iain salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/akreditasi pesantren.pdf ·...

81
LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan Kebutuhan Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pesantren di Salatiga dan Kabupaten Semarang Oleh Benny Ridwan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN SALATIGA

Upload: others

Post on 29-Jul-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016

AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas

Kebijakan Kebutuhan Pengembangan dan Peningkatan

Kualitas Pesantren di Salatiga dan Kabupaten Semarang

Oleh

Benny Ridwan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dan

Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora

IAIN SALATIGA

Page 2: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………….....................

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN …………………....................

NOTA PEMBIMBING ............................................................. ...................

ABSTRAK ................................................................................. ...................

KATA PENGANTAR ............................................................... ...................

DAFTAR ISI .............................................................................. ...................

DAFTAR GAMBAR ................................................................. ...................

i

Ii

iii

iv

v

vi

vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah …………….........……………... 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………… 5

C. Tujuan Penelitian ….........................……………………… 5

D. Manfaat Penelitian…………………..…………………… 5

E. Keaslian Penelitian……………………………………… 6

F. Tinjauan Pustaka ………………………………………… 9

G. Landasan Teori...................................................................... 12

H. Metode Penelitian................................................................. 14

1. Materi Penelitian …………………………………......... 14

2. Cara/Alat Penelitian .................................…………… 15

3. Jalan Penelitian................................................................ 15

4. Analisis Data .................................................................... 17

I. Hasil yang akan dicapai ………………………………… 18

BAB II AKREDITASI LEMBAGA PENDIDIKAN PESANTREN 20

A. Pentingnya Akreditasi................................... …………….. 20

B. Dasar Hukum

Akreditasi............……………………..........

21

C. Tujuan

Akreditasi.................................................................

25

D. Manfaat Akreditasi.............................................................. 26

E. Akreditasi adalah Jaminan Mutu Pendidikan Pondok

Pesantren

28

BAB III PANDANGAN-PANDANGAN PEMERINTAH DAN

MASYARAKATTERHADAP UPAYA AKREDITASI

PESANTREN

......................................................................................

36

A. Pandangan Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan

Pengembangan Dan Peningkatan Kualitas Pesantren............

36

B. Relasi Etis Kiai – Santri .......................................................... 42

C. Pandangan Masyarakat Terhadap Pemenuhan Kebutuhan

Pengembangan Dan Peningkatan Kualitas Pesantren............

45

Page 3: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

BAB IV PERUMUSAN FORMAT AKREDITASI PESANTREN ............ 57

A. Standar Isi [kurikulum] 58

B. Standar Proses 60

C. Standar Kompetensi Lulusan 62

D. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan [ustadz] 63

E. Standar Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan 63

F. Standar Pengelolaan Ma‟had atau asrama 64

G. Standar Penelitian 65

H. Standar Penilaian 68

I. Standar Pembiayaan 68

J. Standar Pengabdian Kepada Masyarakat 69

BAB VI PENUTUP ................................................................................. 72

A. Kesimpulan ……………………………………………….

B. Saran

....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

.....................................................................................

LAMPIRAN

....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR

.....................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islamdi Indonesia

tidak bisa dipandang sebelah mata.Kehadiran pesantren menempati posisi yang

sangat strategis dalam kehidupan masyarakat.Itulah sebabnya, posisi dan

keberadaan pesantren mendapatkan tempat yang penting karena dianggap mampu

Page 4: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

memberi pengaruh bagi kehidupan sebagian besar lapisan masyarakat.Keberadaan

dan penyebaran pesantren di wilayah Indonesia terus bermunculan dan mengalami

peningkatan jumlah. Pada awal abad ke-21, selain terdapat pesantren-pesantren

yang telah bertebaran sebelumnya sejak abad ke-19, di wilayah Sumatera, Jawa,

Kalimantan, Sulawesi hinggaPapua juga banyak bermunculan dan berdiri

pesantren-pesantren baru yang tentu saja akan menambah khazanah perbendaharaan

pesantren. 1

Berbicara masalah perkembangan pesantren Indonesia sama halnya

mengurai bagaimana perkembangan bangsa Indonesia. Perkembangan pesantren di

Indonesia identik dengan wacana perjuangan Indonesia menjadi sebuah negara. Hal

ini tidak bisa dipungkiri jika melihat peranan yang telah diemban oleh pesantren

sebagai wadah pembentukan karakter dari anak bangsa. Pesantren juga memiliki

keunikan yang luar biasa, betapapun derasnya arus zaman menggerus dunia,

beberapa pesantren masih tetap eksis dalam menyuarakan suara Ilahi, syiar Islam,

dakwah kultural, pemberdayaan ekonomi di masyarakat. Dikatakan unik, karena

pesantren memiliki karakteristik tersendiri yang khas yang hingga saat ini

menunjukkan kemampuannya yang cemerlang melewati berbagai episode zaman

dengan kemajemukan masalah yang dihadapinya. Bahkan dalam perjalanan

sejarahnya, pesantren telah memberikan andil yang sangat besar dalam ikut serta

1Baca lebih lanjut dalam Haidar Putra Daulay, Historisitas Dan Eksistensi Pesantren,

Sekolah, Madrasah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001) dan bandingkan dengan buku Haidar Putra

Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2009) hlm 45-54. Dalam kedua buku itu disebutkan bahwa sesuai dengan gencarnya

pembaruan pemikiran Islam yang dicanangkan oleh para pembaharu muslim diberbagai negara

sampai juga gaung pembaruan itu di Indonesia. Dalam hal ini ide-ide pembaruan pendidikan di

Indonesia mulai muncul diawal abad ke XX, disebabkan banyaknya orang yang tidak puas dengan

sistem pendidikan yang berlaku saat itu.Karenanya ada beberapa sisi yang perlu diperbaharui, yakni

dari segi isi (materi), metode, sistem, dan manajemen.

Page 5: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

mencerdaskan kehidupan Bangsa dan memberikan pencerahan terhadap

masyarakat.

Sayangnya pamor pesantren semakin pudar oleh wacana radikalisme yang

berkembang saat ini. Pesantren dicurigai dan diidentikkan sebagai sarang teroris;

yang menghalalkan cara untuk mewujudkan idealisme dari cita-cita negara Islam

yang mereka usung. Di sisi lain desakan kepada pesantren untuk tidak menutup diri

terhadap perubahan dan kemajuan teknologi globalisasi, karena keengganan

pesantren untuk menyesuaikan dengan perubahan sebenarnya dengan sendirinya

telah memposisikan pesantren sebagai lingkungan yang terisolir dari pergaulan dan

pada akhirnya akan ditinggalkan kebanyakan orang, karena sudah tidak lagi sesuai

atau tidak dapat mengakomodasi keadaan zaman. Dengan demikian secara tak

langsung pesantren telah ikut juga menciptakan permasalahan dalam era

globalisasi, yaitu perasaan teringkari, tersisihkan atau tertinggal dari orang lain dan

kalangan tertentu dalam masyarakat, akibat tidak dapat mengikuti dan tidak dapat

menyesuaikan dengan perubahan itu. Selanjutnya, pertumbuhan masyarakat

pengangguran, masyarakat miskin, kaum marginal atau pinggiran di kota-kota

besar, seharusnya menyadarkan pesantren. Mengingat keberpihakan pesantren

terhadap kaum pinggiran, atau pedesaan yang ekonominya berada pada posisi

menengah ke bawah atau kelompok mustad‟afin yang juga rentan akan dihinggapi

inferioritas, mental keterbelakangan, dan nir spirit untuk maju, sehingga dalam hal

ini pesantren tentu lebih mempunyai kesempatan untuk memberdayakan dan

mengangkat kaum tersebut.

Page 6: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Kemungkinan-kemungkinan pesantren untuk dapat berkembang dan

menjadi alternatif bagi pendidikan Islam masa depan, sangat tergantung pada dunia

pesantren itu sendiri, dan faktor-faktor (dukungan) dari luar. Faktor dari dalam

tersebut antara lain adalah; kepemimpinan pesantren, sikap keluarga pemilik

pesantren, sikap dan pandangan para kiai, ustadz dan santri, serta ada tidaknya

kemampuan santri untuk berorganisasi secara maju.Sedangkan faktor luar yang

turut mempengaruhi dapat disebutkan misalnya; respon masyarakat terhadap

pesantren, bantuan pemerintah atau lembaga-lembaga modern lainnya seperti

perguruan tinggi, partisipasi masyarakat serta penelitian dan kajian agama yang

datangnya dari luar untuk meningkatkan kualitas dan mempromosikan keberadaan

suatu pesantren.2

Tuntutan sebagian masyarakat akan akreditasi pesantren semakin tinggi dan

mendapat momentumnya saat ini. Akreditasi adalah pengakuan formal yang

diberikan oleh badan akreditasi terhadap kompetensi suatu lembaga atau organisasi

dalam melakukan kegiatan penilaian kesesuaian tertentu di bidang pendidikan dan

manajemen kelembagaan. Akreditasi juga untuk membantu memenuhi kualitas

organisasi pendidikan kepesantrenan guna terpenuhinya persyaratan peraturan dan

persyaratan yang relevan. Sementara itu juga akreditasi pesantren diarahkan dapat

2Ahmad Robihan, Pendidikan Pesantren Dalam Menghadapi Era Globalisasi, (Wonosobo:

Pascasarjana Universitas Sains Al-Qur'an [Unsiq], 2011), hlm. 3-6 dalam http://ahmadrobihan.-

blogspot.co.id/2011-/11/pendidikan-pesantren-dalam-menghadapi.html, diakses tanggal 17 April

2016. Lebih lanjut dalam tulisan ini disebutkan bahwa perubahan yang dimaksud disini bukan

berarti pesantren merombak total ataupun membuang jauh-jauh sistem yang selama ini telah menjadi

ciri khasnya. Penerimaan pesantren terhadap berbagai perubahan juga disertai dengan

mempertahankan dan tetap memberikan tempat terhadap nilai-nilai lama, karena perubahan bukan

berarti harus menghilangkan atau menggusur nilai-nilai lama. Perubahan justru akan semakin

memperkaya sekaligus mendukung upaya transmisi khazanah pengetahuan Islam tradisional dan

melebarkan jangkauan pelayanan pesantren terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Apa yang

dilakukan pesantren dalam perubahan dirinya merupakan salah satu bentuk modernisasi pesantren,

baik sebagai lembaga pendidikan maupun sebagai lembaga sosial.

Page 7: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

meningkatkan kepuasan pengguna [baca: masyarakat dan pemerintah] dan

peningkatan berkelanjutan dalam upaya pencapaian kinerjanya.

Sama halnya lembaga pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi,

sesungguhnya akreditasi merupakan suatu pengakuan publik atau pengakuan pihak

luar terhadap lembaga pesantren yang bersangkutan. Pengakuan ini tentu

menggunakan kriteria tertentu dan bertujuan untuk memberikan garansi kepada

masyarakat bahwa pesantren bersangkutan pantas menyelenggarakan proses belajar

mengajar. Dan ada jaminan pula output yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat, pemerintah atau bahkan dunia kerja.

Dalam proses upaya akreditasi pesantren, penelitian ini menjadi penting

untuk mendengar, menelaah, dan membawa aspirasi dunia pesantren agar posisi

pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan mau tak mau harus turut pula

ambil bagian, memposisikan diri dan membuktikan sebagai lembaga yang juga

mampu mengakomodasi tuntutan di era globalisasi, yaitu menciptakan manusia

yang tidak hanya bertakwa tetapi juga berilmu, memiliki SDM tinggi plus

berakhlakul karimah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan-pandangan para ulama, kyai, ustadz, santri,

kelompok masyarakat, dan pemerintah [dalam hal ini kementerian agama]

terhadap upaya akreditasi pesantren?

Page 8: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

2. Bagaimana merumuskan format Akreditasi Pesantren sebagai bagian dalam

pemenuhan kebutuhan pengembangan dan peningkatan kualitas pesantren di

Salatiga dan kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka dapat

dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Untuk menjabarkan dan menjelaskan pandangan-pandangan para ulama, kyai,

ustadz, santri, kelompok masyarakat, dan pemerintah [dalam hal ini kementerian

agama] terhadap upaya akreditasi pesantren.

2. Untuk menemukan dan mendeskripsikan format akreditasi pesantren sebagai

kebijakan pemenuhan kebutuhan pengembangan dan peningkatan kualitas

pesantren di Salatiga dan kabupaten Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan ciri khas objek forma dan materia penelitian, maka penelitian

ini diprediksikan sangat bermanfaat.

1. Bagi ilmu pengetahuan, yaitu untuk memperluas dan mengembangkan lingkup

kajian ilmu multidisipliner dan interdisipliner yaitu filsafat pendidikan, sosial

budaya, dan islamic studies, terutama dalam upaya kajian kepesantrenan.

2. Merupakan input positif bagi pengembangan penelitian „discovery‟ yang berupaya

untuk melakukan penelitian tidak hanya membuktikan teori, melainkan menemukan

Page 9: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

suatu nilai-nilai universal baru secara empirik dan pola manajemen kelembagaan

pesantren. Di samping itu dapat merumuskan pemikiran-pemikiran Islam baru yang

memiliki tingkat relevansi dengan perubahan dan perkembangan sosial keagamaan

di era modern.

3. Meningkatkan peran serta Fakultas dan Jurusan dalam pemberdayaan pesantren

melalui penerapan ilmu Ushuluddin Adab, dan Humaniora bagi terwujudnya

masyarakat yang damai dan bermartabat serta mengembangkan jaringan kerja sama

dengan berbagai pihak terutama lembaga pesantren untuk meningkatkan

pelaksanaan tridharma Perguruan Tinggi, dalam bidang Ushuluddin Adab, dan

Humaniora.

E. Keaslian Penelitian

Salatiga merupakan sebuah kota otonom di Provinsi Jawa Tengah, dengan

luas wilayah 56,78 km2 dan jumlah penduduknya 181.193jiwa (tahun 2014),

3 saat

ini memiliki 30 pondok pesantren yang tersebar di empat kecamatan:4

No Ponpes Alamat Kec

1 PP. Agro Nur El Falah Jl Dipomanggolo Sidorejo

2 PP. Al Hasan Banyu Putih Rt. 03/01 Sidorejo

3http://salatigakota.bps.go.id/webbeta/frontend/linkTabelStatis/view/id/64 diakses pada 10

April 2016.

4http://info-kotakita.blogspot.co.id/2014/06/daftar-ponpes-di-kota-salatiga.html diakses

pada tanggal 10 April 2016.

Page 10: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

3 PP. Hidayatullah Dliko Indah Gang 17 No.236B Sidorejo

4 PP. Nurul Asna Pulutan Sidorejo Salatiga Sidorejo

5 PP. Pancasila Blotongan Sidorejo

6 PP. Raden Paku Ainul Taqien Grogol Blotangan RT01/ RE 07 Sidorejo

7 PP. Raudlatul Huda Jl. Baru Bancaan Rt. 04/05 Sidorejo

8 PP. Salafiyah Pulutan Lor Rt. 01/02 Sidorejo

9 PP. Salafiyah Blontongan Rt. 03/07 Sidorejo

10 PP. Al Hijrah Jl. Tritis SAri Tingkir

11 PP. Al Ishlah Tingkir Lor RT. 02/01 Tingkir

12 PP. Al Yasin Kali Bening Tingkir

13 PP. Asta'in Tingkir Lor Rt. 09/04 Tingkir

14 PP. Darul Muhajirin Tingkir Lor Rt. 04/04 Tingkir

15 PP. Darussalam Canden Tingkir

16 PP. Hidayatul Mubtadiin Jl. Raden Fatah No. 20 Tingkir

17 PP. Ittihadul Asna Kumplit RT 02 / 01 Tingkir

18 PP. Masyitoh Dayaan Rt. 03 Tingkir

Page 11: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

19 PP. Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Tingkir

20 PP. Putri Masyithoh Jl. KH. Asy'ari Tingkir

21 PP. Rodhotut Ta`alum Canden Tingkir

22 PP. Sabilun Naja Canden 08 Kutowinangun Tingkir

23 PP. Al Azhar Jl. soekarno Hatta 39 Argomulyo

24 PP. Al Huda Jl. Argo Tunggal Argomulyo

25 PP. An Nida Jl. Jenderal Sudirman No. 239 Argomulyo

26 PP. Darul Qur'an Nobo Tengah Argomulyo

27 PP. Mutiara Hati Beriman Ngaglik Ledok Argomulyo

28 PP. Sunan Giri Jl. Argo Wilis 15-16 Krasak Argomulyo

29 PP. Al Falah Jl. Bima No. 02 Dukuh Rt. 02/0 Sidomukti

30 PP. Al Ghufron Winong Rt.01/01 Sidomukti

Kelangsungan hidup dan eksistensi Pesantren di Salatiga dan beberapa

pesantren di Kabupaten Semarang yang berdekatan dengan Salatiga memang

mendapat tantangan yang luar biasa, mengingat letak geografis sebagai kota transit

pariwisata, pendidikan, dan olah raga di Jawa Tengah. Sebagai suatu wilayah

administratif kota, tuntutan untuk menciptakan Salatiga menjadi kota yang

bermartabat melalui pembangunan, berdampak serius terhadap kelangsungan

Page 12: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya. Penetrasi budaya asing melalui

modernisasi yang sangat kuat tersebut kurang diimbangi dengan revitalisasi atau

bahkan pelestarian melalui kajian-kajian ilmiah kepesantrenan. Atas dasar studi

eksploratif tentang lembaga pendidikan pesantren di Salatiga dan Kabupaten

Semarang khususnya yang berkaitan dengan Akreditasi pesantren, kebijakan

pemenuhan kebutuhan pengembangan dan peningkatan kualitas, manajemen

kelembagaan pesantren, kompetensi santri, daya serap alumni pesantren belum

banyak dilakukan penelitiannya. Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting

dilaksanakan.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Sujari5 menyebutkan bahwa dalam

perspektif pendidikan Islam Indonesia, pendidikan pondok pesantren tradisional

merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan nasional yang memberikan

pencerahan bagi peserta didik secara integral, baik kognitif (knowlagde), afektif

(attitude) maupun psikomotorik (skill), (2) Bahwa visi dan misi pendidikan pondok

pesantren tradisional dalam persepktif pendidikan islam Indonesia adalah :

Pertama, menekankan pada prinsip asasul khomsah atau panca jiwa, yakni

keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukuwah islamiyah dan kebebasan. Kedua,

pola relasi kiai dengan santri tidak sekedar bersifat lahiriyah, tetapi juga bersifat

batiniyah.Ketiga, pendidikan pondok pesantren selain diarahkan pada transmisi

5Sujari, Pendidikan Pondok Pesantren TradisonalDalam Persepktif Pendidikan Islam

Indonesia, (Jember: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember, 2007) hlm. 1-4.

