digital 125420 s 5631 gambaran kebisingan analisis

30
58 Universitas Indonesia BAB 6 HASIL 6.1 Pengukuran Kebisingan Untuk mengetahui gambaran kebisingan yang ada di area Shop C – D Unit Usaha Jembatan PT. Bukaka Teknik Utama dilakukan pengukuran yang dilaksanakan pada tanggal 10 -11 Juni 2009. Pengukuran ini dilakukan mulai pukul 09.00 - 11.00 kemudian dilanjutkan kembali pukul 13.00 – 15.00. Pemilihan waktu tersebut dipilih karena pekerja telah bekerja secara efektif pada rentang waktu tersebut, sehingga kondisi yang ada pada rentang waktu tersebut diharapkan dapat menggambarkan kondisi pajanan kebisingan yang sebenarnya. Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melakukan pengukuran adalah sebagai berikut: Menyiapkan Sound Level Meter dan memeriksa baterai, juga menyiapkan baterai cadangan Mengaktifkan alat dengan menekan tombol on/off Melakukan kalibrasi dengan kalibrator yang terintegrasi pada alat ukur Melakukan setting alat pada respon slow yang ditujukan agar pembacaan nilai pengukuran yang lebih akurat Memilih filter pengukuran tingkat kebisingan pada Weighting A (dBA) Mempersiapkan noise map untuk menentukan posisi titik sampling pengukuran dengan membuat titik-titik koordinat dengan jarak 5 meter Meletakan Sound Level Meter dengan ketinggian antara 1.2 hingga 1.5 meter dari permukaan tanah dengan menggunakan tripod Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Upload: eky-susilowati

Post on 14-Jul-2016

22 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bising

TRANSCRIPT

Page 1: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

58 Universitas Indonesia 

BAB 6

HASIL

6.1 Pengukuran Kebisingan

Untuk mengetahui gambaran kebisingan yang ada di area Shop C – D

Unit Usaha Jembatan PT. Bukaka Teknik Utama dilakukan pengukuran yang

dilaksanakan pada tanggal 10 -11 Juni 2009. Pengukuran ini dilakukan mulai

pukul 09.00 - 11.00 kemudian dilanjutkan kembali pukul 13.00 – 15.00.

Pemilihan waktu tersebut dipilih karena pekerja telah bekerja secara efektif pada

rentang waktu tersebut, sehingga kondisi yang ada pada rentang waktu tersebut

diharapkan dapat menggambarkan kondisi pajanan kebisingan yang sebenarnya.

Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melakukan pengukuran adalah

sebagai berikut:

• Menyiapkan Sound Level Meter dan memeriksa baterai, juga

menyiapkan baterai cadangan

• Mengaktifkan alat dengan menekan tombol on/off

• Melakukan kalibrasi dengan kalibrator yang terintegrasi pada alat ukur

• Melakukan setting alat pada respon slow yang ditujukan agar

pembacaan nilai pengukuran yang lebih akurat

• Memilih filter pengukuran tingkat kebisingan pada Weighting A

(dBA)

• Mempersiapkan noise map untuk menentukan posisi titik sampling

pengukuran dengan membuat titik-titik koordinat dengan jarak 5 meter

• Meletakan Sound Level Meter dengan ketinggian antara 1.2 hingga 1.5

meter dari permukaan tanah dengan menggunakan tripod

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 2: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

59

Universitas Indonesia 

6.2 Hasil Pengukuran

6.2.1 Titik Pengukuran

Sebelum dilakukan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan penentuan

titik-titik sampling. untuk titik sampling pada area Shop C terdapat 108 titik

sampling sedangkan untu area Shop D terdapat 81 titik sampling. adapun jarak

dari satu titik ke titik lainnya adalah sepanjang 5 meter yang tergambar seperti

pada gambar berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 3: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

60

Universitas Indonesia 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 6.1 Lay Out titik pengukuran di Area Shop C – D

C-01

C-02

C-03

C-06

C-05

C-04

C-07

C-08

C-09

C-10

C-11

C-12

C-13

C-14

C-15

C-16

C-17

C-18

C-19

C-20

C-21

C-22

C-23

C-24

C-25

C-26

C-27

C-28

AR

EA S

UBK

ON

MALIN

OAR

EA SU

BKO

N H

AR

TON

O K

PS

AR

EA

SU

BKO

NH

AR

TON

O KP

SAR

EA S

UB

KO

N C

V. PELA

NG

I S

UW

AND

I

ARE

A SU

BK

ON

CV

. PELAN

GI

EKO

WAN

DIR

OAR

EA SU

BKO

N C

V. P

ELA

NG

I S

UW

AND

IR

AD

IAL D

RILL A

RE

AA

REA

SUB

KO

N W

AN

GU

N S

PA

REA

SU

BK

ON

TRIKA

RYA

ARE

A MP

P II

TITIK 1

TITIK 2

TITIK 3 TITIK 4

TITIK 5

TITIK 6

TITIK

11TITIK

17

TITIK 23

TITIK 29

TITIK

35TITIK

41

TITIK 47

TITIK 53

TITIK

59TITIK

65

TITIK 71

TITIK 77

TITIK

12

TITIK

18TITIK

24 TITIK

30

TITIK

36

TITIK

48TITIK

54

TITIK 60

TITIK

66TITIK

42

TITIK 72

TITIK 78

TITIK

10TITIK

16

TITIK

22TITIK

28

TITIK

34TITIK

40TITIK

46

TITIK

52TITIK

58

TITIK

64TITIK

70TITIK

76

TITIK 8

TITIK

14TITIK

20TITIK

26

TITIK 32

TITIK 38

TITIK

44TITIK

50TITIK

56

TITIK 62

TITIK 68

TITIK

74

TITIK 7

TITIK

13TITIK

19TITIK

25

TITIK 31

TITIK 37

TITIK

43

TITIK 49

TITIK

55TITIK

61TITIK

67TITIK

73

TITIK 9

TITIK

15

TITIK 21

TITIK 51

TITIK

27TITIK

33TITIK

39TITIK

45TITIK

57

TITIK 63

TITIK 69

TITIK

75

TITIK

79

TITIK 80

TITIK 81

C-29

ARE

A S

UBK

ON

R.

