tinjauan hukum islam terhadap praktik jual beli air kolam …eprints.walisongo.ac.id/9018/1/skripsi...
TRANSCRIPT
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI
AIR KOLAM BEKAS GALIAN
(Studi Kasus di Desa Karangsono Mranggen kabupaten Demak)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1
dalam Ilmu Hukum Ekonomi Syariah
Disusun oleh:
Muhammad Nadhiful Labib
1402036064
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
iv
MOTTO
نكم بالباطل إل أن تكون يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي
إن اللو كان بكم أن فسكم ت قت لوا ول تارة عن ت راض منكم
رحيما
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (An
–Nisa‟ 29).
v
PERSEMBAHAN
Penulis Persembahkan penulisan skripsi ini untuk:
“Ayah (Asroni), ibu (Romlah), Kakak (Kuryanto), Adik (Jupriyanto dan
Eko Susanto) yang tercinta, yang selalu memberikan nasehat-nasehat,
bantuan-bantuan baik berupa moril maupun materiil, mendukung penuh
langkah penulis, begitupun do‟a-do‟a yang selalu di panjatkan untuk
penulis, hingga selesailah skripsi penulis ini, semoga Allah memberikan
ampunan, kesehatan dan juga petunjuk kepada mereka.”
Keluarga besar Karangsono Mranggen, Keluarga besar di Desa Sukorejo
Kecamatan Guntur,
Guru-guru penulis yang telah memberikan banyak ilmu dari Taman
Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi.
Teman-teman yang telah mewarnai hari-hari penulis dengan banyak
keceriawan tawa canda dan suka.
Berkat do‟a kalian, Alhamdulillah Skripsi penulis telah selesai dengan
baik, terimakasih juga atas semua motivasi-motivasi, nasehat-nasehat
yang sangat dibutuhkan oleh penulis, sehingga penulis menjadi lebih
termotivasi, lebih semngat dalam menjalani hidup yang keras ini.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Departemen Agama dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, pada tanggal
22 Januari 1988 Nomor: 157/1987 dan 0593b/1987.
I. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Nama
اAlif
tidak
dilambangkan tidak dilambangkan
بba‟ B Be
تta‟ T Te
ثsa‟ Ṡ
es (dengan titik
diatas)
جJim J Je
حH Ḥ
ha (dengan titik
dibawah)
خkha‟ Kh ka dan ha
دDal D De
ذZal Z Ze
رra‟ R Er
viii
زZa Z Zet
سSin S Es
شSyin Sy es dan ye
صSad Ṣ
es (dengan titik
dibawah)
ضDad Ḍ
de (dengan titik
dibawah)
طta‟ Ṭ
te (dengan titik
dibawah)
ظza‟ Ẓ
zet (dengan titik
dibawah)
ع„ain „ koma terbalik diatas
غGhain G Ge
فfa‟ F Ef
قQaf Q Oi
كKaf K Ka
لLam L „el
مMim M „em
نNun N „en
وWaw W W
ix
هha‟ H Ha
ءHamzah „ Apostrof
يya‟ Y Ye
II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap
Ditulis muta‟addidah متعدده
Ditulis „iddah عده
III. Ta’ Marbutah di Akhir Kata
a. Bila dimatikan tulis h
Ditulis Hikmah حكمة
Ditulis Jizyah جزية
(Ketentuan ini tidak tampak terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti zakat, shalat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafat
aslinya).
b. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu
terpisah, maka ditulis dengan h
x
Ditulis karomah al-auliya كرامة اآلولياء
c. Bila ta’ marbûtah hidup maupun dengan harakat, fathah,
kasrah, dan dammah ditulis t
Ditulis zakat al-fitr زكاةالفطر
IV. Vokal Pendek
Fathah Ditulis A
Kasrah Ditulis I
Dammah Ditulis U
V. Vokal Panjang
Fathah + alif
جاىليةDitulis
Ditulis
Ā
Jāhiliyah
Fathah + ya‟mati
تنسىDitulis
Ditulis
Ā
Tansā
Kasrah + ya‟mati
كرميDitulis
Ditulis
Ī
Karīm
Dammah + wawu
mati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ū
Furūd
xi
VI. Vokal Rangkap
Fathah + ya‟mati
بينكمditulis
ditulis
Ai
Bainakum
Fathah + wawu mati
قولditulis
ditulis
Au
Qaul
VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan
dengan aposrof
Ditulis a‟antum أأنتم
Ditulis u‟iddat أعدت
Ditulis la‟in syakartum لئن شكرمت
VIII. Kata Sandang Alif + Lam
a. Bila diikuti huruf Qamariyyah
Ditulis al-Qur‟an القرأن
Ditulis al-Qiyas القياس
b. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis dengan menyebabkan
syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l
(el)nya
xii
‟Ditulis As-Samā السماء
Ditulis Asy-Syams الشمس
IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut penulisannya.
Ditulis Zawi al-furūd ذوى الفروض
Ditulis Ahl as-Sunnah اىل السنة
xiii
ABSTRAK
Jual beli air Blumbang dengan menggunakan waktu adalah
jual beli yang terjadi di desa karangsono. Masyarakat di sana
mengadakan jual beli air tetapi menggunakan jam/waktu.
Blumbang sendiri adalah bekas penggalian tanah untuk dijadikan
batu bata, sehingga ketika hujan tertampunglah air. Takaran yang
digunakan dalam pembelian air Blumbang adalah takaran
jam/waktu bukan ukuran pasti dari benda yaitu Kg, liter atau kubik
sehingga tidak dapat di tentukan sedikit banyakanya jumlah air
yang didapat. Selain itu praktik jual beli air Blumbang yang ada di
Desa Karangsono terdapat unsur sewa-menyewanya karena
menggunakan waktu sebagai batas berakhirnya transaksi. Dari situ
penulis tertarik untuk menelitinya yang mengacu pada pokok
permasalahan sebagai berikut: Bagaimana pelaksanaan jual beli air
Blumbang di desa karangsono kec. Mranggen? Dan Bagaimana
analisis hukum islam terhadap pelaksanaan jual beli air Blumbang
di desa karangsono kec. Mranggen?
Dalam penelitian ini, jenis penelitianya adalah penelitian
hukum non doctrinal dan metode pengumpulan datanya adalah
dengan obeservasi, wawancara atau interview. Sedangkan metode
analisis yang digunakan adalah metode diskriftif analisis.
Akhirnya penulis berkesimpulan bahwa jual beli air
Blumbang sudah menjadi kebiasaan masyarakat desa Karangsono
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Dalam pelaksanaan jual
beli air Blumbang ini tidak bisa di kategorikan sebagai sewa-
menyewa, karena sewa-menyewa mengambil manfaat bukan
benda sehingga dalam transaksi air jumbangan ini masuk kedalam
transaksi jual beli karena akad yang ada adalah pemindahan
kepemilikan. Transaksi ini telah memenuhi rukun dan syarat maka
menurut hukum islam jual beli air Blumbang sah meski terdapat
garar. Karena garar yang terdapat di sana adalah garar yang
dimaklumi atau garar yang disepelekan maka garar yang lebih
kecil harus dikalahkan oleh hajat yang lebih besar.
Kata kunci: Jual beli, Blumbang, garar
xiv
KATA PENGANTAR
الرحيمبسم اهلل الرحمن
الحمد اهلل رب العالمين، اشهد ان الاله اال اهلل واشهد ان محمدا عبده
ورسوله، الهم صل على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين.Segala puji bagi Allah, dzat yang telah memberi rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyudahi penulisana skripsi ini,
yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Air Bekas
Galian / Blumbang (Studi Kasus di Desa Karangsono)”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW., keluarga, sahabat dan para tabi‟in serta
kita sebagai umatnya, semoga kita senantiasa mendapatkan syafa‟at dari
beliau kelak di hari akhir nanti, amin.
Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, baik dalam ide, kritik, saran, maupun dalam bentuk lainnya. Oleh
karena itu, penulis sampaikan terimakasih dengan segala kerendahan hati
dan rasa penghormatan dengan tulus kepada:
1. Dosen Pembimbing I. Bapak H.Tolkah, MA. dan Dosen Pembimbing
II. Ibu Hj. Dra. Noor Rosyidah., yang telah banyak membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak. Afif Noor, S.Ag., SH., M.Hum. selaku Kepala Jurusan
Muamalah Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Walisongo Semarang,
xv
dan Bapak. Supangat, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Muamalah,
yang telah memberikan bimbingan dorongan dan masukan sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. M. An‟im Jalal yang telah membantu penulis dalam penulisan dan
pengeditan skripsi ini.
4. Dika Kurniawan SH. Yang telah memberikan pencerahan dalam
analisis penulis.
5. Teman-teman seperjuangan dalam skripsi: Hida, Hermin, Danik, Umi
Kholif yang telah membantu penulis untuk mendapatkan informasi
mengenai skripsi.
Penulis sangat bersyukur karena berkat bantuan kalian penulis
dapat terus berjuang meski di penuhi rintangan untuk . Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Maka dari
itu penulis memohon kritik dan saran atau berupa masukan yang
membangun.
Semoga Allah SWT membalas setiap perbuatan kalian yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semarang, 2 Juli 2018
Penulis,
Muhammad Nadhiful Labib
1402036064
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................. i
NOTA PERSETUJUAN ........................................................... ii
PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................. v
HALAMAN DEKLARASI ........................................................ vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ..................... vii
ABSTRAK .................................................................................. xiii
KATA PENGANTAR ............................................................... xiv
DAFTAR ISI .............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 7
D. Telaah Pustaka .............................................................. 7
E. Metode Penelitian .......................................................... 12
F. Analisis Data ................................................................. 15
G. Sistematika Penulisan ................................................... 16
BAB II KONSEP JUAL BELI DAN KEPEMILIKAN
A. Jual Beli dalam Islam ...................................................... 18
1. Definisi Jual beli ...................................................... 18
2. Landasan Hukum Jual Beli ....................................... 20
xvii
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ..................................... 24
4. Syarat Sahnya Jual Beli .......................................... 25
5. Khiyar (Hak Memilih) ............................................. 30
6. Macam-macam Jual beli ........................................... 32
7. Macam-macam Jual beli yang dilarang .................... 33
8. Macam – macam jual beli Garar dan Jāhalah ......... 42
9. Jual Beli Air menurut Hukum Islam ......................... 43
10. Hikmah Jual beli ....................................................... 44
B. TEORI KEPEMILIKAN
1. Pengertian Kepemilikan ............................................ 45
2. Sebab-sebab Kepemilikan ........................................ 46
3. Jenis-jenis Kepemilikan ............................................ 47
BAB III : PELAKSANAAN JUAL BELI AIR
BLUMBANG DI DESA KARANGSONO
KECAMATAN MRANGGEN
KABUPATEN DEMAK
A. Keadaan geografis dan demografis Desa
Karangsono Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak.......................................................................... 49
1. Keadaan Geografis Desa Karangsono
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. ........... 49
2. Kependudukan Desa Karangsono Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak. ............................. 51
xviii
3. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Desa
Karangsono Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak. .................................................................. 57
B. Pelaksanaan Jual Beli Air Blumbang di Desa
Karangsono Kecamatan Mranggen. ............................ 69
1. Macam – macam Jual Beli Air Blumbang di
Desa karangsono kec. Mranggen Kab. Demak
a. Jual Beli Air dengan Takaran Jam ................. 68
b. Jual Beli Air Jumbangan Secara Tebas ........ 69
BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP
JUAL BELI AIR BLUMBANG DI DESA
KARANGSONO KEC. MRANGGEN KAB.
DEMAK.
A. Analisis praktek Jual beli Air Blumbang di Desa
Karangsono Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak ...................................................................... 73
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Air
Blumbang di Desa Karangsono ................................ 75
xix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. 91
B. Saran-Saran ................................................................. 92
C. Penutup ....................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah berserahnya pribadi dan kelompok manusia
secara Total kepada Allah SWT, dengan cara yang di ajarkan
Rasūlullah Muhammad SAW, yang pada pokoknya berisi ajaran
tauhid, seperangkat aturan dan pedoman perilaku mengenai
kehidupan secara lengkap dan menyeluruh.1 Dalam Islam semua
interaksi manusia yang bernilai kebaikan bisa menjadi ibadah seperti
bekerja, jual beli, saling memberi dan berbagai hal baik lainya.
tentunya untuk menjadikan berbagai hal itu bernilai ibadah, syarat
dan ketentuan harus sesuai dengan prinsip Islam. Maka dari itu
mudah bagi manusia untuk melaksanakan ibadah meski bukan hanya
menyembah pada Allah SWT tapi dengan berinteraksi sesama
manusia yang menjadi fitrahnya sebagai makhluk sosial.
Dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk sosial
memerlukan adanya interaksi dengan manusia lainya sebagai
pemenuhan hajat hidup. Dalam pergaulan hidup ini tiap – tiap orang
memiliki kepentingan dengan terhadap orang lain. Maka timbulah
hak dan kewajiban. Setiap orang mempunyai hak yang wajib selalu
diperhatikan orang lain dan dalam waktu yang sama juga memikul
1 Natadipurba, Chandra, Ekonomi Islam 101, Bandung: PT Mobidelta
Indonesia, 2017, edisi 2, 1.
2
kewajiban yang harus di tunaikan oleh orang lain.2 Interkasi sangat
banyak sekali manfaatnya untuk bekerja, jual beli dan hal lainya.
Terutama dalam hal jual beli manusia sangat sering melakukanya
karena sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda
(barang) yang mempunyai nilai, atas dasar kerelaan dan atau
kesepakatan antara dua belah pihak, yang sesuai dengan perjanjian
atau ketentuan yang dibenarkan syara’.3 Jual beli adalah sebuah
aktifitas yang baik karena dengan jual beli atau berdagang
mendatangkan manfaat dan saling menciptakan keuntungan kepada
orang lain. Selain itu dalam Al-qur’an ada juga anjuran untuk tidak
memakan harta sesama manusia kecuali dengan jalan berniaga atau
jual beli.
نكم بالباطل إل أن تكون تارة عن يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي
رحيما بكم كان الله إن أن فسكم ت قت لوا ول ت راض منكم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
2 Ahmad Azhar Basyir, Asas – asas hukum Muamalat (Hukum perdata
islam), (Yogyakarta: UII Press, 2000) hlm 11, dikutip dalam skripsi karya Rizki
EKa Prasetio dengan judul : Praktik jual beli air dari sumber mata air umum
dikecamatan pangang Kabupaten Gunungkidul dalam tinjauan hukum islam.
2016. 3 Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2011), 52.
3
3
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.4
Namun pada kenyataanya tidak semua transaksi jual beli
bisa saling mendatangkan keuntungan yaitu jual beli garar, karena
di dalamnya mengandung unsur penipuan. Melihat kenyataan yang
ada, Nabi Muhammad SAW melarang jual beli tersebut. Jual beli
garar (uncertainty) merupakan salah satu faktor yang merusak visi
jual beli.5
Unuk menghindai faktor yang merusak jual beli maka faktor
kejelasan sangatlah penting, sebagai hal dasar yang akan membuat
pelaku usaha akan jauh dari penipuan. Hal ini cukup beralasan
karena pada umumnya manusia yang merasa dirugikan akan
menimbulkan kesenggangan dan permusuhan di antara pelaku usaha.
Hal tersebut wajar dan logis, karena mendolimi orang lain akan
menjadikan sakit hati.
Faktor lain yang dapat merusak jual beli diantaranya seperti
kecurangan dalam menakar dan menimbang, maka mendapat
perhatian khusus dalam Al Quran karena praktik seperti ini telah
merampas hak orang lain. selain itu, praktik seperti ini juga
menimbulkan dampak yang sangat vital dalam dunia perdagangan
yaitu timbulnya ketidak percayaan pembeli terhadap para pedagang
4 Syaikh Imam AlQurthubi, Tafsir Annisa, di terj: Ahmad Rijali Kadir,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 347. 5 Purbayu Budi Santosa, “Larangan jual beli gharar:tela’ah terhadap
hadis dari musnad Ahmad bin Hanbal”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 3, No. 1,
Equilibrium, 2015, 158.
4
yang curang pada saat menakar dan menimbang mendapat ancaman
siksa di akhirat6. Allah berfirman.
فني ﴿ ﴾ وإذا ٢تالوا على الناس يست وفون ﴿﴾ الذين إذا اك ١ويل للمطف
﴾٣كالوهم أو وزنوهم يسرون ﴿
“Kecelakaan bagi orang-orang yang curang, (yaitu) mereka
yang apabila menerima takaran atas orang lain, mereka minta
dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, mereka mengurangi.7 (Al-Muthaffifiin: 1-3)
Praktek jual beli yang dilakukan oleh manusia banyak
macamnya seperti jual beli barang, jual beli makanan, jual beli
hewan dan lain sebagainya. Dalam jual beli air pun banyak jenis dan
macamnya. Terlebih dengan jual beli air dengan takaran waktu.
Ternyata permasalahan transaksi yang masih belum jelas hukumnya
juga terdapat di desa Karangsono Mranggen. Masyarakat di sana
telah banyak melakukan transaksi jual beli air bekas galian batu
bata/Blumbang8 dengan takaran harga perjam atau menggunakan
jam/waktu kepada petani yang membutuhkan air. Di desa ini
pertanianya hanya mengandalkan sawah tadah hujan. Sehingga
untuk menghindari gagal panen para petani membeli air untuk
6 Akhmad Mujahidin, Ekonomi islam (Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada. 2007), 166. 7 M. Quraih Shihab, Tafsir Al Misbah (Pesan , Kesan dan Keserasian Al
Qur’an/ JUZ AMMA), (Jakarta: Lentera hati 2002), 121 dan 123. 8 Blumbang adalah sebuah tanah tidak produktif sisa dari usaha batu
bata (tatu boto) yang lumayan dalam sehingga ketika hujan tertampunglah air.
5
5
mengaliri sawahnya. bukan hanya petani yang melakukan transaksi
jual beli air Blumbang dengan takaran jam ini, akan tetapi juga para
pengusaha batu bata yang digunakan untuk membuat olahan batu
batanya. Karena Jumbangan tersebut milik petani atau orang lain
maka untuk mengambil air di Jumbangan tersebut para petani atau
pengusaha batu bata membelinya dengan harga perjam/waktu.
