tesis diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
(PKB) GURU
(Studi Multi Kasus di SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad
Kabupaten Garut)
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Oleh:
Nunung Siti Hamidah
NIM. 21170181000040
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M / 1440 H
ii
iii
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Pada naskah tesis ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang
berasal dari Bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang
digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
ARAB LATIN
Kons. Nama Kons. Nama
Alif ا
Tidak dilambangkan
Ba B Be ة
Ta T Te د
Tsa س s Es (dengan titik di atas)
Jim J Je ط
Cha h Ha (dengan titik di bawah) ػ
Kha Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Dzal Dh De dan ha ر
Ra R Er س
Za Z Zet ص
Sin S Es س
Syin Sh Es dan ha ش
Shad s Es (dengan titik di bawah) ص
Dlat d De (dengan titik di bawah) ع
Tha t Te (dengan titik di bawah) ط
Dha z Zet (dengan titik di bawah) ظ
Ain „ Koma terbalik di atas„ ع
Ghain Gh Ge dan ha ؽ
Fa F Ef ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ن
Lam L El ي
Mim M Em
Nun N En
Wawu W We
v
Ha H Ha ـ
Hamzah ‟ Apostrof ء
Ya Y Ye
2. Vokal rangkap atau diftong Bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan
gabungan huruf sebagai berikut:
a. Vokal rangkap (أ) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya: al-
yawm.
b. Vokal rangkap ( -dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya: al ( أ
bayt.
3. Vokal panjang atau maddah Bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan huruf dan
tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( فبرحخ ) ,( - = ا
ؼ خ ) dan ( - = ا .( = ل١
4. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,
transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf
yang bertanda syaddah itu, misalnya ( حذ = haddun ), ( سذ = saddun ), (
.( tayyib = ط١ت
5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah dari kata
yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( ج١ذ - = اسآء ) ,( al-bayt = ا
).
6. ah mati atau yang dibaca seperti ber-h transliterasinya dalam
tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan ah yang hidup
dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( الي y - atau y = سؤ٠خ ا
).
7. Tanda apostrof (‟) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang terletak
di tengah atau di akhir kata, misalnya ( سؤ٠خ = y ), ( بء .( = فم
vi
vii
KATA PENGANTAR
A d Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis dengan judul “Implementasi Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) Guru (Studi Multi Kasus di SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah
Musaddad Kabupaten Garut )”. Tak lupa shalawat beserta salam semoga senantiasa
tercurah pada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya,
atba‟ut taabi‟iin sampailah kepada kita selaku ummatnya mudah-mudahan kelak mendapat
y dz dari Nabi Muhammad SAW. Aamiin
Penyelesaian tesis ini guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari bahwa tidak mudah melewati setiap hambatan dan kesulitan
dalam penulisan tesis ini, namun berkat bimbingan, do‟a dan dukungan dari berbagai
pihak, akhirnya tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, MA selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Jejen Musfah, MA, selaku ketua program studi Magister Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sekaligus sebagai pembimbing penulis yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan, nasehat, bimbingan dan memotivasi penulis selama menyelesaikan tesis.
4. Kepada para penguji Tesis, Ibu Dr. Maftuhah, M.A, Bapak Dr. Salman Tumanggor, M.
Pd, Bapak Dr.H.Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan Bapak Jejen Jaenudin,
M.Ed.,Lead.,Ph.D yang telah memberikan arahan dan masukan demi perbaikan tesis
ini.
5. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Kepala Kantor Kementerian Agama Republik Indonesia beserta jajarannya yang telah
memberikan dana beasiswa bagi penulis, sehingga dapat memberikan kemudahan-
kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
7. Ketua Yayasan Pendidikan Islam HOS Cokroaminoto, Bapak Drs. H. Dede Alwi
Nurdin, M. Si dan Kepala Madrasah MA Cokroaminoto, Ibu Hj. Een Suhaenah, M, Ag
yang telah memberikan izin penulis untuk melanjutkan pendidikan melalui program
beasiswa Guru Kemenag tahun 2017/2018. Serta guru-guru MA dan MTs
Cokroaminoto yang senantiasa mendo‟akan dan memberikan dukungan penulis dalam
bersungguh-sungguh menyelesaikan perkuliahan ini.
viii
8. Bapak dan Ibu, bapak Aan Abidin dan Ibu Aah yang senantiasa mendoakan dan
memberikan motivasi dan kasih sayang yang tak terhingga. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan tanpa suatu halangan apapun.
9. Kakak-kakak dan adik tercinta yang senantiasa memberikan motivasi untuk tetap
semangat menjalani pendidikan. Teh Siti Hajar, Teh Siti Zainab, a Musthafa, a Yusuf
effendi dan teh Enok Haerani serta adik tercinta, Muhamad Rijal yang senantiasa
membantu penulis dalam berbagai aktivitas.
10. Kepala Sekolah SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad Kabupaten Garut
beserta guru dan karyawannya yang telah memberikan bantuan dan meluangkan waktu
penulis untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan penulis dalam
penelitian tesis ini.
11. Keluarga besar mahasiswa program Beasiswa Guru Kemenag tahun 2017/2018 kelas
MPI B yang sangat membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan study
program Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya, hanya kepada Allahlah penulis berharap semoga Allah membalasnya
dengan balasan yang berlipat ganda. Aamiin yaa Rabbal‟aalamiin.
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak
kekurangan-kekurangan baik dari substansi ataupun dalam kaidah penulisan. Akhir kata,
semoga tesis ini dapat memberikan kemanfaatn bagi banyak orang.
Jakarta, 28 Mei 2019
Penulis
Nunung Siti Hamidah
ix
DAFTAR ISI COVER
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………….
PEDOMAN TRANSLITERASI……………………………………………………...
SURAT PERNYATAAN ……………………………………………………………
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………….
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………
DAFTAR GRAFIK …………………………………………………………………
ABSTRAK …………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................
B. Permasalahan Penelitian .............................................................................
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………….
D. Signifikansi Penelitian ……………………………………………………
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ………………………………………
F. Sistematika Penulisan …………………………………………………….
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL …………
A. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) …………………….
1. Pengertian PKB ……………………………………………………….
2. Latar Belakang PKB …………………………………………………..
3. Dasar Hukum Program PKB ………………………………………..
4. Tujuan dan Manfaat PKB ……………………………………………..
5. Prinsip Pelaksanaan PKB ……………………………………………..
6. Lingkup Pelaksanaan Kegiatan PKB ……………………………….
B. Guru ………………………………………………………………………
1. Pengertian Guru ……………………………………………………….
2. Aspek-aspek Kompetensi Guru …………………………………….
3. Urgensitas Profesionalisme Guru ……………………………………..
C. Pengembangan Profesi Guru ………………………………………………
1. Pengertian Pengembangan Profesi Guru ……………………………..
2. Bentuk-bentuk Pengembangan Profesi Guru………………………..
3. Kriteria Guru Profesional ……………………………………………..
D. Kerangka Konseptual ……………………………………………………
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………………...
A. Objek dan Subjek Penelitian ………………………………………………...
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian …………………………………………….
C. Kehadiran Peneliti …………………………………………………………...
D. Data dan Sumber Data ………………………………………………………
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………..
F. Metode Analisis Data ………………………………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
x
xxi
xii
xiii
1
1
8
9
9
9
12
13
13
13
22
24
25
28
29
32
32
34
41
43
43
45
47
48
51
51
51
52
53
53
54
x
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN .............................................................
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian …………………………………………
B. Implementasi Program PKB Guru …………………………………………
C. Manfaat Program PKB Guru ………………………………………………...
D. Kendala dalam Implementasi Program PKB Guru ………………………….
E. Evaluasi Program PKB Guru ………………………………………………
BAB V PENUTUP ………………………………………………………………….