BAJA

ISK

AND

AR

AR

EA S

UB

KON

R. BA

JA

ISKAN

DAR

AR

EA S

UBK

ON

MPP

-1E

NJA

Y JAYA

DI

AR

EA S

UBK

ON

MPP

-2 (H

. SU

PRA

PTO)

ARE

A SU

BK

ON

CV

. PE

LAN

GI

EKO

WAN

DIR

OA

REA

CU

TTING

MP

P-III

AREA

SUB

KO

N C

V. FA

JAR

YO

YO

. MAR

EA

STRA

IGH

TEN

ING

M

AC

HIN

EA

REA

CU

TTING

MP

P - III

TITIK 1

TITIK 2

TITIK 3

TITIK 4

TITIK 11

TITIK

19TITIK

27

TITIK

35TITIK

43TITIK

51

TITIK

59TITIK

67

TITIK

75TITIK

83

TITIK 91

TITIK

99TITIK 107

TITIK

12

TITIK

10

TITIK 9

TITIK

20

TITIK

17

TITIK

18TITIK

26

TITIK

28

TITIK

25# 3

88.34

# 388.34

TITIK

36TITIK

44TITIK

52

TITIK

60TITIK

68

TITIK 76

TITIK

84TITIK

92

TITIK

100TITIK

108

TITIK 34

TITIK 42

TITIK 50

TITIK

58TITIK

66

TITIK 74

TITIK 82

TITIK

90TITIK

98

TITIK

106

TITIK 33

TITIK 41

TITIK 49

TITIK84

TITIK

65TITIK

73TITIK

81TITIK

89

TITIK

97TITIK

105

TITIK 6TITIK

14

TITIK

22TITIK

30TITIK

38TITIK

46

TITIK

54TITIK

62TITIK

70

TITIK

78TITIK

86

TITIK

94TITIK 102

TITIK 7

TITIK 15

TITIK

23TITIK

31

TITIK 39

TITIK

47TITIK

55TITIK

63

TITIK

71TITIK

79TITIK

87

TITIK 95

TITIK 103

TITIK 8TITIK

16

TITIK 24

TITIK

32TITIK

40

TITIK

48TITIK

56TITIK

64

AR

EA W

ELD

ING

CV

.PE

LAN

GI

SUW

AN

DI

TITIK 80

TITIK

88TITIK

96

TITIK

104

TITIK 5TITIK

13

TITIK

21

TITIK

29TITIK

37TITIK

45

TITIK

53TITIK

61TITIK

69

TITIK

77TITIK

85TITIK

93

TITI K 101

TITIK

72

SHOP C SHOP D

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 4: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

61

Universitas Indonesia 

6.2.2 Hasil Pengukuran Pada Tiap Titik

Pengukuran dilakukan pada area kerja dimana terdapat aktifitas kerja.

Pengukuran dilakukan dengan interval lima detik, selama satu menit, sehingga

didapatkan 12 sample nilai intensitas kebisingan untuk setiap titiknya yang

selanjutnya dilakukan penghitungan untuk memperoleh nilai L equivalent.

Pengukuran dilakukan pada pukul 09.00 – 11.00 kemudian dilanjutkan

pada pukul 13.00 – 15.00. Pemilihan rentang waktu ini dilakukan karena pada saat

tersebut pekerja telah bekerja secara efektif sehingga dapat menggambarkan

pajanan kebisingan yang biasanya diterima pekerja setiap harinya. Untuk

memperoleh peta kebisingan, hasil pengukuran di setiap titik dimasukan ke dalam

lay out titik pengukuran sesuai dengan lokasi titik sampling pengukuran pada area

kerja. Pada area Shop C diperoleh nilai intensitas tertinggi yaitu 100.9 dBA pada

titik 74 sedangkan untuk L equivalent tertinggi adalah senilai 93.01 yang berada

pada titik 63. Sedangkan untuk area Shop D nilai intensitas tertinggi yaitu 102.3

pada titik 71 dan L equivalent tertinggi yaitu 93.59 yang berada pada titik 67.

Untuk lebih jelasnya dapat terlihat dalam noise map sebagai berikut:

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 5: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

62

Universitas Indonesia 

C-01

C-02

C-03

C-06

C-05

C-04

C-07

C-08

C-09

C-10

C-11

C-12

C-13

C-14

C-15

C-16

C-17

C-18

C-19

C-20

C-21

C-22

C-23

C-24

C-25

C-26

C-27

C-28

AR

EA S

UBK

ON

MA

LINO

ARE

A SUB

KO

N H

AR

TON

O KP

SA

RE

A S

UBK

ON

HA

RTO

NO

KPS

ARE

A SUB

KON

CV. P

ELAN

GI

SU

WAN

DI

AR

EA SU

BK

ON

CV

. PELAN

GI

EKO

WAN

DIR

OAR

EA

SUB

KON

CV

. PE

LANG

I S

UW

AN

DI

RA

DIA

L DR

ILL AR

EAAR

EA SU

BK

ON

WAN

GU

N S

PA

RE

A S

UBK

ON

TRIKA

RY

AAR

EA

MP

P II

# 189.37

# 289.33

# 388.34

# 482.02

# 587.19

# 681.5

# 1181.57

# 1790.19

# 2387.33

# 2984.22

# 3588.96

# 4185.37

# 4784.03

# 5382.86

# 5986.97

# 6588.74

# 7192.21

# 7778.49

# 1286.19

# 1889.97

# 2484.01

# 3087.97

# 3692.23

# 4885.16

#5485.94

# 6084.46

# 6686.38

# 4288.38

# 7293.3

# 7880.38

# 1082.19

# 1680.2

# 2285.83

# 2886.51

#3484.18

# 4085.68

# 4682.99

#5284.49

# 5888.98

# 6488.78

# 7092.25

# 7683.88

# 8 87.01

# 1487.54

# 2089.25

# 2686.69

# 3287.4

# 3888.51

# 4482.26

# 5083.45

# 5686.12

# 6281.87

# 6879.42

# 7483.34

# 789.5

# 1386.75

# 1986.25

# 2586.76

# 3187.16

# 3787.06

# 4383.37

# 4984.86

# 5587.16

# 6186.89

# 6793.59

# 7383.99

# 986.22

# 1589.56

# 2186.53

# 5182.66

# 2789.25

# 3391.9

# 3988.4

#4589.21

# 5785.35

# 6384.18

# 6979.42

# 7582.41

# 7982.84

# 8076.53

# 8178.99

C-29

AR

EA S

UB

KO

N R

. BA

JA ISK

AN

DA

R

AR

EA S

UB

KON

R. BA

JA

ISK

AND

AR

ARE

A S

UBK

ON

MP

P-1

ENJA

Y JAYA

DI

AREA

SU

BK

ON

MPP

-2 (H

. SU

PRA

PTO

)AR

EA S

UB

KON

CV

. PELAN

GI

EKO

WAN

DIR

OA

RE

A C

UTTIN

G M

PP-III

AREA

SU

BKO

N C

V. FA

JAR

YO

YO

. MA

RE

A STRA

IGH

TENIN

G

MA

CH

INE

AR

EA C

UTTIN

G M

PP - III

# 181.9

# 283.46

# 380.9

# 483.63

# 1186.68

# 1985.53

# 2788.23

# 3588.68

# 4383.83

# 5190.51

# 5984.62

# 6787.16

# 7591.71

# 8388.17

# 9187.86

# 9984.88

# 10782.26

# 1284.1

# 1081.58

# 984.23

# 2085.12

# 1785.84

# 1888.12

# 2688.25

# 2884.5

# 2584.03

# 388.34

# 388.34

# 3680.85

# 4484.84

# 5285.57

# 6085.05

# 6887.3

# 7689.22

# 8489.46

# 9286.36

# 10084.18

# 10881.04

# 3482.17

# 4290.21

# 5086.68

# 5888.23

# 6686.83

# 7492.58

# 8286.06

# 9089.08

# 9886.24

# 10680.94

# 3387.29

# 4191.36

# 4988.74

# 5784

# 6586.41

# 7388.67

# 8187.56

# 8988.79

# 9785.32

# 10581.84

# 682.29

# 1488.64

# 2287.28

# 3086.26

# 3884.25

# 4690.6

# 5488.46

# 6282.33

# 7091.48

# 7884.13

# 8692.23

# 9484.19

# 10283.08

# 784.5

# 1587.28

# 2390.04

# 3188.09

# 3979.46

# 4789.91

# 5586.72

# 6393.01

# 7184.68

# 7986.99

# 8786.75

# 9586.05

# 10384.77

# 882.45

# 1685.2

# 2488.63

# 3283.81

# 4079.5

# 4889.96

# 5686.12

# 6487.01

AR

EA

WE

LDIN

G C

V.P

ELAN

GI

SUW

AN

DI

# 8088.23

# 8889.5

# 9683.42

# 10483.4

# 583.63

# 1382.71

# 2184.83

# 2987.56

# 3781.76

# 4590.78

# 5385.97

# 6185.93

# 6991.16

# 7788.4

# 8584.27

# 9386.38

# 10182.28

# 7289.75

SHOP C SHOP D

Gambar 6.2 Noise Map area Shop C – D

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 6: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

