tata hubungan kerja kefarmasian

Upload: utama-daya

Post on 20-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    1/92

    RANCANGAN

    TATA HUBUNGAN KERJA

    DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT

    KESEHATAN

    PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI

    NOMOR:

    TAHUN 2009

    DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

    DEPARTEMEN KESEHATAN RI

    TAHUN 2009

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    2/92

    KATA PENGANTAR

    Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa maka telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan

    Republik Indonesia Nomor tahun 2009 tentang Tata Hubungan Kerja Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

    Penyusunan Tata Hubungan Kerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    merupakan tindak lanjut dari ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

    1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan dalam hal

    pengaturan tata hubungan kerja yang jelas, sehingga organisasi di lingkungan Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat berlangsung dengan baik.

    Penyusunan Tata Hubungan Kerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ini

    telah melalui pembahasan dengan seluruh pihak-pihak yang terkait di lingkungan Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

    Dinamika organisasi terus berkembang, oleh karena itu diperlukan masukan dan evaluasi

    secara berkala terhadap pedoman tata hubungan kerja.

    Dengan berlakunya ketetapan tentang tata hubungan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ini, semua pelaksana diharapkan dapat melaksanakan

    tugas pokok dan fungsi secara baik.

    Kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan Tata Hubungan Kerja di Lingkungan

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan kami sampaikan terima kasih.

    Jakarta, 2009

    Direktur Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    Dra.Kustantinah,Apt,M.AppSc

    NIP 195112271980032001

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    3/92

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    B. Maksud dan Tujuan

    BAB II DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

    A. Visi dan Misi

    B. Tugas Pokok dan Fungsi

    C. Struktur Organisasi

    D. Uraian Tugas Satuan Organisasi

    BAB III PENGERTIAN TATA HUBUNGAN KERJA

    A. Tata Hubungan Kerja Intern

    B. Tata Hubungan Kerja Ekstern

    BAB IV TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN

    DAN ALAT KESEHATAN

    A. Tata Hubungan Kerja Intern

    B. Tata Hubungan Kerja Ekstern

    C. Kegiatan Yang Memerlukan Tata Hubungan Kerja Intern

    BAB V PENUTUP

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    4/92

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI

    ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1575/Menkes/Per/XI/2005, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri

    Kesehatan Republik Indonesia Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009. Dengan Keputusan

    tersebut, tugas pokok Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah

    merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

    Pembinaan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

    Agar pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    dapat berjalan dengan optimal, efisien dan efektif, maka perlu didukung dengan TATA

    HUBUNGAN KERJA. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

    Negara Nomor 25 Tahun 1990 tentang Pedoman Organisasi dan Tatalaksana, yang

    menyatakan bahwa setiap pelembagaan organisasi harus dilengkapi dengan TATA

    HUBUNGAN KERJA, karena keberhasilan suatu organisasi belum dapat dijamin hanya

    dengan dibentuknya susunan atau struktur organisasinya saja.

    TATA HUBUNGAN KERJA ini telah dibahas bersama dengan unit-unit terkait baik di

    lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan maupun antara unit

    utama yang lain dengan Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. Namun demikian

    TATA HUBUNGAN KERJA ini dapat dirubah sesuai dengan perubahan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku, perubahan Struktur Organisasi, tugas pokok dan

    fungsi serta perubahan kebijakan pimpinan Departemen Kesehatan.

    B. MAKSUD DAN TUJUAN

    1. Maksud.

    Maksud disusunnya tata hubungan kerja adalah untuk acuan bagi unit terkait dalam

    melaksanakan tugas dan fungsinya khususnya dalam penyusunan kebijakan dan

    program Direktorat Jenderal Bina Kefarmasain dan Alat Kesehatan.

    2. Tujuan .

    a) Umum : Meningkatkan pemahaman dalam pengaturan hubungan kerja antara satu

    unit dengan unit lainnya dalam bentuk koordinasi fungsional yang didasari tugaspokok dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam

    rangka mendukung tercapainya Visi dan Misi yang jelas sehingga tidak ada

    tumpang tindih antar unit dan program Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

    Alat Kesehatan.

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    5/92

    b) Khusus :

    1. Meningkatnya kinerja yang didasarkan dan kejelasan dalam hubungan antar

    unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan dan hubungan kerjasama baik lintas program maupun lintas

    sektor.

    2 Meningkatkan jejaring dengan berbagai pihak khususnya dengan unit-unit di

    lingkungan Departemen Kesehatan dengan berbagai sektor terkait maupun

    masyarakat dan daerah.

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    6/92

    BAB II

    DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

    A. VISI DAN MISI

    1. Visi

    Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Masyarakat yang mandiri

    untuk h idup sehat.

    2. MISI

    Misi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Membuat Rakyat Sehat

    3. Untuk dapat mewujudkan Visi dan Misi Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    berupaya :

    a. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan harga obat dan

    perbekalan kesehatan.

    b. Menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi persyaratan mutu,

    keamanan dan kemanfaatan.

    c. Meningkatkan mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah sakit.

    d. Meningkatkan kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan.

    B. TUGAS POKOK dan FUNGSI

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1575/Menkes/Per/XI/2005, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri

    Kesehatan Republik Indonesia Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009 Pasal 530, tugas pokok

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah merumuskan serta

    melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan

    alat kesehatan

    Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

    Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

    1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina penggunaan obat rasional, farmasi

    komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan serta bina produksi dan

    distribusi alat kesehatan.

    2. Pelaksanaan kebijakan di bidang bina penggunaan obat rasional,farmasi komunitas

    dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan, serta bina produksi dan distribusi

    alat kesehatan.

    3. Penyusunan standard, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang binapenggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan

    kesehatan serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan.

    4. Perumusan kebijakan dan perizinan yang berkaitan dengan obat dan makanan

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    7/92

    5. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi.

    6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

    C. STRUKTUR ORGANISASI

    Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri

    dari:

    1. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

    2. Sekretariat Direktorat Jenderal

    3. Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional

    4. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik

    5. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

    6. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan

    Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan membawahkan

    Bagian Program dan Informasi, Bagian Umum dan Kepegawaian, Bagian Keuangan serta

    Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat.

    Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional membawahkan Subdirektorat Standardisasi

    dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat Rasional, Subdirektorat Promosi Penggunaan

    Obat Rasional, Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional dan Subbagian Tata Usaha.

    Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik membawahkan Subdirektorat Farmasi

    Komunitas, Subdirektorat Farmasi Klinik , Subdirektorat Kerjasama Profesi dan Subbagian

    Tata Usaha.

    Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan membawahkan Subdirektorat

    Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Subdirektorat Pengelolaan Obat

    Publik dan Perbekalan Kesehatan serta Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Obat

    Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Subbagian Tata Usaha.

    Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan membawahkan Subdirektorat Alat

    Kesehatan Elektromedik, Subdirektorat Alat Kesehatan Non Elektromedik, Subdirektorat

    Produk Diagnostik dan Reagensia, Subdirektorat Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

    dan Subbagian Tata Usaha.