Mekanisme jual belinya adalah para pembeli (petani atau
para pengusaha batu bata) mengambil sendiri air dengan alat
pompananya sendiri yaitu berupa pompa air. Untuk pompa air milik
pembeli atau pinjam kepada petani lain dan pemilik air tidak
memberikan batasan atau spesifikasi pompa air. Sedangkan pompa
air sendiri itu relatif ada yang besar dan ada yang kecil, ada yang
cepat mengambil airnya dan ada yang lambat mengambil airnya.
Jauh atau dekat pemilik air mematok harga yang sama, yaitu seharga
Rp. 10.000/jam sampai Rp.20.000/jam, tergantung musimnya
kemarau atau musim hujan dan kesepakatan bersama.
Jika melihat penjelasan di atas maka jual beli air dengan
takaran jam mengandung hukum yang belum jelas, karena takaran
yang digunakan adalah jam sedangkan air adalah benda yang
seharusnya menggunakan ukuran massa sebagai takaranya, Seperti
liter, kilo, kubik dan lain sebagainya. Apalagi semakin jauh
lokasinya maka akan sedikit pula air yang di dapat karena lamanya
waktu, dan jauhnya lokasi penyedotan. Terlebih lagi pembeli
menggunakan alat pompa airnya sendiri yang mana ukuranya relatif
6
ada yang besar dan ada yang kecil, sehingga kuantitas air tidaklah
sama antara pembeli satu dengan pembeli lainya.
Selain itu praktik yang sesuai dengan penjelasan di atas
bukan hanya mengandung unsur Jual beli tapi juga mengandung
unsur ijārah (sewa-menyewa) sebuah Blumbang karena
menggunakan tempat dan juga waktu sebagai batasan dalam
bertransaksi.
Penulis merasa tergelitik untuk meneliti tentang status
hukum yang sesuai dengan masalah tersebut. Karena jika dilihat dari
menkanisme jual belinya ada unsur untung dan ruginya yang akan
diterima oleh penjual maupun pembeli air jumbangan. Jual beli ini
tentunya juga harus sesuai dengan prinsip muamalah, terutama
bahwa setiap tindakan muamalah harus berdasarkan pertimbangan
yang mendatangkan manfaat dan menghindari kemadharatan bagi
masyarakat. Maka dari itu sesuai dengan pemaparan permasalahan
dalam latar belakang diatas penulis mencoba mengadakan penelitian
dan menyajikannya dalam bentuk skripsi dengan judul “TINJAUAN
HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI AIR
KOLAM BEKAS GALIAN (studi kasus di desa Karansono Kec.
Mrangen)”. Tema ini sangat menarik untuk dikaji, karena
permasalahan yang terjadi merupakan kebiasaan di masyarakat.
Sehingga dapat menjadi bahan pemikiran dan alternatif menciptakan
sebuah muamalah yang kondusif dan sesuai dengan syariat Islam.
7
7
B. Rumusan Masalah
Agar dapat memberikan focus masalah, maka pembahasan
skripsi ini dibatasi hanya pada praktek jual beli air dengan dengan
takaran jam di desa karangsono kecamatan Mranggen.
1. Bagaimana pelaksanaan praktek jual beli air Blumbang di desa
karangsono kec. Mranggen?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan praktek
jual beli air Blumbang di desa karangsono kec. Mranggen?
C. Tujuan dan manfaat Penelitian
Sejalan dengan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, maka penelitian skipsi ini memiliki tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan jual beli air Blumbang di desa
karangsono kec. Mranggen?
2. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan
jual beli air Blumbang di desa karangsono kec. Mranggen?
D. Telaah Pustaka
Kajian atau pembahasan tentang jual beli garar banyak
terdapat dalam buku dan penelitian tentang jual beli Gharar. Untuk
melengkapi karya tulis ilmiah berupa skripsi maka penulis akan
mengemukakan penelitian tentang Jual beli Gharar terdapat beberapa
skripsi yang akan dijadikan telaah pustaka diantaranya yaitu:
8
Skripsi Latifah Anggraini dengan judul tinjauan hukum
islam terhadap perlindungan konsumen depot air minum isi ulang di
kota semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut
pandangan hukum Islam pada dasarnya, segala bentuk jual beli yang
mengandung penipuan, ketidak jujuran dan kecurangan, serta
membahayakan pemakainya adalah dilarang. Saksi bagi pelaku
adalah dikenakan hukuman ta’zir, apabila terjadi pelanggaran atau
pengrusakan hak, maka pemilik dapat menuntutganti rugi atau
kompensasi sesuai dengan haknya. Perlindungan hak merupakan
penjabaran dari prinsip penegakan keadilan. Adanya ketetapan ini
pemerintah membantu menjaga hak konsumen hingga para produsen
yang akan mendirikan depot air minum isi ulang ini tetap menjaga
kualitas air yang akan dikonsumsi sesuai syarat-syarat yang telah
ditetapkan pemerintah, serta ketetapan ini bertujuan untuk
menghindari adanya persaingan yang tidak sehat9.
Skripsi, Hardiansyah, dengan judul Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Jual Beli Air Irigasi Sumur Pompa Sawah Di Desa
Banyukumambang kecamatan Wonosari kabupaten Madiun. Dengan
hasil penelitian bahwa (1) Akad Transaksi jual beli air irigasi sumur
pompa sawah yang berada di desa Banyukambang kecamatan
Wonosari Kabupaten Madiun, baik akad jual beli dengan system
pembayaran perjam ataupun dengan pembayaran yang ditangguhkan
9 Latifah Anggraini, Skripsi: tinjauan hukum islam terhadap
perlindungan konsumen depot air minum isi ulang di kota semarang, (Semarang:
uin walisongo, 2015), 46.
9
9
samapai masa panen tiba dengan pembayaran padi hasil panen atau
bisa disebut dengan system senggeman diperbolehkan karena rukun
syarat jual beli menurut fiqh seperti akad (ijab dan qabul), orang –
orang yang berakat (penjual dan pembeli) dan ma’qud Alaih, (objek
akad sudah dipenuhi dan tidak ada hal – hal yang dapat
membatalkan dimana pihak petani dan pihak pemilik sumur sudah
saling merelakan. (2) system pembayaran jual beli Air Irigasi Sumur
Pompa Sawah dengan tunai dan pembayaran yang ditangguhkan
sampai masa panen tiba dengan pembayaran padi hasil panen
diperbolehkan karensudah sesuai dengan hukum fiqh10
.
Skripsi Luluk Maslukha, dengan judul Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Pelaksanaan Penjualan Air Sumur Bor Didesa
Menganti Kecamatanamatan Menganti Kabupaten Gresik. Hasil
penelitian menyimpulkan, pertama, penjualan air sumur bor di Desa
Menganti dilakukan dengan dua cara, yaitu disalurkan kerumah-
rumah penduduk yang memerlukannya melalui pipa-pipa dengan
ketentuan per-jam membayar Rp.500,-. Dan dengan mengambil
sendiri-sendiri ketempat penampungan air dengan 6 curigen yang
telah disediakan pemilik sumur dan membayar Rp.700,- Kedua,
menurut Hukum Islam pelaksaaan hukum penjualan air sumur yang
dilakukan penduduk desa Menganti itu tidak boleh. Karena air itu
termasuk barang mubah yang tidak boleh dimiliki perorangan,
10
Hardiansyah, Skripsi:”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Air
Irigasi Sumur Pompa Sawah Di Desa Banyukumambang kecamatan Wonosari
kabupaten Madiun,” (Ponorogo: Stain Ponorogo 2014), vi.
10
walaupun pengeboran sumur bor itu di tanah milik pribadi, dia tidak
berhak melarang seseorang mengambil air tersebut. Tetapi karena
pembuatan sumur dan penyaluran air itu membutuhkan biaya, maka
pembayaran sebagai ganti biaya tersebut seperti yang dijelaskan di
atas.11
Skripsi Zainun Waber, dengan judul Tinjauan Hukum Islam
Tentang Hak-Hak Penggunaan Air Meurut Pasal 33 Ayat 3 UUD
1945. Hasil penelitian menyimpulkan, pertama, air adalah benda
mubah atau benda bebas yang sangat diperlukan manusia. Air tidak
dapat dimiliki orang perorangan secara mutlak dengan tujuan agar
air tersebut dapat memberikan manfaat untuk seluruh rakyat dengan
adil dan merata. Kedua, pasal 33 ayat 3 UUD 1945 tidak berlawanan
dengan syari’at Islam, bahkan mempunyai kesamaan sebagaimana
yang disebutkan oleh para pengikut pendapat ahli figh, terutama
golongan Maliki, yang mengatakan bahwa seseorang tidak boleh
memiliki petambangan (hasil bumi) sebagai milik peorangan, akan
tetapi seluruh yang ada diperut bumi menjadi milik Negara, Islam
menjaga kemaslahatan umum dari kepentigan perorangan. Negara
pun dalam menguasai air dan hasil bumi lainya bukan untuk
kepentinan pribadi, melainkan untuk dikelola kemudian hasilnya
untuk seluruh rakyat.12
11
Luluk Maslukha, skripsi: Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pelaksanaan Penjualan Air Sumur Bor Didesa Menganti Kecamatanamatan
Menganti Kabupaten Gresik,” (Surabaya: Uin sunan Ampel, 1999) 12
Zainun Waber, skripsi: Tinjauan Hukum Islam Tentang Hak-Hak
Penggunaan Air Meurut Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945
11
11
Jurnal Ekonomi Syariah karya Purbayu Budi Santosa yang
berjudul Larangan jual beli garar:tela’ah terhadap hadis dari
Musnad Ahmad bin Hanbal. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa,
Kegiatan jual beli dilakukan untuk mendapatkan keuntungan.
Namun pada kenyataanya tidak semua transaksi jual beli
mendatangkan keuntungan. Jual beli gharar justru menyebabkan
kerugian karena mengandung unsur penipuan. Oleh karenanya, Nabi
Muhammad SAW melarang jual beli tersebut. Larangan tersebut
dapat ditemukan dalam hadis dari musnad Ahmad bin Hanbal.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan ke-hujjah-an hadis dari
musnad Ahmad bin Hanbal mengenai larangan jual beli gharar.
Metode penelitian dilakukan dengan menela’ah hadis dari Musnad
Ahmad bin Hanbal melalui CD ROM Lidwa Pusaka i-software –
Kitab9 Imam Hadis, kemudian membandingkan dengan hadis-hadis
lain dan ayat-ayat dalam al- Quran. Hasil penelitian ini menunjukan
hadis dari Musnad Ahmad bin Hanbal tersebut merupakan hadis
dha’if (lemah), karena satu rawi yang terputus. Akan tetapi, jika
dilihat dari kandungan matan (redaksi), hadis tersebut sejalan
dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah yang melarang jual beli gharar.
Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal tersebut juga tidak
bertentangan dengan al-Qur’an dan dalil-dalil lain yang shahih.
Dengan demikian hadis ini dapat dijadikan sebagai hujjah.13
13
Purbayu Budi Santosa, “Larangan jual beli gharar:tela’ah terhadap
12
E. Metode Penelitian
Metode memegang peranan penting dalam sebuah
penelitian. Metodologi penelitian adalah suatu cara atau jalan yang
ditempuh dalam mencari, menggali, mengolah dan membahas data
dalam suatu penelitian, untuk pemecahan kembali terhadap
permasalahan14
. Disini penyusun menggunakan metode sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
a. Penelitian ini adalah penelitian yang masuk dalam
penelitian hukum non doktrinal dengan mengambil bentuk
penelitian empiris pada jual beli air Blumbang Di desa
Karangsono Kec. Mranggen.
b. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu
sebuah fenomena yang digunakan untuk memahami
fenomena yang terjadi di Masyarakat sehinga dalam
mengumpulkan data – datanya menggunakan data
Observasi lapangan dan wawancara.15
2. Sumber data
a. Sebagai sumber data primer dari penelitian ini adalah para
petani dan pemilik air Blumbang.
Hadis dari Musnad Ahmad bin Hanbal”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 3, No. 1,
Equilibrium, 2015, 159. 14
Joko Subgyo, Metodologi penelitian, Dalam Teori dan Praktek,
(Jakarta : PT Rineka Cipta, 1994), 2. 15
Tim penulis Fakultas Syariah IAIN Walisongo, pedoman penulisan
skripsi fakultas syariah, (semarang, 2011), 11.
13
13
b. Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh untuk
memperkuat data primer yang telah didapat yaitu
bersumber dari: Buku – buku, hasil seminar, makalah,
majalah, koran, jurnal, dan lain sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak
mengumpulkan data dengan seperangkat instrumen untuk
mengatur variabel, tapi peneliti mencari dan belajar dari
subjek dalam penelitiannya, dan menyusun format untuk
mencatat data ketika penelitian berjalan.16
Pelaksanaan
pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara
mendalam dengan orang-orang yang mempunyai
keterikatan dengan lembaga itu, meneliti dokumen-
dokumen dan/atau peninggalan yang ada, dan
mengobservasi keberadaannya sekarang.17
a. Wawancara (Interview)
Teknik wawancara merupakan upaya menggali
informasi dengan melakukan tanya jawab secara lisan
terhadap individu – individu yang nantinya akan dijawab
16
Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta
Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.ke-
1, 2003), 47. 17
Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa,
Cet.ke-10, 1993) ,165.
14
dengan jawaban – jawaban yang lisan juga.18
Para pihak
yang terlibat dalam wawancara ini ada enam orang
informan yaitu satu petani, tiga pengusaha batu bata dan
dua pemilik air Blumbang yang berkaitan dengan jual beli
air Blumbang di desa setempat.
Dalam penelitian yang berkaitan dengan
permasalahan ini peneliti menggunakan penelitian
deskriftif empiris, dalam hal ini meneliti yaitu tentang
penerapan hukumnya dalam masyarakat. maka dengan itu
peneliti menggunakan cara interview semi terstruktur, yang
mana peneliti menyiapkan pertanyaan – pertanyaan yang
akan diajukan kepada para pelaku jual beli dalam proses
wawancara tersebut tapi tidak menutup kemungkinan
pertanyaan lain akan di ajukan untuk mendapatkan
informasi yang lebih dalam. Pertanyaan yang diajukan
terbuka dan terkontrol. Bentuk wawancara ini bertujuan
untuk memahami fenomena yang terjadi.
b. Observasi
Yaitu suatu studi yang disengaja dan sistematis
tentang keadaan atau fenomena sosial dan gejala-gejala
psikis dengan jalan mengamati dan mencatat. Penulis
mengadakan pengamatan secara langsung ke lokasi yang
18
Juliansyah Noor, Metodologi penelitian, (Jakarta: Kencana, 2014),
138.
15
15
akan diteliti dan tidak melibatkan diri secara langsung atau
Observasi non Parsipatoris.
F. Analisis data
Untuk data yang terkumpul, maka penulis menganalisis
dengan menggunakan metode analisis kualitatif, dan bentuk yang
penulis ambil adalah analisis deskripsi (deskriptif analitis). Dengan
cara menyajikan data secara sistematik maka akan dengan mudah
untuk dipahami dan disimpulkan. Tujuanya adalah agar kesimpulan
yang di berikan selalu jelas dan factual sehingga dapat dikembalikan
pada data yang diperoleh.
Cara menganalisis data kualitatif diantaranya adalah:
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan
pola pikir induktif. Penelitian dengan pola pikir induktif tidak
dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Peneliti
terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan
menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis
data di dalam penelitian deskriptif kualitatif dilakukan bersamaan
dengan proses pengumpulan data. Dengan demikian, temuan
penelitian di lapangan yang kemudian dibentuk ke dalam bangunan
teori, hukum, bukan dari teori yang telah ada, kemudian
dikembangkan dari data lapangan (induktif).19
19
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta :
PT Bumi Aksara, Cet. Ke-1, 2006), 93.
16
G. Sistematika Penulisan
Agar mempermudah pembahasan dan mendapatkan
gambaran skripsi secara keseluruhan, maka disini akan penulis
sampaikan sistematika penulisan skripsi secara universal atau umum.
Sehingga sesuai dengan petunjuk penulisan skripsi di Fakultas
Syariah dan hukum UIN Walisongo Semarang. Adapaun sistematika
penulisanya adalah sebagai berikut:
BAB I : pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, permasalahan, tujuan penulisan skripsi, telaah pustaka,
metode penulisan skripsi dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Membahas konsep dasar jual beli dalam pandangan
Islam, yang meliputi: tentang jual beli, pengertian jual beli, Dasar
hukum jual beli, Syarat jual beli, Rukun Jual beli, Macam – macam
jual beli, Hikmah jual beli dan jual beli air dalam islam. Definisi
Kepemilikan, Sebab-sebab dan Jenis-Jenis kepemilikan
BAB III : Berisi tentang pelaksanaan jual beli air dengan
takaran jam di desa Karangsono.kecamatan Mranggen yang berisi:
Profil umum desa karangsono yang meliputi keadaan geografis dan
Demografis, kehidupan sosial dan ekonomi, kedua meputi:
Pelaksanaan jual beli air Blumbang dengan takaran jam/waktu dan
Macam – macam jual beli air Blumbang di desa karangsono
BAB IV : Berisikan tentang bagaimana analisis pelaksanaa
jual beli air Blumbang di desa karangsono dan bagaimana analisis
17
17
menurut hukum islam terhadap jual beli air Blumbang di desa
karangsono.
BAB V : Penutup. Bab ini merupakan rangkaian akhir dari
penulisan skripsi yang meliputi kesimpulan, saran – saran dan
penutup.
18
BAB II
KONSEP JUAL BELI DAN IJARAH
(SEWA-MENYEWA) DALAM ISLAM
A. Jual Beli dalam Islam
1. Definisi Jual Beli
Lafazh البيع dalam bahasa arab menunjukan makna jual
dan beli.20
Para ahli menggunakan istilah البيع kepada makna yang
mengeluarkan atau pemindahan sesuatu dari pemiliknya dengan
harga tertentu.21
Jual beli (al-bai‟) secara etimologi atau bahasa
adalah pertukaran barang dengan barang (barter).22
Jual beli
merupakan istilah yang dapat digunakan untuk menyebut dari
dua sisi transaksi yang terjadi sekaligus, yaitu menjual dan
membeli.23
Adapun pengertian jual beli menurut para ulama’
adalah sebagai berikut:
Menurut Abdurrahman As-sa’di, “pengertian jual beli
secara syara’ adalah tukar menukar harta (transaksi) dengan البيع
harta untuk memiliki dan memberi kepemilikan.”24
Menurut
Qomarul Huda pengertian “jual beli adalah suatu perjanjian tukar
20
Enang Hidayat, Fiqh Jual beli, (Bandung: PT Remaja Posdakarya,
2015), 9. 21
Ibid., 10. 22
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah kontemporer, (Jakarta: Rajawali
pers, 2016), 21. 23
Ibid. 24
Abdurrahman as- sa’di dkk, Fiqh al – bay‟ wa asy – syira‟
pengumpul dan penyusun Naskah: Abu Muhammad Asyraf bin abdul maqsud,
terj: Abdullah, (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), 143.
