. Untuk memperjelas pernyataan di atas akan penulis

deskripsikan data yang merupakan tindak tutur tidak langsung

bermodus kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.

1) Kalimat Berita

Fungsi kalimat berita dalam tindak tutur tak langsung

adalah memberitahukan sesuatu dan memerintahkan sesuatu

secara tidak langsung. Contoh deskripsinya adalah sebagai

berikut :

(17) Melia : Ayo terne pipis

(Ayo anterin buang air kecil)

Niken : Jik rame wae kok, aku wae mau

dewe

(masih rame kok, aku aja tadi

sendiri)

(Data no. 8)

Ungkapan Niken tersebut merupakan bentuk penolakan

yang bermodus kalimat berita. Niken yang saat itu dimintai

tolong oleh Melia untuk mengantarkan ke kamar mandi

berusaha menolak dengan kalimat berita tersebut yaitu ”Masih

ramai kok, Aku aja tadi sendiri”. Niken menolak ajakan Melia

dengan cara memberitahukan bahwa yang mengantri kamar

mandi masih banyak dan Niken juga baru dari kamar mandi

sendiri. Kalimat tersebut diberitakan kepada Melia agar Niken

bebas dari ajakan Melia.

Page 52: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

41

2) Kalimat Tanya

Kalimat tanya dalam tindak tutur tak langsung selain

berfungsi untuk menanyakan sesuatu, sekaligus dapat

berfungsi untuk menolak secara tak langsung kepada O1. Hal

tersebut bertujuan agar O1 paham dengan apa yang dituturkan

oleh O2 bahwa ia menolak ajakan atau permintaan O1.

Kalimat tanya O1 biasanya berupa gurauan atau ketidaksukaan

terhadap apa yang diinginkan oleh O1. Berikut akan penulis

deskripsikan beberapa contoh kalimat tidak langsung

bermodus kalimat tanya.

(18) Diah : Ijah...gonku sisan di pelne!

(Ijah....punyaku sekalian di pel!)

Nia : Wani bayar piro?

(Berani bayar berapa?)

(Data no. 13)

Kedua tuturan di atas adalah tuturan yang bermaksud

menolak dengan modus kalimat tanya. Tuturan Nia tersebut

memang bermodus kalimat tanya, namun secara tidak langsung

menyiratkan penolakan atas permintaan Diah.

Jawaban Nia adalah ungkapan yang menggunakan

kalimat tanya. Ungkapan tersebut tidak semata-mata untuk

bertanya ”Berani bayar berapa?” akan tetapi ungkapan tersebut

mengandung makna menolak permintaan atau perintah Diah.

Jawaban Nia di atas jika diperhatikan bukanlah suatu

pertanyaan yang benar-benar harus dijawab karena jawaban

Page 53: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

42

tersebut hanyalah gurauan terhadap permintaan Diah yang

tentu tidak benar-benar memerintah atau hanya bermaksud

bergurau.

3) Kalimat perintah

Kalimat perintah dalam ungkapan penolakan ini selain

berfungsi untuk memerintah secara tidak langsung juga

bermaksud untuk menolak suatu ajakan atau permintaan.

Sebagai contoh akan penulis deskripsikan beberapa data yang

merupakan kalimat tidak langsung yang bermodus kalimat

perintah.

(19) Diah : Ning Centro Yuk!

(Ke Centro yuk!)

Melia : Tulung bukakne FBku wae mbak!

(Tolong bukakan FBku saja mbak!)

(Data no. 19)

Tuturan yang dikemukakan oleh Melia merupakan salah

satu bentuk penolakan yang menggunakan modus kalimat

perintah. Tuturan tersebut selain merupakan kalimat perintah

juga secara tidak langsung merupakan bentuk ungkapan

penolakan dari ajakan Diah dengan tuturan ” Tolong bukakan

FBku saja mbak!” merupakan suatu bentuk penolakan dan

perintah kepada Diah yang mengajaknya pergi ke Centro.

Page 54: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

43

b. Tindak Tutur Literal – Tindak Tutur Tidak Literal

1) Tindak Tutur Literal

Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur

yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang

digunakannya. Sebagai contoh tindak tutur literal. Perhatikan

beberapa data berikut:

(20) Diah : Engko sore ono acara gak? Kancani

tumbas

baju yuk?

(Nanti sore ada acara gak? Temeni beli

baju

yuk!)

Melia : Sorry aku gak iso, engko sore meh garap

tugas

(Sorry aku nggak bisa, nanti sore mau

mengerjakan tugas)

(Data no. 02)

Ungkapan penolakan Melia di atas termasuk tindak tutur

literal. Karena kalimat tersebut merupakan ungkapan penolakan

yang dilakukan secara literal yaitu Melia saat dimintai tolong

oleh Diah untuk mengantarkannya membeli baju langsung

menolak dan mengemukakan alasan yang jelas. Kalimat tersebut

diutarakan memang untuk menolak dan memberitahukan alasan

penolakan tersebut.

