terapi cairan pada kasus trauma multipel

11
Referat TERAPI CAIRAN PADA KASUS TRAUMA MULTIPEL Disusun oleh: Frida Septiani Tavia (1008151858) dr. M. Ihsan, SpOT

Upload: nurhafizahimfista

Post on 23-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

terapi cairan pada kasus trauma multiple

TRANSCRIPT

Referat

TERAPI CAIRAN PADA KASUS TRAUMA MULTIPEL

Disusun oleh:

Frida Septiani Tavia(1008151858)

dr. M. Ihsan, SpOTKEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD

PEKANBARU

2014

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangHampir semua pasien-pasien dengan trauma multipel terjadi syok hipovolemia yang disebabkan oleh perdarahan. Perdarahan merupakan penyebab syok yang paling sering pada pasien trauma. Respon pasien trauma terhadap kehilangan darah menjadi lebih kompleks karena terjadi pergeseran cairan antara kompartemen-kompartemen cairan di dalam tubuh, khususnya kompartemen ekstraseluler. Respon klasik terhadap kehilangan darah harus dipertimbangkan terhadap adanya pergeseran cairan tersebut dalam kaitannya dengan cedera jaringan lunak. Perubahan-perubahan akibat kondisi syok berat dan berkepanjangan, hasil-hasil patofisiologis dari resusitasi dan reperfusi jaringan harus juga dipertimbangkan.11.2 Batasan MasalahReferat ini membahas tentang terapi cairan pada kasus trauma multipel.1.3 Tujuan PenulisanTujuan penulisan referat ini antara lain:1. Memahami aspek Bedah tentang terapi cairan pada kasus trauma multipel.2. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran khususnya di Bagian Ilmu Bedah.1.4 Metode Penulisan

Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang mengacu pada beberapa literatur.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi PerdarahanPerdarahan adalah kehilangan volume darah sirkulasi secara akut. Walaupun ada variasi, volume darah orang dewasa normal mendekati 7% dari berat badan. Pada orang dewasa yang gemuk dihitung berdasarkan berat badan ideal. Volume darah pada anak-anak dihitung antara 8-9% dari berat badan (80-90 ml/kg).12.2 Klasifikasi PerdarahanKlasifikasi perdarahan (kehilangan darah) berdasarkan tanda-tanda klinis terdiri dari 4 kelas, yaitu:1,21. Perdarahan kelas I ( kehilangan volume darah hingga 15%

Gejala klinis dari kehilangan volume dengan perdarahan kelas I umumnya tidak terlihat. Dalam situasi tanpa komplikasi dapat timbul takikardi yang minimal. Tidak terjadi perubahan-perubahan dalam tekanan darah, tekanan nadi, atau frekuensi pernapasan. Untuk pasien yang sehat, kehilangan darah dalam jumlah sebanyak ini tidak memerlukan penggantian darah. Pengisian transkapiler dan mekanisme kompensasi mengembalikan volume darah dalam 24 jam. Namun, bila ada kehilangan cairan karena sebab lainnya, kehilangan darah ini dapat menimbulkan gejala-gejala klinis, dimana penggantian cairan primer yang hilang dapat memperbaiki keadaan sirkulasi, dan biasanya tidak memerlukan transfusi darah.2. Perdarahan kelas II

Tanda-tanda klinis pada perdarahan kelas II adalah takikardi, takipnea, dan tekanan nadi yang menurun. Penurunan ini berkaitan dengan meningkatnya komponen diastolik akibat bertambahnya katekolamin yang beredar. Zat inotropik ini menghasilkan peningkatan tonus dan resistensi pembuluh darah perifer. Tekanan sistolik hanya berubah minimal pada awal syok hemoragik, karena itu sangat penting untuk lebih mengandalkan evaluasi tekanan nadi daripada tekanan sistolik. Tanda-tanda klinis lainnya yang dapat ditemukan pada kehilangan darah sebanyak ini meliputi perubahan pada SSP yang tidak begitu jelas seperti cemas, takut, dan rasa permusuhan. Walaupun terjadi kehilangan darah yang nyata dan perubahan-perubahan kardiovaskuler, produksi urin hanya terpengaruh sedikit. Aliran urin biasanya 20-30 ml per jam untuk orang dewasa. Kehilangan cairan yang menyertai karena sebab lainnya dapat memperberat manifestasi klinis dari perdarahan kelas II. Pada beberapa pasien kadang-kadang memerlukan transfusi darah, tetapi awalnya masih dapat distabilkan dengan larutan kristaloid.3. Perdarahan kelas III

