undang-undang kefarmasian tentang

30
TUGAS UNDANG-UNDANG DAN REGULASI FARMASI DI APOTEK NAMA KELOMPOK : 1. LIA FAUZIAH 2. MARTHA ZELVIANA JUZTIA 3. MERRY MEGAWATI 4. MUHAMMAD AMRU S. 5. NADIA SAPTARINA 6. SAYUTI 7. TRIASIH HARDIYANTI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS PROGRAM STUDI PROFESIAPOTEKER

Upload: nadya-saptarina

Post on 28-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: undang-undang kefarmasian tentang

TUGAS

UNDANG-UNDANG DAN REGULASI FARMASI

DI APOTEK

NAMA KELOMPOK :

1. LIA FAUZIAH2. MARTHA ZELVIANA JUZTIA3. MERRY MEGAWATI4. MUHAMMAD AMRU S.5. NADIA SAPTARINA6. SAYUTI7. TRIASIH HARDIYANTI

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

PROGRAM STUDI PROFESIAPOTEKER

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR. HAMKA

2015

Page 2: undang-undang kefarmasian tentang

BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Tugas dan fungsi apotek dari waktu ke waktu mengalami pergeseran

seiring dengan perkembangan di segenap aspek yang lain. Pada masa lalu apotek

lebih terkonsentrasi pada fungsi penyediaan obat (product oriented). Yaitu

bagaimana menyediakan obat yang bermutu dan aman bagi masyarakat. Pada

masa itu aktivitas peracikan obat sangat mendominasi. Karena formula produk

yang dibuat industri farmasi masih terbatas, apotek menyediakan berbagai bahan

baku untuk keperluan peracikan yang diresepkan oleh dokter.

Kemajuan teknologi dan maraknya industri farmasi telah membuat

produk-produk obat baru bermunculan setiap tahunnya. Formula-formula resep

yang dahulu harus diracik, kini sudah banyak diproduksi oleh industri. Aktifitas

peracikan di apotekpun mulai berkurang. Ditambah dengan fenomena semakin

banyaknya lulusan apoteker, maka orientasi apotekpun berubah. Dari product

oriented, kini bergeser kepada patient oriented. Yaitu pelayanan kefarmasian yang

berorientasi kepada pasien. 

Kini perhatian lebih tertuju pada bagaimana pasien mendapatkan manfaat

yang sebesar-besarnya dari obat, dan terhindar dari bahaya-bahaya penggunaaan

obat. Aspek-aspek yang dinilai penting dalam pelayanan kefarmasien berorientasi

pasien adalah ketepatan dalam pemilihan dan penyediaan obat, informasi obat,

kepatuhan pasien, monitoring efek samping obat, dan evaluasi penggunaan obat

Page 3: undang-undang kefarmasian tentang

pada pasien. Salah satu institusi penting dalam pelayanan kesehatan kepada

masyarakat adalah apotek. Gambaran umum masyarakat mengenai fungsi apotek

barangkali masih sebatas bahwa apotek bertugas menyiapkan resep dan menjual

obat-obatan. Lebih dari itu tampaknya hanya sebagian kecil masyarakat yang

mengetahuinya. Persepsi tersebut menjadikan pasien tidak banyak mengerti akan

hak-haknya terhadap pelayanan kefarmasian di apotek.

Ketidaktahuan pasien akan hak-haknya bisa membuat proses terapi menjadi

tidak optimal. Pelayanan kesehatan kepada pasien akan berjalan efektif bila terjadi

perimbangan kesadaran dan kepemahaman antara penyedia layanan dengan pihak

pasien atau konsumen. Penyedia layanan berkewajiban mematuhi standar

kerja/profesi, di sisi yang lain masyarakat perlu sadar akan hak-haknya.

Ketidakberdayaan salah satu pihak akan cenderung memunculkan dominasi pihak

lain. 

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah hak dan kewajiban produsen/penyedia sediaan dan

pekerjaan/pelayanan kefarmasian di apotek?

2. Apakan Untuk mengetahui kewajiban konsumen terkait di apotek?

3. Apakah Untuk mengetahui bentuk pelnggaran dn sanksi pelanggaran di

apotek?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban produsen/penyedia sediaan dan

pekerjaan/pelyanan kefarmasian.