63

Universitas Indonesia 

6.3 Karakteristik Sumber Bising

6.3.1 Intensitas Kebisingan Sumber

Berdasarkan observasi dan pengukuran kebisingan yang dilakukan, maka

diketahui intensitas kebisingan sumber bising yang terdapat di Area Shop C - D

yang menimbulkan kebisingan tertinggi adalah proses setting dan yang

menimbulkan kebisingan terendah adalah proses straightening. Proses kerja dan

intensitas kebisingan yang dihasilkan dari proses pekerjaan tersebut ditampilkan

dalam tabel 6.1 sebagai berikut:

Tabel 6.1 proses kerja dan intensitas kebisingan sumber

Proses Kerja Intesitas Kebisingan (dBA)

Proses Cutting 85.3

Proses Setting 93.3

Proses Welding

• Submerged Welding

• Co Welding

• Stick Welding

87.3

88.2

88.9

Proses Straightening 84.8

Proses Grinding 91.3

Proses Marking 92.2

Proses Drilling

• Magnetic Drill

• Radial Drill

87.2

85.3

6.3.2 Jenis Kebisingan Sumber

Berdasarkan observasi yang dilakukan, Jenis kebisingan yang ada di Area

Shop C dan D adalah jenis kebisingan intermittent atau kebisingan yang terputus-

putus, jenis kebisingan impulsif atau kebisingan yang timbul secara menyentak,

dan jenis kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang terus-menerus.

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 7: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

64

Universitas Indonesia 

Jenis kebisingan intermittent atau terputus-putus yang berasal dari proses

welding, grinding dan drilling. Jenis kebisingan impulsif pun ditemukan dari

proses kerja yang ada yaitu dari proses marking dan setting saat pemukulan

komponen dengan menggunakan palu. sedangkan jenis kebisingan lain adalah

kebisingan kontinyu yaitu bising yang timbul pada saat proses cutting dan

straightening berlangsung.

6.4 Karakteristik Pekerjaan

6.4.1 Proses Kerja

Berdasarkan observasi yang dilakukan, dapat diamati bahwa terdapat

beberapa proses pekerjaan yang terdapat di Area Shop C – D yang mengharuskan

pekerja kontak langsung dengan kebisingan yang ditimbulkan dari proses kerja.

Adapun proses kerja tersebut adalah sebagai berikut:

• Proses Cutting

• Proses Setting

• Proses Welding

• Proses Straightening

• Proses Grinding

• Proses Marking

• Proses Drilling

6.4.2 Durasi kerja

Dari observasi dan wawancara yang dilakukan maka diperoleh data

mengenai durasi kerja yang dibutuhkan dalam melakukan satu kali proses kerja.

Dari proses wawancara yang dilakukan, untuk beberapa proses tertentu seperti

proses Co welding, stick welding, grinding dan radial drill tidak didapatkan durasi

pasti yang dibutuhkan untuk melakukan proses tersebut. Hal ini dikarenakan

beragamnya bentuk dan ukuran komponen yang akan diproses, sehingga

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 8: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

65

Universitas Indonesia 

responden merasa bingung untuk memastikan berapa waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan proses tersebut. Durasi kerja dari berbagai proses yang

dilakukan ditampilkan dalam tabel 6.2 berikut:

Tabel 6.2 proses kerja dan durasi satu kali proses kerja

Proses Kerja Durasi (menit)

Responden 1 Responden 2

Proses Cutting 30 30

Proses Setting 90 90

Proses Welding

• Submerged Welding

• Co Welding

• Stick Welding

30

Tergantung komponen

Tergantung komponen

30

Tergantung komponen

Tergantung komponen

Proses Straightening 25 -

Proses Grinding Tergantung komponen Tergantung komponen

Proses Marking 15 15

Proses Drilling

• Magnetic Drill

• Radial Drill

1

Tergantung tebal pelat

1

Tergantung tebal pelat

6.4.3 Frekuensi Kerja

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan diperoleh data

mengenai frekuensi kerja yang dilakukan dalam satu hari (8 jam kerja). Untuk

beberapa proses tertentu seperti proses Co welding, stick welding, grinding dan

radial drill tidak didapatkan frekuensi yang dibutuhkan untuk melakukan proses

tersebut. Hal ini dikarenakan beragamnya bentuk dan ukuran komponen yang

akan diproses, sehingga responden merasa bingung untuk memastikan berapa

frekuensi proses yang dilakukan. Adapun frekuensi berbagai proses kerja yang

dilakukan ditampilkan dalam tabel 6.3 sebagai berikut:

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 9: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

66

Universitas Indonesia 

Tabel 6.3 proses kerja dan frekuensi kerja yang dilakukan dalam satu hari

Proses Kerja Frekuensi per hari

Responden 1 Responden 2

Proses Cutting 10 12

Proses Setting 4 4

Proses Welding

• Submerged Welding

• Co Welding

• Stick Welding

12

Tergantung komponen

Tergantung komponen

12

Tergantung komponen

Tergantung komponen

Proses Straightening Tergantung komponen -

Proses Grinding Tergantung komponen Tergantung komponen

Proses Marking 4 6

Proses Drilling

• Magnetic Drill

• Radial Drill

200

Tergantung tebal pelat

240

Tergantung tebal pelat

6.4.4 Waktu Bekerja Per Hari (8 jam kerja)

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan diperoleh juga data

mengenai waktu yang dihabiskan untuk bekerja per harinya. Waktu bekerja ini

merupakan waktu efektif yang digunakan pekerja untuk bekerja, sehingga waktu

yang diperhitungkan hanyalah waktu yang dipergunakan pekerja saat melakukan

proses kerja saja dan tidak memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk

perisiapan, setting alat, dan perpindahan alat dari satu titik ke titik lainnya.

Data mengenai waktu kerja yang dihabiskan untuk bekerja per hari akan

ditampilkan dalam tabel 6.4 sebagai berikut:

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 10: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

67

Universitas Indonesia 

Tabel 6.4 proses kerja dan waktu bekerja yang dilakukan dalam satu hari

Proses Kerja Lama kerja per hari (jam)

Responden 1 Responden 2

Proses Cutting 7 7

Proses Setting 5 6

Proses Welding

• Submerged Welding

• Co Welding

• Stick Welding

6

5

6

6

6

5

Proses Straightening Tergantung komponen -

Proses Grinding 7 6

Proses Marking 1 1,5

Proses Drilling

• Magnetic Drill

• Radial Drill

5

5

6

5

6.5 Program Pengendalian Kebisingan

Berdasarkan telaah dokumen yang dilakukan maka diketahui masih belum

adanya program yang difokuskan untuk melakukan pengendalian kebisingan.