    D. URAIAN TUGAS SATUAN ORGANISASI

    Dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

    (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, tambahan lembaran Negara Nomor 3041)

    sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran

    Negara Tahun 1999 Nomor 169, tambahan lembaran Negara Nomor 3890) tentang

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    8/92

    Pokok-Pokok Kepegawaian pada pasal 17 ayat (2) disebutkan bahwa Pegawai Negeri

    Sipil (PNS) diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu. Pada Peraturan Pemerintah

    Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pengangkatan PNS Dalam Jabatan Struktural, jabatan

    adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak

    seseorang PNS dalam suatu organisasi. Sedangkan yang dimaksud dengan Jabatan

    Struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan

    hak seseorang PNS dalam memimpin suatu organisasi Negara.

    Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan,

    sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

    Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009, dalam pasal 530 disebutkan bahwa Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta

    melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan

    alat kesehatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan dibantu oleh seorang Sekretaris Direktorat Jenderal dan empat orang Direktur

    yaitu Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik, Direktur Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Direktur Bina Produksi dan

    Distribusi Alat Kesehatan.

    Untuk kejelasan dalam pelaksanaan tugas setiap satuan organisasi di lingkungan

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, maka perlu dilengkapi dengan

    merumuskan uraian tugas dari setiap satuan organisasi tersebut. Dengan adanya uraian

    tugas masing-masing satuan organisasi, diharapkan dapat menjadi acuan bagi setiap

    pemangku jabatan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya. Adapun uraian

    tugas yang dilampirkan dalam Tata Hubungan Kerja ini hanya sampai setingkat Eselon III,

    sedangkan yang lengkap dengan seluruh jabatan struktural dari Eselon I sampai dengan

    Eselon IV ada dalam Pedoman Susunan Jabatan dan Uraian Jabatan sebagaimana

    ditetapkan dalam KepmenKes Nomor 099/Menkes/SK/I/2009 Tanggal 30 Januari 2009.

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    9/92

    BAB III

    PENGERTIAN TATA HUBUNGAN KERJA

    Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 1990

    tentang Pedoman Organisasi dan Tatalaksana, yang dimaksud dengan TATA HUBUNGAN

    KERJA (TAHUBJA) adalah pengaturan hubungan kerja antara satu unit dengan unit lainnya

    dalam bentuk koordinasi fungsional, administratif operasional dan atau teknis operasional.

    Tata Hubungan Kerja perlu dibuat untuk unit-unit kerja yang memiliki tugas-tugas yang

    cenderung tumpang tindih dengan tugas-tugas unit lain atau sungguh-sungguh memerlukan

    kerjasama yang perlu diatur. TAHUBJA diharapkan akan lebih memperjelas batas tugas

    pekerjaan dan batas wewenang antar unit kerja. TAHUBJA disusun sesuai dengan urutan

    langkah-langkah kegiatan agar dapat menggambarkan prosedur kerja yang jelas dari kegiatan

    tersebut.

    TAHUBJA mencakup TAHUBJA INTERN dan TAHUBJA EKSTERN. TAHUBJA Intern adalah

    pengaturan hubungan kerja yang menyangkut hanya unit-unit kerja di dalam suatu organisasi.

    Sedangkan TAHUBJA Ekstern adalah pengaturan hubungan kerja antara unit-unit kerja dalam

    suatu organisasi dengan unit kerja di luar organisasi tersebut.

    Dalam Pedoman ini, TAHUBJA yang disajikan lebih banyak berupa TAHUBJA Intern.

    A. TAHUBJA INTERN

    Pengaturan hubungan kerja yang menyangkut unit-unit kerja di dalam suatu organisasi

    merupakan tata hubungan kerja intern. Berdasarkan pengertian tersebut TAHUBJA perlu

    dibuat untuk unit-unit kerja yang cenderung tumpang tindih atau memang memerlukan

    kerjasama yang harus diatur dengan tata hubungan kerja. TAHUBJA perlu dibuat

    terutama untuk tugas-tugas yang bersifat strategis yang memerlukan kejelasan peran,

    wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing unit kerja.

    Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penyusunan TAHUBJA Intern adalah :

    1. Mengidentifikasi tugas-tugas yang cenderung tumpang tindih atau benar-benar

    memerlukan pengaturan kerja sama.

    2. Menetapkan unit kerja yang menjadi pelaku utama (focal point) dari setiap tugas.

    3. Menetapkan peran unit-unit terkait dalam pelaksanaan setiap tugas.

    4. Menetapkan urutan kegiatan yang harus dilakukan untuk

    melaksanakan/menyelesaikan setiap tugas, sesuai dengan peran masing-masing

    unit.

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    10/92

    B. TAHUBJA EKSTERN

    TAHUBJA Ekstern adalah pengaturan hubungan kerja antara unit-unit kerja dalam suatu

    organisasi dengan unit kerja di luar organisasi tersebut. Hubungan kerja dengan unit

    organisasi lain tersebut dapat berupa kerjasama lintas program ataupun lintas sektor.

    Adapun bentuk hubungan dengan unit-unit kerja di luar organisasi dapat berbentuk:

    1. Hubungan teknis fungsional yaitu hubungan yang serasi, selaras dan seimbang

    antara dua atau lebih unit organisasi yang secara teknis mempunyai fungsi yang

    sama.

    2. Hubungan koordinatif yaitu hubungan dalam rangka penyatuan upaya dan daya

    dengan unit kerja lain untuk mencapai tujuan bersama.

    C. PERAN DAN FUNGSI

    Terdapat sejumlah peran dalam TAHUBJA yang menggambarkan fungsi dari suatu unit

    kerja. Satu unit kerja dapat melakukan satu atau lebih peran. Adapun peran-peran

    tersebut adalah :

    1. Pelaku utama(Focal point), yaitu peran unit kerja sebagai penggerak sebab tugas

    yang bersangkutan merupakan tugas unit kerja tersebut.

    2. Pemberi Rekomendasi (Recommending), yaitu peran unit kerja sebagai pemberi

    usul, pertimbangan, atau saran-saran sebagai bahan pengambilan keputusan.

    3. Koordinator ( Coordinating) yaitu peran unit kerja/pejabat sebagai pengatur

    keselarasan, kesesuaian, ketepatan, dan efektivitas kerjasama dalam pelaksanaan

    tugas yang bersangkutan.

    4. Pemberi dukungan (Supporting), yaitu peran unit kerja sebagai penyedia sumber

    daya dan jasa yang diperlukan unrtuk pelaksanaan tugas yang bersangkutan.

    5. Tempat Berkonsultasi (Consulting), yaitu peran unit kerja sebagai pemberi

    verifikasi dan mitra untuk mematangkan pertimbangan bilamana diperlukan.

    6. Pemberi informasi (Informing), yaitu peran unit kerja sebagai pemberi

    data/informasi.

    7. Pengambilan Keputusan (Decision Making), yaitu peran unit kerja /pejabat

    sebagai pembuat ketetapan akhir (final) terhadap sesuatu atau sejumlah hal dalam

    rangka pelaksanaan tugas yang bersangkutan.

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    11/92

    BAB IV

    TATA HUBUNGAN KERJA

    DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

    A. TAHUBJA INTERN

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1575/Menkes/Per/XI/2005, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri

    Kesehatan Republik Indonesia Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009, tugas pokok yang harus

    dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan lebih banyak

    tugas-tugas/kegiatan yang bersifat teknis manajerial, bukan teknis operasional.