Page 13: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

ilmu ilmu keislaman, pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi ulama, juga

dimaksudkan menjadi alternatif bagi People centered development, Value oriented

development, Institution development dan Self reliance and sustainability. (3)

Bahwa kurikulum pendidikan pondok pesantren tradisional saat ini tidak sekedar

fokus pada kita kitab klasik (baca: ilmu agama), tetapi juga memasukkan semakin

banyak mata pelajaran dan keterampilan umum, saat ini di pendidikan pondok

pesantren dikhotomi ilmu mulai tidak populer. (4) Bahwa dari sisi managemen

kelembagaan, di lembaga pendidikan pondok pesantren tradisional saat ini telah

terjadi perubahan mendasar, yakni dari kepemimpinan yang sentralistik, hirarkis

dan cenderung single fighter berubah menjadi model managemen kolektif kolegial

dan model yayasan.

Sementara itu penelitian Andik Wahyun Muqoyyidin yang dipublikasikan

dalam Ibda, Jurnal kebudayaan Islam Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 20146

menyebutkan bahwa

sebagailembagapendidikanyangmemilikikarakteristiktipikal,pesantren memiliki

tradisi keilmuan yang berbeda dengan tradisi keilmuan lembaga-

lembagalain.Apabiladiamatidalamkonteksaktivitas

pendidikannya,pesantrenlebihbanyakmemfokuskanpadatafaqquh fi al-din, yaitu

pendalaman pengalaman, perluasan pengetahuan dan penguasaan khazanah

ajaran agama Islam. Sebagai lembaga tafaqquh fi al-

din,lembagainimengkajidanmengembangkanilmu-ilmu keislaman(al-„ulm al-

6Andik Wahyun Muqoyyidin, Kitab Kuning Dan Tradisi Riset Pesantren Di Nusantara,

(Purwokerto: Ibda Jurnal kebudayaan Islam ISSN : 1693 – 6736, Vol. 12, No. 2, Juli - Desember

2014), hlm. 119-136.

Page 14: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

syar‟iyyah). Pengajaran di lembaga yang ditanganioleh para ulama dan kyai ini

bertumpu pada bahan pelajaran yang termuat dalam kitab-kitab yang sudah baku

dalam dunia Islam dengan tradisi dan disiplin yang sudah berjalan

berkesinambungan selama berabad-abad. Pengajaran telah berhasil

membentuk masyarakat bermoral dan beradab dengan tingkatkecerdasan

yang berbeda-beda, mulai dari santri sampai kepadakiai dan ustadz,danmujtahid.

Walaupun hal inimungkin tidak begitu disadari selama ini, namun bagaimanapun

juga, terdapatdiferensiasi yang mendasar antara manifestasi keilmuan di pesantren

danmanifestasi keilmuandilembaga-

lembagapendidikanIslamlainnyadiseluruhduniaIslam.

Selanjutnya penelitian yang dihasilkan oleh HamamBurhanuddin7

menjelaskan bahwa seiring denganperkembanganzamanpesantrensekarang

inisudahmengalami perkembangan pesat, proses perubahan hingga dewasa ini

lembaga tersebut telah memberi kontribusi penting dalam penyelenggaraan

pendidikan nasional. Keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan baik yang

masih bertahan sistem pendidikan tradisionalnya maupun yang sudah mengalami

perubahan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dari

waktu ke waktu pesantren semakin tumbuh dan berkembang kuantitas maupun

kualitasnya. Tidak sedikit dari masyarakat yang masih menaruh perhatian besar

terhadap pesantren sebagai pendidikan alternatif. Terlebih lagi dengan berbagai

inovasi sistem pendidikan yang dikembangkan pesantren dengan mengadopsi corak

7Baca lebih lanjut dalam HamamBurhanuddin, Post-Tradisionalisme

Pesantren;MengukuhkanTradisi PesantrenSebagaiBasisTransformasi DiEraModern, (Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Islamiyah Karya

Pembangunan, AL MURABBI, ISSN 2406-775XVol.01No.01 Juli-Desember 2014), hlm. 16-32.

Page 15: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

pendidikan umum, menjadikan pesantren semakin kompetitif untuk menawarkan

pendidikan ke khayalak masyarakat. Meski sudah melakukan inovasi pendidikan

sampai saat ini pendidikan pesantren tidak kehilangan karakteristiknya yang unik

yang membedakan dirinya dengan model pendidikan umum yang diformulasikan

dalam bentuk sekolahan. Perkembangan tersebut tidak bisa lepas dari kajian

intelektual dari masing-masing pendiri pesantren untuk bisa mensinergikan

denganperkembangan modern.

Jika penelitian Sujari menjelaskan bahwa pendidikan pondok pesantren

diarahkan pada alternatif bagi People centered development, Value oriented

development, Institution development dan Self reliance and sustainability,

kemudian penelitian Andik Wahyun Muqoyyidin meletakkan pesantren sebagai

lembaga yang melakukan pendalaman pengalaman, perluasan pengetahuan

dan penguasaan khazanah ajaran agama Islam, dan penelitian

HamamBurhanuddin menyebutkan bahwa pesantrenbisa

mensinergikandenganperkembangan modern, maka penelitian ini berupaya untuk

menjelaskan betapa pentingnya akreditasi pesantren agar dapat melakukan

pemenuhan kebutuhan pengembangan dan peningkatan kualitas pesantren serta

mendapat pengakuan publik, memperjelas kompetensi santri dan alumni,

pencapaian kinerja, serta dapat menangkis stigma bahwa pesantren sebagai sarang

radikalisme dan dapat membantah sebagai lingkungan yang terisolir.

G. Landasan Teori

Page 16: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di

Indonesia yang memiliki kontribusi penting dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa.8Pesantren dalam perjalanan sejarah kebangsaan memiliki kontribusi yang

sangat besar, terutama dalam mempersiapkan generasi bangsa dalam pendidikan

dan pengkajian ilmu-ilmu agama.Mengingat perkembangan pesantren yang sangat

pesat akhir ini secara teoritik Ridwan Natsir dalam Babun mengelompokkan

pesantren menjadi 5 yaitu : [1] Pesantren salaf, yang di dalamnya terdapat sistem

pendidikan salaf (wetonan dan sorogan) dan sistem klasikal. [2] Pesantren semi

berkembang, yaitu pesantren yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf

(wetonan dan sorogan) dan sistem madrasah swasta dengan kurikulum 90 % agama

dan 10 % umum. [3] Pesantren berkembang, yaitu pondok pesantren seperti semi

berkembang hanya saja lebih variatif yakni 70 % agama dan 30 % umum . [4]

Pesantren moderen, seperti pesantren berkembang yang lebih lengkap dengan

lembaga pendidikan sampai perguruan tinggi dan dilengkapi dengan takhassus

bahasa arab dan bahasa inggris. [5] Pesantren ideal, pesantren sebagaimana

8 Ainur Rofieq, Profil Umum Beberapa Aspek Pendidikan Formal yang diselenggarakan

Pesantren se-KaresidenanMalang, dalam Mendongkrak Mutu Pendidikan (Malang: FKIP

Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), hlm. 267. Baca juga dalam Moh. Toriqul Chaer,

Menggagas Format Idealisme Pendidikan Pesantren, dalam https://www-

.academia.edu/21554724/MENGGAGAS_FORMAT_IDEALISME_PESAN-TREN diakses pada

14 April 2016.Disamping itu kebanyakan pesantren sebagai komunitas belajar keagamaan sangat

erat berhubungan dengan lingkungan sekitar yang seringkali menjadi wadah pelaksanaannya.Dalam

komunitas pedesaan tradisional kehidupan keagamaan merupakan suatu bagian terpadu dari

kenyataan atau keberadaan sehari-hari dan tidak dianggap sebagai sektor terpisah.Begitu pula

tempat-tempat upacara keagamaan sekaligus merupakan pusat kehidupan pedesaan, sedangkan

pimpinan keagamaan juga merupakan sesepuh yang diakui lingkungannya, yang nasehat-nasehat

dan petunjuk mereka diperhatikan oleh masyarakat.Hal inilah yang menunjukkan pesantren sebagai

lembaga yang paling menentukan watak ke-Islaman dari kerajaan-kerajaan Islam Jawa, dan yang

paling memegang peranan penting bagi penyebaran agama Islam sampai pelosok-pelosok Jawa.Dari

lembaga pesantren juga kita dapat mengetahui asal- usul sejumlah manuskrip tentang sistem

pendidikan Islam di Jawa dan di Indonesia.Karena itu untuk dapat betul-betul memahami sistem

pendidikan baik formal maupun non- formal dinegara Indonesia tidaklah salah bila kita mulai

mempelajari lembaga-lembaga pesantren tersebut.

Page 17: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

pesantren moderen hanya saja lembaga pendidikannya lebih lengkap dalam bidang

keterampilan yang meliputi teknik, perikanan, pertanian, perbankkan dan lainnya

yang benar-benar memperhatikan kualitas dengan tidak menggeser ciri khas

pesantren.9

Teori yang dikembangkan oleh Mastuhu dan Zamaksyari Dhofier10

, juga

oleh Abuddin Nata11

menyebutkan bahwa pesantren merupakan bagian dari

infrastruktur masyarakat yang secara makro telah berperan menyadarkan

komunitas masyarakat untuk memiliki idealisme, kemampuan intelektual, dan

perilaku mulia guna menata dan membangun karakter bangsa yang sempurna.

Hal ini dapat dilihat dari peran strategis pesantren yang dikembangkan melalui

kultur internal pendidikan pesantren. Bersamaan dengan perkembangan dunia

global, pesantren juga dihadapkan pada beberapa perubahan sosial budaya yang tak

terelakkan. Sebagai konsekuensi logis dari perkembangan ini, pesantren harus

memberikan respon yang mutualitas karena pesantren tidak dapat melepaskan diri

dari kondisi-kondisi perubahan tersebut.

H. Metode Penelitian

1. Materi Penelitian

9 Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat,(Surabaya:IMTIYAS,2011), hlm. 19.

10

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren ,(Jakarta:INIS,1994), hlm. 55-56.

Bandingkan dengan Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren,(Jakarta:LP3ES,1994), hlm. 41-42.

11Abudin Nata,SejarahPerkembangandanPertumbuhanLembaga-Lembaga P endidikan

Islam di Indonesia,(Jakarta:PT.Grasindo,2001).

Page 18: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Penelitian ini adalah penelitian lapangan dan dipadukan dengan informasi

dari informan baik secara langsung ataupun melalui diskusi. Penelitian ini juga

diperkuat dengan kepustakaan dari hasil tulisan seperti makalah, jurnal, majalah

ilmiah serta naskah ceramah yang berkaitan dengan dunia kepesantrenan. Oleh

karena itu bahan-bahan penelitian primer adalah observasi, informasi hasil

wawancara, refleksi, ungkapan, dan tindakan dari beberapa informan maupun

dialog dengan para tokoh yang dianggap memiliki kredibilitas. Penelitian ini juga

diperkuat dengan data sekunder berupa kajian buku, naskah-naskah, dokumen-

dokumen, tulisan-tulisan yang berkaitan dunia kepesantrenan. Lokasi penelitian

adalah Kota Salatiga12

dan di sekitar Kabupaten Semarang.

2. Cara/Alat Penelitian

Sebagaimana dijelaskan di depan bahwa penelitian ini adalah penelitian

lapangan bersifat kualitatif. Objek penelitian adalah tentang nilai yang terkandung

dalam sistem budaya. Oleh karena itu pengumpulan data dilakukan dengan

observasi, wawancara mendalam dan juga diperkuat dengan studi dokumentasi.

Mengingat perlu dan pentingnya dunia pesantren diabadikan melalui gambar-

gambar, atau dokumen-dokumen, maka digunakan alat seperti kamera atau alat

perekam lainnya, agar didapatkan hasil yang maksimal. Cara penelitian dilakukan

dengan peneliti langsung melakukan pengumpulan data, dan mengingat penelitian

12Pemilihan lokasi juga didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tipologi pesantren,

Pesantren Salafiyah (tradisional) dan Khalafiyah (Modern), keunikan pesantren, dan kesesuaian

dengan topik yang dipilih. Penelitian ini juga dilakukan di sekitar Kota Salatiga dan Kabupaten

Semarang, dengan pertimbangan bahwa dukungan masyarakat terhadap pesantren masih tinggi dan

persebaran pesantren ditemukan secara merata.

Page 19: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

bersifat kualitatif maka teknik penelitian dilakukan dengan pengumpulan data pada

sumber-sumber data, dan peneliti langsung melakukan analisis.

3. Jalan Penelitian

a. Tahap Pengumpulan Data

Sebelum melakukan penelitian, peneliti merinci sumber-sumber data, serta

menentukan lokasi pengumpulan data. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah

Salatiga dan Kabupaten Semarang. Pengumpulan data dilakukan pada sumber-

sumber data berupa data pustaka, informasi lembaga pesantren, organisasi sosial

keagamaan dan kemasyarakatan, kementerian agama serta lembaga-lembaga

lainnya yang memiliki hubungan dengan pengguna alumni pesantren. Oleh karena

penelitian ini penelitian kualitatif, maka pada tahap pengumpulan data peneliti

sekaligus melakukan analisis dengan metode verstehen, untuk memahami makna

data. Adapun proses pengumpulan data dilakukan dengan (a) mencatat data pada

kartu data secara paraphrase, mencatat dan menangkap keseluruhan inti sari data

kemudian mencatat pada kartu data, dengan menggunakan kalimat yang disusun

oleh peneliti sendiri. (b) Mencatat data secara quotasi, yaitu mencatat data dari

sumber data secara langsung dan secara persis. (c) Mencatat data secara sinoptik,

yaitu mencatat data dari sumber data dengan membuat ikhtisar atau summary.

Setelah melakukan pengumpulan data kemudian dilakukan

pengorganisasian dan pengolahan data melalui tahap-tahap sebagai berikut.

Page 20: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

(1) Reduksi data, yaitu data dalam penelitian kualitatif berupa data-data verbal, dalam

suatu uraian yang panjang dan lebar. Data yang berupa data verbal kemudian

diseleksi dan direduksi tanpa mengubah esensi maknanya, serta ditentukan

maknanya sesuai dengan ciri-ciri objek penelitian. 13

(2) Klasifikasi data, yaitu setelah dilakukan reduksi data kemudian dilakukan

klasifikasi data. Klasifikasi data dilakukan dengan mengelompokkan berdasarkan

objek formal penelitian.

(3) Display data, tahap berikutnya kemudian mengorganisasikan data-data penelitian

tersebut sesuai dengan peta penelitian. Display data dapat juga dilakukan dengan

membuat networks atau skematisasi yang berkaitan dengan konteks data tersebut.

Tahap berikutnya adalah melakukan analisis data. 14

b. Tahap Analisis Data

Setelah pengumpulan data kemudian dilakukan analisis data dengan unsur

metode sebagai berikut.

(1) Metode interpretasi, yaitu proses analisis dilakukan dengan melakukan

interpretasi yaitu meliputi menerangkan, mengungkapkan maupun menerjemahkan.

Penerapan metode interpretasi dilakukan dengan mengintrodusir faktor dari luar,

artinya upaya untuk mengungkapkan makna objek dalam hubungannya dengan

13 Matthew B Milles and Huberman, Michael A. Qualitative Data Analysis. (London: Sage

Publication, 1984).

14

Menurut Sugiyono penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum memasuki

lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan

digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat

sementara di lapangan. Baca lebih lanjut dalam Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif

dan R & D. (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 336. Bandingkan juga dalam buku Matthew B Milles

and Huberman, Michael A. Qualitative Data Analysis. (London: Sage Publication, 1984).