19
menukar benda (barang) yang mempunyai nilai, atas dasar
kerelaan (kesepakatan) antara dua belah pihak sesuai dengan
perjanjian atau ketentuan yang dibenarkan oleh Syara’.”25
Menurut Rozalinda dalam bukunya Fikih Ekonomi Syariah “jual
beli adalah transaksi tukar menukar uang dengan barang
berdasarkan suka sama suka menurut cara yang ditentukan
syariat, baik dengan ijab dan kabul yang jelas, atau dengan cara
yang saling memberikabarang atau uang tanpa mengucapkan ijab
dan kabul, seperti yang berlaku pada pasar swalayan.”26
Menurut
Amir Syarifudin “ jual beli diartikan peralihan hak dan pemilikan
dari satu tangan ke tangan lain. Ini merupakan satu cara dalam
memperoleh harta di samping mendapatkan sendiri sebelum
menjadi milik seseorang dan ini merupakan cara yang paling
lazim dalam mendapatkan hak.”27
Jadi kesimpulan dari pendapat para pakar ekonomi islam,
yang dimaksut jual beli adalah saling tukar menukar barang
untuk mendapatkan sebuah manfaat sesuai dengan syariat islam.
Untuk itu jual beli sangat di perhatikan dalam islam karena jual
beli adalah sarana bagi masyarakat untuk menunjang kehidupan.
25
Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2011), 52. 26
Rozalinda, Fikih dan Ekonomi Syariah (prinsip dan relasinya dalam
keuangan ekonomi syariah), (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 64. 27
Amir Syarifuddin, Garis – Garis Besar Fiqh(Jakarta: Kencana,
2013), 189.
20
2. Landasan Hukum Jual Beli
a. Al Qur’an
1) Jual Beli
يطان من الذين يأكلون الربا ل ي قومون إل كما ي قوم الذي ي تخبطو الش
ا الب يع مثل الربا المس لك بأن هم قالوا إن وأحل اللو الب يع وحرم ذ
فمن جاءه موعظة من ربو فان ت هى ف لو ما سلف وأمره إل الربا
ىم فيها خالدون ومن عاد فأولئك أصحاب النار اللو
“Orang-orang yang makan (mengambil) ribā tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila,
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan ribā, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan ribā. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil ribā), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil ribā), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”28
(Al
Baqarah 275).
28
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an (Dibawah Naungan Al
Qur‟an/surah Al Fatihah – Al – Baqarah) jilid 1 terj: As’ad Yasin Abdul Aziz
Salim Basyarahil, Mukhatab Hamzah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), 372.
21
2) Anjuran Berniaga
نكم بالباطل إل أن يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي
اللو إن أن فسكم ت قت لوا ول تكون تارة عن ت راض منكم
رحيما بكم كان
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.29
(An–Nisa’ 29).
3) Tidak Boleh Curang dalam Menimbang
فني ﴿ ﴾ الذين إذا اكتالوا على الناس يست وفون ١ويل للمطف
﴾٣﴾ وإذا كالوىم أو وزنوىم يسرون ﴿٢﴿
“Kecelakaan bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
mereka yang apabila menerima takaran atas orang lain,
mereka minta dipenuhi,dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.30
(Al-
Muthaffifiin: 1-3)
29
Syaikh Imam AlQurthubi, Tafsir Annisa, terj: Ahmad Rijali Kadir,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 347. 30
M. Quraih Shihab, Tafsir Al Misbah (Pesan , Kesan dan Keserasian
Al Qur‟an/ JUZ AMMA), (Jakarta: Lentera Hati 2002), 121 dan 123.
22
غ ل ب ي ت ح ن س ح أ ي ى لت ا ب ل إ م ي ت ي ل ا ل ا م وا رب ق ت ول
ه د ش وا أ وف ل وأ ي ك ل ن ا زا ي م ل ط وا س ق ل ا ف ل ب ل ك ن
ا س ف ل ن ا إ ه ع س ا و ذ إ م و ت ل ا ق ذ ن ا و ك ل و وا ل د ع ا ف
رب د ق ه ع ب و و ل ل وا ا وف م أ ك ل م ذ اك ص و و م ب لك ع ل
رون ذك ت
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia
mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak membebani sesorang
melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu
berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu),
dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan
kepadamu agar kamu ingat.” (al-An‟am 152)31
b. As-sunah
1) Kecurangan dalam jual beli sangat dibenci.
عمررضي سفيان عبد ا بن دينار،مسعت ابن ثنا حد حد ثنا ابونعيم
31
Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir (jilid 2), terj: Suharlan
dan Suratman, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014), 1009 – 1010.
23
ا عنهما : ان رجال ذكر للنيب صل ا عليو وسلم انو يدع يف
)رواه البخاري( 32البيوع، فقال:)) اذا با يعت فقل: لخالبة((.
Mengabarkan kepada kami Abu Nu‟aim,
mengabarkan kepada kami Sufyan, dari Abdullah bin
Dīnar, mendengar dari Ibnu Umar Ra. bahwa seseorang
menyampaikan kepada Nabi SAW bahwa dirinya selalu
tertipu ketika melakukan jual beli. Lalu beliau bersabda,
“jika engkau melakukan jual beli, maka katakanlah,
„Jangan ada penipuan.” (H.R Bukhori).
2) Jual Beli Garar.
رسول اللو صلى اللو عليو وسلم عن بيع عن أيب ىريرة قال ان
)رواه لمحد(.33 احلصاة وبيع الغرر
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasul Saw,
melarang jual beli dengan lemparan dan yang
mengandung garar (tipuan). (H.R Ahmad)
Dari penjelasan ayat – ayat Al Qur’an dan Sunnah
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli hendaknya
tidak mengandung ribā, tidak mengambil harta saudaranya
secara baṭil, menakar dan menimbang secara pas atau adil
32
Abi abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan Musykil Al-
Bukhori, (Beirut: Darul Fikr, 1995), 71. 33
Abu Abdullah ahmad Ibn Muhammad ibn Hanbal Ibn Hilal ibn Asad
as-Saibani, Musnad Ahmad, Juz 20, (Kairo: Mawqi’ Wizarah al-Misriyah, t.th),
h.409.
24
juga tidak mengandung unsur penipuan karena hal itu sangat
dibenci oleh Allah maupun manusia.
3. Rukun Jual Beli
Transaksi jual beli dianggap sah apabila dilakukan
dengan ijab qabul, kecuali barang – barang kecil, yang hanya
cukup dengan Mu‟aṭa‟ah (saling memberi) sesuai adat dan
kebiasaan yang berlaku pada masyarakat tersebut.34
Menurut Mardani dalam bukunya Fiqh Ekonomi Syariah
rukun jual beli ada tiga, yaitu:35
a. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli
b. Objek transaksi, yaitu harga dan barang
c. Akad (transaksi), yaitu segala tindakan yang dilakukan kedua
belah pihak yang menunjukan mereka sedang melakukan
transaksi, baik tindakan itu berbentuk kata – kata maupun
perbuatan. Ada dua akad yaitu:36
1) Akad dengan kata – kata, dinamakan juga dengan ijab
qabul. Contohnya seperti transaksi dalam pasar
tradisional.
2) Akad dengan perbuatan, dinamakan juga dengan
mu‟atha‟ah. Contohnya seperti supermarket, minimarket
dan pasar modern lainya.
34
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, jilid 4,terj: Nor Hasanuddin, dkk,
(Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 121. 35
Mardani, Fiqh Ekonomi syariah (Fiqh Muamalah),(Jakarta:
Prenamedia Group, 2015), 102. 36
Ibid., 103.
25
Menurut Wahbah Zuhaili yang dikutip oleh Imam
Mustofa dalam bukunya Fiqh Muamalah Kontemporer, jumhur
ulama menetapkan empat rukun jual beli, yaitu: para pihak yang
bertransaksi (penjual dan pembeli), sigat (lafal ijab dan qabul),
barang yang diperjual belikan dan nilai tukar pengganti barang.37
Menurut Ismail Nawawi rukun jual beli ada lima yaitu:38
a. Penjual. Ia harus mempunyai barang yang akan dijualnya
atau ada izin untuk menjualnya dan sehat akalnya.
b. Pembeli. Disyaratakan bisa memilih dalam artian dewasa dan
mumayyiz (dapat memilih).
c. Barang yang dijual. Barang yang dijual haruslah suci, bersih,
halal, bisa diserahkan kepada pembeli dan pembeli
mengetahui barangnya meski dari ciri – cirinya.
d. Bahasa akad, yaitu penyerahan (ijab) dan penerimaan
(qabul).
e. Kerelaan kedua belah pihak; penjual dan pembeli. Maka jual
beli bisa tidak sah jika salah satu dari pelaku jual beli tidak
rela.
4. Syarat Sahnya Jual Beli.
Syarat sah, yaitu sesuatu yang menjadi penentu adanya
sesuatu, tetapi ia tidak termasuk di dalam sesuatu tersebut.
Sedangkan rukun adalah sesuatu yang menjadi penentu adanya
37
Imam Mustofa, Fiqih, 25. 38
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah klasik dan kontemporer (hukum
perjanjian, ekonomi, bisnis dan sosial), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 77.
26
sesuatu dan ia adalah bagian dari sesuatu tersebut. Manakala
tidak terpenuhi syarat sah, jual beli masuk kategori fasād,
sedangkan manakala tidak terepenuhi rukun, jual beli menjadi
batal.39
Sahnya jual beli tergantung pada syarat – syarat yang
telah terpenuhi seperti: subjek (pelaku jual beli), objek (barang
jual beli) atau tempat berakad.
a. Tentang Subjek Jual Beli (Pelaku Jual Beli)
Pelaku akad adalah orang yang dibolehkan
melakukan akad, yaitu orang yang telah balig, berakal, dan
mengerti. Maka, akad yang dilakukan oleh anak di bawah
umur, orang gila, atau idiot tidak sah kecuali dengan seizin
walinya, kecuali akad yang rendah seperti membeli
kembang gula, korek api dan lain – lain.40
Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam QS An-nisa ayat 5.
فهاء أموالكم الت جعل اللو لكم قياما وارزقوىم فيها ول ت ؤتوا الس
واكسوىم وقولوا ذلم ق ول معروفا
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-
orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang
39
Nur Fatoni, Dinamika Relasi hukum dan moral dalam konsep Jual
beli (Studi pada Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majlis Ulama‟ Indonesia
(DSN MUI), (Semarang: Lembaga penelitian IAIN Walisongo, 2012), 44 - 45. 40
Mardani, Fiqh ,104.
27
ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai
pokok kehidupan.Berilah mereka belanja dan pakaian (dari
hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata
yang baik.41
b. Tentang Objek Jual Beli
Menurut Rozalinda dalam bukunya Fikih Ekonomi
Syariah syarat objek jual beli ada empat yaitu:42
1) Milik Sendiri
Barang yang bukan milik sendiri tidak boleh
diperjual belikan kecuali ada mandat yang diberikan
oleh pemilik seperti akad wakālah (perwakilan). Akad
jual beli mempunyai pengaruh terhadap perpindahan
hak milik. Ini berarti benda yang diperjual belikan
harus milik sendiri.
2) Benda yang diperjualbelikan itu ada dalam arti yang
sesungguhnya, jelas sifat, ukuran dan jenisnya.
Jual beli yang dilakukan terhadap sesuatu yang
belum berwujud atau tidak jelas wujudnya tidak sah,
seperti jual beli susu yang masih dalam susu induk
(belum diperas). Akan tetapi menurut sebagian ulama
Hanafiyah, beberapa akad dikecualikan untuk
persyaratan ini, seperti akad salam dan istishna‟.43
41
Imam Al Qurtubhi, Tafsir Al Qurtubhi (Surah An-Nisa‟), terj. Ahmad
Rijali Kadir (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 69. 42
Rozalinda, Fikih, 67. 43
Ibid., 68.
28
3) Benda yang diperjualbelikan dapat diserahterimakan
ketika akad secara langsung maupun tidak langsung. Ini
berarti, tidak sah jual beli terhadap sesuatu yang tidak
dapat diserahterimakan, misalnya jual beli burung yang
terbang diudara dan ikan di lautan.
4) Benda yang diperjualbelikan adalah māl muttaqawwim.
Māl mutaqawwim merupakan benda yang
dibolehkan syariat untuk memanfaatkanya. Oleh karena
itu, tidak sah melaksanakan jual beli terhadap benda
yang tidak dibolehkan syariat untuk memanfaatkanya,
seperti bangkai, babi, minuman keras dan lain
sebagainya. Sesuai dengan QS Al-Maidah 5:3.
ل ى أ ا م و ر زي خلن ا م وحل م د ل وا ة ت ي م ل ا م ك ي ل ع ت رم ح
ة ي رد ت م ل وا ة وذ وق م ل وا ة ق ن خ ن م ل وا و ب لو ل ا ي غ ل
ح ب ذ ا م و م ت ي ذك ا م ل إ ع ب س ل ا ل ك أ ا م و ة ح ي نط ل وا
ل م ع لزل ا ب وا م س ق ت س ت ن وأ ب نص ل ا م ى ك ل ذ
ق س ال ف ف م ك ن ي د ن م روا ف ن ك ي لذ ا س ئ ي م و ي ل ا
ون ش خ وا م وى ش م ت ك ن ي د م ك ل ت ل م ك أ وم ي ل ا
م ال س ل ا م ك ل ت ي ورض ت م ع ن م ك ي ل ع ت تم ا وأ ن ي د
29
ث ل ف ن ا ج ت م ر ي غ ة ص م م يف ر ط ض ا ن م ف
م ي رح ور ف غ لو ل ا ن إ ف
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,
darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.
Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu)
adalah kefasikan.Pada hari ini orang-orang kafir telah
putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku.Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan
tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.44
Selain beberapa syarat diatas, menurut Musa
yang di kutip oleh Nur Fatoni, ia membaginya menjadi
dua belas syarat sah jual beli yaitu :45
1) Jual beli memenuhi rukun akad.
44
Al Qurtubhi, Tafsir Al Qurtubhi (Surah An-Nisaa‟, Al Maa‟idah dan
Al Al An-„aam), terj. Ahmad Khotib (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) , 116 – 117. 45
Nur Fatoni, Dinamika, 44.
30
2) Barang yang dijualbelikan diketahui, untuk
menghindari ketidak jelasan (jāhalah), karena bisa
menimbulkan perselisihan.
3) Harganya diketahui sebagaimana barang yang
diperjualbelikan.
4) Berlaku untuk selamanya. Jual beli yang dibatasi
waktu tidak diperkenankan syara’, karena jual beli
menghendaki kepemilikan sempurna.
5) Waktu pembayaran diketahui. Syarat ini untuk jual
beli yang pembayaranya ditangguhkan.
6) Barang yang dijualbelikan bisa diserah terimakan
tanpa menimbulkan bahaya.
7) Terjaminya kerelaan dua belah pihak.
8) Harganya (pertukaranya) adalah sesuatu yang
berharga.
9) Tidak ada garar (sesuatu yang tidak jelas; barang
dan akibatnya).
10) Tidak adanya sesuatu yang menyebabkan akad
menjadi fāsad.
11) Tidak ditemukan syarat yang rusak.
12) Tidak mengandung Ribā.
5. Khiyar (Hak Memilih)
Khiyar terbagi menjadi tiga macam, yaitu: khiyar majlis,
khiyar syarat, dan khiyar aib. Khiyar majlis yaitu tempat
transaksi, dengan demikian khiyar majlis berarti hak pelaku
31
tranksaksi untuk meneruskan atau membatalkan akad selagi
mereka berada dalam tempat transaksi dan belum berpisah.
Khiyar syarat, yaitu: kedua belah pihak atau salah satunya berhak
memberikan persyaratan khiyar dalam waktu tertentu. Untuk
khiyar aib yaitu hak pilih untuk meneruskan atau membatalkan
akad dikarenakan cacat pada barang yang mengurangi harganya.
Hal ini disyaratkan agar tidak terjadi unsur menzalimi dan
menerapkan prinsip jual beli harus suka sama suka (riḍa). Dalam
jual beli via telepon dan internet berlaku khiyar syarat dan khiyar
aib.46
Hak memilih sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhori:
عمر حدثنا عبدا بن يوسف اخربنا مالك عن نافع عن عبد ا بن
رضي ا عنهما : ان رسول ا صل ا عليو وسلم، قال : )ادلتبا يعان
47كل واحد منهما باخليا ر على صا حبو مامل يتفرقا، البيع اخليار(.
)روه البخاري(
Abdullah bin Yusuf menyampaikan kepada kami dari Malik
yang mengabarkan dari Nafi‟, dari Abdullah bin Umar R.a, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap pembeli dan penjual memiliki
hak khiyar selama mereka belum berpisah, kecuali jika mereka
bersepakat untuk menetapkan khiyar,(mereka akan tetap memiliki
hak khiyar sesuai dengan kesepakatan mereka).” (H.R Bukhori)
46
Mardani, Fiqh,105 – 106. 47
Abi Abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan, 15.
32
6. Macam – Macam Jual Beli.
Jual beli memiliki macam – macam jenis sesuai dengan
perkembangan zaman dan teknologi. Jika pada zaman dahulu
orang – orang sering menukar barang dengan barang (barter),
maka beda dengan orang zaman sekarang. Orang zaman sekarang
lebih praktis dalam jual beli atau tukar menukar barang karena di
tunjang dengan peralatan yang praktis seperti uang.
Menurut Nur Fatoni yang mengutip pendapat dari
Taqiyuddin al-Dimasyqi dalam kitab Kifayatul Akhyar yang
membaginya menjadi tiga, diantaranya adalah:48
a. Jual beli barang yang dapat disaksikan (wujud)
b. Jual beli barang yang disebut sifatnya saja dan belum wujud.