A. Kesimpulan ………………………………………………………………….
B. Saran-Saran ………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………
LAMPIRAN
PROFIL PENULIS
55
55
72
86
90
97
102
102
103
105
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Checklist Dokumentasi
Lampiran 2 Jadwal Penelitian
Lampiran 3 Pedoman Wawancara SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad
Lampiran 4 Hasil Wawancara informan
Lampiran 5 Dokumentasi SDIT Persis Tarogong
Lampiran 6 Dokumentasi SDIT Atikah Musaddad
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan……………………………............. 10
Tabel 2.1 Komponen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan …………….. ..... 18
Tabel 2.2 Rerata Hasil UKG 2015, 2016, 2017 untuk setiap jenjang Pendidikan .. 23
Tabel 2.3 Indikator Empat Kompetensi Guru .......................................................... 36
Tabel 3.1 Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDIT Persis Tarogong
menurut Status Kepegawaian dan Jenis Kelamin .................................... 57
Tabel 3.2 Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDIT Persis Tarogong
menurut Tingkat Pendidikan ................................................................... 58
Tabel 3.3 Perkembangan Jumlah Peserta Didik SDIT Persis Tarogong 4 tahun terakhir 61
Tabel 3.4 Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDIT Atikah Musaddad
menurut Status Kepegawaian dan Jenis Kelamin .................................... 63
Tabel 3.5 Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDIT Atikah Musaddad
menurut Tingkat Pendidikan .................................................................. 67
Tabel 3.6 Jumlah Peserta Didik SDIT Atikah Musaddad tahun 2018/2019 ............. 67
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Komponen PKB Guru .......................................................................... 15
Gambar 2.2. Alur Pengembangan Program Diklat Guru .......................................... 20
Gambar 2.3 Sumber-sumber Kegiatan PKB ………………………………………. 30
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual …………………………………………………. 50
Gambar 4.2. Log In SIM PKB Guru Pembelajar ....................................................... 74
Gambar 4.3. Profil Guru dalam Beranda SIM PKB Guru ......................................... 75
Gambar 4.4.Raport Diklat PKB Guru ....................................................................... 76
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Jumlah Guru Peserta PKB SDIT Atikah Musaddad berdasarkan
Jenis Kelamin ....................................................................................... 68
Grafik 4.2. Jumlah Guru Peserta PKB SDIT Atikah Musaddad berdasarkan
Status Kepegawaian Guru ..................................................................... 69
Grafik 4.3. Jumlah Guru Peserta PKB SDIT Atikah Musaddad berdasarkan
Latar Belakang Pendidikan .................................................................. 70
Grafik 4.4. Jumlah Guru Peserta PKB SDIT Persis Tarogong berdasarkan
Jenis Kelamin ....................................................................................... 71
Grafik 4.5. Jumlah Guru Peserta PKB SDIT Persis Tarogong berdasarkan
Status Kepegawaian Guru .................................................................... 71
Grafik 4.6. Jumlah Guru Peserta PKB SDIT Persis Tarogong berdasarkan
Latar Belakang Pendidikan ................................................................... 72
xv
ABSTRAK
Nunung Siti Hamidah NIM 21170181000040: ” Implementasi Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Guru (Studi Multi Kasus di SDIT Persis Tarogong dan
SDIT Atikah Musaddad Kabupaten Garut)” Tesis Program Magister Manajemen
Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah.
Penelitian ini dilakukan di SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad Kabupaten
Garut yang bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang Implementasi
program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru. Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan rancangan studi dua kasus, pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Hasil Penelitian ini adalah Implementasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru
di SDIT Persis Tarogong meliputi tiga komponen kegiatan yaitu pengembangan diri,
publikasi ilmiah dan karya inovatif.
Hasil penelitian menunjukkan implementasi PKB Guru pada komponen pengembangan
diri guru lebih banyak direalisasikan dibanding komponen publikasi ilmiah dan karya
inovatif. Demikian halnya hasil yang sama pada Implementasi PKB Guru di SDIT Atikah
Musaddad Kabupaten Garut. Manfaat dari PKB Guru dapat dirasakan oleh guru, siswa dan
pihak sekolah dari kedua sekolah tersebut.
Kendala yang dihadapi dalam Implementasi PKB guru di SDIT Persis Tarogong berupa
masalah waktu, biaya, kompetensi Instruktur Nasional, tindak lanjut PKB dan beban nilai
KCM yang terus naik setiap tahun. Sedangkan kendala yang dihadapi SDIT Atikah
Musaddad adalah masalah waktu, biaya, singkronisasi data, tindak lanjut PKB dan teknis
pelaksanaan PKB. Berdasarkan dari kendala tersebut, pihak sekolah SDIT Persis Tarogong
dan SDIT Atikah Musaddad mengharapkan pemerintah dapat mengkaji ulang dan
mengevaluasi permasalahan tersebut dan melanjutkan program PKB guru dengan lebih
baik.
Kata Kunci: Implementasi, manfaat, kendala, evaluasi, PKB guru
xvi
ABSTRACT
Nunung Siti Hamidah NIM 21170181000040: ” Implementation of Teacher Continuing
Professional Development (Multi case study in SDIT Persis Tarogong and SDIT Atikah
Musaddad Garut Regency” Thesis ot the Islamic of Education Management(MPI) Masters
Program in the Faculty Of Tarbiyya and Reacher Training (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah.
This research was conducted at SDIT Persis Tarogong and SDIT Atikah Musaddad, Garut
Regency which aims to find out and obtain an overview of the implementation of the
Teacher's Continuing Professional Development program. This research is qualitative
research with a two-case study design, data collection in this study was conducted by
interview, observation and documentation study.
The results of this study are the Implementation of Teacher Continuing Professional
Development in SDIT Persis Tarogong covering three components of activities namely
self-development, scientific publications and innovative work.
The results showed that the implementation of teachers CPD on the components of
teacher self-development was more dominant than the components of scientific
publications and innovative works. Likewise the same results on the Implementation of
teachers CPD Teachers at SDIT Atikah Musaddad, Garut Regency. The benefits of the
Teachers CPD can be felt by teachers, students and school parties from both schools.
Constraints faced in the implementation of teachers in SDIT Persis Tarogong in the form
of problems of time, cost, synchronization of teacher data, and follow-up teachers CPD at
the teacher's career level. Whereas the obstacles faced by SDIT Atikah Musaddad are in
the form of problems of time, cost, competence of IN, follow-up of PKB and technical
implementation of teachers CPD. Based on these constraints, the SDIT school Persis
Tarogong and SDIT Atikah Musaddad hoped the government could review and evaluate
these problems and continue the PKB teacher program better.
Keywords: Implementation, benefits, constraints, evaluation, teachers CPD
xvii
اخض
. رف١ز ازط٠ش ا ؼ )دساسخ حبخ زؼذدح ٠١١ظ سز حذ.
