undang-undang dan etika kefarmasian (1)

27
Undang-undang Dan Etika Kefarmasian Permenkes No.1010/Menkes/Per/XI/2008 Tentang Registrasi Obat KELOMPOK 2 : Corry Angelina Sinaga M. Zain Indrawan Gustianingsih Riska wahyu Pamuji Rieneke Eoudia Han

Upload: aureliacorry

Post on 21-Nov-2015

98 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

tytryrtytrytytytytytytythtghgbgb g bbnnhnhnhh

TRANSCRIPT

PowerPoint Presentation

Undang-undang Dan Etika Kefarmasian

Permenkes No.1010/Menkes/Per/XI/2008 Tentang Registrasi ObatKELOMPOK 2 :Corry Angelina SinagaM. Zain IndrawanGustianingsihRiska wahyu PamujiRieneke Eoudia Han

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendorong maraknya kasus pemalsuan obat di Indonesia. Tindak pemalsuan obat yang semakin merajalela disebabkan karena penanggulangan tindak pemalsuan obat belum dikoordinasikan secara sistematis, sehingga belum berdampak nyata terhadap kasus pemalsuan dan peredaran obat palsu.

Pendahuluan

Hukuman maupun denda yang dijatuhkan pada tersangka pemalsu obat masih tergolong ringan, terkadang hanya berupa masa percobaan, sehingga hal ini tidak membuat mereka jera karena keuntungan yang diperoleh dari memalsukan obat begitu menggiurkan

Obat yang diedarkan di wilayah Indonesia, sebelumnya harus dilakukan registrasi untuk memperoleh Izin Edar, Izin Edar diberikan oleh menteri, menteri melimpahkan pemberian Izin Edar kepada Kepala Badan, Kepala Badan adalah Kepala Badan yang bertanggung jawab dibidang Pengawasan Obat dan Makanan (kepala Badan POM).

Registrasi obat adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk mendapatkan izin Edar. Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan obat, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan, atau pemindahtanganan. lzin edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat untuk dapat diedarkan di wilayah lndonesia.Registrasi obatKhasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui percobaan hewan dan uji klinis atau bukti-bukti lain sesuai dengan status perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Obat untuk uji klinik harus dapat dibuktikan bahwa obat tersebut aman penggunaannya pada manusia. Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan uji klinik ditetapkan oleh Kepala Badan.Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metoda pengujian terhadap semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih;Obat yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria berikut:

Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman;Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat.Kriteria lain adalah khusus untuk psikotropika harus memiliki keunggulan kemanfaatan dan keamanan dibandingkan dengan obat standar dan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia untuk indikasi yang diklaim.Khusus kontrasepsi untuk program nasional dan obat program lainnya yang akan ditentukan kemudian, harus dilakukan uji klinik di Indonesia

Registrasi Obat Produksi Dalam NegeriRegistrasi obat produksi dalam negeri hanya dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki izin industri farmasi yang dikeluarkan oleh Menteri.Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB.Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang dikeluarkan oleh Kepala Badan.

PERSYARATAN REGISTRASI

Registrasi Obat NarkotikaKhusus untuk registrasi obat narkotika hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki izin khusus untuk memproduksi narkotika dari Menteri.ndustri farmasi tersebut wajib memenuhi persyaratan CPOB.Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang dikeluarkan oleh Kepala Badan.

Registrasi Obat KontrakRegistrasi obat kontrak hanya dapat dilakukan oleh pemberi kontrak, dengan melampirkan dokumen kontrak;Pemberi kontrak adalah industri farmasi; Industri farmasi pemberi kontrak wajib memiliki izin industri farmasi dan sekurang-kurangnya memiliki 1 (satu) fasilitas produksi sediaan lain yang telah memenuhi persyaratan CPOBIndustri farmasi pemberi kontrak bertanggung jawab atas mutu obat jadi yang diproduksi berdasarkan kontrakPenerima kontrak adalah industri farmasi dalam negeri yang wajib memiliki izin industri farmasi dan telah menerapkan CPOB untuk sediaan yang dikontrakkan.

Registrasi Obat lmporObat Impor diutamakan untuk obat program kesehatan masyarakat, obat penemuan baru dan obat yang dibutuhkan tapi tidak dapat diproduksi di dalam negeri.Registrasi Obat Impor dilakukan oleh industri farmasi dalam negeri yang mendapat persetujuan tertulis dari industri farmasi di luar negeri.Persetujuan tertulis tersebut harus mencakup alih teknologi dengan ketentuan paling lambat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun harus sudah dapat diproduksi di dalam negeri.Ketentuan diatas dikecualikan untuk obat yang masih dilindungi paten.

Industri farmasi di luar negeri tersebut wajib memenuhi persyaratan CPOBPemenuhan persyaratan CPOB bagi industri farmasi sebagaimana dimaksud diatas harus dibuktikan dengan dokumen yang sesuai atau jika diperlukan dilakukan pemeriksaan setempat oleh petugas yang berwenang.Dokumen tersebut harus dilengkapi dengan data inspeksi terakhir paling lama 2 (dua) tahun yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang setempat.Ketentuan tentang tata cara pemeriksaan setempat ditetapkan oleh Kepala Badan.

