tinjauan pustaka komunikasi dan perubahan perilaku … · agar seorang anak dapat berkembang wajar...

36
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku Komunikasi Kita mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi (Mulyana, 2002). Hal ini sejalan dengan definisi komunikasi yang dinyatakan oleh Hovland, Janis dan Kelly (1953) dalam Rakhmat (2001) yaitu proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimuli (biasanya verbal) untuk mengubah perilaku individu lain (audience ). Tujuan komunikasi menurut Effendy (2001) adalah mengubah sikap, opini, perilaku dan masyarakat. Sedangkan cara kerja untuk menimbulkan perubahan dalam diri seseorang bisa dilakukan: (1) menyampaikan informasi, (2) mengajar atau memberikan instruksi, (3) membujuk/mendesak, dan (4) dialog (Kincaid dan Schramm, 1987). Perubahan Perilaku Perubahan sikap dan perilaku memang tidak mudah dan perlu waktu lama karena prosesnya kompleks dan menyangkut komponen kognitif, komponen afektif dan komponen kecenderungan perilaku (Tarmudji, 2002). Komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang karena bersifat dialogis. Masing-masing pihak menyadari dirinya sebagai pribadi yang dapat menerima dan juga dapat menyampaikan pesan sehingga terjadi suatu dialog antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lainnya (Effendy, 1996). Behaviorisme melihat bahwa perilaku manusia dipelajari dengan membentuk asosiasi, artinya perilaku manusia terjadi melalui kebiasaan, refleksi, atau hubungan antara respon dan peneguhan yang memungkinkan dalam lingkungan. Dengan demikian, pada dasarnya perilaku manusia lebih ditentukan oleh lingkungan (Rakhmat, 2001). Dukungan terhadap behaviorisme ditunjukkan dengan lahirnya Teori Brofenbrenner (1979) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang tidak berdiri

Upload: trinhdat

Post on 28-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi dan Perubahan Perilaku

Komunikasi

Kita mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi (Mulyana,

2002). Hal ini sejalan dengan definisi komunikasi yang dinyatakan oleh Hovland,

Janis dan Kelly (1953) dalam Rakhmat (2001) yaitu proses di mana seseorang

(komunikator) menyampaikan stimuli (biasanya verbal) untuk mengubah perilaku

individu lain (audience).

Tujuan komunikasi menurut Effendy (2001) adalah mengubah sikap,

opini, perilaku dan masyarakat. Sedangkan cara kerja untuk menimbulkan

perubahan dalam diri seseorang bisa dilakukan: (1) menyampaikan informasi, (2)

mengajar atau memberikan instruksi, (3) membujuk/mendesak, dan (4) dialog

(Kincaid dan Schramm, 1987).

Perubahan Perilaku

Perubahan sikap dan perilaku memang tidak mudah dan perlu waktu lama

karena prosesnya kompleks dan menyangkut komponen kognitif, komponen

afektif dan komponen kecenderungan perilaku (Tarmudji, 2002). Komunikasi

antar pribadi dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat dan

perilaku seseorang karena bersifat dialogis. Masing-masing pihak menyadari

dirinya sebagai pribadi yang dapat menerima dan juga dapat menyampaikan pesan

sehingga terjadi suatu dialog antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lainnya

(Effendy, 1996).

Behaviorisme melihat bahwa perilaku manusia dipelajari dengan

membentuk asosiasi, artinya perilaku manusia terjadi melalui kebiasaan, refleksi,

atau hubungan antara respon dan peneguhan yang memungkinkan dalam

lingkungan. Dengan demikian, pada dasarnya perilaku manusia lebih ditentukan

oleh lingkungan (Rakhmat, 2001).

Dukungan terhadap behaviorisme ditunjukkan dengan lahirnya Teori

Brofenbrenner (1979) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang tidak berdiri

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

8

sendiri, melainkan merupakan dampak dari interaksi orang yang bersangkutan

dengan lingkungan di luarnya yang dibagi ke dalam beberapa lingkaran, yaitu :

1. Lingkaran pertama adalah yang paling dekat dengan pribadi anak, yaitu

lingkaran sistem mikro yang terdiri dari keluarga, sekolah, guru, tempat

penitipan anak, teman bermain, tetangga, rumah, tempat bermain dan

sebagainya yang sehari-hari ditemui oleh anak.

2. Lingkaran kedua adalah interaksi antar faktor- faktor di dalam sistem mikro

(hubungan orang tua-guru, orang tua-teman, antar teman, guru-teman) yang

dinamakannya sistem meso.

3. Di luar sistem mikro dan meso, ada lingkaran ketiga yang disebut sistem exo,

yaitu lingkaran lebih luar lagi, yang tidak langsung menyentuh pribadi anak,

akan tetapi masih besar pengaruhnya, seperti keluarga besar, polisi, dokter,

koran, televisi, dan sebagainya.

4. Akhirnya, lingkaran yang paling luar adalah sistem makro, yang terdiri dari

ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat, budaya dan

sebagainya..

Salah satu Teori Belajar yang dapat menjelaskan proses belajar seorang

individu melalui lingkungannya adalah Teori Belajar Sosial yang dikemukakan

oleh Bandura (1995). Senada dengan pandangan behaviorisme, Bandura

menyatakan bahwa manusia menciptakan atau membentuk suatu perilaku melalui

interaksi dengan lingkungan.

Menurut Bandura dan teori Brofenbrenner, salah satu lingkungan yang

paling berpengaruh terhadap proses belajar sosial seseorang adalah keluarga

melalui komunikasi interpersonal. Oleh karena itu, keluarga sebagai lingkungan

pertama bagi seorang anak, akan memegang peranan penting dalam proses belajar

sosial serta membentuk perilaku dan kepribadiannya.

Keluarga

Hakikat Keluarga

Secara tradisional keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang

dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang

memiliki tempat tinggal bersama. Galvin dan Brommel (1991) dalam Tubbs dan

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

9

Moss (2001) menyatakan bahwa keluarga adalah jaringan orang-orang yang

berbagi kehidupan mereka dalam jangka waktu yang lama, yang terikat oleh

perkawinan, darah atau komitmen, legal atau tidak, yang menganggap diri mereka

sebagai keluarga dan yang berbagi pengharapan-pengharapan masa depan

mengenai hubungan yang berkaitan.

Orang tua dan anak adalah jaringan yang terikat oleh hubungan darah.

Orang tua mempunyai harapan-harapan tertentu pada anak-anaknya. Mussen et al.

(1989) mengemukakan bahwa orang tua mempunyai tujuan khusus dan umum

untuk anak-anak mereka yang meliputi nilai moral, pengetahuan dan standar

perilaku yang harus dimiliki anak bila sudah dewasa. Orang tua mencoba berbagai

cara untuk mendorong anak mencapai tujuan tersebut. Orang tua menggunakan

diri sebagai panutan, memberi hukuman, menjelaskan harapan dan kepercayaan

kepada anak-anak untuk dapat memiliki lingkungan yang baik, mencarikan teman

sebaya dan sekolah untuk mencapai tujuan mereka.

Sebagai sebuah lembaga, keluarga mempunyai karakteristik dan fungsi

tertentu. Di antara fungsi keluarga adalah: (1) merawat anak-anak, (2)

menghasilkan pertumbuhan kepribadian agar anak berhasil dalam lingkungan

sosial, dan (3) memenuhi kebutuhan emosional setiap anggota keluarga (Day et

al., 1995) .

Vembrianto (1993) menyatakan bahwa fungsi keluarga adalah

memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar

mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial. Keluarga merupakan

institusi sosial yang bersifat universal dan multi fungsi. Fungsi sosialisasi,

pendidikan keagamaan, perlindungan, rekreasi dan kontrol sosial dilakukan oleh

keluarga namun karena proses industrialisasi, urbanisasi dan sekularisasi maka

keluarga dalam masyarakat modern kehilangan sebagian dari fungsi- fungsi

tersebut. Fungsi utama keluarga yang tetap melekat yaitu melindungi,

memelihara, sosialisasi dan memberikan suasana kemesraan bagi anggotanya.

Para ahli memandang keluarga sebagai suatu sistem yang menekankan

hubungan antar anggotanya. Virginia Satir dalam Tubbs dan Moss (2001)

membedakan sistem keluarga tertutup dengan sistem keluarga terbuka. Dalam

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

10

suatu sistem tertutup, komunikasi tidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak

sebangun, mengganggu pertumbuhan, aturan-aturan tertutup dan usang, orang-

orang menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan mereka dengan aturan-aturan. Dalam

sistem yang terbuka, komunikasi langsung, spesifik, sebangun dan mendorong

pertumbuhan, aturan-aturan terbuka dan baru, berubah bila kebutuhan muncul.

Para peneliti telah mengembangkan model interaksi dalam keluarga yang

disebut circumplex model of family interaction untuk menjelaskan fungsi efektif

dan disfungsi dalam sistem keluarga. Model tersebut memiliki tiga elemen dasar,

yaitu kemampuan beradaptasi, kohesi dan komunikasi. Kemampuan beradaptasi

adalah kemampuan yang dimiliki sebuah keluarga untuk mengubah dan merespon

perubahan struktur tugas atau peran. Kohesi berkaitan dengan ikatan emosional

dan perasaan akan kebersamaan. Komunikasi merupakan penentu apakah suatu

keluarga termasuk kohesif atau adaptable, dan komunikasi menjaga

keberlangsungan keluarga sebagai suatu sistem (Beebe, 1999).

Berbagai perubahan dan tekanan yang terjadi dalam keluarga seperti

perkembangan yang terjadi pada anak-anak, kemunduran ekonomi dan perceraian

menuntut kemampuan keluarga untuk menyesuaikan diri. Keluarga yang sulit

menyesuaikan diri mereka dengan setiap perubahan yang terjadi dianggap kaku.

Bochner dan Eisenberg (1987) dalam Moss dan Tubbs (2001) memandang

kemampuan beradaptasi lebih penting daripada kohesi bagi berjalannya sebuah

keluarga.