Yang ada hanyalah berupa program K3 secara umum seperti inspeksi dan

sertifikasi untuk OH Crane dan Forklift, pembenahan APAR yang meliputi

analisis kebutuhan, pengadaan dan penempatan, pemeriksaan dan pelatihan, safety

patrol yang dilakukan setiap hari, safety talk yang dilakukan setiap dua minggu

sekali dan juga pembenahan workshop.

Selain program-program tersebut juga dilakukan sosialisasi dan pelatihan

seperti sosialisasi mengenai P2K3 yang meliputi deskripsi kerja dan juga

konsultasi mengenai SOP serta dilakukan juga sosialisasi mengenai peraturan dan

perundangan. Juga dilakukan pelatihan mengenai keadaan darurat yang berupa

kegiatan latihan tanggap darurat, pelatihan mengenai basic safety, pelatihan

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 11: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

68

Universitas Indonesia 

pemadam kebakaran yang meliputi penggunaan APAR dan mobil pemadam

kebakaran.

Program lain yang dilakukan adalah audit yang meliputi management

review, audit internal, dan juga audit eksternal.

Sedangkan berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan

diperoleh juga data mengenai penggunaan Alat Pelindung Telinga yang dipakai

oleh pekerja, yang dapat terlihat dari tabel berikut:

Tabel 6.5 proses kerja dan APT yang digunakan pekerja

Proses Kerja Alat Pelindung Telinga

Responden 1 Responden 2

Proses Cutting Tidak Tidak

Proses Setting Ear plug tidak

Proses Welding

• Submerged Welding

• Co Welding

• Stick Welding

Tidak

Ear plug

Ear plug

Tidak

Tidak

Kapas

Proses Straightening Tidak -

Proses Grinding Ear plug Kapas

Proses Marking Tidak Ear plug

Proses Drilling

• Magnetic Drill

• Radial Drill

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Selain penggunaan alat pelindung telinga berdasarkan observasi dan

wawancara diperoleh juga informasi mengenai sanksi yang diperoleh bila pekerja

tidak menggunakan alat pelindung diri yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 12: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

69

Universitas Indonesia 

Tabel 6.6 Sanksi yang diperoleh jika tidak menggunakan APD

Proses Kerja Sanksi yang diperoleh jika tidak memakai APD

Responden 1 Responden 2

Proses Cutting Teguran Teguran

Proses Setting Teguran Teguran

Proses Welding

• Submerged Welding

• Co Welding

• Stick Welding

Teguran

Teguran

Teguran

Teguran

Teguran

Teguran

Proses Straightening Teguran -

Proses Grinding Teguran Teguran

Proses Marking Teguran Teguran

Proses Drilling

• Magnetic Drill

• Radial Drill

Teguran

Teguran

Teguran

Teguran

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 13: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

  70 Universitas Indonesia

BAB 7

PEMBAHASAN

7.1 Keterbatasan Penelitian

Terdapat berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu:

1. Dalam penelitian ini belum menampilkan noise contour dan hanya menampilkan

noise map (gambaran area kebisingan dan hasil pengukuran kebisingan pada titik-

titik yang telah ditentukan pada area kerja )

2. Dalam penelitian ini waktu kerja per hari merupakan waktu yang hanya

digunakan pekerja untuk melakukan aktifitas kerjanya, sehingga hanya

menggambarkan pemajanan selama pekerja tersebut melakukan proses kerja dan

tidak menggambarkan pajanan yang diterima pekerja selama ia berada di tempat

kerja.

3. Sound Level Meter yang digunakan untuk pengukuran ini adalah tipe 2 yaitu

Sound Level Meter untuk tujuan umum yang tidak dapat menampilkan hasil

perhitungan frekuensi.

4. Pengukuran intensitas kebisingan pada tiap titik masing-masing hanya dilakukan

selama 1 menit dengan interval pencatatan 5 detik, sehingga hanya diperoleh 12

nilai.

5. Jarak antara titik pengukuran adalah 5 meter, padahal menurut industrial hygiene

handbook, semakin dekat jarak antara titik, makin akurat data kebisingan yang

diperoleh.

6. Dalam penetuan titik-titik pengukuran, hanya dilakukan dengan menggunakan

meteran biasa sehingga kurang akurat.

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 14: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

71  

Universitas Indonesia 

7.2 Gambaran Sumber Kebisingan Di Area Shop C-D Unit Usaha Jembatan PT.

Bukaka Teknik Utama

Unit Usaha Jembatan merupakan salah satu Unit usaha dari PT. Bukaka

Teknik Utama yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembuatan jembatan. Dari

kegiatan produksinya yang cukup tinggi, memiliki potensi pajanan kebisingan yang

tentunya membahayakan pekerjanya. sumber kebisingan yang ada di Unit Usaha

Jembatan Ini berasal dari berbagai proses kerja yang ada Area Shop C dan D. Proses

kerja tersebut adalah:

• Proses Cutting

Proses ini merupakan proses pemotongan lembaran-lembaran pelat baja

dalam berbagai ukuran sesuai dengan bentuk komponen jembatan yang

dibutuhkan. Alat yang dipergunakan untuk proses ini adalah mesin gas

cutting.

• Proses Setting

Proses setting merupakan proses lanjutan dari proses cutting. Setelah

lembaran-lembaran pelat baja dipotong sesuai bentuk yang dibutuhkan,

kemudian dilakukan proses setting, yaitu proses perakitan potongan-

potongan baja yang telah dipotong menjadi komponen yang diinginkan.

Proses ini dilakukan dengan melakukan perakitan potongan baja kemudian

dilakukan pengelasan (las stik) potongan baja hingga didapatkan bentuk

komponen yang diinginkan. Tetapi pengelasan tidak dilakukan di seluruh

bagian komponen hanya dilakukan di titik-titik saja agar komponen

tersebut masih dapat dibentuk sesuai dengan ukuran. Proses pembentukan

tersebut dilakukan dengan melakukan pengetokan pada komponen yang

telah dirakit tersebut. Alat yang digunakan adalah mesin las stik, palu,

penyiku, mistar, dan perkakas lainnya.

• Proses Welding

Setelah komponen terbentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran yang

diinginkan, barulah pengelasan secara keseluruhan dilakukan pada proses

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 15: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

72  

Universitas Indonesia 

ini. Adapun pengelaan yang dilakukan adalah pengelasan dengan mesin

las submerged, las co, dan las stik.

• Proses Straightening

Proses ini merupakan proses yang dilakukan untuk meluruskan komponen

yang telah dilas. Alat kerja yang digunakan adalah straightening machine.

• Proses Grinding

Pada proses ini dilakukan penggerindaan untuk menghaluskan permukaan

komponen pada bagian tertentu. Alat yang digunakan pada proses ini

adalah mesin gerinda.

• Proses Marking

Proses marking adalah proses penandaan sebelum dilakukan pembuatan

lubang pada pemukaan komponen. Proses penandaan ini dilakukan

dengan melakukan pengetokan dengan menggunakan palu dan mata bor

pada komponen.

