tinjauan hukum islam terhadap praktik jual beli air kolam …eprints.walisongo.ac.id/9018/1/skripsi...

125
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI AIR KOLAM BEKAS GALIAN (Studi Kasus di Desa Karangsono Mranggen kabupaten Demak) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1 dalam Ilmu Hukum Ekonomi Syariah Disusun oleh: Muhammad Nadhiful Labib 1402036064 FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2018

Upload: others

Post on 30-Aug-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI

AIR KOLAM BEKAS GALIAN

(Studi Kasus di Desa Karangsono Mranggen kabupaten Demak)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1

dalam Ilmu Hukum Ekonomi Syariah

Disusun oleh:

Muhammad Nadhiful Labib

1402036064

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2018

ii

iii

iv

MOTTO

نكم بالباطل إل أن تكون يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي

إن اللو كان بكم أن فسكم ت قت لوا ول تارة عن ت راض منكم

رحيما

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka

di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (An

–Nisa‟ 29).

v

PERSEMBAHAN

Penulis Persembahkan penulisan skripsi ini untuk:

“Ayah (Asroni), ibu (Romlah), Kakak (Kuryanto), Adik (Jupriyanto dan

Eko Susanto) yang tercinta, yang selalu memberikan nasehat-nasehat,

bantuan-bantuan baik berupa moril maupun materiil, mendukung penuh

langkah penulis, begitupun do‟a-do‟a yang selalu di panjatkan untuk

penulis, hingga selesailah skripsi penulis ini, semoga Allah memberikan

ampunan, kesehatan dan juga petunjuk kepada mereka.”

Keluarga besar Karangsono Mranggen, Keluarga besar di Desa Sukorejo

Kecamatan Guntur,

Guru-guru penulis yang telah memberikan banyak ilmu dari Taman

Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi.

Teman-teman yang telah mewarnai hari-hari penulis dengan banyak

keceriawan tawa canda dan suka.

Berkat do‟a kalian, Alhamdulillah Skripsi penulis telah selesai dengan

baik, terimakasih juga atas semua motivasi-motivasi, nasehat-nasehat

yang sangat dibutuhkan oleh penulis, sehingga penulis menjadi lebih

termotivasi, lebih semngat dalam menjalani hidup yang keras ini.

vi

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini

berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Departemen Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, pada tanggal

22 Januari 1988 Nomor: 157/1987 dan 0593b/1987.

I. Konsonan Tunggal

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Nama

اAlif

tidak

dilambangkan tidak dilambangkan

بba‟ B Be

تta‟ T Te

ثsa‟ Ṡ

es (dengan titik

diatas)

جJim J Je

حH Ḥ

ha (dengan titik

dibawah)

خkha‟ Kh ka dan ha

دDal D De

ذZal Z Ze

رra‟ R Er

viii

زZa Z Zet

سSin S Es

شSyin Sy es dan ye

صSad Ṣ

es (dengan titik

dibawah)

ضDad Ḍ

de (dengan titik

dibawah)

طta‟ Ṭ

te (dengan titik

dibawah)

ظza‟ Ẓ

zet (dengan titik

dibawah)

ع„ain „ koma terbalik diatas

غGhain G Ge

فfa‟ F Ef

قQaf Q Oi

كKaf K Ka

لLam L „el

مMim M „em

نNun N „en

وWaw W W

ix

هha‟ H Ha

ءHamzah „ Apostrof

يya‟ Y Ye

II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap

Ditulis muta‟addidah متعدده

Ditulis „iddah عده

III. Ta’ Marbutah di Akhir Kata

a. Bila dimatikan tulis h

Ditulis Hikmah حكمة

Ditulis Jizyah جزية

(Ketentuan ini tidak tampak terserap ke dalam bahasa Indonesia,

seperti zakat, shalat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafat

aslinya).

b. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu

terpisah, maka ditulis dengan h

x

Ditulis karomah al-auliya كرامة اآلولياء

c. Bila ta’ marbûtah hidup maupun dengan harakat, fathah,

kasrah, dan dammah ditulis t

Ditulis zakat al-fitr زكاةالفطر

IV. Vokal Pendek

Fathah Ditulis A

Kasrah Ditulis I

Dammah Ditulis U

V. Vokal Panjang

Fathah + alif

جاىليةDitulis

Ditulis

Ā

Jāhiliyah

Fathah + ya‟mati

تنسىDitulis

Ditulis

Ā

Tansā

Kasrah + ya‟mati

كرميDitulis

Ditulis

Ī

Karīm

Dammah + wawu

mati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ū

Furūd

xi

VI. Vokal Rangkap

Fathah + ya‟mati

بينكمditulis

ditulis

Ai

Bainakum

Fathah + wawu mati

قولditulis

ditulis

Au

Qaul

VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan

dengan aposrof

Ditulis a‟antum أأنتم

Ditulis u‟iddat أعدت

Ditulis la‟in syakartum لئن شكرمت

VIII. Kata Sandang Alif + Lam

a. Bila diikuti huruf Qamariyyah

Ditulis al-Qur‟an القرأن

Ditulis al-Qiyas القياس

b. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis dengan menyebabkan

syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l

(el)nya

xii

‟Ditulis As-Samā السماء

Ditulis Asy-Syams الشمس

IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

Ditulis menurut penulisannya.

Ditulis Zawi al-furūd ذوى الفروض

Ditulis Ahl as-Sunnah اىل السنة

xiii

ABSTRAK

Jual beli air Blumbang dengan menggunakan waktu adalah

jual beli yang terjadi di desa karangsono. Masyarakat di sana

mengadakan jual beli air tetapi menggunakan jam/waktu.

Blumbang sendiri adalah bekas penggalian tanah untuk dijadikan

batu bata, sehingga ketika hujan tertampunglah air. Takaran yang

digunakan dalam pembelian air Blumbang adalah takaran

jam/waktu bukan ukuran pasti dari benda yaitu Kg, liter atau kubik

sehingga tidak dapat di tentukan sedikit banyakanya jumlah air

yang didapat. Selain itu praktik jual beli air Blumbang yang ada di

Desa Karangsono terdapat unsur sewa-menyewanya karena

menggunakan waktu sebagai batas berakhirnya transaksi. Dari situ

penulis tertarik untuk menelitinya yang mengacu pada pokok

permasalahan sebagai berikut: Bagaimana pelaksanaan jual beli air

Blumbang di desa karangsono kec. Mranggen? Dan Bagaimana

analisis hukum islam terhadap pelaksanaan jual beli air Blumbang

di desa karangsono kec. Mranggen?

Dalam penelitian ini, jenis penelitianya adalah penelitian

hukum non doctrinal dan metode pengumpulan datanya adalah

dengan obeservasi, wawancara atau interview. Sedangkan metode

analisis yang digunakan adalah metode diskriftif analisis.

Akhirnya penulis berkesimpulan bahwa jual beli air

Blumbang sudah menjadi kebiasaan masyarakat desa Karangsono

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Dalam pelaksanaan jual

beli air Blumbang ini tidak bisa di kategorikan sebagai sewa-

menyewa, karena sewa-menyewa mengambil manfaat bukan

benda sehingga dalam transaksi air jumbangan ini masuk kedalam

transaksi jual beli karena akad yang ada adalah pemindahan

kepemilikan. Transaksi ini telah memenuhi rukun dan syarat maka

menurut hukum islam jual beli air Blumbang sah meski terdapat

garar. Karena garar yang terdapat di sana adalah garar yang

dimaklumi atau garar yang disepelekan maka garar yang lebih

kecil harus dikalahkan oleh hajat yang lebih besar.

Kata kunci: Jual beli, Blumbang, garar

xiv

KATA PENGANTAR

الرحيمبسم اهلل الرحمن

الحمد اهلل رب العالمين، اشهد ان الاله اال اهلل واشهد ان محمدا عبده

ورسوله، الهم صل على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين.Segala puji bagi Allah, dzat yang telah memberi rahmat, taufiq dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyudahi penulisana skripsi ini,

yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Air Bekas

Galian / Blumbang (Studi Kasus di Desa Karangsono)”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda

Rasulullah Muhammad SAW., keluarga, sahabat dan para tabi‟in serta

kita sebagai umatnya, semoga kita senantiasa mendapatkan syafa‟at dari

beliau kelak di hari akhir nanti, amin.

Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, baik dalam ide, kritik, saran, maupun dalam bentuk lainnya. Oleh

karena itu, penulis sampaikan terimakasih dengan segala kerendahan hati

dan rasa penghormatan dengan tulus kepada:

1. Dosen Pembimbing I. Bapak H.Tolkah, MA. dan Dosen Pembimbing

II. Ibu Hj. Dra. Noor Rosyidah., yang telah banyak membimbing

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak. Afif Noor, S.Ag., SH., M.Hum. selaku Kepala Jurusan

Muamalah Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Walisongo Semarang,

xv

dan Bapak. Supangat, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Muamalah,

yang telah memberikan bimbingan dorongan dan masukan sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. M. An‟im Jalal yang telah membantu penulis dalam penulisan dan

pengeditan skripsi ini.

4. Dika Kurniawan SH. Yang telah memberikan pencerahan dalam

analisis penulis.

5. Teman-teman seperjuangan dalam skripsi: Hida, Hermin, Danik, Umi

Kholif yang telah membantu penulis untuk mendapatkan informasi

mengenai skripsi.

Penulis sangat bersyukur karena berkat bantuan kalian penulis

dapat terus berjuang meski di penuhi rintangan untuk . Penulis menyadari

bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Maka dari

itu penulis memohon kritik dan saran atau berupa masukan yang

membangun.

Semoga Allah SWT membalas setiap perbuatan kalian yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semarang, 2 Juli 2018

Penulis,

Muhammad Nadhiful Labib

1402036064

xvi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................. i

NOTA PERSETUJUAN ........................................................... ii

PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................. v

HALAMAN DEKLARASI ........................................................ vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ..................... vii

ABSTRAK .................................................................................. xiii

KATA PENGANTAR ............................................................... xiv

DAFTAR ISI .............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 7

D. Telaah Pustaka .............................................................. 7

E. Metode Penelitian .......................................................... 12

F. Analisis Data ................................................................. 15

G. Sistematika Penulisan ................................................... 16

BAB II KONSEP JUAL BELI DAN KEPEMILIKAN

A. Jual Beli dalam Islam ...................................................... 18

1. Definisi Jual beli ...................................................... 18

2. Landasan Hukum Jual Beli ....................................... 20

xvii

3. Rukun dan Syarat Jual Beli ..................................... 24

4. Syarat Sahnya Jual Beli .......................................... 25

5. Khiyar (Hak Memilih) ............................................. 30

6. Macam-macam Jual beli ........................................... 32

7. Macam-macam Jual beli yang dilarang .................... 33

8. Macam – macam jual beli Garar dan Jāhalah ......... 42

9. Jual Beli Air menurut Hukum Islam ......................... 43

10. Hikmah Jual beli ....................................................... 44

B. TEORI KEPEMILIKAN

1. Pengertian Kepemilikan ............................................ 45

2. Sebab-sebab Kepemilikan ........................................ 46

3. Jenis-jenis Kepemilikan ............................................ 47

BAB III : PELAKSANAAN JUAL BELI AIR

BLUMBANG DI DESA KARANGSONO

KECAMATAN MRANGGEN

KABUPATEN DEMAK

A. Keadaan geografis dan demografis Desa

Karangsono Kecamatan Mranggen Kabupaten

Demak.......................................................................... 49

1. Keadaan Geografis Desa Karangsono

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. ........... 49

2. Kependudukan Desa Karangsono Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak. ............................. 51

xviii

3. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Desa

Karangsono Kecamatan Mranggen Kabupaten

Demak. .................................................................. 57

B. Pelaksanaan Jual Beli Air Blumbang di Desa

Karangsono Kecamatan Mranggen. ............................ 69

1. Macam – macam Jual Beli Air Blumbang di

Desa karangsono kec. Mranggen Kab. Demak

a. Jual Beli Air dengan Takaran Jam ................. 68

b. Jual Beli Air Jumbangan Secara Tebas ........ 69

BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP

JUAL BELI AIR BLUMBANG DI DESA

KARANGSONO KEC. MRANGGEN KAB.

DEMAK.

A. Analisis praktek Jual beli Air Blumbang di Desa

Karangsono Kecamatan Mranggen Kabupaten

Demak ...................................................................... 73

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Air

Blumbang di Desa Karangsono ................................ 75

xix

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................. 91

B. Saran-Saran ................................................................. 92

C. Penutup ....................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah berserahnya pribadi dan kelompok manusia

secara Total kepada Allah SWT, dengan cara yang di ajarkan

Rasūlullah Muhammad SAW, yang pada pokoknya berisi ajaran

tauhid, seperangkat aturan dan pedoman perilaku mengenai

kehidupan secara lengkap dan menyeluruh.1 Dalam Islam semua

interaksi manusia yang bernilai kebaikan bisa menjadi ibadah seperti

bekerja, jual beli, saling memberi dan berbagai hal baik lainya.

tentunya untuk menjadikan berbagai hal itu bernilai ibadah, syarat

dan ketentuan harus sesuai dengan prinsip Islam. Maka dari itu

mudah bagi manusia untuk melaksanakan ibadah meski bukan hanya

menyembah pada Allah SWT tapi dengan berinteraksi sesama

manusia yang menjadi fitrahnya sebagai makhluk sosial.

Dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk sosial

memerlukan adanya interaksi dengan manusia lainya sebagai

pemenuhan hajat hidup. Dalam pergaulan hidup ini tiap – tiap orang

memiliki kepentingan dengan terhadap orang lain. Maka timbulah

hak dan kewajiban. Setiap orang mempunyai hak yang wajib selalu

diperhatikan orang lain dan dalam waktu yang sama juga memikul

1 Natadipurba, Chandra, Ekonomi Islam 101, Bandung: PT Mobidelta

Indonesia, 2017, edisi 2, 1.

2

kewajiban yang harus di tunaikan oleh orang lain.2 Interkasi sangat

banyak sekali manfaatnya untuk bekerja, jual beli dan hal lainya.

Terutama dalam hal jual beli manusia sangat sering melakukanya

karena sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda

(barang) yang mempunyai nilai, atas dasar kerelaan dan atau

kesepakatan antara dua belah pihak, yang sesuai dengan perjanjian

atau ketentuan yang dibenarkan syara’.3 Jual beli adalah sebuah

aktifitas yang baik karena dengan jual beli atau berdagang

mendatangkan manfaat dan saling menciptakan keuntungan kepada

orang lain. Selain itu dalam Al-qur’an ada juga anjuran untuk tidak

memakan harta sesama manusia kecuali dengan jalan berniaga atau

jual beli.

نكم بالباطل إل أن تكون تارة عن يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي

رحيما بكم كان الله إن أن فسكم ت قت لوا ول ت راض منكم

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara

2 Ahmad Azhar Basyir, Asas – asas hukum Muamalat (Hukum perdata

islam), (Yogyakarta: UII Press, 2000) hlm 11, dikutip dalam skripsi karya Rizki

EKa Prasetio dengan judul : Praktik jual beli air dari sumber mata air umum

dikecamatan pangang Kabupaten Gunungkidul dalam tinjauan hukum islam.

2016. 3 Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2011), 52.

3

3

kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu.4

Namun pada kenyataanya tidak semua transaksi jual beli

bisa saling mendatangkan keuntungan yaitu jual beli garar, karena

di dalamnya mengandung unsur penipuan. Melihat kenyataan yang

ada, Nabi Muhammad SAW melarang jual beli tersebut. Jual beli

garar (uncertainty) merupakan salah satu faktor yang merusak visi

jual beli.5

Unuk menghindai faktor yang merusak jual beli maka faktor

kejelasan sangatlah penting, sebagai hal dasar yang akan membuat

pelaku usaha akan jauh dari penipuan. Hal ini cukup beralasan

karena pada umumnya manusia yang merasa dirugikan akan

menimbulkan kesenggangan dan permusuhan di antara pelaku usaha.

Hal tersebut wajar dan logis, karena mendolimi orang lain akan

menjadikan sakit hati.

Faktor lain yang dapat merusak jual beli diantaranya seperti

kecurangan dalam menakar dan menimbang, maka mendapat

perhatian khusus dalam Al Quran karena praktik seperti ini telah

merampas hak orang lain. selain itu, praktik seperti ini juga

menimbulkan dampak yang sangat vital dalam dunia perdagangan

yaitu timbulnya ketidak percayaan pembeli terhadap para pedagang

4 Syaikh Imam AlQurthubi, Tafsir Annisa, di terj: Ahmad Rijali Kadir,

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 347. 5 Purbayu Budi Santosa, “Larangan jual beli gharar:tela’ah terhadap

hadis dari musnad Ahmad bin Hanbal”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 3, No. 1,

Equilibrium, 2015, 158.

4

yang curang pada saat menakar dan menimbang mendapat ancaman

siksa di akhirat6. Allah berfirman.

فني ﴿ ﴾ وإذا ٢تالوا على الناس يست وفون ﴿﴾ الذين إذا اك ١ويل للمطف

﴾٣كالوهم أو وزنوهم يسرون ﴿

“Kecelakaan bagi orang-orang yang curang, (yaitu) mereka

yang apabila menerima takaran atas orang lain, mereka minta

dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk

orang lain, mereka mengurangi.7 (Al-Muthaffifiin: 1-3)

Praktek jual beli yang dilakukan oleh manusia banyak

macamnya seperti jual beli barang, jual beli makanan, jual beli

hewan dan lain sebagainya. Dalam jual beli air pun banyak jenis dan

macamnya. Terlebih dengan jual beli air dengan takaran waktu.

Ternyata permasalahan transaksi yang masih belum jelas hukumnya

juga terdapat di desa Karangsono Mranggen. Masyarakat di sana

telah banyak melakukan transaksi jual beli air bekas galian batu

bata/Blumbang8 dengan takaran harga perjam atau menggunakan

jam/waktu kepada petani yang membutuhkan air. Di desa ini

pertanianya hanya mengandalkan sawah tadah hujan. Sehingga

untuk menghindari gagal panen para petani membeli air untuk

6 Akhmad Mujahidin, Ekonomi islam (Jakarta; PT Raja Grafindo

Persada. 2007), 166. 7 M. Quraih Shihab, Tafsir Al Misbah (Pesan , Kesan dan Keserasian Al

Qur’an/ JUZ AMMA), (Jakarta: Lentera hati 2002), 121 dan 123. 8 Blumbang adalah sebuah tanah tidak produktif sisa dari usaha batu

bata (tatu boto) yang lumayan dalam sehingga ketika hujan tertampunglah air.

