analisa atenuasi multipel menggunakan metode...

12
ANALISA ATENUASI MULTIPEL MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI RADON, WEMR, DAN SRME PADA DATA SEISMIK LAUT 2D Dewi Rahma Ahmadi 1 , Sabrianto Aswad, S.Si, MT 2 , Muh. Fawzy Ismullah., S.Si, MT 3 , Tumpal Bernhard Nainggolan ST, MT 4 1,2,3 Universitas Hasanuddin 4 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Email: [email protected] ABSTRAK Survey seismik bertujuan untuk memperoleh data yang dapat memprediksi geologi bawah permukaan yang mendekati kondisi sebenarnya. Saat melakukan survey seismik, data yang terekam bukan hanya berupa data primer tetapi noise juga ikut terekam. Salah satunya adalah multipel. Multipel dapat didefinisikan sebagai refleksi yang berulang. Keberadaan multipel ini akan menimbulkan ambiguitas dan merusak kualitas data seismik sehingga diperlukan suatu metode untuk mengatenuasi keberadaan multipel ini. Beberapa tahun terakhir, metode yang paling umum digunakan dalam mengatenuasi multipel yaitu transformasi radon, WEMR, dan SRME, sehingga dalam penelitian ini digunakan ketiga metode ini untuk menganalisa efektifitas dari ketiga metode tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sintetik dan data rill seismik laut 2D di perairan utara bali lombok. Data sintetik digunakan untuk melihat pengaruh offset terhadap atenuasi multipel dan efektivitas atenuasi dari ketiga metode tersebut sebelum diaplikasikan pada data seismik rill. Hasil dari penelitian ini menunjukkan transformasi radon efektif dalam mengatenuasi multipel tetapi masih menyisahkan multipel residual dan menimbulkan efek smearing setelah dilakukan stacking pada data seismik, metode WEMR efektif mengatenuasi multipel baik di daerah near dan far offset tetapi kurang efektif dalam mengatenuasi multipel yang disebabkan oleh lapisan kedua dan data seismik yang memiliki kemiringan yang cukup curam. Sedangkan metode SRME efektif dalam mengatenuasi multipel di daerah near offset tetapi kurang efektif dalam mengatenuasi multipel di daerah far offset. Kata kunci : Multipel, Transformasi Radon, WEMR, SRME ABSTRACT Seismic surveys aim to obtain data that can predict a geological model which is approaches the actual condition of the subsurface. While conducting a seismic survey, the data recorded not only the primary data but also recorded noises. One of the noises is multiple. Multiple can be define as repeated reflection. The existence of this multiple will cause ambiguity and decrease the quality of seismic data. The methods to attenuate these multiple is needed to produce the seismic data with good quality. In the last few years, the most commonly methods are used are radon transform, WEMR, and SRME. In this study, those methods are used to analyze the effectiveness in attenuate the multiple. The data used are 2D synthetic and 2D real data of North Sea Bali-Lombok. 2D synthetic data is used to see the effect of offsets on multiple attenuation and attenuation effectiveness of those methods before applied to real seismic data. The results of this study shows radon transformation is effective in multiple attenuation but still have multiple residuals and have smearing effect in seismic data after stacking, the WEMR method is effective in multiple attenuation in near and far offset but is less effective to attenuate multiple caused by the second layer and data that have dip in seismic data. While the SRME method is effective in multiple attenuation in near offset but is less effective to attenuate multiple in the far offset. Keywords: Multiple, Radon Transform, WEMR, SRME

Upload: dangquynh

Post on 14-Jun-2019

251 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

ANALISA ATENUASI MULTIPEL MENGGUNAKAN METODE

TRANSFORMASI RADON, WEMR, DAN SRME PADA DATA

SEISMIK LAUT 2D Dewi Rahma Ahmadi

1, Sabrianto Aswad, S.Si, MT

2, Muh. Fawzy Ismullah., S.Si, MT

3, Tumpal

Bernhard Nainggolan ST, MT4

1,2,3Universitas Hasanuddin

4Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Email: [email protected]

ABSTRAK Survey seismik bertujuan untuk memperoleh data yang dapat memprediksi geologi bawah permukaan

yang mendekati kondisi sebenarnya. Saat melakukan survey seismik, data yang terekam bukan hanya

berupa data primer tetapi noise juga ikut terekam. Salah satunya adalah multipel. Multipel dapat

didefinisikan sebagai refleksi yang berulang. Keberadaan multipel ini akan menimbulkan ambiguitas dan

merusak kualitas data seismik sehingga diperlukan suatu metode untuk mengatenuasi keberadaan

multipel ini. Beberapa tahun terakhir, metode yang paling umum digunakan dalam mengatenuasi multipel

yaitu transformasi radon, WEMR, dan SRME, sehingga dalam penelitian ini digunakan ketiga metode ini

untuk menganalisa efektifitas dari ketiga metode tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa data sintetik dan data rill seismik laut 2D di perairan utara bali lombok. Data sintetik digunakan

untuk melihat pengaruh offset terhadap atenuasi multipel dan efektivitas atenuasi dari ketiga metode

tersebut sebelum diaplikasikan pada data seismik rill. Hasil dari penelitian ini menunjukkan transformasi

radon efektif dalam mengatenuasi multipel tetapi masih menyisahkan multipel residual dan menimbulkan

efek smearing setelah dilakukan stacking pada data seismik, metode WEMR efektif mengatenuasi

multipel baik di daerah near dan far offset tetapi kurang efektif dalam mengatenuasi multipel yang

disebabkan oleh lapisan kedua dan data seismik yang memiliki kemiringan yang cukup curam.

