tata boga tata busana==hubungan antara kebiasaan makan

Upload: resi

Post on 05-Jul-2018

274 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    1/82

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    2/82

      ii

    PENGESAHAN KELULUSAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Jurusan

    Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

     pada:

    Hari :

    Tanggal :

    Panitia Ujian

    Ketua

    Dra. Dyah Nurani S., M.Kes

     Nip. 131764485

    Pembimbing I

    Dra. Atiek Zahrulianingdyah, M.Pd

     Nip. 131285578

    Pembimbing II

    Ir. Bambang Triatma, M.Si Nip. 131781325

    Sekretaris

    Dra. Erna Setyawati, M.Si

     Nip. 131570062

    Anggota Penguji

    1. Dra. Atiek Zahrulianingdyah, M.Pd

     Nip. 131285578

    2. Ir. Bambang Triatma, M.Si

     Nip. 131781325

    3. Dra. Zumiati

     Nip. 130345752

    Dekan Fakultas Teknik,

    Prof. Dr. Soesanto

     Nip. 130875753 

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    3/82

      iii

    ABSTRAK

    Fatimah, Siti, 2006.  Hubungan Antara Kebiasaan Makan Masyarakat Betawi dengan Kondisi Sosial Ekonomi dan Kecukupan Energi di Kelurahan Kelapa

     Dua Kebun Jeruk Jakarta-Barat. Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas

    Teknik, Universitas Negeri Semarang.

    Pangan dan Gizi merupakan faktor penting dalam peningkatan sumber

    daya manusia. Konsumsi makan yang baik dapat dicapai melalui peningkatan

     jumlah dan mutu gizi makan yang dikonsumsi. Kebiasaan makan pada masyarakat

    akan mempunyai peran yang penting dalam pembentukan kebiasaan makan

    keluarga dan individu. Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok

    individu dalam memilih makan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap

     pengaruh fisiologik, sosial dan budaya. Permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana gambaran kebiasaan makan masyarakat

    Betawi. 2). Bagaimana gambaran kebiasaan makan dilihat kondisi sosial ekonomi

    dan kecukupan energi 3). Adakah hubungan antara kebiasaan makan dengan

    kondisi sosial ekonomi dan kecukupan energi. Tujuan penelitian ini adalah untuk

    mengetahui:1). gambaran kebiasaan makan masyarakat Betawi, 2).untuk

    mengetahui gambaran tentang kebiasaan makan masyarakat Betawi dengan

    kecukupan energi, 3).untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan makan

    masyarakat Betawi dengan kondisi sosial ekonomi dan kecukupan energi.

    Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu rumah tangga yang berusia 30-40

    tahun yang berjumlah 33 orang, karena subyek penelitian kurang dari 100 maka

     peneliti mengambil semuanya sebagai sampel sehingga penelitian ini merupakan

     penelitian populasi. Variabel yang diteliti adalah variabel bebas (X) dalam

     penelitian ini ada 2 yaitu (X1) kebiasaan makan dan (X2) kondisi sosial ekonomi.

    Untuk variabel terikat (Y) adalah angka kecukupan energi. Pengumpulan data

    yang digunakan adalah metode dokumentasi, metode angket dan metode recall.Uji coba instrumen (uji validitas dan reliabilitas) peneliti mengambil 20 responden

    diluar populasi yang memiliki kondisi tidak jauh berbeda dengan populasi. Teknik

    analisis yang digunakan adalah deskritif persentase, korelasi ganda dan koefisien

    determinasi, yang sebelumnya data diuji dengan uji normalitas data.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan dari 33

    responden terdapat 15 responden (45,45%) yang memiliki kebiasaan makansangat baik, 18 responden (45,55%) memiliki kebiasaan makan yang baik. Untuk

    kondisi sosial ekonomi ada 4 (12,12%) dengan kriteria sangat baik, 15 (45,450%)

    kriteria baik, 14 (42,42%) dalam kriteria cukup, sedangkan untuk kecukupan

    energi 22 responden (66,67%) kategori kurang baik, 7 responden (8,03%) kategori

     baik dan 3 responden (9,09%) kategori sangat baik. Analisis data membuktikan

    ada hubungan antara kebiasaan makan dan kondisi social ekonomi dengan

    kecukupan energi.

    Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kebiasaan makan masyarakat

    Betawi termasuk dalam kategori baik terlihat dari pola konsumsi pangan, ideologi

     pangan, prefrensi pangan dan sosio budaya. Tingkat kondisi sosial ekonomi

    termasuk baik, dari segi penghasilan, keadaan rumah dan perlengkpan rumah

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    4/82

      iv

    tangga. Ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan masyarakat

    Betawi dengan kondisi sosial ekonomi dan kecukupan energi. Perlu dilakukan

     penelitian ulang karena alat ukur yang digunakan kurang dapat mengungkapkondisi yang sebenarnya.

     Kata kunci: Kebiasaan Makan, Kecukupan Energi

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    5/82

      v

    MOTTO

    “  Jika suatu saat kamu merasa lebih diantara mereka, maka janganlah kamu

    melupakan orang-orang yang berjasa dibalik kesukseksaanmu dan jangan pula

    melupakan mereka yang masih membutuhkan sentuhan lembut tanganmu, karena

    sebenarnya kesuksesan itu adalah sebagian ujian Allah kepada Hamba-Nya.

    “ Sesuatu yang sederhana itu lebih dari cukup, jika engkau qana’ah,

    maka sesuatu yang sedikit itu mencukupi.

    (Abdul Aziz Al-husein).

    PERSEMBAHAN

    Abah dan Emak yang tercinta 

    “Putrimu tak akan pernah bisa membalas seluruh tangis, keringat dan

     pengorbanan abah dan emak, hanya ini yang mampu putrimu persembahkan”

    Ka’yayah, Dijah, Arip, Nurma, Khair, Rahman dan keluarga besar H. Subagio 

    “Terima kasih atas doa, kasih sayang, kepercayaan dan dorongannya”

    Yang berarti dalam hidupku

    “Terima kasih untuk semangat, perhatian dan kasih sayang yang diberikanselama ini“

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    6/82

      vi

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

    melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan

    skripsi dengan judul “Hubungan Antara Kebiasaan Makan Masyarakat Betawi dengan

    Kondisi Sosial Ekonomi dan Kecukupan Energi”.

    Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas

    dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penyusun mengucapkan terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

    1.  Prof. Dr. Soesanto Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang

    telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

    2.  Dra. Dyah Nurani S., M.Kes, Ketua jurusan teknologi jasa dan produksi

    3.  Ibu Dra. Atiek Zahrulianingdyah, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah

    dengan ikhlas dan sabar meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan.

    4.  Bapak Ir. Bambang Triatma, M.Si, pembimbimg II yang telah dengan ikhlas

    dan sabar meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan.

    5.  Ibu Suyatmi, SH, selaku sekretaris lurah Kelapa Dua yang memberikan ijin

    Penyusunan dalam penyusunan skripsi ini.

    6.  Ibu rumah tangga yang menjadi responden khususnya yang berada di RT.008

    kelurahan Kelapa Dua

    7.  Kepada Sahabat-sahabatku: Riris, Umi, Sari, Fitrah, Leni, Fuaz, Udin, Ruly

    dan Oding yang selalu memberi semangat.

    Semoga bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal shaleh dan mendapat

     pahala yang setimpal dari Allah SWT serta mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    7/82

      vii

    Penyusun menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangan dan kelemahan.

    Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat Penyusun harapkan.

    Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan yang telah

    diberikan selama menyusun skripsi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat

     bagi semua pihak.

    Semarang, April 2006

    Siti Fatimah

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    8/82

      viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

    ABSTRAK ......................................................................................................... iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Alasan Pemilihan Judul ........................................................... 1

    B. Permasalahan ........................................................................... 4

    C. Penegasan Istilah ..................................................................... 4

    D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7

    E. Manfaat Penelitian .................................................................. 8

    F. Sistematika Skripsi .................................................................. 8

    BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    A. Landasan Teori ........................................................................ 10

    1. Tinjauan Tentang Kebutuhan Makan ................................ 10

    2. Pengertian Tentang Kebiasaan Makan .............................. 11

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan ..... 13

    4. Pengertian Masyarakat Secara Umum .............................. 19

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    9/82

      ix

      5. Golongan Masyarakat Betawi ........................................... 22

    6. Kondisi Sosial Ekonomi .................................................... 25

    7. Kecukupan Energi ............................................................. 30

    B. Kerangka Berfikir ................................................................... 34

    C. Hipotesis .................................................................................. 35

    BAB I II METODE PENELITIAN

    A. Populasi dan Sampel ............................................................... 36

    C. Variabel Penelitian .................................................................. 37

    D. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 38

    E. Instrumen Penelitian ............................................................... 40

    F. Teknik Analisis Data ............................................................... 43

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ....................................................................... 47

    B. Pembahasan ............................................................................... 61

    C.Kelemahan Penelitian ................................................................ 63

    BAB V PENUTUP

    A. Simpulan ................................................................................. 65

    B. Saran ........................................................................................ 66

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    10/82

      x

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel l. Kecukupan Rata-Rata yang Dianjurkan ......................................... 14

    Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi Energi Individu ........................................ 39

    Tabel 3. Mata pencaharian Masyarakat Betawi Kelapa Dua......................... 48

    Tabel 4. Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden....................................... 55

    Tabel 5. Tingkat Penghasilan Keluarga ........................................................ 56

    Tabel 6. Jenis Perkerjaan .............................................................................. 57

    Tabel 7. Kategori Kecukupan Energi ........................................................... 59

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    11/82

      xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman 

    Lampiran 1. Pengantar Angket Penelitian .................................................... 69

    Lampiran 2. Angket Penelitian .................................................................... 70

    Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen.................................................................. 81

    Lampiran 4. Analisis Hasil Uji Coba Angket .............................................. 82

    Lampiran 5. Perhitungan Validitas Angket ................................................. 84

    Lampiran 6. Perhitungan Reliabilitas Angket ............................................. 85

    Lampiran 7. Data Kebiasaan Makan Masyarakat Betawi ........................... 86

    Lampiran 8. Data Kondisi Sosial Ekonomi ................................................. 88

    Lampiran 9. Tabel Angka Kecukupan Energi ............................................. 89

    Lampiran 10. Regression ............................................................................... 90

    Lampiran 11. Histogram................................................................................. 92

    Lampiran 12. Surat Tugas Pembimbing ........................................................ 93

    Lampiran 13. Permohonan Izin Penelitian .................................................... 94

    Lampiran 14. Surat Keterangam Selesai Penelitian Dari Kelurahan

    Kelapa Dua .............................................................................. 95

    Lampiran 15. Peta Kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Kebun Jeruk

    Jakarta-Barat ........................................................................... 96

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    12/82

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Bab pendahuluan memberikan gambaran secara umum, mengenai skripsi

    yang mencakup alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan penelitian, penegasan

    istilah, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

    A.  Alasan Pemilihan Judul

    Pangan dan gizi merupakan faktor penting dalam peningkatan sumber

    daya manusia, konsumsi pangan yang baik dapat dicapai melalui peningkatan

     jumlah dan mutu gizi pangan yang dikonsumsi. Menurut Drajat Budiman

    (1996:2) kualitas pertumbuhan seseorang dipengaruhi oleh jumlah dari mutu

    makanan yang dikonsumsi, disamping pengaruh faktor lingkungan dan genetika.

