tentir hematologi onkologi - sum ii part i

37
  1 Sumatif II  part I T- 16 Kelainan Hemostasis Didapat T-22 Penyakit Limfoprolife ratif Fitriana Nur Rahmawati Kevin T- 18 Onkologi Dasar T-27 Bedah pada Keganasan  Adam Prabata Monika Besti Y T- 20 Leukemia Akut T-28 Kanker Serviks Beta Canina Harlyjoy Evan Regar T- 21 Penyakit Mieloprolife ratif T- 29 Prinsip Radiotera pi Dina Elita Monika Besti Y EDITOR :  Monika Besti Yolanda  Fitriana Nur R  Wendy Damar A T-16 KELAINAN HEMOSTASIS DIDAPAT  Yak, masih mengenai hemostasis, kali ini kita akan belajar mengenai kelainan hemostasis yang didapat. Sebenarnya ada dua bagian besar dari kelainan hemostasis didapat yaitu perdarahan dan thrombosis, serta ada juga koagulopati imun.  A.  Abnormalitas Koagulasi akib at Gangguan Hati Hati memegang peranan yang sangat penting dalam proses hemostasis. Mengapa demikian? Karena di sanalah tempat sintesis utama dari : - Semua faktor koagulasi (kecuali vWF) - Protein regulator sistem koagulasi (antithrombin, protein C dan S) - Komponen sistem fibrinolitik  Selain itu, hati juga bertugas membersihkan semua faktor koagulasi yang telah teraktivasi dan terpakai dari sirkulasi. Mengingat begitu pentingnya tugas si hati tadi, tentu saja apabila terjadi sesuatu dengan hati akan mengakibatkan gangguan pada proses hemostasis antara lain thrombositopenia, disfungsi platelet, abnormalitas koagulasi, dan koagulasi intravascular diseminata serta hiperfibrinolisis. Oke, mari kita kupas satu per satu 1. Thrombositopenia Thrombositopenia merupakan keadaan di mana jumlah platelet <150.000. Patogenesis terjadinya keadaan ini pada gangguan hati adalah sebagai berikut:

Upload: jody-felizio-chandra

Post on 05-Oct-2015

101 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hematologi onkologi referat portofolio teori

TRANSCRIPT

  • 1

    Sumatif II part I

    T- 16 Kelainan Hemostasis Didapat T-22 Penyakit Limfoproliferatif

    Fitriana Nur Rahmawati Kevin T- 18 Onkologi Dasar T-27 Bedah pada Keganasan

    Adam Prabata Monika Besti Y T- 20 Leukemia Akut T-28 Kanker Serviks

    Beta Canina Harlyjoy Evan Regar T- 21 Penyakit Mieloproliferatif T- 29 Prinsip Radioterapi

    Dina Elita Monika Besti Y EDITOR : Monika Besti Yolanda Fitriana Nur R

    Wendy Damar A

    T-16 KELAINAN HEMOSTASIS DIDAPAT

    Yak, masih mengenai hemostasis, kali ini kita akan belajar mengenai kelainan

    hemostasis yang didapat. Sebenarnya ada dua bagian besar dari kelainan hemostasis

    didapat yaitu perdarahan dan thrombosis, serta ada juga koagulopati imun.

    A. Abnormalitas Koagulasi akibat Gangguan Hati

    Hati memegang peranan yang sangat penting dalam proses hemostasis. Mengapa

    demikian? Karena di sanalah tempat sintesis utama dari :

    - Semua faktor koagulasi (kecuali vWF)

    - Protein regulator sistem koagulasi (antithrombin, protein C dan S)

    - Komponen sistem fibrinolitik

    Selain itu, hati juga bertugas membersihkan semua faktor koagulasi yang telah

    teraktivasi dan terpakai dari sirkulasi. Mengingat begitu pentingnya tugas si hati tadi,

    tentu saja apabila terjadi sesuatu dengan hati akan mengakibatkan gangguan pada

    proses hemostasis antara lain thrombositopenia, disfungsi platelet,

    abnormalitas koagulasi, dan koagulasi intravascular diseminata serta

    hiperfibrinolisis. Oke, mari kita kupas satu per satu

    1. Thrombositopenia

    Thrombositopenia merupakan keadaan di mana jumlah platelet

  • 2

    - Sekuestrasi limpa akibat hipertensi portal

    - Gangguan produksi platelet

    - Konsumsi platelet yang dimediasi thrombin

    - Infeksi HCV : terjadi infeksi pada megakariosit sehingga terjadi destruksi

    platelet akibat mekanisme autoimun

    2. Disfungsi Platelet

    Disfungsi platelet ini terjadi akibat adhesi platelet yang menurun serta gangguan

    agregasi platelet.

    3. Abnormalitas Koagulasi

    Abnormalitas koagulasi ini terdiri dari :

    - Penurunan faktor koagulasi yang bergantung pada vitamin K (II, VII, IX, X)

    dan faktor V

    Hal ini dikarenakan terdapat obstruksi bilier yang menyebabkan gangguan

    absorpsi dari vitamin K, sehingga tentu saja terjadi penurunan faktor yang

    butuh vit.K untuk aktivasinya.

    - Fibrinogen

    Fibrinogen biasanya normal atau meningkat. Namun apabila gangguan hati

    tersebut sangat berat, fibrinogen bisa menurun dikarenakan adanya gangguan

    sintesis, peningkatan katabolisme, makin banyak yang hilang ke ruang

    ekstravaskular (terutama kalau pasiennya ascites) serta perdarahan yang

    massif (misal hematemesis/melena)

    - Penurunan antithrombin, protein C dan S, heparin cofactor II, -2

    macroglobulin

    Lalu bagaimana cara kita mendiagnosis bahwa suatu kelainan hemostasis itu terjadi

    dikarenakan adanya gangguan hati?

    Diagnosis

    Pertama tentu saja kita harus melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta

    menemukan hal-hal di bawah ini :

    - Terdapat riwayat jaundice/hepatitis akut, risiko infeksi (pengguna obat IV,

    gangguan hati pada keluarga)

    - Riwayat perdarahan seperti hematemesis atau melena

    - Tanda klinis pada gangguan hati dan komplikasinya seperti jaundice, pucat, ascites,

    splenomegaly, eritema palmar, edema serta tanda perdarahan seperti petechiae,

    hematoma, hematemesis/melena.

    Setelah itu barulah kita lakukan pemeriksaan penunjang dan hasil yang didapatkan

    seperti ini:

    - Laboratorium :

    o CBC : trombositopenia (biasanya moderate, jarang terjadi

    trombositopenia yang parah kalo cuma gangguan hati aja), ditambah

    dengan anemia/leukopenia

    o Tes fungsi hati : kadar albumin rendah

    o Tes koagulasi : PT, aPTT, fibrinogen, D-Dimer

    o Marker hepatitis : hepatitis B/C

    - USG Abdominal : gangguan hati, batu empedu, bisa juga ditemukan kanker yang

    merupakan metastasis dari organ lain

    - Pemeriksaan lain : endoskopi saluran GI bagian atas

    Tatalaksana

    Pertama kita tentukan dulu apakah dia perdarahan aktif atau tidak.

    - Apabila terdapat perdarahan aktif atau apabila ingin melakukan prosedur yang

    invasive kita harus memberikan vitamin K (intravena). Tapi kalau tidak perdarahan

    aktif jangan diberikan vit K intravena, soalnya absorbs vit.K oral itu bagus. Nah,

    kalau perdarahannya sangat massif biasanya diberikan juga FFP, bahkan

    kriopresipitat kalo butuh fibrinogen atau faktor-faktor lain, konsentrat platelet kalo

    plateletnya di bawah 40.000, dan PRC.

    - Hentikan perdarahan dengan cara ligase atau sclerosing therapy serta terapi

    farmakologi

    - Dan tentu saja kita harus menatalaksana gangguan hati dan komplikasinya,

    memberikan tatalaksana non farmakologis, serta nutrisi.

    B. Koagulasi Intravaskular Diseminata

    Koagulasi intravascular diseminata atau lebih keren disebut disseminated intravascular

    coagulation (DIC) punya banyak definisi, ada yang bilang koagulasi konsumtif,

    sindrom defribrinogenasi, dan sindrom trombohemoragik. Yang mana yang

    bener? Semuanya bener, karena semua definisinya itu masuk dalam proses DIC.

    Tadi sudah disebutkan kalau DIC bisa terjadi karena gangguan hati, tapi ternyata

    faktor-faktor lain juga bisa menimbulkan DIC. Misalnya karena sepsis, jadi endotoksin

    akan menyebabkan kerusakan jaringan di mana nantinya tissue factor akan keluar dan

    berikatan dengan F VII. Lalu apa yang terjadi? Bener banget, kaskade koagulasi akan

    teraktivasi dan akhirnya terbentuk fibrin yang mengakibatkan thrombus. Tapi

    sebenarnya setelah fibrin tadi terbentuk dia akan segera didegradasi, makanya pada

    pasien DIC, D-Dimer nya tinggi. Bahkan kadang-kadang sebelum fibrinogennya jadi

    fibrin, dia udah dihancurin duluan dan akhirnya terbentuk fibrin degradation product.

    Selain sepsis, penyebab-penyebab kerusakan jaringan lain juga bisa menimbulkan DIC,

  • 3

    misalnya ada luka bakar yang luas. Bahkan kerusakan platelet dan eritrosit

    juga bisa menimbulkan DIC, misalnya karena mismatch transfusion (fiuh, harus hati-

    hati banget ya kalo mau transfusi darah). Kalau pada kerusakan platelet dan eritrosit

    ini patogenesisnya beda, kalo ada kerusakan sel tadi akan dilepaskan phospholipid

    (soalnya dia kan ada di permukaan sel), dan si phospholipid akan memicu kaskade

    koagulasi. Satu lagi penyebab DIC yang ga kalah penting adalah kompleks antigen-

    antibodi, misalnya pada SLE. Kerusakan endotel yang terjadi akan membuat kolagen

    terekspose sehingga akan memicu kaskade koagulasi.

    Tapi sebernya DIC ini bergantung pada keseimbangan antara faktor pro-koagulasi

    dengan anti-koagulasi. Misalnya pada sepsis tadi, tissue factor yang notabene adalah

    faktor prokoagulasi tentu saja akan memicu kaskade koagulasi dan dia juga memicu

    peningkatan plasminogen activator inhibitor sehingga proses fibrinolisis akan menurun.

    Apa akibatnya? Keseimbangan yang terganggu tadi bisa menimbulkan thrombus di

    pembuluh darah di mikrosirkulasi dan berakibat pada gangguan perfusi. Jadi memang

    pada DIC kita tidak bisa melihat gambarannya secara langsung, tanda yang muncul itu

    seperti gangguan kesadaran, superficial gangrene karena iskemia, oliguria, anemia

    hemolisis dll. Selain itu, akibat trombosis yang terjadi terus menerus akan terjadi

    peningkatan konsumsi platelet dan faktor koagulasi lain yang menyebabkan pasiennya

    perdarahan (makanya disebut sindrom trombohemoragik).

  • 4

    Gejala Klinis

    Gejala klinis pada pasien DIC itu kompleks dan bervariasi, bergantung pada

    penyebabnya (sepsis biasanya lebih lama), respon host (pasien keganasan dan usia

    lanjut biasanya lebih ringkih), dan kondisi komorbid lainnya (diabetes, dll).

    Gambaran Klinisi

    Kita bisa lihat gambaran klinis perdarahan (ekimosis, petechiae, perdarahan GI) dan

    juga disfungsi berbagai organ akibat trombosis (disfungsi hati, serebral, ginjal).

    Laboratorium

    Terdapat peningkatan D-dimer dan FDP, penurunan AT, fibrinogen, dan platelet,

    hapusan darah tepi menunjukkaan schisctocytes, serta pemanjangan TT/aPTT/PT

    Diagnosis Banding

    - Gangguan hati berat

    - Defisiensi vit. K

    - Sindrom HELLP

    - Thrombotic thrombocytopenic purpura

    - Abnormalitas fibrinogen kongenital

    Tatalaksana

    - Obati penyakit yang mendasari

    - Perbaiki sirkulasi

    - Terapi penggantian dengan FFP/kriopresipitat, konsentrat platelet, PRC

    - Terapi farmakologi : heparin, antithrombin, protein C aktif

    C. Defisiensi Faktor yang Bergantung pada Vitamin K

    Vitamin K memegang peranan penting dalam karboksilasi postribosomal akhir dari

    faktor koagulasi II, VII, IX, X, dan protein C serta S. Apabila terjadi defisiensi vitamin K

    maka akan terjadi perpanjangan PT serta penurunan faktor II, VII, IX, dan X. Apabila

    defisiensinya sangat berat bahkan bisa terjadi perpanjangan aPTT. Defisiensi vitamin K

    ini terjadi apabila :

    1. Suplai yang Tidak Adekuat

    Bisa karena diet nya yang kurang vitamin K atau flora normal di usus mati karena

    meminum antibiotik spektrum luas

    2. Gangguan absorbsi

    Akibat dari obstruksi bilier (batu empedu, tumor), malabsorbsi vitamin K, dan obat

    yang digunakan secara kronik (cholestyramine)

    3. Obat Antagonis Vitamin K (Coumarins, warfarin)

    Idealnya untuk diagnosis kita cek vit. K si pasien, cuma kan susah. Kadang juga dicek

    kadar faktor koagulan yang vit.K dependen, cuma ya susah juga. Makanya paling cuma

    dilihat adanya pemanjangan PT, aPTT nya bisa normal atau memanjang kalau berat.