Sedangkan metode SRME efektif dalam mengatenuasi multipel di daerah near offset tetapi kurang efektif

dalam mengatenuasi multipel di daerah far offset.

Kata kunci : Multipel, Transformasi Radon, WEMR, SRME

ABSTRACT

Seismic surveys aim to obtain data that can predict a geological model which is approaches the

actual condition of the subsurface. While conducting a seismic survey, the data recorded not

only the primary data but also recorded noises. One of the noises is multiple. Multiple can be

define as repeated reflection. The existence of this multiple will cause ambiguity and decrease

the quality of seismic data. The methods to attenuate these multiple is needed to produce the

seismic data with good quality. In the last few years, the most commonly methods are used are

radon transform, WEMR, and SRME. In this study, those methods are used to analyze the

effectiveness in attenuate the multiple. The data used are 2D synthetic and 2D real data of

North Sea Bali-Lombok. 2D synthetic data is used to see the effect of offsets on multiple

attenuation and attenuation effectiveness of those methods before applied to real seismic data.

The results of this study shows radon transformation is effective in multiple attenuation but still

have multiple residuals and have smearing effect in seismic data after stacking, the WEMR

method is effective in multiple attenuation in near and far offset but is less effective to attenuate

multiple caused by the second layer and data that have dip in seismic data. While the SRME

method is effective in multiple attenuation in near offset but is less effective to attenuate

multiple in the far offset.

Keywords: Multiple, Radon Transform, WEMR, SRME

I. LATAR BELAKANG

Metode seismik refleksi merupakan

metode ekplorasi geofisika yang

didasarkan pada respon gelombang seismik

yang diinjeksikan ke bawah permukaan

dan kemudian direfleksikan sepanjang

batas lapisan batuan. Secara umum,

metode seismik terbagi atas tiga tahapan

utama yaitu akusisi, pengolahan, dan

interpretasi data seismik. Dari ketiga

tahapan ini, tahap pengolahan data seismik

memiliki peran yang sangat penting karena

pada tahapan ini, data telah direkam dari

tahap akusisi akan diolah sehingga

menghasilkan suatu penampang seismik

dengan S/N ratio yang baik tanpa

mengubah bentuk kenampakan refleksi,

sehingga dapat diinterpretasikan keadaan

dan bentuk dari perlapisan di bawah

permukaan bumi. Dengan demikian

mengolah data seismik merupakan

kegiatan untuk meredam noise dan

memperkuat signal (Sismanto, 2006).

Keberadaan noise biasanya akan merusak

kualitas data dan meningkatkan ambiguitas

ketika dilakukan interpretasi. Salah satu

jenis noise yang mengganggu hasil

perekaman data seismik yaitu multipel.

Multipel ini biasanya lebih sering muncul

pada data seismik laut akibat kontras

impedansi yang besar.

Multipel biasanya dipisahkan dari refleksi

primer berdasarkan karakteristik yang

terindentifikasi dari keduanya.

Karakteristik yang sering digunakan untuk

mengidentifikasi multipel yaitu melalui

kecepatan moveout yang relatif kecil

oleh metode yang diaplikasikan sebelum

stack (Fail dan Grau, 1963 ; Embree dkk,

1963 dalam Erlangga, 2010) dan prediksi

dan pengurangan energi multipel dari input

data seismik (Badriyah, 2013).

Beberapa penelitian terakhir, metode yang

sering digunakan dalam mengatenuasi

multipel yaitu transformasi radon, WEMR

dan SRME. Trasnformasi radon

merupakan metode yang memanfaatkan

moveout dalam memisahkan multipel dan

refleksi primer. Prinsip utama metode ini

memisahkan sinyal primer dan multipel

dengan mengubah domain jarak-waktu ke

domain tau-phi sehingga proses

mengatenuasi multipel dengan melakukan

desain muting pada data seismik. Menurut

Erlangga (2010) syarat utama agar refleksi

multipel dapat dipisahkan dan diatenuasi

adalah nilai perbedaan moveout antara

refleksi primer dan multipel yang cukup

signifikan. Tetapi, dalam kasus nilai

perbedaan moveout yang terlalu kecil,

multipel sulit untuk dipisahkan dengan

refleksi primer sehingga diperlukan

metode lain dalam memisahkan dan

mengatenuasi multipel.

SRME dan WEMR merupakan metode

yang mengatenuasi multipel tanpa

dipengaruhi oleh perbedaan moveout.

Metode WEMR mengatenuasi multipel

berdasarkan ekstrapolasi waktu penjalaran

ke seabed, sehingga multipel yang berada

pada waktu yang sama akan diatenuasi.

Sedangkan metode SRME memprediksi

multipel dilakukan menggunakan data asli

dari rekaman. Dalam penelitian ini,

dilakukan analisa ketiga metode tersebut

untuk melihat efektivitas dalam

mengatenuasi multipel.

II. TEORI

A. Gelombang Multipel

Dalam akusisi data seismik, receiver tidak

hanya merekam refleksi primer saja, akan

tetapi juga merekam salah satu jenis noise

yaitu multipel.