• Proses Drilling

Setelah dilakukan proses marking pada komponen, kemudian pada proses

ini dilakukan pengeboran untuk pembuatan lubang dengan menggunakan

mesin radial drill dan magnetic drill.

Terdapat berbagai jenis kebisingan yang ada di Area Shop C – D. Adapun

jenis kebisingan yang ada adalah jenis kebisingan intermittent atau terputus-putus

yang berasal dari proses welding, grinding dan drilling. Jenis kebisingan impulsif pun

ditemukan dari proses kerja yang ada yaitu dari proses marking dan setting saat

pemukulan komponen dengan menggunakan palu. sedangkan jenis kebisingan lain

adalah kebisingan kontinyu yaitu bising yang timbul pada saat proses cutting dan

straightening berlangsung.

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 16: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

73  

Universitas Indonesia 

7.3 Intensitas Kebisingan Di Area Shop C-D Unit Usaha Jembatan PT. Bukaka

Teknik Utama

Kebisingan yang ada di Area Shop C-D Unit Usaha Jembatan berasal dari

proses kerja yang ada. berdasarkan hasil pengukuran, maka diperoleh nilai intensitas

kebisingan antara 74.6 – 100.9 dBA dengan L equivalen antara 79.46 – 93.01 dBA

untuk Shop C. Sedangkan pada Shop D diperoleh nilai Intensitas kebisingan antara

73.7 – 102.3 dBA dengan L equivalen 76.53 – 93.59 dBA.

Dari pengukuran yang dilakukan di Area Shop C – D diketahui terdapat titik-titik

yang melebihi NAB selama 8 jam kerja untuk pajanan kebisingan yang melebihi 85

dBA. Titik-titik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 17: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

74  

Universitas Indonesia 

Tabel 7.1 titik-titik pengukuran yang melebihi NAB 8 jam pajanan per hari

Shop C Shop D

Titik Intensitas

kebisingan (dBA)

Titik Intensitas

kebisingan (dBA)

TitikIntensitas

kebisingan (dBA)

Titik Intensitas

kebisingan (dBA)

5 85.79 61 85.93 1 89.37 45 89.21 11 86.68 60 85.05 2 89.33 48 85.16 14 88.64 63 93.01 3 88.34 54 85.94 15 87.28 64 87.01 5 87.19 55 87.16 16 85.2 65 86.41 7 89.5 56 86.12 17 85.84 66 86.83 8 87.01 57 85.35 18 88.12 67 87.16 9 86.22 58 88.98 19 85.53 68 87.3 12 86.19 59 86.97 20 85.12 69 91.16 13 86.75 61 86.89 22 87.28 70 91.48 14 87.54 64 88.74 23 90.04 72 89.75 15 89.56 65 88.43 24 88.63 73 88.67 17 90.19 66 86.38 26 88.25 74 92.58 18 89.97 67 93.59 27 88.23 75 91.71 19 86.25 68 86.97 29 87.56 76 89.22 20 89.25 70 92.25 30 86.26 77 88.4 21 86.53 71 92.21 31 88.09 79 86.99 22 85.83 72 93.3 33 87.29 80 88.23 23 87.33 35 88.68 81 87.56 25 86.76 41 91.36 82 86.06 26 86.69 42 90.21 83 88.17 27 89.25 45 90.78 84 89.46 28 86.51 46 90.6 86 92.23 30 87.97 47 89.91 87 86.75 31 87.16 48 89.96 88 89.5 32 87.4 49 88.74 89 88.79 33 91.9 50 86.68 90 89.08 35 88.96 51 90.51 91 87.86 36 92.23 52 85.57 92 86.36 37 87.06 53 85.97 93 85.38 38 88.51 54 88.46 95 86.05 39 88.4 55 86.72 97 85.32 40 85.68 56 86.12 98 86.24 41 85.37 58 88.23 42 88.38

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 18: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

75  

Universitas Indonesia 

7.4 Gambaran Karakteristik Sumber Bising, Karakterisitik Pekerjaan Dan

Program Pengendalian Kebisingan Yang Ada Di Unit Usaha Jembatan PT.

Bukaka Teknik Utama

7.4.1 Gambaran Karakteristik Sumber Bising, Karakterisitik Pekerjaan Pada

Proses Kerja Cutting Dan Program Pengendalian Kebisingannya

Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara yang dilakukan maka diperoleh

data-data mengenai gambaran karakteristik sumber bising, karakteristik pekerjaan

pada proses kerja Cutting dan program pengendaliannya. Untuk lebih jelasnya maka

dapa terlihat dari tabel 7.2 sebagai berikut:

Tabel 7.2 gambaran karakteristik sumber bising, karakterisitik pekerjaan pada proses kerja cutting dan program pengendalian kebisingannya

Intensitas bising

(dBA)

Durasi per 1kali

kerja (menit)

Frekuensi kerja

per hari

Waktu bekerja

per hari (jam)

Program

pengendalian

85.3 30 10 7 Pemberian APT

berupa ear plug,

Peraturan

penggunaan

APD, dan Sanksi

Dari tabel diatas diketahui bahwa intensitas kebisingan yang memajan pekerja

adalah sebesar 85.3 dBA, bila dalam satu kali melakukan pemotongan memerlukan

waktu 30 menit dan dalam sehari melakukan 10 kali pemotongan, maka total durasi

kerja yang dibutuhkan adalah 5 jam per hari untuk melakukan proses kerja cutting

saja. Sedangkan dalam proses kerjanya dibutuhkan setting alat, perpindahan mesin ke

titik pemotongan lainnya dan tahapan lainnya, sehingga berdasarkan wawancara

dengan pekerja untuk total waktu bekerja yang dibutuhkan dalam sehari adalah

sekitar 7 jam.

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 19: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

76  

Universitas Indonesia 

Bila dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas dan waktu pemajanan per hari

yang diperbolehkan berdasarkan Recomended Exposure Limit (REL) yang

dikeluarkan oleh NIOSH maka intensitas kebisingan yang masih aman memajan

pekerja dengan total durasi kerja 5 jam adalah 87 dBA, sedangkan intensitas

kebisingan yang memajan pekerja hanya 85.3 dBA sehingga masih dapat dikatakan

aman bagi pekerja.

Meskipun demikian menurut Achmadi (1993), bahwa kebisingan dengan

intensitas 85 dBA dalam 8 jam dapat kerusakan telinga yang masih reversibel tetapi

bila terjadi berulang-ulang dapat menjadi kerusakan metetap. Untuk menjaga agar

tidak terjadi kerusakan pada pendengaran pekerja, program pengendalian yang ada

adalah dengan menyediakan APT yaitu ear plug bagi para pekerja. Program

pengendalian yang ada untuk proses kerja ini sudah cukup baik karena walaupun

kebisingan yang memajan pekerja masih dapat dikatakan aman, perusahaan tetap

menyediakan alat pelindung telinga untuk proses pekerjaan cutting ini.