5

5

mengaliri sawahnya. bukan hanya petani yang melakukan transaksi

jual beli air Blumbang dengan takaran jam ini, akan tetapi juga para

pengusaha batu bata yang digunakan untuk membuat olahan batu

batanya. Karena Jumbangan tersebut milik petani atau orang lain

maka untuk mengambil air di Jumbangan tersebut para petani atau

pengusaha batu bata membelinya dengan harga perjam/waktu.

Mekanisme jual belinya adalah para pembeli (petani atau

para pengusaha batu bata) mengambil sendiri air dengan alat

pompananya sendiri yaitu berupa pompa air. Untuk pompa air milik

pembeli atau pinjam kepada petani lain dan pemilik air tidak

memberikan batasan atau spesifikasi pompa air. Sedangkan pompa

air sendiri itu relatif ada yang besar dan ada yang kecil, ada yang

cepat mengambil airnya dan ada yang lambat mengambil airnya.

Jauh atau dekat pemilik air mematok harga yang sama, yaitu seharga

Rp. 10.000/jam sampai Rp.20.000/jam, tergantung musimnya

kemarau atau musim hujan dan kesepakatan bersama.

Jika melihat penjelasan di atas maka jual beli air dengan

takaran jam mengandung hukum yang belum jelas, karena takaran

yang digunakan adalah jam sedangkan air adalah benda yang

seharusnya menggunakan ukuran massa sebagai takaranya, Seperti

liter, kilo, kubik dan lain sebagainya. Apalagi semakin jauh

lokasinya maka akan sedikit pula air yang di dapat karena lamanya

waktu, dan jauhnya lokasi penyedotan. Terlebih lagi pembeli

menggunakan alat pompa airnya sendiri yang mana ukuranya relatif

6

ada yang besar dan ada yang kecil, sehingga kuantitas air tidaklah

sama antara pembeli satu dengan pembeli lainya.

Selain itu praktik yang sesuai dengan penjelasan di atas

bukan hanya mengandung unsur Jual beli tapi juga mengandung

unsur ijārah (sewa-menyewa) sebuah Blumbang karena

menggunakan tempat dan juga waktu sebagai batasan dalam

bertransaksi.

Penulis merasa tergelitik untuk meneliti tentang status

hukum yang sesuai dengan masalah tersebut. Karena jika dilihat dari

menkanisme jual belinya ada unsur untung dan ruginya yang akan

diterima oleh penjual maupun pembeli air jumbangan. Jual beli ini

tentunya juga harus sesuai dengan prinsip muamalah, terutama

bahwa setiap tindakan muamalah harus berdasarkan pertimbangan

yang mendatangkan manfaat dan menghindari kemadharatan bagi

masyarakat. Maka dari itu sesuai dengan pemaparan permasalahan

dalam latar belakang diatas penulis mencoba mengadakan penelitian

dan menyajikannya dalam bentuk skripsi dengan judul “TINJAUAN

HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI AIR

KOLAM BEKAS GALIAN (studi kasus di desa Karansono Kec.

Mrangen)”. Tema ini sangat menarik untuk dikaji, karena

permasalahan yang terjadi merupakan kebiasaan di masyarakat.

Sehingga dapat menjadi bahan pemikiran dan alternatif menciptakan

sebuah muamalah yang kondusif dan sesuai dengan syariat Islam.

7

7

B. Rumusan Masalah

Agar dapat memberikan focus masalah, maka pembahasan

skripsi ini dibatasi hanya pada praktek jual beli air dengan dengan

takaran jam di desa karangsono kecamatan Mranggen.

1. Bagaimana pelaksanaan praktek jual beli air Blumbang di desa

karangsono kec. Mranggen?

2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan praktek

jual beli air Blumbang di desa karangsono kec. Mranggen?

C. Tujuan dan manfaat Penelitian

Sejalan dengan latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, maka penelitian skipsi ini memiliki tujuan

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan jual beli air Blumbang di desa

karangsono kec. Mranggen?

2. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan

jual beli air Blumbang di desa karangsono kec. Mranggen?

D. Telaah Pustaka

Kajian atau pembahasan tentang jual beli garar banyak

terdapat dalam buku dan penelitian tentang jual beli Gharar. Untuk

melengkapi karya tulis ilmiah berupa skripsi maka penulis akan

mengemukakan penelitian tentang Jual beli Gharar terdapat beberapa

skripsi yang akan dijadikan telaah pustaka diantaranya yaitu:

8

Skripsi Latifah Anggraini dengan judul tinjauan hukum

islam terhadap perlindungan konsumen depot air minum isi ulang di

kota semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut

pandangan hukum Islam pada dasarnya, segala bentuk jual beli yang

mengandung penipuan, ketidak jujuran dan kecurangan, serta

membahayakan pemakainya adalah dilarang. Saksi bagi pelaku

adalah dikenakan hukuman ta’zir, apabila terjadi pelanggaran atau

pengrusakan hak, maka pemilik dapat menuntutganti rugi atau

kompensasi sesuai dengan haknya. Perlindungan hak merupakan

penjabaran dari prinsip penegakan keadilan. Adanya ketetapan ini

pemerintah membantu menjaga hak konsumen hingga para produsen

yang akan mendirikan depot air minum isi ulang ini tetap menjaga

kualitas air yang akan dikonsumsi sesuai syarat-syarat yang telah

ditetapkan pemerintah, serta ketetapan ini bertujuan untuk

menghindari adanya persaingan yang tidak sehat9.

Skripsi, Hardiansyah, dengan judul Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Jual Beli Air Irigasi Sumur Pompa Sawah Di Desa

Banyukumambang kecamatan Wonosari kabupaten Madiun. Dengan

hasil penelitian bahwa (1) Akad Transaksi jual beli air irigasi sumur

pompa sawah yang berada di desa Banyukambang kecamatan

Wonosari Kabupaten Madiun, baik akad jual beli dengan system

pembayaran perjam ataupun dengan pembayaran yang ditangguhkan

9 Latifah Anggraini, Skripsi: tinjauan hukum islam terhadap

perlindungan konsumen depot air minum isi ulang di kota semarang, (Semarang:

uin walisongo, 2015), 46.

9

9

samapai masa panen tiba dengan pembayaran padi hasil panen atau

bisa disebut dengan system senggeman diperbolehkan karena rukun

syarat jual beli menurut fiqh seperti akad (ijab dan qabul), orang –

orang yang berakat (penjual dan pembeli) dan ma’qud Alaih, (objek

akad sudah dipenuhi dan tidak ada hal – hal yang dapat

membatalkan dimana pihak petani dan pihak pemilik sumur sudah

saling merelakan. (2) system pembayaran jual beli Air Irigasi Sumur

Pompa Sawah dengan tunai dan pembayaran yang ditangguhkan

sampai masa panen tiba dengan pembayaran padi hasil panen

diperbolehkan karensudah sesuai dengan hukum fiqh10

.

Skripsi Luluk Maslukha, dengan judul Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Pelaksanaan Penjualan Air Sumur Bor Didesa

Menganti Kecamatanamatan Menganti Kabupaten Gresik. Hasil

penelitian menyimpulkan, pertama, penjualan air sumur bor di Desa

Menganti dilakukan dengan dua cara, yaitu disalurkan kerumah-

rumah penduduk yang memerlukannya melalui pipa-pipa dengan

ketentuan per-jam membayar Rp.500,-. Dan dengan mengambil

sendiri-sendiri ketempat penampungan air dengan 6 curigen yang

telah disediakan pemilik sumur dan membayar Rp.700,- Kedua,

menurut Hukum Islam pelaksaaan hukum penjualan air sumur yang

dilakukan penduduk desa Menganti itu tidak boleh. Karena air itu

termasuk barang mubah yang tidak boleh dimiliki perorangan,

10

Hardiansyah, Skripsi:”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Air

Irigasi Sumur Pompa Sawah Di Desa Banyukumambang kecamatan Wonosari

kabupaten Madiun,” (Ponorogo: Stain Ponorogo 2014), vi.

10

walaupun pengeboran sumur bor itu di tanah milik pribadi, dia tidak

berhak melarang seseorang mengambil air tersebut. Tetapi karena

pembuatan sumur dan penyaluran air itu membutuhkan biaya, maka

pembayaran sebagai ganti biaya tersebut seperti yang dijelaskan di

atas.11

Skripsi Zainun Waber, dengan judul Tinjauan Hukum Islam

Tentang Hak-Hak Penggunaan Air Meurut Pasal 33 Ayat 3 UUD

1945. Hasil penelitian menyimpulkan, pertama, air adalah benda

mubah atau benda bebas yang sangat diperlukan manusia. Air tidak

dapat dimiliki orang perorangan secara mutlak dengan tujuan agar

air tersebut dapat memberikan manfaat untuk seluruh rakyat dengan

adil dan merata. Kedua, pasal 33 ayat 3 UUD 1945 tidak berlawanan

dengan syari’at Islam, bahkan mempunyai kesamaan sebagaimana

yang disebutkan oleh para pengikut pendapat ahli figh, terutama

golongan Maliki, yang mengatakan bahwa seseorang tidak boleh

memiliki petambangan (hasil bumi) sebagai milik peorangan, akan

tetapi seluruh yang ada diperut bumi menjadi milik Negara, Islam

menjaga kemaslahatan umum dari kepentigan perorangan. Negara

pun dalam menguasai air dan hasil bumi lainya bukan untuk

kepentinan pribadi, melainkan untuk dikelola kemudian hasilnya

untuk seluruh rakyat.12

11

Luluk Maslukha, skripsi: Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Pelaksanaan Penjualan Air Sumur Bor Didesa Menganti Kecamatanamatan

Menganti Kabupaten Gresik,” (Surabaya: Uin sunan Ampel, 1999) 12

Zainun Waber, skripsi: Tinjauan Hukum Islam Tentang Hak-Hak

Penggunaan Air Meurut Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945

11

11

Jurnal Ekonomi Syariah karya Purbayu Budi Santosa yang

berjudul Larangan jual beli garar:tela’ah terhadap hadis dari

Musnad Ahmad bin Hanbal. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa,

Kegiatan jual beli dilakukan untuk mendapatkan keuntungan.

Namun pada kenyataanya tidak semua transaksi jual beli

mendatangkan keuntungan. Jual beli gharar justru menyebabkan

kerugian karena mengandung unsur penipuan. Oleh karenanya, Nabi

Muhammad SAW melarang jual beli tersebut. Larangan tersebut

dapat ditemukan dalam hadis dari musnad Ahmad bin Hanbal.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan ke-hujjah-an hadis dari

musnad Ahmad bin Hanbal mengenai larangan jual beli gharar.

Metode penelitian dilakukan dengan menela’ah hadis dari Musnad

Ahmad bin Hanbal melalui CD ROM Lidwa Pusaka i-software –

Kitab9 Imam Hadis, kemudian membandingkan dengan hadis-hadis

lain dan ayat-ayat dalam al- Quran. Hasil penelitian ini menunjukan

hadis dari Musnad Ahmad bin Hanbal tersebut merupakan hadis

dha’if (lemah), karena satu rawi yang terputus. Akan tetapi, jika

dilihat dari kandungan matan (redaksi), hadis tersebut sejalan

dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud,

Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah yang melarang jual beli gharar.

Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal tersebut juga tidak

bertentangan dengan al-Qur’an dan dalil-dalil lain yang shahih.

Dengan demikian hadis ini dapat dijadikan sebagai hujjah.13

13

Purbayu Budi Santosa, “Larangan jual beli gharar:tela’ah terhadap

12

E. Metode Penelitian

Metode memegang peranan penting dalam sebuah

penelitian. Metodologi penelitian adalah suatu cara atau jalan yang

ditempuh dalam mencari, menggali, mengolah dan membahas data

dalam suatu penelitian, untuk pemecahan kembali terhadap

permasalahan14

. Disini penyusun menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

a. Penelitian ini adalah penelitian yang masuk dalam

penelitian hukum non doktrinal dengan mengambil bentuk

penelitian empiris pada jual beli air Blumbang Di desa

Karangsono Kec. Mranggen.

b. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu

sebuah fenomena yang digunakan untuk memahami

fenomena yang terjadi di Masyarakat sehinga dalam

mengumpulkan data – datanya menggunakan data

Observasi lapangan dan wawancara.15

2. Sumber data

a. Sebagai sumber data primer dari penelitian ini adalah para

petani dan pemilik air Blumbang.

Hadis dari Musnad Ahmad bin Hanbal”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 3, No. 1,

Equilibrium, 2015, 159. 14

Joko Subgyo, Metodologi penelitian, Dalam Teori dan Praktek,

(Jakarta : PT Rineka Cipta, 1994), 2. 15

Tim penulis Fakultas Syariah IAIN Walisongo, pedoman penulisan

skripsi fakultas syariah, (semarang, 2011), 11.

13

13

b. Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh untuk

memperkuat data primer yang telah didapat yaitu

bersumber dari: Buku – buku, hasil seminar, makalah,

majalah, koran, jurnal, dan lain sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak

mengumpulkan data dengan seperangkat instrumen untuk

mengatur variabel, tapi peneliti mencari dan belajar dari

subjek dalam penelitiannya, dan menyusun format untuk

mencatat data ketika penelitian berjalan.16

Pelaksanaan

pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara

mendalam dengan orang-orang yang mempunyai

keterikatan dengan lembaga itu, meneliti dokumen-

dokumen dan/atau peninggalan yang ada, dan

mengobservasi keberadaannya sekarang.17

a. Wawancara (Interview)

Teknik wawancara merupakan upaya menggali

informasi dengan melakukan tanya jawab secara lisan

terhadap individu – individu yang nantinya akan dijawab

16

Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta

Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.ke-

1, 2003), 47. 17

Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa,

Cet.ke-10, 1993) ,165.

14

dengan jawaban – jawaban yang lisan juga.18

Para pihak

yang terlibat dalam wawancara ini ada enam orang

informan yaitu satu petani, tiga pengusaha batu bata dan

dua pemilik air Blumbang yang berkaitan dengan jual beli

air Blumbang di desa setempat.

Dalam penelitian yang berkaitan dengan

permasalahan ini peneliti menggunakan penelitian

deskriftif empiris, dalam hal ini meneliti yaitu tentang

penerapan hukumnya dalam masyarakat. maka dengan itu

peneliti menggunakan cara interview semi terstruktur, yang

mana peneliti menyiapkan pertanyaan – pertanyaan yang

akan diajukan kepada para pelaku jual beli dalam proses

wawancara tersebut tapi tidak menutup kemungkinan

pertanyaan lain akan di ajukan untuk mendapatkan

informasi yang lebih dalam. Pertanyaan yang diajukan

terbuka dan terkontrol. Bentuk wawancara ini bertujuan

untuk memahami fenomena yang terjadi.

b. Observasi

Yaitu suatu studi yang disengaja dan sistematis

tentang keadaan atau fenomena sosial dan gejala-gejala

psikis dengan jalan mengamati dan mencatat. Penulis

mengadakan pengamatan secara langsung ke lokasi yang

18

Juliansyah Noor, Metodologi penelitian, (Jakarta: Kencana, 2014),

138.

15

15

akan diteliti dan tidak melibatkan diri secara langsung atau

Observasi non Parsipatoris.

F. Analisis data

Untuk data yang terkumpul, maka penulis menganalisis

dengan menggunakan metode analisis kualitatif, dan bentuk yang

penulis ambil adalah analisis deskripsi (deskriptif analitis). Dengan

cara menyajikan data secara sistematik maka akan dengan mudah

untuk dipahami dan disimpulkan. Tujuanya adalah agar kesimpulan

yang di berikan selalu jelas dan factual sehingga dapat dikembalikan

pada data yang diperoleh.

Cara menganalisis data kualitatif diantaranya adalah:

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan

pola pikir induktif. Penelitian dengan pola pikir induktif tidak

dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Peneliti

terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan

menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis

data di dalam penelitian deskriptif kualitatif dilakukan bersamaan

dengan proses pengumpulan data. Dengan demikian, temuan

penelitian di lapangan yang kemudian dibentuk ke dalam bangunan

teori, hukum, bukan dari teori yang telah ada, kemudian

dikembangkan dari data lapangan (induktif).19

19

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta :

PT Bumi Aksara, Cet. Ke-1, 2006), 93.

16

G. Sistematika Penulisan

Agar mempermudah pembahasan dan mendapatkan

gambaran skripsi secara keseluruhan, maka disini akan penulis

sampaikan sistematika penulisan skripsi secara universal atau umum.

Sehingga sesuai dengan petunjuk penulisan skripsi di Fakultas

Syariah dan hukum UIN Walisongo Semarang. Adapaun sistematika

penulisanya adalah sebagai berikut:

BAB I : pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, permasalahan, tujuan penulisan skripsi, telaah pustaka,

metode penulisan skripsi dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Membahas konsep dasar jual beli dalam pandangan

Islam, yang meliputi: tentang jual beli, pengertian jual beli, Dasar

hukum jual beli, Syarat jual beli, Rukun Jual beli, Macam – macam

jual beli, Hikmah jual beli dan jual beli air dalam islam. Definisi

Kepemilikan, Sebab-sebab dan Jenis-Jenis kepemilikan

BAB III : Berisi tentang pelaksanaan jual beli air dengan

takaran jam di desa Karangsono.kecamatan Mranggen yang berisi:

Profil umum desa karangsono yang meliputi keadaan geografis dan

Demografis, kehidupan sosial dan ekonomi, kedua meputi:

Pelaksanaan jual beli air Blumbang dengan takaran jam/waktu dan

Macam – macam jual beli air Blumbang di desa karangsono

BAB IV : Berisikan tentang bagaimana analisis pelaksanaa

jual beli air Blumbang di desa karangsono dan bagaimana analisis

17

17

menurut hukum islam terhadap jual beli air Blumbang di desa

karangsono.

BAB V : Penutup. Bab ini merupakan rangkaian akhir dari

penulisan skripsi yang meliputi kesimpulan, saran – saran dan

penutup.