Page 21: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

faktor-faktor dari luar objek. lnterpretasi menjadi penting manakala digunakan

untuk memahami hakikat persoalan. Di dalam objek yang dikaji, dibaca, ditangkap

arti, nilai, dan maksud yang jauh terkandung di dalamnya. Sesungguhnya

interpretasi merupakan upaya yang sangat penting untuk menyingkap kebenaran.15

(2) Metode heuristika, yaitu metode untuk menemukan suatu pemikiran atau jalan

baru.16

Penelitian ini tidak menentukan hal yang sangat praktis akan tetapi selalu

mencari visi baru atau pemahaman baru untuk menempuh terjadinya pembaharuan

ilmiah. Oleh sebab itu metode ini digunakan untuk meneliti sebaik mungkin sistem

pembenaran yang menuju pada suatu reconstructed logic (idealisasi),sehingga

penelitian harus kembali kepada asumsi-asumsi dasar dengan latar belakang

ideologis, sosiologis, kerangka berfikir historis dan budaya. Dalam hubungan

dengan penelitian tentang Akreditasi Pesantren: Kajian Empirik atas Kebijakan

Kebutuhan Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pesantren di Salatiga dan

Kabupaten Semarang, diterapkan metode heuristika dalam rangka untuk

menemukan inovasi baru secara kritis tentang pola dan format Akreditasi

Pesantren, dari hasil penelitian tersebut.

15Dalam analisis data pada penelitian kualitatif terdapat juga langkah menginterpretasi data.

Interpretasi data menurut L. R. Gay adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menemukan arti atau

jawaban dari data. Dapat dibaca pada L. R. Gay, Educational Research: Competencies for Analysis

and Application, Fifth Edition (United States of America: Florida International University, 1996),

hlm. 458-459. Baca juga interpretasi data menurut Moleong dalam Moleong Lexy J. Metode

Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998, hlm. 197-207. Bandingkan juga dalam

Robert C Bogdan, Biklen, Knopp Sari. Qualitative Research For Education; An Introduction to

Theory and Methods, Boston & London, Allyn and Bacon, 1982. Baca juga pada Kaelan, Metode

Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma, 2005), hlm 76-77. Bandingkan juga

dengan Anton Bakker dan Ahmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:

Kanisius, 1994), hlm. 41

16

Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, hlm 95-96. Bandingkan dengan

Anton Bakker dan Ahmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, hlm. 51-52.

Page 22: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

I. Hasil yang Akan Dicapai

Penelitian ini adalah penelitian lapangan, kualitatif, oleh karena itu tingkat

epistemologis yang akan dicapai dalam penelitian ini bukan hanya pada tingkat

fenomena sosial budaya, pendidikan, keagamaan, manajemen kelembagaan tentang

Akreditasi Pesantren yang berguna untuk pengembangan dan peningkatan kualitas

pesantren, melainan juga untuk mengungkap dan memperluas serta

mengembangkan lingkup kajian interdisipliner dan multidisipliner yaitu filsafat

pendidikan, sosial budaya, dan islamic studies, terutama dalam upaya kajian

kepesantrenan dan nilai-nilai local wisdom suatu masyarakat Islam Indonesia. Oleh

karena itu secara aksiologis hasil yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk mengungkap, mendeskripsikan secara filosofis dan sosiologis pentingnya

akreditasi pesantren yang berguna untuk pengembangan dan peningkatan kualitas

pesantren. Kemudian hasil penelitian tentang hal tersebut secara heuristis

direfleksikan dan dikembangkan relevansinya dalam hubungannya dengan

revitalisasi nilai-nilai dasar filsafat pendidikan Islam, islamicstudies dan Islam

Keindonesiaan.

Page 23: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

BABII

AKREDITASI LEMBAGA PENDIDIKAN

A. Pentingnya Akreditasi

Akreditasi adalah pengakuan formal yang diberikan oleh badan akreditasi

terhadap kompetensi suatu lembaga atau organisasi dalam melakukan kegiatan

penilaian kesesuaian tertentu.17

Akreditasi juga merupakanproses evaluasi dan

penilaian mutu institusi atau program studi yang dilakukan oleh suatu tim pakar

sejawat (tim asesor) berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan, atas

pengarahan suatu badan atau lembaga akreditasi mandiri di luar institusi atau

program studi yang bersangkutan; hasil akreditasi merupakan pengakuan bahwa

suatu institusi atau program studi telah memenuhi standar mutu yang telah

ditetapkan itu, sehingga layak untuk menyelenggarakan program-programnya.

Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh

pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang. untuk menentukan

kelayakan program dan/atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan

non-formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan., berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan dilakukan

secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan

instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional

Pendidikan.Akreditasi sekolah secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan

17http://www.kan.or.id/?page_id=2959&lang=id diakses pada tanggal 12 Oktober 2016.

Page 24: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi)18

untuk menentukan kelayakan dan

kinerja sekolah.

Suatu hal yang menjadi rasional atau alasan kebijakan akreditasi sekolah di

Indonesia adalah bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang

bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, maka setiap

satuan/program pendidikan harus memenuhi atau melampaui standar yang

dilakukan melalui kegiatan akreditasi terhadap kelayakan setiap satuan/program

pendidikan.Untuk melaksanakan akreditasi sekolah/ madrasah Pemerintah

membentuk Badan Akreditasi Nasional-Sekolah /Madrasah (BAN S/M).

B. Dasar Hukum Akreditasi

Sekolah merupakan suatu lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat

menerima dan memberi pelajaran.19

Sebuah sekolah akan bermutu jika terdapat

pengakuan dan penilaian dari beberapa pihak yang berwenang yang disebut

akreditasi sekolah/madrasah. Pemerintah melakukan akreditasi untuk menilai

kelayakan program atau satuan pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan nasional secara bertahap, terencana dan terukur sesuai Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB XVI Bagian

Kedua Pasal 60 tentang Akreditasi. Pemerintah menetapkan Badan Akreditasi

Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) dengan Peraturan Mendiknas Nomor 29

18Visitasi adalah kunjungan ke sekolah/madrasah yang dilakukan oleh asesor untuk

melakukan klarifikasi, verifikasi, dan validasi data serta informasi yang telah disampaikan oleh

sekolah/madrasah melalui pengisian instrumen akreditasi.Baca lebih lanjut dalam

https://akhmadsudrajat.wordpress.com-/2009/07/22/sekilas-tentang-visitasi-dalam-kegiatan-

akreditasi-sekolah/ diakses pada tanggal 20 Oktober 2016.

19

http://kbbi.web.id/sekolah diakses tanggal 15 Oktober 2016.

Page 25: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Tahun 2005. BAN-S/M adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan

program atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur

formal dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Sebagai institusi yang

bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Mendiknas, BAN-S/M bertugas

merumuskan kebijakan operasional, melakukan sosialisasi kebijakan dan

melaksanakan akreditasi sekolah/madrasah. Dalam melaksanakan akreditasi

sekolah/madrasah, BAN-S/M dibantu oleh Badan Akreditasi Provinsi

Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) yang dibentuk oleh Gubernur.

Dasar hukum lebih lengkapnya sebagaimana yang tertera di bawah ini:

a. Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 60 yang berbunyi :

1. Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan

pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang

dan jenis pendidikan.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh

Pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk

akuntabilitas publik.

3. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.

4. Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat

(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 86 & 87 yang berbunyi :

Pasal 86:

Page 26: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

1. Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan

untuk menentukan kelayakan program dan / atau satuan pendidikan

2. Kewenangan akreditasi sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dapat pula

dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh pemerintah

untuk melakukan akreditasi

3. Akreditasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan (2) sebagai

bentuk akuntabilitas publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan

komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu

pada standar Nasional Pendidikan.

Pasal 87:

1. Akreditasi oleh pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 86 ayat (1)

dilaksanakan oleh:

a. BAN-S/M terhadap program dan/atau satuan pendidikan pendidikan

jalur formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah;

b. BAN-PT terhadap program dan/atau satuan pendidikan jenjang

pendidikan tinggi; dan

c. BAN-PNF terhadap program dan/atau satuan pendidikan jalur

nonformal.

2. Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1),

BAN-S/M dibantu oleh badan akreditasi provinsi yang dibentuk oleh

Gubernur.

3. Badan akreditasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) berada dibawah

dan bertanggung jawab kepada Menteri.

Page 27: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

4. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreditasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri.

5. Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri.

Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan akreditasi adalah pengakuan dan penilaian terhadap suatu lembaga

pendidikan tentang kelayakan dan kinerja suatu lembaga pendidikan yang

dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah Nasional (BASNAS)/ Badan Akreditasi

Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) yang kemudian hasilnya berbentuk

pengakuan peringkat kelayakan. Akreditasi ini dilakukan dengan membandingkan

keadaan sekolah yang sebenarnya dengan kriteria standar yang telah ditetapkan.

Sekolah akan mendapatkan status “terakreditasi” jika keadaan sekolah yang

sebenarnya telah memenuhi kriteria standar yang telah ditetapkan. Sebaliknya,

sekolah tidak dapat “terakreditasi” jika keadaan sekolah yang sebenarnya tidak

memenuhi kriteria standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian, hasil dari

akreditasi adalah pengakuan “terakreditasi” atau “tidak terakreditasi”. Bagi sekolah

yang terakreditasi diklasifikasi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. A (Amat Baik) dengan nilai antara 86-100;

2. B (Baik) dengan nilai antara 71-85;

3. C (Cukup) dengan nilai antara 56-70.

Jika nilai tersebut kurang dari 56 maka sekolah tersebut tidak layak untuk

mendapatkan pengakuan “terakreditasi”. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

Page 28: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

pihak sekolah mengenai masa berlaku akreditasi yang telah diperolehnya, antara

lain:

1. Peringkat akreditasi berlaku selama 4 tahun terhitung sejak ditetapkannya

peringkat akreditasi,

2. Sekolah wajib mengajukan permohonan reakreditasi yaitu 6 bulan sebelum

masa akreditasi berakhir,

3. Sekolah yang meghendaki reakreditasi bisa mengajukan permohonan

sekurang-kurangnya 1 atau 2 tahun setelah penetapan akreditasi,

4. Sekolah yang masa akreditasinya telah berakhir dan sudah mengajukan

permohonan reakreditasi namun belum ditindak lanjuti maka sekolah

tersebut masih menggunakan peringkat akreditasi terdahulu,

5. Sekolah yang masa akreditasnya berakhir dan menolak untuk reakreditasi

maka peringkat akreditasi yang terdahulu sudah tidak berlaku.

C. Tujuan Akreditasi

Berdasarkan Keputusan Menteri pendidikan Nasional Nomor 087/U/2002,

akreditasi sekolah mempunyai tujuan, yaitu: (1) memperolah gambaran kinerja

sekolah sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu; (2)

menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam penyelenggaraan pelayanan

pendidikan. Tujuan akreditasi tersebut berarti bahwa hasil akreditasi itu:

Page 29: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

1. Memberikan gambaran tingkat kinerja sekolah yang dijadikan sebagai alat

pembinaan, pengembangan dan peningkatan sekolah baik dari segi mutu,

efektivitas, efisiensi, produktivitas dan inovasinya.

2. Memberikan jaminan kepada publik bahwa sekolah tersebut telah

diakreditasi dan menyediakan layanan pendidikan yang memenuhi standar

akreditasi nasional.

3. Memberikan layanan kepada publik bahwa siswa mendapatkan pelayanan

yang baik dan sesuai dengan persyaratan standar nasional.

D. Manfaat Akreditasi

Hasil akreditasi suatu lembaga pendidikan mempunyai beberapa manfaat

bagi beberapa kelompok kepentingan, di antaranya adalah sebagai berikut:

Sekolah

Manfaat bagi sekolah adalah sebagai acuan dalam upaya meningkatkan

mutu pendidikan dan rencana pengembangan sekolah. Lebih lanjut dari hal tersebut

adalah sebagai bahan masukan untuk pemberdayaan dan pengembangan kinerja

warga sekolah. Manfaat lain yang dapat diperoleh adalah sebagai pendorong

motivasi peningkatan kualitas sekolah secara gradual. Selain sebagai sekolah yang

berkualitas, sekolah yang terakreditasi ini juga mendapatkan dukungan dari

Page 30: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta dalam hal moral, dana, tenaga dan

profesionalisme.20

KepalaSekolah/Madrasah

Manfaat akreditasi bagi kepala sekolah adalah menjadi bahan informasi

untuk pemetaan indikator keberhasilan kinerja warga sekolah termasuk kinerja

kepala sekolah selama 1 periode (4 tahun). Pada sisi lain juga sebagai bahan

masukan untuk penyusunan anggaran pendapatan dan belanja sekolah.

Gurudan tenaga kependidikan

Tampak jelas manfaat akreditasi bagi kelompok guru dan tenaga

kependidikan adalah sebagai dorongan untuk selalu meningkatkan diri dari bekerja

keras untuk memberi layanan yang terbaik bagi siswanya.

Masyarakat (wali murid)

Informasi yang akurat untuk menyatakan kualitas pendidikan yang

ditawarkan oleh setiap sekolah. Bukti bahwa mereka menerima pendidikan yang

berkualitas tinggi, sehingga siswa mempunyai kepercayaan terhadap dirinya bahwa

ia mampu masuk dan bersekolah di lembaga pendidikan yang terakreditasi

nasional.

Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama

Menjadi acuan dalam rangka pembinaan dan pengembangan/peningkatan

kualitas pendidikan di daerah masing-masing. Bahan informasi penting untuk

20http://blog.umy.ac.id/mariatulqiftiyah/tujuan-dan-manfaat-akreditasi-suatu-lembaga-

pendidikan/ diakses pada tanggal 15 Oktober 2016.

Page 31: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

penyusunan anggaran pendidikan secara umum, dan khususnya anggaran

pendidikan yang terkait dengan rencana biaya operasional Badan Akreditasi

Sekolah di tingkat Dinas dan Kementerian Agama

Pemerintah

Sebagai bahan masukan untuk pengembangan sistem akreditasi sekolah di

masa mendatang dan alat pengendalian kualitas pelayanan pendidikan bagi

masyarakat yang bersifat nasional. Sumber informasi tentang tingkat kualitas

layanan pendidikan yang dapat dipergunakan sebagai acuan untuk pembinaan,

pengembangan, dan peningkatan kinerja pendidikan secara makro. Bahan informasi

penting untuk penyusunan anggaran pendidikan secara umum di tingkat nasional,

dan khususnya program dan penganggaran pendidikan yang terkait dengan

peningkatan mutu.

E. Akreditasi adalah Jaminan Mutu Pendidikan Pondok Pesantren

Penulis berpendapat bahwa pemenuhan standar dilaksanakan berdasarkan

peta mutu pendidikan keagamaan.Peta ini dikembangkan dari evaluasi diri satuan

pendidikan [setingkat ponpes] yang telah direviu oleh Tim Audit Mutu Internal

masing-masing pondok pesantren. Data dikelola dalam sistem informasi mutu

pendidikan oleh direktorat pesantren melalui kantorKementerian Agama di tingkat

provinsi dan di tingkat Kabupaten Kota. Peta mutu menjadi dasar pengembangan

rencana kerja yang dilakukan olehpembina, penyelenggara, serta pelaksana satuan

pendidikan di pondok pesantren tersebut. Tentang hal tersebut dapat dilihat pada

bagan di bawah ini.

Page 32: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Proses pemenuhan standar diukur tingkat ketercapaiannya untuk melihat

keefektivan pelaksanaan. Pengukuran pencapaian standar dilakukan secara:

internal oleh Tim Evaluasi Mutu Internal, dan eksternal oleh BAPP [Badan

Akreditasi Pondok Pesantren] yang mendapat pengakuan Menteri Agama. Hasil

pengukuran dianalisis sebagai pijakan pengembangan standar. Pengembangan

tersebut berupa rumusan koreksiatas komponen dan indikator Standar pondok

pesantren. Rumusan koreksi digunakan oleh BAPP [Badan Akreditasi Pondok

Pesantren] untuk melakukan pengembangan standar. Selanjutnya proses akreditasi

di pondok pesantren dapat dimulai dari akreditasi sukarela menjadi wajib, dari

akreditasi program menjadi akreditasi pondok pesantren secara keseluruhan.Ijazah

diberikan kepada santri sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau

penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan

Formulasi Kebijakan

(Plan)

Implementasi (Do)

Monitoring dan Evaluasi (Check)

Rekomendasi (Action)

Page 33: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

oleh pondok yang terakreditasi. Begitu juga sertifikat kompetensi diberikan oleh

pondok pesantren sebagai penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada

para santri selaku peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap

kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang

diselenggarakan oleh pondok yang terakreditasi. Bandingkan dengan bagan di

bawah ini.

Bagi pesantren yang menyelenggarakan satuan atau program pendidikan

dengan sistem yang sudah berjalan selama ini tentu tidak menghadapi masalah yang

signifikan. Namun, bagi pesantren yang tetap ingin menyelenggarakan ilmu agama

murni atau tetap tidak mau ikut sepenuhnya kurikulum Nasional, peluangnya

terdapat di dua model berikut ini:

1) Apa pun satuan dan program pendidikan yang diselenggarakannya akan di

hitung oleh hukum positif sebagai bukan lembaga pendidikan formal melalui proses

standarisasi dan akreditasi. Jika pesantren semacam ini mengeluarkan ijazah, maka

ijazah nya tentu bukan ijazah yang berstatus terakreditasi. Pesantren yang

BELUM MENCAPAI SNP/

STANDAR

MEMENUHI SNP/

MANDIRI

MELAMPAUI SNP/

SP-BI SP-

BERKEUNGGULAN LOKAL

Page 34: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

menyelenggarakan pendidikan formal tanpa akreditasi, maka pesantren tetap seperti

sedia kala, akan besar bersama penerimaan masyarakat. Dengan mengecualikan

santri diusia 7-15 tahun karena wajib bagi mereka mengikuti program wajar Diknas

9 tahun.