7.4.2 Gambaran Karakteristik Sumber Bising, Karakterisitik Pekerjaan Pada

Proses Kerja Setting Dan Program Pengendalian Kebisingannya

Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara yang dilakukan maka diperoleh

data-data mengenai gambaran karakteristik sumber bising, karakteristik pekerjaan

pada proses kerja setting dan program pengendaliannya. Untuk lebih jelasnya maka

dapat terlihat dari tabel 7.3 sebagai berikut

Tabel 7.3 gambaran karakterisitik pekerjaan pada proses kerja setting dan program pengendalian kebisingannya

Intensitas bising

(dBA)

Durasi per 1kali

kerja (menit)

Frekuensi kerja

per hari

Waktu bekerja

per hari (jam)

Program

pengendalian

93.3 90 4 6 Pemberian APT

berupa ear plug,

Peraturan

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 20: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

77  

Universitas Indonesia 

penggunaan

APD, dan Sanksi

Pada proses setting kebisingan yang dihasilkan adalah 93.3 dBA. Bila dalam

satu kali melakukan proses kerja membutuhkan waktu 90 menit dan dalam satu hari

pekerja mampu melakukan empat kali proses setting, maka total durasi kerja dalam

satu hari adalah 6 jam. Menurut WHO (1995), resiko yang ditimbulkan akibat

terpajan kebisingan 90 dB dalam jangka 8 jam perhari setelah pekerja bekerja selama

5 tahun akan memperlihatkan 4% pekerja mengalami sedikit gangguan pendengaran.

Setelah 10 tahun bekerja 10% pekerja mungkin mengalami kehilangan pendengaran,

dan meningkat menjadi 14 % setelah 15 tahun. Sedangkan menurut Hari Purnama

(2002) intensitas bising sekitar 90-100 dB dengan lama papar harian antara 8-9 jam

dalam jangka waktu 9-10 tahun dapat mengakibatkan ketulian.

Bila dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas dan waktu pemajanan per hari

yang diperbolehkan berdasarkan Recomended Exposure Limit (REL) yang

dikeluarkan oleh NIOSH maka waktu yang diperbolehkan untuk kebisingan dengan

intensitas 93 dBA adalah hanya sekitar 1jam 16 menit berarti kebisingan yang

ditimbulkan telah melewati NAB. Sedangkan program yang ada hanyalah penyediaan

APT berupa ear plug, meskipun menurut DK3N (1985) ear plug dapat menurunkan

intensitas kebisingan pada telinga antara 25-30 dB, hal ini masih dirasa kurang

mengingat kedisiplinan pekerja yang masih rendah dalam penggunaan APT,

meskipun terdapat sanksi berupa teguran bagi mereka tidak mengenakannya.

Tentunya penyediaan APT dan pemberian sanksi ini tidak cukup untuk

pengendalian kebisingan dengan intensitas tersebut. mengingat tingginya intensitas

kebisingan dihasilkan, untuk pengendalian kebisingan pada proses ini sebaiknya

dilakukan pembatasan waktu kerja dengan pengaturan jadwal kerja sehingga

pekerjaan ini dapat dilakukan secara bergantian menurut waktu pemajanan per hari

yang masih dapat dikategorikan aman, dan juga diperlukan pendidikan dan training

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 21: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

78  

Universitas Indonesia 

tentang program perlindungan pendengaran dan pemberian sanksi yang lebih tegas

lagi bagi pekerja yang tidak menggunakan APD saat bekerja.

7.4.3 Gambaran Karakteristik Sumber Bising, Karakterisitik Pekerjaan Pada

Proses Kerja Welding Dan Program Pengendalian Kebisingannya

Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara yang dilakukan maka diperoleh

data-data mengenai gambaran karakteristik sumber bising, karakteristik pekerjaan

pada proses kerja welding dan program pengendaliannya. Untuk lebih jelasnya maka

dapat terlihat dari tabel 7.4 sebagai berikut

Tabel 7.4 gambaran karakteristik sumber bising,, karakterisitik pekerjaan pada proses kerja welding dan program pengendalian kebisingannya

Proses

kerja

Intensitas

bising

(dBA)

Durasi per

1kali kerja

(menit)

Frekuensi

kerja per

hari

Waktu

bekerja per

hari (jam)

Program

pengendalian

Sub

merged

welding

87.3 30 12 6 Pemberian APT

berupa ear plug,

Peraturan penggunaan

APD, dan Sanksi

Co welding 88.2 Tergantung

komponen

Tergantung

komponen

6 Pemberian APT

berupa ear plug,

Peraturan penggunaan

APD, dan Sanksi

Stick

welding

88.9 Tergantung

komponen

Tergantung

komponen

6 Pemberian APT

berupa ear plug,

Peraturan penggunaan

APD, dan Sanksi

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 22: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

79  

Universitas Indonesia 

Dari proses submerged welding ini dihasilkan kebisingan dengan intensitas

87.3 dBA. dalam melakukan satu kali proses pengelasan dibutuhkan waktu 30 menit

yang dilakukan sebanyak 12 kali per harinya, jadi durasi total yang dibutuhkan adalah

6 jam dalam sehari.

Bila dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas dan waktu pemajanan per hari

yang diperbolehkan berdasarkan Recomended Exposure Limit (REL) yang

dikeluarkan oleh NIOSH waktu yang diperbolehkan untuk kebisingan dengan

intensitas 87 dBA hanya diperbolehkan 5 jam 2 menit, berarti nilai kebisingan yang

ada telah melewati nilai ambang batas.

Kebisingan yang dihasilkan dari proses pengelasan Co welding ini adalah 88.2

dBA. Sedangkan durasi yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali proses kerja

sangatlah bervariasi, karena komponen yang akan dilakukan pengelasan memiliki

bentuk dan ukuran bervariasi sehingga waktu yang dibutuhkan bervariasi sesuai

bentuk dan ukuran komponen. Begitu juga dengan frekuensi kerja yang dilakukan per

harinya, dikarenakan banyaknya variasi bentuk dan ukuran komponen, sehingga

frekuensi kerja per hari tergantung bentuk dan ukuran komponen yang dikerjakan.

Tetapi berdasakan wawancara dengan pekerja diperoleh data mengenai waktu yang

dihabiskan oleh pekerja untuk melakukan kegiatan kerjanya dalam sehari, yaitu 6

jam.

Bila kebisingan yang ditimbulkan dari proses Co welding dibandingkan

dengan Nilai Ambang Batas dan waktu pemajanan per hari yang diperbolehkan

berdasarkan Recomended Exposure Limit (REL) yang dikeluarkan oleh NIOSH,

maka kebisingan dengan intensitas 88 dBA adalah hanya diperbolehkan memajan

pekerja selama 4jam saja. Berarti nilai kebisingan yang dihasilkan dari proses Co

welding telah melampaui nilai ambang batas.

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 23: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

80  

Universitas Indonesia 

Sedangkan untuk proses kerja stick welding kebisingan yang dihasilkan

adalah 88.9. Durasi yang dibutuhkan untuk satu kali kerja dan frekuensi kerja yang

dilakukan per hari pada proses ini pun tergantung dari bentuk dan ukuran komponen

yang dikerjakan. berdasarkan wawancara dengan pekerja diperoleh data mengenai

waktu yang dihabiskan untuk melakkan kegiatan kerjanya, yaitu 6 jam per hari

Kebisingan yang timbul dari proses stick welding hampir menyentuh angka 89

dBA bila dibandingkan dengan dengan Nilai Ambang Batas dan waktu pemajanan

per hari yang diperbolehkan berdasarkan Recomended Exposure Limit (REL) yang

dikeluarkan oleh NIOSH, maka kebisingan 89 dBA hanya diperbolehkan memajan

selama 3 jam 10 menit. Hal ini menunjukan bahwa kebisingan yang dihasilkan dari

proses stick welding telah melewati nilai ambang batas.