Gambar 1. Raypath gelombang refleksi dan

multipel (Veschuur, 2006)

Jika refleksi primer merupakan satu upward

reflection dibawah permukaan (lingkaran

biru gambar 1) maka multipel dapat dapat

didefinisikan sebagai refleksi primer yang

memiliki setidaknya satu downward di

permukaan atau di bawah permukaan

(lingkaran merah pada gambar 1). Menurut

Abdullah (2007), Multipel dapat

didefinisikan sebagai pengulangan refleksi

akibat terperangkapnya gelombang seismik

dalam air laut atau terperangkap dalam

lapisan lunak. Pantulan dari multipel lebih

sering ditemui pada data seismik laut karena

adanya perbedaan impedansi yang sangat

tajam antara permukaan air dan udara.

Koefisien refleksi dari udara-air mendekati

satu (Cao, 2006). Keberadaan multipel

sering kali mengganggu pantulan dari

refleksi primer dan menjadikan gambaran

seismik memiliki kualitas yang buruk.

Berdasarkan pada pantulannya multipel

dapat dikategorikan menjadi dua yaitu

multipel permukaan dan multipel internal

(Gambar 2). Multipel disebut sebagai

multipel permukaan jika memiliki

setidaknya satu pantulan downward di

permukaan (misalnya multipel dasar laut

dalam data seismik laut) sedangkan multipel

yang memiliki setidaknya satu downward di

reflektor di bawah permukaan disebut

sebagai multipel internal (misalnya multipel

peg-leg).

Gambar 2. Ilustrasi raypath jenis even multipel

berdasarkan pantulannya (a) multipel permukaan

(surface-related multipel) (b) multipel internal

(Verschuur, 2006).

B. Transformasi Radon

Pada zero-offset, kecepatan gelombang

primer lebih besar daripada multipel

sehingga setelah koreksi NMO gelombang

primer menjadi flat sedangkan multipel

masih berbentuk hiperbola (memiliki nilai

moveout tertentu). Sehingga diperlukan

pemilihan kecepatan stacking yang akurat

dalam mengoreksi moveout dari sinyal

primer dan multipel. Transformasi radon

dilakukan dari domain t-x ke dalam domain

parabolik moveout (p) dan domain zero-

offset time ( ).

Gambar 3. Atenuasi multipel dengan filtering

radon parabolic (a) domain t-x (b) domain

( ) (Kabir, 1999 dalam Dewi dkk, 2016)

Gambar 3 menunjukkan reflektor primer

(biru) dalam domain t-x dipetakan dalam

domain pada p=0. Sedangkan multipel

dipetakan dalam domain pada p>0.

Separasi ini digunakan untuk mengatenuasi

multipel dengan cara memotong atau

membuang wilayah diselah kanan

garis putus-putus gambar 2.6. selanjutnya

dilakukan inverse transform ke dalam

domain t-x sehingga dihasilkan data seismik

yang bebas multipel.

Persamaan transformasi radon parabolik

dapat dituliskan sebagai:

( ) ∫ ( )

(2.1)

Atau

( ) ∑ ( ) (2.2)

Persamaan 2.1 dan 2.2 adalah transformasi

maju (dari t-x ke ) dan persamaan 2.3

dan 2.4 adalah transformasi mundur (dari

ke t-x).

( ) ∫ ( )

(2.3)

Atau

( ) ∑ ( ) (2.4)

C. Wave Equation Multiple Rejection

(WEMR)

Prinsip metode WEMR yaitu mengatenuasi

multipel tanpa dipengaruhi offset. Dalam

mengatenuasi multipel salah satu cara yaitu

dengan memisahkan refleksi primer dan

refleksi multipel. Pemisahan ini akan sulit

dilakukan jika perbedaan moveout-nya

terlalu kecil. Penyebab kecilnya perbedaan

moveout antara refleksi primer dan refleksi

multipel yaitu jarak offset yang terbatas.

Metode WEMR baik digunakan dalam

mengatenuasi multipel dasar laut dan

multipel peg-leg. Multipel dasar laut dapat

dieleminasi/dihilangkan, sedangkan multipel

peg-leg tidak dapat dihilangkan namun

dapat dikurangi.

(a) (b)

Gambar 4. Hubungan antara gelombang

downgoing dan upgoing pada dasar laut

(Erlangga, 2010).

Gambar 4 mengilustrasikan hubungan

antara refleksi multipel dan refleksi primer

pada dasar laut. Gelombang upgoing yang

berada diatas dasar laut terdiri dari refleksi

primer yang ditransmisikan dari dasar laut

dan gelombang downgoing yang

direfleksikan. Hubungan ini secara

sederhana dituliskan sebagai berikut.

(2.5) Dimana

:gelombang upgoing diatas dasar laut

: gelombang upgoing dibawah dasar laut

: gelombang downgoing diatas dasar laut

tidak terdiri dari beberapa multipel,

tetapi sinyal yang terbebas dari multipel

yang kita inginkan. Persamaan diatas dapat

ditulis secara sederhana sebagai berikut.

(2.6)

Dengan kata lain, kita mengatenuasi

multipel dengan mengaplikasikan operator

reflektivitas dasar laut pada gelombang

downgoing di atas dasar laut dan

mensubstraksi hasil tersebut dari gelombang

upgoing di atas dasar laut.

Proses di atas adalah memprediksi dan

menghilangkan multipel, tetapi hasil dari

proses tersebut hanya menggambarkan

medan gelombang yang berada di atas dasar

laut. Untuk men-cover medan gelombang

pada datum perekaman, ektrapolasi

gelombang diperlukan untuk memindahkan

ke belakang dalam waktu dan menaikkan ke

atas pada permukaan. Ekstrapolasi ketiga ini

melengkapi proses atenuasi multipel untuk

satu shot gather.