ئ١خ إسال١خ ٳلثزذئ١خ إسال١خ زىبخ ف١شسس ربسعظ ذسسخٳلثزذف ذسسخ
خ سذد لبسد س٠غس(. أطشحخ ثشبظ ابعسز١ش ف إداسح ازؼ١ اإلسال زىبخ ػز١م
ثى١خ اؼ ازشث٠خ رذس٠ت اؼ١ ثغبؼخ شش٠ف ذا٠خ هللا احى١خ اإلسال١خ
ئ١خ إسال١خ زىبخ ف١شسس ربسعظ ٳلثزذر إعشاء زا اجحش ف ذسسخ
١مخ سذد لبسد س٠غس از رذف إ اوزشبف ئ١خ إسال١خ زىبخ ػزٳلثزذذسسخ
احظي ػ طس زف١ز اسزش ؼ ثشاظ ازط٠ش ا
زا اجحش اجحش اػ غ اجحش ف احبز١ ، غػخ ػالبد اجحش ب أعش٠ذ
ػ طش٠ك إعشاء امبثالد اشالجخ ازص١ك
ئ١خ ٳلثزذاز١خ اسزذاخ ألػضبء ١ئخ ازذس٠س ف ذسسخزبئظ ز اذساسخ رف١ز
إسال١خ زىبخ ف١شسس ربسعظ از رغط اىبد اضالصخ ألشطز رط٠ش اشساد
ازار١خ اؼ١خ اجحس اجزىشح
د رظش زبئظ اذساسخ ا ازف١ز ف ى ازط٠ش أوضش ١خ افبدح ى اشسا
ئ١خ إسال١خ زىبخ ػز١مخ سذد لبسد ٳلثزذاؼ١خ اجحش اشس. از١غخ ف ذسسخ
س٠غس فس اش١ئ، فائذ ازط٠ش ا ٠حظ ػ١ب اذسس،اطالة اػضبء
اغخ ف اذسسخ
عظ ئ١خ إسال١خ زىبخ ف١شسس ربسٳلثزذام١د احبئ ػ رف١ز ازط٠ش ف١ذسسخ
ض١ك الذ ازىفخ اؼ ، زبثؼخ امضب٠ب ػ سز اؼ١
ئ١خ إسال١خ زىبخ ػز١مخ سذد ض١ك ٳلثزذام١د احبئ ػ رف١ز ازط٠ش ف ذسسخ
الذ ازىفخ اؼ ، ػذ االخزظبص ف ازف١ز اف ػ زا ازط٠ش
ئ١خ إسال١خ زىبخ ف١شسس ربسعظ ٳلثزذخزه وال اذسسز١ ف ذسس
ئ١خ إسال١خ زىبخ ػز١مخ سذد لبسد س٠غس ٠شع احىخ ص٠بدح ٳلثزذذسسخ
االزب ػ لض١خ ازط٠ش ا ؼ١.
اىخ : ازف١ز ، افائذ ، ام١د ، ازم١١ ، ازط٠ش ا اسزش ؼ١
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I, merupakan pendahuluan yang menguraikan landasan umum penelitian.
Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah yang menjadi faktor pentingnya
penelitian ini. Disamping itu terdapat pula rincian permasalahan yang dimulai
dengan diidentifikasinya masalah, kemudian dibatasi pada poin tertentu dan
selanjutnya dirumuskan dalam suatu bentuk pertanyaan yang merupakan operasional
dari pembatasan masalah, dilanjutkan dengan tujuan dan Signifikansi Penelitian.
Selanjutnya dipaparkan pula penelitian terdahulu yang relevan sebagai bahan
rujukan dalam penelitian ini. Agar penulisan tesis ini sistematis, terarah, dan setiap
babnya memiliki hubungan yang terkait maka penulisan tesis ini diklasifikasikan
kedalam lima bab yang terangkum dalam sistematika penulisan.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting untuk
diperhatikan. Komponen-komponen dalam pendidikan seperti pendidik, peserta
didik, lembaga pendidikan dan kurikulum pendidikan sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu pendidikan. Payong (2011:h.3) mengatakan guru sangat
mempengaruhi belajar siswa. Dari hal itu maka kualitas guru sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu pendidikan.
Guru atau tenaga pendidik merupakan salah satu faktor penentu tercapainya
mutu pendidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu dari
Standar Nasional Pendidikan yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah
dan masyarakat. Pendidik dan tenaga kependidikan dalam proses pendidikan
memegang peran strategis terutama membentuk watak bangsa melalui
pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Beberapa fakta menunjukkan bahwa permasalahan pendidikan yang dihadapi
bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang
pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses
pembelajaran yang berkualitas. Proses belajar mengajar yang diharapkan seorang
guru adalah adanya perubahan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta
didik, sehingga pekerjaan ini tidak dapat dilakukan selain seorang guru yang
memenuhi standar professional. Hal tersebut bertujuan agar proses dan hasil belajar
mengajar terlaksana secara optimal. Manajemen peningkatan mutu sekolah dapat
dilaksanakan dengan baik apabila didukung oleh keberadaan guru yang profesional
dengan melakukan berbagai pengembangan sesuai dengan kebutuhan sekolahnya
masing-masing.
Mengingat besarnya anggaran pendidikan yang mencapai 20% dari total
APBN atau senilai Rp. 419 triliun, harus diakui, tidak berkontribusi signifikan
terhadap mutu pendidikan. Data UNESCO dalam Global Education Monitoring
(GEM) Report 2016, mutu pendidikan di Indonesia hanya menempati peringkat ke-
10 dari 14 negara berkembang. Sedangkan kualitas guru sebagai komponen penting
dalam pendidikan tergolong memprihatinkan, berada di urutan ke-14 dari 14 negara
berkembang di dunia (Kompasiana: 2018).
2
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
Kebudayaan (BPSDMPK) dan Peningkatan Mutu Pendidikan (PMP), Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Gultom (2015) mengakui masih banyak guru terutama
di daerah-daerah, yang tidak lulus uji kompetensi dan sertifikasi sebagai akibat
rendahnya kualitas mereka. Beliau mengatakan bahwa banyak guru yang tidak
memahami substansi keilmuan yang dimiliki maupun pola pembelajaran yang tepat
diterapkan kepada anak didik. Dari sisi kualifikasi akademik juga masih rendah,
sampai saat ini dari 2,92 juta guru baru sekitar 51% yang berpendidikan S-1.
Kemudian dari program sertifikasi guru untuk menciptakan guru professional dari
persyaratan sertifikasi hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru yang memenuhi
syarat. Sedangkan 861,67 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi.
Begitupun saat dilaksanakan uji kompetensi guru, rata-rata hanya mendapatkan nilai
dibawah 50.
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa rendahnya kualitas guru di
Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari hasil UKG yang masih dalam kategori rendah.
Selain itu tidak meratanya kemampuan guru diberbagai daerah serta tidak ada
peningkatan kompetensi yang signifikan pada guru yang bersertifikasi menjadi
alasan lain rendahnya kualitas guru di Indonesia.
Salah satu bentuk aktualisasi tugas guru sebagai tenaga profesional adalah
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Undang-undang dan peraturan pemerintah ini diharapkan dapat memfasilitasi guru
untuk selalu mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan. Pelaksanaan
program pengembangan keprofesian berkelanjutan ini diharapkan dapat
meningkatkan kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian yang
diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan tugas utama guru untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan masa depan yang berkaitan dengan profesi guru sebagai
tenaga professional.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah melalui Undang-undang Guru dan
Dosen Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7, mengamanatkan
bahwa pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang
dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak disriminatif, dan berkelanjutan
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi. Disamping itu, menurut pasal 20,
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Guru sebagai tenaga profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan
yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu menciptakan insan
Indonesia cerdas dan kompetitif. Karena itu, profesi guru harus dihargai dan
dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Sebagaimana UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menempatkan kedudukan guru sebagai tenaga professional sangat urgent karena
berfungsi untuk meningkatkan martabat guru sendiri dan meningkatkan mutu
pendidikan Nasional. Ini tertera pada pasal 4.” Kedudukan Guru sebagai tenaga
3
professional sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat(1) berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu Pendidikan Nasional.
Selanjutnya pasal 6 menyatakan tujuan menempatkan guru sebagai tenaga
professional yaitu: “kedudukan Guru dan Dosen sebagai tenaga professional
bertujuan untuk melaksanakan Sistem Pendidikan Nasional dan mewujudkan tujuan
Pendidikan Nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Mengingat pentingnya peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan,
proses pembelajaran di sekolah harus menjadi fokus perhatian yang sangat penting.