Page 4: undang-undang kefarmasian tentang

2. Untuk mengetahui kewajiban konsumen terkait di apotek.

3. Untuk mengetahui bentuk pelnggaran dn sanksi pelanggaran di apotek

Page 5: undang-undang kefarmasian tentang

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Apotek

Apotek menurut PP No. 51 Tahun 2009 adalah sarana pelayanan

kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.

Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi

atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat

dan obat tradisional.

Berbeda dengan usaha-usaha bisnis murni, apotek adalah tempat

pengabdian profesi apoteker atau sering juga disebut farmasis. Profesi ini

dibekali dengan keilmuan dibidang obat dan memiliki kode etik yang

harus dipatuhi. Hanya apoteker yang berhak memimpin pengelolaan

apotek, karena sebagaimana kita tahu bahwa obat adalah sebuah produk

yang fungsinya bagaikan pisau bedah, tidak hanya membawa berkah,

namun juga bisa membawa bencana bisa salah menggunakannya. 

2.2 Hak dan Kewajiaban Produsen/penyedia sediaan dan

pekerjaan/pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Page 6: undang-undang kefarmasian tentang

Pengertian Apoteker adalah Berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, Apoteker adalah sarjana

farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan

sumpah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

1. Ijazah apoteker telah terdaftar di Departemen Kesehatan

2. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai apoteker

3. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan (SIK)

4. Sehat fisik dan mental untuk melaksanakan tugas sebagai

apoteker

5. Tidak bekerja di perusahaan farmasi atau apotek lain

Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan

menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang

tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai

pimpinan, kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu

sabar sepanjang karier, dan membantu member pendidikan dan memberi peluang

untuk meningkatkan pengetahuan.

Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya

tergantung kepada kita sendiri.Kewajiban adalah sesuatu yg dilakukan dengan

tanggung jawab.Hak dan kewajiban dapat timbul dari adanya suatu perjanjian

yang dibuat para pihak ataupun yang telah ditentukan oleh undang-undang. Suatu

perjanjian yang dibuat oleh para pihak, akan menimbulkan suatu perikatan, yang

mana perikatan merupakan isi dari suatu perjanjian. Jadi, perikatan yang telah

Page 7: undang-undang kefarmasian tentang

dilaksanakan para pihak dalan suatu perjanjian, memberikan tuntutan pemenuhan

hak dan kewajiban terhadap pelaksanakan isi dari perjanjian.

Adapun hak-hak apoteker sebagai pelaku usaha pelayanan

kefarmasian diatur dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, yaitu:

o Mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beriktikad tidak baik;

o Melakukan pembelaan diri yang sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

o Rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/ atau jasa yang

diperdagangkan;

o Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Kewajiban-kewajiban apoteker sebagai pelaku usaha pelayanan

kefarmasian diatur dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, yaitu:

o Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

o Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa serta memberikan

penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

o Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif;

Page 8: undang-undang kefarmasian tentang

o Menjamin mutu barang dan/ atau jasa yang diproduksi dan

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/

atau jasa yang berlaku;

o Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan

mencoba barang dan/ atau jasa tertentu serta memberikan jaminan

atas barang yang dibuat dan/ atau diperdagangkan;

o Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian atas

kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang

dan/ atau jasa yang diperdagangkan; Selain itu, sebagai pelayanan

kefarmasian kewajiban apoteker juga diatur dalam Pasal  15.

Dalam menjalankan profesinya, Apoteker atau farmasis di apotek

diwajibkan mematuhi standar kompetensinya. Standar kompetensi farmasis di

apotek yang erat kaitannya dengan pelayanan kepada pasien atau konsumen

adalah:

1. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter,

dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal. Dalam

melayani resep, farmasis memastikan ketepatan resep dari aspek

kelengkapan resep, kesesuaian dosis, karakteristik pasien, interaksi antar

obat, dan hal-hal lainnya yang berhubungan. Selanjutnya melakukan

penyiapan dan penyerahan obat yang disertai dengan pemberian informasi

yang memadai dan dibutuhkan pasien agar penggunaan obat benar-benar

tepat. Lebih dari itu farmasis perlu melakukan evaluasi penggunaan obat

Page 9: undang-undang kefarmasian tentang

yang diresepkan tersebut untuk memantau kemajuan terapi dan apakah

terdapat masalah baru.

2. Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin

melakukan pengobatan sendiri. Farmasis memberikan pertimbangan dan

nasehat untuk menjamin keamanan dan efektivitas pengobatan mandiri yang

dilakukan oleh masyarakat. Biasanya dilakukan dengan menggunakan jenis

obat-obat bebas.

3. Memberikan pelayanan informasi obat, baik bagi pasien, tenaga kesehatan

lain, masyarakat, maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan guna

peningkatan kesehatan. Informasi obat antara lain meliputi khasiat/indikasi,

kontraindikasi, efek samping, dosis dan aturan pakai, interaksi obat,

peringatan-peringatan penggunaan suatu obat, penyimpanan obat, serta

harga obat.

4. Memberikan konsultasi obat. Hal ini mengingat kompleksitas permasalahan

pasien dalam penggunaan obatnya yang perlu dikomunikasikan kepada

farmasis. Farmasis harus mudah ditemui untuk membantu pasien

menyelesaikan masalahnya tersebut.

5. Melakukan monitoring efek samping obat. Yaitu memantau baik secara

langsung maupun tidak langsung terjadinya efek samping obat. Pasien juga

berhak melaporkan terjadinya efek samping obat kepada farmasis di apotek

agar dilakukan upaya-upaya pencegahan, mengurangi atau menghilangkan

efek samping tersebut.

6. Melakukan evaluasi penggunaan obat untuk menjamin bahwa terapi obat

sesuai dengan standar terapi, juga untuk mengontrol biaya obat. Sering

Page 10: undang-undang kefarmasian tentang

terjadi kesalahan dalam penggunaan obat karena ketidakpatuhan pasien

yang disebabkan faktor kurangnya informasi, bosan menggunakan obat,

ataupun karena faktor lainnya. Akibatnya proses terapi menjadi tidak

optimal, boros, bahkan bisa gagal. Pasien berhak untuk melaporkan

perkembangan pengobatannya kepada farmasis agar lebih terkontrol.

Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya, apoteker harus memenuhinya

dengan  iktikad baik dan penuh tanggung jawab. Jika apoteker bersalah tidak

memenuhi kewajiban itu, menjadi alasan baginya untuk dituntut secara hukum

untuk mengganti segala kerugian yang timbul sehubungan dengan tidak

dipenuhinya kewajiban itu, artinya apoteker harus bertanggung jawab secara

hukum atas kesalahan atau kelalaiannya dalam menjalankan kewajibannya.

Kode etik Apoteker Indonesia merupakan suatu ikatan moral bagi Apoteker.

Dalam kode itu diatur perihal kewajiban-kewajiban Apoteker, baik terhadap

masyarakat, teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya. Secara ringkas pokok-

pokok kode etik itu adalah, sebagai berikut.

a. Kewajiban Apoteker terhadap masyarakat:

Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan memberikan contoh yang baik

di dalam lingkungan kerjanya.

Seorang Apoteker dalam ragak pengabdian profesinya harus bersedia

untuk menyumbangkan keahlian dan pengetahuannya.

Page 11: undang-undang kefarmasian tentang

Seorang Apoteker hendaknya selalu melibatkan diri di dalam

pembangunan Nasional khususnya di bidang kesehatan.

Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan

profesinya bagi masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan

kesehatan.

b. Kewajiban Apoteker terhadap teman sejawatnya:

Seorang Apoteker harus selalu menganggap sejawatnya sebagai saudara

kandung yang selalu saling mengingatkan dan saling menasehatkan untuk

mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik.

Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari setiap tindakan yang dapat

merugikan teman sejawatnya, baik moril maupun materiil.

Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk

meningkatkan kerja sama yang baik dalam memelihara, keluhuran

martabat jabatan, kefarmasian, mempertebal rasa saling mempercayai di

dalam menunaikan tugasnya.