    Tatalaksananya kalau ga ada perdarahan cukup diberi tablet oral vit. K 10 mg pada

    dewasa, 5-10 mg pada anak-anak atau bayi. Tapi kalau ada perdarahan yang major,

    kita perlu berikan vit. K intravena dan plasma product.

    D. Fibrinolisis Berlebihan

    Masih inget kan kalo fibrinolysis itu ada dua : primer dan sekunder. Kalau untuk yang

    primer (pelepasan berlebihan tissue plasminogen activator) biasanya jarang. Fibrinolisis

    berlebihan bisa terjadi karena :

    - Terapi trombolitik

    - Berhubungan dengan penyakit :

    o Bedah/trauma

    o Neoplasma (prostat, pankreas, leukemia). Paling sering pada prostat di

    mana akan terjadi peningkatan u-PA (masih inget kan, hehe)

    o SLE

    o Gangguan hati berat

    - Fibrinoliis sekunder akibat DIC

    Diagnosis

    - Terdapat tanda perdarahan

    - Menerima terapi atau mengalami kondisi lain yang berhubungan dengan

    fibrinolysis berlebihan

    - Lab : peningkatan FDP, penurunan fibrinogen plasma, euglobulin clot lysis time

    nya cepat, serta pemanjangan TT, PT, aPTT.

  • 5

    Tatalaksana

    Dengan memberikan inhibitor fibrinolysis : asam tranexamid dan -Aminocaproic

    acid (EACA). Namun perlu diperhatikan bahwa obat ini dikontraindikasikan untuk

    fibrinolisis sekunder yang terjadi karena DIC. Untuk mekanisme kerja obat bisa dilihat

    di bawah ini.

    E. Antikoagulan Patologis (Koagulopati Imun)

    Kelainan ini muncul secara spontan pada seseorang dengan fungsi hemostasis

    yang sebelumnya normal-normal saja. Yang paling sering adalah munculnya

    antibodi terhadap faktor VIII, atau disebut juga idiopatic inhibitor. Sering muncul

    pada pasien autoimun (SLE, RA, Multiple clerosis, pemphigus) dan pasien

    keganasan darah (CLL, non-Hodgkin lymphoma, MM), serta pada reaksi obat

    (alergi penisilin, sulfonamid, chlorampenicol, metyldopa). Jadi jangan kaget kalau

    misalnya ketemu pasien hemofilia acquired bahkan pada perempuan.

    Pada pemeriksaan ditemukan pemanjangan aPTT, penurunan faktor VIII, inhibitor

    faktor VIII, sebagian 30% spontan membaik, tapi bisa juga terjadi perdarahan

    yang mengancam nyawa. Tatalaksananya sama kayak hemofilia pada umumnya.

    Sekian tentirnya. Mohon maaf kalau ada kesalahan. Selamat Belajar \(^0^)/

    [Fitriana Nur R]

    T-18 ONKOLOGI DASAR

    Teman-teman 2009, akhirnya bertemu dengan saya lagi setelah sekian lama,

    hahaha *abaikan* masih semangat belajar kan? Sumatif 2 bentar lagi loh, hehe. Nah

    daripada berlama-lama, ayo kita belajar mengenai dasar dari sepotong nama modul kita

    sekarang, hematologi onkologi, hehe.

    O iya, ini agak gw bagi-bagi kuliahnya jadi beberapa sub-bab itu, tujuannya biar

    memudahkan aja kalo mau mengingat atau nyari misalnya lupa. Sub-bab itu yang hurufnya

    lebih gede dikit, hehe. Yang penting banget dibold, yang kurang penting atau nice to know

    dimiringin, mau dibaca atau kagak, terserah dah.

    Sebelum melangkah ke pembahasannya lebih jauh, kita mesti kenalan dulu nih

    sama yang namanya onkologi. Siapa tuh onkologi? Onkologi itu studi mengenai penyakit

    kanker atau keganasan atau neoplasma. Dalam studi ini tuh yang dibahas hanya

    mengenai yang ganas-ganas aja, yang jinak-jinak gak ikut-ikutan dipelajarin disini. Inget

    lagi juga kalo udah dibilang keganasan itu tuh gak semua tumor loooh, jangan sampe

    semua benjolan gak jelas yang muncul di tubuh kita malah kita sebut itu kanker atau

    keganasan, jangan sampe kaya orang awam kalo kata dokternya --

    Syarat Keganasan

    Untuk bisa disebut sebagai kanker atau keganasan itu gak bisa sembarangan looh,

    harus memenuhi beberapa kriteria atau syarat tertentu, apa sajakah itu?

    Klonalitas

    Klonalitas itu maksudnya keganasan itu berasal dari satu sel tunggal yang

    mengalami transformasi dan kemudian berproliferasi membentuk

    sebuah klon yang berisi sel-sel ganas. Sel yang mengalami keganasan tersebut

    dapat berupa sel matur maupun sel progenitor. Akibatnya sel-sel dari keganasan

    yang sama itu punya sifat yang sama, termasuk di kelainan genetik dan fenotip

    ganasnya. Jadi meskipun suatu kanker berkembang pada organ lain (pada kasus

    metastasis), kanker tersebut tetap dapat dideteksi bahwa ia merupakan suatu

    metastasis dari organ lain dengan melihat kelainan genetik dan fenotip yang ada.

    Otonom

    Otonom itu kan artinya punya hak untuk mengatur dirinya sendiri. Nah kalo

    otonomnya sel-sel kanker itu adalah dia mengatur pertumbuhan dan

    proliferasinya itu semau dia sendiri, gak ngikutin general rules yang ada

    dalam tubuh orang normal. Akibatnya sel-sel kanker itu bisa ada dalam jumlah

    yang banyak dan cepat sekali bertambahnya kalo dibandingin sama sel-sel lain

    yang normal, bahkan sel kanker itu ada yang gak bisa mati, wow :O

  • 6

    Anaplasia

    Anaplasia itu artinya lack of normal differentiation. Kan ada tuh keganasan

    yang sel yang mengalami mutasinya itu sejak dari sel progenitornya, nah biasanya

    sel-sel yang mengalami mutasi itu gak berdiferensiasi layaknya sel normal,

    melainkan tetep di satu fase untuk kemudian berproliferasi terus di fase tersebut.

    Makanya jangan heran misalnya pada suatu kasus keganasan itu ditemukan sel-sel

    muda yang jumlahnya banyak, misalnya pada leukemia myeloid akut.

    Metastasis

    Metastasis ya udah pada saktilah ya, kan udah dari tingkat 1 belajarnya :3 Intinya

    itu kemampuan dari sel kanker itu untuk menyebar dari satu bagian

    (lokasi awal tumor) ke bagian lain (tujuan metastasis). Ini nih yang jelas

    bedain tumor jinak dengan keganasan. Sekedar pengingat aja sih, metastasis itu

    bisa terjadi lewat darah atau limfe. Biasanya kalo kanker udah sampe metastasis

    sih udah rebek tuh, stadium lanjut biasanya

    Nah kalo empat syarat di atas itu terpenuhi, barulah dia sah disebut sebagai

    keganasan, kalo gak ada salah satu aja bisa diragukan apakah termasuk keganasan atau

    tidak, ibaratnya nikah, mesti ada semua syaratnya kaya ada penganten, mas kawin, saksi,

    dll, kalo enggak entar gak jadi deh nikahannya, sori jadi random -______-

    Keganasan itu golongan penyakit apa ya?

    Oke kita serius lagi, jadi berdasarkan banyak buku yang telah dibaca oleh dr. Ninik,

    bukan oleh gue --, keganasan itu dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis penyakit.

    Ada 3 nih, apaan aja tuh?

    Yang pertama itu penyakit sel dan organ, karena kan tumor itu berasal dari

    satu sel yang kemudian berproliferasi jadi satu klon (ayo apa nama syaratnya itu? Inget

    lagi) jadi dianggepnya penyakit sel. Terus misalnya aja itu sel yang mengalami mutasi

    adanya di paru, nah kan pasti dia lama-lama akan bertambah banyak dan menginvasi

    keseluruhan paru sampe akhirnya fungsi parunya sendiri keganggu, makanya itu

    dibilangnya penyakit organ.

    Yang kedua itu penyakit sistemik, karena katanya kanker itu kan sesuatu yang

    aneh atau asing bagi tubuh, makanya tubuh kita secara sistemik akan merespon terhadap

    tumor tersebut, sehingga muncul gejala atau manifestasi klinis pada tubuh manusianya,

    makanya disebutnya penyakit sistemik tuh si kanker.

    Nah yang terakhir itu penyakit genetik, karena ternyata setelah melewati

    bertahun-tahun penelitian, akhirnya diketahui bahwa penyebab kanker itu akibat mutasi

    yang terjadi pada gen, tepatnya pada gen yang tergolong sebagai onkogen atau

    supressor onkogen, apaan noh? Nanti ada dibawah penjelasannya, sabar woi --

    Karsinogen

    Ternyata untuk bisa menjadi kanker atau keganasan itu gak bisa dalam waktu

    cepat, kalo kata dr. Ninik, bukan sesuatu yang terjadi kemaren atau dalam waktu singkat,

    tapi pasti udah melalui perjalanan panjang. Mirip-mirip sama kita yang mau jadi dokterlah,

    butuh waktu yang panjang sebelum nanti menjadi dokter yang ganas :3 Proses itu

    namanya karsinogenesis, atau kalo secara bahasa itu artinya terbentuknya keganasan.

    Karsinogenesis itu dimulai dari terganggunya proses fisiologis sel normal,

    biasanya yang dimaksud adalah pada proses pembelahan sel, sehingga terjadi

    pertumbuhan dan proliferasi sel yang abnormal dan tidak terkontrol. Sebagian

    besar keganasan itu terjadi akibat eksposure dari faktor eksternal atau lingkungan.

    Penyebab dari faktor eksternal itu biasa kita sebut sebagai karsinogen, yang artinya

    adalah sesuatu yang dapat menyebabkan keganasan. Karsinogen ini sebenernya gak

    semuanya terbukti dapat menyebabkan kanker, tetapi tetap dianggap sebagai penyebab

    kanker akibat adanya keterkaitan secara epidemiologis. Terus juga dengan tetap

    menganggap sesuatu itu sebagai karsinogen kita dapat lebih berhati-hati terhadap sesuatu

    tersebut, jadi risiko terkena keganasan juga dapat diminimalisir, intinya untuk preventif aja.

    Karsinogen itu dapat dibagi menjadi 3 jenis, antara lain:

    Fisika radiasi sinar UV (kanker kulit), radiasi pengion (sinar X atau gamma,

    oleh karena itu orang yang sering bekerja dengan terkena radiasi harus diukur

    kadar radiasi yang terkespos padanya dan mendapat liburan setelah mendapatkan

  • 7

    sekian jatah radiasi), iritasi kronik pada perokok (kanker bibir -- baru tau ini

    seriusan), serat silica (pabrik genteng, katanya pekerja pada pabrik genteng

    lebih berisiko terkena kanker paru akibat silica tersebut).

    BiologisKelainan yang ditimbulkan oleh agen biologis biasanya adalah kelainan

    yang sifatnya jinak, untuk menjadi ganas, infeksi komponen biologis tersebut

    harus kronis atau laten, diikuti oleh mutasi gen tertentu, atau infeksinya dapat

    menginduksi pembentukan onkoprotein. Virus (Epstein Barr virus limfoma

    burkitts atau hodgkins, Hepatitis B Virus hepatoma, HPV kanker serviks;

    keganasan dengan penyebab virus ini biasanya dapat dicegah dengan

    menggunakan vaksin), Parasit (Schistosoma haematobium kanker kandung

    kemih, ini kasus di luar negeri), dan bakteri (Helicobacter pylorikanker

    lambung, biasanya ini terjadi pada orang yang sering mengalami gastritis,

    kasusnya udah mulai banyak)

    Kimia Karsinogen kimiawi merupakan mutagen yang poten dan dapat

    menginduksi keganasan, namun biasanya baru muncul setelah waktu laten yang

    panjang. Karsinogen kimiawi dapat dibagi menjadi 3 antara lain organik,

    inorganik, dan hormon. Karsinogen organik contohnya adalah hidrazin,

    khlorokarbon, dll, sedangkan karsinogen inorganik contohnya adalah cobalt,

    berylium, cadmium, nikel, dll. Karsinogen berupa hormon contohnya pada

    kontrasepsi hormonal yang merupakan faktor risiko untuk kanker serviks dan

    payudara. Karsinogen kimiawi yang paling sering ditemui dalam kehidupan sehari-

    hari antara lain makanan (MSG paling bahaya nih jaman sekarang, susah

    banget ngehindarinnya), asap rokok, serta bahan-bahan kimiawi yang terkandung

    pada obat-obatan dan produk industri.

