tinjauan singkat penelitian anatomi kayu di badan ... · pengamatan yang dilakukan minimal berupa...
TRANSCRIPT
1
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
ThnL I T B A N G H U T
1 9 1 3 - 2 0 1 3
TINJAUAN SINGKAT PENELITIAN ANATOMI KAYU
DI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
(BALITBANGHUT)
1920-2012 *
Oleh:
Y. I. Mandang1, Sri Rulliaty2 & Andianto3
2
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
I. PENDAHULUAN
Kegiatan pengumpulan contoh kayu berikut material herbarium guna dipelajari struktur anatomi kayunya dimulai oleh “Boschbouw Proefstation van het Boschwezen” sebagai cikal bakal Badan Litbang Kehutanan Bogor pada tanggal 23 Juni 1915, seperti yang tercatat dalam buku register contoh kayu Xylarium Bogoriense. Sebetulnya ada juga contoh kayu yang dikumpulkan sebelum tanggal tersebut tetapi tidak banyak dan belum disertai pasangan material herbariumnya. Lima tahun kemudian Beekman (1920) menulis buku “78 Preanger
Houtsoorten”, yang diterbitkan sebagai Pengumuman No. 5 “Boschbouw Proefstation van het Boschwezen. Dua tahun kemudian Den Berger dan Beekman (1922) menulis “Inleiding tot de herkening van hout in de praktijk”. Tiga tahun berikutnya Den Berger dan Endert (1925) menulis “Belangrijke houtsoorten van Nederlandsch-Indie” yang berisi deskripsi 60 jenis kayu yang dianggap penting pada waktu itu. Endert adalah seorang botanist, sehingga identitas botanis kayunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk melengkapi bukunya itu Den Berger (1949) menulis “Determinatietabel voor houtsoorten van Malesië tot op family of geslacht”. Penggunaan kata Malesië pada judul buku itu tampaknya menunjuk pada suatu wilayah geografi tumbuhan yang antara lain mencakup wilayah Indonesia masa kini, semenanjung Malaya dan bagian Utara pulau Kalimantan. Berdasarkan bukti ilmiah, tentunya jenis-jenis botanis kayu yang dideskripsikan dalam buku itu terdapat juga di wilayah-wilayah tersebut di atas.
Jumlah yang dideskripsikan oleh Beekman dan Den Berger hanya 135 jenis, dan ciri anatomi yang diamati pun menggunakan alat lup berkekuatan pembesaran 10 sampai 20 x. Pada masa itu sebetulnya ada juga penelitian anatomi kayu dengan pendekatan anatomi kayu sistematik yang dilakukan oleh Jansonius (1906-1936). Disajikan dalam 6 Jilid buku Mikrographie des Holzes der auf Java Vorkommenden baumarten, namun dilaksanakan bukan oleh Boschbouw Proefstaton van het Boschwezen di Bogor. Selama periode tahun 1945 - 1960 tidak ada penelitian anatomi kayu di Indonesia karena anatomist berkebangsaan Belanda DR. Ir L.G. Den Berger
kembali ke tanah-airnya tanpa ada penggantinya. Namun demikian pengumpulan contoh kayu terus berlangsung antara lain oleh Dr. A. J. Kostermans. Sesudah tahun 1960 mulai muncul kembali kegiatan penelitian anatomi kayu meskipun masih sangat jarang. Barulah kemudian pada tahun 1980 kegiatan penelitian anatomi kayu mulai ditingkatkan. Dalam uraian berikut disajikan tinjauan hasil penelitian dan pengembangan anatomi kayu di PUSTEKOLAH sejak Indonesia merdeka.
3
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
II. PENELITIAN
A. Anatomi dan identifkasi kayu Identifikasi kayu merupakan langkah awal dalam pemanfaatan kayu secara tepat guna maupun dalam proses pengolahan kayu secara efisien. Tanpa identifikasi kayu yang cermat akan mengakibatkan kekeliruan dalam penggunaan maupun dalam proses pengolahan kayunya. Berdasarkan serangkaian hasil penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa identifikasi kayu yang cermat haruslah berlandaskan pada ciri anatomi. Pengamatan yang dilakukan minimal berupa ciri anatomi yang dapat diamati dengan bantuan lup berkekuatan pembesaran 10 kali. Ciri fisik seperti warna dan tekstur digunakan sebagai pelengkap saja. 1. Penelitian di PUSTEKOLAH
Sejak tahun 1965 penelitian anatomi kayu di PUSTEKOLAH diarahkan terutama kepada kelompok jenis “kayu perdagangan” yang belum lengkap diketahui ciri anatomi kayunya. Prioritas kedua diarahkan kepada kelompok yang dinamakan jenis “kayu kurang dikenal”. Ciri anatomi yang dideskripsikan meliputi semua ciri yang dimuat dalam Multilingual Glossary Terms Used in Wood Anatomy (IAWA Committee, 1964) yang kemudian dikembangkan menjadi Standard List of Characters
Suitable for Hardwood Identification (Miller and Baas, 1981) lalu direvisi menjadi IAWA List of Microscopic features for Hardwood Identification (Wheeler, Gasson and Baas, 1989). Penelitian yang sudah dilakukan meliputi:
a. Identifikasi jenis-jenis kayu konifer Indonesia yang penting penting (Soewarsono, 1965)
Delapan genera kayu daun jarum ( Pinus, Agathis, Araucaria, Libocedrus, Dacrydium, Phylocladus, Podocarpus dan Taxus ) dideskripsikan persebaran, ciri umum dan ciri anatominya. Diantara deskripsinya, dinyatakan bahwa Taxus wallichiana mudah dikenali melalui lingkar tumbuh yang jelas dan adanya penebalan spiral sel trakeid. Pinus merkusii dapat diidentifikasi melalui kehadiran saluran damar aksial. Sementara Libocedrus (Pauacedrus) arfakensis melalui bau aromatik dan kehadiran parenkim aksial. Diberikan juga tabel determinasi jenis-jenis kayu daun jarum (konifer) yang tumbuh secara alami di Indonesia.
4
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
b. Anatomi Kayu Meranti (Sarayar, 1975).
Kayu meranti (Shorea Roxb) dapat dipilahkan atas 3 puak yaitu meranti merah (Rubroshorea), meranti putih (Anthoshorea) dan meranti kuning (Richetia). Ketiganya sama-sama mempunyai saluran interselular aksial yang tersusun dalam baris tangensial pendek dan atau panjang. Ketiganya dapat dibedakan berdasarkan kehadiran saluran interselular radial, silika dalam jari-jari, dan kehadiran kristal baik dalam parenkim maupun dalam jari jari. Silika hanya ditemukan dalam jari-jari pada meranti putih. Saluran radial ditemukan pada meranti kuning dan sebagian meranti merah. Meranti kuning dapat dibedakan dari meranti merah berdasarkan warna kayu dan kehadiran kristal dalam jari-jari. Meranti merah berwarna merah muda sampai merah tua dan jarang mengandung kristal dalam jari-jarinya.
c. Anatomi 127 jenis kayu dari berbagai daerah yang meliputi Maluku, Kalimantan Timur,
Sulawesi, Aceh dan Kalimantan Barat berturut-turut oleh Mandang et al. (1986-2000) kemudian dari Jambi ( Mandang dan Krisdianto, 2001), Jawa Barat (Mandang et al., 2001, Krisdianto, 2007) lalu tentang Hibiscus dan Artocarpus (Arsistien & Mandang, 2002), dan Aromadendron (Mandang & Artistien, 2003).
Dalam laporan tersebut disajikan deskripsi ciri umum dan anatomi masing masing jenis dan dibuatkan ringkasannya dalam bentuk tabel. Kunci dikhotom untuk tiap wilayah untuk sekedar menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut dapat dibedakan satu sama lain, paling tidak pada tingkat genus.
d. Anatomi 64 jenis “Kayu Kurang Dikenal” dari suku Acerace, Alangiaceae, Anacardiaceae, Bignoniaceae, Burseraceae, Caesalpiniaceae, Casuarinaceae, Datiscaceae, Dilleniaceae, Dipterocarpaceae, Erythroxylaceae, Euphorbiaceae, Flacourtiaceae, Guttiferae, Icacinaceae, Juglandaceae , Meliaceae, Moraceae dan Myristicaceae (Mandang, 1990-1994; Dewi et al., 2009).
