telaah keabsahan hadis tentang - iain salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/anif...

76
TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG ﹶﻕ ﱠﻼ ﺍﻟﻄ ﹶﻲ ﺍﷲ ﹺ ﻟ ﹺ ﺇ ﹶ ﻝ ﹾﺤ ﺍﻟ ﹶﺑ(Perbuatan Halal Yang Dibenci Allah Adalah Talak) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Dalam Ilmu Syari’ah Oleh : ANIF LATIFAH 21209010 JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AHWAL AS – SYAKHSHIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG

أبغض الحلا ل إ لي االله الطلاق(Perbuatan Halal Yang Dibenci Allah Adalah Talak)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

ANIF LATIFAH

21209010

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AHWAL AS – SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2013

Page 2: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan
Page 3: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi sering ketakutanlah yang membuat

jadi sulit, jadi jangan mudah menyerah !

PERSEMBAHAN:

1. Skripsi ini saya persembahkan kepada Ibu saya

tercinta

2. Adik-adik saya

3. Teman-temanku NON REGULER 2009, yang

selalu memotivasi, dan selalu menjadi

kompatriot sejati.

4. EL “sang ego Alter yang mendorongku hingga

batas akhir kemampuanku you rock me !!!

5. Bapak dan Ibu Dosen Al-ahwal asyakhsiyyah,

yang begitu menoleransi kekurangajaranku.

6. M. Fatwa, A. Kurniawan, Tri Yunianto, Pujo

Wasono, Uswatun Hasanah, Syamsul Bahri,

Raichan Rofi’I, Eka Jayanti, Muliyah, Salim

May Allah Bless You !!!

Page 4: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan
Page 5: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan
Page 6: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

ABSTRAK

Latifah. Anif. 2013. Tela’ah Keabsahan Hadis tentang Perbuatan Halal yang dibenci Allah adalah Talak. Skripsi. Jurusan Syari’ah. Program Studi Ahwau al-Syakhsiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. Kata Kunci : Takhrij Hadis, Hadis tentang Talak

Skripsi ini membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang keabsahan atau ke-shahihan hadis tentang perkara halal yang dibenci Allah adalah talak. Ketertarikan penulis bermula manakala penulis mendapati bahwa hadis tentang makruhnya talak tersebut adalah yang dinilai hadis dhoif oleh Ibnu Jauzi dalam bukunya yang berjudul Al-Ilal Al-Muntahiyah. Penulis merasa tertarik untuk meneliti karena hadis ini adalah hadis yang popular dan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Abu Daud. Bisa kita bayangkan jika memang benar hadis popular ini ternyata hadis dhoif maka tentu akan berdampak pada ketetapan hukum mengenai cerai / talak. Dikarenakan kajian ini merupakan tentang studi takhrij hadis, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: menentukan dalil yang digunakan sebagai dalil, mencari hadis tersebut di dalam Ensiklopedi hadis yaitu Mu’jam mufahrus li al-fadh al-hadist (An-Nabawi) karya A. J Wensink dan diterjemahkan ke Bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, petunjuk yang didapat selanjutnya dicari dalam kitab hadis, penulis menulis hadis lengkap dengan sand dan matan, setelah itu penulis membuat bagan sanad, penulis lalu meneliti dan menelaah sanad hadis dengan kitab Tahdzib al-Tahdzib untuk mengetahui apakah sanadnya muttasil atau munqati’, setelah itu penulis menelaah matan hadis untuk mengetahui adakah persamaan dan perbedaan dalam penulisan matan hadis. Dari hasil penelitian ini penulis mendapati bahwa hadis tentang makruhnya talak tersebut bukan merupakan hadis dhoif, dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, penulis mendapati bahwa hadis ini dibawakan / diriwayatkan oleh dua jalur, yaitu Ibnu Majah dan Abu Daud. Dari segi periwayatan jalur Ibnu majah ini Muttasil. Sedangkan jalur Abu Daud sanadnya termasuk Mursal Shahabi karen tidak mencantumkan nama sahabat namun langsung kepada nabi. Dari segi kualitas penulis mendapati bahwa hadis ini merupakan hadis hasan.

Page 7: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat

dan salam selalu tercurah kepada nabi Akhir zaman Muhammad SAW, sahabat, dan

pengikut beliau pada akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu

kritik dan saran penulis harapkan untuk sempurnanya penelitian ini. Keberhasilan

penyusunan penelitian ini, selain atas ridho dari Allah SWT, juga tak lepas dari

bantuan, dorongan, dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

yang terhormat :

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag., selaku ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Mubasirun, M.Ag., selaku ketua jurusan STAIN Salatiga.

3. Bapak Illya Muhsin, M.Si., selaku ketua Progdi studi al-Ahwal al-Syakhsiyyah

STAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag., selaku dosen pembimbing dalam penulisan

skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen dan para civitas akademika lingkungan Jurusan Syari’ah

yang telah dengan sabar dan ikhlas membagi ilmunya.

6. Para dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan jalan ilmu dan

pelayanan.

Page 8: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

7. Teman-teman sekelasku non-reguler angkatan 2009 yang telah menjadi inspirasi,

motivasi, dan penyemangat.

Ilallahi nasyku ana fina maruman nantahi bihi ila husnil khitam

Page 9: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iii

NOTA PEMBIMBING ............................................................................................. iv

DEKLARASI ............................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5

C. Tinjauan Penelitian ......................................................................... 5

D. Kegunaan Penelitian....................................................................... 6

E. Metode Penelitian ........................................................................... 6

F. Penegasan Istilah ............................................................................ 10

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 13

A. Takhrij Hadis .................................................................................. 13

B. Studi Sanad ..................................................................................... 15

C. Studi Matan ..................................................................................... 23

Page 10: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

D. Talak dalam Fiqih dan Perundang-undangan Republik

Indonesia ......................................................................................... 28

BAB III. TAKHRIJ HADIS ................................................................................ 36

A. Menentukan Hadis yang digunakan sebagai landasan dalil ........ 36

B. Pencarian dalam Ensiklopedi Hadis .............................................. 37

C. Penulis mengidentifikasi hadis ...................................................... 38

D. Bagan Sanad ................................................................................... 39

E. Meneliti dan Menelaah otensitas hadis ......................................... 40

F. Menentukan Kualitas Para Rawi ................................................... 46

BAB IV. TELA’AH MATAN ............................................................................. 49

A. Penjelasan Matan Hadis tentang Makruhnya Talak ..................... 49

B. Asbabul Wurud ............................................................................... 51

C. Sejarah Perceraian .......................................................................... 53

D. Alasan yang Mendasari Perceraian pada zaman Rasul ................ 58

E. Fenomena Talak Masa Kini ........................................................... 60

BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 62

A. Simpulan ......................................................................................... 62

B. Rekomendasi .................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 65

Page 11: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu prinsip dalam rangka mewujudkan iman dalam bentuk amal

perbuatan adalah membangun kesadaran. Seorang muslim dalam mengarungi

kehidupannya memerlukan petunjuk. Petunjuk itulah yang akan membawa

seseorang menuju titik kebajikan duniawi, dan pada akhirnya akan sampai pada

titik kebajikan ukhrowi yang kekal yaitu surga.

Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan petunjuk, kepada

pemeluknya. Petunjuk yang dijamin kebenarannya, sehingga seseorang tidak akan

tersesat. Petunjuk yang dimaksud adalah al -Qur’an dan al- Hadis (Sunnah) .

Sebagaimana di sabdakan Rasulullah SAW , sebagai berikut ini:

تك رت فكيأ م مر ل نين تلضو ا ما تمكستهب مما كنا الله ا ب و سةن يبنرواه ملك( ه(

Artinya : Aku tinggalkan pada kalian 2 perkara jika kalian berpegang teguh

kepadanya, kalian tidak akan tersesat selama – lamanya, Kitabullah

dan sunnah Nabinya (HR Malik).

Maka bagi seorang muslim yang ingin mencapai kebahagiaan yang

hakiki, maka dia harus berpegang teguh pada al- Qur’an dan al- Hadis (Sunnah).

Al- Qur’an sebagai sumber nilai dan Norma Agama yang utama, memuat

kaidah - kaidah hukum fundamental (Asasi) tentang muamalah, Akidah, hukum,

Page 12: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

serta Akhlaq. Ia menjadi pedoman hidup setiap muslim, yang harus di kaji dan

dipahami makna yang terkandung di dalamnya. Kemutawatiran turunnya al-

Qur’an yang berasal dari Allah dan diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad

SAW melalui malaikat djibril, tidak ada yang meragukan. Al-Qur’an akan tetap

terpelihara, dari semenjak turunnya hingga sekarang ini. Karena Allah sendiri

yang akan menjaganya, sesuai dengan firman-Nya dalam Surat Al – Hijr :9

$RÎ) ß øtwU $uZø9“tR t�ø.Ïe%!$# $RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ

Artinya : Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an, dan

sesungguhnya kami benar – benar memeliharanya ( Q.S Al – hijr :9)

Meskipun al-Qur’an telah memuat seluruh aspek kehidupan umat Islam,

namun al-Qur’an berisi firman – firman Allah yang kata – katanya umum dan

mengandung makna yang tidak mudah dipahami. Karena itu ia memerlukan

penjelasan dan penafsiran. Salah satu penjelasan yang terbaik, ontetik, dan

sempurna adalah penjelasan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.

Sunnah /Hadis adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah al- Qur’an.

Sunah dipahami sebagai perkataan, perbuatan, dan persetujuan nabi yang tercatat

dalam kitab – kitab hadis. Ia merupakan penafsiran serta penjelasan otentik

tentang al-Qur’an. Selain itu, sunah juga sebagai pentakhsis (mengecualikan)

serta menguatkan kandungan Al Qur’an.

Meskipun Sunnah / hadis berkekuatan hukum, namun tidak seperti al-

Qur’an, kemutawatiran hadis banyak diragukan, karena ada jarak antara

penuturan Rasulullah dengan penulisan kitab hadis tertua yaitu Al- Muwatta’.

Page 13: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Imam malik sebagai penulis Al-Muttawa’ hidup antara tahun 713-795 M,

sedangkan Rasullulah wafat tahun 632 M. Banyak yang meragukan ke ontetikan

hadis, bahkan ada dugaan bahwa hadis adalah tradisi dan pikiran yang

berkembang di masyarakat dimana penulisnya tinggal, kemudian diklaim berasal

dari Nabi.

Para penulis Barat, banyak yang melancarkan serangan terhadap as–sunah/

al – Hadis, yang menjadi aspek keseluruhan bangunan islam. Mereka mengatakan

bahwa, Assunah yang terdapat dalam kitab – kitab hadis bukan berasal dari nabi,

melainkan telah dipalsukan oleh generasi – generasi sesudahnya. Memang

menyakitkan , namun demikian secara jujur harus kita akui bahwa ada hal – hal

yang terselip dalam kitab – kitab Hadis yang tidak sedikit, dan di ragukan

kebenarannya.

Oleh karena itulah para sarjana islam terdahulu kemudian

mengembangkan ilmu untuk meneliti teks hadist (ilmu jarh) dan Validitas

rangkaian periwayatannya. Selain itu para sarjana islam meneliti situasi dan

kondisi dimana sunnah nabi berupa perkataan itu diucapkan.

Dilihat dari segi kualitas atau integritas pribadi orang yang

meriwayatkannya secara lisan dari sesuatu generasi ke generasi selanjutnya,

sunnah / hadis yang terdapat dalam kitab – kitab hadis dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok :

1. Shahih

2. Hasan

3. Dhaif

Page 14: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Untuk hadis dhaif ini banyak macamnya, yang terlemah adalah hadis

maudhu’ (Mukhtar Yahya : 1979 :53), yaitu hadis yang mempunyai ciri-ciri tidak

masuk akal, bertentangan dengan al- Qur’an, serta bertentangan dengan hadis

lainnya.

Para Ulama berbeda pendapat dalam menyikapi hadis dhaif.

1. Madzhab pertama tidak mau mengamalkannya secara mutlak, baik untuk

fadhoiul a’mal atau untuk kepentingan yuridis.

2. Madzhab kedua mengamalkan hadis ini secara mutlak.

3. Madzhab ketiga mengamalkan hadis dhaif untuk fadhoilul a’mal namun

disertai syarat tertentu.