    Tahapan Karsinogenesis

    Seperti yang tadi udah disinggung di atas, kalo karsinogenesis itu merupakan

    perjalanan yang panjang. Selain waktunya yang panjang, proses terjadinya keganasan

    tersebut juga terjadi dalam tubuh kita tanpa kita sadari, tau-tau udah bergejala dan parah

    aja kadang-kadang. Nah kondisi karsinogenesis ini yang menyebabkan salah satu fiturnya

    adalah natural history. Penting juga untuk mengetahui apa sih pencetus dari

    keganasannya itu, karena kadang itu gak disadarin. Terus pencetusnya itu akan diikuti oleh

    banyak faktor onkogen yang mengekspos sehingga akhirnya terjadi keganasan. Intinya

    karsinogenesis itu merupakan sekuensi perubahan sel yang terus berkembang

    secara bertahap setiap waktu.

    Nah karena karsinogenesis itu merupakan suatu sekuensi atau urutan kejadian,

    makanya salah satu fiturnya itu juga adalah adanya proses yang multistep.Yak

    karsinogenesis ini juga bisa dianalogiin dengan proses untuk pacaran, dari mulai pedekate

    sampe akhirnya jadian, panjang dan multistep bro! Apa sajakah tahapan-tahapan dari

    karsinogenesis ini? Check this out!

    Inisiasi

    Inisiasi adalah tahap dimana sel pertama kali berubah akibat terkena

    karsinogen. Perubahan ini terjadi dengan cepat dan sifatnya irreversibel. Kalo

    sel udah melewati tahap inisiasi, dia belom ganas, hanya sel yang berpotensi

    untuk menjadi ganas. Kalo dia gak terkena ekspos dari karsinogen lagi, ya dia

    bakalan gitu-gitu aja, gak ada pertumbuhan aneh-aneh karena rusaknya belom

    parah, terus gak ganggu fungsi tubuh juga karena toh dia hanya sendiri dan gak

    berproliferasi, bisa apa dia?

    Promosi

    Promosi ini lanjutan dari tahap inisiasi yang terjadi kalo sel yang udah terinisasi

    ini terus-terusan terekspos sama karsinogen secara berulang-ulang.

    Akibatnya sel yang udah berubah gennya akibat inisiasi akan makin parah

    berubahnya. Tahap ini yang biasanya lama, bisa makan waktu bertahun-tahun,

    karena gak gampang juga ngerubah gen sel itu. Kalo udah nyampe tahap promosi

    ini tinggal selangkah lagi sel jadi ganas.

    Progresi

    Tahap progresi adalah tahapan transformasi sel menjadi ganas. Sel yang

    mencapai tahapan ini merupakan sel yang udah terkena ekspos karsinogen jangka

    panjang, atau telah melewati tahapan promosi. Kalo udah sampe tahap progresi

    ini, udah gak ada jalan kembali untuk sel ganas tersebut, sebenernya dari tahap

    inisiasi dia juga udah gak bisa balik sih.

    Biar lebih gampang memahaminya, liat aja gambar di bawah ini yak, hehe. Bisa

    diliat kalo pas udah sampe tahap inisiasi itu baru ada sedikit perubahan pada sel yang

    sifatnya irreversibel, begitu promosi dia akan makin gak jelas selnya sampe akhirnya dia

    akan melewati tahap progeresi atau bertransformasi menjadi keganasan.

  • 8

    Genetika Karsinogenesis

    Tadi di awal-awal kan sempet dibahas kalo keganasan itu golongan penyakit

    genetik, inget gak? Kalo inget coba sebutin apalagi dua golongan lainnya, Nah secara garis

    besar, gen yang berperan itu onkogen dan tumor suppressor gen. Onkogen itu

    merupakan gen yang mendukung proliferasi dan pertumbuhan, sedangkan tumor suppresor

    itu merupakan gen penginhibisi proliferasi dan pertumbuhan. Ketika mutasi yang bersifat

    aktivasi terjadi pada onkogen, maka akan terjadi pertumbuhan dan proliferasi sel yang

    berlebihan yang tidak dapat ditahan oleh tumor suppressor gen yang ekspresinya biasa-

    biasa aja, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak terkontrol.

    Nah kalo terjadi mutasi inaktivasi pada tumor suppressor gen, maka gak akan

    ada pembatas dari proliferasi yang disebabkan oleh onkogen yang sebenernya normal,

    sehingga hasilnya sama seperti mutasi aktivasi pada onkogen, yaitu pertumbuhan yang tak

    terkontrol sehingga mudah terjadi gangguan pada sel (inget kalo semakin sel sering

    berproliferasi kemungkinan untuk terjadi mutasi akibat miss pada sistem koreksi DNA saat

    pembelahan sel juga makin besar), juga diferensiasi dan maturasi akan menjadi abnormal

    serta terhambat. Pada suatu keganasan, mutasi dapat terjadi pada salah satu dari gen

    tersebut atau bahkan kedua-duanya. Oh iya, mutasi pada keganasan itu mayortiasnya

    adalah mutasi pada sel somatik, jadi gak akan diturunkan, tetapi pada beberapa kasus juga

    dapat terjadi mutasi pada sel germinal. Biar enak mahaminnya juga, sekalian dilampirin deh

    skema untuk paragraf ini dari slide kuliah.

    Sekarang mari kita bahas satu-satu dari kedua gen yang berperan pada

    karsinogenesis, yooook :3

    Onkogen

    Onkogen merupakan sekuensi DNA yang dapat menyebabkan keganasan.

    Kebanyakan onkogen itu gak bisa nyebabin keganasan secara langsung sendirian, tetapi

    diperlukan beberapa tambahan-tambahan kaya mutasi pada gen lain, misalnya tumor

    suppressor gen, atau ekspos terhadap faktor lingkungan yang karsinogenik. Ketika onkogen

    terbentuk maka itu adalah awal terbentuknya kanker yang diperantarai oleh protein hasil

    ekspresi onkogen tersebut di dalam sel. Apabila terbentuk satu saja onkogen pada sebuah

    sel, itu udah cukup banget buat ngehasilin transformasi keganasan, tinggal liat aja gimana

    perkembangannya nanti, tergantung ekspos dari karsinogen juga.

    Onkogen itu sebenernya udah merupakan sesuatu yang gak normal di dalam

    tubuh. Lah kalo gak normal darimana dong dia datangnya? Masa tau-tau ada di dalam sel

    tubuh? Nah jadi sebenernya onkogen itu berasal dari gen yang namanya proto-onkogen.

    Kalo proto-onkogen ini emang gen normal dalam sel yang memegang peranan kunci

    dalam proses proliferasi dan diferensiasi sel. Kalo dalam sel normal, ekspresi proto-

    onkogen itu diperlukan banget buat pertumbuhan dan perkembangan sel dan dia gak bisa

    bikin keganasan karena dikontrol ketat oleh tumor suppressor gen, sehingga kadang

    tumor suppressor gen juga disebut sebagai anti-onkogen.

    Perubahan proto-onkogen menjadi onkogen itu dapat terjadi dalam 2 cara yaitu

    kuantitatif dan kualitatif. Kalo kuantitatif itu intinya terjadi overekspresi dari proto-

    onkogen sehingga produknya akan meningkat, kalo kualitatif emang fungsi gennya yang

    berubah. Nah perubahan ini bisa terjadi hanya dengan sedikit saja modifikasi yang

    irreversibel pada susunan gennya. Makanya bahaya banget ini, jangan sering-sering

    terpapar karsinogen dah. Seperti yang telah disinggung di atas, perubahan dari proto-

    onkogen menjadi onkogen itu merupakan mutasi aktivasi. Tipe mutasi aktivasi proto-

    onkogen itu ada 3, antara lain mutasi yang menyebabkan perubahan struktur

    protein (terbentuknya protein abnormal hasil ekspresi gen), mutasi yang menyebabkan

    perubahan konsentrasi protein (akibat termodifikasinya pusat kendali transkripsi

    sehingga ekspresi gen menignkat), dan translokasi kromosom(hasilnya bisa perubahan

    struktur dan konsentrasi protein).

    Pengaturan perilaku pertumbuhan dan perkembangan sel merupakan suatu

    mekanisme kompleks yang melewati beberapa jalur persinyalan, dimulai dari faktor

    pertumbuhan dan reseptornya, jalur persinyalan intrasitoplasma, hingga terjadi transkripsi

    protein yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan sel. Oleh karena ribetnya

    pengaturan tersebut, maka banyak juga dong gen yang berpotensi menjadi onkogen

    dengan fungsi spesifik pada pertumbuhan sel yang berbeda-beda pula. Di samping ini ada

    beberapa tipe onkogen beserta contohnya, pesen dr. Ninik sih gak usah diapalin, capek,

    kecuali yang dibold aja, hehe.

  • 9

    Fungsi Onkogen Onkoprotein

    Growth factor sis

    hst

    PDGF (Platelet derived growth factor) B

    FGF (Fibroblast growth factor) related factor

    Reseptor tyrosin kinase er-B-1, -2, -

    3, -4

    EGFR (Epithelial Growth factor Receptor)

    dan variannya

    Kinase fms Reseptor CSF (Colony Stimulating Factor) -1

    mutan

    Non reseptor src, yes Transduktor sinyal

    Tyrosin kinase fgr, fps

    Membran H-ras, K-ras Transduktor sinyal

    Protein G N-ras

    Faktor Transkripsi fos, jun

    myc

    Ekspresi gen

    Kontrol

    Apoptosis blocking

    factor

    bcl-2 Memblok apoptosis yang diinduksi myc

    Tumor Suppressor Gen

    Tumor suppressor gen itu adalah gen yang melindungi sel dari langkah-

    langkah perubahan menjadi keganasan. Kalo misalnya gen ini rusak, maka sel dapat

    sangat mudah berubah dari awalnya sel yang biasa aja menjadi sel yang ganas. Nah

    setelah tau definisinya, tau dong fungis sel ini apa? Yap bener banget, sel ini merupakan

    lawannya onkogen yang tadi kita bahas, simpelnya anti-onkogen. Gen ini bersifat represif

    atau menekan regulasi dari pembelahan sel (nahan biar selnya gak bisa proliferasi)

    sama mempromosikan apoptosis (ini gunanya kalo di suatu sel tiba-tiba ada kelainan

    genetik atau mutasi gitu, maka gen tumor suppressor ini akan langsung ngebuat sel

    tersebut mati sebelom jadi banyak).

    Nah coba bayangin gimana kalo si tumor suppressor gen ini mengalami mutasi

    atau defek? Tentunya gen-gen yang meregulasi proliferasi sel akan berjaya kan? Jadinya

    akan terjadi proliferasi terus menerus, dan inget lagi kalo semakin sering proliferasi terjadi

    pada sebuah sel maka kemungkinan terjadinya mutasi pada sel tersebut akan semakin

    meningkat. Selain itu karena promosi apoptosis juga berkurang kalo misalnya gen ini

    mengalami mutasi, makanya kematian sel otomatis akan berkurang, akibatnya makin

    banyak deh sel tua dalem tubuh. Nah kan semakin tua sel itu semakin tinggi juga

    kemungkinan kena mutasinya, karena waktu dia terekspos sama karsinogen semakin lama.

    Sekedar tambahan nih, tumor suppresor gen itu ditemuinnya melalui percobaan in

    vitro dimana dilakukan fusi antara sel normal dengan sel kanker dan ternyata hasilnya

    adalah suatu hibrid yang gak lagi punya ciri-ciri kanker. Artinya di sel normal itu ada

    sesuatu yang bisa menekan perkembangan dari kanker tersebut atau kerennya punya

    aktivitas anti onkogen, nah sejak itulah mulai diteliti si tumor suppressor gen.