Dalam laporan-laporan ini disajikan deskripsi ciri umum dan anatomi masing-masing jenis dalam setiap suku walaupun terbatas pada kayu kurang dikenal saja, tidak mencakup jenis-jenis yang sudah dikenal dalam perdagangan. Walaupun tidak lengkap secara sistematik namun dapat menyajikan sedikit gambaran tentang ciri-ciri anatomi kayu dalam suatu suku. Sebagai misal, adanya saluran radial pada Anacardiaceae, Burserace dan sebagian Dipterocarpaceae, serat bersekat pada Anacardiaceae, Burseraceae dan Flacourtiaceae,
Saluran interselular aksial pada Dipterocarpaceae dan Cornaceae, ceruk antar pembuluh kecil pada Meliaceae, ceruk antar pembuluh bentuk tangga pada Hamamelidaceae dan Icacinaceae. Selanjutnya Rulliaty (1997-2007) telah melakukan beberapa penelitian pemanfaatan beberapa jenis kayu kurang dikenal untuk bahan pembangunan perahu
5
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
(1997), beberapa jenis kayu alternatif penganti ramin (2005), jenis-jenis kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai substitusi kayu ramin (2007). e. Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Dra. Sri Rulliaty, yaitu : 1. Jenis kayu komersil Mengenal jenis kayu kurang dikenal (1987), Kayu panggal buaya (Zanthoxylum rhetsa Roxb. DC) sebagai kayu perpatungan (1988), Struktur anatomi dan identifikasi delapan jenis kayu perdagangan dari kebun percobaan di Jawa Barat (1988), Beberapa jenis kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti ramin (1988), Perbandingan cirri umum kayu ramin (Gonystylus sp), karet (Hevea brasiliensis) dan pulai (Alstonia sp.) (1991), Pertumbuhan fungi pewarna pada jaringan parenkim kayu melinjo (1991), Perbandingan anatomi kayu renghas tembaga (Gluta renghas L.) dengan rengan burung (Melanorrhoea wallichii Hook.f.) (1990), Struktur anatomi sebelas jenis kayu dari Jawa barat (1990), Identifikasi jenis kayu perdagangan dan kurang dikenal yang diperdagangkan di DKI Jakarta (1991), Mengenal beberapa jenis pohon untuk bahan baku ukiran dan perpatungan (1991). 2. Jenis kayu "lesser known species Pemanfaatan beberapa jenis kayu kurang dikenal untuk bahan pembangunan perahu (1997), Beberapa Jenis Kayu Alternatif Penganti Ramin (2005), Jenis-Jenis Kayu Yang Dapat Dimanfaatkan Sebagai Substitusi Kayu Ramin (2007). 3. Jenis kayu "the least known wood species" Wood Anatomy and Fiber Quality of Eight Least Known Timbers Belongs to Actinidiaceae and Bignoniaceae from Indonesia (2009), Sifat dasar jenis kayu Jawa Barat (Jenis kayu ki cau Pisonia umbelliflora (Forst) Seem). Laporan Hasil Penelitian, Belum dipublikasikan. Bogor. (2012), Sifat Anatomi The least Known Species suku Magnoliaceae (Jenis kayu Talauma gigantifolia Miq., T. liliifera O.K., T. rubra Miq, dan T. singapurensis Ridl.). Skripsi Sarjana. Departemen Hasil Hutan, IPB. Belum dipublikasikan, Struktur Anatomi dan Kualitas serat enam jenis kayu sangat kurang dikenal (The least known wood species) dari famili Fabaceae (Jenis kayu Leucaena glabrata Rose, L. pulverulenta Benth, Pithecellobium angulatum Benth, P. jiringa Prain, Serianthes grandiflora Benth, Serianthes minahasae Harms). Skripsi Sarjana. Departemen Hasil Hutan, IPB. Belum dipublikasikan, The least known spesies yang telah diteliti di Pustekolah : (ratih, Agung, Emeria, Fajar, Rully) yaitu jenis Saurauia sp. (Actinidiaceae:), Jacaranda, Milingtonia, Oroxylon, Spathodea, Tecoma(Bignoniaceae:), Crataeva (Capparidaceae :), Viburnum (Caprifoliacea:), Ascarina (Chloranthaceae :), Olearia (Compositae :), Aromadendron, Talauma (Magnoliaceae :), Leucaena, Pithecellobium, Serianthes (Mimosaceae :), Callicarpa, Geunsia (Verbenaceae) 4. Kualitas kayu
Pengaruh struktur anatomi terhadap sifat pengerjaan kayu agatis (Agathis sp.), pasang (Quercus sp.), dan sungkai (Peronema canescens), Panjang serat sebagai parameter penduga kayu muda pada kayu mahoni (Swietenia macrophylla king.) (1995), Estimation of juvenile wood portion in several Indonesia plantation species at different ages (Acacia mangium, Tectona grandis, Peronema canescens, Pinus merkusii, Agatis sp.) (2009), Karak Teristik Kayu Muda Pada Mangium (Acacia Mangium Wild) Dan Kualitas Pengeringannya (2006), Peningkatan Kualitas Kayu Cepat Tumbuh Untuk Bahan Baku Mebel Melalui Pengeringan (efrida B dan Rully) (2007), Pengaruh Sifat Fisik Dan Anatomi Terhadap Sifat
6
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
Pengeringan Enam Jenis Kayu ( The Effect of Physical And Anatomical Properties on Drying Properties of Six Wood Species) dengan Efrida(2006). 5. Penelitian Bambu dan rotan
Struktur anatomi dan dimensi serat bambu ampel (Bambusa vulgaris Schrad) dan bambu ater (Gigantochloa atter (Hassk. Kurz ex Munro) (2003), Sifat dasar dan kegunaan bambu (jenis bambu tutul Bambusa maculata dan bambu hitam Gigantochloa atriviolacea ). Laporan Hasil Penelitian. Belum dipublikasikan. Bogor.(2010), Sifat dasar dan kegunaan bambu (jenis bambu apus Gigantochloa apus dan bambu andong Gigantochloa pseudoarundinacea ). Laporan Hasil Penelitian. Belum dipublikasikan. Bogor. (2011), Rulliaty, S. dkk. 2012. Sifat dasar dan kegunaan bambu (jenis bambu mayan Gigantochloa robusta dan bambu petung Dendrocalamus asper ). Laporan Hasil Penelitian. Belum dipublikasikan. Bogor. (2012), Anatomi batang rotan manau (Calamus manan), semambu (C.scipionum), sega (C caesius) dan sabut (Daemonorops crinatus) (1996)
f. Beberapa penelitian yang dilaksanakan oleh Listya 2011-2012 yaitu jenis Hopea nervosa
(2011), Vatica umbonata (2011), Shorea almon (2012) dan Shorea agamii (2012).
2. Penelitian di Balai Penelitian dan Pengembangan Dipterocarpa (BP2D) Samarinda
dan Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Makasar Beberapa kegiatan penelitian jenis kayu Lesser known wood spesies dari DIPTEROCARPACEAE dilaksanakan oleh BP2D Samarinda yaitu jenis Dipterocarpus pachyphyllus (2010), Dipterocarpus glabrigemmatus (2010), Dipterocarpus stellatus (2010), Shorea hopeifolia (2010), Vatica nitens (2010), Shorea macroptera (2012), Shorea retusa (2012), Shorea parvistipulata (2008), Shorea macrobalanos (2008), Shorea mojongensis (2009), Shorea superba (2009), Shorea malaanonan (2009), Vatica sarawakensis (2013), Dipterocarpus confertus (2013) oleh Supartini, Dewi, dan Fernandes. Sedangkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti di BPK (Mody dan Asdar) adalah jenis Buxus rolfe, Phoebe cuneata, Artocarpus integra dan Agathis hamii. B. Anatomi dan identifikasi kayu dan kulit kayu berkhasiat obat
1. Anatomi perbandingan Santalum album L. dan Exocarpus latifolia Roxb. (Mandang,
1988) Kayu cendana (Santalum album) dan cendana semut (Exocarpus latifolia) sama sama
keras, berpembuluh kecil dan berbau harum. Ciri anatominya juga sangat mirip: pembuluh seluruhnya soliter, ada endapan, ada trakeida vaskisentrik, parenkim baur, kristal berderet vertikal dalam parenkim, serat berdinding sangat tebal. Keduanya hanya dapat dibedakan dari frekuensi dan diameter pembuluh. Santalum album mempunyai pembuluh yang lebih kecil, < 50 mikron dan dengan frekuensi lebih banyak. Selain itu Santalum album mempunyai bau yang lebih harum. Exocarpus latifolia mempunyai bau harum tetapi ada kesan bau asam semut.
7
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
2. Anatomi kayu gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk ) dan beberapa jenis sekerabat
(Mandang dan Wiyono, 2002), Karakteristik anatomi lima jenis kayu gaharu, yaitu: Aquilaria malaccensis,
Aetoxylon sympetalum, Gonystylus bancanus, G. macrophyllus dan Gyrinops versteeghii, dipertelakan dan dibandingkan. Tujuannya adalah untuk mempelajari bagaimana mengenali dan memilah-milahkan kayu gaharu menurut jenisnya. Sasarannya adalah untuk mengetahui apa perbedaan ciri Aquilaria malaccensis yang terdaftar dalam Appendix II CITES itu dengan jenis kayu gaharu lainnya yang belum terdaftar. Manfaatnya adalah sebagai sarana penunjang upaya pengamanan dan pelestarian A. malaccensis. dan sekaligus memanfaatkan jenis gaharu lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua jenis kayu gaharu yang diamati memang mempunyai beberapa persamaan ciri: 1) serat dengan ceruk halaman yang tegas pada bidang radial dan cenderung tersusun 2 baris; 2) ceruk antar pembuluh berukuran kecil, 4-7 mikron; lebar jari jari
umumnya 1 seri. Selanjutnya diketahui bahwa Aquilaria malaccensis dan Gyrinops verteeghii sama sama memiliki kulit tersisip, sedangkan ketiga jenis kayu gaharu lainnya tidak memiliki ciri tersebut. Lalu, Aquilaria malaccensis yang sudah masuk dalam daftar Appendix II CITES itu dapat dipilahkan dari Gyrinops versteeghii berdasarkan ciri pembuluh. Aquilaria malaccensis mempuyai pembuluh berdiameter sedang, 100-200 mikron, dengan frekuensi kurang dari 10 per mm2, dan dengan pembuluh ganda radial 2-4 sel. Gyrinops versteeghii mempunyai pembuluh berdiameter agak kecil, rata rata kurang dari 100 mikron, dengan frekuensi lebih dari 10 per mm2, dan dengan pembuluh ganda radial 2-6 sel. Aetoxylon sympetalum dan Gonystylus spp. sama sama dicirikan terutama oleh adanya parenkim bentuk sayap dan konfluen serta oleh kehadiran kristal bentuk prismatik dan batangan dalam jari jari. Dinding serat yang sangat tebal dan jari jari 1-2 sampai 3 seri dapat digunakan sebagai pemilah Aetoxylon sympetalum dari Gonystylus spp. yang hanya memiliki serat dengan ketebalan sedang dan jari jari yang hampir seluruhnya satu seri. 3. Anatomi kayu pasak bumi dan beberapa jenis kayu suku Simaroubaceae
(Mandang dan Andianto, 2007), Tumbuhan obat dari hutan dapat tertukar secara tidak sengaja dengan jenis lain yang
serupa tetapi kandungan bahan aktifnya tidak memadai atau bahan aktifnya sama sekali lain. Contohnya adalah pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack - Simaroubaceae) yang juga dikenal dengan nama bidara laut. Nama bidara laut ini digunakan juga untuk jenis kayu lain dari suku Loganiaceae yaitu Strychnos ligustrinum Bl. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap karakteristik anatomi kayu Eurycoma longifolia dan perbedaannya dengan Strychnos ligustrinum. Selain itu dibandingkan juga ciri anatomi kayu Eurycoma longifolia dengan ciri anatomi kayu jenis kayu lain yang sesuku. Contoh kayu pasak bumi dikumpulkan dari Kuok, Riau, dan Muara Tebo, Jambi. Jenis lainnya diperoleh dari koleksi kayu autentik Puslitbang Hasil Hutan. Contoh kayu terlebih dahulu
8
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
dibuat preparat sayat lalu diamati struktur anatominya. Dimensi pembuluh dan serat diamati dari preparat maserasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kayu Eurycoma longifolia dapat dikenali dan dibedakan dari Strychnos ligustrinum terutama berdasarkan diameter dan sebaran pembuluh serta dari kehadiran kulit tersisip. Kayu Strichnos ligustrinum mempunyai pembuluh berdiameter jauh lebih kecil dengan sebaran dendritik serta mengandung kulit tersisip di antara jaringan kayu. Ciri demikian tidak dimiliki kayu Eurycoma longifolia. Kayu Eurycoma longifolia dapat juga dibedakan dari jenis lain dari suku yang sama berdasarkan karaktersitik pembuluh, parenkim, jari-jari, serat, dan kehadiran silika dalam jari-jari kayu. 4. Anatomi pepagan pulai (Alstonia spp.) dan beberapa jenis sekerabat
(Mandang, 2004) Karakteristik anatomi pepagan pulai putih (Alstonia scholaris R.Br.), pulai hitam
(Alstonia angustiloba Miq.) dan bintaro (Cerbera manghas L.) sudah diamati dan dipertelakan guna keperluan identifikasi jenis. Ketiganya diketahui telah lama digunakan sebagai sumber bahan baku obat tradisionil di Asia Tenggara. Pepagan ketiga jenis pohon tersebut mengeluarkan getah berwarna putih pada waktu ditetak; bagian dalam pepagan semuanya berwarna putih; permukaan luar pepagan Alstonia scholaris dan Cerbera manghas berwarna kelabu dan biasanya mengandung lentisel; permukaan luar pepagan Alstonia angustiloba tanpa lentisel, berwarna coklat gelap, dan mengandung alur- alur longitudinal yang sempit dan dangkal. Komponen utama pepagan terdiri dari floem, parenkim, jari-jari, serat, sklereid dan periderm. Serat dijumpai berderet tangensial dekat kambium pada pepagan batang belia semua jenis kemudian terdorong keluar oleh aktivitas kambium dan terpencar sejalan dengan meningkatnya
usia pohon. Sklereid jarang dan berdinding tipis tatkala pohon masih muda lalu bertambah banyak dan menebal dindingnya sejalan dengan bertambahnya usia pohon. Selanjutnya, beda utama struktur anatomi pepagan ketiga jenis pohon tersebut adalah pada morfologi sklereid. Sklereid A. scholaris berbentuk gemuk pendek, sklereid A. angustiloba berbentuk panjang gemuk, sedangkan sklereid Cerbera manghas berbentuk panjang langsing. Kunci identifikasi sementara disajikan. 5. Anatomi pepagan gemor-Alseodaphne foetida (Mandang, 2007).