    Tugas/kegiatan tersebut antara lain :

    1. Melaksanakan perumusan kebijakan teknis

    2. Melaksanakan perumusan norma, standar, pedoman, prosedur, dan kriteria.

    3. Memberikan regulasi

    3. Memberikan bimbingan teknis

    4. Melaksanakan pemantauan/evaluasi

    Hal ini sesuai dengan isi Kepres Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

    Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, Pasal 57

    yang menyatakan Departemen Kesehatan mempunyai tugas membantu Presiden dalam

    menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

    Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, Departemen

    Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

    a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di

    bidang kesehatan.

    b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya

    c. Penetapan sertifikasialat kesehatan

    d. Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan tugasnya dalam penyelenggaraan

    otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan

    dan supervisidibidangnya;

    e. Penetapan standar pemberian izin

    f. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan

    fungsinya.

    Sedangkan tugas-tugas/kegiatan yang bersifat manajemen umum yang menunjangkelancaran pelaksanaan program yang bersifat teknis manajerial, termasuk ke dalam

    kegiatan-kegiatan kesekretariatan yang meliputi antara lain manajemen program,

    ketenagaan, perlengkapan, keuangan, serta hukum organisasi dan kehumasan.

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    12/92

    Berdasarkan inventarisasi masalah di lingkungan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan maka tugas-tugas/Kegiatan yang memerlukan pengaturan TAHUBJA

    dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu :

    1. Tugas-tugas/kegiatan pelaksanaan program pembinaan/pelayanan kefarmasian dan

    alat kesehatan yang bersifat teknis manajerial.

    2. Tugas-tugas/kegiatan kesekretariatan.

    Adapun tugas-tugas/kegiatan pelaksanaan program pembinaan/pelayanan kefarmasian

    dan alat kesehatan yang bersifat teknis manajerial meliputi antara lain:

    a. Penyusunan/pelaksanaan kebijakan, norma, standar, pedoman, prosedur dan

    kriteria di bidang penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat

    publik dan perbekalan kesehatan serta produksi dan distribusi alat kesehatan.

    b. Pemberian perizinan yang terkait dengan obat dan makanan serta sertifikasi alat

    kesehatan

    c. Bimbingan teknis

    d. Pemantauan/evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis.

    Sedangkan tugas-tugas/kegiatan kesekretariatan berupa penyusunan kebijakan, norma,

    standar, pedoman, prosedur dan kriteria di bidang penyusunan program, ketenagaan,

    perlengkapan, keuangan serta hukum, organisasi dan kehumasan meliputi antara lain:

    1. Penyusunan program dan informasi

    2. Penyusunan kebutuhan tenaga/diklat

    3. Penyusunan kebutuhan fasilitas kerja dan pemeliharaannya

    4. Pengelolaan anggaran

    5. Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, pertimbangan hukum dan

    bantuan hukum

    6. Penyusunan rancangan penataan dan evaluasi organisasi, jabatan fungsional dan

    ketatalaksanaan.

    7. Penyusunan laporan pelaksanaan program

    B. TAHUBJA EKSTERN

    Dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

    dan Alat Kesehatan melakukan hubungan secara lintas sektor maupun lintas program

    yang melibatkan beberapa unit kerja/unit organisasi sebagai berikut:

    1) Hubungan hirarkhis dengan Menteri Kesehatan dalam hal-hal antara lain:a. Penetapan kebijakan/peraturan perundang-undangan

    b. Penetapan norma, standar, pedoman, prosedur dan kriteria teknis.

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    13/92

    2) Hubungan lintas program koordinasi dengan Unit Utama Depkes, institusi

    pendidikan dan hubungan lintas sektor koordinasi dengan organisasi profesi dalam

    hal kefarmasian dan alat kesehatan.

    2.1 Hubungan koordinatif dengan Ditjen Pelayanan Medik dalam hal:

    a) Sosialisasi pengelolaan dan penggunaan obat di Rumah Sakit dan

    Puskesmas.

    b) Pembinaan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dan puskesmas.

    c) Penyusunan Daftar Harga Eceran Tertinggi untuk Sarana Pelayanan

    Kesehatan, Apotek, Rumah Sakit, Obat Program Kesehatan dan Obat

    Generik

    d) Penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar, obat program

    kesehatan untuk Puskesmas dan daftar harga obat generik untuk Apotik,

    Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Kesehatan.

    2.2 Hubungan koordinatif dengan Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dalam hal

    a) Sosialisasi pengelolaan dan penggunaan obat

    b) Penyusunan Daftar Harga Eceran Tertinggi untuk Sarana Pelayanan

    Kesehatan, Apotik, Rumah Sakit, Obat Program Kesehatan dan Obat

    Generik.

    c) Pembinaan pelayanan kefarmasian di Apotek, Rumah Sakit dan

    Puskesmas.

    2.3 Hubungan koordinatif dengan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM

    Kesehatan dalam hal :

    a) Pendidikan dan pelatihan pegawai

    b) Sertifikasi tenaga kefarmasian

    3) Hubungan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota dalam hal

    pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan dalam hal:

    a. Sosialisasi pengelolaan dan penggunaan obat

    b. Pembinaan pelayanan kefarmasian di Apotek, Rumah Sakit dan Puskesmas

    c. Penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan

    untuk Puskesmas dan daftar harga obat generik untuk Apotek, Rumah Sakit dan

    sarana pelayanan kesehatan.

    d. Penyusunan kebijakan, norma, standar, pedoman, prosedur dan kritera teknis

    4) Hubungan koordinasi dengan program-program terkait di tingkat Kabupaten/Kota,

    Propinsi dan Pusat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kefarmasian dan

    alat kesehatan.

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    14/92

    5) Hubungan koordinasi dengan organisasi profesi dalam hal perencanaan,

    pelaksanaan dan evaluasi program kefarmasian dan alat kesehatan dalam hal:

    a. Pendidikan Kefarmasian

    b. Pembinaan/kerjasama profesi

    c. Sosialisasi program-program pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    C. KEGIATAN YANG MEMERLUKAN TATA HUBUNGAN KERJA INTERN

    Kegiatan pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan penekanannya

    lebih banyak pada kegiatan pembinaan teknis pelayanan yang bersifat fungsional dan

    kegiatan lain yang bersifat umum meliputi kegiatan penunjang kelancaran pelaksanaan

    pelayanan berupa manajemen administratif dan manajemen sumber daya. Disamping itu

    kegiatan yang bersifat khusus lebih terarah pada pembinaan teknis pelayanan yang

    mengutamakan pedoman/standar pelayanan, prosedur pelayanan dan pengembangan

    prosedur tetap (protap/Standard Operating Procedure).

    Tata Hubungan Kerja Intern yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

    dan Alat Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan,

    sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

    Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009.

    Untuk menghindari tumpang tindih dan memperjelas tugas ataupun kegiatan di lingkungan

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memerlukan penegasan dalam

    pengaturan Tata Hubungan Kerja yang jelas, dan khusus mulai dari penyusunan program

    kegiatan teknis yang meliputi; perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai penyusunan

    teknis operasional.