    Berikut ini adalah jenis-jenis gen tumor suppressor, lagi-lagi yang disuruh diapalin

    akan dibold, silahkan liat tabel di bawah:

    Gen Supressor Tumor Kondisi Kanker pada Manusia

    p53 Sindrome Li-Fraumeni Sarkoma, leukemia, kanker otak

    dan payudara

    WT-1, U Tumor Wilms Nefroblastoma

    MSH-2, PMS-2 Nonpolyposis herediter Adenoma dan adenoca kolon

    APC, MCC Familial Adenomatosa

    Polyposis (FAP)

    Adenoma dan adenoca usus

    besar

    NF-1 Neurofibromatosis Neurofibroma

    RB-1 Retinoblastoma Retinoblastoma

    BRCA-1 Karsinoma payudara

    familial

    Kanker payudara

    MEN-1 Multiple Endocrine

    Neoplasia type-1

    Tumor endokrin pankreas dan

    adenoma pituitari

    DCC Deleted in Colon carcinoma Polip adenomatosa kolon

    Capek? Sama, tapi bentar lagi beres kok, ayo bertahan ya kawan-kawan

    menghadapi kuliah ini -______-

    Kanker = takdir --

    Saat kuliah, berapa kali dr. Ninik berkata bahwa kanker itu takdir. Sebelum

    menjelaskan lebih baik liat gambar disampingnya yak . . .

    Udah? Sip. Kenapa takdir? Karena seperti kita liat pada gambar bahwa pada siklus

    sel itu terdapat yang namanya checkpoint yang berada sebelum dimulainya fase S

  • 10

    (sintesis) dan sebelum fase M (mitosis). Nah mutasi itu rentan terjadinya saat fase G1 dan

    G2, bisa diliat juga kalo pada fase G1 itu tempat rawan mutasi karena pada fase tersebut

    merupakan waktu kerjanya proto-onkogen (growth factor, dll) pada siklus sel normal.

    Mekanisme checkpoint itu bekerja untuk mengatasi terjadinya mutasi tersebut dengan cara

    berperang melawannya, pilihannya ada dua yaitu menang atau kalah. Kalo menang artinya

    akan dilakukan perbaikan pada kerusakan gen, namun apabila kalah atau tidak dapat

    diperbaiki sepenuhnya maka pembelahan sel akan berhenti untuk selamanya atau sel akan

    diinduksi untuk berapoptosis, sehingga keganasan berhasil dicegah kemunculannya.

    Misalnya checkpoint gagal gimana? Nah itu dia sumber inisiasi keganasan, kalo

    fase checkpoint udah lewat semua dan selnya udah keburu membelah yaudah irreversibel

    dah itu mutasinya dan klon-klon dari sel berikutnya juga gennya tuh gen yang sudah

    bermutasi. Kegagalan dari checkpoint itu sebenernya jarang banget loh, hanya satu dari

    sekian sangat banyak checkpoint yang gagal karena emang dasarnya tuh kerjanya sistem

    checkpoint itu akurat banget. Nah kemungkinan terjadinya gagal itu tergantung juga dari

    banyaknya proliferasi, maka semakin banyak proliferasi, akan semakin tinggi pula

    kemungkinan untuk terjadinya kegagalan atau mutasi. Jadi intinya kegagalan pada siklus

    sel yang dapat menginduksi terjadinya keganasan itu adalah takdir karena jarang terjadi

    dan gak terjadi juga di semua orang, gak bisa diperkirakan siapa yang kena siapa yang gak

    kena, bahkan kapan kenanya pun gak bisa diprediksi.

    Pada suatu keganasan sering kali mutasi yang terjadi itu gak hanya pada satu gen

    atau satu jenis gen saja, melainkan melibatkan banyak gen dan kedua tipe jenis gen

    (onkogen dan tumor suppressor gen). Alesannya sih emang karena mutasi satu gen aja

    seringkali gak cukup untuk menyebabkan karsinogenesis. Nah cerita karsinogenesis yang

    tersering itu dapat diliat pada gambar di sebelah belakang yang ada frame warna

    kuningnya. Cerita singkatnya ada di paragraf berikut, terserah mau dibaca atau kagak kalo

    ngerasa udah paham sama gambarnya, bisa diskip broooo (y)

    Pertama-tama, mutasi yang merupakan inisiasi yang paling sering terjadi adalah

    inaktivasi tumor suppressor gen yang akan menginduksi sel berproliferasi tak

    terkontrol, namun belum menjadi keganasan. Kemudian akibat proliferasi yang meningkat

    tersebut, kemungkinan terjadinya mutasi juga akan meningkat (ini perasaan diulang-

    ulang terus dah statement proliferasi meningkat maka kemungkinan mutasi meningkat,

    maaf ya -___-). Mutasi yang berikutnya terjadi adalah mutasi pada gen DNA repair,

    akibatnya apabila terjadi kerusakan DNA pada tahap pembelahan sel, maka tidak akan

    terjadi perbaikan. Kalo DNA repairnya udah ngaco mah udah parah ujung-ujungnya ini.

    Berikutnya akan terjadimutasi proto-onkogen menjadi onkogen yang kemudian diikuti

    oleh mutasi inaktivasi tumor suppressor gen lainnya, hingga akhirnya

    bertransformasi menjadi keganasan.

    Transduksi Sinyal

    Pendahuluan dikit yaaa guys tentang transduksi sinyal, seperti biasa suka-suka lo

    dah mau dibaca atau kagak . . .

    Sel yang normal itu memerlukan sinyal pertumbuhan (growth factor) sebelum ia

    berubah dari status istirahat ke status aktif berproliferasi, gak bisa asal-asalan yang gak ada

    angin gak ada ujan tau-tau proliferasi aja --. Sinyal-sinyal ini kemudian ditransmisikan ke

    dalam sel melalui reseptor transmembran yang mengikat molekul-molekul spesifik, yaitu

    faktor pertumbuhan, komponen matriks ekstraseluler, dan molekul adhesi atau molekul

    interaksi antarsel. Penelitian yang telah dilakukan sampai saat ini menganggap bahwa sel

    normal tidak dapat berproliferasi tanpa adanya sinyal dari molekul-molekul

    spesifik tersebut. Sifat ini bertentangan banget nih sama sifat sel tumor yang untuk

    pertumbuhannya tidak bergantung pada sinyal yang datang dari luar sel. Sel tumor itu

    memiliki kemampuan untuk menghasilkan sinyal pertumbuhan sendiri sehingga

    tidak bergantung pada sinyal pertumbuhan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Banyak

    onkogen yang telah diketahui dapat meniru sinyal pertumbuhan. Dengan meniru sinyal

    pertumbuhan dan mentransmisikan sinyal ini, onkogen atau onkoprotein terbukti dapat

    memodifikasi kerja mesin pengontrol pertumbuhan hingga sel-sel ganas menjadi bersifat

    otonom dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

  • 11

    Transduksi sinyal itu merupakan setiap proses perubahan suatu sinyal atau

    stimulus dari satu jenis sinyal menjadi sinyal lainnya yang terjadi di sel.

    Mekanisme tranduksi sinyal ini penting banget dalam mekanisme proliferasi dan diferensiasi

    sel yang diinduksi oleh sinyal pertumbuhan. Proses transduksi sinyal ini meliputi sekuensi

    beraturan reaksi biokimia di dalam sel, difasilitasi oleh enzim, aktivasi oleh

    second messenger, dan jalur transduksi sinyal yang baik merupakan hasil

    akhirnya.

    Proses transmisi sinyal yang paling rumit adalah transmisi sinyal sitoplasmik

    karena proses itu melibatkan sejumlah protein sitoplasmik yang menerima sinyal dari

    reseptor yang diaktivasi oleh faktor pertumbuhan, terus memprosesnya, dan kemudian

    meneruskan sinyal itu ke protein berikutnya. Reaksi enzimatik yang terjadi pada reseptor

    dan reaksi enzimatik lainnya yang bekerja bersamaan dapat menghasilkan berbagai jenis

    respons pada berbagai lokasi di dalam sel. Jadi dari satu sinyal bisa menghasilkan banyak

    respon, kalo sinyal itu mengaktifkan banyak jalur transduksi sinyal. Protein penerus sinyal

    itu juga dapat bertindak sebagai amplifier yang menerima sinyal kecil dan meresponnya

    dengan sinyal yang lebih kuat. Nah kalo sel yang udah menjadi ganas itu, protein-protein

    yang pada terlibat dalam transduksi sinyal dapat meneruskan dan memperkuat sinya

    walopun kagak ada sinyal yang diterima sama reseptor atau bahasa gaulnya tuh autocrine

    stimulation.

    Penjelasan dari gambar simpel di atas yang merupakan hasil karya dr. Ninik ini

    sebagai berikut: *lagi-lagi terserah lo mau dibaca apa kagak kalo udah ngerti, sekip aja

    sekip (y)*

    Gambar ini menjelaskan mengenai transduksi sinyal secara sederhana pada

    proliferasi sel. Awalnya berasal dari perangsangan yang datang merangsang reseptor pada

    membran sel. Rangsangannya itu dapat berupa stimulator pertumbuhan atau inhibitor

    pertumbuhan. Reseptor membran sel tersebut kemudian akan teraktivasi dan menginduksi

    jalur second messenger, misalnya tirosin kinase sitoplasmik, GTP binding protein,

    dan nuclear binding protein. Ujung-ujungnya tuh akan menjadi faktor transkripsi yang

    mengatur transkripsi DNA di nukleus. Hasil dari keberadaan faktor transkripsi tersebut

    adalah terekspresikan atau tidaknya suatu gen, ibaratnya sebuah saklar on/off. On atau off

    nya ekspresi gen pada pembelahan sel itu tergantung dari mana yang paling banyak atau

    dominan merangsang sel, kalo misalnya stimulator pertumbuhan yang dominan maka gen

    pembelahan selnya akan terekspresikan atau sinyal ON, sedangkan kalo yang dominan itu

    inhibitor pertumbuhan maka gen pembelahan selnya tidak terekspresi atau OFF. Kalo sinyal

    ON itu hasil translasinya adalah protein yang merangsang proliferasi sel, sedangkan kalo

    OFF itu tidak tertransalasi protein atau malah akan mengaktivasi jalur persinyalan

    apoptosis.

    Gile udah 7 halaman, banyak bener bahasannyaaaaaa -____- maap yak, tapi emang

    meskipun slidenya dikit, tapi penuh makna per slidenya, ini tinggal bagian terakhir kok,

    keep the spirit!!

    Apoptosis

    Apoptosis adalah kematian sel terprogram yang terjadi pada organisme

    multiseluler. Melalui mekanisme ini, sel-sel yang mengalami mutasi atau kelainan di DNA

    dapat dimatikan sehingga mencegah kemungkinan terjadinya transformasi menjadi

    keganasan. Sekedar pengingat, tumor suppressor gen merupakan gen yang mengatur

    apoptosis. Apoptosis itu terjadi melalui serangkaian proses yang ujungnya adalah adanya

    suatu karakteristik morfologi sel dan akhirnya kematian sel. Gambar prosesnya dapat dilihat

    pada gambar di samping. Salah satu penyebab keganasan adalah mekanisme apoptosis

    yang terhambat atau mengalami malfungsi di suatu sel, yang biasanya karena inaktivasi

    tumor suppressor gen. Malfungsi tersebut dapat terjadi akibat terganggunya struktur atau

    tidak terekspresikannya gen pro-apopotik atau overekspresi dari gen anti-apoptotik.

  • 12

    Intinya keganasan itu terjadi karena proliferasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan

    mekanisme penahannya dan apoptosis. Keganasan terjadi dalam beberapa tahap yang

    membutuhkan waktu lama dan dimulai dengan suatu mutasi inisiasi yang kemudian

    diperparah oleh tereksposnya sel terhadap pelbagai karsinogen. Keganasan juga dapat

    terjadi tidak memandang umur, lokasi, dan jenis kelamin seseorang, tidak hanya terjadi

    karena ada niat jahat karsinogen tapi karena anda sendiri yang lengah akan mereka,

    waspadalah waspadalah!!

    Hore abis juga tentirnya, fiuuuh, maaf ya kalo kepanjangan tentirnya dan

    kebanyakan gak jelasnya -____- Terima kasih untuk semua yang membantu

    terselesaikannya tentir ini, terutama Jeane Andini atas pinjeman buku dan LTM-nya yang

    sangat membantu, hehehe. Mohon maaf kalo banyak salah juga, ngerjainnya dalam

    suasana euro sih. Apabila ada ralat segera ditujukan ke saya atau dibuat di milis aja,

    cepetan yak, jangan ditunda-tunda atau MT ralatnya disimpen sendirian mentang-mentang

    tau, kalo tau dibagi-bagi ke angkatan dong *becanda deng* hehehe. Makasih semuaaaa :3

    [Adam Prabata]

    T-20 LEUKEMIA AKUT

    Sebelumnya mau minta maaf kalau nantinya tentir ini kurang memuaskan karena

    sejujurnya gue ga merhatiin kuliahnya, tapi thanks to gusti dengan rekaman kuliahnya dan

    evan regar dengan LTM-nya gue bersotoy ria mencoba membuat tentir ini. Oh iya kalau

    nanti ada yang dimiringin jadi agak beda seperti ini, itu bukan salah tukang fotokopian tapi

    itu memang info yang ditambahkan dan ga ada di slide. Btw entah bagaimana gue berhasil

    membuat kuliah yang sebenarnya hanya setengah jam jadi tentir yang cukup panjang -___-

    maap. Enjoy!