C. Surface Related Multiple Elimination

(SRME)

Metode SRME merupakan salah satu

metode dalam mengatuasi hadirnya multipel

khususnya pada multipel yang berkaitan

dengan permukaan (surface-related

multipel). Metode ini dikemukakan oleh D.J

Verschuur secara sederhana untuk

memprediksi multipel dari hasil perekaman.

Prediksi metode ini yaitu dengan

mengkonvolusikan setiap trace yang ada

pada suatu gather, dengan keseluruhan

gather hasil perekaman.

Gambar 5. Multipel permukaan orde pertama

dapat dilihat sebagai kombinasi dua refleksi

primer yang dihubungkan satu sama lain pada

titik refleksi permukaan (Verschuur, 2006)

Gambar 5 menunjukkan konsep dasar dari

metode SRME. Multipel permukaan

terekam pada receiver B dengan shot S.

Penjalaran gelombang multipel permukaan

seperti gambar dapat dibagi menjadi dua

penjalaran gelombang yaitu SA dan AB.

Dimana masing-masing penjalaran

gelombang tersebut merupakan gelombang

refleksi dan dapat ditemukan dalam data

seismik. Jika kedua trace tersebut dipilih

pada suatu data seismik dan dikonvolusikan

maka akan menghasilkan satu trace baru

yang merupakan multipel permukaan orde

pertama.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data gather sintetik yang diperoleh

dari perangkat lunak Tesseral Pro versi

Demo dan data seismik yang diperoleh

dari akusisi di lapangan Bali Utara. Data

gather sintetik digunakan untuk

memberikan pemahaman yang dalam

mengenai proses kerja dari metode radon,

WEMR, dan SRME.

Data sintetik merupakan model sederhana

2D dengan empat perlapisan seperti yang

ditunjukkan oleh gambar 6. Model ini

dibuat untuk memberikan pemahaman

lebih mendalam mengenai cara kerja

metode radon, WEMR, dan SRME

bekerja, sehingga model ini mefokuskan

pada munculnya efek multipel pada data

seismik yang akan di atenuasi.

Lapisan pertama dalam model bawah

permukaan adalah udara dengan kecepatan

penjalaran gelombang 340 m/s. Lapisan

kedua (kuning) merupakan lapisan air laut

dengan kecepatan 1500 m/s Lapisan

pertama dan kedua ini dibuat sehingga data

sintetik ini dapat menghasilkan multipel

yang berkaitan dengan permukaan akibat

perbedaan impedansi yang besar antara

udara dan air. Selanjutnya lapisan ketiga

(hijau muda), lapisan keempat (biru

mudah) dan lapisan kelima (biru tua)

merupakan sandstone, claystone, dan

batuan basement dengan masing-masing

kecepatan 2500 m/s, 3500 m/s, dan 4200

m/s.

Gambar 6. Model data sintetik

Data riil yang digunakan adalah data yang di

dapatkan dari akusisi seismik pada perairan

utara bali Lombok. Dengan lintasan seperti

terlihat pada gambar 7.

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

B. METODE PENELITIAN

Pengolahan data dimulai dengan raw data

SEG-Y kemudian dilakukan proses

geometri yaitu memasukkan parameter

akusisi lapangan ke dalam raw data. Proses

geometri diperlukan ketelitian karena

apabila terjadi kesalahan dalam melakukan

proses ini, maka tahap pengolahan

selanjutnya tidak akan berjalan dengan baik

dan menghasilkan gambaran geometri yang

keliru.

Selanjutnya dilakukan pre-processing

(Filter, Dekonvolusi, dan Muting),

kemudian pemprosesan dengan

menggunakan transformasi radon, WEMR,

dan SRME.

Adapun bagan alir dari penelitian ini

sebagai berikut.

Gambar 8. Bagan Alir Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DATA SINTETIK

Gambar 9. Shot gather (a) data far offset 675 m

dengan jumlah channel 25, (b) data far offset

675 m dengan jumlah channel 49, (c) data far

offset 1300 m dengan jumlah channel 50.

Multipel dapat didefinisikan sebagai

pengulangan refleksi akibat

terperangkatnya gelombang seismik dalam

air laut atau terperangkapnya dalam

lapisan batuan lunak (Abdullah, 2010).

Keberadaan multipel permukaan orde

pertama dapat diketahui dengan melihat

waktu dua kali kedatangan gelombang

primer. Melalui model data sintetik pada

gambar 6 dapat dihitung waktu penjalaran

gelombang primer dan multipel. Pada

waktu sekitar 550 ms merupakan reflektor

dari lapisan pertama, reflektor pada lapisan

kedua pada waktu sekitar 800 ms, dan

reflektor lapisan ketiga pada waktu 980 ms

(Panah biru gambar 9). Multipel

permukaan orde-1 yang dihasilkan dari

lapisan pertama berada di sekitar 1100 ms

sedangkan pada reflektor yang ada di

sekitar 1340 ms merupakan multipel

permukaan orde-1 yang dihasilkan dari

reflektor kedua (Panah merah gambar 9).

Gambar 10. Analisa multipel pada penampang

CMP stack

Gambar 10 merupakan penampang CMP

stack, dimana gambar tersebut

memperlihatkan bahwa setelah proses

stacking dilakukan, masih terdapat multipel

yang berkaitan dengan permukaan baik

berasal dari reflektor pertama maupun

reflektor kedua.