Ungkapan penolakan secara literal maksud yang ingin

disampaikan Melia kepada Diah karena menggunakan kalimat

yang runtut sesuai dengan maksudnya yaitu sebagai ungkapan

penolakan.

Page 55: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

44

2) Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak tuutr tidak literal adalah tindak tutur yang

mempunyai maksud tidak sama dengan kata-kata yang

digunakannya. Tindak tutur ini ada yang mempunyai maksud

menyindir, memerintah, mengkritik, atau memohon kepada

lawan tuturnya melalui maksud yang tersirat dalam tuturan.

Berikut akan penulis deskripsikan contoh tindak tutur tidak

literal pada ungkapan penolakan di Kos Flamboyan.

(21) Karin : Meh piket neh po?

(Mau piket lagi apa?)

Niken : Aku wis kesel

(Aku sudah capek)

(Data no. 6)

Ungkapan Niken sepintas tidak terlihat sebagai ungkapan

penolakan. Namun, jika dilihat lebih jeli ungkapan tersebut

mengandung makna yang mendalam bagi yang mendengar

apalagi yang merasa. Saat Niken mengutarakan penolakan ia

secara tidak langsung menolak apa yang diperintahkan Karin

yang memerintah dengan modus kalimat tanya ”Mau piket

lagi?”. Kalimat tersebut mengandung perintah karena saat itu

ruang tengah belum bersih dan Karin yang hari itu juga piket

sedang membersihkan dapur.

c. Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi

1) Tindak Tutur Lokusi

Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang mempunyai

maksud untuk menyampaikan sesuatu informasi yang

Page 56: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

45

disampaikan oleh penutur kepada lawan tutur. Dalam hal ini

yang menyampaikan adalah O2. Tindak tutur lokusi ini dilakukan

tanpa tendensi atau maksud melakukan sesuatu, apalagi

mempengaruhi lawan tuturnya. Contoh tindak lokusi dalam

ungkapan penolakan di Kos Flamboyan adalah sebagai berikut.

(22) Karin : Mbok salah siji enek sing ngresiki

(Mbok salah satu ada yang membersihkan)

Niken : Sing sijine kui sing wegah

(yang salah satunya itu yang nggak mau)

(Data no. 21)

Ungkapan Niken tersebut merupakan bentuk penolakan

atas perintah Karin. Ungkapan penolakan tersebut hanya untuk

memberikan informasi kepada Niken bahwa tidak ada

seorangpun yang mau membersihkan tanpa ada maksud lain yang

terselubung, misalnya menyuruh dan mempengaruhi Karin untuk

membersihkan.

2) Tindak Tutur Ilokusi

Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang selain

berfungsi untuk menyatakan sesuatu juga berfungsi untuk

melakukan sesuatu. Dalam tindak tutur ini berarti satu tuturan

mengandung dua maksud yaitu menginformasikan dan menyuruh

melakukan sesuatu. Untuk mengidentifikasi tindak tutur ilokusi,

peranan konteks sangat diperlukan. Sebagai contoh akan penulis

deskripsikan contoh ungkapan penolakan yang juga merupakan

tindak tutur ilokusi.

Page 57: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

46

(23) Diah : Make up ku wis podo entek ki pengen ning

relasi

(make up ku sudah pada habis, mau ke

relasi)

Melia : Nek aku wis jupuk duit wae

(Kalau aku sudah ambil uang saja)

(data no. 4)

Ungkapan Melia di atas merupakan suatu ungkapan

penolakan terhadap ajakan Diah. Dalam ungkapan penolakan

tersebut terkandung beberapa maksud selain menolak. Maksud

tersebut yaitu berupa penyampaian informasi bahwa Melia belum

mengambil uang di ATM dan maksud lain yaitu menyuruh Diah

untuk belanja make up besok saja, agar mereka berdua bisa

belanja bersama-sama jika ia sudah mengambil uang di ATM.

3) Perlokusi

Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang

pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan

tuturnya. Dalam tindak perlokusi ini yang terpenting adalah daya

pengaruh atau efek tindak ujaran yang ditimbulkan terhadap

lawan tuturnya.

(24) Melia : Ayo terne pipis

(Ayo anterin buang air kecil)

Niken : Jik rame wae kok, aku wae mau

dewe

(masih rame kok, aku aja tadi

sendiri)

(Data no. 8)

Page 58: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

47

Ungkapan Niken tersebut mengandung makna lokusi,

ilokusi dan perlokusi. Makna lokusinya yaitu untuk memberikan

informasi kepada Melia bahwa di kamar mandi masih banyak

yang mengantri, sedang makna ilokusinya yang terkandung pada

ungkapan Niken yaitu mengharap agar Melia pergi sendiri tanpa

harus ditemani Niken. Makna perlokusi yang terkandung pada

ungkapan Niken yaitu Melia berani ke kamar mandi sendiri. Hal

itu dikarenakan pengaruh Niken yang memberikan informasi

kepada Melia bahwa di kamar mandi ramai karena masih banyak

yang mengantri.

Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa suatu

kalimat dapat mengandung tiga makna sekaligus yaitu makna

lokusi yang memberikan informasi, ilokusi yang mengandung

harapan atau permohonan, dan perlokusi yang dapat memberikan

efek atau daya pengaruh terhadap lawan tutur sehingga lawan

tutur melakukan apa yang dituturkan oleh pembicara.

3. Analisis Berdasarkan Pelaksanaan terhadap Maksim

a. Pelaksanaan Prinsip Kerjasama

Prinsip kerjasama sangat diperlukan antara penutur dan mitra tutur

agar dapat mewujudkan suatu tindak komunikasi yang berhasil. Prinsip

kerjasama ini dibagi menjadi empat maksim oleh Grice (dalam

Soemarno, 1988, Wijana, 1996).

Page 59: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

48

1) Pelaksanaan Maksim Kualitas (maxim of quality)

Maksim kualitas yaitu aturan pertuturan yang menuntut setiap

peserta tutur untuk berkata benar. Berikut akan penulis deskripsikan

data yang mematuhi maksim kualitas.

(25) Melia : Gelem milk tea?

(mau milk tea)

Dian : matur nuwun, aku gak doyan susu

(terima kasih, aku gak suka susu)

(Data no. 45)

Ungkapan tersebut merupakan jawaban yang memenuhi

maksim kualitas karena Dian berkata benar dalam memberikan

jawaban kepada Melia. Dari ungkapan tersebut maka Melia merasa

tidak tersinggung dan dapat memahami alasan penolakan Dian.

Ungkapan penolakan Dian tersebut juga diutarakan dengan jelas

yaitu didahului ucapan terima kasih kemudian mengatakan alasan

mengapa ia menolak.

2) Pelaksanaan Maksim Kuantitas (maxim of quantity)

Maksim kuantitas adalah tuturna pertuturan yang menuntut

setiap penutur untuk memberikan kontribusi secukupnya sesuai

dengan yang diminta oleh lawan tuturnya. Perhatikan contoh berikut

yang merupakan ungkapan penolakan yang memenuhi maksim

kuantitas.

(26) Diah : Aku njaluk tulung nek ra keberatan terke aku nek Perpus yo Saya minta tolong kalau nggak keberatan antar

saya ke perpus ya Karin : Sori yo, aku ngantuk banget, tak ampili motor wae (Sorri yo, aku ngantuk sekali, aku pinjemi motor

saja) (Data no. 47)

Page 60: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

49

Jawaban Karin di atas memenuhi maksim kuantitas. Karena

jawaban tersebut telah cukup dan memenuhi kontribusi atas

permintaan Diah. Jawaban sorri ya, aku ngantuk sekali, aku pinjemi

motor saja. Merupakan kalimat yang lengkap sebagai suatu jawaban.

Dalam ungkapan penolakan tersebut Karin menyatakan minta maaf

kemudian mengungkapkan rasa ngantuknya yang tak tertahankan

sehingga ia menolak untuk mengantar Diah pergi ke perpustakaan.

Jawaban Karin merasa dihargai meskipun Diah tidak dapat

memenuhi permintaannya untuk diantar ke perpustakaan

3) Maksim Relevansi (maxim of relevance)

Maksim relevansi ialah aturan pertuturan yang menuntut

adanya relevansi dalam tuturan antara pembicaraan dengan masalah

yang sedang dibicarakan. Berikut akan penulis deskripsikan contoh

ungkapan penolakan yang mematuhi maksim relevansi.

(27) Nia : Jam 9 aku ngampil motor dinggo gak?

(Jam 9 aku minjem motor dipake nggak?)

Niken : Aku ono kuliah jam 08.40 ki, maaf ya

(Aku ada kuliah jam 08.40, maaf ya)

(Data no. 5)

Ungkapan penolakan tersebut mematuhi maksim relevansi

karena apa yang di ungkapkan Niken atas permintaan Nia yang akan

meminjam motor yang sudah relevan atau sesuai dengan apa yang

ditanyakan oleh Niken akan meminjam motor. Ungkapan penolakan

tersebut meskipun tidak dituturkan secara langsung tetapi dengan

jawaban “aku ono kuliah jam 08.40, maaf ya” langsung dapat

Page 61: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

50

dipahami Nia yang saat itu akan meminjam motor jam 9. Ungkapan

Niken yang berupa informasi tersebut muncul untuk menjawab

pertanyaan Nia. Jawaban tersebut relevan karena sebelum jam 9

Niken akan pergi sedangkan Nia akan meminjam jam 9 sehingga

tidak dapat meminjamkan motornya.

4) Maksim Pelaksanaan (maxim of manner)

Maksim pelaksanaan ialah tuturan pertuturan yang

mengharuskan peserta tutur untuk memberikan kontribusi tuturan

yang runtut, tidak ambigu, tidak taksa dan tidak berlebihan. Berikut

adalah contoh ungkapan penolakan yang mematuhi maksim

pelaksanaan.