2) Jika pendidikan yang dikembangkan pesantren tidak memenuhi kriteria

standar nasional pendidikan dan tidak melampau proses akreditasi, akan tetapi

pesantren tersebut mampu menciptakan keluaran pendidikan yang kualitas

kompetensinya memadai. Maka peluang pengakuan pesantren,masih bisa

ditempuh,melalui proses pengakuan akreditasi yang dilakuatkan oleh Kementerian

pendidikan nasional dan KementerianAgama. Pengakuan setara pendidikan formal

yang akan diperoleh pesantren ini masihjauh lebih memungkinkan dari pengakuan

Negara atas penyetaraan yang diperuntukkan pada peserta didik pendidikan non

formal dan informal.

Pada sisi lain kaum santri pada umumnya kini sudah mendengar bahwa UU

Sisdiknas, telah mengadopsi model pesantren sebagai bagian integral dalam sistem

pendidikan nasional. Ini bisa dimaknai angin segar bagi model pendidikan yang

merasa terpinggirkan seperti pesantren selama ini.Setelah kita mengetahui apa dan

bagaimana kita harus menyikapi hal-hal yang menyangkut sistem pendidikan

pesantren, kini kita harus berpikir kembali untuk terus mengembangkan dan

memperbaharui sistem pendidikan pesantren kita agar tidak ketinggalan dan

membukitikan bahwa kaum muslim juga mampu menjadi cendekia dalam bidang

ilmu pendidikan. Karena bagaimanapun pesantren adalah satu-satunya lembaga

pendidikan agama Islam yang memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh lembaga

Page 35: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

pendidikan lain, selain itu peran pesantren dalam sejarah Indonesia sangat

berpengaruh, sehingga eksistensi dan kiprahnya harus terus dijaga.

Fenomena mutahir yang dapat diamati adalah bahwa pesantren [tidak

tertutup kemungkinan di wilayah Salatiga dan Kab. Semarang, dan sekitarnya] terus

mengembangkan ekspansinya hingga batas yang boleh disebut strategis, misalnya :

1. Secara fisik, pesantren mengalami kemajuan yang cukup fenomenal,

sehingga tidak tepat lagi sepenuhnya diasosiasikan dengan lembaga yang

berfasilitas seadanya, kumuh, sesak dan tidak higinis, tetapi seiring dengan

perkembangan ekonomi umat Islam, saat ini tidak sulit mencari pesantren

yang memiliki gedung megah dan mentereng.

2. Begitu juga dengan domainnya, ia tidak saja sebagai rural based institution,

tetapi juga menjadi lembaga pendidikan urban. Ini bisa dilihat dari

kemunculan sejumlah pesantren kota, pesantren pembangunan, pesantren

mahasiswa, pesantren tehnologi, pesantren gender, pesantren industri,

pesantren lingkungan, pesantren nara pidana yang notabene berdomisili

dikota-kota dan di metropolitan.

3. Selain itu saat ini pesantren tidak melulu identik dengan kelembagaan Islam

khas Jawa, tetapi mulai di adopsi oleh wilayah wilayah lain, seperti di

Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dsb.

4. Sistem pengasramaan yang di pesantren dikenal dengan istilah santri

mukim, saat ini ditiru oleh lembaga lembaga pendidikan umum, modern dan

unggulan dengan istilah boarding school atau boarding system.

Di lingkungan Perguruan tinggi sudah dirintis beberapa model yang

Page 36: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

sesungguhnya meniru model pesantren, seperti : Pondok pesantren Hj Nuriyah

Sobron di Univ. Muhammadiyah Surakarta, Pesantren Kampus di UIN Malang, dan

banyak contoh contoh lain.Tidak sedikit Pesantren yang secara cemerlang berhasil

memberdayakan masyarakat disekitarnya, tidak saja dalam bidang pendidikan,

tetapi juga bidang ekonomi, teknologi dan ekologi.Beberapa Pesantren telah

berhasil mengangkat desanya dari desa swadaya menjadi desa swakarya dan

menjadi desa swasembada. Perubahan besar ini terjadi setelah pesantren tersebut

mendirikan “Biro Pengabdian Masyarakat” yang mengantarkannya mendapat

penghargaan.

Kurikulum pendidikan di pesantren saat ini tidak sekedar fokus pada kita

kitab klasik (baca : ilmu agama), tetapi juga memasukkan semakin banyak mata

pelajaran dan keterampilan umum, di Pesantren saat ini dikhotomi ilmu mulai tidak

populer, beberapa pesantren bahkan mendirikan lembaga pendidikan umum yang

berada dibawah naungan dan supervisi Dinas Pendidikan [DIKNAS]. Pesantren

salafiyah telah memperolehpenyetaraan melalui SKB 2 Menteri (Menag dan

Mendiknas) No : 1/U/KB/2000 dan No. MA/86/2000, tertanggal 30 Maret 2000

yng memberi kesempatan kepada pesantren salafiyah untuk ikut menyelenggarakan

pendidikan dasar sebagai upaya mempercepat pelaksanaan program wajib belajar

dengan persyratan tambahan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan

IPA dalam kurikulumnya.Dengan demikian SKB ini memiliki implikasi yang

sangat besar untuk mempertahankan eksistensi pendidikan pesantren.

Dewasa ini pesantren dihadapkan pada banyak tantangan, termasuk di

dalamnya modernisasi pendidikan Islam. Dalam banyak hal sistem dan

Page 37: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

kelembagaan pesantren telah dimodernisasi, serta disesuaikan dengan tuntutan

pembangunan, terutama dalam aspek-aspek kelembagaan sehingga secara otomatis

akan mempengaruhi ketetapan kurikulum.

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa kurikulum pada dasarnya merupakan

seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan

dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang diidamkan.Pesantren dalam aspek

kelembagaannya, mulai mengembangkan diri dengan jenis dan corak

pendidikannya yang bermacam-macam.Pesantren yang mengadopsi sistem

madrasah atau sekolah yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum

madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe

sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT

dalam lingkungannya. Seperti Pesantren Al Falah Grogol Dukuh Salatiga21

, yang di

dalamnya telah berkembang tidak hanya madrasah, namun sekolah umum, yang

dalam proses pencapaian tujuan institusional selalu menggunakan kurikulum. Maka

dari pada itu kurikulum pondok pesantren tradisional statusnya cuma sebagai

lembaga pendidikan non formal yang hanya mempelajari kitab-kitab klasik.

Meliputi: nahwu, sorrof, balaghoh, tauhid, tafsir, hadis, mantik, tasawwuf, bahasa

21 Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah ( PPTI) berdiri pada tahun 1986 oleh Bapak

KH. Muhammad Zoemri RWS bersama isteri tercinta yaitu Ibu Nyai Hj Latifah Zoemri yang

sekaligus sebagai pengasuh sampai sekarang. Pon-pes tersebut berdiri diatas tanah wakaf yang

mendapat dorongan dan dukungan dari masyarakat sekitar dan pemerintah kota setempat. KH. M.

Zoemri RWS pada awalnya menampung para santri di rumah (ndalem) beliau pengasuh karena

memang belum ada local untuk mereka, namun Alhamdulillah dengan semangat beliau bersama

masyarakat sekitar wujudlah satu gedung pon-pes dua lantai (lantai satu untuk Aula dan tempat

jamaah para santri, sedang lantai dua untuk asrama santri dengan 4 kamar dan 1 kantor) pada tahun

1990. ejak itulah dengan Rahmat Allah SWT, PPTI Al Falah berkembang agak pesat dengan 5 lokal

2 dan 3 lantai untuk 30 kamar 3 aula dan 2 kantor serta kamar mandi dan tempat wudlu. Seiring

dengan berkembangnya zaman PPTI Al-Falah dituntut pula untuk menampung aspirasi dari

masyarakat, dan berdirilah Sekolah Menengah Kejuruan pada tahun 2005 yang sampai sekarang

masih dalam taraf pembangunan dan perkembangan. http://alfalahsala3.blogspot.co.id/ diakses pada

bulan Desember 2016.

Page 38: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

arab, fiqih, ushul fiqh dan akhlak. Dengan demikian pelaksanaan kurikulum

pendidikan pesantren ini berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau

masalah yang dibahas dalam kitab.Jadi ada tingkat awal, menengah, dan lanjutan.

Senada dengan Al Falah, Pondok pesantren Al Madinah juga memiliki

Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Aliyah. Sejak awal berdiri, Sekolah

Islam Al-Madinah menawarkan sistem pendidikan dan pengajaran yang berbeda

darisekolah-sekolah lainnya, yaitu:Menerapkan pola pendidikan yang integral,

memadukan antara aspek intelektual, emosional, dan spiritual. Dengan pola

pendidikan yang terintegrasi, diharapkan anak didik nantinya menjadi manusia

yang kecerdasan akalnya selaras dengan hati nurani dan tuntunan agama.

Sistem pendidikan dilaksanakan secara ilmiah, alamiah, dan Islami yang didukung

konsep “Joyfull Learning” (konsep pembelajaran yang menyenangkan bagi anak

didik).Sehingga kegiatan belajar di sekolah bukanlah suatu rutinitas menjemukan

bagi anak didik.22

Jenjang pendidikan dalam pesantren tidak dibatasi seperti dalam lembaga-

lembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal.Umumnya, kenaikan tingkat

22Proses pembelajaran menggunakan pendekatan teori Multiple Intelligences, teori ini

memandang setiap anak didik mempunyai keunikan-keunikan tersendiri (penilaian/evaluasi lebih

ditekankan secara individual). Konsep pendidikan mengacu kepada tuntunan agama untuk

membentengi anak didik dari pemikiran-pemikiran liberalisme dan pluralisme, mengingat

pemikiran-pemikiran seperti ini secara nyata telah menyebar disegala aspek kehidupan masyarakat,

termasuk lingkungan pendidikan Islam. Ponpes Al-Madinah mengarahkan santrinya menjadi

generasi Qur‟ani sehingga kurikulumnya dirancang untuk membekali santri tahfidz dan tafhim Al

Qur‟an. Kurikulum tersebut terdiri: Bahasa Arab. Pembekalan ilmu alat/bahasa Qur‟an, sehingga

santri mempunyai dasar untuk memahami Al-Quran. Tahfidz Al Qur‟an Target Tahfidz Al Qur‟an,

santri dikelompokkan menjadi 3 kelompok; Kelompok Pertama; minimal hafal 10 juz, selama di

pesantren. Kelompok Kedua; minimal hafal 20 juz Kelompok Ketiga; wajib hafal Al Qu‟ran Tafhim

Al Qur‟an Menggunakan metode belajar terjemah Lafdhiyah, maksudnya memahami Al Qur‟an

dengan pendekatan memahami kata-kata Al Qur‟an, target minimal menguasai/menterjemahkan juz

30,1, 2 & 3.https://almadinahsalatiga.wordpress.com/about/ peneliti juga melakukan observasi pada

bulan Agustus September 2016.

Page 39: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

seorang santri didasarkan kepada isi mata pelajaran tertentu yang ditandai dengan

tamat dan bergantinya kitab yang dipelajarinya.Apabila seorang santri telah

mengusai satu kitab atau beberpa kitab dan telah lulus ujian yang diuji oleh

Kiainya, maka ia berpindah kepada kitab lain yang lebih tinggi tingkatannya.

Jelasnya, penjenjangan pendidikan pesantren tidak berdasarkan usia tetapi

berdasarkan penguasaan kitab-kitab yang telah ditetapkan dari paling rendah

sampai paling tinggi.Sebagai konsekuensi dari cara penjenjangan di atas,

pendidikan pesantren biasanya menyediakan beberapa cabang ilmu atau bidang-

bidang khusus yang merupakan fokus masing-masing pesantren untuk dapat

menarik minat para santri menuntut ilmu di dalamnya. Biasanya keunikan

pendidikan sebuah pesantren telah diketahui oleh calon santri yang ingin mondok.

Page 40: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

BAB III

PANDANGAN-PANDANGAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT

TERHADAP UPAYA AKREDITASI PESANTREN

C. Pandangan Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan

Dan Peningkatan Kualitas Pesantren

Kepala Pusat Pusat Pengembangan Penelitian dan Pendidikan Pelatihan

Kementerian Agama, Abdul Jamil menyebutkan, jumlah santri pondok pesantren di

33 provinsi di seluruh Indonesia mencapai 3,65 juta yang tersebar di 25.000 pondok

pesantren.23

Ponpes telah melahirkan tokoh-tokoh Islam yang sukses, sehingga

menjadi teladan bagi semua, para alumni ponpes diharapkan terus mengembangkan

Ponpes di Indonesia. Pada sisi lain pendidikan di ponpes telah diakui dalam

peraturan perundang-undangan. Lebih jauh Abdul Jamil menjelaskan bahwa tidak

perlu dibeda-bedakan antara pendidikan di ponpes dam sekloah umum, karena

memiliki tujuan yang sama yakni bagaimana menciptakan kader pemimpin masa

depan bangsa yang memiliki kepribadian yang luhur. Kalau dilihat prospek

kedepan pendidikan di ponpes memimiliki peluang besar untuk mengembangkan

23"Jumlah tersebut terus bertambahnya setiap tahunnya.Ini merupakan sebuah kemajuan

yang patut dibanggakan," katanya seusai pembukaan Musabaqah Fahmi Kubtubit Turats (Mufakat)

di Pondok Pesantren (Ponpes) Nahdlatul Wathan Poncor, Lombok Timur, Selasa (19/7).Ia

mengatakan, mutu pendidikan di lingkungan ponpes juga cukup baik. Sebagian ponpes masih

menerapkan pendidikan tradisional, namun banyak juga sudah modern, sehingga tidak kalah

bersaing dengan pendidikan yang ada di sekolah.Menurut dia, pendidikan di lingkungan ponpes

sebagai salah satu ujung tombak dari terselenggaranya pendidikan agama Islam yang baik dan benar

sesuai dengan tuntutan agama Islam yang tertuang dalam kitab suci Alquran dan Hadist Nabi

SAW.Baca lebih jauh pada http://www.republika.co.id/kanal/khazanah/dunia-islam diakses pada 19

Juli 2016.

Page 41: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

pendidikannya dengan membuka berbagai program pendidikan yang diminati

banyak orang. Ponpes tidak hanya bertumpu saja pada pendidikan agama.

Sementara itu Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin berharap agar

tahun 2016 ini dan tahun-tahun berikutnya menjadi tahun emas bagi Pondok

Pesantren.24

Apa yang disampaikan Menag bukanlah sebuah utopis. Hal itu dapat

diwujudkan jika upaya untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan

keagamaan dilakukan secara terus-menerus dan sungguh-sungguh. Para santri telah

mewarnai berbagai kampus ternama di negeri ini. Program beasiswa santri

berprestasi serta kerjasama yang dilakukan dengan kampus-kampus seperti UGM,

ITB Unair, ITS, UIN dan perguruan tinggi lain, melahirkan banyak prestasi yang

berhasil ditorehkan oleh para santri, dimana hal tersebut sebelumnya tidak pernah

terduga. Lebih lanjut dari program itu, lanjut Menag, lahirlah santri-santri yang

menguasai disiplin ilmu IT, Dokter, Ekonom, Arsitek, dan lainnya yang selama ini

belum pernah dimiliki. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003dan

Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan

Keagamaan, juga telah menempatkan ponpes pada pusaran pendidikan nasional.

Model regulasi yang telah memberikan ruang gerak dan penghargaan yang luar

biasa terhadap keberadaan Ponpes ini harus dijadikan momentum kebangkitan

Pondok pesantren.

24Hal tersebut disampaikan Menag saat meresmikan gedung baru Al-Azhar dan peletakkan

batu pertama pembangunan asrama Wali Songo di Pondok Pesantren Moderen Baitussalam, yang

berlokasi di daerah candi Prambanan.Baca lebih lanjut pada

http://pendis.kemenag.go.id/DITJENISLAM diakses pada 9 Agustus 2016.

Page 42: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Sepanjang tahun 2014 lalu, data menyebutkan telah ditandatangani dua

regulasi terkait Ponpes, pertama PMA No 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan

Keagamaan Islam, dan yang kedua PMA No 18 tahun 2014 tentang Satuan

Pendidikan Muadalah.25

Kementerian Agama menilai bahwa hal tersebut merupakan bukti dan

jaminan keberpihakan pemerintah. Dengan demikian akan meneguhkan posisi dan

eksistensi Ponpes. Sejak orde reformasi hingga kini perhatian pemerintah terhadap

ponpes terus meningkat. Selain keberhasilan yang datang dari luar, keberhasilan

yang diciptakan Ponpes dengan memainkan perannya sebagai lembaga pendidikan

keagamaan, lembaga dakwah dan lembaga sosial kemasyarakatan bukanlah sekedar

konsensi tasawuf, juga sebuah kebenaran yang sangat mudah dicarikan dasar

argumentasinya. Mengapa? Karena ponpes selalu hadir disetiap momen penting

dalam perjalan bangsa. Ponpes telah berhasil mencetak generasi-generasi unggul

yang berkomitmen mendedikasikan dirinya untuk kemajuan bangsa yang dilandasi

oleh jiwa yang ikhlas dalam berjuang dan beramal. Letak sejarah perjalan

kehidupan pesantren setidaknya telah menghantarkan lembaga pendidikan

keagamaan khas bangsa Indonesia pada tiga peran besar, yaitu perannya sebagai

lembaga pendidikan keagamaan, peran sebagai lembaga dakwah dan perannya

sebagai lembaga sosial kemasyarakatan.