Atenuasi Multipel dengan Menggunakan

Transformasi Radon

Proses radon filter diterapkan untuk

menghilangkan multipel perioda panjang,

termasuk multipel permukaan. Teknik yang

digunakan adalah dengan memisahkan

multipel dan sinyal primer pada data seismik

berdasarkan perbedaan moveout-nya. Prinsip

dasar dari metode ini yaitu dengan

mentransformasikan data ke dalam domain

tau-residual moveout agar mempermudah

picking mute untuk melemahkan energi

moveout yang tidak diinginkan.

Fungsi kecepatan diestimasi dan digunakan

untuk membuat reflektor primer flat pada

CMP gather. Moveout-corrected gather

kemudian ditransformasikan kedalam

domain Radon. Karena transformasi forward

dan inverse menimbulkan distorsi, multipel

diestimasi dalam domain radon, kemudian

dilakukan inverse kedalam domain time-

offset, selanjutnya data hasil invers tersebut

dikurangkan dengan data awal sehingga

dihasilkan data yang bebas dari multipel.

(Firliyadi, 2010). Data masukan dalam

analisa radon ini adalah CMP gather yang

telah dilakukan koreksi NMO. Pada gather

yang telah dilakukan koreksi NMO,

reflektor utama akan berbentuk flat

sedangkan multipel akan memiliki residual

moveout yang akan semakin bertambah

menuju offset terjauh (masih berbentuk

hiperbola). Karena adanya perbedaan

moveout primer dan multipel tersebut,

keduanya akan lebih mudah dibedakan pada

domain radon.

Gambar 11 Analisa transformasi radon yang

mengelompokkan sinyal primer dan multipel

pada data sintetik berdasarkan moveout-nya (a)

data far offset 675 m dengan jumlah channel 25,

(b) data far offset 675 m dengan jumlah channel

49,(c) data far offset 1300 m dengan jumlah

channel 50.

Gambar 11 merupakan tampilan analisa

radon pada software. Terlihat bahwa

semakin besar nilai offset maka multipel

akan memiliki nilai residual moveout yang

lebih besar (P>0) (Kotak merah gambar 4.6).

Sedangkan reflektor primer akan memiliki

zero residual moveout (P=0) dalam domain

radon dan undercorrected reflektor berada

pada residual moveout negatif (P<0).

Berdasarkan pengelompokan antara reflektor

primer dan multipel tersebut dilakukan

desain muting untuk memisahkan antara

gelombang primer dan multipel dalam

domain tau-residual moveout. Desain muting

dilakukan pada seperti ditunjukkan gambar

12.

Gambar 12. Desain muting yang digunakan

dalam menghilangkan multipel (a) data far offset

675 m dengan jumlah channel 25, (b) data far

offset 675 m dengan jumlah channel 49, (c) data

far offset 1300 m dengan jumlah channel 50.

Setelah proses muting multipel pada radon

analisis telah dianggap cukup baik pada tiap-

tiap CDP, maka akan dilakukan radon filter

dengan masukan hasil muting dari proses

analisis radon sebelumnya. Radon filter

secara umum digunakan untuk menekan

multipel dengan meloloskan reflektor

primer.

Gambar 13. Hasil CDP gather (a.1) sebelum

(a.2) setelah diaplikasikan radon filter pada data

far offset 675 m dengan jumlah channel 25, (b.1)

sebelum (b.2) setelah diaplikasikan radon filter

pada data far offset 675 m dengan jumlah

channel 49, (c.1) sebelum (c.2) setelah

diaplikasikan radon filter pada data far offset

1300 m dengan jumlah channel 50.

Gambar 13 menunjukkan CDP gather

koreksi NMO yang telah diaplikasikan radon

filter. Pada data yang memiliki far offset

675 m dengan jumlah channel 25 terlihat

bahwa multipel dapat diatenuasi secara

efektif hal ini ditunjukkan dengan

melemahnya amplitudo multipel setelah

diaplikasikan radon filter. Hal itupun

ditunjukkan pada data yang memiliki far

offset 675 m dengan jumlah channel 49 dan

far offset 1300 m dengan jumlah channel

50. Akan tetapi pada data yang memiliki far

offset 1300 m dengan jumlah channel 50,

multipel yang berada pada offset yang besar

masih memiliki multipel residual. Ini

dikarenakan adanya permasalahan resolusi

pada metode transformasi radon seperti yang

ditunjukkan gambar 14.

Even multipel dalam domain t-x ketika

ditransformasikan ke dalam domain tau-

residual moveout akan menyebabkan

smearing horizontal dan oblique (Gambar 14

(1)) Smearing horizontal disebabkan oleh

pembagian energi pada offset yang dekat

(Gambar 14 (2)) dan smearing oblique

disebabkan oleh far offset (Gambar 14 (3)).

Sehingga, meskipun data seismik yang

memiliki offset yang jauh metode radon

filter belum seratus persen dapat

mengatenuasi multipel disebabkan oleh

faktor smearing tersebut.

Gambar 14. (1) even multipel (a) dalam domain

t-x (b) dalam domain tau-p; (2) Data CMP gather

pada zero offset (a) dalam domain t-x (b) dalam

domain tau-p; (3) Data CMP gather pada far

offset (a) dalam domain t-x (b) dalam domain

tau- p; (Erlangga, 2010)

Gambar 15. Penampang seismik (a) Stacking

konvensional; Stacking setelah diaplikasikan

radon filter (b) far offset 675 m dengan jumlah

channel 25, (c) far offset 675 m dengan jumlah

channel 49, (d) far offset 1300 m dengan

jumlah channel 50.