Di lembaga pendidikan tentunya dibutuhkan guru yang profesional dalam proses
belajar mengajar, karena guru adalah seorang yang bertanggung jawab dalam
mengantarkan anak didiknya memiliki kualitas keilmuan yang tinggi. Hal ini
sebagaimana diterangkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, Pasal (1) ayat (1) bahwa :
“Guru adalah Pendidik Profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.”
Dengan demikian seorang Guru Profesional akan tercermin dalam
penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik
dalam materi ataupun metode. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah
keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang
diprogramkan secara khusus untuk itu, keahlian tersebut mendapat perlakuan formal
yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang
berwenang ( dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi). Dengan keahliannya
itu seorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik secara pribadi maupun
sebagai pemangku profesi (Suyanto, 2012:h.29).
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas guru. Untuk itu, upaya
awal yang dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah kualitas guru.
Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan prasyarat minimal yang ditentukan oleh
syarat-syarat seorang guru yang profesional.
Guru profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas,
berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar
serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar peserta didik yang nantinya
akan menghasilkan prestasi belajar peserta didik yang baik.
Dalam mewujudkan Guru yang profesional, maka Menteri Pendidikan
Nasional mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No.35 Tahun 2010, Pasal 1 Ayat (2) bahwa Guru yang
mempunyai kinerja rendah wajib mengikuti pembinaan pengembangan keprofesian
berkelanjutan.
Mulyasa (2009:h.5) mengatakan bahwa Guru merupakan komponen paling
menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapatkan
perhatian sentral, pertama dan utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi
sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait
dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama
4
dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di
sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam
kaitannya dengan proses belajar mengajar.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya
proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan
apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan
memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang
professional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus
berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.
Sebagaimana Islam memandang guru sebagai orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh
potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun kompetensi psikomotorik.
Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan
pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat
kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba
Allah. Disamping itu, Ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk Individu yang
mandiri.Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika
Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa mereka, dan
mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
kedatangan Nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Ali
Imran (3): 164)
Dari ayat diatas dapat ditarik kesimpulan yang utama bahwa tugas
Rasulullah selain sebagai nabi, juga sebagai pendidik (Guru). Oleh karena itu, tugas
utama guru menurut ayat tersebut adalah :
1. Penyucian, yakni pengembangan, pembersihan, dan pengangkatan jiwa pada
pencipta-Nya, manjauhkan diri dari kejahatan, dan menjaga diri agar tetap
berada pada fitrah.
2. Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal
dan hati kaum muslim agar mereka merealisasikannya dalam tingkah laku
kehidupan.
Islam megajarkan bahwa tugas guru tidak hanya mengajar dalam kelas,
tetapi juga sebagai norm drager (pembawa norma) agama di tengah-tengah
masyarakat. Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional membawa
misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu
pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai agama
kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan
norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan menuntut guru menyampaikan
ilmu sesuai dengan perkembangan zaman. (Nurdin, 2017:129)
Islam memerintahkan bahwa suatu urusan atau pekerjaan itu haruslah dilakukan
atau diselesaikan secara professional dalam arti bahwa yang berhak untuk
5
melakukan pekerjaan adalah orang yang benar-benar ahli dibidangnya. Salah satu
permasalahan pendidikan dan menjadi tugas guru adalah menyadarkan peserta didik
dan mampu mengarahkan peserta didik untuk mensikapi nilai-nilai yang diperoleh di
sekolah, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Oleh karena itu
profesionalisme guru dalam melakukan proses mendidik anak pada lembaga
pendidikan Islam atau pendidikan secara umum, menjadi penting untuk diwujudkan
dalam dunia pendidikan. Apabila tugas tersebut dilimpahkan kepada orang yang
bukan ahlinya maka tidak akan berhasil bahkan akan mengalami kegagalan,
sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:
) البخاري )رواه إذا وسدا ألمر إلى غير أهله فانتظر الساعة
Artinya: “ Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kehancurannya”. (HR. Bukhari)
Standar Kompetensi Guru sejatinya terus menerus dikembangkan seiring
perkembangan kebutuhan masyarakat. Menurut Sidi (2001) seorang guru disamping
menghadapi tantangan internal juga akan menghadapi tantangan eksternal. Yang
dimaksud tantangan eksternal yaitu Pertama, krisis etika dan moral bangsa, etika
dan tata krama yang dijunjung tinggi selama ini telah berubah menjadi retorika
belaka, sedangkan dalam dunia nyata nilai-nilai itu telah berganti dengan budaya-
budaya anarkis, kekerasan dan amoral. Kedua, tantangan masyarakat global, di era
globalisasi guru dan lulusan pendidikan akan dihadapkan pada kompetisi,
transparansi, efesiensi, kualitas tinggi, dan profesionalisasi. Oleh karena itu
pengembangan kompetensi guru yang berkelanjutan merupakan upaya strategis
dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) pada guru.
Pengembangan Profesional dari Seyfarth (2002:h.122) dalam Musfah
(2016:h.185) yang menyatakan bahwa Pengembangan Profesional diartikan sebagai
setiap aktivitas atau proses yang dilaksanakan untuk memelihara atau meningkatkan
keterampilan, sikap, pemahaman atau perbuatan professional dan mendorong
individu dalam tugasnya saat ini maupun dimasa mendatang.” Pengembangan
individu bisa melalui serangkaian aktivitas seperti pelatihan, seminar, diskusi
kelompok, melanjutkan pendidikan, dan studi banding.
Beberapa hal yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan
kualitas guru antara lain uji kompetensi, penilaian kinerja dan pengembangan
keprofesian berkelanjutan. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja
guru secara berkelanjutan agar dapat mencapai mutu pendidikan sesuai dengan yang
diharapkan dalam Tujuan Pendidikan Nasional, sehingga kita bisa menjadi bangsa
yang bermartabat yang mampu bersaing, bersanding, bahkan bertanding dengan
Negara-negara lain di dunia (Mulyasa, 2013:h.8).
Kebijakan pemerintah dalam menetapkan jabatan guru sebagai sebuah
profesi merupakan langkah transformatif untuk meningkatkan mutu guru secara
sistemik dan berkelanjutan. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB) merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan sebagai sarana
untuk meningkatkan profesionalitas guru yang dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan, secara bertahap, dan berkelanjutan.
Pengembangan professional guru harus diakui sebagai suatu hal yang
sangat fundamental dan penting guna meningkatkan mutu pendidikan. Secara
khusus guru dituntut untuk memberikan layanan profesional kepada peserta didik
6
agar tujuan pembelajaran tercapai. Sehingga guru yang dikatakan professional
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal (Saondi dan suherman, 2010:h.7-8).
Seorang professional adalah orang yang senantiasa terbuka dan tanggap
terhadap berbagai perubahan, terutama yang terkait dengan bidang profesinya. Guru
sebagai professional dalam tugasnya juga berhadapan dengan perubahan-perubahan
tersebut. Agar guru dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu, maka
salah satu tuntutan profesionalisme guru adalah adanya pengembangan
Profesionalisme berkelanjutan (Continuing Professional Development).
Hal ini berdasarkan pada Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 pasal 11
tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah
menyatakan bahwa:
(1) Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Wajib melaksanakan PKB untuk
pengembangan kapasitas sebagai Guru, Kepala Sekolah atau Pengawas
Sekolah.
(2) Kegiatan PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebagai
pemenuhan beban kerja selama 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja
efektif sebagaimana dimaksud dalam pasal 2.