Kehilangan darah pada perdarahan kelas III sudah cukup parah. Pasien-pasien hampir selalu memiliki tanda-tanda klasik perfusi organ yang tidak adekuat yang meliputi takikardi dan takipnea yang nyata, perubahan pada status mental dan penurunan tekanan darah sistolik. Pada pasien tanpa komplikasi, jumlah kehilangan darah inilah yang mulai dapat menyebabkan menurunnya tekanan sistolik. Pada tingkat kehilangan darah ini, pasien hampir selalu memerlukan transfusi darah. Tetapi prioritas penanganannya adalah menghentikan perdarahan, bila perlu dengan pembedahan dalam upaya untuk menekan kebutuhan transfusi. Keputusan untuk memberikan transfusi darah didasarkan pada respon resusitasi cairan awal serta terpenuhinya perfusi dan oksigenisasi end-organ.4. Perdarahan kelas IV

Derajat kehilangan darah pada perdarahan kelas IV sangat berat (segera mengancam jiwa pasien). Gejala-gejalanya meliputi takikardi yang jelas, penurunan tekanan darah sistolik yang signifikan dan tekanan nadi yang sangat kecil (atau tekanan diastolik yang tidak teraba). Produksi urin hampir tidak ada dan kesadaran jelas menurun. Kulitnya dingin dan pucat. Pasien-pasien seringkali memerlukan transfusi dan intervensi pembedahan segera. Hal tersebut didasarkan atas respon pasien terhadap resusitasi cairan yang diberikan. Kehilangan lebih dari 50% volume darah pasien, mengakibatkan pasien tidak sadar, penurunan denyut nadi, dan tekanan darah.2.3 Terapi Cairan pada Kasus Trauma Multipel

Larutan elektrolit isotonik hangat, misalnya Ringer Laktat atau normal saline, digunakan untuk resusitasi awal. Cairan jenis ini mengisi volume intravaskuler dalam waktu yang singkat dan juga menstabilkan volume vaskuler dengan cara menggantikan kehilangan cairan penyerta yang hilang ke dalam ruang interstitial dan intraseluler. Alternatif cairan awal adalah dengan larutan garam hipertonik. Tahap awal, bolus cairan hangat diberikan secepatnya. Dosis umumnya 1 hingga 2 liter untuk dewasa dan 20 ml/kg untuk anak-anak.1Jumlah darah dan cairan yang diperlukan untuk resusitasi, sulit diprediksi dalam evaluasi awal pasien. Perhitungan kasar untuk menentukan jumlah cairan kristaloid yang dibutuhkan secara cepat adalah dengan mengganti 1 ml darah yang hilang dengan 3 ml cairan kristaloid, sehingga memungkinkan resusitasi volume plasma yang hilang dalam ruang interstitial dan intraseluler.1Terapi cairan pada kasus perdarahan:3 20% total kehilangan volume darah larutan kristaloid 20-50% total kehilangan volume darah kristaloid dan konsentrat sel darah merah (RBCs) >50% total kehilangan volume darah kristaloid, RBCs dan albumin/plasma Perdarahan lanjut >50% kristaloid, RBC, plasma bekuan segar (FFP) dan albumin/plasmaBAB IIIKESIMPULANPerdarahan kelas I Estimasi kehilangan volume darah hingga 750 ml (15%)

Frekuensi nadi 30 ml per hari

Terapi: kristaloid

Perdarahan kelas II

Estimasi kehilangan volume darah 750-1500 ml (15% - 30%)

Frekuensi nadi 100-120 kali per menit

Tekanan darah normal

Frekuensi nafas 20-30 kali per menit

Produksi urin 20-30 ml per hari

Terapi: kristaloid

Perdarahan kelas III

Estimasi kehilangan volume darah 1500-2000 ml (30% - 40%)

Frekuensi nadi 120-140 kali per menit

Tekanan darah menurun

Frekuensi nafas 30-40 kali per menit

Produksi urin 5-15 ml per hari

Terapi: kristaloid dan transfusi darahPerdarahan kelas IV

Estimasi kehilangan volume darah >2000 ml (>40%)

Frekuensi nadi >140 kali per menit

Tekanan darah menurun

Frekuensi nafas >35 kali per menit

Produksi urin hampir tidak ada

Terapi: kristaloid dan transfusi darah

DAFTAR PUSTAKA1. American College of Surgeons Committee on Trauma. Advanced trauma life support for doctors. Chicago: N. Saint Clair Street; 2008.2. Wheeless CR. Wheeless textbook of orthopaedics: fluid management in the trauma patient. Data Trace Staff; 2013.3. Brunicardi FD. Schwartzs principles of surgery. 8th edition. USA: McGraw-Hill Company; 2005.7