Pada penampang yang telah diaplikasikan

radon filter terlihat even multipel mengalami

pelemahan walaupun masih memiliki residu

(Gambar 15). Hal ini dikarenakan pada data

yang memiliki terdapat reflektor primer dan

multipel yang sulit dibedakan di sekitar zero

offset pada domain t-x sehingga

menimbulkan multipel residu (kotak merah

gambar 15) dan juga data hasil stacking

setelah diaplikasikan radon filter terdapat

beberapa efek smearing (kotak biru gambar

15).

Dari ketiga data yang telah diolah dengan

menggunakan metode transformasi radon

diperoleh bahwa semakin besar offset yang

dimiliki data maka transformasi radon

kurang efektif dalam mengatenuasi mutipel

utamanya pada trace yang memiliki offset

besar hal ini dikarenakan efek smearing

yang disebabkan transformasi dari domain t-

x ke domain tau-residual moveout. Selain

itu, interval antar channel juga

mempengaruhi dalam mengatenuasi multipel

di metode transformasi radon, dimana

semakin besar jarak antar channel dari data

yang dimiliki maka semakin baik metode

radon dalam mengatenuasi multipel.

Atenuasi multipel menggunakan metode

WEMR

Metode WEMR merupakan salah satu

metode atenuasi multipel dengan melakukan

prediksi dan substraksi. Prediksi multipel

menggunakan wave extrapolation kemudian

hasil model tersebut dikurangkan dengan

data yang berisi multipel dan sinyal primer

sehingga akan menghasilkan data yang

bersih dari multipel.

Gambar 16. Hasil shot gather (a.1) sebelum

(a.2) setelah diaplikasikan WEMR pada data

far offset 675 m dengan jumlah channel 25,

(b.1) sebelum (b.2) setelah diaplikasikan

WEMR pada data far offset 675 m dengan

jumlah channel 49, (c.1) sebelum (c.2) setelah

diaplikasikan WEMR pada data far offset 1300

m dengan jumlah channel 50.

Gambar 16 merupakan shot gather sebelum

dan setelah dikurangkan dengan model

prediksi multipe WEMR. Multipel di sekitar

waktu 1100 s terlihat jelas berhasil

diatenuasi sedangkan multipel pada waktu

sekitar 1320 s multipel masih terlihat sedikit

baik pada data yang memiliki far offset 675

m dengan jumlah channel 25, data yang

memiliki far offset 675 m dengan jumlah

channel 49 dan data yang memiliki far offset

1300 m dengan jumlah channel 50.

Gambar 17. Penampang seismik (a)sebelum

diaplikasikan WEMR ; dan setelah diaplikasikan

WEMR (b) far offset 675 m dengan jumlah

channel 25, (c) far offset 675 m dengan jumlah

channel 49, (d) far offset 1300 m dengan jumlah

channel 50

Gambar 17 merupakan data hasil stacking

sebelum dan setelah diaplikasikan WEMR.

Dimana terlihat pada multipel yang

disebabkan oleh lapisan pertama berhasil

teratenuasi sedangkan multipel yang

disebabkan oleh lapisan kedua multipel

belum teratenuasi secara sempurna.

Kelebihan dari metode ini pada data stack

setelah diaplikasikan data yang dihasilkan

lebih bersih dibandingkan dengan metode

transformasi radon.

Atenuasi multipel menggunakan

metode SRME

Tahap awal dari metode ini yaitu melakukan

picking water bottom yang bertujuan untuk

menentukan dan meletakkan water bottom

yang tepat. Picking water bottom ini data

haruslah di-shorting dalam FFID dan

AOFFSET. Informasi dari water bottom ini

akan mempengaruhi prediksi multipel

karena prediksi multipel dilakukan

berdasarkan waktu kedatangan gelombang

primer, dalam hal ini water bottom

merupakan reflektor primer.

Model prediksi multipel permukaan yang

paling optimum akan diperoleh apabila

seluruh even terekam disetiap offset (mulai

dari offset nol). Pada saat akusisi seismik

tidak didesain untuk mendapatkan data pada

daerah zero offset. Sehingga perlu dilakukan

rekontruksi offset. Cara kerja rekontruksi

offset ini dengan memunculkan trace baru

hasil dari ektrapolasi, sehingga diasumsikan

data direkam mulai dari offset nol hingga

offset maksimum.

Multipel diprediksi dari konvolusi trace ke

trace. Model prediksi ini kemudian

disubstrak terhadap data seismik yang

masih mengandung multipel sehingga di

dapatkan data yang bebas dari multipel

(Gambar 18).

Gambar 18. Hasil shot gather (a.1) sebelum (a.2)

setelah diaplikasikan SRME pada data far offset

675 m dengan jumlah channel 25, (b.1) sebelum

(b.2) setelah diaplikasikan SRME pada data far

offset 675 m dengan jumlah channel 49, (c.1)

sebelum (c.2) setelah diaplikasikan SRME pada

data far offset 1300 m dengan jumlah channel

50.

Dimana multipel di sekitar waktu 1100 ms

dan multipel pada waktu sekitar 1320 ms

multipel dapat teratenuasi baik pada data

yang memiliki far offset 675 m dengan

jumlah channel 25, data yang memiliki far

offset 675 m dengan jumlah channel 49 dan

data yang memiliki far offset 1300 m

dengan jumlah channel 50. Hal ini

ditunjukkan dengan amplitudo yang

melemah setelah diaplikan metode SRME.

Akan tetapi, pada offset jauh, SRME belum

dapat mengatenuasi multipel secara efektif

seperti yang ditunjukkan pada tanda panah

biru gambar 18.

Selanjutnya dilakukan stacking pada data

yang telah diaplikasikan kan SRME.