Lauraceae merupakan suatu suku tumbuhan yang penting secara ekonomi karena hasil buah, daun, kayu dan pepagannya. Ada di antaranya yang juga diketahui berkhasiat obat, namun pengetahuan mengenai karakteristik anatomi masih sangat terbatas pada jenis jenis tertentu saja sehingga dijumpai kesulitan dalam identifikasinya. Penelitian ini berkenaan dengan pepagan gemor (Alseodaphne foetida Kosterm.) yang dewasa ini banyak digunakan untuk bahan anti nyamuk. Tujuan penelitian adalah mempelajari ciri anatomi pepagan dan kayu gemor untuk landasan identifikasi.
9
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
Contoh dikumpulkan di Kalimantan Timur, diambil dari pohon berdiameter 10 – 25 cm. Anatomi diamati pada preparat sayat dan maserasi. Untuk memudahkan penyayatan, contoh pepagan terlebih dahulu diimpregnasi dengan PEG 2000. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pepagan gemor dapat dikenali terutama dari warna, tekstur permukaan, kehadiran lendir, dan karakteristik sklereid. Pepagan gemor berwarna coklat kelabu sampai coklat jingga waktu segar, mudah mengelupas tipis-tipis, mengeluarkan banyak lendir setelah disayat, dan mengandung sklereid yang berderet tangensial 1,0 –1,2 mm dari permukaan. Kayunya mengandung sel lendir yang berasosiasi dengan parenkim dan jari-jari. Sebagian serat bersekat. Kayu gubalnya juga mengandung lendir.
6. Anatomi kayu jenis penghasil gaharu yaitu Amyxa pluricornis Domke, Gyrinopsis cumingiana, Phaleria Sp; Gyrinops versteegii (Gilg) DOMKE, Aquilaria malaccensis LAMK, Aquilaria beccariana VAN TIEGH, Aquilaria microcarpa BAILL. (Andianto, 2006), Anatomi kayu dan pepagan Cinnamomum burmanii Blume, Cinnamomum coriaceum Camm, Cinnamomum zeylanicum Blume, Cinnamomum xanthoneureum Blume dan Cryptocarya aromatica Kosterms (Andianto, 2007), Telah diteliti juga anatomi kayu dan pepagan Cinnamomum parthenoxylon Meissn. (pakanangi), Cinnamomum celebicum Koorders. (Kanino) dan Cinnamomum subavenium Miq. (kayu manis/Aju cening) (Andianto, 2008),
selanjutnya anatomi kayu dan pepagan kulilawang (Cinnamomum halmaheirae Kosterm), teja (Cinnamomum iners Reinw.ex Blume), pelangeh (Litsea cubeba Pers), dan medang kulit manis (Lindera subumbelliflora Kosterm) (Andianto, 2009).
Keterangan:
(a) habitat pohon Kulilawang di balik gunung Manusela (Pulau Seram, Maluku Tengah), (b) tajuk pohon, (c) bentuk daun, (d) dan (e) pengambilan dan pengulitan batang, (f) kayu segar berwarna putih, (g) permukaan kulit luar, (h) potongan lintang
Gambar Kulilawang (Cinnamomum halmaheirae Kosterm)
a b c d
e f g h
10
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
C. Identifikasi kayu berbentuk serbuk (Mandang, 2009)
Identifikasi kayu berbentuk serbuk sudah pernah dicoba terhadap contoh serbuk berukuran 125 mesh yang dikirimkan oleh Bea Culai Jakarta pada awal tahun 2009. Ukurannya sedemikian kecil sehingga tidak dapat disayat dengan mikrotom konvensional. Untuk itu ciri anatomi kayu diamati melalui preparat maserasi. Ciri yang terdeteksi meliputi pembuluh, ceruk antar pembuluh, ceruk pada serat, kristal, endapan, tebal dinding serat. Disamping itu ciri
warna dan bau serbuk juga diamati. Pada kasus ini kami dapatkan : ceruk antar pembuluh sangat kecil < 4 µm ; endapan mirip getah dalam pembuluh, dan kristal prismatik dalam untai parenkim aksial berbilik. Warna serbuk kuning jerami dan bau harum. Dengan menggunakan perangkat identifikasi dengan bantuan komputer, identitas jenis kayunya dapat diketahui, yakni Vavaea sp.-Meliaceae. Tersedianya koleksi contoh kayu di Xylarium untuk verifikasi, juga sangat membantu. Identifikasi serbuk tersebut diatas dilakukan terhadap serbuk jenis tunggal. Percobaan terhadap serbuk campuran relatif lebih sukar. Tetapi dengan bantuan matematika hal tersebut tampaknya dapat juga dilakukan.
D. Bantuan Prosea
Ketika PUSTEKOLAH sedang menggiatkan penelitian sifat-sifat dasar kayu Indonesia, Yayasan PROSEA melakukan kegiatan menghimpun informasi berbagai aspek tumbuhan Asia Tenggara termasuk ciri makro dan ciri mikroskopik kayunya. Hasilnya dipublikasikan dalam 3 jilid buku yaitu: Plant Resources of South East Asia, Timber Trees: I. Major Commercial Timbers (Soerianegara et al. 1994), II. Minor Commercial Timbers (Lemmens et al., 1995), dan III. The Lesser Known Timbers (Sosef et al., 1998). Isinya mencakup
422 genera dengan lebih dari 4000 jenis kayu Asia Tenggara. Ciri anatomi kayu dalam buku jilid III dikerjakan oleh 15 wood anatomists dengan kontribusi rata-rata 20 genera per orang,
Gambar Penampang lintang mikroskopis: (a) C. halmaheirae, (b) C. iners, (c) Litsea cubeba, (d) Lindera subumbelliflora
a b c d
11
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
dan mencakup 309 genera dengan kurang lebih 3300 jenis. Keberhasilan PROSEA mengerjakan sedemikian banyak jenis kayu Asia Tenggara dalam waktu yang singkat adalah karena PROSEA melibatkan botanist dan wood anatomist Asia Tenggara dan dunia, termasuk dua anatomists dari Badan Litbang Kehutanan Indonesia yaitu DR Kade Sidiyasa, dan Ir. Y.I. Mandang. Namun demikian masih ada sekitar 577 jenis kayu yang belum tercakup dalam ketiga jilid buku PROSEA tersebut di atas, dan baru saja mulai dikerjakan oleh peneliti di PUSTEKOLAH sejak tahun 2008 yang lalu Jenis-jenis ini kami golongkan ke dalam “The Least Known Wood Species (terLampir). Menurut perkiraan, jika dikerjakan 25 jenis kayu per tahun maka kelompok The Least Known Wood Species tersebut akan memerlukan waktu penyelesaian selama 23 tahun dan ini menurut pendapat kami terlalu lama. Oleh karena itu, supaya cepat selesai maka dipandang perlu untuk dikerjakan bersama, gotong royong, oleh beberapa peneliti yang ada di PUSTEKOLAH dan bila mungkin dibantu oleh anatomiwan dari institusi lain. E. Kualitas Serat Kayu
Pada awalnya penelitian dimensi dan kualitas serat kayu di PUSTEKOLAH tidak terintegrasi dengan penelitian anatomi kayu. Hal ini disebabkan oleh pembagian tugas pada waktu itu dimana penelitian dimensi dan kualitas serat adalah tugasnya disiplin ilmu
teknologi serat, pulp dan kertas. Baru pada tahun 1996 dimensi dan kualitas serat juga diteliti bersamaan dengan anatomi kayu.
Pada umumnya kualitas serat jenis jenis kayu Indonesia tergolong kualitas II dan III. Jarang sekali yang tergolong kelas I. Krisdianto (2001) menemukan bahwa Macaranga pruinosa dan Macaranga gigantea mempunyai serat yang tergolong kelas I. Damayanti (2007) juga menemukan bahwa Styrax benzoin dan Styrax paralleloneurum mempunyai serat yang tergolong kelas I. Selanjutnya Dewi (2009) mendapatkan bahwa Platea latifolia (Icacinaceae) mempunyai serat yang sangat panjang, 2979 mikron, walaupun kualitasnya masih tergolong kelas II. Namun karena panjangnya maka
jenis kayu ini mempunyai potensi untuk bahan baku serat panjang yang baik untuk kertas bungkus dan karton pengepak. F. Anatomi dan Sifat Kayu
1. Pencarian pengganti kayu jelutung untuk bahan baku batang pensil (Mandang, 1996), 2. Sifat-sifat kayu nyatoh (Palaquium obtusifolium Burck) sehubungan dengan kemungkinan pemggunaannya untuk bahan baku batang pensil (Mandang dan Suhaendra, 2003).Pentingnya kayu untuk batang pensil adalah terutama untuk anak-anak yang belum dapat melindungi dirinya dari bahaya menggunakan alat-alat tajam. Kayu untuk pensil hendaknya mudah diserut dengan penyerut khusus untuk anak anak. Mudah tidaknya kayu diserut ternyata ada kaitannya dengan struktur anatomi kayu dan berat jenis kayu. Kayu yang mudah diserut mempunyai parenkim bentuk jala atau garis-garis angensial pendek berjarak rapat. Berat jenis hendaknya kurang dari 0,55. Berdasarkan pemahaman tersebut di atas diperoleh hasil bahwa bayur (Pterospermum spp) dan Nyatoh (Palaquium obtusifolium) baik untuk bahan baku batang pensil. Sebagai tindak lanjut disarankan agar bayur dan nyatoh dibudidayakan melalui HTI kayu pertukangan. Hasil utama untuk kayu
pertukangan sedangkan untuk bahan baku pensil cukup dari hasil penjarangan saja.