Selama ini penulis meyakini kesahihan Hadis tentang perkara yang halal

namun dibenci Allah adalah Talak. Namun betapa terkejutnya penulis manakala

mendapati Hadis tentang Talak ini berbeda dalam buku “150 Hadis Dhaif dan

Palsu yang Sering dijadikan Dalil” Karya Abdul Bakir, S.Ag. Di dalam buku

kecil itu, beliau menuliskan di halaman 93 tepatnya hadis nomor 141, bahwa

hadis ini adalah hadis dhaif dinukilkan dari Al- ilal Al – Muntahiyah karya ibnu

jauzi, 2/1056 dan Adz Dzakirah 1/23. Penulis sempat meragukan kebenaran buku

ini, karena hadis ini selain termasuk hadis yang popular dalam buku – buku Fiqh

munakahat, juga diriwayatkan oleh Abu Daud, Imam Bukhari, Imam Muslim

dan Ibnu Majah.

Beranjak dari masalah tersebut, penulis sangat merasa tertarik untuk lebih

jauh meneliti lagi hadis yang digunakan sebagai landasan makruhnya talak

tersebut, sekaligus memaparkan alasan mengapa hadis ini termasuk hadis yang

Page 15: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

dhaif. Oleh sebab itu, penulis dalam bab ini mengangkat judul. Tela’ah ke-

absahan Hadis yang berbunyi: “Perbuatan halal yang di benci Allah adalah

Talak”

B. Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang di atas maka selanjutnya akan dirumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimana kedudukan Talak di dalam Fiqih ?

2. Siapa para perawi yang meriwayatkan hadis tentang Perkara halal yang

dibenci Allah adalah Talak ?

3. Bagaimana validitas hadis “ Perkara halal yang dibenci Allah adalah Talak ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian hadis tentang Talak adalah sebagai berikut:

1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang –

undangan yakni, UU no 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang berlaku di

negara kita, serta komplisasi Hukum Islam.

2. Mengetahui serta mengkaji kitab – kitab hadis yang memuat hadis tentang

perkara halal yang dibenci Allah adalah Talak

3. Menela’ah sanad Hadis tentang perkara yang dibenci Allah adalah Talak

untuk menentukan otensitas matan hadis tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya shahih atau dhaifkah hadis tersebut.

Page 16: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan atau manfaat dari penelitiaan ini di antaranya adalah sebagai berikut

1. Pengayaaan pemahaman tentang studi sanad Hadis.

2. Wawasan yang lebih luas kepada Umat Islam mengenai matan hadis

3. Memperkaya khazanah ke ilmuwan khususnya di bidang Ilmu hukum

munakahat.

E. Metode Penelitian

Ibrahim (1988 : 25 – 26) menjelaskan bahwa penggunaan metode

merupakan suatu yang lazim digunakan dalam setiap penelitian ilmiah. Dalam

dunia riset, penerapan dalam metode dalam sebuah penelitian telah diatur dan

ditentukan dengan persyaratan yang sangat ketat berdasarkan tradisi keilmuwan

yang berlaku, agar hasil penelitian tersebut diakui oleh komunitas ilmuwan terkait

karena memiliki nilai ilmiah dibidangnya.

Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah library research atau penelitian pustaka, yaitu

penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mencermati, dan menelaah

buku-buku yang ada kaitannya dengan masalah yang akan di teliti.Menurut

Zed (2004:1-2) , “ riset pustaka adalah penelitian yang di lakukan dengan cara

memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya.”

Page 17: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

2. Pendekatan

Penulis menggunakan dua macam pendekatan dalam penelitian yaitu :

a. Pendekatan normatif, yang dilakukan dengan cara menelaah bahan

pustaka, produk – produk hukum perbandingan hokum, dan sejarah

munculnya hukum (Soekarno & Mahmudji 1995 : 13-14). Kaitanya

dengan penelitian yang penulis lakukan maka penulis menelaah kitab –

kitab. Hadis sebagai sumber hukum islam yang berbicara mengenai hal

yang yang berkaitan dengan Kesahihan hadis tentang perakara halal yang

dibenci Allah adalah Talak.

b. Pendekatan historis, Pendekatan yang dilakukan dengan cara

mendeskripsikan yang terpadu dari keadaan – keadaan atau fakta – fakta

masal lampau yang ditulis berdasakan penelitian serta studi yang kritis

untuk mencari kebenarannya (Nazir, 1988 :55). Dalam hal ini penulis

melacak sejarah munculnya hadis tentang Talak dengan cara

mengumpulkan dan mengakses hadis – hadis terkait dari kitab – kitab

hadis yang telah diketahui dan diakui dalam dunia Islam.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua macam jenis data yaitu:

a. Data primer ialah data yang diperoleh dari kitab – kitab hadis yang

memuat tentang Perkara Halal yang dibenci Allah adalah Talak.

b. Data sekunder ialah data yang diperoleh dari bahan – bahan yang ada

hubungannya dengan bahan hukum primer, dan dapat membantu

Page 18: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

menganalisis dan memahami bahan hukum primer tersebut ( Soemitro,

1990 :53). Dalam hal ini yang menjadi sumber data sekunder adalah buku

– buku dan informasi – informasi dari berbagai media mengenai, Talak

dari berbagai media mengenai Talak , seperti kitab – kitab Fiqih, uu no 1

tahun 1974, dan KHI.

4. Langkah Penelitian

Adapun langkah – langkah yang penulis lakukan dalam penelitian takhrij

hadis ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hadis yang digunakan sebagai landasan / dalil mengenai

perkara halal yang dibenci Allah adalah Talak.

2. Mencari Hadis tersebut di dalam Ensiklopedi Hadis (Mu’jam Mufahrus

“Li alfadh al Hadist an-Nabawi) karya A.J. Wensink dan diterjemahkan

ke dalam Bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi.

3. Petunjuk yang didapat dari kamus tersebut untuk selanjutnya dicari di

dalam kitab aslinya.

4. Setelah ditemukan hadis yang dimaksud selanjutnya dibuatlah bagan

sanad.

5. Meneliti dan menelaah otensitas hadis di dalam kitab Tahzib Al – Tahdzib

untuk mengetahui apakah sanadnya muttasil ataukah munqati.

6. Menentukan kualitas para perawi hadis berdasarkan telaah sanad.

Page 19: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

7. Menelaah matan hadis dari semua jalur periwayatan yang ada untuk

mengetahui adakah perbedaan dan persamaan redaksi dalam penulisan

matan hadis.

8. Telaah sanad menentukan shahih tidaknya mantan hadis untuk

menentukan bisa atau tidaknya hadis tersebut dijadikan pegangan

hukum.

5. Analisa Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui otensitas atau shahih tidaknya hadis

mengenai perkara yang dibenci Allah adalah talak. Hadis ini banyak

digunakan sebagai landasan /dalil dalam buku - buku fiqih. Hadis yang

menyatakan bahwa talak adalah perkara halal namun Allah begitu

membencinya. Oleh karena itu Penulis kemudian menelaah sanadnya dari

berbagai jalur periwayatan yang ada, serta mencari perbedaan dan persamaan

redaksi matan hadis antara jalur periwayatan yang lainya. Selain itu penulis

juga harus berusaha mencari dan memahami sebab munculnya hadis tersebut,

untuk mendapatkan kepastian shahih atau tidaknya hadis tersebut. Adapun

prosedur penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagaimana dalam

langkah – langkah penelitian tersebut di atas.

Penelitian ini adalah penelitian dengan spesifikasi data kepustakaan dengan

menggunakan metode analisa takhirij hadis. Sehingga penulis harus menelaah

hadis terkait di dalam kitab- kitab hadis yang telah diakui oleh dunia islam.

Penulis juga akan memaparkan pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu

Page 20: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

apakah hadis tentang perkara yang dihalalkan namun dibenci oleh Allah

adalah Talak, adalah merupakan hadis shahih.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak hadis popular yang

digunakan dalam buku – buku fiqih, yang ternyata merupakan hadis dhaif.

F. Penegasan Istilah

Agar terdapat kejelasan pengertian dalam penelitian ini dan supaya

terhindar dari keracunan atau kesalahan penafsiran istilah yang di gunakan dalam

penelitian ini, maka penulis merasa perlu untuk memberikan penjelasan dan

penegasan istilah sebagai berikut:

1. Takhrij Hadis

Kata takhrij menurut bahasa dapat digunakan beberapa arti, mengeluarkan

(istinbat), melatih/meneliti (tadrib), menghadapkan (taujih) zuhri (2003 :149).

Dengan demikian istilah takhrij hadis adalah menjelaskan tentang hadis

kepada orang lain periwayat dalam sanad hadis tersebut.

2. Talak

Talak berasal dari bahasa arab yaitu kata artinya lepasnya suatu ikatan

perkawinan dan berakhirnya hubungan berkawin. Tihami ( 2008 :229) jadi

Talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya

ikatan, perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya.

Page 21: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

3. Hadis Dhaif

Zuhri (2003:94) Menjelaskan hadis yang tidak memenuhi persyaratan,

misalnya sanadnya terputus, diantara periwayatannya ada yang pendusta, atau

tidak dikenali dll.

G. Sistematika

Adapun sistematika penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman

penulisan dan tugas akhir yang telah ditetapkan oleh Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2008, Sistematika yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

Bab I pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan Penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan

sistematika.

Bab II kajian pustaka yang menguraikan tentang studi takhrij hadis yang

meliputi studi sanad, dan studi matan serta membahas masalah talak dalam

pandangan Fiqih.

Bab III pelaksanaan takhrij hadis yang merupakan inti dari penelitian

hadis tentang kesahihan hadis yang menerangkan perkara halal yang di benci

Allah adalah talak. Bab ini berisi tentang rangkaian sanad dan thabaqat, kajian

kuantitas sanad, serta kesimpulan dari keseluruhan pembahasan pada bab ketiga

ini.

Bab IV telaah matan hadis, berisi tentang pembahasan mengenai

kompilasi dan arti matan hadis, kritik matan, Assabul wurud, kandungan

Page 22: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

hukumnya dan kesimpulan dari keseluruhan isi pembahasan pada bab ke empat

ini.

Bab V penutup, merupakan bab terakhir pada penulisan ini, Pada bab ini

akan disimpulkan keseluruhan isi skripsi mengenai hasil penelitian takhrij hadis

tentang kesahihan mengenai perkara yang halal namun di benci Allah adalah

talak, serta rekomendasi penulis terhadap seluruh civitas, dan akademika lembaga

kampus STAIN Salatiga khususnya rekomendasi terhadap program studi al –

Ahwal Syakhsiyyah (AS).

Page 23: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa banyak hadis palsu atau hadis yang

bukan berasal dari nabi terselip dalam kitab-kitab hadis. Untuk dapat menilai apakah

hadis itu termasuk mutawatir, shahih, hasan, dhaif atau bahkan palsu, maka kita harus

memiliki dan menguasai pengetahuan yang dapat dijadikan tolok ukur penilaian.

Pengetahuan tersebut berkaitan dengan ilmu rijal al-hadis dan ilmu matan

hadis. Pada kajian pustaka ini, penulis akan memfokuskan kajian yang berkaitan

dengan ilmu takhrij al-hadis meliputi studi sanad dan studi matan, serta membahas

tentang talak meliputi pengertian talak, macam-macam talak, serta hukum talak.

A. Takhrij Hadis

1. Pengertian Takhrij Hadis

Kata takhrij menurut bahasa dapat digunakan untuk beberapa arti,

mengeluarkan (istinbath), melatih/ meneliti (tadrib), menghadapkan (taujih),

(Zuhri, 1997: 149).

Dalam Ilmu hadis, takhrij dapat dipahami untuk beberapa kepentingan.

a. Menjelaskan beberapa hadis kepada orang lain dengan menyebutkan para

periwayat dalam sanad hadis tersebut.

contoh :

حث دا أن حمد ا بى يو نس حث دنا معر ف ،عن مل قا ب ا رح :

قلاالط نم هيلا ضغب أ ئايش االله لح ا أم: ملس و هيلع االله لىص االله و لس ر ا لق

Page 24: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Daud, dengan jalur dari Ahmad bin

Yunus, dari Mu’arif, dari Muharib, bahwa Rasulullah SAW berkata /

bersabda.

b. Mengeluarkan dan meriwayatkan sesuatu hadis dari beberapa kitab, atau

guru, ataupun teman. Hal ini kita lakukan untuk mengetahui riwayat hidup

para periwayat, tujuannya agar kita bisa menilai apakah periwayat itu dapat

dipercaya atau tidak.

c. Menunjukkan kitab-kitab hadis, yaitu kitab-kitab hadis yang telah diakui di

dalam dunia islam, sehingga kita dapat mengetahui letak hadis tersebut

lengkap dengan sanad dan matannya .