18

BAB II

KONSEP JUAL BELI DAN IJARAH

(SEWA-MENYEWA) DALAM ISLAM

A. Jual Beli dalam Islam

1. Definisi Jual Beli

Lafazh البيع dalam bahasa arab menunjukan makna jual

dan beli.20

Para ahli menggunakan istilah البيع kepada makna yang

mengeluarkan atau pemindahan sesuatu dari pemiliknya dengan

harga tertentu.21

Jual beli (al-bai‟) secara etimologi atau bahasa

adalah pertukaran barang dengan barang (barter).22

Jual beli

merupakan istilah yang dapat digunakan untuk menyebut dari

dua sisi transaksi yang terjadi sekaligus, yaitu menjual dan

membeli.23

Adapun pengertian jual beli menurut para ulama’

adalah sebagai berikut:

Menurut Abdurrahman As-sa’di, “pengertian jual beli

secara syara’ adalah tukar menukar harta (transaksi) dengan البيع

harta untuk memiliki dan memberi kepemilikan.”24

Menurut

Qomarul Huda pengertian “jual beli adalah suatu perjanjian tukar

20

Enang Hidayat, Fiqh Jual beli, (Bandung: PT Remaja Posdakarya,

2015), 9. 21

Ibid., 10. 22

Imam Mustofa, Fiqih Muamalah kontemporer, (Jakarta: Rajawali

pers, 2016), 21. 23

Ibid. 24

Abdurrahman as- sa’di dkk, Fiqh al – bay‟ wa asy – syira‟

pengumpul dan penyusun Naskah: Abu Muhammad Asyraf bin abdul maqsud,

terj: Abdullah, (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), 143.

19

menukar benda (barang) yang mempunyai nilai, atas dasar

kerelaan (kesepakatan) antara dua belah pihak sesuai dengan

perjanjian atau ketentuan yang dibenarkan oleh Syara’.”25

Menurut Rozalinda dalam bukunya Fikih Ekonomi Syariah “jual

beli adalah transaksi tukar menukar uang dengan barang

berdasarkan suka sama suka menurut cara yang ditentukan

syariat, baik dengan ijab dan kabul yang jelas, atau dengan cara

yang saling memberikabarang atau uang tanpa mengucapkan ijab

dan kabul, seperti yang berlaku pada pasar swalayan.”26

Menurut

Amir Syarifudin “ jual beli diartikan peralihan hak dan pemilikan

dari satu tangan ke tangan lain. Ini merupakan satu cara dalam

memperoleh harta di samping mendapatkan sendiri sebelum

menjadi milik seseorang dan ini merupakan cara yang paling

lazim dalam mendapatkan hak.”27

Jadi kesimpulan dari pendapat para pakar ekonomi islam,

yang dimaksut jual beli adalah saling tukar menukar barang

untuk mendapatkan sebuah manfaat sesuai dengan syariat islam.

Untuk itu jual beli sangat di perhatikan dalam islam karena jual

beli adalah sarana bagi masyarakat untuk menunjang kehidupan.

25

Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2011), 52. 26

Rozalinda, Fikih dan Ekonomi Syariah (prinsip dan relasinya dalam

keuangan ekonomi syariah), (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 64. 27

Amir Syarifuddin, Garis – Garis Besar Fiqh(Jakarta: Kencana,

2013), 189.

20

2. Landasan Hukum Jual Beli

a. Al Qur’an

1) Jual Beli

يطان من الذين يأكلون الربا ل ي قومون إل كما ي قوم الذي ي تخبطو الش

ا الب يع مثل الربا المس لك بأن هم قالوا إن وأحل اللو الب يع وحرم ذ

فمن جاءه موعظة من ربو فان ت هى ف لو ما سلف وأمره إل الربا

ىم فيها خالدون ومن عاد فأولئك أصحاب النار اللو

“Orang-orang yang makan (mengambil) ribā tidak

dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang

kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila,

Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan

mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu

sama dengan ribā, padahal Allah telah menghalalkan jual

beli dan mengharamkan ribā. Orang-orang yang telah

sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus

berhenti (dari mengambil ribā), maka baginya apa yang

telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan

urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali

(mengambil ribā), maka orang itu adalah penghuni-

penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”28

(Al

Baqarah 275).

28

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an (Dibawah Naungan Al

Qur‟an/surah Al Fatihah – Al – Baqarah) jilid 1 terj: As’ad Yasin Abdul Aziz

Salim Basyarahil, Mukhatab Hamzah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), 372.

21

2) Anjuran Berniaga

نكم بالباطل إل أن يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي

اللو إن أن فسكم ت قت لوا ول تكون تارة عن ت راض منكم

رحيما بكم كان

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,

kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.29

(An–Nisa’ 29).

3) Tidak Boleh Curang dalam Menimbang

فني ﴿ ﴾ الذين إذا اكتالوا على الناس يست وفون ١ويل للمطف

﴾٣﴾ وإذا كالوىم أو وزنوىم يسرون ﴿٢﴿

“Kecelakaan bagi orang-orang yang curang, (yaitu)

mereka yang apabila menerima takaran atas orang lain,

mereka minta dipenuhi,dan apabila mereka menakar atau

menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.30

(Al-

Muthaffifiin: 1-3)

29

Syaikh Imam AlQurthubi, Tafsir Annisa, terj: Ahmad Rijali Kadir,

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 347. 30

M. Quraih Shihab, Tafsir Al Misbah (Pesan , Kesan dan Keserasian

Al Qur‟an/ JUZ AMMA), (Jakarta: Lentera Hati 2002), 121 dan 123.

22

غ ل ب ي ت ح ن س ح أ ي ى لت ا ب ل إ م ي ت ي ل ا ل ا م وا رب ق ت ول

ه د ش وا أ وف ل وأ ي ك ل ن ا زا ي م ل ط وا س ق ل ا ف ل ب ل ك ن

ا س ف ل ن ا إ ه ع س ا و ذ إ م و ت ل ا ق ذ ن ا و ك ل و وا ل د ع ا ف

رب د ق ه ع ب و و ل ل وا ا وف م أ ك ل م ذ اك ص و و م ب لك ع ل

رون ذك ت

“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim,

kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia

mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan

timbangan dengan adil. Kami tidak membebani sesorang

melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu

berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu),

dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan

kepadamu agar kamu ingat.” (al-An‟am 152)31

b. As-sunah

1) Kecurangan dalam jual beli sangat dibenci.

عمررضي سفيان عبد ا بن دينار،مسعت ابن ثنا حد حد ثنا ابونعيم

31

Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir (jilid 2), terj: Suharlan

dan Suratman, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014), 1009 – 1010.

23

ا عنهما : ان رجال ذكر للنيب صل ا عليو وسلم انو يدع يف

)رواه البخاري( 32البيوع، فقال:)) اذا با يعت فقل: لخالبة((.

Mengabarkan kepada kami Abu Nu‟aim,

mengabarkan kepada kami Sufyan, dari Abdullah bin

Dīnar, mendengar dari Ibnu Umar Ra. bahwa seseorang

menyampaikan kepada Nabi SAW bahwa dirinya selalu

tertipu ketika melakukan jual beli. Lalu beliau bersabda,

“jika engkau melakukan jual beli, maka katakanlah,

„Jangan ada penipuan.” (H.R Bukhori).

2) Jual Beli Garar.

رسول اللو صلى اللو عليو وسلم عن بيع عن أيب ىريرة قال ان

)رواه لمحد(.33 احلصاة وبيع الغرر

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasul Saw,

melarang jual beli dengan lemparan dan yang

mengandung garar (tipuan). (H.R Ahmad)

Dari penjelasan ayat – ayat Al Qur’an dan Sunnah

diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli hendaknya

tidak mengandung ribā, tidak mengambil harta saudaranya

secara baṭil, menakar dan menimbang secara pas atau adil

32

Abi abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan Musykil Al-

Bukhori, (Beirut: Darul Fikr, 1995), 71. 33

Abu Abdullah ahmad Ibn Muhammad ibn Hanbal Ibn Hilal ibn Asad

as-Saibani, Musnad Ahmad, Juz 20, (Kairo: Mawqi’ Wizarah al-Misriyah, t.th),

h.409.

24

juga tidak mengandung unsur penipuan karena hal itu sangat

dibenci oleh Allah maupun manusia.

3. Rukun Jual Beli

Transaksi jual beli dianggap sah apabila dilakukan

dengan ijab qabul, kecuali barang – barang kecil, yang hanya

cukup dengan Mu‟aṭa‟ah (saling memberi) sesuai adat dan

kebiasaan yang berlaku pada masyarakat tersebut.34

Menurut Mardani dalam bukunya Fiqh Ekonomi Syariah

rukun jual beli ada tiga, yaitu:35

a. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli

b. Objek transaksi, yaitu harga dan barang

c. Akad (transaksi), yaitu segala tindakan yang dilakukan kedua

belah pihak yang menunjukan mereka sedang melakukan

transaksi, baik tindakan itu berbentuk kata – kata maupun

perbuatan. Ada dua akad yaitu:36

1) Akad dengan kata – kata, dinamakan juga dengan ijab

qabul. Contohnya seperti transaksi dalam pasar

tradisional.

2) Akad dengan perbuatan, dinamakan juga dengan

mu‟atha‟ah. Contohnya seperti supermarket, minimarket

dan pasar modern lainya.

34

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, jilid 4,terj: Nor Hasanuddin, dkk,

(Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 121. 35

Mardani, Fiqh Ekonomi syariah (Fiqh Muamalah),(Jakarta:

Prenamedia Group, 2015), 102. 36

Ibid., 103.

25

Menurut Wahbah Zuhaili yang dikutip oleh Imam

Mustofa dalam bukunya Fiqh Muamalah Kontemporer, jumhur

ulama menetapkan empat rukun jual beli, yaitu: para pihak yang

bertransaksi (penjual dan pembeli), sigat (lafal ijab dan qabul),

barang yang diperjual belikan dan nilai tukar pengganti barang.37

Menurut Ismail Nawawi rukun jual beli ada lima yaitu:38

a. Penjual. Ia harus mempunyai barang yang akan dijualnya

atau ada izin untuk menjualnya dan sehat akalnya.

b. Pembeli. Disyaratakan bisa memilih dalam artian dewasa dan

mumayyiz (dapat memilih).

c. Barang yang dijual. Barang yang dijual haruslah suci, bersih,

halal, bisa diserahkan kepada pembeli dan pembeli

mengetahui barangnya meski dari ciri – cirinya.

d. Bahasa akad, yaitu penyerahan (ijab) dan penerimaan

(qabul).

e. Kerelaan kedua belah pihak; penjual dan pembeli. Maka jual

beli bisa tidak sah jika salah satu dari pelaku jual beli tidak

rela.

4. Syarat Sahnya Jual Beli.

Syarat sah, yaitu sesuatu yang menjadi penentu adanya

sesuatu, tetapi ia tidak termasuk di dalam sesuatu tersebut.

Sedangkan rukun adalah sesuatu yang menjadi penentu adanya

37

Imam Mustofa, Fiqih, 25. 38

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah klasik dan kontemporer (hukum

perjanjian, ekonomi, bisnis dan sosial), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 77.

26

sesuatu dan ia adalah bagian dari sesuatu tersebut. Manakala

tidak terpenuhi syarat sah, jual beli masuk kategori fasād,

sedangkan manakala tidak terepenuhi rukun, jual beli menjadi

batal.39

Sahnya jual beli tergantung pada syarat – syarat yang

telah terpenuhi seperti: subjek (pelaku jual beli), objek (barang

jual beli) atau tempat berakad.

a. Tentang Subjek Jual Beli (Pelaku Jual Beli)

Pelaku akad adalah orang yang dibolehkan

melakukan akad, yaitu orang yang telah balig, berakal, dan

mengerti. Maka, akad yang dilakukan oleh anak di bawah

umur, orang gila, atau idiot tidak sah kecuali dengan seizin

walinya, kecuali akad yang rendah seperti membeli

kembang gula, korek api dan lain – lain.40

Hal ini sesuai

dengan firman Allah SWT dalam QS An-nisa ayat 5.

فهاء أموالكم الت جعل اللو لكم قياما وارزقوىم فيها ول ت ؤتوا الس

واكسوىم وقولوا ذلم ق ول معروفا

Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-

orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang

39

Nur Fatoni, Dinamika Relasi hukum dan moral dalam konsep Jual

beli (Studi pada Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majlis Ulama‟ Indonesia

(DSN MUI), (Semarang: Lembaga penelitian IAIN Walisongo, 2012), 44 - 45. 40

Mardani, Fiqh ,104.

27

ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai

pokok kehidupan.Berilah mereka belanja dan pakaian (dari

hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata

yang baik.41

b. Tentang Objek Jual Beli

Menurut Rozalinda dalam bukunya Fikih Ekonomi

Syariah syarat objek jual beli ada empat yaitu:42

1) Milik Sendiri

Barang yang bukan milik sendiri tidak boleh

diperjual belikan kecuali ada mandat yang diberikan

oleh pemilik seperti akad wakālah (perwakilan). Akad

jual beli mempunyai pengaruh terhadap perpindahan

hak milik. Ini berarti benda yang diperjual belikan

harus milik sendiri.

2) Benda yang diperjualbelikan itu ada dalam arti yang

sesungguhnya, jelas sifat, ukuran dan jenisnya.

Jual beli yang dilakukan terhadap sesuatu yang

belum berwujud atau tidak jelas wujudnya tidak sah,

seperti jual beli susu yang masih dalam susu induk

(belum diperas). Akan tetapi menurut sebagian ulama

Hanafiyah, beberapa akad dikecualikan untuk

persyaratan ini, seperti akad salam dan istishna‟.43

41

Imam Al Qurtubhi, Tafsir Al Qurtubhi (Surah An-Nisa‟), terj. Ahmad

Rijali Kadir (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 69. 42

Rozalinda, Fikih, 67. 43

Ibid., 68.

28

3) Benda yang diperjualbelikan dapat diserahterimakan

ketika akad secara langsung maupun tidak langsung. Ini

berarti, tidak sah jual beli terhadap sesuatu yang tidak

dapat diserahterimakan, misalnya jual beli burung yang

terbang diudara dan ikan di lautan.

4) Benda yang diperjualbelikan adalah māl muttaqawwim.

Māl mutaqawwim merupakan benda yang

dibolehkan syariat untuk memanfaatkanya. Oleh karena

itu, tidak sah melaksanakan jual beli terhadap benda

yang tidak dibolehkan syariat untuk memanfaatkanya,

seperti bangkai, babi, minuman keras dan lain

sebagainya. Sesuai dengan QS Al-Maidah 5:3.

ل ى أ ا م و ر زي خلن ا م وحل م د ل وا ة ت ي م ل ا م ك ي ل ع ت رم ح

ة ي رد ت م ل وا ة وذ وق م ل وا ة ق ن خ ن م ل وا و ب لو ل ا ي غ ل

ح ب ذ ا م و م ت ي ذك ا م ل إ ع ب س ل ا ل ك أ ا م و ة ح ي نط ل وا

ل م ع لزل ا ب وا م س ق ت س ت ن وأ ب نص ل ا م ى ك ل ذ

ق س ال ف ف م ك ن ي د ن م روا ف ن ك ي لذ ا س ئ ي م و ي ل ا

ون ش خ وا م وى ش م ت ك ن ي د م ك ل ت ل م ك أ وم ي ل ا

م ال س ل ا م ك ل ت ي ورض ت م ع ن م ك ي ل ع ت تم ا وأ ن ي د

29

ث ل ف ن ا ج ت م ر ي غ ة ص م م يف ر ط ض ا ن م ف

م ي رح ور ف غ لو ل ا ن إ ف

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,

darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih

atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul,

yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang

buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan

(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.

Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak

panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu)

adalah kefasikan.Pada hari ini orang-orang kafir telah

putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu

janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah

kepada-Ku.Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk

kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu

nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama

bagimu.Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan

tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.44

Selain beberapa syarat diatas, menurut Musa

yang di kutip oleh Nur Fatoni, ia membaginya menjadi

dua belas syarat sah jual beli yaitu :45

1) Jual beli memenuhi rukun akad.

44

Al Qurtubhi, Tafsir Al Qurtubhi (Surah An-Nisaa‟, Al Maa‟idah dan

Al Al An-„aam), terj. Ahmad Khotib (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) , 116 – 117. 45

Nur Fatoni, Dinamika, 44.

30

2) Barang yang dijualbelikan diketahui, untuk

menghindari ketidak jelasan (jāhalah), karena bisa

menimbulkan perselisihan.

3) Harganya diketahui sebagaimana barang yang

diperjualbelikan.

4) Berlaku untuk selamanya. Jual beli yang dibatasi

waktu tidak diperkenankan syara’, karena jual beli

menghendaki kepemilikan sempurna.

5) Waktu pembayaran diketahui. Syarat ini untuk jual

beli yang pembayaranya ditangguhkan.

6) Barang yang dijualbelikan bisa diserah terimakan

tanpa menimbulkan bahaya.

7) Terjaminya kerelaan dua belah pihak.

8) Harganya (pertukaranya) adalah sesuatu yang

berharga.

9) Tidak ada garar (sesuatu yang tidak jelas; barang

dan akibatnya).

10) Tidak adanya sesuatu yang menyebabkan akad

menjadi fāsad.

11) Tidak ditemukan syarat yang rusak.

12) Tidak mengandung Ribā.

5. Khiyar (Hak Memilih)

Khiyar terbagi menjadi tiga macam, yaitu: khiyar majlis,

khiyar syarat, dan khiyar aib. Khiyar majlis yaitu tempat

transaksi, dengan demikian khiyar majlis berarti hak pelaku

31

tranksaksi untuk meneruskan atau membatalkan akad selagi

mereka berada dalam tempat transaksi dan belum berpisah.

Khiyar syarat, yaitu: kedua belah pihak atau salah satunya berhak

memberikan persyaratan khiyar dalam waktu tertentu. Untuk

khiyar aib yaitu hak pilih untuk meneruskan atau membatalkan

akad dikarenakan cacat pada barang yang mengurangi harganya.

Hal ini disyaratkan agar tidak terjadi unsur menzalimi dan

menerapkan prinsip jual beli harus suka sama suka (riḍa). Dalam

jual beli via telepon dan internet berlaku khiyar syarat dan khiyar

aib.46

Hak memilih sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh

Imam Bukhori:

عمر حدثنا عبدا بن يوسف اخربنا مالك عن نافع عن عبد ا بن

رضي ا عنهما : ان رسول ا صل ا عليو وسلم، قال : )ادلتبا يعان

47كل واحد منهما باخليا ر على صا حبو مامل يتفرقا، البيع اخليار(.

)روه البخاري(

Abdullah bin Yusuf menyampaikan kepada kami dari Malik

yang mengabarkan dari Nafi‟, dari Abdullah bin Umar R.a, bahwa

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap pembeli dan penjual memiliki

hak khiyar selama mereka belum berpisah, kecuali jika mereka

bersepakat untuk menetapkan khiyar,(mereka akan tetap memiliki

hak khiyar sesuai dengan kesepakatan mereka).” (H.R Bukhori)

46

Mardani, Fiqh,105 – 106. 47

Abi Abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan, 15.