(28) Melia : Ayo saiki, jipuk TVne

(Ayo sekarang ambil TVnya)

Karin : Gak iso aku nek saiki

(Nggak bisa aku kalau sekarang)

(Data no. 27)

Ungkapan penolakan yang dikemukakan oleh Karin tersebut

sudah mematuhi maksim pelaksanaan. Melia yang saat itu mengajak

Karin untuk pergi mengambil TV langsung dijawab dengan kalimat

lugas dan runtut bahwa saat itu ia tidak bisa. Ungkapan penolakan

Karin tersebut terasa tidak berlebihan dan langsung dapat dipahami

Melia bahwa Karin tidak dapat memenuhi ajakannya saat itu.

b. Pelaksanaan Prinsip Kesopanan

Selain keempat maksim dalam prinsip kerjasama masih diperlukan

prinsip kesopanan yang terbagi menjadi enam maksim yaitu maksim

kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim

Page 62: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

51

kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatisan. Pada

penelitian terhadap bentuk ungkapan penolakan di kos Flamboyan ini

yang maksim yang dilaksanakan yaitu maksim kebijaksanaan, maksim

penerimaan dan maksim kemurahan.

1) Pelaksanaan terhadap maksim kebijaksanaan

Maksim kebijaksanaan adalah aturan dalam pertuturan dengan

cara meminimalkan kerugian terhadap lawan tutur dan

memaksimalkan keuntungan bagi lawan-lawan bicara. Berikut akan

penulis deskripsikan ungkapan penolakan yang mematuhi maksim

kebijaksanaan.

(29) Diah : Ayo kancani aku ning warnet!

(Ayo temani aku ke warnet)

Karin : Mbok karo Niken wae, aku meh sinau go maju

sesok

(Sama Niken aja, aku mau belajar untuk maju

besok)

(Data no. 7)

Ungkapan penolakan Karin mematuhi maksim kebijaksanaan.

Meskipun Karin pada saat itu menolak permintaan Diah namun

Karin yang saat itu sedang konsentrasi untuk ujian besok tidak begitu

saja menolak ajakan Diah. Diah yang membutuhkan teman untuk

diajak ke warnet sebenarnya tidak harus dengan Karin. Maka Karin

memberikan alternatif agar Diah pergi dengan Niken, penolakan

tersebut bijaksana karena Karin mencarikan pemecahan bagi

permasalahan Diah.

Page 63: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

52

2) Pelaksanaan terhadap maksim penerimaan

Maksim penerimaan adalah aturan pertuturan yang

meminimalkan ketidakhormatan terhadap orang lain dan

memaksimalkan pujian kepada orang lain. Maksim ini diutarakan

dengan kalimat komisif dan imposif. Berikut akan penulis

deskripsikan ungkapan penolakan yang mematuhi maksim

penerimaan.

(30) Diah : Piye nak Karin wae sing neng ngarep?

(Bagaimana kalau Karin yang di depan)

Karin : Aku ki wonge lalen

(Aku tuh orangnya pelupa)

(data no. 48)

Ungkapan penolakan yang disampaikan Karin tersebut

mematuhi maksim penerimaan. Ungkapan ”Aku tuh orangnya

pelupa” tersebut diungkapkan untuk merendahkan karena semua

orang di kos tahu kalau Karin sudah terbiasa untuk menjadi imam

sholat dan hafalan suratnya juga bagus. Maka ketika ia menolak

untuk menjadi imam ia berusaha meminimalkan pujian bagi dirinya

dan sebaliknya ia malah memberikan kesempatan pada orang lain

untuk menjadi imam meskipun orang yang dimaksud mungkin

hafalan suratnya masih belum sefasih dan sebanyak Karin.

3) Maksim kemurahan

Maksim kemurahan adalah pertuturan dengan meminimalkan

keuntungan bagi diri sendiri dan memaksimalkan kerugian bagi diri

sendiri. Maksim ini dinyatakan dengan kalimat ekspresif dan asertif.

Page 64: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

53

Dengan penggunaan kalimat ekspresif dan asertif ini jelaslah hanya

dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang harus berlaku

sopan, tetapi di dalam mengungkapkan perasaan, dan menyatakan

pendapat ia tetap diwajibkan berlaku sopan. Berikut akan penulis

deskripsikan ungkapan penolakan yang mematuhi maksim

kemurahan.

(31) Niken : Sholat nek duwur wae yo?

(Sholat di atas saja ya?)

Karin : Ngisor enek le durung sholat

(di bawah ada yang belum sholat)

(Data no. 49)

Ungkapan Karin penolakan di atas mematuhi maksim

kemurahan. Karena Karin lebih mengutamakan orang lain dari pada

dirinya. Hal tersebut terlihat dari kerelaannya untuk sholat di bawah

daripada di atas meskipun ia bisa jadi sholat berjamaah di atas

dengan Niken namun ia memilih turun ke bawah agar orang yang di

bawah bisa sholat bersama, meskipun Karin harus turun ke bawah.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang didapat dalam penelitian ini berdasarkan

bentuk bahasa penolakan dan berdasarkan asumsi-asumsi pragmatik yang

meliputi tindak tutur, maksud-maksud tuturan, fenomena-fenomena pragmatik

dan penyimpangan-penyimpangan maksim.