    Dengan kata lain pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah hasil

    interaksi antara potensi genetik, faktor lingkungan dan konsumsi pangan.

    Kebiasaan makan yang baik dapat menjamin pertumbuhan fisik dan mental

    yang baik.

    Kebiasaan makan yang ada pada masyarakat antara satu dengan daerah

    lain dapat berbeda, mungkin pangan tertentu dikonsumsi oleh suatu

    masyarakat, tetapi pada masyarakat yang lain bisa saja pangan tersebut tidak

    dikonsumsi. Adanya kebiasaan pangan yang berbeda-beda tersebut bisa

    diakibatkan dari unsur-unsur budaya yang ada pada masyarakat itu sendiri

    (Suhardjo, 1989). Pembentukan kebiasaan makan pada masyarakat

    mempunyai peran penting dalam kebiasaan makan pada keluarga dan indivu.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    13/82

      2

    Kebiasaan makan yang dianut oleh anak, juga akibat belajar dari keluarga

    terutama dari kedua orang tua, sebagaimana dikemukan oleh Gifft, dkk.

    Kebiasaan pangan bukan bawaan sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar

    yang dimulai dari sejak masa kanak-kanak. Selain oleh unsur budaya yang

    ada pada masyarakat, terbentuknya kebiasaan makan juga dipengaruhi oleh

    faktor-faktor yang lain seperti dikemukakan oleh Sanjur dikutip oleh Soedikarjati

     bahwa kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu dalam

    memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh

    fisiologik, sosial dan budaya. Atas dasar inilah terbentuknya kebiasaan pangan

    yang ada pada individu maupun keluarga sebenarnya adalah dalam rangka

     penyesuaian untuk memenuhi kebutuhan fisik, penyesuaian dengan kebutuhan

    sosial artinya tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada, juga penyesuaian

    dengan budaya yang ada pada masyarakat.

    Kelurahan Kelapa Dua merupakan daerah yang banyak ditempati oleh

    masyarakat dari suku Betawi yang ada di wilayah Kecamatan Kebun Jeruk

    Jakarta-Barat, adalah daerah yang penduduknya berkerja sebagai wiraswasta,

     berkerja di instansi pemerintah sebagai pegawai negeri dan bekerja

    sampingan yang mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik. Melalui

     pengamatan masyarakat setempat memakan-makan yang tidak memenuhi

    kecukupan energi yang diperlukan oleh tubuh, mereka makan denngan menu apa

    adanya asal kenyang, yang penting gaya hidup (life style) bisa terlihat dengan

     baik.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    14/82

      3

    Rendahnya pendapatan merupakan rintangan lain yang menyebabkan

    orang-orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan.

    Rendahnya pendapatan, mungkin disebabkan karena mereka menganggur

    atau setengah menganggur karena susahnya memperoleh lapangan kerja yang

    sesuai dengan keinginannya. Ada pula keluarga yang sebenarnya mempunyai

     penghasilan cukup akan tetapi sebagian anaknya memiliki gizi kurang. Hal ini

    disebabkan karena cara mengatur belanja yang terlalu sedikit dan lebih banyak

    diperuntukan bagi pembelian barang-barang lain yang bersifat konsumtif karena

     pengaruh lingkungan.

    Berdasarkan uraian di atas, maka mendorong peneliti untuk membuat

    skripsi dengan judul “Hubungan antara Kebiasaan Makan Masyarakat

    Betawi dengan Kondisi Sosial Ekonomi dan Kecukupan Energi di

    Kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Kebun Jeruk Jakarta-Barat“.

    Adapun alasan pemilihan judul adalah sebagai berikut :

    1.  Peneliti tertarik untuk mengetahui jenis konsumsi makan masyarakat

    Betawi, apakah yang dikonsumsi sudah memenuhi zat gizi yang dibutuhkan

    oleh tubuh.

    2. 

    Penentuan lokasi penelitian ini sangat menguntungkan bagi peneliti baik

    dari segi waktu, tenaga maupun biaya. Karena peneliti berdomosili di

    Kelurahan Kelapa Dua Jakarta-Barat sebagai tempat untuk penelitian.

    3. 

    Kondisi Sosial ekonomi pada masyarakat Betawi terbilang cukup ada tapi

    untuk makan sehari-hari tidak sesuai dengan keadaan sosial ekonominya.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    15/82

      4

    Berangkat dari pengamatan ini peneliti ingin mengetahui keadaan yang

    sebenarnya.

    B.  Permasalahan

    1.  Bagaimana gambaran kebiasaan makan pada masyarakat Betawi?

    2.  Bagaimana gambaran kebiasaan makan pada masyarakat Betawi dilihat

    dari kecukupan energi?

    3. 

    Adakah hubungan kebiasaan makan masyarakat Betawi dilihat dari kondisi

    sosial ekonomi dan kecukupan energi?

    C.  Penegasan Istilah

    Skripsi ini berjudul “Hubungan antara kebiasaan makan masyarakat

    Betawi dengan kondisi sosial ekonomi dan kecukupan gizi “Apabila kita

     perhatikan judul skripsi tersebut maka ada beberapa istilah yang perlu

    mendapatkan penegasan istilah untuk memudahkan pemahaman, maka penuli

    membatasi istilah ini agar tidak terjadi salah pengertian. Adapun istilah-istilah

    yang perlu dipertegas sebagai berikut:

    1.  Hubungan

    Hubungan adalah keterkaitan antara gejala yang satu terhadap

    gejela yang lain (Komaruddin, 1986).

    Hubungan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah hubungan

    antara kebiasaan makan dengan kondisi sosial ekonomi dan kecukupan

    gizi pada masyarakat Betawi.

    2. 

    Kebiasaan Makan

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    16/82

      5

    Kebiasaan makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang

    memilih pangan dan memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-

     pengaruh fisiologik, psikologi, budaya dan sosial (Suhardjo, dkk.,

    1989:20).

    Sedangkan menurut Soedikarjati (2001) kebiasaan makan adalah

     berhubungan dengan tindakan untuk mengkonsumsi pangan, bilamnana

    dan berapa banyaknya; dengan mempertimbangkan dasar yang lebih

    terbuka dalam hubungannya dengan apa yang orang biasa makan; juga

     berkaitan dengan kemungkinan kondisi perubahan kebiasaan pola pangan

    yang timbul dari dalam dan luar dirinya.

    Kebiasaan makan yang dimaksud dalam skripsi adalah cara makan

    yang sudah membudaya dalam diri seseorang atau sekelompok masyarakat

    dalam hal ini adalah masyarakat Betawi yang mempunyai pola makan

    asal kenyang tidak memperhatikan zat gizi dalam bahan makanan yang

    akan dimakan. Faktor-faktor Kebiasaan makan yang akan diukur meliputi

    konsumsi pangan, frekuensi makan, preferensi pangan, ideologi pangan

    dan sosial budaya pangan.

    3.  Masyarakat Betawi 

    Masyarakat menurut (Suhardjo, 1989:6) yaitu terdiri dari orang-

    orang yang memiliki rasa kebersamaan, menujukkan identitas yang jelas.

    Dimana didalamnya mereka melakukan kegiatan-kegiatan bagi kepentingan

    mereka selama atau sebagai besar hidupnya berada dalam kehidupan

     budaya masyarakatnya di suatu wilayah geografik tertentu.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    17/82

      6

    Menurut beberapa ibu rumah tangga yang asli Betawi menjelaskan

     bahwa masyarakat Betawi adalah masyarakat asli Jakarta yang terlahir

    secara turun menurun dan menetap di Jakarta yang dikenal

    JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi)

    Sedangkan menurut (Soekanto, 1978:10) menjelaskan bahwa yang

    dimaksud masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan

    kebudayaan. Dengan demikian tak ada masyarakat yang tidak mempunyai

    kebudayaan. Sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai

    wadah pendahulunya.

    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah

    orang-orang yang hidup bersama untuk melakukan kegiatan bagi

    kepentingan bersama atau sebagian besar hidupnya berada dalam kehidupan

     budaya, dalam hal ini budaya Betawi yang wilayah geografiknya berada di

    Jakarta.

    4.  Kondisi Sosial Ekonomi

    Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan seseorang dalam kelompok

    manusia yang ditentukan oleh pendapatan, tingkat pendidikan dan status

    rumah tinggal (Abdul syani, 1989:90).

    Sedangkan menurut GFS. Chapin dalam buku Svalastoga (1989:26)

    kondisi sosial ekonomi adalah posisi yang ditempati individu atau keluarga

     berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang pemilikan

    kultural, pendapatan, efektif, pemilikan barang-barang dan persiapan dalam

    aktivitas kelompok komunitasnya.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    18/82

      7

    Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud dalam skripsi adalah posisi

    atau kedudukan seseorang atau keluarga dalam masyarakat berkaitan dengan

    faktor-faktor tingkat pendidikan, pendapatan, jenis pekerjaan, pemilikan

    kekayaan atau fasilitas serta jenis rumah tinggal.

    5.  Kecukupan energi

    Kecukupan energi ( Energi allowances) adalah jumlah energi yang

    harus dipenuhi seseorang atau rata-rata kelompok orang agar hampir

    semua orang sehat.

    Kecukupan energi yang dimaksud dalam skripsi adalah seseorang

    dalam memenuhi zat energi setiap hari agar tidak terjadi defisiensi

    energi.Untuk melihat seseorang itu sudah terpenuhi energi dengan cara melihat

    konsumsi makan dan menghitung kalori dan dibandingkan dengan angka

    kecukupan gizi (AKG).

    D. 

    Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1.  Untuk mengetahui gambaran tentang kebiasaan makan pada masyarakat

    Betawi.