32

6. Macam – Macam Jual Beli.

Jual beli memiliki macam – macam jenis sesuai dengan

perkembangan zaman dan teknologi. Jika pada zaman dahulu

orang – orang sering menukar barang dengan barang (barter),

maka beda dengan orang zaman sekarang. Orang zaman sekarang

lebih praktis dalam jual beli atau tukar menukar barang karena di

tunjang dengan peralatan yang praktis seperti uang.

Menurut Nur Fatoni yang mengutip pendapat dari

Taqiyuddin al-Dimasyqi dalam kitab Kifayatul Akhyar yang

membaginya menjadi tiga, diantaranya adalah:48

a. Jual beli barang yang dapat disaksikan (wujud)

b. Jual beli barang yang disebut sifatnya saja dan belum wujud.

Jual beli tersebut hukumnya boleh.

c. Jual beli barang yang tidak ada dan tidak dapat disaksikan.

Jual beli tersebut hukumnya tidak boleh.

Berbeda halnya dengan pendapat Ahmad Hujji al-Kurdi

yang dikutip oleh Rozalinda dalam bukunya Fikih Ekonomi

Syariah yang merincikanya secara umum. Jumhur fuqaha’

membagi macam – macam jual beli ada dua yaitu:49

a. Jual beli ṣahih, yaitu jual beli yang disyariatkan

menurut asal dan sifat – sifatnya terpenuhi rukun –

rukun dan syarat – syaratnya tidak terkait dengan hak

orang dan tidak ada khiyar di dalamnya. Jual beli

48

Nur Fatoni, Dinamika, 45. 49

Rozalinda, Fikih,71.

33

ṣahih menimbulkan implikasi hukum, yaitu

berpindahnya kepemilikan, yaitu barang berpindah

miliknya menjadi milik pembeli dan harga berpindah

miliknya menjadi milik pembeli.

b. Jual beli ghairu ṣahih, yaitu jual beli yang tidak

terpenuhi rukun dan syaratnya dan tidak mempunyai

implikasi hukum terhadap objek akad, masuk dalam

kategori ini adalah jual beli bāṭil dan jual beli fāsid.

7. Macam – Macam Jual Beli yang Dilarang

Rasulullah SAW telah melarang beberapa jual beli,

karena di dalamnya terdapat unsur penipuan yang menyebabkan

pelakunya memakan harta milik orang lain dengan cara yang

bāṭil dan penipuan yang melahirkan kedengkian, perselisihan dan

permusuhan diantara orang – orang muslim, diantaranya:50

a. Jual Beli Barang yang Belum Diterima

Seorang muslim tidak diperbolehkan membeli

barang, kemudian ia menjualnya kembali sebelum

menerimanya dan menjualnya, berdasarkan sabda

Rasulullah SAW,51

50

Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul Muslim (Konsep hidup ideal

dalam islam), terj: Musthofa Aini, Amir Hamzah Fachrudin dan, Kholif mutaqin

(Darul Haq: Jakarta, 2014), 803. 51

Ibid., 803-804.

34

قال: الذي حفظناه من عمروبن ثنا سفيانحدثنا علي بن عبد ا حد

ابن عباس قال: اما الذي هنى عنو النيب صل دينارمسع طاوسا يقول: مسعت

يقبض.قال ابن عباس: ول ‘ا عليو وسلم، فهو الطعام ان يباع حت

52احسب كل شيء ال مثلو.

Ali bin Abdullah menyampaikan kepada kami dari

Sūfyān bahwa hadis ini dihafalkanya dari Amr bin Dīnar

yang mendengar dari Thawus bahwa Ibnu Abbas berkata,

“Nabi melarang menjual barang (kembali) makanan

sebelum diterima dengan takaran yang tepat.” Ibnu Abbas

berkata, Dan aku tidak mengira semuanya kecuali seperti

itu.” b. Membeli Sesuatu Diatas Tawaran Orang Lain.

Menjual barang yang telah diakad oleh pihak lain

hukumnya adalah haram, seperti termuat dalam hadits yang

diriwayatkan oleh ibnu Umar r.a. dari Rasulullah saw.53

Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori,

52

Abi abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan, 19. 53

Sayyid Sabiq, Fiqh,136.

35

حدثين مالك عن نافع، عن عبدا ابن عمررضي ا حد ثنا امساعيل قال:

عنهما: ان رسول ا صل ا عليو وسلم قال: ليبيع بعضكم على بيع

)رواه البخاري(.54اخيو

“Ismail menyampaikan kepada kami dari Malik,

dari Nafi‟ dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Janganlah sebagian dari kalian melakukan akad

jual beli atas sesuatu yang telah dibeli oleh saudaranya.”

(H.R. Bukharī)

c. Jual Beli Najasyi

Jual beli Najasy sebenarnya jual-beli yang bersifat

pura – pura di mana si pembeli menaikkan harga barang,

bukan untuk membelinya, tetapi hanya untuk menipu

pembeli dengan harga yang tinggi. Larangan terhadap jual

beli ini terdapat dalam hadits nabi dari Ibnu Umar menurut

riwayat muttafaq „alaih:55

54

Abi Abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan, 20. 55

Amir Syarifuddin, Garis, 209

36

حد ثناملك عن نافع عن ابن عمررضي ا حد ثناعبد ا بن مسلمة

)رواه 56عنهما قال: هنى النيب صل ا عليو وسلم عن النجش.

البخاري(

Menceritakan kepada kami Abdullah

Maslamah,Menceritakan kepada kami Malik dari dari

Nafi‟, dari Ibnu Umar ra., bahwa Rasulullah SAW

melarang jual beli Najasyi”. (H.R Bukhari)

d. Jual Beli Secara Paksa.

Mayoritas ahli fiqih memberlakukan syarat

pelaku akad harus bebas menetukan pilihan dalam

melakukan akad jual beli suatu barang. Jika ada unsur

pemaksaan dalam akad jual beli tersebut, maka jual beli

tersebut tidak sah hukumnya.57

Allah berfirman,

نكم بالباطل إل أن تكون تارة يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي

إن اللو كان بكم رحيما ول ت قت لوا أن فسكم عن ت راض منكم

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah

kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan

yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan

56

Abi Abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan, 02. 57

Sayyid Sabiq, Fiqh,137.

37

janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.58

e. Jual Beli Barang Haram dan Barang Najis.

Tidak di perbolehkan seorang muslim menjual

barang yang diharamkan, barang najis serta barang yang

membawa kepada sesuatu yang diharamkan. Jadi tidak

diperbolehkan baginya jual beli minuman keras, daging

babi, lukisan, bangkai, patung dan anggur kepada seseorang

yang akan menjadikanya sebagai minuman keras.59

عن ايب مسعود النصري ان رسول ا صلى ا عليو وسلم هنى عن

)رواه ادلسلم( 60ومهر البغي و حلوان الكهنمثن الكلب

“Dari Abi Mas‟ūd al-Ansharī seseungguhnya

Rasūlullah Saw,melarang memanfaatkan uang hasil jual

beli anjing, prostitusi dan upah tenung”. (H.R Muslim)

f. Jual Beli Gharar atau Jual beli dengan Tipu Daya.

Semua bentuk jual beli yang mengandung unsur

ketidaktahuan spekulasi atau taruhan. Hukum islam

melarang semua bentuk transaksi jual beli tersebut.61

Jadi,

58

Syaikh Imam AlQurthubi, Tafsir Annisa, di terj: Ahmad Rijali Kadir,

Jakarta: Pustaka Azzam, 2008. Hal 347. 59

Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul, 805. 60

Muslim Ibn al-Hujaj Abu al-Hasan Al-Qusyairi al-Najsyaburi, Shahih

Muslim, Juz 10, (Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-Arabi,t.th), 312. 61

Sayyid Sabiq, Fiqh,140.

38

ia tidak boleh menjual ikan di air, Buah pada pohon atau

menjual bulu kambing yang masih menempel pada

tubuhnya.

Hadist nabi SAW yang di riwayatkan oleh Imam

Bukhari:

حد ثنا عبد ا بن يوسف: اخربنا مالك عن نافع، عن عبدا بن عمر

صلى ا عليو وسلم هني عن يبع حبل رضي ا عنهما: ان رسول ا

احلبلة، وكان بيعا يتبا يعو اىل اجلهيلية: كان الرجل بيتاع اجلزور ايل ان

)رواه البخاري( 62.تنتج الناقة، ث تنتج الت يف بطنها

Abdullah bin Yusuf menyampaikan kepada kami

dari Malik yang mengabarkan Nafi‟, dari Abdullah bin

Umar bahwa Rasulullah SAW: melarang jual beli Habal

al-habalah. Jual beli ini telah ada pada masa jahiliah.

Pada masa itu, jika orang yang membeli unta akan

menangguhkan pembayaranya sampai unta tersebut

beranak, kemudian anak unta itu beranak. (H.R.

Bukhori)

g. Jual Beli Urbān (Porsekot)

Yaitu jual beli yang dilakukan denga perjanjian

pembeli menyerahkan uang seharga barang jika ia setuju

jual beli dilaksankan. Akan tetapi, jika ia membatalkan jual

62

Abi abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan, 20.

39

beli, uang yang telah dibayarkan menjadi hibah bagi penjual.

Dalam hal jumhur ulama berpendapat jual beli dengan cara

ini terlarang dan tidak sah.63

عن عمروبن شعيب عن ابيو عن جده ان النىب صلى ا علىو وسلم

)رواه البخاري( 64هنى عن بيع العر بان.

“Dari Amru ibn Syu‟aib diterima dari bapaknya

dari kakeknya, sesungguhnya Nabi Saw. Melarang jual

beli urbun (Pakai Porsekot)”.

h. Jual Beli Barang Curian dan Barang Rampasan.

Diharamkan bagi muslim membeli barang yang

diketahui adalah hasil perbuatan yang tidak halal. Membeli

barang tersebut sama artinya bekerjasama untuk berbuat

dosa.65

i. Jual Beli Dua Akad Dalam Satu Akad.

Seorang muslim tidak diperbolehkan

mentransaksikan dua transaksi dalam satu transaksi,

melainkan ia harus mentransaksikannya dalam transaksi

yang berbeda. Karena di dalamnya mengandung unsur

kesamaran yang dapat menyakiti atau merugikan muslim

63

Rozalinda, Fikih, 79. 64

Abu Abdullah Muhammad Ibn Yazid al-Qazuwaini wa Majah, Sunan

ibn Majah, (Kairo: Mawqi’ Wizarah al-Auqaf al-Mishriyah, t.th). Juz 7, 21. 65

Sayyid Sabiq, Fiqh,142.

40

lainya atau memakan hartanya dengan cara yang tidak

benar.66

Dalam transaksi ini contohnya adalah transaksi jual

beli secara kontan ataupun kredit tapi pihak penjual tidak

menjelaskan cara mana yang dipilih kepada pembeli

sehingga hal ini menjadikan tidak jelas.

j. Jual Beli (Ats – tsunya) dengan Pengecualian.

Tidak di perbolehkan bagi seorang muslim menjual

suatu barang dengan mengecualikan sebagianya, kecuali

yang dikecualikan itu telah di ketahui keberadaanya . Jika

seorang menjual suatu kebun, maka tidak diperbolehkan

baginya mengecualikan suatu pohon kurma atau suatu pohon

lainya yang tidak diketahui, karena didalamnya mengandung

unsur penipuan dan ketidakjelasan yang diharamkan. 67

Sesuai dengan hadist nabi SAW yang di jelaskan oleh Jabir,

النيب صلى ا علىو وسلم قال: هنى رضي ا عنوعن جابربن عبدا

عن ادلخابرة، و اا قلة وعن ادلزابنة، وعن بيع الثمر حت يبد

66

Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul, 808 67

Ibid., 814.

41

رىم ال العرايا )رواه 68.وصالحو، وان ل تباع ال با لدينار والد

البخاري(

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, Bahwa

nabi SAW melarang Mukhābarah, Muhāqalah,

Muzābanah, menjual buah sampai tampak layaknya,

dan tidak boleh dibeli kecuali dengan dīnar dan

dirham kecuali ariyah. (H.R Bukhari)

k. Jual Beli Ma’dum (Tidak Ada Bendanya).

Yakni jual beli yang dilakukan terhadap sesuatu

yang tidak atau belum ada ketika akad, misalnya

memperjualbelikan buah – buahan yang masih dalam putik,

atau belum jelas buahanya, serta anak hewan masih dalam

perut induknya, jual beli seperti ini termasuk jual beli yang

bathil berdasarkan hadis Nabi:69

أن رسول ا صلى ا عليو وسلم عمر رضي ا عنهما: عن عبد ا ابن

70)رواه البخري( .ن هى عن ب يع حبل احلب لة

Dari Abdullah bin Umar Ra. Sesungguhnya

Rasūlullah SAW. Melarang jual beli anak binatang

yang masih dalam perut induknya.

68

Abi Abdullah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhari, Matan, 27. 69

Rozalinda, Fikih, 72. 70

Muhammad ibn Ismail Abu Abdullah al – Bukhari al-Ja’fi, al-Jami‟

al Shahih al Mukhtashar, Juz 2, (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987), 753.

42

8. Macam – macam jual beli Garar dan Jāhalah: 71

a. Al–garar (Al-jāhalah) al-Yasir, yaitu ketidaktahuan yang

sedikit yang tidak menyebabkan perselisihan di antara kedua

belah pihak dan keberadaannya dimaafkan, karena tidak

merusak akad. Para ulama sepakat memperbolehkan karena

alasan kebutuhan (hājat). Contohnya: jual beli rumah tanpa

melihat pondasinya, karena tidak terlihat di dalam tanah.

b. Al-garar (al-jāhalah) al-katsīr/al-fashiysah, yaitu ketidak

tahuan yang banyak sehingga menyebabkan perselisihan di

antara kedua belah pihak dan keberadaanya tidak dimaafkan

dalam akad, karena menyebabkan akad menjadi batal.

Sedangkan di antara syarat sahnya akad itu ialah objek akad

(ma‟qud „alaih) harus diketahui terhindar dari perselisihan

di kemudian hari. Contohnya: jual beli burung di udara, ikan

di air.

c. Al-garar (al-jāhalah) al-Mutawassith, yaitu garar (jāhalah)

yang keberadaanya berada diperselisihkan oleh para ulama,

apakah termasuk ke dalam al-gharar (al- jāhalah) al-yatsir

atau al garar (al-jāhalah) al-katsir, atau keberadaanya

berada dibawah al-gaharar (al-jahalah) al-yasirah. Jika

meningkat gharar/jahalah-nya dari yang asalanya sedikit,

maka dimasukan kepada al-gharar al-katsīr , sedangkan jika

al-gharar al-yatsir. Contohnya: jual beli sesuatu tanpa

71

Enang Hidayat, Fiqh, 102 – 103.

43

menyebutkan harganya, jual beli hasil ghasab, jual beli buah

sebelum tampak baik tidaknya buah tersebut, dan yang

lainya.

9. Jual Beli Air Menurut Hukum Islam.

Salah satu syarat jual beli adalah benda yang

diperjualbelikan merupakan milik sendiri.Tidak sah melakukan

jual beli terhadap benda – benda yang dimiliki secara bersama

oleh seluruh manusia, seperti air, udara, dan tanah. Seluruh

benda, seperti air laut, sungai dan sumur umum tidak boleh di

perjual belikan karena tergolong mal mubah, hal ini berdasarkan

pada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:72

صلى ا حريربن عثمان عن ايب خداش عن رجل من اصحاب النيب عن

قال رسول ا صلى ا عليو وسلم )ادلسلمون :عليو وسلم قال

)رواه لمحد( 73شركاء يف ثالث يف ادلاء والكالء والنار(.

Dari Harir ibn Usman, dari Abī Khidāsy, dari seorang

laki – laki sahabat Nabi Saw. Berkata, Rasulullah Saw. Berkata

“Kaum muslim berserikat dalam tiga hal yaitu air, rumput dan

api”. (H.R. Imam Ahmad).

Larangan ini tidak berlaku bila maal mubah (benda –

benda bebas) itu telah dilakukan ihraz al-mubāhat atau isti‟la‟

72

Rozalinda, Fikih,79. 73

Abu Abdullah Ahmad Ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilal ibn as-

saibani, Musnad, Juz 50, 290.

44

„ala al-mubāhat (penguasaan terhadapa benda – benda mubah),

seperti menangkap ikan di laut, mengumpulkan kayu di hutan,

mengolah dan menyuling air untuk air minum seperti air

kemasan dan air isi ulang. Terhadap benda – benda tersebut

boleh dijual.74

Selain itu dalam sejarah tercatat bahwa pada waktu Nabi

saw. Tiba di Madinah, ada sebuah sumur yang di kenal dengan

sumur milik rumah orang Yahudi. Pemilik menjual airnya

kepada orang – orang dan Nabi membenarkanya, baik penjual

maupun pembeli berstatus muslim. Keadaan tersebut

berlangsung sampai Ustman bin Affan membeli sumur tersebut

dan mewakafkanya kepada kaum muslimin.75

Ini menunjukan

bahwa air memang boleh diperjual belikan.

10. Hikmah Jual Beli

Hikmah disyariatkanya jual beli menurut Syaikh Abu

Bakar Jabir Al Jaza’iri ialah: Mengantarkan manusia kepada

pencapaian kebutuhanya tentang sesuatu yang ada di tangan

saudaranya tanpa kesulitan dan madarat.76

Sedangkan menurut Sayyid Sabiq hikmah jual beli ialah:

Sebagai keluasaan bagi para hamba-Nya, karena setiap manusia

mempunyai kebutuhan akan sandang, pangan dan lainya.

Kebutuhan tersebut tak pernah terhenti dan senantiasa

74

Rozalinda, Fikih,80. 75

Sayyid Sabiq, Fiqh,146. 76

Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul,798.

45

diperlukan selama manusia itu hidup. Tidak seoarang pun dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, oleh karenanya ia

dituntut untuk berhubungan antar sesamanya. Dalam hubungan

tersebut semuanya memerlukan pertukaran, seorang memberikan

apa yang dimilikinya untuk memperoleh sesuatu sebagai

pengganti sesuai kebutuhanya.77

B. Teori Kepemilikan dalam Islam

1. Definisi Kepemilikan.

Menurut Dimyaudin Djuwaini kepemilikan adalah

sesuatu yang dimiliki oleh manusia, baik berupa harta benda

(dzat) atau nilai manfaat.78

Menurut Abdul Majid, pengertian

kepemilikan secara etimologis yaitu pengususan terhadap sesuatu

dan secara dan secara terminologis yaitu kekhususan terhadap

pemilik sesuatu barang menurut syara‟ untuk bertindak secara

bebas bertujuan mengambil manfaat selama tidak penghalang

syar‟i.79

Maka kepemilikan adalah sebuah hak untuk melakukan

sesuatu terhadap benda yang dikhusukan untuknya.