    Secara lebih rinci, kegiatan-kegiatan yang memerlukan TAHUBJA adalah:

    a. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan program teknis pelayanan

    kefarmasian dan alat kesehatan antara lain:

    1. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional;

    2. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia;

    3. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik;

    4. Penyebarluasan Informasi dan Peningkatan Pengetahuan didalam Penggunaan Obat

    untuk masyarakat dengan metode CBIA

    5. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar dan Harga Patokan Tertinggi Obat

    Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) Obat Program Kesehatan (OPK) dan Obat Generik

    (OG);

    6. Perencanaan Pengadaan Obat Esensial dan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD)

    Sangat Esensial (Buffer Stock Nasional);

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    15/92

    7. Penyusunan Surat Izin Penyalur Alat Kesehatan dan Sertifikat Produksi Alat

    Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;

    8. Penyusunan Surat Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah

    Tangga;

    9. Monitoring Periklanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

    dalam rangka Perlindungan Konsumen.

    b. Kegiatan-kegiatan yang termasuk kesekretariatan antara lain:

    1. Penyusunan Rencana Kerja Lima Tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

    Alat Kesehatan;

    2. Penyusunan Laporan Kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan;

    3. Perencanaan Program dan Anggaran Tahunan;

    4. Perencanaan Kebutuhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

    5. Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana di Lingkungan Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

    6. Penyusunan Usulan Biaya Pemeliharaan Barang Milik Negara di Lingkungan Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

    7. Penyusunan Laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di Lingkungan Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

    8. Penyusunan Rumusan Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

    9. Penyusunan Usulan Jenis dan Besaran Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak

    (PNBP);

    10. Penyusunan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti rugi (TP/TGR);

    11. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria di

    bidang Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

    12. Penyusunan Rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan;

    13. Penyusunan Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan;

    14. Penyusunan Standar Operasional Prosedur di Bidang Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan;

    15. Penyusunan Penetapan Izin Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri

    Kosmetika, Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan Pedagang Besar Bahan Baku

    Farmasi (PBBBF);16. Penyusunan Penetapan Izin Prinsip Industri Farmasi, Izin Tetap Industri Farmasi, Izin

    Prinsip Industri Obat Tradisional dan Izin Tetap Industri Obat Tradisional;

    17. Penerbitan Surat Persetujuan Impor dan Ekspor, Narkotika, Psikotropika, dan

    Prekursor Farmasi;

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    16/92

    18. Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang Bina Kefarmasian

    dan Alat Kesehatan.

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    17/92

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    18/92

    11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

    pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat

    Esensial Nasional (recommending);

    12) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional menyempurnakan rancangan

    Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dan disampaikan kepada

    Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional (focal point);

    13) Sekretaris Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

    rancangan Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dan menyampaikan

    kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan(consulting);

    14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan

    Kepmenkes tentang Daftar Obat Esensial Nasional dan disampaikan kepada

    Menteri Kesehatan (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    19/92

    2. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia

    1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kepala

    Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat Rasional

    untuk melaksanakan penyiapan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang

    Farmakope Herbal Indonesia (recommending);

    2) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat

    Rasional meminta bahan/masukan kepada para pakar Perguruan Tinggi Negeri,

    Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Jenderal Bina

    Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Badan

    Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-OT(focal point);

    3) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan

    Medik, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan, Badan Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-

    OT menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang

    Farmakope Herbal Indonesia (informing);

    4) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat

    Rasional mengkoordinasikan masukan penyusunan rancangan Kepmenkes

    tentang Farmakope Herbal Indonesia dari para pakar Perguruan Tinggi Negeri,

    Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Jenderal Bina

    Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Badan

    Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-OT(coordinating);

    5) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat

    Rasional meminta Kepala Seksi Standardisasi Penggunaan Obat Rasional, serta

    Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional untuk

    menyampaikan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope

    Herbal Indonesia (focal point);

    6) Kepala Seksi Standardisasi Penggunaan Obat Rasional, serta Kepala Seksi

    Bimbingan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional untuk menyiapkan bahan

    penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia untuk

    disampaikan kepada Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis

    Penggunaan Obat Rasional (supporting);

    7) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Badan POM, Direktorat Jenderal Pelayanan

    Medik, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan, Badan Standarisasi Nasional, LIPI, BPPT BBPP TO-

    OT menyampaikan usulan/masukan untuk penyusunan rancangan Kepmenkes

    tentang Farmakope Herbal Indonesia (supporting);

    8) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat

    Rasional menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes

    tentang Farmakope Herbal Indonesia(focal point);

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    20/92

    9) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

    Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia(consulting);

    10) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional mengkoordinir pembahasan rancangan

    Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dan disampaikan kepada

    Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional (coordinating);

    11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

    pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope

    Herbal Indonesia(recommending);

    12) Kepala Subdirektorat Standarisasi dan Bimbingan Teknis Penggunaan Obat

    Rasional menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal

    Indonesia dan disampaikan ke Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional (focal

    point);

    13) Sekretaris Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

    rancangan Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesiadan menyampaikan

    kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan(consulting);

    14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan

    Kepmenkes tentang Farmakope Herbal Indonesia dan disampaikan kepada

    Menteri Kesehatan (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    21/92

    3. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

    1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kepala

    Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional untuk melaksanakan penyiapan

    penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

    (recommending);

    2) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional meminta Kepala Seksi

    bahan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium

    Spesialistik dari para pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi,

    Organisasi Profesi, Dinas Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah

    Sakit Propinsi dan Direktorat terkait. (focal point);

    3) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinas

    Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Propinsi dan

    Direktorat terkait menyampaikan usulan/ masukan penyusunan rancangan

    Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik (Informing);

    4) Kepala Subdirektorat Bina Obat esensial Nasional mengkoordinasikan masukan

    penyusunan rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dari para

    pakar Perguruan Tinggi Negeri, Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinas

    Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Propinsi dan

    Direktorat terkait(coordinating);

    5) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional meminta Kepala Seksi

    Strandarisasi Obat Esensial Nasional serta Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi

    untuk menyiapkan bahan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang

    Formularium Spesialistik (focal point);

    6) Kepala Seksi Standarisasi Obat Esensial Nasional dan Kepala Seksi Bimbingan

    dan Evaluasi Obat Esensial Nasional untuk menyiapkan bahan penyusunan

    rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik untuk disampaikan

    kepada Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional(supporting);

    7) Para pakar Perguruan Tinggi Negeri Akademisi, Praktisi, Organisasi Profesi, Dinas

    Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Propinsi dan

    Direktorat terkait menyampaikan usulan/ masukan untuk penyusunan rancangan

    Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik(supporting);

    8) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional menerima dan mengolah data

    usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik (focal

    point);

    9) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang Formularium

    Spesialistik (consulting);

    10) Direktur Bina Penggunaan Obat rasional mengkoordinir pembahasan rancangan

    Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik (coordinating);

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    22/92

    11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

    pertimbangan dalam rancangan Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik

    (recomending);