Jual beli tersebut hukumnya boleh.
c. Jual beli barang yang tidak ada dan tidak dapat disaksikan.
Jual beli tersebut hukumnya tidak boleh.
Berbeda halnya dengan pendapat Ahmad Hujji al-Kurdi
yang dikutip oleh Rozalinda dalam bukunya Fikih Ekonomi
Syariah yang merincikanya secara umum. Jumhur fuqaha’
membagi macam – macam jual beli ada dua yaitu:49
a. Jual beli ṣahih, yaitu jual beli yang disyariatkan
menurut asal dan sifat – sifatnya terpenuhi rukun –
rukun dan syarat – syaratnya tidak terkait dengan hak
orang dan tidak ada khiyar di dalamnya. Jual beli
48
Nur Fatoni, Dinamika, 45. 49
Rozalinda, Fikih,71.
33
ṣahih menimbulkan implikasi hukum, yaitu
berpindahnya kepemilikan, yaitu barang berpindah
miliknya menjadi milik pembeli dan harga berpindah
miliknya menjadi milik pembeli.
b. Jual beli ghairu ṣahih, yaitu jual beli yang tidak
terpenuhi rukun dan syaratnya dan tidak mempunyai
implikasi hukum terhadap objek akad, masuk dalam
kategori ini adalah jual beli bāṭil dan jual beli fāsid.
7. Macam – Macam Jual Beli yang Dilarang
Rasulullah SAW telah melarang beberapa jual beli,
karena di dalamnya terdapat unsur penipuan yang menyebabkan
pelakunya memakan harta milik orang lain dengan cara yang
bāṭil dan penipuan yang melahirkan kedengkian, perselisihan dan
permusuhan diantara orang – orang muslim, diantaranya:50
a. Jual Beli Barang yang Belum Diterima
Seorang muslim tidak diperbolehkan membeli
barang, kemudian ia menjualnya kembali sebelum
menerimanya dan menjualnya, berdasarkan sabda
Rasulullah SAW,51
50
Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul Muslim (Konsep hidup ideal
dalam islam), terj: Musthofa Aini, Amir Hamzah Fachrudin dan, Kholif mutaqin
(Darul Haq: Jakarta, 2014), 803. 51
Ibid., 803-804.
34
قال: الذي حفظناه من عمروبن ثنا سفيانحدثنا علي بن عبد ا حد
ابن عباس قال: اما الذي هنى عنو النيب صل دينارمسع طاوسا يقول: مسعت
يقبض.قال ابن عباس: ول ‘ا عليو وسلم، فهو الطعام ان يباع حت
52احسب كل شيء ال مثلو.
Ali bin Abdullah menyampaikan kepada kami dari
Sūfyān bahwa hadis ini dihafalkanya dari Amr bin Dīnar
yang mendengar dari Thawus bahwa Ibnu Abbas berkata,
“Nabi melarang menjual barang (kembali) makanan
sebelum diterima dengan takaran yang tepat.” Ibnu Abbas
berkata, Dan aku tidak mengira semuanya kecuali seperti
itu.” b. Membeli Sesuatu Diatas Tawaran Orang Lain.
Menjual barang yang telah diakad oleh pihak lain
hukumnya adalah haram, seperti termuat dalam hadits yang
diriwayatkan oleh ibnu Umar r.a. dari Rasulullah saw.53
Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori,
52
Abi abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan, 19. 53
Sayyid Sabiq, Fiqh,136.
35
حدثين مالك عن نافع، عن عبدا ابن عمررضي ا حد ثنا امساعيل قال:
عنهما: ان رسول ا صل ا عليو وسلم قال: ليبيع بعضكم على بيع
)رواه البخاري(.54اخيو
“Ismail menyampaikan kepada kami dari Malik,
dari Nafi‟ dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah SAW
bersabda: Janganlah sebagian dari kalian melakukan akad
jual beli atas sesuatu yang telah dibeli oleh saudaranya.”
(H.R. Bukharī)
c. Jual Beli Najasyi
Jual beli Najasy sebenarnya jual-beli yang bersifat
pura – pura di mana si pembeli menaikkan harga barang,
bukan untuk membelinya, tetapi hanya untuk menipu
pembeli dengan harga yang tinggi. Larangan terhadap jual
beli ini terdapat dalam hadits nabi dari Ibnu Umar menurut
riwayat muttafaq „alaih:55
54
Abi Abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan, 20. 55
Amir Syarifuddin, Garis, 209
36
حد ثناملك عن نافع عن ابن عمررضي ا حد ثناعبد ا بن مسلمة
)رواه 56عنهما قال: هنى النيب صل ا عليو وسلم عن النجش.
البخاري(
Menceritakan kepada kami Abdullah
Maslamah,Menceritakan kepada kami Malik dari dari
Nafi‟, dari Ibnu Umar ra., bahwa Rasulullah SAW
melarang jual beli Najasyi”. (H.R Bukhari)
d. Jual Beli Secara Paksa.
Mayoritas ahli fiqih memberlakukan syarat
pelaku akad harus bebas menetukan pilihan dalam
melakukan akad jual beli suatu barang. Jika ada unsur
pemaksaan dalam akad jual beli tersebut, maka jual beli
tersebut tidak sah hukumnya.57
Allah berfirman,
نكم بالباطل إل أن تكون تارة يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي
إن اللو كان بكم رحيما ول ت قت لوا أن فسكم عن ت راض منكم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
56
Abi Abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan, 02. 57
Sayyid Sabiq, Fiqh,137.
37
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.58
e. Jual Beli Barang Haram dan Barang Najis.
Tidak di perbolehkan seorang muslim menjual
barang yang diharamkan, barang najis serta barang yang
membawa kepada sesuatu yang diharamkan. Jadi tidak
diperbolehkan baginya jual beli minuman keras, daging
babi, lukisan, bangkai, patung dan anggur kepada seseorang
yang akan menjadikanya sebagai minuman keras.59
عن ايب مسعود النصري ان رسول ا صلى ا عليو وسلم هنى عن
)رواه ادلسلم( 60ومهر البغي و حلوان الكهنمثن الكلب
“Dari Abi Mas‟ūd al-Ansharī seseungguhnya
Rasūlullah Saw,melarang memanfaatkan uang hasil jual
beli anjing, prostitusi dan upah tenung”. (H.R Muslim)
f. Jual Beli Gharar atau Jual beli dengan Tipu Daya.
Semua bentuk jual beli yang mengandung unsur
ketidaktahuan spekulasi atau taruhan. Hukum islam
melarang semua bentuk transaksi jual beli tersebut.61
Jadi,
58
Syaikh Imam AlQurthubi, Tafsir Annisa, di terj: Ahmad Rijali Kadir,
Jakarta: Pustaka Azzam, 2008. Hal 347. 59
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul, 805. 60
Muslim Ibn al-Hujaj Abu al-Hasan Al-Qusyairi al-Najsyaburi, Shahih
Muslim, Juz 10, (Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-Arabi,t.th), 312. 61
Sayyid Sabiq, Fiqh,140.
38
ia tidak boleh menjual ikan di air, Buah pada pohon atau
menjual bulu kambing yang masih menempel pada
tubuhnya.
Hadist nabi SAW yang di riwayatkan oleh Imam
Bukhari:
حد ثنا عبد ا بن يوسف: اخربنا مالك عن نافع، عن عبدا بن عمر
صلى ا عليو وسلم هني عن يبع حبل رضي ا عنهما: ان رسول ا
احلبلة، وكان بيعا يتبا يعو اىل اجلهيلية: كان الرجل بيتاع اجلزور ايل ان
)رواه البخاري( 62.تنتج الناقة، ث تنتج الت يف بطنها
Abdullah bin Yusuf menyampaikan kepada kami
dari Malik yang mengabarkan Nafi‟, dari Abdullah bin
Umar bahwa Rasulullah SAW: melarang jual beli Habal
al-habalah. Jual beli ini telah ada pada masa jahiliah.
Pada masa itu, jika orang yang membeli unta akan
menangguhkan pembayaranya sampai unta tersebut
beranak, kemudian anak unta itu beranak. (H.R.
Bukhori)
g. Jual Beli Urbān (Porsekot)
Yaitu jual beli yang dilakukan denga perjanjian
pembeli menyerahkan uang seharga barang jika ia setuju
jual beli dilaksankan. Akan tetapi, jika ia membatalkan jual
62
Abi abdullah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan, 20.
39
beli, uang yang telah dibayarkan menjadi hibah bagi penjual.
Dalam hal jumhur ulama berpendapat jual beli dengan cara
ini terlarang dan tidak sah.63
عن عمروبن شعيب عن ابيو عن جده ان النىب صلى ا علىو وسلم
)رواه البخاري( 64هنى عن بيع العر بان.
“Dari Amru ibn Syu‟aib diterima dari bapaknya
dari kakeknya, sesungguhnya Nabi Saw. Melarang jual
beli urbun (Pakai Porsekot)”.
h. Jual Beli Barang Curian dan Barang Rampasan.
Diharamkan bagi muslim membeli barang yang
diketahui adalah hasil perbuatan yang tidak halal. Membeli
barang tersebut sama artinya bekerjasama untuk berbuat
dosa.65
i. Jual Beli Dua Akad Dalam Satu Akad.
Seorang muslim tidak diperbolehkan
mentransaksikan dua transaksi dalam satu transaksi,
melainkan ia harus mentransaksikannya dalam transaksi
yang berbeda. Karena di dalamnya mengandung unsur
kesamaran yang dapat menyakiti atau merugikan muslim
63
Rozalinda, Fikih, 79. 64
Abu Abdullah Muhammad Ibn Yazid al-Qazuwaini wa Majah, Sunan
ibn Majah, (Kairo: Mawqi’ Wizarah al-Auqaf al-Mishriyah, t.th). Juz 7, 21. 65
Sayyid Sabiq, Fiqh,142.
40
lainya atau memakan hartanya dengan cara yang tidak
benar.66
Dalam transaksi ini contohnya adalah transaksi jual
beli secara kontan ataupun kredit tapi pihak penjual tidak
menjelaskan cara mana yang dipilih kepada pembeli
sehingga hal ini menjadikan tidak jelas.
j. Jual Beli (Ats – tsunya) dengan Pengecualian.
Tidak di perbolehkan bagi seorang muslim menjual
suatu barang dengan mengecualikan sebagianya, kecuali
yang dikecualikan itu telah di ketahui keberadaanya . Jika
seorang menjual suatu kebun, maka tidak diperbolehkan
baginya mengecualikan suatu pohon kurma atau suatu pohon
lainya yang tidak diketahui, karena didalamnya mengandung
unsur penipuan dan ketidakjelasan yang diharamkan. 67
Sesuai dengan hadist nabi SAW yang di jelaskan oleh Jabir,
النيب صلى ا علىو وسلم قال: هنى رضي ا عنوعن جابربن عبدا
عن ادلخابرة، و اا قلة وعن ادلزابنة، وعن بيع الثمر حت يبد
66
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul, 808 67
Ibid., 814.
41
رىم ال العرايا )رواه 68.وصالحو، وان ل تباع ال با لدينار والد
البخاري(
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, Bahwa
nabi SAW melarang Mukhābarah, Muhāqalah,
Muzābanah, menjual buah sampai tampak layaknya,
dan tidak boleh dibeli kecuali dengan dīnar dan
dirham kecuali ariyah. (H.R Bukhari)
k. Jual Beli Ma’dum (Tidak Ada Bendanya).
Yakni jual beli yang dilakukan terhadap sesuatu
yang tidak atau belum ada ketika akad, misalnya
memperjualbelikan buah – buahan yang masih dalam putik,
atau belum jelas buahanya, serta anak hewan masih dalam
perut induknya, jual beli seperti ini termasuk jual beli yang
bathil berdasarkan hadis Nabi:69
أن رسول ا صلى ا عليو وسلم عمر رضي ا عنهما: عن عبد ا ابن
70)رواه البخري( .ن هى عن ب يع حبل احلب لة
Dari Abdullah bin Umar Ra. Sesungguhnya
Rasūlullah SAW. Melarang jual beli anak binatang
yang masih dalam perut induknya.
68
Abi Abdullah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhari, Matan, 27. 69
Rozalinda, Fikih, 72. 70
Muhammad ibn Ismail Abu Abdullah al – Bukhari al-Ja’fi, al-Jami‟
al Shahih al Mukhtashar, Juz 2, (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987), 753.
42
8. Macam – macam jual beli Garar dan Jāhalah: 71
a. Al–garar (Al-jāhalah) al-Yasir, yaitu ketidaktahuan yang
sedikit yang tidak menyebabkan perselisihan di antara kedua
belah pihak dan keberadaannya dimaafkan, karena tidak
merusak akad. Para ulama sepakat memperbolehkan karena
alasan kebutuhan (hājat). Contohnya: jual beli rumah tanpa
melihat pondasinya, karena tidak terlihat di dalam tanah.
b. Al-garar (al-jāhalah) al-katsīr/al-fashiysah, yaitu ketidak
tahuan yang banyak sehingga menyebabkan perselisihan di
antara kedua belah pihak dan keberadaanya tidak dimaafkan
dalam akad, karena menyebabkan akad menjadi batal.
Sedangkan di antara syarat sahnya akad itu ialah objek akad
(ma‟qud „alaih) harus diketahui terhindar dari perselisihan
di kemudian hari. Contohnya: jual beli burung di udara, ikan
di air.
c. Al-garar (al-jāhalah) al-Mutawassith, yaitu garar (jāhalah)
yang keberadaanya berada diperselisihkan oleh para ulama,
apakah termasuk ke dalam al-gharar (al- jāhalah) al-yatsir
atau al garar (al-jāhalah) al-katsir, atau keberadaanya
berada dibawah al-gaharar (al-jahalah) al-yasirah. Jika
meningkat gharar/jahalah-nya dari yang asalanya sedikit,
maka dimasukan kepada al-gharar al-katsīr , sedangkan jika
al-gharar al-yatsir. Contohnya: jual beli sesuatu tanpa
71
Enang Hidayat, Fiqh, 102 – 103.
43
menyebutkan harganya, jual beli hasil ghasab, jual beli buah
sebelum tampak baik tidaknya buah tersebut, dan yang
lainya.
9. Jual Beli Air Menurut Hukum Islam.
Salah satu syarat jual beli adalah benda yang
diperjualbelikan merupakan milik sendiri.Tidak sah melakukan
jual beli terhadap benda – benda yang dimiliki secara bersama
oleh seluruh manusia, seperti air, udara, dan tanah. Seluruh
benda, seperti air laut, sungai dan sumur umum tidak boleh di
perjual belikan karena tergolong mal mubah, hal ini berdasarkan
pada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:72
صلى ا حريربن عثمان عن ايب خداش عن رجل من اصحاب النيب عن
قال رسول ا صلى ا عليو وسلم )ادلسلمون :عليو وسلم قال
)رواه لمحد( 73شركاء يف ثالث يف ادلاء والكالء والنار(.
Dari Harir ibn Usman, dari Abī Khidāsy, dari seorang
laki – laki sahabat Nabi Saw. Berkata, Rasulullah Saw. Berkata
“Kaum muslim berserikat dalam tiga hal yaitu air, rumput dan
api”. (H.R. Imam Ahmad).
Larangan ini tidak berlaku bila maal mubah (benda –
benda bebas) itu telah dilakukan ihraz al-mubāhat atau isti‟la‟
72
Rozalinda, Fikih,79. 73
Abu Abdullah Ahmad Ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilal ibn as-
saibani, Musnad, Juz 50, 290.
44
„ala al-mubāhat (penguasaan terhadapa benda – benda mubah),
seperti menangkap ikan di laut, mengumpulkan kayu di hutan,
mengolah dan menyuling air untuk air minum seperti air
kemasan dan air isi ulang. Terhadap benda – benda tersebut
boleh dijual.74
Selain itu dalam sejarah tercatat bahwa pada waktu Nabi
saw. Tiba di Madinah, ada sebuah sumur yang di kenal dengan
sumur milik rumah orang Yahudi. Pemilik menjual airnya
kepada orang – orang dan Nabi membenarkanya, baik penjual
maupun pembeli berstatus muslim. Keadaan tersebut
berlangsung sampai Ustman bin Affan membeli sumur tersebut
dan mewakafkanya kepada kaum muslimin.75
Ini menunjukan
bahwa air memang boleh diperjual belikan.
10. Hikmah Jual Beli
Hikmah disyariatkanya jual beli menurut Syaikh Abu
Bakar Jabir Al Jaza’iri ialah: Mengantarkan manusia kepada
pencapaian kebutuhanya tentang sesuatu yang ada di tangan
saudaranya tanpa kesulitan dan madarat.76
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq hikmah jual beli ialah:
Sebagai keluasaan bagi para hamba-Nya, karena setiap manusia
mempunyai kebutuhan akan sandang, pangan dan lainya.
Kebutuhan tersebut tak pernah terhenti dan senantiasa
74
Rozalinda, Fikih,80. 75
Sayyid Sabiq, Fiqh,146. 76
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul,798.
45
diperlukan selama manusia itu hidup. Tidak seoarang pun dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, oleh karenanya ia
dituntut untuk berhubungan antar sesamanya. Dalam hubungan
tersebut semuanya memerlukan pertukaran, seorang memberikan
apa yang dimilikinya untuk memperoleh sesuatu sebagai
pengganti sesuai kebutuhanya.77
B. Teori Kepemilikan dalam Islam
1. Definisi Kepemilikan.
Menurut Dimyaudin Djuwaini kepemilikan adalah
sesuatu yang dimiliki oleh manusia, baik berupa harta benda
(dzat) atau nilai manfaat.78
Menurut Abdul Majid, pengertian
kepemilikan secara etimologis yaitu pengususan terhadap sesuatu
dan secara dan secara terminologis yaitu kekhususan terhadap
pemilik sesuatu barang menurut syara‟ untuk bertindak secara
bebas bertujuan mengambil manfaat selama tidak penghalang
syar‟i.79
Maka kepemilikan adalah sebuah hak untuk melakukan
sesuatu terhadap benda yang dikhusukan untuknya.
77
Sayyid Sabiq, Fiqh,121. 78
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), 34. 79
Abdul Majid, Pokok-pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan
dalam Islam, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati, 1986), 66.