Terlihat pada multipel yang disebabkan oleh

lapisan pertama dan kedua berhasil

teratenuasi (Panah merah gambar 19).

Meskipun ada beberapa residual amplitudo

multipel yang disebabkan oleh pengaruh

amplitudo yang ada di far offset yang belum

dapat di atenuasi secara efektif (Panah biru

gambar 19).

Gambar 19. Penampang seismik (a)sebelum

diaplikasikan SRME ; dan setelah diaplikasikan

SMRE (b) far offset 675 m dengan jumlah

channel 25, (c) far offset 675 m dengan jumlah

channel 49, (d) far offset 1300 m dengan jumlah

channel 50.

Dari gambar 19 terlihat juga bahwa data

yang memiliki offset yang lebih besar (d)

lebih bersih dan memiliki sedikit residual

multipel dibandingkan dengan data yang

memiliki offset kecil (b dan c). Selain itu,

terlihat pengaruh antar channel dari data

yang dimiliki meskipun memiliki offset

yang sama (b dan c) dimana semakin kecil

jarak antar channel semakin efektif metode

SRME mengatenuasi multipel.

B. DATA RILL

Data riil yang digunakan adalah data yang di

dapatkan dari akusisi seismik pada perairan

utara Bali-Lombok. Secara garis besar,

pengolahan data pada data riil ini sama

dengan data sintetik terbagi atas empat

bagian, yaitu metode konvensional tanpa

proses atenuasi multipel, metode atenuasi

multipel menggunakan radon filter, WEMR,

dan SRME.

Gambar 20. Analisa multipel pada

penampang CMP stack

Gambar 20 merupakan penampang CMP

stack, dimana gambar tersebut

memperlihatkan bahwa setelah proses

stacking dilakukan, masih terdapat multipel

yang berkaitan dengan permukaan seperti

yang ditunjukkan pada panah berwarna

merah.

Atenuasi multipel dengan

menggunakan filtering radon

Pada transformasi radon, data masukan yang

digunakan adalah data hasil preprocessing

yang telah dikoreksi NMO. Data seismik

yang telah dikoreksi NMO masih dalam

waktu-jarak (t-x) dan selanjutnya di

transformasikan dalam domain time-

moveout. Reflektor primer pada domain

time- moveout memiliki nilai p=0 sedangkan

dalam domain time-moveout multipel akan

berada pada daerah p>0, sehingga dilakukan

desain muting seperti gambar 21. Desain

muting ini dilakukan tidak tepat dinol

dikarenakan saat dilakukan pemilihan

kecepatan RMS, proses analisa kecepatan

yang dilakukan tidak seratus persen akurat

sehingga reflektor primer tidak tepat pada

p=0 melainkan mendekati 0.

Setelah dilakukan desain mute pada radon,

selanjutnya data dalan domain time-

moveout ditransformasikan kembali kedalam

domain time-jarak (t-x). Hasil transformasi

balik tersebut kemudian dilakukan stacking.

Gambar 21. (a) data rill dalam domain t-x; (b)

Desain muting untuk memisahkan sinyal

primer dan multipel pada domain tau-residual

moveout; (c) data hasil muting dalam domain t-

x.

Gambar 22 (b) multipel water bottom yang

berada pada waktu sekitar 250 -350 ms pada

kisaran CDP 39-247 dapat teratenuasi secara

sempurna. Sedangkan water bottom yang

berada pada waktu sekitar 340 -1020 ms

pada kisaran CDP 29 sampai CDP 5677

belum dapat teratenuasi secara sempurna.

Hal ini ditunjukkan dengan amplitudo pada

water bottom tersebut mengalami

pelemahan. Selain itu, multipel peg-leg yang

berada pada waktu sekitar 1104 ms-5674 ms

pada CDP 5064-5674 (kotak kuning) dan

multipel peg-leg pada waktu sekitar 1054

ms-1212 ms pada CDP 3710-4702 belum

teratenuasi secara sempurna (kotak merah).

Hal ini menunjukkan bahwa metode

transfomasi radon tidak dapat

menghilangkan multipel secara keseluruhan

dikarenakan oleh picking pada analisa

kecepatan yang seratus persen akurat

sehingga data primer dan multipel tidak

dapat dipisahkan secara sempurna dan juga

efek smearing yang dibahas pada data

sintetik sebelumnya.

Gambar 22. Penampang seismic (a)Stacking

konvensional, (b) Stacking setelah diaplikasikan

Radon.

Atenuasi multipel dengan menggunakan

WEMR

Gambar 23. (a) CDP gather koreksi NMO yang

mengandung sinyal primer dan multipel. (b) Shot

gather setelah diaplikasikan WEMR.

Gambar 4.24 terihat CDP 4761 yang telah

dikoreksi NMO setelah dan sebelum

diaplikasikan WEMR. Terlihat sebelum

diaplikasikan WEMR, multipel permukaan

berada pada waktu sekitar 600 ms dan 900

ms. Setelah diaplikasikan WEMR, terlihat

amplitudo multipel pada waktu sekitar 600

ms dan 900 ms mengalami pelemahan.

Selain itu, penampang seismik setelah

dilakukan stacking (Gambar 24) dapat

dianalisa untuk melihat hasil reduksi

multipel oleh metode WEMR.

Gambar 24. Penampang seismik (a) Stacking

konvensional, (b) Stacking setelah diaplikasikan

WEMR.