    12) Kepala Subdirektorat Bina Obat Esensial Nasional menyempurnakan rancangan

    Kepmenkes tentang Formularium Spesialistik dan disampaikan kepada Direktur

    Bina Penggunaan Obat Rasional (focal point);

    13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

    kembali rancangan Kepmenkes tenatng Formularium Spesialistik (consulting);

    14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan

    Kepmenkes tentangFormularium Spesialistik dan disampaikan kepada Menteri

    Kesehatan (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    23/92

    4. Penyebarluasan Informasi dan Peningkatan pengetahuan didalam Penggunaan

    Obat untuk masyarakat dengan Metode CBIA

    1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional menginstruksikan kepada Kepala

    Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional untuk melaksanakan

    penyiapan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi

    dan peningkatan Metode CBIA (recommending);

    2) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional meminta

    bahan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat tentang

    penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA dari Promosi Kesehatan

    Pusat, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PKM, LSM,

    YLKI, IKJ dan Media Elektronik (focal point);

    3) Promosi Kesehatan Pusat Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi,

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik

    (Radio) menyampaikan usulan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat

    tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA (Informing);

    4) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional mengkoordinasikan

    masukan tentang Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan

    informasi dan peningkatan Metode CBIA dari Promosi Kesehatan Pusat

    Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik (Radio)

    (coordinating);

    5) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional meminta Kepala Seksi

    Materi Promosi Penggunaan Obat Rasional serta Kepala Seksi Bimbingan

    Kerjasama Promosi Penggunaan Obat Rasional untuk menyiapkan bahan

    Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan

    peningkatan Metode CBIA(focal point);

    6) Kepala Seksi Materi Promosi Penggunaan Obat Rasional serta Kepala Seksi

    Bimbingan Kerjasama Promosi Penggunaan Obat Rasional untuk menyiapkan

    bahan/masukan tentang Pemberdayaan kepada masyarakat tentang

    penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA untuk disampaikan

    kepada Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional(supporting);

    7) Promosi Kesehatan Pusat Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi,

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PKM, LSM, YLKI, IKJ dan Media Elektronik

    (Radio) menyampaikan usulan/masukan untuk Pemberdayaan kepada masyarakat

    tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA (supporting);

    8) Kepala Subdirektorat Promosi Penggunaan Obat Rasional menerima dan

    mengolah data kegiatan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang

    penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA (focal point);

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    24/92

    9) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan memverifikasi data Pemberdayaan kepada masyarakat tentang

    penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode CBIA(consulting);

    10) Direktur Bina Penggunaan Obat rasional mengkoordinir usulan Pemberdayaan

    kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan peningkatan Metode

    CBIA (coordinating);

    11) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

    pertimbangan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan

    informasi dan peningkatan Metode CBIA(recomending);

    12) Kepala Subdirektorat Promosi Peenggunaan Obat Rasional menyempurnakan

    usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan

    peningkatan Metode CBIA dan disampaikan kepada Direktur Bina Penggunaan

    Obat Rasional (focal point);

    13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

    kembali usulan Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan

    informasi dan peningkatan Metode CBIA (consulting);

    14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan usulan

    Pemberdayaan kepada masyarakat tentang penyebarluasan informasi dan

    peningkatan Metode CBIA dan disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision

    making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    25/92

    5. Penyusunan Rancangan Kepmenkes tentang Daftar dan Harga Eceran Tertinggi

    Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), Obat Program Kesehatan (OPK), dan

    Obat Generik

    1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur

    Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk menyusun rancangan

    Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan

    dasar, obat program kesehatan, dan obat generik (recommending);

    2) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berdasarkan instruksi dari

    Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala

    Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk meminta

    bahan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan

    harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan,

    dan obat generik dari para Kepala Subdirektorat di lingkungan Direktorat Bina Obat

    Publik dan Perbekalan Kesehatan (focal point);

    3) Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,

    Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Subdirektorat

    Pemantauan dan Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,

    menginstruksikan kepada para Kepala Seksi terkait untuk menyiapkan

    usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga

    eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan

    obat generik dari Subdirektorat masing-masing (recommending);

    4) Para Kepala Seksi di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

    Kesehatan menyiapkan usulan/masukan penyusunan rancangan Kepmenkes

    tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat

    program kesehatan, dan obat generik dari Subdirektorat masing-masing

    (supporting);

    5) Kepala Subbagian Tata Usaha mengkoordinasikan usulan/masukan penyusunan

    rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan

    kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat generik di lingkungan

    Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (coordinating);

    6) Para Kepala Subdirektorat di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan

    Perbekalan Kesehatan menyampaikan usulan/masukan penyusunan rancangan

    Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan

    dasar, obat program kesehatan, dan obat generik dari Subdirektorat masing-

    masing untuk disampaikan kepada Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan

    Kesehatan melalui Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan

    Kesehatan (informing);

    7) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang dilaksanakan oleh

    Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    26/92

    menerima dan mengolah data usulan menjadi rancangan Kepmenkes tentang

    daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program

    kesehatan, dan obat generik (focal point);

    8) Para Kepala Subdirektorat di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan

    Perbekalan Kesehatan memverifikasi data rancangan Kepmenkes tentang daftar

    dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program

    kesehatan, dan obat generik (consulting);

    9) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mengkoordinasikan

    pembahasan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi

    obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat generik

    (coordinating);

    10) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

    pertimbangan dalam pembahasan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan

    harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan,

    dan obat generik (recommending);

    11) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan yang dilaksanakan oleh

    Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

    menyempurnakan rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran

    tertinggi obat pelayanan kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat

    generik(focal point);

    12) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan meneliti kembali rancangan

    Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan

    dasar, obat program kesehatan, dan obat generik (consulting);

    13) Sekretaris Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

    rancangan Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan

    kesehatan dasar, obat program kesehatan, dan obat generik dan menyampaikan

    kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan(consulting);

    14) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rancangan

    Kepmenkes tentang daftar dan harga eceran tertinggi obat pelayanan kesehatan

    dasar, obat program kesehatan, dan obat generik untuk disampaikan kepada

    Menteri Kesehatan (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    27/92

    6. Perencanaan Pengadaan Obat Esensial dan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar

    (PKD) sangat esensial (Buffer Stok Nasional)

    1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur

    Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk melaksanakan pengadaan

    Obat esensial dan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) sangat esensial

    (Buffer Stok Nasional) (recommending);

    2) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berdasarkan instruksi dari

    Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala

    Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk menerima

    dan menelaah data sisa Buffer Stok Nasional dari Subdirektorat Pemantauan dan

    Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (focal point);

    3) Kepala Seksi Pengadaan Obat mengolah dan menyiapkan daftar obat Buffer Stok

    Nasional yang akan dibeli pada tahun anggaran berjalan (supporting);

    4) Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

    menelaah dan meneliti kembali data obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli

    (focal point);

    5) Tim Teknis membuat SPEK dan meneliti/mengkaji serta memberi rekomendasi

    (recommending);

    6) Direktur Bina Obat Publik dan perbekalan Kesehatan meneliti dan memverifikasi

    jenis obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli (consulting);

    7) Kepala Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

    memperbaiki rancangan jenis obat Buffer Stok Nasional yang akan dibeli dan akan

    disampaikan kepada Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (focal

    point);