46
2. Sebab-sebab Kepemilikan.
Sebab-sebab kepemilikan yang diakui oleh syariah
terdapat 4 hal, yakni Istila‟ al-Mubahat (penguasaan harta
bebas), al-Aqd (kontrak), al-Khalafiyah (Penggantian), dan at-
Tawallud (berkembang biak).80
a. Istila’ al-Mubahat
Adalah cara pemilikan melalui penguasaan terhadap
harta yang belum dikuasai atau dimiliki pihak lain.
b. Al-Uquud
Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul sesuai
dengan ketentuan syara’ yang menimbulkan pengaruh
terhadap objek akad. Contoh : Akad jual beli, hibah, wasiat
dan lain sebagainya.
c. Al-Khalafiyyah.
Al-Khalafiyyah adalah penggantian seseorang atau
sesuatu yang baru menempati posisi pemilikan yang lama.
Ada dua penggantian kepemilikan diantaranya adalah:
1. Penggantian satu orang oleh orang lainya.
80
Dimyauddin, pengantar, 42.
47
2. Penggantian benda atas benda lainya yaitu terjadi ketika
salah satu orang drugikan atau mengganti sesuatu dengan
yang semisalnya.
d. Al-Tawallud minal Mamluk
Adalah sesuatu yang dihasilkan dari sesuatu yang
lainnya. Contohnya adalah pohon yang berbuah, hewan yang
beranak-pinak dan alin sebagainya.81
3. Jenis-Jenis kepemilikan.
Ulama Fiqh membagi kepemilikan kepada dua bagian,
yaitu:
a. Milku al-tam (milik yang sempurna), yaitu apabila materi
atau manfaat harta dimiliki sepernuhnya oleh seseorang,
sehingga seluruh hak yang terkait dengan harta itu di bawah
penguasaanya. Milik seperti ini bersifat mutlak tidak dibatasi
waktu dan tidak digugurkan orang lain. contohnya rumah,
maka ia berkuasa penuh terhadap rumah itu ia bebas
memanfaatkanya.
Al-milku al-naqis (milik yang tidak sempurna), yaitu
apabila seseorang hanya memnguasai materi harta itu, tetapi
manfaatnya dikuasai orang lain, seperti sawah seseorang yang
pemanfaatanya diserahkan kepada orang lain melalui wakaf, atau
81
Ibid, 42-46.
48
rumah yang pemanfaatanya dikuasai orang lain, baik melalui
sewa-menyewa atau pinjam-meminjam.82
82
Mardani, Fiqh, 67.
49
BAB III
PELAKSANAAN JUAL BELI AIR BLUMBANG DI DESA
KARANGSONO KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN
DEMAK
A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Karangsono
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
1. Keadaan Geografis Desa Karangsono Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak.
Desa Karangsono adalah salah satu Desa yang berada
di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Berikut rincian
yang meliputi klasifikasi tanah dan ukuran tanah, sebagaimana
terlampir dalam tabel. I.
Tabel. 3.1. Klasifikasi Tanah Desa Karangsono
No Klasifikasi Tanah Ukuran
(Ha)
Porsentase
(%)
1 Tanah sawah 146.5 54.01%
2 Tanah fasilitas
umum 15.4 5.68%
3 Tanah kering 109.35 40.31%
4 Tanah basah 0 0.00%
5 Tanah Hutan 0 0.00%
6 Tanah Perkebunan 0 0.00%
Total 271.25 100.00%
50
Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan
Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak Tahun 2017.
Tabel di atas menunjukan bahwa luas total desa
Karangsono adalah 266.405 Ha, dengan tanah sawah seluas
146, 50 Ha, luas tanah untuk fasilistas umum seluas 15, 40 Ha
dan memiliki tanah kering seluas 109, 35 Ha. kemudian untuk
tanah kering terbagi menjadi dua bagian yaitu tegal atau ladang
seluas 31,25 Ha dan untuk pemukiman seluas 78,10 Ha. Desa
Karangsono terdiri dari 5 Rukun warga (RW) dan 47 Rukun
Tetangga (RT). Untuk iklimnya memiliki curah hujan 2,500, 00
mm, 4 bulan hujan dan suhu rata – rata berkisar 29,00 oC.
Untuk Topografi desa Karangsono adalah dataran rendah
dengan warna tanah sebagian besar hitam dan tekstur tanah
adalah tanah lempung.83
Untuk batasan wilayahnya penulis telah merangkumnya
menjadi tabel sebagai berikut:
Tabel. 3.2. Batas - Batas Wilayah Desa Karangsono
No Batasa Wilayah Kecamatan
1 Sebelah Utara Desa Candisari Mranggen
2 Sebelah Selatan Desa Kuripan Karangawen
3 Sebelah Timur Desa Kuripan Karangawen
83
Buku Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan Desa Karangsono
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2017.
51
4 Sebelah Barat Desa
Kembangarum Mranggen
Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan
Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak Tahun 2017.
Orbitrasi Desa Karangsono Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak adalah sebagai berikut:84
a. Jarak ke Ibukota kecamatan : 5 km.
b. Jarak ke Ibukota Kabupaten/kota : 30 km.
c. Jarak ke Ibukota Provinsi : 20 km.
Dusun di desa Karangsono ada tiga yaitu:
a. Karangsono Krajan
b. Karangsono Jetis
c. Karangsono Ploso
2. Kependudukan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak.
Pada bulan September 2017 jumlah penduduk desa
Karangsono berjumlah 6.163 orang/jiwa. Untuk rincianya
adalah sebagai berikut:
84
Ibid.
52
a. Jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi.
Tabel. 3.3. Klasifikasi Penduduk Desa
Karangsono
No Klasifikasi Penduduk Jumlah Porsentase
%
1
Jumlah penduduk menurut
jenis kelamin
Laki-laki 3.112 47.05%
Perempuan 3.502 52.95%
Total 6.614 100.00%
2 Jumlah penduduk menurut
Kepala Keluarga (KK) 1940 99.66%
3
Jumlah penduduk menurut
kewarganegaraan
WNI Laki-laki 3.112 47.05%
WNI Perempuan 3.502 52.95%
WNA Laki-laki 0 -
WNA Perempuan 0 -
Total 1946.614 199.66%
Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan
Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak Tahun 2017.
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa klasifikasi desa
Karangsono terbagi menjadi tiga kelompok. Untuk
53
kelompok pertama dibedakan menurut jenis kelamin.
Untuk jenis kelamin laki – laki ada 3.112 (47.05%) jiwa
dan untuk jenis kelamin perempuan ada 3.502 (52.95%)
jiwa, totalnya adalah 6.164 jiwa. Kemudian untuk jumlah
total KK ada 1940. Untuk WNA di desa Karangsono tidak
ada satupun orang asing yang tinggal atau nol jiwa.
b. Jumlah Penduduk Menurut Usia, sebagaimana
dijelaskan dalam tabel. IV.
Tabel. 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Usia
No Usia Jumlah Porsentase
(%)
1 0 -< 1 tahun 69 1.27%
2 1 - 4 tahun 367 6.69%
3 5 - 9 tahun 419 7.63%
4 10 - 14 tahun 417 7.60%
5 15 - 19 tahun 451 8.29%
6 20 - 24 tahun 492 9.04%
7 25 - 29 tahun 508 9.34%
8 30 - 34 tahun 531 9.76%
9 35 - 39 tahun 532 9.78%
10 40 - 44 tahun 443 8.14%
11 45 - 49 tahun 374 6.88%
12 50 - 54 tahun 299 5.50%
54
13 55 - 59 tahun 237 4.36%
14 60 - 64 tahun 150 2.30%
15 65 - 69 tahun 113 2.08%
16 70+ 86 1.58%
Total 5488 100%
Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan
Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak Tahun 2017.
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa pada tahun
2017 total penduduk di desa Karangsono telah mencapai
5.440 jiwa. Penduduk tersebut terdiri dari usia 0 tahun –
70+. Untuk usia 35 – 39 tahun adalah usia yang terbanyak
yaitu sebanyak 532 (9.78%) jiwa.
c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikannya,
akan dijelaskan pada tabel. 3.5.
Tabel. 3.5 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa
Karangsono
No Tingkat
Pendidikan
Laki-
laki Perempuan Jumlah
Porsentase
(%)
1
Usia 3-6 tahun
yang belum
masuk TK
508 468 976 12.40%
2 Usia 18 - 56 1522 2000 3522 44.75%
55
tahun yang
pernah SD tapi
tidak lulus
3 Tamat
SD/Sederajat 324 343 667 8.47%
4 Tamat
SMP/Sederajat 621 627 1248 15.86%
5 Tamat
SMA/Sederajat 712 643 1355 17.22%
6 Tamat D-
1/Sederajat 4 3 7 0.09%
7 Tamat D-
2/Sederajat 9 0 9 0.11%
8 Tamat D-
3/Sederajat 4 12 16 0.20%
9 Tamat S-
1/Sederajat 36 29 65 0.83%
10 Tamat S-
2/Sederajat 2 4 6 0.08%
Total 3742 4129 7871 100.00%
Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan
Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak Tahun 2017.
56
Dari data diatas menunjukan bahwa masyarakat
desa Karangsono pada tahun 2017 banyak yang tidak
mengutamakan pendidikanya ini terlihat dari banyaknya
jumlah penduduk yang pernah SD tapi tidak lulus
sebanyak 3522 (44.75%). Meski begitu jumlah lulusan s1
dan s2 mencapai 71 orang (0.91%). Ini menunjukan bahwa
meski banyak yang tidak mementingkan pendidikanya di
desa Karangsono tapi ada sebagian masyarakat yang
semangat belajar hingga menamatkanya sampai perguruan
tinggi.
d. Struktur Pemerintahan Desa Karangsono
Untuk mengetahui siapa saja pejabat yang
memegang kekuasaan di desa Karangsono berikut penulis
sajikan pada tabel 3.6.
No Nama Jabatan
1 Mustakim Kepala Desa
2 Prawono Sekretaris Desa
3 Sumardi Kaur Pemt & Umum
4 Kasnadi Staf. Kaur. Pemt & Umum
5 Rohmad Muid
Kaur Pembangunan &
Kesra
6 Millatin Roikhah Kaur Keuangan
7 Masudi Modin
8 Damsuki Modin
57
9 Romidi Ulu – ulu
10 Sargi Ulu – ulu
11 H. Subakir Jogoboyo
12 Ali Asroni, A.Md Kadus Krajan
13 Asro Siswanto Kadus Jetis
14 Purnomo Kadus Ploso
Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan
Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak Tahun 2017.
3. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Desa Karangsono
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
a. Kondisi Ekonomi Desa Karangsono
Desa karangsono merupakan desa yang mayoritas
penduduknya adalah petani dan buruh atau karyawan.
Untuk memperjelas hal tersebut, berikut penulis sajikan
pada table 3.7.
Tabel 3.7 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat desa
Karangsono.
No Jenis
Pekerjaan
Laki-
laki Perempuan Jumlah
Porsentase
(%)
1 Petani 292 407 699 30%
2 Buruh tani 100 216 316 14%
3 PNS 10 8 18 1%
4 Pedagang 13 3 16 1%
58
keliling
5
Pedagang
barang
kelontong
10 5 15 1%
6
Karyawan
perusahaan
Swasta
150 215 365 16%
7 TNI 3 0 3 0%
8 Belum Bekerja 77 58 135 6%
9 Pelajar 363 296 659 28%
10 Ibu Rumah
tangga 0 105 105 5%
Total 1018 1313 2331 100%
Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan Desa
Karangsono Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2017.
Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah petani
dan buruh tani adalah yang paling tinggi, dengan jumlah
699 orang (30%) untuk petani dan 316 orang (14%) untuk
buruh tani disusul dengan karyawan swasta sebanyak 365
(16%) orang dari total 2331 orang.
Desa karangsono juga memiliki lahan pertanian
yang masih sangat luas, maka tidak heran jika masyarakat
Desa Karangsono didominasi oleh para petani. Selain itu
masyarakat desa Karangsono juga menggarap lahan
pertanianya untuk usaha pembuatan batu bata meski tidak
59
disebut dalam tabel diatas. Karena ada sebagian para
pengusaha batu bata mereka juga bertani.
Petani di desa Karangsono juga melakukan
aktivitas - aktivitas bertani pada umumnya. Mereka juga
melakukan bercocok tanam, memanen dan berbagai
kegiatan pertanian lainya. Dikarenakan daerahnya yang
panas dan merupakan dataran rendah, petani di desa
Karangsono biasanya hanya menanam padi dan palawija.
Para petani dan pengusaha batu bata desa
karangsono juga memiliki kebiasaan dalam hal memenuhi
kebutuhan bertani atau berusaha batu batanya yaitu jual
beli air jumbangan. Hal ini dikarenakan setiap tahunya
terjadi musim kemarau yang menghabiskan air para petani
dan pengusaha batu bata. Maka salah satu jalan untuk
memenuhinya adalah dengan jalan bertransaksi air
Blumbang. Semua itu dilakukan agar tidak terjadi gagal
panen, pengolahan batu bata tetap bisa dilakukan. Berikut
penulis sajikan tabel pemilik air Blumbang.
3.8 Tabel Pemilik air Blumbang di Desa Karangsono
NO NAMA ALAMAT
1. Sarwan RT. 03 RW.O5
2. Subi RT. 03 RW. 05
3. Kaswan RT. 01 RW. 06
4. Surawi RT. 01 RW. 06
60
5. Jumar RT. 01 RW. 06
6. Parwi RT. 01 RW. 06
7. Jamian RT. 01 RW. 06
8. Samidi RT. 01 RW. 06
9. Kamsir RT. 02 RW. 05
10. Jumadi RT. 03 RW. 05
11. Jumain RT. 04 RW. 05
12 Jasno RT. 04 RW. 05
13 Sujono RT. 04 RW. 05
14 Slamet RT. 07 RW. 05
15 Mat rokim RT. 07 RW. 05
16 Sunar RT. 03 RW. 05
17 Nardi RT. 03 RW. 05
18 Darno RT. 03 RW. 05
19 Romani RT. 04 RW. 05
20 Ma’ruf RT. 06 RW. 05
21 Solekhan RT. 06 RW. 05
22 Muammar RT. 01 RW. 06
23 Nur mad yani RT. 01 RW. 06
24. Romadon RT. 01 RW. 06
25 Sugi RT. 01 RW. 06
26 Kaswi RT. 04 RW. 05
27 Japar RT. 03 RW. 05
28 Zubaedi RT. 03 RW. 05
61
29 Maula RT. 07 RW. 05
30 Sukardi RT. 07 RW. 05
31 Karmani RT. 03 RW. 05
32 Masikun RT. 03 RW. 05
33 Kumoh RT. 03 RW. 05
34 Rodi RT. 03 RW. 05
35 Kasmani RT. 05 RW. 05
36 Sukirman RT. 03 RW. 05
37 Sohib RT. 03 RW. 05
38 Mashudi RT. 04 RW. 05
39 Kasan RT. 03 RW.05
40 Wakijan RT. 03 RW. 05
41 Slamet RT. 02 RW. 05
42 Arip RT. 02 RW. 05
43 Turmudzi RT. 02 RW. 05
44 Saerozi RT. 03 RW. 05
45 Edi susanto RT. 03 RW. 05
46 Muh. Rokim RT. 02 RW. 05
47 Ngatemin RT. 02 RW. 05
48 Abdul faqih RT. 05 RW. 05
49 Sukarjo RT. 05 RW. 05
50 Ahmadun RT. 02 RW. 05
51 Junaidi RT. 02 RW. 05
52 Asroni RT.09 RW 01
62
53 Muh Sobirin RT.09 RW 01
54 Ngapian RT.09 RW 01
55 Abu Khoir RT. 05 RW 01
b. Kondisi Sosial Desa Karangsono.
Desa Karangsono mayoritas adalah umat muslim.
Menurut data Profil umum desa Karangsono untuk
pemeluk Islam terdapat 3112 laki - laki dan perempuan
3051 orang. Tidak ada agama lain yang di peluk oleh
masyarakat desa Karangsono selain agama Islam.
Desa Karangsono pun begitu banyak sekali
kegiatan keagamaan diantaranya adalah kegiatan jamaah
Tahlil, Fatayatan, Muslimatan, Yasinan, pengajian setiap
hari Jumat di Masjid dan berbagai kegiatan keagamaan
lainya.
Selain kegiatan keagamaan diatas ada juga hal lain
bahwa keagamaan di desa Karangsono sangat kental. Kali
ini bisa dilihat dari sarana dan prasarana yang ada di desa
Karangsono. Untuk memperjelas hal itu penulis akan
menyajikanya dalam bentuk tabel.
63
Tabel 3.8 sarana dan prasarana umum di Desa
Karangsono.
No. Jenis Sarana Jumlah
1 Masjid 3
2 Mushalla 31
3 Taman Kanak-kanak 2
4 Sekolah Dasar 3
5 Balai Desa 1
6 Lapangan Sepak Bola 2
7 Lapangan Bulu
Tangkis 3
8 Lapangan Volly 2
Meja Pingpong 1
8 Pondok Thariqoh 1
9 Madrasah Diniyah 2
Sumber data : Buku Daftar Isian Potensi Desa dan
Kelurahan Desa Karangsono Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak Tahun 2017.
Jika dilihat dari tabel di atas untuk sarana dan
prasarana tempat beribadatan masjid dan Musholla ada 34
buah, begitu banyaknya tempat ibadah di Desa
Karangsono. Ada juga Madrasah Diniyah atau lembaga
pendidikan Islam juga cukup memadai yaitu sebanyak dua
buah. Sehingga memungkinkan bagi masyarakat desa
64
Karangsono untuk menjalankan ritual keagamanya secara
mudah tidak terbatas oleh fasilitas maupun sarana
Prasarana.
Hampir setiap minggu ada tahlilan85
di tiap – tiap
dukuh bahkan tiap gang memiliki jamaah tahlilnya masing
– masing. Jamaah tahlilpun bukan hanya bapak–bapak tapi
ibu–ibu juga. Kemudian setiap selapan (35 hari) sekali
terdapat kegiatan fatayat berupa pengajian yang biasanya
diikuti oleh ibu – ibu yang tergabung dalam fatayat dan
muslimat NU. Selain itu banyak juga kegiatan keagamaan
yang dilakukan oleh kalangan para pemuda, berupa
yasinan yang dilakukan oleh karang taruna dan IPNU
(ikatan pelajar Nahdlatul Ulama) – IPPNU (ikatan pelajar
putri Nahdlatul Ulama), triwulanan86
dan beberapa
kegiatan lainya, sehingga masyarakat di desa Karangsono
sangatlah sibuk dalam kegiatan kegamaan.