2. Tujuan Takhrij Al-Hadis

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa dengan takhrij al–hadis memudahkan

kita untuk :

a. Mengetahui hadis yang dimaksud terdapat dalam kitab apa saja, beserta

jalur periwayatannya.

b. Siapa saja yang meriwayatkan hadis tersebut dimasing-masing jalur. Disini

kita dapat menelusuri sanad hadis dari masing-masing jalur satu persatu.

3. Proses Takhrij al-Hadis

Untuk dapat mengetahui validitas suatu hadis, kita harus melacak suatu hadis

tersebut, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan hadis yang digunakan sebagai landasan/ dalil.

Page 25: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

b. Mencari hadis tersebut di dalam Ensiklopedi Hadis yaitu Mu’jam

mufahrus li al-fadh al-hadist (An-Nabawi) karya A. J Wensink dan

diterjemahkan ke Bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi.

c. Petunjuk yang didapat dari mu’jam tersebut selanjutnya dicari dalam kitab

hadis.

d. Langkah selanjutnya menulis redaksi /teks hadis yang telah ditemukan

lengkap dengan sanad dan matannya .

e. Setelah menulis redaksi /teks hadis yang dimaksud dibuatlah bagan sanad.

f. Meneliti dan menelaah otensitas sanad hadis dengan kitab (Thadzib al-

tahdzib) untuk mengetahui apakah sanad-sanadnya muttasil/ munqati’.

g. Menentukan kualitas para perawi hadis berdasarkan tela’ah sanad.

h. Menela’ah matan hadis dari semua jalur periwayatan yang ada, untuk

mengetahui adakah persamaan dan perbedaan redaksi dalam penulisan

matan hadis.

i. Tela’ah sanad menentukan shahih tidaknya sebuah periwayatan, untuk

menentukan bisa atau tidaknya hadis tersebut dijadikan pegangan hukum.

B. Studi Sanad

Untuk dapat menilai apakah sebuah hadis dapat dikatakan shahih, hasan,

dhaif atau bahkan palsu, kita harus menguasai dan mengetahui ilmu yang

berkaitan dengan sanad hadis. Dengan ilmu yang berkaitan dengan sanad, kita

dapat menelusuri apakah hadis tersebut tersambung sanadnya atau tidak. Selain

itu kita dapat mengetahui apakah periwayat hadis tersebut merupakan orang yang

Page 26: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

dapat dipercaya atau tidak. Adapun ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sanad hadis

meliputi :

1. Ilmu Rijal Al-Hadis

Rijal menurut bahasa, artinya kaum pria. Ilmu rijal al-hadis

membicarakan tentang tokoh/ orang-orang yang membawa hadis, dari sejak

Nabi Muhammad SAW sampai dengan periwat terakhir (penulis kitab hadis)

(Zuhri, 1997:117). Hal yang terpenting di dalam ilmu rijal al-hadis adalah

sejarah mengenai kehidupan para tokoh meliputi masa kelahiran dan wafat

mereka, negeri asal, negeri mana saja tokoh-tokoh itu mengembara dan dalam

jangka beberapa lama, serta dari siapa saja mereka memperoleh hadist dan

kepada siapa mereka menyampaikan.

Dari ilmu rijal al-hadis kita akan memperoleh keterangan tentang

penilaian ulama diatas seorang tokoh sanad, yang meriwayatkan hadis yang

kita teliti. Dengan ilmu rijal al-hadis kita akan menemukan beberapa

kemungkinan, yaitu :

a. Periwayatan yang kita teliti itu merupakan orang tercela (Majruh). Dari sini

kita bisa menentukan kualitas hadis yaitu dhaif.

b. Periwayat yang kita teliti, merupakan orang yang terpuji. Jika pujian itu

bertingkat luar biasa, seperti “Fulan tidak ada bandingannya

(Awtsaqun’nas) maka dapat dipastikan hadis itu shahih.

c. Periwayat yang kita teliti, pujiannya pas-pasan, seperti “Fulan dapat

ditolelir atau “si fulan orang jujur’’ maka tingkatan hadis menjadi hasan.

Page 27: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

d. Periwayat yang dimaksud ternyata kontroversi. Ada ulama yang memuji,

namun ada pula yang mencela. Menghadapi kasus ini maka kita harus

menentukan teori yang akan kita pakai untuk menyelesaikannya.

Mendahulukan al-jarh atas ta’dil atau mendahulukan suara terbanyak.

Ada beberapa cara yang dicoba oleh para ulama untuk menyusun buku

riwayat hidup para periwayat di antaranya :

a. Kitab yang disusun berdasarkan generasi (Thabaqat) contoh :

1) Kitab Al-Thabaqat Al-kubra ,karya Abu Abdillah Muhammad ibnu

Sa’ad Katib Al-waqidi (168 – 230 H). Kitab ini memuat biografi para

sahabat, tabi’in, dan orang-orang sesudahnya, sampai kepada orang di

masa dia sendiri.

2) Thabaqat al-riwayat karya Khalifah bin Khayyatah al-ushfuri

(w.240 H).

3) Kitab Tadzkirat al-Huffazh karya Muhammad bin Ahmad al-Dzahabi

(w. 746 H / 1348 M).

b. Kitab-kitab yang disusun secara umum berdasarkan huruf abjad agar

mudah menggunakannya, contoh : Al-isti’ab fi Ma’rifat al-Ashab bin Abdil

Barr.

c. Kitab-kitab yang membahas biografi para sahabat nabi.

d. Kitab-kitab yang membicarakan para periwayat enam kitab (Shahih al-

Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan al-Turmudzi, Sunan ibnu

Majah antara lain :

Page 28: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

1) Al – kamal fi Asma al-Rijal – karya Abdul Ghani al-Maqdisi

(w.600H/1202 M).

2) Tahdzib al-Kamal- karya Abdul Hajjaj Yusuf bin al-Zaki al-Mizzi

3) Tahdzib al-Tahdzib – karya Muhammad bin Ahmad al-Dzahabi (w.

748H/ 1348 M ).

e. Kitab yang meriwayatkan para perawi dalam sepuluh kitab hadist (Shahih

Bukhari, Shahih muslim, Sunan Abi Daud, Sunan Turmudzi, Sunan Ibnu

Majah, Imam Abu Hanifah, Musnad Syafi’i dan Musnad Ahmad ibnu

Hanbal).

f. Kitab yang membicarakan para periwayat yang kualitasnya diragukan.

Contoh : Al-Kamil fi Dhu’afa Al Rijal- karya Abu Ahmad Abdul Ibnu Adi-

al Jurjani (w.365H).

g. Kitab riwayat hidup para periwayat yang menggunakan nama samaran.

Contoh : Nazhat – al-Albab fi al – Alqab.

Dengan menggunakan sebagian kitab-kitab di atas, akan memudahkan kita

untuk menelusuri mata rantai sanad sebuah hadis.

2. Ilmu al Jarh wa al-Ja’dil

a. Pengerian ilmu al-jarh wa al-Ta’dil

علم يبحث فيه عن جر ح ا لر وا ة و تعد يلهم بأ لفاظ مخصو صة و عن مرا

تب تلك ا لأ لفاظ

Page 29: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

“Ilmu yang menerangkan tentang hal catatan-catatan yang dihadapkan

kepada perawi dan tentang penta’dilannya (memandang adil para

perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-

martabat kata-kata.

Dari pengertian di atas maka, ilmu al jarh wa al ta’dil dapat kita pahami

sebagai ilmu yang membahas kelemahan dan keadilan seorang perawi

(Khumaidi, tt :30)

b. Tujuan Ilmu al-jarh wa al-ta’dil

Ilmu ini bertujuan untuk memberikan kritikan kepada sesorang perawi

yang memiliki kelemahan (cacat) atau memberikan status tertentu

terhadapnya. Hal ini harus dilakukan untuk melindungi informasi nabi dari

kepalsuan. Dengan al-jarh wa al-ta’dil, tidak lantas mendiskreditkan atau

menjatuhkan martabat seorang perawi. Tetapi untuk melindungi hadis

nabi dari hadis-hadis palsu yang diklaim berasal dari nabi.

c. Tingkatan al-jarh

Para Ulama Hadis ketika memberikan penilaian tercela terhadap para

periwayat hadis, mereka menggunakan kaidah:

ا لإ جما ل فى ا لتعد يل و ا لتفصيل فى ا لتجر يح

Secara garis besar dalam menunjukan pujian dan detail dalam

menunjukan cacat.

Page 30: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Rinci dan detail dalam menunjukan cacat, karena para ulama begitu

berhati-hati dalam menerima hadis. Pemberi informasi hadis harus

merupakan orang pilihan. Adapun kata-kata yang digunakan oleh para

ulama adalah :

1. Jarh dengan menggunakan ungkapan yang sangat buruk, dan sangat

memberatkan kepada orang yang dicatat karena kedustaan misalnya :

و ضاع الحد يث، يضع ا لحد يث ، كذا ب، أ كذ ب ا لنا س

2. Jarh dengan menggunakan kata yang sedikit lebih lunak, juga berkisar

pada dusta.

فلا ن ذ ا ،فلا ن متروك ، فلا ن ها لك، و فلا ن سا قط ، فلا ن متهم با لكذب هب ا لحد يث

3. Jarh dengan menggunakan kata yang lebih lunak dari tadi, yang

menunjukan bahwa hadisnya ditolak orang banyak atau tidak ditulis

hadistnya.

فلان ليس بشئ، ضعيف جدا ، مر د و د الحد يث ، فلا ن ر د حد يثه

4. Jarh dengan menggunakan kata yang lebih lunak lagi.

منكرا لحد يث ، لا يحتج به ، ضعفو ه ، ن ضعيف فلا

Disini diketahui bahwa hadist yang dibawa oleh periwayatkanya tidak

dapat digunakan sebagai hujjah.

5. Jarh dengan menggunakan kata-kata yang menunjukan cacat ringan,

seperti :

Page 31: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

ليس ، سئ ا لحفظ ، س ججه يل، ى وا لقب ن لاف، فعض هيف، هيف ا لقي ن لافلين ا لحد يث ، با لمتين

Menurut Zuhri (2003 : 127), al-jarh dengan tingkatan yang terberat (nomor

1 dan 2) menonjolkan kedustaan, orang yang tidak menonjolkan dusta di

jatuhi al-jarh dengan kadar agak ringan. Orang yang ridak kelihatan

pendusta namun lemah hafalannya, dan tidak teliti di jatuhi al-jarh dengan

kadar lebih ringan lagi, mendekati ta’dil dengan kadar yang ringan.

d. Tingkatan al-ta’dil

Seperti halnya al-jarh tingkatan al-ta’dil juga bervariasi. Ada ulama yang

memberikan ungkapan secara berlebihan namun sebagian lainnya memuji

dengan kalimat yang biasa.

Adapun tingkatan al-ta’dil meliputi :

1. Ta’dil dengan menggunakan ungkapan yang lebih.

هنع ل أسي لا ن لاف، ريظن هل سيل، ا سا لن طبض أ، ا سا لن قث وا

2. Ta’dil dengan mengulangi pujian baik dengan mengulangi pujian baik

dengan kata yang sama ataupun mirip.

ةقث ةقث ،قثه مأ من و ،ةقث حظا ف ., بث ةقثت , ةقث مقتن

Tingkatpujian ini di bawah tingkatan pertama.

3. Ta’dil dengan menggunakan pujian tanpa pengulangan.

ا مم إ، ةجح، ظا فح، طا بض، ةقث ن لاف

Page 32: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

4. Ta’dil dengan menggunakan kebaikan seseorang, tetapi tidak

melukiskan kecermatan atau kekuatan hafalan di atas.