    2.  Untuk mengetahui gambaran tentang kebiasaan makan pada masyarkat

    Betawi dengan kecukupan energi.

    3.  Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan makan pada masyarakat

    Betawi dengan kondisi sosial ekonomi dan kecukupan energi

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    19/82

      8

    E.  Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

    1.  Manfaat bagi penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan

    tentang hubungan kebiasaan makan pada masayarakat Betawi dengan

    kondisi sosial ekonomi dan kecukupan gizi.

    2. 

    Manfaat bagi Perguruan Tinggi

    Sebagai sumbangan referensi dan kepustakaan jurusan Teknologi Jasa Produksi.

    Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

    3.  Manfaat bagi Masyarakat

    Memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dengan cara

    mengadakan penyuluhan di Ibu-ibu PKK atau kegiatan sosial bagi

    masyarakat Betawi di Kelurahan Kelapa Dua dan masyarakat Betawi pada

    umumnya untuk memperbaiki kebiasaan makan dengan kondisi sosial

    ekonomi yang tidak berkecukupan tetapi kebutuhan zat gizinya terpenuhi.

    F.  Sistematika Skripsi

    Untuk memudahkan dalam memahami skripisi ini, maka sistematika skripsi

    adalah sebagai berikut:

    1. 

    Bagian awal berisi halaman judul, halaman pengesahan, halaman moto dan

     persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran dan

    abstrak.

    2.  Bagian isi terdiri dari lima bab yaitu:

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    20/82

      9

    BAB I Pendahuluan berisi alasan, pemilihan judul, permasalahan, penegasan

    istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi.

    BAB II Landasan teori dan hipotesis berisi tentang kebiasaan makan,

    masyarakat Betawi, kondisi sosisl ekonomi dan kecukupan

    energi.

    BAB III Metode penelitian, menjelaskan mengenai prosedur tentang

    teknik pengambilan populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian,

    instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan metode

    analisis data.

    BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hubungan kebiasaan

    makan masyarakat Betawi dengan kondisi sosial ekonomi dan

    kecukupan energi di Kelurahan Kelapa Dua.

    BAB V Kesimpulan dan saran berisi rangkuman hasil penelitian yang

    ditarik dari analisis data dan pembahasan. Saran berisi masukan

    yang berkaitan dengan penelitian.

    3.  Bagian akhir skripsi yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-

    lampiran.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    21/82

    10 

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    Landasan teori ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan masalah

    yang akan dibahas, sehingga dapat memberikan yang jelas dan dapat mencapai tujuan

    yang diharapkan. Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap

     permasalahan yang akan diteliti melalui data yang terkumpul.

    Dalam Bab II akan diulas mengenai: Kebutuhan makan, kebiasaan makan,

    masyarakat Betawi, sosial ekonomi dan kecukupan gizi.

    A.  Landasan Teori

    1.  Tinjauan Tentang Kebutuhan makan

    Makanan yang mencukupi zat gizi adalah yang berisi semua zat gizi

    yang penting dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

    Manusia membutuhkan bahan-bahan untuk bergerak, membangun,

    mengatur dan melindungi. Bahan-bahan itu merupakan zat-zat makanan

    yang berasal dari makanan sehari-hari. Zat-zat makanan disebut juga zat-

    zat gizi yang terdiri dari hidrat arang, protein, vitamin, mineral dan air.

    Berdasarkan kebutuhan tubuh akan zat makanan, maka dapat

    dikelompokkan bahan makanan menjadi tiga golongan besar, yaitu bahan

    makanan sumber zat tenaga untuk bergerak, terdapat pada nasi, kentang,

    gandum, tepung-tepungan dan umbi-umbian. Sedangkan zat pembangun

    terdapat pada ikan, daging, telur, ayam, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.

    Adapun sumber zat pengatur terdapat pada sayuran dan buah-buahan.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    22/82

      11

    Dengan memanfaatkan ketiga golongan bahan makanan tersebut maka

    dapat melakukan kegiatan hidup dengan baik. Kebutuhan makanan tiap

    orang berbeda satu sama lain, tergantung jenis kelamin, aktivitas, tinggi dan

     berat badan serta usia. Misalnya wanita tinggi 155 cm dan berat badan 53 kg

     berarti beratnya standar sedang, kalau berusia 35 tahun, maka kebutuhan

    kalorinya sekitar 2.000 kalori.(Sumita, 2002:12)

    2.  Pengertian tentang kebiasaan makan

    Kebiasaan makan terbentuk dalam diri seseorang sebagai akibat

     proses sosialisasi yang diperoleh dari lingkungannya, meliputi aspek

    kognitif, afektif dan psikomotorik (Suhardjo, 1990:9). Berkaitan dengan

     pernyataan tersebut, Suhardjo (1989: 140), mengatakan bahwa kebiasaan

    makan adalah sesuatu gejela budaya dan sosial yang dapat memberi

    gambaran perilaku dari nilai-nilai yang dianut oleh seseorang atau

    sekelompok masyarakat. Sedangkan menurut (M.Khumaidi, 1989:27).

    Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalm memenuhi

    kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan

     pemilihan makanan. Untuk mengukur kebiasaan makan ada tiga cara yang

    dilakukan menurut (Suhardjo, 1989:144) yaitu:

    a.  Metode Inventaris (inventory method )

    Metode inventaris biasanya digunakan pada survei konsumsi

     pangan keluarga atau rumah tangga. Prinsipnya adalah melakukan

    inventaris dan penimbangan langsung terhadap semua jenis bahan

    makanan mulai dari awal sampai akhir survei. Bila survei ingin

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    23/82

      12

    mengetahui konsumsi, kebutuhan dan tingkat konsumsi setiap dalam

    keluarga atau rumah tangga, maka perlu dicatat konsumsi pangan

    setiap anggota keluarga atau rumah tangga, informasi tentang umur,

     berat badan, tinggi badan, jenis pekerjaan.

     b.  Pengamatan Berpatisipan

    Pengamatan berpatisipan adalah metode antropologi untuk

    mengadakan kontak lama, intensif dan bervariasi dengan orang-orang

    lain serta pendapat-pendapat mereka. Pendekatan ini mempunyai tiga

    tujuan pokok: (a) Pengembangan pengertian intensif terhadap budaya lain,

    (b) Pengumpulan data yang akurat, dan (c) Pembentukan perspektif

    yang menyeluruh.

    c. 

    Penelitian Survei

    Penelitian survei bersifat lebih formal dari pada penelitian

     berpatisipan. Biasanya dalam penelitian survei nilai-nilainya (atau jawaban-

     jawabannya) dalam bentuk sistematis artinya sudah dibagi dalam

    kategori tetap dan merupakan wawancara yang distukturkan, dimana

     para responden tidak bebas merumuskan jawabannya sendiri, tetapi

    mereka diberikan sejumlah kemungkinan memilih secara terbatas.

    Jawaban-jawabannya disandikan sebelumnya ( precoded ). Selain ketiga

    cara di atas, dalam penilaian kebiasaan makan dilakukan dengan metode

    recall (mengingat kembali) selama 1 kali 24 jam dan dilakukan sebanyak

    3 kali kemudian dikoreksikan dengan daftar komposisi bahan makanan.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    24/82

      13

    Metode recall sering digunakan untuk survei konsumsi individu

    dibanding keluarga dan survei konsumsi keluarga bila semua anggota

    keluarga diwawancari atau salah seorang keluarga mengetahui tentang

    konsumsi anggota keluarga lainnya, biasanya ibu rumah tangga (Suhardjo,

    1989:169).

    Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan

     jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada masa lalu. Wawancara

    dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat mengungkapkan

     jenis bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa hari yang lalu.

    Wawancara dapat berlangsung dengan baik bila kuesioner diurutkan

    waktu makan dan pengelompokan pangan berupa makan pagi, makan

    siang, makan malam dan snack  atau makanan jajanan.

    Menurut Suhardjo (1989:169) pengelompokan bahan makanan

    dapat berupa bahan makanan pokok, sumber protein, nabati (kacang-

    kacangan). Sumber protein hewani (daging, ikan, telur, susu), sayuran,

     buah-buahan dan lain-lain. Untuk penaksiran jumlah pangan yang

    dikonsumsi biasanya digunakan ukuran rumah tangga (URT) seperti

     potong, ikat, piring, atau alat ukur lain.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan individu

    atau masyarakat menurut teori multidisional Snjur dan Scoma (1977)

    dalam Ali khomsan (2004:72) adalah:

    1)  Konsumsi pangan 

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    25/82

      14

    Konsumsi pangan merupakan susunan beragamnya pangan

    yang biasa dikonsumsi oleh suatu negara atau daerah tertentu

    meliputi: jumlah yang dimakan, jenis bahan pangan dan waktu

    makan. Sebagian besar penduduk miskin di daerah pedesaan hanya

    mengkonsumsi makan satu kali sehari. Hal ini disebabkan kondisi

    ekonomi masyarakat sangat lemah serta adanya kekurangan bahan

     pangan dan bahan bakar sebagai pemenuhan kebutuhan pokok

    sehari-hari. Kebiasaan makan yang salah ini sangat berpengaruh

    terhadap kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

    Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan untuk ibu

    usia 30-49 tahun sebagai berikut :

    Tabel 1: Kecukupan rata-rata yang dianjurkan

    Zat gizi Umur 30-49 tahun

    Energi (Kkal)

    Protein (G)

    Vitamin A (RE)

    Vitamin D (ug)

    Vitamin E (mg)

    Vitamin K (mg)

    Tiamin (mg)

    Riboflavin (mg)

     Niasin (mg)

    Vitamin B12 (ug)

    Asam folat (ug)

    1800

    50

    500

    5

    15

    55

    1

    1,1

    14

    2,4

    400

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    26/82

      15

    Piridoksin (mg)

    Vitamin C (mg)

    Kalsium (mg)

    Fosfor (mg)

    Besi (mg)

    Seng (mg)

    Yodium (ug)

    Selenium (ug)

    1,3

    75

    800

    600

    26

    9,8

    150

    30

    2)  Preferensi pangan 

    Kesukaan atau pilihan terhadap makanan akan menentukan

     jumlah konsumsi pangan seseorang. Faktor penting dalam

     pemilihan pangan meliputi: aroma, suhu, warna dan bentuk.

    Penampilan bentuk dan tekstur makanan untuk anak-anak, remaja

    dan orang dewasa harus dibedakan agar memperoleh kesan yang

    menyenangkan pada waktu mengunyah dan memakannya.