Hasil penelitian diklasifikasikan berdasarkan kategori di atas akan

lebih jelas apabila kita lihat pada diagram pengklasifikasikan data yang akan

dianalisis lebih lanjut. Dalam klasifikasi data ini tidak tertutup kemungkinan

Page 65: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

54

suatu data berada dalam beberapa klasifikasi. Akan tetapi, dalam analisis data

tidak akan dianalisis secara keseluruhan mengingat banyaknya data dan

keefektifan dalam analisis data. Diagram klasifikasi data tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Klasifikasi data berdasarkan bentuk bahasa penolakan

Bentuk bahasa penolakan yang terdapat di kos Flamboyan,

Gonilan, Kartasura. Sukoharjo yakni sebagai berikut:

a. Penggunaan isyarat atau penolakan non-verbal.

Data no: 14,18,23,29,31,38,39

b. Penggunaan komentar sebagai penolakan, komentar itu biasanya

berhubungan dengan ajakan, tawaran, atau permintaan.

Data no: 6,13,16,17,26,28,38,35,41, 42, 44, 47

c. Penggunaan ucapan terimakasih sebagai penolakan. Biasanya diikuti

dengan komentar atau alasan.

Data no: 12,22,33,46

d. Penggunaan usul atau pilihan lain agar penjawab bebas dari tugas

memenuhi ajakan, tawaran atau permintaan pembicara.

Data no: 7,8,9,11,19,32,39

e. Penggunaan syarat atau kondisi sebagai pengganti penolakan.

Data no: 4,15,32,37

f. Memberitahukan alasan penolakan.

Data no: 1,3,5,21,25,28,35,42

Page 66: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

55

g. Menggunakan kata tidak atau padanannya dengan atau tanpa didahului

dengan permintaan maaf.

Data no: 2,11,20,24,32,34

2. Klasifikasi data berdasarkan asumsi-asumsi pragmatik

a. Klasifikasi Berdasarkan Tindak Tutur

1. Tindak Tutur Langsung-Tak Langsung

a) Tindak Tutur Langsung

1) Kalimat Perintah : 24

2) Kalimat Tanya : 43

3) Kalimat Berita : 2,11,20,31,27,35,34,45

b) Tindak Tutur Tidak Langsung

1) Kalimat Perintah : 9,10,19

2) Kalimat Tanya : 13,41,43,40

3) Kalimat Berita : 3,5,8,15,16,17,25,28,38

2. Tindak Tutur Literal-Tidak Literal

a) Tindak Tutur Literal :2,4,21,25,29,42

b) Tindak Tutur Tidak Literal : 3,6,9,12,13,22,33,43,44

3. Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi dan Perlokusi

a) Tindak Tutur Lokusi : 1.2.5.11.15.17.20.26.25.31.34.36.38

b) Tindak Tutur Ilokusi : 4,8,10,19,21,24,32

c) Tindak Tutur Perlokusi : 6,8,9,16,21,27,28,30,37

Page 67: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

56

3. Klasifikasi Berdasarkan Pelaksnaan Maksim

a. Pelaksanaan Prinsip Kerjasama

1) Pelaksanaan Maksim Kualitas : 1,21,31,30,27,45

2) Pelaksanaan Maksim Kuantitas : 2,5,8,11,16,20,28

3) Pelaksanaan Maksim Relevansi : 1,3,4,5,10,12,22,38

4) Pelaksanaan Maksim Pelaksanaan : 11,13,24,28,34,35,38

b. Pelaksanaan Prinsip Kesopanan

1) Pelaksanaan Maksim Kebijaksanaan : 2,7,12,16,22,45

2) Pelaksanaan Maksim Penerimaan : 52

3) Pelaksanaan Maksim Kemurahan : 15 dan 32

Page 68: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

57

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Mengenai bentuk bahasa

penolakan di Kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo Penulis dapat

menarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Bentuk bahasa penolakan di Kos Flamboyan, Gonilan, Kartasura,

Sukoharjo ada tujuh macam bentuk bahasa penolakan yaitu sebagai

berikut:

a. Penolakan dengan menggunakan isyarat non verbal termasuk

gelengan kepala, diam, dan dengan menggunakan isyarat tangan bila

penjawab ragu untuk menolak atau menerima tawaran yang diberikan.

b. Penolakan dengan menggunakan komentar bila penjawab meragukan

tentang kebenaran sesuatu yang diutarakan oleh pembicara.

c. Penolakan dengan menggunakan usul atau pilihan. Penolakan ini

bersifat konsruktif karena memberikan alternatif bagi pengajak bila

pembicara dalam hal ini merasa diperhatikan tidak sekedar ditolak

tetapi diberi kemungkinan lain untuk membantu memecahkan

masalahnya

d. Penolakan dengan menggunakan ucapan terima kasih bila penjawab

merasa diperhatikan, ditawari suatu jasa dan lain sebagainya sambil

57

Page 69: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

58

memberitahukan bahwa dirinya telah di dapat mengatasi masalahnya

sendiri.