12
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
2. Kemungkinan penggunaan kayu dari Indonesia untuk pengganti kayu pok, Guaiacum
officinale, dari Amerika Tengah (Mandang dan Barly, 1996)
Kayu pok (Guaiacum officinale) asal Brasilia digunakan sebagai penyangga propeler baling-baling kapal laut. Kayunya sangat berat dan mengandung 25 % resin yang dapat berfungsi sebagai pelumas. Kayu demikian di Indonesia tidak ada tetapi dapat direkayasa. Perlu dicari kayu yang sangat berat dan keras namun mudah diimpregnasi dengan pelumas. Ditemukan bawa kayu Elateriospermum tapos dan Xantophyllum
stipitatum sangat berat dan keras. Batang kayu ini pada diameter 40 cm belum mempunyai teras sehingga mudah diimpregnasi dengan bahan cair. Kayunya mempunyai parenkim bentuk pita rapat dan memungkinkan bahan pelumas lebih mudah diimpregnasikan. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk mencari ramuan pelumas yang sesuai. G. Anatomi kayu, Paleobotani dan Arkeologi
1. Keanekaragaman fosil kayu dari bagian barat pulau Jawa (Mandang dan Martono, 1996). 2. A fossil wood of Dipterocarpaceae from Pliocene deposit in the west region of Java
island (Mandang dan Kagemori, 2003). Hasil survei fosil kayu di 3 tempat di bagian Barat pilau Jawa pada tahun 1995 ditemukan bahwa 80 persen dari 200 sampel yang diamati tergolong fosil kayu Dipterocarpaceae. Hampir semua genera dari suku ini dijumpai (Anisopteroxylon, Cotylelobioxylon, Dipterocarpoxylon, Dryobalanoxylon, Hopeoxylon, Shoreoxylon dan Vaticoxylon), padahal sebagian besar Dipterocarpaceae modern sudah punah di Jawa. Semula fosil terebut diduga berasal dari jaman es terakhir, sekitar 10.000 tahun lalu (Mandang dan Martono, 1996), namun kemudian diketahui berasal dari periode Pliocene awal (Mandang dan Kagemori, 2003). Hal ini dikonfirmasi juga oleh Terada et al.
(2012). Kehadiran fosil Dipterocarpaceae dalam jumlah banyak di bagian barat pulau Jawa mengindikasikan bahwa pada periode Pliocene, sekitar 5 juta tahun lalu, Dipterocarpaceae
13
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
mendominasi hutan di pulau Jawa seperti halnya di Sumatera dan Kalimantan masa kini. Hal ini mengindikasikan juga bahwa pada periode itu pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Asia merupakan suatu daratan. Dugaan sementara kepunahan banyak Dipterocarpaceae di Jawa disebabkan oleh aktivitas vulkanis. Nah, sebagai tindak lanjut dari penelitian ini perlu dilakukan konservasi in situ dan ex situ untuk melestarikan fosil kayu ini guna kajian ilmiah yang lebih mendalam.di masa datang. Dari penelitian mengenai fosil kayu ini, sempat dikoleksi beberapa batang fosil kayu yang kemudian disimpan di Xylarium Bogoriense. Selain itu ada satu batang fosil kayu kamper asal Leuwidulang, Banten, yang dipajang di halaman Museum Kehutanan, Manggala Wanabakti, Jakarta. Panjangnya 28 meter dan diameter pangkalnya 105 cm. Identitas botanisnya Dryobalanoxylon lunaris (Mandang et Kagemori, 2003), terlepas dari kenyataan bahwa Dryobalanops tidak lagi dijumpai hidup di hutan alam pulau Jawa masa kini.
3. Identifikasi kayu dari perahu kuno di Bojonegoro (Mandang dan Martono, 2007)
Hasil identifikasi kayu pada perahu kuno yang ditemukan pada tahun 2005 di di Bojonegoro, Jawa Timur, menunjukkan bahwa kerangka dan dinding perahu dibuat dari kayu jati sedangkan pasaknya dari kayu jambu jine (Flindersia sp- Rubiaceae). Jambu jine tidak terdapat di pulau Jawa dan hanya terdapat di Indonesia bagian Timur. Hal ini mengindikasikan bahwa perahu terebut tidak dibuat di Jawa melainkan di Indonesia bagian Timur, mungkin di Sulawasi atau Muna dimana terdapat jati bersama jambu jine. Perahu tersebut diperkirakan dibuat pada abad 17, pada jaman Kesultanan Gowa di Sulawesi dan Kesultanan Mataram di Jawa. Perahu ini pernah berlayar dari Sulawesi ke pulau Jawa lalu menyusuri Bengawan Solo dan kemudian tenggelam di Bojonegoro.
4. Identifikasi fosil kayu dari kali Cemoro kabupaten Sragen, Jawa Tengah (Andianto, Lelana
dan Ismanto, 2010)
Pengamatan anatomi kayu dilakukan terhadap fosil kayu temuan di kali Cemoro,
perbatasan antara Kabupaten Karanganyar dan Sragen, Jawa Tengah. Contoh kayu diambil
dari lokasi guna pembuatan preparat sayat dan maserasi. Hasil pengamatan selanjutnya
14
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
dibandingkan dengan diskripsi anatomi kayu hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan.
Hasil akhir menunjukkan bahwa ciri anatomi yang ada pada fosil kayu sesuai dengan ciri
anatomi yang di miliki kayu Gluta wallichii (Hook.f.) Ding Hou yang biasa di sebut dengan
nama rengas burung.
III. PENGEMBANGAN HASIL PENELITIAN DAN PELAYANAN MASYARAKAT Hasil penelitian anatomi kayu sudah dikembangkan dalam berbagai bentuk, antara lain:
1. Buku Pedoman identifikasi jenis kayu di lapangan (Mandang dan Pandit, 1997) 2. Pedoman identifikasi kayu kurang dikenal (Damayanti dan Mandang, 2007)
Keterangan : (a) Sel pembuluh hampir seluruhnya soliter (> 95%), parenkim paratrakea
sepihak. (b) sel jari-jari dgn lebar umumnya 1 seri (uniseriate), saluran radial
pada sel jari-jari uniseriate
a b
15
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
3. Atlas kayu Indonesia Jilid I (Martawijaya et al., 1981), Jilid II (1987), Jilid III (Abdurrohim et al., 2007)
4. Kunci identifikasi kayu Asia Tenggara [dengan bantuan komputer] (Mandang, Putro dan Kurniawan, 2005)
5. Kunci identifikasi kayu Asia Tenggara [dengan bantuan komputer] ( Mandang dan Suriansyah, 2006)
6. Pedoman identifikasi kayu ramin dan mirip ramin (Mandang et al., 2008) 7. Sistem Informasi Xylarium Bogoriense (Mandang et al. 2012). Pelayanan kepada masyarakat yang diberikan selama ini meliputi:
1. Membantu Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK) dan Bea Cukai mengidentifikasi jenis kayu yang akan diekspor untuk mencegah penyeludupan.
2. Membantu Kepolisian dan Kejaksaan dalam menangani perkara Ilegal loging 3. Membantu pengusaha kayu untuk sertifikasi jenis kayu. 4. Pelatihan Penguji Kayu dan Pengawas Peguji Kayu yang diselenggarakan oleh
BP2HP di berbagai propinsi. 5. Pelatihan identifikasi jenis kayu kepada teknisi indutri kayu lapis dan penggergajian. 6. Pelatihan identifikasi kayu kepada surveyor PT SUCOFINDO. 7. Pelatihan identifikasi kayu ramin dan mirip ramin bagi karyawan Bea Cukai dan
BKSDA. 8. Bimbingan skripsi mahasiswa
IV. PENUTUP Demikian sudah diuraikan dengan singkat perkembangan dan pemanfaatan
penelitian anatomi kayu di BALITBANGHUT. Dibandingkan dengan keadaan sebelum Indonesia merdeka, keadaan sekarang sudah lebih banyak yang dikerjakan. Namun demikian masih ada sisa yang perlu diselesaikan yaitu The Least Known Wood Species. Disamping itu masih besar tantangan yang dihadapi. Identifikasi kayu berlandaskan anatomi kayu hanya mampu mengidentifikasi sampai tingkat marga atau kelompok tertentu. Untuk mampu mengidentifikasi sampai jenis perlu ditunjang dengan bio-molekuler/analisis DNA. Maka hendaknya ada diantara para anatomiwan melengkapi dirinya dengan ilmu biomolekuler.
Untuk meningkatkan daya guna kayu perlu juga lebih didalami hubungan antara anatomi dan sifat kayu. Ultra struktur kayu perlu juga dipelajari agar pemahaman tentang kayu bisa lebih dalam dan akan lebih terbuka kemungkinan penyempurnaan sifat dan pengembangan manfaatnya dimasa datang.
Sabtu, 20 April 2013
16
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
Beberapa Sumber Daftar Pustaka (I)
No. Penulis Judul
1 Mandang, Y.I. 1986 Anatomi Dan Identifikasi Empat Belas Jenis Kayu Dari
Maluku, (Anatomy And Identification Of Fourteen Wood
Species From Maluku). Jurnal Pen. H.H. 3(4):13-27
2 Mandang, Y.I. 1986 Anatomi Dan Identifikasi Sepuluh Jenis Kayu Dari
Kalimantan Timur. (Anatomy And Identification Of Ten Wood
Species From East Kalimantan). Jurnal. Pen. H.H. 3(4): 34-
45
3. Mandang, Y.I. 1987 Pemilahan Jenis Kayu Kapur Sintok (Dryobalanops oocarpa
V.Sl.) Dari Jenis Jenis Kayu Kapur Lainnya. (Differentiation
Of Kapur Sintok (Drobalanops oocarpa V.Sl.) From Other
Kapur Wood Species) Jurnal Penelitian Hasil Hutan 4(2):
50-55.
4 Rulliaty, S. & Y.I.
Mandang , 1988.
Struktur Anatomi Beberapa Jenis Kayu Hutan Tanaman
Industri. (Anatomical Structure Of Several Wood Species
From Industrial Wood Plantation) Jurnal. Pen. H.H. 5(6):
321-325
5 Mandang ,Y.I. 1988. Anatomi Perbandingan Kayu Cendana (Santalum album L.
Dan Eksokarpus (Exocarpus latifolia R.Br.). (Comparative
Wood Anatomy Of Cendana Wood (Saltalum album Lin.)
And Exocarpus Wood (Exocarpus latifolia R.Br.) Jurnal
Pen. H.H. 5(6): 360-364
6 Mandang, Y.I. dan N.
Sumarliani, 1989.
Anatomi Dan Identifikasi Sembilan Belas Jenis Kayu Dari
Sulawesi. (Anatomy And Identification Of Nineteen Wood
Species From Sulawesi). Jurnal Penelitian Hasil Hutan 6(1):
21-35.
7 Mandang, Y.I. 1990. Anatomi Dan Identifikasi Tujuh Belas Jenis Kayu Kurang
Dikenal (Aceraceae S/D Caesalpiniaceae). Anatomy And
Identificartion Of Seventeen Lesser Known Wood Species
(Aceraceae-Caesalpiniaceae). Jurnal Pen. H.H. 8(2): 55-69.
8 Mandang, Y.I. 1991 Kayu Raja Sumatra, Sudah Langka Atau Masih Langka.
Prosiding Seminar Dan Kongres Nasional Biologi X. Bogor,
24-26 September 1991. Perhimpunan Biologi Indonesia.
9 Mandang, Y.I. 1991 Anatomi Dan Identifikasi Duapuluh satu Jenis Kayu Kurang
Dikenal ( Casuarinaceae S/D Euphorbiaceae). (Anatomy
17
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
And Identification Of Twenty One Lesser Known Wood
Species (Casuarinaceae-Euphorbiaceae). Jurnal Pen. H.H.