Sebagai lembaga pendidikan keagamaan, peran kependidikan pesantren

tidak berhenti pada kajian-kajian keagamaan saja tetapi juga berkembang hingga

memasuki wilayah kesadaran sosial terkait isu-isu kekinian yang universal.

25http://pendis.kemenag.go.id/DITJENISLAM diakses pada 18 Agustus 2016.

Page 43: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Pesantren tidak hanya berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan dan hal-

hal yang “melangit” saja. Tetapi juga kurikulumnya menyentuh persoalan-

persoalan aktual kemasyarakatan yang membumi.

Selanjutnya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan26

bahwa minat masyarakat untuk mempercayakan anak-anaknya pada lembaga

pendidikan pesantren sangat tinggi. Hal ini setidaknya bisa dilihat dari peningkatan

jumlah pondok pesantren di Indonesia. Selain mendapat jaminan dididik

pengetahuannya, pesantren juga melangsungkan pendidikan karakter. Situasi

pesntren yang seperti itu, memberikan keuntungan tersendiri bagi peserta didik.

Sebab, selain sebagai tempat diseminasi pengetahuan, pesantren juga menjadi

komunitas belajar para santri bersama rekan-rekannya, sekaligus tempat belajar

berinteraksi untuk hidup bersama, menerima perbedaan, dan menjadi manusia

Indonesia seutuhnya. Pada sisi lain menurut Menag, manusia Indonesia ketika lahir

sejatinya “bukanlah” orang Indonesia, melainkan masih mewakili daerah dan

sukunya. Namun, setelah berinteraksi dengan orang lainya, memahami perbedaan,

maka barulah ia menjadi manusia Indonesia. Keuntungan lainnya, pendidikan di

pesantren mengajarkan Nasionaliame. Sejarah mencatat bahwa pesantren

merupakan tempat mengajarkan Islam moderat. Ajaran tersebut bahkan masih

dipertahankan hingga sekarang sehingga, dalam jiwa-jiwa santri tertanam rasa cinta

26 Disampaikan pada acara Bincang Nasional Pemberdayaan Lembaga Pesantren dalam

Rangka Peningkatan Kemandirian Ekonomi Serta Mendorong Pengembangan Ekonomi dan

Keuangan Syariah di kantor Bank Indonesia Surabaya, Rabu (5/11/2016). Baca lebih lanjut dalam

http://ditpdpontren.kemenag.go.id/berita-/mengapa-harus-pilih-pendidikan-pesantren-ini-

jawabannya/ diakses pada 12 Maret 2016.

Page 44: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

dan aksi bela negara. Jika ada pesantren yang mengajarkan radikalisme, itu pastinya

patut diduga pesantren yang tidak kompeten.

Pesantren merupakan produk asli Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan,

pesantren memiliki ciri khas kelembagaan yang tidak dimiliki oleh lembaga

pendidikan lain yang ada di negara manapun selain Indonesia. Memperhatikan hal

tersebut, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memetakan tiga trilogi

pesantren sebagai bekal pengembangan potensi ekonominya. Ada tiga hal yakni

dari segi pola pendidikan, aspek keagamaan, dan aspek sosialnya. Khusus untuk

aspek sosial, potensi pesantren dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Sebab,

santri di pesantren, selain belajar keagamaan juga telah terbiasa dididik mandiri

sekaligus terbiasa bersinggungan dengan manusia lainnya yang beragam dalam

kehidupan sehari-hari. Pemerintah harus sigap dan secara sinergi menyiapkan

kesetaraan regulasi, kesetaraan program, dan kesetaraan anggaran, agar pesantren

tidak melulu ketinggalan dengan lembaga negara lainnya. Hal ini penting. Sebab

pesantren menjadi salah satu bagian terbesar yang menyangkut dengan kepentingan

masyarakat. Faktanya, minat masyarakat untuk menempuh pendidikan di pesantren

semakin menguat. Data saat ini menunjukan setidaknya ada 3.004.807 anak yang

tercatat sebagai santri mukim (79,93%). Sisanya, sebanyak 754.391 untuk santri

non mukim.

Pada tahun 2015 Kementerian Agama juga melakukan upaya pemenuhan

kebutuhan pengembangan dan peningkatan kualitas pesantren melalui program

pesantren bahari. Untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal, pinggiran

dan kepulauankhususnya daerah pesisir, peran pesantren menjadi sentral dalam

Page 45: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

membantumempercepat pembangunan tersebut. Pondok pesantren bahari

merupakansalah satu motor penggerak percepatan industrialisasi kelautan

danperikanan melalui berbagai kegiatan usaha yang dilakukannya.Peran strategis

pondok pesantren yang diharapkan perannya menjadi mitrapemerintah dalam

pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Karena pondokpesantren pada umumnya lahir

dan berbasis di daerah-daerah pedesaan yangmasyarakatnya masih memegang

teguh sikap gotong royong dan kekeluargaan.Keberadaan pondok pesantren di

masyarakat mempunyai peran yang sangatstrategis dalam pendidikan, yang sangat

mengakar di masyarakat menjadikekuatan tersendiri dalam membangkitkan

semangat masyarakat untukmencapai kemajuan dan kehidupan yang lebih

sejahtera.Di samping berfungsi dan berperan sebagai agen pemberdayaan

masyarakatuntuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan, pondok

pesantrendiharapkan juga mampu memberdayakan diri agar mandiri, terutama

dalamaktivitas ekonomi. Oleh karena itu, dalam mentransformasikan

potensipondok pesantren sebagai agen pemberdayaan umat, diperlukan

upayastrategis untuk menghasilkan santri-santri yang handal, peka terhadaparus

globalisasi, modernisasi serta masalah sosial budaya yang ada ditengah-tengah

umat, selain ahli dalam agama.Sebagai langkah pertama dalam implementasi

Program PEP Tahun 2015 dengandimasukkan dalam agenda nasional tahunan

Program SAIL. Pada tahun 2015akan dilaksanakan Sail Tomini yang akan

berlangsung di Kabupaten ParigiMoutong, Sulawesi Tengah. Salah satu bidang dari

20 program pada SAILTomini 2015 adalah program Pemberdayaan Ekonomi Umat

melalui PondokPesantren (PEP) yang difokuskan pada pondok pesantren

Page 46: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

bahari/kelautan,di mana Kementerian Agama RI menjadi salah satu penaggung

jawab programtersebut.27

D. Relasi Etis Kiai – Santri

Jika melihat makna dari akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan

program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka

program program pengembangan akhlak akhlak al-karimah dan penguasaan ilmu

agama menjadi penting untuk dinilai pada sebuah pesantren. Penilaian28

ini juga

tidak lepas dari hubungan dan relasi kiai dan santri yang terbangun di dalam sebuah

pesantren dari generasi ke generasi. Di kalangan masyarakat santri, figur kiai,

secara umum kerap dipersepsikan masyarakat sebagai pribadi yang integratif dan

merupakan cerminan tradisi keilmuan dan kepemimpinan, „alim, menguasai ilmu

agama (/tafaqquh fi al-din/) dan mengedepankan penampilan perilaku berbudi yang

patut diteladani umatnya. Semakin tinggi tingkat kealiman dan rasa tawadlu‟ kiai

akan semakin tinggi pula derajat penghormatan yang diberikan santri dan

masyarakat. 29

Sebaliknya, derajat penghormatan umat kepada kiai akan berkurang seiring

dengan minimnya penguasaan ilmu dan rendahnya rasa tawadlu‟ pada dirinya,

sehingga tampak tak berwibawa lagi dihadapan umatnya. Konsepsi kewibawaan ini

27 Baca lebih lanjut dalam http://ditpdpontren.kemenag.go.id/wp-content/uploads/2015/-

02/IMG_1812.jpg diakses pada 15 Mei 2016

28

Pada konteks penilaian proses pemenuhan standar diukur tingkat ketercapaiannya untuk

melihat keefektivan pelaksanaan sebuah program. Pengukuran pencapaian standar dilakukan secara

internal oleh Tim Evaluasi Mutu Internal, dan secara eksternal oleh BAPP Badan Akreditasi Pondok

Pesantren atau Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) yang mendapat pengakuan Menteri Agama, dan

penilaian juga menyasar kepada penilaian hasil belajar.

29

Syamsul Hadi Thubany, Relasi Etis Kiai – Santri, dalam http://ditpdpontren.kemenag-

.go.id/opini/relasi-etis-kiai-santri/ diakses pada tanggal 17 Nopember 2016.

Page 47: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

telah mendifinisikan fungsinya menjadi etika normatif dunia pesantren, yang oleh

budayawan Mohamad Sobari disebut sebagai tipe kewibawaan tradisional. Ciri

pertamanya adalah, penggunaan kekuasaan pribadi yang dihimpun melalui peranan

masa lampau dari seseorang sebagai penyedia, pelindung, pendidik, sumber nilai-

nilai, dan status unggul dari mereka yang memiliki hubungan ketergantungan yang

mapan dengan orang tersebut. Adapun indikasi yang lain, bahwa sumber-sumber

kewibawaan tradisional tersebut terletak pada posisinya menjadi sesepuh (orang

yang dituakan), sebagai sosok ayah, orang yang dapat dipercaya, orang yang

dihargai, berkedudukan resmi, memiliki penguasaan ilmu pengetahuan agama, dan

posisinya sebagai pemangku lembaga agama (pesantren). Derajat kewibawaan-

kharismatik ini dalam bentuk penghormatan serta ketaatan massa yang bersifat total

dan, bahkan ada ciri /taqlid/ buta, sehingga terhadap penilaian suatu perkara

tertentu tak lagi perlu ada pertanyaan, gugatan atau diperdebatkan secara kritis.

Hal ini diperoleh kiai atas konsekuensi logis dari segi penguasaan yang

mumpuni terhadap ilmu-ilmu agama juga diimbangi oleh pancaran budi pekerti

mulia, penampakan /akhlak al-karimah /yang menyebabkan kiai, di mata umatnya,

dipandang bukan semata teladan ilmu, melainkan juga sebagai teladan laku: suatu

elemen keteladanan yang bersifat sangat fundamental. Unsur berkah keteladanan

yang membawa implikasi pada kecintaan, dan kepatuhan atau ketaatan mutlak

kepada sang pemimpin kharismatik sehingga dianggap memiliki karomah.Oleh

karenanya, secara otomatis pada dirinya dinilai sebagai orang berotoritas. Adalah

bukti nyata bahwa fenomena kewibawaan spiritual kharismatik ternyata telah

melintas batas rasionalitas. Apapun yang dikatakan orang, masa bodoh! Demikian

Page 48: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

adalah prinsip yang dipegang kuat-kuat di kalangan santri tradisonal meskipun

kadang kala ia telah berada di luar habitatnya.

M. Sholeh Mubin salah seorang Kasi di Kantor Kementerian Agama Kota

Salatiga menyebutkan bahwa aspek-aspek komitmen religius yang kuat itu

meliputi, aspek keyakinan (the belief dimension), ritual peribadatan beserta aurad-

dzikirnya (religious practice: ritual and devotion), pengalaman keagamaan (the

experience dimension), pengalaman batiniah/rohaniah (spiritual dimension),

pengetahuan agamanya maupun kosekuensi-konsekuensi amaliah seorang Muslim

yang terbentuk secara baik. Maka tidak mengherankan dengan potensi dan

kompetensi tersebut kalau seorang kiai pesantren menduduki posisi puncak yang

kukuh dalam struktur sosial terutama dalam lingkaran komunitas pesantren.

Sholeh Mubin menyebutkan bahwa;

“Atas dasar inilah maka kemudian muncul pola hubungan patron-klien antara kiai

dan santri yang bersifat unik serta menarik diamati. Sebagai ilustrasi, menurut

keyakinan santri, mencium tangan Kiai merupakan berkah dan dinilai ibadah,

meski orang-orang yang berpandangan puritan mengejeknya sebagai “kultus”

individu, dan karena itu syirik. Mereka tetap tak peduli, sebab mereka beranggapan

tidak mencium “tangan” yang sebenarnya, karena perbuatan tersebut sedang

memberikan penghormatan yang dalam kepada suatu otoritas, yaitu kiai.” 30

Dengan demikian, predikat nilai ke-Kiai-an yang berotoritas dan

menyandang kewibawaan spiritual kharismatik bukanlah sangat bergantung pada

garis keturunan atau karena dari faktor/nasabiah, /melainkan harus pula ditempuh

dengan cara-cara yang rasional, karena tergantung kepada derajat kealiman juga

diimbangi oleh teladan perilaku berbudi (akhlak al-karimah). Dalam arti, secara

teoritik dan formal bahwa seorang pengasuh pesantren memang harus memiliki

30Wawancara tanggal 3 Januari 2017.

Page 49: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

kompetensi yang memadai dan telah pula memiliki /religious commitment/ yang

kuat. Yaitu penampilan sosok pribadi yang integratif antara ilmu dan amaliahnya.

E. Pandangan MasyarakatTerhadap Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan

Dan Peningkatan Kualitas Pesantren

Kalau kita melihat secara historis Pesantrenjika disandingkan

denganlembagapendidikanyangpernah muncul di Indonesiamerupakan

sistempendidikan tertuasaat ini dan dianggap sebagaiprodukbudaya

Indonesiayangindigenous.31

Pesantren bukansemata-

matasebagaisebuahinstitusipendidikansaja.Sejak kemunculannya,

pesantrenmunculsebagaisebuahinstitusiyangtelahberakarkuat didalam masyarakat

Indonesia.Pesantrenmerupakanprodukdarisistempendidikan

pribumiyangmemilikiakarsejarah,budayadansosialdiIndonesia.Olehkarena

itu,pesantren merepresentasikanpendidikanyangunik yangmensintesakan

dimensisosial,budayadan agama. Akar dan sintesisini kemudian

mempengaruhifungsipesantrenbaiksecarainternal maupuneksternal.

Pesantrenmunculsebagaisebuahkomunitaskehidupanyangmemiliki

kemampuanuntukterlibatdalamaktivitas-aktivitas kreatifyangmenggunakan

pendidikanalternatif yangmenggabungkanpendidikandan pengajarandengan

pembangunankomunitas.

HamamBurhanuddin menyebutkan bahwa perlu mengkaji kembali

tentangfungsi sosial pesantren dengan menimbang ulangperanan dan

31Masyhud,Sulthon dan Moh. Khusnurdilo,Manajemen PondokPesantren,(Jakarta:

DivaPustaka,2003), hlm. 1.

Page 50: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

dinamikapesantrendalammasyarakat Indonesiamodern, dimanadinamikamodernitas

mempengaruhikeberadaanpesantrensecara fundamentalsehingga mengakibatkan

munculnyaproblemidentitaskultural pesantren.Probleminidapat dianggap sebagai

konsekuensidanimplikasilogis

ketikaberhubungandenganmodernitasyangmemilikikeharusanyang

mempengaruhisecarakhususfungsisosialdan budayayang didasariatas

kewajibankeagamaan.32

Zulfa Machasin selaku tokoh pendidikan di Salatiga dalam pandangannya

menyebutkan bahwa pesantren harus melakukan terobosan, inovasi, kreativitas

dalam mengahadapi perubahan era modern dan globalisasi.

“Pesantren harus lebih banyak yatafakkaru karena yatazakkaru nya sudah sangat

baik. Modernitas sendirimembawaperubahan-perubahan dalambanyak aspek

kehidupan, khususnyainstitusiagamasepertipesantrenitusendiri.Akhir-akhirini,

usaha untuk mereformulasi peranan ideal pesantren di tengah masyarakat

Indonesiadapat menjadi semacamusahakultural. Inikarenasecarahistoris,

pesantrenidentikdengan ”sekolahrakyat”dan ”sekolahkehidupan” khususnyadi

wilayahpedesaandiIndonesia.”33

Lebih jauh Zulfa menyebutkan bahwapesantrendanmodernitas bukan

tidaksesuai tetapi dapat bekerjasamauntukkondisi negara yanglebih baik. Sementara

yanglainberargumenbahwaperananpasti pesantrenmasihmenjadi perdebatan. Sejauh

mana juga pesantrensebagaiinstitusiagama Islam dapat mengukuhkantradisi dan

menjadikannyasebagaibasis transformasidi zaman modern.Dalamkapasitas apa

pesantrendapat memerankanfungsi-fungsisosialbudaya dalamkomunitassantri

ditengah-tengah modernitasmasyarakat Indonesia.

32HamamBurhanuddin, Post-Tradisionalisme Pesantren;MengukuhkanTradisi

PesantrenSebagaiBasisTransformasi DiEraModern, dalam Jurnal Murabi, Vol.01No.01, Juli-

Desember 2014, ISSN 2406-775X, hlm. 1.

33Wawancara tanggal 17 September 2016, dan wawancara kedua 5 Oktober 2016.