e. Penolakan dengan menggunakan syarat atau kondisi bila penjawab

memenuhi pula ajakan, tawaran atau permintaan itu.

f. Penolakan dengan menggunakan alasan bila penjawab menunjukkan

adanya kepedulian atau concern terhadap pengajak walaupun sedikit.

g. Penolakan dengan menggunakan kata tidak atau padanannya, nggak,

ndak, dan jangan bila pengungkapan kata tidak didahului permintaan

maaf.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi bentuk penolakan di kos Flamboyan,

yaitu:

a. Kondisi penutur (orang yang menuturkan penolakan) pada saat

menuturkan sedang bergurau atau serius.

b. Keakraban antara penutur (orang yang menolak) dan lawan tutur

(orang yang menawarkan, mengajak atau meminta).

c. Situasi pada saat tuturan berlangsung si penutur (orang yang

menuturkan penolakan) dapat melakukan ajakan atau tawaran lawan

tuturnya atau tidak mungkin untuk melakukan ajakan atau permintaan

lawan tuturnya.

B. Saran

Berdasarkan penemuan-penemuan dalam penelitian ini, maka Penulis

menyarankan beberapa hal antara lain:

1. Kepada para linguis dan peneliti bidang kebahasaan agar lebih

meningkatkan penelitian di bidang pragmatik, karena penelitian dalam

Page 70: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

59

bidang ini masih sangat luas sehingga penulis menyadari bahwa penelitian

tentang bentuk bahasa penolakan ini hanyalah bagian yang sangat kecil

dalam pragmatik.

2. Bagi Peneliti selanjutnya masih banyak fenomena-fenomena pragmatik

yang sangat menarik untuk diteliti lebih dalam.

3. Kepada pengguna bahasa khususnya di Kos Flamboyan, Gonilan,

Kartasura, Sukoharjo diharapkan lebih memperhatikan situasi dan konteks

ketika menuturkan suatu kalimat dalam hal ini adalah bahasa penolakan

dan agar lebih memperhatikan prinsip kerjasama dan prinsip sopan

santun.

4. Penelitian yang dilakukan penulis mengenai bentuk penolakan di Kos

Flamboyan ini masih dalam lingkup yang sempit yaitu hanya di satu

objek. Untuk itu penulis berharap penelitian ini agar dapat dilakukan

dalam lingkup yang lebih luas.

5. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk

itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan penelitian selanjutnya.

Page 71: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

60

DAFTAR PUSTAKA

Dea, Anggraeni. 2006. Kesantunan Bahasa Jawa Dialek Surabaya: Tinjauan

Pragmatik. Skripsi. Malang: Universitas Airlangga Surabaya.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Mansoer, Pateda. 2001. Sosiolinguistik Gorontalo. Viladan

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Imperatif

Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Dalam Pemakaian.

Malang: Bayu Media Publishing.

Rohmadi, Muhammad. 2007. Pragmatik, Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar

Media Yogyakarta.

Sudaryanto. 2005. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sulistyawati. 2004. Pemakaian Kalimat Imperatif Bahasa oleh Guru TK dalam

Proses Belajar Mengajar. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Sumarlam, dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka

Cakra

Syamsuddin. 2005. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.

Tarigan, Henry Guntur.2009.Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Wijana, I Dewa Putu. 2004. Kartun. Yogyakarta: Ombak.

_________________.2009. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Yuma

Pustaka.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 72: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

61

Lampiran 1

DATA PENGHUNI KOS FLAMBOYAN

No Nama Jurusan Fakultas Universitas Thn.

Masuk

Bahasa

Ibu Umur

Kota

Asal

1 Lilis

Murniyati

Komunikasi Komunikasi UMS 2009 Jawa 19 Wng

2 Dina Akn Ekonomi UMS 2009 Jawa 19 Byl

3 Diah Noviati PBSID FKIP UMS 2006 Jawa 22 Klt

4 Melia

Windiana

Informatika Komunikasi UMS 2009 Jawa 19 Pct

5 Karunia C Akt Ekonomi UMS 2009 Jawa 19 Pct

6 Niken Dina P Komunikasi Komunikasi UMS 2009 Jawa 19 Kra

7 Dian/Ismi Keperawatan FIK UMS 2009 Jawa 19 Srg

8 Karina Tri

Utami

PBSID FKIP UMS 2006 Jawa 21 Pklg

9 Devi A Akt FKIP UMS 2004 Jawa 24 Btg

10 Mega Gizi FIK UMS 2009 Jawa 19 Byl

11 Novita B. Inggris FKIP UMS 2008 Jawa 21 Kra

12 Nur Imanah PKn FKIP UMS 2009 Jawa 20 Srg

13 Nanik Fisioterapi FIK UMS 2008 Jawa 20 Byl

14 Heti Fisioterapi FIK UMS 2008 Jawa 21 Mgt

15 Fitrianti Fisioterapi FIK UMS 2008 Jawa 24 Byl

16 Elly

Fatrmawati

B. Inggris FKIP UMS 2008 Jawa 20 Byl

17 Susi Susanti B. Inggris FKIP UMS 2008 Jawa 20 Srg

18 Maya Ekonomi

Manajemen

Ekonomi UMS 2008 Jawa 20 Byl

19 Rutha Tyana B. Inggris FKIP UMS 2008 Jawa 20 Kds

Page 73: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

62

Lampiran 2

(32) Nia : Ayo tumbas maem!