9(1): 5-23
10 Mandang, Y.I. 1992 Anatomi Dan Identifikasi Sepuluh Jenis Kayu Dari Sulawesi
Utara. (Anatomy And Identification Of Ten Wood Species
From North Sulawesi). Jurnal Pen. H.H. 10(5): 167-178.
11 Mandang, Y.I. 1993 Anatomi Dan Identifikasi Sembilan Jenis Kayu Kurang
DikenalDari Suku Meliaceae. (Anatomy And Identification Of
Nine Lesser Known Wood Species Of Meliaceae). Jurnal
Pen. H.H. 11(3): 92-100
12 Mandang, Y.I. 1993 Anatomi dan Identifikasi Tujuh Jenis Kayu dari Sulawesi
Tengah. (Anatomy And Identification Of Seven Wood
Species From Central Sulawesi). Jurnal. Pen. H.H. 11(6):
211-216.
13 Mandang, Y.I. 1993 Anatomi Dan Identifikasi Tujuh Jenis Kayu Dari Maluku
Utara. (Anatomy And Identification Of Seven Wood Species
From North Maluku).Jurnal Pen. H.H. 11(7): 286-293.
Mandang, Y.I. 1993
14 Mandang, Y.I. 1994 Anatomi Dan Identifikasi Sebelas Jenis Kayu Kurang
Dikenal Dari Suku Mimosaceae, Myristicaceae dan
Moraceae (Anatomy And Identification Of Eleven Lesser
Known Wood Species Of Mimosaceae, Myristicaceae And
Moraceae). . Jurnal Pen H.H. 12(1):9-20.
15 Mandang, Y.I. 1996. Anatomi Delapan Jenis Kayu Kurang Dikenal Dari Suku
Flacourtiaceae Sampai Juglandaceae. (Anatomy And
Identification Of Eight Wood Species Of Flacourtiaceae To
Juglandaceae). Bulletin Pen. H.H. 14(1): 31-44
16 Mandang, Y.I. 1996. Pencarian Pengganti Kayu Jelutung Untuk Bahan Baku
Batang Pensil. (A Search For Jelutung Substitute For Pencil
Slat). Buletin Pen. H.H. 14(6): 211-230.
17 Mandang, Y.I. & Barly.
1996
Kemungkinan pemanfaatan jenis kayu Indonesia untuk
pengganti kayu pok (Possible Utilization of Indonesian wood
species for Guajacum substitute). Bull. Penelitian Hasil
Hutan 14(10): 405-416.
18 Mandang,Y.I. & Usep
Sudardji. 2001.
Anatomi Dan Kualitas Serat Sembilan Jenis Kayu Dari
Kalimantan Timur. (Anatomy And Fibre Quality Of Nine
Wood Species Fronm East Kalimantan). Bulletin Pen. H.H.
19(1): 47-67
18
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
19 Mandang, Y.I. dan
Usep Sudardji, 2000
Anatomi Dan Kualitas Serat Dua Puluh Jenis Kayu Dari
Kawasan Barat Indonesia.(Anatomy And Fibre Quality Of
Twenty Wood Species From Indonesia Wet Region).
Bulletin Pen. H.H. 18(3): 163-208.
20 Mandang, Y.I. &
Krisdianto. 2001
Wood Anatomy Of Five Major Species From Jambi. Buletin
Pen. H.H. 19(2):117-136.
21 Mandang, Y.I. & Usep
Sudarji. 2001
Anatom dan kualitas serat 10 jenis kayu andalan dari Jawa
barat. Info Hasil Hutan 8(1):41-69.
22 Mandang, Y.I. &
Bambang Wiyono,
2002.
Anatomi Kayu Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lamk.) Dan
Beberapa Jenis Sekerabat. (Anatomy of Gaharu Wood
(Aquilaria malaccensis Lamk) And Several Related
Species). Bulletin Penelitian Hasil Hutan 20(2):107-126.
Thn. 2002. ISSN 0852-1638
23 Sisi Artistien, &
Mandang, Y.I, 2002.
Anatomi Dan Kualitas Kayu Hibiscus Macrophyllus Roxb.
Dan Artocarpus heterophyllus Jarret. (Wood Anatomy And
Fibre Quality Of Hibiscus macrophyllus Roxb. And
Artocarpus heterophyllus Jarret). Bulletin Penelitian Hasil
Hutan 20(3): 243-257.Thn. 2002. ISSN 0852-1638
24 Mandang, Y.I. &. S.
Artistien, 2003.
Anatomi Dan Kualitas Serat Kayu Utap-Utap
(Aromadendron elegans Bl.) Dan Beberapa Jenis Kayu
Kurang dikenal Lainna (Wood Anatomy And Fibre Quality
Of Utap-Utap (Aromadendron elegans Bl.) And Several
Other Lesser Known Wood Species). Bulletin Penelitian
Hasil Hutan 21(2): 11-117. Thn 2003. ISSN 0852-1638
25 Mandang, Y.I. & Noriko
Kagemori. 2003
A Fossil Wood Of Dipterocarpaceae From Pliocene Deposit
In The West Region Of Java Island. Forest products
Research Bulletin 21(3) :259-275.
26 Abdurrohim, S., Y.I.
Mandang & U. Sutisna.
2005.
Atlas Kayu Indonesia Jilid III. (Indonesian Wood Atlas.
Vol.III). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Bogor
27 Mandang, Y.I. dan
Herpin Suhaendra,
2003.
Sifat –Sifat Kayu Nyatoh (Palaquium obtusifolium Burck)
Sehubungan Dengan Kemungkinan Penggunaannya Untuk
Bahan Baku Batang Pensil. Bulletin Penelitian Hasil Hutan
21(1): 1-14. Thn. 2003. ISSN 0852-1638
28 Mandang, Y.I. 2004 Anatomi Pepagan Pulai Dan Beberapa Jenis Sekerabat.
(Bark Anatomy Of Pulai And Several Allied Species).
Journal of Forest Products 22(4): 247-261
29 Mandang, Y.I. 2005 Aplikasi Program Komputer Sql Server Untuk Identifikasi
Jenis Jenis Kayu Asia Tenggara. (Aplication Of SQL Server
19
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
Computer Program For Identification Of South Asian
Timbers). Info Hasil Hutan 11(1): 65-85
30 Mandang Y.I. 2006 Digitalisasi Basis Data Xylarium Puslitbang Hasil Hutan
Bogor.(Digitalisation Of Xylarium Database Of The Forest
Products Research And Development Center Bogor) Info
Hasil Hutan 12(2) 75-85
31 Martawijaya A. I.
Kartasujana, A.P.
Suwanda, Y.I.
Mandang. 1989.
Atlas Kayu Indonesia Jilid II. (Indonesian Wood Atlas. Vol. II)
Pusat Penelitian Hasil Hutan, Bogor
32 Mandang, Y.I., Dimas
Putro & B. Kurniawan,
2005
Kunci (Komputer) Identifikasi Kayu Versi 2.2 (Wood
Identification: A Computer Key –Version 2.2.) Puslitbang
Hasil Hutan, Bogor.
33 Mandang, Y. I. & I. Ktut
Pandit .1997.
Pedoman Identifikasi Kayu Di Lapangan. (Guide To Wood
Identification In The Field). Prosea Indonesia, Bogor
34 Mandang, Y.I. &
Andianto.2007.
Anatomi kayu pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) dan
beberapa jenis kayu suku Simaroubaceae)- (Wood Anatomy
Of Pasak Bumi (Eurycoma Longifolia Jack) And Several
related Wood Species within Simaroubaceae).
35 Mandang, Y.I. & D.
Martono.2007.
Identifikasi Kayu Dari Perahu Kuno Yang Tergali Di Tepi
Bengawan Solo, Bojonegoro-( Identification Of Wood From
Ancient Boat Excavated From River Bank Of Bengawan
Solo, Bojonegoro). Info Hasil Hutan 13(1): 40-47.
36 Mandang, Y.I.2007. Anatomi Kayu Dan Pepagan Gemor (Alseodaphne foetida
Kosterm.)- (Wood And Bark Anatomy Of Gemor
(Alseodaphne foetida Kosterm.). Info Hasil Hutan 13(2): 99-
112.
37 Ratih Damayanti dan
Mandang, Y.I. 2007.
Pedoman Identifikasi Kayu Kurang Dikenal. Giude to the
identification of the lesser known wood species. Pusat
penelitian Dan pengembangan Hasil Hutan, Bogor
38 Ratih Damayanti dan
Mandang, Y.I. 2007.
Anatomi Dan Kualitas Serat Kayu Kemenyan (Styrax Spp.-
Styracaceae). (Wood Anatomy And Fiber Quality Of
Kemenyan Wood (Styrax spp.-Styracaceae).Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 25(3):273-290.
39 Mandang, Y.I. 2009 Indentification of Wood Flour. Is it possible? Paper
presented at the 7th Pacific Region Wood Anatomy
Conference, Kuala Lumpur, Malaysia.
20
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
40 Mandang, Y.I., Syafrial
dan Zulkarnaen NS,
2012
Sistem Informasi Xylarium Bogoriense .Versi 2012 F.
(II)
1 Beekman, H.A.J.M, 1920
78 Preanger houtsoorten, beschrijving, afbeelding en determinatietabel. Meded. Proefstation v.h. Boschwezen 5: 1-186
2 Den Berger, L.G en H. Beekman .1922
Inleiding tot de herkening van hout in de praktijk. Meded. Proestation v.h. Boschwezen No. 7: 1-55.
3 Den Berger LG dan F.H. Endert, 1925
Belangrijke houtsoorten van Nederlandsch-Indie. Meded. Proefstation v.h. Boschwezen 11: 1-136
4 Dewi, L. M., Y. I. Mandang and I. Wahyudi. 2009
Wood Anatomy and Fibre Quality of Platea spp.-Icacinaceae. Paper presented at the 1st International Symposium of Indonesian Wood Research Society. Bogor, 2-3 November, 2009.
5 Hildebrand, F.H. 1952 Nama-nama kesatuan untuk jenis-jenis pohon yang penting di Indonesia. Pengumuman istimewa No. 6, Balai Penyelidikan Kehutanan Bogor.
6 IAWA Committee, 1964 Multilingual Glossary of Terms Used in Wood Anatomy. Verlagstanstalt Buchdruckerei Konkordia Winterhur
7 Jansonius, H.H. 1906-1936
Mikrographie des Holzes der auf Java vorkommenden baumarten. Brill, Leiden.