    Pengaruh reaksi panca indera terhadap pangan, kesukaan pangan

     pribadi serta pendekatan melalui media massa (seperti radio, televisi,

     pamflet dan iklan) dapat merubah kebiasaan makan seseorang. 

    3) 

    Ideologi pangan 

    Pengetahuan tentang pangan dan gizi penting dimiliki oleh

    seseorang ibu, karena mempunyai peran besar dalam penyediaan

     pangan keluarga. Konsumsi pangan yang cukup akan sumber zat

    gizi adalah mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk

    energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Pengetahuan ibu

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    27/82

      16

    tentang gizi sangat berperan penting didalam memilih, menyusun,

    mengolah dan menyajikan makanan yang sehat dan kaya akan

    sumber gizi.

    4)  Frekuensi makan 

    Pengertian frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam

    sehari meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan

    selingan (Depkes, 1994:66).

    Menurut Ellen G.W (1991:190) bahwa bagi penduduk dunia

    kebiasaan makan tiga kali sehari adalah kebiasaan umum,

    sedangkan menurut Suhardjo (1990:30) frekuensi makan dikatakan

     baik apabila frekuensi makan setiap harinya tiga kali makanan

    utama atau dua kali makanan utama dengan satu kali makanan

    selingan dan dinilai kurng apabila frekuensi makan setiap harinya

    dua kali makan utama atau kurang. 

    5)  Sosial budaya pangan 

    Kegiatan budaya suatu keluarga, kelompok masyarakat,

    negara atau bangsa mempunyai pengaruh yang kuat dan kekal

    terhadap apa, kapan dan bagaimana penduduk makan. Pengaruh

    sosial budaya pada pangan adalah :

    (a) Bagaimana, kapan dan dalam kombinasi yang bagaimana

     pangan tertentu disajikan.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    28/82

      17

    (b) Siapa yang menyiapkan makanan, siapa yang menyajikan dan

     prioritas anggota keluarga tertentu dalam pola pembagian dan

     pola makan.

    (c)  Hubungan antara besarnya keluarga, umur anggota keluarga

    dengan pola pangan dan status gizi.

    (d) Larangan keagamaan yang berhubungan dengan konsumsi

     pangan.

    (e) Bagaimana pola pangan dikembangkan dan mengapa pangan

    tertentu diterima sedangkan lainnya ditolak atau hanya dimakan,

     jika pangan yang boleh dimakan tidak dapat diperoleh lagi.

    Perilaku seseorang dalam memilih makanan sangatlah

    subjektif. Hal ini dapat dimengerti karena pemilihan dipengaruhi

    oleh latar belakang hidup seseorang. Pada umumnya ada tiga

     pengaruh seseorang dalam memilih makanan, yaitu:

    (a) Lingkungan keluarga, tempat seseorang hidup dan dibesarkan.

    (b) Lingkungan di luar sistem sosial keluarga yang mempengaruhi

    langsung kepada dirinya maupun keluarganya.

    (c) 

    Dorongan yang berasal dalam diri atau disebut faktor internal.

    Konsumsi pangan dapat dilihat dari aspek kualitas dan

    kuantitasnya. Aspek kuantitas adalah berkaitan dengan jumlah

     pangan dan zat gizi yang dikonsumsi, sedangkan aspek kualitas

    adalah berkaitan dengan pola (keragaman jenis) konsumsi pangan

    dan nilai mutu gizinya (Suhardjo, 1994).

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    29/82

      18

    Konsumsi pangan mempunyai hubungan dengan kebiasaan

     pangan, hal senada dikemukakan oleh Gifft dikutip dari

    Soedikarjati. Yang menyatakan bahwa kebiasaan pangan yang

    dilakukan seseorang adalah dalam rangka memenuhi konsumsi

     pangannya. Namun demikian bila kebiasaan makan jelek, maka

    dengan sendirinya konsumsi makannya juga tidak akan memadai, hal

    ini sesuai dengan pendapat (Suhardjo, dkk 1986) yang menyatakan

    kurangnya pangan yang cukup untuk dimakan merupakan salah

    satu sebab utama rendahnya konsumsi pangan keluarga. Dari sini

    dapatlah dipahami bahwa akan terjadi hubungan antara kebiasaan

     pangan dan konsumsi pangan, apabila kebiasaan pangan keluarga

    dalam keadaan kondusif. Bila tidak, maka pengaruh kebiasaan makan

    adalah sangat kecil terhadap konsumsi pangan.

    Kebiasaan makan keluarga dengan susunan hidangannya

    merupakan perwujudan dari kebudayaan keluarga yang disebut gaya

    hidup atau life style. Selanjutnya dijelaskan bahwa gaya hidup

    merupakan hasil dari interaksi antara faktor budaya, dan lingkungan

    hidup. Dengan demikian terdapat hubungan yang kuat antara susunan

    hidangan seseorang, keluarga, maupun masyarakat yang ketiganya

    saling mempengaruhi. Seberapa besar kekuatan pengaruh faktor

    sosial, budaya, dan lingkungan hidup tersebut mewarnai perilaku

    seseorang didalam mengkonsumsi pangan akan mempengaruhi upaya

     perubahan pola pangan ke arah pola lain. Tentu saja semakin kuat

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    30/82

      19

     pengaruh budaya tersebut maka pola pangannya akan semakin sulit

    untuk diubah. Apalagi perubahan pola hidangan tersebut sangat jauh

     berbeda. Untuk itu diperlukan kesadaran yang tinggi dari individu

    yang bersangkutan.

    Gaya hidup adalah merupakan suatu konsep yang

    membingungkan, yang selalu diucapkan setiap hari, yang dapat

    diartikan sebagai “cara hidup masyarakat” (Suhardjo, 1989:116).

    Dari kacamata Antropologi, gaya hidup adalah merupakan

    hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya dan

    keadaan.

    Gaya hidup merupakan hasil pengaruh beragam yang terjadi

    didalam keluarga atau rumah tangga. Berbagai faktor saling

     berkaitan dan berpengaruh terhadap individu dan keluarga. Dapat

    dikatakan bahwa keluarga atau rumah tangga merupakan faktor utama

    dalam pembentukan pola perilaku makan juga dalam pembinaan

    kesehatan keluarga. Perilaku makan dalam keluarga atau rumah tangga

    meliputi unsur-unsur pekerjaan kepala keluarga, jumlah anak,

     pendidikan dan sebagainya.

    3.  Pengertian Masyarakat Secara Umum

    Istilah masyarakat diambil dari akar kata “syaraka” bahasa arab,

    yang secara umum berarti saling berperan serta, saling gaul. Sedangkan

    Society  (dalam bahasa Inggris) ataupun socius dalam bahasa latin yang berarti

    sekumpulan kawan, teman sepergaulan.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    31/82

      20

    Masyarakat memang merupakan sekumpulan manusia, setidaknya

    terdiri dari 1 (satu) orang saling bergaul. Pergaulan manusia dengan

    sesamanya menimbulkan suatu ikatan rasa identitas bersama dalam suatu

    rentang waktu yang lama dan berkesinambungan.

    Pengertian masyarakat ternyata memiliki definisi yang beragam

     pula. Dalam buku Sosiologi (Soeprapto, 1996:14):

    a.  Masyarakat merupakan sejumlah orang yang berada pada suatu

    lokalitas tempat berdiam, yang memiliki kelengkapan kehidupan

    sosial, perasaan memiliki kesatuan tempat tinggal, dan memiliki

    kemampuan untuk melakukan sesuatu secara kolektif.

     b.  Golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia yang

    dengan atau karena sendirinya memiliki pertalian secara golongan dan

    saling pengaruh mempengaruhi.

    c.  Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang

    menghasilkan budaya.

    Dari berbagai pengertian di atas, maka terdapat beberapa kesamaan

    unsur atau ciri tentang masyarakat, yaitu :

    a. 

    Di dalam ilmu sosial tidak ada mutlak ataupun angka yang pasti untuk

    menemukan berapa jumlah manusia yang harus ada, tetapi secara

    teoritis angka minimumnya adalah 2 (dua) orang yang hidup secara

     bersama-sama.

     b.  Kesatuan manusia itu bergaul dan hidup bersama dalam jangka waktu

    yang relatif cukup lama. Kumpulan manusia tidaklah sama dengan

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    32/82

      21

     benda-benda, karena selalu berkembang dan akan timbul manusia

     baru. Manusia itu juga mempunyai keinginan-keinginan untuk

    menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat

    hidup bersama itu timbullah peraturan-peraturan yang mengatur

    hubungan antar manusia didalam kelompok tersebut.

    c.  Adanya kesadaran tentang identitas kesatuan hidup bersama.

    Kelompok masyarakat yang telah berhimpun itu memiliki kesadaran

    identitas dalam kelompoknya sehingga memiliki suatu cara pandang

    sama terhadap sesuatu hal yang disepakati.

    d. 

    Kesatuan hidup bersama ini menghasilkan suatu ”Kebudayaan” kesatuan

    hidup manusia itu dalam kerangka hubungan sosialnya menghasilkan

    suatu kerangka dasar kehidupan yang berkait dengan aspek konsep,

     perilaku dan wujud nyata dari tatanan kebersamaan mereka. Setiap

    kelompok kesatuan masyarakat hukum adat atau persekutuan hukum

    adat, baik yang bersifat teritorial maupun genealogis ataupun dalam bentuk

     baru seperti perkumpulan masyarakat diperantauan, yang diatur menurut

    hukum adat (kebiasaan) mempunyai susunan pengurus yang menyatu

    dengan kepengurusan resmi ataupun terpisah berdiri sendiri.

    Jadi masyarakat Betawi adalah sekelompok masyarakat Jakarta

    yang hidup bersama-sama dalam suatu daerah tertentu yang menghasilkan

    kebudayaan Betawi.

    Masyarakat Betawi bahkan kadang-kadang disebut “Orang Betawi

    Asli” yaitu dikenakan kepada penduduk pribumi daerah Jakarta yang

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    33/82

      22

    sudah tidak jelas lagi asal keturunannya. Mereka merupakan perpaduan

    atau hasil proses asimilasi anatara penduduk pribumi yang sudah lama

    menghuni daerah Jakarta dengan suku-suku bangsa lainnya yang datang

    sebagai penghuni baru, antara lain orang Banten, orang Bugis dan

    sebagainya. Kemudian terjadi pula proses asimilasi antara penduduk

     pribumi dengan pendatang-pendatang bangsa asing seperti orang Cina,

    Orang Belanda, orang Portugis, orang India dan orang Arab (Budiman

    1979:17).