صد و ق ،مأ ملا، ن و بب أ سه

5. Ta’dil dengan menggunakan kata-kata yang dekat dengan tajrih.

ليس ببعيد من ا لصا ب و ،صد و ن إ ق أ ا اللهش ،ملحا ه لصد ق

Tingkatan yang pertama dan kata kedua menunjukan bahwa periwayat

memiliki kecerdasan, ketelitian, serta kekuatan hafalan yang luar biasa.

Jika seseorang di dalam tingkatan ini diketahui tidak jujur, maka dia tidak

akan pernah lagi dimasukan dalam kelompok adil.

Pada tingkatan ke empat dan kelima menunjukan bahwa periwayat

memang tidak menonjol kecerdasannya, ketelitian dan kekuatan hafalannya

( Zuhri, 2003: 125-126).

3. Kritik (Al-Jarh Wa al-Ta’dil) terhadap sahabat

a. Dr. Hasbi As-shiddieqy berpendapat jumhur ulama telah menyepakati,

bahwa semua sahabat dipandang adil, baik yang ikut serta ke dalam

pertentangan-pertentangan antara sahabat dengan sahabat ataupun tidak.

b. Pendapat lain menyatakan, bahwa seorang sahabat, tidak harus dipandang

adil, hanya karena beliau adalah sahabat nabi, karena diantara mereka ada

yang tidak adil. Jadi kita harus meneliti keadaan mereka setelah timbul

kekacauan-kekacauan antara sesama mereka.

Page 33: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

c. Ibnu Atsir dalam kitabnya Al-iti’ab berkata: “walaupun para sahabat

disepakati bahwa mereka itu adil, namun tidak ada salahnya, jika kita

mengetahui nama-nama mereka dan membahas perjalanan hidup mereka,

serta keadaan mereka untuk kita teladani, karena merekalah orang yang

pernah bertemu dengan nabi, dan menjadi orang terdekat beliau.

Penulis dalam hal ini berpendapat bahwa golongan sahabat semuanya adil,

karena mereka adalah orang –orang yang bersedia mengorbankan jiwa,

raga ,serta harta mereka untuk nabi. Apakah mungkin orang yang rela

meninggalkan keluarga ,serta sanak kerabat untuk mendapatkan kecintaan

Allah dan Nabi-nya melakukan kebohongan atas nama nabi-nya?. Selain

itu Allah telah berfirman dalam surat al-Fath : ٢٩ :

Ó‰£Jpt’C ãA qß™ §‘ «! $# 4 tûïÏ%©!$#ur ÿ¼çmyètB âä!#£‰Ï© r& ’n?tã Í‘$¤ÿä3ø9$# âä!$uHxqâ‘ öNæhuZ÷�t/ ( öNßg1t�s?

$Yè©.â‘ #Y‰£Ú ß™ tbqäótGö6tƒ Wx ôÒ sù zÏiB «! $# $ZRºuqôÊ Í‘ur (

Artinya : Muhammad Rasulullah dan orang –orang yang menyertainnya

itu sangat tegas terhadap Kuffar tetapi saling mengasihi sesama

mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia

Allah dan ridha-Nya ( Qs. al-Fath : 29).

C. Studi Matan

Salah satu syarat hadis shahih adalah tidak syadz, tidak bertentangan

dengan Al Qur’an dan juga dapat diterima oleh akal sehat. Selain itu hadis itu

tidak bertentangan dengan hadis yang lain. Oleh karenanya untuk dapat menilai

Page 34: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

kesahihan sebuah hadist maka kita harus mengetahui dan menguasai ilmu-ilmu

yang berkaitan dengan matan hadis, diantaranya :

1. Ilmu Gharib al-Hadis

a. Pengertian

علم يعرب فه معنى مق ا وع فى متو لأ ا ن حا د يث مفللأ نا اظرلغ يبة عذأ نهان

ةصا للخا ةيب رعا لب مهدهع دعب نيذال

Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadist

yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum

(Ash-Shiddieqy,1953 : 161).

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa ilmu ini menyingkap apa

yang tersembunyi dalam lafadz hadist. Sebenarnya kata-kata nabi tidak

sukar dipahami, namun dalam perkembangannya, bahasa arab dimasuki

oleh istilah-istilah asing, sehingga kata-kata bertambah. Disisi lain ada kata

yang berangsur-angsur tidak dipakai, sehingga kata-kata yang dulunya

tidak asing kini terasa asing bagi pengguna bahasa arab. Apalagi bagi orang

non arab. Tugas ilmu Gharib al – hadislah untuk menerangkan/ membantu

memudahkan orang mengetahui apa yang diajarkan di dalam hadis dan

mengamalkannya.

Page 35: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

2. Ilmu Mukhtalif al – Hadis

a. Pengertian :

لعم يبثح فيه نع ا لتوفقي بيلأا نحاديلما ثتناقضظ ةاها ر

Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan antara hadist-hadist

yang berlawanan lahirnya.

Ilmu ini dibutuhkan, manakala kita menemukan hadis-hadis yang

bertentangan. Jika pertentangan itu antara hadis shahih dengan hadis dhaif,

maka tidak aka ada masalah. Namun jika hadis yang saling bertentangan itu

adalah hadis shahih, maka dengan ilmu mukhtalif al-hadis kita dapat

menyelesaikan persoalan itu ( Ash-Shiddieqy,1953 : 164).

b. Cara Menyatukan Pertentangan Antarhadis

1) Kita bisa menjadikan salah satu hadis tersebut menjadi mukhasshish

bagi yang lainnya.

2) Kita bisa menjadikan salah satu hadis tersebut Nasikh bagi yang lainnya.

3) Hadis yang lahiriahnya bertentangan dapat disatukan dengan cara

meletakkan hadis pertama sebagai dalil umum, sedangkan hadis kedua

sebagai mukhasshish.

3. Ilmu Nasikh Al-Hadis Wa Al-Mansukh

لعم يبثح فيه نع ا لنخا س لما ونسخو ملأا نحا د يث

Ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah di maknsukh dan yang

menasikhkanya.

Page 36: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Ilmu nasikh al – Hadis wa al – mansukh di pahami sebagai ilmu yang

menjelaskan tentang hadis-hadis yang telah dihapus, mansukh dengan hadis

yang datang setelahnya ( Ash-Shiddieqy,1953 : 163).

Kaidahnya penggabungan dalil yang memuat aturan diterapkan setelah upaya

menggabungkan dua hadis yang bertentangan, takhsis tidak berhasil.

Ada beberapa cara ditempuh untuk mengetahui peristiwa nasakh ini.

a. Berdasarkanya bunyi nash hadis itu sendiri

b. Berdasarkan keterangan sahabat

c. Berdasarkan hadis yang datang lebih dahulu dan yang datang belakangan.

d. Berdasarkan ijma’ amali

4. Asbab wurud al – hadis

Pengertian :

لعم يرع ب فا ه لسبال بذي ورلأ دجلل ا هحد ثي وا لزال انمذي جاء فيه

Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi menuturkan sabdanya dan masa-

masanya Nabi menuturkan itu.

Ilmu ini menyingkap sebab-sebab timbulnya hadis. Di dalam al-Qur’an kita

mengenal Asbabun Nuzul, yaitu ilmu tentang sebab-musabab ayat al-Qur’an

di turunkan. Di dalam hadis, ilmu ini dikenal dengan Asbab wurud al-hadis

(Ash-Shiddieqy,1953 : 164).

Page 37: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Tujuan ilmu ini adalah untuk mencegah dari kesalahan dalam memahami

hadis, karena tidak diketahui sebab turunnya. Selain itu dengan ilmu asbab

wurud al–hadis kita dapat memahami ajaran Islam secara komprehensif

sekaligus mengetahui hadis yang datang terlebih dahulu dan yang hadis

belakangan

5. Ilmu illal al – hadis (ilmu tentang kecacatan hadis)

لعم يبثح فيه عا ن سغ اببامضة خفيق ةادحة فى صحلح ا ةد يث

Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang

dapat mencacatkan hadis ( Ash-Shiddieqy,1953 : 160).

Dari pengertian di atas, dapat kita pahami bahwa sebuah hadis, yang dilihat

sekilas dari runtutan persambungan sanad hadis, dapat disimpulkan bahwa

hadist itu sahih, tetap sebenarnya hadis itu tidak shahih, ada juga matan

hadis/redaksi sebuah hadis yang sepintas berasal dari ilmu nabi namun

sebagian lain dari perawi ilmu ini digunakan untuk mengungkap penyakit-

penyakit yang ada pada hadis. Tidak semua ulama/ peneliti dapat

mengungkapkan penyakit hadis. Hanya mereka yang mempunyai pengetahuan

sempurna tentang martabat perawi dan mempunyai makalah yang kuat

terhadap sanad-sanad dan matan-matan hadis.

Page 38: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

D. Talak dalam Fiqih dan Perundang-undangan Republik Indonesia

1. Talak dalam Fiqih

a. Pengertian talak

Talak menurut bahasa berarti melepaskan tali dan membebaskan. Menurut

syara’ melepaskan ikatan akad nikah dengan lafadz tertentu, misalnya :

سرحتك -فر قتك –ط لقتك

Jadi talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah

hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya.

(Tihami 2009 :230). Namun ini berlaku untuk talak ba’in untuk raj’i

seorang suami masih diperbolehkan ruju’ kepada istri sebanyak dua kali,

selama masih dalam masa iddah.

b. Dalil disyariatkannya talak

Dalil disyariatkan talak adala al-Qur’an, sunnah, dan ijma’. Allah

berfirman dalam Qs Al – Baqarah : 229

ا لطلق مرتا ن فإ مسا ك بمعر و ف أ و تسر يح بإ حسا ن

Talak (yang di rujuk) dua kali setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang

makruh atau menceraikan dengan cara yang baik.

Adapun dalam hadis yang membahas tentang thalaq adalah sebagai berikut:

أ بغض الحلا ل إلى ا الله تعا لى ا لطلاق

Page 39: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Halal yang paling dibenci Allah adalah Talak.

Sedangkan ijma’ menyepakati bahwa hubungan suami istri adalah

hubungan tersuci dan terkuat, maka hubungan ini tidak boleh diremehkan

dan direndahkan. Keduanya harus berusaha menggapai mawadah

warrahmah dalam menjalani biduk rumah tangga.

c. Macam-Macam Talak

Secara garis besar talak di bagi menjadi dua yaitu :

1) Talak Raj’i

Talak Raj’i yaitu thalaq dimana suami masih mempunyai hak untuk

rujuk kepada istrinya, dimana istri dalam keadaan sudah digauli.

Hal ini sesuai dengan Qs Al-Baqarah : 229 yang berbunyi :

,»n=©Ü 9$# Èb$s?§�sD ( 88 $|¡ øBÎ*sù >$ rá�÷èoÿÏ3 ÷rr& 7x ƒÎŽô£ s? 9»|¡ ôm Î*Î/ 3 Ÿw ur ‘@ Ïts† öNà6 s9 br&

(#rä‹è{ ù's? !$£JÏB £ èdqßJçF÷�s?#uä $º«ø‹x© Hw Î) br& !$sù$sƒs† žw r& $yJŠÉ)ムyŠr߉ãm «! $# (

Talak (yang dapat di rujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan

cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan baik. Tidak halal bagi kamu

mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada

mereka, kecuali kalau keduaanya khawatir tidak akan dapat

menjalankan hokum-hukum Allah (Tihami, 2009 :233).

Talak Raj’i terbagi menjadi 5 kategori :

a) Talak mati, tidak hamil.

b) Talak hidup dan hamil.

c) Talak mati dan hamil.

Page 40: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

d) Talak hidup dan tidak hamil.

e) Talak hidup dan belum haid.

2) Talak Ba’in

Talak Ba’in adalah talak yang memisahkan sama sekali hubungan suami

istri. Talak Ba’in terbagi menjadi dua bagian:

a) Talak ba’in sughra, yaitu talak yang menghilangkan hak-hak rujuk

dari bekas suaminya, tetapi tidak menghilangkan nikah baru kepada

bekas istrinya. Yang termasuk dalam talak ba’in sughra ialah :

1) Talak yang dijatuhkan kepada istrinya sebelum terjadinya

dhukhul.