    8) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan jenis obat

    Buffer Stock Nasional (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    28/92

    7. Penyusunan Surat Izin Penyalur Alat Kesehatan dan Sertif ikat Produks i Alat

    Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

    1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur

    Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk menyusun surat keputusan Izin

    Penyalur Alat Kesehatan, sertifikat produksi alat kesehatan dan PKRT terhadap berkas

    pemohon yang disampaikan melalui loket setelah dipenuhi kewajibannya membayar

    PNBP (recommending);

    2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan instruksi dari

    Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala

    Subdirektorat yang terkait untuk menyusun surat keputusan Izin Penyalur Alat

    Kesehatan, sertifikat produksi Alat Keswehatan dan PKRT (focal point);

    3) Kepala Subdirektorat, Kepala Seksi dan Penilai terkait menyiapkan konsep/net surat

    keputusan Izin Penyalur Alat Kesehatan, dan menyampaikan data beserta persyaratan

    yang diperlukan (supporting);

    4) Kepala Sub Bagian Tata Usaha menyampaikan konsep dan net surat keputusan Izin

    Penyalur Alat Kesehatan, Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT kepada

    Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan Sekretaris Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan(supporting);

    5) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan surat keputusan

    Izin Penyalur Alat Kesehatan, Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT (decision

    making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    29/92

    8. Penyusunan Surat Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah

    Tangga

    1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur

    Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk menyusun naskah Izin Edar Alat

    Kesehatan dan PKRT terhadap berkas yang disampaikan pemohon melalui loket

    setelah dipenuhi kewajibannya membayar PNBP (recommending);

    2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan instruksi dari

    Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala

    Subdirektorat yang terkait untuk menyusun naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan

    PKRT (focal point);

    3) Kepala Subdirektorat, Kepala Seksi dan Penilai yang terkait menyiapkan konsep/net

    naskah Izin Edar Alat Kesehatan dan PKRT berikut data dan persyaratan yang

    diperlukan (supporting);

    4) Kepala Sub Bagian Tata Usaha menyampaikan konsep dan net naskah izin edar

    kepada Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (supporting);

    5) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan membaca dan meneliti naskah

    izin edar (consulting);

    6) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan naskah Ijin Edar

    Alat Kesehatan dan PKRT (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    30/92

    9. Monitoring Periklanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

    dalam rangka Perlindungan Konsumen

    1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Direktur

    Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk melaksanakan monitoring

    periklanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga dalam rangka

    perlindungan konsumen (recommending);

    2) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan instruksi dari

    Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan Kepala

    Subdirektorat terkait menyusun instrumen monitoring periklanan alat kesehatan dan

    perbekalan kesehatan rumah tangga (focal point);

    3) Kepala Subdirektorat terkait berkonsultasi dengan Direktur Bina Produksi dan

    Distribusi Alat Kesehatan (consulting);

    4) Kepala Seksi terkait menyampaikan surat pemberitahuan ke Dinas Provinsi sebagai

    koordinator dan Dinas Kabupaten/Kota sebagai pelaksana (supporting);

    5) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan dan mengirimkan hasil monitoring ke

    Dinkes Provinsi (supporting);

    6) Dinas Kesehatan Provinsi mengirimkan hasil monitoring ke Pusat/Direktorat Bina

    Produksi dan Distribusi Alkes (supporting);

    7) Kepala Subbagian Tata Usaha mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan monitoring

    periklanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (coordinating);

    8) Kepala Subdirektorat terkait bersama dengan Tim Penilai melakukan penilaian

    terhadap hasil monitoring yang diterima (focal point);

    9) Kepala Subdirektorat terkait menerima dan mengolah data hasil penilaian monitoring

    (focal point );

    10) Kepala Subdirektorat terkait menyusun laporan hasil monitoring untuk disampikan ke

    Direktur (focal point);

    11) Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan menerima dan menindaklanjuti

    hasil monitoring periklanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga

    (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    31/92

    TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIANO KEGIATAN PELAKU UTAMA

    (Focal Point)PEMBERI REKOMENDASI

    (Recommending)SEBAGAI KOORDINATOR

    (Coordinating)PEMBERI DUKUNGAN

    (Supporting)

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1PenyusunanRancanganKepmenkes

    tentang DaftarObat EsensialNasional (DOEN)

    (2)Kasubdit Bina OEN meminta bahan/masukanpenyusunan rancangan Kepmenkes tentangDOEN dari para Ka Dinkes Prop/Kab/Kota,RS Vertikal, RS Swasta, RS TNI Polri,pemegang program Direktorat terkait

    (5)Kasubdit Bina OEN meminta KasieStandarisasi OEN serta Kasie Bimbingan danEvaluasi untuk menyiapkan bahanpenyusunan rancangan Kepmenkes tentang

    DOEN

    (8)Kasubdit Bina OEN menerima dan mengolahdata usulan menjadi rancangan Kepmenkestentang DOEN

    (12)Kasubdit Bina OEN menyempurnakanrancangan Kepmenkes tentang DOEN dandisampaikan kepada Direktur Bina POR

    (1)Direktur Bina Penggunaan Obat Rasionalmenginstruksikan kepada Kasubdit Bina OEN

    untuk melaksanakan penyiapan Kepmenkestentang DOEN

    (11)Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahandan pertimbangan dalam pembahasanrancangan Kepmenkes tentang DOEN

    (4)Kasubdit Bina OEN mengkoordinasikanmasukan penyusunan rancanganKepmenkes tentang DOEN dari para KaDinkes Prop/Kab/Kota, RS Vertikal, RS

    Swasta, RS TNI Polri, pemegang programdan Direktorat terkait

    (10)Direktur Bina POR mengkoordinirpembahasan rancangan Kepmenkestentang DOEN

    (6)Kasie Standarisasi OEN serta KasieBimbingan dan Evaluasi untukmenyiapkan bahan rancangan Kepmenkestentang DOEN untuk disampaikan keKasubdit Bina OEN

    (7)Para Ka Dinkes Prop/Kab/Kota, RSVertikal, RS Swasta, RS TNI Polri,pemegang program Direktorat terkaitmenyampaikan usulan/masukan untukpenyusunan rancangan Kepmenkestentang DOEN

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    32/92

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    33/92

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    34/92

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    35/92

    TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIANO KEGIATAN PELAKU UTAMA

    (Focal Point)PEMBERI REKOMENDASI

    (Recommending)SEBAGAI KOORDINATOR

    (Coordinating)PEMBERI DUKUNGAN

    (Supporting)

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    5PenyusunanRancanganKepmenkes

    tentang Daftardan HargaEceranTertinggiObat PelayananKesehatanDasar (PKD),Obat ProgramKesehatan(OPK), dan ObatGenerik

    (2)Direktur Bina Oblik dan Perbekkesmenugaskan Kasubdit Penyediaan Oblik danPerbekes untuk meminta bahanusulan/masukan penyusunan rancanganKepmenkes tentang daftar dan harga ecerantertinggi PKD, OPK dan Obat Generik

    (7)Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkesmenerima dan mengolah data usulan menjadirancangan Kepmenkes