(ayo beli makan)

Niken : Gak ah, aku jik wareg.

(Nggak ah, aku masih kenyang)

(33) Diah : Engko sore ono acara gak? Kancani tumbas baju yuk?

(Nanti sore ada acara gak? Temeni beli baju yuk!

Melia : Sorry aku gak iso, engko sore meh garap tugas

(Sorry aku nggak bisa, nanti sore mau mengerjakan tugas)

(34) Melia :Kowe gak melu renang?

(Kamu tidak ikut berenang?)

Dian : Aku gak gowo salin kok

(Aku tidak membawa baju ganti kok)

(35) Diah : Make up ku wis podo entek ki pengen ning relasi

(make up ku sudah pada habis, mau ke relai)

Melia : Nek aku wis jupuk duit wae

(Kalau aku sudah ambil uang saja)

(36) Nia : Jam 9 aku ngampil motor dinggo gak?

(Jam 9 aku minjem motor dipake nggak?)

Niken : Aku ono kuliah jam 08.40 ki, maaf ya

(Aku ada kuliah jam 08.40, maaf ya)

(37) Karin : Meh piket neh po?

(Mau piket lagi apa?)

Niken : Aku sudah capek

(Aku sudah capek)

Page 74: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

63

(38) Diah : Ayo kancani aku ning warnet.

(Ayo temani aku ke warnet)

Karin : Mbok karo Niken wae, aku meh sinau go maju sesok

(Sama Niken aja, aku mau belajar untuk maju besok)

(39) Melia : Ayo terne pipis

(Ayo anterin buang air kecil)

Niken : Jik rame wae kok, aku wae mau dewe

(masih rame kok, aku aja tadi sendiri)

(40) Dian : Mbok aku nitip maem ya

(Mbok aku nitip makan, ya)

Karin : Melu wae yo

(Ikut aja yuk)

(41) Diah : Tolong pintune di tutup

(Tolong pintunya di tutup)

Dian : Ben lho, sumuk barang kok

(Biar lho, gerak juga kok)

(42) Nia : Kok gak ketok sedino, GM po?

(Kok, tidak kelihatan

(43) Karin : Maem, Ken!

(Makan, Ken!)

Niken : Huum mbak, tur nuwun

(Huum mbak, teruam kasih)

(44) Diah : Ijah,...nggonku sisan di pelne!

(Ijah....punyaku sekalian di pelkan)

Page 75: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

64

Nia : Wani bayar piro?

(Berani bayar berapa?)

(45) Melia : Gelem iki Lis (roti bakar)

(Mau ini, Lis)

Lilis : Eemm.....(lalu menggelengkan kepala)

(46) Diah : Nek ning Grand Mall nitip hotpant koyo iki ya, ukurane L

(Kalau ke Grand Mall nitip hot pant seperti ini ya, ukuranya L)

Karin : Nek duitku cukup ya, soale aku meh belanja

(Nak uangku cukup ya, soalnya aku mau belanja)

(47) Nia : Nek sido ning PGS melu ya

(Kalau jadi ke PGS, ikut ya)

Melia : Niken ketoke yo meh rono soale aku mung meh beli jaket terus

mulih

(Niken sepertinya juga mau ke sana soalnya aku cuma mau beli

jaket terus pulang)

(48) Diah : Sampahe wis kebak kui!

(sampahnya udah penuh tuh!)

Melia : Aku kesel bar kuliah sedino

(Aku capek habis seharian kuliah)

(49) Karin : Nek gelem ngetik go laptopku saiki wae.

(kalau mau ngetik pakai laptopku sekarang saja)

Diah : (diam dan mengerutkan dahi)

(50) Diah : Ning Centro Yuk!

(Ke Centro yuk!)

Melia : Tulung bukakne FBku wae mbak

(Tolong bukakan FBku saja mbak!)

Page 76: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

65

(51) Dian : Embermu tak ampil sik

(Embermu tak pinjem dulu)

Nia : Ojo, meh tak nggo ngrendem

(Jangan, mau tak pake buat merendam)

(52) Karin : Mbok salah siji ono sik ngresiki

(Mbok salah satu ada yang membersihkan)

Niken : Salah sijine kui sik wegah

(salah satunya itu yang tidak mau )

(53) Dian : Gelem? (menyodorkan nasi goreng)

(Mau?)

Melia : Makasih

(Terima kasih)

(54) Niken : Klambi ning kono sekalian dicucikne ya!

(Baju di situ sekalian di cucikan ya!)

Melia : Hmmm....

(55) Novi : Mbok melu yo!

(Mbok ikut yo!)

Mi’i : Emoh yo!

(Jangan yo!)