2) Khulu’

b) Talak ba’in kubra, ialah talak yang mengakibatkan hilangnya hak

ruju’ kepada bekas istri, walaupun kedua bekas suami istri itu masih

ingin melakukanya, baik diwaktu iddah maupun sesudahnya. Yang

termasuk dalam thalaq ba’in kubra adalah: perceraian yang

mengandung unsur sumpah seperti ila, zihar, dan li’an.

d. Hukum Talak

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum talak. Berikut ini pendapat

ulama mengenai hukum talak :

1) Wajib : Jika Suami telah bersumpah tidak akan menggauli (ila’)

Page 41: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

2) Sunah : Jika suami tidak mampu memenuhi istri/ jika istri tidak

mampu menjaga harga diri atau mempunyai perangai

yang buruk.

3) Haram : Thalaq dijatuhkan ketika istri dalam keadaan haid/ tanpa

tebusan, selain itu talak dijatuhkan suami dalam keadaan

sakit untuk menghalangi pewarisan.

4) Makruh : Berdasarkan hadis yang berbunyi

قلاالط ي االلهلا للالحا ضغب أ

Karena talak berarti keduanya mengkufuri nikmat yang telah Allah

berikan kepada keduanya.

2. Talak dalam UU ( perundang-undangan) Republik Indonesia

a. UU No 1 Th 1974

Di dalam UU, tidak disebutkan secara spesifik pengertian tentang talak

atau putusnya perkawinan. Namun di dalam UU No 1 Tahun 1974,

perkawinan dapat putus karena :

1) Kematian

2) Perceraian

3) Atas keputusan pengadilan

Menurut ketentuan pasal 39 ditegaskan bahwa perceraian hanya dilakukan

di depan sidang pengadilan. Setelah pengadilan yang bersangkutan

berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

Page 42: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan. Di dalam penjelasan

UU No 1 Th 1974, di sebutkan alasan-alasan yang bisa menyebabkan

perceraian, di antaranya:

1) Zina, mabuk, berjudi.

2) Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 tahun berturut-turut

tanpa keterangan.

3) Salah satu pihak mendapatkan/ dijatuhi hukuman penjara 5 tahun atau

lebih.

4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan pihak lain

5) Salah satu pihak mendapat cacat badan/penyakit, sehingga tidak mampu

menjalankan kewajiban sebagai suami/ istri

6) Sering terjadi percekcokan/ pertengkaran sehingga tidak ada harapan

untuk hidup rukun lagi.

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian yaitu :

1) Baik bapak/ ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-

anaknya

2) Bapak bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak, bilamana bapak dalam kenyataanya

tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut. Pengadilan dapat

menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

3) Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan

biaya penghidupan dan/ menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri.

Page 43: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

b. Kompilasi Hukum Islam

Menurut kompilasi Hukum Islam pasal 113, perkawinan dapat putus

karena:

1) Kematian

2) Perceraian

3) Atas putusan pengadilan

Putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian, dapat terjadi

karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian. Selain itu Kompilasi

Hukum Islam juga menerapkan alasan-alasan perceraian di antaranya :

1) Salah satu pihak berbuat zina, mabuk dan berjudi.

2) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut tanpa

keterangan.

3) Salah satu pihak mendapatkan hukum penjara selama 5 tahun. atau

hukuman/ lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan yang

membahayakan pihak lain.

5) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat

tidak dapat menjadikan kewajiban sebagai suami istri.

6) Antara suami isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan tidak ada

harapan akan hidup rukun

7) Suami melanggar taklik talak.

8) Peralihan Agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak

rukunan dalam rumah tangga.

Page 44: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Akibat Putusnya Perkawinan

1) Akibat Talak

Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib:

a) Memberikan mut’ah yang layak kepada isterinya baik berupa

uang/benda, kecuali bekas istri Qobla dhukhul.

b) Memberikan nafkah, maskan dan kiswa kepada bekas istri selama

masa iddah, kecuali bekas istri telah telah dijatuhi talak ba’in atau

nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil.

c) Melunasi mahar yang masih terutang seluruhnya dan separuh bila

Qobla dhukul.

d) Memberikan biaya hadlanah untuk anak-anaknya yang belum

mencapai umur 21 th.

2) Akibat Perceraian

a) Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadlanah dari

ibunya.

b) Anak yang sudah mumayyiz berkah memilih untuk mendapatkan

hadlanah dari ayah atau ibunya

c) Apabila pemegang hadlanah tidak dapat menjamin keselamatan

jasmani dan rohani anak, maka pengadilan agama dapat

memindahkan kepada kerabat lain.

d) Semua biaya hadlanah dan nafkah menjadi tanggung jawab ayah

sampai anak berusia 21 tahun.

Page 45: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

e) Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadlanah dan nafkah anak,

pengadilan agama memberikan putusannya berdasarkan a, b, c ,d.

f) Pengadilan dapat pula dengan kemampuan ayahnya menetapkan

jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang

tidak turut padanya.

Page 46: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

BAB III

TAKHRIJ HADIS

Adapun Takhrij yang dimaksud di sini meliputi : Penelusuran pencarian hadis

lewat kata kunci طلق dan بغض , Pencarian hadis yang ada di dalam kitab hadis

berdasarkan Ensiklopedi Hadis karya A.J.Wensik yang telah diterjemahkan ke dalam

Bahasa Arab oleh Muhammmad Fuad Abdul Baqi, Pengidentifikasian hadis

sebagaimana yang terdapat di dalam kitab hadis, Pembuatan bagan sanad, penelitian

dan menela’ah otensitas hadis yang terdapat dalam kitab Tahdzib-al- Tahdzib, serta

kritik sanad. Selanjutnya penulis akan menjabarkan proses takhrij ini satu persatu :

A. Menentukan Hadis yang digunakan Sebagai Landasan atau Dalil

Dalam hal ini penulis ingin mengetahui redaksi hadis yang berbunyi

قلاالط ي ا اللهل إ ل لاا لح ضغب أ

Berangkat dari keyakinan penulis mengenai kesahihan Hadis tentang

perkara yang halal namun dibenci Allah adalah Talak. Namun betapa terkejutnya

penulis manakala mendapati Hadis tentang Talak ini berbeda dalam buku “150

Hadis Dhaif dan Palsu yang Sering dijadikan Dalil” Karya Abdul Bakir, S.Ag.

Di dalam buku kecil itu, beliau menuliskan di halaman 93 tepatnya hadis nomor

141, bahwa hadis ini adalah hadis dhaif dinukilkan dari Al- ilal Al – Muntahiyah

karya ibnu jauzi, 2/1056 dan Adz Dzakirah 1/23. Penulis sempat meragukan

kebenaran buku ini, karena hadis ini selain termasuk hadis yang popular dalam

Page 47: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

buku – buku Fiqh munakahat , juga diriwayatkan oleh Abu Daud, dan Ibnu

Majah. Oleh karena itu penulis ingin meneliti Kesahihan hadis ini.

B. Pencarian di dalam ensiklopedi Hadis (Mu’jam Mufahrus li alfadz al-Hadis

An-nabawi) karya A.J Wensink yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa

Arab oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi .

Penulis memulai pencarian Hadis dengan menggunakan kata kunci:

طلق ) ١

Penulis menemukan potongan hadis di halaman 25, potongan hadis itu berbunyi :

ق لاا لط نم هيل إ ضغب ا أئيش االله لح أ ما

٣د طلا ق

بغض ) ٢

Penulis menemukan potongan hadis di halaman 202 dengan Kalimat

قلاالط ي ا اللهل إ ل لاا لح ضغب أ

٣د طلا ق

جھ طلا ق ا

Page 48: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

C. Penulis mengidentifikasi hadis sebagaimana yang terdapat di dalam kitab

Hadis

Setelah melakukan pencarian di Ensiklopedi hadis, penulis hanya

menemukan dua jalur yang meriwayatkan hadis tentang makruhnya talak. Adapun

jalur periwayatan hadis tersebut adalah :

1. Sunan Abi Daud

حث دا ان حمد ا بن يو نس حث دنا معر ف عن ر سو ل االله صلى االله عليه ا لق ب ر امح

ق لاالط نم هيل ا ضغب ا أئيش االله لح أ و سلم ما

2. Sunan Ibnu Majah

حث دا كنثيإ ر بن عبيد حث دا إن بن خا لنء د معر إ ف نب ولا ص عن مإ ب ا رح نب ا رث د .

عإ ن نب عمر نع أ. صل االله عليه و سلم قا ل النى بغل لالحا ض ى االلهل ا تى ا لع

ق لاطال

Page 49: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

D. Selanjutnya penulis membuat bagan sanad

1. Sunan Abi Daud

2. Ibnu Majah

ا لنبى

ا ر بحم

معر ف

حمد ا بن یو نس أ

ا بى دا و د

ىا لن

محا ر ب إ بن د ثا ر

مرا بن ع

ف ا بن وا صل معر

ما جھإ بن

بن خا لد إ

بیدكثیر ا بن ع

Page 50: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

3. Skema Bagan Hadis

(73 H)

( 116 H)

( ? )

(146 H) (227 H)

(250H) (275 H)

(273 H)

E. Meneliti dan menelaah otensitas hadis di dalam kitab Tahdzib - al-Tahdzib

untuk mengetahui sanadnya Muttasil atau Munqati’

1. Periwayat dari jalur Abi Daud

a. Abu Daud

Nama tokoh ini adalah Sulaiman bin al-Asy’ats bin ishaq al-

Azdawi al-Sijistani lahir pada tahun 202 H. Sebelum mendalami hadis,

Abu Daud mempelajari Al-Qur’an dan Bahasa Arab.

محا ر ب ا بن د ثا ر

ا بى دا و د

ا بن ما جھ

مرعا بن

ا لنبي

ف ا بن وا صل معر

ا حمد ا بن یو نس ا بن خا لد

بیدیر ا بن عكث

Page 51: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Dalam menempa diri agar menjadi ulama besar ia malang

melintang ke berbagai negeri : Khurasan, Ray, Harat, Kufah, Bagdad,

Tarsus, Damaskus, Mesir, Basrah Gurunya adalah ulama-ulama yang

terkemuka di antaranya : Abu Amr al-Dharir, Abu al-Walid al-Thayalisi,

Sulaiman bin Hard, dan Ahmad bin Hanbal. Banyak buku yang telah di

tulisnya, khususnya ilmu Hadis Abu Daud meninggal di Basrah pada 16

syawal tahun 275 H ( Zuhri, 2003: 174).

b. Ahmad Ibnu Yunus

Nama tokoh ini adalah Ahmad bin Abdullah bin Yunus bin

Abdullah bin Qais at Tamimi Al-Yarbu’I al-kufi.

Gurunya adalah Atsauri bin Ayyinah, Zaidah, Ashim bin

Muhammad, Ibnu Abi Zinad. Muridnya adalah Bukhari Muslim, Daud,

Abu Bakar bin Abi Syaibah, Hajaj bin Syair, Abd bin Hamid, Abd

Zar’ah, Haris bin Abi Asamah, Ishaq al-Harabi dan Ibrahim al-Jauzan,

Abu Harim, Saiqah, Yusuf bin Musa.

Diantara muridnya ada nama Abi Daud. Beliau adalah murid dari

Ahmad bin Yunus. Maka tidak diragukan bahwa orang inilah yang

dimaksud dalam sanad hadis ( Al-Asqalany,1984: 44).

Page 52: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

c. Muarif

Di dalam Tahdzib al-Tahdzib, peneliti menemukan nama Mu’arif

bin Washil Assiadi abu Badl atau disebut Abu Zuraid Al-Kufi, dengan

kode د - م . (Muslim –Abi Daud)

Gurunya bernama Abi wa’il, Ibrahim attaimy, Ibrahim An-nakhai,

Abdullah bin Buraidah, Muharib bin Ditsar, Habib bin Abi Tsabit, Amru

bin Dinnar dan Ya’Qub bin Nabatah. Muridnya Muhammad bin Mutharif

bin Washil, Abu Ahmad Azzabiri, Abdullah bin Sholeh, Ahmad bin

yunus, dan Ali bin Ja’ad.