Registrasi Obat Khusus EksporRegistrasi obat khusus untuk ekspor hanya dilakukan oleh industri farmasi.Obat khusus untuk ekspor harus memenuhi kriteria khasiat, keamanan, dan mutuDikecualikan dari ketentuan diatas bila ada persetujuan tertulis dari negara tujuan.

Registrasi Obat Yang Dilindungi PatenRegistrasi obat dengan zat berkhasiat yang dilindungi paten di Indonesia hanya dilakukan oleh industri farmasi dalam negeri pemegang hak paten, atau industri farmasi lain yang ditunjuk oleh pemegang hak paten.Hak paten harus dibuktikan dengan sertifikat paten.Registrasi obat dengan zat berkhasiat yang dilindungi paten di Indonesia dapat dilakukan oleh industri farmasi dalam negeri bukan pemegang hak paten.Registrasi dapat diajukan mulai 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya perlindungan hak paten.Dalam hal registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetujui, obat yang bersangkutan hanya boleh diedarkan setelah habis masa perlindungan paten obat inovator.

Registrasi dikecualikan khusus untuk obat :a. Obat penggunaan khusus atas permintaan dokter;b. Obat Donasi;c. Obat untuk Uji Klinik;d. Obat Sampel untuk Registrasi.Obat pengecualian diatas dapat dimasukkan ke wilayah indonesia melalui mekanisme jalur khusus. Ketentuan tentang mekanisme jalur khusus ditetapkan oleh menteri

Registrasi diajukan kepada Kepala Badan.Kriteria dan tata laksana registrasi ditetapkan oleh Kepala BadanDokumen registrasi merupakan dokumen rahasia yang dipergunakan terbatas hanya untuk keperluan evaluasi oleh yang berwenang.Terhadap registrasi dikenakan biaya, Ketentuan tentang biaya sebagaimana dimaksud ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan;Terhadap dokumen registrasi yang telah memenuhi ketentuan dilakukan evaluasi sesuai kriteria izin edar

TATA CARA MEMPEROLEH IZIN EDAR

Untuk melakukan evaluasi dibentuk :Komite Nasional Penilai ObatPanitia Penilai Khasiat-KeamananPanitia Penilai Mutu, Teknologi, Penandaan dan Kerasionalan Obat

KASUS BBPOM Surabaya Berkaskan 7 Kasus Obat dan Kosmetik Tanpa Izin Edar

Surabaya - Sejak Januari hingga Maret 2013, BBPOM di Surabaya mengaku telah menindaklanjuti 7 kasus obat dan kosmetik tanpa izin edar. Sebanyak 7 kasus yang terungkap melalui bantuan Polri ini juga telah diberkaskan.

Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Surabaya, Dra Endang Pudjiwati mengatakan, 7 kasus tersebut terdiri dari item kosmetik, obat keras dan obat tradisional tanpa izin edar di Jawa Timur.2 Kasus kosmetika tanpa izin edar, 3 kasus obat keras tanpa izin edar, dan 2 kasus obat tradisional tanpa izin edar yang sudah kami berkaskan. Itu tandanya kami sangat serius mengangani temuan ini," kata Endang Pudjiwati di kantornya, Senin (20/5/2013).

Endang menuturkan, 7 kasus kosmetika itu terkuak dari banyak macam cara distribusi produk. Ada yang berasal dari toko kecantikan, rumah kecantikan dan juga gudang-gudang tempat penyimpanan kosmetik.Pelanggaran :PASAL 4Ayat 1 : hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasaAyat 3 : hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Pasal 8Ayat 1 : Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang : tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undanganAyat 4 : Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barangdan/atau jasatersebut serta wajib menariknya dari peredaran

Pasal 2(1) Obat yang diedarkan di wilayah Indonesia, sebelumnya harus dilakukan registrasi untuk memperoleh Izin Edar;PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008TENTANGREGISTRASI OBATa. Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui percobaan hewan dan uji klinis atau bukti-bukti lain sesuai dengan status perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutanb. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metoda pengujian terhadap semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih;Pasal 4 Obat yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria berikut:Pasal 6(1) Registrasi obat produksi dalam negeri hanya dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki izin industri farmasi yang dikeluarkan oleh Menteri.(2) Industri farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan CPOB.(3) Pemenuhan persyaratan CPOB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang dikeluarkan oleh Kepala Badan.Dengan tidak mengurangi ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Kepala Badan dapat memberikan sanksi administratif berupa pembatalan izin edar apabila terjadi salah satu dari hal-hal berikut: a. Tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 berdasarkan data terkini. b. Penandaan dan promosi menyimpang dari persetujuan izin edar c. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. d. Selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut obat yang bersangkutan tidak diproduksi, diimpor atau diedarkan. e. lzin lndustri Farmasi, yang mendaftarkan, memproduksi atau mengedarkan dicabut. f. Pemilik izin edar melakukan pelanggaran di bidang produksi dan/atau peredaran obat.SANKSI