    Orang Betawi yang tinggal di tengah-tengah perkembangan kota

    Jakarta yang sangat pesat ini, juga dikenal sebagai suku bangsa yang

    memegang teguh nilai budayanya. Nilai budayanya adalah konsep-konsep

    mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam

    hidupnya, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi

    arah dan orientasi kepada kehidupan warga masyarakat. Para individu

    semenjak kecil telah diresepi dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam

    masyarakatnya, sehingga konsepsi-konsepsi itu berakar dalam alam jiwa

    mereka. Itulah sebabnya nilai-nilai budaya ini sukar diganti dengan nilai-

    nilai budaya lain dalam waktu singkat. Pengaruh nilai budaya Betawi

    dalam aspek kehidupan masyarakat demikian kuat, sehingga dapat

    dikatakan mereka sulit menerima pengaruh kebudayaan lain meskipun

    mereka tinggal dalam lingkungan kota yang heterogen dan dinamis.

    Gambaran macam-macam kelompok masyarakat Betawi yang ada.

    Kalaupun disini penulis membuat penggolongan-penggolongan pada orang

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    34/82

      23

    Betawi bukanlah berarti Betawi dipecah-pecah ataupun dibeda-bedakan

    maupun mengikari adanya Betawi sebagai satu kesatuan.

    Golongan pada masyarakat Betawi yaitu :

    a.  Betawi Tengah

    Populasi penduduk asli Betawi yang bermukim di daerah kota

    saat ini sedikit sekali. Kebanyakan dari mereka tinggal secara

     berkelompok dari satu keturunan atau kerabat. Saat ini mereka masih

    terlihat di daerah Sawah Besar, sebagian kecil di Taman Sari, Kebun

    Jeruk, Krukut. Sebagian dari mereka masih menganut beberapa gaya

    hidup tempo dulu. Hal ini dapat kita lihat pada acara-acara

     perkawinan, lebaran, khitanan maupun didalam kehidupan mereka

     bermasyarakat. Walaupun ada pergesaran budaya pada generasi muda

    Betawi, baik itu pria maupun wanita namun dalam soal agama mereka

    tetap memegang teguh, seperti mengaji bagi anak-anak usia belasan,

    majelis ta’lim bagi kaum ibu dan tadarusan bagi kaum pria. Mereka

    yang termasuk Betawi tengah adalah mereka yang dalam sejarah

     perkembangan orang Betawi berawal menetap dibagian kota Jakarta

    yang dulu dinamakan keresidenan Batavia dan sekarang termasuk

    Jakarta Pusat, lokasi ini merupakan bagian dari kota Jakarta yang

     paling urban sifatnya. Bagian inilah yang dalam tahap-tahap permulaan

    kota Jakarta dilanda arus urbanisasi dan modernisasi yang paling

    tinggi. Salah satu akibatnya adalah orang Betawi yang tinggal di

    daerah ini adalah orang yang paling tinggi tingkat kawin campurannya

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    35/82

      24

     bila dibandingkan dengan orang-orang Betawi yang tinggal dibagian

     pinggir kota Jakarta. Berdasarkan tingkat ekonomi mereka, orang

    Betawi yang tinggal di tengah-tengah kota Jakarta bisa di bedakan,

    orang gedung ataupun sebagai orang kampung. Pemberian istilah ini

    tampaknya berdasarkan tempat tinggal mereka. Akibat lain dari proses

    modernisasi dan urbanisasi dibagian pusat kota Jakarta, maka banyak

    orang Betawi kota yang menjual tempat tinggalnya dan pindah ke

     bagian yang lebih pinggir dari kota Jakarta yang masih mempunyai

    harga tanah yang murah. Daerah ini sebenarnya adalah domisili orang

    Betawi pinggir. Sebagai kebudayaan Betawi yang kontras dengan

    image yang ada mengenai orang Betawi.

    Ada dua tipe Betawi udik, yaitu mereka yang tinggal di daerah

     bagian utara Jakarta dan bagian Barat Jakarta maupun Tangerang,

    mereka sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Cina, dan lainnya adalah

    mereka yang tinggal di sebelah timur maupun di selatan Jakarta, Bekasi

    dan Bogor yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Sunda. Mereka

    umumnya berasal dari kelas ekonomi bawah yang pada umumnya lebih

     bertumpu pada bidang pertanian. Taraf pendidikan mereka sangatlah rendah

     bila dibandingkan dengan taraf pendidikan yang dicapai oleh orang

    Betawi Tengah dan Betawi Pinggir.

     b. 

    Betawi Pinggir

    Sementara orang Betawi Tengah adalah lebih superior dalam arti

    latar belakang sosial ekonomi dibandingkan dengan kelompok Betawi

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    36/82

      25

    lainnya. Orang Betawi pinggir lebih superior dalam arti pendidikan

    agama. Sejak dulu, orang Betawi Tengah cenderung menyekolahkan

    anaknya ke sekolah umum sebagai pendidikan formal mereka, maka

    orang Betawi pinggir menyekolahkan anak-anaknya ke pesantren

    sebagai pendidikan formal mereka, itu sebabnya orang Betawi

    menolak bila mereka dianggap tertinggal dalam arti pendidikan. Jadi

    meskipun orang Betawi pinggir memberi perhatian besar pada

     pendidikan agama bila dibandingkan dengan Betawi tengah.

    Dalam menghadapi kota yang terus berkembang seperti Jakarta

    ini, orang Betawi seharusnya mengikuti arah perubahan tersebut

    sehingga dapat harmonis dan dapat menyesuaikan diri dengan

    kehidupan kota. Namun nampak orientasi pada masyarakat Betawi

    amat kurang, mereka kurang tergerak untuk menyesuaikan diri dengan

     perubahan yang terjadi disekitarnya. Begitu pula dengan orientasi kerja

    hanya untuk memperoleh penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhan

    hidup sehari-hari dan hari ini saja membuat mereka tidak ngoyo dalam

    mengejar rezki, karena nilai agama yang mereka yakini

    mengungkapkan bahwa Allah SWT pasti akan memberikan rezki lagi.

    Mereka mengatakan, bahwa bagi masyarakat Betawi, Islam bukan

    hanya sekedar sebagai religi tetapi juga kultur. Pola kehidupan religi

    ke-islaman dan tradisi yang menyertainya bagi masyarakat Betawi

    merupakan daya ikat sosial yang kuat, sekaligus menjadi unsur

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    37/82

      26

     pemersatu yang membuat masyarakat Betawi hidup bagaikan suatu

    keluarga besar, tidak terhalang perbedaan tingkat sosial ekonomi.

    Pengaruh agama Islam ini lebih jelas terlihat pada pandangan orang

    Betawi terhadap pendidikan. Orang Betawi lebih senang menyekolahkan

    anak-anak mereka ke sekolah-sekolah umum. Pendidikan madrasah

    nampaknya menjadi dasar pendidikan bagi orang Betawi (Yunus, H. Ahmad.

    1993:13). 

    4.  Kondisi Sosial Ekonomi

    Kondisi sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan

     bertingkat, ada yang kondisi sosial ekonominya tinggi, sedang, dan

    rendah.

    Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994:90) adalah kedudukan atau

     posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis

    aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal,

    dan jabatan dalam organisasi.

    a.  Faktor yang menentukan kondisi sosial ekonomi

    Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya

    sosial ekonomi di masyarakat diantaranya tingkat pendidikan, tingkat

     pendapatan, jenis perkerjaan, jenis tempat tinggal, pemilikan harta dan

    kekayaan, jenis kegiatan rekreasi, keanggotaan dalam berbagai

    aktivitas dalam masyarakat dan kedudukannya dalam masyarakat.

    Dalam hal ini uraiannya dibatasi hanya lima faktor yang menentukan

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    38/82

      27

    yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, jenis pekerjaan, kekayaan dalam

     bentuk barang dan jenis tempat tinggal.

    1) 

    Jejang pendidikan

    Pengertian pendidikan menurut Depdikbud (1989:204)

    yaitu pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

    seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia

    melalui upaya dan latihan.

    Berdasarkan perbedaan ciri-ciri penyelenggaraannya,

     pendidikan di Indonesia ada tiga jenis yaitu :

    (a) Pendidikan formal

    Pendidikan formal atau pendidikan sekolah yaitu pendidikan

    sekolah yang teratur sistematis, mempunyai jenjang dan ada

    yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari

    taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi (Zahara Idris dan

    Jamal Lisma, 1998:109).

    Pendidikan formal meliputi: Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

    Pertama, Sekolah Menengah umum, atau kejuruan dan

    Perguruan Tinggi.

    (b) Pendidikan informal

    Pendidikan informal atau pendidikan luar sekolah yang tidak

    dapat dilembagakan adalah: Proses pendidikan yang diperoleh

    seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak

    sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis sejak

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    39/82

      28

    seseorang lahir sampai mati, seperti fasilitas, cara

     penyimpanan dan waktu yang dipakai serta komponen yang

    lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta supaya

    mendapatkan hasil yang memuaskan (Zahara Idris dan Jamal

    Lisma, 1998:101).

    Pendidikan informal ini meliputi : Pendidikan dari orang tua

    yang berupa peraturan dalam keluarga, norma agama, norma

    susila dalam masyarakat, tata cara atau etika pergaulan.

    (c) Pendidikan non formal

    Pendidikan non formal atau pendidikan sekolah yang

    dilembagakan adalah: Semua bentuk pendidikan yang

    diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan terencana di

    luar kegiatan sekolah. Dalam hal ini tenaga pengajar, fasilitas,

    cara penyampaian dan waktu yang dipakai serta komponen-

    komponen lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta supaya

    mendapatkan hasil yang memuaskan (Zahara Idris dan Jamal

    Lisma, (1998:110).

    Pendidikan non formal ini antara lain : kursus komputer,

     bahasa Inggris dan lain-lain.

    2)  Tingkat pendapatan

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    40/82

      29

    Tingkat pendapatan adalah jumlah penerimaan berupa uang

    atau barang yang diterima atau dihasilkan oleh segenap orang yang

    merupakan balas jasa untuk faktor-faktor produksi (BPS, 2002:8).