Diantara muridnya ada nama Ahmad bin Yunus .ini Membuktikan

bahwa Mu’arif yang dimaksud adalah Mu’arif bin washil ( Al-

Asqalany,1984: 206).

d. Muharib

Di dalam kitab Tahdzib, peneliti menemukan nama Muharib bin

Ditsar bin Kurdus bin Qur wasy bin Jaunah bin salamah bin Sakhr bin

Tsa’labah bin Sudus Assudusy Abu Ditsar atau disebut Abu Kurdus atau

disebut Abu Nadr al-Kufi al-Qadli. Dengan kode (ستة) ع. Gurunya

bernama Ibnu Umar, Abdullah bin Yazid Al-Khatmi, Jabir, Ubaid bin Al-

Bara, Abdullah , dan Sulaiman. Murid-muridnya : Atha’ bin Sa’ib, Abu

Ishaq as Syaibani A’masy, Said bin Masruq, Mu’arif bin washil,

Muhammad bin Qais al-Shady. dan Sufyan.

Page 53: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Diantara Muridnya terdapat nama Mu’arrif bin washil. Ini

membuktikan bahwa Muharib yang dimaksud adalah Muharib bin Ditsar

( Al-Asqalany,1984: 45).

2. Periwayat dari Jalur Ibnu Majah

a. Ibnu Majah

Ia adalah al-Imam al-Hafidzh Abu Abdillah, Muhammad ibn

Yazid al-Qazwaini ibn majah. Majah adalah julukan ayahnya.

Ia lahir di Qazwain pada tahun 209 H. Berbagai negeri telah

dijelajahinya seperti : Irak, Hijaz, Mesir, Syam, dan lain-lain. Ibnu Majah

wafat pada 22 Ramadhan 273 H ( Zuhri, 2003: 178).

b. Katsir bin Ubaid

Nama lengkapnya adalah Katsir bin Ubaid bin Namir al-

Madhajiy. Dia dijuluki Abu al-Hasan, al-Hamshi, al-Hida’, al-Maqra’i.

Wafat tahun 250 H.

Gurunya : Muhammad bin Khalid, Ayyub bin Suwaid Arramli,

Baqiyah bin Walid, Sufyan bin Umayyah, Abdussalam bin Abdul

Guddus, Muslim bin Khalid Az-zanji.

Muridnya : Abu bakar Ahmad bin Umar bin Ashim, Ismail bin

Muhammad Beliau bin Ghirad al-Adry, Abul Hasan Ahmad bin Umair

bin Jausa’.

Page 54: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Diantara gurunya ada nama Muhammad bin Khalid, ini

menunjukkan bahwa Katsir bin Ubaid, adalah tokoh yang dimaksud

dalam sanad ini.

c. Abi Khalid

Nama tokoh ini adalah Muhammad bin Abi Kholid ibnu Utsmah

al- Hanafy al- Bisriy.Wafat tahun 146 H.

Gurunya :Katsir bin Abdillah bin amru bin Auf, Musa bin Ya’qub

al-Zam’i, Ibrahim bin Ismail bin Abi Habibah, Said bin Basyir.

Muridnya : Muhammad bin Abu Basyar Bindar,Ahmad bin Tsabit

al-Jahdari, Muhammad bin Abdillah bin Ubaid, Muhammad bin Isma’il

(www.al-atsariyyah.com).

d. Mu’arrif bin Washil

Di dalam kitab tahdzib, peneliti menemukan nama Mu’arif bin

washil as-Saadi abu Badl atau disebut Abu Zuraid Al-Kufi, dengan kode د

.(Muslim – Abi Daud) ,م -

Gurunya bernama Abi Wa’il, Ibrahim Attamy, Ibrahim An-

nakhai, Abdullah bin Buraidah, Muharib bin Distar, Habib bin Abi Tsabit,

Amru bin Dinnar dan Ya’Qub bin Nabatah.

Muridnya bernama Muhammad bin Mutharif bin Washil, Abu

Ahmad Azzabiri, Abdullah bin Sholeh, Ahmad bin Yunus, dan Ali bin

Ja’ad ( Al-Asqalany,1984: 206).

Page 55: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Diantara Muridnya ada nama Ahmad bin Yunus. Ini membuktikan

bahwa Mu’arif yang di maksud adalah Mu’arif bin Washil.

e. Muharrib bin Ditsar

Di dalam kitab Tahdzib, peneliti menemukan nama Muharrib bin

Ditsar bin Kurdus bin Qurwasy bin Jaunah bin Salamah bin Sakhr bin

Tsa’labah bin Sudus Assudusy Abu Ditsar atau disebut Abu Kurdus atau

disebut Abu Nadr Al-Kufi Al-Qadli. Dengan kode (ستة) ع. Gurunya

bernama Ibnu Umar, Abdullah bin Yazid Al-Khatami, Jabir, Ubaid bin

Al-Bara, Abdullah, dan Sulaiman, wafat (116 H).

Muridnya-muridnya bernama Atha bin Sa’ib, Abu Ishaq

assyaibani.A’masy, Said bin Masruq, Mu’arif bin Washil, Muhammad

bin Qais Al-Asady dan Sufyan ( Al-Asqalany,1984: 45).

f. Ibnu Umar

Abdullah bin Umar bin Khatab lahir pada tahun kedua atau ketiga

dari kenabian tepatnya pada tahun 614 M, masuk islam ketika ia masih

dalam usia 10 tahun bersama ayahnya.

Abdullah bin Umar adalah anak kedua dari Umar bin Al-Khattab

dan saudara kandung Hafshah binti Umar Al-Khattab umm Al-Mukmin.

Beliau adalah seorang sahabat yang tekun dan berhati-hati dalam

meriwayatkan hadis. Abdullah bin Umar meninggal di Makkah pada

tahun 73H atau 693 M ( wikipedia .com).

Page 56: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

F. Penentuan kualitas para perawi hadis dari tela’ah sanad, untuk langkah ini

peneliti menggunakan kitab Tahdzib Al-Tahdzib, dan ditemukan :

a. Ahmad bin Yunus

Ahmad bin Hanbal memberikan penilaian “Syaikhul Islam” kepada

Ahmad bin Yunus Abu Hatim, Nasa’i memberikan penilaian “Tsiqqah”

padanya, Usman bin Abi Syaibah memberi penilaian “Tsiqqah laisa bin

Hujjah”. Ibnu Sa’ad memberi penilaian “Tsiqqah Shaduqan”. Dengan

demikian ia di golongkan adil dan dzabith.

b. Mu’arrif bin Wasil

Ali bin Al-Madiny memberikan penilaian “Atsbatu min Ajlih”.

Abdullah bin Ahmad memberikan penilaian “Tsiqqah” Ishaq bin Manshur,

Ibnu Mu’ayyan, meberikan penilaian Tsiqqah, Muhammad bin Yunus

memberikan penilaian Afdhalu as-Syuyukh”.

Tidak ada ulama yang penilannya majruh. Dengan demikian ia adil

dhabit hadisnya shahih.

c. Muharrib bin Ditsar

Ahmad bin Mu’in, Abu Zar’ah, Abu Hatim,Ya’qub bin Sufyan dan

Nasa’i memberikan penilaian “Tsiqqah” Abu hatim memberikan penilaian

“Shaduq” Abu Zar’ah memberikan penilaian “Ma’mun”. Ibnu Hiban

memberikan penilaian “Tsiqqah”.Dari penilaian di atas menunnjukkan bahwa

Muharrib bin Ditsar adalah merupakan golongan orang yang ta’adil, meskipun

penilaian para ulama tidak menggambarkan pada kecermatan serta kekuatan

hafalan namun lebih kepada kebaikan sifatnya.

Page 57: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

d. Katsir bin Ubaid

Kredibilitasnya menurut Abu Hatim dan Ibnu hajar adalah “Tsiqqah”.

e. Abi Khalid

Penilaian Abu Hatim terhadap tokoh ini adalah bahwa hadis yang ia

bawa adalah hadis yang bagus, Menurut ibnu Hajar banyak benarnya namun

ada juga yang salah, Menurut Ibnu Hibban adalah bahwa terkadang ia salah

(www.al-atsariyyah.com).

Karena penulis menggunakan metode Al-Jarhu Muqaddamun ala

Ta’dil maka penulis memasukkan perawi ini dalam tingkatan hadis yang

dibawanya adalah hasan.

Dari hasil tayangan sanad kedua jalur itu dapat dikatakan bahwa

sanadnya tersambung. Namun dari Jalur Periwayatan Abi Daud yang

periwayatan hadis dari Muharrib langsung kepada Rasulullah tanpa menyebut

nama Abdullah bin Umar, menunjukkan bahwa hadis ini merupakan hadis

mursal.

Dari jalur periwayatan ibnu majah yang menjadi Musyahid, dapat

dipastikan bahwa Muharrib yang dimaksud adalah Muharrib bin Ditsar yang

merupakan salah satu murid dari Ibnu Umar.Dari jalur ini sanadnya muttasil.

Dari segi kualitas sanad, jalur Abi Daud memberikan penilaian

Tsiqqah kepada hampir semua periwayat.

Sementara dari jalur Ibnu majah, para ulama memberikan penilaian

“Tsiqqah” pada Kasir bin Ubaid, Mu’arrif bin Washil, untuk Muharrib bin

Ditsar, mereka hanya memberikan penilaian ma’mun, shaduqan. Namun

Page 58: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

karena termasuk dalam kategori ta’dil meskipun kata-katanya,

menggambarkan kebaikan seorang, tetapi tidak melukiskan kecermatan, atau

kekuatan hafalan maka dapat dikatakan bahwa golongan perawi dalam jalur

ini adil dan Dzabit, serta hadisnya shahih.Untuk Ibnu Khalid mereka

memberikan penilaian terkadang salah, namun ada benarnya .

Dari hasil tayangan di atas maka peneliti hadis memasukkan perawi/

pembawa hadis ini dalam golongan adil, dzabit dan hadis yang dibawanya

merupakan hadis shahih.Namun karena penulis melihat bahwa hanya ada satu

nama, dalam setiap thabaqah maka menurut penulis hadis ini termasuk ahad.

Page 59: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

BAB IV

TELA’AH MATAN

Untuk mengetahui otensitas suatu hadis, maka langkah yang dilakukan

penulis adalah menela’ah hadis yang dijadikan dalil dari segi matan / redaksi hadis.

Penulis juga mencari perbedaan dan persamaan redaksi matan Hadis antara jalur

periwayatan yang satu dengan lainnya. Selain itu penulis juga berusaha mencari dan

memahami sebab munculnya Hadis tersebut, untuk mendapatkan kepastian shahih

atau tidaknya hadis tersebut.

Adapun tela’ah sanad meliputi : penjelasan matan hadis, ashbab al-wurud,

sejarah Perceraian, alasan yang mendasari talak.

A. Penjelasan Matan Hadis tentang Makruhnya Talak.

1. Lafadz ا لحلال adalah Ism Tafdzil atau dalam bahasa Inggris merupakan أ بغض

super lative yang berwazan ا فعل statusnya adalah mubtada’. Adapun lafadz ا

Menurut ketentuan ilmu .(isim ma’rifat) ا لحلا ل di sandarkan pada kata بغض

nahwu jika isim tafdhil disandarkan pada isim ma’rifat maka bermakna

“yang paling dibenci dari suatu yang halal”.

إ لى ا الله .2

Adalah Harf Jar yang bermakna < ظر ف > jadi makna إ لى ا الله

bermakna di sisi Allah.

Page 60: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

ا لطلا ق .3

Merupakan khabar al-Mubtada’ dari lafadz ا بغض yang artinya yang

paling dibenci Allah dari suatu yang halal adalah talak.

Dari sini dapat kita pahami bahwa hukum talak tidak boleh dalam arti

halal namun di benci oleh Allah.

Tentang hukum talak ini para ahli fiqh berbeda pendapat. Namun pendapat

yang paling banyak diantara semua itu menyatakan bahwa hukum talak

“terlarang” kecuali karena alasan yang benar. Mereka yang berpendapat

begini adalah Hanafi dan Hambali, alasannya yaitu:

كل ذ وا ق مطلا ق ا الله نعل. ملس و هيءل االله لص االله و لس ر ل فا

Rasulullah SAW bersabda. Allah melaknat tiap-tiap orang yang suka

merasai dan bercerai.

ini disebabkan bercerai itu kufur terhadap nikmat Allah, sedangkan

menikah adalah nikmat Allah. Jadi kufur terhadap nikmat adalah haram.