    Kanker merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal dan disebabkan

    oleh mutasi pada DNA atau adanya perubahan pada kromosom. Di tubuh kita

    sendiri juga sudah ada gen supresor tumor atau protoonkogen yang nantinya akan

    ditentukan nasibnya oleh DNA apakah si supresor akan teraktivasi atau tidak sehingga si

    protoonkogen bisa aktif atau tidak.

    Bisa dilihat juga di slide keempat, kanker pada anak-anak di RSCM selama tahun

    2000-2011 paling banyak adalah leukemia akut dan diikuti oleh retinoblastoma. Beda

    ga sih sama bule-bule di luar sana? Beda dikit doang. Leukemia akut di luar negeri juga

    termasuk yang sering terjadi pada anak, cuma bedanya retinoblastoma kalo di luar negeri

    deteksi dininya lebih bagus jadi prevalensinya lebih sedikit.

    Okeh sekarang masuk ke leukemia.

    Tanda dari leukemia adalah akumulasi sel darah putih abnormal baik di

    sumsum tulang maupun darah tepi. Hingga saat ini belum ada konsep pasti diketahui.

    Tapi hipotesis yang ada saat ini adalah adanya defek pada maturasi sel darah putih yang

    mungkin melibatkan blocking pada diferensiasi dan/atau apoptosis dan membutuhkan

    adanya defek genetik dan dapat menyebabkan hal-hal yang masih belom jelas hingga saat

    ini. Perubahan yang terjadi pada leukemia biasanya membutuhkan adanya perubahan

    genetik dan pada leukemia seringkali terdapat translokasi kromosomal.

    Seringkali orang tua bertanya, Dok mengapa anak saya terkena leukemia? Mengapa dok

    mengapa? Salah makan? Atau karena polusi? Atau karena suami saya gak ganteng?

    Rupanya pernah dilakukan penelitian yang menunjukkan bahwa untuk radiasi tinggi(iya

    emang ga nyambung sama pertanyaan pasien barusan) seperti sutet misalnya, itu malah

    tidak berpengaruh dengan leukemia. Yang katanya cukup signifikan malah pajanan main

    playstation. Jadi untuk etiologi, leukemia akut kurang dipengaruhi dengan radiasi, kecuali

    radiasinya sangat tinggi seperti survivor bom atom Hiroshima-nagasaki. Etiologi lain yang

  • 13

    berperan dalam leukemia akut adalah genetik (trisomi 21 akan dapat menyebabkan AML,

    terutama translokasi t(12;21)(p13;q22) yang menyebabkan protein fusi). Kalau berdasarkan

    slide, penyebab leukemia akut umumnya idiopatik, kondisi genetik atau herediter,

    ionizing radiation, zat kimia, obat-obatan, gangguan hematologi lain, atau virus

    seperti Epstein barr.

    Sebenernya, kenapa sih bisa terjadi leukemia?

    Seperti yang bisa dilihat di slide ke-enam, terdapat dua mekanisme utama terjadinya

    leukemia akut, ada yang hilang dan ada yang nambah. Maksudnya? Jadi terjadi

    kehilangan faktor transkripsi untuk diferensiasi sel darah putih sehingga

    terhambatlah diferensiasi yang harusnya terjadi. Tapi meski ada yang kehilangan, ada

    juga yang nambah, yakni fungsi dari tirosin kinase. Karena ada mutasi, proliferasi

    yang terjadi meningkat. Kombinasi kehilangan dan pertambahan yang ada

    mengakibatkan leukemia akut.

    Mengapa leukemia akut itu penting untuk kita ketahui?

    Karena bisa jadi inspirasi buat bikin klimaks di sinetron. Engga deng. Karena leukemia itu

    biasanya merupakan keganasan hematologi, kalo ga ditatalaksana bisa fatal dalam

    hitungan bulan atau bahkan minggu. Dan meski sudah ditatalaksana, belom tentu bisa

    sembuh total karena ada yang namanya komplikasi. Komplikasi sendiri tergantung dari

    tipe tatalaksana yang dilaksanakan (operasi atau kemoterapi atau radioterapi) serta pada

    masa apa leukemia tersebut mulai ditatalaksana. Oleh karena itu leukemia harus ditangani

    sejak dini. Berhubung gejala klinisnya dia tidak ada yang khas, maka kalo ada yang

    bermasalah sama lab ditambah dengan gejala klinis yang ada, harus segera suspek

    leukemia

    Leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanannya (kronik atau akut) serta

    sel apa yang menjadi ganas (myeloid atau limfoblastik), atau versi panjangnya ada

    empat klasifikasi yakni acute lymphoblastic leukemia (ALL), acute myeloid leukemia

    (AML), chronic myeloid leukemia (CML), serta chronic lymphocytic leukemia

    (CLL). CLL cukup jarang terjadi pada anak-anak dimana pada anak-anak yang sering

    terjadi adalah ALL. ALL 70% curable. Baik ALL maupun AML lebih sering terjadi pada

    pria dibandingkan wanita. Tapi kebalikan dengan ALL, AML lebih sering terjadi di orang

    dewasa serta susah disembuhin.

    Tentunya semua teman-teman sudah paham dengan hematopoiesis dimana satu stem cell

    bisa berubah menjadi lymphoid progenitor atau myeloid progenitor dan lalu berdiferensiasi

    dan menjadi matang. Nah, pada leukemia, disitulah terjadi kelainannya. Di saat orang

    normal sel-nya mengalami diferensiasi dan maturasi, penderita leukemia mengalami

    penghambatan jadi yang ada hanyalah sel-sel muda a.k.a si blast. Hal ini yang

    menyebabkan yang ada di penderita leukemia hanyalah monoblast. Berhubung masih

    blast dia masih ada anak inti dan kalo pecah, maka akan terbentuk asam urat dan keluar

    natrium, kalim, serta folat. Selain itu kalo dicek di bone marrow penderita maka akan

    didominasi oleh blast saja.

    Saat ini, untuk ALL, 5-year-survival-rate-nya cukup bagus, yakni 70%, yang 30%nya lagi?

    Jadi masih ada beberapa anak yang resisten dengan terapi yang diberikan. Untuk AML tidak

    disebutkan dengan pasti berapa 5-year-survival-ratenya namun lebih rendah dibandingkan

    ALL.

    Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL)

    Sekitar 70% leukemia akut adalah ALL. (ini berdasarkan rekaman kuliah, kalau

    berdasarkan slide tulisannya 60%............... nahlolo). ALL lebih berbahaya kalo yang

    bermasalah adalah sel T, oleh karena itu kalo kebetulan pasien kita nantinya ALL yang sel T,

    jangan lupa untuk edukasi orang tua pasien bahwa tatalaksananya akan sedikit lebih sulit.

    Untuk penegakan diagnosis, pada anamnesis dan PF tidak akan kita temukan gejala khas,

    paling salah satu yang bisa cukup membantu adalah demam naik turun udah lama

    padahal sudah dikasih obat. Tapi bukan berarti kalo kayak gitu fix leukemia karena itu

    adalah tanda dari keganasan atau penyakit autoimun.

    Jadi selain anamnesis dan PF, yang perlu kita lakukan adalah pemeriksaan darah,

    pemeriksaan bone marrow, dan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya. Untuk

    pemeriksaan darahnya berhubung ada masalah sama sumsum, tentunya dapat terjadi

    anemia dan trombositopenia, namun anehnya leukosit mungkin masih normal

    atau malah bisa meningkat? Hah iya? Boong deh pasti. Enggak boong deh suer, jadi

    untuk leukosit itu, alat hitung masih belom bisa membedakan blast sama yang

    sudah matang, jadi karena ada blast dihitung leukosit, jadi leukosit yang sebenarnya

    sedikit pun terhitung normal.

    Saat PF anamnesis dan hasil lab sudah menunjukkan kecurigaan ke arah leukemia, lakukan

    pemeriksaan bone marrow, yang diperiksa apa? Lihat berapa persen sel blast yang ada

    dan apakah ada supresi pada hematopoiesis. (bone marrow examination akan dibahas

    lebih lanjut nanti). Untuk penegakan diagnosis aja, sebenernya sampe tahap bone marrow

    sini udah bisa ditegakkan karena gold standardnya adalah bone marrow examination.

    Tapi, untuk tatalaksana dibutuhkan beberapa pemeriksaan lagi seperti cytochemical

  • 14

    stains, immunophnotyping, cytogenetics, serta molecular studies karena bahkan

    sesama ALL aja antara yang sel T dan sel B akan berbeda penatalaksanaannya.

    Mari sekarang kita bahas bone marrow examination

    Kenapa harus diperiksa sumsum tulangnya? Karena ini gold standardnya untuk leukemia

    akut. Acute leukemias are defined by the presence of > 20% blasts in bone

    marrow (% of nucleated marrow cells). Selain itu, pemeriksaan bone marrow juga berguna untuk menentukan tipe dan prognosis. Kapan perlu dilakukan bone marrow

    puncture (BMP)? Saat ada sel atipikal di darah tepi atau saat anemia atau

    trombositopenia yang ga jelas kenapa. Kalo ga dapet informed consent buat BMP

    karena takut sakit gimana dong? Sebenarnya masih bisa dilakukan pemeriksaan dari darah

    tepi dengan syarat leukosit >50.000 (kalo di dharmais 20.000) serta kandungan sel

    blast>50%, cuma ya teteup gold standardnya BMP. Selain itu bisa juga dari efusi pleura

    dan biasanya yang dari efusi pleura terjadi karena ga sengaja (mau meriksa yang lain tapi

    tiba-tiba ketemu blast di efusi). Ada satu lagi pemeriksaan yang bisa dilakukan yakni

    pemeriksaan CNS karena biasanya ALL bisa memengaruhi SSP pasien.

    Untuk gejala sebenarnya tidak khas namun dapat disebabkan karena marrow failure,

    tissue infiltration, leukostasis, serta gejala pendamping.

    Sesuai nama dan fungsinya, ketika terjadi marrow failure, maka terjadi neutropenia,

    anemia, serta trombositopenia. Pada neutropenia maka akan terjadi infeksi dan sepsis,

    kalo anemia maka akan lemas dan pucat, sementara trombositopenia akan menyebabkan

    perdarahan.

    Untuk tissue infiltration, ini yang bisa membedakan leukemia dengan salah satu

    diagnosis bandingnya yakni anemia aplastik. Tissue infiltration menyebabkan

    terjadinya hepatomegaly, splenomegaly, serta pembesaran kelenjar getah bening.

    Selain itu dapat pula terjadi hipertrofi gusi dan nyeri pada tulang. Kalo infiltrasinya

    sampe ke CNS, maka bisa terjadi blurry vision, strabismus, jalan ga bener, dan lain-lain.

    Kalo pada cowok juga bisa terjadi infiltrasi ke testis.

    Leukostasis adalah akumulasi sel blast pada mikrosirkulasi dan terjadi pada sel

    darah putih > 50x109/L. Leukostasis merupakan suatu hal yang membahayakan.

    Kenapa? Karena layaknya beha baru yang masih kaku, sel blast yang juga merupakan sel

    masih baru a.k.a masih muda juga masih kaku karena masih mengandung anak inti.

    Kekakuan ini menyebabkan sel blast lebih tidak mobile dan menyebabkan gangguan

    mikrosirkulasi dan sangat berbahaya pada organ otak dan paru-paru.

    Gejala tambahan yang dapat terjadi pada penderita leukemia adalah demam naik turun

    yang tidak membaik walau sudah dikasih obat. Bisa juga terdapat penurunan berat badan

    meski tidak sesering demam terjadinya. Untuk penurunan berat badan pada anak perlu

    waspada kalo tiap bulan anak turun berat badan setidaknya 1kg.

    Untuk diagnosis bandingnya ada beberapa, yakni limfoma, sindrom mielodisplastik,

    multiple myeloma, anemia aplastik, anemia megaloblastik karena defisiensi B12,

    serta limfositosis karena infeksi. Untuk limfoma sama dengan leukemia pada

    pemeriksaan bone marrow, tapi dapat dibedakan dengan anamnesis dan PF lainnya. Kalo

    multiple myeloma jarang di anak-anak, anemia aplastic tadi sudah disebutkan bahwa pada

    anemia aplastic tidak ada hepatomegaly atau splenomegaly karena ga ada tissue infiltration,

    kalo anemia megaloblastik sebenernya dapat menjadi diagnosis banding karena pada

    leukemia, terjadi penggunaan folat lebih tinggi sehingga kondisi anemia megaloblastik

    defisiensi folat bisa jadi merupakan fase preleukemia, karena itu yang jadi diagnosis

    banding adalah anemia megaloblastik yang defisiensi B12.