77

Sayyid Sabiq, Fiqh,121. 78

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), 34. 79

Abdul Majid, Pokok-pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan

dalam Islam, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati, 1986), 66.

46

2. Sebab-sebab Kepemilikan.

Sebab-sebab kepemilikan yang diakui oleh syariah

terdapat 4 hal, yakni Istila‟ al-Mubahat (penguasaan harta

bebas), al-Aqd (kontrak), al-Khalafiyah (Penggantian), dan at-

Tawallud (berkembang biak).80

a. Istila’ al-Mubahat

Adalah cara pemilikan melalui penguasaan terhadap

harta yang belum dikuasai atau dimiliki pihak lain.

b. Al-Uquud

Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul sesuai

dengan ketentuan syara’ yang menimbulkan pengaruh

terhadap objek akad. Contoh : Akad jual beli, hibah, wasiat

dan lain sebagainya.

c. Al-Khalafiyyah.

Al-Khalafiyyah adalah penggantian seseorang atau

sesuatu yang baru menempati posisi pemilikan yang lama.

Ada dua penggantian kepemilikan diantaranya adalah:

1. Penggantian satu orang oleh orang lainya.

80

Dimyauddin, pengantar, 42.

47

2. Penggantian benda atas benda lainya yaitu terjadi ketika

salah satu orang drugikan atau mengganti sesuatu dengan

yang semisalnya.

d. Al-Tawallud minal Mamluk

Adalah sesuatu yang dihasilkan dari sesuatu yang

lainnya. Contohnya adalah pohon yang berbuah, hewan yang

beranak-pinak dan alin sebagainya.81

3. Jenis-Jenis kepemilikan.

Ulama Fiqh membagi kepemilikan kepada dua bagian,

yaitu:

a. Milku al-tam (milik yang sempurna), yaitu apabila materi

atau manfaat harta dimiliki sepernuhnya oleh seseorang,

sehingga seluruh hak yang terkait dengan harta itu di bawah

penguasaanya. Milik seperti ini bersifat mutlak tidak dibatasi

waktu dan tidak digugurkan orang lain. contohnya rumah,

maka ia berkuasa penuh terhadap rumah itu ia bebas

memanfaatkanya.

Al-milku al-naqis (milik yang tidak sempurna), yaitu

apabila seseorang hanya memnguasai materi harta itu, tetapi

manfaatnya dikuasai orang lain, seperti sawah seseorang yang

pemanfaatanya diserahkan kepada orang lain melalui wakaf, atau

81

Ibid, 42-46.

48

rumah yang pemanfaatanya dikuasai orang lain, baik melalui

sewa-menyewa atau pinjam-meminjam.82

82

Mardani, Fiqh, 67.

49

BAB III

PELAKSANAAN JUAL BELI AIR BLUMBANG DI DESA

KARANGSONO KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN

DEMAK

A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Karangsono

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

1. Keadaan Geografis Desa Karangsono Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak.

Desa Karangsono adalah salah satu Desa yang berada

di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Berikut rincian

yang meliputi klasifikasi tanah dan ukuran tanah, sebagaimana

terlampir dalam tabel. I.

Tabel. 3.1. Klasifikasi Tanah Desa Karangsono

No Klasifikasi Tanah Ukuran

(Ha)

Porsentase

(%)

1 Tanah sawah 146.5 54.01%

2 Tanah fasilitas

umum 15.4 5.68%

3 Tanah kering 109.35 40.31%

4 Tanah basah 0 0.00%

5 Tanah Hutan 0 0.00%

6 Tanah Perkebunan 0 0.00%

Total 271.25 100.00%

50

Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan

Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak Tahun 2017.

Tabel di atas menunjukan bahwa luas total desa

Karangsono adalah 266.405 Ha, dengan tanah sawah seluas

146, 50 Ha, luas tanah untuk fasilistas umum seluas 15, 40 Ha

dan memiliki tanah kering seluas 109, 35 Ha. kemudian untuk

tanah kering terbagi menjadi dua bagian yaitu tegal atau ladang

seluas 31,25 Ha dan untuk pemukiman seluas 78,10 Ha. Desa

Karangsono terdiri dari 5 Rukun warga (RW) dan 47 Rukun

Tetangga (RT). Untuk iklimnya memiliki curah hujan 2,500, 00

mm, 4 bulan hujan dan suhu rata – rata berkisar 29,00 oC.

Untuk Topografi desa Karangsono adalah dataran rendah

dengan warna tanah sebagian besar hitam dan tekstur tanah

adalah tanah lempung.83

Untuk batasan wilayahnya penulis telah merangkumnya

menjadi tabel sebagai berikut:

Tabel. 3.2. Batas - Batas Wilayah Desa Karangsono

No Batasa Wilayah Kecamatan

1 Sebelah Utara Desa Candisari Mranggen

2 Sebelah Selatan Desa Kuripan Karangawen

3 Sebelah Timur Desa Kuripan Karangawen

83

Buku Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan Desa Karangsono

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2017.

51

4 Sebelah Barat Desa

Kembangarum Mranggen

Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan

Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak Tahun 2017.

Orbitrasi Desa Karangsono Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak adalah sebagai berikut:84

a. Jarak ke Ibukota kecamatan : 5 km.

b. Jarak ke Ibukota Kabupaten/kota : 30 km.

c. Jarak ke Ibukota Provinsi : 20 km.

Dusun di desa Karangsono ada tiga yaitu:

a. Karangsono Krajan

b. Karangsono Jetis

c. Karangsono Ploso

2. Kependudukan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak.

Pada bulan September 2017 jumlah penduduk desa

Karangsono berjumlah 6.163 orang/jiwa. Untuk rincianya

adalah sebagai berikut:

84

Ibid.

52

a. Jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi.

Tabel. 3.3. Klasifikasi Penduduk Desa

Karangsono

No Klasifikasi Penduduk Jumlah Porsentase

%

1

Jumlah penduduk menurut

jenis kelamin

Laki-laki 3.112 47.05%

Perempuan 3.502 52.95%

Total 6.614 100.00%

2 Jumlah penduduk menurut

Kepala Keluarga (KK) 1940 99.66%

3

Jumlah penduduk menurut

kewarganegaraan

WNI Laki-laki 3.112 47.05%

WNI Perempuan 3.502 52.95%

WNA Laki-laki 0 -

WNA Perempuan 0 -

Total 1946.614 199.66%

Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan

Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak Tahun 2017.

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa klasifikasi desa

Karangsono terbagi menjadi tiga kelompok. Untuk

53

kelompok pertama dibedakan menurut jenis kelamin.

Untuk jenis kelamin laki – laki ada 3.112 (47.05%) jiwa

dan untuk jenis kelamin perempuan ada 3.502 (52.95%)

jiwa, totalnya adalah 6.164 jiwa. Kemudian untuk jumlah

total KK ada 1940. Untuk WNA di desa Karangsono tidak

ada satupun orang asing yang tinggal atau nol jiwa.

b. Jumlah Penduduk Menurut Usia, sebagaimana

dijelaskan dalam tabel. IV.

Tabel. 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Usia

No Usia Jumlah Porsentase

(%)

1 0 -< 1 tahun 69 1.27%

2 1 - 4 tahun 367 6.69%

3 5 - 9 tahun 419 7.63%

4 10 - 14 tahun 417 7.60%

5 15 - 19 tahun 451 8.29%

6 20 - 24 tahun 492 9.04%

7 25 - 29 tahun 508 9.34%

8 30 - 34 tahun 531 9.76%

9 35 - 39 tahun 532 9.78%

10 40 - 44 tahun 443 8.14%

11 45 - 49 tahun 374 6.88%

12 50 - 54 tahun 299 5.50%

54

13 55 - 59 tahun 237 4.36%

14 60 - 64 tahun 150 2.30%

15 65 - 69 tahun 113 2.08%

16 70+ 86 1.58%

Total 5488 100%

Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan

Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak Tahun 2017.

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa pada tahun

2017 total penduduk di desa Karangsono telah mencapai

5.440 jiwa. Penduduk tersebut terdiri dari usia 0 tahun –

70+. Untuk usia 35 – 39 tahun adalah usia yang terbanyak

yaitu sebanyak 532 (9.78%) jiwa.

c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikannya,

akan dijelaskan pada tabel. 3.5.

Tabel. 3.5 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa

Karangsono

No Tingkat

Pendidikan

Laki-

laki Perempuan Jumlah

Porsentase

(%)

1

Usia 3-6 tahun

yang belum

masuk TK

508 468 976 12.40%

2 Usia 18 - 56 1522 2000 3522 44.75%

55

tahun yang

pernah SD tapi

tidak lulus

3 Tamat

SD/Sederajat 324 343 667 8.47%

4 Tamat

SMP/Sederajat 621 627 1248 15.86%

5 Tamat

SMA/Sederajat 712 643 1355 17.22%

6 Tamat D-

1/Sederajat 4 3 7 0.09%

7 Tamat D-

2/Sederajat 9 0 9 0.11%

8 Tamat D-

3/Sederajat 4 12 16 0.20%

9 Tamat S-

1/Sederajat 36 29 65 0.83%

10 Tamat S-

2/Sederajat 2 4 6 0.08%

Total 3742 4129 7871 100.00%

Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan

Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak Tahun 2017.

56

Dari data diatas menunjukan bahwa masyarakat

desa Karangsono pada tahun 2017 banyak yang tidak

mengutamakan pendidikanya ini terlihat dari banyaknya

jumlah penduduk yang pernah SD tapi tidak lulus

sebanyak 3522 (44.75%). Meski begitu jumlah lulusan s1

dan s2 mencapai 71 orang (0.91%). Ini menunjukan bahwa

meski banyak yang tidak mementingkan pendidikanya di

desa Karangsono tapi ada sebagian masyarakat yang

semangat belajar hingga menamatkanya sampai perguruan

tinggi.

d. Struktur Pemerintahan Desa Karangsono

Untuk mengetahui siapa saja pejabat yang

memegang kekuasaan di desa Karangsono berikut penulis

sajikan pada tabel 3.6.

No Nama Jabatan

1 Mustakim Kepala Desa

2 Prawono Sekretaris Desa

3 Sumardi Kaur Pemt & Umum

4 Kasnadi Staf. Kaur. Pemt & Umum

5 Rohmad Muid

Kaur Pembangunan &

Kesra

6 Millatin Roikhah Kaur Keuangan

7 Masudi Modin

8 Damsuki Modin

57

9 Romidi Ulu – ulu

10 Sargi Ulu – ulu

11 H. Subakir Jogoboyo

12 Ali Asroni, A.Md Kadus Krajan

13 Asro Siswanto Kadus Jetis

14 Purnomo Kadus Ploso

Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan

Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak Tahun 2017.

3. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Desa Karangsono

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

a. Kondisi Ekonomi Desa Karangsono

Desa karangsono merupakan desa yang mayoritas

penduduknya adalah petani dan buruh atau karyawan.

Untuk memperjelas hal tersebut, berikut penulis sajikan

pada table 3.7.

Tabel 3.7 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat desa

Karangsono.

No Jenis

Pekerjaan

Laki-

laki Perempuan Jumlah

Porsentase

(%)

1 Petani 292 407 699 30%

2 Buruh tani 100 216 316 14%

3 PNS 10 8 18 1%

4 Pedagang 13 3 16 1%

58

keliling

5

Pedagang

barang

kelontong

10 5 15 1%

6

Karyawan

perusahaan

Swasta

150 215 365 16%

7 TNI 3 0 3 0%

8 Belum Bekerja 77 58 135 6%

9 Pelajar 363 296 659 28%

10 Ibu Rumah

tangga 0 105 105 5%

Total 1018 1313 2331 100%

Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan Desa

Karangsono Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2017.

Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah petani

dan buruh tani adalah yang paling tinggi, dengan jumlah

699 orang (30%) untuk petani dan 316 orang (14%) untuk

buruh tani disusul dengan karyawan swasta sebanyak 365

(16%) orang dari total 2331 orang.

Desa karangsono juga memiliki lahan pertanian

yang masih sangat luas, maka tidak heran jika masyarakat

Desa Karangsono didominasi oleh para petani. Selain itu

masyarakat desa Karangsono juga menggarap lahan

pertanianya untuk usaha pembuatan batu bata meski tidak

59

disebut dalam tabel diatas. Karena ada sebagian para

pengusaha batu bata mereka juga bertani.

Petani di desa Karangsono juga melakukan

aktivitas - aktivitas bertani pada umumnya. Mereka juga

melakukan bercocok tanam, memanen dan berbagai

kegiatan pertanian lainya. Dikarenakan daerahnya yang

panas dan merupakan dataran rendah, petani di desa

Karangsono biasanya hanya menanam padi dan palawija.

Para petani dan pengusaha batu bata desa

karangsono juga memiliki kebiasaan dalam hal memenuhi

kebutuhan bertani atau berusaha batu batanya yaitu jual

beli air jumbangan. Hal ini dikarenakan setiap tahunya

terjadi musim kemarau yang menghabiskan air para petani

dan pengusaha batu bata. Maka salah satu jalan untuk

memenuhinya adalah dengan jalan bertransaksi air

Blumbang. Semua itu dilakukan agar tidak terjadi gagal

panen, pengolahan batu bata tetap bisa dilakukan. Berikut

penulis sajikan tabel pemilik air Blumbang.

3.8 Tabel Pemilik air Blumbang di Desa Karangsono

NO NAMA ALAMAT

1. Sarwan RT. 03 RW.O5

2. Subi RT. 03 RW. 05

3. Kaswan RT. 01 RW. 06

4. Surawi RT. 01 RW. 06

60

5. Jumar RT. 01 RW. 06

6. Parwi RT. 01 RW. 06

7. Jamian RT. 01 RW. 06

8. Samidi RT. 01 RW. 06

9. Kamsir RT. 02 RW. 05

10. Jumadi RT. 03 RW. 05

11. Jumain RT. 04 RW. 05

12 Jasno RT. 04 RW. 05

13 Sujono RT. 04 RW. 05

14 Slamet RT. 07 RW. 05

15 Mat rokim RT. 07 RW. 05

16 Sunar RT. 03 RW. 05

17 Nardi RT. 03 RW. 05

18 Darno RT. 03 RW. 05

19 Romani RT. 04 RW. 05

20 Ma’ruf RT. 06 RW. 05

21 Solekhan RT. 06 RW. 05

22 Muammar RT. 01 RW. 06

23 Nur mad yani RT. 01 RW. 06

24. Romadon RT. 01 RW. 06

25 Sugi RT. 01 RW. 06

26 Kaswi RT. 04 RW. 05

27 Japar RT. 03 RW. 05

28 Zubaedi RT. 03 RW. 05

61

29 Maula RT. 07 RW. 05

30 Sukardi RT. 07 RW. 05

31 Karmani RT. 03 RW. 05

32 Masikun RT. 03 RW. 05

33 Kumoh RT. 03 RW. 05

34 Rodi RT. 03 RW. 05

35 Kasmani RT. 05 RW. 05

36 Sukirman RT. 03 RW. 05

37 Sohib RT. 03 RW. 05

38 Mashudi RT. 04 RW. 05

39 Kasan RT. 03 RW.05

40 Wakijan RT. 03 RW. 05

41 Slamet RT. 02 RW. 05

42 Arip RT. 02 RW. 05

43 Turmudzi RT. 02 RW. 05

44 Saerozi RT. 03 RW. 05

45 Edi susanto RT. 03 RW. 05

46 Muh. Rokim RT. 02 RW. 05

47 Ngatemin RT. 02 RW. 05

48 Abdul faqih RT. 05 RW. 05

49 Sukarjo RT. 05 RW. 05

50 Ahmadun RT. 02 RW. 05

51 Junaidi RT. 02 RW. 05

52 Asroni RT.09 RW 01

62

53 Muh Sobirin RT.09 RW 01

54 Ngapian RT.09 RW 01

55 Abu Khoir RT. 05 RW 01

b. Kondisi Sosial Desa Karangsono.

Desa Karangsono mayoritas adalah umat muslim.

Menurut data Profil umum desa Karangsono untuk

pemeluk Islam terdapat 3112 laki - laki dan perempuan

3051 orang. Tidak ada agama lain yang di peluk oleh

masyarakat desa Karangsono selain agama Islam.

Desa Karangsono pun begitu banyak sekali

kegiatan keagamaan diantaranya adalah kegiatan jamaah

Tahlil, Fatayatan, Muslimatan, Yasinan, pengajian setiap

hari Jumat di Masjid dan berbagai kegiatan keagamaan

lainya.

Selain kegiatan keagamaan diatas ada juga hal lain

bahwa keagamaan di desa Karangsono sangat kental. Kali

ini bisa dilihat dari sarana dan prasarana yang ada di desa

Karangsono. Untuk memperjelas hal itu penulis akan

menyajikanya dalam bentuk tabel.

63

Tabel 3.8 sarana dan prasarana umum di Desa

Karangsono.

No. Jenis Sarana Jumlah

1 Masjid 3

2 Mushalla 31

3 Taman Kanak-kanak 2

4 Sekolah Dasar 3

5 Balai Desa 1

6 Lapangan Sepak Bola 2

7 Lapangan Bulu

Tangkis 3

8 Lapangan Volly 2

Meja Pingpong 1

8 Pondok Thariqoh 1

9 Madrasah Diniyah 2

Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan

Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak Tahun 2017.

Jika dilihat dari tabel di atas untuk sarana dan

prasarana tempat beribadatan masjid dan Musholla ada 34

buah, begitu banyaknya tempat ibadah di Desa

Karangsono. Ada juga Madrasah Diniyah atau lembaga

pendidikan Islam juga cukup memadai yaitu sebanyak dua

buah. Sehingga memungkinkan bagi masyarakat desa

64

Karangsono untuk menjalankan ritual keagamanya secara

mudah tidak terbatas oleh fasilitas maupun sarana

Prasarana.