(56) Diah : Nek kowe metu jane aku meh nitip jipukne laundry

(Kalau keluar sebenarnya aku mau titip ambilkan laundry)

Melia : Aku mung ning mbak Sita Kok

(Aku cuma ke mbak Sita kok)

(57) Niken : Ayo melu aku jalan-jalan ning Jogja yukl!

(Ayo ikut aku jalan-jalan ke Yogyakarta, yuk)

Page 77: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

66

Melia : Kesel ko Pacitan wae rung ilang

(Capek dari Pacitan aja belum ilang)

(58) Melia : Ayo saiki, jipuk TVne

(Ayo sekarang ambil TVnya)

Karin : Gak iso aku nek saiki

(Nggak bisa aku kalau sekarang)

(59) Nia : Mulih numpak bis wae!

(pulang naik bis saja)

Niken : Aku bingung numpak bis, gak mudheng ganti-ganti bis ping telu

(aku bingung naik bis, tidak paham ganti-ganti bis tiga kali)

(60) Karin : Meh bayari somay ki critane?

(Mau bayari somay ni ceritanya?)

Diah : Hu.....

(61) Niken : Aku meh mulih saiki nek meh bareng Yan

(Aku mau pulang sekarag, kalau mau bareng Yan)

Dian : mbok sesuk wae Ken!

(Mbok besok saja, Ken!)

(62) Karin : Kowe meh tumbas kado go nikahane Menir sisan

(kowe mau beli kado buat nikahan Menir sekalian)

Dian : Gak, aku wis tumbas dewe

(tidak, aku sudah beli sendiri)

(63) Melia : ono sms, meh dibuka ga?

(Ada sms, mau dibuka tidak?)

Diah : Bukaen wae

(buka saja)

Page 78: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

67

(64) Karin : Kamarku sisan yo!

(Kamarku sekalian yo!)

Niken : Matur suwun

(terima kasih)

(65) Niken : Kancamu ono sing iso gawe poter?

(kancamu ada yang bisa buat poster?)

Karin : Wah aku ra penak nek meh ngongkon soale meh ngadain seminar

(Wah, aku nggak enak kalau mau nyuruh soale mau ngadain

seminar)

(66) Melia : Pengen ora?

(Mau nggak?)

Diah : Pengen sih cuma wis sikat gigi

(mau sih, cuma sudah sikat gigi)

(67) Nia : Mbak, aku meh ning kamarmu

(Mbak, aku mau ke kamarmu)

Diah : Engko sik aku sik salin

(Nanti dulu, aku baru ganti baju)

(68) Dian : Entuk telpon ko pacare yo?

(Dapat tlepon dari pacarnya ya?)

Diah : Ssttt..... (lalu menggelengkan kepala)

(69) Diah : Ngarepan reget banget

(depan kotor sekali)

Niken : Wingi wis tok sapu kok, emang cah dhuwur lewat terus motore

gowo lemah jadi percuma di sapu

(Kemarin udah tak sapu kok, emang anak atas lewat terus

Page 79: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

68

(70) Melia : Mengko mangkat mentoring bareng yo!

(Nanti berangkat mentoring ya)

Lilis : Aku meh mulih saiki

(Aku mau pulang sekarang)

(71) Diah : Melu ning pasca po?

(Ikut pasca apa?)

Lilis : Meh ngopo?

(Mau apa?)

(72) Nia : Tumbas mie ayam yuk!

(beli mie ayam yo!)

Niken : Aku jik wareg

(Aku masih kenyang)

(73) Dian : Mbuang sampah yo

(buang sampah yo)

Niken : Aku lagi wae

(Aku baru saja)

(74) Karin : Engko melu ning Klaten ?

(Nanti ikut ke Klaten?)

Melia : Pacarku meh mulih Mbak

(Pacarku mau pulang Mbak)

(75) Lilis : Meh pesen baju di Gemini?

(Mau pesan baju di Gemini?)

Melia : Modele ki lho

(Modelnya itu lho) (data no. 44)

(76) Melia : Gelem milk tea?

(mau milk tea)

Page 80: Analisis Pragmatik Bentuk Bahasa Penolakan

69

Dian : matur nuwun, aku gak doyan susu)

(terima kasih, aku gak suka susu)

(77) Diah : Jane aku sesuk meh njuk tulung di terne ke perpus

(Sebenarnya aku besok mau minta tolong di antar ke perpus

Melia : Jo karo aku, aku sesok kuliah

(Jangan sama aku, aku besok kuliah)

(78) Diah : Aku njaluk tulung nek ra keberatan terke aku nek Perpus yo

Saya minta tolong kalau nggak keberatan antar saya ke perpus yo

Karin : Sorri yo, aku ngantuk banget, tak ampili motor wae

(Sorri yo, aku ngantuk sekali, aku pinjemi motor saja)

(79) Diah : Piye nak Karin wae sing neng ngarep?

(Bagaimana kalau Karin yang di depan)

Karin : Aku ki wonge lalen

(Aku tuh orangnya pelupa)

(80) Niken : Sholat nek duwur wae yo?

(Sholat di atas saja ya?)

Karin : Ngisor enek le durung sholat

(di bawah ada yang belum sholat)