    Bisa dilihat di grafik bahwa sebenarnya leukemia baru mulai bermanifestasi klinis pada

    bulan ke-8 perjalanan penyakit, dan dapat dilihat bahwa meski sudah tidak ada gejala

    masih butuh waktu lama hingga pasien dapat dinyatakan sembuh.

    Untuk terapinya sendiri, yang paling kuratif adalah transplantasi sumsum tulang,

    namun tidak semua penderita bisa ditransplantasi.

    Untuk terapi classical approach pada ALL dapat dibedakan menjadi lima fase, yakni induksi

    kemoterapi, konsolidasi remisi, intensifikasi, profilaksis CNS, serta maintenance

    sementara pada AML fase-nya adalah induksi dan konsolidasi.

  • 15

    Alur Talaksana ALL Alur Tatalaksana AML

    Prinsip dari tatalaksana leukemia adalah kemoterapi yang diberikan merupakan

    kombinasi dengan goal pertama kemoterapi adalah complete remission dan

    pencegahan relapse, meski demikian kemoterapi tidak bisa berjalan sendiri namun perlu

    dilakukan bersamaan dengan supportive medical care yang mencakup transfusi,

    antibiotik, serta nutrisi dan support psikososial baik untuk pasien maupun

    keluarganya. Treatment strategy yang digunakan pada terapi ALL bergantung pada risk

    qualification, imunophenotype sel leukemia (Sel T, early B atau late B), usia dan kondisi

    biologis, serta tujuan perawatan. Untuk durasinya biasanya pada ALL memakan waktu 2

    tahun sementara AML biasanya terapi diberikan hanya 3 bulan namun tingkat

    kekambuhannya lebih tinggi.

    Pada ALL, tidak digunakan sistem stadium namun menggunakan risk classification.

    Beberapa hal yang menjadi penentu klasifikasi ALL adalah jumlah sel darah putih,

    dimana lebih tinggi memiliki resiko yang lebih tinggi, sel yang terkait (sel B atau sel T, sel

    T lebih bahaya), usia pasien (lebih bahaya pada usia >10 tahun atau

  • 16

    T-21 PENYAKIT MYELOPROLIFERATIF

    Assalamualaikum wr wb.

    Selamat datang di materi mieloproliferatif.. Mudah2an tentirnya bermanfaat. Mohon maaf

    sekali kalau masih banyak kekurangan di sana sini. Mohon maaf juga kalau tentirnya slide

    banget dan hoffbrand banget..

    Yuk, kita mulai dengan membaca Bismillaahirrahmaanirrahiim

    Kita udah tau kan perkembangan sel darah yang bermula dari sel pluripotent yang

    kemudian akan berdiferensiasi menjadi sel progenitor mieloid dan sel progenitor limfoid. Sel

    progenitor mieloid kelak akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel eritrosit,

    trombosit, monosit, neutrofil, eosinofil, serta basofil. Sedangkan sel progenitor akan

    berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel B, sel T, dan sel NK.

    Nah, kali ini akan dibahas mengenai kelainan mieloproliferatif yang melibatkan turunan dari

    sel progenitor mieloid.

    Myeloproliferative Disorders (MPD) adalah sekelompok keadaan yang ditandai oleh

    proliferasi klonal dari satu atau lebih komponen hematopoietic di sumsum tulang, dan pada

    banyak kasus lainnya juga sering terjadi di hati dan limpa.

    Pada MPD dikenal ada dua kelompok berdasarkan jenis mutasinya :

    1. Mutasi JAK2

    Kebanyakan reseptor growth factor hematopoietik tidak memiliki aktivitas kinase

    intrinsik melainkan berhubungan dengan protein kinase seperti JAK2 di sitoplasma.

    Ketika reseptornya berikatan dengan growth factor otomatis domain sitoplasmiknya

    akan saling berdekatan sehingga mengaktifkan protein JAK2 melalui fosforilasi.

    Saat teraktivasi, JAK2 akan membantu sel untuk bertahan hidup bahkan

    berproliferasi. Hal ini dilakukan melalui tiga jalur, yaitu :

    1. Faktor transkripsi STAT

    2. Jalur P13K dilanjutkan dengan Akt yang mengaktifkan faktor transkripsi

    3. Ras yang mengaktifkan ERK dan MAPK yang selanjutnya juga mengaktifkan

    faktor transkripsi

    Nah, apabila terjadi mutasi pada Val617Phe di JAK2 ternyata si JAK2 akan

    teraktivasi meskipun tidak sedang berikatan dengan growth factor. Apa akibatnya

    ?? Sel akan hidup lebih lama bahkan proliferasi akan terjadi secara berlebihan.

    Contoh kelainannya adalah :

    a. Polisitemia Vera (PV)

    b. Essential Trombochytemia (ET)

    c. Myelofibrosis (MF)

    2. Gen Fusi BCR-ABL

    a. Chronic Myeloid Leukemia (CML)

    Kelainan-kelainan tersebut dapat timbul melalui mutasi somatik pada sel induk pluripotent

    atau sel progenitor. Banyak kasus transisional yang menunjukkan gambaran dua keadaan.

    Kemudian ada juga kelainan yang bertransformasi menjadi penyakit lain atau leukemia

    mieloid akut.

    POLISITEMIA

    Adalah peningkatan konsentrasi hemoglobin melebihi batas atas yang normal menurut usia

    dan jenis kelamin.

    Polisitemia dapat diklasifikasikan menjadi :

    a. Polisitemia absolut

    Polisitemia yang ditandai dengan peningkatan massa/volume eritrosit.

    Ia dapat dibagi lagi menjadi polisitemia primer (polisitemia vera, polisitemia kongenital)

    dan polisitemia sekunder (adanya peningkatan eritropoietin kompensatorik atau

    peningkatan eritropoietin yang tidak sewajarnya pada penyakit ginjal dan tumor).

    Jadi untuk membedakan antara polisitemia primer dan sekunder, kita dapat

    menggunakan metode radiolusi untuk mengukur volume eritrosit dan plasma.

    Normal Polisitemia

    primer

    Polisitemia

    sekunder

    Volume erirosit

    total (51Cr)

    Pria 25-35 mL/kg

    Wanita 22-32 mL/kg

    Normal

    Volume plasma

    total

    (125l-albumin)

    40-50 mL/kg

    Normal

    b. Polisitemia relatif atau pseudopolisitemia

    Polisitemia yang ditandai dengan volume eritrosit normal tetapi volume plasma

    menurun

    Biasanya pada kondisi stress, merokok, dehidrasi akibat kekurangan air atau muntah,

    dan kehilangan cairan pada luka bakar dan enteropati.

    POLISITEMIA VERA (PV)

    PV merupakan peningkatan volume eritrosit disebabkan oleh keganasan klonal pada stem

    sel sumsum tulang. Penyakit ini disebabkan oleh mutasi somatik stem sel hematopoietik

    tunggal dan hampir 100% akibat mutasi JAK2. Walaupun peningkatan volume eritrosit

  • 17

    merupakan temuan yang bersifat diagnostik, sering pula ditemukan adanya produksi

    berlebihan granulosit dan trombosit. PV sering dikaitkan dengan perubahan sejumlah

    kromosom, antara lain delesi 9p dan delesi 20q. PV seringkali terjadi pada orang tua

    dengan insidensi yang sama pada kedua jenis kelamin.

    Gambaran klinis pada pasien PV antara lain :

    Hiperviskositas

    Sakit kepala, dispnea, dan penglihatan kabur

    Gambaran plerotik sianosis kemerahan (ruddy cyanocis)

    Perdarahan pada sistem GI, uterine, dan serebral

    Trombosis : arteri (kardiak, serebral, perifer), vena (ekstremitas, serebral, portal,

    hepatik)

    Keterangan : trombosis dan perdarahan merupakan masalah klinis utama.

    Hipervolemia

    Penonjolan vena retina dan hipertensi

    Hipermetabolisme

    Keringat malam, Pruritus, Gout (akibat peningkatan produksi asam urat), dan Ulkus

    peptikum

    Splenomegali pada 75% pasien

    Adapun temuan laboratorium pada PV antara lain :

    1. Adanya peningkatan konsentrasi hemoglobin, hematokrit,dan jumlah eritrosit. Volume

    eritrosit total/Total Red Cell Volume (TRCV) meningkat.

    2. Hasil untuk leukosit :

    - Leukositosis neutrofil

    - Basofilia peningkatan jumlah basofil di dalam darah

    - Skor Neutrophil Alkaline Phosphatase (NAP) meningkat

    - Peningkatan vitamin B12 serum dan daya ikat vitamin B12 karena adanya

    peningkatan transkobalamin I

    - Peningkatan asam urat serum, sedangkan LDH normal

    3. Jumlah trombosit meningkat pada sekitar 50% pasien.

    4. Sumsum tulang hiperseluler dengan megakariosit yang menonjol. Paling baik dinilai

    dengan biopsi trephin

    Kriteria diagnosis PV dapat menggunakan kategori A serta kategori B.

    KATEGORI A

    A1 Massa total eritrosit

    Pria > 35mL/kg

    Wanita > 32 mL/kg

    A2 Saturasi oksigen arteri normal (>92%)

    A3 Splenomegali

    A4 Mutasi JAK2

    KATEGORI B

    B1 Trombosit > 400 x 109/L

    B2 Leukosit > 12 x 109/L

    B3 Peningkatan skor NAP (normal 10-100)

    B4 Peningkatan kadar vitamin B12 serum

    *Diagnosisnya PV ditegakkan apabila ditemukan hasil sebagai berikut :

    A1 + A2 + A3 atau A1 + A2 + A4 atau A1 + A2 + dua kategori B lainnya

    Setelah PV berhasil ditegakkan maka dilanjutkan dengan pengobatan. Pengobatan pada PV

    bertujuan untuk mempertahankan jumlah darah yang normal, jangan sampai terlalu

    berlebihan. Dalam hal ini, hematokrit harus dipertahankan sekitar 45% dan trombosit harus

    kurang dari 400.000/uL.

    Pengobatan yang dapat dilakukan antara lain :

    a. Venaseksi

    Venaseksi diindikasikan pada pasien muda atau pasien dengan penyakit ringan. Ia

    bertujuan untuk menurunkan hematokrit kurang dari 45% serta mereduksi eritrosit

    secara cepat. Ia juga menyebabkan defisiensi besi sehingga menghambat eritropoiesis.

    Sayangnya, venaseksi tidak mengendalikan jumlah trombosit.

    b. Mielosupresi sitotoksik

    Ia diberikan apabila toleransi terhadap venaseksi buruk, splenomegali yang progresif,

    serta adanya gejala berkeringat di malam hari dan penurunan berat badan. Hidroksiurea

    harian sangat berguna dalam mengendalikan jumlah darah. Akan tetapi, efek

    sampingnya adalah mual dan toksisitas kulit.

    c. Terapi fosfor-32

    Terapi ini sangat baik digunakan pada pasien usia tua dengan penyakit berat. Waktu

    remisi yang lazim setelah pemberian satu dosis tunggal adalah 2 tahun. Namun

    penggunaan obat ini sudah dibatasi karena perkembangan lanjut menjadi leukemia.

    d. Interfeon alfa

    Interferon alfa mampu menekan proliferasi berlebihan di sumsum tulang. Bahkan ia

    dianggap sangat berguna untuk mengendalikan rasa gatal.

    e. Aspirin dosis rendah

    Ia berfungsi untuk mengurangi komplikasi trombotik.

    Prognosis biasanya baik, dengan harapan hidup median 10-16 tahun. Transisi dari PV

    mejadi mieofibrosis sekitar 30% dan sekitar 5% berkembang menjadi leukemia akut.

  • 18

    ESSENTIAL THROMBOCHYTEMIA (ET)

    Pada kelainan ini terdapat peningkatan trombosit yang menetap karena proliferasi

    megakariosit dan produksi trombosit berlebihan. Gambaran diagnostik utama adalah hitung

    trombosit lebih dari 400.000/uL, tetapi sebelumnya penyebab peningkatan trombosit

    lainnya harus disingkirkan terlebih dahulu. Kelainan ini terjadi akibat mutasi JAK2 pada 50%

    kasus.

    Silakan dilihat berbagai penyebab meningkatnya jumlah trombosit !