    Selanjutnya menurut Sumardi Evers (1998:323)

    menyatakan bahwa pendapatan keluarga merupakan jumlah

    keselurahan dari pendapatan formal dan informal. Yang dimaksud

     pendapatan formal adalah penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan

     pokok dan pendapatan informal yaitu penghasilan yang diperoleh

    dari hasil sampingan pekerjaan sampingan.

     b.  Jenis pekerjaan

    Untuk memenuhi kebutuhan manusia harus berusaha dan

     berkerja keras dengan bermodalkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, akal,

    keberanian, dana, dan alat-alat yang dimilikinya untuk memperoleh

     pekerjaan. Ada bermacam-macam jenis pekerjaan yang merupakan

    tumpuan hidup suatu keluarga atau seseorang. Suprapto (1994:75)

    mengungkapkan bahwa jenis-jenis pekerjaan yang ada dalam

    masyarakat itu antara lain pegawai negeri atau swasta, ABRI,

    wiraswasta, petani dan buruh.

    c. 

    Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas

    Pemilikan fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk barang-

     barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan

    ekonominya atau fasilitas itu sendiri anatara lain :

    1) Barang-barang berharga

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    41/82

      30

    Menurut Abdul Syani (1995:73), bahwa pemilikan kekayaan yang

     bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti

     perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukan adanya

     pelapisan dalam masyarakat.

    2)  Jenis-jenis Kendaraan Pribadi

    Menurut buku survei biaya hidup dinyatakan bahwa kendaraan

    dapat dianggap salah satu pemilikan harta yang diperhitungkan

    sebagai indeks ekonomi keluarga (BPS, 2001:16).

    d.  Status Tempat Tinggal

    Rumah juga menunjukkan suatu tingkat sosial bagi penghuninya atau

     bagi penghuninya atau bagi keluarga yang menepati apabila ditinjau

    dari ukuran dan kualitas rumah (Svalastoga, 1989:27).

    Berdasarkan hasil penelitian dari BPS (1989:6), status tempat tinggal

    dibedakan atas :

    1) 

    Milik sendiri, jika tempat tinggal tersebut dihuni rumah tangga

    atau salah satu anggota keluarga

    2)  Kontrak, jika tempat tinggal tersebut dihuni rumah tangga atau

    salah seorang anggota rumah tangga dalam jangka waktu tertentu

    terbentuk berdasarkan perjanjian kontrak tertentu pengontrak

    dengan penghuni.

    3) 

    Sewa beli, temapt tinggal tersebut berstatus sewa, tetapi setelah

     jangka waktu tertentu memjadi milik sendiri.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    42/82

      31

    4)  Dinas, jika tempat tersebut disediakan oleh instansi pemerintah

    atau swasta baik membayar sewa maupun tidak membayar sewa.

    5) 

    Lainnya, jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan

    dalam salah satu kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik

     bersama.

    Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan status tempat tinggal

    adalah status rumah yang ditempati keluarga (sebagai responden) yaitu

    rumah sendiri, milik orang tua, rumah dinas, rumah kontrak atau rumah

    sewa beli. Hal ini karena status rumah menunjukan kondisi sosial

    ekonomi.

    5.  Kecukupan Gizi

    Kecukupan gizi yang dianjurkan ( Recommended dietary allowances

    disingkat  RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus

    dipenuhi dari makanan untuk mencakup hampir semua orang sehat.

    Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan

    tinggi badan, genetika, serta keadaan hamil dan menyusukan (Darwin,

    1996:3).

    RDA disebut juga sebagai angka kecukupan gizi atau AKG angka

    kebutuhan maupun angka kecukupan gizi berguna untuk beberapa hal

     berikut:

    a. 

    Menilai tingkat konsumsi pangan seseorang atau penduduk berdasarkan

    data survei konsumsi pangan. Penilaian tersebut dilakukan dengan

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    43/82

      32

    membandingkan zat gizi yang diperoleh dari survei konsumsi terhadap

    angka kecukupannya, yang biasa disebut sebagai tingkat konsumsi.

     b. 

    Patokan label gizi pada makanan kemasan sesuai dengan UU Pangan

     No. 7 tahun 1996 bahwa setiap inustri makanan wajib mencatumkan

    kandungan gizi, biasanya dalam persentase zat gizi makanan tersebut terhadap

    kecukupannya.

    c.  Pendidikan gizi yang dikaitkan dengan kebutuhan gizi berbagai

    kelompok umur, fisiologi, dan kegiatan untuk mewujudkan keluarga

    sadar gizi melalui gerakan sadar pangan dan gizi.

    Dalam kehidupan sehari-hari keluarga dihadapkan pada penentuan

     jenis hidangan menu untuk keluarganya. Disini perlu dikaitkan antara

    kecukupan gizi yang perlu dicapai, susunan bahan makanan, dan

    komposisi atau kandungan zat gizi setiap bahan makanan tersebut. Hidangan

    atau susunan menu selain ditentukan kuantitasnya perlu juga diperhatikan

    kualitasnya. Kualitas ini menyangkut apakah hidangan menu tersebut sudah

    mengandung unsur zat gizi yang disebutkan dalam daftar kecukupan. Perlu

    diketahui bahwa semua unsur zat gizi yang disebut dalam daftar

    kecukupan harus ada dalam hidangan yang dimakan setiap hari. Zat gizi

    yang ada dalam makanan dapat dibagi menjadi lima bagian besar yaitu :

    karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

    a. 

    Karbohidrat

    Karbohidrat juga dikenal sebagai hidrat arang, merupakan

    sumber kalori utama bagi manusia. Kegunaaan karbohidrat dalam

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    44/82

      33

    tubuh adalah untuk mendapatkan energi, membuat cadangan tenaga

    dalam tubuh dan memberikan rasa kenyang. Kekurangan karbohidrat

    dalam jangka waktu yang lama, mengakibatkan penyakit gangguan

    gizi, seperti kurang kalori protein (KKP), busung lapar, badan kurus

    lemah tidak bertenaga. Kelebihan karbohidrat mengakibatkan obesitas atau

    kegemukan yang dapat menimbulkan berbagai penyakit diantaranya

    diabetes.

     b.  Protein

    Protein (zat pembangunan), merupakan bahan utama untuk

    membentuk sel-sel jaringan tubuh yang rusak, membuat air susu ibu

    (ASI), enzim, hormon, protein darah, dan sabagai pemberi kalori bila

    dibutuhkan atau dalam keadaan terpaksa (Moehji 1995:27 dalam

    kutipan tesis). Protein terdapat dalam makanan yang berasal dari

    tumbuhan, dikenal dengan nama protein nabati dan dari hewan dikenal

    dengan nama protein hewani, seperti telur, daging, ayam, ikan, udang

    dan sebagainya, sedangkan protein nabati didapat dari kacang-kacangan

    dan padi-padian. Gangguan yang di sebabkan karena kekurangan

     protein adalah penyakit gangguan gizi seperti kwashiorkor, maramus.

    c.  Lemak

    Lemak atau lipid, merupakan zat makan yang berguna sebagai

     pemberi kalori tubuh, melarutkan vitamin yang tidak larut dalam air,

    sumber asam lemak esensial yang tidak dapat dibuat oleh tubuh dan

    sebagai landasan organ-organ tubuh tertentu seperti kornea mata,

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    45/82

      34

    ginjal. Lemak terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan

    maupun tumbuh-tumbuhan, seperti mentega, susu penuh atau full

    cream, lemak hewan, wijen, kacang, minyak dari kelapa. Kekurangan

    lemak berakibat tubuh lemah tak bertenaga, mudah lelah, penyerapan

    vitamin ADEK terganggu. Kelebihan lemak berakibat penyakit

    degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, kolestrol, dan

    sebagainya.

    d.  Vitamin

    Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam

     jumlah sedikit tetapi mutlak, sebagai zat pelindung dan pengatur

    (Suhardjo, 1989). Digunakan untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh

    karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh zat lain. Vitamin berasal

    dari tumbuh-tumbuhan (sayur-sayuran, buah-buahan) dan dari hewan

    (telur, hati, susu, daging, ikan, dan sebagainya). Menurut sifat

    kelarutannya vitamin di bagi menjadi dua golongan, yaitu vitamin yang

    larut dalam lemak (ADEK) dan vitamin yang larut dalam air (BC).

    Kekurangan vitamin menyebabkan terganggunya perkembangan dan

    kesehatan tubuh, seperti penyakit rachitis, gangguan penglihatan, sariawan,

     bibir pecah-pecah, mudah lelah, dan sebagainya.

    e.  Mineral

    Mineral merupakan zat-zat anorganik yang masuk ke dalam

    tubuh berbentuk garam-garam mineral dan bersatu dengan zat organik

    dalam makanan (Amien 1995:28 dalam kutipan tesis). Unsur mineral

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    46/82

      35

    ini sedikit sekali diperlukan tubuh, tetapi mutlak dibutuhkan.

    Kegunaan mineral adalah membangun jaringan tulang, mengatur

    tekanan osmose dalam tubuh, memproduksi berbagai enzim dan

    mengatur fungsi-fungsi tubuh secara normal. Sumber unsur mineral

    terdapat dalam garam dapur, makanan yang berasal dari hewan, dari laut,

     buah-buahan, sayur-mayur,biji-bijian dan sebagainya. Kekurangan unsur

    mineral dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan diantaranya

    otot lemah, tulang rapuh, keropos gigi, rambut rontok, pertumbuhan

    tulang dan gigi terganggu.

    Zat gizi adalah satuan-satuan yang menyusun bahan makanan

    atau makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Kebutuhan manusia akan

    energi dan zat gizi lainnya sangat bervariasi sesuai dengan ukuran

     badan, jenis kelamin, usia dan aktivitas, efesiensi penyerapan dan

     penggunaannya. Suatu kecukupan gizi yang dianjurkan dapat

    menjamin tercapainya status gizi yang baik. Asupan zat gizi adalah

     banyaknya zat gizi yang masuk ke dalam tubuh sehingga dapat

    menjaga atau menentukan kesehatan tubuh untuk mempertahankan

    kelangsungan hidupnya, tubuh memelihara dengan menggantikan

     jaringan yang rusak. (Winarno, 1996).

    B.  Kerangka Berfikir

    Kebiasaan makan yang ada pada masyarakat antara satu daerah dengan

    daerah lain dapat berbeda, mungkin pangan tertentu dikonsumsi oleh suatu

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    47/82

      36

    masyarakat, tetapi pada masyarakat yang lain bisa saja pangan tersebut tidak

    dikonsumsi. Adanya keadaan kebiasaan pangan yang berbeda-beda tersebut

     bisa diakibatkan dari unsur-unsur budaya yang ada pada masyarakat itu

    sendiri. Kebiasaan pangan masyarakat ini akan mempunyai peran yang

     penting dalam pembentukan kebiasaan pangan keluarga dan individu.