Hampir setiap minggu ada tahlilan85

di tiap – tiap

dukuh bahkan tiap gang memiliki jamaah tahlilnya masing

– masing. Jamaah tahlilpun bukan hanya bapak–bapak tapi

ibu–ibu juga. Kemudian setiap selapan (35 hari) sekali

terdapat kegiatan fatayat berupa pengajian yang biasanya

diikuti oleh ibu – ibu yang tergabung dalam fatayat dan

muslimat NU. Selain itu banyak juga kegiatan keagamaan

yang dilakukan oleh kalangan para pemuda, berupa

yasinan yang dilakukan oleh karang taruna dan IPNU

(ikatan pelajar Nahdlatul Ulama) – IPPNU (ikatan pelajar

putri Nahdlatul Ulama), triwulanan86

dan beberapa

kegiatan lainya, sehingga masyarakat di desa Karangsono

sangatlah sibuk dalam kegiatan kegamaan.

Masyarakat desa Karangsono adalah masyarakat

yang bersuku atau beretnis jawa seperti pada masyarakat

jawa pada umumnya. Mereka saling berinterkasi dan

berkomunikasi seperti pada masyarakat jawa pada

umumnya yaitu dengan Bahasa jawa. Adapun kegiatan

85

Tahlilan adalah pembacaan kalimah toyyibah (tahlil, takbir, tahmid

dan kalimat baik lainya). 86

Triwulanan adalah sebuah kegiatan berupa pemberian materi

keagamaan kepada anggota IPNU – IPNNU yang biasnaya dibuat dengan konsep

dialog interaktif.

65

adat atau ritual – ritual budaya yang ada di desa

Karangsono adalah adat atau ritual adat jawa yang di

kemas secara islami, misalnya acara tingkepan, mitoni,

slametan, upacara pernikahan, berdoa pada 3 hari, 7 hari,

40 hari, 100 hari, 1000 hari kematian dan lain sebagainya.

Dalam upacara adat atau ritual – ritual tersebut tidak lepas

dari kalimat – kalimat toyyibah, bacaan Al Quran, Do’a –

do’a dan lain sebagainya.

Dari penjelasan tersebut bisa ditarik kesimpulan

bahwa masyarakat desa Karangsono banyak dari kegiatan

sosialnya, budaya dan adat dipengaruhi oleh ajaran islam.

Sebuah agama yang memang banyak dianut oleh mayoritas

penduduk Indonesia. Apalagi desa Karangsono adalah desa

yang terletak di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak,

yang dianggap sebagai daerah disebuah pesisir pantura

yang sangat religius.

B. Pelaksanaan Jual Beli Air Blumbang di Desa Karangsono

Kecamatan Mranggen.

Desa karangsono adalah desa yang mayoritas masyarakat

berpencaharian sebagai petani dan sebagian masyarakatnya juga

bermata pencaharian sebagai pengrajin atau pembuat batu bata.

Karena hal itu maka masyarakat desa Karangsono harus

bersinggungan dengan air sebagai alat utama untuk kesuburan

pertanian dan salah satu bahan utama dalam pembuatan batu bata.

66

Selain itu desa Karangsono hanya memiliki sawah tadah hujan.

Meski di desa Karangsono terdapat saluran irigasi air, air yang

mengalir tidak bisa optimal menyebar keseluruh sawah masyarakat

desa Karangsono karena tidak adanya aliran air dari saluran irigasi

tersebut saat musim kemarau. Karena hal itulah transaksi jual beli air

Blumbang menjadi salah satu solusi selain sumur bagi para petani

dan pengrajin batu bata disana.

Blumbang adalah bekas atau sisa penggalian tanah yang di

gunakan untuk pembuatan batu bata, maka ketika kontrak untuk

pembuatan batu bata di sawah itu telah habis atau sudah sangat

dalam karena sering digali maka tanah tersebut menjadi tanah yang

tidak produktif dan tertampunglah banyak air ketika muslim hujan.

Selain itu karena ukuranya yang besar air yang tertampung dalam

Blumbang tidak cepat habis karena proses penguapan. Air yang

tertampung di dalam Blumbang kemudian akan digunakan oleh

pemilik Blumbang, baik itu di gunakan sendiri, di jual kepada para

petani atau pembuat batu bata yang membutuhkan air Blumbang

tersebut atau digunakan untuk menternakan ikan.

Faktor yang menyebabkan jual beli air Blumbang ini terjadi

adalah karena factor kebutuhan dimana para petani dan pengusaha

batu bata sangat membutuhkan air untuk pertanianya dan untuk

pengolahan batu bata.87

Sedangkan untuk pemilik air Blumbang

mereka membutuhkan uang untuk membayar pajak karena

87

Wawancara dengan bapak Sumardi (selaku pembeli) di Sawah. 11

April 2018.

67

Blumbang menjadi tanah yang tidak produktif karena hanya bisa

digunakan untuk menampung air maka dengan transaksi jual beli ini

meringankan beban pemilik air Blumbang untuk membayar pajak.88

Kemudian factor tolong menolong dan relalah yang menjadi faktor

utama karena mereka tak menganggab bahwa air Blumbang sebagai

air yang dimuliakan sehingga para pemilik air Blumbang tak

keberatan jika air jumbanganya dibeli.

Untuk ukuran jumbangan biasanya berukuran 1/4 atau 1/8

bahu. Untuk 1/8 bahu adalah sekitar 900 M2 dan untuk 1/4 adalah

sekitar 1.750 M2

sampai 1800 M2 . Untuk kedalamanya adalah

sekitar 75 cm atau sekitar Paha orang dewasa sampai 1 meter atau

sekitar dada orang dewasa. Penyebutan bahu adalah penyebutan

untuk tanah yang berukuran sekitar 7000 M2.

Menurut bapak Sumardi jumlah Blumbang yang ada di desa

Karangsono ada 55 jumbangan. Terdiri dari 30 Blumbang besar dan

25 Blumbang kecil.89

Untuk Masyarakat yang melakukan Jual beli

air Blumbang adalah para pengusaha batu bata yaitu 55 orang dan

sisanya adalah petani.

88

Wawancara dengan ibu Yatemi (Selaku pemilik) di rumhanya, 4

februari 2018. 89

Wawancara dengan bapak Sumardi (selaku pembeli) di Sawah. 11

April 2018.

68

1) Macam – Macam Jual beli air Blumbang di Desa

Karangsono Kecamatan Mranggen Demak.

Ada dua macam transaksi jual beli air Blumbang di Desa

Karangsono yang sering dilakukan oleh masyarakat desa

Karangsono diantaranya adalah:

a. Jual Beli Air Blumbang dengan Menggunakan Waktu.

Untuk transaksi jual beli air Blumbang dengan

takaran jam ini merupakan transaksi yang biasa dilakukan

oleh masyarakat di sana karena perjanjianya yang terbilang

sebentar, tidak rumit dan mudah dilakukan. Apalagi untuk

harganya sendiri terbilang sangat murah Cuma Rp. 10.000

atau 20.000 tergantung musim hujan, musim kemarau atau

kesepakatan bersama pada saat transaksi tersebut. Umumnya

para pelaku jual beli ini adalah mereka yang membutuhkan

air tidak terlalu banyak atau cukup untuk saat dibutuhkan.

Untuk membeli air Blumbang masyarakat biasanya

datang kerumah pemilik Blumbang atau bertemu di sawah

untuk melakukan sebuah transaksi jual beli air Blumbang

dengan begitu terjadilah sebuah kesepakatan.90

Harga

perjamnya di sesuaikan dengan keadaaan musim, jika itu

musim kemarau maka harganya sekitar Rp. 15.000 - Rp.

20.000 dan bila dilakukan pada musim hujan harganya

sekitar Rp. 10.000 atau tergantung kesepakatn bersama.

90

Wawancara dengan ibu Yatemi (Selaku pemilik) di rumhanya, 4

februari 2018.

69

Untuk pengambilan air penjual dan pembeli air Jumbangan

saling percaya, jadi tidak diteliti atau diperiksa waktu

penyedotan air di jumbangan.91

Pompa air yang digunakan pembeli tidak ada

spesifikasi khusus baik itu pompa airnya kecil atau besar,

daya pompanya tinggi atau kecil terserah pada pembeli.

Dekat maupun jauh patokan harganya sama seperti yang

dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Yang jelas takaran

yang digunakan saat tranksaksi adalah menggunakan waktu

atau jam sebagai takaranya. Pompa air atau alat sedot air

yang digunakan merupakan alat sedot milik pembeli air

jumbangan atau pembeli meminjam kepada para petani lain.

Penjual air jumbangan biasanya hanya menjual air

Jumbanganya tidak menyediakan alat pompa air.92

b. Jual Beli Air Blumbang Secara Tebas.

Dalam transaksi tebas bukan hanya padi, buah dan

beberapa komuditas pangan lainya ternyata jual beli airpun

ada model secara tebasan di desa Karangsono. Dalam

penebasan air Jumbangan biasanya dilakukan untuk jumlah

air yang banyak. Masyarakat di sana biasanya menebas air

untuk pertanian, pengolahan batu bata atau untuk diambil

91

Wawancara dengan bapak Sumaryono (selaku pembeli) di

kediamanya, 4 februari 2018. 92

Wawancara dengan ibu Yatemi (Selaku pemilik) di rumhanya, 4

februari 2018.

70

ikanya dengan cara membuang airnya. Untuk penebasan air

jumbangan ada yang sekali habis dan ada tidak langsung

dihabiskan karena dibuat untuk cadangan.

Untuk transaksi jual beli air Blumbang yang tidak

langsung dihabiskan semacam ini, biasanya dilakukan oleh

para pengrajin batu bata karena pengolahan batu bata

membutuhkan air secara terus menerus. Pada musim

kemarau air di plataran cepat habis karena sering digunakan

dalam pembuatan batu bata dan tidak ada suplai air. Maka

untuk itu para pengrajin batu bata menebas air Blumbang

sebagai cadangan air jika air yang di plataran telah habis.

Untuk jual beli secara tebas, kontrak akan berakhir

jika air sudah habis atau air sudah tidak dibutuhkan lagi,

yaitu ketika telah terjadi musim hujan. Untuk transaksi

semacam ini biasanya terjadi pada bulan mei atau awal

musim kemarau dan berakhir sesuai dengan kesepakatan

bersama yaitu airnya telah habis, terjadi musim hujan atau

batasan maksimalnya selama setengah tahun.

Untuk transaksinya masih bersifat sederhana yaitu

petani atau pengusaha batu bata bertemu dengan pemilik

Blumbang untuk mengadakan kesepakatan,bersama.

Biasanya pemilik air jumbangan memberikan tawaran harga

sesuai dengan kedalaman atau lebar Blumbang. Untuk harga

air Jumbangan yang di jual secara tebas biasanya dihargai

dengan besar kecilnya Blumbang, jika besar sekitar

71

Rp.700.000 dan jika kecil sekitar Rp. 500.000 atau sesuai

dengan kesepakatan bersama.93

Untuk penggunaan pompa

air ketentuanya sama dengan jual beli menggunakan waktu.

Perbedaan antara jual beli air secara tebas dan jual

beli air dengan cara menggunakan waktu adalah terletak

pada waktu, jika secara tebas masa kontrak berakhir ketika

air telah habis atau ketika air sudah tidak digunakan lagi

karena musim hujan sedangkan pada takaran waktu terletak

pada berapa waktu yang ingin digunakan untuk menyedot

air. Tergantung kebutuhan dari pembeli. Jika membeli

secara tebas, air jumbangan ada yang digunakan untuk

cadangan pengolahan batu bata sedangkan jam itu hanya

digunakan sekali itu baik untuk pertanian atau juga

pengolahan batu bata.

Untuk transaksi jual beli air Blumbang

menggunakan waktu ini lebih meyakinkan kadar dan

kuantitasnya karena bisa dikira – kira oleh pemilik dan

pembeli air Blumbang. Namun untuk secara tebas kuantitas

airnya berbeda – beda tidak bisa ditentukan, karena selain

tergantung dari penggunaan diesel kecil atau yang besar tapi

juga dari jarak lokasi pemompaan air sampai ke pengeluaran

atau tujuan air Blumbang karena tebas tidak bisa ditentukan

kadar airnya berapa jumlah air yang akan di dapat karena

93

Wawancara dengan bapak Asroni (selaku pemilik) di rumhanya, 23

Februari 2018

72

tidak jelasnya transaksi yang ada yaitu mengontrak

Blumbang yang belum tentu ada setiap saat airnya. Hal itu

juga disadari oleh para penjual dan pembeli air Blumbang.

Tapi mereka menganggab bahwa hal itu adalah baik karena

belum ada cara lain yang lebih meyakinkan yang setara

dengan jual beli air Blumbang dengan menggunakan waktu.

73

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI AIR

BLUMBANG DENGAN TAKARAN JAM DI DESA

KARANGSONO KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN

DEMAK.

A. Analisis praktek Jual beli Air Blumbang dengan Takaran Jam

di Desa Karangsono Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

Salah satu syarat barang dalam transaksi jual beli adalah

barang harus dimiliki oleh orang tertentu. Dengan demikian tidak

sah jual beli sesuatu atau barang yang menjadi milik umum seperti

air.94

Air adalah sebuah kebutuhan manusia yang sampai sekarang

belum tergantikan oleh apapun. Maka dari itu air tidak dapat dimiliki

oleh perorangan. Kecuali jika mendapatkan air itu sesuai dengan

cara yang dibenarkan oleh syariat.

Pada Bab III penulis telah menjelaskan praktik jual beli air

Blumbang di Desa Karangsono kecamatan Mranggen dengan

Takaran Jam. Di sini para petani dan penjual batu bata atau

masyarakat setempat membeli air jumbangan untuk persawahanya

atau juga untuk bahan pengolahan batu bata di desa Karangsono.

Mereka di sana menggunakan Blumbang, yaitu tanah bekas

penggalian batu bata, maka tertampunglah air yang banyak ketika

94

Wahbah Zuhaili, Fiqhul Islam waadilatuhu 5, diterj: Abdul Hayyie

al – katttani, dkk, Jakarta: Gema Insani, 2011, 120.

74

musim hujan, sehingga dapat digunakan untuk dirinya sendiri dan

orang lain atau melakukan jual beli air Blumbang baik secara takaran

jam maupun cara lainya.

Untuk jual beli air di desa Karangsono ada dua cara dalam

jual beli air Blumbang, yaitu cara jual beli secara tebas dan jual beli

air yang menggunakan takaran jam yang mana telah di jelaskan pada

bab III.

Ukuran Blumbang biasanya relative tidak ada ukuran pasti,

tapi umumnya jumbangan berukuran sekitar 3500 m2 (½ bahu),

1750 m2 1800 m2 (¼ bahu) atau 900 m2 (1/8 bahu) dan untuk

ukuran kedalamanya adalah sekitar 75 cm – 100 cm atau setara

dengan paha sampai dada orang dewasa.

Untuk jual beli yang menggunakan waktu penyedotanya

dengan menggunakan pompa air milik mereka sendiri atau

meminjam dari petani lain, sehingga ada beberapa jenis diesel yang

digunakan di sana. Untuk besar kecilnya ukuran diesel tidak terlalu

di permasalahkan, padahal semakin besar dieselnya semakin banyak

kuantitas air yang didapat begitupun sebaliknya. Begitu juga

semakin jauh tempat pemompaan airnya semakin sedikit airnya,

sebalikanya jika semakin dekat tempat pemompaan airnya maka

semakin banyak air yang didapatkan. Mereka biasanya menjual air

dengan takaran jam dengan kisaran perjamnya dihargai Rp.15.000 –

Rp. 20.000. tergantung musim hujan, musim kemarau atau sesuai

75

dengan kesepakatan bersama. Oleh karena itu, air yang mereka

dapatkan dari pembelian air jumbangan secara takaran jam berbeda

kuantitasnya.

Adapun faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya jual

beli air Blumbang adalah kebutuhan para petani dan pengusaha bata,

mereka harus membeli air, ketika air di sawah – sawah dan plataran

– plataran telah mengering seiring dengan terjadinya musim

kemarau. Agar tidak terjadi gagal panen dan pengolahan batu bata

tetap berjalan maka harus membeli air. Di sana ada saluran irigasi,

namun saluran irigasi tersebut juga akan mengering ketika musim

kemarau. Maka solusinya adalah menggunakan air jumbangan yang

ketika musim kemarau tidak mudah ikut mengering karena kuantitas

air di jumbangan lumayan banyak dan memiliki kedalamam yang

cukup.

Selain dari para petani, ada juga factor yang berasal dari

pemilik Blumbang di antaranya adalah untuk mengganti biaya pajak

tanah, tolong menolong, dan untuk mencari keuntungan. Hal itu

karena Blumbang meski tidak produktif tapi pajak tanah harus tetap

dibayarkan sehingga dengan menjual air di Blumbang bisa

meringankan beban dalam pembayaran pajak. Selain karena

kebutuhan yang mendesak para petani dan pembuat batu bata, maka

mereka diantaranya mengambil air begitu saja tanpa ada izin dari

pemiliknya sehingga para pemilik Blumbang merasa resah dan lebih

baik mejualnya daripada dicuri atau diambil tanpa izin. Selain itu

76

para petani dan pemilik usaha batu bata menganggab bahwa tidak

ada cara lain selain membeli atau bertransaksi air kepada para

pemilik air jumbangan. Dengan demikian factor yang mempengaruhi

para pelaku jual beli air Blumbang adalah karena kebutuhan dan

tolong menolong.

Masyarakat di sana masih menganggab air bukan suatu harta

yang dimuliakan.95

Sehingga dalam hal jual beli air mereka tidak

terlalu memperhatikan kejelasan jual beli secara pasti, baik secara

ukuran diesel, jarak yang jauh atau dekat maupun harga, semuanya

tergantung kesepakatan bersama. Untuk itu dalam transaksi jual beli

air mereka manganggabnya sebagai tolong menolong bukan untuk

mencari keuntungan secara berlebihan. Pemilik air jumbangan

menolong mengairi sawah dan plataran sedangkan pembeli air

Blumbang menolong pemilik air dari pembayaran pajak.

Menurut penjelasan di atas kita dapat memahami bahwa

praktik jual beli air Blumbang adalah jual beli yang mana sangat

dibutuhkan atau dalam kata lain jual beli air jumbangan adalah jual

beli karena terpaksa atau darurat. Kebutuhan air untuk pertanian dan

pengolahan batu bata adalah salah satu kebutuhan yang mutlak harus

dipenuhi karena dengan tidak adanya air tersebut maka masyarakat

disana menjadi kesulitan. Sesuai dengan kaidah Fiqh berikut ini:

95

Wawancara dengan Bapak Ali Thabrani (Selaku ulama setempat) di

rumahnya tanggal 17 April 2018

77

احلاجة تنزل منزلة الضرورة

“Hājat ditempatkan pada tempat dharūrat”96

.