    Reaktif : perdarahan, trauma, pasca-operasi, defisiensi kronis, keganasan, infeksi kronis,

    penyakit jaringan ikat, dan pasca-splenektomi

    Endogen : trombositemia esensial, polisitemia vera, mielofibrosis, dan leukemia mieloid

    kronik

    Gambaran klinisnya antara lain :

    1. Trombosis arteri maupun vena

    2. Perdarahan akibat fungsi trombosit abnormal sehingga dapat terjadi perdarahan yang

    akut ataupun kronik

    3. Gejala khas berupa Eritromealgia yaitu rasa terbakar pada tangan atau kaki yang segera

    mereda dengan pemberian aspirin

    4. Pada sebagian pasien ada yang mengalami splenomegali. Tapi selebihnya malah

    mengalami atrofi limpa akibat infark.

    Keterangan : Trombosis dan perdarahan merupakan gambaran klinis yang terpenting

    Sedangkan temuan laboratorium untuk pasien ET adalah sebagai berikut :

    Apusan darah tepi

    - Trombositosis dengan trombosit abnormal yang berukuran besar

    - Adanya fragmen megakariosit

    - Uji fungsi trombosit yang abnormal berupa kegagalan agregasi dengan adrenalin

    Sumsum tulang

    - Terdapat banyak megakariosit abnormal

    Sitogenetik

    - Gen fusi BCR-ABL negatif. Ia bertujuan untuk mengeliminasi leukemia mieloid

    kronik.

    Prinsip pengobatan ET adalah mengendalikan jumlah tromboit untuk menurunkan risiko

    trombosis yang merupakan masaah klinis utama. Risiko terjadinya ET bergantung pada

    beberapa hal, antara lain : meningkat pada usia lebih dari 60 tahun, trombosit lebih dari

    1.000.000/uL, adanya episode trombosis dan perdarahan sebelumnya, serta riwayat

    merokok dan hipertensi.

    Pada pasien yang berisiko tinggi, jumlah trombosit harus dipertahankan di bawah

    600.000/uL.

    Yang paling banyak dipakai adalah hidroksiurea. Sedangkan yang umum untuk pasien

    usia muda adalah interferon alfa.

    Untuk manajemen jangka pendek dapat dilakukan tromboferesis/plateletpheresis.

    Untuk mengurangi trombosit juga sedang diuji penggunaan anagrelid.

    Aspirin digunakan untuk menurunkan risiko trombosis. Bahkan untuk pasien usia di

    bawah 60 tahun tanpa riwayat trombosis dan perdarahan dengan trombosit kurang dari

    1000 x 109/L, aspirin mungkin merupakan pilihan utama.

    Penyakit seringkali menetap selama 10-20 tahun. Pasien mungkin mengalami transformasi

    menjadi mielofibrosis dan leukemia akut.

    MIELOFIBROSIS (MF)

    Mielofibrosis adalah penyakit klonal stem sel, di mana pada beberapa pasien juga terdapat

    osteosklerosis. Gambaran mielofibrosis yang utama adalah fibrosis generalisata progresif

    pada sumsum tulang disertai hematopoiesis di hati dan limpa (dikenal sebagai metaplasia

    mieloid). Secara klinis, hal ini akan menyebabkan anemia serta hepatosplenomegali masif.

    50% kasus disebabkan oleh mutasi JAK2. Kelainan sitogenetik tidak spesifik, dan 1/3 pasien

    memiliki riwayat PV.

    Gambaran klinisnya adalah :

    1. Onset tersembunyi lazim terjadi pada orang tua dengan gejala anemia

    2. Splenomegali masif

    3. Hipermetabolik : penurunan berat badan, anoreksi, demam, dan berkeringat malam

    4. Perdarahan, nyeri tulang, dan gout

    Temuan laboratorium pada MF adalah sebagai berikut :

    1. Anemia yang terkadang Hemoglobinnya normal atau meningkat

    2. Adanya leukositosis dan trombositosis pada awal (ketika berobat), dan pada penyakit

    lebih lanjut malah menjadi leukopenia dan trombositopenia

    3. Adanya gambaran leukoeritroblastik yaitu granulosit imatur dengan NRBC (nucleated red

    blood cell)

    4. Eritrosit menunjukkan poikilosit tear drop (air mata)

    5. Pemeriksaan sumsum tulang tidak dapat dilakukan dengan aspirasi, tetapi dengan biopsi

    trephin. Hasil biopsi menunjukkan sumsum tulang yang fibrotik dan hiperselular.

    Terdapat peningkatan megakariosit dan peningkatan pembentukan tulang.

    6. Meningkatnya skor NAP

  • 19

    7. Peningkatan kadar urat dan LDH yang mencerminkan peningkatan perputaran sel

    hematopoietik, akan tetapi sebagian besar tidak efektif

    8. 50% kasus disebabkan oleh mutasi JAK2

    Pengobatan bersifat paliatif dan ditujukan untuk mengurangi efek anemia dan splenomegali.

    - Transfusi darah dan terapi asam folat reguler digunakan untuk pasien anemia berat

    - Hidroksiurea dapat mengurangi splenomegali dan gejala hipermetabolik

    - Radiasi limpa merupakan suatu alternatif tetapi hanya mengurangi gejala selama 3-6

    bulan

    - Allopurinol diindikasikan untuk hampir semua pasien untuk mencegah terjadinya gout

    dan nefropati urat akibat hiperurikemia

    Harapan hidup rata-rata 3,5 tahun, dan penyebab kematian meliputi gagal jantung, infeksi,

    dan transformasi leukemia. Transformasi menjadi leukemia mieloid akut sekitar 10-20%.

    Prognosis yang lebih buruk terjadi jika :

    Hb < 10 g/dL

    Leukosit < 4000/uL

    Trombosit < 30.000/uL

    Adanya kromosom abnormal

    CHRONIC MYELOID LEUKEMIA (CML)

    Leukemia myeloid kronik (CML) adalah suatu penyakit klonal sel induk pluripoten, dan

    digolongkan sebagai salah satu penyakit mieloproliferatif. Penyakit ini mencakup sekitar

    15% leukemia dan dapat terjadi pada semua usia. Diagnosis CML kadangkala sulit

    ditegakkan dan dibantu oleh adanya kromosom Ph (Philadelphia) yang khas. Kromosom ini

    dihasilkan dari translokasi t(9;22)(q23;q11) antara kromosom 9 dan 22, akibatnya bagian

    dari protoonkogen Abelson ABL dipindahkan pada gen BCR di kromosom 22. Fusi dari gen

    BCR-ABL ini mengkode suatu protein fusi berukuran 210 kDa (p210). Protein ini mempunyai

    aktivitas tirosin kinase yang lebih dari produk ABL 145 kDa yang normal.

    Translokasi Ph juga ditemukan pada sejumlah kecil kasus leukemia limfoblastik akut (ALL).

    Akan tetapi, fusi dari gen BCR-ABL ini diekspresikan sebagai protein p190 yang mempunyai

    aktivitas tirosin kinase lebih tinggi juga.

    Gambaran kromosomnya bisa dilihat di slide hardcopy nya ya teman-teman.

    Penyakit ini terjadi pada kedua jenis kelamin (rasio pria dan wanita sebesar 1,4 : 1), dan

    paling sering terjadi antara usia 40-60 tahun. Gambaran klinis penyakit ini yaitu:

    Gejala-gejala yang berhubungan dengan hipermetabolisme, yaitu penurunan

    berat badan, kelelahan, anoreksia, atau keringat malam.

    Splenomegali, hampir selalu ada dan seringkali bersifat masif.

    Gambaran anemia, meliputi pucat, dispnea, dan takikardia

    Memar, epistaksis, menorrhagia, atau perdarahan dari tempat lain akibat fungsi

    trombosit yang abnormal

    Gout atau gangguan ginjal yang disebabkan oleh hiperurikemia akibat

    pemecahan purin yang berlebihan

    Leukostasis, dan memberikan gambaran gangguan penglihatan dan priapismus

    Temuan laboratorium pada penyakit CML ini yaitu:

    Anemia normositik normokrom

    Leukositosis biasanya berjumlah 50.000 sampai > 500.000/uL. Spektrum lengkap

    sel-sel myeloid ditemukan dalam darah, namun didominasi oleh jumlah neutrofil,

    mielosit, dan basofil.

    Jumlah trombosit mungkin meningkat (paling sering), normal, atau menurun

    Skor alkali fosfatase neutrofil selalu rendah. (Meningkat pada mieloproliferatif

    disease dan infeksi)

    Hiperurisemia

    Tampakan sumsum tulang yang hiperseluler dengan predominansi oleh

    granulopoietic

    Kromosom Ph (+)

    Jika dilihat di gambar slide, pada darah perifer bisa terlihat adanya peningkatan buffy coat

    yang menunjukkan adanya keadaan leukositosis. Selain itu, pada gambaran apus darah tepi

    terlihat berbagai macam stadium granulopoiesis termasuk promielosit, mielosit,

    metamielosit, dan neutrofil batang dan segmen.

    Tatalaksana yang diberikan antara lain:

    Inhibitor tirosin kinase, contohnya Imatinib, dasatinib, nilotinib

    Merupakan Inhibitor spesifik dari protein fusi BCR-ABL dan memblok aktivitas

    tirosin kinase dengan jalan berkompetisi dengan pengikatan ATP.

  • 20

    Cara kerja inhibitor tirosin kinase

    PERJALANAN PENYAKIT CML

    Chronic Myelogenous Leukemia, Fase Blast

    CML fase blast ini bisa didiagnosis jika 1 atau lebih gejala di bawah ini terpenuhi:

    Adanya 20% blast dari sel darah putih di apus darah tepi dan atau adanya sel

    berinti sumsum tulang

    Proliferasi sel blast ekstrameduler

    Adanya fokus atau cluster blast yang banyak pada biopsy sumsum tulang

    Chronic Myelogenous Leukemia, Fase Akselerasi

    Diagnosis CML Fase akselerasi bisa ditegakkan jika ada satu atau lebih gejala di bawah ini:

    Adanya 10-19% sel blast pada apus darah tepid an atau adanya sel berinti

    sumsum tulang

    Basofilia 20%

    Trombositopenia persisten (< 100.000/uL) yang tidak berhubungan dengan terapi

    Trombositosis persisten (> 1.000.000/uL) yang tidak berespons terhadap terapi

    Peningkatan ukuran limpa dan peningkatan jumlah sel darah putih yang tidak

    berespons terhadap terapi

    Adanya bukti sitogenetik terjadi evolusi klonal

    Prognosis:

    Kematian terjadi pada fase blast, perdarahan interkuren, atau infeksi. Prognosis

    dibuat berdasarkan usia, ukuran limpa, jumlah platelet, dan kehadiran sel blast di sumsum

    tulang dan apus darah tepi

    Alhamdulillah,, mudah-mudahan yang udah dibaca lengket dalam ingatan yaaa,, trus

    bermanfaat baik untuk ujian maupun kelak ketika kita sudah menjadi seorang dokter..

    Amin

    [Dina Elita]

  • 21

    T- 22 PENYAKIT LIMFOPROLIFERATIF

    Sebenarnya tentir ini jika kalian tidak mau membaca tidak masalah karena slide sudah

    sangat jelas dalam bentuk poin-poin. Tentir juga disusun serupa karena mencoba

    menghemat waktu membaca teman-teman (terkecuali myeloma multiple karena itu sempat

    dibahas dalam LTM)

    Penyakit limfoproliferatif merupakan salah satu keganasan yang meliibatkan seri limfoblastik.

    Berdasarkan tempatnya, penyakit ini dibagi dua:

    1. Organ hematopoietic (sumsum tulang)

    a. Mieloma multiple

    b. Waldenstrom makroglobulinemia

    c. CLL

    d. Hairy cell

    e. Plasma cell

    f. Prolimfositik

    2. Limforetikular (KGB)

    a. Limfoma Hodgkin

    b. Limfoma non-Hodgkin

    1. Leukemia Limfositik Kronik

    - Merupakan salah satu leukemia limfoid kronik

    - Sel B matur (mengekspresikan CD5 dan CD23)

    - Karena sel ini matur, ia dapat ditemukan mulai dari sumsum tulang, KGB, hati,

    limpa, hingga hapusan darah tepi

    - Dewasa (usia 60-80) dan lebih banyak pada laki-laki

    1.1 Gejala

    - Pembesaran simetris KGB servikal, aksila, dan inguinal (bedakan dengan

    limfoma yang pembesarannya asimetris/ satu sisi saja)

    - Splenomegali dan hepatomegaly

    - Anemia (pucat, lemas) dan trombositopenia (kebiruan, purpura)

    - Imunosupresi akibat hipogammaglobulinemia ingat, LLK ini disebabkan

    oleh klon sel B yang berarti ganas. Semua berada dalam porsi kesetimbangan

    dengan peningkatan satu klon menyebabkan supresi klon normal lainnya.