Masyarakat desa Karangsono adalah masyarakat
yang bersuku atau beretnis jawa seperti pada masyarakat
jawa pada umumnya. Mereka saling berinterkasi dan
berkomunikasi seperti pada masyarakat jawa pada
umumnya yaitu dengan Bahasa jawa. Adapun kegiatan
85
Tahlilan adalah pembacaan kalimah toyyibah (tahlil, takbir, tahmid
dan kalimat baik lainya). 86
Triwulanan adalah sebuah kegiatan berupa pemberian materi
keagamaan kepada anggota IPNU – IPNNU yang biasnaya dibuat dengan konsep
dialog interaktif.
65
adat atau ritual – ritual budaya yang ada di desa
Karangsono adalah adat atau ritual adat jawa yang di
kemas secara islami, misalnya acara tingkepan, mitoni,
slametan, upacara pernikahan, berdoa pada 3 hari, 7 hari,
40 hari, 100 hari, 1000 hari kematian dan lain sebagainya.
Dalam upacara adat atau ritual – ritual tersebut tidak lepas
dari kalimat – kalimat toyyibah, bacaan Al Quran, Do’a –
do’a dan lain sebagainya.
Dari penjelasan tersebut bisa ditarik kesimpulan
bahwa masyarakat desa Karangsono banyak dari kegiatan
sosialnya, budaya dan adat dipengaruhi oleh ajaran islam.
Sebuah agama yang memang banyak dianut oleh mayoritas
penduduk Indonesia. Apalagi desa Karangsono adalah desa
yang terletak di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak,
yang dianggap sebagai daerah disebuah pesisir pantura
yang sangat religius.
B. Pelaksanaan Jual Beli Air Blumbang di Desa Karangsono
Kecamatan Mranggen.
Desa karangsono adalah desa yang mayoritas masyarakat
berpencaharian sebagai petani dan sebagian masyarakatnya juga
bermata pencaharian sebagai pengrajin atau pembuat batu bata.
Karena hal itu maka masyarakat desa Karangsono harus
bersinggungan dengan air sebagai alat utama untuk kesuburan
pertanian dan salah satu bahan utama dalam pembuatan batu bata.
66
Selain itu desa Karangsono hanya memiliki sawah tadah hujan.
Meski di desa Karangsono terdapat saluran irigasi air, air yang
mengalir tidak bisa optimal menyebar keseluruh sawah masyarakat
desa Karangsono karena tidak adanya aliran air dari saluran irigasi
tersebut saat musim kemarau. Karena hal itulah transaksi jual beli air
Blumbang menjadi salah satu solusi selain sumur bagi para petani
dan pengrajin batu bata disana.
Blumbang adalah bekas atau sisa penggalian tanah yang di
gunakan untuk pembuatan batu bata, maka ketika kontrak untuk
pembuatan batu bata di sawah itu telah habis atau sudah sangat
dalam karena sering digali maka tanah tersebut menjadi tanah yang
tidak produktif dan tertampunglah banyak air ketika muslim hujan.
Selain itu karena ukuranya yang besar air yang tertampung dalam
Blumbang tidak cepat habis karena proses penguapan. Air yang
tertampung di dalam Blumbang kemudian akan digunakan oleh
pemilik Blumbang, baik itu di gunakan sendiri, di jual kepada para
petani atau pembuat batu bata yang membutuhkan air Blumbang
tersebut atau digunakan untuk menternakan ikan.
Faktor yang menyebabkan jual beli air Blumbang ini terjadi
adalah karena factor kebutuhan dimana para petani dan pengusaha
batu bata sangat membutuhkan air untuk pertanianya dan untuk
pengolahan batu bata.87
Sedangkan untuk pemilik air Blumbang
mereka membutuhkan uang untuk membayar pajak karena
87
Wawancara dengan bapak Sumardi (selaku pembeli) di Sawah. 11
April 2018.
67
Blumbang menjadi tanah yang tidak produktif karena hanya bisa
digunakan untuk menampung air maka dengan transaksi jual beli ini
meringankan beban pemilik air Blumbang untuk membayar pajak.88
Kemudian factor tolong menolong dan relalah yang menjadi faktor
utama karena mereka tak menganggab bahwa air Blumbang sebagai
air yang dimuliakan sehingga para pemilik air Blumbang tak
keberatan jika air jumbanganya dibeli.
Untuk ukuran jumbangan biasanya berukuran 1/4 atau 1/8
bahu. Untuk 1/8 bahu adalah sekitar 900 M2 dan untuk 1/4 adalah
sekitar 1.750 M2
sampai 1800 M2 . Untuk kedalamanya adalah
sekitar 75 cm atau sekitar Paha orang dewasa sampai 1 meter atau
sekitar dada orang dewasa. Penyebutan bahu adalah penyebutan
untuk tanah yang berukuran sekitar 7000 M2.
Menurut bapak Sumardi jumlah Blumbang yang ada di desa
Karangsono ada 55 jumbangan. Terdiri dari 30 Blumbang besar dan
25 Blumbang kecil.89
Untuk Masyarakat yang melakukan Jual beli
air Blumbang adalah para pengusaha batu bata yaitu 55 orang dan
sisanya adalah petani.
88
Wawancara dengan ibu Yatemi (Selaku pemilik) di rumhanya, 4
februari 2018. 89
Wawancara dengan bapak Sumardi (selaku pembeli) di Sawah. 11
April 2018.
68
1) Macam – Macam Jual beli air Blumbang di Desa
Karangsono Kecamatan Mranggen Demak.
Ada dua macam transaksi jual beli air Blumbang di Desa
Karangsono yang sering dilakukan oleh masyarakat desa
Karangsono diantaranya adalah:
a. Jual Beli Air Blumbang dengan Menggunakan Waktu.
Untuk transaksi jual beli air Blumbang dengan
takaran jam ini merupakan transaksi yang biasa dilakukan
oleh masyarakat di sana karena perjanjianya yang terbilang
sebentar, tidak rumit dan mudah dilakukan. Apalagi untuk
harganya sendiri terbilang sangat murah Cuma Rp. 10.000
atau 20.000 tergantung musim hujan, musim kemarau atau
kesepakatan bersama pada saat transaksi tersebut. Umumnya
para pelaku jual beli ini adalah mereka yang membutuhkan
air tidak terlalu banyak atau cukup untuk saat dibutuhkan.
Untuk membeli air Blumbang masyarakat biasanya
datang kerumah pemilik Blumbang atau bertemu di sawah
untuk melakukan sebuah transaksi jual beli air Blumbang
dengan begitu terjadilah sebuah kesepakatan.90
Harga
perjamnya di sesuaikan dengan keadaaan musim, jika itu
musim kemarau maka harganya sekitar Rp. 15.000 - Rp.
20.000 dan bila dilakukan pada musim hujan harganya
sekitar Rp. 10.000 atau tergantung kesepakatn bersama.
90
Wawancara dengan ibu Yatemi (Selaku pemilik) di rumhanya, 4
februari 2018.
69
Untuk pengambilan air penjual dan pembeli air Jumbangan
saling percaya, jadi tidak diteliti atau diperiksa waktu
penyedotan air di jumbangan.91
Pompa air yang digunakan pembeli tidak ada
spesifikasi khusus baik itu pompa airnya kecil atau besar,
daya pompanya tinggi atau kecil terserah pada pembeli.
Dekat maupun jauh patokan harganya sama seperti yang
dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Yang jelas takaran
yang digunakan saat tranksaksi adalah menggunakan waktu
atau jam sebagai takaranya. Pompa air atau alat sedot air
yang digunakan merupakan alat sedot milik pembeli air
jumbangan atau pembeli meminjam kepada para petani lain.
Penjual air jumbangan biasanya hanya menjual air
Jumbanganya tidak menyediakan alat pompa air.92
b. Jual Beli Air Blumbang Secara Tebas.
Dalam transaksi tebas bukan hanya padi, buah dan
beberapa komuditas pangan lainya ternyata jual beli airpun
ada model secara tebasan di desa Karangsono. Dalam
penebasan air Jumbangan biasanya dilakukan untuk jumlah
air yang banyak. Masyarakat di sana biasanya menebas air
untuk pertanian, pengolahan batu bata atau untuk diambil
91
Wawancara dengan bapak Sumaryono (selaku pembeli) di
kediamanya, 4 februari 2018. 92
Wawancara dengan ibu Yatemi (Selaku pemilik) di rumhanya, 4
februari 2018.
70
ikanya dengan cara membuang airnya. Untuk penebasan air
jumbangan ada yang sekali habis dan ada tidak langsung
dihabiskan karena dibuat untuk cadangan.
Untuk transaksi jual beli air Blumbang yang tidak
langsung dihabiskan semacam ini, biasanya dilakukan oleh
para pengrajin batu bata karena pengolahan batu bata
membutuhkan air secara terus menerus. Pada musim
kemarau air di plataran cepat habis karena sering digunakan
dalam pembuatan batu bata dan tidak ada suplai air. Maka
untuk itu para pengrajin batu bata menebas air Blumbang
sebagai cadangan air jika air yang di plataran telah habis.
Untuk jual beli secara tebas, kontrak akan berakhir
jika air sudah habis atau air sudah tidak dibutuhkan lagi,
yaitu ketika telah terjadi musim hujan. Untuk transaksi
semacam ini biasanya terjadi pada bulan mei atau awal
musim kemarau dan berakhir sesuai dengan kesepakatan
bersama yaitu airnya telah habis, terjadi musim hujan atau
batasan maksimalnya selama setengah tahun.
Untuk transaksinya masih bersifat sederhana yaitu
petani atau pengusaha batu bata bertemu dengan pemilik
Blumbang untuk mengadakan kesepakatan,bersama.
Biasanya pemilik air jumbangan memberikan tawaran harga
sesuai dengan kedalaman atau lebar Blumbang. Untuk harga
air Jumbangan yang di jual secara tebas biasanya dihargai
dengan besar kecilnya Blumbang, jika besar sekitar
71
Rp.700.000 dan jika kecil sekitar Rp. 500.000 atau sesuai
dengan kesepakatan bersama.93
Untuk penggunaan pompa
air ketentuanya sama dengan jual beli menggunakan waktu.
Perbedaan antara jual beli air secara tebas dan jual
beli air dengan cara menggunakan waktu adalah terletak
pada waktu, jika secara tebas masa kontrak berakhir ketika
air telah habis atau ketika air sudah tidak digunakan lagi
karena musim hujan sedangkan pada takaran waktu terletak
pada berapa waktu yang ingin digunakan untuk menyedot
air. Tergantung kebutuhan dari pembeli. Jika membeli
secara tebas, air jumbangan ada yang digunakan untuk
cadangan pengolahan batu bata sedangkan jam itu hanya
digunakan sekali itu baik untuk pertanian atau juga
pengolahan batu bata.
Untuk transaksi jual beli air Blumbang
menggunakan waktu ini lebih meyakinkan kadar dan
kuantitasnya karena bisa dikira – kira oleh pemilik dan
pembeli air Blumbang. Namun untuk secara tebas kuantitas
airnya berbeda – beda tidak bisa ditentukan, karena selain
tergantung dari penggunaan diesel kecil atau yang besar tapi
juga dari jarak lokasi pemompaan air sampai ke pengeluaran
atau tujuan air Blumbang karena tebas tidak bisa ditentukan
kadar airnya berapa jumlah air yang akan di dapat karena
93
Wawancara dengan bapak Asroni (selaku pemilik) di rumhanya, 23
Februari 2018
72
tidak jelasnya transaksi yang ada yaitu mengontrak
Blumbang yang belum tentu ada setiap saat airnya. Hal itu
juga disadari oleh para penjual dan pembeli air Blumbang.
Tapi mereka menganggab bahwa hal itu adalah baik karena
belum ada cara lain yang lebih meyakinkan yang setara
dengan jual beli air Blumbang dengan menggunakan waktu.
73
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI AIR
BLUMBANG DENGAN TAKARAN JAM DI DESA
KARANGSONO KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN
DEMAK.
A. Analisis praktek Jual beli Air Blumbang dengan Takaran Jam
di Desa Karangsono Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
Salah satu syarat barang dalam transaksi jual beli adalah
barang harus dimiliki oleh orang tertentu. Dengan demikian tidak
sah jual beli sesuatu atau barang yang menjadi milik umum seperti
air.94
Air adalah sebuah kebutuhan manusia yang sampai sekarang
belum tergantikan oleh apapun. Maka dari itu air tidak dapat dimiliki
oleh perorangan. Kecuali jika mendapatkan air itu sesuai dengan
cara yang dibenarkan oleh syariat.
Pada Bab III penulis telah menjelaskan praktik jual beli air
Blumbang di Desa Karangsono kecamatan Mranggen dengan
Takaran Jam. Di sini para petani dan penjual batu bata atau
masyarakat setempat membeli air jumbangan untuk persawahanya
atau juga untuk bahan pengolahan batu bata di desa Karangsono.
Mereka di sana menggunakan Blumbang, yaitu tanah bekas
penggalian batu bata, maka tertampunglah air yang banyak ketika
94
Wahbah Zuhaili, Fiqhul Islam waadilatuhu 5, diterj: Abdul Hayyie
al – katttani, dkk, Jakarta: Gema Insani, 2011, 120.
74
musim hujan, sehingga dapat digunakan untuk dirinya sendiri dan
orang lain atau melakukan jual beli air Blumbang baik secara takaran
jam maupun cara lainya.
Untuk jual beli air di desa Karangsono ada dua cara dalam
jual beli air Blumbang, yaitu cara jual beli secara tebas dan jual beli
air yang menggunakan takaran jam yang mana telah di jelaskan pada
bab III.
Ukuran Blumbang biasanya relative tidak ada ukuran pasti,
tapi umumnya jumbangan berukuran sekitar 3500 m2 (½ bahu),
1750 m2 1800 m2 (¼ bahu) atau 900 m2 (1/8 bahu) dan untuk
ukuran kedalamanya adalah sekitar 75 cm – 100 cm atau setara
dengan paha sampai dada orang dewasa.
Untuk jual beli yang menggunakan waktu penyedotanya
dengan menggunakan pompa air milik mereka sendiri atau
meminjam dari petani lain, sehingga ada beberapa jenis diesel yang
digunakan di sana. Untuk besar kecilnya ukuran diesel tidak terlalu
di permasalahkan, padahal semakin besar dieselnya semakin banyak
kuantitas air yang didapat begitupun sebaliknya. Begitu juga
semakin jauh tempat pemompaan airnya semakin sedikit airnya,
sebalikanya jika semakin dekat tempat pemompaan airnya maka
semakin banyak air yang didapatkan. Mereka biasanya menjual air
dengan takaran jam dengan kisaran perjamnya dihargai Rp.15.000 –
Rp. 20.000. tergantung musim hujan, musim kemarau atau sesuai
75
dengan kesepakatan bersama. Oleh karena itu, air yang mereka
dapatkan dari pembelian air jumbangan secara takaran jam berbeda
kuantitasnya.
Adapun faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya jual
beli air Blumbang adalah kebutuhan para petani dan pengusaha bata,
mereka harus membeli air, ketika air di sawah – sawah dan plataran
– plataran telah mengering seiring dengan terjadinya musim
kemarau. Agar tidak terjadi gagal panen dan pengolahan batu bata
tetap berjalan maka harus membeli air. Di sana ada saluran irigasi,
namun saluran irigasi tersebut juga akan mengering ketika musim
kemarau. Maka solusinya adalah menggunakan air jumbangan yang
ketika musim kemarau tidak mudah ikut mengering karena kuantitas
air di jumbangan lumayan banyak dan memiliki kedalamam yang
cukup.
Selain dari para petani, ada juga factor yang berasal dari
pemilik Blumbang di antaranya adalah untuk mengganti biaya pajak
tanah, tolong menolong, dan untuk mencari keuntungan. Hal itu
karena Blumbang meski tidak produktif tapi pajak tanah harus tetap
dibayarkan sehingga dengan menjual air di Blumbang bisa
meringankan beban dalam pembayaran pajak. Selain karena
kebutuhan yang mendesak para petani dan pembuat batu bata, maka
mereka diantaranya mengambil air begitu saja tanpa ada izin dari
pemiliknya sehingga para pemilik Blumbang merasa resah dan lebih
baik mejualnya daripada dicuri atau diambil tanpa izin. Selain itu
76
para petani dan pemilik usaha batu bata menganggab bahwa tidak
ada cara lain selain membeli atau bertransaksi air kepada para
pemilik air jumbangan. Dengan demikian factor yang mempengaruhi
para pelaku jual beli air Blumbang adalah karena kebutuhan dan
tolong menolong.
Masyarakat di sana masih menganggab air bukan suatu harta
yang dimuliakan.95
Sehingga dalam hal jual beli air mereka tidak
terlalu memperhatikan kejelasan jual beli secara pasti, baik secara
ukuran diesel, jarak yang jauh atau dekat maupun harga, semuanya
tergantung kesepakatan bersama. Untuk itu dalam transaksi jual beli
air mereka manganggabnya sebagai tolong menolong bukan untuk
mencari keuntungan secara berlebihan. Pemilik air jumbangan
menolong mengairi sawah dan plataran sedangkan pembeli air
Blumbang menolong pemilik air dari pembayaran pajak.
Menurut penjelasan di atas kita dapat memahami bahwa
praktik jual beli air Blumbang adalah jual beli yang mana sangat
dibutuhkan atau dalam kata lain jual beli air jumbangan adalah jual
beli karena terpaksa atau darurat. Kebutuhan air untuk pertanian dan
pengolahan batu bata adalah salah satu kebutuhan yang mutlak harus
dipenuhi karena dengan tidak adanya air tersebut maka masyarakat
disana menjadi kesulitan. Sesuai dengan kaidah Fiqh berikut ini:
95
Wawancara dengan Bapak Ali Thabrani (Selaku ulama setempat) di
rumahnya tanggal 17 April 2018
77
احلاجة تنزل منزلة الضرورة
“Hājat ditempatkan pada tempat dharūrat”96
.
Dalam kaidah fiqh di atas dijelaskan bahwa hajat berada
pada posisi darurat. Karena Islam adalah agama yang tidak
menghendaki kesukaran bagi pemeluknya maka hal-hal yang
berkaitan dengan hajat di tempatkan pada posisi darurat agar lebih
diutamakan, hal itu juga ada di dalam maqāṣid syarīah.