Page 51: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren sekarang ini sudah

mengalamiperkembanganpesat, prosesperubahanhingga dewasainilembaga

tersebuttelah memberi kontribusi penting dalampenyelenggaraan pendidikan

nasional.Keberadaanpesantrensebagailembagapendidikanbaikyang masih

bertahansistempendidikantradisionalnya maupunyangsudah mengalami perubahan

memiliki pengaruh besar dalamkehidupan masyarakat Indonesia.Dari waktuke

waktupesantrensemakintumbuhdanberkembangkuantitas maupun kualitasnya.

Tidaksedikit dari masyarakat yangmasih menaruh perhatian besar

terhadappesantrensebagaipendidikanalternatif.

Terlebihlagidenganberbagaiinovasisistempendidikanyangdikembangkan pesantren

dengan mengadopsi corakpendidikan umum,menjadikan pesantren

semakinkompetitifuntuk menawarkanpendidikanke khayalak masyarakat.

Ahmad Wadudi jelas mempercayakan pendidikan putrinya di Pesantren,

dia menjelaskan bahwa:

“Pesantren mampu berkiprah dalam masyarakat pada masanya, karena ilmu yang

ditimba sangat cukup untuk bekal hidup bermasyarakat, selain itu adanya

keikhlasan dari kyai dan keberkahan dari kyai yang dulu memang sangat manjur.

Walau metode yang digunakan itu dikatakan kuno, akan tetapi hasilnya cukup

berkualitas. Serta menghasilkan santri yang bersifat akhlakul karimah dan berpijak

teguh pada Al-qur‟an dan As-sunnah. Pendidikan pesantren baik salaf ataupun

khalaf bagus untuk pembentukan moral anak bangsa kita kedepan. Tapi harus juga

diimbangi dengan ketrampilan, kreatifitas dan juga pengetahuan dari

mereka.Kekhasan pesantren salaf yang paling menonjol adalah kebutuhan akan

ta‟limu ulum addin (pembelajaran ilmu-ilmu keagamaan).”34

34Wawancara tanggal 11 November 2016 di wilayah RT 4 RW 14 Cabean Mangunsari

Salatiga. Ahmad Wadudi dalam pernyataan berikutnya mengatakan “kelebihan-kelebihan dari

pesantren antara lain: Ketakdziman seorang santri terhadap kyainya begitu kental, Tempat mencetak

kader-kader islam yang berakhlakul karimah dan mumpuni terhadap kajian-kajian agama seperti

ilmu fiqh, tasawuf ataupun ilmu alat, Sebagai tempat sentral belajar ilmu agama, Tempat pendidikan

yang tak mengenal strata social dan yang terpenting juga mengajarkan semangat kehidupan

demokrasi, bekerja sama, persaudaraan, persamaan, percaya diri dan keberanian hidup.

Page 52: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Meski sudahmelakukaninovasi pendidikansampaisaat inipendidikan

pesantrentidak kehilangan karakteristiknyayangunikyangmembedakan

dirinyadengan model pendidikanumumyangdiformulasikandalambentuksekolahan.

Perkembangantersebuttidakbisalepasdarikajianintelektualdarimasing-masing

pendiri pesantren untuk bisa mensinergikan dengan perkembangan modern.

Sama halnya Ahmad Wadudi, Nurhasanah juga menyebutkan bahwa pesantren

adalah tempat sekolah lanjutan putranya setingkat SMP dalam menimba ilmu.

Nurhasanah menandaskan bahwa:

“Karena dalam pesantren modern telah melakukan perubahan terhadap kurikulum,

metode dalam melakukan proses pembelajaran seperti perubahan dalam:System

pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi system klasikal yang kemudian

disebut sebagai madrasah.Diberikannya pengetahuan umum disamping masih

mempertahankan pengetahuan agama dan bahasa Arab.Bertambahnya komponen

pendidikan pondok pesantren, misalnya keterampilan sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhan masyarakat sekitar.Diberikannya ijazah bagi santri yang telah

menyelesaikan studinya di pesantren, yang terkadang ijazah tersebut disesuaikan

dengan ijazah negeri.”35

Pesantrenmemilikisatukonsepyangmencakupsemuagambaranpenting dari

modelpendidikan.Modelinidiformulasikan atas dasarrisetempirik,yaitu

aspekvisionerdalamtujuanpesantren. Tujuanpesantrensecaramendasaradalah

untukmembangun danmengembangkankepribadianmuslimyangtatakepada Tuhan

dalam kondisiberimandan bertakwa. Ketaatan ini, selanjutnya akan

memancarkankewajibanmoraluntuk menyebarkanajarandanspiritIslamdiantara

manusia.Seorangsantribertujuanuntukmenjadi muslimyangbenar dengan

menjagaorientasihidupnya kepadayangsucidenganmenekankansikap normatif dan

35Wawancara tanggal 10 Agustus 2016 di wilayah RT 4 RW 14 Cabean Mangunsari

Salatiga.Setidak-tidaknya ada 7 orang seperti Nurhasanah di sekitar Salatiga yang memilih

pendidikan pesantren modern bagi putra-putrinya untuk melanjutkan ke tingkat SMP.

Page 53: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

ideal atas dasar fikih. Selanjutnya,dalamimplementasi-implementasi sikap

idealistikdalamkehidupan harian,santri harus menjauhi godaan-godaan material,

sikap-sikapdantendensikeduniawian.

Usahauntukmengukuhkantradisimenjadikeharusanyangperlu dipertahankan

karenamelihat perkembangan zaman,ciri tradisiyangperlu pertahankan ialah

pengajaran kitab kuning, kontrol sosialdan pembentukan pribadi

muslimyangparipurnayanglebihmenekankan aspekmoral,pentingnya

pendidikanmoralinilahyangmenjadi corakkarakterpesantrensebagaiaset

filterisasiterhadaparusmodernisasi yanglebihmengedepankanaspek

materialismedanhedonisme(hidupbermewah-mewahan).Satuhal yangsering

dilupakan dalampesantrenyakniadanyausahauntukhidup mandiridan sederhana,

kesederhanaan inilah yangakan menghantarkan setiap santri untuk selalu

mensyukurikenikmatanyangtelah diberikan dantidak mementingkan

kehidupanduniasemata.Sehinggamenghantarkan keselarasanhidupantaradunia

danakherat.

Muhammad Hanief [Gus Hanief] selaku pihak yang mengelola pondok

pesantren Edi Mancoro Gedangan Kabupaten Semarang menyebutkan bahwa;

Keberadaan modelpendidikanpesantrentradisional yangmasihbanyak terdapat

diberbagaidaerahpelosoktanahair. Bukanberarti modelpendidikan

pesantrensemacaminitidakrelevanlagi untukkonteksperkembangansosialsaat

sekarangini. Tetapijustru keberadaanpesantrenpuresalafiiniperlu mendapatkan

perhatiandanpenanganan yangserius dariberbagaipihakterutamapemerintah

daerah.Amanah Undang-UndangSistemPendidikanNasionalNo.20/2003jelas- jelas

memasukkanpesantrensebagaisalahsatusubsistemdarisistempendidikan nasional,

sebuah perhatian danpengakuan yangsudah selayaknyaditerima

komunitaspesantren.Karenabagaimanapunpesantrenmerupakan khazanah

budayayangmemainkanperanpenting dalamsetiapprosesperubahansosialsejak

awalberdirinya lembagaini. Tanpa perandan partisipasi pesantren dapat

Page 54: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

dikatakanproses pembangunandaerahakanmengalamikegagalan.36

Disampingitujuga,adabeberapahalperludikukuhkan dalampendidikan

pesantrendalamtengah

kehidupanmodernitas,menurutpenulispengukuhantradisipesantrenmencakup 2 hal

yang tradisi keagamaan dan tradisi keilmuan:

1.Tradisi Keagamaan

Kehidupan modern acapkali keringnilai-nilai spiritual, bahkan ada gejala

mereduksikanmaknahiduphanyasebatas padahal-halyangbersifatkebendaan,

yangmendorongsuburnyasikaphidup serbamaterialistis,konsumeristis,bahkan

hedonistis,serta mengabaikan hal-hal yangbersifat transendental.Untukmengatasi

kecenderungan tersebut,makapemupukan nilai-nilai spiritual dan penguatan etos

keagamaan menjadi sangatpentingartinyaagarsemangatkemodernan tidak

menjauhkan masyarakat dariagamasehinggatujuan menghalalkancara dan tidak

dilandaskanpada moral,makameneguhkansikapberagamaharusterus-menerus

diupayakan. Dalamhalini,pesantrenbisamemberikankontribusipositifdalam mengisi

danmemperkuatnilai-nilaispiritual danetikadalamkehidupanmodern.

2.Tradisi Keilmuan

DalamtradisiIslametoskeilmuanitudikembangkansejalan dengan

penguatanetoskeagamaan.Kesadaran untukmengembangkanetoskeilmuanini

bersumberpadapenghayatanterhadapnilai-nilai agama.Sebab ajaran Islamtegas

mengatakanbahwa membangunmasyarakatyangberilmupengetahuanitu

36Wawancara tanggal 12 Oktober 2016.

Page 55: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

merupakanbagian dari kewajiban agama.Masadepanpesantrensangat dipengaruhi

oleh kemampuan untukbersaing.Dan kemampuan untukbersaing hanyadapat

tumbuhdansinambungjikabersumberpadaSDM yangberkualitas, yakni yangberilmu

dan mampu mengembangkan serta mengamalkan ilmu. Apabila penguasaan ilmu

pengetahuan itu merupakan pencerminandari kehidupan budaya

moderndansekaligusamanat keagamaan, maka tradisi pesantrenyang

menanamkanetos keilmuankepadaparasantriharus dihidupkan

kembali,dantentunyadengan membukadirikepadailmupengetahuan,teknologi,

danpolakehidupanmodern.

Disamping itu juga, menurut penulis perlu dikembangkan juga mengenai

mutu pendidikan diperlukan beberapa pendekatan yakni pendekatan bidang studi

ilmu (disiplin ilmu), pendekatan interdisipliner ini berdasarkan atas pemikiran

bahwa masalah- masalah dalam kehidupan tidak hanya melibatkan satu disiplin

akan tetapi memerlukan berbagai ilmu secara interdisipliner. Pendekatan broad-

field yakni usaha untuk mengintegrasikan disiplin ilmu atau mata pelajaran yang

saling berkaitan agar santri memahami pengetahuan tidak berada dalam vakum

kehampaan, tetapi merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-

hari.Pendekatan rekonstruksionisme yakni memfokuskan pendidikan pada masalah-

masalah penting atau isu-isu yang berkembang yang dihadapi dalam masyarakat,

seperti kemiskinan, korupsi, keadilan sosial, interdependensi global. Sedangkan

untuk menghadapi modernitas perlu disiapkan pembenahan dan pembentukan

karakter santri dengan memberikan pemberian skill (keterampilan) agar bisa hidup

Page 56: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

mandiri, hal ini bisa dilakukan dengan memberikan motivasi secara intrinsik

maupun ekstrinsik pada santri diantaranya :

1. Pembekalan Berwirausaha

Dalam sejarah perkembangannya pesantren telah menumbuhkan semangat

kewirausahaan kepada para santri yang kemudian menjadi pengusaha-pengusaha

pribumi pada masa ekonomi dikuasai oleh penjajah dan golongan asing, seperti

keturunan Cina. Dari kalangan mereka ini lahir kelas profesional yang memelopori

pergerakan Islam dan pergerakan kebangsaan. Etos kewirausahaan itu terbentuk

dengan merujuk pada Islam sebagai sumbernya. Ajaran Islam mengandung

pandangan-pandangan yang bisa memotivasi umat untuk mengembangkan

kewirausahaan.

Al-Quran dan Hadist mengandung banyak doktrin ajaran untuk melakukan

kegiatan ekonomi. Untuk jangka waktu yang panjang dalam sejarah, para pedagang

muslim melakukan syiar agama dengan sekaligus berdagang. Di Indonesia suku-

suku yang kuat tradisi keagamaannya, justru kuat pula tradisi perdagangannya.

Suku-suku Banjar, Minangkabau, Makasar, dan Bugis, adalah suku-suku yang kuat

pemahaman dan pengamalan keagamaannya dan juga dikenal sebagai niagawan

yang piawai. Demikian pula pengusaha-pengusaha industri kretek, batik, dan

kerajinan perak di beberapa daerah di Jawa, berasal dari keluarga-keluarga yang

menghayati dan menerapkan secara lebih sungguh-sungguh ajaran dan nilai-nilai

agama Islam dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.

Page 57: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Tentunya karena sumber inspirasinya ada, yaitu ajaran agama yang mendasar,

dan tradisinya juga ada, maka menghidupkan kembali dan menghangatkan jiwa

dan semangat kewirausahaan ini, bukanlah pekerjaan yang terlalu sulit.

Tantangan yang dihadapi di masa depan adalah membangun wirausaha bangsa

sendiri, terutama dari kalangan umat Islam yang merupakan mayoritas bangsa

Indonesia membutuhkan pengusaha-pengusaha yang tangguh yang mampu bersaing

baik di pasar internasional apalagi di pasar lokal.

Tatanan dunia usaha masih berat ke atas, artinya lapisan pengusaha besar

yang jumlahnya sedikit, menguasai aset produktif yang besar, dan lapisan usaha

kecil yang besar jumlahnya amat lemah kedudukannya. Lapisan usaha menengah

masih kecil sekali dan belum kuat peranannya. Padahal struktur dunia usaha yang

kukuh menghendaki lapisan usaha menengah yang kuatsebagai tulang

punggungnya, saling menyangga dengan lapisan usaha kecil yang kuat, dan usaha

besar yang mempunyai rasa tanggungjawab dan solidaritas sosial yang besar pula.

Pesantren diharapkan dapat melahirkan wirausahawan yang dapat mengisi

lapisan-lapisan usaha kecil dan menengah yang handal dan mandiri itu. Sebenarnya

yang diperlukan hanyalah menghidupkan kembali tradisi yang kuat di masa

lampau dengan penyesuaian pada kondisi masa kini dan pada tantangan masa

depan.

2. Membentuk Sikap Kemandirian

Budaya modern menuntut seseorang untuk hidup mandiri. Apalagi suasana

persaingan yang sangat menonjol dalam zaman modern ini memaksa setiap orang

untuk memiliki kompetensi tertentu agar bisa bersaing dan dengan demikian dapat

Page 58: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

hidup secara bermartabat di tengah-tengah masyarakat. Hanya pribadi-pribadi

yang punya watak kemandirian saja bisa hidup dalam masyarakat yang makin sarat

dengan persaingan. Sistem pengajaran pesantren yang menggunakan metode

belajar sorogan (belajar secara individual mengenai bidang-bidang ilmu keagamaan

tertentu), tanpa disadari dapat memupuk sikap dan watak kemandirian para santri.

Tradisi ini meskipun terkesan “kuno” di tengah-tengah sistem

persekolahan modern, sebenarnya ada sisi positifnya dari sudut penglihatan itu.

Kemandirian kembali kepada sikap budaya. Pesantren memiliki posisi yang

strategis karena keterkaitannya yang erat dengan masyarakatnya, dan dengan

demikian dapat menjadi andalan dalam membentuk nilai-nilai yang dikehendaki

dalam kebudayaan bangsa.

3. Mengukuhkan Wawasan Kebangsaan

Proses modernisasi, telah menghantarkan umat manusia sampai pada sebuah

tahapan kehidupan baru, yaitu era globalisasi. Interaksi antarbangsa yang

melampaui batas-batas wilayah negara memungkinkan terjadinya perjumpaan

nilai-nilai budaya baru, yang dibawa oleh setiap bangsa. Pergaulan antarbangsa

yang terbuka itu merupakan wahana bagi masuknya nilai budaya asing, yang jelas

banyak positifnya tetapi ada juga yang tidak sejalan dengan nilai budaya dan jati

diri bangsa Indonesia sendiri.

Untuk menjaga ketahanan budaya bangsa dan negara, perlupeneguhan

serta memantapkan wawasan kebangsaan. Peneguhan dan pemantapan wawasan

kebangsaan ini, selain untuk menghadapi tantangan era globalisasi, juga agar

Page 59: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

keutuhan sebagai bangsa tetap terpelihara dan terjaga dengan baik. Pembangunan

hanya dapat berjalan dengan baik dalam suasana kekeluargaan dan

kegotongroyongan, dalam semangat persatuan dan kesatuan. Bangsa yang

terpecah-belah dan tidak bisa rukun, tidak mungkin dapat membangun dirinya dan

menyejahterakan rakyatnya.

Realitas bangsa Indonesia yang bersifat sangat majemuk, baik dari

segi agama, etnis, bahasa, budaya, maupun adat istiadat ini, membutuhkan

perekat yang kuat agar tidak terancam disintegrasi. meyakini bahwa yang bisa

menjadi kekuatan perekat itu adalah wawasan kebangsaan, yang menurut bahasa

pesantren disebut ukhuwwah wathoniyah. Dengan wawasan kebangsaan atau

ukhuwwah wathoniah memandang masyarakat Indonesia sebagai sebuah kesatuan

sosial, ekonomi, dan politik yang utuh, meskipun memiliki keragaman agama,

etnis, bahasa, budaya dan adat-istiadat. Penanaman nilai ukhuwwah wathoniyah di

lingkungan pondok pesantren sejak awal merupakan perisai yang kuat untuk

mempertahankan keutuhan bangsa. ini merupakan salah satu kontribusi terpenting

dan amat berharga dari pesantren dalam membangun bangsa yang utuh dan bersatu.