Peran Keluarga dalam Perkembangan Anak

Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu

faktor yang ada di dalam diri anak sendiri dan faktor lingkungan (Welis, 1994

dalam Kandoli, 2000). Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan fisik dan

lingkungan sosial. Lingkungan fis ik yaitu lingkungan yang berupa alam dan

benda ciptaan manusia. Lingkungan sosial adalah lingkungan yang berwujud

manusia yang merupakan masyarakat di mana mereka berinteraksi (Purnomo,

1990 dalam Kandoli, 2000).

Lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan meliputi keluarga,

sekolah dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

11

yang pertama karena di dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan

didikan dan bimbingan dan juga karena sebagian besar kehidupan anak adalah di

dalam keluarga sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak

adalah dalam keluarga (Hasbullah, 1999). Sedangkan menurut Amal (1990) dalam

masyarakat modern dan industrial sumber pengetahuan yang utama bagi anak

tidak lagi hanya keluarga tetapi juga sekolah (pendidikan formal), teman sebaya

(peer group), guru, buku dan media massa.

Keluarga merupakan wadah bagi seorang anak untuk mengenal segala

macam norma kehidupan. Peran keluarga adalah sebagai peletak dasar bagi pola

pengembangan kepribadian yang dimiliki seseorang. Di dalam keluargalah kali

pertama anak-anak mendapat pengalaman yang akan digunakan sebagai bekal

hidupnya di kemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan

spiritual. Elkin dalam Dimmick (1987) berpendapat bahwa keluarga mempunyai

peran dominan dalam perkembangan ciri kepribadian dasar dan sikap-sikap serta

nilai-nilai sosial lainnya. Dengan demikian, keluarga mempunyai pengaruh yang

paling banyak terhadap perkembangan dan kehidupan sosial anak.

Sebagai lingkungan pertama tempat anak belajar bersosialisasi, keluarga

memiliki peran besar dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan

anak. Menurut Hurlock (1991) keluarga memberi sumbangan besar dalam

perkembangan anak, yaitu dalam hal: (1) memberi rasa aman karena menjadi

anggota yang stabil, (2) memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis, (3) sumber

kasih sayang dan penerimaan, (4) memberi contoh dan pengembangan pola

perilaku yang disetujui, (5) memberi bantuan pemecahan masalah, (6) memberi

bimbingan dan bantuan dalam mempelajari berbagai ketrampilan, (7) memberi

stimulus untuk memperoleh keberhasilan di sekolah dan kehidupan sosial, (8)

memberi bantuan dalam menetapkan aspirasi yang sesuai dengan minat dan

kemampuan, dan (9) sebagai sumber persahabatan hingga mereka mendapat

teman di luar rumah atau ketika tidak ada teman.

Menurut Ahmadi (1999) faktor-faktor keluarga yang mempengaruhi

perkembangan anak adalah: (1) keutuhan keluarga, berdasarkan beberapa

penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri sejak tahun 1938

ditemukan ada hubungan antara keluarga tidak utuh dengan gejala kenakalan pada

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

12

anak, (2) kondisi sosial ekonomi keluarga, berdasarkan penelitian eksperimental

yang dilakukan Prestel dan Hetzer di Jerman (Ahmadi, 1999) disimpulkan bahwa

kondisi sosial ekonomi yang sangat tinggi dan sangat rendah mempunyai

pengaruh terhadap perkembangan anak. Keluarga kaya mampu menyediakan

kebutuhan materiil bagi anak-anaknya tetapi tidak berarti anak-anak berkembang

dengan wajar. Keluarga miskin juga terlalu sibuk mencari nafkah sehingga

perhatian terhadap anak berkurang, (3) besar kecilnya keluarga, anak dari

keluarga besar lebih toleran karena sudah biasa bergaul dengan orang lain, (4)

status anak, berdasarkan penelitian tentang perkembangan sosial anak tunggal dan

anak yang bersaudara didapatkan hasil bahwa anak tunggal mengalami hambatan

dalam perkembangan sosial karena tidak biasa bergaul dengan anak-anak sebaya,

dan (5) pola asuh orang tua, makin otoriter orang tua makin berkurang

ketidaktaatan tetapi makin banyak timbul ciri pasif, kurang inisiatif, tidak dapat

merencanakan sesuatu, daya tahan berkurang dan penakut, sedangkan anak dari

orang tua demokratis menunjukkan ciri berinisiatif, tidak takut, lebih giat, lebih

bertujuan tetapi memberi kemungkinan berkembang sifat-sifat tidak taat dan tidak

mau menyesuaikan diri.

Zelditch dalam Gordon (1978) menyebutkan dua peran orang tua yaitu:

(1) instrumental, yang dilakukan oleh bapak/suami dalam kepemimpinan di

bidang ekonomi dan pembuatan keputusan sekaligus figur otoritas, dan (2)

ekspresif/emosional yang biasanya dijalankan ibu/istri dalam pengungkapan kasih

sayang, dukungan dan kedamaian. Kedua peran tersebut dijalankan oleh keluarga

yang juga merupakan institusi dasar dalam rangka membentuk individu

bertanggung jawab, mandiri, kreatif dan hormat melalui proses sosialisasi terus

menerus kepada anak-anaknya.

Orang tua bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan emosi anak.

Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu

mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan dan penerimaan dari

kedua orang tuanya. Menurut Suwondo (1981) dalam Kandoli (2000) yang

pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak, baik

secara rohani, jasmani maupun sosial adalah orang tuanya. Sedangkan Gunarsa

(1990) menyatakan bahwa secara khusus ibu berperan penting dalam upaya

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

13

pemenuhan kebutuhan emosi anak melalui perhatian dan sikap dalam berinteraksi

serta berkomunikasi dengan anak karena ibu merupakan sosok yang dekat dengan

anak dan berperan sebagai pelindung dan pengasuh utama.

Keluarga Orang Tua Tunggal

Galvin dan Brommel dalam Arliss (1999) menunjukkan bahwa bentuk

keluarga telah berubah, yang salah satunya ditandai dengan meningkatnya jumlah

single parent family. Balson (1999) mengungkapkan bahwa peristiwa khas yang

menimpa keluarga ini berkaitan dengan emosi dan penyesuaian diri. Ditambahkan

oleh Ahmadi (1999), tidak hadirnya salah satu orang tua, karena kematian atau

perceraian, berpengaruh terhadap perkembangan anak. Berdasarkan penelitian

para psikolog, anak-anak dari keluarga yang tidak utuh memperoleh nilai

psikologis yang rendah terutama dalam hal fleksibilitas, penyesuaian diri,

pengertian akan orang dan situasi di luarnya, dan pengendalian diri.

Kebanyakan orang tua tunggal adalah perempuan sehingga riset

difokuskan pada tidak adanya ayah dalam keluarga. Meskipun orang tua tunggal

cenderung mempunyai banyak masalah seperti konflik antara tanggung jawab

pekerjaan dan rumah tangga, peran yang terlalu berat, tekanan karena harus

membuat keputusan sendiri, menemukan waktu yang cukup untuk anak dan

kehidupan pribadi mereka, kebutuhan fasilitas perawatan anak yang cukup dan

isolasi sosial, kita tidak bisa menganggap bahwa keluarga orang tua tunggal

adalah unit yang disfungsional. Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang

tua tunggal berfungsi secara efektif ( Nock, 1987).

Hubungan Orang Tua Tunggal dan Anak

Perceraian menghilangkan hak anak untuk mendapatkan pengasuhan dari

dua orang tua. Hak asuh yang diberikan kepada ibu berarti kurangnya interaksi

anak dengan ayahnya. Menurut Landis dalam Ihromi (1999) dampak lain dari

perceraian bila anak berada dalam pengasuhan dan perawatan ibu adalah

meningkatnya perasaan dekat anak dengan ibu serta menurunnya jarak emosional

terhadap ayah.

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

14

Untuk mengisi kekosongan model peran karena anak hanya tinggal dengan

satu orang tua, orang tua tunggal mencarikan tokoh pengganti yang bisa diambil

dari dalam atau luar keluarga. Lewat interaksi dengan tokoh pengganti itu, anak

bisa mempelajari hal-hal yang tidak didapatkan dari orang tuanya (Chairani dan

Nurachmi, 2002).

Para peneliti menemukan kecenderungan bahwa orang tua tunggal lebih

terbuka pada anak, dengan keseimbangan yang lebih besar, lebih sering

berinteraksi dan kohesi meningkat (Weiss dalam Nock, 1987).

DeWitt dalam Chairani dan Nurachmi (2002) menyatakan bahwa dalam

keadaan sulit sekalipun, orang tua tunggal tetap berusaha membantu anak-

anaknya menghadapi emosinya dengan menyediakan waktu bagi anak untuk

mengungkapkan perasaannya. Orang tua tunggal mengakui perasaan terluka

anaknya dan membiarkan anak menumpahkan amarahnya karena anak sedang

memerlukan dukungan lebih banyak dari sebelumnya. Jika anak masih terlalu

kecil, ibu akan memeluk untuk memberikan perasaan aman. Jika anak cukup

besar, orang tua bisa mengajak bicara sesuai daya tangkapnya tentang kondisi

keluarga. Orang tua bisa mengemukakan apa yang dirasakan dan apa saja

harapannya dan bagaimana anak bisa membantunya. Jika cara itu dilakukan bisa

menumbuhkan harga diri anak. Selain itu, anak bisa diajak bersama-sama

menunjukkan kepada masyarakat bahwa sekalipun keluarga tidak lengkap tetapi

bisa lebih baik dari keluarga yang utuh sehingga anak bisa belajar mensyukuri apa

yang diperoleh. Pada saat keadaan emosi anak masih labil orang tua berusaha

sedapat mungkin menciptakan suasana rumah yang stabil.

Berbeda dengan hal tersebut, beberapa penelitian di Amerika Serikat

menunjukkan bahwa orang tua tunggal tidak mengawasi anak-anaknya seperti

yang terjadi pada keluarga utuh. Surva i yang dilakukan terhadap para murid SMU

yang berasal dari keluarga orang tua tunggal melaporkan bahwa sedikit orang tua

tunggal yang mengetahui di mana anak berada sepulang sekolah dan bagaimana

anak bersekolah dibanding keluarga dengan dua orang tua. Perbedaan ini tampak

pada beberapa tingkat status sosial ekonomi ( Astone dan Mc. Lanahan dalam

Cherlin, 2002).