Dalam maqāṣid syarīah (tujuan hukum Islam) ada tiga
tingkatan sebagai berikut:97
1. Dharūriyat (Primer)
.yaitu sesuatu yang sangat perlu di pelihara atau diperhatikan
seandainya hal itu tidak di perhatikan atau diabaikan maka akan
membawa kepada tidak berartinya kehidupan. Contohnya adalah
belajar agama atau memelihara keagamaan itu sendiri, agar
terhindar dari murtad.98
2. Hājjiyāt (sekunder)
99لوقع الناس يف الضيق واحلرج ىي اليت لوالورودىا على الضروريات
96
Imam Jalaludin Abdurrohman Abu Bakar Suyyuti, Al-asbāh wal-
Nazāir fi qawā‟id wafuru‟ fiqh al-Safi‟iyyah, Jilid 1, Beirut: Dār al-Kutub al-
„Ilmiyah, 2007, 190. 97
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 2, Jakarta: Kencana, 2008, 240. 98
Ibid. 99
Abu Ishaq Asy Syatibi, al-Muwafaqat, Juz I, 2011, 3.
78
Kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi, maka akan
menyebabkan manusia berada dalam kondisi kesulitan.
3. Tahsiniyāt (Tertier)
ىي اليت ترجع اىل مكارم االخلق، وحماسن العادات، وام تكميل نوع من
100االنواع الثالثة
Kebutuhan yang ditujukan untuk kemuliaan akhlaq,
memperbaiki tradisi, dan sebagai penyempurna kebutuhan-
kebutuhan di atasnya.
Jadi dalam transaksi jual beli air jumbangan di desa
Karangsono telah mencapai derajat Hājjiyāt yaitu apabila kebutuhan
itu tidak dilakukan maka akan menjadikan manusia dalam kesulitan.
Padahal Allah selalu menghendaki kemudahan bagi hambanya
sesuai dengan firman Allah SWT:
نسان ضعيفا يريد اللو أن يفف عنكم وخلق ال
Allah hendak meringankan kamu, dan manusia diciptakan
lemah.101
(QS. An-nisa ayat: 28).
Jadi menurut penulis jual beli air jumbangan secara takaran
jam di desa Karangsono meski mengandung gharar, karena
100
Ibid. 101
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah( Pesan, kesan dan keserasian
Al Qur‟an) Surah Ali Imron dan An-Nisa, Jakarta: Lentera Hati, 2002, 409.
79
kuantitas air yang di dapatkan masing – masing pembeli berbeda-
beda atau tidak jelas, akan tetapi boleh dilakukan karena
kebutuhanya merupakan hajat apabila tidak terpenuhi maka akan
menyulitkan masyarakat di sana.
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Air Blumbang.
Jual beli air Blumbang di desa Karangsono adalah jual beli
air yang tertampung di Blumbang/kolam atau bekas penggalian batu
bata dengan menggunakan jam atau waktu.
Dalam Islam, air memang boleh dimanfaatkan karena air
merupakan benda umum ini sesuai dengan Sabda Rasululullah
SAW:
صل اهلل عن حريربن عثمان عن ايب خداش عن رجل من اصحاب النب ـ
سلمون شركاء عليو وسلم ـ قال قال رسول اهلل ـصل اهلل عليو وسلم ـ )امل
اء والكالء والنار( 102يف ثالث يف امل
Dari Harīr ibn Usmān, dari Abu Khidāsyi, dari seorang laki
– laki sahabat Nabi Saw. Berkata, Rasūlullah Saw. Berkata “Kaum
muslim berserikat dalam tiga hal yaitu air, rumput dan api”.(H.R.
Imam Ahmad).
Dari hadis diatas kita dapat memahami bahwa sebenarnya
manusia itu berkongsi dalam tiga hal air, api dan rumput dan tidak
102
Abu Abdullah Ahmad Ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilal ibn as-
saibani, Musnad Ahmad, Juz 50, (Kairo: Mawqi‟ Wizarah al-Misariyah, t.th. Hal
290 hadis ke 28784.
80
boleh ada yang mencegahnya untuk memanfaatkanya. Karena air
sangat dibutuhkan untuk semua manusia maka harus diatur agar
tidak terjadi hal–hal yang merusak atau hal–hal yang merugikan bagi
orang lain agar mencapai kebahagiaan hidup manusia.
Jual beli air memang di perbolehkan asalkan air itu termasuk
māl mubāh (benda – benda bebas) yang telah dilakukan ihraz al-
mubāhat atau isti‟la‟ „ala al-mubāhat (penguasaan terhadapa benda
– benda mubah), seperti menangkap ikan di laut, mengumpulkan
kayu di hutan, mengolah dan menyuling air untuk air minum seperti
air kemasan dan air isi ulang. Terhadap benda – benda tersebut boleh
dijual.103
Jual beli air dalam sejarah islam pernah tercatat yaitu pada
waktu Nabi saw. Tiba di Madinah, ada sebuah sumur yang di kenal
dengan sumur milik rumah orang Yahudi. Pemilik menjual airnya
kepada orang – orang dan Nabi membenarkanya, baik penjual
maupun pembeli berstatus muslim. Keadaan tersebut berlangsung
sampai Ustman bin Affan membeli sumur tersebut dan
mewakafkanya kepada kaum muslimin.104 Hal ini sesuai dengan
hadis nabi yang berbunyi:
103
Rozalinda, Fikih dan Ekonomi Syariah (prinsip dan relasinya dalam
keuangan ekonomi syariah), (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 80. 104
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,jilid 4,terj: Nor Hasanuddin, dkk,
(Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 146.
81
حد ثـنا قـتـيبة: حد ثـنا الليث عن ايب الزناد، عن االعرج، عن ايب ىريرة:
صل اهلل عليو وسلم قال: ))المينع فضل املاء، ليمنع بو الكالء((ان النب
105
1272. Qutaibah menyampaikan kepada kami dari al-Laits,
dari Abu az-Zinad, dari al –A‟raj dari Abu Hurairah bahwa Nabi
SAW bersabda: “Janganlah orang yang memiliki kelebihan air
menahan airnya mencegah timbuhnya rumput (untuk makanan
hewan ternak).”
Jual beli air di Blumbang dapat di bandingkan dengan jual
beli air sumur tersebut karena Blumbang merupakan tanah bekas
galian batu bata milik perorangan. Dengan demikian air yang
tertampung dalam Blumbang adalah hak pemilik air jumbangan.
Seperti halnya sumur milik seseorang. Maka air jumbangan boleh di
jual oleh pemilik air jumbangan.
Hal ini sesuai dengan teori Al-Tawallud minal Mamluk
adalah sesuatu kepemilikan yang dihasilkan dari sesuatu yang
lainnya. Contohnya adalah pohon yang berbuah, hewan yang
beranak-pinak dan lain sebagainya. Blumbangpun sama karena
Blumbang memiliki kedalaman yang cukup untuk menampung air
105
Abu Isa Muhammad bin Isa at –Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6:
Jami‟ at – Tirmidzi, diterj: Tim Darussunnah, Jakarta: Almahira, 2013. Hal 451.
82
hujan maka airpun datang sendiri tanpa ada usaha dalam artian air
yang datang adalah proses alami.
Transaksi jual beli air Blumbang terdapat unsur ijārah yaitu
sewa-menyewa karena jual belinya menggunakan jam/waktu.
Begitupun juga dengan jual beli air secara tebas mereka membeli
dengan cara mengontrak Blumbang selama mereka membutuhkan
yaitu pada musim kemarau dan akan berakhir jika airnya habis,
musim hujan atau sekitar setengah tahun. Meski masyarakat di desa
Karangsono menyebut transaksi itu sebagai jual beli tapi pada
kenyataanya secara tidak langsung ada unsur ijārah.
Ijārah adalah akad yang menggunakan manfaat atau hak
guna suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa atau upah yang tidak disertai dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.
Menurut sayyid sabiq Ijārah adalah akad atas manfaat
dengan imbalan.106
Oleh karena itu, tidak boleh menyewa pohon
untuk dimakan buahnya karena pohon bukanlah manfaat, menyewa
makanan untuk dimakan, serta menyewa barang yang biasanya
ditakar dan ditimbang karena semua ini tidak bisa dimanfaatkan
kecuali dengan menghabiskanya. Tidak boleh juga menyewa sapi,
kambing, atau unta untuk diperah susunya karena penyewaan
memberikan kepemilikan atas manfaat, sementara dalam kondisi ini
106
Sabiq, Fiqhus, 149
83
ia memberikan manfaat atas susu yang merupakan benda, padahal
akad penyewaan berlaku pada manfaat dan bukan pada benda. 107
Pada transaksi jual beli air Blumbang memang terdapat
unsur sewa-menyewa Blumbang. Hal itu karena pemindahan air dari
Blumbang satu ke Blumbang lain menggunakan waktu yang sekilas
mirip seperti Ijārah. Ijārah yang terdapat dalam transaksi jual beli
air Blumbang tidak dibenarkan secara teori karena meski masyarakat
menyewa Blumbang secara jam/waktu tapi tidak mengambil manfaat
dari Blumbang tersebut tapi mereka hanya mengambil air dari
Blumbang tersebut. Sehingga transaksi sewa-menyewa air
Jumbangan secara jam/waktu atau secara tebas tidak benarkan secara
hukum Islam. Karena akad penyewaan berlaku pada manfaat bukan
kepada benda.
Akad yang terdapat pada transaksi air Blumbang tidak bisa
dikatergorikan sebagai Ijārah karena terdapat unsur mengambil
benda bukan mengambil manfaat. Dengan begitu unsur Ijārah tidak
berlaku pada transaksi air jumbangan. Transaksi yang sesuai dengan
air jumbangan tersebut adalah jual beli karena terdapat unsur
pemindahan suatu kepemilikan.
Jual beli air Blumbang harus sesuai dengan Syariat Islam
yaitu memenuhi rukun dan syarat. Secara rukun jual beli air
jumbangan telah memenuhi rukun dalam jual beli karena ada penjual
107
Ibid.
84
dan pembeli, ada objek jual beli yaitu air Blumbang yang suci,
bersih, halal, pembeli mengetahui meski dari ciri-cirinya dan dapat
diserah terimakan. kemudian ṣigat atau serah terima antara penjual
dan pembeli sama – sama saling rela.108
Sedangkan untuk syarat jual
beli menurut Ismail Nawawi rukun jual beli ada lima yaitu adalah
sebagai berikut: 109
1. Pelaku jual beli adalah orang yang dewasa atau mumayyiz
mengerti tentang akad
2. Objek jual beli:
a. Milik Sendiri
b. Benda yang diperjualbelikan itu ada dalam arti yang
sesungguhnya, jelas sifat, ukuran dan jenisnya.
c. Benda yang diperjualbelikan dapat diserahterimakan ketika
akad secara langsung maupun tidak langsung.
d. Benda yang diperjualbelikan adalah māl muttaqawwim atau
dibolehkan oleh syariat dan bermanfaat.
Jika melihat kriteria syarat jual beli di atas dalam jual beli
air Blumbang adalah Blumbang milik sendiri, dapat
diserahterimakan airnya, air adalah benda yang dibolehkan syariat
dan bermanfaat sedangkan untuk syarat benda jelas sifat, ukuran dan
jenisnya untuk jual beli air Blumbang ini belum sesuai dengan syarat
108
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah klasik dan kontemporer (hukum
perjanjian, ekonomi, bisnis dan sosial), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 77. 109
Ibid.
85
karena kuantitas air yang didapatkan masing – masing pembeli
berbeda – beda.
Faktor yang menyebabkan kuantitas air berbeda – beda pada
setiap pembelian adalah karena jual beli air Blumbang menggunakan
waktu sehingga terjadi beberapa kelemahan di antaranya adalah
jarak, jarak yang jauh mengakibatkan air yang di peroleh sedikit
karena waktu yang digunakan tidak disesuaikan dengan jarak yang
ditempuh tapi menggunakan waktu. Apalagi jika selama penyedotan
air atau pemompaan air terjadi masalah seperti alat pemompa airnya
macet, selang menuju ketempat tujuan bocor dan hal–hal lain yang
dapat menghambat pemompaan air tidak sempurna padahal waktu
tetap berjalan. Kemudian penggunaan ukuran pompa air yang tidak
ditentukan juga menjadi penyebab kuantitas air yang didapatkan
oleh pembeli air jumbangan berbeda - beda, jika pompa airnya besar
maka banyak air yang didapat begitu juga sebaliknya, jika pompa
airnya kecil maka sedikit air yang didapat. Maka jual beli air
Blumbang mengalami permasalahan pada syarat objek yaitu ketidak
jelasan kuantitas air atau air yang didapat oleh pembeli.
Ini akan terjadi sebuah ketidak relaan bagi sipembeli air
ataupun bagi sipemilik air, ketika air yang di pompa ternyata habis
seketika karena daya pompa air yang besar atau bagi pembeli akan
rugi sebab air yang didapat tidak banyak karena menggunakan
pompa yang kecil. Dengan begitu maka jual beli air Blumbang
86
mengandung sebuah ketidak pastian atau ketidak jelasan dalam
takaran dan ini tidak diperbolehkan dalam islam sesuai dengan
firman Allah SWT:
﴾ وإذا ٢﴾ الذين إذا اكتالوا على الناس يستـوفون ﴿١ويل للمطففني ﴿
﴾٣كالوىم أو وزنوىم يسرون ﴿
“Kecelakaan bagi orang-orang yang curang, (yaitu) mereka
yang apabila menerima takaran atas orang lain, mereka minta
dipenuhi,dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang
lain, mereka mengurangi.110
(Al-Muthaffifiin: 1-3)
Ayat di atas menjelaskan bahwa larangan dalam jual beli
salah satunya adalah curang dalam menakar dan menimbang. Ini
untuk melindungi hak–hak penjual dan pembeli. Tidak terjadi saling
kecoh mengecoh dalam jual beli atau mengandung garar sesuai
dengan hadis nabi SAW:
ة قال ان رسول اللو صلى اللو عليو وسلم عن بـيع احلصاة وبـيع عن أيب ىريـر )رواه المحد(.111 الغرر
110
M. Quraih Shihab, Tafsir Al Misbah (Pesan , Kesan dan Keserasian
Al Qur‟an/ JUZ AMMA), (Jakarta: Lentera Hati 2002), 121 dan 123. 111
Abu Abdullah ahmad Ibn Muhammad ibn Hanbal Ibn Hilal ibn Asad
as-Saibani, Musnad Ahmad, Juz 20, (Kairo: Mawqi‟ Wizarah al-Misriyah, t.th),
h.409.
87
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasul Saw, melarang
jual beli dengan lemparan dan yang mengandung garar (tipuan). (H.R Ahmad)
Dari hadist di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli yang
mengandung garar jelas dilarang seperti menjual ikan dalam tambak
yang tidak diketahui berapa ikanya. Begitu halnya jual beli air
Blumbang yang tidak diketahui berapa ukuran sebenarnya air karena
selain tidak ditentukanya pompa air baik kecil maupun besar juga
menggunakan waktu yang tidak sesuai dengan takaran untuk benda.
Air adalah benda yang mana takaran yang sesuai adalah dengan
ukuran benda semisal liter jika diukur secara kadar airnya, secara
kubik jika sesuai kadar volume atau Kg jika ingin mengukur sesuai
dengan beratnya.
Allah berfirman:
ه د ش غ أ ل بـ يـ ت ن ح س ح ي أ اليت ى ال ب يم إ ت ي ل ال ا وا م رب ق وال تـ
ط س ق ال يزان ب م ل ل وا ي ك ل وا ا وف ال وأ ا إ س لف نـف ك ال ن
ا ه ع رب وس ا قـ ان ذ و ك وا ول ل د اع م ف ت ل ا قـ ذ د اللو وإ ه ع وب
وا وف رون أ ذك م ت لك ع و ل م ب اك م وص ك ل ذ
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia
mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak membebani sesorang
88
melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu
berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu),
dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan
kepadamu agar kamu ingat.” (al-An‟am 152)112
Dalam firman Allah di atas mewajibkan bagi seseorang
dalam jual beli untuk menyempurnakan takaran atau timbanganya
dengan adil. Maka dalam jual beli air Blumbang yang dilakukan oleh
masyarakat desa Karangsono ini tidak boleh karena mengandung
unsur garar (ketidak jelasan), karena air yang dalam jual belinya
menggunakan waktu dan juga tidak diaturnya penggunaan diesel
yang besar maupun kecil sehingga menyebabkan air yang didapat
oleh pembeli air Blumbang tidak jelas kuantitasnya.
Meski mengandung garar kebiasaan itu telah ada sejak lama
dan memungkinkan bahwa masyarakat sudah merasa rela atau
memaklumi dengan kegiatan tersebut. ini juga menjadi hal yang
perlu diperhatikan bahwa masyarakat di sana menganggab air
jumbangan bukan merupakan sesuatu yang berharga karena air
Blumbang adalah air yang datang sendiri tanpa ada usaha untuk
mendatangkan. Dengan begitu sebenarnya jual beli air Blumbang
tidak begitu dipermasalahkan sebagaimana dengan kaidah fiqh
berikut ini:
العادة حمكمة.
112
Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir (jilid 2), terj: Suharlan
dan Suratman, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014), 1009 – 1010.
89
“Adat kebiasaan itu dapat ditetapkan sebagai hukum”113
.
Kemudian air yang menjadi transaksi adalah air yang
dibutuhkan untuk produksi batu bata dan pertanian. Menjadikan
transaksi jual beli air ini menjadi trnasaksi yang darurat sebab tanpa
air tersebut menjadikan produksi batu bata berghenti dan para petani
gagal panen. Maka dalam hal ini transaksi jual beli air ini sangat
besar manfaatnya daripada madharatnya sehingga menjadikan
madharat yang kecil harus dikalahkan.
Apalagi garar kecil bisa di maafkan karena garar tidak
dapat dipisahkan saat terjadinya transaksi sehingga tidak
memungkinkan menghindari garar ini. Kita bisa melihat Al–garar
(Al-jāhalah) al-Yasir, yaitu ketidaktahuan yang sedikit yang tidak
menyebabkan perselisihan di antara kedua belah pihak dan
keberadaannya dimaafkan, karena tidak merusak akad. Para ulama
sepakat memperbolehkan karena alasan kebutuhan (hājat).