4. Solidaritas Masyarakat Bawah (grass root)

Unsur pokok persatuan dan kesatuan suatu bangsa adalah solidaritas sosial.

Bangsa yang lemah solidaritas sosialnya akan mudah retak persatuan dan

kesatuannya. Wujud solidaritas sosial adalah kepedulian pada kesenjangan yang

ada dalam masyarakat dan upaya untuk turut mengatasinya. Kesenjangan yang

makin melebar, dapat melahirkan kecemburuan sosial dan dapat mengganggu

integritas bangsa. Faktor yang paling dapat mengganggu stabilitas dan keutuhan

Page 60: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

bangsa, bukanlah lagi primordialisme, seperti agama dan suku, karena itu sudah

lama terlewati, melainkan persoalan kesenjangan ekonomi. Adalah suatu kenyataan

bahwa pesantren pada umumnya berada di lingkungan masyarakat yang tertinggal.

Karena memang dari segi jumlahnya, masyarakat yang miskin dan tertinggal

sebagai besar adalah umat Islam. Dengan demikian, masalah kemiskinan dan

kesenjangan merupakan realitas kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pesantren

dapat menjadi wahana dalam upaya mengatasi ketertinggalan yang menjadi

penyebab dari ketimpangan dan kemiskinan. Kerjasama harus dikembangkan

antara pemerintah dan pesantren untuk menggerakkan ekonomi masyarakat di

sekitar pesantren dengan menyadari betapa srategisnya kedudukan pesantren di

masyarakat. Demikian pula, harus dikembangkan pola kemitraan yang efektif

antara dunia usaha dan pesantren untuk mengembangkan keterkaitan (linkages)

yang menguntungkan kedua belah pihak.

Page 61: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

BAB IV

PERUMUSAN FORMAT AKREDITASI PESANTREN

Sebagaimana yang telah penulis kemukakan bahwa Akreditasi Pondok

Pesantren dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan

pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis

pendidikannya.Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh

Pemerintah [dalam hal ini Kementerian Agama] dan/atau lembaga mandiri yang

berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. Tujuan dari Akreditasi pondok

pesantren adalah :

1. Dapat mengetahui kinerja tiap ustadz di Pondok pesantren melalui instrumen

evaluasi mandiri internal dan evaluasi eksternal : promisi dan rotasi.

2. Dapat mengukur apresiasi pada pimpinan formal Pondok pesantren dan

kepala Ma‟had, semakin tinggi nilai akreditasi semikin dapat diapresiasi

lebih baik.

3. Sebagai Key Performance Indicators dalam menilai kemajuan pondok

pesantren

Page 62: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

4. Borang atau instrumen akreditasi dapat dikaitkan juga dengan penggajian

ustadz, karyawan dan pimpinan pondok pesantren.

5. Menjadi patokan keberhasilan pondok pesantren

Berikut adalah contoh beberapa standar yang dapat dijadikan acuan untuk

penyusunan borang akreditasi pondok pesantren:

A. Standar Isi[kurikulum]

B. Standar Proses[proses KBM]

C. Standar Kompetensi Lulusan

D. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan[ustadz]

E. Standar Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

F. Standar Pengelolaan Ma‟had atau asrama

G. Standar Pembiayaan

H. Standar Penilaian

I. Standar Penelitian

J. Standar Pengabdian Kepada Masyarakat

A. Standar Isi [kurikulum]

Page 63: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Kebutuhan mengembangkan kurikulum yang sangat strategis dalam

lingkungan pesantren bukan hanya untuk menjawab tantangan eksternal, namun

juga untuk mengoptimalkan potensi, melipatgandakan peran, dan

memperteguh posisinya sebagai kekuatan transformatif bangsa. Melaluikhazanah

khas (genuine)dunia pesantren yang disebut nomenklatur khas kitab kuning, para

kiai mampu menggerakkan bahkan menentukanlajuperubahanzaman.Para kiai

dengankreatifmenyelamidan mendalami gerak kehidupan yang dipahatkan

dalam karya-karya tulis yang mengagumkan. Pada konteks inilah, pesantren

sendiri sebenarnya sangat mungkinmenjadiresearch-university.Halinikarena

pertama,pesantrenbukanlah semata institusi tingkat dasar dan menengah, namun

juga tinggi, yang terlihat dalampotensisumberdaya, jaringan, khasanah, dan

kelembagaan.Literatur yang dikaji pesantren, dalam semua disiplinnya, banyak

yang diakui sebagai world-class.Pesantrenadalahkampung-peradaban

yangmenyimpan aneka pengetahuan, jejak masa lampau, potensi masa depan,

yang tidak mungkin diabaikan dalam kerangka keindonesiaan, bahkan dataran

mondial.Transformasipesantrenmenjadiinstitusirisetstrategistanpakehilanganruhnya

.

Prinsip pengembangan kurikulum pesantren secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua, yakni prinsip umum, yang meliputi prinsip relevansi,

prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis, prinsip efektifitas dan

prinsip efisiensi. Sedangkan prinsip khusus mencakup prinsip yang berkenaan

dengan tujuan Pendidikan pesantren, prinsip yang berkenaan dengan pemilihan isi

pendidikan pesantren , prinsip yang berkenaan dengan metode dan strategi proses

Page 64: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

pembelajaran pendidikan pesantren, prinsip yang berkenaan dengan alat evalusi dan

penilaian pendidikan pesantren. Pengembangan kurikulum Pendidikan pesantren

yang terus menerus menyangkut seluruh komponennya merupakan sesuatu yang

mutlak untuk dilakukan, agar ia tidak kehilangan relevansi dengan kebutuhan riil

yang dihadapi komunitas pendidikan Islam yang kecenderungannya terus

mengalami proses dinamika transformatif.

B. Standar Proses

Secara umum, pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran

agama Islam dengan cara non klasikal, di mana seorang kiai mengajar santrinya

berdasarkan kitab-kitab yang berbahasa Arab yang ditulis oleh para ulama besar

pada abad pertengahan (abad XII – XVI M). Kitab-kitab tersebut, baik kitab matan,

syarah, maupun hasyiyah adalah kitab-kitab mu‟tabarah dalam lingkungan

Pesantren. Kitab-kitab tersebut, misalnya, Taqrib atau Fathul al-Qarib, Safinat al-

Najjah, Sullam al-Tawfiq, al-Sittin Mas‟alah, Minhaj al-Qawim, al-Hawasyi al-

Madaniyat, al-Iqna‟, dan Fath al-Muin. Setelah kitab tersebut baru dilanjutkan

dengan kitab fikih lanjutan, baik yang berupa pendalaman materi ibadah ubudiyah

maupun materi yang lain. Di bidang tauhid, kitab-kitab kuning yang dipelajari di

pondok pesantren umumnya adalah pemikiran Asy‟ariyah yang berisi antara lain

sifat wajib, mustahil, dan ja‟iz Allah. Judul kitab tersebut antara lain al-Aqa„id al-

Page 65: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Subra, „Aqidah al-Syamsyiah, Matn al-Jawharat, Matn al- Bajuri, dan al-Kharidat

al-Baliyat.37

Karenanya, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang

memerankan dirinya sebagai media dalam pentransmisian ilmu-ilmu keagamaan

melalui pengkajian kitab-kitab turats. Sebuah tradisi yang telah berlangsung lama

di dunia pesantren. Penguasaan kitab-kitab turats menjadi sangat penting bagi

santri, karena ia menjadi identitas kesantrian. Menurut Hefni, standar kualitas

seorang santri diukur dari tingkat pemahaman dan penguasa- annya akan kitab-

kitab turats/kuning tersebut. Pesantren dan kitab kuning sudah menjadi dua sisi

mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

Bahwa munculnya pesantren adalah untuk mentransmisikan Islam

tradisional sebagaimana yang terdapat dalam kitab- kitab klasik yang ditulis

berabad-abad lalu. Dengan kata lain, tradisi, baik tradisi pemikiran maupun pelaku

yang berkembang di pesantren, tak lain merupakan implementasi ajaran-ajaran

yang terkandung dalam kitab-kitab klasik. Dalam pandangan Bruinessen, pesantren

telah sukses membangun tradisi agung (great tradition) dalam pengajaran agama

Islam berbasis kitab-kitab klasik yang populer dengan sebutan kitab kuning. Tradisi

yang dikembangkan pesantren memiliki keunikan dan perbedaan jika dibandingkan

dengan tradisi dari entitas Islam lainnya di Indonesia seperti kaum “reformis” atau

37Hefni, Moh. 2011. “Runtuhnya Hegemoni Negara dalam Menentukan

KurikulumPesantren”dalamJurnalKARSA,Jurnal Sosial dan Budaya

KeislamanedisiVol.IXI,No.1,April2011, hlm. 1

Page 66: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

“modernis”. Keunikan pesantren tentu terlihat pada kegigihannya merawat tradisi

keilmuan klasik yang nyaris diabaikan oleh kaum modernis.38

Proses mempelajari kitab-kitab klasik tersebut biasanya menggunakan

sistemwetondansoroganataulebihdikenaldengan„sorogan‟dan„bandongan‟.

Wetonadalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari kiai sendiri, baikdalam

menentukantempat,waktumaupunfokusbahasannya(kitabnya). Adapun

soroganmerupakanpengajianyangdiajukanolehseseorangataupunkelompok

santrikepadakiainyauntukdiajarkankitabtertentu. Pengajiansistemsoroganini

biasanya ditujukan kepada para santri yang prestasi belajarnya cukup baik dan

yang berminat akan suatu bahasan khusus sebagai bekal mempersiapkan

dirisebagaipeneruskiainya. Namun dalam era kontemporer ini merupakan sebuah

tuntutan bagi pesantren untukmembahasdan mengkajimateri-

materiyangbersifattransformatifseperti gender, hermeneutika, fiqh al-mar‟ah (fiqh

perempuan), pluralisme, HAM dan sebagainya. Definisi santri sekarang ini

murni santri, tetapi juga berpredikat mahasiswa, sehingga kajian-kajian Islam

yang bersifat transformatif juga merambah ke pesantren. Secara otomatis,

pesantren tidak hanya memperkuat dalam bidang fiqh, tasawuf, dan nahwu,

tetapi mengembangkan materi kajian Islamtransformatif.

C. Standar KompetensiLulusan

Esensi peran strategis pesantren ada dua yang paling penting, yaitu

mencetak kader ulama yang mendalami ilmu agama dan pada saat yang sama

38Bruinessen,Martinvan.1999.KitabKuning,PesantrendanTarekat, Tradisi-

TradisiIslamdiIndonesia.Bandung:Mizan, hlm. 20-25.

Page 67: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

mengetahui, terampil, dan peduli terhadap persoalan keummatan. Pesantren adalah

tempat untuk mencetak kader “faqih fi „ulum al-din dan faqih fi masalih al-

ummah”. Dengan peran semacam ini, dimungkinkan pesantren terlibat maksimal

dalam membangun bangsa. Melalui pesantren, para santri belajar ilmu-ilmu agama

dan ilmu sosial yang dibutuhkan masyarakat.

Mencermati peran strategis pesantren di Indonesia seperti tersebut di atas,

diharapkan dapat mengembalikan kejayaan umat Islam yang pernah menyinari

dunia dengan ilmunya. Saat itu, Islam menjadi pusat peradaban di mana di

tempat lain sedang mengalami kegelapan. Kemajuan ini diperoleh karena

perhatian serius Islam terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, di samping

tetapmempertahankan ilmuagama.

D. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan [ustadz]

Agar bisa mencapai cita-citanya,para ustadz dan ustadzah pesantren dituntut

untuk membuka diri dan niscaya memiliki wawasan global.Segala program yang

dilaksanakan di pesantren ini harus disesuaikan dengan standar kualitas nasional

atau bahkan internasional dan membidik entitas global.Melalui proses continues

quality improvement, pesantren secara bertahap akan meneguhkan diri sebagai

institusi berkelas dunia di segala sektor. Mulai dari standar pengelolaan manajemen

sumber daya manusia, sistem dan proses pendidikan, kualitas riset, hingga

pengabdian kepada masyarakat. Pencapaian-pencapaian ini akan mengantar

pesantren pada sebuah kondisi ideal. Dalam setiap langkah pesantren harus

mendasarkan diri kepada basis nilai dan tradisi yang berorientasi pada ketauhidan

Page 68: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

dan keber pihakan pada nilai-nilai kerakyatan, yang dalam bahasa teologi disebut

dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.Islam rahmatan lil alamin adalah way

of thinking sekaligus way of life bagi seluruh sivitas akademika pesantren.

E. Standar Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Peningkatan kualitas Sarana dan Prasarana harus dilakukan terus-menerus

dalam organisasi pesantren tersebut.Perbaikan kualitas di antaranya ditandai

dengan efektivitas ruang, laboratorium, asrama, cafetaria, perpustakaan, ruang

workshop dan lain-lain, efisiensi, dan peningkatan daya guna manfaat untuk

masyarakat.Dari harikeharipesantrenharusselalu menempatkandirinyasebagai

satuorganisasiyangberkualitasdarisektorpendidikan,yangmengabdikandiri

padakepentinganagamadanbangsa.Sebagai sebuah organisasi pesantrenharus

sehat dan akuntabel.Pesantrenadalah institusi pendidikan yang didirikan di

tengah atmosfer kerakyatan, yang berarti harus dimaknai sebagai milik rakyat

secara hakiki.Oleh sebab itu segalanya harus digunakan secara efisien dan

dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, baik dalam hal keuangan,

pemanfaatansumberdaya,asetdansebagainya.Elemen yang menjadi prasyarat

pesantrenagar juga bisa terus maju adalah peningkatan kesejahteraan warga

yang ada di dalamnya.Kesejahteraandisini

melingkupikesejahteraanmaterialmaupunspiritual.Dengan adanya usaha

peningkatan kesejahteraan diharapkan pesantren bisa menjadi tumpuan masa

depan bagi warga yang ada di dalamnya. Berproses

dalampesantrenmerupakansebuahkebanggaan sosial bagiparapegiatnya.

Page 69: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

F. Standar Pengelolaan Ma’had atau asrama

Sehari-hari diselenggarakan bentuk asrama yang merupakan

komunitastersendiri di bawah pimpinan kyai atau ulama dibantu oleh seorang atau

beberapaorang ulama dan atau para ustadz yang hidup bersama di tengah-tengah

para santri dengan masjid atau surau sebagai pusat kegiatan peribadatan

keagamaan, gedung-gedung sekolah atau ruang-ruang belajar sebagai pusat

kegiatan belajar mengajarserta pondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri,

selama 24 jam. Masa kemasa mereka hidup kolektif antara kyai, ustadz, santri dan

para pengasuh pesantrenlainnya sebagai satu keluarga besar

Di pesantren, terdapat istilah santri mukim, dimana santri diasramakan

dalam satu tempat yang sama. Hal itu dimaksudkan selain menjadikan suasana

tidak ada perbedaan antara anak orang kaya atau orang miskin. Juga sang kiai dapat

memantau langsung perkembangan keilmuan santri, dan yang lebih penting adalah

diterapkannya pola pendampingan untuk melatih pola prilaku dan kepribadian para

santri. Selain itu, pola pengasramaan memungkinkan santri melatih kemampuan

bersosial dan bermasyarakat, sehingga akan cepat beradaptasi ketika mereka terjun

pada kehidupan masyarakat yang sesungguhnya. Penulis menilai dan melihat

bahwa terdapat beberapa refungsionalisasi dalam pesantren, asrama dan masjid

misalnya dari sekedar fungsi pendidikan dan sosial, saat ini berkembang pada

fungsi ekonomi [kopontren: koperasi pondok pesantren dan mini market], pusat

pengkaderan, public service[klinik, warnet], dll. Dengan refungsionalisasi tersebut,

pesantren pada gilirannya tidak sekedar memainkan fungsi-fungsi tradisionalnya,

seperti: transmisi ilmu-ilmu keislaman, pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi

Page 70: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

ulama, tetapi juga telah menjadi alternatif pembangunan yang berpusat pada

masyarakat itu sendiri (People centered development), Pusat pengembangan

pembangunan yang berorientasi pada nilai (Value oriented development),

Pembangunan lembaga (Institution development) dan kemandirian (Self reliance

and sustainability).

G. Standar Penelitian

Intelektualisme pesantren pernah memiliki tradisi riset yang cukup kuat.

Kitab-kitab karya ulama Nusantara pernah beredar dan menjadi rujukan penting di

Jazirah Arabia. Selain dalam bentuk kitab, juga lahir babad-babad, serat-serat

raksasa, local wisdom, living history, yang beraneka tema dan ekspresinya. Akan

tetapi, penting digarisbawahi bahwa karya-karya Nusantara tersebut tidak mungkin

lahir tanpa riset yang mendalam, tekun, dan panjang. Bangunan- bangunan masjid

yang sangat estetik juga tidak mungkin lahir tanpa riset terlebih dahulu.39

Karena itu, untuk menopang perjuangan, dalam bidang pengetahuan,

pendidikan, ekonomi, politik, teknologi, kebudayaan, secara lebih optimal dan

transformatif, pesantren harus mentradisikan kembali kekuatan riset yang telah

39

Baca lebih lanjut dalam AndikWahyunMuqoyyidin, KitabKuningDanTradisiRiset

PesantrenDiNusantara, dalam Ibda Jurnal Kebudayaan Islam, Vol.12,No.2,Juli-Desember2014, hlm.