    Kebiasaan makan pada masyarakat Betawi yang berbeda di Kelurahan

    Kelapa Dua mempunyai kebiasaan makan yang buruk karena yang pentingkan

    asal makan dan kenyang tidak memperhatikan kecukupan gizi yang di

     butuhkan oleh tubuh. Yang terpenting dalam kehidupan masyarakat Betawi

    adalah gaya hidup yang kelihatan mewah seperti mempunyai bangunan rumah

    yang bagus, dandanan yang menarik dan memakai perhiasan yang berlebihan.

    Padahal belum tentu pendapatan ekonominya cukup untuk memenuhi itu

    semua.

    Di dalam kondisi sosial ekonomi dapat ditentukan dengan melihat jenis

     pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, pemilikan kekayaan atau

    fasilitas dan status tempat tinggal. Hal-hal di atas dapat mengukur kondisi

    sosial ekonomi dari keluarga tersebut.

    Untuk mendapatkan kecukupan gizi yang baik berkaitan dengan jumlah

     pangan yang dikonsumsi adalah dengan melakukan penganekaragaman

     pangan, sebab tiap-tiap jenis pangan mempunyai citra rasa, tekstur, bau,

    campuran zat gizi, dan daya cerna sendiri-sendiri. Konsumsi pangan pada

    tingkat individu atau rumah tangga dapat dikonversikan ke dalam bentuk

    karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral per orang per hari.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    48/82

      37

    C.  Pengajuan Hipotesis

    Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap penelitian sampai

    terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1998:67). Dengan

     bertitik tolak pada landasan teori di atas maka dapat diajukan hipotesis sebagai

     berikut:

    Hipotesis Kerja (Ha)

    Ada hubunga antara kebiasaan makan masyarakat Betawi dengan

    kondisi sosial ekonomi dan kecukupan gizi di Kelurahan Kelapa Dua

    Kecamatan Kebun Jeruk Jakarta-Barat.

    Hipotesis Nihil (Ho)

    Tidak ada hubungan antara kebiasaan makan masyarakat Betawi

    dengan kondisi sosial ekonomi dan kecukupan gizi di Kelurahan Kelapa Dua

    Kecamatan Kebun Jeruk Jakarta-Barat.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    49/82

    38

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Metodologi penelitian adalah cara atau jalan yang dilakukan sebagai upaya

    untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis dan logis.

    Untuk memecahkan yang dihadapi pada penelitian ini, maka perlu menerapkan

    langkah-langkah tertentu yang mendukung penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut

    maka dalam bab III ini dibahas mengenai : populasi, sampel, variabel penelitian, teknik

     pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen serta

    teknik analisis data.

    A.  Populasi dan Sampel Penelitian

    1.  Populasi

    Populasi penelitian adalah keselurahan subjek penelitian (Suharsimi

    Arikunto, 1998:115). Menurut Sutrisno Hadi (2002:220) populasi adalah

    seluruh penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diselidiki.

    Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu

    rumah yang berusia 30-40 tahun dari keluarga Betawi yang tinggal di

    Kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Kebun Jeruk Jakarta-Barat.

    2.  Sampel

    Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

    (Suharsimi Arikunto, 1992:104).

    Sampel yang diambil adalah sebagian atau wakil dari Ibu rumah

    tangga yang berusia 30-40 tahun yang ada di Rw.05 di Kelurahan Kelapa

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    50/82

      39

    Dua Kecamatan Kebun Jeruk Jakarta-Barat. Jika jumlah subyek lebih dari

    100 maka dapat diambil 10%-15% atau 20 atau 25 % atau lebih.

    Sampel pada penelitian ini berjumlah 33 orang, sebesar 25 % dari

     jumlah populasi yaitu sebanyak 132 orang.

    B.  Variabel Penelitian

    Variabel penelitian merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi

     perhatian dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998:99). Yang menjadi

    variabel dalam penelitian ini adalah :

    1.  Variabel Bebas (X)

    a.  Variabel bebas (X1) adalah kebiasaan makan dengan indikator prefensi

     pangan. Frekuensi pangan, ideologi pangan dan sosio budaya pangan.

     b. 

    Variabel bebas (X2) adalah keadaan sosial ekonomi dengan indikator

    tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, pemilikan

    kekayaan atau fasilitas dan jenis tempat tinggal.

    2.  Variabel Terikat (Y)

    Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh suatu gejala.

    Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kecukupan gizi,

    dengan cara melihat jenis makanan yang dikonsumsi dan menghitung kalori

    lalu dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG).

    C.  Metode Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh

     bahan-bahan yang relevan, akurat dan reliabel. Metode pengumpulan data yang

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    51/82

      40

    digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, wawancara terstruktur

    dan recall.

    1.  Metode Dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai

    hal-hal atau variabel yang diperlukan dalam penelitian ini dapat berupa

    catatan, agenda, dan sebagainya. Metode ini ditempuh untuk memperoleh

    data mengenai nama, alamat dan pekerjaan.

    2.  Metode Wawancara Terstruktur

    Wawancara berpedoman pada daftar pertanyaan (angket), dilakukan

    untuk mengungkap: (1) Identitas keluarga meliputi nama, jenis kelamin,

    umur, (2) Kebiasaan makan meliputi: konsumsi pangan, frekuensi pangan,

     prefensi pangan dan sosial budaya pangan, (3) Kondisi sosial ekonomi

    meliputi : Pendapatan, pendidikan dan fasilitas yang ada.

    3.  Metode Recall

    Metode recall (mengingat kembali) adalah metode yang dilakukan

    dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi masa

    yang lalu selama 1 kali 24 jam dan dilakukan sebanyak 3 kali kemudian

    dikorelasikan dengan daftar komposisi bahan makanan (Hardinsyah, 1992).

    Metode recall ini digunakan oleh peneliti untuk mengetahui jenis

     bahan makanan dan perkiraan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi

    selama 3 hari oleh wanita yang berusia 30-40 tahun di daerah kelapa dua

    Kecamatan Kebun Jeruk Jakarta-Barat. Metode recall dilakukan menyusun

    urutan waktu makan sehari (makan pagi, makan siang, makan malam serta

    makan selingan). Pengelompokan bahan makanan dapat berupa bahan

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    52/82

      41

    makanan pokok, sumber protein nabati (kacang-kacangan), sumber protein

    hewani (daging, ikan, telur, susu), sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Jumlah

    makanan yang dikonsumsi tersebut dikonversikan ke dalam satuan berat

    (gram) dengan menggunakan (URT) yang berlaku. Data yang diperoleh

     berdasarkan penaksiran konsumsi pangan tersebut kemudian dijumlahkan

    untuk mengetahui kalori selama tiga hari.

    Untuk menentukan kriteria kebutuhan kalori responden digunakan

    angka kecukupan energi individu (AKELi) berdasarkan berat badan dan

    umur secara umum perhitungan AKELi dirumuskan sebagai berikut :

    Rumus : AKELi = (8,7 Bi + 829) (FKi)

    Keterangan :

    Bi = Berat badan sehat

    FKi = Faktor kelipatan EMB untuk menghitung kecukupan energi

     pada umur i menurut jenis kelamin

    Tabel 2 : Angka kecukupan energi individu (AKELi)

    Jenis kelamin UmurBi

    (kg)

    EMB

    (kal/orng/hr)Fk AKEI

    Wanita 30 (8,7 Bi+829) 1,64 (EMBi) (Fki)

    Selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut :

    a.  Menentukan skor tertinggi yang diperoleh dari skor maksimum

    alternatif (angka kecukupan energi tertinggi responden berdasarkan

     berat badan dan umur)

     b.  Menentukan skor terendah yang diperoleh dari skor minimum (angka

    kecukupan energi terendah berdasarkan berat badan dan umur)

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    53/82

      42

    c.  Menetapkan rentang skor (R) yang diperoleh dari skor tertinggi

    dikurangi skor terendah

    d.  Menetapkan jenjang kriteria untuk jumlah rata-rata kalori responden,

    yaitu :

    2331,19-2441.00 = Sangat baik

    2221.33-2331.18 = Baik

    2111.48-2221.32 = Cukup baik

    2001,62-2111,47 = Kurang baik

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

     peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

    hasilnya lebih baik dalam arti cepat, lengkap sistematis. Sehingga dapat

    mudah diolah (Arikunto,1998:91). Instrumen yang valid sangat diharapkan

    dalam setiap penelitian, agar hasil yang diperoleh dapat mencermikan secara

    menyakinkan permasalahan yang sedang dibahas. Instrumen penelitian

    dijabarkan dalam beberapa pertanyaan atau item. Distribusi item pada angket

    dapat dilihat dalam tabel kisi-kisi butir angket penelitian ini. (Dapat dilihat

     pada lampiran 2).

    Pertanyaan (angket) yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa

    sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau menandai dengan mudah

    dan cepat (Sudjana,1992:8). Pertanyaan-pertanyaan dalam angket berpedoman

     pada indikator variabel-variabel penelitian yang dijabarkan beberapa item.

    Suatu item pada angket berupa butir-butir pertanyaan sehingga responden

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    54/82

      43

    hanya bertugas menyilang pada salah satu alternatif jawaban. Langkah

    selanjutnya adalah menentukan skor butir pertanyaan yaitu pertanyaan positif

    dan pertanyaan negatif. Pertanyaan positif adalah pertanyaan yang mendukung

    gagasan pertanyaan yang diberikan, sedangkan pertanyaan negatif adalah

     pertanyaan yang tidak mendukung gagasan pertanyaan yang diberikan.

    Penelitian ini menggunakan pertanyaan positif dengan ketentuan skor tiap-tiap

     jawaban adalah sebagai berikut :

    1.  Skor 4 untuk alternatif jawaban a

    2.  Skor 3 untuk alternatif jawaban b

    3. 

    Skor 2 untuk alternatif jawaban c

    4. 

    Skor 1 untuk alternatif jawaban d

    Angket akan diuji coba (try out ) agar dapat diketahui taraf validitas

    dan reliabilitas.

    Validitas dan Reliabilitas suatu alat ukur perlu ditetapkan lebih dahulu

    sebelum alat ukur digunakan. Hal ini penting karena tingkat validitas dan

    reliabilitas dapat menunjukkan mutu dari proses pengumpulan data sebuah

     penelitian, apakah mutu instrumen tersebut baik sehingga benar-benar dapat

    digunakan untuk mengukur dan apakah instrumen tersebut dapat diandalkan.