Contohnya: jual beli rumah tanpa melihat pondasinya, karena tidak
terlihat di dalam tanah.:
Jual beli garar memang dilarang dalam islam, akan tetapi
jika jual beli garar tersebut masih kecil atau tidak dipisahkan
darinya maka hal tersebut tidak menghalangi keabsahan atau
kebolehan dalam melakukan jual beli. Sebagaimana pondasi rumah
yang tertanam di tanah, tidak mungkin terlihat mata. Sebagaimana
113
A. Ghozali Ihsan, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Semarang: Basscom
Multimedia Grafika 2015, 88.
90
dengan jual beli air Blumbang yang termasuk garar ringan atau
garar yang dianggap lumrah oleh masyarakat di sana.
Jadi jual beli air Blumbang di desa karangsono di
perbolehkan karena transaksi yang terjadi disana mengandung garar
yang belum dipermasalahkan oleh masyarakat karena masih
dianggap remeh oleh masyarakat di sana. Sehingga jual beli air
Blumbang boleh dilakukan karena kebutuhan atau hajat yang lebih
besar.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan penjelasan – penjelasan di atas mengenai jual
beli air Blumbang di desa Karangsono kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak, dari situ penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Jual beli air Blumbang secara takaran jam di Desa Karangsono
adalah jual beli air yang menggunakan takaran jam/waktu
sebagai takaranya di tempat bekas pengolahan batu bata
(Blumbang) untuk digunakan sebagai pengairan sawah dan
pengolahan batu bata. Pembeli air Blumbang menggunakan
pompa air mereka sendiri atau meminjam dari petani lain, jadi
pemilik air Blumbang hanya menjual air Blumbangnya saja.
Penggunaan waktu, jarak mengambil air Blumbang, serta tidak
diaturnya ukuran pompa air menyebabkan kuantitas air yang
didapatkan oleh setiap pembeli air Blumbang berbeda-beda.
Harganya pun disesuikan dengan musim hujan atau musim
kemarau dan kesepakatan bersama-sama.
2. Analisis hukum Islam menunjukan bahwa jual beli air
Blumbang dengan menggunakan waktu di Desa Karangsono
tidak terdapat unsur sewa-menyewa karena transaksi air
Blumbang adalah pemindahan kepemilikan air bukan
92
mengambil manfaat dari Blumbang itu sendiri tetapi secara
secara rukun jual beli telah terpenuhi. Tapi jika melihat dari
syaratnya ada beberapa syarat yang tidak terpenuhi diantaranya
adalah kejelasan ukuran barang atau kejelasan ukuran objek
barang. Berarti dalam transaksi jual beli air Blumbang terdapat
unsur garar. Maka hukumnya adalah haram atau tidak
diperbolehkan, akan tetapi karena masyarakat menganggab
bahwa jual beli air Blumbang merupakan jual beli yang sangat
penting atau darurat apalagi masyarakat desa Karangsono
menganggab air Blumbang bukan merupakan barang yang
dimuliakan. Sehingga garar yang terdapat dalam jual beli air
Blumbang termasuk garar yang kecil atau remeh karena
manfaatnya yang lebih besar. Jadi jual beli air Blumbang secara
takaran jam boleh dilakukan.
B. Saran – saran.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis telah
mengerahkan segala kemampuan dan kemauan yang ada tentang
Tinjauan hukum Islam terhadap jual beli air jumbangan secara
takaran jam di desa Karangsono, maka selanjutnya penulis akan
menuliskan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya Masyarakat desa karangsono memperhatikan
ukuran diesel dalam bertransaksi sehingga perkiraan berapa
air yang akan di dapat bagi pembeli dan air yang dikeluarkan
bagi penjual dapat diperkirakan.
93
2. Hendaknya masyarakat desa Karangsono mennggunaka
sistem takaran yang sesuai dengan takaran yang lebih jelas
kadarnya seperti; kubik, Kg, atau liter yang telah di sepakati
sebagai ukuran pasti.
3. Hendaknya masyarakat desa Karangsono juga haru
memperhatikan jarak pengambilan air dalam transaksi jual
beli air jumbangan, agar kadar air yang di dapat oleh petani
lebih jelas.
C. Penutup
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, kasih
sayang dan petunjuk Allah SWT, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan perjuangan dan semangat yang
tinggi. walaupun dalam penyusunanya banyak menemuai hambatan,
rintangan dan kemalasan tetapi hal tersebut tidak menjadikan penulis
menyerah dalam menulis, mengumpulkan, penyusunan data, meneliti
dan menganalisisnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis
mengharap petunjuk.
Semoga penulisan skripsi dapat memberikan pencerahan
kepada diri penulis dan kepada pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
A.W. al-Munawwir, Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif,
1997
Abdullah, Abi, Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Matan Musykil Al-
Bukhori,Beirut: Darul Fikr, 1995.
Abdullah, Abu Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahihh Bukhari, Juz
IV,Beirut: Dār al-Fikr, tt.
Abdullah, Abu, ahmad Ibn Muhammad ibn Hanbal Ibn Hilal ibn Asad
as-Saibani, Musnad Ahmad, Juz 20, Kairo: Mawqi‟
Wizarah al-Misriyah, t.th.
Abdullah, Abu, Muhammad Ibn Yazid al-Qazuwaini wa Majah, Sunan
ibn Majah, Kairo: Mawqi‟ Wizarah al-Auqaf al-Mishriyah,
t.th.
Abdurrahman as- sa‟di dkk, Fiqh al – bay’ wa asy–syira’ pengumpul
dan penyusun Naskah: Abu Muhammad Asyraf bin abdul
maqsud, terj: Abdullah, Jakarta: Senayan
Publishing, 2008.
Abu, Imam Daud, Sunan Abu Daud, Juz II, Beirut : Dār al-Kutub al-
'Ilmiah,1996.
Al Mundziri, Hafizh, At Targhib wat Targhib, terj: Sahli, Mahfudli,
(Jakarta:Pustaka Amani, 1995)
Al Qurtubhi, Imam, Tafsir Al Qurtubhi (Surah An-Nisa’), terj. Ahmad
Rijali Kadir (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008).
Al Qurtubhi, Tafsir Al Qurtubhi (Surah An-Nisaa’, Al Maa’idah dan Al
Al An -‘aam), terj. Ahmad Khotib (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008).
Ali, Mohammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa,
Cet. ke-10, 1993.
Asmadi, Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya
dalam Penelitian Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Cet.ke-1,2003.
Bakar, Abu, Jabir al-Jaza‟iri, Minhajul Muslim (Konsep hidup ideal
dalam islam), terj. Musthofa Aini, Amir Hamzah Fachrudin
dan, Kholif mutaqin (Darul Haq: Jakarta,
2014).
Bin, Muslim al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, Beirut:
Dār Ibnu Hisyam Riyadh, tt.
Budi, Purbayu Santosa, “larangan jual beli gharar:tela’ah terhadap
hadis dari musnad ahmad bin hanbal”,Jurnal Ekonomi
Syariah, Vol. 3,No.1, Equilibrium, 2015.
Djazuli, A., Kaidah-kaidah Fikih, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006.
Fatoni, Nur, Dinamika Relasi hukum dan moral dalam konsep Jual beli
(Studi pada Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majlis
Ulama’ Indonesia (DSN MUI), Semarang:
Lembaga penelitian IAIN Walisongo, 2012.
Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama2007.
Heykal, Muhammad, Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syari’ah, Jakarta:
PT ELex Media Komputindo 2012.
Hidayat, Enang, Fiqh Jual beli, (Bandung: PT Remaja Posdakarya,
2015).
Huda, Qamarul, Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Teras, 2011. Hal 52.
Ibn, Muhammad, Ismail Abu Abdullah al – Bukhari al-Ja‟fi, al-Jami’ al
Shahih al Mukhtashar, Juz 2, Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987.
Ibn, Muslim, al-Hujaj Abu al-Hasan Al-Qusyairi al-Najsyaburi, Shahih
Muslim, Juz 10, Beirut: Dar Ihya‟ al-Turats al-Arabi,t.th).
Ja‟far, Abu Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami’ Al Bayan an Ta’wil
Ayi Al Qur’an, diterj: Ahsan askan, Jakarta: Pustaka Azam
2008.
Mardani, Fiqh Ekonomi syariah Fiqh Muamalah,Jakarta: Prenamedia
Group, 2015).
Mujahidin, Akhmad, Ekonomi islam, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.
2007.
Mustofa, Imam, Fiqih Muamalah kontemporer, Jakarta: Rajawali pers,
2016.
Nawawi, Ismail, Fikih Muamalah klasik dan kontemporer (hukum
perjanjian, ekonomi, bisnis dan sosial), Bogor: Ghalia
Indonesia, 2012.
Noor, Juliansyah, Metodologi penelitian, Jakarta: Kencana, 2014
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi-3,
Quraih, M. Shihab, Tafsir Al Misbah (Pesan , Kesan dan Keserasian Al
Qur’an/ JUZ AMMA), (Jakarta: Lentera Hati 2002).
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Dibawah Naungan Al
Qur’an/surah Al Fatihah – Al – Baqarah) jilid 1 terj:
As‟ad Yasin Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob
Hamzah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000).
Rozalinda, Fikih dan Ekonomi Syariah (prinsip dan relasinya
dalamkeuangan ekonomi syariah), (Jakarta: Rajawali Pers,
2016).
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, jilid 4,terj: Nor Hasanuddin, dkk, (Jakarta:
Pena Pundi Aksara, 2006).
Sabiq, Sayyid, Fiqhu Sunnah, Juz IV, (Kairo: Dārul „ilmu, 1990)
Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah, diterj: Mujahidin Muhayan, (Jakarta: Pena
Pundi Aksara 2009)
Subgyo, Joko, Metodologi penelitian, Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta :
PT Rineka Cipta, 1994)
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,
2010).
Syakir, Ahmad, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir (jilid 2), terj: Suharlan
dan Suratman, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014).
Syarifuddin, Amir, Garis – Garis Besar Fiqh(Jakarta: Kencana, 2013).
Tim penulis Fakultas Syariah IAIN Walisongo, pedoman penulisan
skripsi fakultas syariah, (semarang, 2011).
Skripsi
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT
Bumi Aksara, Cet. Ke-1, 2006.
Latifah Anggraini,: tinjauan hukum islam terhadap perlindungan
konsumen depot air minum isi ulang di kotasemarang,
Skripsi (Semarang: uin walisongo, 2015).
Ahmad Saefudin, “Tinjauan hukum islam terhadap Praktek jual beli batu
bata merah (studi kasus di desa karangsono kecamatan
mranggen kabupaten demak),” Skripsi UIn
Walaisongo Semarang (Semarang, 2015), Lampiran, tidak
dipublikasikan.
Luluk Maslukha,: Tinjauan Hukum Islam Terhadap
PelaksanaanPenjualan Air Sumur Bor Didesa Menganti
Kecamatanamatan Menganti Kabupaten Gresik,” skripsi
(Surabaya: Uin sunan Ampel, 1999)
Zainun Waber,: Tinjauan Hukum Islam Tentang Hak-Hak Penggunaan
Air Menurut Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945, skripsi.
Buku Daftar Isian Potensi Desa
Buku Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan Desa Karangsono
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2017
Lampiran I
Daftar Pertanyaan.
1. Yatemi. Hari minggu tgl 4 Februari 2018 jam 14.00
Sejak kapan anda menjual air jumbangan?
Sejak tahun 2000an
Berapa kali ibu menjual air jumbangan?
2x dengan harga 225 dan 250. Untuk 225 itu karena airnya
lumayan sedikit pas itu, sedangkan untuk 250 dalam keadaan air
yang banyak.
bagaimana cara transaksinya?
Pembeli air jumbangan datang kerumah dan mengutarakan
niatnya untuk membeli air jumbangan. Untuk transaksi
menggunakan system kontrak dalam waktu ½ tahun atau dengan
masa waktu musim kemarau sampai ke musim hujan. Jadi ketika
musim hujan tiba maka akadnya sudah selesai. Dengan
menggunakan mesin pompa air sendiri.
Apa Motivasi anda dalam bertransaksi?
Untuk menolong sesama petani dan pengusaha batu bata. Dan
untuk manfaat lainya yaitu masalah pajak. Karena kita Cuma jual
airnya bukan tanah sehingga airnya dapat dijual untuk menutupi
biaya pajak tanah tersebut.
Pendapat anda dengan takaran jam apakah sesuai?
Kalau menurut saya sistem jual beli air dengan waktu itu
merugikan karena takaran jam sudah bisa menguras isi air dalam
jumbangan.
2. Wawancara dengan bapak Ngapian (Hari minggu tgl 4 Februari
2018) 14.30
Apakah anda menjual atau membeli air Jumbangan?
Membeli air.
Bagaimana sistemnya?
Dengan mengontrak dalam waktu kurang lebih ½ tahun. Dengan
menggunakan pompa air sendiri
Harganya berapa?
Rp. 150 rb untuk jumbangan yang kecil. Tapi biasanya dalam
waktu 2 – 3 jam airnya akan habis.
Bagaimana pendapat Bapak mengenai jual beli air jumbangan?
Ya baik karena untuk tolong menolong.
3. Pembeli (bp. Sumaryono)
Tahun berapa anda pertama kali bertransaksi jual beli air?
- Lupa
Berapa harga air ketika anda membeli?
Harganya 20 rb/jam’
Kapan anda akan membeli airnya?
Ketika musim kemarau
Untuk apa anda membeli air tersebut?
Untuk bahan pembuatan batu bata.
Apakah di awasi ketika anda sedang menyedot airnya?
Tidak di tunggu karena saling percaya.
Apakah anda menggunakan mesin pompa air sendiri?
Ia menggunakan mesin pompa sendiri.
4. Bapak Asroni dirumahnya (23 Februari 2018).
Apakah anda pernah membeli air jumbangan?
Pernah menjual dan pernah membeli.
Bagaimana sistem jual beli air anda?
Tergantung kesepakatan, Bisa dengan perjam, atau juga sistem
tebas air atau juga dengan menggunakan kedalaman jumbangan
permeter.
Apakah anda merasa rugi jika menjual air tersebut?
Tidak ada ruginya sebab, sebab air datang sendiri dan juga untuk
uangnya bisa digunakan untuk membayar pajak.
Apakah ada akta atau surat perjanjian dalam jual beli air
jumbangan ini?
Tidak ada, karena saling percaya dan saling rela.
Berapa harga biasanya anda menjual atau membeli air
jumbangan?
Untuk perjam biasanya Rp.10.000 – Rp. 20.000 dan untuk Tebas
biasanya Rp. 500.000 – Rp. 700.000. untuk tebas biasanya
selama setengah tahun atau pada selama musim kemarau.
Untuk apa biasanya anda menjual atau membeli air
jumbangan?
Macam-macam kadang untuk mengairi sawah dan kadang untuk
mengolah batu bata.
Berapa ukuran jumbangan itu sendiri?
Untuk ukuran jumbangan biasanya berukuran 1/4 atau 1/8 bahu.
Untuk 1/8 bahu adalah sekitar 900 M2 dan untuk 1/4 adalah
sekitar 1.750 M2
sampai 1800 M2 Untuk kedalamanya adalah
sekitar 75 cm Atau sekitar Paha orang dewasa sampai 1 meter.
atau sekitar dada orang dewasa.
Bagaimana pandangan bapak terhadap jual beli air
Jumbangan secara takaran jam?
Baik, bagus karena untuk tolong menolong. Selain itu belum ada
acara lain yang lebih baik.
5. Supardi (11 April 2018). Wawancara di sawah
Apakah anda pernah membeli air ?
Pernah 1 kali
Kapan anda pernah bertransaksi?
Sudah lupa kapan, soalnya sudah lama.
Untuk apa membeli air jumbangan?
Untuk menyirami padi di sawah karena sawah ketika itu
kering
Berapa harga air jumbanganya?
Harga awal Rp. 5000/jam tapi setelah transaksi selesai
bayarnya Rp. 7000/jam.
Berapa ukuran sawah bapak?
Kira-kira ¼ bahu.
Apakah anda setuju dengan system transaksi dengan
takaran jam?
Setuju karena baik untuk tolong menolong.
Hari minggu tgl 4 Februari 2018
6. Ngateni. 10 April 2018 di rumahnya
Berapa harga air jumbangan yang pernah Ibu jual?
Harga air jumbanganya tidak pasti biasanya Rp.15.000 dan
tergantung pihak pembeli mau ngasih berapa. Biasanya pembeli
memberikan uang Rp. 60.000 – 80.000, berarti sekitar 4 jam atau
lebih karena biasanya sampai penuh jumbanganya.
Kepada siapa ibu menjual?
Kepada pemilik plataran atau petani.
Apakah ibu pernah menjual air jumbangan dengan cara lain?
Pernah yaitu secara tebas dengan harga Rp. 400.000 selama 1 tahun.
Berapa luas jumbangan yang ibu miliki?
½ bahu.
Untuk apa air jumbangan tersebut digunakan bu?
Biasanya digunakan untuk mengolah batu bata dan mengairi sawah.
Apa Motivasi ibu melakukan jual beli air jumbangan?
Selain tolong menolong, untuk kebutuhan dan apabila tidak dijual
biasanya diambil oleh petani lain secara diam-diam sehingga sama
saja
Karangsono, 26 Juni 2018
Informan I Informan II
Ibu Yatemi Bpk.Ngapian
Informan III Informan IV
Bpk. Sumaryono Bpk. Asroni
Informan V Informan VI
Bpk.Sumardi Ibu Ngateni
Mengetahui,
Kepala Desa Karangsono
Mustakim
BIODATA DIRI
Nama lengkap : Muhammad Nadhiful Labib
Tempat, tanggal lahir : Demak, 08 juni 1996
NIM : 1402036064
Jurusan : Mu’amalah
Fakultas : Syari’ah dan Hukum
No.Telpon/ Hp : 089697299391
Ayah : Asroni
Pekerjaan : Petani
Ibu : Romlah
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Karangsono Rt: 09/Rw: 01 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak
Riwayat pendidikan:
a. SD Negeri Karangsono III, Mranggen Demak lulus tahun2008
b. MTs Nurul Ulum, Mranggen Demak lulus tahun 2011
c. MA Nurul Ulum, Mranggen Demak lulus tahun 2014
d. UIN Walisongo Semarang angkatan 2014