1-3.

Page 71: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

lama hilang. Menurut Mustafied dkk40

dengan riset, maka semua aktivisme

pesantren akan berbasis pada data dan hasil riset yang valid. Kebutuhan

mengembangkan riset strategis dalam lingkungan pesantren bukan hanya untuk

menjawab tantangan eksternal, namun juga untuk mengoptimalkan potensi,

melipatgandakan peran, dan memperteguh posisinya sebagai kekuatan transformatif

bangsa.

Karena watak utamanya adalah lembaga pendidikan Islam, maka pe- santren

dengan sendirinya memiliki tradisi keilmuan tersendiri. Tradisi ini mengalami

perkembangan dari masa ke masa dan menampilkan manifestasi yang berubah-ubah

dari waktu ke waktu. Walau demikian, masih dapat di- telusuri beberapa hal inti

yang tetap merupakan tradisi keilmuan pesantren, sejak datangnya Islam ke

Indonesia hingga saat ini. Kesemuanya itu menunjuk ke sebuah asal-usul yang

bersifat historis sekaligus merupakan pendorong utama.

Untuk menuju ke sana, tidak ada jalan lain bagi pesantren selain

mengembangkan tradisi kajian dan riset strategis untuk kepentingan kemuliaan

Islam dan kedaulatan bangsa yang sejati. Dengan menjadi institusi yang kuat tradisi

kajian dan risetnya, pesantren akan memberikan kontribusi besar dalam men jawab

berbagai persoalan kekinian dan masa depan. Absennya dunia riset dalam institusi

pesantren menjadikannya sebatas teaching university, yang “pergerakannya”

cenderung terpengaruh trend eksternal yang ada. Padahal dulu pesantren adalah

great tradition, sebuah tradisi besar. Sebagai entitas tradisi besar, pesantren

40Mustafied dkk, Muhammad. 2013. “Menuju Pesantren-Riset: Paradigma, Orientasi

Ideologi, Nilai, dan Strategi” dalam Mlangi edisi Vol. 1, No. 2, Juli-September 2013, hlm. 2-4.

Page 72: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

menggerakkan peradaban, dus sebagai pusat pengembangan ilmu, teknologi,

pendidikan, dan peradaban Nusantara.

Oleh karenanya, instrumen standar riset menjadi penting untuk membangun

tradisi riset di institusi pesantren. Mengapa? Karena, tantangan zaman semakin

kompleks dan berlapis-lapis. Tanpa tradisi riset transformatif, pesantren akan

berada di arus pinggiran, dan minimalis dalam memberikan kontribusinya untuk

menegakkan kemuliaan Islam dan kedaulatan bangsa. Dengan riset, pesantren akan

lebih berpeluang memandu jalannya sejarah negeri ini, menuju tercapainya tujuan-

tujuan nasional. Selanjutnya dengan instrumen riset, pesantren akan lebih mampu

mengolah kekayaan intelektualnya sehingga bisa mengkontribusikan pemikiran

transformatif terhadap berbagai kebuntuan-kebuntuan epistemis dan struktural

problem politik, ekonomi, hukum, budaya, hingga pendidikan di negeri ini.

Pesantren memiliki warisan khazanah intelektual yang sangat kaya, yang

merangkum pengalaman dan akumulasi pengetahuan berabad-abad. Tradisi tersebut

hanya akan menjadi monumen sejarah, barang antik, atau jimat belaka, jika

pembacaan terhadapnya sekadar semata, tidak melalui riset yang mendalam.

H. Standar Penilaian

Standar evaluasi berisi penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan

bersifat menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran yang dimaksudkan

sebagai feedback terhadap tujuan, materi, metode, sarana, dalam rangka membina

dan mengembangkan kurikulum lebih lanjut. Bila disebut pendidikan Islam, maka

orientasinya adalah sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami yang teori-teorinya

Page 73: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

disusun berdasarkan Al-Qur‟an Hadits. Sedangkan pendidikan agama Islam adalah

nama kegiatan atau aktivitas dalam mendidikkan agama Islam. Jadi standar evaluasi

akan menyasar kurikulum Pendidikan pesantren berupa bahan-bahan pendidikan

agama Islam di pesantren dan berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang

dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada santri dalam rangka mencapai

tujuan Pendidikan Agama Islam. Kurikulum Pendidikan pesantren merupakan alat

untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Adapun lingkup materi

pendidikan pesantren adalah: Al-Qur‟an dan Hadits, Keimanan, akhlak, Fiqh/ibadah

dan sejarah, dengan kata lain, cakupan Pendidikan pesasntren adanya keserasian,

keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri,

sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.

I. Standar Pembiayaan

Untuk mewujudkan pesantren yang maju bermutu dan diakui dibutuhkan

sejumlah prasyarat. Pesantren harus menjadi organisasi yang otonom. Otonomi,

baik dalam bidang finansial maupun dalam akademik. Makna-makna otonomi di

sini adalah adanya keleluasaan pengelola untuk mengatur keuangan dalam

menjalankan program akademik (riset, pengabdian, pembelajaran) secara

transparan dan bertanggung jawab. Makna lainnya adalah terhindar dari intervensi

pihak eksternal yang mematikan mimbar akademik. Untuk bisa mencapai cita-

citanya pesantren yang unggul harus memiliki, mempertahankan, dan menjaga

martabatnya, terutama di bidang akademik. Martabat akademik yang dimaksud

berkaitan dengan reputasi keunggulan pesantren yang mewarisi khasanah

Page 74: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

pendidikan Islam berabad-abad. Yakni reputasi dalam riset yang unggul, reputasi

proses pendidikan yang unggul, dan reputasi pengabdian masyarakat yang unggul.

Reputasi akademik ini adalah salah satu unsur strategis dalam mencapai martabat

yang tinggi. Untuk sampai pada taraf itu pesantren harus memiliki sistem

pendanaan yang baik, akuntabel dan berkesinambungan.

J. Standar Pengabdian Kepada Masyarakat

Pengembangan masyarakat, dalam kaitannya dengan hal ini, sebenarnya

pesantren haruslah bisa menjadi agen perubahan sosial (agent of social change),

dalam artian pesantren haruslah bisa mengubah tatanan sosial dan degradasi moral

di Indonesia. Sehingga dengan hal tersebut paling tidak dapat memberikan

pencerahan pada bangsa yang moral dan perilakunya semakinterperosok ini akibat

goncangan narkoba, pergaulan bebas, serta westernisasi tanpa adanya penyaringan

yang memadai. Selain itu, pesantren juga seharusnya mampu mengembangkan

sumber daya kemasyarakatan serta memajukan potensi ekonomi kreatif masyarakat

yang ada. Semua itu bertujuan agar masyarakat bisa menjadi lebih maju dengan

adanya peranan pesantren tersebut, tetapi perubahan haruslah dimulai dari diri

pesantren sendiri secara intern. Sebab tidak mungkin sesuatu yang tidak maju bisa

memajukan sesuatu hal yang lain.

Dalam kaitannya dengan pengembangan masyarakat, pesantren seharusnya

juga peka terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di Nusantara ini, semisal

Bencana banjir, tsunami, dan erupsi merapi misalkan. Paling tidak dari kalangan

akademisi pesantren mempunyai rasa empati dan tidak hanya sekedar simpati.

Sehingga bukan hanya menjadi saksi pasif yang hanya bisa berdoa saja, tetapi lebih

Page 75: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

dari itu, ia menjadi saksi yang bergerak aktif dalam membantu saudara-saudaranya

yang sedang menderita itu.

Pengembangan pengetahuan dan teknologi, juga mutlak diperlukan dalam

era kontemporer ini. Sebab ilmu pengetahuan sudah bergerak semakin maju dan

teknologi sudah semakin canggih. Sehingga tidak mungkin seseorang yang berada

di atas muka bumi meniscayakan hal ini, termasuk pesantren. Jika pesantren hanya

berorientasi pada aspek-spek yang bersifat ukhrawi dan meniadakan aspek-aspek

duniawi. Maka pesantren hanya akan dicap sebagai sumber kekolotan di

masyarakat. Santri di masa sekarang sudah sewajarnya meninggalkan kesan kitab

kuning an sich, tanpa didukung pengetahuan teknologi yang mumpuni. Kerugian

yang lain juga adalah santri tidak akan bisa berkompetisi di tingkat nasional atau

internasional. Ketika aspek di atas haruslah dipenuhi dan dimaksimalkan oleh

pesantren jika benar-benar ingin eksis di dunia kontemporer. Dengan berbekal

unsur fundamental tadi pesantren di era sekarang tersebut, maka pesantren akan

semakin menemukan jati diri yang sebenarnya, mendapat perhatian lebih dari

masyarakat, serta dapat menjadi basis kemajuan bagi bangsa Indonesia yang

mayoritas beragama Islam.

Dengan berbagai perkembangan baru yang terus bergerak (walau terkesan

hati hati dan cenderung gradual evolusioner), Pesantren --menurut Azyumardi

Azra.-- jelas bukan saja mampu bertahan dan survive, tapi lebih dari itu, dengan

penyesuaian, akomodasi dan perubahan yang dilakukannya, pada gilirannya

pesantren mampu mengembangkan diri dan bahkan kembali menempatkan dirinya

pada posisi sentral sebagai pusat pencerahan, pusat penyuluhan kesehatan, pusat

Page 76: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

pengembangan tehnologi tepat guna, pusat usaha penyelamatan dan pelestarian

lingkungan hidup, pusat emansipasi kaum wanita dan pusat pemberdayaan ekonomi

masyarakat.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang selalu

mengalami perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman. Terutama

adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa

trasformasi terhadap pondok pesantren. Dalam hal ini pondok pesantren bukan

berarti telah hilang kekhasannya. Pendidikan pondok pesantren baik modern dan

tradisional merupakan suatu wadah untuk mengembangkan pola pendidikan yang

seluruh aturan mainnya tergantung kepada sosok figur seorang kiai, baik

kurikulum, metode dan pengajarannya. Sedangkan penerapan nilai-nilainya tidak

pernah mengalami pergeseran, meskipun terjadi perubahan pengetahuan dan

Page 77: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

teknologi. Berdasarkan pada uraian pada bab-bab sebelumnya maka penelitian ini

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tuntutan sebagian para ulama, kyai, ustadz, santri, kelompok masyarakat, dan

pemerintah [dalam hal ini kementerian agama] akan akreditasi pesantren

semakin tinggi dan mendapat momentumnya saat ini. Akreditasi adalah

pengakuan formal yang diberikan oleh badan akreditasi terhadap kompetensi

suatu lembaga atau organisasi dalam melakukan kegiatan penilaian kesesuaian

tertentu di bidang pendidikan dan manajemen kelembagaan. Akreditasi juga

untuk membantu memenuhi mutu kualitas organisasi pendidikan kepesantrenan

guna terpenuhinya persyaratan peraturan dan persyaratan yang relevan.

Akreditasi pesantren juga diarahkan dapat meningkatkan kepuasan pengguna

[baca: masyarakat dan pemerintah] dan peningkatan berkelanjutan dalam upaya

pencapaian kinerjanya.

2. Rumusan format Akreditasi Pesantren sebagai bagian dalam pemenuhan

kebutuhan pengembangan dan peningkatan kualitas terdiri dari berbagai

standar, standar Isi [kurikulum], Proses [proses KBM], Kompetensi Lulusan,

Pendidik dan Tenaga Kependidikan [ustadz], Ketersediaan Sarana dan

Prasarana Pendidikan, Pengelolaan Ma‟had atau asrama, Pembiayaan,

Penilaian, Penelitian, dan Standar Pengabdian Kepada Masyarakat.

B. Saran

1. Peran lembaga pendidikan pondok pesantren tradisional sangat penting

dalam menjawab krisis kerohanian manusia modern, atau paling tidak

Page 78: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

sebagai balance terhadap kecenderungan pola hidup hedonistik dan

ketidak jujuran, maka keberadaannya perlu mendapat dukungan yang

lebih serius dari semua pihak.

2. Aktifitas pendidikan pondok pesantren tradisional sejak awal

kelahirannya mampu berkembang positif di masyarakat bahkan

mempunyai kontribusi vital tidak saja dalam dimensi teologis tetapi juga

sosial sebagai lokomotif utama dalam pencerahan masyarakat, maka

tentu saja ia merupakan hazanah dan kekayaan nasional yang patut

dilestarikan di bumi nusantara tercinta ini.

3. Mengkaji tentang akreditasi pesantren diperlukan dengan

menimbangulang peranan dan dinamika pesantren dalam masyarakat

Indonesia modern,dimana dinamika modernitas mempengaruhi

keberadaan pesantren secarafundamental sehingga mengakibatkan

munculnya problem identitas kulturalpesantren. Problem ini dapat

dianggap sebagai konsekuensi dan implikasi logisketika berhubungan

dengan modernitas yang memiliki keharusan yangmempengaruhi secara

khusus fungsi sosial dan budaya yang didasari ataskewajiban

keagamaan.

4. Modernitas sendiri membawa perubahan-perubahan dalam banyak

aspekkehidupan, khususnya institusi agama seperti pesantren itu sendiri.

Akhir-akhir ini,usaha untuk mereformulasi peranan ideal pesantren di

tengah masyarakatIndonesia dapat menjadi semacam usaha kultural. Ini

karena secara historis,pesantren identik dengan ”sekolah rakyat” dan

Page 79: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

”sekolah kehidupan” khususnya diwilayah pedesaan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata,SejarahPerkembangandanPertumbuhanLembaga-Lembaga

P endidikan Islam di Indonesia,(Jakarta:PT.Grasindo,2001).

Ahmad Robihan, Pendidikan Pesantren Dalam Menghadapi Era Globalisasi,

(Wonosobo: Pascasarjana Universitas Sains Al-Qur'an [Unsiq], 2011),

http://ahmadrobihan.-blogspot.co.id/2011-/11/pendidikan-pesantren-dalam-

menghadapi.html,

Ainur Rofieq, Profil Umum Beberapa Aspek Pendidikan Formal yang

diselenggarakan Pesantren se-KaresidenanMalang, dalam Mendongkrak

Mutu Pendidikan (Malang: FKIP Universitas Muhammadiyah Malang,

2004)

Andik Wahyun Muqoyyidin, Kitab Kuning Dan Tradisi Riset Pesantren Di

Nusantara, (Purwokerto: Ibda Jurnal kebudayaan Islam ISSN : 1693 – 6736,

Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2014)

Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat,(Surabaya:IMTIYAS,2011), hlm. 19.

Fadhilah,Amir,.“StrukturdanPolaKepemimpinanKyaidalamPesantren

diJawa”dalamHunafa,JurnalStudiaIslamikaedisiVol.8,No.1,Juni 2011.

Page 80: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam

di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009)

HamamBurhanuddin, Post-Tradisionalisme Pesantren;MengukuhkanTradisi

PesantrenSebagaiBasisTransformasi DiEraModern, (Lembaga Penelitian

dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah

Islamiyah Karya Pembangunan, AL MURABBI, ISSN 2406-

775XVol.01No.01 Juli-Desember 2014)

Haningsih,Sri.“PeranStrategis Pesantren,MadrasahdanSekolahIslam

diIndonesia”dalamel-Tarbawi,JurnalPendidikanIslamedisiVol.1, No.1,2008.

Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma,

2005)

L. R. Gay, Educational Research: Competencies for Analysis and Application, Fifth

Edition (United States of America: Florida International University, 1996)

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren ,(Jakarta:INIS,1994)

Matthew B Milles and Huberman, Michael A. Qualitative Data Analysis. (London:

Sage Publication, 1984).

Moh. Toriqul Chaer, Menggagas Format Idealisme Pendidikan Pesantren, dalam

https://www-

.academia.edu/21554724/MENGGAGAS_FORMAT_IDEALISME_PESA

NTREN

Moleong Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1998)

Mustafied dkk,Muhammad,. “MenujuPesantren-Riset: Paradigma,

OrientasiIdeologi,Nilai,danStrategi”dalamMlangiedisiVol.1,No.2, Juli-

September 2013.

Robert C Bogdan, Biklen, Knopp Sari. Qualitative Research For Education; An

Introduction to Theory and Methods, (Boston & London, Allyn and Bacon,

1982).

Said, HasaniAhmad. “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di

Nusantara”dalamJurnalIbda‟edisiVol.9,No.2,Juli-Desember2011.

Solichin, Mohammad Muchlis,. “Rekonstruksi Pendidikan Pesantren

sebagaiCharacterBuilding MenghadapiTantanganKehidupanModern”

dalamJurnalKARSA,JurnalSosialdanBudayaKeislamanedisiVol.

20,No.1,2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung:

Alfabeta, 2007)

Sujari, Pendidikan Pondok Pesantren TradisonalDalam Persepktif Pendidikan

Islam Indonesia, (Jember: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember,

2007)

Page 81: IAIN SALATIGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5631/1/Akreditasi pesantren.pdf · LAPORANPENELITIANMADYA DOSEN TAHUN 2016 AKREDITASI PESANTREN: Kajian Empirik atas Kebijakan

Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren,(Jakarta:LP3ES,1994)