Menurut Achmadi (1993), suara dengan intensitas 85 dBA dapat

menimbulkan kerusakan telinga yang masih reversibel namun bila terjadi berulang-

ulang dapat menjadi kerusakan menetap. Apalagi pada proses welding ini kebisingan

yang ditimbulkan lebih dari 85 dBA sehingga resiko yang ditimbulkan pun lebih

tinnggi. Untuk mengurangi resiko tersebut program pengendalian kebisingan yang

ada pada proses welding adalah pemberian APT pada pekerja. Bila mengacu pada

DK3N (1985), pemberian APT berupa ear plug memang sudah tepat karena ear plug

dapat menurunkan intensitas kebisingan pada telinga antara 25 -30 dB.

Tetapi mengingat masih rendahnya kedisiplinan pekerja untuk menggunakan

AP, sehingga program pengendalian tersebut masih dirasa kurang meskipun telah ada

sanksi berupa teguran bagi pekerja yang tidak menggunakan APD. Untuk itu

diperlukan pendidikan dan pelatihan tentang program pengendalian kebisingan untuk

menumbuhkan kesadaran pekerja akan pentingnya program perlindungan

pendengaran serta pemberian sanksi yang tegas untuk menunjang keefektifan

program pengendalian yang ada.

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 24: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

81  

Universitas Indonesia 

7.4.4 Gambaran Karakteristik Sumber Bising, Karakterisitik Pekerjaan Pada

Proses Kerja Straightening Dan Program Pengendalian Kebisingannya

Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara yang dilakukan maka diperoleh

data-data mengenai gambaran karakteristik sumber bising, karakteristik pekerjaan

pada proses kerja straightening dan program pengendaliannya. Untuk lebih jelasnya

maka dapat terlihat dari tabel 7.5 sebagai berikut

Tabel 7.5 gambaran karakteristik sumber bising, karakterisitik pekerjaan pada proses kerja straightening dan program pengendalian kebisingannya

Intensitas bising

(dBA)

Durasi per 1kali

kerja (menit)

Frekuensi kerja

per hari

Waktu bekerja

per hari (jam)

Program

pengendalian

84.8 25 Tergantung

jumlah

komponen

Tergantung

jumlah

komponen

Pemberian APT

berupa ear plug,

Peraturan

penggunaan

APD, dan Sanksi

Dari tabel diatas diketahui bahwa kebisingan yang ditimbulkan saat proses

straightening adalah 84. 8 dBA. Durasi yang dibutuhkan dalam satu kali melakukan

proses straightening adalah 25 menit. Dari wawancara yang dilakukan pada pekerja

untuk frekuensi yang dilakukan per hari pekerja menjelaskan bahwa frekuensi proses

straightening tergantung dari jumlah komponen yang akan diproses. Dan begitupun

dengan waktu bekerja per hari, pekerja menjelaskan waktu bekerja yang dihabiskan

untuk melakukan proses kerja straightening tergantung dari jumlah komponen yang

akan diproses, dikarenakan proses straightening yang dilakukan oleh pekerja

merupakan kerja sambilan dari pekerjaan inti yang ia lakukan.

Kebisingan yang timbul dari proses straightening masih berada dibawah nilai

ambang batas dan bila sehingga bila proses ini dilakukan selama 8 jam kerja pun

masih aman bagi pekerja.

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 25: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

82  

Universitas Indonesia 

Meskipun demikian menurut Achmadi (1993), penelitian di Negara maju

menunjukan bahwa pada intensitas 82-84 dBA dengan frekuensi 3000-6000 Hz dapat

menimbulkan kerusakan organ korti menetap dalam waktu kerja lebih dari 8jam

sehari. untuk melindungi pekerja dari resiko tersebut program pengendalian

kebisingan yang ada adalah pemberian APT yaitu ear plug pada pekerja. Program

pengendalian kebisingan ini sudah cukup baik karena perusahaan tetap menyediakan

APT meskipun kebisingan yang ditimbulkan masih tergolong aman bagi pekerja.

7.4.5 Gambaran Karakteristik Sumber Bising, Karakterisitik Pekerjaan Pada

Proses Kerja Grinding Dan Program Pengendalian Kebisingannya

Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara yang dilakukan maka diperoleh

data-data mengenai gambaran karakteristik sumber bising, karakteristik pekerjaan

pada proses kerja grinding dan program pengendaliannya. Untuk lebih jelasnya maka

dapat terlihat dari tabel 7.6 sebagai berikut

Tabel 7.6 gambaran karakteristik sumber bising, karakterisitik pekerjaan pada proses kerja grinding dan program pengendalian kebisingannya

Intensitas bising

(dBA)

Durasi per 1kali

kerja (menit)

Frekuensi kerja

per hari

Waktu bekerja

per hari (jam)

Program

pengendalian

91.3 Tergantung

komponen

Tergantung

komponen

7 Pemberian APT

berupa ear plug,

Peraturan

penggunaan

APD, dan Sanksi

Proses grinding menghasilkan kebisingan sampai dengan 91.3 dBA. durasi

yang dibutuhkan untuk proses ini bergantung dari ukuran dan kekasaran pemukaan

komponen yang akan digerinda. Begitu pula dengan frekuensi kerja per harinya yang

bergantung dari ukuran dan kekasaran permukaan. berdasarkan wawancara dengan

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 26: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

83  

Universitas Indonesia 

pekerja diperoleh data mengenai waktu yang dihabiskan pekerja untuk melakukan

proses kerjanya, yaitu 7 jam.

Kebisingan yang timbul dari proses grinding bila dibandingkan dengan Nilai

Ambang Batas dan waktu pemajanan per hari yang diperbolehkan berdasarkan

Recomended Exposure Limit (REL) yang dikeluarkan oleh NIOSH, maka kebisingan

dengan nilai 91 dBA hanya diperbolehkan memajan pekerja selama 2 jam saja.

sedangkan pekerja terpajan selama 7 jam, berarti kebisingan yang memajan pekerja

tersebut sudah sangat melampaui batas. Padahal menurut Hari Purnama (2002),

intensitas bising sekitar 90-100 dB dengan lama papar 8-9 jam dalam jangka waktu 9-

10 tahun dapat mengakibatkan ketulian.

Untuk mengurangi resiko tersebut program pengendalian kebisingan yang ada

adalah dengan pemberian alat pelindung diri berupa ear plug sudah tepat karena

menurut DK3N (1985) ear plug dapat menurunkan intensitas kebisingan pada telinga

antara 25-30 dB. tetapi dengan rendahnya kesadaran pekerja untuk menggunakan

APT saat bekerja meskipun terdapat sanksi berupa teguran bagi mereka tidak

mengenakannya tentunya menyebabkan program pengendalian kebisinga yang ada

menjadi kurang efektif.