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

15

Menurut sejumlah psikolog, orang tua tunggal sering kali terjebak dengan

menjadikan anak sebagai mitra yang sama kedudukannya. Akhirnya, anak laki-

laki terjebak menjadi lelakinya keluarga, anak perempuan menjadi ibu bagi adik-

adiknya. Fenomena ini biasanya terjadi secara alami, bukan karena pilihan sadar

dari orang tua. DeWitt dalam Chairani dan Nurachmi (2002) berpendapat bahwa

anak harus menyadari tanggung jawabnya pada keluarga adalah sebagai seorang

anak atau kakak. Anak membantu orang tua dalam kehidupan sehari-hari tetapi

mereka tidak menggantikan peran ayah atau ibu mereka yang hilang.

Orang tua tunggal memperluas jaringan pergaulan pertemanan yang bisa

memberikan dukungan tambahan untuk bantu membantu. Orang tua tunggal yang

didukung lingkungan seperti itu biasanya secara mental dan fisik merasa lebih

baik. Orang tua tunggal tidak perlu berambisi menjadi orang tua sempurna. Orang

tua bisa menunjukkan kepada anak bahwa pada saat-saat tertentu boleh saja kita

minta pertolongan seseorang (Chairani, 2002).

Rasa bersalah ibu atas perceraian mengakibatkan ibu berbuat banyak hal

untuk anak bahkan membiarkan kehidupannya dikontrol oleh anak-anaknya.

Penyesuaian yang dilakukan ibu sebagai orang tua tunggal akan menimbulkan

masalah jika ia merasa bertanggung jawab secara berlebihan terhadap anak-

anaknya. Para ibu sering berupaya untuk berperan sebagai ibu sekaligus sebagai

ayah dengan mengambil banyak tanggung jawab sehingga anak memikul sedikit

tanggung jawab (Balson, 1999). Menurut Clemes dan Bean (2001) seorang anak

yang bertindak tanpa tanggung jawab akan lebih banyak mengalami hukuman dan

kritik sehingga rasa harga dirinya merosot dan ia juga akan mengembangkan sikap

negatif terhadap kehidupan.

Permasalahan yang dihadapi Orang Tua Tunggal

Banyak masalah yang dihadapi oleh ibu sebagai orang tua tunggal.

Berdasarkan hasil penelitian di Amerika Serikat, masalah yang paling menonjol

adalah pendapatan rendah dan konflik yang berlanjut dengan mantan pasangan.

Rendahnya atau menurunnya pendapatan karena tidak ada bantuan dari ayah atau

dukungan keuangan lain membuat anak dari orang tua tunggal menghadapi resiko

putus sekolah Bahkan jika pendapatan orang tua turun hingga di bawah garis

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

16

kemiskinan maka anak lak- laki menunjukkan masalah penyimpangan perilaku

(Mc. Lanahan dan Sandetur dalam Cherlin, 2002).

Masalah lain yang muncul adalah menurunnya kemampuan sebagai orang

tua yang ditunjukkan dengan menurunnya emosi secara tajam, berkurangnya

hubungan yang menyenangkan antara anak dan orang tua, menurunnya perhatian

pada kebutuhan dan keinginan anak serta kurangnya komunikasi dan interaksi

dengan anak. Ibu sebagai pemegang hak asuh anak mengalami stress sehingga

menjadi sering marah, jengkel dan depresi. Kondisi ini menimbulkan beberapa

kesulitan terutama dalam memberikan dukungan emosional kepada anak yang

juga mengalami kesedihan akibat perceraian orang tua. Selain itu, orang tua

tunggal menjalankan pola pengasuhan yang kurang konsisten terutama dalam

penerapan disiplin kepada anak. Tahap ini oleh para psikolog disebut authoritative

parenting (Wallerstein dan Kelly dalam Cherlin, 2002).

Pengaruh Keluarga Orang Tua Tunggal terhadap Perkembangan Anak

Seorang ibu yang mempunyai posisi sebagai single parent harus

memegang dua peran sekaligus yaitu sebagai ibu yang harus mengasuh dan

mendidik anak juga menggantikan figur bapak yang harus mencari nafkah. Teori

pengasuhan ibu tunggal pada keluarga bercerai dan teori kesehatan mental dari

Frankl (1972) mengemukakan bahwa seorang ibu tunggal sering mengalami

ketimpangan dan kemiskinan dalam otoritas pengasuhan. Tidak adanya sosok

seorang ayah menyebabkan ibu tunggal sering tidak konsisten dalam menjalankan

disiplinnya. Hilangnya ayah sebagai sumber penghasilan keluarga menyebabkan

ibu tunggal harus bekerja di luar rumah. Peran ganda yang dimainkan itu pada

akhirnya tidak sesuai dengan waktu mengasuh anak, kondisi serta kemampuan

yang dimilikinya. Tanpa disadari semua faktor tersebut menyebabkan

ketimpangan dalam pola pengasuhan sehingga berpengaruh terhadap kesehatan

mental seorang anak.

Kurangnya kehangatan dan perhatian yang diberikan oleh seorang ibu

tunggal kepada anak menyebabkan anak tidak memiliki rasa aman di dalam

dirinya. Kesibukan ibu bekerja membuat anak tidak mempunyai seorang ibu yang

bisa diajak bercakap-cakap ataupun bertukar pendapat. Anak seringkali merasa

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

17

takut menghadapi masa depan dan mudah putus asa. Anak juga merasa tidak

memiliki kebebasan dalam membuat pilihan penting serta mengalami kesulitan-

kesulitan lain seperti pandangan negatif dari masyarakat sehubungan dengan

perceraian kedua orang tua mereka (Mianda, 2002).

Sering terjadi perbedaan pendapat mengenai dampak ibu bekerja terhadap

pengasuhan anak. Sebagian besar masyarakat sering beranggapan bahwa status

ibu bekerja selalu negatif akibatnya terhadap pengasuhan anak. Sedangkan yang

lain mengemukakan bahwa anak-anak dari ibu yang bekerja justru menjadi sangat

mandiri. Maccoby menyimpulkan dari beberapa penelitian bahwa bekerjanya ibu

bukan satu-satunya faktor penyebab terjadinya perkembangan negatif pada anak

(Amal, 1990).

Mianda (2002) mengemukakan bahwa keadaan yang timbul dari fenomena

single parent tersebut dapat berpengaruh secara timbal balik terhadap hubungan

ibu dengan anaknya maupun hubungan anak dengan ibu. Ibu yang memikul dua

peran mempunyai kasih sayang yang berlebihan kepada anaknya yang disertai

kekhawatiran yang juga berlebihan sehingga mendorongnya memberikan

perlindungan yang berlebihan (over protection). Ibu selalu ingin berbuat lebih

banyak untuk anaknya. Apalagi kondisi yang menimpa anak itu akhirnya

menimbulkan rasa kasihan ibu. Muncul ketakutan-ketakutan lainnya, seperti takut

kalau anaknya menjadi minder terhadap teman-teman sebayanya dan yang lebih

ekstrim adalah takut kalau anaknya dikucilkan oleh masyarakat atau lingkungan di

mana mereka tinggal. Dengan adanya perlindungan yang berlebihan dari ibu

mengakibatkan anak memiliki ketergantungan yang tinggi. Orang tua yang over-

protective dan terlalu dominan menimbulkan rasa kurang percaya diri dan kurang

mandiri pada anak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Stendler dalam Ahmadi

(1999) tentang sikap over protection dari orang tua yang menyebabkan anak

sangat tergantung pada orang tua. Berkaitan dengan fenomena orang tua tunggal,

Mianda (2002) menemukan kelompok anak dari orang tua tunggal yang berhasil

menjadi anak percaya diri, tahan banting, tidak cengeng dan mandiri adalah yang

dibesarkan oleh orang tua yang tidak over protection.

Satoto (1990) melihat interaksi ibu dan anak sebagai pola perilaku yang

mengikat ibu dan anak secara timbal balik dan stimuli keluarga mencakup

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

18

berbagai upaya keluarga yang secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak. Karyadi (1988)

mengungkapkan bahwa peran ibu selaku pengasuh dan pendidik anak di dalam

keluarga dapat mempengaruhi perkembangan anak secara positif maupun negatif

karena dalam berinteraksi dengan anak sehari-hari ibu dapat memainkan berbagai

peran yang secara langsung akan berpengaruh pada anak.

Menurut Wahab (1980) seorang ibu merupakan pemeran utama dalam

proses pembentukan pribadi dan proses sosialisasi anak. Sedangkan Scanzoni dan

Scanzoni dalam Suleeman (1990) menganggap komunikasi ibu dan anak sebagai

indikator untuk mengukur komunikasi orang tua dan anak karena ibu diasumsikan

lebih banyak berada di rumah bersama anak-anak dari pada ayah. Ditambahkan

oleh Rutter (1984) bahwa untuk perkembangan anak yang normal dibutuhkan

pengasuhan ibu yang berkualitas. Satoto (1990) menegaskan bahwa faktor

eksternal yang paling kuat pengaruhnya terhadap tumbuh kembang anak adalah

interaksi ibu dan anak.

Sebagian besar sosiolog dan psikolog percaya bahwa dua orang tua

penting dalam keluarga dan berperan dalam perkembangan anak tetapi penelitian

menunjukkan bahwa satu orang tua cukup untuk mengasuh anak. Keluarga

dengan dua orang tua tidak menjamin anak-anak dapat menyesuaikan diri dengan

baik kepada lingkungannya, cukup bergaul, kreatif dan produktif seperti halnya

keluarga dengan satu orang tua tidak secara otomatis berarti sebaliknya. Beberapa

anak dari orang tua tunggal menerima perhatian yang lebih baik dari pada anak-

anak lain dari keluarga utuh (Saxton, 1987).

Masyarakat menggambarkan keluarga ideal adalah keluarga yang lengkap.

Anak-anak yang diasuh orang tua tunggal kehilangan pengalaman hidup dalam

suatu keluarga yang utuh. Anak dari keluarga tidak lengkap ini tidak selalu

bermasalah ataupun merasa bermasalah. Hanya saja mereka merasa dirinya

kurang dibandingkan teman-temannya dari keluarga lengkap (Chairani dan

Nurachmi, 2002).