    Instrumen dalam penelitian yang baik harus mempunyai dua persyaratan

     penting yaitu :

    1.  Validitas Instrumen

    Validitas instrumen suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat

    kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998:160).

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    55/82

      44

    Untuk mengetahui tingkat validitas angket yang digunakan dalam penelitian

    ini ditempuh uji validitas butir instrumen atau validitas item. Skor hasil uji

    coba masing-masing item kemudian dikorelasi dengan skor total. Skor

     butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai skor Y.

    Rumus yang digunakan untuk mencari validitas instrumen menggunakan

    korelasi produk moment, yaitu :

    ( )( )

    ( ){ }   ( ){ }2222xy

    yy Nxx N

    yxxy N

    Σ−ΣΣ−Σ

    ΣΣ−Σ=Γ  

    Keterangan :

    xyΓ   = Koefesien kovelati antara x dan y

     xΣ   = jumlah Skor x

     yΣ   = jumlah skor y

     N = Jumlah subjek atau responden

    (Suharsimi, Arikunto,1990: 256)

    2.  Reliabilitas Instrumen

    Reliabilitas memiliki pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat

    dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu

    sudah baik. Reliabilitas menunjukan pada tingkat keandalan sesuatu. Reliabillitas

    artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto, 1998:179).

    Reliabilitas dapat diketahui dengan cara hasil uji coba (try out )

    ditabulasikan dengan tabel analisis data dan dicari varians tiap item, kemudian

    dijumlahkan menjadi varians total. Rumus korelasi yang digunakan dalam

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    56/82

      45

     penelitian ini adalah rumus alpha. Rumus alpha yang digunakan adalah rumus

    yang ditulis oleh Suharsimi Arikunto (1998:193) sebagai berikut :

    ⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    σ

    σΣ−⎥⎦

    ⎤⎢⎣

    −=Γ

    2

    1

    2

     b11 1

    1K 

    K  

    Keterangan :

    11Γ   = Reliabilitas instrumen

    K = Banyaknya butir pertanyaan

    2σ  Σ   = Jumlah varians butir

    2

    t σ     = Jumlah varians total

    E. Teknik Analisis Data

    1. 

    Uji Normalitas

    Sebelum data dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu data diuji

    dengan uji normalitas. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui

    data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas

    data dalam penelitian ini menggunakan rumus chi kuadrat, yaitu :

    ( )∑

      −=Χ

    h

    2

    no2

    F

    FF 

    Keterangan :

    X2  = Chikuadrat.

    Fo = Frekuensi yo diperoleh dari sampel

    Fh = Frekuensi yh di harapkan dari sampel

    (Sutrisno Hadi, 2000:317)

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    57/82

      46

    2.  Analisis Data

    Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan

    analisis deskriptif persentase dan korelasi ganda.

    a.  Analisis Deskriptif Persentase

    Analisis deskritif persentase yaitu analisis yang bertujuan untuk

    menggambarkan suatu keadaan atau fenomena (Suharsimi Arikunto,

    1998:245). Analisis deskritif persentase dalam penelitian ini digunakan

    untuk mengetahui gambaran tentang keadaan kebiasaan makan

    masyarakat Betawi dengan kondisi sosial ekonomi dan kecukupan

    gizi. Rumus yang digunakan adalah :

    %100 N

    n%   ×=  

    Keterangan :

    % = Persentase skor data yang diperoleh

    n = Jumlah skor yang diperoleh

     N = Jumlah skor ideal (skor maksimal tiap butir x jumlah responden)

    (Muhammad Ali,1993:164 ).

     b.  Teknik Korelasi Ganda

    Korelasi ganda digunakan untuk mencari hubungan dua variabel

     bebas dan satu variabel terikat (Sudjana, 1996:385). Variabel bebasnya

    adalah kebiasaan makan dan kondisi sosial ekonomi, sebagai variabel

    terikat adalah kecukupan gizi.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    58/82

      47

    Rumus yang digunakan :

    2

    2,1

    2,1212

    22

    1

    2,1r 1

    )r r r (2r r Ry

    ××−+=  

    Keterangan :

    Ry1,2  = Korelasi ganda

    r 2 = Korelasi x1 terhadap y

    r 2 = Korelasi x2 terhadap y

    r 1,2 = Korelasi x1 dan x2

    Uji signifikan :

    Untuk menguji signifikansi korelasi ganda, digunakan uji F di

     bawah ini (Sudjana,1996:385).

    Rumus yang digunakan :

    F =)1k n()R 1(

    k R 2

    2

    −−− 

    Keterangan :

    F = Uji signifikan

    R 2  = Korelasi ganda yang dikuadratkan

    K = Jumlah variabel bebas

    n = Jumlah sampel

    Kemudian F hitung dikonsultasikan dengan F tabel, jika F

    hitung > F tabel maka pengujian signifikan dan sebaliknya jika F

    hitung < F tabel pengujian tidak signifikan.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    59/82

      48

    c.  Koefisien Determinasi

    Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh

    mana hubungan kebiasaan makan dengan kondisi sosial ekonomi dan

    kecukupan gizi di Kelapa Dua.

    Rumus koefisien determinasi : r 2 = 100 x r 2 atau r 2 x100%

    (Sudjana,1996:369)

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    60/82

    49

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A.  Hasil Penelitian

    1.  Masyarakat Desa Kelapa Dua

    a.  Keadaan Geografi dan Sosial Ekonomi

    Kelurahan Kelapa Dua merupakan salah satu kelurahan yang

     berada dalam wilayah Kecamatan Kebun Jeruk, Kotamadya Jakarta

    Barat. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus

    ibukota Jakarta Nomor 1746 Tahun 1987 tanggal 10 September 1987,

    luas wilayah kelurahan Kelapa Dua seluruhnya 150.35 Ha.

    Luas wilayah : 150.35

    Jumlah penduduk : 17.994 jiwa

    Jumlah KK : 6.018 KK

    Jumlah RT : 60 RT

    Jumlah RW : 8 RW

    Batas desa sebelah utara berbatasan dengan Jl. H. Domang

    Kelurahan Kebon Jeruk, sebelah selatan berbatasan dengan kali

    Sekretaris Kelurahan Sukabumi Utara, sebelah barat berbatasan

    dengan kali Pesanggrahan Kelurahan Srengseng, dan sebelah timur

     berbatasan dengan Jl. H. Domang Kelurahan Kebon Jeruk.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    61/82

      50

    Pemukiman penduduk tersebar di delapan Rukun Warga (RW)

    atau Dusun, yang terbagi dalam 60 Rukun Tetangga (RT). Jumlah

     penduduk Desa yang tercatat ada 17.993 jiwa yang terdiri dan 9.364

     jiwa laki-laki dan 8629 jiwa perempuan. Penduduk yang memeluk

    agama Islam 12538 jiwa, Kristen 3.254 jiwa, Katolik 1.715 jiwa,

    Hindu 248 jiwa dan Budha 239 jiwa.

    Kondisi ekonomi masyarakat Desa Kelapa Dua sangat beragam,

    dengan masing-masing keluarga mencirikan status kelas yang

    disandang sesuai dengan mata pencaharian atau jenis pekerjaan

    mereka. Secara rinci mata pencaharian masyarakat desa Kelapa Dua

    akan dilaporkan sebagai berikut:

    Tabel 1 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Kelapa Dua

     No. Jenis Pekerjaan F (jiwa) Proporsi %

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.7.

    8.

    Tani

    PNS

    Karyawan Swata

    TNI/POLRI

    Pensiunan

    DagangWiraswasta

    Buruh

    200

    2157

    1184

    2009

    389

    37385196

    388

    1.31

    14.13

    7.76

    13.16

    2.55

    24.4934.05

    2.54

    Jumlah 15261 100,00

    (Laporan Monografi desa Kelapa Dua tahun 2005)

    Tampak dari tabel di atas bahwa mata pencaharian masyarakat

    Desa Kelapa Dua sebagian besar adalah wiraswasta (34,05%), dagang

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    62/82

      51

    (24,49%) dan selanjutnya PNS (14,13%). Mereka rata-rata menempati

     bangunan semi permanen dan kebanyakan status rumah meraka adalah

    rumah sendiri, dengan kondisi lingkungan yang sederhana. Rata-rata

    dengan luas bangunan sekitar 100 m2. Kondisi jalan yang ada di

    Kelurahan Kelapa Dua sebagian belum diaspal sebagian lagi sudah.

    Penghasilan rata-rata keluarga perbulan berkisar dibawah Rp.

    1.000.000,-, dengan pengeluaran rata-rata perbulan Rp.800.000,- dan

     pengeluaran untuk pangan sehari Rp.25.000,- Rp.30.000,-. Ada

    keluarga yang seluruh pengeluarannya tersita untuk makan, sehingga

    semua pendapatannya hanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan

     pangan. Ada pula keluarga yang pengeluaran tidak hanya tersita untuk

    kebutuhan pangan, tetapi bisa digunakan untuk pendidikan, kesehatan

    dan lainnya.

    Kondisi sosial ekonomi keluarga yang rendah (51,5%) terebut

    erat kaitannya dengan kondisi tingkat pendidikan dalam keluarga

    tersebut relatif rendah pula. Yaitu untuk tingkat pendidikan

    menunjukkan tamat SD (12,1%), tamat SMP (60,6 %) dan tamat SMA

    (18,2%) selebihnya tamat perguruan tinggi (9,1%). Dan mereka belum

     pernah mengikuti kursus ketrampilan yang berkaitan dengan

     peningkatan kesejahteraan keluarga. Jadi untuk rnengetahui tingkat

    sosial ekonomi keluarga tidak hanya diketahui dan jenis pekerjaan

    saja, tetapi juga dipengaruhi dari tingkat pendidikan, tingkat

     penghasilan, status rumah dan pemilikan fasilitas keluarga.

  • 8/16/2019 Tata Boga Tata Busana==HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN

    63/82

      52

     

    2.  Variabel Kebiasan makan

    Pendekatan kebiasaan makan ini mencakup diskripsi tentang pola

    makan dan empat komponen yaitu:

    a.  Pola Konsumsi Pangan dalam Keluarga

    Gambaran umum kebiasan ibu dalam memenuhi kebutuhan

    makan keluarga, bahwa ibu yang menjawah ya dalam memasak

    makanan sebanyak 22 responden (66,7%), jawaban sering memasak

    sebanyak 3 responden (9,1%) dan jawaban kadang-kadang memasak

    sebanyak 8 responden (24,2%) dan tidak ada ibu-ibu yang tidak pernah

    masak. Kebiasaan masak yan