Tentunya penyediaan APT dan pemberian sanksi ini tidak cukup untuk

pengendalian kebisingan dengan intensitas tersebut. mengingat tingginya intensitas

kebisingan dihasilkan, untuk pengendalian kebisingan pada proses ini sebaiknya

dilakukan pembatasan waktu kerja dengan pengaturan jadwal kerja sehingga

pekerjaan ini dapat dilakukan secara bergantian menurut waktu pemajanan per hari

yang diperbolehkan dan masih dapat dikategorikan aman, dan juga diperlukan

pendidikan dan training dan pemberian sanksi yang lebih tegas lagi bagi pekerja yang

tidak mengenakan APD saat bekerja.

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 27: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

84  

Universitas Indonesia 

7.4.6 Gambaran Karakteristik Sumber Bising, Karakterisitik Pekerjaan Pada

Proses Kerja Marking Dan Program Pengendalian Kebisingannya

Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara yang dilakukan maka diperoleh

data-data mengenai gambaran karakteristik sumber bising, karakteristik pekerjaan

pada proses kerja marking dan program pengendaliannya. Untuk lebih jelasnya maka

dapat terlihat dari tabel 7.7 sebagai berikut

Tabel 7.7 gambaran karakteristik sumber bising, karakterisitik pekerjaan pada proses kerja marking dan program pengendalian kebisingannya

Intensitas bising

(dBA)

Durasi per 1kali

kerja (menit)

Frekuensi kerja

per hari

Waktu bekerja

per hari (jam)

Program

pengendalian

92.2 15 6 1.5 Pemberian APT

berupa ear plug,

Peraturan

penggunaan

APD, dan Sanksi

Dari proses kerja marking ditimbulkan intensitas kebisingan senilai 92.2 dBA.

dengan durasi waktu 15 menit untuk melakukan satu kali proses kerja dan frekuensi 6

kali per harinya sehingga waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses kerja

marking adalah 1.5 jam.

Bila dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas dan waktu pemajanan per hari

yang diperbolehkan berdasarkan Recomended Exposure Limit (REL) yang

dikeluarkan oleh NIOSH, maka kebisingan dengan intensitas 92 dBA hanya

diperbolehkan 1 jam 35 menit. Artinya intensitas kebiaingan yang ditimbulkan dari

proses ini masih dapat dikatakan aman. Meskipun demikian menurut Hari Purnama

(2002), intensitas bising sekitar 90-100 dB dengan lama papar 8-9 jam dalam jangka

waktu 9-10 tahun dapat mengakibatkan ketulian.

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 28: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

85  

Universitas Indonesia 

Program pengendalian yang ada adalah dengan menyediakan APT bagi para

pekerja. Program pengendalian yang ada untuk proses kerja ini sudah cukup baik

karena walaupun kebisingan yang memajan pekerja masih dapat dikatakan aman,

perusahaan tetap menyediakan alat pelindung telinga untuk proses pekerjaan

marking.

7.4.7 Gambaran Karakteristik Sumber Bising, Karakterisitik Pekerjaan Pada

Proses Kerja Drilling Dan Program Pengendalian Kebisingannya

Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara yang dilakukan maka diperoleh

data-data mengenai gambaran karakteristik sumber bising, karakteristik pekerjaan

pada proses kerja drilling dan program pengendaliannya. Untuk lebih jelasnya maka

dapat terlihat dari tabel 7.8 sebagai berikut

Tabel 7.8 gambaran kebisingan, karakterisitik pekerjaan pada proses kerja drilling dan program pengendalian kebisingannya

Proses kerja

Intensitas bising (dBA)

Durasi per 1kali kerja

(menit)

Frekuensi kerja per

hari

Waktu bekerja per hari (jam)

Program pengendalian

Magnetic drill

87.2 1 240 6 Pemberian APT berupa ear plug, Peraturan penggunaan APD, dan Sanksi

Radial

drill

85.3 Tergantung

tebal pelat

Tergantung

tebal pelat

5 Pemberian APT

berupa ear plug,

Peraturan

penggunaan

APD, dan Sanksi

Dari proses magnetic drill dihasilkan kebisingan dengan intensitas 87.2 dBA.

sementara durasi yang dibutuhkan untuk satu kali proses pengeboran adalah satu

menit dengan frekuensi kerja per harinya sekitar 240 kali pengeboran. Sehingga

waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses pengeboran dengan magnetic drill

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 29: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

86  

Universitas Indonesia 

ini adalah 4 jam. Tetapi berdasarkan wawancara dengan pekerja, dalam proses

kerjanya harus dilakukan pemindahan mesin bor dari satu titik bor ke titik lainnya

yang juga memakan waktu sehingga waktu total yang dibutuhkan untuk melakukan

proses kerja dengan magnetic drill adalah sekitar 6 jam per harinya.

Kebisingan yang dihasilkan dari proses magnetic drill ini bila dibandingkan

dengan Nilai Ambang batas dan waktu pemajanan per hari yang diperbolehkan

berdasarkan Recomended Exposure Limit (REL) yang dikeluarkan oleh NIOSH,

maka kebisingan dengan intensitas 87 hanya diperbolehkan memajan pekerja selama

5 jam 2 menit. berarti kebisingan yang ditimbulkan dari proses pengeboran dengan

menggunakan magnetic drill yang dilakukan selama 4 jam perharinya masih dibawah

nilai ambang batas.

Sedangkan dari proses radial drill dihasilkan kebisingan dengan intensitas

85.3 dBA. berdasarkan wawancara dengan pekerja, durasi waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan satu kali proses ini tergantung pada ketebalan pelat baja yang akan

di lubangi, karena biasanya dilakukan penumpukan beberapa lembar pelat baja untuk

dilakukan pelubangan sekaligus, begitu pun dengan frekuensi kerja per hari dari

proses ini bergantung pada ketebalan pelat baja yang akan dilubangi. Tetapi pekrja

menjelaskan waktu kerja yang dihabiskan untuk melakukan pekerjaan ini perharinya

adalah sekitar 5 jam.

Bila dibandingkan dengan Nilai Ambang batas dan waktu pemajanan per hari

yang diperbolehkan berdasarkan Recomended Exposure Limit (REL) yang

dikeluarkan oleh NIOSH, kebisingan yang dihasilkan dari proses ini hanyalah 85

dBA berarti waktu yang diperbolehkan untuk memajan pekerja adalah 8jam kerja,

sedangkan waktu yang dihabiskan pekerja untuk melakukan kegiatan kerjanya hanya

5 jam, berarti masih dapat dikatakan aman.

Menurut Achmadi (1993), suara dengan intensitas 85 dBA dapat

menimbulkan kerusakan telinga yang masih reversibel namun bila terjadi berulang-

ulang dapat menjadi kerusakan menetap. Apalagi pada proses drilling ini kebisingan

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Page 30: Digital 125420 S 5631 Gambaran Kebisingan Analisis

87  

Universitas Indonesia 

yang ditimbulkan lebih dari 85 dBA sehingga resiko yang ditimbulkan pun lebih

tinggi. untuk mengurangi resiko tersebut program pengendalian yang ada adalah

dengan menyediakan APT yaitu ear plug bagi para pekerja. Program pengendalian

yang ada untuk proses kerja ini sudah cukup baik karena walaupun kebisingan yang

memajan pekerja masih dapat dikatakan aman, perusahaan tetap menyediakan alat

pelindung telinga untuk proses pekerjaan drilling ini.

Gambaran kebisingan..., Rangga Adi Leksono, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia