telaah huhuhuhu

5
4. Kandungan Koneksi Matematis Untuk kandungan matematis dari buku dengan kode A, secara rinci hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 NO Rincian Aspek yang dikaji Buku Teks A 1 Mengaitkan materi dengan cerita kontekstual 18,7% 2 Mengaitkan materi dengan materi matematika lainnya 70,9% 3 Mengaitkan materi dengan konsep mata pelajaran lainnya 10,4% Representasi dari Tabel 4.4, dapat dilihat mlalui Gambar 4.18 berikut.

Upload: muhammad-azis

Post on 15-Sep-2015

227 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

vsyjgsDUVsgdj

TRANSCRIPT

4. Kandungan Koneksi MatematisUntuk kandungan matematis dari buku dengan kode A, secara rinci hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 NO Rincian Aspek yang dikajiBuku Teks A

1Mengaitkan materi dengan cerita kontekstual18,7%

2Mengaitkan materi dengan materi matematika lainnya70,9%

3Mengaitkan materi dengan konsep mata pelajaran lainnya10,4%

Representasi dari Tabel 4.4, dapat dilihat mlalui Gambar 4.18 berikut.

Tabel 4.4 dan Gambar 4.18 menunjukkan bahwa kandungan koneksi matematis di dalam buku teks yang telah dikaji tidak berimbang. Matematika pada hakekatnya adalah ilmu terstruktur dan bertingkat. Hampir semua materi matematika yang dipelajari itu saling berkaitan. Untuk bisa memahami beberapa konsep lebih tinggi diperlukan pemahaman terhadap konsep di bawahnya. Agar tidak bermasalah dengan beberapa konsep di level yang lebih tinggi, konsep-konsep di level sebelumnya itu harus dikuasai dan tidak boleh dilupakan ( ismayani, 2010 ). Hal ini menunjukkan bahwa koneksi antar materi matematika ( bangun ruang tiga dimensi) akan selalu ada di dalam mempelajari matematika.Koneksi lain yang perlu mendapat perhatian yaitu, koneksi dengan cerita kontekstual. Jenning dan Dunne (dalam Abidin, 2010) mengatakan bahwa kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan nyata. Faktor lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Soedjadi (dalam Abidin, 2010) mengemukakan bahwa agar matematika menjadi bermakna (meaningfull) maka dalam penyajiannya perlu mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika. Hal ini juga diperkuat oleh Van de Henvel-Paunhuizen (dalam Abidin, 2010) bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat menaplikasikan matematika.Mengingat begitu pentingnya cerita kontekstual dalam matematika, maka de Lange (dalam Zukardi, 2006) mengemukakan ada empat macam situasi/konteks cerita kontekstual, yaitu: (1) Personal/siswa, yang berarti situasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa baik di rumah dengan keluarga, dengan teman sepermainannya,teman sekelas, dan kesenangannya : (2) Sekolah/akademik, yang berarti situasi yang berkaitan dengan kehidupan akademik di sekolah, di ruang kelas, dan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan proses pembelajaran : (3) Masyarakat, yang berarti situasi yang berkaitan dengan kehidupan dan aktivitas masyarakat sekitar dimana siswa itu tnggal: (4) Saintifik/matematika, yang berarti situasi yang berkaitan dengan fenomena dan substansi secara sintifik atau berkaitan dengan matematika itu sendiri.Merujuk pada empat situasi cerita kontekstual, di dalam buku teks matematika ditemukan masih minim dan bervariasi cerita kontekstual yang disajikan. Cerita kontekstual yang ada terkesan hanya memanipulasi angka, tanpa memperhatikan situasi yang seyogyanya juga perlu diberi perhatian oleh penulis.Koneksi matematika dengan mata pelajaran lainnya mendapat proporsi yang sedikit, yaitu 10,4%. Padahal menurut Carl Friederich Gauss (dalam Wales, 2010)mengatakan matematika sebagai Ratunya Ilmu Pengetahuan. Ada juga yang menyebutkan bahwa matematika adalah ibu mata pelajaran (Pratama, 2010). Matematika dapat mempermudah kita dalam belajar mata pelajaran lain, karena akan menemukan cara belajar lebih praktis yang dapat di terima oleh pikiran kita. Ini bukanlah hal yang mustahil, karena matematika sendiri mempelajari tentang berpikir sederhana dan logis yang apresiasikan pada angka-angka. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa matematika, mata pelajaran lain takkan bermakna. Dalam buku teks matematika yang dikaji, koneksi dengan mata pelajaran lain kurang mendapat perhatian besar. Merujuk pada alasan-alasan tersebut di atas, seyogyanya kandungan koneksi matematis di dlam penyajian buku teks diberikan proporsi yang seimbang antara yang satu dan yang lainnya.