Menurut Hanafi dan Hambali tifak halal bercerai, kecuali karena darurat.

Lebih jauh golongan Hambali, menjabarkan hukum talak :

a. Talak wajib, yaitu talak yang dijatuhkan dari pihak hakam, karena

perpecahan antara suami istri yang sudah berat. Ini jika Hakam

berpendapat bahwa talak adalah merupakan jalan satu-satunya

menghentikan perpecahan.

Page 61: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

b. Talak haram yaitu talak tanpa alasan talak ini diharamkan karena

merugikan bagi suami dan istri, dan tidak adanya kemaslahatan yang

mau di capai dengan perbuatan talaknya itu jadi talaknya haram.

Contoh : Suami yang menalak istrinya, manakala dia sedang sakit

keras hal itu dilakukan untuk menghalangi pewarisan.

c. Talak makruh (dibenci) : Talak adalah perbuatan yang dibenci, karena

ia merusakan perkawinan yang mengandung kebaikan-kebaikan yang

dianjurkan oleh agama.

d. Talak sunnah yaitu karena istri mengabaikan kewajibanya kepada

Allah.

Seperti : tidak mau menjalankan shalat istri kurang rasa malunya,

sementara suami tidak mampu memaksa istri agar menjalankan

kewajiban tersebut.

Imam Ahmad berkata : tidak patut memegang istri seperti ini karena

hal itu dapat mengurangi keimanan suami, tidak membuat aman

rajangnya dari perbuatan rusaknya, serta dapat melemparkan

kepadanya anak yang bukan darah daginya sendiri. Dalam keadaan

seperti ini tidak salah untuk bertindak keras kepada istrinya.

B. Asbabul Wurud (Asbab al-Wurud)

Asbab al-wurud menyingkap sebab-sebab timbulnya suatu hadis. Tujuan

asbab al-wurud adalah untuk mencegah dari kesalahan dalam memahami hadis

karena tidak diketahui sebab turunnya.

Page 62: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Hadis tentang makruhnya talak, merupakan jenis hadis Taqriry

(penetapan), yakni sebuah hadis yang isinya berupa penetapan suatu hukum,

yang diputuskan oleh Rasulullah SAW ketika datang suatu persoalan yang

dialami oleh umat muslim/ umat Islam yang diadukan kepada beliau.

Hadis tentang makruhnya talak dilatarbelakangi oleh dua versi :

1. Imam Baihaqi dalam kitabnya, as-Sunan al-Kubra, mengeluarkan riwayat dari

Muharrib ibn Ditsar, dia berkata di zaman Nabi, ada seorang laki-laki yang

menikah dengan seorang perempuan kemudian ia menceraikanya. Nabi

berkata kepadanya. Apakah kamu sudah menikah? Sudah, Jawabanya. Lalu

apa yang terjadi? Tanya nabi, aku telah menceraikanya apakah ada sesuatu

yang mencurigakan dari istrimu? Tidak. Selanjutnya laki-laki itu menikah

dengan perempuan lain dan menceraikanya lagi. Dan begitu dia melakukanya

hingga dua tiga kali, sementara nabi selalu mengomentarinya dengan hal yang

sama dengan hal yang sama. Oleh karena itu nabi kemudian bersabda

“Sesungguhnya perkara halal yang dibenci Allah adalah Ta’ala”

2. Menurut riwayat lain, menyebutkan hadis ini berkaitan dengan peristiwa

Abdullah bin Umar yang menikahi seorang perempuan yang ia cintai, Namun

sang ayah Umar bin Khattab tidak menyukai itu menikahi sang perempuan.

Abdullah pun mendatangi Rasulullah dan mengadukan hal tersebut.

Rasulullah lantas mendo’akan Abdullah, kemudian bersabda :

“ Ya Abdullah, ceraikan istrimu itu. Akhirnya Abdullah menceraikan istrinya

(Fath al-Bari, juz 10, hlm 447 dan Aun Al-Mabud Syarh Sunan Abi Daud, Juz

6 hlm . 226)

Page 63: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

C. Sejarah Perceraian

Tidak diketahui secara pasti tentang sejarah perceraian atau orang yang

pertama kali becerai, namun sejarah Islam pernah mencatat bahwa Nabi Ismail

pernah menceraikan Istrinya atas perintah ayahnya Nabi Ibrahim AS Di dalam

Riwayat 25 Nabi dan Rasul karya Drs.Moh Rifai diceritakan bahwa Nabi Ismail

setelah dewasa, kemudian kawinlah dengan seorang wanita dari Juhrum. Pada

suatu ketika Nabi Ibrahim datang kerumah anaknya Ismail, namun Ismail tidak

di rumah, yang ada hanya menantunya. Kemudian Nabi Ibrahim pulang karena

rupanya tidak diterima dengan baik oleh menantunya itu. Nabi Ibrahim minta ijin

pulang dengan meninggalkan pesan untuk anaknya Ismail.

Nabi Ibrahim berkata : Jika suamimu datang nanti, katakana bahwa saya

datang kemari, Ceritakanlah bahwa ada orang tua sifatnya begini, dan berpesan

kepadanya, bahwa saya ini tidak suka kepada gawang pintu rumah ini dan ia

supaya lekas ditukarnya. Setelah suaminya datang, diceritakanlah hal itu

semuanya kepada suaminya Ismail.

Ismail berkata : Itulah dia ayahku dan rupanya engkau tidak

menghiraukan dan menghormati ayahku. Sekarang engkau saya cerai sebab

ayahku tidak menyukai orang yang berperangai rendah.

Secara jelas dapat dipahami, bahwa perceraian antara Nabi Ismail dengan

istrinya akibatnya karena akhlaq sang istri yang kurang baik.

Meskipun sejarah tidak mencatat perceraian, namun penulis akan

melacaknya langsung kepada Nabi Muhammad dan sahabat-sahabat terdekat

beliau.

Page 64: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

1. Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW juga pernah menceraikan beberapa istrinya,

meski ada yang dirujuk kembali. Kejadian itu bermula manakala Hafsah binti

Umar melihat Mariyah al-Qibtiyah datang menemui Nabi karena ada suatu

urusan. Selanjutnya Rasulullah meminta Marriyah al-Qibtiyah masuk kedalam

rumah Hafsah, yang pada waktu itu sedang pergi ke rumah ayahnya. Melihat

tabir kamar tidurnya tertutup, sementara Nabi Muhammad dan Mariyah

berada di dalamnya, amarah Hafsah bin Umar meledak. Hafsah menangis

penuh amarah Nabi Muhammad berusaha membujuk dan meredakan amarah,

bahkan beliau bersumpah mengharamkan Mariyah baginya kalau Mariyah

tidak meminta maaf pada Hafsah, dan Nabi meminta agar Hafsah

merahasiakan kejadian itu.

Namun Hafsah menceritakan kejadian itu kepada Aisyah, berita itu

segera menyebar. Padahal Rasulullah telah memerintahkan untuk menutup

rahasia itu. Beliau sangat marah sebagian riwayat mengatakan setelah

kejadian itu Nabi Muhammad menceraikan Hafsah, namun beberapa saat

kemudian beliau merujuknya kembali karena melihat ayah Hafsah, Umar bin

khattab sangat resah.( lembar tua.blogspot.com)

2. Zaid bin Haritsah

Zaid bin Haritsah adalah seorang budak belian yang dibeli oleh

Sayyidah khadijah lalu dimerdekakan oleh Muhammad. Sementara itu istrinya

bernama Zainab binti jahsy, seorang perempuan suku Quraisy dan berasal dari

Page 65: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

keluarga terpandang yaitu Hasyim Zainab binti Jahsy adalah sepupu

Rasulullah SAW dari pihak Ibu.

Perkawinan mereka dianggap suatu aib bagi keluarga Jahsy. Hal ini

terjadi karena memang tidak ada gadis-gadis di kaum bangsawan yang

terhormat akan kawin dengan bekas-bekas budak sekalipun yang sudah

dimerdekakan. Disisi lain Nabi Muhammad ingin menghilangkan segala

macam pertimbangan yang masih berkuasa dalam jiwa mereka hanya atas

dasar (ashabia) atau fanatisme. Ia ingin supaya orang mengerti bahwa orang

arab tidak lebih tinggi dari orang yang bukan arab. Kecuali takwa, seperti

yang termaktub dalam Al-Qur’an, QS :49 :13)

ما كقتا ا الله دنع مكم رك أ نإ

bahwa orang yang paing mulia diantara kamu dalam pandangan Allah ialah

orang yang lebih bertaqwa..

Sungguhpun begitu ia (Nabi Muhammad) tidak perlu memaksa wanita

lain untuk itu di luar keluarganya. Ia kemudian melamar anak perempuan

bibinya, Zainab binti Jahsy untuk di kawinkan dengan anak angkatnya Zaid

bin Haritsa.

Awalnya saudara laki-laki zainab, Abdullah binti Jahsy menolak dan

menganggap ini aib besar namun setelah turun ayat (33 : 36)

Bur tb%x. 9 ÏB÷sßJÏ9 Ÿw ur >puZÏB÷sãB #sŒÎ) Ó|Ó s% ª! $# ÿ¼ã&è!qß™ u‘ur #·�øBr& br& tbqä3tƒ ãNßgs9 äouŽz�σø:$#

ô ÏB öNÏdÌ�øBr& 3 `tBur ÄÈ ÷ètƒ ©! $# ¼ã&s!qß™ u‘ur ô‰s)sù @ |Ê Wx »n=|Ê $YZ�Î7•B ÇÌÏÈ

Page 66: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Bagi laki-laki dan wanita yang beriman. bilamana Allah dan rasullnya

telah menetapkan suatu ketentuan, maka mereka tidak boleh mengambil

kemauan sendiri dalam urusan mereka itu. Dan barang siapa tidak mematuhi

Allah dan Rasul Nya, mereka telah melakukan kesehatan yang nyata sekali.

Setelah turun ayat ini tidak ada jalan lain buat Abdullah dan zainab

saudaranya, selain harus tunduk dan menerima. Lalu Zaid bin Haritsah

dikawinkan kepada Zainab setelah mas kawinya oleh Nabi Muhammad

disampaikan. Dan sesudah Zainab menjadi istri, ternyata ia tidak mudah

dikendalikan dan tidak mau tunduk. Malah ia Banyak mengganggu Zaid. Ia

membanggakan diri kepadanya dari segi keturunan dan bahwa dia katanya

tidak mau tunduk oleh seorang budak.

Sikap Zainab yang tidak baik kepadanya itu tidak jarang oleh Zaid

diadukan kepada Nabi, dan bukan sekali saja ia meminta ijin kepadanya

hendak menceraikanya. Tetapi Nabi menjawabnya “Jaga baik-baik istrimu,

jangan ceraikan, hendaklah engkau takut kepada Allah”

Tetapi Zaid tidak tahan lama-lama bergaul dengan Zainab binti Jahsy

serta sikapnya yang angkuh. Lalu Zaid menceraikanya.

3. Tsabit bin Qais

Tsabit bin Qais adalah seorang sahabat yang lurus dalam arti dia

adalah orang yang sholeh dan tidak pernah menyakiti istri. Jamilah istri

Tsabit, merupakan wanita sholehah, ia tidak pernah mengeluhkan persoalan

Page 67: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

rumah tangganya. Namun suatu kali Jamilah mengajukan gugatan cerai

terhadap Tsabit bin Qais, dengan alasan suaminya buruk rupa, dan tidak sedap

dipandang. Ia khawatir jika suatu saat ia menjadi tidak tahan dengan

ketidaknyamanan dan akan melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan agama.

Karena itulah Jamilah meminta diceraikan secara baik-baik.Tujuanya

adalah menghindarkan diri dari kemafsadahan (kerusakan yang lebih besar).

Selanjutnya Jamilah bercerai dengan Tsabit bin Qais dengan syarat membayar

tebusan berupa penegembalian mas kawin terhadap Tsabit bin Qais (as-

shanani : 11)

4. Ghailan bin Umayyah at TsaQafi

Imam Malik meriwayatkan dalam al-Muwata’, Nasa’i, dan Daruqutni

dalam masing-masing Sunannya.

Bahwa Nabi berkata kepada Ghailan bin Umayyah at-Tsaqafi yang

masuk islam, padahal ia punya sepuluh istri beliau bersabda kepadanya.