    (11)Kasubdit Penyediaan Oblik dan Perbekkesmenyempurnakan rancangan Kepmenkes

    (1)Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikanDirektur Bina Obat Publik dan Perbekalan

    Kesehatan untuk menyusun rancanganKepmenkes tentang daftar dan harga ecerantertinggi PKD, OPK dan Obat Generik

    (3)Para Kasubdit menginstruksikan kepadaKasie terkait untuk menyiapkanusulan/masukan penyusunan rancanganKepmenkes dari Subdit masing-masing

    (10)

    Dirjen Binfar dan Alkes memberikan arahandan pertimbangan dalam pembahasanrancangan Kepmenkes

    (5)Kasubbag TU mengkoordinasikanusulan/masukan penyusunan rancanganKepmenkes di lingkungan Direktorat BinaOblik dan Perbekkes

    (9)Direktur Bina Oblik dan Perbekkesmengkoordinasikan pembahasanrancangan Kepmenkes

    (4)Para Kasie menyiapkan usulan/masukanpenyusunan rancangan Kepmenkes dariSubdit masing-masing

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    36/92

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    37/92

    TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIANO KEGIATAN PELAKU UTAMA

    (Focal Point)PEMBERI REKOMENDASI

    (Recommending)SEBAGAI KOORDINATOR

    (Coordinating)PEMBERI DUKUNGAN

    (Supporting)

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    7PenyusunanSurat IzinPenyalur Alat

    Kesehatan danSertifikatProduksi AlatKesehatan danPKRT

    (2)Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alatkesehatan menugaskan Kasubdit yangterkait untuk menyusun surat keputusan IzinPenyalur Alat Kesehatan, sertifikat produksiAlkes dan PKRT

    (1)Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikanDirektur Bina Produksi dan Distribusi Alat

    Kesehatan untuk menyusunsurat keputusanIzin Penyalur Alat Kesehatan, sertifikatproduksi Alkes dan PKRT terhadap berkaspemohon yang disampaikan melalui loketsetelah dipenuhi kewajiban membayar PNBP

    (3)Kasubdit, Kasie dan penilai yang terkaitmenyiapkan konsep/net surat keputusanIzin Penyalur Alat Kesehatan, danmenyampaikan data beserta persyaratan

    yang diperlukan

    (4)Kasubbag Tata Usaha menyampaikankonsep dan net surat keputusan IzinPenyalur Alat Kesehatan, SertifikatProduksi Alkes dan PKRT kepada DirekturBina Produksi dan Distribusi dan SesditjenBinfar dan Alkes

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    38/92

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    39/92

    TATA HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIANO KEGIATAN PELAKU UTAMA

    (Focal Point)PEMBERI REKOMENDASI

    (Recommending)SEBAGAI KOORDINATOR

    (Coordinating)PEMBERI DUKUNGAN

    (Supporting)

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    9MonitoringPeriklanan

    Alk es dan

    PKRT dalamrangkaPerlindunganKonsumen.

    (2)Direktur Bina Produksi dan Distribusi AlatKesehatan menugaskan Kasubdit terkaitmenyusun instrumen monitoring periklananAlkes dan PKRT

    (8)Kasubdit terkait bersama dengan Tim Penilaimelakukan penilaian terhadap hasilmonitoring yang diterima

    (9)Kasubdit terkait menerima dan mengolahdata hasil penilaian monitoring

    (10)Kasubdit menyusun laporan hasil monitoringuntuk disampaikan ke Direktur

    (1)Dirjen Binfar dan Alkes menginstruksikanDirektur Bina Produksi dan Distribusi Alat

    Kesehatan untuk melaksanakan monitoringperiklanan Alkes dan PKRT dalam rangkaPerlindungan Konsumen

    (7)Kasubbag TU Direktorat Bina Produksidan Distribusi Alat Kesehatanmengkoordinasikan pelaksanaan kegiatanmonitoring periklanan Alkes dan PKRT

    (4)Kasie terkait menyampaikan suratpemberitahuan ke Dinkes Propinsi sebagai

    koordinator dan Dinkes Kab/Kota sebagaipelaksana

    (5)Dinkes Kab/Kota melaksanakan danmengirimkan hasil monitoring ke DinkesPropinsi

    (6)Dinkes Propinsi mengirimkan hasilmonitoring ke Pusat/ Direktorat BinaProduksi dan Distribusi Alkes

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    40/92

    Kegiatan-kegiatan yang termasuk kesekretariatan antara lain:

    1. Penyusunan Rencana Kerja Lima Tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

    dan Alat Kesehatan

    1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

    Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

    menyusun rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

    Alat Kesehatan (recommending);

    2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

    instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

    Kepala Bagian Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan

    penyusunan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

    Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);

    3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi

    dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat

    terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan

    dari Direktorat masing-masing (recommending);

    4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

    penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Direktorat masing-masing

    (supporting);

    5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    menginstruksikan Kepala Bagian Program dan Informasi untuk menyiapkan

    usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari Sekretariat Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

    6) Kepala Bagian Program dan Informasi dan para Kepala Subbagian Tata Usaha

    menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan dari

    Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya

    (supporting);

    7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima

    tahunan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

    8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

    usulan/masukan penyusunan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);

    9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah

    data usulan menjadi rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    41/92

    10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

    rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan (consulting);

    11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    mengkoordinasikan pembahasan rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);

    12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

    pertimbangan dalam pembahasan rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

    13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menyempurnakan

    rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

    Alat Kesehatan (focal point);

    14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

    kembali rancangan rencana kerja lima tahunan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

    15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan rencana kerja

    lima tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

    disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    42/92

    2. Penyusunan Laporan Kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan

    1. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

    Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

    menyusun laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan (recommending);

    2. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

    instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

    Kepala Bagian Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan

    penyusunan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan dari para Direktur (focal point);

    3. Para Direktur menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat terkait untuk

    menyiapkan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-

    masing (recommending);

    4. Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi

    usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Direktorat masing-masing

    (supporting);

    5. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    menginstruksikan Kepala Bagian Program dan Informasi untuk menyiapkan

    usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Sekretariat Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

    6. Kepala Bagian Program dan Informasi dan para Kepala Subbagian Tata Usaha

    menyiapkan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari Sekretariat dan

    Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya (supporting);

    7. Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan dari

    Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

    8. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    mengkoordinir usulan/masukan penyusunan laporan kegiatan Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);

    9. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolah

    data usulan menjadi rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

    10. Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

    laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan(consulting);

    11. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    mengkoordinasikan pembahasan rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    43/92

    12. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

    pertimbangan dalam pembahasan rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

    13. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menyempurnakan

    rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan (focal point);

    14. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

    kembali rancangan laporan kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

    Alat Kesehatan (consulting);

    15. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan laporan

    kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

    disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    44/92

    3. Perencanaan Program dan Anggaran Tahunan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

    Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

    menyusun rencana program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

    2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

    instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

    Kepala Bagian Program dan Informasi untuk meminta bahan usulan/masukan

    penyusunan rencana program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);

    3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi

    dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan para Kepala Subdirektorat terkait

    untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran

    tahunan dari Direktorat masing-masing (recommending);