(3) Kegiatan PKB sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilaksanakan di
sekolah atau di luar sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Kepala Bidang Program dan Informasi Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan
Pendidikan Luar Biasa (PPPTK TK dan PLB) Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) merupakan suatu upaya pengembangan kompetensi guru yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk
meningkatkan profesionalitasnya. Merujuk pada Permen PAN RB Nomor 16 Tahun
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan dapat dilakukan dalam bentuk pengembangan diri,
publikasi ilmiah dan karya inovatif.
Berdasarkan data awal yang peneliti temukan, bahwa menurut data yang
dirangkum Dinas Pendidikan Kabupaten Garut bahwa nilai rata-rata UKG Guru
Kabupaten Garut pada tahun 2017 menunjukkan nilai 48 dari Nilai Standar
Kompetensi Minimum 70, masih dibawah rata-rata nilai UKG Jawa Barat dengan
nilai rata-rata 56 dari target Nilai Standar Kompetensi Minimum 70 (Didin, 2017,
para 1-3). Data ini menunjukkan masih rendahnya kompetensi pedagogik dan
kompetensi professional Guru di Kabupaten Garut sehingga perlunya upaya
pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam meningkatkan kompetensi guru.
Dalam upaya pengembangan keprofesian berkelanjutan, pemerintah dalam
hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memprogramkan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang diberlakukan diberbagai Sekolah.
Salah satunya adalah di SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad
Kabupaten Garut.
Alasan peneliti menentukan SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah
Musaddad kabupaten Garut sebagai objek penelitian adalah kedua sekolah tersebut
merupakan dua sekolah yang paling aktif mengikutsertakan guru dalam pembinaan
7
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru baik dalam rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan di Sekolah ataupun yang dilaksanakan diluar sekolah.
Berdasarkan studi awal hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah SDIT
Persis Tarogong, menunjukkan bahwa selama ini, pengembangan keprofesian
berkelanjutan guru di SDIT Persis Tarogong sudah berjalan dengan cukup baik.
Namun, masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi salah satunya adalah
masih jarang guru SDIT Persis Tarogong yang melakukan penelitian tindakan kelas,
lesson study, mempresentasikan karya ilmiah di forum ilmiah, menulis artikel di
jurnal ilmiah, menciptakan teknologi tepat guna, karya seni, dan pembuatan
peralatan praktik, padahal kegiatan tersebut merupakan bagian dari komponen
pengembangan profesi Guru (Sofi, 04 Februari 2019).
Kemudian berdasarkan observasi awal melalui wawancara dengan kepala
Sekolah SDIT Atikah Musaddad Kabupaten Garut bahwa kegiatan Pengembangan
Keprofesian Guru berjalan baik dalam aspek pengembangan diri, sedangkan
kemampuan guru dalam menghasilkan karya pada aspek publikasi ilmiah dan karya
inovatif guru masih terbilang rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi
dari guru untuk menulis dan menghasilkan karya inovatif. Faktor lain disebabkan
karena tidak ada tuntutan yang bersifat wajib dari pemerintah untuk mewajibkan
guru mempublikasikan karya ilmiah dan karya inovatif sebagai syarat guru
professional.(Suwarso, 11 Februari 2019)
PKB Guru adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang
merupakan kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan
berkaitan dengan keberhasilan siswa. Dengan demikian semua siswa diharapkan
dapat mempunyai pengetahuan lebih, mempunyai keterampilan lebih baik, dan
menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang materi ajar serta mampu
memperlihatkan apa yang mereka ketahui dan mampu melakukannya.
PKB Guru mencakup berbagai cara dan/atau pendekatan dimana guru secara
berkesinambungan belajar setelah memperoleh pendidikan dan/atau pelatihan awal
sebagai guru. PKB mendorong guru untuk memelihara dan meningkatkan standar
mereka secara keseluruhan mencakup bidang-bidang berkaitan dengan pekerjaannya
sebagai profesi. Dengan demikian, guru dapat memelihara, meningkatkan dan
memperluas pengetahuan dan keterampilannya serta membangun kualitas pribadi
yang dibutuhkan di dalam kehidupan profesionalnya.
Melalui kesadaran untuk memenuhi standar kompetensi profesinya serta
upaya untuk memperbaharui dan meningkatkan kompetensi profesional selama
periode bekerja sebagai guru, PKB dilakukan dengan komitmen secara holistik
terhadap struktur keterampilan dan kompetensi pribadi atau bagian penting dari
kompetensi profesional. Dalam hal ini adalah suatu komitmen untuk menjadi
profesional dengan memenuhi standar kompetensi profesinya, selalu
memperbaharuimya, dan secara berkelanjutan untuk terus berkembang. PKB
merupakan kunci untuk mengoptimalkan kesempatan pengembangan karir baik saat
ini maupun ke depan. Untuk itu, PKB harus mendorong dan mendukung perubahan
khususnya di dalam praktik-praktik dan pengembangan karir guru.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan
penelitian tentang pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru agar
mencetak guru yang professional. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Guru di SDIT Persis
Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad Kabupaten Garut.
8
B. Permasalahan Penelitian
1. Identifikasi Masalah
a. Kualifikasi, kompetensi dan profesionalisme guru yang masih dibawah
setandar.
b. Kualitas guru yang rendah mempengaruhi kualitas pendidikan
c. Tujuan pendidikan yang belum tercapai secara maksimal.
d. Masih banyak guru yang belum melaksanakan pengembangan kompetensi
keprofesionalannya.
e. Banyak guru yang belum mengetahui manfaat dan tujuan dari PKB bagi guru.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, terdapat beberapa masalah
yang berhubungan dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Akan tetapi,
agar lebih fokus dan terarah, peneliti memberi batasan masalah pada penelitian ini
terkait Implementasi Pengembangan Keprofesian berkelanjutan bagi Guru di SDIT
Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad Kabupaten Garut.
3. Rumusan Masalah
Masalah yang peneliti rumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana Implementasi Pengembangan Keprofesian berkelanjutan Guru di
SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad Kabupaten Garut?
b. Apa saja manfaat Pengembangan Keprofesian berkelanjutan Guru di SDIT Persis
Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad Kabupaten Garut?
c. Apa saja kendala yang dihadapi dalam kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Guru di SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad
Kabupaten Garut?
d. Bagaimana Evaluasi Pengembangan Keprofesian berkelanjutan Guru di SDIT
Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad Kabupaten Garut?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Akademis
Tujuan akademis dari penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang
implementasi dan manfaat program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
bagi Guru di SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad Kabupaten
Garut dan berbagai permasalahan yang dihadapi sampai pada tahap evaluasi
program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru.
b. Tujuan Terapan
Secara umum, penelitian ini digunakan untuk menemukan dan
mengungkapkan Implementasi, manfaat, kendala yang dihadapi dan evaluasi
program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru di SDIT Persis
Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad Kabupaten Garu dalam meningkatkan
Profesionalisme Guru.
9
D. Signifikansi Penelitian
Signifikansi penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Signifikansi Akademis
Menjadi input pengembangan ilmu kependidikan dalam upaya peningkatan
profesionalisme guru melalui program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB).
b. Signifikansi Terapan
Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai masukan dan alat evaluasi
kebijakan dalam melaksanakan kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan bagi guru dengan lebih baik. Bagi pihak Sekolah/Madrasah dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan bagi guru.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan Peneliti melakukan pencarian terhadap penelitian terdahulu yang relevan, guna
perbandingan dalam penelitian yang berguna menyempurnakan penelitian
sebelumnya terkait tema yang sama. Ada beberapa hasil penelitian terdahulu terkait
masalah Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 1.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu yang Relevan
No Jenis Judul Penulis Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
1 Jurnal
Akuntab
ilitas
Manaje
men
Pendidi
kan
Tahun
2018
Empowerment
of Teachers (A
Case Study of
Teacher
Continuous
Professional
Development At
SMKN Of Art)
Anggita
Laras
Pratama
Kegiatan PKB yang
berkaitan dengan
pengembangan diri
dilakukan dengan cara
mengikuti seminar,
workshop, membuat
rancangan
pembelajaran seperti
RPP, dan modul,
beberapa guru sudah
menjalankan kegiatan
publikasi ilmiah;
kegiatan karya inovatif
lebih banyak
dilaksanakan; manfaat
dari PKB yaitu guru
dapat memenuhi
standar dan
mengembangkan
kompetensinya;
hambatan dalam
pelaksanaan PKB
yaitu masalah waktu,
kurangnya rasa
Penelitian ini
membahas
tentang upaya
Implementasi
PKB Guru,
Manfaat PKB
Guru Kendala
yang dihadapi
dan evaluasi
kegiatan PKB
Guru.
sedangkan,
pada penelitian
Anggita Laras
Pratama
membahas
tentang
pemberdayaan
pendidik
melalui PKB,
Manfaat,
hambatan dan
upaya
penyelesaian
Sama-sama
mengkaji
tentang
PKB guru
dan sama-
sama
menggunak
an
pendekatan
kualitatif.
10
percaya diri, beban
pekerjaan yang tinggi;
guru lebih banyak
melakukan kegiatan
PKB yang berkaitan
dengan karya inovatif;
upaya untuk mengatasi
hambatan dari segi
waktu, guru dituntut
untuk mampu
memanajemen waktu
dengan baik.
PKB.
Perbedaan lain
adalah pada
tingkat objek
penelitiannya.
2 Journal
of
Educati
on,
Teachin
g and
Learnin
g Tahun
2018
The
Development of
Sustainable
Profession
(PKB) of
Teachers in
Senior High
School
Tibyan
Ravaie,
Aswand
i,
M.Chiar
Usaha yang dilakukan
oleh guru SMA Negeri
1 Pemangkat untuk
pengembangan profesi
berkelanjutan mereka
melalui kegiatan
MGMP yang
dilakukan guru mata
pelajaran secara rutin
setiap 1 bulan;
Sebagian besar guru
SMA Negeri 1
Pemangkat belum
menunjukkan upaya
maksimal dalam
mengembangkan
profesinya, terutama
dalam membuat
publikasi ilmiah /
karya tulis ilmiah dan
karya inovatif; Guru
SMA Negeri 1
Pemangkat yang
mencoba melakukan
kegiatan yang
berkaitan dengan
pengembangan
keprofesian mereka
didorong oleh faktor
internal (keinginan
diri) dan faktor
eksternal yang
merupakan dukungan
moral dari kepala
sekolah; Sebagian
Tujuan dari
penelitian ini
adalah
memperoleh
gambaran
tentang
implementasi
program
Pengembanga
n Keprofesian
Berkelanjutan
bagi Guru
sedangkan
tujuan
penelitian
Tibyan dkk
menjelaskan
Upaya yang
dilakukan
untuk
pengembangan
diri, publikasi
ilmiah dan
karya inovatif
serta faktor-
faktor PKB
guru.perbedaa
n lain terdapat
pada tingkat
objek
penelitian.
Sama-sama
penelitian
deskriftif
dengan
pendekatan
kualitatif
11
besar guru SMA
Negeri 1 Pemangkat
mengalami kesulitan
dalam
mengembangkan
profesi berkelanjutan
mereka.
3 Jurnal
Kebijak
an dan
Pengem
bangan
Pendidi
kan
Tahun
2015
Pelaksanaan
dan
Pengembangan
Keprofesian
Berkelanjutan
Guru Kelas SD
Negeri 2
Tarakan
Maksum Pelaksanaan PKB
guru kelas SDN di
gugus 2 Tarakan
masih belum
terlaksana secara
menyeluruh. Upaya
meningkatkan
kompetensi dan
profesi guru-gurunya,
semua kepala sekolah
di gugus 2 telah
memberikan
kesempatan atau
dukungan kepada
guru-guru yang
tersertifikasi untuk
mengikuti kegiatan
PKB namun motivasi
dari guru itu sendiri
yang masih kurang.
Penelitian ini
memaparkan
tentang
implementasi
PKB guru,
kendala yang
dihadapi dan
evaluasi
program.
Sedangkan
penelitian
Maksum
memaparkan
tentang
pelaksanaan
PKB guru dan
upaya
peningkatan
kompetensi
dan profesi
guru.
Sama-sama
mengkaji
pelaksaaan
PKB Guru
ditingkat
SD dan
metode
penelitian
sama-sama
menggunak
an metode
deskriptif
dengan
pendekatan
kualitatif.
4 Jurnal
Nasiona
l
Manaje
men
Pendidi
kan
Tahun
2017
Efektivitas
Pengembangan
Keprofesian
Berkelanjutan
untuk Guru
Nurkolis
Yupitha
Sunanda
r
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
implementasi CPD
telah berjalan efektif.
Implementasi CPD di
Kabupaten Demak
dapat
diimplementasikan
dalam bentuk:
kegiatan pelatihan
terstruktur, lokakarya,
seminar, pertemuan
ilmiah lainnya;
pendampingan untuk
guru dan kepala
sekolah yang
dilakukan oleh
fasilitator; kegiatan di
komunitas
pembelajaran
Penelitian ini
menjelaskan
bagaimana
implementasi
PKB Guru
pada cakupan
sekolah tingkat
SD.
Sedangkan
penelitian
Nurkolis dkk
menjelaskan
seberapa
efektif
implementasi
PKB guru
pada cakupan
kabupaten
Demak
Sama-sama
menggunak
an metode
deskriptif
dan
pendekatan
kualitatif.
12
profesional; dan
program induksi atau
magang pemula untuk
maju. Untuk membuat
implementasi CPD
lebih efektif sehingga
perlu penyempurnaan
peraturan
F. Sistematika Penulisan Agar penulisan tesis ini sistematis, terarah, dan setiap babnya memiliki
hubungan yang terkait maka penulisan tesis ini diklasifikasikan kedalam lima bab.
Bab Pertama pendahuluan, bab II Kajian teori dan Kerangka Konseptual, bab III
Metode Penelitian, bab IV Temuan dan Pembahasan dan bab kelima penutup,
berikut adalah rinciannya:
Bab I, merupakan pendahuluan yang menguraikan landasan umum penelitian
ini. Pada bab ini diuraikan latar belakang yang menjadi faktor pentingnya penelitian
ini. Disamping itu terdapat pula rincian permasalahan yang dimulai dengan
diidentifikasinya masalah, kemudian dibatasi pada poin tertentu dan selanjutnya
dirumuskan dalam suatu bentuk pertanyaan yang merupakan operasional dari
pembatasan masalah, dilanjutkan dengan tujuan dan Signifikansi Penelitian.
Selanjutnya dipaparkan pula penelitian terdahulu yang relevan sebagai bahan
rujukan dalam penelitian ini.
Setelah diuraikan landasan umum dalam Bab I maka pada bab II dibahas
kajian teoritis dan empiris yang dilaporkan dalam jurnal, situs internet, buku teks
atau laporan penelitian terdahulu, sejalan dengan rumusan masalah. Bab II tesis ini
memaparkan mengenai program Pengembangan Keprofesain Berkelanjutan, Guru
dan Urgensitas Kompetensi Guru dan Pengembangan Profesi Guru.
Selanjutnya pada bab III penelitian ini diuraikan Metode Penelitian meliputi
objek dan subjek penelitian, jenis pendekatan dan metode penelitian yang
digunakan, fungsi kehadiran peneliti dalam penelitian, data dan sumber data
penelitian, teknik pengumpulan data dan metode analisis data.
Berikutnya pada penulisan bab IV berisi tentang temuan dan pembahasan
kaitannya dengan Implementasi dan manfaat Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Guru terhadap peningkatan kompetensi guru, serta permasalahan yang
dialami dan evaluasi dari kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru.
Isi dari bab IV ini sesuai dengan tujuan penelitian ini sehingga terbuka kesempatan
untuk menarik pengertian dan penafsiran secara tepat dan signifikan.
Akhirnya pada bab V penelitian ini diuraikan secara ringkas kesimpulan
jawaban atas masalah penelitian, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk
pemecahan masalah tersebut berupa saran atau tindak lanjut yang diuraikan
berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan dilapangan selama tindakan
dilakukan.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai objek dan subjek penelitian, jenis
pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, fungsi kehadiran peneliti
dalam penenitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data
dan metode analisis data.
1. Objek dan Subjek Penelitian
Objek penelitian pada penelitian ini adalah SDIT Persis Tarogong dan
SDIT Atikah Musadad Kabupaten Garut yang telah melaksanakan program
Pengembangan Keprofesian berkelanjutan bagi Guru selama lebih dari 3
tahun. Sedangkan, subjek penelitian pada penelitian ini adalah kepala
sekolah, guru, waka kurikulum dan siswa SDIT Persis Tarogong dan SDIT
Atikah Musadad Kabupaten Garut. Subjek penelitian dalam penelitian ini
akan memberikan informasi, pendapat, data dan saran terkait dengan fokus
penelitian.
2. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sugiyono (2008:h.9) menjelaskan
bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci. Sedangkan menurut Sukmadinata (2016:h.60) penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas, sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat difahami bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi objek yang alamiah
untuk mendeskrifsikan dan menganalisis berbagai fenomena sosial yang
terjadi di lingkungan masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan/atau instansi
pemerintahan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif evaluatif,
pendekatan deskriptif merupakan gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antar fenomena yang
diselidiki (Supyayogo, 2001:h.136) sedangkan pendekatan evaluatif
merupakan pendekatan penelitian dimana peneliti bermaksud
mengumpulkan data tentang implementasi kebijakan yang telah dilakukan
(Arikunto, 2001:h.37).
Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat bermanfaat
bagi pengambilan keputusan dan kebijakan lanjutan dari program, karena
dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan
menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.
Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari evaluator untuk
52
pengambilan keputusan (decision maker). Arikunto (2008:h.22) melihat ada
empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil
evaluasi pelaksananaan program, yaitu:
Pertama, Menghentikan program, karena dipandang bahwa program
tersebut tidak dapat terlaksana sebagimana diharapkan. Kedua, Merevisi
Program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan
(terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit). Ketiga, Melanjutkan program,
karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu dengan
harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat. Keempat,
Menyebarluaskan program (melaksanakan program-program di tempat lain
atau mengulangi lagi program dilain waktu), Karena program tersebut
berhasil dengan baik, maka sangat baik jika dilaksanakan kembali di tempat
dan waktu yang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
deskriptif evaluatif merupakan penelitian yang menghasilkan sebuah usulan,
saran dan/atau rekomendasi kepada para pengambil keputusan untuk
menentukan tindak lanjut dari sebuah program dengan kemungkinan
kebijakan yang dapat dilakukan mulai dari menghentikan program, merevisi
program, melanjutkan program sampai pada menyebarluaskan program
untuk direalisasikan di tempat lain.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi
dua kasus. Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif adalah karena
peneliti akan meneliti tentang masalah atau fenomena dengan gambaran
yang lengkap untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam sehingga
menghasilkan sebuah teori.
Penelitian ini menggunakan studi dua kasus,. Menurut Yin, studi dua
kasus disebut juga dengan studi multikasus merupakan penelitian dua atau
lebih subjek, latar atau tempat penyimpanan data. Yin mengatakan bahwa:
“When researchers study two or more subject, settings, or depositories of
date they are usually doing what we call multi-case studies. Multi-case-
studies a variety of forms. Some stars as a single case only to have the
original work serve as the first” (Yin, 2015:h.54)
Peneliti menggunakan studi dua kasus pada penelitian ini untuk
mendekripsikan implementasi Program Pengembanganan Keprofesian
Berkelanjutan Guru di SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad
Kabupaten Garut.
3. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai instrumen utama
dalam pengumpulan data secara langsung. Penelitian ini dimulai dengan
melakukan konfirmasi dengan pihak sekolah terkait jadwal awal penelitian
hingga akhir penelitian dan pengumpulan data yang berhubungan dengan
Pengembangan Keprofesian berkelanjutan guru.
53
4. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah tentang program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan guru, implementasi, manfaat dan kendala
PKB guru, sampai pada data tentang evaluasi program PKB Guru di SDIT Persis
Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad Kabupaten Garut sebagai bahan masukan
atau rekomendasi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam program Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Guru. sedangkan, Sumber data pada penelitian ini
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian merupakan data yang didapatkan
dari sumber pertama (Moeloeng, 2000:h.157). Data primer pada penelitian ini
berupa data yang didapat dari kepala sekolah, guru, waka kurikulum dan siswa
terkait Implementasi Pengembangan Keprofesian berkelanjutan bagi Guru di
SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musadad Kabupaten Garut melalui
kegiatan wawancara dan observasi.
2. Data sekunder
Moelong (2000:h.158) menjelaskan bahwa data sekunder berupa gambar,
foto dan catatan yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder pada
penelitian ini berupa foto-foto kegiatan guru, gambar, dan dokumen-dokumen
sekolah yang berhubungan dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
guru
5. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk pendekatan data dan sumber data yang akan
digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi :
a. Wawancara (Interview)
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif
dan deskriptif kuantitatif (Sukmadinata, 2016:h.216). Wawancara dilakukan
berdasarkan pertanyaan penelitian dalam tahap pelaksanaan Pengembangan
Keprofesian berkelanjutan bagi Guru di SDIT Persis Tarogong dan SDIT
Atikah Musadad Kabupaten Garut. Beberapa informan yang akan diwawancara
adalah Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Guru peserta PKB dan siswa.
b. Observasi
Observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
(Sukmadinata, 2016:h.220). Dalam penelitian ini, peneliti bertugas untuk
datang ke tempat penelitian tetapi tidak terlibat dalam kegiatan PKB Guru.
dalam tahapan ini peneliti mengobservasi kegiatan pembelajaran di kelas yang
dilakukan guru-guru yang telah mengikuti pelatihan PKB Guru.
c. Studi Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini untuk melengkapi data tentang
Pengembangan Keprofesian berkelanjutan bagi Guru, profil sekolah,
dokumentasi kegiatan PKB Guru baik berupa gambar kegiatan atau dokumen
tertulis, rekaman dan dokumen pendukung lainnya. Hal ini sesuai dengan
54
pendapat Arikunto (2002:h.131) yang mengatakan bahwa dokumen bisa berupa
gambar, usulan, buku tahunan, karangan dan selebaran berita.
6. Metode Analisis Data Pada prinsipnya analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan
secara terus menerus dari awal sampai akhir penulisan laporan penelitian. Cara
yang dilakukan untuk analisis data adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data yang sesuai dengan fokus
penelitian dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah itu
diedit dan dipilah-pilah. Kemudian dianalisis secara deskriptif.
b. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari
catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus
selama pengumpulan data berlangsung. Reduksi data merupakan bagian dari
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi (Hamid
Patimula, 2011: h.100-101).
Data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dianalisis, untuk memudahkan
dalam menganalisis, perlu adanya reduksi data atau merangkum memilih hal-
hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang kemudian disusun secara
sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan.
c. Penyajian data
Penyajian Data merupakan kesimpulan informasi deskripsi dalam bentuk
narasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan, informasi disini termasuk didalamnya matrik, skema.
Tabel dan jaringan kerja berkaitan dengan kegiatan
d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah keempat dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Dalam penarikan kesimpulan harus longgar, terbuka dan skeptis.
Pemeriksaan kembali tentang kebenaran data yang telah diperoleh (Sugiyono,
2007:h.91). Penarikan kesimpulan dimulai sejak pengumpulan data datang
memahami apa arti dari berbagai hal tentang gejala-gejala yang ditemui
dengan penelitian dengan mencari benda-benda, mencatat keterangan pola-
pola penjelasan atau kofigurasi yang merupakan kesimpulan akhir dari hasil
penelitian.
102
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan temuan data dan pembahasan, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan dan menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan
adalah kualitas guru sebagai tenaga professional. Guru yang professional dituntut
meningkatkan kompetensinya dan mengembangkan profesi sebagai guru secara
berkelanjutan.
1. Implementasi PKB Guru
Implementasi PKB Guru di SDIT Persis Tarogong meliputi tiga
komponen kegiatan. Diantaranya:
Pertama, Pengembangan Diri, diaplikasikan pada dua kegiatan yaitu :
a) Diklat Fungsional, berupa Pembinaan melalui tatap muka langsung dan In-
On-In. b) Kegiatan Kolektif Guru, berupa lokakarya, workshop, pelatihan,
seminar pendidikan, tutor sebaya dan Sharing guru jenjang, Kelompok Kerja
Guru, Magang dan study banding. Kedua Publikasi Ilmiah berupa buku teks
pelajaran/diktat mata pelajaran yang masih bersifat publikasi lokal sekolah
dikarenakan kurangnya motivasi internal guru dalam menulis karya ilmiah.
Ketiga Karya Inovatif, berupa pengembangan karya seni lukis, seni musik dan
penyusunan soal tingkat Kabupaten.
Sedangkan Implementasi PKB Guru di SDIT Atikah Musaddad
meliputi tiga komponen kegiatan. Diantaranya:
Pertama, Pengembangan Diri, diaplikasikan pada dua kegiatan: a) Diklat
Fungsional, berupa Pembinaan melalui tatap muka langsung dan In-On-In. b)
Kegiatan Kolektif Guru, berupa lokakarya, workshop, pelatihan, seminar
pendidikan, tutor sebaya dan Sharing komunitas guru sesama level,
Kelompok Kerja Guru, Study banding dan kunjungan perpustakaan daerah.
Kedua, Publikasi Ilmiah berupa buku teks pelajaran/diktat mata pelajaran
yang masih bersifat publikasi lokal sekolah disebabkan kurangnya motivasi
guru dalam menulis. Ketiga, Karya Inovatif, berupa pengembangan karya seni
lukis, pembuatan alat peraga/praktikum dan penyusunan soal tingkat sekolah.
Dari kesimpulan diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan PKB Guru di
SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad belum terlaksana dengan
maksimal. Kegiatan PKB Guru yang terlaksana hanya pada komponen
pengembangan diri, sedangkan komponen publikasi ilmiah dan karya inovatif
belum terlaksana dengan baik.
2. Manfaat PKB Guru
Terdapat manfaat yang dirasakan oleh guru, siswa dan sekolah SDIT Persis
Tarogong dalam kegiatan PKB guru Diantaranya: 1) Bagi Guru, bertambahnya
ilmu dan wawasan dalam mengelola pembelajaran, menumbuhkan kesadaran diri
menjadi pribadi pembelajaran, meningkatkan kompetensi sosial, dan menyadarkan
103
diri guru akan pentingnya menulis dan menciptakan karya .2) Bagi Siswa, Cara
mengajar yang berbeda dari biasanya, lebih kreatif dan menyenangkan sehingga
menumbuhkan motivasi belajar siswa. 3) Sekolah, meningkatnya kemampuan guru
sehingga mampu memberikan pelayanan terbaik, sehingga berpengaruh terhadap
rasa puas orang tua dalam menitipkan siswanya di sekolah.
Manfaat lain juga dirasakan oleh guru, siswa dan sekolah SDIT Atikah
Musaddad dalam kegiatan PKB guru Diantaranya: 1) Bagi Guru, bertambahnya
ilmu dan wawasan dalam mengajar, mengarahkan guru untuk banyak membaca,
memotivasi guru untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan pendidikan dan
menciptakan jangkauan pertemanan yang luas.2) Bagi Siswa, guru mampu
mengelola pembelajaran dengan baik, pembelajaran menyenangkan dengan
metode pembelajaran yang beragam 3) Sekolah, meningkatnya kemampuan dan
kedisiplinan guru.
3. Kendala PKB Guru
Kendala yang dihadapi dalam Implementasi PKB guru SDIT Persis
Tarogong adalah berkenaan dengan waktu, biaya, kompetensi IN dan tidak ada
pengaruh terhadap jenjang karir dan nilai KCM yang setiap tahun naik.
Sedangkan kendala yang dihadapi SDIT Atikah Musaddad adalah berkenaan
dengan waktu, biaya, singkronisasi data, tindak lanjut PKB dan Implementasi
tiga komponen PKB yang belum maksimal.
4. Evaluasi PKB Guru
Evaluasi menjadi bagian yang penting dalam mempertahankan program dan
melanjutkan program. Terdapat beberapa catatan dalam rangka mengevaluasi
kegiatan PKB Guru secara keseluruhan yang disampaikan kepala sekolah dan
Guru-guru SDIT Persis Tarogong dan SDIT Atikah Musaddad Kabupaten Garut
diantaranya evaluasi terhadap pemerintah sebagai pemangku kebijakan, sekolah
sebagai lembaga pendidikan dan guru sebagai pelaksana peserta PKB.
Dari evaluasi tersebut disimpulkan bahwa program Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Guru atau disingkat PKB guru merupakan program
yang bermanfaat yang banyak dirasakan baik oleh sekolah, guru dan siswa
sebagai komponen dari pendidikan di sekolah. Harapannya program PKB terus
dikembangkan dengan merevisi Program, karena terdapat bagian-bagian yang
tidak sesuai dengan harapan. Dan tetap melanjutkan program, karena
pelaksanaan program PKB menunjukkan hasil yang bermanfaat bagi banyak
pihak khsusunya bagi guru.
B. Saran-saran
Berdasarkan pemaparan kesimpulan diatas, beberapa saran yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut:
Dalam upaya peningkatan kompetensi guru selayaknya pemerintah
memberikan perhatian lebih terhadap guru dengan memberikan fasilitas terbaik
dalam melaksanakan berbagai program peningkatan kompetensi guru.
1. Pemerintah sebaiknya mengalokasikan dana khusus untuk pengembangan
profesi guru, karena keberhasilan guru akan berimplikasi pada pembangunan
Nasional dan akan menguntungkan Negara.
104
2. Sebaiknya guru menyadari akan pentingnya pengembangan profesi bagi
kepentingan dirinya sebagai pengemban profesi professional dengan terus
mengupgrade pengetahuan dan keterampilannya.
3. Bagi pihak guru tidak perlu berkecil hati dengan tidak ada tindak lanjut dari
kegiatan PKB terhadap kenaikan jenjang karir, karena pada dasarnya
pembinaan PKB turut meningkatkan kompetensi guru menjadi tenaga
professional.
4. Bagi pihak sekolah agar memprogramkan kegiatan pengembangan profesi
guru secara khusus di sekolah terutama dalam pengembangan kemampuan
menulis karta tulis ilmiah dan menghasilkan karya inovatif.