Dalam kaidah fiqh di atas dijelaskan bahwa hajat berada

pada posisi darurat. Karena Islam adalah agama yang tidak

menghendaki kesukaran bagi pemeluknya maka hal-hal yang

berkaitan dengan hajat di tempatkan pada posisi darurat agar lebih

diutamakan, hal itu juga ada di dalam maqāṣid syarīah.

Dalam maqāṣid syarīah (tujuan hukum Islam) ada tiga

tingkatan sebagai berikut:97

1. Dharūriyat (Primer)

.yaitu sesuatu yang sangat perlu di pelihara atau diperhatikan

seandainya hal itu tidak di perhatikan atau diabaikan maka akan

membawa kepada tidak berartinya kehidupan. Contohnya adalah

belajar agama atau memelihara keagamaan itu sendiri, agar

terhindar dari murtad.98

2. Hājjiyāt (sekunder)

99لوقع الناس يف الضيق واحلرج ىي اليت لوالورودىا على الضروريات

96

Imam Jalaludin Abdurrohman Abu Bakar Suyyuti, Al-asbāh wal-

Nazāir fi qawā‟id wafuru‟ fiqh al-Safi‟iyyah, Jilid 1, Beirut: Dār al-Kutub al-

„Ilmiyah, 2007, 190. 97

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 2, Jakarta: Kencana, 2008, 240. 98

Ibid. 99

Abu Ishaq Asy Syatibi, al-Muwafaqat, Juz I, 2011, 3.

78

Kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi, maka akan

menyebabkan manusia berada dalam kondisi kesulitan.

3. Tahsiniyāt (Tertier)

ىي اليت ترجع اىل مكارم االخلق، وحماسن العادات، وام تكميل نوع من

100االنواع الثالثة

Kebutuhan yang ditujukan untuk kemuliaan akhlaq,

memperbaiki tradisi, dan sebagai penyempurna kebutuhan-

kebutuhan di atasnya.

Jadi dalam transaksi jual beli air jumbangan di desa

Karangsono telah mencapai derajat Hājjiyāt yaitu apabila kebutuhan

itu tidak dilakukan maka akan menjadikan manusia dalam kesulitan.

Padahal Allah selalu menghendaki kemudahan bagi hambanya

sesuai dengan firman Allah SWT:

نسان ضعيفا يريد اللو أن يفف عنكم وخلق ال

Allah hendak meringankan kamu, dan manusia diciptakan

lemah.101

(QS. An-nisa ayat: 28).

Jadi menurut penulis jual beli air jumbangan secara takaran

jam di desa Karangsono meski mengandung gharar, karena

100

Ibid. 101

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah( Pesan, kesan dan keserasian

Al Qur‟an) Surah Ali Imron dan An-Nisa, Jakarta: Lentera Hati, 2002, 409.

79

kuantitas air yang di dapatkan masing – masing pembeli berbeda-

beda atau tidak jelas, akan tetapi boleh dilakukan karena

kebutuhanya merupakan hajat apabila tidak terpenuhi maka akan

menyulitkan masyarakat di sana.

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Air Blumbang.

Jual beli air Blumbang di desa Karangsono adalah jual beli

air yang tertampung di Blumbang/kolam atau bekas penggalian batu

bata dengan menggunakan jam atau waktu.

Dalam Islam, air memang boleh dimanfaatkan karena air

merupakan benda umum ini sesuai dengan Sabda Rasululullah

SAW:

صل اهلل عن حريربن عثمان عن ايب خداش عن رجل من اصحاب النب ـ

سلمون شركاء عليو وسلم ـ قال قال رسول اهلل ـصل اهلل عليو وسلم ـ )امل

اء والكالء والنار( 102يف ثالث يف امل

Dari Harīr ibn Usmān, dari Abu Khidāsyi, dari seorang laki

– laki sahabat Nabi Saw. Berkata, Rasūlullah Saw. Berkata “Kaum

muslim berserikat dalam tiga hal yaitu air, rumput dan api”.(H.R.

Imam Ahmad).

Dari hadis diatas kita dapat memahami bahwa sebenarnya

manusia itu berkongsi dalam tiga hal air, api dan rumput dan tidak

102

Abu Abdullah Ahmad Ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilal ibn as-

saibani, Musnad Ahmad, Juz 50, (Kairo: Mawqi‟ Wizarah al-Misariyah, t.th. Hal

290 hadis ke 28784.

80

boleh ada yang mencegahnya untuk memanfaatkanya. Karena air

sangat dibutuhkan untuk semua manusia maka harus diatur agar

tidak terjadi hal–hal yang merusak atau hal–hal yang merugikan bagi

orang lain agar mencapai kebahagiaan hidup manusia.

Jual beli air memang di perbolehkan asalkan air itu termasuk

māl mubāh (benda – benda bebas) yang telah dilakukan ihraz al-

mubāhat atau isti‟la‟ „ala al-mubāhat (penguasaan terhadapa benda

– benda mubah), seperti menangkap ikan di laut, mengumpulkan

kayu di hutan, mengolah dan menyuling air untuk air minum seperti

air kemasan dan air isi ulang. Terhadap benda – benda tersebut boleh

dijual.103

Jual beli air dalam sejarah islam pernah tercatat yaitu pada

waktu Nabi saw. Tiba di Madinah, ada sebuah sumur yang di kenal

dengan sumur milik rumah orang Yahudi. Pemilik menjual airnya

kepada orang – orang dan Nabi membenarkanya, baik penjual

maupun pembeli berstatus muslim. Keadaan tersebut berlangsung

sampai Ustman bin Affan membeli sumur tersebut dan

mewakafkanya kepada kaum muslimin.104 Hal ini sesuai dengan

hadis nabi yang berbunyi:

103

Rozalinda, Fikih dan Ekonomi Syariah (prinsip dan relasinya dalam

keuangan ekonomi syariah), (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 80. 104

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,jilid 4,terj: Nor Hasanuddin, dkk,

(Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 146.

81

حد ثـنا قـتـيبة: حد ثـنا الليث عن ايب الزناد، عن االعرج، عن ايب ىريرة:

صل اهلل عليو وسلم قال: ))المينع فضل املاء، ليمنع بو الكالء((ان النب

105

1272. Qutaibah menyampaikan kepada kami dari al-Laits,

dari Abu az-Zinad, dari al –A‟raj dari Abu Hurairah bahwa Nabi

SAW bersabda: “Janganlah orang yang memiliki kelebihan air

menahan airnya mencegah timbuhnya rumput (untuk makanan

hewan ternak).”

Jual beli air di Blumbang dapat di bandingkan dengan jual

beli air sumur tersebut karena Blumbang merupakan tanah bekas

galian batu bata milik perorangan. Dengan demikian air yang

tertampung dalam Blumbang adalah hak pemilik air jumbangan.

Seperti halnya sumur milik seseorang. Maka air jumbangan boleh di

jual oleh pemilik air jumbangan.

Hal ini sesuai dengan teori Al-Tawallud minal Mamluk

adalah sesuatu kepemilikan yang dihasilkan dari sesuatu yang

lainnya. Contohnya adalah pohon yang berbuah, hewan yang

beranak-pinak dan lain sebagainya. Blumbangpun sama karena

Blumbang memiliki kedalaman yang cukup untuk menampung air

105

Abu Isa Muhammad bin Isa at –Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6:

Jami‟ at – Tirmidzi, diterj: Tim Darussunnah, Jakarta: Almahira, 2013. Hal 451.

82

hujan maka airpun datang sendiri tanpa ada usaha dalam artian air

yang datang adalah proses alami.

Transaksi jual beli air Blumbang terdapat unsur ijārah yaitu

sewa-menyewa karena jual belinya menggunakan jam/waktu.

Begitupun juga dengan jual beli air secara tebas mereka membeli

dengan cara mengontrak Blumbang selama mereka membutuhkan

yaitu pada musim kemarau dan akan berakhir jika airnya habis,

musim hujan atau sekitar setengah tahun. Meski masyarakat di desa

Karangsono menyebut transaksi itu sebagai jual beli tapi pada

kenyataanya secara tidak langsung ada unsur ijārah.

Ijārah adalah akad yang menggunakan manfaat atau hak

guna suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui

pembayaran sewa atau upah yang tidak disertai dengan pemindahan

kepemilikan barang itu sendiri.

Menurut sayyid sabiq Ijārah adalah akad atas manfaat

dengan imbalan.106

Oleh karena itu, tidak boleh menyewa pohon

untuk dimakan buahnya karena pohon bukanlah manfaat, menyewa

makanan untuk dimakan, serta menyewa barang yang biasanya

ditakar dan ditimbang karena semua ini tidak bisa dimanfaatkan

kecuali dengan menghabiskanya. Tidak boleh juga menyewa sapi,

kambing, atau unta untuk diperah susunya karena penyewaan

memberikan kepemilikan atas manfaat, sementara dalam kondisi ini

106

Sabiq, Fiqhus, 149

83

ia memberikan manfaat atas susu yang merupakan benda, padahal

akad penyewaan berlaku pada manfaat dan bukan pada benda. 107

Pada transaksi jual beli air Blumbang memang terdapat

unsur sewa-menyewa Blumbang. Hal itu karena pemindahan air dari

Blumbang satu ke Blumbang lain menggunakan waktu yang sekilas

mirip seperti Ijārah. Ijārah yang terdapat dalam transaksi jual beli

air Blumbang tidak dibenarkan secara teori karena meski masyarakat

menyewa Blumbang secara jam/waktu tapi tidak mengambil manfaat

dari Blumbang tersebut tapi mereka hanya mengambil air dari

Blumbang tersebut. Sehingga transaksi sewa-menyewa air

Jumbangan secara jam/waktu atau secara tebas tidak benarkan secara

hukum Islam. Karena akad penyewaan berlaku pada manfaat bukan

kepada benda.

Akad yang terdapat pada transaksi air Blumbang tidak bisa

dikatergorikan sebagai Ijārah karena terdapat unsur mengambil

benda bukan mengambil manfaat. Dengan begitu unsur Ijārah tidak

berlaku pada transaksi air jumbangan. Transaksi yang sesuai dengan

air jumbangan tersebut adalah jual beli karena terdapat unsur

pemindahan suatu kepemilikan.

Jual beli air Blumbang harus sesuai dengan Syariat Islam

yaitu memenuhi rukun dan syarat. Secara rukun jual beli air

jumbangan telah memenuhi rukun dalam jual beli karena ada penjual

107

Ibid.

84

dan pembeli, ada objek jual beli yaitu air Blumbang yang suci,

bersih, halal, pembeli mengetahui meski dari ciri-cirinya dan dapat

diserah terimakan. kemudian ṣigat atau serah terima antara penjual

dan pembeli sama – sama saling rela.108

Sedangkan untuk syarat jual

beli menurut Ismail Nawawi rukun jual beli ada lima yaitu adalah

sebagai berikut: 109

1. Pelaku jual beli adalah orang yang dewasa atau mumayyiz

mengerti tentang akad

2. Objek jual beli:

a. Milik Sendiri

b. Benda yang diperjualbelikan itu ada dalam arti yang

sesungguhnya, jelas sifat, ukuran dan jenisnya.

c. Benda yang diperjualbelikan dapat diserahterimakan ketika

akad secara langsung maupun tidak langsung.

d. Benda yang diperjualbelikan adalah māl muttaqawwim atau

dibolehkan oleh syariat dan bermanfaat.

Jika melihat kriteria syarat jual beli di atas dalam jual beli

air Blumbang adalah Blumbang milik sendiri, dapat

diserahterimakan airnya, air adalah benda yang dibolehkan syariat

dan bermanfaat sedangkan untuk syarat benda jelas sifat, ukuran dan

jenisnya untuk jual beli air Blumbang ini belum sesuai dengan syarat

108

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah klasik dan kontemporer (hukum

perjanjian, ekonomi, bisnis dan sosial), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 77. 109

Ibid.

85

karena kuantitas air yang didapatkan masing – masing pembeli

berbeda – beda.

Faktor yang menyebabkan kuantitas air berbeda – beda pada

setiap pembelian adalah karena jual beli air Blumbang menggunakan

waktu sehingga terjadi beberapa kelemahan di antaranya adalah

jarak, jarak yang jauh mengakibatkan air yang di peroleh sedikit

karena waktu yang digunakan tidak disesuaikan dengan jarak yang

ditempuh tapi menggunakan waktu. Apalagi jika selama penyedotan

air atau pemompaan air terjadi masalah seperti alat pemompa airnya

macet, selang menuju ketempat tujuan bocor dan hal–hal lain yang

dapat menghambat pemompaan air tidak sempurna padahal waktu

tetap berjalan. Kemudian penggunaan ukuran pompa air yang tidak

ditentukan juga menjadi penyebab kuantitas air yang didapatkan

oleh pembeli air jumbangan berbeda - beda, jika pompa airnya besar

maka banyak air yang didapat begitu juga sebaliknya, jika pompa

airnya kecil maka sedikit air yang didapat. Maka jual beli air

Blumbang mengalami permasalahan pada syarat objek yaitu ketidak

jelasan kuantitas air atau air yang didapat oleh pembeli.

Ini akan terjadi sebuah ketidak relaan bagi sipembeli air

ataupun bagi sipemilik air, ketika air yang di pompa ternyata habis

seketika karena daya pompa air yang besar atau bagi pembeli akan

rugi sebab air yang didapat tidak banyak karena menggunakan

pompa yang kecil. Dengan begitu maka jual beli air Blumbang

86

mengandung sebuah ketidak pastian atau ketidak jelasan dalam

takaran dan ini tidak diperbolehkan dalam islam sesuai dengan

firman Allah SWT:

﴾ وإذا ٢﴾ الذين إذا اكتالوا على الناس يستـوفون ﴿١ويل للمطففني ﴿

﴾٣كالوىم أو وزنوىم يسرون ﴿

“Kecelakaan bagi orang-orang yang curang, (yaitu) mereka

yang apabila menerima takaran atas orang lain, mereka minta

dipenuhi,dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang

lain, mereka mengurangi.110

(Al-Muthaffifiin: 1-3)

Ayat di atas menjelaskan bahwa larangan dalam jual beli

salah satunya adalah curang dalam menakar dan menimbang. Ini

untuk melindungi hak–hak penjual dan pembeli. Tidak terjadi saling

kecoh mengecoh dalam jual beli atau mengandung garar sesuai

dengan hadis nabi SAW:

ة قال ان رسول اللو صلى اللو عليو وسلم عن بـيع احلصاة وبـيع عن أيب ىريـر )رواه المحد(.111 الغرر

110

M. Quraih Shihab, Tafsir Al Misbah (Pesan , Kesan dan Keserasian

Al Qur‟an/ JUZ AMMA), (Jakarta: Lentera Hati 2002), 121 dan 123. 111

Abu Abdullah ahmad Ibn Muhammad ibn Hanbal Ibn Hilal ibn Asad

as-Saibani, Musnad Ahmad, Juz 20, (Kairo: Mawqi‟ Wizarah al-Misriyah, t.th),

h.409.

87

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasul Saw, melarang

jual beli dengan lemparan dan yang mengandung garar (tipuan). (H.R Ahmad)

Dari hadist di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli yang

mengandung garar jelas dilarang seperti menjual ikan dalam tambak

yang tidak diketahui berapa ikanya. Begitu halnya jual beli air

Blumbang yang tidak diketahui berapa ukuran sebenarnya air karena

selain tidak ditentukanya pompa air baik kecil maupun besar juga

menggunakan waktu yang tidak sesuai dengan takaran untuk benda.

Air adalah benda yang mana takaran yang sesuai adalah dengan

ukuran benda semisal liter jika diukur secara kadar airnya, secara

kubik jika sesuai kadar volume atau Kg jika ingin mengukur sesuai

dengan beratnya.

Allah berfirman:

ه د ش غ أ ل بـ يـ ت ن ح س ح ي أ اليت ى ال ب يم إ ت ي ل ال ا وا م رب ق وال تـ

ط س ق ال يزان ب م ل ل وا ي ك ل وا ا وف ال وأ ا إ س لف نـف ك ال ن

ا ه ع رب وس ا قـ ان ذ و ك وا ول ل د اع م ف ت ل ا قـ ذ د اللو وإ ه ع وب

وا وف رون أ ذك م ت لك ع و ل م ب اك م وص ك ل ذ

“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim,

kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia

mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan

timbangan dengan adil. Kami tidak membebani sesorang

88

melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu

berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu),

dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan

kepadamu agar kamu ingat.” (al-An‟am 152)112

Dalam firman Allah di atas mewajibkan bagi seseorang

dalam jual beli untuk menyempurnakan takaran atau timbanganya

dengan adil. Maka dalam jual beli air Blumbang yang dilakukan oleh

masyarakat desa Karangsono ini tidak boleh karena mengandung

unsur garar (ketidak jelasan), karena air yang dalam jual belinya

menggunakan waktu dan juga tidak diaturnya penggunaan diesel

yang besar maupun kecil sehingga menyebabkan air yang didapat

oleh pembeli air Blumbang tidak jelas kuantitasnya.

Meski mengandung garar kebiasaan itu telah ada sejak lama

dan memungkinkan bahwa masyarakat sudah merasa rela atau

memaklumi dengan kegiatan tersebut. ini juga menjadi hal yang

perlu diperhatikan bahwa masyarakat di sana menganggab air

jumbangan bukan merupakan sesuatu yang berharga karena air

Blumbang adalah air yang datang sendiri tanpa ada usaha untuk

mendatangkan. Dengan begitu sebenarnya jual beli air Blumbang

tidak begitu dipermasalahkan sebagaimana dengan kaidah fiqh

berikut ini:

العادة حمكمة.

112

Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir (jilid 2), terj: Suharlan

dan Suratman, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014), 1009 – 1010.

89

“Adat kebiasaan itu dapat ditetapkan sebagai hukum”113

.

Kemudian air yang menjadi transaksi adalah air yang

dibutuhkan untuk produksi batu bata dan pertanian. Menjadikan

transaksi jual beli air ini menjadi trnasaksi yang darurat sebab tanpa

air tersebut menjadikan produksi batu bata berghenti dan para petani

gagal panen. Maka dalam hal ini transaksi jual beli air ini sangat

besar manfaatnya daripada madharatnya sehingga menjadikan

madharat yang kecil harus dikalahkan.

Apalagi garar kecil bisa di maafkan karena garar tidak

dapat dipisahkan saat terjadinya transaksi sehingga tidak

memungkinkan menghindari garar ini. Kita bisa melihat Al–garar

(Al-jāhalah) al-Yasir, yaitu ketidaktahuan yang sedikit yang tidak

menyebabkan perselisihan di antara kedua belah pihak dan

keberadaannya dimaafkan, karena tidak merusak akad. Para ulama

sepakat memperbolehkan karena alasan kebutuhan (hājat).