Page 12: undang-undang kefarmasian tentang

c. Kewajiban Apoteker terhadap sejawat petugas kesehatan lainnya:

o Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk

meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan

menghormati sejawat yang berkecimpung di bidang kesehatan.

o Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakannya atau

perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurang / hilangnya

kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan.

o Melihat kemampuan Apoteker yang sesuai dengan pedidikannya,

menunjukkan betapa pentingnya peranan Apoteker dalam

meningkatkan kesehatan masyarakat, yaitu dengan memberikan suatu

informasi yang jelas kepada pasien (masyarakat). Contoh :

Penggunaan obat aturan pakai, akibat yang ditimbulkan oleh obat dan

sebagainya. Karena mengingat sebagaian besar masyarakat tidak

mengetahui hal tersebut, sehingga pemberian informasi yang jelas dan

tepat sangat dibutuhkan demi keamanan dan keselamatan pemakai

obat.

3.3 Hak dan Kewajiban Konsumen terkait di Apotek

Hak-hak pasien telah diakui dan diatur dalam perundang-undangan kita,

meskipun secara riil masih banyak masyarakat yang belum

menyadarinya. Selanjutnya peraturan tersebut wajib diimplementasikan

dalam setiap jenjang pelayanan kesehatan, tidak terkecuali apotek.

Page 13: undang-undang kefarmasian tentang

Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mengalami pergeseran.

Dengan adanya standar kompetensi farmasis yang harus dipatuhi,

pelayanan kefarmasian di apotek sebagai salahsatu bagiannya, haruslah

mendorong terpenuhinya hak-hak pasien dan keberhasilan terapi pada

umumnya.

Page 14: undang-undang kefarmasian tentang

Hak-hak Pasien menurut Undang-UndangMenurut UU kesehatan no

23/1992 dalam Bab Penjelasan dari Pasal 53 ayat 2, hak-hak pasien

meliputi:

Hak untuk memperoleh informasi

Hak untuk memberikan persetujuan

Hak atas rahasia kedokteran

Hak atas pendapat kedua (second opinion)

Informasi yang berhak diterima pasien antara lain informasi mengenai:

penyakit yang diderita, tindakan medik yang hendak dilakukan, informasi obat,

kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk

mengatasinya, prognosanya, serta perkiraan biaya pengobatan.

Hak-hak pasien yang lain tetap berlaku terhadap pelayanan di apotek.

Seperti hak mendapatkan persetujuan, misalnya apakah resep akan diambil semua

ataukah tidak, pasien minta obat generik, dan menerima atau menolak

rekomendasi dari farmasis. Hak pasien atas kerahasiaan kedokteran, mewajibkan

pihak apotek untuk merahasiakan penyakit dan sebagainya yang berkaitan dengan

privasi pasien. Sedangkan hak terhadap pendapat kedua (second opinion),

memberikan kebebasan kepada pasien untuk berkonsultasi dengan farmasis

lainnya.

 Apabila pasien semakin menyadari akan hak-haknya, dan tenaga

kesehatan mematuhi standar profesinya, maka dapat diharapkan proses

pengobatan kepada pasien menjadi lebih optimal. Pemberdayaan masyarakat di

bidang kesehatan perlu terus dilakukan untuk mendorong terciptanya pelayanan

kesehatan yang berorientasi kepada masyarakat.

Page 15: undang-undang kefarmasian tentang

Kewajiban konsumen

Sesuai dengan pasal 5 undang-undang perlindunagan konsumen, kewajiban

konsumen adalah:

1. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan / atau jasa, dewi keamanan dan keselamatan.

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan / atau jasa.

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

4. Mengikuti upaya penyelesaian hokum sengketa perlindungan konsumen secara

patut.

3.4 Bentuk Pelanggaran di Apotek

Berdasarkan berat ringannya pelanggaran, maka pelanggaran di apotek dapat

dikategorikan dalam dua macam. Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat di

apotek meliputi:

Melakukan kegiatan tanpa ada apoteker atau tenaga teknis farmasi.

Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap.

Pindah alamat apotek tanpa izin.

Menjual narkotika tanpa resep dokter .

Kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak

yang tidak berhak dalam jumlah besar.

Tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti

Page 16: undang-undang kefarmasian tentang

pada waktu APA keluar daerah.