    Akibatnya, klon B yang penting untuk menghasilkan Ig terhambat dan mudah

    terkena infeksi

    o Infeksi bakteri pada awal penyakit

    o Infeksi virus dan jamur pada tahap lanjut kenapa? Karena pada

    tahap awal sudah ada sel NK, tetapi kalau tidak bisa tertangani maka

    peran sel T dibutuhkan. Akibatnya, infeksi virus ini terjadi lebih lambat

    gejalanya

    1.2 Temuan laboratorium *ingat, kalau keganasan SELALU cek darah tepi dan sumsum

    tulang*

    1. Darah tepi

    a. Limfositosis absolut (10.000 150.000/UI) atau kurang lebih pada hitung

    jenis limfosit ini menguasai 70-99% leukosit

    b. Smudge cell (sel ini merupakan patognomonik pada CLL, tetapi bisa

    juga ditemukan pada hapusan normal. Biasa disebut juga sebagai basket

    cell karena bentuknya yang menyerupai bola basket. Sel ini terbentuk

    akibat agregasi kromatin dan memenuhi sel bahkan tampak keluar-

    keluar dar sel sehingga sitoplasma tidak terlihat)

    c. Anemia normositik normokrom, neutropenia, dan trombositopenia

    d. Anemia hemolitik otoimun

    2. Sumsum tulang

    Dipenuhi oleh limfosit dengan 90% lebih adalah sel B (CD19, CD20,

    CD24, dan CD5)

    Gambar 1. Smudge cell (sumber: Hoffbrands essential haematology)

  • 22

    Pada gambar 1 bila kalian lihat di komputer atau media tablet terlihat bahwa sel yang saya

    warnai merah adalah smudge cell dengan bentuk tidak rata, penuh dengan kromatin.

    1.3 Klasifikasi

    1. CLL klasik : 90% adalah limfosit kecil prognostik baik

    2. CLL/PL (prolimfositik leukemia) : 50% prolimfosit

    prolimfosit berukuran 2x dari limfosit CLL dan memiliki anak inti

    splenomegaly tanpa limfadenopati

    peningkatan jumlah limfosit dalam waktu cepat

    prognosis buruk bila ada anemia

    3. CLL atipik : >15% limfoplasmasitoid dan 10000/uL dan matur

    b. Limfosit pada sumsum tulang >30%

    c. Limfosit pada darah tepi menunjukkan fenotip sel B (diketahui dengan flow

    cytometry, bukan main tebak, hehe)

    2. Hairy cell leukemia

    dahulu bernama leukemic reticuloendotheliosis

    Jenis penyakit limfoproliferatif sel B yang jarang

    Sel B matur dengan inti bulat dan juluran sitoplasma seperti rambut

    (hairy)

    Dapat ditemukan di darah tepi dan sumsum tulang

    Ditemukan pada usia tua (40-60 tahun) dan sering pada laki-laki

    2.1 Gejala Klinis

    a. Infeksi berulang

    b. Anemia

    c. Splenomegali

    d. Tidak ada limfadenopati

    2.2 Temuan laboratorium

    a. Darah tepi

    o Pansitopenia

    o Monositopenia menurut Hoffbrand sih khas untuk hairy cell leukemia

    o Limfosit jarang melewati >20000/uL

    o Hairy cell : limfosit besar dengan juluran sitoplasma berbentuk vili

    (patognomonik)

    b. Sumsum tulang

    o Diinfiltrasi oleh hairy cell yang berasal dari sel B (CD19 dan CD20 positif)

    o Pewarnaan tartrate resistant acid phosphatase (TRAP) positif

    menandakan di sumsum benar ada hairy cell

    o Peningkatan produksi serat retikulin fibrosis sumsum dry tap

    (membuat sumsum sulit untuk diaspirasi, sehingga harus dibiopsi)

    o Sumsum tulang menunjukkan hiposeluler dengan hilangnya sel-sel

    hematopoietic khususnya seri granulositik

    Gambar 2. Hairy cell (Sumber: Hoffbrands essential haematology)

    3. Mieloma multiple (MM)

    Mieloma multipel atau mielomatosis merupakan proliferasi ganas yang ditandai

    dengan (1) akumulasi sel plasma di sumsum tulang, (2) ditemukannya protein pada serum

    dan atau urin, serta (3) adanya kerusakan jaringan. Sebanyak 90% pasien berusia di atas

    40 tahun dengan insidensi tertinggi pada dekade tujuh.1

    Sel ganas pada mieloma dinamakan sebagai sel mieloma. Sel ini merupakan sel

    plasma yang telah mengalami immunoglobulin switching, mutasi somatik, dan mensekresi

    paraprotein. Normalnya, sel plasma akan beredar di sumsum tulang dan sifat ini juga

    diwariskan oleh sel tumor.

    Hingga saat ini, penyebab mieloma masih belum diketahui, tetapi diduga akibat

    disregulasi atau peningkatan ekspresi D-siklin. Sebagian tumor ditemukan peningkatan

    jumlah kromosom (hiperdiploid) dan sisanya terjadi translokasi pada gen pengatur rantai

    berat (immunoglobulin heavy chain gene/ IGH). Sel juga mengekspresikan CD38 dan

    CD138 dalam jumlah besar, tetapi CD45 yang rendah. IL-6 merupakan faktor pertumbuhan

    penting untuk sel mieloma.1

    3.1 Diagnosis

    Penegakan diagnosis seseorang dengan mieloma dilakukan berdasarkan tiga hal, yaitu1:

  • 23

    1. Ditemukannya protein monoklonal pada serum dan atau urin

    2. Peningkatan jumlah sel plasma di sumsum tulang

    3. Adanya kerusakan organ atau jaringan, antara lain hiperkalsemia, gangguan ginjal,

    anemia, gangguan tulang, hipervisikositas, amiloidosis, atau infeksi berulang.

    CRAB : C (hiperkalsemia), R (renal failure/ gangguan ginjal), A (anemia),

    B (bone lesions)

    Tapii kalau berdasarkan slide, ada kriteria diagnosis MM menurut Durie and Salmon

    A. Kriteria mayor

    a. Plasmosit di sumsum tulang >30%

    b. Sel plasmasitoma pada biopsy jaringan

    c. Protein M serum: IgG >3.5 g/dL atau IgA > 2g/dL

    d. Protein Bence Jones >1 g/24 jam

    B. Kriteria minor

    a. Plasmosit di sumsum berkisar 10-30%

    b. Protein M serum kurang dari kriteria mayor

    c. Lesi tulang litik

    d. Penurunan Ig normal: IgM

  • 24

    Gambar 3. Badan Russell dan badan Dutcher

    Sumber: http://image.bloodline.net/stories/storyReader$1094.html;

    http://www.hahasweet.com/med/path/WhiteBloodCell.htm

    Gambar 4. Rouleaux formation1

    3.3 Gejala Klinis

    1. Nyeri tulang terutama tulang belakang akibat kolaps vertebra dan fraktur

    2. Gejala anemia: letargi, lemah, dispnea, pucat, takikardia

    3. Infeksi berulang akibat penurunan produksi antibodi, gangguan cell-mediated

    immunity, dan neutropenia

    4. Gejala gagal ginjal dan atau hiperkalsemia: polidipsi, poliuria, anoreksia, muntah,

    konstipasi, dan gangguan kesadaran

    5. Gangguan proses pembekuan akibat paraprotein yang menganggu fungsi platelet

    dan faktor koagulasi. Terkadang trombositopenia terjadi pada kasus yang lebih

    lanjut.

    6. Amiloidosis terjadi pada 5% kasus dengan gejala makroglosia, sindroma

    terowongan karpal, dan diare

    7. Pada 2% kasus, terjadi gejala hipervisikositas: purpura, perdarahan, gangguan

    penglihatan, gejala sistem saraf pusat (SSP), neuropati, dan gagal jantung.

    3.4 Pemeriksaan Laboratorium

    1. Ditemukannya paraprotein. Sampel serum dan urin harus diperiksa dengan

    elektroforesis imunoglobulin. Komponen imunoglobulin dapat bervariasi di

    populasi, seperti IgG pada 60% kasus, IgA pada 20% kasus, dan sisanya

    ditemukan rantai ringan (light chain). Sebanyak 1% kasus dapat

    ditemukan paraprotein IgD atau IgE.

    Protein rantai ringan bebas pada serum difiltrasi di ginjal dan sulit

    terdeteksi dengan elektroforesis. Namun, perkembangan teknologi pemeriksaan

    terkini dapat mendeteksi kadar protein rantai ringan serum dengan antibodi

    spesifik. Mengingat rantai ringan bebas serum (serum free light chain) hanya

    diproduksi oleh sel plasma ganas, ini digunakan untuk mendiagnosis dan

    dapat menyimbang bergantung rantai mana yang berlebih.

    Peningkatan paraprotein menyebabkan penekanan pada kadar

    imunoglobulin serum normal (IgM, IgG, IgA) dan fenomena ini dinamakan paresis

    imun. Urin mengandung protein rantai ringan bebas atau protein Bence-Jones.

    2. Anemia normositik normokrom atau makrositik. Pembentukan Rouleaux meningkat

    pada berbagai kasus. Neutropenia dan trombositopenia terjadi dalam tahap lebih

    lanjut. Sel plasma abnormal dapat ditemukan pada sediaan hapus dan terdeteksi

    flow cytometry.

    3. Laju endap darah (LED) dan C-reactive protein (CRP) meningkat

    4. Peningkatan sel plasma di sumsum tulang (>20%) dengan bentuk abnormal

    5. Pemeriksaan radiologi menunjukkan daerah osteolitik tanpa ada reaksi osteoblastik

    atau sklerosis pada 60% kasus atau osteoporosis generalisata pada 20% kasus.

    Namun, sebanyak 20% pasien tidak memiliki gangguan tulang. Penurunan massa

    tulang disebabkan peningkatan ekspresi receptor activator of nuclear factor-

    ligand (RANKL) oleh sel plasma dan stroma sumsum tulang dan mengaktivasi

    reseptor RANK pada osteoklas. Ini dapat menyebabkan fraktur patologis atau

    kolaps vertebra.

    6. Peningkatan kalsium serum pada 45% pasien tanpa disertai peningkatan alkalin

    fosfatase

    7. Kreatinin serum meningkat akibat fungsi ginjal menurun. Deposit protein oleh

    proteinuria Bence-Jones, hiperkalsemia, asam urat, amiloid, dan pielonefritis

    menyebabkan penurunan fungsi ginjal.

    8. Albumin rendah

    9. -mikroglobulin serum meningkat dan digunakan sebagai prognosis. Kadarnya

    kurang dari 4 mg/L menunjukkan prognosis baik.

  • 25

    Gambar 3. Elektroforesis pada MM

    Ingatlah bahwa MM itu merupakan proliferasi ganas satu klon sel plasma. Paraproteinemia

    yang dimaksud artinya sel plasma ini bisa berasal dari klon manapun, tetapi ujung-

    ujungnya hanya satu saja yang paling dominan. Dari gambar 3, bisa terlihat bahwa orang

    normal memiliki gambaran IgG yang poliklonal dan berbentuk bukit. Nah, pada MM,

    proliferasi satu klon menekan klon lain dan membuat produk suatu klon meningkat sendiri

    (M protein)

    4. Waldenstrom makroglobulinemia

    - Limfoplasmasitoid limfoma : masih berhubungan dengan sel plasma

    - Memproduksi protein IgM monoclonal

    - Penyakit yang jarang, usia tua >50 tahun, laki-laki lebih banyak

    4.1 Gejala Klinis

    a. Gejala muncul perlahan dengan rasa lelah dan penurunan berat badan

    terus menerus

    b. Sindrom hipervisikositas *sepertinya kalau keganasan limfoid selalu ada

    hipervisikositas ya..*

    c. Jika macroglobulin = cyroglobulin fenomena Raynaud

    Fenomena Raynaud merupakan suatu fenomena vasokonstriksi-sianosis-

    kemerahan (akibat aliran darah kembali/ reflow) simetris yang dipicu

    oleh dingin atau stress. Penyebatnya bisa dari vascular, saraf, atau

    intravascular. Fenomena Raynaud ini bisa berupa primer (memang

    akibat dari struktur terkait pembuluh darah dan isinya) dan sekunder

    (umumnya otoimun)

    d. Anemia akibat peningkatan volume plasma

    e. Gangguan pembekuan akibat macroglobulin yang menganggu fungsi

    platelet dan factor koagulasi

    4.2 Temuan laboratorium

    a. Darah tepi

    - anemia normositik normokromik

    - Pembentukan Rouleaux

    - Neutropenia

    - Limfositosis dan sel limfoplasmositoid

    - Peningkatan LED

    Menurut dr. Farida, memang pada awal penyakit LED ini

    meningkat, tetapi pada tahap makroglobulnemia yang berat,

    protein ini justru menghambat endapan eristrosit sehingga LED

    bisa mencapai nilai 0!

    b. Sumsum tulang

    ditemukannya infiltrasi sel limfoplasmasitoid

    c. Lainnya

    - Ditemukannya M spike pada elektroforesis akibat paraprotein

    IgM