Anak dari orang tua tunggal dapat tumbuh sehat jasmani dan rohani, moril

dan materiil atas dukungan keluarga inti dan keluarga besar, juga lingkungan yang

menerima tetapi semua memerlukan proses. Menurut Duncan, keluarga dengan

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

19

orang tua tunggal selalu terfokus pada kelemahan dan masalah yang dihadapi.

Menurutnya, sebuah keluarga dengan orang tua tunggal sebenarnya bisa menjadi

sebuah keluarga yang efektif seperti keluarga dengan orang tua utuh asalkan

mereka tidak larut dalam kelemahan dan masalah yang dihadapinya (Kompas,

2005).

Komunikasi dalam Keluarga Orang Tua Tunggal

Komunikasi memainkan peran utama dalam penentuan kualitas kehidupan

keluarga. Komunikasi dalam keluarga merupakan aspek penting karena setiap

anggota keluarga terikat satu sama lain melalui proses komunikasi. Keluarga

mengembangkan serangkaian pesan, perilaku dan harapan tertentu melalui proses

komunikasi (Suleeman, 1990).

Keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil dalam masyarakat

mempunyai ciri dan bentuk komunikasi yang berbeda dengan kelompok sosial

lainnya. Komunikasi dalam keluarga biasanya berbentuk komunikasi antar

persona (face to face communication) intinya merupakan komunikasi langsung di

mana masing-masing peserta komunikasi dapat memilih fungsi baik sebagai

komunikator maupun komunikan (Effendi,1993). Dalam komunikasi interpersonal

setiap anggota keluarga dapat dengan bebas mengungkapkan perasaan-perasaan

yang ada dalam diri mereka masing-masing (Suleeman, 1990).

Pace dalam Cangara (2004) membedakan komunikasi antar-pribadi

menjadi dua macam yaitu komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil.

Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang

dalam situasi tatap-muka yang dibedakan menjadi tiga bentuk , yaitu percakapan,

dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam situasi yang bersahabat

dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan

lebih personal. Sedangkan Croskey memasukkan peralatan komunikasi seperti

telpon dan teleks sebagai saluran komunikasi antar pribadi sehingga timbul istilah

komunikasi antar-pribadi yang bermedia dan yang berlangsung tatap-muka.

Menurut DeVito (1997) keluarga dikategorikan dalam pola kesamaan di

mana masing-masing pihak berkedudukan sama, saling percaya dan masing-

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

20

masing pihak terbuka terhadap ide- ide, pendapat serta kepercayaan pada yang

lain. Kondisi semacam ini dapat menciptakan komunikasi dalam keluarga

seimbang dalam arti masing-masing pihak saling menempatkan diri sesuai dengan

peranannya.

Lawton (1982) dalam Kandoli (2000) mengemukakan bahwa hubungan

yang terjadi antara orang tua dan anak bukan merupakan proses yang searah

melainkan timbal balik karena perilaku anak dapat mempengaruhi perilaku orang

tua.

Fisher (1986) berpendapat bahwa proses komunikasi, termasuk juga yang

terjadi di dalam keluarga, dapat dipandang melalui empat perspektif dasar yaitu

mekanistis, psikologis, interaksional dan pragmatis. Perspektif pragmatis adalah

pendekatan yang paling sering diadopsi oleh para ahli yang mempelajari proses

komunikasi keluarga. Perspektif ini mempunyai pandangan holistik tentang

kegiatan komunikasi keluarga. Komponen individu dari suatu sistem saling

berhubungan dan mempengaruhi keseluruhan. Untuk mengetahui masalah dalam

sistem komunikasi keluarga maka tidak hanya memfokuskan pada satu atau dua

unsur melainkan pada seluruh bagian sistem yang menyebabkan disfungsi pola

komunikasi.

Menurut Jenkins (1995) sejumlah unsur dasar untuk menjelaskan

berfungsinya komunikasi dalam kehidupan keluarga meliputi: (1) pengertian

bersama, (2) pesan-pesan komunikasi, (3) pola komunikasi dan (4) proses

komunikasi.

Kebanyakan ahli di bidang keluarga melihat komunikasi sebaga i proses

membentuk dan menyusun keluarga dan hubungan interpersonal di antara orang

tua, anak, saudara dan anggota keluarga luas dibentuk dan dipertahankan (Jenkins,

1995). Pendapat Bateson et al. (1956) dalam Morton et al. (1976) juga telah

menegaskan bahwa komunikasi adalah usaha untuk menetapkan sebuah

hubungan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi dalam keluarga dimaksudkan

untuk berhubungan atau berinteraksi di antara anggota keluarga.

Selain untuk berhubungan, komunikasi dalam keluarga juga berperan

dalam kegiatan pengasuhan dan proses sosialisasi. Menurut Joewono (2002)

faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku anak dalam keluarga salah

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

21

satunya adalah pengasuhan yang dilakukan orang tua. Abhari (1998) menyatakan

bahwa pengasuhan pada hakekatnya adalah upaya memelihara dan

mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak sehingga tumbuh dan

berkembang secara optimal. Pertumbuhan dan perkembangan ini meliputi fisik,

mental dan emosional.

Kegiatan pengasuhan meliputi cara mendidik, membimbing,

mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan

norma yang berlaku di dalam masyarakat pada umumnya. Menurut Etty (2003)

mendidik anak sesungguhnya mengantarkan mereka menjadi pribadi yang

mandiri.

Praktek pengasuhan merupakan masa penting dalam membentuk individu

matang dan dewasa yang di dalamnya mencakup proses sosialisasi. Keluarga amat

berperan dalam mensosialisasikan nilai-nilai kebaikan dan norma yang berlaku

atau yang diharapkan masyarakat kepada anak mereka. Melalui sosialisasi seorang

anak memperoleh nilai-nilai dan pengetahuan mengenai peran serta tingkah laku

sosial sehingga nantinya dapat mendukung kehidupannya dalam keluarga maupun

masyarakat. Sosialisasi merupakan suatu proses di mana seseorang mempengaruhi

orang lain karena adanya interaksi (Mc.Cleland, 1984). Salah satu cara untuk

melakukan sosialisasi terhadap anak di dalam keluarga adalah dengan

berkomunikasi. Melalui komunikasi antara orang tua dan anak, anak akan

mengetahui nilai-nilai mana yang dianggap baik dan nilai-nilai mana yang

dianggap tidak baik serta hal-hal mana yang harus dihindari (Suleeman, 1990).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa maksud dan tujuan komunikasi

dalam keluarga dengan anak-anak yang belum dewasa adalah untuk berinteraksi

atau berhubungan dalam kegiatan pengasuhan dan proses sosialisasi. Hasbullah

(1999) menyatakan bahwa orang tua perlu memiliki kemampuan komunikasi yang

baik dalam menjalankan tugasnya sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-

anaknya agar tercipta pola asuh dan pola didik yang dapat menjadikan anak

sebagai SDM yang potensial secara maksimal termasuk di dalamnya membentuk

kemandirian anak.

Komunikasi orang tua dengan anak merupakan upaya mengantarkan anak

menuju kesiapan memasuki dunia luar. Orang tua perlu mengarahkan

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

22

pembentukan perilaku anak sejak dini, termasuk membentuk kemandirian anak.

Dalam meraih tujuan ini maka iklim komunikasi dalam keluarga merupakan

kondisi prasyarat yang harus terpenuhi. Suasana di dalam keluarga yang

menyenangkan, hangat dengan suasana mendukung, terbuka, berpikir positif,

empati dan terjalinnya kerjasama akan membuat komunikasi dalam keluarga

berlangsung secara terbuka, rileks dan santun (Hasbullah, 1999).

Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal

DeVito (1997) mengartikan pola komunikasi orang tua dan anak sebagai

komunikasi antar pribadi antara orang tua dan anaknya, di mana masing-masing

dapat memilih fungsi baik sebagai komunikator maupun komunikan yang

mempunyai hubungan mantap dan jelas, artinya hampir tidak terhindarkan selalu

ada hubungan tertentu antara kedua orang tersebut.

Hubungan interpersonal terjadi melalui kejadian yang tidak disengaja

maupun pilihan hubungan yang disengaja. Hubungan antara orang tua dan anak

adalah suatu hubungan yang terjalin karena adanya hubungan darah sehingga bisa

dikategorikan sebagai hubungan yang disengaja.

Beebe (1999) mengungkapkan bahwa kepercayaan, keakraban dan

kekuasaan (power) merupakan unsur penting dalam hubungan interpersonal.

Kepercayaan adalah tingkat di mana kita merasa aman berbagi informasi dengan

orang lain. Keakraban adalah tingkat di mana kita bisa menjadi diri sendiri di

depan orang lain dan masih bisa diterima oleh mereka. Kekuasaan adalah

kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sesuai arahan kita, yaitu

mengarahkan orang lain untuk melakukan apa yang kita inginkan.

Millar (1973) dalam Millar dan Rogers (1976) menyebut kekuasaan

sebagai kontrol dan sedikitnya dibedakan menjadi dua kontinum yaitu: rigid-

fleksible dan stable – unstable. Rigidity (kekakuan) merujuk pada kurangnya

pergantian pola transaksi sedangkan stability merujuk pada kemampuan untuk

meramalkan suatu pola. Makin sering seseorang menetapkan tindakan dalam

suatu sistem, pola kontrol makin kaku. Makin konsisten dalam waktu dan arah,

pola kontrol makin stabil. Sedangkan Ericson (1972) dalam Millar (1976)

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

23

menggunakan istilah dominance-submission (kekuasaan–kepatuhan) dalam

membedakan tipe transaksi. Sementara Wood (2004) berdasarkan teori interaksi

menyatakan bahwa komunikasi menentukan dan mencerminkan kekuatan

hubungan yang dibedakan menjadi symmetrical (mencerminkan kekuatan yang

sama) dan complementary (menunjukkan perbedaan tingkat kekuatan).