8 Krisdianto, 2007 Anatomi dan kualitas serat 6 jenis kayu kurang dikenal dari Cianjur selatan, Jawa barat. Jurnal penelitian Hasil Hutan 25(3):183-202
9 Martawijaya, A dan I. Kartasijana, 1977.
Ciri umum, sifat dan kegunaan jenis-jenis kayu indonesia. Publikasi khusus No. 41, Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor
10 Miller , R.B. and P. Baas. 1981
Standard list of characters suitable for hardwood identification. IAWA Bull. 2(2-3): 99-145
11 Oey Djoen Seng, 1964 Berat jenis dari jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya kayu untuk keperluan praktek. Pengumuman LPHH No1. Bogor
12 Soewarsono, PH, 1965 Identifikasi Jenis-jenis Kayu konifer Indonesia Yang penting-penting. Rimba Indonesia Th. 10, no. 2-3, Bogor
13 Sarayar, Ch. G. 1975 Struktur anatomi kayu meranti Indonesia. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan No 71, Bogor
21
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
14 Terada, K. N. Kagemori, S. Kawai, Y.I. Mandang, R. Srivastava and Y. Kagemori, 2012
What fossil wood can tell. Wood Culture Symposium. Kyoto University, Japan
15 Wheeler, E.A., P. Gasson and P. Baas.1989
IAWA list of microscopic features for hardwood identification. IAWA Bull. Ns 10(3): 219-232
Gambar sampul:
Platea sp-Icacinaceae
BZFw 32669
(Oleh: Listya Mustika Dewi)
22
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
Lampiran
THE LEAST KNOWN WOOD SPECIES OF INDONESIA
(Jenis dengan latar kelabu berarti sudah atau sedang dikerjakan)
Family Genus Species
1 ACTINIDIACEAE 1 Saurauia 1 Saurauia bracteosa DC
(Ratih Damayanti,
MSi)
2 S. capitulate Smith
3 S. macrantha Smith
4 S. spadicea Bl.
5 S. nudiflora DC
2 AMPELIDACEAE 2 Leea 6 Leea angulata Korth
3 ANACARDIACEAE 3 Lannea 7 Lannea coromandelica Merr.
4 Melanorrhoea 8 Melanorhoea ?aptera King
9 M. wallichii Hook. f
5 Rhus 10 Rhus taitensis Guillem.
4 ANNONACEAE 6 Anaxagorea 11 Anaxagorea sp
7 Annona 12 Annona muricata L
8 Goniothalamus 13 Goniothalamus giganteus h. f et Th.
8 Meiogyne 14 Meiogyne montana Back.
10 Saccopetalum 15 Saccopetalum horsfieldii Benn.
16 Saccopetalum kollsii Kosterm
11 Sageraea 17 Sageraea lanceolata Miq.
12 Stelechocarpus 18 Stelechocarpus burahol Hook.
13 Trivalvaria 19 Trivalvaria sp.
5 APOCYNACEAE 14 Ervatamia 20 Ervatamia macrocarpa Merr.
(Sansan
Suhendar, S.Hut.-
IPB)
21 Ervatamia sphaerocarpa Burkill
22 Ervatamia (3)
15 Kiekxia 23 Kiekxia arborea Bl.
24 K. wigmannii Kds.
25 Kiexia (1)
16 Kopsia 26 Kopsia arborea
27 Kopsia flavida Bl
17 Lepiniopsis 28 Lepiniopsis ternatensis Val.
18 Ochrosia 29 Ochrosia ?acuminata Trimen
30 Ochrosia fsifolia Mgf.
31 Ochrosia glomerata Val.
32 Ochrosia oppositifolia K. Schum.
33 Ochrosia (5)
19 Plumiera 34 Plumiera acuminate Ait.
35 Plumiera rubra L.
20 Rauwolfia 36 Rauwolfia amsoniifolia DC
37 Rauwolfia javanica K. et V.
38 Rauwolfia ?sumatrana Jack
39 Rauwolfia (5)
21
Tabernaemonta
na
40 Tabernaemontana
22 Voacanga 41 Voacanga foetida Rolfe.
7 ARALIACEAE 23 Aralia 42 Aralia (1)
23
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
24 Aralidium 43 Aralidium
25 Arthrophyllum 44 Arthrophyllum diversifolium Bl.
45 Arthrophyllum ovatum Ridl.
46 Arthrophyllum lanceolatum Miq.
26
Boerlagiodendro
n
47 Boerlagiodendron ?celebicum Harms
48 Boerlagiodendron pachycephalum
Harms
27 Brassaiopsis
49 Brassaiopsis speciosa Decne et
Planch
28 Gilibertia 50 Gilibertia (1)
29 Kissodendron 51 Kissodendron (1)
30 Macropanax 52 Macropanax dispermum O. Ktze
53 Macropanax (1)
31 Oreopanax 54 Oreopanax
32 Schefflera 55 Schefflera aromatica Harms
33 Tetraplasandra 56 Tetraplasandra koordersii Harms
34 Trevesia 57 Trevesia sundaica Miq.
8 BIGNONIACEAE 35 Jacaranda 58 Jacaranda acutifolia H. et B.
(Ratih Damayanti,
MSi)
36 Millingtonia 59 Millingtonia hortensis L.f.
37 Oroxylon 60 Oroxylon indicum Vent.
38 Spathodea 61 Spathodea campanulata P.B.
39 Tecoma 62 Tecoma
9 BORAGINACEAE 40 Tournefortia 63 Tournefortia argentea L.f.
10 BUXACEAE 41 Buxus 64 Buxus ?rolfei Vidal
11 CAESALPINIACE
AE 42 Amherstia
65 Amherstia nobilis Wall.
43 Dansera 66 Dansera procera Steen.
44 Endertia 67 Endertia spectabilis V.St. et De Wit
45 Erytroploem 68 Erytroploem quinense Don
46 Gleditschia 69 Gleditschia rolfei Vid.
47 Haematoxylon 70 Haematoxylon campechianum L.
48 Hymenaea 71 Hymenaea courbaril L.
49 Peltophorum 72 Peltophorum dasyrachis Kurz
73 Peltophorum grande Prain
74 Peltophorum pterocarpa Bark.
75 Peltophorum (4)
50 Tamarindus 76 Tamarindus indica L
51 Uittienia 77 Uittienia modesta Steen.
12 CAPPARIDACEA
E 52 Crataeva
78 Crataeva membranifolia Miq.
79 Crataeva nurvala Ham.
13 CAPRIFOLIACEA
E 53 Viburnum
80 Viburnum samburinum Bl.
14 CELASTRACEAE 54 Elaeodendron 81 Elaeodendron glaucum Pers.
82 Elaeodendron (1)
55 Gymnosporia 83 Gymnosporia (1)
56
Kurrimia =
Bhesa
84 Kurrimia paniculata Val.
24
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
85 Kurrimia robusta Kurz
86 Kurrimia (3)
57 Microtropis 87 Microtropis sumatrana Merr.
88 Microtropis (2)
58 Solenospermum 89 Solenospermum javanicum Zoll.
90 Solenospermum ledermannii Loes.
91 Solenospermum micrantom Loes
92 Solenospermum ?toricellense Loes.
93 Solenospermum toxicum Loes.
15 CHLORANTHACE
AE 59 Ascarina
94 Ascarina (1)
95 Ascarina (2)
16 CLETHRACEAE 60 Clethra 96 Clethra sumatrana J.J.S
17 COMPOSITAE 61 Olearia 97 Olearia (1)
18 CONNARACEAE 62 Ellipanthus 98 Ellipanthus (1)
19 CORYNOCARPA
CEAE 63 Corynocarpus
99 Corynocarpus australasica C.T.
White
20 CUNONIACEAE 64 Aistopetalum 100 Aistopetalum viticoides Schltr.
65 Opocunonia 101 Opocunonia kaniensis Schltr.
102 Opocunonia papuana Kaneh et
Hatus.
66 Pullea 103 Pullea versteeghii Perry
67
Spiraeanthemu
m
104 Spiraeanthemum idenburgense Perry
105 Spiraeanthemum puleanum Schltr.
68 Spiraeopsis 106 Spiraeopsis aglaiaeformis Perry
107 Spiraeopsis celebica Bl.
108 Spiraeopsis micrantha Perry.
21 CUPRESSACEAE 69 Cupressus 109 Cupressus sempevirens L.
22 DAPHNIPHYLLAC
EAE 70 Daphniphyllum
110 Daphniphyllum (4)
23 ERICACEAE 71 Vaccinium 111 Vaccinium dempoense Fawcet
112 Vaccinium latissimum JJS
24 ERYTHROXYLAC
EAE 72 Erythroxylon
113 Erythroxylon cuneatum Kurz
114 Erythroxylon ecarinatum Burck
115 Erythroxylon (1)
116 Erythroxylon (4)
25 EUPHORBIACEA
E 73 Acalypha
117 Acalypha caturus Bl
74 Aleurites 118 Aleurites moluccana Bl.
75 Botryophora 119 Botryophora geniculata Miq.
76 Breynia 120 Breynia (10
77 Cephalomappa 121 Cephalomappa (10
78 Cheilosa 122 Cheilosa Montana Bl.
79 Choriophyllum 123 Cheilosa malayanum Benth.
80 Claoxylon 124 Claoxylon longiflorum Miq.
125 Claoxylon polut Merr.
81 Cleidion 126 Cleidion javanicum Bl.
25
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
127 Cleidion (2)
82 Coccoceras 128 Coccoceras borneense
129 Coccoceras sumatrana
130 Coccoceras (3)
131 Coccoceras (4)
83 Dicoelia 132 Dicoelia (1)
84 Excoecaria 133 Excoecaria agalocha Bl.
85 Galearia 134 Galearia celebica Kds
135 Galearia (1)
136 Galearia (2)
86 Gelonium 137 Gelonium glomeculatum Hassk
87 Glochidion 138 Glochidion arborescens Bl
139 Glochidion borneense Boerl.
140 Glochidion capitatum J.J.S.
141 Glochidion insigne J.J. S.
142 Glochidion kolmannianum J.J.S.
143 Glochidion macrocarpum Bl.
144 Glochidion obscurum Hook. F.
145 Glochidion philippicum Robins.
146 Glochidion rubrum Bl.
147 Glochidion superbum Baill.
148 Glochidion zeilanicum Juss.
149 Glochidion (1)
150 Glochidion (3)
151 Glochidion (4)
152 Glochidion (5)
153 Glochidion (17)
88 Homalanthus 154 Homalanthus Muell. Arg.
89 Homonoia 155 Homonoia javensis Muell. Arg.
90 Melanolepis
156 Melanolepis multiglandulosa Reichb.
f. et Zoll.
91 Moultonianthus
157 Moultonianthus leembruggianus
Steen.
92 Neotrewia 158 Neotrewia cumingii Pax rt Hoffm.
93 Ostodes 159 Ostodes paniculata Bl.
160 Ostodes pendula A. meeuwse
94 Phyllanthus 161 Phyllanthus emblica l.
162 Phyllanthus indicus Muell. Arg.
95 Podadenia 163 Podadenia (1)
164 Podadenia (2)
96 Putranjica 165 Putranjica roxburghii Wall.
97 Trigonopleura 166 Trigonopleura malayana Hook. F.
98 Wetria 167 Wetria macophylla J.J. S.
99 Blumeodendron 168 Blumeodendron kurzii JJS
169 Blumeodendron ?subrotundifolium
Merr.
170 Blumeodendron tokbrai Kurz.
171 Blumeodendron (1)
172 Blumeodendron (3)
26
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
173 Blumeodendron (6)
26 FLACOURTIACEAE
100
Erythrospermu
m
174 Erythrospermum candidum Gilg.
101 Flacourtia 175 Flacourtia indica Merr.
176 Flacourtia inermis Roxb.
177 Flacourtia nrukam Z. et M.
102 Pangium 178 Pangium edule Reinw.
103 Paropsia 179 Paropsia vareciformasi Mast.
104 Ryparosa 180 Ryparosa caesia Bl.
181 Ryparosa javanica Kurz.
182 Ryparosa kunstleri King
183 Ryparosa micromera V.St.
184 Ryparosa multinervosa V.Sl
185 Ryparosa (4)
186 Ryparosa (7)
187 Ryparosa (8)
105 Scolopia 188 Scolopia spinosa Warb
106 Taraktogenos 189 Taraktogenos gracilis V.Sl.
190 Taraktogenos kunstleri King
191 Taraktogenos polypetala V.Sl.
107 Xylosma 192 Xylosma amara Kds.
27 GNETACEAE 108 Gnetum 193 Gnetum gnemon L
28 GUTTIFERAE 109 Kayea 194 Kayea (2)
195 Kayea (3)
196 Kayea (4)
197 Kayea (5)
198 Kayea (6)
199 Kayea (7)
200 Kayea (8)
201 Kayea (9)
111 Ochrocarpus 202 Ochrocarpus excelsus Vescue
203 Ochrocarpus (2)
112
Pentaphalangiu
m
204 Pentaphalangium latissimum Lauterb.
205 Pentaphalangium pachycapum A.C.
Smith.
29 HAMAMELIDACE
AE 113 Distylium
206 Distylium stelare O.K.
114 Rhodoleia 207 Rhodoleia teysmannii Miq.
115 Sycopsis 208 Sycopsis dunnii Hemsl.
HIMANTANDRAC
EAE 116 Himantandra
209 Himantandra belgraveana F. v. Muell.
30 ICACINACEAE 117 Apodytes 210 Apodytes (1)
118 Citronella 211 Citronella (1)
212 Citronella (2)
213 Citronella (4)
214 Citronella (5)
119 Gompandra 215 Gompandra (1)
120 Gonocaryum 216 Gonocaryum (1)
27
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
217 Gonocaryum (4)
121 Medusanthera 218 Medusanthera papuana Howard
122 Uranda 219 Uranda celebica Howard
220 Uranda scorpioides O. Ktze
221 Uranda secundiflora O. Ktze
222 Uranda (4)
31 JUGLANDACEAE 123 Engelhardtia 223 Engelhardtia serrata Bl
224 Engelhardtia spicata var. aceriflora K.
et. V.
225 Engelhardtia spicata var genuine K.
et V.
226 Engelhardtia wallichiana Lind.
227 Engelhardtia (2)
228 Engelhardtia (6)
229 Engelhardtia (7)
230 Engelhardtia (8)
231 Engelhardtia (9)
232 Engelhardtia (10)
233 Engelhardtia (11)
32 LAURACEAE 124 Endiandra 234 Endiandra kingiana Gamble
235 Endiandra rubescens Miq.
236 Endiandra (2)
237 Endiandra (4)
125 Lindera 238 Lindera polyantha Boerl.
239 Lindera subumbelliflora K. schum
240 Lindera (4)
33 LECYTHIDACEAE 126 Chydenanthus 241 Chydenanthus excelsus Miers
34 LILIACEAE 127 Pleomele 242 Pleomele angustifolia N.E.Br.
243 Pleomele linearifolia N.E.Br.
244 Pleomele (2)
35 LOGANIACEAE 128 Couthovia 245 Couthovia celebica Kds
246 Couthovia leucocarpa M. et P.
247 Couthovia (2)
129 Crateriphytum 248 Crateriphytum molucanum Scheff.
130 Geniostoma 249 Geniostoma (1)
131 Strychnos 250 Strychnos ligustrina Bl.
36
MAGNOLIACEAE 132 Aromadendron
251 Aromadendron elegans Bl. Var
glauca Dandy
252 Aromadendron elegans Bl. Var (2)
253 Aromadendron elegans Bl. Var (3)
254 Aromadendron elegans Bl. Var (4)
37 133 Talauma 255 Talauma ?gigantifolia Miq.
256 Talauma liliifera O.K.
257 Talauma rubra Miq.
258 Talauma singaporensis ridl.
259 Talauma (5)
28
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
260 Talauma (8)
38 MELASTOMATAC
EAE 134 Kibessia
261 Kibessia azurea DC
262 Kibessia cordata Korth.
263 Kibessia galeata Cogn
39 MELIACEAE 135 Amoora 264 Amoora culcullata Roxb.
(Y. Mandang) 265 Amoora rubiginosa Hiern.
266 Amoora (3)
267 Amoora (4)
268 Amoora (5)
269 Amoora (9)
270 Amoora (10)
136 Lansium 271 Lansium domesticum Jack
272 Lansium humile Hassk.
273 Lansium (3)
137 Melia 274 Melia azedarach L
275 Melia dubia Cav.
276 Melia excelsa Jack
138
Reinwardtioden
dron
277 Reinwardtiodendron celebicum Kds.
40 MIMOSACEAE 140 Archiodendron 278 Archiodendron clipearia
279 Archiodendron parviflorum Pull.
141 Leucaena 280 Leucaena glabrata Rose
281 Leucaena glauca benth.
282 Leucaena perverulenta Benth.
142 Pithecellobium 283 Pithecellobium angulatum Benth.
284 Pithecellobium bubalinum Benth.
285 Pithecellobium clypearia benth.
286 Pithecellobium elipticum Hassk.
287 Pithecellobium jiringa Prain
288 Pithecellobium rosulatum Kosterm.
289 Pithecellobium splendens Corn.
290 Pithecellobium umbellatum Benth
291 Pithecellobium (12)
143 Samanea 292 Samanea saman merr.
144 Serianthes 293 Serianthes grandiflora Benth
294 Serianthes minahassae M. et P.
41
MONIMIACEAE 145 Idenburgia
295 Idenburgia novoguinensis A.C. Smith.
296 Idenburgia (1)
297 Idenburgia (3)
298 Idenburgia (4)
146 Kibara 299 Kibara coriaceae Hook. F. et Th.
300 Kibara (2)
147 Trimenia 301 Trimenia (1)
42 MORACEAE 148 Allaeanthus 302 Allaeanthusluzonicus F. Vill.
149 Parartocarpus 303 Parartocarpus bracteatus Becc.
304 Parartocarpus ?involucratus Warb.
29
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
305 Parartocarpus triandus JJS
306 Parartocarpus venenosus Becc
307 Parartocarpus (2)
308 Parartocarpus (4)
309 Parartocarpus (6)
310 Parartocarpus (9)
150 Paratrophis 311 Paratrophis
312 Paratrophis glabra V.St.
313 Paratrophis (3)
151 Pseudotrophis 314 Pseudotrophis ?laxyflora warb.
152 Sloetia 315 Sloetia elongata Kds
153 Taxotrophis 316 Taxotrophis macrophylla Boerl.
43 MYRICACEAE 154 Myrica 317 Myrica longifolia T. et B.
44 MYRISTICACEAE 155 Horsfieldia 318 Horsfieldia glabra Warb.
319 Horsfieldia globularis Warb.
320 Horsfieldia irya Warb.
321 Horsfieldia sylvestris warb
322 Horsfieldia (1)
323 Horsfieldia (3)
324 Horsfieldia (5)
325 Horsfieldia (8)
326 Horsfieldia (9)
327 Horsfieldia (11)
328 Horsfieldia (12)
329 Horsfieldia (13)
330 Horsfieldia (14)
331 Horsfieldia (15)
332 Horsfieldia (16)
333 Horsfieldia (17)
334 Horsfieldia (18)
45 MYRTACEAE 156 Aegiceras 335 Aegiceras corniculatum Blanco
336 Aegiceras floribundum Roem et Sch.
157 Baeckea 337 Baeckea frutexcens Bl.
158 Cleistocalyx 338 Cleistocalyx operculata M. et P.
159
Kjelbergiodendr
on
339 Kjelbergiodendron celebicum Merr
160 Mearnsia 340 Mearnsia ramiflora Diels
161 Melaleuca 341 Melaleuca angustifolia Gaertn.
342 Melaleuca leucadendron L
343 Melaleuca leucadendron L
344 Melaleuca leucadendron L var
cayupuyi
345 Melaleuca leucadendron L. var minor
346 Melaleuca leucadendron L.var timor
347 Melaleuca leucadendron L var
Tanimbar
162 Metrosideros 348 Metrosideros nigriviridis Steen.
349 Metrosideros paralelinervis C.T.
White
30
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
350 Metrosideros parviflora C.T. White
351 Metrosideros petiolata Kds
352 Metrosideros pullei Diels
353 Metrosideros vera Roxb.
354 Metrosideros (3)
355 Metrosideros (4)
163 Octamyrtus 356 Octamyrtus lanceolata CT White
164 Psidium 357 Psidium guajava L.
165 Xanthostemon 358 Xanthostemon convertiflorum
46 NYCTAGINACEA
E 166 Pisonia
359 Pisonia umbelifera Seem.
47 OCHNACEAE 167 Ouratea 360 Ouratea angustifolia Bail
361 Ouratea (2)
48 OLACACEAE 168 Anacolosa 362 Anacolosa (1)
49 OLEACEAE 169 Fraxinus 363 Fraxinus griffithii Clarke
170 Linociera 364 Linociera celebica Kds
365 Linociera ?macrophylla Wall.
366 Linociera macrocarpa Kds
367 Linociera (3)
368 Linociera (5)
369 Linociera (6)
370 Linociera (7)
171 Olea 371 Olea javanica Knobl.
372 Olea paniculata R.Br.
373 Olea (2)
50 OXALIDACEAE 172 Averrhoa 374 Averrhoa bilimbi L
375 Averrhoa carambola L
51 PAPILIONACEAE 173 Butea 376 Butea monosperma Taub.
174 Derris 377 Derris microphylla Val.
175 Gliricidia 378 Gliricidia sepium Steud.
176 Inocarpus 379 Inocarpus fagiforus Fosb.
177 Millettia 380 Millettia astropurpurea B. et H.
381 Millettia xylocarpa Miq.
382 Millettia (2)
383 Millettia (4)
178 Pericopsis 384 Pericopsis mooniana Thw
385 Pericopsis (2)
Pongamia 386 Pongamia pinnata merr.