Contohnya: jual beli rumah tanpa melihat pondasinya, karena tidak

terlihat di dalam tanah.:

Jual beli garar memang dilarang dalam islam, akan tetapi

jika jual beli garar tersebut masih kecil atau tidak dipisahkan

darinya maka hal tersebut tidak menghalangi keabsahan atau

kebolehan dalam melakukan jual beli. Sebagaimana pondasi rumah

yang tertanam di tanah, tidak mungkin terlihat mata. Sebagaimana

113

A. Ghozali Ihsan, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Semarang: Basscom

Multimedia Grafika 2015, 88.

90

dengan jual beli air Blumbang yang termasuk garar ringan atau

garar yang dianggap lumrah oleh masyarakat di sana.

Jadi jual beli air Blumbang di desa karangsono di

perbolehkan karena transaksi yang terjadi disana mengandung garar

yang belum dipermasalahkan oleh masyarakat karena masih

dianggap remeh oleh masyarakat di sana. Sehingga jual beli air

Blumbang boleh dilakukan karena kebutuhan atau hajat yang lebih

besar.

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan penjelasan – penjelasan di atas mengenai jual

beli air Blumbang di desa Karangsono kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak, dari situ penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Jual beli air Blumbang secara takaran jam di Desa Karangsono

adalah jual beli air yang menggunakan takaran jam/waktu

sebagai takaranya di tempat bekas pengolahan batu bata

(Blumbang) untuk digunakan sebagai pengairan sawah dan

pengolahan batu bata. Pembeli air Blumbang menggunakan

pompa air mereka sendiri atau meminjam dari petani lain, jadi

pemilik air Blumbang hanya menjual air Blumbangnya saja.

Penggunaan waktu, jarak mengambil air Blumbang, serta tidak

diaturnya ukuran pompa air menyebabkan kuantitas air yang

didapatkan oleh setiap pembeli air Blumbang berbeda-beda.

Harganya pun disesuikan dengan musim hujan atau musim

kemarau dan kesepakatan bersama-sama.

2. Analisis hukum Islam menunjukan bahwa jual beli air

Blumbang dengan menggunakan waktu di Desa Karangsono

tidak terdapat unsur sewa-menyewa karena transaksi air

Blumbang adalah pemindahan kepemilikan air bukan

92

mengambil manfaat dari Blumbang itu sendiri tetapi secara

secara rukun jual beli telah terpenuhi. Tapi jika melihat dari

syaratnya ada beberapa syarat yang tidak terpenuhi diantaranya

adalah kejelasan ukuran barang atau kejelasan ukuran objek

barang. Berarti dalam transaksi jual beli air Blumbang terdapat

unsur garar. Maka hukumnya adalah haram atau tidak

diperbolehkan, akan tetapi karena masyarakat menganggab

bahwa jual beli air Blumbang merupakan jual beli yang sangat

penting atau darurat apalagi masyarakat desa Karangsono

menganggab air Blumbang bukan merupakan barang yang

dimuliakan. Sehingga garar yang terdapat dalam jual beli air

Blumbang termasuk garar yang kecil atau remeh karena

manfaatnya yang lebih besar. Jadi jual beli air Blumbang secara

takaran jam boleh dilakukan.

B. Saran – saran.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis telah

mengerahkan segala kemampuan dan kemauan yang ada tentang

Tinjauan hukum Islam terhadap jual beli air jumbangan secara

takaran jam di desa Karangsono, maka selanjutnya penulis akan

menuliskan saran-saran sebagai berikut:

1. Hendaknya Masyarakat desa karangsono memperhatikan

ukuran diesel dalam bertransaksi sehingga perkiraan berapa

air yang akan di dapat bagi pembeli dan air yang dikeluarkan

bagi penjual dapat diperkirakan.

93

2. Hendaknya masyarakat desa Karangsono mennggunaka

sistem takaran yang sesuai dengan takaran yang lebih jelas

kadarnya seperti; kubik, Kg, atau liter yang telah di sepakati

sebagai ukuran pasti.

3. Hendaknya masyarakat desa Karangsono juga haru

memperhatikan jarak pengambilan air dalam transaksi jual

beli air jumbangan, agar kadar air yang di dapat oleh petani

lebih jelas.

C. Penutup

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, kasih

sayang dan petunjuk Allah SWT, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan perjuangan dan semangat yang

tinggi. walaupun dalam penyusunanya banyak menemuai hambatan,

rintangan dan kemalasan tetapi hal tersebut tidak menjadikan penulis

menyerah dalam menulis, mengumpulkan, penyusunan data, meneliti

dan menganalisisnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis

mengharap petunjuk.

Semoga penulisan skripsi dapat memberikan pencerahan

kepada diri penulis dan kepada pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

A.W. al-Munawwir, Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif,

1997

Abdullah, Abi, Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan Musykil Al-

Bukhori,Beirut: Darul Fikr, 1995.

Abdullah, Abu Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahihh Bukhari, Juz

IV,Beirut: Dār al-Fikr, tt.

Abdullah, Abu, ahmad Ibn Muhammad ibn Hanbal Ibn Hilal ibn Asad

as-Saibani, Musnad Ahmad, Juz 20, Kairo: Mawqi‟

Wizarah al-Misriyah, t.th.

Abdullah, Abu, Muhammad Ibn Yazid al-Qazuwaini wa Majah, Sunan

ibn Majah, Kairo: Mawqi‟ Wizarah al-Auqaf al-Mishriyah,

t.th.

Abdurrahman as- sa‟di dkk, Fiqh al – bay’ wa asy–syira’ pengumpul

dan penyusun Naskah: Abu Muhammad Asyraf bin abdul

maqsud, terj: Abdullah, Jakarta: Senayan

Publishing, 2008.

Abu, Imam Daud, Sunan Abu Daud, Juz II, Beirut : Dār al-Kutub al-

'Ilmiah,1996.

Al Mundziri, Hafizh, At Targhib wat Targhib, terj: Sahli, Mahfudli,

(Jakarta:Pustaka Amani, 1995)

Al Qurtubhi, Imam, Tafsir Al Qurtubhi (Surah An-Nisa’), terj. Ahmad

Rijali Kadir (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008).

Al Qurtubhi, Tafsir Al Qurtubhi (Surah An-Nisaa’, Al Maa’idah dan Al

Al An -‘aam), terj. Ahmad Khotib (Jakarta: Pustaka Azzam,

2008).

Ali, Mohammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa,

Cet. ke-10, 1993.

Asmadi, Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya

dalam Penelitian Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Cet.ke-1,2003.

Bakar, Abu, Jabir al-Jaza‟iri, Minhajul Muslim (Konsep hidup ideal

dalam islam), terj. Musthofa Aini, Amir Hamzah Fachrudin

dan, Kholif mutaqin (Darul Haq: Jakarta,

2014).

Bin, Muslim al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, Beirut:

Dār Ibnu Hisyam Riyadh, tt.

Budi, Purbayu Santosa, “larangan jual beli gharar:tela’ah terhadap

hadis dari musnad ahmad bin hanbal”,Jurnal Ekonomi

Syariah, Vol. 3,No.1, Equilibrium, 2015.

Djazuli, A., Kaidah-kaidah Fikih, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2006.

Fatoni, Nur, Dinamika Relasi hukum dan moral dalam konsep Jual beli

(Studi pada Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majlis

Ulama’ Indonesia (DSN MUI), Semarang:

Lembaga penelitian IAIN Walisongo, 2012.

Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama2007.

Heykal, Muhammad, Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syari’ah, Jakarta:

PT ELex Media Komputindo 2012.

Hidayat, Enang, Fiqh Jual beli, (Bandung: PT Remaja Posdakarya,

2015).

Huda, Qamarul, Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Teras, 2011. Hal 52.

Ibn, Muhammad, Ismail Abu Abdullah al – Bukhari al-Ja‟fi, al-Jami’ al

Shahih al Mukhtashar, Juz 2, Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987.

Ibn, Muslim, al-Hujaj Abu al-Hasan Al-Qusyairi al-Najsyaburi, Shahih

Muslim, Juz 10, Beirut: Dar Ihya‟ al-Turats al-Arabi,t.th).

Ja‟far, Abu Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami’ Al Bayan an Ta’wil

Ayi Al Qur’an, diterj: Ahsan askan, Jakarta: Pustaka Azam

2008.

Mardani, Fiqh Ekonomi syariah Fiqh Muamalah,Jakarta: Prenamedia

Group, 2015).

Mujahidin, Akhmad, Ekonomi islam, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.

2007.

Mustofa, Imam, Fiqih Muamalah kontemporer, Jakarta: Rajawali pers,

2016.

Nawawi, Ismail, Fikih Muamalah klasik dan kontemporer (hukum

perjanjian, ekonomi, bisnis dan sosial), Bogor: Ghalia

Indonesia, 2012.

Noor, Juliansyah, Metodologi penelitian, Jakarta: Kencana, 2014

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi-3,

Quraih, M. Shihab, Tafsir Al Misbah (Pesan , Kesan dan Keserasian Al

Qur’an/ JUZ AMMA), (Jakarta: Lentera Hati 2002).

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Dibawah Naungan Al

Qur’an/surah Al Fatihah – Al – Baqarah) jilid 1 terj:

As‟ad Yasin Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob

Hamzah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000).

Rozalinda, Fikih dan Ekonomi Syariah (prinsip dan relasinya

dalamkeuangan ekonomi syariah), (Jakarta: Rajawali Pers,

2016).

Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, jilid 4,terj: Nor Hasanuddin, dkk, (Jakarta:

Pena Pundi Aksara, 2006).

Sabiq, Sayyid, Fiqhu Sunnah, Juz IV, (Kairo: Dārul „ilmu, 1990)

Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah, diterj: Mujahidin Muhayan, (Jakarta: Pena

Pundi Aksara 2009)

Subgyo, Joko, Metodologi penelitian, Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta :

PT Rineka Cipta, 1994)

Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,

2010).

Syakir, Ahmad, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir (jilid 2), terj: Suharlan

dan Suratman, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014).

Syarifuddin, Amir, Garis – Garis Besar Fiqh(Jakarta: Kencana, 2013).

Tim penulis Fakultas Syariah IAIN Walisongo, pedoman penulisan

skripsi fakultas syariah, (semarang, 2011).

Skripsi

Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT

Bumi Aksara, Cet. Ke-1, 2006.

Latifah Anggraini,: tinjauan hukum islam terhadap perlindungan

konsumen depot air minum isi ulang di kotasemarang,

Skripsi (Semarang: uin walisongo, 2015).

Ahmad Saefudin, “Tinjauan hukum islam terhadap Praktek jual beli batu

bata merah (studi kasus di desa karangsono kecamatan

mranggen kabupaten demak),” Skripsi UIn

Walaisongo Semarang (Semarang, 2015), Lampiran, tidak

dipublikasikan.

Luluk Maslukha,: Tinjauan Hukum Islam Terhadap

PelaksanaanPenjualan Air Sumur Bor Didesa Menganti

Kecamatanamatan Menganti Kabupaten Gresik,” skripsi

(Surabaya: Uin sunan Ampel, 1999)

Zainun Waber,: Tinjauan Hukum Islam Tentang Hak-Hak Penggunaan

Air Menurut Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945, skripsi.

Buku Daftar Isian Potensi Desa

Buku Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan Desa Karangsono

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2017

Lampiran I

Daftar Pertanyaan.

1. Yatemi. Hari minggu tgl 4 Februari 2018 jam 14.00

Sejak kapan anda menjual air jumbangan?

Sejak tahun 2000an

Berapa kali ibu menjual air jumbangan?

2x dengan harga 225 dan 250. Untuk 225 itu karena airnya

lumayan sedikit pas itu, sedangkan untuk 250 dalam keadaan air

yang banyak.

bagaimana cara transaksinya?

Pembeli air jumbangan datang kerumah dan mengutarakan

niatnya untuk membeli air jumbangan. Untuk transaksi

menggunakan system kontrak dalam waktu ½ tahun atau dengan

masa waktu musim kemarau sampai ke musim hujan. Jadi ketika

musim hujan tiba maka akadnya sudah selesai. Dengan

menggunakan mesin pompa air sendiri.

Apa Motivasi anda dalam bertransaksi?

Untuk menolong sesama petani dan pengusaha batu bata. Dan

untuk manfaat lainya yaitu masalah pajak. Karena kita Cuma jual

airnya bukan tanah sehingga airnya dapat dijual untuk menutupi

biaya pajak tanah tersebut.

Pendapat anda dengan takaran jam apakah sesuai?

Kalau menurut saya sistem jual beli air dengan waktu itu

merugikan karena takaran jam sudah bisa menguras isi air dalam

jumbangan.

2. Wawancara dengan bapak Ngapian (Hari minggu tgl 4 Februari

2018) 14.30

Apakah anda menjual atau membeli air Jumbangan?

Membeli air.

Bagaimana sistemnya?

Dengan mengontrak dalam waktu kurang lebih ½ tahun. Dengan

menggunakan pompa air sendiri

Harganya berapa?

Rp. 150 rb untuk jumbangan yang kecil. Tapi biasanya dalam

waktu 2 – 3 jam airnya akan habis.

Bagaimana pendapat Bapak mengenai jual beli air jumbangan?

Ya baik karena untuk tolong menolong.

3. Pembeli (bp. Sumaryono)

Tahun berapa anda pertama kali bertransaksi jual beli air?

- Lupa

Berapa harga air ketika anda membeli?

Harganya 20 rb/jam’

Kapan anda akan membeli airnya?

Ketika musim kemarau

Untuk apa anda membeli air tersebut?

Untuk bahan pembuatan batu bata.

Apakah di awasi ketika anda sedang menyedot airnya?

Tidak di tunggu karena saling percaya.

Apakah anda menggunakan mesin pompa air sendiri?

Ia menggunakan mesin pompa sendiri.

4. Bapak Asroni dirumahnya (23 Februari 2018).

Apakah anda pernah membeli air jumbangan?

Pernah menjual dan pernah membeli.

Bagaimana sistem jual beli air anda?

Tergantung kesepakatan, Bisa dengan perjam, atau juga sistem

tebas air atau juga dengan menggunakan kedalaman jumbangan

permeter.

Apakah anda merasa rugi jika menjual air tersebut?

Tidak ada ruginya sebab, sebab air datang sendiri dan juga untuk

uangnya bisa digunakan untuk membayar pajak.

Apakah ada akta atau surat perjanjian dalam jual beli air

jumbangan ini?

Tidak ada, karena saling percaya dan saling rela.

Berapa harga biasanya anda menjual atau membeli air

jumbangan?

Untuk perjam biasanya Rp.10.000 – Rp. 20.000 dan untuk Tebas

biasanya Rp. 500.000 – Rp. 700.000. untuk tebas biasanya

selama setengah tahun atau pada selama musim kemarau.

Untuk apa biasanya anda menjual atau membeli air

jumbangan?

Macam-macam kadang untuk mengairi sawah dan kadang untuk

mengolah batu bata.

Berapa ukuran jumbangan itu sendiri?

Untuk ukuran jumbangan biasanya berukuran 1/4 atau 1/8 bahu.

Untuk 1/8 bahu adalah sekitar 900 M2 dan untuk 1/4 adalah

sekitar 1.750 M2

sampai 1800 M2 Untuk kedalamanya adalah

sekitar 75 cm Atau sekitar Paha orang dewasa sampai 1 meter.

atau sekitar dada orang dewasa.

Bagaimana pandangan bapak terhadap jual beli air

Jumbangan secara takaran jam?

Baik, bagus karena untuk tolong menolong. Selain itu belum ada

acara lain yang lebih baik.

5. Supardi (11 April 2018). Wawancara di sawah

Apakah anda pernah membeli air ?

Pernah 1 kali

Kapan anda pernah bertransaksi?

Sudah lupa kapan, soalnya sudah lama.

Untuk apa membeli air jumbangan?

Untuk menyirami padi di sawah karena sawah ketika itu

kering

Berapa harga air jumbanganya?

Harga awal Rp. 5000/jam tapi setelah transaksi selesai

bayarnya Rp. 7000/jam.

Berapa ukuran sawah bapak?

Kira-kira ¼ bahu.

Apakah anda setuju dengan system transaksi dengan

takaran jam?

Setuju karena baik untuk tolong menolong.

Hari minggu tgl 4 Februari 2018

6. Ngateni. 10 April 2018 di rumahnya

Berapa harga air jumbangan yang pernah Ibu jual?

Harga air jumbanganya tidak pasti biasanya Rp.15.000 dan

tergantung pihak pembeli mau ngasih berapa. Biasanya pembeli

memberikan uang Rp. 60.000 – 80.000, berarti sekitar 4 jam atau

lebih karena biasanya sampai penuh jumbanganya.

Kepada siapa ibu menjual?

Kepada pemilik plataran atau petani.

Apakah ibu pernah menjual air jumbangan dengan cara lain?

Pernah yaitu secara tebas dengan harga Rp. 400.000 selama 1 tahun.

Berapa luas jumbangan yang ibu miliki?

½ bahu.

Untuk apa air jumbangan tersebut digunakan bu?

Biasanya digunakan untuk mengolah batu bata dan mengairi sawah.

Apa Motivasi ibu melakukan jual beli air jumbangan?

Selain tolong menolong, untuk kebutuhan dan apabila tidak dijual

biasanya diambil oleh petani lain secara diam-diam sehingga sama

saja

Karangsono, 26 Juni 2018

Informan I Informan II

Ibu Yatemi Bpk.Ngapian

Informan III Informan IV

Bpk. Sumaryono Bpk. Asroni

Informan V Informan VI

Bpk.Sumardi Ibu Ngateni

Mengetahui,

Kepala Desa Karangsono

Mustakim

Gambar/Foto Objek Penelitian

Jumbangan

Wawancara dengan warga

BIODATA DIRI

Nama lengkap : Muhammad Nadhiful Labib

Tempat, tanggal lahir : Demak, 08 juni 1996

NIM : 1402036064

Jurusan : Mu’amalah

Fakultas : Syari’ah dan Hukum

No.Telpon/ Hp : 089697299391

Ayah : Asroni

Pekerjaan : Petani

Ibu : Romlah

Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Karangsono Rt: 09/Rw: 01 Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak

Riwayat pendidikan:

a. SD Negeri Karangsono III, Mranggen Demak lulus tahun2008

b. MTs Nurul Ulum, Mranggen Demak lulus tahun 2011

c. MA Nurul Ulum, Mranggen Demak lulus tahun 2014

d. UIN Walisongo Semarang angkatan 2014