Kegiatan yang termasuk pelanggaran ringan apotek meliputi:

Tidak menunjuk Apoteker pendamping pada waktu APA tidak bisa

hadir pada jam buka apotek (apotek yang buka 24 jam).

Mengubah denah apotek tanpa izin.

Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak.

Melayani resep yang tidak jelas dokternya.

Menyimpan obat rusak, tidak mepunyai penandaan atau belum

dimusnahkan.

Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada.

Salinan resep yang tidak ditandatangani oleh apoteker.

Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain.

Lemari narkotika tidak memenuhi syarat.

Resep narkotika tidak dipisahkan.

Buku narkotika tidak diisi atau tidak dapat dilihat atau diperiksa.

Tidak mempunyai atau mengisi kartu stok hingga tidak dapat

diketahui dengan jelas asal usul obat tersebut.

3.5. Sanksi Pelanggaran di Apotek

Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat

dikenakan sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi

administratif yang diberikan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI

Page 17: undang-undang kefarmasian tentang

No. 1332/MENKES/SK/X/2002 dan Permenkes

No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah :

Peringatan secara tertulis kepada APA secara 3 kali berturut-turut

dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan.

Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan

sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan

pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Menteri Kesehatan dan

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. Pembekuan izin apotek

tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat

membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam

keputusan Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah

dipenuhi.

Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila

terdapat pelanggaran terhadap:

Undang-Undang Obat Keras (St.1937 No.541).

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

Page 18: undang-undang kefarmasian tentang

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Adapun hak-hak apoteker sebagai pelaku usaha pelayanan

kefarmasian diatur dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, yaitu:

o Mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beriktikad tidak baik;

o Melakukan pembelaan diri yang sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

o Rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/ atau jasa yang

diperdagangkan;

o Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Kewajiban-kewajiban apoteker sebagai pelaku usaha pelayanan

kefarmasian diatur dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, yaitu:

o Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

o Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/ atau jasa serta memberikan penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

Page 19: undang-undang kefarmasian tentang

o Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

o Menjamin mutu barang dan/ atau jasa yang diproduksi dan

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/ atau

jasa yang berlaku;

o Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan

mencoba barang dan/ atau jasa tertentu serta memberikan jaminan atas

barang yang dibuat dan/ atau diperdagangkan;

o Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian atas

kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang

dan/ atau jasa yang diperdagangkan; Selain itu, sebagai pelayanan

kefarmasian kewajiban apoteker juga diatur dalam Pasal  15.

Hak-hak Pasien menurut Undang-UndangMenurut UU kesehatan no 23/1992

dalam Bab Penjelasan dari Pasal 53 ayat 2, hak-hak pasien meliputi:

Hak untuk memperoleh informasi

Hak untuk memberikan persetujuan

Hak atas rahasia kedokteran

Hak atas pendapat kedua (second opinion

Kewajiban konsumen

Sesuai dengan pasal 5 undang-undang perlindunagan konsumen, kewajiban

konsumen adalah:

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan / atau jasa, dewi keamanan dan keselamatan.

Page 20: undang-undang kefarmasian tentang

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan / atau

jasa.

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

4. Mengikuti upaya penyelesaian hokum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

Berdasarkan berat ringannya pelanggaran, maka pelanggaran di apotek dapat

dikategorikan dalam dua macam. Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat di

apotek meliputi:

Melakukan kegiatan tanpa ada apoteker atau tenaga teknis farmasi.

Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap.

Pindah alamat apotek tanpa izin.

Menjual narkotika tanpa resep dokter .

Kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak

yang tidak berhak dalam jumlah besar.

Tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti

pada waktu APA keluar daerah.

Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat

dikenakan sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi

administratif yang diberikan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1332/MENKES/SK/X/2002 dan Permenkes

No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah :

Peringatan secara tertulis kepada APA secara 3 kali berturut-turut

dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan.

Page 21: undang-undang kefarmasian tentang

Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan

sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan

pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Menteri Kesehatan dan

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. Pembekuan izin apotek

tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat

membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam

keputusan Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah

dipenuhi.

3.2 Saran

1. Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi

pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan,

silahkan sampaikan kepada kami.

2. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan

memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput

dari salah khilaf atau kesalahan.