    4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

    penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing

    (supporting);

    5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    menginstruksikan Kepala Bagian Program dan Informasi untuk menyiapkan

    usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan dari

    Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    (recommending);

    6) Kepala Bagian Program dan Informasi dan para Kepala Subbagian Tata Usaha

    menyiapkan usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan

    dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada

    atasannya (supporting);

    7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan rencana program dan

    anggaran tahunan dari Direktorat masing-masing kepada Direktur Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

    8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

    usulan/masukan penyusunan rencana program dan anggaran tahunan Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur (coordinating);

    9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menerima dan mengolahdata usulan menjadi rancangan program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

    10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

    program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan (consulting);

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    45/92

    11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    mengkoordinasikan pembahasan rancangan program dan anggaran tahunan

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (coordinating);

    12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

    pertimbangan dalam pembahasan rancangan program dan anggaran tahunan

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

    13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Program dan Informasi menyempurnakan

    rancangan program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

    dan Alat Kesehatan (focal point);

    14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

    kembali rancangan program dan anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

    15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan program dan

    anggaran tahunan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

    disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    46/92

    4. Perencanaan Kebutuhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun

    perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

    2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

    instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

    Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk meminta bahan usulan/masukan

    perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);

    3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,

    Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi dan

    Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat terkait

    untuk menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan

    sumber daya manusia dari Direktorat masing-masing (recommending);

    4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

    perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia dari Direktorat

    masing-masing (supporting);

    5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

    Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk menyiapkan usulan/masukan

    perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia dari Sekretariat

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

    6) Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian dan Para Kepala Subbagian Tata Usaha

    menyiapkan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber

    daya manusia dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan

    kepada atasannya (supporting);

    7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan

    pengembangan sumber daya manusia dari Direktorat masing-masing untuk

    disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui

    Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

    8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

    usulan/masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur

    (coordinating);

    9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menerima dan mengolahdata usulan menjadi rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

    10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

    kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    47/92

    11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    mengkoordinasikan pembahasan rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber

    daya manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    (coordinating);

    12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

    pertimbangan dalam pembahasan rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber

    daya manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    (recommending);

    13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menyempurnakan

    rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

    14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti kembali

    rancangan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

    15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan kebutuhan dan

    pengembangan sumber daya manusia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    48/92

    5. Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

    Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

    menyusun kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

    2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

    instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

    Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk meminta bahan usulan/masukan

    penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);

    3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina Produksi

    dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala Subdirektorat

    terkait untuk menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan

    prasarana dari Direktorat masing-masing (recommending);

    4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi usulan/masukan

    penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Direktorat masing-masing

    (supporting);

    5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    menginstruksikan Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian untuk menyiapkan

    usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari Sekretariat

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

    6) Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian dan Para Kepala Subbagian Tata Usaha

    menyiapkan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana dari

    Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada atasannya

    (supporting);

    7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan

    prasarana di lingkungan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada

    Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

    8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengkoordinir

    usulan/masukan penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para Direktur

    (coordinating);

    9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menerima danmengolah data usulan menjadi rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di

    lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

    10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

    penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    49/92

    11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    mengkoordinasikan pembahasan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di

    lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    (coordinating);

    12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

    pertimbangan dalam pembahasan rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di

    lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    (recommending);

    13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian menyempurnakan

    rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

    14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

    kembali rancangan kebutuhan sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

    15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan kebutuhan

    sarana dan prasarana di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    50/92

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    51/92

    7. Penyusunan Laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di Lingkungan Direktur Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan

    Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk

    menyusun laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (recommending);

    2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

    instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

    Kepala Bagian Keuangan untuk meminta bahan usulan/masukan penyusunan

    laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari para Direktur (focal point);

    3) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktur Bina

    Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, menginstruksikan kepada para Kepala

    Subdirektorat terkait untuk menyiapkan data realisasi anggaran dan investasi

    barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari Direktorat masing-masing

    (recommending);

    4) Kepala Subbagian Tata Usaha mengumpulkan dan mengkompilasi data realisasi

    anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari

    Direktorat masing-masing (supporting);

    5) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    menginstruksikan Kepala Bagian Keuangan untuk menyiapkan data realisasi

    anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan KIL) dari

    Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    (recommending);

    6) Kepala Bagian Keuangan dan Para Kepala Subbagian Tata Usaha menyiapkan

    data realisasi anggaran dan investasi barang milik negara (BH,BI,BP,KIB,KIR dan

    KIL) dari Sekretariat dan Direktorat masing-masing untuk disampaikan kepada

    atasannya (supporting);

    7) Para Direktur menyampaikan usulan/masukan penyusunan laporan SAI (SAK dan

    SIMAK BMN) di lingkungan dari Direktorat masing-masing untuk disampaikan

    kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Sekretaris

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (informing);

    8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    mengkoordinir usulan/masukan penyusunan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)

    di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Para

    Direktur (coordinating);9) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Keuangan menerima dan mengolah data usulan

    menjadi rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    52/92

    10) Para Direktur dan Sekretaris Direktorat Jenderal memverifikasi data rancangan

    laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

    11) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    mengkoordinasikan pembahasan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di

    lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    (coordinating);

    12) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memberikan arahan dan

    pertimbangan dalam pembahasan rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK

    BMN)di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    (recommending);

    13) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang

    dilaksanakan oleh Kepala Bagian Keuangan menyempurnakan rancangan laporan

    SAI (SAK dan SIMAK BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

    dan Alat Kesehatan (focal point);

    14) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

    kembali rancangan laporan SAI (SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat

    Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (consulting);

    15) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menetapkan Laporan SAI

    (SAK dan SIMAK BMN)di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

    Alat Kesehatan untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan (decision making).

  • 7/24/2019 Tata Hubungan Kerja Kefarmasian

    53/92

    8. Penyusunan Rumusan Indeks Satuan Biaya di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    1) Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menginstruksikan Sekretaris

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menyusun rumusan

    indeks satuan biaya di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan (recommending);

    2) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan

    instruksi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menugaskan

    Kepala Bagian Keuangan meminta data informasi tentang usulan Rumusan Indeks

    Satuan Biaya (focal point);

    3) Direktorat-direktorat, PK, Bendara Rutin, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa

    Bappenas, Rorengar dan Rokeukap memberikan data-data yang diminta

    (informating);

    4) Kepala Subbagian Anggaran meneliti/memperlajari/mengolah berkas usulan

    Rumusan Indeks Satuan Biaya (supporting);

    5) Kepala Bagian Keuangan menyusun, meneliti, memverifikasi dan mengkoreksi

    rancangan usulan Rumusan Indeks Biaya dan membuat surat undangan untuk

    pembahasan (focal point);

    6) Panitia membahas rancangan usulan Rumusan Satuan Biaya (recommending);

    7) Kepala Bagian Keuangan menyusun kembali rancangan usulan Rumusan Indeks

    Satuan Biaya yang telah dibahas dan diteruskan ke Sekretaris Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (focal point);

    8) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan meneliti

    memverifikasi rancangan Rumusan Indeks Satuan Biaya(consulting);

    9) Direktorat Jenderal Bina K