Berdasarkan struktur kekuasaan yang dinyatakan beberapa ahli di atas

maka kita bisa melihat arah komunikasi, apakah searah atau timbal balik. Di

samping itu juga bisa melihat adanya kesamaan atau perbedaan dalam kerangka

referensi dan bidang pengalaman yang menyebabkan perbedaan kekuatan

hubungan.

Menurut Sudjana (2000) ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan

untuk mengembangkan interaksi dinamis dalam upaya memunculkan penyadaran,

yaitu :

1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah

Komunikator berperan aktif sebagai pemberi aksi dan komunikan sebagai

penerima aksi. Bentuk ini adalah ceramah yang pada dasarnya adalah

komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi.

2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah

Komunikator dan komunikan dapat berperan sama yakni pemberi aksi dan

penerima aksi. Keduanya dapat saling memberi dan saling menerima.

3. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi

Komunikasi tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara komunikator

dan komunikan tetapi juga dapat melibatkan interaksi dinamis antara

unsur-unsur komunikan la innya.

1 2 3 Komunikator Komunikator Komunikator

Komunikan Komunikan Komunikan Komunikan Komunikan Komunikan

Gambar 1 Komunikasi sebagai aksi, interaksi dan transaksi Sumber :(Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sudjana, 2000)

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

24

Komunikasi antar-pribadi mirip dengan komunikasi dua arah atau ke

semua arah. Jika dalam pengertian komunikasi dua arah atau komunikasi ke

semua arah perhatian lebih ditekankan pada arah komunikasi maka dalam

komunikasi antar-pribadi lebih memperhatikan pribadi-pribadi yang

berkomunikasi. Masing-masing pihak menyadari dirinya sebagai pribadi yang

dapat menerima dan juga dapat menyampaikan pesan sehingga terjadi suatu

dialog antar pribadi.

DeVito (1997) menjabarkan empat pola komunikasi umum untuk

menggambarkan hubungan interpersonal dalam keluarga, yaitu :

1. The equality pattern

Setiap orang berbagi secara sama dalam komunikasi transaksional

sehingga peran yang dimainkan oleh setiap orang adalah sama. Masing-

masing pihak terbuka pada ide, opini dan kepercayaan dari pihak lain

berdasarkan pada self disclosure (penyingkapan diri ) yang seimbang.

Pola ini lebih banyak terdapat dalam teori dari pada prakteknya tetapi

sangat bagus untuk menguji komunikasi dalam hubungan primer.

2. The balanced split pattern

Kesetaraan hubungan dipertahankan tetapi setiap orang mempunyai

otoritas melebihi wilayah yang berbeda. Setiap orang dilihat sebagai ahli

dalam bidang-bidang yang berbeda. Dalam keluarga tradisional, seorang

ayah dianggap mempunyai keahlian di bidang bisnis dan politik

sedangkan ibu mempunyai keahlian dalam perawatan anak dan memasak.

3. The unbalanced split pattern

Salah satu pihak mempunyai keahlian lebih banyak sehingga

mendominasi pihak yang lain. Kadang-kadang pihak dominan ini lebih

pintar atau lebih berpengetahuan tetapi dalam beberapa kasus pihak ini

mungkin secara fisik lebih menarik atau berpenghasilan lebih tinggi.

Pihak yang dominan ini mengontrol pihak lain, menuntut orang lain

melakukan apa yang diinginkannya dan jarang menanyakan pendapat

pihak lain. Sebaliknya pihak yang dikontrol akan bertanya dan mencari

pendapat dari orang lain yang dianggap mempunyai leadership dalam

pembuatan keputusan.

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

25

4. The monopoly pattern

Seseorang dilihat sebagai pihak yang otoriter. Orang ini memberikan

banyak ceramah dari pada berkomunikasi. Jarang sekali orang ini

meminta pertimbangan dari pihak lain karena dia akan menetapkan

keputusan akhir. Dia akan mengatur apa yang boleh dilakukan dan apa

yang tidak boleh. Pihak yang dikontrol akan meminta ijin dari pihak lain

untuk memberikan pendapat dan membuat keputusan. Pola komunikasi

ini terjadi dalam hubungan anak dengan orangtua yang sangat berkuasa

atau otoriter.

Keempat pola komunikasi yang ditawarkan DeVito tersebut tak jauh beda

dengan yang dinyatakan Sudjana. The equality pattern identik dengan komunikasi

transaksi. The balanced split pattern dan the unbalanced split pattern bisa

disejajarkan dengan komunikasi interaksi dengan pola kontrol yang berbeda yaitu

complementary. The monopoly pattern menunjukkan komunikasi searah atau

linier.

Komunikasi Linier

Model komunikasi linier dikembangkan oleh Claude Shannon dan Warren

Weaver. Berdasarkan paradigma lama, komunikasi bersifat satu arah atau linier

dengan tekanan pada sumber sebagai pelaku dominan yang mempengaruhi

khalayak dengan persuasi (Mulyana, 2001).

Salah satu ciri komunikasi linier adalah adanya penyandian yang dilakukan

pengirim pesan dan interpretasi oleh penerima serta antisipasi kemungkinan

adanya gangguan dalam proses komunikasi yang berlangsung. Konsep ini

memaknai komunikasi sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan

kepada penerima pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Terjadi

transfer informasi yaitu pemahaman sempurna tentang apa yang dikatakan oleh

partisipan lain. Model komunikasi Shannon dan Weaver ditunjukkan pada

Gambar 2.

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

26

Information Source Transmiter Message Destination

Signal Received

Message Sign Signal Message Noise Source Gambar 2 Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi suatu sinyal yang sesuai

dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang

mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam

percakapan, sumber informasi ini adalah otak, transmitter – nya adalah

mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata terucapkan), yang

ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran). Penerima (receiver), yakni

mekanisme pendengaran, melakukan operasi yang sebaliknya yang dilakukan

transmitter dengan merekonstruksi pesan dari sinyal. Sasaran (destination) adalah

otak orang yang menjadi tujuan pesan itu (Severin dan Tankard dalam Mulyana,

2002)

Barlund dalam Fisher (1986) melukiskan bentuk komunikasi satu arah

sebagai situasi di mana para penerima diharapkan mendengarkan dan tak

menyahut. Komunikasi merupakan transfer informasi yang berarti pemahaman

sempurna tentang apa yang dikatakan oleh partisipan lain. Kebersamaan adalah

usaha untuk meminimalkan distorsi dan kehilangan informasi.

Kritik terhadap model komunikasi linier ini dikemukakan oleh Kincaid

(1979) dalam Andulhak dan Anwas (2004) yang menyebut ada tujuh bias yang

mungkin terjadi, yaitu: (1) komunikasi linier cenderung bercirikan satu arah

secara vertikal, (2) cenderung sangat tergantung pada sumber pesan, (3) fokus

obyek komunikasi cenderung sederhana, (4) fokus hanya pada kemasan pesan dan

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

27

kurang mempedulikan waktu yang tepat, (5) terbatas pada fungsi persuasi, belum

menyentuh pada terjalinnya saling pengertian dan konsensus, (6) cenderung

terkonsentrasi pada efek psikologis individu, dan (7) cenderung mekanistis.

Komunikasi linier sering digunakan oleh orang tua, guru dan pemimpin

yang otoriter. Menurut Lewin, Muller dan Baldwin dalam Ahmadi (1999) anak

dari orang tua otoriter menunjukkan ciri-ciri pasif (sikap menunggu), takut,

cemas, mudah putus asa, kurang inisiatif, tidak dapat merencanakan sesuatu dan

daya tahan berkurang. Dengan kata lain anak yang tidak mandiri adalah produk

dari orang tua otoriter.

Komunikasi Interaksi

Komunikasi yang bercirikan hubungan relasional dan interaktif berasal

dari model cybernetics oleh Norbert Wiener yang kemudian dikembangkan lebih

lanjut oleh Wilbur Schramm. Salah satu ciri komunikasi relasional adalah

pentingnya peranan pengalaman (experience) dan faktor hubungan (relationship )

antara pengirim dan penerima dalam proses komunikasi. Bidang pengalaman akan

menentukan apakah pesan yang dikirim akan diterima oleh si penerima sesuai

dengan apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Schramm meyakini bila ada

perbedaan yang jauh dalam bidang pengalaman, akan mempengaruhi derajat

penerimaan pesan yang dikirimkan. Hal lain yang dikemukakan Schramm adalah

pentingnya umpan balik sehingga derajat relationship sebagai ciri komunikasi ini

akan tampak (Andulhak dan Anwas, 2004).

Field of experience Field of experience

Source Encoder Decoder Destination

Gambar 3 Model Kedua Schramm

Model kedua Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam

bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya dikomunikasikan,

signal

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

28

karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran (Mulyana,

2002).

Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan

berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Bila kedua lingkaran

memiliki wilayah bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan.

Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang pengalaman (field of

experience) yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikoderasi. Bila kedua

lingkaran itu tidak bertemu – artinya bila tidak ada pengalaman bersama – maka

komunikasi tidak berlangsung. Bila wilayah yang berimpit itu kecil – artinya bila

pengalaman sumber dan pengalaman sasaran sangat jauh berbeda – maka sangat

sulit untuk menyampaikan makna dari seseorang kepada orang lainnya (Mulyana,

2002).

Message

Encoder Decoder

interpreter interpreter

Decoder Encoder

Message

Gambar 4 Model Ketiga Schramm

Model ketiga Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan

kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi-balik, mentransmisikan, dan

menerima sinyal. Kita melihat umpan balik dan lingkaran yang berkelanjutan

untuk berbagi informasi (Severin dan Tankard dalam Mulyana, 2002). Menurut

Schramm dalam Mulyana (2002) komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya

tiga unsur utama : sumber (source), pesan (message) dan sasaran (destination).

Cangara (2004) menyatakan bahwa dalam model komunikasi interaksi,

komunikator memberi respon timbal balik kepada komunikator lainnya. Proses

komunikasi melingkar dengan adanya mekanisme umpan balik yang saling

Page 23: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

29

mempengaruhi antara sumber dan penerima. Dalam interaksi, individu selalu

melihat dirinya melalui persepsi orang lain. Pengertian bersama dicapai melalui

toleransi. Konsep diri tumbuh berdasarkan pandangan orang lain.

Model komunikasi interaksi Schramm dalam Mulyana (2002) menyatakan

bahwa terjadi interaksi sosial guna mengembangkan potensi diri dan kesamaan

makna dicapai melalui pengambilan peran (role taking). Diri berkembang melalui

interaksi dengan orang lain dimulai dengan lingkungan terdekat seperti keluarga

dan terus berlanjut ke lingkungan luas. Interaksi adalah variabel penting yang

menentukan perilaku manusia.

Stewart dalam Fisher (1986) memakai istilah interaksi untuk menyatakan

komunikasi dua arah. Interaksi menonjolkan keagungan dan nilai individu.

Perspektif interaksional tentang komunikasi manusia sering dinyatakan sebagai

komunikasi dialogis. Proses fundamental dalam dialog adalah konsep role taking

yang dalam istilah lain diartikan juga sebagai empati.

Pengertian bersama diperoleh dengan proses empati melalui pengambilan

peran yang aktif, mencari makna menurut pandangan orang lain dan berbagi

makna dengan orang lain. Sumber makna kebersamaan adalah saling pengertian

dan empati timbal balik. Kebersamaan tidak harus diartikan bahwa peran atau

status para komunikator itu setara. Kedua komunikator dapat secara bersama

memiliki definisi yang sama tentang situasi mereka sebagai suatu hubungan

peranan yang sangat komplementer di mana orang yang berada dalam peranan

yang lebih rendah menerima definisi itu dan berbagi dengan orang lain yang lebih

dominan (Fisher, 1986).

Bila komunikasi mempunyai pengaruh timbal balik maka akan

menghasilkan suatu interaksi. Hubungan orang tua dan anak saling mempengaruhi

satu sama lain dan tidak lepas dari adanya interaksi. Hubungan kedua belah pihak

dilandasi oleh nilai-nilai yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Komunikasi Transaksi

Model komunikasi transaksi memberi tekanan pada proses dan fungsi

untuk berbagi dalam hal pengetahuan dan pengalaman. Komunikasi sebagai

proses di mana semua peserta ikut aktif secara dinamis dalam memenuhi fungsi

Page 24: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

30

sosial sebagai anggota masyarakat (Cangara, 2004). Sedangkan Sereno dan

Bodaken (1975) melihat komunikasi sebagai kesatuan yang terdiri dari sistem

internal dan eksternal. Sistem internal adalah seluruh elemen atau stimuli yang

ada di dalam diri individu yang dibawa dalam situasi komunikasi, misalnya :

memori, harapan, sikap, ketakutan, nilai-nilai, kebencian dan pengalaman. Sistem

internal dibedakan menjadi dua hal, yaitu : sikap dan kepribadian. Sistem

eksternal berupa petunjuk verbal dan non verbal.

Komponen komunikasi transaksi adalah persepsi, sistem, arti dan proses.

Persepsi merupakan pemrosesan terhadap stimuli internal dan eksternal. Sistem

melihat komunikasi sebagai keseluruhan yang terdiri dari sistem internal dan

eksternal. Arti diciptakan berdasarkan persepsi. Arti yang dimiliki komunikator

adalah hasil dari campuran stimuli internal dan eksternal. Komunikasi sebagai

proses dinamis yang menimbulkan perubahan pada pada para peserta komunikasi.

Seluruh komponen tersebut saling berhubungan dan dijalankan bersama dalam

setiap situasi komunikasi (Sereno dan Bodaken, 1975).

Model konvergensi dari Rogers dan Kincaid (1981) memandang

komunikasi sebagai proses transaksi di antara partisipan. Setiap partisipan

memberikan kontribusi pada transaksi tersebut yang artinya ada proses dialogis

yang terjadi sehingga menghasilkan mutual understanding (pengertian bersama).

Makna konvergen adalah the tendency for two or more individuals to move

toward one point, or for one individual to move toward another, and to unite in a

common interest or focus. Dengan demikian salah satu ciri model komunikasi

konvergen adalah komunikasi yang berlangsung secara multi arah di antara

penerima menuju ke suatu fokus atau minat yang dipahami bersama. Dalam

pandangan ini komunikasi berlangsung secara dinamis dan berkembang ke arah

pemahaman kolektif dan berkesinambungan (Andulhak dan Anwas, 2004).

Peirce dalam Andulhak dan Anwas (2004) menyatakan ada dua prinsip

dasar dalam pengembangan komunikasi konvergen. Pertama, informasi dalam

kadar tertentu bisa tidak tepat (imprecise) dan bercirikan ketidaktentuan

(uncertain). Kedua, komunikasi merupakan proses yang dinamis dan berlaku

sepanjang waktu.

Page 25: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

31

Komunikasi konvergen dilakukan secara berkesinambungan melalui suatu

jejaring (network) dan didasarkan pada kaidah kolektivitas untuk memperoleh

kesamaan pengertian dalam realitas sosial. Model komunikasi konvergen

menyangkut tiga hal pokok, yaitu: (1) realitas psikologis, (2) realitas fisik, dan

(3) realitas sosial. (Rogers dalam Andulhak dan Anwas, 2004)

Realitas Realitas Realitas Psikologis A Fisik Psikologis B Interpretasi __ Pemahaman __ Informasi ___ Pemahaman ___ Interpretasi Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kolektif Pengertian _ Keyakinan Keyakinan__ Pengertian Saling Kesepakatan Saling Pengertian

Realitas Sosial (A & B)

Gambar 5 Model Komunikasi Konvergen

Ciri informasi dan saling pengertian merupakan komponen yang sangat

dominan dalam komunikasi konvergen. Pemrosesan informasi dilakukan melalui

tahapan pemahaman, interpretasi, pengertian dan kegiatan di antara peserta untuk

kemudian dicapai saling kesepahaman. Model ini merupakan suatu proses yang

dinamis ketika mempertimbangkan dua hal. Pertama, pentingnya proses

informasi. Kedua, perlunya saling pengertian di antara pihak yang melakukan

komunikasi. Komunikasi dipandang sebagai suatu proses yang melibatkan

partisipan untuk berbagi informasi agar diperoleh saling pengertian (mutual

understanding). Bila dua pihak telah melakukan suatu interaksi komunikasi

dengan berbagi informasi yang diperlukan, kemudian terjadi saling pengertian

Page 26: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

32

maka derajat saling pengertian di antara keduanya digambarkan oleh irisan di

antara dua kelompok lingkaran. Semakin besar daerah irisan, semakin besar

lingkup saling pengertian telah dicapai. Sebaliknya, semakin kecil daerah irisan,

semakin sedikit lingkup saling pengertian telah dicapai (Andulhak dan Anwas,

2004). Komunikasi keluarga yang memanfaatkan model konvergen ini

memecahkan permasalahan secara bersama-sama di antara orang tua dan anak

sehingga melahirkan mutual understanding di antara orang tua dan anak, dan

permasalahan diharapkan dapat terpecahkan.

Komunikasi orang tua dan anak penting tidak hanya dari segi isi tapi juga

metode. Apa yang diketahui orang tua mungkin kurang penting dibandingkan

bagaimana mereka menyampaikannya. (Chafee et al. dalam Sheinkopf, 1973).

Setiap keluarga mengembangkan pola komunikasi orang tua dan anak secara

konsisten.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Komunikasi

Seorang komunikator dalam berkomunikasi membawa pengalaman,

kepercayaan, nilai-nilai dan sikap tertentu yang diperoleh dan dipelajari dari

interaksinya dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Pengalaman, kepercayaan,

nilai-nilai dan sikap yang dimiliki seseorang menentukan bagaimana cara

seseorang berkomunikasi.

Perspektif perbedaan individu memandang bahwa sikap dan organisasi

personal psikologis (dalam arti faktor- faktor yang ada dalam diri individu) akan

menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan dan bagaimana

ia memberi makna pada stimuli tersebut (Effendy,1996). Perspektif ini bisa

digunakan untuk menjelaskan bagaimana faktor individu (karakteristik) orang tua

menentukan pola komunikasi yang digunakannya.

Di samping faktor individu, faktor lingkungan juga tidak bisa diabaikan.

Karena anak berinteraksi dengan lingkungan sosial, yaitu sekolah, teman sebaya

dan media massa maka dalam berkomunikasi dengan anak, orang tua dipengaruhi

pula oleh lingkungan sosial tersebut. Hal ini diperkuat oleh pendapat Festinger

(1957) dalam Ramdhani (2006) bahwa perilaku manusia tergantung dari

pengetahuan, opini, apa yang dipercaya orang mengenai lingkungan dan mengenai

Page 27: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

33

diri sendiri. Jadi perilaku orang tua tunggal dalam menggunakan suatu jenis pola

komunikasi ditentukan baik oleh faktor individu maupun faktor lingkungan.

Faktor Individu

Kelas sosial ekonomi ternyata mempengaruhi pola komunikasi antara

orang tua dengan anak. Temuan ini berasal dari penelitian sosiologis tentang

struktur keluarga dan pola sosialisasi di Taiwan. Kelas pekerja rendah menuntut

kepatuhan anak dengan cara otoriter. Sedangkan, kelas pekerja menengah lebih

menghargai kebebasan anak, bersedia memahami anak dan berpendapat bahwa

anak seharusnya belajar mengendalikan perilakunya (Olsen, 1974).

Hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa pola sosialisasi yang

terjadi di dalam keluarga Taiwan dipengaruhi oleh kelas sosial ekonomi.

Berdasarkan asumsi bahwa komunikasi merupakan metode yang digunakan dalam

proses sosialisasi maka dari penelitian tersebut terlihat adanya praktik penggunaan

pola komunikasi tertentu, yaitu pola komunikasi linier digunakan oleh kelas sosial

ekonomi bawah sementara kelas ekonomi menengah menerapkan pola

komunikasi dua arah atau dialogis, baik interaksi maupun transaksi. Suleeman

dalam Ihromi (1990) menegaskan pula bahwa tingkat komunikasi orang tua dan

anak lebih rendah pada golongan bawah dari pada golongan menengah.

Miller dalam Gunarsa (1990) menyatakan bahwa keluarga dengan tingkat

sosial ekonomi rendah mempunyai nilai dan norma khusus yang berbeda dengan

nilai dan norma pada keluarga dengan tingkat sosial ekonomi menengah dan atas,

misalnya keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah umumnya kurang

memberi perhatian terhadap perilaku anak. Tidak ada penghargaan dan pujian-

pujian untuk perbuatan baik serta kurangnya latihan dan penanaman nilai moral.

Menurut Widjaja (1989) dalam Rahmah (2004) pendidikan ibu

berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku dalam menghadapi anak-anaknya.

Ibu yang berpendidikan tinggi akan bersikap lebih baik. Dengan demikian, ibu

yang berpendidikan tinggi tidak menerapkan hukuman fisik kepada anak-anaknya

yang merupakan kecenderungan dari orang tua otoriter. Ini berarti ibu

berpendidikan tinggi tidak menggunakan pola komunikasi linier tetapi lebih

cenderung pada penggunaan pola komunikasi dua arah.

Page 28: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

34

Kepadatan dalam keluarga berpengaruh besar terhadap hubungan antar

pribadi dan keluarga. Adanya perbedaan secara perorangan baik mengenai umur,

pendidikan, tugas, kegiatan dan tanggung jawab akan mempersulit proses

penyesuaian. Interaksi yang semakin majemuk akan menimbulkan kesulitan untuk

membina komunikasi yang baik dan akan mudah terbentuk salah komunikasi atau

miscommunication, karena itu kepadatan mengganggu pola dan corak hubungan

dalam keluarga sehingga muncul berbagai reaksi seperti otoriter, acuh tak acuh,

sikap bersaing dan tersisih yang pada dasarnya bisa menjadi sumber pencetus ke

arah munculnya kondisi tegang yang bisa berakibat lebih buruk lagi pada

perilakunya. (Gunarsa, 1990)

Hasil penelitian Kohn (1963) dalam Chilman (1988) menunjukkan bahwa

seseorang yang menghabiskan banyak waktu untuk bekerja secara rutin, berulang

dan diawasi secara ketat cenderung menilai konformitas sebagai hasil dari otoritas

eksternal. Orientasi nilai tersebut berpengaruh pada pola pengasuhan anak.

Mereka beranggapan bahwa anak-anak seharusnya patuh pada orang tua dan

orang tua memiliki kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya kepada anak.

Sedangkan pada kelompok orang yang bekerja rata-rata delapan jam sehari

bersikap lebih terbuka dan lebih menghargai kebebasan anak.

Lamanya waktu bekerja menyebabkan sempitnya waktu bersama antara

orang tua dan anak sehingga hubungan mereka semakin berjarak dan semu. Hal-

hal yang diutarakan dan dikomunikasikan adalah topik umum seperti berbicara

dengan orang-orang lainnya. Setiap anggota keluarga sibuk dengan urusan,

pikiran dan perasaannya masing-masing. Akhirnya, komunikasi yang tercipta di

dalam keluarga adalah komunikasi yang bersifat informatif dan superfisial (hanya

sebatas permukaan). Akibatnya, masing-masing pihak makin sulit mencapai

tingkat pemahaman yang dalam dan benar terhadap apa yang dialami, dirasakan,

dipikirkan, dibutuhkan dan dirindukan satu sama lain (Mutadin, 2002).

Keikutsertaan seseorang dalam kelompok mempengaruhi sikap dan

perilakunya. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju

norma kelompok sebagai akibat tekanan kelompok baik yang nyata atau yang

dibayangkan (Kiesler dan Kiesler dalam Rakhmat, 2001). Konformitas ini secara

tidak disadari terjadi pada kalangan orang tua yang terlibat dengan berbagai

Page 29: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

35

kegiatan sosial. Meskipun demikian, konformitas merupakan hasil interaksi antara

faktor- faktor situasional dan faktor- faktor personal. Faktor-faktor situasional yang

menentukan konformitas antara lain adalah konteks situasi, karakteristik sumber

pengaruh dan ukuran kelompok. Dengan demikian, pengaruh kelompok pada

perilaku komunikasi orang tua berbeda-beda bergantung pada kedua faktor

tersebut.

Faktor Lingkungan

Penelitian yang dilakukan Olsen (1974) di Taiwan menunjukkan

bagaimana pengaruh keluarga luas terhadap sikap dan perilaku ibu yang

berhubungan dengan proses sosialisasi di dalam keluarga. Dari penelitian ini

terlihat kecenderungan pola komunikasi yang digunakan oleh ibu dalam nuclear

family (keluarga inti) dan extended family.

Ibu dalam keluarga inti lebih menekankan pada autonomy dan self

reliance, lebih sering menggunakan metode disiplin dengan pendekatan agar anak

merasa bersalah atau malu. Sementara itu, ibu yang tinggal dengan tiga generasi

menggunakan lebih banyak hukuman, terutama hukuman fisik serta menekankan

ketaatan anak pada orang tua. Demikian juga yang terjadi pada ibu yang diawasi

secara ketat oleh ibu mertuanya. Dari sini terlihat bahwa kehadiran atau

keterlibatan keluarga luas dalam pengasuhan anak mempengaruhi pola

komunikasi ibu menjadi cenderung linier, yaitu menekankan hubungan orang tua

dan anak berpola dominan-submisif.

Teman sebaya memainkan peranan penting dalam perkembangan

psikologis dan sosial anak. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial

pertama di mana anak belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan

anggota keluarganya. Kelompok teman sebaya ini berperan juga dalam

pembentukan perilaku anak. Interaksi dengan teman sebaya memberikan

kesempatan untuk belajar mengendalikan perilaku sosial, mengembangkan

ketrampilan dan minat yang sesuai dengan usia.

Tarmudji (2002) melihat bahwa peer group (kelompok teman sebaya)

berasal dari berbagai lingkungan keluarga sehingga berbeda dalam karakteristik

psikologis maupun sosial. Salah satu pengaruh yang mungkin dapat muncul dari

Page 30: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

36

interaksi anak dengan teman sebaya adalah terjadinya perilaku agresif. Hal ini

terjadi apabila anak tidak terpenuhi kebutuhannya akan rasa aman, rasa sayang

dan harga diri. Oleh karena itu, ibu harus bisa memenuhi kebutuhan tersebut agar

tidak terjadi penyimpangan perilaku pada anak.

Mulyana (1999) menyatakan bahwa anak-anak mempunyai dorongan kuat

untuk berkomunikasi dan secara naluriah mampu memahami interaksi antar

pribadi karena menyadari bahwa komunikasi adalah sarana untuk membangun

hubungan. Oleh karena itu, ibu bisa mengajari anak untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya termasuk juga dengan teman sebaya melalui komunikasi

yang tepat. Bentuk komunikasi yang bisa mencapai tingkat empati optimal perlu

dikembangkan sehingga tidak ada kesulitan bagi kedua pihak untuk

mengkomunikasikan topik apapun

Rakhmat (2001) menyebutkan dua pengaruh media massa yaitu efek

prososial behavioral dan perilaku agresif. Salah satu perilaku prososial ialah

memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Buku,

majalah dan surat kabar mengajarkan kepada pembacanya berbagai keterampilan.

Keterampilan berkomunikasi bukan bawaan dari lahir melainkan

dipelajari. Agar terampil berkomunikasi dengan anak-anak, ibu harus

meningkatkan pengetahuan mereka dengan lebih banyak mengakses media massa

(Mulyana, 1999). Dengan demikian ibu memiliki kemampuan berkomunikasi

yang baik sehingga terjalin hubungan yang hangat dan menyenangkan dengan

anak.

Kemandirian Anak

Kartini dan Dali (1997) dalam Mutadin (2002) mengatakan bahwa

kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri.

Secara singkat kemandirian mengandung pengertian suatu keadaan di mana

seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu

mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi,

memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, dan bertanggung

jawab terhadap apa yang dilakukannya.

Page 31: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

37

Berdasarkan pendapat beberapa ahli menurut Masrun et al. dalam

Rahmah (2004) kemandirian mencakup pengertian dari berbagai istilah seperti

autonomy, independency dan self reliance. Autonomy adalah tendensi untuk

mencapai sesuatu, mengatasi sesuatu, bertindak secara efektif terhadap

lingkungan dan merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya.

Independency merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri,

tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain dalam menyelesaikan

masalahnya. Self reliance mempunyai ciri-ciri adanya kebutuhan yang menonjol

untuk memperoleh pengakuan orang lain, merasa mampu mengontrol tindakannya

sendiri dan penuh inisiatif.

Menurut Witkin dalam Anastasia (1986) orang yang mandiri memiliki

field dependency rendah (tidak tergantung) yaitu individu yang mampu secara

mandiri membentuk tanggapan-tanggapan, mengorganisir pengalamannya

berdasarkan hasil pemikiran yang analitis sehingga dalam kehidupan masyarakat

tidak mudah terpengaruh.

Hetherington dalam Spencer dan Kass (1976) dalam Rahmah (2004)

menyatakan bahwa kemandirian ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk

mengambil inisiatif, kemampuan untuk mengatasi masalah, penuh ketekunan,

memperoleh kepuasan dari usahanya serta berkeinginan mengerjakan sesuatu

tanpa bantuan orang lain.

Ciri-ciri sikap mandiri menurut beberapa ahli dalam Djunanah (1999)

yaitu: (1) memenuhi diri atau identitas diri, (2) memiliki kemampuan inisiatif, (3)

membuat pertimbangan sendiri dalam bertindak, (4) mencukupi kebutuhan

sendiri, (5) bertanggungjawab atas tindakannya, (6) mampu membebaskan diri

dari keterikatan yang tidak perlu, (7) dapat mengambil keputusan sendiri dalam

bentuk kemampuan memilih.

Sementara itu, Komar (1998) menyimpulkan bahwa kemandirian adalah

kemampuan seseorang untuk berada dalam suatu situasi yang memiliki ciri-ciri

percaya diri, mampu menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain, mampu

berpendapat sendiri, mempunyai tujuan hidup yang jelas dan tidak terpengaruh

oleh pendapat orang lain.

Page 32: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

38

Robert Havighurst (1972) dalam Mutadin (2002) menambahkan bahwa

kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

Emosi , aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan

tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.

Ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi

dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.

Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi

berbagai masalah yang dihadapi.

Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari

orang lain.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden bersuku Jawa,

Batak dan Bugis, Masrun (1989) dalam (Rahmah, 2004) menyimpulkan bahwa

aspek-aspek kemandirian dalam konteks Indonesia adalah: (1) bebas, tindakan

yang dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain dan tidak

tergantung pada orang lain, (2) progresif dan ulet, adanya usaha untuk mengejar

prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya,

(3) inisiatif, kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara rasional dan kreatif,

(4) pengendalian diri, mampu mengatasi masalah yang dihadapi dan mampu

mengendalikan tindakannya, dan (5) kemampuan diri (self esteem, self

confidence).

Kemandirian, seperti halnya kondisi psikologis yang lain, dapat

berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui

latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan

tersebut dapat berupa pemberian tugas-tugas tanpa bantuan, dan tentu saja tugas-

tugas tersebut disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Dengan latihan

terus menerus akan tumbuh sikap mandiri dalam diri anak yang pada gilirannya

dengan sikap mandiri tersebut seorang anak akan mampu menghadapi

permasalahan (Mutadin, 2002).

Menurut Erikson dalam Lie dan Prasasti (2004), pada usia 6-12 tahun,

anak belajar menjalankan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan

bertanggungjawab. Jika orangtua bisa membimbing dengan baik, anak menjadi

Page 33: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

39

rajin dan bersemangat untuk melakukan kegiatan yang produktif bagi

kemajuannya sendiri.

Kemandirian anak dilihat dari aspek inisiatif ditunjukkan dengan adanya

kemampuan anak dalam mengatasi masalah yang dihadapi berkaitan dengan

tugas-tugas atau PR (Pekerjaan Rumah) dari sekolah dan hubungan dengan teman.

Selain itu, kemandirian anak dapat dilihat dari kemampuannya mengerjakan

sendiri beberapa hal seperti merawat tubuh (mandi, menggosok gigi), merapikan

dan membersihkan kamar, merapikan dan melipat pakaian, menata buku dan

perlengkapan sekolah, menyiapkan sarapannya sendiri, merapikan mainan

sesudah bermain, dan melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga yang ringan

seperti mencuci piring dan gelasnya sendiri sesudah makan. Kemampuan

memutuskan dan memilih ditunjukkan oleh kemampuan anak memilih pakaian

yang sesuai untuknya, mengelola uang saku dan merawat binatang peliharaan

sebagai ungkapan perasaan kasih sayang, perhatian dan kepedulian (Lie dan

Prasasti, 2004).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak

Perkembangan kemandirian dapat bersumber dari dalam diri anak maupun

dari luar. Perkembangan kemandirian yang bersumber dari dalam diri anak

meliputi jenis kelamin, usia dan hereditas, sedangkan yang bersumber dari luar

adalah pembentukan oleh lingkungan, termasuk pola asuh orang tua dan proses

belajar mengajar di sekolah (Suyoto, 1982).

Menurut beberapa ahli dalam Rahmah (2004), faktor- faktor yang

mempengaruhi kemandirian adalah: intelegensia, pola asuh orang tua, jenis

kelamin, usia, status pekerjaan ibu, latar belakang budaya dan daerah asal, urutan

kelahiran, dan tingkat pendidikan ibu.

Makin tinggi intelegensia seseorang makin tinggi juga kemandiriannya.

Pola asuh demokratis paling mungkin menghasilkan anak yang mandiri.

Perbedaan perlakuan pada anak laki- laki dan anak perempuan juga mempengaruhi

kemandiriannya. Anak laki- laki dituntut oleh lingkungan sosial untuk lebih

mandiri. Perilaku mandiri juga meningkat sesuai dengan usia, semakin bertambah

Page 34: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

40

usia seseorang maka perilaku mandirinya akan makin berkembang dan perilaku

tergantung akan berkurang. Anak yang ibunya bekerja mencari nafkah ternyata

lebih mandiri dibandingkan anak-anak yang mempunyai ibu yang tidak bekerja

(Rahmah, 2004).

Perkembangan kemandirian juga dipengaruhi latar belakang budaya dan

daerah asal. Tingkat kemandirian pada suatu kebudayaan berbeda dengan

kebudayaan yang lain. Perbedaan adat istiadat yang dianut oleh masing-masing

suku bisa menyebabkan perbedaan perkembangan kualitas kemandirian. Budaya

desa dan kota mempengaruhi perkembangan kepribadian. Anak yang berasal dari

desa kurang mandiri karena terikat lingkungan keluarga. Urutan kelahiran dalam

keluarga sangat berpengaruh terhadap terbentuknya sikap dan perilaku anak. Anak

sulung dituntut lebih mandiri dibandingkan anak-anak yang lahir kemudian.

Pendidikan ibu mempengaruhi sikap dan tingkah laku dalam menghadapi anak-

anaknya. Ibu yang berpendidikan bersikap lebih baik. Makin tinggi pendidikan

ibu akan mendorong kemandirian anak (Rahmah, 2004).

Hurlock (1991) menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi

kemandirian, yaitu: (1) keluarga: misalnya perlakuan ibu terhadap anak, (2)

sekolah: perlakuan guru dan teman sebaya, (3) media komunikasi massa: misalnya

majalah, koran, televisi dan sebagainya, (4) agama: misalnya sikap terhadap

agama yang kuat, (5) pekerjaan atau tugas yang menuntut sikap pribadi tertentu.

Selanjutnya Hurlock menyebutkan bahwa melalui teman sebaya, anak

belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima dan

menolak pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga. Anak mempelajari pola

perilaku yang diterima oleh kelompoknya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan pengakuan dan penerimaan oleh teman sebaya.

Penelitian Suyoto (1982) tentang pola asuh anak-anak remaja pada

berbagai kelas sosial di Yogyakarta menemukan bahwa kemandirian remaja

berkorelasi secara signifikan dengan variabel-variabel pendidikan, usia dan

tingkat interaksi orang tua.

Penelitian lain yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan bahwa

ketika single mother tinggal dengan orang dewasa lain, terutama ibunya,

keduanya bisa menyediakan pengasuhan anak seperti pada keluarga dengan dua

Page 35: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

41

orang tua ( Kellam, Ensminger dan Turner dalam Cherlin, 2002). Sementara

beberapa penelitian lain menunjukkan jika ada orang dewasa lain, seperti nenek

yang ada di rumah, anak nampaknya akan berperilaku lebih baik dan juga lebih

baik di sekolah. Hal ini disebabkab karena tugas mengawasi perilaku anak

mungkin lebih sulit dilakukan oleh satu orang tua (Cherlin, 2002).

Berbeda dengan temuan penelitian tersebut, penelitian Dhamayanti (2006)

terhadap kemandirian anak usia 2,5 – 4 tahun di Yogyakarta menyebutkan bahwa

faktor banyaknya keluarga tidak memberikan kontribusi terhadap kemandirian

anak. Tipe keluarga yaitu nuclear family dan extended family tidak banyak

berperan dalam perkembangan kemandirian anak. Sementara itu, Olsen (1974)

berpendapat bahwa figur otoritas dari extended family yang berperan dalam

membentuk kemandirian anak dengan cara mempengaruhi pola pengasuhan yang

dilakukan oleh ibu.

Pola Komunikasi dalam Membentuk Kemandirian Anak

Dalam menanamkan kemandirian kepada anak, Mutadin (2002) menyaran-

kan orang tua untuk mempertimbangkan: (1) komunikasi: berkomunikasi dengan

anak merupakan suatu cara yang paling efektif untuk menghindari hal-hal yang

tidak diinginkan. Tentu saja komunikasi di sini harus bersifat dua arah, artinya

kedua belah pihak harus mau saling mendengarkan pandangan satu dengan yang

lain. (2) kesempatan : orangtua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak

untuk melakukan sendiri apa yang bisa dilakukannya. (3) tanggungjawab:

bertanggungjawab terhadap segala tindakan yang diperbuat merupakan kunci

untuk menuju kemandirian. (4) konsistensi: konsistensi orangtua dalam

menerapkan disiplin dan menanamkan nilai-nilai sejak masa kanak-kanak di

dalam keluarga akan menjadi panutan bagi anak untuk dapat mengembangkan

kemandirian. Kemandian merupakan suatu sikap indivBBB

Menurut Kelman dalam Brigham (1991), pengaruh komunikasi kita pada

orang lain berupa tiga hal, yaitu internalisasi, identifikasi dan ketundukan.

Internalisasi terjadi bila individu menerima pengaruh dan bersedia memenuhi

permintaan karena hal tersebut sesuai dengan apa yang dipercayainya dan sistem

Page 36: TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Perilaku … · Agar seorang anak dapat berkembang wajar secara psikososial, anak perlu mendapat perhatian, pengertian, rasa aman, penghargaan

42

nilai yang dianutnya. Identifikasi terjadi bila individu meniru perilaku atau sikap

seseorang atau kelompok karena sikap tersebut sesuai dengan apa yang

dianggapnya sebagai bentuk hubungan yang diinginkannya. Ketundukan terjadi

bila individu menerima pengaruh dari orang lain atau kelompok lain karena ia

berharap memperoleh reaksi atau tanggapan positif dari pihak lain tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian Baumrind dan Bach dalam Wijaya (1986)

ditemukan bahwa orang tua yang demokratis akan menumbuhkan keyakinan dan

kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri pada anak,

seperti membuat keputusan sendiri yang akan berakibat pada munculnya tingkah

laku mandiri yang bertanggungjawab bagi anak-anak mereka.

Orang tua demokratis menunjukkan penggunaan pola komunikasi dialogis.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Stewart dan Koch (1983) yang menjelaskan

bahwa orang tua demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang

tua dan anak. Mereka selalu mendengarkan keluhan dan pendapat anak-anak,

memberikan alasan tindakannya kepada anak, mendorong anak bertindak secara

obyektif. Mereka tegas tetapi hangat dan penuh pengertian. Anak diakui

keberadaannya oleh orang tua serta dilibatkan dalam pengambilan keputusan.