179 Sesbania 387 Sesbania grandiflora
180 Toluifera 388 Toluifera balsamum L.
181 Zylocarpa 389 Zylocarpa
52 Podocarpaceae 182 Dacrycarpus 390 Dacrycarpus
53 PROTEACEAE 183 Finschia 391 Finschia (1)
184 Hakea 392 Hakea (1)
185 Macadamia 393 Macadamia hildebrandii V.St.
54 RHAMNACEAE 186 Maesopsis 394 Maesopsis eminii Engl.
187 Rhamnus 395 Rhamnus lanceifolius V.St.
55 RHIZOPHORACE
AE 188 Ceriops
396 Ceriops roxburghiana Arn.
31
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
397 Ceriops tagal C.B. Rob.
189
Combretocarpu
s
398 Combretocarpus
190 Kandelia 399 Kandelia kandel Druce
191 Rhizophora 400 Rhizophora apiculata Bl.
401 Rhizophora mucronata lamk.
402 Rhizophora stylosa Grif.
56 ROSACEAE 192 Angelesia 403 Angelesia spledens Korth.
193 Atuna 404 Atuna
194 Photinia 405 Photinia serrulata Lindl.
195 Prunus 406 Prunus acuminata Hook. F.
407 Prunus javanica Miq.
196 Pygeum 408 Pygeum latifolium Miq.
409 Pygeum melanocarpum M. et P.
410 Pygeum parviflorum T. et B.
411 Pygeum platyphyllum K, Schum
412 Pygeum pullei Kochne
413 Pygeum retusum M. et P.
414 Pygeum rigidum Kohne
415 Pygeum (2)
416 Pygeum (4)
57 RUBIACEAE 197 Hypobathrum 417 Hypobathrum frutescens Bl.
198 Lachnostoma 418 Lachnostoma densiflora Val.
199 Mitragyna 419 Mitragyna rotundifolia O. Ktze
420 Mitragyna speciosa Korth.
200 Morinda 421 Morinda bracteata Roxb.
422 Morinda citriflia l.
423 Morinda tinctoria roxb.
201 Petunga 424 Petunga microcarpa Bl
202 Plectronia 425 Plectronia conferta Val
426 Plectronia didyma Kurz
427 Plectronia glabra R. et H.
428 Plectronia lucida Val.
203 Psychotria 429 Psychotria celebica Miq.
204 Randia 430 Randia exaltata Griff.
431 Randia oppositifoloa Kds.
432 Randia (3)
205 Tarenna 433 Tarenna confuse K. et V.
434 Tarenna fragrans K,. et V.
435 Tarenna incerta K. et V.
436 Tarenna polycarpa Val.
206 Tricalysia 437 Tricalysia javanica Kds
438 Tricalysia minahassae
207 Wendlandia 439 Wendlandia dasythyrsa Miq.
440 Wendlandia glabrata DC
58 RUTACEAE 208 Aegle 441 Aegle marmelos Corr.
209 Chloroxylon 442 Chloroxylon swietenia DC
210 Feroniella 443 Feroniella lucida Swingle
32
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
211 Merillia 444 Merillia caloxylon Swingle
212 Micromelum 445 Micromelum minuitum W. et A.
213 Tetractomia 446 Tetractomia lauterbachiana M. et P.
59 SABIACEAE 214 Meliosma 447 Meliosma angulata Bl.
448 Meliosma ferruginea Bl.
449 Meliosma lanceolata Bl.
450 Meliosma nervosa K. et V.
451 Meliosma nitida Bl.
452 Meliosma (1)
453 Meliosma (3)
454 Meliosma (4)
455 Meliosma (8)
456 Meliosma (9)
457 Meliosma
59 SALICACEAE 215 Salix 458 Salix tetrasperma Roxb.
60 SANTALACEAE 216 Exocarpus 459 Exocapus latifolia R. Br.
(Y. Mandang) 217 Santalum 460 Santalum album L.
61 SAPINDACEAE 218 Aphania 461 Aphania Montana Bl.
(oleh R. Klaasen) 219 Atalaya 462 Atalaya salicifolia Bl.
220 Cupaniopsis 463 Cupaniopsis (1)
221 Dodonaea 464 Dodonaea viscose Jack
222 Elattostachys 465 Elattostachys verucosa Radlk.
466 Elattostachys zipeliana Radlk.
467 Elattostachys (2)
223 Erioglossum 468 Erioglossum rubiginosum Bl
224 Euphoria 469 Euphoria malaiensis Radlk.
225 Jagera 470 Jagera serrata Radlk.
226 Lepidopetalum 471 Lepidopetalum perratettii
227 Lepisanthes 472 Lepisanthes (1)
228 Litchi 473 Litchi chinensis Sonn.
229 Mischocarpus 474 Mischocarpus fuscescens Bl.
475 Mischocarpus papuana Radlk.
476 Mischocarpus sundaicus Bl.
230 Paranephelium 477 Paranephelium gibbosum T. et B.
478 Paranephelium xertophyllum Miq.
479 Paranephelium (3)
480 Paranephelium (4)
481 Paranephelium (5)
482 Paranephelium (6)
483 Paranephelium (7)
231 Sapindus 484 Sapindus rarak DC.
232 Schleichera 485 Schleichera oleosa Merr.
233 Tristira 486 Tristira harpulioides Radlk
487 Tristira triptera Radlk
62 SAPOTACEAE 234 Achras 488 Achras sapota L
(DR. Agus S.
Budi)
235 Chrysophyllum 489 Chrysophyllum roxburghii Don
236 Ganua 490 Ganua boerlageana Piere
491 Ganua coriacea Piere
33
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
492 Ganua curtisii HJL
493 Ganua glaberrima HJL
494 Ganua ligulata HJL
495 Ganua motleyana Piere
496 Ganua sarawakensis Piere
497 Ganua sessilis HJL
498 Ganua (7)
499 Ganua (8)
23
7 Isonandra
500 Isonandra lanceolata Wight
238 Lucuma 501 Lucuma maingayi Dub
502 Lucuma malaccensis Dub.
503 Lucuma malaccensis Dyub var
celebica K. et HJL
504 Lucuma navicularis HJL
505 Lucuma (1)
506 Lucuma (6)
507 Lucuma (8)
239 Planchonella 508 Planchonella ambionensis HJL
509 Planchonella firma Dub
510 Planchonella firma Dub var
microcarpa HJL
511 Planchonella lauterbachiana HJL
512 Planchonella macropoda HJL
513 Planchonella membranaccea K. et
HJL.
514 Planchonella nitida dub
515 Planchonella nitida Dub var 1
516 Planchonella obovata HJL
517 Planchonella obovoidea HJL
518 Planchonella oxyedra dub
519 Planchonella roxburghioides K. et
HJL
520 Planchonella vrieseana Dub
521 Planchonella (9)
522 Planchonella (10)
63 SAXIFRAGACEAE 240 Quintinia 523 Quintinia altigena Schltr
524 Quintinia ?apoensis Schltr
525 Quintinia lanceolata Reeder
526 Quintinia ledermanii Schltr
64 SIMARUBACEAE 241 Eurycoma 527 Eurycoma longifolia Jack
(Y. Mandang &
Andianto)
242 Picrasma 528 Picrasma javanica Bl
243 Samadera 529 Samadera indica Gaertn.
65 SOLANACEAE 244 Lycianthus 530 Lycianthus banahaensis Bitt.
245 Solanum 531 Solanum grandiflorum B. et P.
66 STERCULIACEAE 246 Commersonia 532 Commersonia bartramia Merr.
247 Erythropsis 533 Erythropsis colorata Burkill
248 Guazuma 534 Guazuma ulmifolia Lamk
249 Kleinhovia 535 Kleinhovia hospital L.
34
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
250 Melochia 536 Melochia umbelata O. Stapf
251 Pterocymbium 537 Pterocymbium beccarii k.Schum.
538 Pterocymbium javanicum R.Br.
539 Pterocymbium tinctorium Merr.
540 Pterocymbium tubulatum Piere
541 Pterocymbium (5)
252 Reevesia 542 Reevesia pubescens Mast.
543 Reevesia thyrsoidea lindl.
253 Tarrietia 544 Tarrietia javanica Bl.
545 Tarrietia perakensis King
546 Tarrietia riedeliana Oliv.
547 Tarrietia symplicifolia Mast.
548 Tarrietia (5)
549 Tarrietia (6)
550 Tarrietia (9)
551 Tarrietia (11)
552 Tarrietia (13)
67 STYRACACEAE 254 Bruinsmia 553 Bruinsmia styracoides Boerl.
554 Bruinsmia (2)
Styrax 555 Styrax benzoin Dryand
556 Styrax oliganthus V.st.
557 Styrax paralleloneurus Perk.
558 Styrax serulatus roxb.
559 Styrax serulatus Roxb. Var
molissimus V.St.
68 TAXACEAE 255 Taxus 560 Taxus wallichiana Zucc
69 TAXODIACEAE 246 Cryptomeria 561 Cryptomeria japonica don
257 Cunninghamia 562 Cunninghamia lanceolata Hook.
70
THEACEAE 257
Archboldiodendr
on
563 Archboldiodendron calosericeum
Kobuski
259 Eurya 564 Eurya acuminate A.P. DC
565 Eurya obovata Korth.
260 Laplacea 566 Laplacea amboinensis Miq
567 Laplacea integerrima Miq.
568 Laplacea subintegerrima Miq.
569 Laplacea (1)
570 Laplacea (4)
571 Laplacea (5)
572 Laplacea (6)
261 Tetramerista 573 Tetramerista glabra Miq.
574 Tetramerista montana Hall. F.
575 Tetramerista (3)
262 Thea 576 Thea lanceolata Piere
71
THYMELEACEAE
(Y. Mandang &
Andiato)
263 Aetoxylon 577 Aetoxylon sympetalum A. Shaw.
264 Amyxa 578 Amyxa pluricornis Demke
109 Gyrinopsis 579 Gyrinopsis cumingiana Decne
580 Gyrinopsis versteeghii
72 TILIACEAE 265 Aceratium 581 Aceratium cericeum Smith
35
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
266 Acronodia 582 Acronodia punctata Bl.
267 Colona 583 Colona celebica Burr.
584 Colona javanica Burr
585 Colona scabra Burr.
586 Colona serratifolia Cav.
267 Schoutenia 587 Schoutenia kunstleri King
588 Schoutenia ovata korth
589 Schoutenia (1)
73 ULMACEAE 269 Trema 590 Trema amboinensis Bl.
591 Trema cannabina Lour
592 Trema (4)
270 Ulmus 593 Ulmus lancifolia Roxb.
594 Ulmus parvifolia Jack
74 URTICACEAE 271 Laportea
595 Laportea peltata Gaud.
596 Laportea (6)
272 Leucosyke 597 Leucosyke (1)
273 Pipturus 598 Pipturus incanus Wedd.
274 Villebrunea 599 Villebrunea rubescens
560 Villebrunea (3)
275 Callicarpa 561 Callicarpa tomentosa Murr.
562 Callicarpa (1)
276 Geunsia 563 Geunsia pentandra merr.
564 Geunsia pentandra merr. Var 1
75 VERBENACEAE 277
Teysmannioden
dron
565 Teysmanniodendron ahernianum
Bakh.
566 Teysmanniodendron coriaceum
Kosterm.
567 Teysmanniodendron bogoriense Kds
568 Teysmanniodendron hollrungii
kosterm.
569 Teysmanniodendron holephyllum
Kosterm.
570 Teysmanniodendron kostermansii
Mold.
571 Teysmanniodendron pteropodum
Bakh.
572 Teysmanniodendron simplicifolium
Merr.
573 Teysmanniodendron (7)
278 Xerocarpa 574 Xerocarpa aviceniaefoliola HJL
76 VIOLACEAE 279 Rinorea 575 Rinorea (1)
576 Rinorea (2)
77 WINTERACEAE 280 Drimys 577 Drimys piperita Hook. F.
36
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
37
______________________________________________________- 1 Mantan Peneliti Utama PUSTEKOLAH Bogor 2 Peneliti Madya PUSTEKOLAH Bogor 3 Peneliti Muda PUSTEKOLAH Bogor
*Bahan untuk diisajikan pada Diskusi Anatomi Kayu di Puslitbang Keteknikan Kehutanan Dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, Juni, 2012
Gambar sampul:
Platea sp-Icacinaceae
BZFw 32669
(Oleh: Listya Mustika Dewi)