Berdasarkan gambar 24 (b) multipel water

bottom yang muncul berada pada waktu

sekitar 340-1020 ms pada kisaran CDP 29

sampai CDP 5677 dapat diatenuasi. Hal ini

ditunjukkan dengan amplitudo multipel

memiliki nilai lebih kecil dibandingkan

sebelum dilakukan proses WEMR (Gambar

24). Selain itu, Metode WEMR juga

mengatenuasi multipel peg-leg pada waktu

sekitar 1054ms-1212 ms pada CDP 3710-

4702. Akan tetapi, multipel peg-leg yang

berada pada waktu sekitar 1104 ms-5674 ms

pada CDP 5064-5674 belum dapat

teratenuasi.

Atenuasi multipel dengan menggunakan

SRME

Gambar 25. CDP gather yang telah dikoreksi

NMO sebelum dan setelah diaplikasikan SRME

Gambar 25 terihat CDP 4761 yang telah

dikoreksi NMO setelah dan sebelum

diaplikasikan SRME. Terlihat sebelum

diaplikasikan SRME, multipel permukaan

berada pada waktu sekitar 600 ms dan

900 ms. Setelah diaplikasikan SMRE,

terlihat amplitudo multipel pada waktu

sekitar 600 ms dan 900 ms mengalami

pelemahan.

Selain itu, penampang seismik setelah

dilakukan stacking (Gambar 26) dapat

dianalisa untuk melihat hasil reduksi

multipel oleh metode SRME.

Gambar 27. Penampang seismik (a) Stacking

konvensional, (b) Stacking setelah diaplikasikan

SRME

Gambar 4.29 (b) multipel water bottom yang

muncul berada pada waktu sekitar 340 -1020

ms pada kisaran CDP 29 sampai CDP 5677

dapat diatenuasi. Selain itu, multipel peg-leg

yang berada pada waktu sekitar 1104 ms-

5674 ms pada CDP 5064-5674 (kotak

kuning) dapat diatenuasi. Hal ini

ditunjukkan dengan amplitudo multipel

memiliki nilai lebih kecil dibandingkan

sebelum dilakukan proses SRME

(Gambar 4.25 (a)). Akan tetapi, Metode

SRME kurang efektif dalam

mengatenuasi multipel peg-leg pada

waktu sekitar 1054 ms-1212 ms pada

CDP 3710-4702.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari studi yang telah

dikerjakan oleh penulis, kesimpulan yang

diperoleh sebagai berikut:

1. Hasil pengolahan data seismik yang

dilakukan untuk mengatenuasi multipel

diperoleh metode SRME paling efektif

menghilangkan multipel yang berkaitan

dengan permukaan dibandingkan metode

WEMR, dan trandformasi radon.

2. Metode transformasi radon memiliki

kelebihan dalam mengatenuasi multipel

pada offset dekat tetapi memiliki

kelemahan dalam hal resolusi

ditunjukkan dengan munculnya efek

smearing pada data hasil stacking dan

masih tersisa multipel residu, metode

WEMR efektif dalam mengatenuasi

multipel baik permukaan maupun

multipel pegleg akan tetapi kurang

efektif dalam mengatenuasi multipel

yang disebabkan oleh lapisan kedua dan

pada lapisan yang memiliki kemiringan

yang besar, sedangkan metode SRME

kurang efektif menghilangkan multipel

pada offset yang jauh tetapi memiliki

efektifitas yang besar dalam

mengatenuasi multipel offset dekat.

VI. REFERENSI

Abdullah, Agus. 2007. Ensiklopedia

Seismik Online Ebook, Jakarta.

Badriyah, Lia. 2013. Penerapan Metode

Surface Related Mutiple Elimination

(SRME) untuk Mereduksi Pantulan

Mutiple pada Data Seismik Laut. Skripsi

dari Departemen dan Teknologi Kelautan.

Institut Pertanian Bogor.

Cao, Z., 2006. Analysis and Application of

The Radon Transform. Thesis from

Department of Geology and Geophysics.

University of Calgary, Canada.

Dewi,dkk. 2016. Atenuasi Multiple

Seismik Refleksi Menggunakan Metode

Filtering Radon Perairan X : Youngster

Physics journal.

Erlangga, M. 2010. Atenuasi Multiple pada

Data Seismik Refleksi menggunakan

Metode Radon Filter dan Wave Equation

Multiple Rejection (WEMR). Skripsi

Program Studi Teknik Geofisika. Fakultas

Teknik Pertambangan dan Perminyakan.

Institut teknologi Bandung, Bandung.

Firliyadi, Ading. 2010. Atenuasi Multiple

dengan Menggunaka Metode Filtering

Radon pada Common Reflection Surface

(CRS) Supergather. Skripsi Departemen

Fisika Program Studi Geofisika. Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Universitas Indonesia.

Sismanto. 2006. Dasar-dasar Akusisi dan

Pemrosesan Data Seismik. Yogyakarta :

Labolatorium Geofisika Fakultas MIPA,

Universitas Gadjah Mada.

Telford, W.M. Geldart, L.P. Sheriff, R.E.

Keys, D.A. 1976. Applied Geophysics.

Cambridge University Press, London.

USNA.2014.Seismic ReflectionSurveys.

https://www.usna.edu/Users/oceano/pguth/m

d_help/geology_course/seism

ic_reflection_surveys.htm Diakses tanggal

10 Desember 2018.

Verschuur, D.J., 1991. Surface Related

Multiple Elimination, an inversion approach,

Delft university of Technology, Belanda..

Verschuur, D.J., 2006. Seismic Multiple

Removal Technique Past, Present, and

Future. EAGE Publication for Education

Series. Nether