Pilihlah empat orang di antara mereka dan ceraikanlah yang lainya.

( Sabiq,1981: 275)

5. Qais bin Harits

Dalam kitab Abu Daud dari Harit bin Qais, ia berkata :

و سلم فقا ل ا ختر ا سلمت وعند ي ثما ن نسو ة فذ كر ت ذ لك للني صلي االله اله

منهن ا ربعا

Page 68: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Saya masuk Islam bersama-sama dengan delapan istri saya. lalu saya

ceritakan hal itu kepada Nabi SAW. Maka sabda beliau.“ Pilihlah empat

orang di antara mereka “

Sebenarnya kejadian tersebut, nama orang yang sebenarnya adalah Harits

bin Qais al-Asady.

D. Alasan yang Mendasari Talak Pada Zaman Rasul

1. Nabi Muhammad SAW

Dari perceraian Nabi Muhammad di atas, dapat kita pahami alasan

nabi menceraikan istrinya yang bernama Hafsah binti Umar, meskipun pada

akhirnya nabi merujuknya kembali. Talak dijatuhkan karena Hafsah tidak

mampu menjaga rahasia tentang Nabi Muhammad yang telah bersumpah tidak

akan menyentuh Mariyah al-Qibtiyah. Ia malah menyampaikan kepada

Aisyah. Pelajaran yang dapat diambil dari cerita di atas adalah seorang istri

yang harus dapat menjaga rahasia rumah tangganya, apalagi jika istri telah

diminta suami untuk menjaga rahasia.

2. Zaid bin Haritsah

Perceraian Zaid bin Haritsah dan Zainab binti Jahsy, akibat dari

perbuatan Zainab sebagai istri yang suka membangkang dan tidak mau tunduk

kepada suaminya Zaid. Kehidupan perkawinan yang sakinah, mawadah, dan

rahmah tidak bisa terjadi, jika salah satu pihak tidak mau bekerjasama dalam

menciptakan suasana sakinah mawadah, dan rahmah. Oleh karena itu talak

Page 69: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

merupakan jalan terakhir yang harus diambil karena jika terus menerus

dipaksakan untuk tetap bersatu antara mereka, Justru akan tidak baik, pecah

dan kehidupan mereka menjadi kalut.

3. Tsabit bin Qais

Perceraian Tsabit bin Qais atas permintaan istrinya Jamilah, terjadi

karena Jamilah kurang nyaman dengan wajah Qais yang buruk rupa. Memang

alasan di atas kelihatan mengada ada namun jika mereka terus bersama, maka

istri akan terjerumus kepada hal-hal yang dilarang agama. Hal yang paling

memungkinkan terjadi adalah isteri menyukai orang lain, karena sudah

menjadi naluri birahi seseorang menyukai yang indah-indah.

4. Ghailan bin Umayyah al-Tsaqaf

Perceraian ghailan bin Umayyah at-Tsaqafi dengan 6 isterinya dilatar

belakangi oleh perintah agama. Islam membatasi Jumlah istri tidak lebih dari

4 orang. Ghailan sebagai penganut agama Islam harus tunduk dan patuh pada

ketentuan itu.

5. Qais bin Harits

Latar belakang perceraian Qais bin Harits, juga dilatar belakangi oleh

perintah agama. Ia menceraikan 4 orang isterinya. Karena ketentuan agama

memerintahkan beristri tidak boleh lebih dari 4 orang.

Page 70: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

E. Fenomena Talak Masa Kini

Perkembangan dewasa ini menunjukkan bahwa perceraian atau talak

dalam rumah tangga banyak terjadi. Setiap orang dalam berumah tangga selalu

mendambakan keluarga yang sakinah, mawadah, dan rahmah. Untuk dapat

mencapainya dibutuhkan dua orang untuk menjaga keutuhan rumah tangga

tersebut.

Talak atau perceraian yang dulunya dianggap tabu dan merupakan suatu

aib bagi para pelakunya, kini banyak dilakukan. Yang lebih memprihatinkan

adalah bahwa perceraian itu diminta oleh kaum hawa atau dalam istilah

hukumnya lebih kita kenal dengan gugatan cerai.Atas nama ketidak cocokan atau

perbedaan prinsip perceraian dengan gampang dilakukan.

Banyak kita lihat dan temukan para pesohor negeri dengan mudahnya

melayangkan gugatan cerai, mulai dari para artis, pejabat, hingga ulama. Yang

membuat kita terhenyak, perceraian itu dilakukan tak lama setelah penikahan.

Kasus terbaru yang membuat heboh publik adalah perceraian pejabat publik yang

dilakukan oleh seorang Bupati Garut bernama Aceng Fikri dimana dia

menceraikan istri belianya Fani Oktora empat hari setelah akad nikah.Dengan

alasan yang mengada-ada seperti bau mulut, bau badan, dan alasan-alasan lain

yang tidak masuk akad, sang Bupati mengembalikan Fani Oktora kepada orang

tuanya.

Selain Aceng Fikri kita temukan lagi kasus yang tak kalah heboh dimana

seorang suami mentalak isterinya karena diperintahkan oleh guru spiritualnya

dalam kasus Eyang Subur vs Adi Bing Slamet.

Page 71: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Tak kurang dari 60% penggugat cerai adalah istri, penyebab gugatan

perceraianpun beragam diantaranya :

1. Ekonomi, dalam positanya diterangkan bahwa suami tidak menafkahi

isterinya.

2. Kekerasan Dalam Rumah Tangga ( KDRT).

3. Suami pergi tidak ada kabarnya.

4. Isteri bekerja di Luar Negeri. ( Republika, 17 Januari 2013)

Memang perceraian adalah urusan pribadi suami/isteri dan merupakan aib

yang tabu jika diketahui serta dikemukakan ke masyarakat.Namun alangkah

naifnya jika perceraian itu dilakukan dengan alasan yang tidak dibenarkan oleh

syariat.

Dari sini dapat kita pahami perbedaan yang mendasari perceraian pada

masa Rasulullah dan zaman sekarang ini.Adanya gempuran gerakan feminisme,

gender, dan cinta pada hal-hal duniawi, membuat orang terkadang lupa akan

tujuan perkawinan.Memang benar Talak adalah perkara yang halal, namun

menjauhi hal-hal yang dibenci Allah bukankah suatu hal yang harus dilakukan?

Page 72: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini, minimal akan menjawab semua pertanyaan

yang ada pada rumusan masalah. Adapun simpulan yang dimaksud, adalah

sebagai berikut :

1. Hukum talak halal namun dibenci oleh Allah. Tentang hukum talak ini para

ahli fiqh berbeda pendapat. Namun pendapat yang paling banyak diantara

semua itu menyatakan bahwa hukum talak “terlarang” kecuali karena alasan

yang benar . Lebih jauh golongan Hambali, Menjabarkan hukum talak :

a. Talak Wajib, yaitu talak yang di jatuhkan, karena perpecahan antara suami

istri yang sudah berat.

b. Talak Haram yaitu talak tanpa alasan, talak ini diharamkan karena

merugikan bagi suami dan istri, dan tidak adanya kemaslahatan yang mau

dicapai dengan perbuatan talaknya itu, jadi talaknya haram.

c. Talak Makruh (dibenci) : Talak adalah perbuatan yang dibenci, karena ia

merusakan perkawinan yang mengandung kebaikan-kebaikan yang

dianjurkan oleh agama.

d. Talak Sunnah yaitu karena istri mengabaikan kewajibanya kepada Allah.

Page 73: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

Seperti : tidak mau menjalankan shalat istri kurang rasa malunya,

sementara suami tidak mampu memaksa istri agar menjalankan kewajiban

tersebut.

2. Hadis yang dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum makruhnya talak,

atau perkara halal namun dibenci Allah adalah talak, terdapat dalam dua jalur,

yaitu: Abu Daud dan Ibnu Majah.

3. Jalur periwayatan Abi Daud, sanadnya bersambung, namun dari thabaqah

Tabi’in langsung kepada Nabi Muhammad, tanpa menyebutkan thabaqah

Shahabat, menjadikan hadis dari jalur periwayatan Abi Daud ini sebagai hadis

mursal.

4. Jalur periwayatan Ibnu Majah, sanadnya bersambung dari perawi pertama

(ibnu Ummar) hingga perawi terakhirnya, dengan demikian hadis dari Jalur

Periwayatan Ibnu Majah muttasil.

5. Jalur periwayatan Abi Daud, sesuai dengan Ilmu al-Jarhu wa al-Ta’dil

menunjukkan bahwa para periwayat dalam jalur ini secara kualitas mendapat

penilaian “Tsiqqah” meskipun penilaian untuk Muharrib bin Ditsar hanya

“Ma’mun” dan “Shaduqan” yakni tidak menggambarkan pada kecermatan

serta kekuatan hafalan namun lebih kepada kebaikan sifatnya.Jadi nilai hadis

ini adalah Hasan.

6. Jalur Ibnu Majah, sesuai dengan Ilmu al-Jarhu wa al-Ta’dil menunjukkan

bahwa para periwayat dalam jalur ini secara kualitas mendapat penilaian

“Tsiqqah”. Kecuali pada Ibnu Khalid yang mendapat penilaian kadang kala

benar namun ada salahnya, menjadikan hadis ini Hasan.

Page 74: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

7. Di lihat dari segi kuantitas, atau banyaknya periwayat yang meriwayatkan

hadis ini, penulis hanya menemukan satu nama dari setiap Thabaqah

/Generasi, sehingga penulis menilai bahwa hadis ini termasuk dalam golongan

hadis ahad.

B. Rekomendasi

1. Penelitian hadis merupakan penelitian yang tidak mudah dan tidak semua

orang bisa melakukannya. Karena dalam hal ini dibutuhkan kemampuan

khusus yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemampuan yang dimaksud

ialah kemampuan dibidang Ulum al-Hadis, Bahasa Arab, serta Nahwu dan

Sharaf. Kendati begitu, tidak ada salahnya kita sebagai Mahasiswa khususnya

Syari’ah melakukan penelitian terhadap hadis-hadis yang umum dan sering

kita gunakan. Jarrib wa Lahidz Takun Arrifan!

2. Penulis berharap agar Jurusan Syari’ah, membuka peluang seluas-luasnya

bagi para mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya , mengingat

banyak hadis yang popular ternyata hadis itu termasuk dalam kategori dhoif.

3. STAIN sebagai lembaga yang mempunyai peranan yang besar terhadap

kemajuan pengetahuan Islam, harus lebih maksimal dalam menyediakan

sarana dan prasarana yang menunjang penelitian, terutama yang berkenaan

dengan hadis.

Page 75: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi .1953. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis.

cet 11. Jakarta: Bulan Bintang

Al-Asqalany. 1984. Tahdzib al-Tahdzib. Cet 1 . Beirut: Daar al-Fikri

Darsono.2005. Hukum Perkawinan Nasional. cet 3. Jakarta: PT Rineka Cipta

Fuad, Muhammad.tt. Sunan Ibnu Majah.Beirut, Libanon: Daar al-Kutub al-Ilmiyyah

Haekal,Muhammad Husain.1980. Sejarah Hidup Muhammad.cet 5.Jakarta: Pustaka Jaya

Ibrahim, Johnny.2006.Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. cet 1.

Malang : Bayu Media Publishing

Kansil, C.S.T.1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. cet 8. Jakarta :

Balai Pustaka

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Cet 3. Jakarta : Ghalia Indonesia

Sabiq,Sayyid.1981.Fikih Sunnah. cet 1. Bandung: PT Al-Ma’arif

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji. 1995.Penelitian Hukum Normatif,Suatu Tinjauan Singkat.

cet IV. Surabaya: PT Raja Pers

Soemitro, Ronny Hanitijo.1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jumetri. cet 4. Jakarta:

Ghalia Indonesia

Yunus, Mahmud.1990. Kamus Arab –Indonesia. cet 8. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Zed, Mestika .2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Zuhri, Muh.1997. Hadis Nabi ( Telaah Historis dan Metodologis). cet 1.

Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya

Page 76: TELAAH KEABSAHAN HADIS TENTANG - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3014/1/ANIF LATIFAH.pdf1. Memperdalam pemahaman terhadap Talak dalam Fiqih dan perundang – undangan